91693006 lp cidera kepala
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
1/23
BAB 1
PEMBAHASAN
A. DefinisiCidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya
trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek
sekunder dari trauma yang terjadi (Price, 2005).
Trauma atau cedera kepala (Brain Injury) adalah salah satu bentuk
trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan
keseimbangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat
dikatakan sebagai bagian dari gangguan traumatik yang dapat menimbulkan
perubahanperubahan fungsi otak (Black, 2005).
Menurut konsensus PERDOSSI (2006), cedera kepala yang sinonimnya
adalah trauma kapitis/head injury/trauma kranioserebral/traumatic brain
injury merupakan trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung
ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun
permanen.
B. KlasifikasiKlasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Glasgow Come Scale (GCS):
1. Minor
a. GCS 1315
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari30 menit.
c. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
2. Sedang
a. GCS 912
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam.
c. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
2/23
3. Berat
a. GCS 38
b. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
c. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
C. EtiologiDikelompokan berdasarkan mekanisme injury:
1. Trauma tumpul.
2. Trauma tajam (penetrasi).
D. Patofisiologi dan PathwayCedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera
percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur
kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena
kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila
kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan
mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila
terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi
bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa
dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang
menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang
otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena
memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atauhemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan
autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera.
Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada area
peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua
menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan
intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak
sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
3/23
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala fokal
dan menyebar sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk
menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari
kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral,
serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi,
pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan
kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu:
cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak
menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini
menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena
cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
4/23
Trauma kepala
Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial
Jaringan otak rusak
(kontusio, laserasi)
Terputusnya
kontinuitas jaringan
Terputusnyakontinuitas jaringan
kulit, otot dan vaskuler
-Perubahan outoregulasi
-Odem cerebral
-Perdarahan-Hematoma
Gangguan suplaidarah
Iskemia
Perubahan sirkulasi CSS
Perubahan
perfusi jaringan
Peningkatan TIK
Girus medialis lobustemporalis tergeser
Kejang
Gangg. Neurologis
fokal
Hipoksia
1. Bersihan jln.nafas
2. Obstruksi jln.nafas
3. Dispnea4. Henti nafas
5. Perub. Polanafas
Resiko tidak
efektifnya jln. nafas
Defisit Neurologis
Gangg. persepsi
sensori
Gangg. fungsi otak
Herniasi unkus
Mesesenfalon
Gangg. kesadaran
Resiko injuri
NyeriResiko
infeksi
Mual muntahPapilodema
Pandangan kaburPenurunan fungsi
pendengaranN eri ke ala
Cemas
Immobilisasi
Resiko kurangnya
volume cairan
Resiko gangg.
integritaskulit
Tonsil cerebelumtergeser Kompresi medula oblongata
Kurangnya
perawatan diri
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
5/23
E. Manifestasi Klinis1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebungungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10.Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
F. Penatalaksanaan KlinikSecara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala
adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Pasien diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
G. Pengkajian1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat
kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
segera setelah kejadian.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
6/23
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes,
biot, hiperventilasi, ataksik)
b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Sistem saraf :
Kesadaran GCS.
Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang
otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia,
riwayat kejang.
d. Sistem pencernaan
Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak.
Jika pasien sadar tanyakan pola makan?
Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik
hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan
disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf
fasialis.
g. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang
didapat pasien dari keluarga.
H. Pemeriksaan Penunjang1. Spinal X ray
Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi
(perdarahan atau ruptur atau fraktur).
2. CT Scan
Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
7/23
3. Myelogram
Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari
spinal aracknoid jika dicurigai.
4. MRI (magnetic imaging resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
5. Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting
diketahui bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan
(medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
I. FarmakologiPenderita trauma saraf spinal akut yang diterapi dengan
metilprednisolon (bolus 30 mg/kg berat badan dilanjutkan dengan infus 5,4
mg/kg berat badan per jam selama 23 jam), akan menunjukkan perbaikan
keadaan neurologis bila preparat itu diberikan dalam waktu paling lama 8 jam
setelah kejadian (golden hour). Pemberian nalokson (bolus 5,4 mg/kg berat
badan dilanjutkan dengan 4,0 mg/kg berat badan per jam selama 23 jam)
tidak memberikan perbaikan keadaan neurologis pada penderita trauma saraf
spinal akut.
J. Analisa DataNo Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Trauma kepala
Kerusakan jaringan otak, pembuluh darah rusak/pecah
Gangguan perfusi
jaringan otak
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
8/23
Pendarahan otak
SDH
Suplai oksigen ke otak berkurang
Kompensasi metabolik anaerob
Penurunan pH
Asidosis metabolik
Toksik
Kerusakan membran sel
Perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel
Edema sel
Edema serebri
Volume otak meningkat/kompresi
TTIK
2 Trauma kepala
Kerusakan jaringan otak, pembuluh darah rusak/pecah
Pendarahan otak
SDH
Suplai oksigen ke otak berkurang
Kompensasi metabolik anaerob
Penurunan pH
Tidak efektifnya
pola napas
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
9/23
Asidosis metabolik
Toksik
Kerusakan membran sel
Perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel
Edema sel
Edema serebri
Volume otak meningkat/kompresi
TTIK
Pusat aras tertekan
Kesadaran menurun
Perubahan pola napas
3 Trauma kepala
Kerusakan jaringan otak, pembuluh darah rusak/pecah
Pendarahan otak
SDH
Suplai oksigen ke otak berkurang
Kompensasi metabolik anaerob
Penurunan pH
Asidosis metabolik
Toksik
Kerusakan membran sel
Perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel
Tidak efektifnya
kebersihan jalan
napas
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
10/23
Edema sel
Edema serebri
Volume otak meningkat/kompresi
TTIK
Pusat aras tertekan
Kesadaran menurun
Reflek batuk menurun
Penumpukan sekret
Bersihan jalan napas tidak efektif
4 Trauma kepala
Kerusakan jaringan otak, pembuluh darah rusak/pecah
Pendarahan otak
SDH
Suplai oksigen ke otak berkurang
Kompensasi metabolik anaerob
Penurunan pH
Asidosis metabolik
Toksik
Kerusakan membran sel
Perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel
Edema sel
Edema serebri
Gangguan
pemenuhan ADL
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
11/23
Volume otak meningkat/kompresi
TTIK
Pusat aras tertekan
Kesadaran menurun
Gangguan pemenuhan ADL
5 Trauma kepala
Kerusakan jaringan otak, pembuluh darah rusak/pecah
Pendarahan otak
SDH
Suplai oksigen ke otak berkurang
Kompensasi metabolik anaerob
Penurunan pH
Asidosis metabolik
Toksik
Kerusakan membran sel
Perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel
Edema sel
Edema serebri
Volume otak meningkat/kompresi
TTIK
Pusat aras tertekan
Kesadaran menurun
Kecemasan
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
12/23
Cemas
6 Trauma kepala
Kerusakan jaringan otak, pembuluh darah rusak/pecah
Pendarahan otak
SDH
Suplai oksigen ke otak berkurang
Kompensasi metabolik anaerob
Penurunan pH
Asidosis metabolik
Toksik
Kerusakan membran sel
Perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel
Edema sel
Edema serebri
Volume otak meningkat/kompresi
TTIK
Pusat aras tertekan
Kesadaran menurun
Imobilisasi
Risiko gangguan integritas kulit
Potensial gangguan
integritas kulit
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
13/23
K. Diagnosa yang Mungkin Muncul1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan oedem otak
2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat
napas di otak
3. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan sputum
4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan penurunan kesadaran
5. Kecemasan keluarga berhubungan dengan keadaan kritis pada pasien
6. Potensial gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi,
tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
L. Rencana Asuhan KeperawatanDx.
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan
perfusi
jaringan otak
sehubungan
dengan udem
otak
Mempertahan-
kan dan
memperbaiki
tingkat
kesadaran
fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda
vital stabil,
tidak adapeningkatan
intrakranial
Independent:
1. Monitor dan
catat status
neurologis
dengan meng-
gunakan metode
GCS.
1. Refleks membuka mata
menentukan pemulihan
tingkat kesadaran. Respon
motorik menentukan
kemampuan berespon
terhadap stimulus eksternal
dan indikasi keadaan
kesadaran yang baik. Reaksi
pupil digerakan oleh saraf
kranial oculus motorius danuntuk menentukan refleks
batang otak. Pergerakan mata
membantu menentukan area
cedera dan tanda awal
peningkatan tekanan
intracranial adalah
terganggunya abduksi mata.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
14/23
. Monitor tanda-
tanda vital tiap
30 menit.
. Pertahankan
posisi kepala
yang sejajar dan
tidak menekan.
. Hindari batuk
yang
berlebihan,muntah,
mengedan,
pertahankan
pengukuaran
urin dan hindari
konstipasi yang
berkepanjangan
2. Peningkatan sistolik dan
penurunan diastolik serta
penurunan tingkat kesadaran
dan tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Adanya
pernapasan yang irreguler
indikasi terhadap adanya
peningkatan metabolisme
sebagai reaksi terhadap
infeksi. Untuk mengetahui
tanda-tanda keadaan syok
akibat perdarahan.
3. Perubahan kepala pada satu
sisi dapat menimbulkan
penekanan pada vena
jugularis dan menghambat
aliran darah otak, untuk itu
dapat meningkatkan tekanan
intrakranial.
4. Dapat mencetuskan responotomatik peningkatan
intrakranial.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
15/23
5. Observasi
kejang dan
lindungi pasien
dari cedera
akibat kejang.
Kolaborasi:
. Berikan oksigen
sesuai dengan
kondisi pasien.
7. Berikan obat-
obatan yang
diindikasikan
dengan tepat
dan benar .
5. Kejang terjadi akibat iritasiotak, hipoksia, dan kejang
dpt meningkatkan tekanan
intrakrania.
6. Dapat menurunkan hipoksia
otak.
7. Membantu menurunkan
tekanan intrakranial secara
biologi/kimia seperti osmotik
diuritik untuk menarik air
dari sel-sel otak sehingga
dapat menurunkan udem
otak, steroid (dexame-tason)
utk menurunkan inflamasi,
menurunkan edema jaringan.
Obat anti kejang utk menu-
runkan kejang, analgetik
untuk menurunkan rasa nyeri
efek negatif dari peningkatantekanan intrakranial.
Antipiretik untuk
menurunkan panas yang
dapat mening-katkan
pemakaian oksigen otak.
Tidak
efektifnya pola
Mempertahan-
kan pola napas
Independent:
1. Hitung 1. Pernapasan yang cepat dari
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
16/23
napas
sehubungan
dengan depresi
pada pusat
napas di otak.
yang efektif
melalui
ventilator.
Kriteria hasil :
Penggunaan
otot bantu
napas tidak
ada, sianosis
tidak ada atau
tanda-tanda
hipoksia tdk
ada dan gas
darah dalam
batas-batas
normal.
pernapasan
pasien dalam
satu menit
. Cek
pemasangan
tube
. Observasi ratio
inspirasi dan
ekspirasi pada
fase ekspirasi
biasanya 2 x
lebih panjang
dari inspirasi
. Perhatikan
kelembaban dan
suhu pasien
5. Cek selang
ventilator setiap
waktu (15
menit)
pasien dapat menimbulkan
alkalosis respiratori dan
pernapasan lambat
meningkatkan tekanan Pa
Co2 dan menyebabkan
asidosis respiratorik.
2. Untuk memberikan ventilasi
yang adekuat dalam
pemberian tidal volume.
3. Sebagai kompensasi ter-
perangkapnya udara ter-
hadap gangguan pertukaran
gas.
4. Keadaan dehidrasi dapat
mengeringkan sekresi/cairan
paru sehingga menjadi kental
dan meningkatkan resiko
infeksi.
5. Adanya obstruksi dapat
menimbulkan tidak ade
kuatnya pengaliran volume
dan menimbulkan
penyebaran udara yang tidak
adekuat.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
17/23
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
18/23
ADL
sehubungan
dgn penurunan
kesadaran
(soporos-
coma)
dapat ter-
penuhi secara
adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan
terjaga,
kebersihan
lingkungan ter-
jaga, nutrisi
terpenuhi
sesuai dengan
kebutuhan,
oksigen
adekuat.
penjelasan tiap
kali melakukan
tindakan pada
pasien.
. Beri bantuan
untuk
memenuhi
kebersihan diri.
. Berikan bantuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi dan
cairan.
. Jelaskan pada
keluarga
tindakan yang
dapat dilakukan
untuk menjaga
rangi kecemasan dan
meningkatkan kerja sama
yang dilakukan pada pasien
dengan kesadaran penuh atau
menurun.
2. Kebersihan perorangan,
eliminasi, berpakaian, mandi,
membersihkan mata dan
kuku, mulut, telinga,
merupakan kebutuhan dasar
akan kenyamanan yang harus
dijaga oleh perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman,
mencegah infeksi dan
keindahan.
3. Makanan dan minuman
merupakan kebutuhan sehari-
hari yang harus dipenuhi
untuk menjaga kelangsungan
perolehan energi. Diberikan
sesuai dengan kebutuhan
pasien baik jumlah, kalori,
dan waktu.
4. Keikutsertaan keluarga
diperlukan untuk men-jaga
hubungan klien - keluarga.
Penjelasan perlu agar
keluarga dapat memahami
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
19/23
lingkungan
yang aman dan
bersih.
5. Berikan bantuan
untuk
memenuhi
kebersihan dan
keamanan ling-
kungan.
peraturan yang ada di
ruangan.
5. Lingkungan yang bersih
dapat mencegah infeksi dan
kecelakaan.
Kecemasan
keluarga
sehubungan
keadaan yang
kritis pada pa-
sien.
Kecemasan
keluarga dpt
berkurang
Kriteri hasil :
Ekspresi wajah
tidak
menunjang
adanya kece-
masan.
Keluarga
mengerti cara
berhubungan
dgn pasien.Pengetahuan
keluarga me-
ngenai
keadaan,
pengobatan
dan tindakan
meningkat.
Independent:
1. Bina hubungan
saling percaya.
. Beri penjelasan
tentang semua
prosedur dan
tindakan yang
akan dilakukan
pada pasien.
. Berikan
dorongan spiri-
tual untuk
keluarga.
1. Untuk membina hubungan
terapeutik perawat-keluarga.
Dengarkan dengan aktif dan
empati, keluarga akan merasa
diperhatikan.
2. Penjelasan akan mengu-rangi
kecemasan akibat
ketidaktahuan. Berikan
kesempatan pada keluarga
untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan
pasien dan keluarga.
3. Semangat keagamaan dapat
mengurangi rasa cemas dan
meningkatkan keimanan dan
ketabahan dalam menghadapi
krisis.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
20/23
Potensial
gangguan
integritas kulit
sehubungan
dengan
immobilisasi,
tidak
adekuatnya
sirkulasi
perifer.
Gangguan
integritas kulit
tidak terjadi
Independent:
1. Kaji fungsi
motorik dan
sensorik pasien
dan sirkuasi
perifer
. Kaji kulit pasien
setiap 8 jam :
palpasi pada
daerah yang
tertekan.
. Ganti posisi
pasien setiap 2
jam. Berikan
posisi dalam
sikap anatomi
dan gunakan
tempat kaki
untuk daerah
yang menonjol.
. Pertahankan
kebersihan dan
kekeringan
1. Untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya lecet
pada kulit.
2. Keadaan lembab akan
memudahkan terjadinya
kerusakan kulit.
3. Dalam waktu 2 jam
diperkirakan akan terjadi
penurunan perfusi ke
jaringan sekitar. Maka
dengan mengganti posisi
setiap 2 jam dapat
memperlancar sirkulasi
tersebut. Dengan posisi
anatomi maka anggota tubuh
tidak mengalai gangguan,
khususnya masalah sirkulasi
/perfusi jaringan. Mengalasbagian yang menonjol guna
mengurangi penekanan yang
mengakibatkan lesi kulit.
4. Meningkatkan sirkulasi dan
elastisitas kulit dan
mengurangi kerasakan kulit.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
21/23
pasien :
massage dengan
lembut di atas
daerah yang
menonjol setiap
2 jam sekali.
5. Pertahankan
alat-alat tenun
tetap bersih dan
tegang.
. Kaji daerah
kulit yang lecet
untuk adanya
eritema, keluar
cairan setiap 8
jam.
7. Berikan
perawatan kulit
pada daerah
yang rusak /
lecet setiap 4 - 8jam dengan
menggunakan
H2O2.
5. Dapat mengurangi proses
penekanan pada kulit dan
menjaga kebersihan kulit.
6. Sebagai bagian untuk
memperkirakan tindakan
selanjutnya.
7. Untuk mencegah bertambah
luas kerusakan kulit.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
22/23
Daftar Pustaka
Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 .
Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo. (1996).Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II.
Jakarta : EGC.
Price and Wilson. (2005). Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC.
Suzanne CS & Brenda GB. (1999). Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 3. Jakarta : EGC.
-
7/28/2019 91693006 LP Cidera Kepala
23/23
LAPORAN PENDAHULUAN
Klien dengan Brain Injury di Ruang ICU RSUD
Karawang
Di susun oleh :
Nama : Endan Permana
NIM : 433131420110013
STIKes KHARISMA KARAWANG
PRODI S1 KEPERAWATAN
2013