kepemimpinan dan perubahan budaya organisasi … s… · kepemimpinan dan perubahan budaya...
Post on 06-Feb-2018
275 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Kepemimpinan danperubahan budaya
organisasimenuju budaya
keselamatan pasien
Laksono TrisnantoroMagister Manajemen Rumah Sakit dan
Magister Kebijakan Manajemen PelayananKesehatan, FK UGM
Model Berfikir Sense Making dalam mengamati mutu di presentasi ini
DeteksiadanyaPerubahan
Selama 20 tahunterakhir ini
PenafsiranUsulan
tindakan
sebagai
respons
Pemahaman
Mengenai
apa yang
terjadi di
aspek mutu,
termasuk
membanding
kan dengan
di LN
Refleksi: Forum Internasional mengenai Quality and Safety di Paris 2012
Di negara maju
Aspek budayakeselamatan pasien di rumahsakit mengacu tidakhanya ke penerbanganbiasa,
tapi sampai ke Aerospace dan juga balapan Formula 1.
Negara maju ingin benchmark yang lebih tinggi, yang oleh sebagian pihakmungkin dianggap berlebihan.
Sumber: Forum Internasional mengenai Quality and Safety di Paris 2012
Namun tetap masih ada kecelakaan;
Meledaknya pesawat shuttle Challenger; Mengapa?
Ada gejala
“Normalization of Deviance”. Suatu situasi dimana yang menyimpang dianggap normal.
Situasi ini ternyata fatalakibatnya
Pemahamantentangkeadaanbudaya mutudi Indonesia:yang menghadapi dua front
yang berbeda:
Front 1: Dalam konteks persiapanBPJS
• Mutu dan keselamatanpasien ini masih belummenjadi gerakanpenting.
• Pergulatan masihberada di pembiayaandan akses pelayanankesehatan.
Front 2: Dalam pelayanan kesehatanbertaraf internasional
Situasi mutu pelayanan: • Dinilai masih rendah
dibanding dengan RS-RS di Asia Tenggara.
• Indonesia dianggap sebagaipasar, bukan penyedia dalampelayanan kesehataninternasional
Mengapa situasi mutu masih sepertiini?
• Pengamatansekitar 20 tahunini menunjukkanbahwa sistem mutupelayanan belumberkembang baik.
• Mutu merupakankinerja dari banyakfaktor yang perludianalisis
• Analisis dilakukandengan pendekatanBerwick
Faktor Lingkungan rumahsakit (1):
• Kementerian Kesehatanbelum mempunyai Direktoratyang fokus pada mutupelayanan
• Dinas Kesehatan Propinsi danKabupaten, belum berfungsimaksimal dalam perijinandan pengawasan (walaumempunyai mandat).
• Badan Pengawas RS sesuaiamanah UURS belum berjalan
Faktor Lingkungan rumahsakit (2):
• Sistem pembiayaan belummenjadi penentu untukrujukan
• Pembiayaan melalui out-of-pocket masih dominandan cenderung “supplier induce demand”
• perusahaan asuransi masihbelum kuat mendoronggerakan mutu danpendanaannya lemah(tidak menarik bagiprovider)
Faktor Lingkungan rumahsakit (3):
• Sistem akreditasi RS masih didominasikegiatan melakukanassessmen/penilaiandengan sistem wajibyang belum tepat
• Konsultan mutu untukperbaikan di RS yang berfungsimeningkatkan kinerjabelum banyak
Faktor Lingkungan rumahsakit (4):
• Jumlah dokter spesialis-sub spesialis terbatas, karena tempatpendidikannya terbatas
• Kurikulum pendidikandokter dan dokterspesialis belummemasukkan mutu
• Pendidikan residenbelum ada pengaturanjelas
Faktor Organisasi (1)
• Pemilik RS belummenempatkan mutusebagai hal utama
• Kebijakan akreditasi JCI merupakan sebuahlompatan ke arah budayamutu yang belumdidukung oleh kesiapan RS
• Sumber daya manusia RS di Indonesia masih belumsiap, termasuk sistembekerja yang “nyambi”
• DI berbagai daerah adakekurangan SDM kesehatan
Faktor Organisasi (2)
• Organisasi RS dansistemnya belummempunyai sistem mutuyang baik
• Sistem IT (termasukMedical Record) belummenunjang untuk mutu
• Sistem insentif dandisinsentif untuk mutubelum bekerja denganbaik
Faktor Organisasi (3)
• Direksi RS belum banyakyang menunjukkankepemimpinan dalammutu
• Pemilihan Direktur RS (di daerah) banyak yang didominasi pengaruhpolitik lokal, bukankompetensi.
Faktor Mikro
• Sebagian tenaga medikbelum perduli mutu
• Perhimpunan profesi, sebagian masihmemikirkankesejahteraan anggota, belum sampai mutupelayanan
• Normalization of deviance (misal tidakmencuci tangan, keterlambatan) masihkental
Situasi di masyarakat
masyarakat sendirimasih belum tahuapa yang menjadihaknya,
termasukmendapatkanpelayanankesehatanbermutu.
Penafsiran
Budaya mutubelum kuatkeberadaannya di sektor pelayanankesehatanIndonesia
• “Normalization of Deviance” sering terlihat sehari-hari
• Gerakan mutu menjadi “tidak penting” di tataran pelaksana.
• Bisa terjadi skeptisme: Ah...hanya teori.......
Itu hanya dapat di negara maju
Pe
Catatan:Dalam situasi ini, masa depan mutu pelayananrumahakit di Indonesia merupakan hal yang tidak pasti.
• Pendidikan yang menekan mengenaimutu dan keselamatan pasien bisakehilangan pijakan riil
• Dapat memperburuk situasi ah teori…...
Bagaimana Solusinya?
Perlu
Perubahan(yang terencana, bukan karenafaktor luck)
Perubahan apa yang diperlukan:
Di lingkunganpelayanankesehatan:• Perbaikan tata kelola sistem
kesehatan• Transparansi laporan• Keberanian untuk melakan
pencabutan ijin (DinasPerijinan vs Dinas Kesehatan)
• …• …
Di dalam rumahsakit• Perbaikan budaya mutu• Pengembangan sistem mutu• ….• ….
Rumahsakit
Perbaikan Tata Kelola SistemKesehatan (1)
Sebaiknya ada penegasanmengenai siapa yang regulator dansiapa yang operator. DI Kemenkes diharapkan:• Terjadi pemisahan antara fungsi regulator
dan operator RS• RS-RS vertikal di DitJen BUK sebaiknya
dikumpulkan menjadi semacam holding untuk 40an RS vertikal yang BLU
• DitJen BUK dapat konsentrasi sebagairegulator, khususnya untuk aspek mutupelayanan kesehatan
• Perlu anggaranuntuk fungsiregulasi yang cukup
• Para regulator tingkat nasionalharus diberipelatihan khusus
Perbaikan Tata Kelola SistemKesehatan (2)
• Di Daerah: Dikembangkan penguatan sistempengawasan mutu dalam konteks perijinan olehDinas Kesehatan
• Jangan sampai Perijinan ditangani oleh DiansPerijinan (satu pintu) tanpa peran DinasKesehatan
• Ada anggaran untuk fungsi regulasi yang cukup
• Para regulator daerah harus diberi pelatihankhusus
Perbaikan Tata Kelola SistemKesehatan (3)
Untuk Akreditasi:
• Diharapkan ada pemisahan antara penilaidengan konsultan mutu
• Jangan sampai kegiatan akreditasi didominasipenilaian saja
• Dilakukan pengembangan konsultan mutu, dalam jumlah dan mutu.
• Perlu ada pilot-pilot untuk peningkatan mutudi RS
Perbaikan Tata Kelola SistemKesehatan (4)
Pelaksanaan Badan Pengawas RS berdasarkanUU RS
• Diharapkan ada aktivasi Badan Pengawas di Pusat
• Pengembangan Badan Pengawas di Propinsi
• Adanya uji coba di beberapa provinsi yang membutuhkan segera: DKI, DIY, Kaltim, Riau, Sumatera Utara, Bali, Sulawesi Selatan
Catatan: Berdasar UU RS
Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia bertugas:
• membuat pedoman tentang Pengawasan Rumah Sakituntuk digunakan oleh Badan Pengawas Rumah SakitProvinsi; (catatan Provinsi tidak wajib membuat)
• membentuk sistem pelaporan dan sistem informasiyang merupakan jejaring dari Badan Pengawas RumahSakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah SakitProvinsi; dan
• Melakukan analisis hasil pengawasan dan Memberikanrekomendasi kepada pemerintah dan pemerintahdaerah untuk digunakan sebagai bahan pembinaan.
Perbaikan Tata Kelola SistemKesehatan (5)
Pendidikan Kedokteran
• Diharapkan ada penambahan jumlah tempatpendidikan spesialis dan sub-spesialis
• Perubahan radikal terhadap residen
• Pengembangan materi mutu pelayanan di pendidikan tenaga kesehatan
Perbaikan Mutu di RS: Perlu perubahan budaya yang terkelola
Diperlukan sebuah sistem mutu yang mencakup:• Tujuan• Pemahaman perilaku saat ini • Rancangan struktur dan metode
peningkatan mutu dalam tata-kelola RS
• Pelatihan, • Sistem Aturan• Sistem Insentif untuk SDM• Sistem yang dapat mengkontrak
tenaga dan peralatan.
Dipahami dan disepakatioleh:• Pemilik• Direksi• SDM Klinis• dan semua staf
Sumber: Forum Internasional mengenai Quality and Safety di Paris 2012
Diharapkan terjadi:
Perubahan sikap perubahan perilaku, dan akhirnya
perubahan iklim organisasi, serta
perubahan budaya dalam kurun waktu yang disepakati
Perubahan berbagai faktorini membutuhkan :
• Minat untukpengembangan mutu
• Membuang kebiasaanlama dan cara pandanglama, termasuk: menyangkal adanyamasalah, tidak mauberfikir yang baru, dantidak mau ada perubahan
• Keberanian untukmenghilangkankecemasan akanperubahan-perubahan ini.
• MembutuhkanPemimpin-pemimpin di berbagailembaga
30
Bagaimana ciri Pemimpin yang dibutuhkan di perubahan ini?
• Pemimpin-pemimpin di sektor kesehatan, yang tidak puas dengan situasi yang terjadi saat ini.
• Pemimpin yang tidak menyangkal adanyamasalah
• Mempunyai komitmen kuat untuk mengembangkan mutu.
• Pemimpin yang sadar bahwa harusbekerja sama
• Pemimpin yang mampu melihat detail termasuk bagaimana menghilangkanNormalization of deviance
• Siapamereka?
Diadaptasi dari Forum Internasional mengenai Quality and Safety di Paris 2012
Pemimpin di Lingkungan RS
• Pimpinan di Kementerian Kesehatan• Pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Propinsi,• Pimpinan kelompok akreditasi RS• Pimpinan perusahaan asuransi kesehatan• Pimpinan Badan Pengawas RS di pusat dan propinsi-
propinsi tertentu. • Pimpinan/dosen lembaga pendidikan• Pimpinan perguruan tinggi• Pimpinan lembaga konsultan mutu• Pimpinan LSM• …
Pemimpin di dalam RS
• Pemilik RS
• Direktur RS
• Kepala-kepala Bidan/Manajer
• Pimpinan Dewan Pengawas
• Pimpinan SMF dan Komite Medik
Pemimpin dalam proses klinis
• Dokter spesialis yang menjadi pemimpin klinisdalam proses penanganan pasien
• Pimpinan tim keperawatan
• Pimpinan tim penunjang .
• …….
Diskusi:
Pertanyaan pentingnyaadalah:
Apakah tersediapemimpin-pemimpin tersebutyang siap di 2 front: domestik daninternasional
top related