abstract international congress

29
GAMBARAN DAN HUBUNGAN PENGARUH TEMAN SEBAYA DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA “X” KOTA SUKABUMI Yucca Camelia 1 , Rina Munirah 2 , Sutedja 2 1 Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNJANI, 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNJANI ABSTRACT Adolescent are one of the group that susceptible to get risk of adolescent reproductive health, included premarital sex behavior. Adolescents who had sexual intercourse before marriage is increasing from year to year. Even the study about premarital sex behavior of adolescent is have been frequently perform, the study regarding attitude toward premarital sex behavior on students in senior high school “X” Sukabumi is never been conducted. The aim of this study is to describe and to find the relationship between the factors that influence attitude towards premarital sex behavior on students of senior high school “X” Sukabumi. Design of this study is using quantity approach on cross sectional design and all of the total respondent is 211 students from the first grade until the third grade which taken by random. Statistical analysis that used on this study is Chi Square test with significance level α = 0.05 or 95%. Based on the study, it showed that students with permissive attitude related to premarital sexual behavior almost equal (50,7%) with the student who are not have permissive attitude related premarital sex behavior (49,3%). Majority of the respondent is female (61,6%), iv

Upload: yucca-camelia

Post on 13-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

abstrak bahasa inggris

TRANSCRIPT

GAMBARAN DAN HUBUNGAN PENGARUH TEMAN SEBAYA DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA X KOTA SUKABUMIYucca Camelia1, Rina Munirah2, Sutedja2

1Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNJANI, 2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNJANIABSTRACTAdolescent are one of the group that susceptible to get risk of adolescent reproductive health, included premarital sex behavior. Adolescents who had sexual intercourse before marriage is increasing from year to year. Even the study about premarital sex behavior of adolescent is have been frequently perform, the study regarding attitude toward premarital sex behavior on students in senior high school X Sukabumi is never been conducted. The aim of this study is to describe and to find the relationship between the factors that influence attitude towards premarital sex behavior on students of senior high school X Sukabumi. Design of this study is using quantity approach on cross sectional design and all of the total respondent is 211 students from the first grade until the third grade which taken by random. Statistical analysis that used on this study is Chi Square test with significance level = 0.05 or 95%. Based on the study, it showed that students with permissive attitude related to premarital sexual behavior almost equal (50,7%) with the student who are not have permissive attitude related premarital sex behavior (49,3%). Majority of the respondent is female (61,6%), furthermore students who have less knowledge is almost equal (48,3%) with the student who have good knowledge (51,7%), and students who get the influence of negative peer group is more considerably (53,1%) than the student who get the influence from positive peer group (46,9%). The variable which have a relationship between attitudes toward premarital sexual behavior is gender (95% CI;p=0,000;OR=15,34) and negative peer groups influence (95% CI;p=0,000;OR=83,94). Cooperating all of the people is needed to develop the curriculum of reproductive health which is comprehensive and activating the program of PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) is important on the school to make the student aware and keep their attitude not turn into negative behavior.Key words:adolescent, adolescent reproductive health premarital sexual behavior, attitude, peer groupABSTRAK

Remaja merupakan kelompok usia yang rentan terhadap risiko kesehatan reproduksi remaja termasuk perilaku seksual pranikah. Remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun penelitian mengenai perilaku seksual remaja telah banyak dilakukan, namun penelitian mengenai sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah di kota Sukabumi belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah di SMA X Kota Sukabumi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel 211 siswa dari kelas X, XI, XII yang diambil secara acak. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan tingkat kemaknaan = 0,05 atau 95%. Dari penelitian diperoleh bahwa siswa yang mendapat pengaruh teman sebaya yang negatif lebih banyak (53,1%) daripada yang positif (46,9%). Berdasarkan uji Chi Square, pengaruh teman sebaya yang negatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah (95% CI;p=0,000;OR=83,94). Dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam

Kata kunci:kesehatan reproduksi remaja, perilaku seksual pranikah, remaja, teman sebaya, sikap PENDAHULUANRemaja merupakan individu yang sedang mengalami proses pematangan fisik atau pubertas, psikis dan pematangan fungsi seksual. Perkembangan psikologis remaja dilihat berdasarkan kemampuan remaja untuk berpikir secara logis. Secara seksual, remaja telah mengalami proses pematangan organ seksual, tetapi karena masih mencari jati diri, remaja cenderung berkepribadian labil, ingin tahu, dan mencoba-coba apa yang dilakukan oleh orang dewasa sehingga rentan terhadap perilaku berisiko.1,2 Pengetahuan yang kurang tentang masalah seksualitas, menyebabkan remaja terjebak pada pilihan perilaku seksual yang mengkhawatirkan dan bergeser jauh dari norma yang berlaku di masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh United Nation Programme on HIV-AIDS (UNAIDS) tahun 2007 menyatakan bahwa remaja sedang menghadapi tantangan terkena risiko masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi. Setiap tahun diperkirakan lima belas juta remaja berusia 1519 tahun melahirkan, empat juta melakukan aborsi, dan hampir seratus juta terinfeksi Infeksi Menular Seksual (IMS).9 Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN Pusat) pada tahun 2008, hasil survei di 33 provinsi terhadap remaja SMP dan SMA menyatakan bahwa sebanyak 63% remaja sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan 21% diantaranya melakukan aborsi. Hasil penelitian pada tahun 20052006 di kota-kota besar di Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar menyatakan bahwa sebanyak 47,54% remaja mengaku melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Persentase remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Soetjiningsih (2001), remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV-AIDS. Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode pubertas dan diiringi dengan perkembangan seksual. Remaja juga mengalami perubahan fisik dan emosional yang tercermin dalam sikap dan perilaku terhadap seksualitas. Kondisi ini dapat menyebabkan remaja rentan terhadap masalah perilaku seksual berisiko.11 Penelitian yang dilakukan oleh Negeri pada tahun 2014 di Ethiopia Barat menyatakan bahwa tekanan dari teman sebaya berisiko 2,82 kali lebih besar untuk melakukan hubungan seksual pranikah daripada yang tidak mendapatkan tekanan dari teman sebaya. Hasil Survei Kesehatan Remaja Republik Indonesia pada tahun 2002-2003 menyatakan bahwa remaja laki-laki berusia 1519 tahun dan belum menikah pernah melakukan hubungan seksual karena dipengaruhi teman sebaya sebanyak 43,8% dan remaja perempuan berusia 1519 sebanyak 42,3%. Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja di Kota Sukabumi belum pernah dilakukan sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah di Kota Sukabumi. OBJEK DAN METODE

Penelitian ini merupakan studi observasional yang menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross-sectional terhadap 211 responden pada siswa SMA X Kota Sukabumi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dependen (Sikap)

Sikap merupakan respons yang tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus yang diterima (Notoatmodjo, 2007).3 Menurut Newcomb (1978) dalam Marat (1984), sikap merupakan suatu kesediaan untuk bertindak, belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan predisposisi tingkah laku. Prediposisi ini mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinan, ide, dan konsep, yang akan menjawab pertanyaan tentang apa yang dipikirkan atau dipersepsikan. Komponen afeksi menyangkut emosional, yang menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan. Komponen konasi merupakan kecenderungan bertingkah laku, yang menjawab bagaimana kesediaan/kesiapan untuk bertindak. Tabel 4.1 menyajikan gambaran sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015.

Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Sikap Siswa terhadap Perilaku Seksual Pranikah di SMA X Kota Sukabumi tahun 2015

NoSikapJumlah (n)Persentasi (%)

1Permisif10750,7

2Tidak Pemisif10449,3

Total211100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 211 orang yang diteliti, 107 orang (50,7%) di antaranya memiliki sikap permisif dan 104 orang (49,3%) di antaranya memiliki sikap tidak permisif. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki sikap permisif terhadap perilaku seksual pranikah hampir sama dengan jumlah responden yang memiliki sikap tidak permisif.

Menurut Azwar (2009), sikap positif atau permisif merupakan suatu tindakan yang cenderung menerima, mendekatkan, atau menyenangi suatu objek. Sedangkan sikap negatif atau tidak permisif merupakan sikap yang cenderung menjauhi, menghindari atau membenci suatu objek tertentu.34Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jenis kelamin merupakan suatu sifat jasmani dan rohani yang membedakan antara pria dan wanita.37 Menurut Hungu (2007) jenis kelamin merupakan suatu hal yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis sejak lahir.37,38 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

NoJenis KelaminJumlah (n)Persentasi (%)

1Laki-laki8138,4

2Perempuan13061,6

Total211100,0

Tabel 4.2 menunjukkan data responden berdasarkan jenis kelamin. Dari 211 orang yang diteliti, 81 orang (38,4%) di antaranya adalah laki-laki dan 130 orang (61,6%) di antaranya adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. Pernyataan ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pawestri, Wardani, dan Sonna pada tahun 2013 dimana dari 79 responden sebagian besar adalah perempuan (64,6%) dan sisanya adalah laki-laki (35,4%).57 Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah siswa perempuan daripada laki-laki. Dari 940 siswa yang berada di SMA X Kota Sukabumi, 568 siswa berjenis kelamin perempuan (60,4%) dan sisanya sebanyak 372 siswa berjenis kelamin laki-laki (39,6%).

Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan menurut KBBI merupakan segala hal yang diketahui setelah melihat suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Pada Tabel di bawah ini disajikan distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015 tentang hubungan seksual pranikah yang dapat dilihat pada Tabel 4.3Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan

NoPengetahuanJumlah (n)Persentasi (%)

1Baik10951,7

2Kurang10248,3

Total211100,0

Hasil pada Tabel 4.3 menyatakan bahwa dari 211 orang yang diteliti, 109 orang (51,7%) di antaranya memiliki pengetahuan yang baik dan 102 orang (48,3%) di antaranya memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden dengan pengetahuan yang baik hampir sama dengan jumlah responden dengan pengetahuan kurang.

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliantini tahun 2012 pada siswa SMA X di Jakarta Timur dimana dari 96 responden sebanyak 50 responden (52,1%) berpengetahuan baik dan 46 responden (47,9%) berpengetahuan kurang sehingga dapat diketahui bahwa selisih frekuensi tingkat pengetahuan responden tidak terlalu besar. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan suatu keadaan ketika seseorang mengerti setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang penting untuk membentuk suatu tindakan seseorang.6 Widianti et al. (2007) menyatakan bahwa faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan seseorang antara lain pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh baik hasil pengalaman sendiri atau orang lain, semakin luas pengetahuan orang tersebut. Menurut Merakou et al. (2002) jenis kelamin, usia, bidang ilmu sekolah dan jumlah sumber informasi merupakan faktor yang memengaruhi pengetahuan pada remaja.Distribusi Responden berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya (peer group)Menurut Santrock (2004), teman sebaya merupakan remaja yang memiliki umur yang sama dan maturasi yang sama.24 Gambaran pengaruh teman sebaya pada siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya Siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015 NoPengaruh Teman Sebaya (peer group)Jumlah (n)Persentasi (%)

1Positif9946,9

2Negatif 11253,1

Total211100,0

Tabel 4.4 menjelaskan mengenai distribusi responden berdasarkan pengaruh teman sebaya. Dari 211 orang yang diteliti, 99 orang (46,9%) di antaranya memiliki pengaruh teman sebaya yang positif (positive peer group). dan 112 orang (53,1%) di antaranya memiliki pengaruh teman sebaya yang negatif (negative peer group). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengaruh teman sebaya yang memberikan dampak negatif (negative peer group) lebih banyak (53,1%) daripada pengaruh teman sebaya yang memberikan dampak positif (positive peer group). (46,9%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi di SMA Baturaden tahun 2009 yang menyatakan bahwa dari 125 responden, responden yang memiliki pengaruh yang buruk dari teman sebaya (negative peer group) lebih banyak (72,8%) daripada responden yang memiliki pengaruh yang baik dari teman sebaya (positive peer group) (27,2%).59

Teman sebaya menurut Coleman (1990) dalam Saifuddin dan Irwan (1999) merupakan suatu kelompok kecil yang anggotanya berusia relatif sama dan diantara anggota tersebut memiliki hubungan yang akrab antara satu dengan yang lainnya. Teman sebaya dapat menjadi suatu ancaman bagi perkembangan remaja apabila remaja tidak dapat memilih dengan baik teman untuk bergaul.34 Menurut Andini (1996) informasi yang didapat remaja mengenai kesehatan reproduksi melalui teman sebaya dapat memberikan pengaruh dalam penentuan sikap remaja berinteraksi dengan pasangan.

Karakteristik Responden Jenis Kelamin dengan Sikap Siswa terhadap Perilaku Seksual PranikahBerikut ini akan diuraikan hasil analisis hubungan antara karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin dengan sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah pada siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015.

Tabel 4.5 Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin dengan Sikap Siswa terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015

Jenis KelaminSikapTotalOR

(95% CI)Sig

PermisifTidak Pemisif

(n) (%)(n)(%) (n) (%)

Laki-laki5567,92632,18110015,543(1,312,20)0,000

Perempuan5240,07860,0130100

Total10750,710449,3211100

Tabel 5.2 di atas menunjukkan hasil analisis tentang hubungan jenis kelamin dengan sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah. Dari Tabel 5.2 didapatkan bahwa dari 81 orang responden laki-laki, 55 orang (67,9%) di antaranya memiliki sikap permisif dan 26 orang (32,1%) di antaranya memiliki sikap tidak permisif dan dari 130 orang responden perempuan, 52 orang (40,0%) di antaranya memiliki sikap permisif dan 78 orang (60,0%) di antaranya memiliki sikap tidak permisif. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, laki-laki cenderung lebih permisif daripada perempuan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yuliantini pada tahun 2012 yang dilakukan di SMA X di Jakarta Timur yang menyatakan bahwa laki-laki cenderung lebih permisif daripada perempuan. Dari 41 responden laki-laki sebanyak 25 responden (61%) memiliki sikap permisif dan dari 55 responden perempuan hanya 10 orang (18,2%) yang memiliki sikap permisif. Hasil analisis penelitian tersebuut menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan sikap siswa SMA X di Jakarta Timur terhadap perilaku seksual pranikah (p=0,000).

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang penting dalam pembentukan tindakan seseorang (covert behavior). Berikut ini akan diuraikan hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah pada siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015.PengetahuanSikapTotalOR

(95%CI)Sig

PermisifTidak Permisif

n%n%n%

Baik5954,15045,91091001,054

(0,881,50)0,305

Kurang4847,15452,9102100

Total10750,710449,3211100

Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015 Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa dari 107 orang yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap permisif lebih banyak (54,1%) daripada responden yang memiliki pengetahuan kurang dan sikap yang permisif (47,1). Sedangkan dari 104 responden yang memiliki pengetahuan baik dan sikap tidak permisif lebih sedikit (45,9%) daripada responden dengan pengetahuan kurang dan memiliki sikap yang tidak permisif (52,9%). Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai p-value sebesar 0,305 yang menandakan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pembentukan sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliantini pada tahun 2012 di SMA X di Jakarta Timur dari 35 responden, yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang HIV-AIDS dan memiliki sikap yang permisif lebih banyak (38%) daripada responden dengan pengetahuan kurang dan memiliki sikap yang permisif (34,8%). Hasil pada penelitian ini menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah (p= 0,908).

Penelitian ini tidak membuktikan konsep Bloom, bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan tertutup seseorang (covert behavior). Covert behavior yang dimaksudkan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup (covert). Menurut Irawati dan Priyugiarto tahun 2005, hasil penelitian mengenai kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi di 12 kota di Indonesia pada tahun 2002 yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menunjukkan bahwa pengetahuan remaja akan seksualitas sangat terbatas (6,1%). Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ternyata tidak berpengaruh terhadap remaja dalam melakukan hubungan seksual pranikah. Remaja yang tahu maupun tidak tahu tentang kesehatan reproduksi tidak memengaruhi sikap mereka terhadap perilaku seksual pranikah.

Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Sikap Siswa terhadap Perilaku Seksual Pranikah

Berikut ini akan diuraikan hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah pada siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015

Tabel 4.7 Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Sikap Siswa terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa SMA X Kota Sukabumi tahun 2015

Pengaruh Teman Sebaya (peer group)SikapTotalOR

(95%CI)Sig

PermisifTidak Pemisif

(n)(%) (n)(%)(n) (%)

Positif1717.28282.899100.083.937(3,017,28)

0.000

Negatif 9080.42219.6112100.0

Total10750.710449.3211100.0

Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa dari 112 responden yang memiliki pengaruh teman sebaya yang buruk (negative peer group), proporsi responden yang mempunyai sikap permisif lebih banyak (80,4%) daripada responden yang mempunyai sikap tidak permisif terhadap perilaku seksual pranikah (19,6%). Sedangkan dari 99 responden yang memiliki pengaruh teman sebaya yang positif (positive peer group), proporsi responden yang mempunyai sikap permisif lebih sedikit (17,2%) daripada proporsi responden yang mempunyai sikap tidak permisif terhadap perilaku seksual pranikah (82,8%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p-value (0,000) < 0,05 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengaruh teman sebaya (peer group) dengan sikap. Hasil pada penelitian ini menunjukkan nilai odds ratio sebesar 83,937 yang berarti bahwa pengaruh teman sebaya yang negatif (negative peer group) berpeluang 84 kali lebih besar untuk bersikap permisif terhadap perilaku seksual pranikah daripada pengaruh teman sebaya yang positif (positive peer group).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikur:

1. Proporsi responden yang memiliki sikap permisif hampir sama (50,7%) dengan yang tidak permisif (49,3%). Responden paling banyak bersikap sangat tidak permisif terhadap pernyataan wanita boleh melakukan hubungan seksual pranikah (56,9%), seseorang boleh melakukan hubungan seksual pranikah atas dasar saling cinta (43,1%), serta mengenai hal pria yang melakukan hubungan seksual pranikah (42,7%). Sementara itu, responden yang paling banyak bersikap sangat permisif ditunjukkan pada hal mengenai hubungan seksual pranikah adalah melanggar norma (48,3%), hubungan seksual merusak moral remaja (47,9%), serta mengenai seseorang yang memutuskan hubungan dengan lawan jenisnya apabila mengajak berhubungan seksual pranikah (37,9%)2. Sebagian besar responden pada SMA X Kota Sukabumi adalah perempuan (61,6%).3. Responden dengan pengetahuan kurang (48,3%) hampir sama dengan responden dengan pengetahuan yang baik (51,7%). Dari hasil penelitian, hanya sebagian kecil responden yang mengetahui raja singa (sifilis) adalah IMS (1,4%), diikuti dengan mitos mengenai hubungan seksual (6,2%), diikuti dengan bagaimana IMS dapat menular (8,1%) serta mengenai hal bahwa ASI yang terinfeksi HIV-AIDS dapat menularkan virus ke anaknya (21,8%). Sementara itu, sebagian besar responden mengetahui penyakit HIV-AIDS (90%), diikuti dengan cara pencegahan HIV-AIDS (88,2%), definisi hubungan seksual pranikah (81%), penyakit IMS (81%), akibat dari hubungan seksual pranikah (79,6%), dan cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (74,9%). 4. Responden yang mendapat pengaruh teman sebaya yang negatif (negative peer group) lebih banyak (53,1%) daripada responden yang mendapat pengaruh teman sebaya yang positif (positive peer group) (46,9%). 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah dimana laki-laki mempunyai kemungkinan 15,5 kali lebih besar untuk memiliki sikap permisif terhadap perilaku seksual pranikah dibandingkan perempuan (p=0,000;OR=15,543).6.Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap siswa SMA X Kota Sukabumi terhadap perilaku seksual pranikah. (p=0,305)

7.Terdapat hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya (peer group) dengan sikap siswa terhadap perilaku seksual pranikah dimana responden yang mendapat pengaruh teman sebaya yang negatif (negative peer group) memiliki kemungkinan 84 kali lebih besar untuk bersikap lebih permisif daripada responden yang mendapat pengaruh teman sebaya yang positif (positive peer group). (p=0,000;OR=83,937)

DAFTAR PUSTAKA1. Pratiwi YR. Kesehatan Remaja di Indonesia. (Available from: http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/overview-adolescent-health-problems-and-services.html) [Diunduh 09 Mei 2014].

2. Gunarsa YSD. Psikologi untuk Membimbing. Jogjakarta: BPK Gunung Mulia; 1991. 89 p.

3. Notoadmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007. 89-90,139 p.

4. Data Statistik Indonesia. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota tahun 2005. (Available from:http://www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?option=com_tabel&kat=1&idtabel=116&Itemid=165) [Diunduh 25 Juni 2014].

5. Syah PS. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 2011.

6. Yayasan Spiritia. Statistik kasus AIDS di Indonesia. (Available from: http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1) [Diunduh 09 Mei 2014].

7. Radar Sukabumi. KPA Temukan 20 Penderita AIDS Baru. (Available from: http://radarsukabumi.com/?p=102656) [Diunduh 06 Juni 2014]

8. UNAIDS. Global Report 2013. (Available from: http://www.unaids.org/sites/default/files/en/media/unaids/contentassets/documents/epidemiology/2013/gr2013/UNAIDS_Global_Report_2013_en.pdf ) [Diunduh 15 Desember 2014]9. Republika Online. 63 Persen Remaja melakukan hubungan seksual tahun 2008. (Available from: http://www.republika.co.id/berita/shortlink/21526) [Diunduh 01 Januari 2015].

10. Soetjiningsih SC. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta; Sagung Seto. 2001. 50 p.

11. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jawa Barat. http://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2014/Riskesdas2007%20-%20Province%20Report%2032%20JABAR.pdf. 2007. Hal 162 . [Diakses pada tanggal 09 Juni 2014]

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI). Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) Pedoman Pelaksanaan Kampanye HIV dan AIDS pada Kaum Muda Usia 15-24 tahun. 2000

13. Sekretariat KPA Nasional. Lembar Fakta Orang muda dan HIV di Indonesia.http://www.aidsindonesia.or.id/repo/perpustakaan/Lembar_Fakta_Remaja_Rev.pdf . Diunduh pada tanggal: 27 Agustus 2014.

14. Pawestri; Wardani RS; Sonna M. 2013. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja tentang Seksual Pranikah. Jurnal Keperawatan Maternitas. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=129057&val=5088 [diunduh pada tanggal: 24 Agustus 2014]

15. Prihatin. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Sikap Siswa SMA terhadap Hubungan Seksual Pranikah di Kota Sukoharjo., Tesis., Prodi S2 IKM UNDIP.

16. Dewi P. Pengetahuan Siswa SMU Negeri 39 Cijantung, Jakarta Timur tentang HIV/AIDS Tahun 2008. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124086-S-5242-Pengetahuan%20siswa-HA.pdf . [Diunduh pada tanggal: 25 Agustus 2014].

17. Widyastuti, E.S. Faktor Personal dan Sosial yang mempengaruhi Sikap Remaja terhadap Hubungan Seks Pranikah. http://eprints.undip.ac.id/19989/1/elisabet_setya.pdf. [Diunduh pada tanggal 20 Desember 2014]

18. Negeri LE. Assessment of risky sexual behavior and risk perception among youths in Western Ethiopia. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/14/301 [diunduh pada tanggal: 15 Januari 2015]

19. News Okezone. Tiap tahun Remaja Seks Pra Nikah Meningkat. http://news.okezone.com/read/2010/12/04/338/400182/tiap-tahun-remaja-seks-pra-nikah-meningkat. 2000. [Diunduh pada tanggal 13 Desember 2014]

20. Sleving, Eisenberg, Pettingell, Skay. 2006. Friends Influence on Adolescent First Sexual Intercourse. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16554267. [Diunduh pada tanggal 15 Desember 2014]

21. Sarwono, S. W. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2002.

22. Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 20022003). http://www.worldcat.org/title/survei-kesehatan-reproduksi-remaja-indonesia-2002-2003/oclc/224920628&referer=brief_results . [Diunduh pada tanggal: 14 Desember 2014]

23. Sarwono SW. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2002.

24. Santrock WJ . Adolescence Perkembangan Remaja . 6th ed. Jakarta: Erlangga; 2003.25. Syah PS. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 2011.

26. Demartoto A. Mengerti, Memahami, dan Menerima Fenomena Homoseksual. http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/seksualitas-undip.pdf. [Diunduh pada tanggal 14 Desember 2014]PAGE vii