bab 4 hasil penelitian - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2013-2-01540-mc...
TRANSCRIPT
43
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Obyek Penelitian
4.1.1 Profil Perusahaan
PT NET Mediatama adalah bagian dari INDIKA Grup yang terdiri
dari bisnis-bisnis seperti Event Organizer , Promotor , Broadcast
Equipment , Rumah Produksi dan Stasiun Radio .
NET.mulai ditayangkan pada tanggal 18 Mei 2013. Secara resmi
diluncurkan pada 26 Mei 2013 di Jakarta dengan acara musik yang
spektakuler , disiarkan melalui darat dan digital live streaming di Youtube
. Dengan membawa tema "World Is Connected" , acara ini didukung oleh
desain panggung kelas dunia dan dimeriahkan oleh penampilan dari
Internasional dan lokal superstar.
NET.sudah memiliki cakupan nasional di seluruh Indonesia.
NET.juga memiliki operasi unparalled dan tim manajemen serta tim
produksi yang kreatif dengan kompetensi dan keahlian di bidang masing-
masing dan juga memiliki kekuatan untuk membuat NET.sebagaiyang
terbaik dan media paling menarik di Indonesia .
NET.yang memiliki tagline “Televisi Masa Kini” ini adalah televisi
pertama di Indonesia as content partner of Youtube, jadi setiap tayangan
NET.bisa dinikamati para penonton di youtube dengan lengkap, setiap
acara yang tayang langsung diunggah ke youtube, jadi tidak masalah untuk
yang ketinggalan menonton acara favorit mereka. NET.sudah telah
mempekerjakan sekitar 600 orang yang terdiri dari lulusan berpengalaman
dan segar . Mereka telah dilatih untuk menjadi seorang penyiar yang baik
dan benar , dengan kreatifitas dan pemikiran inovatif yang mengatur
mereka untuk menjadi salah satu aset terkuat dari perusahaan.
44
Gambar 4.1 Logo NET.
NET.memiliki program program yang terbagi dalam beberapa kategori,
diantaranta adalah :
• NET Documentary : Lentera Indonesia dan Indonesia Bagus
• NET News : NET5, NET10, NET12, NET17, NET24, Satu Indonesia,
Indonesia Morning Show dan Entertaiment News
• NET Sport : X-Games, NET Sport dan yang terbaru ESPN FC
• NET Magazine : d’SIGN, ILook, Weekendlist, Chef”s Table, Queen at
Home
• NET Music : Music Everywhere dan Breakout
• NET Entertainment : The Comment, We Sing For You, Keluarga Masa
Kini, Sarah Sechan, Ini Talkshow, Tetangga Masa Gitu, Tonight Show
• NET Special : NET Movement, Red Carpet Momment, NET Fest Bandung,
Sehari Bersama SBY, NEZ Academy, NET Grand Launching, dan Gebyar
BCA
• NET Playground : Dragon Warrior, Dragon Force, Code Lyoko, Totally
Spice, Shelldon, Roarry The Racing Car
45
Gambar 4.2 Beberapa Program Unggulan NET.
Tanggal 18 Mei 2014 NET.kembali mempersembahkan tontonan
berkualitas kepada pemirsanya. Acara ulang tahun pertama benar-benar sukses
menyajikan tontonan segar grafis yang canggih dan tata panggung yang luar biasa
megah. Kemegahan acara ini kian terasa dengan hadirnya pengisi acara yang
menjadikan perayaan tahun pertama ini kian berkelas. Penampilan pertama
menghadirkan artis Internasional yang tengah popular serta artis kenamaan ibu kota.
Tak hanya memuaskan pemirsa televisi, NET.juga memberikan penghargaan untuk
pelaku seni di Indonesia. Dengan memberikan tropi berlapis emas, melalui voting
dari pemirsa NET.mengumumkan pemenang 10 kategori dari 50 yang
dinominasikan. Sistem voting yang dilakukan juga tidak seperti televisi yang lain,
dimana pemirsa yang melakukan vote harus membayar. Voting ini dilakukan secara
gratis melalui sosial media. Penghargaan yang bertajuk Indonesian Choice Awards
2014 ini menghasilkan 10 pemenang di kategori Film, Musik dan Televisi. Sebagai
penghargaan khusus yakni Life Achiecement Awards diberikan kepada Iwan Fals
atas kontribusinya selama 35 tahun lebih di dunia musik Indonesia.
46
Gambar 4.3 NET ONE Indonesian Choice Awards 2014
Di usianya yang baru saja menginjak satu tahun, NET.berhasil memanjakan
pemirsa dan pelaku dunia hiburan. Dalam hal ini, NET.menunjukkan perhatiannya
yang besar dalam menayangkan program-program berkualitas yang layak untuk
ditonton oleh masyarakat Indonesia. Usia yang masih sangat dini, NET.telah
mampu menghadirkan program penghargaan sebagai rasa terimakasihnya kepada
orang-orang yang bekerja keras dalam menghadirkan acara hiburan. Berarti
NET.juga menjadi stasiun televisi pertama yang mengadakan program Award di
usia yang baru satu tahun.
Gelaran perayaan ulang tahun NET.ini juga menjadi bukti bahwa Televisi ini
baru saja memberikan citra baru dalam industri pertelevisian Indonesia, di program
acaranya juga menjadi pembuktian konsistensi NET. menghadirkan tontonan
berkualitas.Tampilan akhirnya adalah tontonan yang megah, berkelas dan
padat.Kemunculan NET.di Indonesia memang menjadi wajah baru yang sangat
inspirasional dalam dunia media Indonesia. Melalui NET.pemirsa televisi mendapat
suguhan hiburan kelas Internasional dan tidak murahan.
4.1.2 Visi dan Misi PT. NET Mediatama Indonesia
VISI
Untuk membangun sebuah perusahaan media yang menarik yang
membuat kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
47
MISI
- Untuk menghasilkan kreatifitas, menghibur dan menarik
melalui kualitas berbagai platform.
- Untuk memberikan stakeholder dengan media inovatif untuk
menjangkau khalayak.
- Untuk menarik, mengembangkan dan mempertahankan bakat-
bakat terbaik dalam industri.
4.1.3Board of DIrectors PT. NET Mediatama Indonesia
- Chairman : Agus Lasmono
- Chief Executive Officer : Wishnutama
- Deputy CEO : Deddy Sudarijanto
- Chief Finance Officer : Kurnia
- Chief Operating Officer : Azuan Syahril
4.1.4Target AudiencePT. NET Mediatama Indonesia
FAMILY AB
Keluarga adalah hal yang paling penting untuk orang Indonesia.Memberikan
hiburan berkualitas sehingga memberikan inspirasi positif bagi
keluarga.Daya beli penonton NET.adalah sebagian besar adalah di kelas AB.
4.1.5 Profil program d’SIGN
d’SIGN adalah program magazine yang tayang weekly dua minggu sekali
setiap sabtu dan minggu pukul 16.00 WIB, program ini mengulas tentang
karya dunia desain. Karya arsitektur unik dan menarik yang tayang dalam
program ini bukan hanya arsitektur hunian saja, tetapi juga perkantoran,
restoran, salon, dan lain-lain. Selain itu program ini juga menayangkan ide
desain interior yang inspiratif, desain furnitur yang kreatif, hingga berbagai
gaya seni yang bisa menjadi refrensi gaya desain interior untuk macam-
macam bentuk bangunan dengan beberapa segmen seperti Catch The Idea,
For Your Information, Grab it yaitu mengulas tentang refrensi barang
48
barang interior beserta harga dan tempat mendapatkannya. d’SIGN juga
dilengkapi dengan berbagai tips dekorasi yang aplikatif sehingga bisa
dilakukan sendiri oleh para audiens di segmen DIY ( do it yourself ). Tips-
tips memilih interior, material bangunan yang berkualitas baik, cara
perawatan interior tersebut serta refrensi tempat mendapatkan interior atau
material bangunan tersebut.Diperkuat dengan adanya testimoni dari para
ahli seperti Arsitek dan Desainer Interior semakin membuat program ini
berbobot dalam informasi yang disampaikan.
Gambar 4.4 Logo Program d’SIGN
Program d’SIGN cukup menarik banyak perhatian penontonnya.
Bisa dilihat dari followers account social media mereka. 16,8K untuk
followers twitter dan 8628 followers di Instagram dan bertambah setiap
harinya.Para followers ini pun tak pasif, mereka aktif bertanya maupun
memberikan dukungan kepada program d’SIGN.
49
Gambar 4.5Account social media d’SIGN (diakses tanggal 12
Juni 2014, Pukul 15.30)
4.1.6 Credits
- Vice President of Production :Roan Y.
- Production Head : Yuliarti
- Executive Producer : Nur Asfin Mardini
- Produser : Shelly Yunita
- Tim Kreatif : Reshi Hupundiani
Zaldy Handi Aditia
Marsha Nadila
Salim Ibrahim
- Production Assistants : Antonius Siregar
Tega Mareta Fr
Tri Utami
50
4.1.7 Profil Informan
4.1.7.1 Informan 1
Zaldy Handi Aditia adalah seorang Creative yang telah bekerja
selama satu tahun di NET.Sarjana Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta ini mengawali karir
broadcastingnya di NET sebagai Creative di program pilot bernama Life
Chat Tweet. Beliau juga pernah membantu sebagai Creative di program
We Sing For You, barulah setelah itu ia bertugas tetap di program
d’SIGN.
4.1.7.2Informan 2
Shelly Yunita atau lebih dikenal dengan panggilan “Mba Ceyi” ini
adalah seorang Produser yang membawahi program d’SIGN dan
Weekendlist. Ia sudah bekerja di NET.selamakurang lebih dua
tahun.Sarjana Hubungan Internasional Universitas Parahiyangan,
Bandung ini sudah pernah pernah juga menjadi produser di tempat
bekerja yang sebelumnya. Ia mengawali karir di dunia broadcasting
sebagai seorang Creative, kemudian beranjak naik menjadi Associate
Producer hingga kini menjadi Produser.
4.1.7.3Informan 3
Nur Asfin M. yang biasa dipanggil “Mba Noe” ini adalah seorang
Executive Producer di NET.Sarjana Teknik Kimia Institute Teknik
Surabaya ini sudah bekerja selama empat tahun sebagai Executive
Producer, namun di NET.sendiri ia sudah menginjak tahun kedua. Mba
Noe di NET.membawahi beberapa program, diantaranya adalah d’SIGN,
Weekendlist, Queen at Home, Sarah Sechan, We Sing For You dan
Keluarga Masa Kini. Ia memulai karir broadcastingnya sebagai
Production Assistant, kemudian menjadi Associate Producer, Producer,
hingga sekarang menjadi seorang Executive Producer.
51
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan Tentang Program
d’SIGN adalah program magazine yang mengulas tentang karya
dunia desain, baik karya arsitektur yang unik dan menarik, ide desain
interior yang inspiratif, desain furniture yang kreatif, hingga berbagai gaya
seni yang menjadi referensi gaya desain. d’SIGN juga akan dilengkapi
dengan berbagai tips dekorasi yang aplikatif. Program ini beda dengan
program sejenis karena d’SIGN tidak menggunakan host sebagai pemandu
acara dan lebih mengutamakan tampilan beautyshoot serta informasi yang
disampaikan.d’SIGN tayang setiap sabtu dan minggu pukul 16:00 WIB di
NET. berdurasi 30 menit dan berisi beberapa segmen dengan berbagai
topik bahasan dan tips.
“kalo televisi lain kan biasanya dalam satu episode itu membahas satu
rumah atau satu bangunan aja, tapi kalo kita itu eee... selain ngebas satu
bangunan atau satu rumah itu biasanya Cuma satu segmen dan kita
ngebahasnya bukan cuma apa yang kita lihat, tapi kita melihat dari sisi
lain, sesuatu yang bisa dikulik hmmm… di gali lebih dalam untuk jadi
sebuah informasi, misalnya kita ngeliat material kayu kita ga Cuma ngasi
tau kalo itu kayu, tapi kita ee.. juga ngasi tau jenisnya apa, cara
perawatannya gimana, apa bedanya sama kayu kayu jenis lain,
bedanyaa… ya itu, lebih detail.” (I1)
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh produser program d’SIGN
“kalo d’SIGN sendiri sih dari awal emang kita pengen buat yang beda
yah, kalo bisa tuh program sejenis tuh lebih ngejual yang punya
rumahnya gitu, entah itu artis atau apapun, terus ngebahasnya juga lebih
ke bangunanya, rumahnya bagus gitu lebih ke deskriptifnya, kalo di
d’SIGN kita jual informasinya, apa yang dibutuhin orang gitu, jadi kaya
ada mau refrensi gaya vintage, atau misalnya gaya industrial gitu, mau
refrensi kamar anak gitu misalnya ampe ke tips kita kasih, tips yang a…
caraa membersihkan toilet gituh, trus a… dapur gitu, jadi kita tuh,
52
d’SIGN init uh lebih nyentuh personal gitu, lebih ke personal apa yang
dibutuhin orang itu yang kita kasih, dan kita jualnya informasi, bukan
cuman sekedar orang terkenal atau apapun itulah”
“a…..segala macem yang berhubungan sama desain, ya desain interior
pasti yah, kadang kadang kita bahas bangunan juga gitu, kadang kadang
a…. kita bahas a.. tips juga gitu, kaya yang tadi aku bilang, kebutuhan
personal yang berhubungan sama desain trus kita ada a… DIY juga a….
DIY itu kan kaya buat kerajinan tangan yang dari barang seahri hari,
buat jadi suatu desain yang menarik.”(I2)
Begitu pula pernyataan dari Executive Producer yang selaras dengan
pernyataan kedua informan sebelumnya.
“Kalo sebenernya sih… Jadi sebenernya ini lebih amat sangat magazine,
isinya lebih variatif di setiap segmennya berbeda beda gitu. Mungkin kalo
di program lain hmmm hanya fokus ke satu rumah, satu bangunan, kalo
kita sih tidak cuma ke bangunannya tapi juga lebih gaya desainnya,
interiornya, hmmm bisa ke aksesoris ke furniture bisa lebih luas sih dan
hm… juga ada hal hal yang bisa diaplikasikan yang lebi applicable untuk
penonton dirumah. Seperti kaya DIY nya, make over, menurut saya itu
lebih applicable buat penonton dirumah. Mungkin itu yang membedakan
dengan program sejenis di tv lain.” (I3)
Dari keterangan seluruh informan, program d’SIGN merupakan
program magazine yang memiliki konten variatif ,fresh, dan unik dengan
lebih menampilkan informasi dari suatu konten, dibandingkan menjual sisi
ketenaran seseorang. Program yang tidak dipandu host ini memiliki
kekuatan pada scriptnya yang sangat informatif, dibahas secara mendalam
dan dilengkapi dengan tips-tips yang applicable untuk para penontonnya
sehingga program ini bisa terasa sentuhan personalnya kepada penonton.
Adanya kesesuaian mengenai program magazine yang dideskripsikan oleh
Wibowo (2009: 196) bahwa Program magazine dikenal di
53
indonesiasebagai program majalah udara. Sebagaimana majalah cetak,
program magazine memiliki jangka waktu terbit, mingguan, bulanan dwi
bulanan, tergantung kemauan produser. Dalam program ini juga terdapat
rubik-rubik tetap yang berisi bahasan-bahasan. Program magazine bukan
hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan membahas satu
bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan, dan musik yang
ditampilkan dalam rubik – rubik tetap dan disajikan lewat berbagai format.
Seperti hal nya program d’SIGN yang hanya tayang mingguan serta
memiliki berbagai rubik-rubik yang menyoroti satu pokok permasalahan
yaitu dunia desain, baik arsitektur, desain interior, maupun berbagai tema
gaya desain.
Televisi berasal dari kata tele (bahasa Yunani) yang berarti “jarak” dan
visi (bahasa Latin) yang berarti “citra atau gambar”.Jadi, kata televisi berarti
suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang
berjarak jauh. Dari semua media massa, televisilah yang paling berpengaruh
pada kehidupan manusia. Televisi dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka
menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari.(Vera,
2010 : 76-79). Program d’SIGN yang ditayangkan di stasiun televisi NET.tentu
akan memiliki pengaruh kepada penontonnya, apalagi tayangan di NET. bukan
hanya bisa ditonton melalui televisi, tetapi juga bisa ditonton secara
streamingdan bila tidak sempat menonton, audiens juga bisa tetap menyaksikan
setiap episodenya di Youtube.
Program magazine menurut Morrisan(2011:221) adalah program yang
menampilkan informasi ringan namun mendalam, atau dengan kata lain
magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang. Magazine
ditayangkan pada program tersendiri yang terpisah dari program berita.
Magazine lebih menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang
aspek pentingnya. Suatu program magazine dengan durasi 30 menit atau satu
jam dapat terdiri atas hanya satu topik atau beberapa topik. Pernyataan dari
Morrisan tersebut juga sesuai dengan yang ditemukan oleh peneliti, program
54
d’SIGN tayang selama 30 menit, terdiri dari beberapa segmen atau topik
bahasan dan terpisah dari program berita. Program d’SIGN juga berisi aspek
menarik dari sisi kehidupan.
.
Terdapat pula kesesuaian pada kriteria dari sebuah program
magazine dalam Wibowo (2009: 196-201) diantaranya ialah, program
d’SIGN tayang mingguan serta memiliki durasi 30 menit. Setiap rubik
disajikan dengan format yang berbeda-beda seperti adanya segmen
Something New, Catch the Idea, FYI (for your information), Grab it, DIY
(do it yourself), tips dan make over. Namun terdapat pula perbedaan dari
kriteria program magazine yang dijabarkan oleh Wibowo, yaitu mengenai
pembawa acara, karena dalam program d’SIGN tidak menggunakan host,
tapi VO (voice offer).
Analisa SWOT : kekuatan program d’SIGN adalah program ini
fresh, beda, dan lebih informatif. Dengan menapilkan gambar-gambar
beautyshoot d’SIGN tidak hanya sekedar menjual ketenaran si pemilik
hunian atau bangunan, tapi lebih kepada nilai seni dan fungsi dari suatu
bangunan. Kelemahan program ini adalah tidak adanya host yang ternama,
karena program ini hanya menggunakan VO (voice offer). Peluang untuk
program d’SIGN ialah program ini bisa menjadi program magazine yang
sangat informatif dan inspiring untuk para penontonnya karena program
ini dirancang agar penontonnya merasa dekat dengan apa yang
disampaikan, serta tips-tips yang ditampilkan juga sangat applicable untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ancaman untuk program d’SIGN
ialah bila program ini tidak membuat konten-konten menarik, bisa
kehilangan penontonnya karena bosan.
4.2.2 : Tanggung Jawab Tim Kreatif Program d’SIGN
Tim kreatif sebagai kunci keberhasilan suatu program yang unik,
segar, informatif, dan disukai penontonnya tentu memiliki tanggung jawab
yang besar selama proses produksi. Untuk program d’SIGN sendiri
55
memiliki tiga orang creative yang siap menjadikan program ini tetap
menyajikan berbagai tayangan yang berkualitas. Seperti yang disampaikan
creative d’SIGN itu sendiri
“kalo secara tertulis gitu yah, jobdesk yaa sebenernya kreatif itu lebih ke
konten, dari mulai nyari.. nyari lokasi, bikin script, terus kontennya mau kita
bawa seperti apa gitu, tapi kalau di d’SIGN itu kita juga harus tau teknis
misalnya kaya cara pengambilan gambarnya, framingnya, pemilihan
gambarnya melalui roughcut sampe kita sampe jagain ketika proses editing,
jadi bener bener tau program kita itu dari awal sampe akhir mau dibikin kaya
apa.”(I1)
Pernyataan creative tersebut juga dibenarkan oleh sang produser
“Iyah begitu, a…. kalo tim kreatif itu, a… basicly tugasnya ya bertanggung
jawab pada keseluruhan konten, maksudnya dia yang jadi a… semacam kaki
tangan aku”(I2)
Serta executive producer pun memberikan tanggapan yang sama
mengenai hal ini
“hmmm tim kreatif pastinya tanggung jawabnya lebih ke konten, bagaimana
dia bisa menyajikan hmmmm.. program sevariatif mungkin, kontennya
semenarik mungkin, dan tidak membosankan gitu, dari setiap episode ke
episode nya. Seperti itu sih.”(I3)
Role perception dalam hal ini adalah tim kreatif diharapkan bisa mencari,
memilah dan mengembangkan konten pada setiap tayangan d’SIGN. Role
expectationnya adalahtim kreatif dapat mempertanggung jawabkan konten
yang akan ditayangkan kepada executive producer, produser dan penonton.
Tim kreatif yang bertanggung jawab pada hampir keseluruhan konten
nanmun tetap dalam pengawasan produser dan executive producer.Adanya
kesesuaian dengan pernyataan para informan seperti pengertian mengenai tim
56
kreatif menurut Achlina dan Suwardi (2011: 153) Tim Kreatif adalah
Kumpulan orang-orang yang mencari materi dan membuat naskah untuk
sebuah program, yang singkatnya merupakan kumpulan orang yang
menterjemahkan atau merealisasikan ide produser di dalam sebuah program.
Di dalam tim kreatif ada scriptwriter yakni tenaga professional yang membuat
dan menulis naskah atau skenario sesuai dengan kaidah produksi televisi. Tim
kreatif d’SIGN yang bisa dibilang sebagai kaki tangan produser ini juga
bertugas untuk mencari materi untuk setiap tayangan tayangan serta
menuliskan naskahnya.
Pekerjaan dilaksanakan oleh tim karena pekerjaan tersebut
diorganisasikan untuk kerja tim. Taylor dan Felten (1993: 174-175) dalam R.
Wayne Pace dan Don F. Faules (2010: 311-314) mengemukakan enam
kondisi yang harus ada agar pekerjaan dilaksanakan oleh sebuah tim :
1) Beberapa pekerja harus bertanggung jawab bersama-sama atas kinerja
mereka sendiri.
2) Tugas-tugas para pekerja harus mandiri
3) Interdepedensi tugas harus merupakan hasil fungsi keseluruhan proses
kerja, aliran, atau produk akhir.
4) Pekerjaan harus memerlukan para pekerja yang keahliannya berbeda-
beda.
5) Agar bekerja secara efektif, keahlian para pekerja harus terintegrasi.
6) Para pekerja dengan penuh kesadaran, berbagi tujuan atau maksud
bersama.
Seperti tim kreatif d’SIGN yang bekerja dalam tim produksi, setiap
anggota dari tim kreatif memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas
mereka masing-masing yang pada akhirnya akan menghasilkan tayangan yang
berkualitas untuk para penonton. Meskipun tim kreatif tidak ada yang
memiliki latar belakang pendidikan dari bidang desain, namun dengan
keahlian memanfaatkan teknologi yang ada, tim kreatif bisa belajar dan
57
memanfaatkan informasi yang tersebar luas di dunia maya, namun dengan
penuh kesadaran mereka juga mengkonsultasikan informasi yang di dapat
dengan para ahli, seperti arsitektur dan desainer interior yang pernah menjadi
narasumber pada beberapa tayangan d’SIGN, agar penonton tidak
mendapatkan informasi yang salah.
Di dalam suatu organisasi, khususnya di stasiun televisi, tim kreatif
merupakan sekelompok individu yang mengeksplorasi ide kreatif mereka
yang dapat dituangkan dan diproduksi secara bagus dan menarik. Peranan tim
kreatif cukup besar dan penting dalam mengelola suatu informasi atau
tayangan-tayangan dalam media elektronik agar dapat menarik untuk
dinikmati oleh penontonnya, dan menghasilkan suatu program acara yang
menarik. (Mulyana, 2007: 310) adanya kesesuaian antara yang dikemukakan
oleh mulyana tersebut dengan yang dikemukakan oleh Taylor dan Felten
(1993: 175) dalam R. Wayne Pace dan Don F. Faules (2010: 314) bahwa
semua tugas-tugas yang dilaksanakan menjadi mandiri dan semuanya penting
bagi penyelesaian produk akhir yang efektif.Tugas untuk mengeksplorasi
yang dituangkan saat memproduksi program bertujuan untuk mendapatkan
hasil akhir tayangan yang menarik, berkualitas agar menarik hati para
penontonnya.
Dalam analisis SWOT, Strenght dari tanggung jawab seorang tim kreatif
dalam program ini adalah tim ini yang mencari konten, yang mendirect saat
shooting, serta membuat script sebagai narasi dari keseluruhan dalam setiap
episode. Weaknessnya adalah dalam menjalankan tanggung jawabnya ini tim
kreatif d’SIGN yang tidak memiliki background pendidikan di bidang desain,
sehingga mereka perlu bekerja ekstra keras untuk menggali setiap informasi
mengenai dunia arsitektur, desain interior dan berbagai gaya seni lainnya.
Opportunity dari tanggung jawab tim kreatif program d’SIGN adalah mereka
jadi punya pengetahuan lebih mengenai dunia arsitektur, desain interior dan
berbagai gaya seni yang bisa diaplikasikan pada kehidupan mereka sehari-
hari. Threats nya tidak terlalu memiliki ancaman yang berarti karena dalam
58
melakukan tanggung jawabnya ini tim kreatif dibimbing oleh produser dan
diawasi oleh executive producer.
4.2.3 :Tahapan produksi program d’SIGN
4.2.3.1 Pra Produksi
Dalam tahap pra produksi ini tim kreatif melakukan brainstorming,
juga riset mengenai materi apa yang akan mereka tayangkan, tentunya
dikonsultasikan juga dengan produser dan executive producer. Tim
kreatif juga membuat perizinan lokasi untuk shooting, kemudian
konfirmasi kepada sang penanggung jawab lokasi tersebut atau pemilik
rumah, kemudian melakukan survei ke lokasi yang akan dishooting,
untuk menentukan bagian bagunan apa yang kan diambil, detail furnitur
atau bangunan yang bersangkutan untuk menentukan tema apa yang akan
di bahas pada bangunan tersebut, apakah dari sisi arsitektur atau
furniturnya yg khas. Seperti yang dijelaskan oleh Informan 1 :
”okeh, kalo pra produksi sih tim kreatif itu pastinya mencari konten,
mencari materi, nyari lokasi, tempatnya udah dapet kita biasanya eeee…
survey dulu untuk tau informasi apa aja sih yang bisa kita angkat dari
lokasi itu, Cuma kalo gak sempet survey ya cukup liat dari websitenya
tempat itu atau juga dari si pemilik rumah.” (I1)
“kita kan ada yang namanya brainstorming, biasanya itu seminggu sekali
kita meeting ee… sama produsernya dan pa nya juga,satu tim d’SIGN
lah, jadi semua ide ide kita punya kita tuangin, digodog bareng,
sehingga hmm.. bisa menghasilkan konten konten itu. Kayaa sebelumnya
sih kita yang paling pokok adalah pertama kali ada itu adalah DIY sama
beberapa segmen seperti for your information dan something new, tapi
semakin kesini kesini kaya ada tips, grab it untuk refrensi belanja, nah itu
hasil dari godokan ide tim. Cuma disini tim kreatif lah yang paling
hmmm berperan lebih jauh ya untuk ide, kalo pa mungkin lebih ke teknis,
59
creative juga yang akan membuat script jadi ide muali dari lokasi sampai
materi yang akan diangkat itu ee… berasal dari creative dan
dikonsultasikan ke produser dan pa.” (I1)
Pernyataan dari informan 1 tersebut dibenarkan produser d’SIGN
“pas pra mereka yang ee… milih tempat, pembuatan script yaa itu sih kurang
lebih tim kreatif zi, sama nentui angle yang harus dibahas, kalo di d’SIGN
kan banyak angle yang bisa dibahas, yang bisa dibahas apa nihh, yang
paling menarik dari tempat ini gitu, itu yang kita bahas” (I2)
Executive Producer memberikan pernyataan yang sedikit berbeda
dengan produser dan creative
“hmmm kadang aku juga kasih ide sih, tapi sebagian besar ya balik lagi ke
tim kreatifnya ya hmmm mereka dapet lokasinya kan yaaa… susah juga ya
gitu, ee… jadi saya percaya juga lah sama mereka, saya dan produsernya kan
juga tetep ngawasin dari apa yang mereka pilih, gitu sih”
Pada tahap ini executive producer hanya sebatas mengawasi dan kadang
juga memberikan ide untuk suatu konten, namun sebagian besar isi konten
merupakan dari ide-ide yang didapatakan oleh creative dan ide-ide tersebut
sebelum masuk tahap produksi di diskusikan terlebih dahulu kepada produser.
Untuk Segmen DIY dan Tips, Creative harus browsing tentang hal
hal apa saja yang bisa beguna dan bermafaat serta aplikatif untuk pemirsa
dirumah. Membuat suatu kerjaninan tangan juga perlu dipikirkan berapa
pengerjaannya serta kerumitan bahan dan pengerjaannya. Sedangkan tips,
Creative harus mencari berbagai refrensi manakah tips yang paling
akurat, dengan mencoba dulu sebelumnya, kalau mencari lokasi disebut
survei tapi dalam tips, harus dicoba dulu keakuratan dari refrensi yang
didapat agar tips yang diberikan benar benar bermanfaat bagi
penontonnya.
60
“nah buat shooting DIY sih biasanya kita itu dikantor ya, d’SIGN juga
membayar seorang yang ahli seni rupa gitu, kak Rui untuk buat buat
kerajinan tangan yang aplikatif buat pemirsa d’SIGN.” (I1)
Ada kesesuaian pada tahap pra produksi ini dengan konsep produksi
program magazine yaitu pada tahap pra produksi produser program
magazine – sebagaimana produser news (siaran berita) – memiliki
redaktur (desk) tertentu, beberapa reporter dan pembahas.Mereka
bertugas untuk mencari, mengumpulkan dan menyeleksi materi produksi
sebelum direkam. (Wibowo, 2009: 197) dalam penelitian ini readaktur itu
adalah tim kreatif.
Begitu pula pada kosep produksi televisi yang diuraikan oleh Morrisan
(2008: 270) pada tahap pra produksi terjadi proses interaksi antara kreativitas
manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia. Baik burukunya proses
produksi akan sangat ditentukan oleh perencanaaan di atas kertas.
Perencanaan di atas kertas merupakan imajinasi yang dituangkan di atas kertas
yang nantinya akan diproduksi di lapangan. Apa yang direncanakan di atas
kertas itulah yang akan dibuatkan audiovisualnya sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Pernyataan tersebut sama seperti kegiatan yang tim kreatif
d’SIGN lakukan pada saat pra produksi berlangsung.
Dalam Wibowo (2009: 197) juga mejabarkan tentang tahap perencanaan
atau pra produksi pada program magazine, yaitu produser program magazine
– sebagaimana produser news (siaran berita) – memiliki redaktur (desk)
tertentu, beberapa reporter dan pembahas.Mereka bertugas untuk mencari,
mengumpulkan dan menyeleksi materi produksi sebelum direkam.Desk yang
bertanggung jawab pada rubik tertentu dalam program magazine tidak perlu
menunggu tugas dari produser untuk membuat liputan peristiwa yang
berhubungan dengan rubriknya.Belum tentu peristiwa atau liputan itu
dipakai.Tentu saja tidak sembarang peristiwa.Peristiwa yang menarik dan
istimewa saja yang diliput dan kemudian disimpan sampai dibutuhkan untuk
61
mengisi tayangan di suatu edisi. Terdapat pula kesesuaian yang diungkapkan
oleh Wibowo tersebut dengan yang peneliti temukan saat melakukan
observasi, tim kreatif disini berperan sebagai reporter yang harus mencari
berita yang merupakan konten dari program d’SIGN sebelum shooting
dilaksanakan, tanpa perlu disuruh oleh sang produser, setelah mendapatkan
lokasi atau tempat yang dirasa cocok dan memungkinkan untuk dishooting
barulah tim kreatif mengkonsultasikannya dengan produser.
Role perception dalam tahap pra produksi ini adalah tim kreatif
diharapkan bisa menemukan materi shooting,lokasi yang potensial dan sarat
akan informasi untuk keperluan produksi.Role expectation di tahap ini adalah
tim kreatif dapat menemukan lokasi shooting yang potensial sesuai dengan
materi yang telah didapatkan, serta melakukan survei.
Analisa SWOT, Streght dalam tahap pra produksi ini tim kreatif berperan
sangat penting dalam penyusunan materi dan lokasi yang mereka dapatkan,
karena shooting tak akan bisa berjalan sebelum tahapan pra produksi ini
terlengkapi, Weaknessterkadang dadakan mendapat lokasi, disinilah keahlian
seorang Creative dipertaruhkan, bagaimana ia bisa melihat suatu bangunan
atau rumah dari sisi lain dan bisa diangkan menjadi sesuatu yang informatif
dan tetap menarik. Opportunities nya yaitu relasi dengan para Desainer
Interior maupun Arsitek sangat juga diperlukan, terkadang mereka juga yang
membantu memberikan refrensi lokasi dan materi untuk bahan
shooting.Threats nya adalah penolakan materi yang telah dikumpulkan oleh
produser maupun executive producer.
4.2.3.2 Tahap Produksi :
Selama produksi atau proses shooting, tim kreatif mendirect
pengambilan gambar dengan menentukan sudut mana saja dan detail apa
saja yang ingin dishoot, kemudian mengkonsultasikannya dengan
campers, lalu bila ada narasumber, creative jugalah yang mewawancara
62
untuk kebutuhan pembuatan script. Selain itu semua creative juga
mengawasi hasil hasil gambar yang telah di diambil oleh para campers,
agar pa tidak kesulitan saat di proses roughcut nanti.
“okee, kalo selama produksi tuhh, ngejagain konten, d’SIGN juga bukan
program dengan shooting yang ribet, kita Cuma pakai dua kamera DSLR,
tripod, slider, dan glidecam. Pencahayaan juga cuna pakai eee… lite panel
dan sola eng gitu.Trus misalnya mau ngambil hmm…. Rumah go green, nah
pada saat shooting itu kita harus tau unsur unsur go green dirumah itu ada
dimana aja, detail yang mau diambil apa ajah, lalu dikonsultasiin sama pa
dan campers nya untuk framing dan pengambilan gambarnya mau gimana
ajah, gitu.” (I1)
Pernyataan informan satu tersebut juga dibenarkan oleh informan 2 :
“hmm d’SIGN bukan shooting yang ribet gitu yah, campersnya Cuma dua,
lightman satu, itupun kadang juga bisa gitu gapake lightman, shootingnya
juga kan cuma ke furniture furniturnya yah, a…. ga ganggu banyak orang
juga gitu, kaya misalnya mah shooting di restoran gitu, gausa sampe harus
nutup restorannya, tapi aa.. ya dibuat natural ajah, gpp ada tamunya juga.”
(I2)
Informan 3 menambahkan :
“karena informasi yang kita jual kan juga didukung sama pengambilan
gambar yang baguss gitu, a….. mangaknya disini d’SIGN kan shootingnya
sebagian besar hmm pake beauty beauty shoot gitu, biar makin beda dan
menarik lah.” (I3)
“sekali shooting itu kita bisa empat sampe lima DIY ya, untuk stok juga, ga
lima limanya buat di satu episode. Barang2 yang dibuat juga ga semuanya
bener bener dibuat dari awal, tapi emang udah disiapin e.. yang belum jadi,
setengah jadi dan yang udah jadinya Kak Rui yang ngerjain juga ga dishoot
mukanya framing hanya ditangan dia, karena biar pemirsanya juga makin
63
fokus sama apa yang lagi dibuat, sama alesannya juga sih kaya eee… kenapa
d’SIGN gapake host, biar beda dari program lain dan juga penonton bisa
lebih fokus.” (I1)
Saat shooting DIY creative harus ekstra dalam pengawasan, krena proses
pengerjaan setiap project DIY tidak boleh sampai ada yang terlewat,
perhitungan waktu, dan meminimalisir dengan membantu menyiapkan
beberapa properti yang dibutuhkan.
Dalam tahap produksi tim kreatif bekerjasama dengan pa, tim campers
dan lightman. Tim kreatif mendirect campers untuk mengambil gambar-
gambar sesuai konten yang dibutuhkan. Mereka bekerja layaknya satu tim
seperti pada teori komunikasi organisasi,R. Wayne Pace dan Don F. Faules
(2010: 311) menyatakan terdapat salah satu cara untuk pembangunan suatu
kelompok atau tim. Pembentukan kelompok melalui penugasan pada
proyek.Pembentukan kelompok melalui penugasan pada proyek.Bukti
mendukung gagasan bahwa kelompok diciptakan melalui penggabungan suka
rela sebagai respons atau dorongan tekanan kebutuhan antarpesona. Namun
kita juga memperoleh bukti bahwa keanggotaan kelompok atau tim seringkali
dilakukan karena penugasan, Artinya, khususnya dalam organisasi, orang
orang lebih sering dipilih, diseleksi, ditunjuk, dan ditugaskan pada komite,
proyek, dan tim nyaris tanpa pilihan dari pihak mereka. Sejumlah besar
kegiatan kelompok dan tim muncul sebagai konsekuensi penugasan karena
dorongan tugas komite atau tim proyek. Namun yang paling penting dalam
penugasan kepada sebuah tim atau kelompok adalah kemungkinan
mengembangkan ikatan kelompok atau memperkuat dan memuaskan
kebutuhan antarpesona kita. Yang peneliti temukan saat observasi adalah tim
kreatif d’SIGN bekerja sama dengan timcampers dan lightmanhanya pada saat
tahap produksi ini saja. Karena pada tahap produksi ini banyak kebutuhan
teknis yang perlu dilakukan koordinasi antara PA, timcampers dan lightman
harus terjaga dengan baik.
64
Dalam konsep tahap produksi Morrisan (2011:270) Tahap Produksi
adalah dimana hal-hal yang termasuk dalam kegiatan pra produksi antara lain
penuangan ide (gagasan) ke dalam outline, penulisan skrip, storyboard,
program meeting, peninjauan lokasi pengambilan gambar, production
meeting, technical meeting, pembuatan dekor dan perencanaan lain yang
mendukung proses produksi dan pasca produksi. Namun demikin harus
diingat, apa yang direncanakan diatas kertas dalam pelaksanaannya di
lapangan sering menyimpang karena berbagai alasan, misalnya pengambilan
gambar tertunda karena hujan atau alasan teknis lainnya. Makan dalam
perencanaan pembiayaan perlu ditambahkan dana untuk biaya tak terduga,
pemain cadangan dan sebagainya. Kegiatan pengambilan gambar (shooting)
bisa dilakukan secara langsung pada saat program televisi disiarkan (live),
namun pengambilan gambar juga bisa dilakukan dengan taping. Perlu
dilakukan pemeriksaan ulang setelah kegiatan pengambilan gambar selesai
dilakukan.Jika terdapat kesalahan maka pengambilan gambar dapat diulang
kembali. Adanya beberapa perbedaan antara yang diungkapkan Morrisan
dengan yang peneliti temukan saat melakukan observasi pada saat tahap
produksi, yaitu penulisan script yang dilakukan tim kreatif d’SIGN itu bukan
saat tahap produksi, melainkan pada saat tahap pasca produksi.
Tahapan Pelaksanaan produksi program magazine menurut Wibowo
(2009: 197) apabila program itu mingguan, cukup berat bagi para reporter
untuk dapat memenuhi rubik-rubik yang ada.Majalah udara, bukan majalah
cetak yang berisi karangan atau uraian.Kekurangan gambar berarti program
dapat menjemukan.Redaksi desk-desk dapat terus mengumpulkan bahan dari
kejadian atau peristiwa setiap hari yang ada hubungannya dengan
deknya.Simpanan footages tersebut adalah bahan untuk sajian yang
diperlukan terbitan minggu ini.Adanya kesesuaian antara penjabaran yang
disampaikan oleb Wibowo tersebut dengan yang peneliti temukan selama
observasi berlangsung.Tim kreatif d’SIGN setiap hari melakukan shooting
untuk memenuhi kebutuhan segmen di setiap episode nya, belum tentu
65
shootingan tersebut digunakan untuk episode diminngu shootingnya, materi
tersebut bisa digunakan untuk episode-episode kompilasi atau untuk episode
yang bertema sesuai dengan materi shooting. Biasanya shootingan yang
disimpan sebagai cadangan materi ini adalah shootingan tips dan DIY.
Role Perception dalam tahap produksi ini tim kreatif diharapkan bisa
memilah bagian mana saja pada suatu bangunan yang bisa diambil
informasinya sesuai dengan konten atau materi yang telah disiapkan, mereka
juga diharapkan bisa sedikit mengerti mengenai teknis pengambilan gambar
dan bekerja sama dengan orang-orang dari divisi lain yaitu campers dan
lightman.Role expectation dalam tahap ini adalah tim kreatif harus bisa
mengarahkan campers untuk mendapatkan gambar-gambar dari berbagai
sudut menarik suatu bangunan yang bisa diangkat informasinya dan menggali
informasi dari narasumber.
Analisa SWOT pada tahap produksi ini, Strength nya disini tim kreatif
yang memiliki kendali untuk mengarahkan gambar apa saja yang harus
diambil untuk agar sesuai dengan materi atau konten yang telah
ditentukan.weakness nya tim kreatif kurang banyak memahami mengenai
teknis, jadi harus tetap dibantu pa serta campers dan lightman untuk urusan
teknis. Opportunities pada tahap inilah tim kreatif memiliki kesempatan untuk
membangun relasi dan silaturahmi dengan para narasumber yang memang
memiliki background pendidikan di bidang arsitektur maupun interior
desainer untuk keperluan konsultasi mengenai arsitektur dan desain. Threarts
dalam tahap produksi ini adalah produksi atau shooting bisa batal dilakukan
bila terjadi suatu bencana, atau kesalahan teknis atau sang pemilik hunian
lokasi tersebut tiba-tiba menbatalkan rencana shootingnya.
4.2.3.3 Tahap Pasca Produksi :
Pada pasca produksi, creative membuat script, kemudian mendampingi
pa meroughcut hasil shooting, lalu mendapingi pengisi suara untuk take VO
untuk meminimalisir kesalahan pada pelafalan beberapa istilah asing maupun
66
arsitektur dan interior.Tidak lupa mengevaluasi hasil shooting dengan produser
sebelum akhirnya tayang. Seperti yang diungkapkan Informan 1 :
“Nah afternya itu si pasca produksi ini eee… buat script deh dari yang kita
shootingin apa, kemudian jagain roughcut dan sampe jaga ke editing gituh”.
(I1)
Pernyataan tersebut ditambahkan oleh sang produser yaitu Informan 2 :
“aa… menurut aku yah script selain harus dibuat semenarik mungkin juga info
yang disampaikan harus bener gitu, karena kita ngasi info ke orang banyak,
jadi jangan sampai itu salah, kok penontonnya dapat refrensi yang salah gitu,
itu sih tanggung jawab yang paling gede disitu. Selama pembuatan script kan
a… si kreatif harus riset mendalam gitu, a… nanya juga ke yang ahli gitu, dll.”
(I2)
Begitu pula sang executive producer yang melengkapi pernyataan Informan 2 :
“yang nonton d’SIGN juga bukan orang dewasa aja kan ternyata, tapi ada
anak muda juga, jadi kaya pas pembuatan script gitu, bahasa yang digunain
juga ga terlalu formal, tapi tetap sopan dan bikin penonton itu dekat sama
program d’SIGN ini. Informasi yang dikasih juga aa… apa namnya, harus
seakurat mungkin..kan kita gaboleh dong aa… salah kasi info sama penonton.
Itu kan juga jadi hmmm… tantangan ya buat tim kreatif salam membuat script,
gitu sih” (I3)
Menurut Morrisan Tahap Pasca produksi adalah kegiatan setelah
pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan
atau diputar kembali. Kegiatan yang termasuk dalam tahap pasca produksi
adalah penyuntingan (editing), member ilustrasi music, efek, evaluasi dan
lain-lain.adanya sedikit perbedaan dengan pernyataan tersebut dengan yang
peneliti temukan di lapangan saat observasi, pada saat tahap pasca produksi
bukan hanya ada proses editing, evaluasi, penambahan ilustrasi music, tetapi
juga ada proses penulisan script yang dilakukan oleh tim kreatif d’SIGN.
67
Karena program d’SIGN merupakan program yang tayang tapping, script
tidak dibuat oada saat produksi, melainkan pada saat pasca produksi setelah
semua materi dan testimoni narasumber yang dibutuhkan telah terkumpul.
Sedangkan pada tahapan produksi program magazine sendiri seperti yang
dijabarkan oleh Wibowo(2009:197), tahap pasca produksi adalah dimana
setelah materi terkumpul, kemudian diseleksi. Materi produksi yang kurang
memenuhi syarat, baik dari segi isi maupun teknis harus dibuang.Setelah
materi yang terseleksi cukup, dimulailah menysun dan memasukan materi-
materi itu kedalam rubrik yang tersedia.Penulisan naskah untuk presenter
dilakukan paling akhir sesudah penyususnan bahan selesai. Tahap pasca
produksi yang dijabarkan oleh Wibowo ini sangat sesuai dengan apa yang
peneliti temukan selama melakukan observasi, tim kreatif d’SIGN menyeleksi
gambar-gambar yang telah diambil oleh para campers, kemudian memulai
mengawasi proses rough cut hingga editing dan membuat naskah untuk VO
sebagai pengganti pembawa acara.
Role perception pada tahap pasca produksi ini adalah tim kreatif
dihrapkan bisa membuat script informatif untuk kebutuhan tayangan, informasi
yang disampaikan harus benar, istilah istilah desain yang digunakan juga harus
digali lebih dalam agar meminimalisir kesalahan yang terjadi. Role expectation
pada tahap pasca produksi ini, tim kreatif menghasilkan script yang baik dan
tidak membosakan.
Analisa SWOT dalam tahap pasca produksi ini diantaranya adalah
pembuatanscript dibutuhkan perhatian khusus, karena bisa dibilang bahwa
script lah yang menjadi kekuatan program ini selain beautyshoot yang
ditampilkan, jadi script yang dibuat tim kreatif ini sangatlah peting karena sarat
akan informasi dan juga sebagai pengganti host. Weaknesstugas creatives ini
juga menjadi tantangan karena tidak satu pun anggota tim kreatif yang
memiliki background pendidikan di bidang arsitektur dan desain interior.
68
Opportunities diskusi dengan para arsitek dan desainer interior yang pernah
menjadi narasumber pun sangat diperlukan karena mereka lebih mengerti dan
memahami dunia desain.research mendalam juga diperlukan untuk
mempelajari mataeri-materi yang akan ditayangkan. Evaluasi dengan produser
dan Executive Producer sebelum konten konten ditayangkan, menambahkan
bila kurang dan mengurangi bila berlebih, sehingga bisa menyajikan tontonan
yang berkualitas bagi para audiens.Threats yang dihadapi oleh tim kreatif pada
tahap ini adalah kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin terjadi pada saat
pembuatan script, atau saat shooting ada properti atau furniture pada lokasi
mengalami kerusakan, tim kreatif sebagai orang yang menghubungi dan
berkoordinasi dengan pemilik hunian atau bangunan, akan dimintai
pertanggungjawabannya paling awal.
4.2.4 Kendala yang dihadapi :
Kendala terbesar yang dihadapi adalah masalah lokasi shooting, karena
yang menarik belum tentu unik dan tempat / hunian yang bagus belum tentu
bisa memiliki cerita yang bagus didalamnya. Perizinan lokasi juga kadang
menjadi masalah, yang tiba tiba membatalkan, atau yang tidak member kabar
sama sekali. Selain itu kendalanya adalah pada pembuatan script. Tidak
satupun anggota tim produksi d’SIGN yang memiliki background pendidikan
desain, arsitektur, maupun desain interior, mereka masih kesulitan menggali
informasi mengenai dunia desain. diperlukan konsultasi mendalam kepada
beberapa narasumber yang juga seorang arsitek maupun desainer interior yang
pernah memberikan testimoninya di episode-episode d’SIGN. Seperti yang
diungkapkan Informan 1 :
“pada awalnya adalah kesulitan nyari loakasi, karena kalo nyari artis
gampang yah kontaknya ada dimana mana, tapi ketika kita nyari rumah
orang, nyari bangunan orang gitu, gakmungkin kita ngetok pintu trus kita izin
kita mau shooting, ga mungkin kaan, jadi kita harus ngebangun relasi dulu
kaya yang gue udah certain tadi gimana tim d’SIGN juga punya hubungan
relasi yang baik sama para narasumber, paling gampang sih ya café atau
69
galllery karena kontak mereka biasanya ka nada di website. Kendala lain sih
mungkin ketika pas shooting DLK yah, kan zia juga udah ngrasain sendiri
gimana tuh survey lokasi, shooting yang biasanya satu hari satu lokasi ini
jadi dua lokasi, persiapannya harus bener bener mateng, belum lagi kalo ada
lokasi yang ga konfirmasi dan ngebatalin, jadi harus punya back up lokasi
lain kan untuk dishooting. Sama pas pembuatan script kaya kita ngomongin
satu hal, kaca paintbrush, kan kita gatau tuh maksudnya apa, kita ga ada
yang basicnya arsitektur, untuk satu kata kita bisa ngelakuin research,
googling sekian lama, jadi gabusa sembatrangan kan, karena yang
dipertaruhkan adalah informasi dan eee….. keakuratan yang kita buat hehehe
ya gitu, itu yang susah.” (I1)
Informan 2 pun kurang lebih sama mengenai penentuan lokasi shooting :
“Gaenaknya mah kadang kadang kan pusing gitu tiap dapet tempat suka cancle gitu, banyaklah perintilan perintilan masalahnya.” (I2)
Informan 3 pun memberikan tanggapan yang serupa dengan informan 2 :
“hmmmm.. apa yah… paling sih a…. soal lokasi kali yah kan ga gampang cari cari tempat yang mau dishootingin, terus sama pas bikin script itu, karena kan.. a… ga ada gitu anak d’SIGN yang background pendidikannya hhmmm desain interior atau arsitektur gitu” (I3)
Role perception dalam menghadapi kendalah pada stiap proses tahapan
produksi adalah tim kreatif sejak awal harus bisa memiliki rencana cadangan
dari setiap konten yang telah rancang. Role expectation nya adalah tim kreatif
bisa dengan tenang dan professional mengahadapi semua masalah yang ada.
Dari pernyataan tersebut bisa dilihat bahwa kendala lokasi dan
pembuatan script. Tempat yang unik belum tentu menarik dan masalah
perizinan sering kali menjadi kendala saat proses produksi, dalam analisa
SWOT, kendala ini bisa menjadi kekurangan tim kreatif dan akan
menghadirkan ancaman.terkadang walaupun sudah menghubungi sang
kordinator ataupun sang pemiliknya langsung konfirmasi tak kunjung datang,
ada juga kendala biaya, d’SIGN tidak disiapkan dana khusus untuk peliputan,
70
kecuali untuk akomodasi dan biaya konsumsi crew yang bertugas. Terkadang
suatu tempat memasang tariff untuk sebuah peliputan, sedangkan d’SIGN
tidak dapat memenuhi tarif tersebut, sehingga lokasi itu harus di cancle.
Dalam pembuatan script kendala utamanya adalah para creatives yang tidak
memiliki background pendidikan dunia desain sehingga agak memakan waktu
dalam pembuatan sebuah script yang dapat dipertanggung jawabkan
informasinya.