bab 2 landasan teori - binus librarylibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2010-1-00615-ti bab...

52
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produk dan Jasa atau Layanan (Services ) Menurut Ulrich (2001, p.2) Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kep ada pembeli. Sedangkan Fransiska Tip awael (2007) memaparkan bahwa produk adalah segala sesuatu yang berbentuk barang atau benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, disewa, digunakan, atau dikonsumsi pasar (baik pasar konsumen akhir maupun pasar industrial) sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk bukan hanya sesuatu yang berwujud (tangible ) seperti makanan, pakaian, buku, dan sebagainya, akan tetapi produk juga merupakan sesuatu yang tidak berwujud ( intag ible) seperti pelayanan jasa. M enurut Wikip edia Ensiklopedia Bebas (http://id.wikipedia.org /) Pengertian jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible (tidak berwujud) karena tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, dipegang, disimpan dan dipindahkan yang biasanya terjadi pada interaksi antara konsumen dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atau masalah konsumen. Sedangkan Menurut Lovelock and Wright (1999, p.5), jasa merupakan tindakan atau kinerja yang menghasilkan manfaat bagi konsumen melalui perubahan yang diinginkan. Jasa ini berbeda dengan barang yang

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

9  

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Produk dan Jasa atau Layanan (Services)

Menurut Ulrich (2001, p .2) Produk merupakan sesuatu yang dijual o leh

perusahaan kepada pembeli. Sedangkan Fransiska Tipawael (2007)

memaparkan bahwa p roduk adalah segala sesuatu yang berbentuk barang atau

benda yang dapat ditawarkan oleh p rodusen untuk diperhatikan, diminta,

dicari, dibeli, d isewa, digunakan, atau dikonsumsi pasar (baik pasar

konsumen akhir maupun pasar industrial) sebagai pemenuhan kebutuhan atau

keinginan pasar yang bersangkutan. Produk bukan hanya sesuatu yang

berwujud (tangible) seperti makanan, pakaian, buku, dan sebagainya, akan

tetapi p roduk juga merupakan sesuatu yang tidak berwujud (intag ible) seperti

pelayanan jasa.

M enurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas (http ://id.wikipedia.org/)

Pengertian jasa adalah p roses yang terdiri atas serangkaian aktivitas

intangible (tidak berwujud) karena tidak dapat dilihat, diraba, dirasa,

dipegang, disimpan dan dip indahkan yang biasanya terjadi pada interaksi

antara konsumen dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang

dan sistem penyedia jasa, yang d isediakan sebagai solusi atau masalah

konsumen. Sedangkan Menurut Lovelock and Wright (1999, p .5), jasa

merupakan tindakan atau kinerja yang menghasilkan manfaat bagi konsumen

melalui perubahan yang diinginkan. Jasa ini berbeda dengan barang yang

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

10  

sifatnya nyata atau berwujud. Jasa bersifat abstrak, yaitu tidak dapat

dipegang, tidak dapat disimpan namun sesuatu yang harus dialami dan dapat

dirasakan hasilnya. Misalnya reparasi kendaraan, jasa pendidikan dan

pengajaran, kursus dan bimbingan belajar lainnya, jasa transportasi.

Meskipun bersifat abstrak, namun terkadang jasa ini bisa sangat mahal.

2.2 Sifat Dasar dari Jasa

Perbedaan antara p roduk dan jasa sulit untuk dikenali karena pembelian

terhadap suatu p roduk seringkali d ifasilitasi oleh suatu layanan pendukung

(misalnya pada pembelian komputer, seringkali diikuti dengan instalasi

beberapa software di dalamnya) dan penggunaan dar i suatu layanan seringkali

diikuti dengan barang-barang pendukung (contohnya adalah pada makanan d i

restoran). Setiap pembelian biasanya diikuti dengan satu paket yang berisi

kombinasi barang dan layanan dalam proporsi yang beragam. (Fitzsimmons,

2001, p .21)

Grafik 2.1 Proporsi antara produk dan jasa dalam setiap pembelian

(Sumber : Fitzsimmons, 2001, p.21)

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

11  

Pada masa sekarang, hampir semua p roduk, diikuti dengan adanya jasa dan

juga sebaliknya, hal ini digambarkan dalam sebuah diagram yang disebut

product-service continuum.

Grafik 2.2 product-service continuum

(Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Service_(economics)#The_service-

goods_continuum)

Ada empat hal pokok karakteristik dasar yang membedakan antara jas a

dan barang (Fitzsimmons, 2001, p.22)

• Jasa bersifat intangible, sulit untuk diukur performance-nya (tidak dapat

dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli) karena

kriteria yang digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi kompleks dan

sulit untuk didefinisikan.

• Jasa bersifat heterogen dimana performance-nya sering kali sangat

bervariasi dan jarang terdapat standar yang bisa dijadikan acuan untuk

memastikan keseragaman kualitasnya.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

12  

• Jasa bersifat inseparable, dimana antara p roduksi dan konsumsi sulit sekali

dip isahkan.

• Jasa bersifat perishable, dimana jasa merupakan komoditi yang tidak dapat

disimpan, tetap i ada pengecualian pada kasus tertentu jasa bisa disimpan,

yaitu dalam bentuk pemesanan (misalnya reservasi tiket).

Dengan melihat perbedaan antara jasa dan barang terlihat bahwa untuk

mengevaluasi kualitas jasa (layanan) jauh lebih sulit dibandingkan barang.

Perlu diperhatikan bahwa konsumen tidak mengevaluasi kualitas layanan

hanya dari hasilnya saja tetapi juga dar i p roses penyampaian jasa tersebut.

Kriteria untuk mengevaluasi ditentukan oleh konsumen sebagai penilai dar i

kualitas layanan.

Pada jasa, evaluasi terhadap persepsi konsumen akan jasa yang

ditawarkan, persepsi konsumen yang muncul sangat beragam dan var iatif,

seringkali dapat dipengaruhi suasana ataupun cara penyampaian maupun

orang yang melayani sehingga cenderung berbeda terhadap evaluasi persepsi

konsumen terhadap p roduk yang berupa barang.

2.2.1 Product Service System (PSS )

PSS merupakan model bisnis dimana yang d itawarkan merupakan

gabungan antara p roduk atau barang dengan jasa atau layanan. Dalam

konteks perparkiran, barang yang ditawarkan adalah ketersediaan lot

atau tempat parkir dan layanan yang ditawarkan adalah berupa

penyewaan lot parkir tersebut. PSS merupakan suatu sistem yang

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

13  

dirancang sebelumnya untuk p roduk, jasa, infrastruktur pendukung dan

jaringan. Hal in i seringkali disebut sebagai solusi dematerialized bagi

keinginan dan kebutuhan konsumen (http://en.wikipedia.org/wiki/

Product_service_system)

PSS dapat lebih berfokus terhadap barang maupun jasa, secara

umum PSS terbagi menjad i 3 tipe, antara lain :

• Product Oriented P SS

Tipe PSS ini adalah dimana kepemilikan akan suatu p roduk yang

tangible diberikan kepada konsumen, namun layanan tambahan

disediakan. Contohnya adalah pada Indosat Blackberry, dimana

kepemilikan produk (Blackberry) di tangan konsumen dan Indosat

menawarkan layanan Blackberry seperti koneksi internet dan akses

data.

• Use Oriented PSS

Use Oriented PSS adalah d imana kepemilikan dar i p roduk yang

tangible ada di tangan service provider dan menjual fungsi dari

p roduk tersebut lewat distribusi ataupun sistem pembayaran.

Contohnya adalah pada parkiran di mal, Pada mal konteks produk

lebih terarah ke “infrastruktur” karena parkiran di mal adalah

bangunan dan sepenuhnya dimiliki o leh p ihak mal. Sementara

konsumen atau pengguna tempat parkir bertindak sebagai pembeli

(penyewa) ketika memarkirkan kendaraan mereka disana.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

14  

Dalam use oriented PSS pada konteks parkiran, ada sistem

pendukung seperti sistem pembayaran ataupun sistem parkiran,

dengan kata lain produk yang ditawarkan sendiri merupakan

gabungan antara jasa dan p roduk (infrastruktur) dalam suatu paket

ketika ditawarkan.

• Result Oriented PSS

PSS model ini adalah dimana p roduk digantikan oleh jasa, seperti

pada surat dan e-mail. Surat merupakan p roduk yang tangible

sementara e-mail adalah intang ible dan merupakan suatu layanan.

2.2.2 Service Blueprint

Service Blueprint adalah suatu proses metodologi analisa. Prosedur

metodologi didasarkan pada waktu atau gerakan metode eng ineering,

PERT (Program Evalution Review Technique) atau proyek

pemrograman dan sistem komputer dan desain software. Service

Blueprint merupakan deskripsi kuantitatif dari elemen jasa yang

penting seperti waktu, urutan logis dari tindakan dan p roses, kemudian

menetapkan kedua tindakan atau peristiwa yang terjadi dalam waktu

dan tempat interaksi, dan tindakan atau peristiwa di luar line of visibility

pengguna, namun hal tersebut merupakan dasar dari jasa.

Service Blueprinting merupakan alat yang menggambarkan p roses

jasa secara simultan, menggambarkan orang-orang yang berhubungan

dengan konsumen, dan menggambarkan jasa dar i sudut pandang

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

15  

konsumen. Dengan penjelasan ini, Service Blueprinting menegaskan

ada berbagai tingkatan sistematik dalam jasa, dari tingkatan interaksi

pelanggan dan bukti fisik sampai ke tingkatan interaksi internal di

dalam proses p roduksi jasa.

Diagram 2.1 Service Blueprint

Service blueprin ting melibatkan deskripsi dari semua aktivitas untuk

merancang dan mengelo la jasa, termasuk jadwal, rencana proyek,

rep resentasi secara detail (seperti use cases) dan desain rencana-

rencana, atau platform jasa. Blueprinting biasa didukung oleh

metodologi elemen fungsional dari jasa, serta karakteristik kualitatif

atau implisit, termasuk teknik TQM (Total Quality Management),

seperti Quality Function Deployment, Just in Time dan perencanaan

kapasitas. (http ://servicedesign.wikispaces.com/Service+Blueprint)

2.2.3 Service Quality

M enurut Fransiska Tipawael (2007), Service Quality merupakan

tingkat perbedaan antara persepsi dan harapan dari konsumen. Kualitas

dari layanan ditentukan oleh customer dan hasil dari pelayanan jasa

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

16  

(service) dikatakan baik jika penyedia jasa tersebut dapat menemukan

atau member ikan apa yang konsumen harapkan.

Ada sepuluh dimensi dari service quality yaitu:

• Tangible, yaitu penampakan dari peralatan fasilitas fisik, karyawan,

dan material. Tangible merupakan penilaian berdasarkan apa yang

konsumen lihat, misalnya: Apakah fasilitas fisik sudak baik?,

Apakah penampilan karyawan sudah menarik? dan Apakah

teknologi yang digunakan sudah moderen?

• Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan layanan sesuai

dengan apa yang sudah dijanjikan.

• Responsiveness, yaitu keinginan untuk membantu konsumen dengan

menyediakan layanan yang cepat.

• Competence, yaitu memiliki kemampuan yang d ibutuhkan dan

pengetahuan untuk menampilkan layanan yang terbaik.

• Courtesy, yaitu kesopanan, penghargaan, dan keramahan dalam

berhubungan dengan orang lain (konsumen).

• Credibility, yaitu penyediaan layanan yang jujur dan dapat

dipercaya.

• Security, yaitu bebas dari bahaya, resiko dan keraguan.

• Acces, yaitu dapat dengan mudah d icapai.

• Communication, yaitu mendengarkan apa keinginan konsumen dan

menghargai komentar ataupun pendapat yang diberikan o leh

komsumen.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

17  

• Understanding to the Customers, yaitu bersikap empati terhadap

konsumen dan kebutuhannya.

Kesepuluh dimensi kualitas diatas dapat disimpulkan kedalam lima

dimensi kualitas yaitu sebagai berikut:

• Tangible

• Reliability

• Responsiveness

• Assurance = Competence + Courtesy + Credibility + Security

• Emphaty = Acces + Communication + Understanding to the

customers

2.3 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (1999, p.73) Teknik sampling adalah merupakan teknik

pengambilan sampel dari suatu populasi. Untuk menentukan sampel yang

digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada Tabel Penentuan Jumlah

Sampel dari Populasi Tertentu Dengan Taraf Kesalahan 1, 5, dan 10% d i

lampiran 3

2.4 Validitas dan Reabilitas

Validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai atau ukuran yang

diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang

ingin diukur. Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan

hasil pengukuran psikologis atau non fisik. B erkaitan dengan karakteristik

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

18  

psikologis, hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat

menggambarkan atau member ikan skor atau nilai suatu karakteristik lain yang

menjad i perhatian utama.

Reabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur

seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif

konsisten dari waktu ke waktu. (sumber: http ://blog.its.ac.id /

suherminstatistikaitsacid/files/2008/09/validitas-reliabilitas.pdf)

2.5 Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (1999, p .129) terdapat 2 hal utama yang

mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen

penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian

berkenaan dengan validitas dan reab ilitas instrumen dan kualitas

pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan

untuk mengumpulkan data oleh karena itu instrumen yang telah teruji

validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid

dan reliable apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam

pengumpulan datanya.

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu interview

(wawancara), kuesioner, observasi (pengamatan) dan gabungan ketiganya.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

19  

1. Interview (wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

akan melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dar i

responden yang leb ih mendalam dan jumlahnya relatif kecil.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan

tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

3. Observasi (pengamatan)

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik

bila diband ingkan dengan teknik lain. Observasi tidak terbatas pada orang

tetapi pada objek-objek lain.

2.6 Cause-Effect Diagram

Cause-effect diagram atau diagram sebab akibat adalah alat yang

digunakan untuk mengidentifikasi secara sistematis dan menyajikan semua

kemungkinan penyebab masalah tertentu dalam format graf is. Diagram in i

menyerupai sebuah tulang ikan (fish bone) dimana memiliki sebuah kepala

yang berisi pernyataan dari suatu masalah dan tulang-tulangnya mewakili

akar-akar permasalahannya. (www.siliconfareast.com)

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

20  

Diagram 2.2 Cause-Effect Diagram (fish bone)

(Sumber: http ://www.envisionsoftware.com/articles/Fishbone_Diagram.html)

2.7 Tahapan Proses Pengembangan Produk

Proses pengembangan p roduk adalah urutan langkah- langkah atau

kegiatan-kegiatan dimana dimana suatu perusahaan berusaha untuk

menyusun, merancang, mengkomersilkan suatu p roduk. (Ulrich-Eppinger,

2001, p .15).

Proses pengembangan produk pada umumnya terdiri dari 6 tahap, yaitu:

Gambar 2.1 Proses pengembangan p roduk

(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2001, p .9)

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

21  

• Fase 0. Perencanaan : kegiatan perencanaan sering d irujuk sebagai

‘zerofase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan p roses

peluncuran pengembangan produk aktual.

• Fase 1. Pengembangan konsep: pada fase ini, kebutuhan pasar

diidentifikasi, alternatif konsep-konsep p roduk dibuat dan dievaluasi, dan

satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih

jauh.

• Fase 2. Perancangan tingkat sistem: fase in i mencakup definisi arsitektur

produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-

komponen.

• Fase 3. Perancangan detail: fase ini mencakup spesifikasi lengkap dari

bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada

produk dan identifikasi seluruh komponen standar.

• Fase 4. Pengujian dan perbaikan: fase ini melibatkan konstruksi dan

evaluasi dari berbagai macam-macam versi p roduksi awal produk.

Prototype awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-

komponen dengan bentuk dan jenis material pada p roduksi sesungguhnya,

namun tidak memerlukan p roses fabrikasi dengan p roses yang sama

dengan yang dilakukan pada p roduksi sesungguhnya.

• Fase 5. Produksi awal: pada fase in i, p roduk dibuat menggunakan sistem

produksi sesungguhnya.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

22  

Pada Gambar 2.3, terdapat macam-macam proses yang dilakukan dalam

melakukan tahapan p roses perancangan dan pengembangan produk dalam

buku Ulrich-Epp inger, yaitu:

• Perencanaan Produk.

• Identifikasi kebutuhan pelanggan.

• Spesifikasi produk.

• Penyusunan konsep.

• Seleksi konsep .

• Pengujian konsep .

• Arsitektur produk.

• Desain industri.

• Design for Manufacturing.

• Membuat prototype.

• Analisis ekonomi

pengembangan p roduk.

2.7.1 Perencanaan Produk

Proyek perencanaan p roduk dapat dikelompokkan menjad i 4 tipe:

(Ulrich-Epp inger, 2001, p .36)

• Platform p roduk baru: tipe produk ini melibatkan usaha

pengembangan utama untuk merancang suatu keluarga p roduk baru

berdasarkan pla tform yang baru dan umum.

• Turunan dari platform produk yang telah ada: proyek-proyek ini

memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki

pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.

• Peningkatan perbaikan untuk p roduk yang telah ada: proyek-proyek

ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi

beberapa detil p roduk dari p roduk yang telah ada dalam rangka

menjaga lin i produk yang ada pesaingnya.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

23  

• Pada dasarnya p roduk baru: p royek-proyek ini melibatkan produk

yang sangat berbeda atau teknologi produksi dan mungkin

membantu untuk memasuki pasar yang belum dikenal dan baru.

Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi

pengembangan produk, biasanya dilakukan dengan memformulasikan

suatu definisi yang lebih detil dari pasar target dan asumsi-asumsi yang

mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan

mengenai hal in i akan terdapat pada pernyataan misi (mission

statement). Pernyataan misi mencakup informasi berikut:

• Uraian p roduk ringkas: uraian ini mencakup manfaat p roduk utama

untuk konsumen namun menghindar i penggunaan konsep produk

secara spesifik.

• Sasaran bisnis utama: sebagai tambahan sasaran p royek yang

mendukung strategi perusahaan, sasaran in i b iasanya mencakup

waktu, biaya dan kualitas.

• Pasar target untuk produk: terdapat beberapa pasar target untuk

p roduk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua

yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.

• Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha

pengembangan: asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun

mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep p roduk, mereka

membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

24  

dibutuhkan informasi-informasi untuk pencatatan keputusan

mengenai asumsi dan batasan.

• Stakeholder: satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan

pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksp lisit seluruh

stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi

oleh keberhasilan dan kegagalan p roduk. Daftar stakeholder dimulai

dari pengguna akh ir dan konsumen eksternal yang membuat

keputusan tentang produk dan perusahaan (organisasi pelayanan,

departemen p roduksi, dan lain-lain).

Berikut ini adalah contoh dari pernyataan misi untuk p royek Lakes.

Tabel 2.1 Contoh pernyataan misi

(Ulrich-Epp inger, 2001, p.48)

Pernyataan Misi: M esin Pencatatan untuk Kantor yang M ultifungsi Uraian Produk - Dapat bersifat jaringan, mesin digital

dengan kemampuan fungsi memperbanyak, pencetakan, fax, dan scan

Sasaran B isnis Utama - Mendukung strategi Xerox dalam kepemimpinan peralatan kantor digtail

- Menyediakan platform untuk seluruh p roduk-produk digital B&W dan solusi masa mendatang

- Mencapai 50% penjualan p roduk digital pada pasar utama

- Ramah lingkungan - Perkenalan produk yang pertama

dilakukan pada kuartal ke empat tahun 1997

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

25  

Tabel 2.1 Contoh pernyataan misi (lanjutan)

Pernyataan M isi: Mesin Pencatatan untuk Kantor yang Multifungsi Pasar Utama Departemen-departemen kantor,

volume menengah (40-65 ppm), diatas rata-rata 42000 copy/bulan

Pasar Kedua - Pasar percetakan cepat - Operasional satelit kecil

Asumsi-asumsi dan Batasan-batasan

- Platform teknologi baru - Teknologi bayangan d igita l - Kompatibel dengan software

CentreWare - Peralatan input dibuat di Canada - Peralatan output d ibuat di Brazil - Mesin pemroses bayangan dibuat di

USA dan Eropa Stakeholder - Pembeli dan pengguna

- Operasional Manufaktur dan jasa - Distributor & penjual kembali

2.7.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

M enurut Ulrich-Eppinger (2001, p .57) Identifikasi kebutuhan

pelanggan adalah sebuah p roses pengumpulan data-data kebutuhan

konsumen yang dibagi men jadi 5 tahap , yaitu:

1. M engumpulkan data mentah konsumen.

2. M enginterp retasikan data mentah menjadi kebutuhan konsumen.

3. M engorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu

kebutuhan p rimer, sekunder, dan (jika diperlukan) tersier.

4. M enetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan.

5. M enganalisa hasil dan p roses.

Berikut ini adalah contoh template data berisi pernyataan asli dari

konsumen dan daftar kebutuhan hasil interpretasi pernyataan asli.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

26  

Tabel 2.2 Template wawancara asli dengan konsumen

(Sumber: Ulrich-Epp inger, 2001, p.65)

Pelanggan: Bill Esposito Pewawancara: Jonath an dan Lisa Alamat: 100 Memorial

Drive Tanggal: 19-12-1999

Telepon: 617-864-1274 Sekarang menggunakan:

Craftsman Model A3

Apakah bersedia di follow-up?

Ya Jenis Penggunaan:

Untuk pemeliharaan gedung

Perta nyaan Pernyataan Pela nggan Interpretasi Kebutuha n Penggunaan tertentu

Saya perlu mengoperasikan sekrup dengan l ebih cep at, lebih cepat darip ada dengan tangan

Obeng mampu menyek rup lebih cepat daripad a deng an tangan

Saya kadang-kad ang mel akukan pekerjaan menyekrup, menggunakan sekrup untuk lembaran logam

Obeng membantu mendo rong sekrup untuk lembaran logam pada pekerjaan menyekrup

Terdap at banyak p eralatan listrik seperti penutup switch, outlet listrik, kipas angin dan peralat an ru mah tangga

Obeng dapat digunak an untuk memas ang sek rup pada p eralatan ru mah tangga

Hal-hal yang disukai terhadap alat yang sekarang

Saya menyukai gagang atau genggaman pistol, kelihatannya bagus

Obeng nyaman untuk digenggam

Saya menyukai ujung yang diberi magnet

Magnet pad a ob eng men ahan posisi sek rup sebelu m didorong

Hal-hal yang tidak disukai terhadap alat yang sek arang

Saya tidak suk a k etika ujung alat mengg elincir atau menjatuhk an sek rup

Ujung obeng tetap tinggal pada kepala sekrup tanpa tergelincir

Saya ingin alat bisa dikunci sehingga saya d apat menggunakanny a tanpa b aterai

Pengguna dapat men erapk an alat secara manu al untuk membantu mendo rong sekrup

Tidak bisa mendorong sekrup pada k ayu y ang keras

Obeng d apat mendo rong sekrup p ada kayu yang k eras

Kadang-kadang s aya merusak kepala sekrup

Obeng tidak merusak kep ala sekrup

Usulan perbaikan

Suatu tamb ahan ko mponen yang memungkinkan saya mencapai ke dal am lubang yang sempit

Obeng dap at mengakses sekrup pad a ujung lubang dalam yang sempit

Bagai mana saya d apat membersihkan atau menghilangkan pelapis cat p ada sekrup

Obeng memungkinkan pengguna untuk bekerja dengan sekrup yang t elah dilapisi atau dicat di atasnya

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

27  

2.7.3 S pesifikasi Produk

M enurut Ulrich-Epp inger (2001, p.77) M aksud spesifikasi produk

adalah menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah

p roduk. Spesifikasi ini memuat asp irasi dan harapan, tetap i hal itu

dibuat sebelum mengetahui batasan teknologi produk. Usaha yang

dilakukan dapat gagal memenuhi beberapa spesifikasi ini atau

melebihinya tergantung pada konsep produk yang dip ilih. Proses

pembuatan spesifikasi p roduk menggunakan metode QFD (Quality

Function Deployment) dan FQFD (Fuzzy Quality Function

Deployment).

2.7.3.1 QFD (Quality Function Deployment)

QFD sebenarnya adalah merupakan suatu jalan untuk

mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan

konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan. Ber ikut ini

adalah definisi QFD menurut beberapa pakar:

1. QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang

atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen, lalu

menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk

menghasilkan barang atau jasa di tiap tahap pembuatan

barang atau jasa yang dihasilkan. (Subagyo, 2000)

2. QFD didefinisikan sebagai suatu p roses atau mekanisme

terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

28  

menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu kedalam kebutuhan

teknis yang relevan, di mana masing-masing area fungsional

dan level organ isasi dapat mengerti dan bertindak. QFD

mencakup juga monitor dan pengendalian yang tepat dari

p roses operasional menuju sasaran. (Gaspersz, 2001)

3. QFD adalah sebuah sistem pengembangan p roduk yang

dimulai dari merancang produk, p roses manufaktur, sampai

p roduk tersebut ke tangan konsumen, dimana pengembangan

p roduk berdasarkan keinginan konsumen (Djati, 2003).

Penggunaan metodologi QFD dalam proses perancangan dan

pengembangan produk merupakan suatu nilai tambah bagi

perusahaan. Sebab perusahaan akan mempunyai keunggulan

kompetitif dengan mencip takan suatu p roduk atau jasa yang

mampu memuaskan konsumen.

2.7.3.2 FQFD (Fuzzy Quality Function Deployment)

Di dalam QFD, informasi-informasi yang d imasukkan ke

dalam proses pembuatan House of Quality merupakan hasil dari

persepsi manusia, selain itu penilaian yang diberikan agak

subjektif dan samar antara “Voice the customer ” dan “Voice of

the technician” mengandung pengertian yang banyak dan

bersifat ambigu. Penilaian “penting” memiliki ukuran yang

berbeda antara customer dan technician. Untuk mengatasi hal

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

29  

tersebut, maka dibuatlah sebuah kerangka ker ja dari Fuzzy QFD

dengan menggunakan symmetrical triangular fuzzy number

(STFNs).

Perbedaan antara QFD dan FQFD terletak pada skala

penilaian. Pada QFD penilaian dilakukan dengan menggunakan

angka yang pasti (Crisp Number) sedangkan pada FQFD

penilaian dengan menggunakan STFNs. Diharapkan masalah

mengenai penilaian yang samar dan ambigu dapat diatasi.

Karena FQFD mampu untuk mengatasi penilaian yang samar in i

maka akan lebih efektif digunakan dalam mengevaluasi

konsumen jasa. Sebagai contoh, dar ipada menggunakan angka

1 dan 9 dalam menggambarkan “very low” dan “very high”

dalam skala importance of what maka leb ih baik menggunakan

STFNs seperti (0,2 dan 8,10). dalam STFNs digunakan bentuk

(a, c) fuzzy set yang khusus untuk menunjukan konsep dari fuzzy

“approximately b” dimana

Di dalam pembuatan House of Quality digunakan skala yang

tetap supaya didapatkan perhitungan perbandingan yang relefan.

Skala yang digunakan dalam kasus in i adalah 1-3-5-7-9 (Crisp

Number) dan [0,2]-[2,4]-[4,6]-[6,8]-[8,10] (STFNs). (Fransiska

Tipawael, 2007)

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

30  

2.7.3.3 Korelasi S pearman Rank

Korelasi Spearman R ank digunakan untuk mencari hubungan

atau untuk mengu ji signif ikasi hipotesis asosiatif bila masing-

masing var iabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan

sumber data antar variabel tidak harus sama. Karena korelasi

Spearman bekerja pada data ordinal, maka data yang merupakan

data ratio harus diubah terllebih dahulu menjadi data ordinal

dalam bentuk ranking. (Sugiyono, 1999, p .282)

2.7.3.4 Matriks House of Quality (HOQ)

M enurut Marimin (2004, p .35) matriks HOQ adalah bentuk

yang paling d ikenal dari rep resentasi QFD. M atriks ini pada

dasarnya terdiri dari dua bagian utama. Bagian horizontal dari

matriks berisi informasi yang berhubungan dengan konsumen,

dan ini disebut dengan customer tabel. Bagian vertikal dari

matriks berisi informasi teknis sebagai respons bagi inpu t

konsumen, dan disebut dengan techincal table. Dua aspek utama

matriks kualitas dapat dilihat pada Gambar 2.4.

 

Gambar 2.2 Dua aspek utama QFD

(Sumber: Marimin, 2004, p.35)

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

31  

Jenis matriks HOQ bentuknya bermacam-macam. Berikut ini

langkah-langkah pembuatan matriks HOQ dalam

mengap likasikan QFD: (Fransiska Tipawael, 2007)

1. M engidentifikasikan kebutuhan konsumen.

Pertama dilakukan pengisian sub matriks keinginan

konsumen pada kolom voice of costumer yang didapat dari

kuesioner yang telah disebarkan. Sebelum menentukan suara

dari konsumen maka terlebih dahulu menentukan siapa yang

menjadi konsumen perusahaan. Biasanya komponen ini

disebut komponen WHAT’s yang menggambarkan keinginan

dan kebutuhan konsumen.

2. M enjelaskan relative importance ratings of costumer needs.

Tingkat kepentingan pelanggan terhadap setiap elemen

kebutuhan berbeda-beda. Nilainya merupakan nilai rata-rata

yang diberikan oleh responden.

Rumus :

Untuk FQFD :

Keterangan:

M = banyaknya kebutuhan konsumen

= rata-rata importance ratings

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

32  

= importance ratings pada kebutuhan konsumen

ke-n dan konsumen ke-k

K = Banyaknya konsumen

3. M engidentifikasikan kompetitor dan mengisi Customer

Competitive Evaluation

Kompetitor yang akan dibandingkan adalah kompetitor

yang memproduksi p roduk yang sejenis. Informasi mengenai

kompetitor dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada

konsumen untuk merata-rata relative performance dari setiap

perusahaan terhadap setiap komponen WHAT’s dan

kemudian membuat customer ratings.

Performance rating C1 untuk kebutuhan konsumen Wm:

L–1 menunjukkan banyaknya kompetitor yang

diidentifikasikan yang dinotasikan sebagai C2, C3,…,CL.

Performance Ra tings perusahaan dapat dinotasikan

kedalam matriks M x L yang biasa disebut sebagai customer

comparison matrix.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

33  

Berdasarkan informasi dar i matriks X diatas, customer

competitive priority ratings dari komponen WHAT’s untuk

perusahaan C1 dapat diperoleh, biasanya dengan

menggunakan sales point concept yang disimbolkan dengan

e = (e1, e2, …,em). Dimana em p rioritas rating dari perusahaan

C1 untuk kebutuhan konsumen Wm. Berdasarkan perhitungan

tersebut perusahaan juga harus membuat Goals dari WHAT’s.

Goals ini harus dibuat perusahaan dengan realistik dan

bersaing. Goals dari perusahaan ini dinotasikan dengan a =

(a1, a2,…, am). Selain itu, juga dapat dihitung Improvement

Ratio dari perusahaan untuk Wm dengan .

Semakin tinggi Improvement Ratio maka semakin penting

WHAT’s dipenuhi oleh perusahaan.

4. M enghitung final importance ratings dari kebutuhan

konsumen.

Kebutuhan konsumen dengan rela tive importance yang

tinggi, competitive priorities yang tinggi dan improvememt

ratio yang tinggi perlu mendapatkan perhatian yang lebih

banyak.

Rumus:

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

34  

Fuzzy QFD :

Keterangan:

= = final importance ratings

= improvememt ratio

= relative importance

= competitive priorities

5. M embuat technical measures (HOW’s)

Setelah mengetahui kebutuhan dari konsumen, maka

perusahaan harus mendisain hal-hal apa saja yang akan

dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen

tersebut. Komponen ini biasa disebut dengan komponen

HOW’s yang dinotasikan sebagai H1, H2, …, HN.

6. M enjelaskan hubungan antara HOW’s dan WHAT’s

Bagian in i merupakan bagian yang penting dan perlu

dilakukan dengan hati-hati. Hubungan antara HOW’s dan

WHAT’s digambarkan dalam matriks. M atriks ini

menunjukkan seberapa kuat hubungan dari masing-masing

suara konsumen (WHAT’s) dengan respon teknisnya

(HOW’s) yang dinotasikan inotasikan dengan rMn.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

35  

Pada Fuzzy QFD, hubungan antara HOW’s dan WHAT’s

juga digambarkan dalam matriks dengan menggunakan

STFNs

7. M enjelaskan Technical Rating dari HOW’s

M erupakan tingkat kepentingan teknis setiap elemen

HOW’s terhadap n elemen WHAT’s dihitung untuk

menentukan prioritas pencapaian elemen HOW’s.

Rumus:

Untuk Fuzzy QFD :

Keterangan:

tn = tnz = technical ratings dari HOW’s

= = final importance ratings

= = nilai hubungan antara WHAT’s dan HOW’s

8. M enunjukkan analisa kompetisi teknik.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

36  

Bagian ini dapat dilakukan oleh marketing ataupun

melalui d iskusi tim. Tujuan dar i analisa kompetisi teknis ini

adalah untuk membangun keuntungan kompetisi bagi

perusahaan dengan membandingkan perusahaan dengan

perusahaan lain yang sejenis dan setingkat (kompetitor) pada

bagian technica l performance (HOW’s). Perbandingan

technical performance dapat dijelaskan dalam matriks Y.

Dari matriks Y diatas dapat dihitung zn, dimana zn

merupakan prioritas kompetisi teknis dari perusahaan

terhadap Hn. Berdasarkan matriks Y, perusahaan juga dapat

membuat Goals dari Hows yaitu nilai target baru yang harus

dicapai untuk setiap elemen HOW’s melalui p rogram

peningkatan kualitas yang dilakukan.

Goals ini dinotasikan dalam b = (b1, b2,…, bN).

Berdasarkan perbandingan dari Goals, maka dapat dihitung

improvement ratio (Vn).

9. M endapatkan final techn ical ratings dari Hows

Hows dengan initial technica l rating yang tinggi, techn ica l

competitive priorities yang tinggi, dan improvement ratio

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

37  

yang tinggi yang akan menjadi fokus untuk diterapkan oleh

perusahaan.

Rumus:

n = 1,2,…,N

Keterangan :

Sn = final technical ratings dar i Hows

Vn = improvement ratio

tn = initia l technical rating

= technical competitive priorities

10. M embuat House of Quality

Setelah menyelesaikan semua langkah diatas, langkah

selanjutnya adalah membuat House of Quality. Adapun

bentuk dari House of Quality dan langkah-langkah

pembuatannya :

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

38  

Gambar 2.3 Langkah pembuatan HOQ

(sumber: http ://www.sciencedirect.com)

2.7.4 Penyusunan Konsep

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai

teknologi, p rinsip kerja, dan bentuk produk. Sebuah konsep biasanya

diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai model 3 dimensi

secara gar is besar dan ser ingkali disertai oleh sebuah uraian gambar.

(Ulrich-Epp inger, 2001, p .102)

2.7.4.1 DFD (Data Flow Diagram )

DFD adalah sebuah rep resentasi grafis dari aliran data

melalui sebuah sistem informasi. Yang membedakan DFD

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

39  

dengan flowchart adalah DFD menunjukkan aliran dari data

sedangkan flowchart menunjukkan aliran kontrol dari suatu

p rogram. Sebuah DFD dapat juga digunakan untuk visualisasi

dari proses data.

DFD biasa dimulai dengan menggambar Context- level Data

Flow Diagram yang menunjukkan interaksi antara sistem dan

entitas eksternal. DFD juga d idesain untuk menunjukkan

bagaimana sebuah sistem dibagi ke dalam porsi-porsi yang lebih

kecil dan untuk menyoroti aliran data pada bagian-bagian

tersebut. Context-level DFD ini kemudian dipecah untuk

menunjukkan detail pada sistem yang sedang dibuat.

(http ://en.wikipedia.org/wiki/Data_flow_diagram)

Ada beberapa notasi yang berbeda dalam mendesain DFD.

Notasi-notasi tersebut antara lain:

Function File / Database

Flow Input / Output

Gambar 2.4 Notasi-notasi DFD

DFD mempunyai beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan

DFD antara lain:

1. Context Level

Tingkatan in i menunjukkan konteks keseluruhan dar i sistem

dan lingkungan p roses tersebut dan juga menunjukkan

keseluruhan sistem sebagai sebuah proses. Pada tingkatan ini

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

40  

biasanya tidak menunjukkan penyimpanan data, kecuali

peny impanan data tersebut dimiliki oleh sistem eksternal.

Diagram 2.3 Context Level Data Flow Diagram

2. Level 0

Tingkatan ini menunjukkan semua p roses penomoran,

peny impanan data, entitas eksternal dan aliran-aliran data.

Tujuan tingkatan ini adalah untuk menun jukkan proses-

p roses tingkatan level utama dar i sistem dan antar relasi.

Sebuah p roses model hanya mempunyai satu diagram level 0.

Sebuah diagram level 0 harus diseimbangkan dengan con text

level diagram, contohnya ada beberapa eksternal entitas dan

aliran data yang sama antara level 0 diagram dan context

level diagram. Eksternal entitas dan aliran data dapat dipecah

lebih detail dalam level 0.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

41  

Diagram 2.4 Level 0 Data Flow Diagram

2.7.5 Seleksi Konsep

Seleksi konsep merupakan p roses menilai konsep dengan

memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, dengan

membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan

memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan

pengembangan selanjutnya. (Ulrich-Eppinger, 2001, p.136)

Proses seleksi konsep terdiri atas 2 langkah utama, yaitu penyaringan

konsep dan penilaian konsep dengan metode yang dikembangkan oleh

Stuart Pugh pada tahun 1980-an dan ser ingkali disebut seleksi konsep

Pugh. Tujuan dari penyaringan konsep ini adalah mempersempit jumlah

konsep secara cepat dan untuk memperbaik i konsep . Penilaian konsep

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

42  

digunakan agar peningkatan jumlah alternatif penyelesaian dapat

dibedakan lebih baik di anatara konsep yang bersaing.

Tabel 2.3 Matriks penyaringan konsep

(sumber: Ulrich-Epp inger, 2001, p.137)

Kriteria Konsep

1 2 3 4 A 0 - - - B 0 0 - - C 0 0 + - D + + 0 + E + + 0 +

Jumlah + 2 2 1 2 Jumlah 0 3 2 2 0 Jumlah - 0 1 2 3 Nilai akh ir +2 +1 -1 -1 Peringkat 1 2 4 3 Lanjutkan? Ya Ya Tidak Tidak

Proses penyaringan konsep merupakan p roses penilaian sederhana

yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika

konsep tersebut lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria

tersebut. “Sama dengan” (0), jika suatu kriteria sama dengan konsep

lain, dan “lebih buruk” (-) jika suatu kriteria lebih buruh dari konsep

lain. Sebaiknya setiap konsep dinilai terhadap satu kriteria sebelum

berp indah ke kriteria berikutnya. Namun, dengan jumlah konsep yang

besar, lebih cepat apabila menggunakan pendekatan, sebaliknya menilai

tiap konsep keseluruhan sebelum berpindah pada konsep ber ikutnya.

Setelah dilakukan penilaian, jumlah bobot tiap kriteria d ijumlahkan

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

43  

untuk masing-masing konsep diberi peringkat. Konsep yang dip ilih

akan diteruskan ke matriks penilaian konsep.

Langkah selanjutnya adalah pada matriks penilaian konsep diber ikan

bobot kepentingan pada tiap kriteria dengan mengalokasikan nilai

100%. Penetapan rating ini dapat dilakukan oleh beberapa responden

untuk menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria

yang diinginkan. Nilai beban didapatkan dari besarnya bobot

kepentingan kriteria dikalikan dengan rating yang diberikan yang

kemudian akan dijumlahkan. Konsep yang dipilih adalah konsep yang

memiliki rating tertinggi. Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut

dapat diputuskan untuk memilih satu atau lebih konsep terbaik, konsep-

konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan, dibuat prototype dan

diuji untuk memperoleh umpan balik dar i pelanggan.

Tabel 2.4 M atriks penilaian konsep

(Sumber: Ulrich-Epp inger, 2001, p.141)

Kriteria Seleksi Beban

Konsep 1 2

Rating Nilai Beban

Rating Nilai Beban

A 10% 3 0.3 3 0.3 B 15% 4 0.6 2 0.3 C 25% 3 0.75 5 1.25 D 30% 3 0.9 5 1.5 E 20% 5 1.0 3 0.6

Total Nilai 3.55 3.95 Peringkat 2 1

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

44  

2.7.6 Pengujian Konsep

Pengujian konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep dimana

kedua aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang

akan dip roses leb ih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda karena

aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari

pelanggan dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim

pengembangan produk. Pengujian konsep dilakukan setelah seleksi

konsep dikarenakan tidak mungkin anggota tim pengembangan

menyodorkan banyak konsep langsung ke konsumen potensial untuk

diuji. Karena itu, konsep-konsep yang sudah ada harus dipersempit

sampai pada jumlah yang kecil untuk disodorkan kepada konsumen.

Tim bisa saja memilih tidak melakukan pengu jian konsep apapun

jika waktu yang dibutuhkan untuk menguji konsep relatif cukup

panjang diband ingkan dengan siklus hidup p roduk, atau jika biaya

pengujian relatif cukup besar. (Ulrich-Epp inger, 2001, p .133)

2.7.7 Arsitektur Produk

M enurut Ulrich-Epp inger (2001, p.172) Arsitektur produk adalah

penugasan elemen-elemen fungsional dar i p roduk terhadap kumpulan

bangunan fisik p roduk. Tujuan dari arsitektur p roduk adalah

menguraikan komponen fisik dasar dari produk, apa yang harus

dilakukan komponen tersebut dan seperti apa penghubung atau

pembatas (interface) yang d igunakan untuk peralatan lainnya.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

45  

Elemen-elemen fisik dari sebuah p roduk adalah bagian-bagian

p roduk (part), komponen dan sub-rakitan yang pada akhirnya

diimplementasikan terhadap fungsi p roduk. Elemen-elemen fisik

diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Elemen

fisik produk biasanya diorgan isasikan menjad i beberapa building blocks

utama yang d isebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan

komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk. Arsitektur

p roduk adalah skema elemen-elemen fungsional dari p roduk disusun

menjad i chunk yang bersifat fisikal dan menjelaskan bagaimana setiap

chunk berinteraksi.

Karakter arsitektur p roduk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-

ciri dar i arsitektur modular adalah sebagai berikut:

• Chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu atau sedikit

elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya.

• Interaksi antar chunk dapat dijelaskan dengan baik, dan umumnya

penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi utama p roduk.

Hasil akhir dari aktivitas ini adalah perkiraan rancangan geometri

dari produk, penjelasan mengenai chunk-chunk utama dan dokumentasi

interaksi penting antar chunk . Ada 4 langkah menetapkan arsitektur

p roduk, yaitu:

1. M embuat skema p roduk, yaitu diagram yang menggambarkan

pengertian terhadap elemen-elemen penyusun produk, yakni berupa

elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

46  

Diagram 2.5 Contoh skema p roduk

2. M engelompokkan elemen-elemen yang terdapat pada skema, yaitu

menugaskan setiap elemen yang ada pada skema menjad i chunk .

Setiap chunk memiliki satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi

yang sama dapat digabungkan dalam satu chunk . Kondisi ekstrim

yang mungkin terjadi adalah satu chunk mewakili satu fungsi

sehingga jumlah chunk sama dengan jumlah elemen fungsi. Atau

sebaliknya mengintegrasikan semua komponen ke dalam satu fungsi

yang sifatnya akan lebih kompleks.

Diagram 2.6 Contoh Function Diagram

3. M embuat rancangan geometris yang masih kasar, susunan geometris

dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model

fisik yang terdiri dari 2 atau 3 dimensi. Penyusunan geometris yang

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

47  

masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif

penyusunan sehingga tidak ada hubungan antar chunk yang saling

bertentangan. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan

aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah p roduk.

2.7.8 Desain Industri

Perhimpunan Desainer Industri Amerika (IDSA) mendefinisikan

desain industri sebagai jasa p rofesional dalam mengoptimalkan fungsi-

fungsi, nilai, dan penampilan p roduk serta sistem untuk mencapai

keuntungan yang mutual antara pemakai dan p rodusen. (Ulrich-

Epp inger, 2001, p.200)

M isi utama desain industri dalam proses pengembangan produk

mencakup aspek-aspek dari p roduk tersebut yang berhubungan dengan

daya tarik ergonomis dan daya tarik estetika p roduk, yaitu antara lain:

1. Kebutuhan-kebutuhan ergonomik.

• Kemudahan pemakaian.

Kemudahan pemakaian akan lebih diperlukan jika produk

mempunyai beberapa ciri atau cara mengoperasikannya yang

mungk in membingungkan dan menyebabkan pemakainya frustasi.

• Kemudahan perawatan.

Jika produk perlu diperbaiki secara berkala, kemudahan

perawatan menjadi sangat penting. Sangat penting untuk

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

48  

memberitahukan prosedur perawatan/perbaikan kepada

pemakainya.

• Kuantitas interaksi pemakai.

Secara umum semakin banyak interaksi antara pemakai dengan

p roduk, p roduk akan semakin tergantung pada desain industri.

• Pembaruan interaksi pemakai.

Semakin banyak pembaruan mungkin akan memer lukan r iset

yang substansial dan studi kemungk inan.

• Keamanan.

Semua p roduk mempunyai pertimbangan keamanan. Untuk

beberapa produk dapat menghasilkan tantangan nyata bagi tim.

2. Kebutuhan-kebutuhan estetik

• Diferensiasi p roduk.

Produk dengan pasar dan teknologi yang stabil sangat tergantung

pada desain industri untuk mencip takan daya tarik estetis dan

tentunya diferensiasi visual.

• Gengsi kepemilikan, mode atau kesan.

Persepsi pelanggan terhadap suatu p roduk sebagian besar

didasarkan oleh daya tarik estetis. Produk yang menar ik mungkin

diasosiasikan dengan mode dan kesan yang tinggi. Pada akhirnya

hal in i akan mencip takan perasaan gengsi yang tinggi terhadap

pemiliknya. Ketika karakteristik seperti ini penting, desain

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

49  

industri akan memainkan peranan penting dalam menentukan

kesuksesan akhir.

• Motivasi tim.

Suatu p roduk yang mempunyai daya tarik estetis dapat

membangkitkan perasaan bangga di antara para staf desain dan

manufaktur. kebanggaan tim dapat memotivasi dan menyatukan

setiap orang yang berhubungan dengan proyek. Konsep awal

desain industri member ikan tim suatu visi konkrit terhadap hasil

akhir usaha pengembangan.

2.7.9 Design For Manufacturing (DFM)

M enurut Ulrich-Eppinger (2001, p.223) DFM menunjukkan

kepentingan yang sifatnya umum karena langsung menginformasikan

biaya-biaya manufaktur. Biaya manufaktur merupakan penentu utama

dalam keberhasilan ekonomis dar i p roduk. Dalam istilah sederhana,

keberhasilan ekonomis tergantung dari margin keuntungan dari tiap

penjualan p roduk dan berapa banyak yang dapat dijual o leh perusahaan.

Margin keuntungan merupakan selisih antara harga jual pabrik dengan

biaya pembuatan p roduk. DFM menggunakan informasi dar i beberapa

tipe, termasuk diantaranya:

1. Sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan alternatif rancangan.

2. Suatu pemahaman detil tentang proses produksi dan perakitan.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

50  

3. Perkiraan biaya manufaktur, volume p roduksi, dan waktu peluncuran

p roduk.

Dengan demik ian, sebelum masuk tahapan DFM maka perlu

ditentukan terlebih dahulu perencanaan p roses yang terdiri dari:

• Struktur produk

Struktur produk adalah logika p roses p roduksi, yang menyatakan

hubungan antara beberapa pekerjaan pembuatan komponen sampai

menjadi p roduk akhir, yang biasanya ditunjukkan dengan

menggunakan skema. (Sumber : www.ittelkom.ac.id/library)

Gambar 2.5 Struktur Produk

(Sumber : Modul praktikum perancangan dan pengendalian p roduksi,

2008, p.5)

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

51  

• Bill o f Material (BOM)

Bill o f Material adalah suatu dokumen yang menjelaskan detail-

detail dari keseluruhan item-item produk. BOM bukan hanya

merupakan sebuah daftar material yang diperlukan, tap i juga berisi

informasi tentang struktur produk (product structure), yaitu pohon

p roduk yang menunjukan hubungan antara produk akhir dengan

item-item pembentuknya yang diperlukan untuk memproduksi

p roduk akhir tersebut, termasuk kedudukan atau level dari item- item

tersebut, dimana hal ini sangat penting untuk menentukan berapa

jumlah kebutuhan bahan yang diperlukan o leh suatu p roduk akhir.

(http ://www.digilib.petra.ac.id)

Tabel 2.5 Bill of Material

(Sumber : Modul praktikum Perancangan dan Pengendalian Produksi,

2008, p.5)

No. Komponen

Level Description Code Quantity BOM UOM

• Assembly Chart (AC)

M enurut Dwiningsih (http://www.stekp i.ac.id/), Assembly Chart atau

disebut juga diagram perakitan yaitu sebuah grafik sebagai jalan untuk

menerangkan bagaimana komponen mengalir menjadi sub perakitan

dan akhirnya menjadi produk jadi.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

52  

Gambar 2.6 Assembly Chart

(Sumber : Modul praktikum Perancangan dan Pengendalian Produksi,

2008, p.4)

• Operation Process Chart (OPC)

Peta Rakitan (Assembly Chart) belum menjelaskan lebih terperinci

mengenai urutan p roduksi yang dilalui oleh suatu p roduk. Oleh

karena itu perlu dibuat dengan menggunakan Operation Process

Chart (OPC) dimana peta ini memperluas peta rakitan dengan

menambahkan setiap operasi ke dalam gambaran graf is dari pola

aliran pertama yang telah dikembangkan. Kenyatannya peta ini

adalah gambaran tentang p roses, dan telah digunakan dalam bebagai

cara sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

(http ://indeecom.wordpress.com/)

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

53  

Gambar 2.7 Operation Process Chart

(Sumber : Modul p raktikum Perancangan dan Tata Letak Fasilitas,

2008, p.11)

Proses DFM dilanjutkan dengan memperkirakan b iaya-biaya yang

akan dikeluarkan dalam suatu p roses manufaktur. Biaya manufaktur

dari suatu p roduk dapat dibagi men jadi tiga kategori, yaitu: (Ulrich-

Epp inger, 2001, p.226)

1. Biaya-biaya komponen

Komponen-komponen dari suatu p roduk mencakup komponen

standar yang dibeli dari pemasok. Sebagai contoh adalah : motor,

chip elektronik, dan sekrup . Komponen lainnya adalah komponen

berdasarkan pesanan (custom parts) yang dibuat berdasarkan

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

54  

rancangan pembuat dari material mentah, seperti lembaran baja, biji

p lastik, atau batangan aluminium.

2. Biaya-biaya perakitan

Barang-barang d iskrit biasanya dirakit dari komponen-komponen.

Proses perakitan hampir selalu mencakup seluruh biaya upah tenaga

kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan.

3. Biaya-biaya overhead

Overhead merupakan kategori yang digunakan untuk mencakup

seluruh biaya-biaya lainnya. Ada 2 tipe biaya overhead, yaitu biaya-

biaya pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukung

adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan penanganan material,

jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, fasilitas-

fasilitas dan pemeliharaan peralatan atau perlengkapan. Sedangkan

alokasi tidak langsung adalah biaya manufaktur yang tidak dapat

secara langsung dikaitkan dengan suatu produk namun harus

dibayarkan, sebagai contoh, gaji penjaga keamanan dan biaya

perawatan bangunan.

2.7.10 Pembuatan Prototype

Definisi prototype adalah sebuah penafsiran p roduk melalui satu

atau lebih dimensi yang men jadi perhatian. Definisi ini meny impang

dari definisi pada umumnya, dimana mencakup bermacam-macam

bentuk prototype seperti pengambilan konsep, model matematika dan

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

55  

bentuk fungsional yang lengkap sebelum dibuat dari suatu produk.

Membuat prototype merupakan p roses pengembangan perkiraan-

perkiraan semacam itu dari p roduk. (Ulrich-Epp inger, 2001, p .259)

Prototype dapat diklasifikasikan d i antara 2 dimensi. Yang pertama

adalah dimana prototype merupakan bentuk fisik sebagai lawan dari

analitik. Prototype fisik merupakan prototype yang mewakili bentuk

produk sesungguhnya sedangkan prototype analitik menampilkan

produk yang tidak nyata, yaitu meliputi simulasi komputer atau model

komputer geometrik tiga dimensi. Dimensi yang kedua adalah

tingkatan dimana prototype merupakan prototype yang menyeluruh

sebagau lawan terfokus. Prototype menyeluruh mengimplementasikan

semua atribut dari p roduk atau dapat disebut sebagai versi ker ja

keseluruhan dari sebuah p roduk. Sedangkan prototype terfokus

mengimplementasikan sedikit sekali atribut produk.

2.7.11 Analisis Ekonomi

Menurut Ulrich-Epp inger (2001, p .278) Analisis ekonomi

digunakan untuk memastikan kelanjutan dari pengembangan produk

secara menyeluruh dan memecahkan tawar-menawar spesifik seperti

biaya manufaktur dan biaya pengembangan. Analisis ekonomi

merupakan salah satu tahap dalam pengembangan p roduk yang erat

kaitannya dengan pengambilan keputusan, apakah investasi terhadap

pengembangan suatu p roduk layak atau tidak dengan

memperhitungkan dari segi b iaya dari beberapa aspek.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

56  

Analisis Ekonomi d ibagi menjadi dua aspek antara lain:

• Analisis Kuantitatif

Terdapat beberapa dasar kas masuk dan kas keluar dalam siklus

hidup dari suatu p roduk baru yang sukses. Kas masuk berasal dari

penjualan dan kas keluar terdiri dar i biaya proses pengembangan,

biaya produksi, pembelian perlengkapan dan alat-alat, biaya

pemasaran dan penyokong p roduk dan biaya p roduksi yang terus-

menerus seperti bahan, komponen dan pekerja. Ditinjau dari segi

ekonomi, p roduk yang sukses adalah produk yang mempunyai

jumlah kumulatif kas masuk lebih besar daripada kas keluar. Pada

tingkat perhitungan kas yang masuk lebih besar daripada nilai

bersih saat ini Net Present Value (NPV). Analisis kuantitatif

umumnya dilakukan dengan metode NPV untuk memperkirakan

aliran kas dari suatu proyek, penggunaan NPV dianggap lebih

mudah dimengerti dan telah digunakan secara luas oleh dunia

bisnis. Nilai analisis kuantitatif tidak hanya menyediakan evaluasi

objektif p royek-proyek tetap i juga membuat suatu perhitungan

terhadap struktur dan penilaian p royek pengembangan produk.

Metoda yang digunakan adalah metode NPV (Net Present Value).

Nilai netto p royek saat ini didapatkan dengan cara

mendiskontokan selisih antara jumlah kas yang masuk dengan kas

yang keluar dari proyek setiap tahunnya dengan suatu tingkat

persentase bunga tertentu. Tingkat bunga tersebut bisa diperoleh

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

57  

dari tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang ber laku di bank

atau dari tingkat bunga p injaman yang harus dibayar oleh pemilik

proyek. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut :

NPV = NCF0+ [NCF1/(1+r)1+ … + NCF n/(1+r)n]

Keterangan :

NPV (Net Present Value) = nilai netto proyek pada tahun

pembangunan proyek.

NCF (Net Cash Flow) = selisih antara arus kas keluar dan

masuk pada tahun ke-n.

r = angka diskonto tahun ke-n menurut

tingkat bunga yang d igunakan untuk

mendiskonto arus kas.

Apabila setelah dilakukan perhitungan NPV didapatkan nilai

NPV yang positif, maka dapat dikatakan proyek tersebut bisa dan

layak untuk dilakukan, dan diharapkan bisa mendapatkan

keuntungan diatas tingkat bunga yang digunakan untuk

mendiskonto arus kas. Apabila nilai NPV sama dengan nol (0),

maka laba yang diharapkan sama besar dengan tingkat bunga

pendiskonto. Tetap i apabila nilai NPV bernilai negatif maka proyek

tersebut sebaiknya tidak dilaksanakan karena akan merugikan

investasi yang dilakukan.

• Analisis Kualitatif

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

58  

Analisis kualitatif hanya dapat menangkap faktor-faktor yang

terukur. Seringkali suatu proyek mempunyai implikasi positif dan

negatif yang sulit untuk dihitung. Analisis kuantitatif juga jarang

menangkap lingkungan yang kompetitif dan dinamik. Analisis

kualitatif dimaksudkan untuk mempertimbangkan interaksi antara

proyek pengembangan dengan perusahaan, pasar dan lingkungan

ekonomi makro.

Grafik 2.3 Tipe cash flow untuk produk baru yang sukses

2.8 Perbandingan Waktu Transaksi dan Pelayanan

Ada 3 faktor utama yang membedakan antara waktu transaksi dan

pelayanan antara sistem manual dan sistem elektronik yaitu waktu

perlambatan kecepatan/deselerasi, waktu delay dan waktu

percepatan/akselerasi sampai ke kecepatan normal.

Waktu transaksi sama dengan waktu perlambatan/deselerasi ditambah

dengan rata-rata waktu delay (waktu menunggu d itambah waktu pelayanan)

dan juga ditambah waktu akselerasi untuk mencapai kecepatan normal.

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

59  

• Waktu perlambatan/deselerasi

Waktu perlambatan/deselerasi adalah waktu yang dibutuhkan kendaraan

untuk mencapai kecepatan minimum dari kecepatan normal (0 Km/h untuk

sistem manual dan 20 Km/h untuk sistem elektronik). Tingkat deseleras i

untuk pengereman secara normal dan untuk

pengereman mendadak. (The Study of RFID for electronic tool co llection

system implementa tion in Jabodetabek oleh Sofa Sofwan Sungkar) Waktu

perlambatan/deselerasi dapat dihitung dengan rumus:

Dimana:

0,278 = Konversi dari satuan Km/h ke m/s

V = Kecepatan (m/s)

a = Percepatan (m/s2)

• Waktu delay

Waktu delay rata-rata adalah jumlah dar i waktu pelayanan rata-rata dengan

waktu menunggu rata-rata. Rumus untuk menghitung waktu delay adalah

sebagai ber ikut.

Waktu delay = waktu pelayanan + waktu menunggu

Waktu pelayanan =

Waktu menunggu =

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00615-ti bab 2.pdf · benda yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta,

60  

Dimana:

Kapasitas maksimum

Tingkat kedatangan

• Waktu akselerasi

Waktu akselerasi adalah waktu yang dibutuhkan kendaraan untuk

mencapai kecepatan normal dari kecepatan minimum. Untuk waktu

akselerasi diasumsikan 2,5 m/s2 dari kendaraan benar-benar berhenti

sampai ke kecepatan normal. (The Study of RFID for electronic too l

collection system implementation in Jabodetabek oleh Sofa Sofwan

Sungkar).