bab i

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan waris sering kali menjadi krusial yang terkadang memicu pertikaian dan menimbulkan keretakan hubungan keluarga, bahkan bisa sampai akibat waris ini terjadi tindakan kriminal seperti pembunuhan. sifat alamiah manusia yang selalu ingin mendapatkan sesuatu hal yang lebih banyak dalam hal duniawi dalam hal ini harta, disamping karena kekurang tahuan pihak-pihak yang terkait mengenai hukum pembagian waris, keterbatasannya pakar atau orang-orang yang mengetahui pengetahuan dan keahlian khusus yang dapat memberikan solusi atau berkonsultasi dengan orang-orang yang membutuhkan informasi pembagian waris Islam. Banyak orang yang mengetahui hukum waris tetapi tidak mengetahui cara pembagian waris, dalam hal ini bagi orang muslim khususnya baik yang menggunakan hukum Islam di negaranya ataupun tidak. Hukum waris yang berlaku di Indonesia terdiri dari tiga hukum, yaitu hukum waris Barat, hukum waris Islam, dan hukum waris Adat. Pada perinsipnya hukum Islam memberikan kemudahan bagi manusia karena hukum tersebut bersumber dari sang pencipta yang tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an.

Upload: ridwan-setiawan

Post on 26-Jul-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan waris sering kali menjadi krusial

yang terkadang memicu pertikaian dan menimbulkan keretakan hubungan

keluarga, bahkan bisa sampai akibat waris ini terjadi tindakan kriminal seperti

pembunuhan. sifat alamiah manusia yang selalu ingin mendapatkan sesuatu hal

yang lebih banyak dalam hal duniawi dalam hal ini harta, disamping karena

kekurang tahuan pihak-pihak yang terkait mengenai hukum pembagian waris,

keterbatasannya pakar atau orang-orang yang mengetahui pengetahuan dan

keahlian khusus yang dapat memberikan solusi atau berkonsultasi dengan orang-

orang yang membutuhkan informasi pembagian waris Islam.

Banyak orang yang mengetahui hukum waris tetapi tidak mengetahui

cara pembagian waris, dalam hal ini bagi orang muslim khususnya baik yang

menggunakan hukum Islam di negaranya ataupun tidak. Hukum waris yang

berlaku di Indonesia terdiri dari tiga hukum, yaitu hukum waris Barat, hukum

waris Islam, dan hukum waris Adat. Pada perinsipnya hukum Islam memberikan

kemudahan bagi manusia karena hukum tersebut bersumber dari sang pencipta

yang tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an.

Dalam kitab suci Al-Qur’an dijelaskan mengenai hak masing-masing ahli

waris, sebagian besar diterangkan dalam beberapa ayat yang jelas, hal tersebut

dikarenakan harta dan pembagiannya merupakan sumber ketamakan bagi

manusia, sebagian besar dari harta warisan adalah untuk pria dan wanita, besar

dan kecil, mereka yang lemah dan kuat, sehingga tidak terdapat padanya

kesempatan untuk berpendapat atau berbicara dengan hawa nafsu. Ilmu faraid

(waris Islam) memberikan penjelasan tentang cara-cara pembagian harta waris

dari semua ahli dengan sangat jelas.

Kekurangpedulian umat Islam terhadap disiplin ilmu ini memang tidak

kita pungkiri, bahkan Imam Qurtubi telah mengisyaratkannya : “Betapa banyak

manusia sekarang mengabaikan ilmu faraid.”, selain itu terbatasnya jumlah orang

yang menguasai ilmu waris (pakar).

Page 2: BAB I

Dengan adanya kemajuan teknologi saat ini, permasalahan di atas

tentunya dapat diatasi. Teknologi mampu mengadopsi proses dan cara berpikir

manusia yaitu teknologi kecerdasan buatan yang mampu memberikan solusi

berupa keputusan kepada pemakainya. Sistem pakar adalah salah satu bagian dari

kecerdasan buatan yang mengandung pengetahuan dan pengalaman yang

dimasukan oleh satu atau banyak pakar ke dalam satu area pengetahuan tertentu

sehingga setiap orang dapat menggunakannya untuk memecahkan berbagai

masalah yang spesifik.

Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya bukan untuk

menggantikan peran manusia, tetapi untuk mensubstitusikan pengetahuan manusia

kedalam bentuk sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak. Untuk

membangun sebuah sistem pakar harus didukung oleh komponen-komponen

sistem pakar yang mempunyai ciri dan karakteristik tertentu, misalnya

kemungkinan suatu solusi sistem pakar terhadap suatu permasalahan adalah

berfariasi dan mempunyai banyak pilihan jawaban yang dapat diterima semua

faktor yang ditelusuri memiliki ruang masalah yang luas dan tidak pasti

(Jogiyanto, 2003).

Komponen sistem pakar dapat digambarkan pada struktur bagan yang

dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Struktur Bagan Sistem Pakar (Jogianto, 2003)

Berdasarkan pemaparan di atas, dirasakan perlu dibangun sebuah aplikasi

yang mampu memberikan informasi dan membuat keputusan mengenai waris.

Page 3: BAB I

Dimana dengan aplikasi ini diharapkan dapat memperkenalkan, membantu

masyarakat khususnya umat Islam untuk mendapatkan informasi dan menjalankan

kewajiban melaksanakan hukum waris (faraid). Bertolak dari latar belakang di

atas, penelitian ini akan diarahkan pada implementasi sistem pakar hukum waris

Islam (faraid), dengan mengambil judul “Perancangan Sistem Pakar untuk

Pembagian Waris Menurut Hukum Islam (Faraid)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Sebagian besar orang Islam kurang memahami hukum waris dan

diperlukannya bantuan seorang pakar dalam melakukan perhitungan waris

Islam;

2. Adanya kesulitan dalam mencari pakar yang ahli pada bidang waris Islam.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah membangun sebuah sistem pakar

untuk menentukan hak ahli waris dari proporsi yang didapat dan jumlah harta

warisan yang diterimanya.

1.4. Batasan Masalah

Dalam pembuatan sistem pakar waris Islam ini akan dibatasi pada hal-hal

sebagai berikut:

1. Sistem pakar untuk pembagian hukum waris Islam ini terdiri dari 23 ahli

waris, berdasarkan perkembangan zaman.

2. Sumber pengetahuan diambil dari buku “Al-Asas Fil ilmu Fara’id” karangan

Ust. A. Zakariya Bin Ahmad, “Fiqih Mawaris” karangan A. Sarwat, Lc, dan

hasil konsultasi dengan seorang pakar yang mengajar ilmu fara’id.

3. Untuk perancangan basis pengetahuan menggunakan metodologi

pengembangan sistem pakar (Durkin), sedangkan metodologi Rational Unified

Proccess (RUP) digunakan dalam pengembangan sistem.

Page 4: BAB I

4. Dalam pengembangan sistem menggunakan metodologi RUP, hanya

dilakukan langkah inception, elaboration dan construction.

5. Aplikasi sistem pakar pembagian waris ini berbasis Web dengan

menggunakan bahasa pemrograman PHP dan My SQL.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pembagian Waris Islam (Faraid) merupakan sebuah dasar ilmu yang

mengatur pembagian harta warisan, baik itu persentase, bagian-bagian perorang

secara adil, karena pembagiannya diatur langsung oleh Alloh dalam kitab Al-

Qur’an. Banyak masyarakat yang beragama Islam khususnya mengetahui akan

adanya hukum pembagian waris ini akan tetapi sangat sedikit yang menggunakan

hukum pembagian waris Islam ini, padahal hukum ini wajib utuk dilaksanakan

dan akan mendapat siksa jika tidak dilaksanakan, keterbatasan orang yang ahli

(pakar) dalam pembagian waris Islam menjadi salah satu faktor jarangnya hukum

pembagian waris Islam dilaksanakan. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas,

maka dirasakan perlu dibuat aplikasi, dimana aplikasi yang dimaksud adalah

sistem pakar yang merupakan sistem berbasis komputer yang didisain untuk

memodelkan/mengemulasi kemampuan seorang pakar dalam memecahkan suatu

masalah (Durkin, 1994).

Dengan adanya sistem pakar pembagian waris menurut hukum Islam ini

diharapkan dapat dijadikan alternatif pilihan yang dapat menggantikan peran

seorang pakar dalam memberikan keputusan siapa saja yang berhak menerima

waris dan berapa bagian persentase serta jumlah harta yang diterima.

Pada kerangka pemikiran yang ada pada gambar 1.2 merupakan langkah-

langkah dalam melakukan perancangan sistem pakar waris Islam, dimulai dengan

assessment untuk menilai kelayakan proyek, dilanjutkan dengan observasi

lapangan untuk menganilisa mengenai waris Islam dengan mencari referensi dan

konsultasi dengan pakar yang ada dan hasilnya dirumuskan untuk dijadikan

akuisisi pengetahuan dengan merepresentasikannya untuk dikembangkan menjadi

mesin inverensi, setelah itu dicompiler menjadi aturan-aturan (rule) yang dapat

dimengerti oleh komputer, selanjutnya dilanjutkan dengan perancangan system

dan peng-implementasiannya.

Page 5: BAB I

Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dari dari perancangan sistem

pakar untuk pendukung keputusan pembagian waris menurut hukum Islam dapat

dilihat pada Gambar 1.2 :

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Perancangan Sistem Pakar Pembagian Waris Menurut Hukum Islam (Fara’id)

1.6. Metodologi Penelitian

Untuk memperjelas pembahasan tugas akhir ini, maka dilakukan

penelitian dengan metode-metode yang diterapkan tahap demi tahap, meliputi :

Page 6: BAB I

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengumpulkan data primer menggunakan teknik :

a. Teknik Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung atau

lisan dengan berpedoman pada instrumen penelitian dalam bentuk

pedoman wawancara untuk mendapatkan jawaban langsung dari

bagian-bagian yang terlibat dalam lingkup penelitian ini.

b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

mempelajari beberapa dokumen, file, literatur-literatur yang ada

hubungannya dengan masalah penelitian, terutama dokumen-dokumen

tentang ketentuan yang berlaku yang sifatnya mengikat.

2. Untuk mengumpulkan data sekunder menggunakan teknik studi

kepustakaan, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari dan menganalisis

beberapa buku yang berkaitan dengan masalah yang berhubungan dengan

penelitian ini.

1.6.2 Metode Pengembangan Sistem Pakar

Metode yang dilakukan dalam mengembangkan sistem pakar,

diantaranya (Durkin, 1994):

1. Penilaian (Assesment)

Merupakan proses untuk menentukan kelayakan dan justifikasi atas

permasalahan yang akan diambil. Setelah itu masalah diperiksa lebih lanjut

untuk menentukan tujuan keseluruhan dari proyek. Upaya ini dilakukan

untuk menentuka fitur-fitur penting dan ruang lingkup dari proyek, dan

juga untuk menetapkan sumber daya yang diperlukan termasuk proyek

personal. Sumber pengetahuan yang diperlukan, termasuk diantaranya para

pakar dan juga berbagai laporan harus diidentifikasi. Setelah tahap

inisialisasi dilakukan persyaratan-persyaratan proyek harus ditetapkan.

2. Akuisisi Pengetahuan

Page 7: BAB I

Merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan tentang permasalahan

yang dibahas dan akan digunakan sebagai panduan dalam upaya

pengembangan. Pengetahuan ini digunakan untuk memberikan informasi

tentang permasalahan yang menjadi bahan dalam mendeain sistem pakar.

Tahap ini meliputi studi dengan diadakannya pertemuan dengan pakar

untuk membahas aspek dari permasalahan

3. Desain

Pengetahuan yang diperoleh selama tahap akuisisi pengetahuan digunakan

sebagai pendekatan dalam merepresentasikan pengetahuan pakar dan

strategi pemecahan masalah kedalam sistem pakar. Selama tahap desain,

keseluruhan struktur dan organisasi dari sistem pengetahuan harus

ditetapkan. Pada tahap desain, sebuah sistem prototype di bangun. Tujuan

dari pembangunan prototype tersebut adalah untuk memberikan

pemahaman yang lebih baik atas masalah.

4. Pengujian

Merupakan tahap dimana dilakukan pengujian terhadap sistem pakar yang

telah dibangun.

5. Dokumentasi

Tahap dokumentasi diperlukan untuk mengkompilasi seluruh informasi

proyek kedalam bentuk dokumen yang dapat memenuhi persyaratan

pengguna dan pengembang dari sistem pakar. Dokumentasi dibutuhka

untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna yang memenuhi persyaratan

yang ditemukan pada sebagian proyek perangka lunak. Dokumentasi

tersebut menjelaskan bagaimana mengoperasikan sistem dan menyediakan

tutorial dalam mengoperasikan fitur utama dari sistem.

Dokumentasi juga harus mendukung pengetahuan pengembang selama

proses pengembangan sistem. Secara khusus, dokumentasi harus berisikan

kamus pengetahuan yang memberikan persentasi secara teratur dari

pengetahuan sistem dan prosedur pemecahan masalah. Hal tersebut

ditambahkan pada proyek sebagai pengetahuan yang baru diperoleh.

6. Pemeliharaan

Page 8: BAB I

Setelah sistem digunakan dalam lingkungan kerja, maka selanjutnya

diperlukan pemeliharaan secara bekala. Pengetahua itu sifatnya tidak statis

melainkan terus tumbuh dan berkembang. Pengetahuan dari sistem perlu

diperbaharui atau disempurnakan untuk memenuhi kebutuhan saat ini.

Metode pengembangan sistem pakar yang sudah diutarakan sebelumnya

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.3 Tahap Pengembangan Sistem Pakar (Durkin, 1994)

1.6.3 Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Metode pendekatan perangkat lunak yang digunakan untuk

mengembangkan perangkat lunak adalah Rational Unified Process (RUP).

Rational Unified Process (RUP) merupakan suatu metode rekayasa perangkat

lunak yang dikembangkan dengan mengumpulkan berbagai best practises yang

terdapat dalam industri pengembangan perangkat lunak. Ciri utama metode ini

Produk

Evaluasi

Struktur

Pengetahuan

Persyaratan

Formulasi Ulang

Perbaikan

Eksplorasi

Tahap 6Pemeliharaan

Tahap 5Dokumentasi

Tahap 4Pengujian

Tahap 2Akuisisi Pengetahuan

Tahap 1Penilaian (Assessment)

Tahap 3Desain

Page 9: BAB I

adalah menggunakan use-case driven dan pendekatan iteratif untuk siklus

pengembangan perankat lunak.

RUP menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang

berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan Unified Model

Language (UML).

Gambar 1.4 Arsitektur Rational Unified Process

(IBM : 2007)

Melalui gambar 1.4 dapat dilihat bahwa RUP memiliki dua dimensi,

yaitu:

a. Dimensi pertama digambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili

aspek-aspek dinamis dari pengembangan perangkat lunak. Aspek ini

dijabarkan dalam tahapan pengembangan atau fase. Setiap fase akan

memiliki suatu major milestone yang menandakan akhir dari awal dari fase

selanjutnya. Setiap fase dapat berdiri dari satu beberapa iterasi. Dimensi ini

terdiri atas:

1. Inception

Page 10: BAB I

Menentukan ruang lingkup proyek, membuat ‘business case’,

menjawab pertanyaan “apakah yang dikerjakan dapat menciptakan

‘good business sense’ sehingga proyek dapat dilanjutkan.

2. Elaboration

Menganalisa berbagai persyaratan dan resiko, menetapkan ‘base line’,

merencanakan fase berikutnya yaitu construction.

3. Construction

Melakukan sederetan iterasi, pada setiap iterasi akan melibatkan proses

berikut: analisa desain, implementasi dan testing.

4. Transition

Membuat apa yang sudah dimodelkan menjadi suatu produk jadi.

Dalam fase ini dilakukan: Beta dan performance testing, Membuat

dokumentasi tambahan seperti training, user guides dan sales kit,

Membuat rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna

b. Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-

aspek statis dari proses pengembangan perangkat lunak yang

dikelompokkan ke dalam beberapa disiplin. Proses pengembangan

perangkat lunak yang dijelaskan kedalam beberapa disiplin terdiri dari

empat elemen penting, yakni who is doing, what, how dan when. Dimensi

ini terdiri atas Business Modeling, Requirement, Analysis and Design,

Implementation, Test, Deployment, Configuration dan Change

Manegement, Project Management, dan Environtment.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan laporan tugas akhir yang mudah dipahami dan

dicermati maka perlu adanya suatu sistematika penulisan yang baik dan jelas.

Berikut dijelaskan sistematika yang dipakai dalam penyusunan laporan ini:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, identifikasi

masalah, maksud dan tujuan, pembatasan masalah, metodologi

Page 11: BAB I

pengembangan sistem, dan sistematika penulisan laporan tugas

akhir.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang istilah-istilah, konsep sistem pakar,

definisis perangkat lunak, keuntungan sistem pakar dan tahapan

pengembangan sistem pakar, selain itu juga membahas mengenai

pengertian waris dan apa-apa yang ada didalam hukum waris.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai perencanaan mengenai tahapan-

tahapan dalam pembangunan sistem.

BAB IV : IMPLEMENTASI RANCANG BANGUN

Bab ini membahas tentang pengimplementasian dari kegiatan-

kegiatan yang telah digambarkan pada bab sebelumnya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini menjelaskan hasil akhir dari pembahasan yang

dijabarkan dalam laporan tugas akhir berikut saran yang

diharapkan dapat membantu kearah konstruktif untuk kemajuan

penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN