analisis rantai pemasaran dan besar marjin …repository.utu.ac.id/524/1/i-v.pdf · dengan ridha-mu...
TRANSCRIPT
ANALISIS RANTAI PEMASARAN DAN BESAR MARJIN
PEMASARAN IKAN ASIN PADA TIAP PELAKU
PEMASARAN DI DESA PADANG RUBEK
KECAMATAN KUALA PESISIR
KABUPATEN NAGAN RAYA
Skripsi
OLEH :
HASAN BASRI
09C10404023
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
2014
ANALISIS RANTAI PEMASARAN DAN BESAR MARJIN
PEMASARAN IKAN ASIN PADA TIAP PELAKU
PEMASARAN DI DESA PADANG RUBEK
KECAMATAN KUALA PESISIR
KABUPATEN NAGAN RAYA
Oleh : Hasan Basri
NIM : 09C10404023
Pembimbing : 1. Rahmat Pramulya, STP, MM
2. Dahnil Muljadi, SP
ABSTRAK
Sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan salah satu potensi
unggulan dalam konteks pembangunan ekonomi. Dengan mencermati
beragamnya sumberdaya, pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia
mempunyai potensi besar dan melibatkan banyak pihak. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Juni s/d November 2013 dan berlokasi di Desa Padang Rubek
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive
Sampling) yaitu pada setiap pelaku pemasaran yang terlibat yakni :
nelayan/pengolah ikan asin, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul tingkat
kecamatan, pedagang grosir ikan asin dan pedagang pengecer. Pengambilan
sampel 50 % dari jumlah populasi 22 orang yaitu 11 orang.
Rantai pemasaran ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya terdiri dari tiga tipe rantai pemasaran. Semakin
pendek rantai pemasaran, maka akan semakin besar keuntungan yang didapatkan
oleh suatu lembaga, begitu juga sebaliknya.
Pada saluran pemasaran I besaran margin share adalah Rp.49.000/kg. Pada
tingkat pedagang pengumpul desa Rp 5.000,-/kg. Pada tingkat pedagang
pengumpul Kecamatan Rp 7.000,-/kg. Pada tingkat pedagang grosir Rp 8.000,-/kg
dan pada tingkat pedagang pengecer Rp 10.000,-/kg. Sedangkan bagian diterima
pengolah ikan asin (fisherman’s share) sebesar 68,42 persen. Pada saluran
pemasaran II besaran margin share pengolahan ikan asin sebesar Rp 49.000,-/kg.
Pada tingkat pedagang pengumpul desa Rp 5.000,-/kg. Pada tingkat pedagang
grosir Rp 15.000,-/kg. Sedangkan bagian diterima pengolah ikan asin (fisherman’s
share) sebesar 76,47 persen.
Pada saluran pemasaran III besaran margin share pengolahan ikan asin
sebesar Rp 49.000,-/kg. Pada tingkat pedagang pengumpul desa Rp 5.000,-/kg.
Pada tingkat pedagang pengecer Rp 25.000,-/kg. Sedangkan bagian diterima
pengolah ikan asin (fisherman’s share) sebesar 68,42 persen.
Kata Kunci : rantai pemasaran, marjin pemasaran ikan asin
ANALISIS RANTAI PEMASARAN DAN BESAR MARJIN
PEMASARAN IKAN ASIN PADA TIAP PELAKU
PEMASARAN DI DESA PADANG RUBEK
KECAMATAN KUALA PESISIR
KABUPATEN NAGAN RAYA
Skripsi
OLEH
HASAN BASRI
09C10404023
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Analisis Rantai Pemasaran Dan Besar Marjin
Pemasaran Ikan Asin Pada Tiap Pelaku
Pemasaran Di Desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
Nama : Hasan Basri
Nim : 09C10404023
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Rahmat Pramulya, STP, MM Dahnil Muljadi, SP
NIDN. 01-1710-7502 NIDN. 01-0903-8201
Mengetahui,
Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Dekan,
Diswandi Nurba, STP, MSi Yoga Nugroho, SP, MM
NIDN. 01-2804-8202
Tanggal Lulus : 20 Februari 2014
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi dengan judul :
ANALISIS RANTAI PEMASARAN DAN BESAR MARJIN PEMASARAN
IKAN ASIN PADA TIAP PELAKU PEMASARAN DI DESA PADANG
RUBEK KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA
Yang disusun oleh :
Nama : Hasan Basri
NIM : 09C10404023
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Februari 2014 dan
dinyatakan lulus memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Rahmat Pramulya, STP, MM
(Dosen Pembimbing I) ................................................
2. Dahnil Muljadi, SP
(Dosen Pembimbing II) ................................................
3. Yoga Nugroho, SP, MM
(Dosen Penguji I) ..............................................
4. Mutia Dewi, SP
(Dosen Penguji II) ................................................
Alue Peunyareng, 20 Februari 2014
Ketua Prodi Agribisnis
Yoga Nugroho, SP, MM
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Hasan Basri
NIM : 09C10404023
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi yang saya
susun ini dengan tema “Analisis Rantai Pemasaran dan Besar Marjin
Pemasaran Ikan Asin Pada Tiap Pelaku Pemasaran Di Desa Padang Rubek
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya “ tidak terdapat bagian atau
satu kesatuan yang utuh dari skripsi, tesis, disertasi, buku atau bentuk lain yang
saya kutip dari karya orang lain tanpa saya sebutkan sumbernya yang dipandang
sebagai tindakan penjiplakan. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya
ilmiah atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang
dijadikan seolah – olah karya saya sendiri. Apabila ternyata terdapat dalam skripsi
saya bagian – bagian yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan
kesediaan untuk dibatalkan sebagian atau seluruh hak keserjanaan saya.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan bila mana diperlukan.
Alue Peunyareng, 20 Maret 2014
Pembuat Pernyataan
HASAN BASRI
09C10404023
PERSEMBAHAN
“Pelajarilah ilmu pengetauan, sesungguhnya mempelajari ilmu pengetahuan adalah tanda takut kepada ALLAH,
memnuntutnya adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, membalasnya adalah jihad, mengajarkannya kepda orang
yang tidak mengetahui adalah shadaqah, dan menebarkannya adalah pengorbanan” (H.R Turmudzi)
Dengan ridha-Mu ya Allah... Hamba memohon hidayah, bimbingan dan petunjuk-Mu
dalam setiap langkah dan cita-citaku supaya dapat meraih kesuksesan dihari kelak dengan sempurna yang dapat
membahagiakan ayah dan ibunda. Satu langkah sudah ku tempuh, satu kesulitan telah ku hadapi walau terkadang aku
tertatih-tatih dan sering tersandung, namun aku yakin untuk melangkah dengan pasti.... Ayahnda dan Ibunda tercinta...
Hanya dengan do’a dan keringatmulah aku dapat menggapai yang cita-cita yang selama ini aku impikan, tak ada yang sanggup aku lakukan untuk membalas jasamu, tak ada sat katapun yang ku ungkapkan kecuali ucapan terima
kasih yang tak terhingga... Ayahnda dan ibunda tercinta...
Do’aku selalu menyertaimu. Ku ingin menuangkan baktiku untukmu lewat secercah keberhasilanku dengan kehendak
Nya.. Dengan segenap ketulusan hati ku persembahkan karya tulis
ini kepada yang mulia, Ayahnda Saki, Ibunda Tistawani, dan juga seluruh kelurgaku tercinta
Terima kasih kepada teman-teman yang seperjuangan yang telah memberikan motivasi sehingga terselesainya skripsi ini.
Thank’s to My heart Lisa Andila yang telah ikut berpartisipsi dalam proses pembentukan skripsi ini...
Wassalam
Hasan Basri
RIWAYAT PENULIS
Hasan Basri, Lahir di Desa Gunong Sapek Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya pada tanggal 06 November 1989 dari pasangan Bapak Saki dan Ibu
Tistawani dan merupakan anak ke 2 (dua) dari 6 (enam) bersaudara. Jenis kelamin
penulis laki - laki dan beragama Islam. Status penulis belum menikah.
Riwayat Pendidikan : Lulus sekolah dasar di SD Negeri Tadu Ateuh Tahun 2002,
kemudian melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 7 Kuala dan lulus pada Tahun
2005. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tingkat Umum
Negeri I Kuala dan lulus pada Tahun 2009. Pada Tahun 2009, penulis menjadi
mahasiswa di Universitas Teuku Umar Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Di
Meulaboh Aceh Barat.
Selama mengikuti pendidikan di Universitas Teuku Umar, untuk menambah
wawasan serta pengetahuan penulis berkecimpung di beberapa organisasi, yaitu
pernah menjadi anggota pramuka di Universitas Teuku Umar Tahun 2012 dan
sebagai anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Universitas
Teuku Umar Tahun 2012.
ANALISIS RANTAI PEMASARAN DAN BESAR MARJIN PEMASARAN
IKAN ASIN PADA TIAP PELAKU PEMASARAN
DI DESA PADANG RUBEK KECAMATAN KUALA PESISIR
KABUPATEN NAGAN RAYA
Oleh
Hasan Basri (1)
Rahmat Pramulya, STP. MM (2)
Dahnil Muljadi, SP(2)
ABSTRAK
Sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan salah satu potensi
unggulan dalam konteks pembangunan ekonomi. Dengan mencermati luasnya
beragamnya sumberdaya kelautan dan perikanan, pembangunan kelautan dan
perikanan Indonesia mempunyai potensi yang sangat lebar dan mencakup banyak
pihak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni s/d November 2013. Yang
berlokasi di Desa Padan Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive
Sampling) yaitu pada setiap pelaku pemasaran yang terlibat yakni :
nelayan/pengolah ikan asin, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul tingkat
kecamatan, pedagang grosir ikan asin dan pedagang pengecer. Pengambilan
sampel hanya 50 % dari jumlah populasi 22 orang yaitu 11 orang.
Rantai pemasaran ikan segar dan ikan yang telah diolah di Desa Padang
Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya terdiri dari empat tipe
rantai pemasaran. Semakin pendek rantai pemasaran, maka akan semakin besar
keuntungan yang di dapatkan oleh suatu lembaga, begitu juga sebaliknya\
Besarnya fisherman’s share dari masing-masing saluran memiliki besaran yang
berbeda dan yang mempunyai kesamaan fisherman’s share terdapat pada tipe II
dan IV. Bagian yang diterima nelayan (fisherman’s share) terbesar terdapat pada
saluran I yaitu sebesar 83,33 persen sehingga saluran I relatif efisien dari saluran
pemasaran lainnya. Pada saluran I didapatkan fisherman’s share lebih besar
dikarenakan pertukaran informasi pasar pada saluran I relatif lebih mudah dan
tujuan pasarnya juga tidak terlalu jauh sehingga biaya pemasaran pun lebih
sedikit.
Secara keselurahan, total jumlah marjin pada saluran pemasaran tipe I
sebesar Rp. 2.000, pada saluran pemasaran tipe II sebesar Rp. 83.000, pada
saluran pemasaran tipe III sebesar Rp. 73.000 dan pada saluran pemasaran tipe IV
sebesar Rp. 83.000.
Kata kunci : Rantai Pemasaran Dan Marjin Pemasaran Ikan Asin
1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar 2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
1
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan salah satu potensi
unggulan dalam konteks pembangunan ekonomi. Dengan mencermati
beragamnya sumberdaya pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia
mempunyai potensi berkembang yang besar dan melibatkan banyak pihak. Untuk
itu, pembangunan kelautan dan perikanan perlu didukung oleh semua komponen
bangsa serta membutuhkan keterpaduan dan pengintegrasian unsur-unsur terkait.
Aceh merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang secara geografis
dikelilingi laut dimana 17 kabupaten/kota berhubungan langsung dengan laut.
Ekosistem perairan pesisir dan laut Aceh sangat strategis dan sesuai untuk
kehidupan berbagai jenis biota serta kegiatan usaha perikanan tangkap dan
budidaya. Di sepanjang pesisir Aceh terdapat ekosistem Mangrove yang dapat
berfungsi antara lain sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai jenis biota laut
dan mencegah terjadinya abrasi pantai.
Pembangunan dan pengembangan perikanan di Provinsi Aceh
membutuhkan perhatian serius dari semua pihak mengingat perikanan adalah
sektor yang mengalami kerusakan paling parah akibat bencana Tsunami dan
gempa bumi pada tahun 2004. Hal tersebut dilandasi karena perikanan provinsi
Aceh memiliki beragam potensi yang ditunjang oleh ekosistem, perangkat sosial
dan ekonomi kelembagaan maupun potensi produksi yang belum dimanfaatkan
secara optimal.
2
2
Pada bidang sosial dan ekonomi kelembagaan pengembangan perikanan
Aceh memiliki organisasi Panglima Laut level Provinsi sampai Kecamatan, Badan
Masyarakat Petani Tambak (BMPT), Dinas Kelautan dan Perikanan maupun
berbagai lembaga ekonomi koperasi yang selalu siap membantu para nelayan
untuk memasarkan produksi mereka pada pasar lokal, regional, nasional bahkan
internasional. Hal di atas semakin menambah potensi perikanan Provinsi Aceh
yang sangat beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat Aceh khususnya, namun sayangnya kekayaan kelautan
dan perikanan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Menurut Sulistiono dan Nugroho (2007) potensi sumberdaya ikan (stock
assessment) di Aceh rata-rata per tahunnya adalah 423.410 ton. Potensi ini terdiri
dari potensi rata-rata di perairan teritorial dan perairan kepulauan sebesar 220.090
ton per tahun dan di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sebesar 203.320 ton per
tahun. Potensi lestari atau maximum sustainable yield (MSY) di perairan teritorial
dan kepulauan Aceh sebesar 110.045 ton per tahun dan Total Allowable Catch
(TAC) di perairan ZEE sebesar 80 % atau 162.656 ton per tahun. Berarti total
potensi lestari seluruhnya rata-rata mencapai 272.701 ton per tahun dengan
tingkat pemanfaatan baru mencapai 37,60 % atau 102.555 ton per tahun atau
dengan kata lain masih terdapat peluang pengembangan sebesar 62,40 %.
Fakta lain yang bersumber dari Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Aceh menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat Aceh mengkonsumsi
ikan sebanyak 35 Kg per tahun per kapita. Jumlah ini melebihi konsumsi ikan
Nasional dimana permintaannya hanya 20,15 Kg per tahun per kapita. Rasio
3
3
penawaran ikan di Aceh adalah 138.612 ton per tahun, lebih besar dari pada rasio
permintaannya yang hanya sebesar 96.118 ton per tahun (BPS Aceh, 2011).
Sehingga dapat dikatakan bahwa produksi ikan Aceh surplus dan dapat
diperdagangkan ke daerah atau ke negara lain. Namun fakta lain menunjukkan
bahwa rata-rata harga ikan di Aceh relatif lebih tinggi harganya dibandingkan
dengan daerah di luar. Kabupaten Nagan Raya merupakan sebuah daerah pesisir
yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia sehingga memiliki banyak
potensi di bidang kelautan. Selain mempunyai potensi wisata bahari, tentu saja
memberi keuntungan lain bagi daerah ini, yaitu terbukanya lapangan usaha
penangkapan ikan.
Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh menyebutkan bahwa produksi
perikanan laut Kabupaten Nagan Raya rata-rata 12.000 ton per tahun yang
diusahakan oleh sekitar 10.560 nelayan. Hasil ini sebagian besar dikonsumsi
penduduk lokal. Hanya sekitar sepertiga yang diserap konsumen lain setelah
dikirim ke Medan. Seperti wilayah Indonesia lainnya, iklim wilayah pantai Barat
Indonesia seperti di Kabupaten Nagan Raya dipengaruhi oleh angin Muson yang
mengakibatkan dua musim yaitu musim barat dan musim timur.
Musim barat adalah Angin yang datang dari arah barat dengan kecepatan
kencang sampai amat kencang, sedangkan musim timur adalah angin yang datang
dari arah timur. Musim barat terjadi pada bulan Mei sampai bulan Juli.
Selanjutnya pada bulan Agustus sampai bulan Oktober merupakan musim
peralihan antara musim barat ke musim timur. Bulan November sampai bulan
Januari merupakan puncak musim, sebelum kembali ke musim barat, terjadi
4
4
musim peralihan dari timur ke barat yang terjadi antara bulan Februari sampai
bulan April.
Desa Padang Rubek yang terletak di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten
Nagan Raya merupakan salah satu desa penghasil ikan asin. Pengolahan ikan
segar menjadi ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir
bertujuan agar masa simpannya menjadi lebih lama dan juga menambah nilai
ekonomis serta menghindari tingkat kerugian ketika ikan hasil tangkapan nelayan
membludak. Hal tersebut menyebabkan daerah ini dikenal luas sebagai produsen
ikan asin oleh masyarakat Aceh.
Dalam usahatani para nelayan, penanganan terhadap usaha peningkatan
produksi serta pendistribusian hasil produksi atau pemasaran merupakan suatu
masalah yang memerlukan pemecahan karena rendahnya pendapatan para nelayan
sangat terkait dengan pemasaran. Hal ini ditujukan untuk memperpendek saluran
pemasaran serta memperkecil margin pemasaran. Untuk menghitung bagian yang
diterima nelayan dari harga akhir yang dibayar konsumen, maka analisa share
nelayan, margin pemasaran dan profit margin merupakan hal yang penting untuk
mengetahui komponen-komponen biaya pemasaran yang paling tinggi.
Sehingga akan ditemukan cara pemecahannya serta biaya pemasaran dapat
diperkecil sehingga harga akhir masih dapat dijangkau konsumen. Berdasarkan
uraian di atas peneliti merasa tertarik melakukan suatu penelitian untuk mengkaji
“Analisis Rantai Pemasaran dan Besar Marjin Pemasaran Ikan Asin Pada
Tiap Pelaku Pemasaran di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya“
5
5
1.2. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,
maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah rantai pemasaran ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh ?
2. Berapakah besaran share pengolah ikan asin, margin dan profit margin pada
pemasaran ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis rantai pemasaran ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh.
2. Menentukan besaran share pengolah ikan asin, margin dan profit margin pada
setiap lembaga pemasaran ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu rumusan
yang dapat berguna untuk :
1. Dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membangkitkan
perekonomian masyarakat khususnya dari bidang perikanan
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta diharapkan
dapat memberi masukan bagi pemerintah sebagai sumbang pikiran bagi
6
6
pengambil keputusan dan membuat kebijaksanaan yang berkenaan dengan
pembangunan sektor perikanan dan usaha tani nelayan.
3. Sebagai syarat kurikulum untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
7
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rantai Pemasaran Ikan Asin
Rantai pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses itu individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mempertukarkan
produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain. Dengan mengkaji rantai
pemasaran kita dapat mengetahui efektivitas pemasaran yang tercapai pada setiap
lembaga pemasaran, karena efektivitas tersebut sangat berkaitan erat dengan
pendapatan yang diperoleh setiap pelaku pemasaran. Usaha-usaha memperpendek
mata rantai pemasaran/tataniaga adalah salah satu jalan membantu petani untuk
meningkatkan pendapatannya (Kotler, 2001).
Umumnya saluran pemasaran yang terpendek memberikan penerimaan
yang terbesar dan resiko pemasaran yang terkecil bagi produsen. Menurut Kotler,
(2001) dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen, terdapat lima
macam saluran pemasaran yaitu:
1. Arus fisik (physical flow). Saluran pemasaran ini mengisahkan gerakan nyata
dari produk fisik, mulai dari bahan mentahnya sampai kepada konsumen
terakhir, seperti pada gambar 1 berikut ini.
Pengangkutan Pedagang Penyuplai Pengangkutan Produsen
Pengangkutan
Konsumen
8
8
2. Arus hak milik (title flow). Saluran pemasaran ini merincikan peralihan hak
milik dari badan pemasaran yang satu ke yang lain, seperti pada gambar 2
berikut ini.
3. Arus pembayaran (payment flow) Saluran pemasaran ini mengisahkan kaum
pelanggan membayar melalui lembaga keuangan lainnya ke pihak penyalur,
penyalur membayar pihak produsen, seperti pada gambar 3 berikut ini.
4. Arus informasi (information flow). Saluran pemasaran ini merincikan cara
pertukaran informasi di antara berbagai badan dalam rangka saluran
pemasaran, seperti pada gambar 4 berikut ini.
5. Arus tempat (place flow). Saluran pemasaran ini bertujuan dari aliran arus fisik
dan hak milik yaitu perpindahan produk dari lokasi produsen sampai ke lokasi
konsumen, seperti pada gambar 5 berikut ini.
Penyuplai Pedagang Produsen Konsumen
Penyuplai Pedagang Produsen Konsumen
Pengangkutan
Pedagang
Produsen Penyuplai Pengangkutan
Konsumen
Pengangkutan Pedagang Produsen Penyuplai Pengangkutan
Konsumen
9
9
Dilihat dari jenis pekerjaan, elemen yang terlibat dalam sektor perikanan
tangkap di NAD menurut kajian KEHATI dalam Sulistiono dan Nugroho (2007)
terdiri dari nelayan (pawang laot, awak boat/ aneuk pukat), mugee (penjual ikan),
toke bangku (pemodal) dan toke boat (pemilik armada).
2.2. Analisis Rantai Nilai Tataniaga
Konsep dari analisa rantai nilai dapat diaplikasikan pada rantai pasokan
dan jaringan distribusi. Campuran dari produk dan pelayanan pada konsumen
akan memberikan faktor ekonomi yang berbeda, seperti manajemen analisa rantai
nilai. Menurut Porter (1996) pihak produsen akan menginteraksikan nilai rantai
tersebut menjadi sebuah sistem nilai yang termasuk di dalamnya rantai
pemasaran, produsen hingga konsumen. Sehingga dalam sebuah analisa rantai
nilai sangat dibutuhkan untuk menganalisa share, margin dan profit margin.
Analisa lanjutan setelah manajemen rantai pasokan adalah Value Chain
Analysis. Analisa ini bisa memberikan informasi mata rantai industri mana yang
paling bernilai dari sebuah manajemen rantai pasok. Selain itu value chain
analysis juga memberikan informasi tentang titik kritis dari masing-masing bagian
rantai pasokan itu. Berdasarkan dua analisis itu bisa disusun sebuah Gampong
industri yang lengkap. Idealnya langkah seperti inilah yang dilakukan pemerintah
bagi setiap industri. Hal ini untuk mengantisipasi munculnya masalah-masalah
yang bisa mengganggu proses produksi dan pemasaran (Indrajit, 2003).
Menurut Indrajit (2003) manajemen supply chain yaitu suatu sistem mata
rantai penyaluran barang (penyediaan barang) produksi dan jasanya kepada
pelanggannya. Konsep supply chain merupakan konsep baru di dalam melihat
10
10
persoalan logistik. Dalam konsep baru ini masalah logistik dilihat sebagai masalah
yang lebih luas hingga masalah mata rantai penyediaan barang.
Menurut A.M Saefuddin (2001), tolak ukur suatu kriteria kegiatan
tataniaga yang efisien, dapat digunakan empat macam indikator yaitu margin
pemasaran, harga di tingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan
tingkat atau intensitas persaingan pasar. Indikator margin pemasaran (biaya
pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran) sering digunakan dalam analisa
atau penelitian efisiensi pemasaran, sehingga dapat ditemukan faktor-faktor
inefisiensi serta jalan untuk memperbaikinya.
Melalui analisa margin dapat diketahui tingkat efisiensi teknis serta
efisiensi ekonomis (harga) dari pemasaran komoditi. Harga merupakan unsur
terkuat di antara sekian banyak unsur perangsang produksi. Hal ini dikarenakan
harga yang berkembang di pasar adalah pedoman para petani dalam cara
berproduksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam
usahanya.
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), ditinjau dari pemasaran hasil-
hasil perikanan, dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan barang
konsumsi. Sebagai bahan mentah akan dibeli oleh pabrik atau usaha pengolahan
untuk diolah menjadi barang jadi, misalnya ikan kaleng, tepung ikan, ikan asin dll.
Sebagai barang konsumsi akan dibeli oleh konsumen akhir seperti rumah tangga,
restoran, rumah sakit dan untuk keperluan konsumsi lainnya.
Untuk mengetahui rantai pemasaran komoditi ikan asin, maka perlu
diketahui share nelayan, margin dan profit margin pada setiap pelaku pemasaran
yang terkait. Dengan menghitung margin setiap lembaga tentunya akan diketahui
11
11
komponen biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan berapa jumlahnya sehingga
efektivitas pemasaran akan tercapai pada setiap pelaku pemasaran ikan asin.
2.3.Tataniaga Ikan Asin
Tataniaga hasil perikanan adalah meliputi semua aktivitas sejak ikan di
daratkan dari laut atau tambak sampai ke konsumen. Dalam pemasarannya
dijumpai bahwa saluran tata niaga hasil-hasil perikanan cukup panjang. Keadaan
ini merupakan akibat logis dari sifat-sifat produksi ikan yang cepat membusuk
dan daerah produksi umumnya tersebar jauh dari daerah konsumen.
Hanafiah dan Saefuddin (2006) mendefinisikan tataniaga sebagai suatu
proses daripada pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang tertuju
untuk memindahkan barang atau jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi.
Jalur tataniaga tersebut dmulai dari nelayan yang menjual ikan hasil tangkapannya
ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Di TPI, ikan tersebut dibeli oleh pedagang
besar atau pengolah atau pengusaha coldstorage. Di daerah nelayan yang jauh dari
TPI, umumnya nelayan menjual ikan kepada pedagang pengumpul. Pedagang
pengumpul ini yang menjualnya ke TPI atau ada yang langsung menjualnya ke
pedagang besar atau kepada pengusaha coldstorage atau kepada pengolah ikan.
Hubungan antara pedagang-pedagang tersebut biasanya sudah merupakan
langganan sehingga transaksi pembayaran umumnya dibayarkan kemudian,
disamping karena alasan-alasan mempercepat distribusi juga agar saling ada
keterikatan. Para pengolah ikan asin akan menjual produknya ke pedagang besar
ikan olahan dan selanjutnya mereka akan memperdagangkan ikan tersebut antar
daerah.
12
12
Menurut Balai Penelitian Perikanan Laut (2003), tataniaga hasil perikanan
merupakan rangkaian dari proses penyampaian hasil produksi perikanan yang
memiliki peranan penting dari pengembangan usaha perikanan secara
keseluruhan. Panjang pendeknya saluran pemasaran suatu barang tataniaga
menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) ditandai oleh berapa banyaknya
pedagang perantara yang dilalui oleh orang niaga tersebut sejak dari produsen
hingga konsumen akhir.
2.4. Orientasi Pasar Ikan Asin
Dalam kondisi persaingan efisiensi yang ketat seperti pada era otonomisasi
daerah, pengelola daerah perlu berhati-hati dalam pemilihan produk unggulan dan
penciptaan kondisi usaha yang tepat. Beberapa prinsip dasar ekonomi perlu
dipegang agar kuat dalam persaingan pasar, optimal dan berkelanjutan
(sustainability). Optimal berarti daya saing di pasar bisa lebih unggul dari produk
daerah lain atau negara lain. Berkelanjutan berarti ada usaha yang kontinyu di
tengah pasar Regional, Nasional dan Internasional secara dinamis.
Menurut Sumaryadi (2005) city marketing adalah pengelolaan kota atau
regio dengan pendekatan pasar (market-oriented). Karenanya pengetahuan
pengelola daerah yang komprehensif tentang daerah sendiri mutlak diperlukan.
Konsep city marketing menggariskan optimisasi dari sisi produk, harga, promosi
dan distribusi sesuai yang dikenal dengan bauran pemasaran atau marketing mix.
Pengolah ikan tradisional umumnya tidak mempunyai akses pasar yang
bagus. Oleh karena itu, mereka sangat tergantung kepada pedagang perantara
yang memang lebih menguasai akses pasar ada dasarnya, lengkapnya informasi
13
13
dan cara pengolahan informasilah yang menentukan baik buruknya kesimpulan
tentang produk-produk apa yang bisa diunggulkan untuk dikelola. Seluruh
informasi pasar harus menggambarkan data yang cukup lengkap tentang aspek
sosial, budaya, hukum, keamanan, ketertiban dan potensi ekonomi dari suatu
daerah (Sumaryadi, 2005).
Informasi pasar juga penting diketahui oleh pelaku pemasaran hasil olahan
ikan, mengingat tersebarnya daerah-daerah produksi dan jauh dari pasar-pasar
konsumen, serta adanya mata rantai distribusi yang panjang berarti bahwa seorang
pedagang atau nelayan di daerah produksi akan sulit untuk mengetahui keadaan
pasar di daerah konsumen. Sulit baginya mengetahui berapa besar pemintaan
konsumen pada saat tertentu, jenis-jenis ikan apa saja yang diminta, kemampuan
harga pembelian, dan sebagainya.
Demikian pula sebaliknya bagi pedagang di daerah konsumen. Mereka
tidak tahu berapa jumlah ikan yang sudah ditangkap, dimana, jenis-jenis ikan apa
saja, harga penawaran dan sebagainya. Saling ketidaktahuan tersebut sebenarnya
sangat menghambat kelancaran distribusi ikan dan hasil olahan ikan. Distribusi
terlambat berarti ongkos simpan semakin besar, atau disalurkan ke tempat lain
yang pasarannya sudah jenuh atau ke tempat dimana ikan tidak diminta, atau
diminta dengan harga murah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu ada satu
badan pemerintah yang bertugas mengumpulkan informasi-informasi dari
produsen, distribusi dan konsumen. (Patadungan, 2005)
14
14
2.5. Ikan Asin
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini
daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di
suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup
rapat. Pengolah ikan merupakan orang atau kelompok orang yang melakukan
usaha mengolah ikan segar, produk setengah jadi maupun produk jadi. Usaha-
usaha yang dilakukan dalam pengolahan hasil perikanan dapat dikelompokkan
menjadi 2 macam pengolahan, yaitu : (1) pengolahan yang bersifat tradisional
seperti pengasinan, pengasapan, pengeringan, pemindangan dll, dan (2)
pengolahan yang bersifat modern, seperti pengalengan ikan.
Pengolahan ikan tradisional adalah teknologi pengolahan ikan yang
diwariskan oleh nenek moyang manusia, berdasarkan pengalaman dan
pengetahuannya sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Pengolahan ini
bertujuan untuk mengawetkan ikan mentah atau setengah matang dengan cara
mengurangi kadar air melalui pengeringan dan penambahan garam atau bahan
kimia yang akhirnya menimbulkan perubahan yang dapat menghasilkan aroma
atau cita rasa yang spesifik.
Menurut terminologi FAO, ikan olahan tradisional adalah produk yang
diolah secara sederhana dan umumnya dilakukan pada skala industri rumah
tangga. Jenis olahan yang termasuk produk olahan tradisional ini adalah ikan
kering atau ikan asin kering, ikan pindang, ikan asap, serta produk fermentasi
yaitu kecap, peda, terasi, dan sejenisnya (Heruwati,2002).
15
15
Dirjen Perikanan Tangkap (2001), menyebutkan karakteristik dari
pengolahan ikan tradisional, antara lain :
1. Kemampuan pengetahuan pengolah rendah dengan keterampilan yang
diperoleh secara turun-temurun
2. Tingkat sanitasi dan higienis rendah, sesuai dengan keadaan ingkungan di
sekitarnya yang umumnya tidak memiliki sarana air bersih
3. Permodalannya sangat lemah
4. Peralatan yang digunakan sangat sederhana, dan
5. Pemasaran produk hanya terbatas pada pasaran lokal.
16
16
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni s/d November 2013 dan
berlokasi di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
Provinsi Aceh.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer terhadap responden dilakukan dengan
pencatatan, wawancara yang mendalam dan observasi langsung kelokasi
penelitian. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan
nelayan atau pengolah ikan asin, pedagang pengumpul, pedagang tingkat
kecamatan, pedagang grosir ikan asin, pedagang pengecer ikan asin.
Untuk memperkuat dan melengkapi data primer maka diperlukan juga data
sekunder yang diperoleh dari perpustakaan, media massa, lembaga-lembaga
pemerintah maupun non pemerintah dan instansi-instansi yang terkait dalam
penelitian ini.
3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive
Sampling) yaitu pada setiap pelaku pemasaran yang terlibat yakni :
nelayan/pengolah ikan asin, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul tingkat
kecamatan, pedagang grosir ikan asin dan pedagang pengecer. Pengambilan
sampel hanya 50 persen dari jumlah populasi yaitu 22 orang dan sudah tidak
ditemukan lagi infomasi baru dari subjek penelitian.
17
17
Adapun perincian jumlah masing-masing sampel lembaga pemasaran di
daerah penelitian dapat dilihata pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Jumlah Sampel Lembaga Pemasaran Ikan Asin
No Lembaga Pemasaran Populasi Lembaga
Pemasaran (Orang)
Sampel Lembaga
Pemasaran (Orang)
1 Pengolah Ikan Asin 8 4
2 Pedagang Pengumpul 4 2
3 Pedagang Tingkat Kecamatan 2 1
4 Pedagang Grosir Ikan Asin 4 2
5 Pedagang Pengecer Ikan Asin 4 2
Jumlah 22 11 Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
3.4. Batasan Variabel
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis rantai pemasaran ikan
asin dan menentukan besaran share nelayan, margin dan profit margin pada setiap
lembaga pemasarannya, maka diperlukan variabel dan data untuk dianalisis.
Periode data yang dianalisis adalah rata-rata nilai per hari pada musim timur,
antara lain sebagai berikut.
1. Hasil produksi ikan asin adalah produksi rata-rata ikan segar yang diasinkan
yang akan dijual kepada konsumen yang dinyatakan dalam satuan Kg/hari.
2. Jumlah pembelian setiap lembaga pemasaran adalah rata-rata pembelian ikan
asin oleh setiap lembaga pemasaran dari saluran pemasaran sebelumnya
dihitung dalam Kg/hari.
3. Harga pembelian dan penjualan di masing-masing rantai pemasaran adalah
harga pembelian dan penjualan rata-rata ikan asin pada tiap-tiap lembaga
pemasaran berdasarkan situasi pasar yang berlaku pada saat penelitian
dinyatakan dalam Rp/Kg.
18
18
4. Biaya pemasaran yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan tiap lembaga pemasaran
ikan baik segar ataupun olahan dalam melaksanakan kegiatan usahanya yang
terdiri atas biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost), dihitung
dalam Rp/Kg/hari.
5. Pendapatan adalah selisih antara nilai hasil penjualan dengan total biaya yang
dikeluarkan dinyatakan dalam Rp/Kg/hari.
6. Rantai pemasaran adalah banyaknya mata rantai atau lembaga pemasaran yang
dilalui dalam penyampaian ikan segar atau olahan dari nelayan (produsen) ke
konsumen yang dinyatakan dalam unit (bilangan).
7. Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima nelayan produsen
dengan harga yang dibayar oleh konsumen ikan baik segar maupun olahan
dihitung dalam Rp/Kg.
8. Profit margin adalah keuntungan bersih per Kg ikan yang dihitung dari selisih
antara harga beli dengan harga jual di setiap pelaku pemasaran ikan yang
terlibat baik segar ataupun olahan dikurangi biaya pemasaran, dihitung dalam
Rp/Kg.
9. Share nelayan yaitu bagian atau proporsi yang diterima nelayan dari harga
jual oleh lembaga pemasaran terkait, dinyatakan dalam persen.
3.5. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan di lapangan, dibahas, dianalisa, diolah, serta
ditabulasikan untuk kemudian dipindahkan ke dalam bentuk tabelaris yang sesuai
dengan kebutuhan analisis pengujian. Adapun metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
19
19
1. Analisa Pendapatan
Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan.
Biaya ini didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel. Untuk
melihat total biaya produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
TBP = BT + BV ………………………………….…........(Dumairy, 2004)
Dimana : TBP = Total Biaya Produksi (Rp)
BT = Biaya Tetap (Rp)
BV = Biaya Variabel (Rp)
Total penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus:
TP = TH x JUP....................................................................(Dumairy, 2004)
Dimana : TP = Total Penerimaan (Rp)
TH = Tingkat Harga (Rp/Kg)
JUP = Jumlah Unit Produksi (Kg)
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka analisis pendapatan dilakukan untuk
melihat tingkat keuntungan yang diperoleh pada pemasaran ikan asin dengan
menggunakan rumus:
P = TP – TBP ………..……..……………………………(Soeheroe, 1994)
Dimana : P = Pendapatan (Rp)
TP = Total Penerimaan (Rp)
TBP = Total Biaya Produksi (Rp)
20
20
2. Analisa Share, Margin dan Profit Margin
Untuk mencari share pengolah ikan asin digunakan rumus :
SN =
X 100%.............................. (Zulham, 2007)
Dimana: SN = Share Pengolah Ikan Asin / Produsen (%)
HN = Harga Ikan Asin di Tingkat Pedagang (Rp/ Kg)
HI = Harga Ikan Asin di Tiap Tingkat Lembaga (Rp/ Kg)
Untuk menghitung margin pemasaran digunakan perhitungan dengan rumus
sebagai berikut.
MP = HBK - HJP ……..............(Azzaino, 2005)
Dimana : MP = Marjin Pemasaran Ikan Asin (Rp/Kg)
HBK = Harga Beli Konsumen Ikan Asin (Rp/Kg)
HJP = Harga Jual Produsen Ikan Asin (Rp/Kg)
Sedangkan untuk mencari profit margin juga digunakan formula :
PM = MP - BP ………..................(Azzaino, 2005)
Dimana: PM = Profit Margin Ikan Asin (Rp/ Kg)
MP = Margin Pemasaran Ikan Asin (Rp/ Kg)
BP = Biaya Pemasaran Ikan Asin (Rp/ Kg)
21
21
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak dan Luas Wilayah
Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu Kecamatan yang berada di
Kabupaten Nagan Raya dengan luas wilayah Kecamatan Kuala Pesisir ± 267,39
Km2 yang terdiri dari 17 desa dan 3 Kemukiman. Adapun batas – batas
wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuala
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tadu Raya
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuala
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Samudera Hindia
4.1.2. Topografi dan Iklim
Secara geografis Kecamatan Kuala Pesisir terletak pada ketinggian 0,6 – 1
m dpl dengan suhu rata-rata 21 – 330C dengan kelembaban 60 – 90 persen dan pH
tanah 5,5 – 7. Sedangkan curah hujan pada umumnya merata sepanjang tahun
dengan curah hujan rata-rata 298,6 – 473,6 mm/tahun dengan jumlah hari per
bulannya 10- 15 hari. Keadaan topografi datar sampai bergelombang dengan
kemiringan rata-rata 0-13 persen.
Iklim merupakan salah satu faktor alam yang sangat berperan untuk
menentukan terhadap pengembangan dan peningkatan produktivitas komoditi
perkebunan terutama curah hujan, angin dan suhu udara.
22
22
Tabel 2. Iklim dan Curah Hujan
No Bulan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
MM CH MM CH MM CH MM CH
1 Januari 295,7 14 289,7 12 504 19 120 16
2 Februari 155,7 17 354,3 8 180 11 145 7
3 Maret 351,2 13 241,0 16 635 24 310 17
4 April 401,6 17 56,1 23 606 20 285 12
5 Mei 171,6 14 218,5 12 25 13 314 14
6 Juni 181,0 13 377,4 20 200 18 165 5
7 Juli 94,1 12 299,7 17 125 13 322 13
8 Agustus 171,7 11 173,7 13 369 12 416 17
9 September 466,4 19 377,2 14 311 12 298 15
10 Oktober 473,7 20 606,7 20 626 10 386 13
11 November 405,1 24 432,4 17 791 19 438 24
12 Desember 548,9 21 366,6 15 886 20 320 18
Jumlah 3716,1 195 35,833 187 5,525 198 3.519 175
Rata-rata 309,68 14 298,6 16 473,66 16 293,22 16
Sumber : BPS Nagan Raya (2012)
4.1.3. Potensi Wilayah
1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya berjumlah
kurang lebih 15.852 Jiwa, yang terdiri dari laki – laki berjumlah 7.244 jiwa dan
perempuan berjumlah 8.608 jiwa. Pertumbuhan penduduk berkisar 0,25 persen
per tahun. Penduduk daerah tersebut melakukan berbagai aktifitas usaha dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari salah satunya di bidang
perikanan.
23
23
2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Jumlah penduduk sangat mempengaruhi jumlah pendapatan. Adapun
jumlah penduduk di Kecamatan Kuala Pesisir menurut jenis pekerjaan dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan di Kecamatan Kuala Pesisir
No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase
(persen)
1 Petani/Nelayan 4.359 51,65
2 Buruh 1.450 17,20
3 Tukang Bangunan 211 2,50
4 Pedagang 837 9,92
5 PNS 270 3,20
6 TNI/Polri 68 0,80
7 Pegawai Swasta 975 11,56
8 Pensiunan 264 3,13
Jumlah 8.434 100
Sumber : Camat Kuala Pesisir (2013)
4.2. Keadaan Perikanan Tangkap
Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu daerah yang mengalami
kerusakan parah akibat bencana gempa dan tsunami di Tahun 2004. Selain
merenggut korban jiwa yang tidak sedikit, bencana tersebut juga telah
menghancurkan infrastruktur penting seperti jalan dan pemukiman masyarakat.
Musibah tersebut juga telah banyak menghancurkan sarana kegiatan perikanan di
kecamatan tersebut seperti rusaknya TPI (Tempat Pendaratan Ikan) dan tempat
galangan boat. Pasca terjadinya musibah tsunami di tahun 2004, pembangunan
sektor perikanan terus diupayakan baik melalui usaha dari masyarakat pribadi atau
kelompok, maupun bantuan dari sejumlah lembaga (baik yang sudah maupun
yang masih terlibat) untuk membantu bangkitnya sektor perikanan Kecamatan
Kuala Pesisir khususnya Desa Padang Rubek.
24
24
Salah satu caranya adalah dengan cara membangun kembali sejumlah
sarana yang digunakan untuk mendukung aktivitas para pelaku perikanan.
Sebagian besar sarana yang ada merupakan bantuan dari beberapa NGO. Namun
demikian ada beberapa sarana yang pemanfaatannya masih kurang optimal seperti
TPI. Rincian jumlah sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Sarana Pendukung Aktivitas Perikanan di Desa Padang Rubek
No Sarana Pendukung Jumlah Keterangan
1 TPI 1 Aktif
2 Koperasi Nelayan 1 Kurang Aktif
3 Balee Nelayan 1 Berfungsi
4 Galangan Boat Skala Kecil 1 Rusak
5 Pengeringan Tenaga Surya 1 Sudah difungsikan
6 Peralatan Pengolahan 1 Berfungsi
7 Unit Pasar Ikan 1 Masih kurang aktif
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelauatan Kab Nagan Raya (2013)
Sampai saat ini sudah banyak institusi-institusi yang terlibat dalam
kegiatan perikanan Desa Padang Rubek baik umum, swasta dan masyarakat sipil.
Sebagai contoh Dinas Kelautan dan Perikanan yang mempunyai peran serta
tanggung jawab utama dalam memberdayakan masyarakat pesisir dan membina
seluruh pelaku perikanan. Tanggung jawab ini telah berjalan dengan baik namun
masih kurangnya pengawasan kegiatan yang menyebabkan para pelaku perikanan
masih enggan dalam mengaplikasikan keterampilan yang didapat dari pelatihan
atau kurang serius dalam mengelola bantuan yang disalurkan.
Selama ini kegiatan yang telah tercapai di antaranya bantuan peralatan
berupa Cool Box, pelatihan pengolahan ikan asin dan lainnya. Contoh intervensi
lain yang dilakukan adalah dalam bentuk pendirian koperasi simpan pinjam
bernama koperasi Makmu Jaya Padang Rubek oleh NGO ECHO (European
25
25
Commission’s Humanitarian Aid Office) dan NGO Triangle Generation
Humanitaire. Di Desa Padang Rubek terdapat beragam pelaku di bidang
perikanan tangkap di antaranya nelayan atau pengolah ikan asin, pedagang
pengumpul, pedagang tingkat kecamatan, pedagang grosir dan pedagang
pengecer. Jumlah masing-masing pelaku perikanan di Desa Padang Rubek dapat
dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5. Pelaku Kegiatan Perikanan di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
Pesisir
No Pelaku Perikanan Jumlah
(Jiwa) Keterangan
1 Pengolah Ikan Asin 6 Aktif
2 Pedagang Pengumpul 2 Aktif
3 Pedagang tingkat kecamatan 2 Aktif
4 Pedagang grosir ikan asin 4 Aktif
5 Pedagang ikan asin pengecer 6 Aktif
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Aktivitas perikanan di Desa Padang Rubek tergolong tinggi. Hhal ini dapat
dilihat dari dan beragamnya pemangku kepentingan perikanan di desa ini. Pelaku
utama pada penangkapan dan penanganan ikan sangat menentukan ketersediaan
ikan baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pelaku pada penangkapan dan
penanganan ikan adalah pengolah ikan asin, sedangkan pelaku pendistribusian
selanjutnya biasanya dilakukan pedangang pengumpul dan pedagang
grosir/pengecer. Pelaku penangkapan dan penanganan seluruhnya dilakukan oleh
laki-laki. Sementara kaum wanita berperan sebagai pengolah dan sering juga
kaum lelaki ikut mengolah ikan.
Sedangkan anak-anak akan dilibatkan pada proses pengolahan saat hasil
tangkapan melimpah dimana memerlukan beberapa tenaga tambahan agar ikan
tidak cepat membusuk. Untuk menambah pasokan ikan di Padang Rubek, maka
26
26
didatangkan juga pasokan ikan dari luar Kecamatan Kuala Pesisir, serta dari
Kabupaten Aceh Barat seperti berasal dari Desa Kuala Bubon.
4.3. Pelaku Pemasaran Ikan Asin
4.3.1. Pengolah ikan Asin
Karakteristik nelayan sekaligus sebagai pengolah ikan asin dalam
penelitian ini adalah gambaran keadaan atau ciri-ciri lembaga pemasaran yang
menjalankan usaha mengolah ikan segar menjadi ikan asin meliputi umur,
pendidikan, pengalaman kerja dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik ini
memiliki keterkaitan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup nelayan
nelayan sekaligus sebagai pengolah ikan asin, karena karakteristik ini
mencerminkan kemampuan bekerja, produktivitas, pola pikir, perencanaan dan
berbagai kemampuan lainnya terutama dalam meningkatkan usaha yang
dijalankannya.
Untuk mengetahui keadaan karakteristik nelayan/pengolah di daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Rata-rata Karakteristik Pengolah ikan Asin di Daerah Penelitian
No Karakteristik Satuan Rata - rata
1 Umur Tahun 34
2 Pendidikan Tahun 9
3 Pengalaman Tahun 5
4 Tanggungan Jiwa 5
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa pengolah ikan asin di
Desa Padang Rubek rata-rata berumur 34 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup
pengolah ikan asin yang berhubungan dengan kemampuan dan tingkat
27
27
produktivitas kerjanya. Umur 34 tahun merupakan usia yang sangat produktif dan
dapat mencerminkan semakin optimalnya kinerja para pengolah ikan asin dalam
melakukan aktivitas pekerjaan.
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang menunjang dalam penyerapan
teknologi dan informasi oleh pengolah sekaligus pedagang ikan asin. Rata-rata
tingkat pendidikan pengolah ikan asin di Desa Padang Rubek adalah 9 tahun.
Tingkat pendidikan ini digolongkan hanya tamat SMP (Sekolah Menengah
Pertama), sehingga daya serap terhadap perkembangan teknologi dan informasi
masih kurang baik dan dapat terjadi kesulitan untuk mengadopsi hal-hal yang baru
yang berguna bagi kemajuan usahanya.
Adapun bantuan yang telah diberikan pada pengolah ikan asin oleh
lembaga pendonor yang ada di Desa Padang Rubek adalah dalam bentuk
pemberian alat-alat pengolahan, pemberian modal dan pendirian tempat
penjemuran ikan. Pengalaman pengolah ikan asin berusaha rata-rata 5 tahun,
sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga pemasaran ini belum sangat
berpengalaman dalam menjalankan usahanya. Makin lama pengalaman dalam
menjalankan usahanya maka semakin efisien lembaga pemasaran tersebut
mengalokasikan biaya produksi sehingga keuntungan yang diraihnya menjadi
lebih besar.
Jumlah tanggungan pengolah ikan asin juga akan mempengaruhi
pendapatan dan pengeluarannya. Jumlah tanggungan rata-rata adalah 5 orang,
dapat disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh pengolah ikan
asin terlalu tinggi sehingga pendapatan keluarga kurang mencukupi kebutuhan
28
28
hidup sehari-hari. Nilai guna produksi yang telah dilakukan pengolah ikan asin
pada pemasaran ikan asin mencakup nilai guna bentuk, waktu, tempat dan
kepemilikan. Hal tersebut didasari karena pengolah ikan asin mengalokasikan
tempat dan waktunya untuk membeli ikan pada nelayan yang melaut atau toke
bangku lalu dibawa ke tempat pengolahan untuk diolah menjadi ikan asin. Status
mereka adalah pemilik ikan hasil olahan tersebut sebelum dibeli konsumen akhir
yang datang lokasi penjualan produk ikan asin mereka.
Fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh pengolah ikan asin pada
pengolahan serta pemasarannya mencakup :
a. Fungsi pembelian, yaitu pengolah sekaligus pedagang ikan asin membeli ikan
pada nelayan yang melaut atau toke bangku untuk kemudian diolah
b. Fungsi penjualan, yaitu pengolah sekaligus pedagang ikan asin menjual ikan
asin yang telah diolah tersebut kepada konsumen
c. Fungsi penjajaan dimana pengolah sekaligus pedagang ikan asin menjajakan
hasil olahan berupa ikan asin tersebut sebelum dibeli konsumen
d. Fungsi penggudangan dimana para pengolah sekaligus pedagang ikan asin
menggudangkan hasil olahan berupa ikan asin tersebut sebelum dibeli
konsumen.
e. Fungsi pemasaran lain yang dilakukan pengolah sekaligus pedagang ikan asin
adalah standarisasi harga, dimana harga ikan asin ditetapkan oleh pengolah
sekaligus pedagang ikan asin berdasarkan harga beli dari nelayan yang melaut
atau toke bangku serta prediksi keuntungan yang mereka peroleh dari harga
yang akan mereka keluarkan.
29
29
f. Fungsi penanggungan resiko dimana pengolah sekaligus pedagang ikan asin
bertanggung jawab sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum
dibeli konsumen
g. Fungsi informasi pasar dimana pengolah sekaligus pedagang ikan asin bertugas
untuk memberikan informasi harga dan tempat dimana ikan asin dapat dibeli
oleh konsumen.
4.3.2. Pedagang Pengumpul
Karakteristik pedagang pengumpul dalam penelitian ini adalah ciri-ciri
lembaga pemasaran perikanan yang menjalankan usaha dalam menampung hasil
tangkapan nelayan di laut dan yang sudah diolah menjadi ikan asin. Adapun
karakteristik pedagang pengumpul meliputi umur, pendidikan, pengalaman kerja
dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik ini memiliki keterkaitan dengan
tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup pedagang pengumpul, karena
karakteristik ini mencerminkan kemampuan bekerja, produktivitas, pola pikir,
perencanaan dan berbagai kemampuan lainnya terutama dalam meningkatkan
usaha yang dijalankannya. Untuk mengetahui keadaan karakteristik pedagang
pengumpul kabupaten di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Karakteristik Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian
No Karakteristik Satuan Rata - rata
1 Umur Tahun 41
2 Pendidikan Tahun 12
3 Pengalaman Tahun 14
4 Tanggungan Jiwa 4
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
30
30
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa pedagang pengumpul di Desa
Padang Rubek berumur 41 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup pedagang
pengumpul yang berhubungan dengan kemampuan dan tingkat produktivitas
kerjanya. Umur 41 tahun merupakan usia produktif yang mencerminkan semakin
optimal kinerja para pedagang pengumpul dalam melakukan aktivitas
pekerjaannya. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang menunjang dalam
penyerapan informasi pasar dan peluang oleh pedagang pengumpul. Tingkat
pendidikan pedagang pengumpul di Desa Padang Rubek adalah 12 tahun.
Tingkat pendidikan ini digolongkan telah tamat SMA (Sekolah Menengah
Atas), dapat diartikan bahwa daya serap pedagang pengumpul terhadap informasi
pasar sudah baik sehingga tidak terlalu kesulitan dalam mencari peluang dan
memprediksi kebutuhan konsumen yang berguna bagi kemajuan usahanya.
Pengalaman pedagang pengumpul dalam berusaha adalah 17 tahun,
sehingga dapat dikatakan bahwa pedagang pengumpul di Desa Padang Rubek
telah berpengalaman dalam menjalankan usahanya. Makin lama pengalaman
dalam menjalankan usahanya maka semakin efisien pedagang pengumpul tersebut
mengalokasikan biaya produksi sehingga keuntungan yang diraihnya menjadi
lebih besar.
Jumlah tanggungan pedagang pengumpul juga akan mempengaruhi
pendapatan dan pengeluarannya. Jumlah tanggungan rata-rata adalah 4 orang,
dapat disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh pedagang
pengumpul tidak terlalu tinggi sehingga pendapatan keluarga dapat mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari dan keluarga menjadi lebih sejahtera. Pedagang
31
31
pengumpul di daerah penelitian melakukan aktivitas berdagang setiap hari.
Walaupun nelayan khusus pada hari Jum’at tidak melaut, namun pedagang
pengumpul biasanya memiliki stok ikan asin dari hari sebelumnya untuk dijual
pada hari Jum’at.
Nilai guna produksi yang telah dilakukan pedagang pengumpul pada
pemasaran ikan asin mencakup nilai guna waktu, tempat dan kepemilikan. Hal
tersebut didasari karena pedagang pengumpul mengalokasikan tempat dan
waktunya untuk membeli ikan yang telah diolah tersebut sebelum hasil olahan itu
dibawa ke pedagang grosir atau pedagang pengecer untuk dijual.
Fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh pedagang pengumpul pada
pemasaran ikan mencakup :
a. Fungsi pembelian, yakni pedagang pengumpul membeli ikan asin dari nelayan
b. Fungsi penjualan, yaitu pedagang pengumpul menjual ikan tersebut kepada
pedagang pengumpul kecamatan, pedagang grosir dan pedangang pengecer
c. Fungsi pemasaran lain yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah
standarisasi harga, yakni harga ikan asin ditetapkan oleh pedagang pengumpul
berdasarkan harga pembelian dari nelayan atau pengolah, kualitas ikan dan
prediksi keuntungan dari perkiraan permintaan konsumen
d. Fungsi penanggungan resiko, yaitu pedagang pengumpul bertanggung jawab
sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum dibeli oleh lembaga
pemasaran selanjutnya
32
32
e. Fungsi informasi pasar dimana pedagang pengumpul bertugas untuk
memberikan informasi harga dan tempat dimana ikan dapat dibeli oleh
lembaga pemasaran selanjutnya.
4.3.3. Pedagang Pengumpul Kecamatan
Karakteristik pedagang pengumpul tingkat kecamatan dal am penelitian ini
adalah ciri-ciri lembaga pemasaran perikanan yang menjalankan usaha dalam
membeli ikan asin dari pedagang pengumpul yang ada di desa-desa. Karakteristik
pedagang pengumpul meliputi umur, pendidikan, pengalaman kerja dan jumlah
tanggungan keluarga. Untuk mengetahui keadaan karakteristik pedagang
pengumpul kecamatan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Karakteristik Pedagang Pengumpul Kecamatan di Daerah Penelitian
No Karakteristik Satuan Rata - rata
1 Umur Tahun 43
2 Pendidikan Tahun 12
3 Pengalaman Tahun 9
4 Tanggungan Jiwa 4
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa pedagang pengumpul
Kecamatan berumur 43 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup pedagang
pengumpul kecamatan yang berhubungan dengan kemampuan dan tingkat
produktivitas kerjanya. Umur 43 tahun merupakan usia produktif yang
mencerminkan semakin optimal kinerja para pedagang pengumpul dalam
melakukan aktivitas pekerjaannya. Tingkat pendidikan pedagang pengumpul
kecamatan adalah 12 tahun dan digolongkan telah tamat SMA (Sekolah
Menengah Atas), dapat diartikan bahwa daya serap pedagang pengumpul
33
33
kecamatan terhadap perkembangan informasi pasar sudah baik sehingga tidak
terlalu kesulitan dalam mencari peluang untuk memperoleh keuntungan besar.
Pengalaman pedagang pengumpul dalam berdagang adalah 9 tahun,
sehingga dapat dikatakan bahwa pedagang pengumpul kecamatan telah
berpengalaman dalam menjalankan usahanya. Makin lama pengalaman dalam
menjalankan usahanya maka semakin efisien pedagang pengumpul tersebut
mengalokasikan biaya pemasaran sehingga keuntungan yang diraihnya menjadi
lebih besar.
Jumlah tanggungan pedagang pengumpul kecamatan rata-rata adalah 4
orang, dapat disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh
pedagang pengumpul tidak terlalu tinggi sehingga pendapatan keluarga dapat
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan keluarga menjadi lebih sejahtera.
Pedagang pengumpul kecamatan di daerah penelitian melakukan aktivitas
berdagang setiap hari namun untuk pembelian dari pedagang pengumpul yang ada
di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir satu minggu sekali tapi kalau
permintaan konsumen tinggi maka dua kali dalam satu minggu.
Nilai guna produksi yang telah dilakukan pedagang pengumpul kecamatan
pada pemasaran ikan asin mencakup nilai guna waktu, tempat dan kepemilikan.
Hal tersebut didasari karena pedagang pengumpul kecamatan mengalokasikan
tempat dan waktunya untuk membeli ikan asin sebelum dijual ketempat lain oleh
pedagang pengumpul.
34
34
Fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh pedagang pengumpul
kecamatan pada pemasaran ikan mencakup :
a. Fungsi pembelian, yakni pedagang pengumpul kecamatan membeli ikan asin
dari pedagang pengumpul yang ada di Desa Padang Rubek
b. Fungsi penjualan, yaitu pedagang pengumpul kecamatan menjual ikan asin
tersebut kepada pedagang grosir dan pedagang pengecer
c. Fungsi pemasaran lain yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kecamatan
adalah standarisasi harga, dimana harga ikan asin ditetapkan oleh pedagang
pengumpul kecamatan berdasarkan harga pembelian dari pengumpul yang ada
di Desa Padang Rubek, kualitas ikan dan prediksi keuntungan dari perkiraan
permintaan konsumen
d. Fungsi penanggungan resiko, yaitu pedagang pengumpul kecamatan
bertanggung jawab sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum
dibeli oleh lembaga pemasaran selanjutnya
e. Fungsi informasi pasar dimana pedagang pengumpul kecamatan bertugas untuk
memberikan informasi harga dan tempat dimana ikan dapat dibeli oleh
lembaga pemasaran selanjutnya.
4.3.4. Pedagang Ikan Asin Grosir
Karakteristik pedagang grosir ikan asin dalam penelitian ini adalah ciri-ciri
lembaga pemasaran perikanan yang menjalankan usaha dalam membeli ikan asin
dari pedagang pengumpul yang ada di desa dan kecamatan. Adapun karakteristik
pedagang grosir ikan asin meliputi umur, pendidikan, pengalaman kerja dan
35
35
jumlah tanggungan keluarga. Untuk mengetahui keadaan karakteristik pedagang
grosir ikan asin di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Karakteristik Pedagang Grosir Ikan Asin di Daerah Penelitian
No Karakteristik Satuan Rata - rata
1 Umur Tahun 39
2 Pendidikan Tahun 12
3 Pengalaman Tahun 11
4 Tanggungan Jiwa 4
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa pedagang grosir ikan asin
berumur 39 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup pedagang grosir ikan asin yang
berhubungan dengan kemampuan dan tingkat produktivitas kerjanya. Umur 39
tahun merupakan usia produktif yang mencerminkan semakin optimal kinerja para
pedagang grosir ikan asin dalam melakukan aktivitas pekerjaannya. Tingkat
pendidikan pedagang grosir ikan asin adalah 12 tahun dan digolongkan telah
tamat SMA (Sekolah Menengah Atas), dapat diartikan bahwa daya serap
pedagang grosir ikan asin terhadap perkembangan informasi sudah baik sehingga
tidak terlalu kesulitan dalam memprediksi keadaan pasar ikan asin.
Pengalaman pedagang grosir ikan asin dalam berdagang adalah 12 tahun,
sehingga dapat dikatakan bahwa pedagang grosir ikan asin telah berpengalaman
dalam menjalankan usahanya. Makin lama pengalaman dalam menjalankan
usahanya maka semakin efisien pedagang grosir ikan asin tersebut
mengalokasikan biaya pemasaran sehingga keuntungan yang diraihnya menjadi
lebih besar.
Jumlah tanggungan pedagang grosir ikan asin rata-rata adalah 4 orang,
dapat disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh pedagang
36
36
grosir ikan asin tidak terlalu tinggi sehingga pendapatan keluarga dapat
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan keluarga menjadi lebih sejahtera.
Pedagang grosir ikan asin di daerah penelitian melakukan aktivitas berdagang
setiap hari.
Fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh pedagang grosir ikan asin
pada pemasaran ikan mencakup :
a. Fungsi pembelian, yakni pedagang grosir ikan asin membeli ikan asin dari
pedagang pengumpul di desa maupun di kecamatan
b. Fungsi penjualan, yaitu pedagang grosir ikan asin menjual ikan asin tersebut
kepada pedagang pengecer dan konsumen akhir
c. Fungsi pemasaran lain yang dilakukan oleh pedagang grosir ikan asin adalah
standarisasi harga, dimana harga ikan asin ditetapkan oleh pedagang grosir
ikan asin berdasarkan harga pembelian dari pengumpul yang ada di kecamatan,
kualitas ikan dan prediksi keuntungan dari perkiraan permintaan konsumen
d. Fungsi penanggungan resiko, yaitu pedagang grosir ikan asin bertanggung
jawab sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum dibeli oleh
lembaga pemasaran selanjutnya
e. Fungsi informasi pasar dimana pedagang grosir ikan asin bertugas untuk
memberikan informasi harga dan tempat dimana ikan dapat dibeli oleh
lembaga pemasaran selanjutnya.
4.3.5. Pedagang Pengecer
Karakteristik pedagang pengecer dalam penelitian ini adalah ciri-ciri
lembaga pemasaran perikanan yang menjalankan usaha dalam membeli ikan asin
37
37
dari pedagang grosir. Adapun karakteristik pedagang pengecer meliputi umur,
pendidikan, pengalaman kerja dan jumlah tanggungan keluarga. Untuk
mengetahui keadaan karakteristik pedagang pengecer di daerah penelitian dapat
dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Karakteristik Pedagang Pengecer di Daerah Penelitian
No Karakteristik Satuan Rata - rata
1 Umur Tahun 45
2 Pendidikan Tahun 9
3 Pengalaman Tahun 10
4 Tanggungan Jiwa 5
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa pedagang pengecer
berumur 45 tahun. Tingkat umur adalah usia hidup pedagang pengecer yang
berhubungan dengan kemampuan dan tingkat produktivitas kerjanya. Tingkat
pendidikan pedagang pengecer adalah 9 tahun dan digolongkan telah tamat SLTP,
hal ini dapat diartikan bahwa daya serap pedagang pengecer terhadap
perkembangan informasi kurang baik sehingga mengalami kesulitan dalam
memprediksi keadaan pasar ikan asin dan kebutuhan konsumen.
Pengalaman pedagang pengecer dalam berdagang adalah 10 tahun,
sehingga dapat dikatakan bahwa pedagang pengecer telah berpengalaman dalam
menjalankan usahanya. Makin lama pengalaman dalam menjalankan usahanya
maka semakin efisien pedagang pengecer tersebut mengalokasikan biaya
pemasaran sehingga keuntungan yang diraihnya menjadi lebih besar.
Jumlah tanggungan pedagang pengecer rata-rata adalah 5 orang, dapat
disimpulkan bahwa biaya hidup yang harus ditanggung oleh pedagang pengecer
terlalu tinggi sehingga pendapatan keluarga kurang mencukupi kebutuhan hidup
38
38
sehari-hari. Pedagang pengecer di daerah penelitian melakukan aktivitas
berdagang setiap hari.
Fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh pedagang pengecer pada
pemasaran ikan mencakup :
a. Fungsi pembelian, yakni pedagang pengecer membeli ikan asin dari pedagang
grosir
b. Fungsi penjualan, yaitu pedagang pengecer menjual ikan asin tersebut kepada
konsumen akhir
c. Fungsi pemasaran lain yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah
standarisasi harga, dimana harga ikan asin ditetapkan oleh pedagang pengecer
berdasarkan harga pembelian dari pedagang grosir, kualitas ikan dan prediksi
keuntungan dari perkiraan permintaan konsumen
d. Fungsi penanggungan resiko, yaitu pedagang pengecer bertanggung jawab
sepenuhnya pada kualitas dan kuantitas ikan asin sebelum dibeli oleh
konsumen akhir.
4.4. Rantai Pemasaran Ikan Asin
Rantai pemasaran adalah distributor atau penyalur yang mempunyai
kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan ikan asin mulai dari nelayan
hingga ke konsumen akhir. Rantai pemasaran untuk produk-produk perikanan
umumnya bersifat sederhana dikarenakan untuk memperkecil biaya pemasaran
dan memperbesar keuntungan yang diterima nelayan maupun lembaga pemasaran
penyalur dengan tidak merugikan konsumen.
39
39
Dalam penelitian ini rantai pemasaran dimulai dari penjualan ikan segar
oleh nelayan kepada toke bangku. Nelayan umumnya menjual hasil tangkapan
ikan mereka pada toke bangku dengan alasan harga jual yang lebih baik dan tidak
sempat menjual ikan secara langsung dikarenakan telah letih melaut. Perolehan
hasil tangkapan ikan sangat mempengaruhi upah yang akan diterima oleh nelayan.
Semakin banyak ikan yang ditangkap maka semakin besar juga upah yang mereka
terima. Hubungan para nelayan dengan toke bangku sangat erat karena mereka
juga sering meminjam uang pada toke bangku bila kekurangan modal melaut.
Jenis ikan asin yang diperjual belikan di lokasi penelitian adalah ikan
kakap hitam, kakap merah, tenggeri, talang-talang, gurita, tersan dan gerapu.
Adapun jenis ikan yang diperdagangkan pada tiap tipe saluran adalah sebagai
berikut.
Tipe saluran I : Jenis ikan asin yang diperdagangkan pada saluran ini adalah
kakap merah, tenggeri, talang-talang, gurita, tersan dan
gerapu.
Tipe saluran II : Jenis ikan asin yang diperdagangkan pada saluran ini adalah
ikan kakap merah dan kakap merah
Tipe saluran III : Jenis ikan asin yang diperdagangkan pada saluran ini adalah
ikan kakap merah dan gerapu
40
40
Berdasarkan hasil penelitian, rantai pemasaran ikan segar yang berjenis
kakap merah dan ikan yang telah diasinkan di daerah penelitian terdapat 3 tipe
rantai pemasaran, yaitu
1. Tipe I :
Gambar 6. Tipe I : Rantai Pemasaran Ikan Asin
Berdasarkan gambar 6 di atas, nelayan/pengolah menjual ikan asin ke
pedagang pengumpul, lalu pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang
pengumpul kecamatan, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Selanjutnya
pedagang pengecer langsung menjual ke konsumen akhir.
2. Tipe II :
Gambar 7. Tipe II : Rantai Pemasaran Ikan Asin
Berdasarkan gambar 7 di atas, nelayan/pengolah menjual ikan asin ke
pedagang pengumpul, lalu pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang
grosir. Selanjutnya pedagang grosir langsung menjual ke konsumen akhir
Pengolah Ikan asin P.Pengumpul
P.Grosir
P. Pengecer
Konsumen
Nelayan/Pengolah P. Pengumpul P.Grosir
Konsumen
Pedagang Kabupaten Pedagang Luar Kabupaten
P.Pengumpul Kecamatan
41
41
3. Tipe III :
Gambar 8. Tipe III : Rantai Pemasaran Ikan Asin
Berdasarkan gambar 8 di atas, nelayan/pengolah menjual ikan asin ke
pedagang pengumpul, lalu pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang
pengecer. Selanjutnya pedagang pengecer langsung menjual ke konsumen.
Berdasarkan uraian gambar di atas dapat dibuat skema saluran pemasaran
ikan asin secara keseluruhan dan dapat di gambarkan sebagai berikut.
Keterangan : Pemasaran Ikan Asin
Gambar 9. Rantai Pemasaran Ikan Asin di Kec Kuala Pesisir Kab Nagan Raya
Adapun jenis dan harga jual ikan asin pada tiap tipe saluran pemasaran
ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
Nelayan/Pengolah P. Pengumpul
Konsumen
Pedagang Pengecer
Pedagang Pengumpul
Pengolah Ikan
Pedagang Grosir P.Pengumpul Kecamatan Pedagang Pengecer
Konsumen Pedagang Kabupaten Pedagang Luar Kabupaten
42
42
Tabel 11. Harga Jual Ikan Segar Jenis Kakap Merah dan Ikan Asin Pada Tiap
Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran Harga Jual
Pengolah Ikan Asin Harga jual ikan asin pada tingkat nelayan atau
pengolah Rp 65.000/kg
Pedagang Pengumpul
Tingkat Desa
Harga jual asin pada tingkat pedagang
pengumpul desa Rp 70.000/kg
Pedagang Pengumpul
Tingkat Kecamatan
Harga jual ikan asin pada tingkat pedagang
pengumpul kecamatan Rp 77.000/kg
Pedagang Grosir Harga jual pada tingkat pedagang grosir Rp
85.000/kg
Pedagan Pengecer Harga jual asin pada tingkat pedagang pengecer
Rp 95.000/kg
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Berdasarkan tabel 11 di atas, maka jenis ikan asin yang diperjual belikan
di lokasi penelitian ada bermacam-macam jenis dan harganya pun bervariasi.
Adapun peran masing-masing lembaga pemasaran ikan asin di Desa Padang
Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya sebagai berikut :
1. Nelayan, yaitu perannya hanya sebatas mencari ikan di laut dan menjualnya ke
toke bangku dalam keadaan masih segar.
2. Toke bangku, yaitu perannya sebagai pedagang yang menampung ikan segar
dari nelayan di dermaga atau TPI dan menjualnya lagi ke konsumennya
3. Nelayan/pengolah ikan, yaitu perannya sebagai lembaga pengolah ikan segar
menjadi ikan asin dan menjualnya lagi kepada konsumennya.
4. Pedagang pengumpul tingkat desa, yaitu perannya sebagai pedagang yang
menampung hasil olahan dari nelayan/pengolah yang ada di wilayahnya dan
menjualnya lagi kepada konsumennya.
43
43
5. Pedagang pengumpul tingkat kecamatan, yaitu perannya sebagai pedagang
yang menampung produk dari pedagang pengumpul yang ada di desa dan
menjualnya lagi kepada konsumennya.
6. Pedagang grosir, yaitu perannya sebagai pedagang yang menjual berbagai jenis
ikan asin dalam skala banyak kepada konsumennya dan keberadaanya di pasar
kabupaten atau kecamatan.
7. Pedagang pengecer, yaitu perannya sebagai pedagang yang menjual produknya
langsung ke konsumen akhir dan keberadaannya di kios – kios kecil yang ada
di desa serta penjualannya dengan menggunakan roda dua dengan cara
mendatangi langsung konsumen akhir.
3.4.1. Rantai Pembayaran Ikan Asin
Rantai pembayaran menunjukkan proses pembayaran harga ikan asin oleh
konsumen melalui lembaga pemasaran terkait yang meneruskan pembayaran itu
kepada pihak produsen (pengolah ikan).
Gambar 10. Rantai Pembayaran Ikan Asin Tiap – Tiap Lembaga Pemasaran
Nelayan
Toke Bangku
Pedagang Pengumpul
Nelayan/Pengolah Ikan Pedagang Grosir
P.Pengumpul Kec
Pedagang Pengecer
Konsumen
Pedagang Kabupaten
Pedagang luar Kab
44
44
3.4.2. Rantai Tempat
Rantai tempat (place flow); yaitu perpindahan produk dari lokasi produsen
(nelayan) mencari ikan segar di laut sampai produk tersebut berada di tangan
konsumen.
Gambar 11. Rantai Tempat Pada Pemasaran Ikan Asin di Daerah Penelitian
4.5. Pengolahan Ikan Asin
4.5.1. Bahan Baku
Bahan baku dalam pengolahan ikan asin adalah berbagai ikan segar. Jenis
ikan yang diasinkan adalah ikan kakap hitam, kakap merah, tenggeri, talang-
Nelayan (penangkapan ikan dilaut dan di daratkan di TPI Kuala Pesisir)
Toke Bangku (Pelelangan,Penjualan dan Pendistribusian ikan di TPI Kuala Pesisir)
Nelayan / Pengolah Ikan Asin di Desa Padang Rubek
Pedagang Pengumpul di Desa Padang Rubek
Pedagang Pengumpul di Kec Kuala Pesisir
Pedagang Grosir di Kec Kuala Pesisir
Pedagang Keliling di Kec Kuala Pesisir
Pedagang Kabupaten
Pedagang Luar Kabupaten Konsumen
45
45
talang, gurita, tersan dan gerapu. Pada saat musim timur biasanya pengolah ikan
asin membeli bahan baku berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan Desa
Padang Rubek langsung dari toke bangku.
Di musim timur tersebut, pengolah dan ikan asin dapat mengolah berbagai
jenis ikan laut per harinya. Ikan segar 80 Kg dapat menghasilkan 40 Kg ikan asin.
Sedangkan pada musim barat, produksi ikan asin relatif sedikit. Pada musim barat,
umumnya nelayan yang mengolah ikan asin di Desa Padang Rubek berasal dari
ikan sungai.
Namun demikian, jika kondisi jumlah dan harga bahan baku ikan laut yang
didatangkan oleh toke bangku maupun pedagang pengumpul dari daerah lain pada
saat musim barat kuantitasnya maupun kualitasnya memungkinkan untuk diolah,
maka pengolah ikan asin tetap mengolah ikan tersebut dan menjualnya pada
konsumen walaupun harganya mungkin akan lebih mahal dari harga musim timur.
Hal ini dikarenakan sangat banyak konsumen yang menggemari ikan asin
terutama ikan kakap merah yang rasanya lebih gurih dibandingkan ikan lainnya.
Pada saat musim barat, pengolah ikan asin di Desa Padang Rubek biasanya
pengolah ikan asin terutama ikan jenis kakap merah segar yang dibelinya dari toke
bangku yang didatangkan dari dari Kabupaten Aceh Barat (Meureubo, Johan
Pahlawan dan Samatiga) maupun dari dalam Kabupaten Aceh Jaya yakni
Teunom, Sampoiniet dan Krueng Sabee.
4.5.2. Analisis Tenaga Kerja
Dalam kegiatan pengolahan ikan asin tenaga kerja merupakan salah satu
faktor produksi penting yang sangat berperan untuk kemajuan usaha ini. Hal ini
46
46
dikarenakan proses pengolahan ikan asin secara keseluruhan belum menggunakan
tenaga mekanis tetapi masih menggunakan tenaga kerja manusia seutuhnya. Hal
yang menarik dalam analisa tenaga kerja pengolahan ikan asin adalah usaha ini
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan kegiatan pengolahan ikan asin di
Padang Rubek sudah bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi.
Umumnya pengolah ikan asin di Desa Padang Rubek masih memiliki
hubungan kekerabatan yang dekat, misalnya saja anak yang sudah menikah
kemudian membuka usaha pengolahan ikan asin sendiri untuk mandiri dari orang
tua yang sudah lebih dahulu menggeluti usaha ini belasan tahun lamanya. Namun
tak jarang pula jika kekurangan persediaan ikan asin jenis tertentu, para pengolah
ikan asin di Desa Padang Rubek merekomendasikan pembeli yang datang untuk
membelinya di kedai keluarganya.
Demikian juga dalam proses pengolahan dan penjualan, anggota keluarga
saling membantu untuk kemajuan usaha ini. Secara bergiliran mereka membagi
tugas per harinya untuk mengolah, mulai dari menyiangi sampai penjemuran ikan
serta menjaga kedai untuk melayani pembeli yang datang. Rata-rata setiap
pengolah ikan asin di Desa Padang Rubek mengolah 80 Kg ikan segar per
harinya. Jenis ikan yang mereka olah untuk diasini adalah ikan talang-talang,
kerapu, tenggiri, kakap, cumi-cumi, gurita, sursan dan lain-lain. Untuk melakukan
kegiatan tersebut per hari sedikitnya dibutuhkan tenaga kerja 3 orang anggota
keluarga untuk melakukan proses pengolah ikan asin tersebut. Umumnya proses
pengolahan ikan asin dilakukan di sekitar lingkungan rumah.
47
47
Tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga ini yang berguna dalam
proses pengolahan maupun pemasaran ikan asin tentu saja memberikan nilai
tambah dan keuntungan dari usaha tersebut. Namun demikian, tenaga kerja dalam
keluarga tersebut tetap dihitung karena termasuk biaya variabel yang dikeluarkan
dalam pengolahan dan pemasaran ikan olahan serta digolongkan pada biaya tidak
tunai yang tidak dibayar secara langsung.
4.5.3. Proses Pengolahan Ikan Asin
Adapun proses pengolahan ikan segar menjadi ikan asin adalah sebagai
berikut :
Ikan yang masih segar dibusukkan dengan cara didiamkan tanpa dibubuhi
apapun, baik es maupun garam selama 12 jam. Untuk menghasilkan 1 Kg ikan
asin dibutuhkan 2 Kg bahan baku ikan segar.
Setelah ikan mengalami proses pembusukan, maka ikan disiangi dengan tujuan
membuang kotoran dan isi perutnya. Lalu ikan dibelah menjadi dua bagian.
Ikan dimasukkan kembali ke dalam ember dan dicuci dengan air beberapa kali
hingga bersih.
Ikan yang telah bersih tersebut dimasukkan ke dalam ember yang berisi air
tawar bersih dan direndam hingga 5 jam.
Setelah proses perendaman selesai, tiriskan air yang melekat pada ikan hingga
kering lalu ikan dilumuri garam. Untuk menghasilkan 1 Kg ikan asin yang
berkualitas baik dan dapat disimpan lama diperlukan garam sebanyak 0,2 Kg.
Ikan yang telah dilumuri garam lalu dijemur hingga kering selama 2 hari
48
48
Jika ikan asin diproduksi pada saat cuaca hujan, maka ikan asin cukup diangin-
anginkan pada tempat yang terlindung dari hujan.
Ikan asin yang diproduksi siap dijual pada konsumen dengan cara penjajaan
digantung untuk tujuan menjaga kekeringan ikan asin agar tidak merubah
tekstur, warna, bau dan cita rasa dari ikan tersebut. Agar ikan asin tidak
berulat, pengolah biasanya membubuhkan sedikit minyak tanah dengan alat
bantu sikat botol.
Agar tidak menimbulkan bau yang menyengat, pada saat konsumen membeli
ikan asin tersebut, pedagang ikan asin membubuhkan sedikit kopi pada ikan
asin tersebut sebelum membungkusnya dengan kertas koran.
Di daerah penelitian, ikan asin yang berkualitas baik dapat disimpan lama dan
tahan hingga 2 tahun lamanya.
4.5.4. Analisis Biaya
Perhitungan biaya produksi sangat penting dalam mengambil suatu
keputusan dalam menjalankan suatu usaha. Dengan adanya perhitungan biaya
produksi akan diperoleh gambaran tentang besarnya pendapatan yang akan
diterima. Biaya produksi yang dimaksud di sini adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh pengolah ikan asin, baik biaya investasi maupun biaya
operasional. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam satu proses produksi dapat
bersifat biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya tetap adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan tidak habis dalam
sekali produksi, misalnya penyusutan alat.
49
49
b. Biaya Variabel adalah biaya-biaya yang habis dipakai dalam sekali proses
produksi, misalnya bahan-bahan dalam pengolahan ikan asin
Total biaya produksi dari pengolahan ikan asin dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
TBP = BT + BV
Dimana: TBP = Total Biaya Produksi (Rp)
BT = Biaya Tetap (Rp)
BV = Biaya Variabel (Rp)
Untuk lebih jelasnya semua biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan
biaya variabel) pengolah ikan asin per produksi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Berdasarkan Lampiran 4, biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pengolah ikan
asin pertama kali merintis usahanya relatif besar yaitu mencapai Rp 780.000,-
karena harus membuat bangunan meskipun sederhana, bangunan tersebut
memiliki umur ekonomis sekitar 3 tahun.
Namun jika di rata–ratakan, maka biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh
pengolah untuk sekali produksi ikan asin (80 kg) adalah Rp 20.000,- sedangkan
untuk biaya variabel adalah Rp 1.197.000,- jadi pengeluaran keseluruhan
pengolah ikan asin setiap produksi adalah Rp 1.217.000,-
4.5.5. Analisis Pendapatan
Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh pengolah sekaligus penjual
ikan asin dalam menjalankan kegiatan usaha sangat dipengaruhi kecermatan
lembaga pemasaran tersebut dalam mengkombinasikan antara biaya produksi,
jumlah produksi harga jual dan harga beli konsumen. Pendapatan dapat
50
50
ditingkatkan dengan menaikkan harga jual, menekan biaya produksi dan
menghemat biaya pemasaran. Total penerimaan pengolahan ikan asin di Desa
Padang Rubek dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
TP = TH x JUP
Dimana : TP = Total Penerimaan (Rp)
TH = Tingkat Harga (Rp/Kg)
JUP = Jumlah Unit Produksi (Kg)
Di daerah penelitian, rata-rata jumlah produksi ikan asin dalam 80 kg ikan
segar menghasilkan 40 kg ikan asin dengan harga jual Rp 65.000,-/kg. Maka total
penerimaan pengolah ikan asin dalam sekali produksi adalah Rp 2.600.000,-
Untuk melihat pendapatan (laba) yang diterima oleh pengolah ikan asin dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
P = TP – TBP
Dimana : P = Pendapatan (Rp)
TP = Total Penerimaan (Rp)
TBP = Total Biaya Produksi (Rp)
Rata-rata keuntungan pengolah sekaligus pedagang ikan asin dalam satu
kali produksi dengan jumlah ikan asinnya 40 Kg adalah Rp 2.600.000,- Rp
1.217.000,- yaitu Rp 1.403.000,- keuntungan ini diperoleh pengolah ikan asin
karena telah mengeluarkan korbanan dan memberikan nilai tambah yang besar
pada ikan segar. Keuntungan ini belum termasuk keuntungan dengan mengolah
jenis - jenis ikan yang lain. Hal ini membuktikan bahwa usaha ikan asin patut
untuk dikembangkan karena dapat memberikan keuntungan yang besar.
51
51
4.6. Analisis Keragaan Pasar
Kajian mengenai keragaan pasar dilakukan untuk memberikan
pemahaman tentang kondisi usaha berfungsi secara baik atau tidak. Keragaan
pasar dapat dilihat dari : (1) Harga dan penyebarannya di tingkat produsen dan
konsumen, (2) Margin pemasaran dan penyebarannya pada setiap pasar. Harga,
margin dan fisherman’s share tiap saluran pemasaran dijelaskan sebagai berikut :
4.6.1. Harga, margin pemasaran dan fisherman’s share pada saluran 1.
Pada tipe saluran I, lembaga pemasaran yang terlibat terdiri dari pengolah
ikan asin, pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul tingkat
kecamatan, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Pengolah ikan asin kakap
merah membeli bahan baku dari toke bangku seharga Rp 16.000,-/Kg lalu
mengolahnya menjadi 0,25 Kg ikan asin kakap merah dengan harga jual pada
konsumen adalah Rp 26.000,-/0.25 kg atau Rp 65.000,-/Kg. Harga beli oleh
pedagang pengumpul tingkat desa sebesar Rp 65.000,- Harga beli oleh pedagang
pengumpul tingkat kecamatan sebesar Rp 70.000,-/Kg. Harga beli oleh pedagang
grosir sebesar Rp 77.000,-/Kg, dan harga beli oleh pedagang pengecer sebesar Rp
85.000,-/Kg. Adapun rincian harga, margin, dan fisherman’s share dapat dilihat
pada Tabel 12 berikut ini.
52
52
Tabel 12. Distribusi Margin Ikan Kakap Merah Pada Tipe Saluran I
Lembaga Pemasaran Tipe Saluran I (Rp/Kg)
Pengolah Ikan Asin
- Harga Beli 16.000
- Harga Jual 65.000
- Margin 49.000
Pedagang Pengumpul Desa
- Harga Beli 65.000
- Harga Jual 70.000
- Margin 5.000
Pedagang Pengumpul Kecamatan
- Harga Beli 70.000
- Harga Jual 77.000
- Margin 7.000
Pedagang Grosir
- Harga Beli 77.000
- Harga Jual 85.000
- Margin 8.000
Pedagang Pengecer
- Harga Beli 85.000
- Harga Jual 95.000
- Margin 10.000
Konsumen
- Harga Beli 95.000
Total Marjin 83.000
Farmer’s Share (%) 68,42
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Dalam tipe saluran pemasaran ini, lembaga pengolahan ikan asin kakap
merah memperoleh margin sebesar Rp 49.000,-/kg. Pada tingkat pedagang
pengumpul desa sebesar Rp 5.000,-/kg. Pada tingkat pedagang pengumpul
kecamatan sebesar Rp 7.000,-/kg. Pada tingkat pedagang grosir sebesar Rp
8.000,-/kg dan pada tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 10.000,-/kg.
Sedangkan bagian diterima pengolah ikan asin (fisherman’s share) pada tipe
saluran pemasaran I sebesar 68,42 persen.
53
53
4.6.2. Harga, margin pemasaran dan fisherman’s share pada saluran II
Pada tipe saluran II, lembaga pemasaran yang terlibat adalah pengolah
ikan asin, pedagang pengumpul tingkat desa, dan pedagang grosir. Harga beli ikan
segar oleh pengolah ikan asin sebesar Rp 16.000,- setelah melalui proses
pengolahan, lalu menjual ke pedagang pengumpul desa seharga Rp 65.000,-/kg.
Pedagang pengumpul menjual ke pedagang grosir seharga Rp 70.000,-/kg dan
pedagang grosir menjual ke konsumennya seharga Rp 85.000,-/kg. Rincian harga,
margin, dan fisherman’s share dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 13. Distribusi Margin Ikan Kakap Merah Pada Tipe Saluran II
Lembaga Pemasaran Tipe Saluran II (Rp/Kg)
Pengolah Ikan Asin
- Harga Beli 16.000
- Harga Jual 65.000
- Margin 49.000
Pedagang Pengumpul Desa
- Harga Beli 65.000
- Harga Jual 70.000
- Margin 5.000
Pedagang Grosir
- Harga Beli 70.000
- Harga Jual 85.000
- Margin 15.000
Konsumen
- Harga Beli 85.000
Total Marjin 73.000
Farmer’s Share (%) 76,47
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Dalam tipe saluran pemasaran ini, lembaga pengolahan ikan asin kakap
merah memperoleh margin sebesar Rp 49.000,-/kg. Pada tingkat pedagang
pengumpul desa sebesar Rp 5.000,-/kg. Pada tingkat pedagang grosir sebesar Rp
15.000,-/kg. Sedangkan bagian diterima pengolah ikan asin (fisherman’s share)
pada tipe saluran pemasaran II sebesar 76,47 persen.
54
54
4.6.3. Harga, margin pemasaran dan fisherman’s share pada saluran III
Pada tipe saluran III, lembaga pemasaran yang terlibat adalah pengolah
ikan asin, pedagang pengumpul tingkat desa, dan pedagang pengecer. Harga beli
ikan segar oleh pengolah ikan asin sebesar Rp 16.000,- setelah melalui proses
pengolahan, lalu menjual ke pedagang pengumpul desa seharga Rp 65.000,-/kg.
Pedagang pengumpul menjual ke pedagang pengecer seharga Rp 70.000,-/kg dan
pedagang pengecer menjual ke konsumennya seharga Rp 95.000,-/kg. Rincian
harga, margin, dan fisherman’s share dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.
Tabel 14. Distribusi Margin Ikan Kakap Merah Pada Tipe Saluran III
Lembaga Pemasaran Tipe Saluran III (Rp/Kg)
Pengolah Ikan Asin
- Harga Beli 16.000
- Harga Jual 65.000
- Margin 49.000
Pedagang Pengumpul Desa
- Harga Beli 65.000
- Harga Jual 70.000
- Margin 5.000
Pedagang Pengecer
- Harga Beli 70.000
- Harga Jual 95.000
- Margin 25.000
Konsumen
- Harga Beli 95.000
Total Marjin 83.000
Farmer’s Share (%) 68,42
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Dalam tipe saluran pemasaran ini, lembaga pengolahan ikan asin kakap
merah memperoleh margin sebesar Rp 49.000,-/kg. Pada tingkat pedagang
pengumpul desa sebesar Rp 5.000,-/kg. Pada tingkat pedagang pengecer sebesar
Rp 25.000,-/kg. Sedangkan bagian diterima pengolah ikan asin (fisherman’s
share) pada tipe saluran pemasaran III sebesar 68,42 persen.
55
55
Menurut Zulham (2007), Efisiensi pemasaran dapat diukur dengan acuan
persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu
tinggi atau nilai fisherman’s sharenya tinggi.
Tabel 15. Fisherman’s Share Tiap Tipe Saluran Pemasaran Ikan Asin
Tipe Saluran Pemasaran Fisherman’s Share (%)
Tipe Saluran I 68,42
Tipe Saluran II 76,47
Tipe Saluran III 68,42
Sumber : Data Primer (Diolah), Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 16, besarnya fisherman’s share dari masing-masing
saluran memiliki besaran yang berbeda dan yang mempunyai kesamaan
fisherman’s share terdapat pada tipe I dan III. Bagian yang diterima pengolah
ikan asin (fisherman’s share) terbesar terdapat pada saluran II yaitu sebesar 76,47
persen sehingga saluran II relatif efisien dari saluran pemasaran lainnya. Pada
saluran I didapatkan fisherman’s share lebih besar dikarenakan pertukaran
informasi pasar pada saluran I relatif lebih mudah dan tujuan pasarnya juga tidak
terlalu jauh sehingga biaya pemasaran pun lebih sedikit.
4.7. Analisis Marjin
4.7.1. Marjin Pemasaran
Penelitian mengenai kajian rantai pemasaran ikan asin di Desa Padang
Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya ini ditujukan untuk
menganalisis margin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat
dalam kegiatan pemasaran ikan asin jenis kakap merah di daerah penelitian.
56
56
Margin pemasaran yang dimaksud adalah selisih harga yang diterima oleh
konsumen akhir dengan harga yang diterima pengolah ikan asin. Untuk
mengetahui margin pemasaran ikan asin berdasarkan saluran pemasaran dapat
dilihat pada lampiran 5.
Secara keselurahan, total jumlah marjin pada tingkat pengolah ikan asin
adalah Rp 49.000,- pada tingkat pedagang pengumpul desa Rp 5.000,- pada
tingkat pedagang pengumpul kecamatan Rp 7.000, pada tingkat pedagang grosir
Rp 8.000,- dan pada tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 10.000,-
1.7.1. Marjin Keuntungan
Selain menganalisis margin pemasaran, penelitian ini juga bertujuan untuk
menganalisis margin keuntungan pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat
dalam kegiatan pemasaran ikan asin di daerah penelitian. Margin keuntungan
yang dimaksud adalah akumulasi keuntungan yang diterima dari selisih antara
harga beli dengan harga jual di setiap pelaku pemasaran ikan asin yang telah
diolahan dihitung dalam Rp/ Kg/ hari. Untuk mengetahui margin keuntungan ikan
asin berdasarkan berbagai tipe saluran pemasaran dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasarkan lampiran 5, rasio /c yang diperoleh pada semua tipe saluran
pemasaran berbeda - beda. Hal ini berarti apabila biaya yang dikeluarkan lembaga
lebih besar dari satu unit maka keuntungan yang diperoleh lembaga akan lebih
besar dari satu unit biaya tersebut. Total keuntungan (Rp/Kg) pada tiap – tiap
lembaga pemasaran ikan asin adalah Pengolah Ikan Asin Rp 32.500,-/kg,
57
57
Pedagang Pengumpul Desa Rp 2.300,-/kg, Pedagang Pengumpul Kecamatan Rp
4.100, Pedagang Grosir Rp 4.900,- dan Pedagang Pengecer Rp 5.800,-
Sedangkan rata – rata rasio /c pada tiap – tiap lembaga pemasaran yaitu
Pengolah Ikan Asin sebesar 1,82 persen, Pedagang Pengumpul Desa sebesar 0,85
persen, Pedagang Pengumpul Kecamatan sebesar 1.41 persen, Pedagang Grosir
sebesar 1,58 persen dan Pedagang Pengecer sebesar 1.38 persen.
58
58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Rantai pemasaran ikan asin di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya terdiri dari tiga tipe rantai pemasaran. Semakin pendek
rantai pemasaran, maka akan semakin besar keuntungan yang di dapatkan oleh
suatu lembaga, begitu juga sebaliknya
2. Pada saluran pemasaran I besaran margin share adalah Rp 49.000,-/kg. Pada
tingkat pedagang pengumpul desa Rp 5.000,-/kg. Pada tingkat pedagang
pengumpul Kecamatan Rp 7.000,-/kg. Pada tingkat pedagang grosir Rp 8.000,-
/kg dan pada tingkat pedagang pengecer Rp 10.000,-/kg. Sedangkan bagian
diterima pengolah ikan asin (fisherman’s share) sebesar 68,42 persen.
Pada saluran pemasaran II besaran margin share pengolahan ikan asin sebesar
Rp 49.000,-/kg. Pada tingkat pedagang pengumpul desa Rp 5.000,-/kg. Pada
tingkat pedagang grosir Rp 15.000,-/kg. Sedangkan bagian diterima pengolah
ikan asin (fisherman’s share) sebesar 76,47 persen. Pada saluran pemasaran III
besaran margin share pengolahan ikan asin sebesar Rp 49.000,-/kg. Pada
tingkat pedagang pengumpul desa Rp 5.000,-/kg. Pada tingkat pedagang
pengecer Rp 25.000,-/kg. Sedangkan bagian diterima pengolah ikan asin
(fisherman’s share) sebesar 68,42 persen.
59
59
5.2. Saran
1. Mengingat besarnya margin pemasaran dan keuntungan yang diraih dari
pengolahan dan pemasaran ikan asin kakap merah maka pengembangan usaha
ini perlu mendapat perhatian baik dari pihak pemerintah, swasta, maupun pihak
peneliti (perguruan tinggi).
2. Perlunya penyediaan sarana bimbingan, pelatihan serta kredit lunak untuk
pengolah ikan asin kakap merah agar skala usaha dan jangkauan pasar menjadi
lebih luas.
60
60
DAFTAR PUSTAKA
Azzaino, Zulkifli. 2005. Pengantar Tata Niaga Pertanian. Departemen Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Badan Pusat Statistik Aceh, 2011
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Ada Apa dengan Ikan Asap. Jakarta
(http://www.brkp.dkp.go.id.)
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2001 . Inventarisasi Jenis dan Jumlah
Produk Olahan Hasil Perikanan Skala Kecil di Indonesia. Departemen
Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Dumairy, 2004. Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE.
FAO. 1974. Handbook on Human Nutritional Requirements. Food and
Agriculture Organized (FAO/WHO) Publication.
Hanafiah, A.M dan Saefuddin, A.M. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan.
Universitas Indonesia. Jakarta
Heruwati, E,S. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional. Pusat Riset
Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
(http://www.pustaka-deptan.go.id)
Indrajit, E. Richardus dkk, 2003. Konsep Manajemen Supply Chain. PT.
Gramedia. Jakarta
Kotler, Philip, 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Saefuddin, A.M. 2001. Metoda Analisis Pemasaran Komoditi. Majalah Pertanian
No.3 Tahun XXIX. Departemen Pertanian. Jakarta.
Sudjana. 1992. Teknis Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsita. Bandung.
Sulistiono dan Nugroho. 2007. Manajemen Perikanan Provinsi NAD Berwawasan
Lingkungan. Disampaikan pada Seminar Perikanan Aceh Menuju Masa
Depan. Banda Aceh.
Sumaryadi, N. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat. Citra Utama, Jakarta.
61
61
Patadungan, J. 2005. Evaluasi Sistem Pemasaran Hasil-hasil Perikanan
Kaitannya dengan Pembinaan Mutu Hasil-hasil Perikanan. Dirjen
Perikanan, Jakarta.
Porter, M.E. 1996. What is Strategy. Harvard Business Review. Cambridge.
Zulham, Armen. 2007. Margin Pemasaran dan Resiko Pedagang: Kasus
Pengembangan Rumput Laut di Provinsi Gorontalo. Balai Besar Riset
Sosial EkonomiKelautan dan Perikanan. Jakarta.