bab i
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan
sempurna baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat,
juga dapat diukur dari produktivitas, dalam arti mempunyai pekerjaan atau
penghasilan secara ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 36
Tahun 2009 tentang batasan kesehatan dan keadaan sejahtera badan, jiwa, dan
sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.1
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga
kualitas hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh dengan status gizi
seseorang. Pada umumnya masalah gizi disebabkan oleh faktor primer dan atau
sekunder. Faktor primer antara lain karena asupan seseorang yang kurang baik
pada kuantitas atau kualitas yang disebabkan oleh karena kemiskinan,
ketidaktahuan tentang gizi dan kebiasaan makan yang salah. Faktor sekunder
meliputi semua faktor yang mempengaruhi asupan makanan, pencernaan,
penyerapan dan metabolisme zat gizi. Hal ini menyebabkan zat-zat gizi tidak
sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi.2
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang
mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan
yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Balita (0-5 tahun) merupakan kelompok
1
![Page 2: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/2.jpg)
2
umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KEP) atau termasuk
salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi. Di negara berkembang anak-
anak umur 0 – 5 tahun merupakan golongan yang paling rawan terhadap gizi.
Kelompok yang paling rawan di sini adalah periode pasca penyapihan khususnya
kurun umur 1 – 3 tahun. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam infeksi
serta berada dalam status gizi rendah.3
Dalam beberapa tahun terakhir Angka Kematian Bayi (AKB) telah
mengalami banyak penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 1971 Angka
Kematian Bayi diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian
turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2000. Berdasarkan estimasi susenas tahun 2001 – 2002, Angka
Kematian Bayi berturut – turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran
hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup.4 Pada tahun 2003
kelahiran hidup menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup. Data terakhir yaitu pada
tahun 2011 angka kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) sebanyak 34 dan
angka kematian balita (per 1000 kelahiran hidup) sebanyak 44.5
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia,
namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari
data menurut MDGs (Millenium Development Goals). Di tingkat ASEAN, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tertinggi yaitu 35 per seribu
kelahiran hidup, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu
Singapura (3 per seribu kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per seribu
kelahiran hidup), Malaysia (10 per seribu kelahiran hidup), Vietnam (18 per
![Page 3: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/3.jpg)
3
seribu kelahiran hidup) dan Thailand (20 per seribu kelahiran hidup). AKBA
(Angka Kematian Balita) di Indonesia juga masih tergolong tertinggi yaitu
jumlahnya 44 kematian per seribu kelahiran hidup. Menurut Riskesdas 2007,
kematian pada balita paling banyak diakibatkan oleh diare dan pneumonia yang
berlatar pada kekurangan gizi.6
Dalam upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan balita
digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang
pelaksanaannya secara operasional yaitu Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU).
Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional dari
petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi
dan angka kelahiran sosial. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan, guna pemberdayaan masyarkat dan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan bayi.7
Penimbangan merupakan salah satu pelaksanaan kegiatan posyandu dalam
rangka mengoptimalisasi potensi tumbuh kembang anak yang bertujuan untuk
memonitoring balita dengan melihat naik atau tidak berat badan dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).7 Selain itu kegiatan penimbangan
secara rutin dan teratur setiap bulan di Posyandu dapat mendeteksi lebih
awal memburuknya keadaan gizi anak balita tersebut.8
![Page 4: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Depkes RI (2001) menyebutkan bahwa dalam kegiatan posyandu, tingkat
partisipasi masyarakat di suatu wilayah dapat diukur dengan melihat perbandingan
antara jumlah anak balita di daerah kerja posyandu (S) dengan jumlah balita yang
ditimbang pada setiap kegiatan posyandu yang ditentukan (D). Angka D/S
menggambarkan kecakupan anak balita yang ditimbang, ini merupakan indikator
tingkat partisipasi masyarakat untuk menimbangkan anak balitanya.9
Berdasarkan Susenas (Survei Kesehatan Nasional) tahun 2001 diperoleh angka
D/S di posyandu secara nasional sebesar 45%, sedangkan target D/S secara nasional
lebih dari 80%. Cakupan D/S dalam kegiatan Posyandu di Indonesia tahun 2008
85%, Jawa Barat salah satu provinsi yang memiliki cakupan rendah yaitu 79%
masih di bawah target Dinas Kesehatan sebesar 90%.9
Di Kecamatan Cikole Kabupaten Bandung Barat terdapat 4 desa, yaitu Desa
Cikole, Cibogo, Cikidang, dan Wangun Harja. Angka penimbangan balita ke
posyandu pada keempat desa di Kecamatan Cikole dapat dilihat dalam Grafik 1.1
di bawah ini.10
Janu
ari
Feb
ruar
i
Mar
et
Apr
il
Mei
Juni
Angka Cakupan Balita Ditimbang (%)
0
20
40
60
80
100
120
Penimbangan Balita ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Cikole
Cikole
Cibogo
Cikidang
Wangun harja
Grafik 1.1 Angka penimbangan balita ke posyandu pada masing-masing desa periode Januari-Juni 2012.
![Page 5: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Berdasarkan Grafik 1.1 di atas, angka penimbangan balita ke posyandu di
Desa Cikole mengalami peningkatan setiap bulannya meskipun belum mencapai
target yang diinginkan. Hal ini juga terlihat pada angka penimbangan balita ke
posyandu di Desa Cibogo. Di Desa Wangun Harja, angka penimbangan balita ke
posyandu mengalami turun naik setiap bulannya. Dari kelima desa tersebut, Desa
Cikidang memiliki angka penimbangan balita ke posyandu terendah. Pada bulan
Mei 2012 angka penimbangan balita ke posyandu hanya mencapai 58,4%
meskipun akhirnya pada bulan Juni 2012 meningkat menjadi 66,5%.
Di Desa Cikidang terdapat 11 RW dan 11 posyandu, yaitu 3 Posyandu
Pratama, 7 Posyandu Madya, dan 1 Posyandu Purnama dengan satu bidan desa
yang dibantu oleh kader-kader desa.10 Pada Grafik 2.1 di bawah ini tergambar
angka penimbangan balita ke posyandu dari 11 RW di Desa Cikidang.
Jan Feb Mar April Mei Juni0
20
40
60
80
100
120
Penimbangan Balita ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Cikole
RW 1
RW 2
RW 3
RW 4
RW 5
RW 6
RW 7
RW 8
RW 9
RW 10
RW 11
Grafik 2.1 Angka penimbangan balita ke posyandu pada RW di Desa Cikidang periode Januari-Juni 2012.
Berdasarkan Grafik 2.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 11 RW yang
terdapat di Desa Cikidang, RW yang memiliki angka penimbangan balita ke
![Page 6: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/6.jpg)
6
posyandu tertinggi pada periode Januari-Juni 2012 adalah RW 7 dengan rata-rata
78,3% dan terendah terdapat di RW 11 (45%). Desa Cikidang memiliki angka
cakupan balita ditimbang terkecil di antara kelima desa di wilayah kerja
Puskesmas Cikole. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain banyaknya jumlah balita di Desa Cikidang setelah Desa Cikole dan penduduk
Desa Cikidang yang mayoritas tidak atau belum tamat SD.
Kunjungan ibu balita ke posyandu erat kaitannya dengan perilaku
kesehatan, perilaku kesehatan hakikatnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
balitanya. Kesehatan seseorang dipengaruhi atau terbentuk dari beberapa faktor.
Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga
faktor pokok, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung
(enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors).1,8
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di RW 11 Desa Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi penimbangan balita ke
posyandu periode Juli 2011-Juni 2012.
![Page 7: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/7.jpg)
7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh faktor pengetahuan ibu balita terhadap
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli
2011-Juni 2012?
2. Bagaimana pengaruh faktor pendidikan ibu balita terhadap
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli
2011-Juni 2012?
3. Bagaimana pengaruh faktor pekerjaan ibu balita terhadap penimbangan
balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli 2011-Juni
2012?
4. Bagaimana pengaruh faktor penghasilan ibu balita terhadap
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli
2011-Juni 2012?
5. Bagaimana pengaruh faktor paritas ibu balita terhadap penimbangan
balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli 2011-Juni
2012?
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis factor pengetahuan,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan paritas ibu balita yang mempengaruhi
![Page 8: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/8.jpg)
8
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli 2011-Juni
2012.
1.3.2 TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan ibu balita terhadap
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli
2011-Juni 2012.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan ibu balita terhadap
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli
2011-Juni 2012.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pekerjaan ibu balita terhadap
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli
2011-Juni 2012.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor penghasilan ibu balita terhadap
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli
2011-Juni 2012.
5. Untuk mengetahui pengaruh faktor paritas ibu balita terhadap
penimbangan balita ke posyandu di RW 11 Desa Cikidang periode Juli
2011-Juni 2012.
![Page 9: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/9.jpg)
9
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Untuk Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya
mengenai program penimbangan balita di puskesmas yang menjadi indikasi
partisipasi masyarakat dan dapat menjadi dasar pustaka untuk penelitian
selanjutnya.
1.4.2 Untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi mengenai program balita
yang ditimbang bagi Dinas Kesehatan khususnya Dinas Kesehatan Bandung
Barat. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sebagai
dasar dalam tindak lanjut puskesmas untuk pelaksanaan program balita yang
ditimbang.
1.4.3 UntukMasyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
mengenai pentingnya program balita yang ditimbang dan meningkatkan keinginan
masyarakat berpartisipasi dalam rangka mencapai hidup yang sehat.
1.5 Hipotesis
1. H0 = Tidak terdapat pengaruh pengetahuan terhadap penimbangan balita
ke posyandu.
H1 = Terdapat pengaruh pengetahuan terhadap penimbangan balita ke
posyandu.
![Page 10: BAB I](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100507/5572103a497959fc0b8cd774/html5/thumbnails/10.jpg)
10
2. H0 = Tidak terdapat pengaruh pendidikan terhadap penimbangan balita ke
posyandu.
H1 = Terdapat pengaruh pendidikan terhadap penimbangan balita ke
posyandu.
3. H0 = Tidak terdapat pengaruh pekerjaan terhadap penimbangan balita ke
posyandu.
H1 = Terdapat pengaruh pekerjaan terhadap penimbangan balita ke
posyandu.
4. H0 = Tidak terdapat pengaruh penghasilan terhadap penimbangan balita ke
posyandu.
H1 = Terdapat pengaruh penghasilan terhadap penimbangan balita ke
posyandu.
5. H0 = Tidak terdapat pengaruh paritas terhadap penimbangan balita ke
posyandu.
H1 = Terdapat pengaruh paritas terhadap penimbangan balita ke posyandu.