bab i 2 fix
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
1/27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang demam merupakan gangguan neurologis yang lazim pada anak dengan
frekuensi 4-6 kasus/1000 anak. Kejang dapat berupa serangan mendadak yang
nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktifitas motorik abnormal,
kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi outonom. eberapa kejang
ditandai oleh gerakan abnormal tanpa kehilangan atau gangguan kesadaran.
Kebanyakan kejang pada anak-anak disebabkan oleh gangguan somatik yang berasal
dari luar otak seperti demam tinggi, infeksi, pingsan, trauma kepala, hipoksia, toksin,
atau aritmia jantung.1
Kejang demam merupakan kelainan tersering pada anak, !"-#" anak berusia
di ba$ah # tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. %i &merika 'erikat
insiden kejang demam berkisar antara !"-#" pada anak berusia kurang dari # tahun.
%i &sia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi sekitar (0"-)0" dan
yang tersering adalah kejang demam sederhana.
!
*enurut +onsensus 'tatement onebrile 'eizures, kejang demam biasanya terjadi saat peningkatan suhu tubuh (
re+tal2 pada umur antara 6 bulan sampai # tahun, dimana kejang berhubungan dengan
adanya demam tetapi tanpa terbukti adanya infeksi atau gangguan intrakranial. &kan
tetapi kejang demam pada anak-anak yang sebelumnya pernah menderita kejang
tanpa demam tidak dimasukkan pada kejang demam. 'elain itu pada bayi umur di
ba$ah 1 bulan juga tidak dikategorikan sebagai kejang demam.
'e+ara umum berdasarkan manifestasi klinis kejang, kejang demam di bagi
menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.1
Kejang demam sederhana umumnya berlangsung singkat 31# menit2, berbentuk
umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal2, tidak berulang dalam $aktu !4
jam, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang demam sederhana merupakan (0"
di antara seluruh kejang demam. Kejang demam demam kompleks merupakan kejang
1
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
2/27
demam yang berlangsung 1# menit,kejang terjadi se+ara fokal atau persial, terjadi
1 kali dalam !4 jam.4
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa tetapi pada kejang yang berlangsung lama lebih dari 1#
menit2 biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan
meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme meningkat.
angkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.#
5engobatan kejang demam pada anak men+akup hal, yaitu pengobatan fase
akut dengan membebaskan jalan napas dan memantau fungsi ital tubuh7 mengatasi
kejang dan demam fase akut7 men+ari dan mengobati penyebab demam dengan
melakukan pemeriksaan pungsi lumbal pada saat pertama sekali terjadi kejang
demam sesuai indikasi27 dan pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang
demam.4
!
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
3/27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejang Demam
2.1 Definisi
Kejang demam adalah suatu bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh suhu rektal lebih dari (2 akibat suatu proses ekstrakranial. 5ada
umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga # tahun dan tidak terbukti adanya
infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. &nak yang mengalami kejang tanpa
demam, bayi yang kejang dengan demam dengan usia diba$ah 4 minggu dan anak
pernah kejang tanpa demam kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam.6
2.2 Ei!emi"l"gi
Kejang demam merupakan kelainan tersering pada anak, !"-#" anak berusia
di ba$ah # tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. %i &merika 'erikat
insiden kejang demam berkisar antara !"-#" pada anak berusia kurang dari # tahun.
%i &sia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar (0"-)0"
dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana.!
Kejang demam terjadi pada !-4" populasi anak berumur 6 bulan 8 # tahun.
5aling sering pada usia 19-! bulan. 'edikit yang mengalami kejang demam pertama
sebelum umur #-6 bulan atau setelah #-( tahun. iasanya setelah usia 6 tahun pasien
jarang mengalami kejang demam lagi. :ebih kurang (0 " kasus kejang demam
adalah kejang demam sederhana, dan sisanya !0 " nya kejang demam kompleks.
'ekitar (" berlangsung lama 1# menit2, 16 " berulang dalam $aktu !4 jam.!
2.# Eti"l"gi
;ingga kini belum diketahui penyebab pasti kejang demam. 'emua jenis
infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat
menyebabkan kejang demam. 5enyakit yang paling sering menimbulkan kejang
demam adalah infeksi pernafasan akut seperti faringitis, tonsilofaringitis, otitis media
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
4/27
akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bron+hitis, dan infeksi saluran kemih. eberapa
faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain adalah demam setelah
imunisasi %5< dan +ampak, efek toksin dari mikroorganisme, respon alergik atau
keadaan imun yang abnormal akibat infeksi, serta perubahan keseimbangan +airan
dan elektrolit.6
aktor risiko berulangnya kejang demam adalah ri$ayat kejang demam dalam
keluarga, usia kurang dari 1( bulan, serta suhu tubuh saat kejang. ila seluruh faktor
diatas ada, kemungkinan berulang (0". ila tidak terdapat faktor tersebut hanya 10"
- 1#" berulang. Kejang demam berulang paling sering pada tahun pertama.6
&dapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari yakni adanya
gangguan perkembangan neurologis yang jelas sebelum kejang demam pertama7
terjadinya kejang demam kompleks sebelumnya7 serta adanya ri$ayat epilepsi dalam
keluarga.6
2.$ Pat"genesis
'el saraf, seperti sel hidup umumnya mempunyai potensial membran.
5otensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. 5otensial
intrasel lebih negatif dari ekstrasel. %alam keadaan istirahat, potensial membran
berkisar antara 0-100 m=. 'elisih potensial ini akan tetap sama selama sel tidak
mendapatkan rangsangan. 5erbedaan potensial ini terjadi akibat perbedaan letak dan
jumlah ion-ion terutama ion >a?, K ?, dan a??. %alam keadaan normal, membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion K ? dan sangat sulit oleh ion >a? dan
elektrolit lainnya ke+uali ion l- sehingga berakibat konsentrasi ion K ? dalam sel
syaraf tinggi dan >a? rendah, sedangkan di luar sel syaraf sebaliknya. ila sel saraf
mengalami stimulasi misalnya suhu tubuh yang tinggi, stimulasi listrik akan berubah
sehingga mengakibatkan menurunnya potensial membran. 5enurunan potensial
membran akan menyebabkan permeabilitas membran terhadap ion >a? meningkat,
sehingga ion >a? akan lebih banyak masuk ke dalam sel. 'elama serangan ini,
perubahan potensial membran masih dapat dikompensasi oleh transport aktif ion >a?
dan K ?. 'ehingga selisih potensial kembali ke keadaan istirahat.9
4
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
5/27
5ada seorang anak berumur tahun sirkulasi otak men+apai 6#" dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang de$asa yang hanya 1#". 5ada keadaan demam
kenaikan suhu 1° akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10"-1#" dan
kebutuhan oksigen akan meningkat !0". ila terjadi kenaikan suhu akan terjadi
perubahan keseimbangan membran sel, akan terjadi difusi dari ion Kalium dan
>atrium sehingga terjadi lepas muatan listrik. :epas muatan sedemikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan
bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. 'elain itu pada anak diba$ah usia #
tahun proses mielinisasi dari serabut sel syaraf masih belum sempurna, plastisitas
otak juga masih berlangsung, sehingga saat terjadi demam bisa mengganggu aliran
listrik pada sel syaraf hal tersebut dapat pula men+etuskan kejang, sehingga dapat
menurunkan ambang batas kejang pada anak. a?2
:epas muatan listrik berlebihan neurotransmittermenyebabkan kejang
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
6/27
'kema 1. 5atogenesis kejang#
Aadi dapat disimpulkan demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme
sebagai berikut B#
1. %emam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum
matang/imatur.
!. eurologi D%&D !006, klasifikasi kejang
demam pada anak dibedakan menjadi dua, yaitu6
6
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
7/27
1. Kejang %emam 'ederhana Simple Febrile Seizure 2
Kejang demam sederhana akan berlangsung singkat, dimana berdurasi kurang dari 1#
menit, tidak disertai dengan gerakan fokal dan umumnya akan berhenti dengan
sendirinya. Kejang demam sederhana tidak berulang dalam !4 jam dan kejang yang
terjadi bersifat umum, tonik dan atau klonik.6
!. Kejang %emam Kompleks ompleE ebrile 'eizure 2
Kejang demam kompleks akan berlangsung lebih dari 1# menit dengan gerakan fokal
di satu sisi, atau kejang umum yang didahului oleh kejang parsial. %apat terjadi lebih
dari satu kali dalam !4 jam berulang 2.6
2.& 'anifestasi Klinis
Cmumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik
atau tonik klonik bilateral. 'eringkali kejang berhenti sendiri. 'etelah kejang berhenti
anak langsung sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang demam diikuti
hemiparesis sementara ;emiparesis
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
8/27
a2 Ddentifikasi/pastikan adanya kejang, jenis kejang, lama kejang,
suhu sebelum/pada saat kejang, frekuensi, penyebab demam di luar
''5.
b2
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
9/27
5emeriksaan foto kepala, < '+an dan / *D tidak dianjurkan
pada anak tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya
menunjukkan gambaran normal. < '+an atau *D boleh dilakukan
pada kasus dengan kelainan neurologis atau kasus dengan kejang fokal
untuk men+ari lesi organik di otak. < s+an biasanya tidak perlu
dalam ealuasi pada anak dengan kejang demam sederhana yang
pertama kali. < s+an dilakukan pada pasien dengan kejang demam
kompleks.#
. 5emeriksaan airan 'erebro 'pinal ''2
'etelah mengontrol demam dan menghentikan kejang, seorang
dokter harus memutuskan apakah akan melakukan pungsi lumbal.
Dndikasi pungsi lumbal pada kejang demam adalah untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. akta bah$a seseorang
mempunyai ri$ayat kejang demam sebelumnya tidak menyingkirkan
meningitis sebagai penyebab kejang yang terjadi. 'emakin muda usia
anak semakin penting dilakukan, karena pemeriksaan fisik kurang
reliabel dalam mendiagnosis meningitis. 5ungsi lumbal seharusnya
dilakukan jika usia anak diba$ah ! tahun, penyembuhan lambat, atau
jika hal lain sebagai penyebab demam tidak ditemukan.1 5elaksanaan
pungsi lumbal masih kontroersi pada pasien dengan kejang demam
sederhana. %an perlu dilakukan jika di+urigai terjadi meningitis
$alaupun kejang bukan satu-satunya tanda meningitis. eberapa
literatur melaporkan kurang dari #" insiden meningitis pada anak-
anak menimbulkan kejang dan demam. ! ila pasti bah$a kejang
tersebut bukan disebabkan meningitis, pungsi lumbal tidak perlu
dilakukan. Kemampuan menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis berariasi tergantung pengalaman dokter.1
ekomendasi yang dapat digunakan yakni6 B
)
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
10/27
a2 ayi kurang dari 1! bulan harus dilakukan pungsi lumbal karena
gejala meningitis sering tidak jelas.6
b2 ayi antara 1!-1( bulan dianjurkan untuk melakukan pungsi lumbal
ke+uali pasti bukan meningitis.6
+2 ayi lebih dari 1( bulan selektif atau tidak rutin karena umumnya
gejala meningitis sudah terlihat dengan jelas. ila pasti bukan
meningitis pungsi lumbal tidak dianjurkan.6
4. 5emeriksaan Glektroensefalografi GGH2
5emeriksaan GGH tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam, oleh sebab itu tidak direkomendasikan, ke+uali
pada kejang demam yang tidak khas misalnya pada kejang demam
kompleks pada anak usia 6 tahun atau kejang demam plus '?2.6
2.+ Diagn"sis Ban!ing
1. *eningitis bakterialis
5eradangan selaput otak pada anak yang disebabkan oleh bakteri
pathogen. 5enyakit ini seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas
atau pen+ernaan seperti demam, batuk, pilek, diare dan muntah. %emam,
nyeri kepala, kaku kuduk dengan atau tanpa penurunan kesadaran
merupakan hal yang sangat sugestif meningitis. anyak gejala meningitis
berkaitan dengan usia. &nak berusia kurang dari tiga tahun jarang
mengeluh nyeri kepala.(
!. Gnsefalitis
Dnfeksi jaringan otak oleh berbagai ma+am mikroorganisme, misalnya
bakteri, ptozoa, +a+ing, spiro+haeta, atau irus. 5enyebab yang tersering
dan terpenting adalah irus. 5ada banyak pasien sering terjadi keterlibatan
leptomeningeal meningoensefalitis2, sedangkan ensefalomielitis
menunjukkan keterlibatan medulla spinalis. *anifestasi klinis berariasi
10
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
11/27
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
12/27
mg/kg se+ara intraena perlahan-lahan 1 mg/kg/menit atau kurang dari
#0 mg/menit. ila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-( mg/kg/hari,
dimulai 1! jam setelah dosis a$al. 'etelah pemberian enitoin, harus
dilakukan pembilasan dengan >al fisiologis karena enitoin bersifat basa
dan menyebabkan iritasi ena, selain itu efek samping fenitoin dapat
menyebabkan pasien aritmia dan hipotensi. ila dengan enitoin kejang
belum berhenti maka pasien harus dira$at di ruang ra$at intensif.6
'etelah kejang berhenti pemberian diazepam oral dosis 0, mg/kg setiap
( jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 0"-
60" kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,# mg/kg setiap ( jam
pada suhu (,#o %osis tersebut +ukup tinggi dan menyebabkan ataksia,
iritabel dan sedasi yang +ukup berat pada !#-)" kasus.6
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
13/27
. 5engobatan profilaksis6
5engobatan profilaksis ada ! , yaitu profilaksis intermittent saat demam2 dan
profilaksis terus menerus +ontinuous2 .
a. 5rofilaksis Dntermitten pada $aktu kejang demam
• &ntipiretik
-5arasetamol 10-1# mg/kgbb/kali, diberikan 4-# kali/hari
-Dbuprofen #-10 mg/kgbb/kali, diberikan -4 kali/hari
• bat antikonulsan
-%iazepam oral B 0,# mg/kg setiap hari
-%iazepam rektal B 0,# mg/kg atau # mg untuk J10 kg7 10 mg
untuk 10 kg diberikan setiap hari
5rofilaksis intermittent diberikan apabila tidak terdapat faktor-faktor resiko dari
kejang demam.
b. 5emberian profilaksis terus-menerus +ontinuous2 hanya diberikan bila terdapat
faktor resiko sebagai berikut B berikut salah satu2B6
1. Kejang lama 1# menit
!. &danya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
14/27
• Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bah$a anak
mempunyai fokus organik.
5engobatan 5rofilaksis dapat berupa B
&sam alproat 1#-40 mg/kg/hari dalam !- dosis
enobarbital -4 mg/kg per hari dalam 1-! dosis
atatan B
-&sam alproat dan fenobarbital dapat men+egah rekurensi sampai )0"
kasus. 6
-5emakaian fenobarbital sering menyebabkan gangguan perilaku ,
gangguan belajar, dan penurunan D pada 40-#0" kasus.6
-bat pilihan saat ini yakni asam alproat. 5ada sebagian ke+il kasus,
terutama yang berumur kurang dari ! tahun, asam alproate dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati.6
- erdasarkan bukti ilmiah bah$a kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan
profilaksis hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka
pendek.6
- 5emberian obat profilaksis ini dapat diberikan selama satu tahun bebas
kejang dan berhenti bertahap selama 1 sampai ! bulan.6
14
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
15/27
1#
Kejang
%iazepam re+tal 0,# mg/kg*aE ! kali dengan jarak # menit
Di r*ma/ sakit
5en+arian akses ena:abB darah tepi, gula darah , elektrolit
Kejang ?2%iazepam i 0,-0,# mg/kg
Ke+epatan 0,#-1 mg/menit, maE !0 mg
Kejang ?2
enitoin bolus i 10-!0mg/kgKe+epatan 0,#-1 mg/kg/menit, maE 1000 mg
Kejang ?2
5henobarbital !0mg/kg/irate #-10menit7 maE 1 g2
Kejang -2enitoin i #-9mg /kg/hariKejang -2
5henobarbital -4mg/kg/hari
Kejang ?2*idazolam 0,! mg/ kg bolus
dilanjutkan infus 0,1-0,4 mg/kg/jam
Kejang ?2, 5ropofol -#mg/kg/infusion
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
16/27
2.10 K"mlikasi
1. Kejang demam berulang
%ari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang demam berkisar
antara !#"-#0". aktor terpenting untuk memperkirakan berulangnya kejang
demam adalah umur anak pada saat kejang terjadi pertama kali. &nak yang
mendapatkan kejang pertama kali pada umur 1 tahun atau kurang mempunyai
kemungkinan sebesar 6#" mendapatkan kejang demam kembali. ;al ini
berbeda dengan apabila onset kejang antara umur 1 sampai ! L tahun
kemungkinan berulangnya kejang sebesar #" dan menjadi !0" apabila onset
kejangnya setelah ! L tahun. &ngka berulangnya kejang demam juga meningkat
pada anak yang memiliki perkembangan yang abnormal sebelum kejang
pertama dan pada anak yang memiliki ri$ayat keluarga yang pernah mengalami
kejang tanpa demam. 9
aktor risiko terjadinya kejang demam berulang9
a. i$ayat kejang demam dalam keluarga.
b. Csia kurang dari 1( bulan.
+.
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
17/27
demam memiliki kemungkinan sebesar !#" menjadi epilepsi sampai umur !#
tahun. (
aktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah B
a.Kelainan saraf
b. Kejang demam kompleks
+.i$ayat epilepsi dalam keluarga
*asing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian
epilepsi sampai 4-6". &danya ketiga faktor-faktor risiko tersebut meningkatkan
kemungkinan epilepsi menjadi 10-1#".(
.
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
18/27
Aika tidak ditangani, " pasien mengalami setidaknya satu kali kekambuhan.
*enurut Cnited 'tates >ational ollaboratie 5erinatal 5roje+t yang meneliti 1.906
anak dari baru lahir sampai umur 9 tahun yang mengalami satu atau lebih kejang
demam, faktor risiko untuk berkembang menjadi epilepsi adalah B
1. ri$ayat kejang tanpa demam
!. adanya abnormalitas neurologis
. kejang demam kompleks.
%ari pasien yang mempunyai satu faktor risiko, ! " berkembang menjadi
epilepsi dan pada pasien yang memiliki ! atau lebih faktor risiko, 10" berkembang
menjadi epilepsi.10,11
B. Br"nkitis Ak*t
2.1 Definisi
ronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus berserta
+abang 8 +abangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpa sputum
yang dapat berlangsung sampai minggu. oninfeksi B polusi udara, rokok, dan lain-lain.
5enyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi irus yakni sebanyak )0"
sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar J 10" 14
1(
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
19/27
2.# Pat"genesis
sistem mu+o+illiary defen+e paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih
mudah terserang 'eperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah
irus, namun organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum dapat
diketahui, oleh karena kultur irus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan.
&dapun beberapa irus yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut
adalah irus 8 irus yang banyak terdapat di saluran pernapasan ba$ah yakni
influenza , influenza &, parainfluenza dan respiratory syncytial virus '=2.
Dnfluenza sendiri merupakan irus yang timbul sekali dalam setahun dan menyebar
se+ara +epat dalam suatu populasi. Hejala yang paling sering akibat infeksi irus
influenza diantaranya adalah lemah, nyeri otot, batuk dan hidung tersumbat. &pabila
penyakit influenza sudah mengenai hampir seluruh populasi di suatu daerah, maka
gejala batuk serta demam dalam 4( jam pertama merupakan prediktor kuat seseorang
terinfeksi irus influenza. '= biasanya menyerang orang 8 orang tua yang terutama
mendiami panti jompo, pada anak ke+il yang mendiami rumah yang sempit bersama
keluarganya dan pada tempat penitipan anak. Hejala batuk biasanya lebih berat pada
pasien dengan bronkitis akut akibat infeksi '=.1#
=irus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas seperti
rhinoirus, adenoirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut. Hejala yang
dominan timbul akibat infeksi irus ini adalah hidung tersumbat, keluar sekret en+er
dari telinga rhinorrhea2 dan faringitis.1#
akteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis akut, antara lain,
ordatella pertusis, bordatella parapertusis, hlamydia pneumoniae dan *y+oplasma
pneumoniae. Dnfeksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi di lingkungan kampus
dan di lingkungan militer. >amun sampai saat ini, peranan infeksi bakteri dalam
terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi masih belum pasti, karena biasanya
ditemukan pula infeksi irus atau terjadi infeksi +ampuran.1#
1)
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
20/27
5ada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis bah$a
bakteri 8 bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis dan
Haemophilus influenzae mempunyai peranan dalam timbulnya gejala batuk dan
produksi sputum. >amun begitu, kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan
suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteri tersebut dapat
mendiami saluran pernapasan atas dan keberadaan mereka dalam sputum dapat
berupa suatu koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda infeksi akut. 1#
5enyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai
penyebab dan biasanya bermula akibat +edera pada mukosa bronkus. 5ada keadaan
normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mu+o+illiary defen+e, yaitu
sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. 5ada pasien
dengan bronkhitis akut, infeksi. Ketika infeksi timbul, akan terjadi pengeluaran
mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertropi dan
hiperplasia ukuran membesar dan jumlah bertambah2 sehingga produksi mukus akan
meningkat. Dnfeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal sering
kali sampai dua kali ketebalan normal2, dan mengeluarkan mukus kental. &danya
mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus
dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara ke+il dan
mempersempit saluran udara besar. *ukus yang kental dan pembesaran bronkhus
akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Aalan napas selanjutnya
mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.. 5asien
mengalami kekurangan 0!, iaringan dan ratio entilasi perfusi abnormal timbul, di
mana terjadi penurunan 5! Kerusakan entilasi juga dapat meningkatkan nilai
5,sehingga pasien terlihat sianosis.1#
2.$ 'anifestasi Klinis
Hejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung !-
minggu. atuk bisa atau tanpa disertai dahak. %ahak dapat ber$arna jernih, putih,
kuning kehijauan, atau hijau. 'elain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut
!0
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
21/27
ini %emam, 'esak napas, unyi napas mengi atau 8 ngik, asa tidak nyaman di dada
atau nyeri dada216
2.% Diagn"sis
%iagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila7 pada anamnesa pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba 8 tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa
adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold , asma akut, eksaserbasi akut
bronkitis kronik dan penyakit paru obstruktif kronik 55K2. 5ada pemeriksaan fisik
pada stadium a$al biasanya tidak khas. %apat ditemukan adanya demam, gejala
rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. 'ejalan dengan
perkembangan serta progresiitas batuk, pada auskultasi dada dapat terdengar ronki,
wheezing , ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. ila lendir banyak
dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah. 16
Pemeriksaan Pen*njang
a. oto thoraE
oto thoraE biasanya menunjukkan gambaran normal atau tampak +orakan
bronkial meningkat.
Hambar 1. ontgen pada ronkitis16
b. Cji faal paru
!1
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
22/27
5ada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji
fungsi paru.
+. :aboratorium
5ada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat.
%alam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan
pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang di+urigai
menderita bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai
berikutB
• %enyut jantung 100 kali per menit
• rekuensi napas !4 kali per menit
• 'uhu (F
• 5ada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat fo+al konsolidasi dan peningkatan
suara napas.
ila keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat
disingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thoraE . 16
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
23/27
menerima antibiotik dan sekitar sebagian dari mereka menerima terapi antibiotik
dengan spektrum luas.19
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
24/27
>amun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis akut
dengan gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing , penggunaan
bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.Gfek samping dari penggunaan O-
agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar.19 5enggunaan antikolinergik
oral untuk meringankan gejala batuk pada bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti
dan oleh karena itu tidak dianjurkan. 16
#. Antit*sif
5enggunaan +odein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi batuk
dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti se+ara
sistematis. %ikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan kedua obat tersebut
terbukti efektif untuk mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik,
maka penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan memiliki nilai kegunaan. 'uatu
penelitian mengenai penggunaan kedua obat tersebut untuk mengurangi gejala batuk
pada common cold dan penyakit saluran napas akibat irus, menunjukkan hasil yang
beragam dan tidak direkomendasikan untuk sering digunakan dalam praktek
keseharian1)
>amun, beberapa studi menunjukkan bah$a kedua obat ini juga efektif dalam
menurunkan frekuensi batuk per harinya. %alam suatu penelitian, sebanyak 910 orang
de$asa dengan infeksi saluran pernapasan atas dan gejala batuk, se+ara a+ak
diberikan dosis tunggal 0 mg %ekstromethorpan hydrobromide atau pla+ebo dan
gejala batuk kemudian di analisa se+ara objektif menggunakan rekaman batuk se+ara
berkelanjutan. ;asilnya menunjukkan bah$a batuk berkurang dalam periode 4 jam
pengamatan.1)
%ikarenakan pada penelitian ini disebutkan bah$a gejala batuk lebih banyak
berasal dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapi empiris untuk
batuk pada bronkitis akut dapat digunakan. 1)
!4
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
25/27
Tael 1. ingkasan penelitian mengenai efek penggunaan antibiotik untuk gejala
batuk pada pasien dengan bronkitis akut.
Agen m*k"kinetik
5enggunaan ekspektoran dan mukolitik belum memilki bukti klinis yang
menguntungkan dalam pengobatan batuk pada bronkitis akut di beberapa penelitian,
meskipun terbukti bah$a efek samping obat minimal. 16
$. Lain lain
!#
Drug Information Handbook. 20th ed. Hudson, OH: Lexi-Comp, 2011
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
26/27
&nalgesik P antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. 5ada penderita,
diperlukan istirahat dan asupan makanan yang +ukup, kelembaban udara yang +ukup
serta masukan +airan ditingkatkan.
Tael 2. *a+am-ma+am obat16
3at In/aler -4g Lar*tan 3ral 5ial D*rasi
Ne*li6er injeksi -jam
-mg7ml -mg
A!renergik -829ag"nis
enoterol 100-!00 *%D2 1 0,#" sirup2 4-6
'albutamol 100, !00 *%DP%5D # #mg pil2,
0,!4" sirup2
0,1 7 0,# 4-6
-
8/16/2019 BAB I 2 fix
27/27
5rednisone #-60 mg5il2
*ethy-5rednisone 4, ( , 16 mg 5il2
2.( Pr"gn"sis
5erjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat
atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang terjadi berasal dari
penyakit yang mendasari. 5ada umumnya prognosis pasien bonam.