bab i

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran anak, seperti masalah sosial ekonomi, sosial psikologi dan orang tua yang tidak bertanggungjawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga. Sesuai dengan data Departemen Sosial, jumlah anak terlantar di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 2.815.393 anak. Dimana jumlah anak terlantar di Sumatera Utara sebanyak 333.113 anak (http://www.tempointeraktif.com/hg /nasional/2007/04/brk,2007040497175,id.html diakses tanggal 7/3/2009/pukul 19.00). Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak atau sejumlah besar anak-anak terlantar yang karena keadaan keterlantarannya tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Selain belum matang jasmani dan rohaninya mereka juga mengalami nasib yang kurang beruntung. Keadaan ini dapat disebabkan karena salah satu orang tuanya bekerja sepanjang hari sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.

Upload: wenny-efrina-simatupang

Post on 27-Nov-2015

106 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

 1.1  Latar Belakang Masalah

Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis

hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab

ketelantaran anak, seperti masalah sosial ekonomi, sosial psikologi dan orang tua yang tidak

bertanggungjawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Namun tidak dapat

dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi

sosial ekonomi keluarga.

Sesuai dengan data Departemen Sosial, jumlah anak terlantar di Indonesia pada tahun

2006 mencapai 2.815.393 anak. Dimana jumlah anak terlantar di Sumatera Utara sebanyak

333.113 anak (http://www.tempointeraktif.com/hg

/nasional/2007/04/brk,2007040497175,id.html diakses tanggal 7/3/2009/pukul 19.00).

Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak atau sejumlah besar anak-anak terlantar yang

karena keadaan keterlantarannya tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat tumbuh

dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Selain belum matang

jasmani dan rohaninya mereka juga mengalami nasib yang kurang beruntung. Keadaan ini dapat

disebabkan karena salah satu orang tuanya bekerja sepanjang hari sehingga tidak dapat

menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.

Banyak usaha yang telah dilakukan dalam menangani masalah sosial anak terlantar, baik

yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Dalam menangani masalah kesejahteraan anak

terlantar ada 2 cara, yaitu dengan menggunakan sistem sosial panti dan sistem non-panti. Selain

itu pelayanan sosial dalam bentuk asuhan anak ada tiga jenis, yaitu: adopsi, asuhan keluarga dan

Panti Asuhan.

Penanganan masalah kesejahteraan sosial anak terlantar melalui sistem panti adalah

dimana asuhan diberikan kepada anak-anak yang sangat terlantar atau karena tingkah lakunya

yang tidak bisa diterima oleh keluarga asuhnya. Asuhan dalam panti adalah sebagai pengganti

orangtua bagi anak yang terlantar sehingga anak merasa terjamin hidup dalam kelompok anak-

anak. Dimana pelayanan yang diberikan berupa penyediaan fasilitas-fasilitas, pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan, pendidikan, bimbingan rohani serta keterampilan dimana

diharapkan anak- anak tersebut dapat mengembangkan pribadi, potensi, kemampuan dan

minatnya secara optimal. Sedangkan asuhan non-panti adalah asuhan secara berkelompok dalam

rumah bagi anak-anak remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan keluarga asuhnya.

Panti Asuhan Kasih Sukacita merupakan salah satu Panti Asuhan swasta di Medan, dimana

pelayanannya bertujuan untuk membantu anak-anak terlantar melalui bimbingan dan asuhan panti.  

Anak asuh di Panti Asuhan ini datang dari berbagai latar belakang masalah, antara lain: yatim piatu,

yatim, piatu, ketidakmampuan keluarga khususnya orangtua mereka, bencana alam bahkan ada juga

yang mengaku datang sendiri ke panti karena tidak ada yang mengurus. Jumlah anak asuh yang ada

di Panti Asuhan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, yaitu sebanyak 22 orang.

Adapun pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan panti tersebut kepada anak-anak

terlantar adalah meliputi asuhan anak, pendidikan formal, kegiatan latihan keterampilan,

pembinaan rohani, pembinaan sosial mental, kegiatan olah raga dan kegiatan kesenian dan

kegiatan pertanian atau perkebunan. Keseluruhan pelayanan ini secara umum ditujukan untuk

membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan sasaran membina dan mendidik anak-anak

asuh agar mampu mandiri dan dapat berkembang serta tumbuh dengan baik sehingga dapat

menjalankan fungsi sosialnya sebagai anggota masyarakat.

Dalam melakukan pelayanannya Panti Asuhan Kasih Sukacita Medan sudah lama

berkiprah dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, meskipun dana utama berasal dari

pendiri panti asuhan itu sendiri. Hal ini sangat membantu panti dalam melaksanakan aktivitas

dan program-program pelayanannya dalam membantu dan memenuhi berbagai kebutuhan anak

asuh.

Panti Asuhan Kasih Sukacita merupakan suatu badan atau lembaga kesejahteraan sosial

yang merupakan keluarga pengganti sekaligus tempat tinggal bagi anak-anak asuh. Panti asuhan

dengan sistem pelayanan yang ada di dalamnya merupakan suatu proses bagi anak-anak asuh

dimana mereka mendapatkan bimbingan dan asuhan yang seharusnya mereka dapatkan dari

keluarga, khususnya orang tua.

Pada kenyataannya pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan juga mempunyai

keterbatasan, baik dari pelayanan Panti Asuhan maupun anak asuh itu sendiri. Hal ini yang

menyebabkan tidak maksimalnya lembaga panti dalam melakukan pelayanannya sehingga dapat

menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan dan kepribadian jiwa, pola sikap, perilaku anak-

anak asuh, khususnya anak-anak asuh dalam usia remaja dan anak-anak dimana pertumbuhan

dan perkembangannya membutuhkan perhatian dan dukungan orang lain.

Hal ini dapat dilihat dari keadaan di panti yang tidak sejalan dengan tujuan pelayanannya,

yaitu salah satunya adalah pola pengasuhan yang salah dari pengasuh ataupun pekerja sosial

yang ada di panti tersebut. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pekerja sosial kadang tidak

sejalan dengan sebagaimana layaknya seorang pekerja sosial, bahkan salah satu anak panti yang

saya wawancarai mengatakan bahwa ada perlakuan kasar atau keras terhadapnya dalam

memerintah untuk melaksanakan tugas atau kegiatan sehari-hari yang ada di panti meskipun

sebenarnya kesalahan tidak sepenuhnya ada pada pendidik panti, mungkin karena kebanyakan

anak panti adalah masih anak-anak sehingga belum bisa terlalu mengerti apa yang diperintahkan

pengasuhnya. Namun hal ini yang dapat menyebabkan perkembangan anak selanjutnya akan

terpengaruh ataupun anak akan merasa tertekan dengan situasi yang diterimanya, sehingga dapat

berpengaruh terhadap psikis anak.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

      1.2.1  Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan Kasih Sukacita

2. Untuk mengetahui perilaku anak asuh

3. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan sosial terhadap perilaku anak-anak asuh di Panti

Asuhan Kasih Sukacita.

Semua hal itu didapat dari hasil wawancara langsung dengan pengurus panti dan anak-anak asuh

yang ada di Panti Asuhan Kasih Sukacita.

      1.2.2  Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam perbaikan teori-teori dan model-model

pelayanan sosial sehingga dapat menjamin perkembangan psikis anak kearah yang lebih positif.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Panti Asuhan Kasih Sukacita Medan

            Panti Asuhan Kasih Sukacita adalah suatu panti asuhan yang bergerak dibidang amal dan

kesejahteraan sosial, mempunyai tanggungjawab sosial memberikan sosial pelayanan sosial

kepada anak-anak terlantar (yatim piatu, yatim, piatu, fakir miskin, broken home, terlantar dan

bencana alam) sebagai pengganti orangtua atau biasa disebut sebagai wali asuh dengan

memberikan pelayanan dan bimbingan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak

asuh sehingga memperoleh kesempatan luas, tepat dan memadai bagi perkembangan

kepribadiannya.

            Panti Asuhan ini berdiri sejak terjadinya bencana alam yang terjadi di Aceh yaitu saat

terjadinya Tsunami yang banyak memakan banyak korban yaitu pada tahun 2005. Pada saat itu

pendiri panti ini berinisiatif untuk mendirikan panti asuhan Kasih Sukacita guna menampung

anak-anak yang masih hidup yang kehilangan orangtuanya.

2.2. Tujuan, Peran, dan fungsi  Panti Asuhan Kasih Sukacita

                 2.2.1 Tujuan Panti Asuhan Sukacita

Tujuan panti asuhan anak yatim piatu ini adalah terbentuknya manusia yang

berkepribadian yang kristiani, ma        yang dan berdedikasi serta mempunyai keterampilan kerja

yang mampu menopang hidupnya dan hidup 

keluarganya.

       2.2.2 Peran Panti Asuhan Kasih Sukacita

  Adapun peran Panti Asuhan Kasih Sukacita adalah sebagai berikut:

a) Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak (penyantunan,

perlindungan, pengembangan, dan pencegahan penyimpangan tingkah laku

anak asuh);

b) Sebagai pusat data informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak

(Pengumpulan data), penelitian kasus (studi kasus), pemecahan masalah

(solving problem), dan penyebaran informasi.

c) Sebagai pusat pengembangan keterampilan.

     2.2.3 Fungsi Panti Asuhan Kasih Sukacita

Selain mempunyai tujuan dan peran sebagai salah satu Panti Asuhan, panti asuhan Kasih

Sukacita me        mempunyai fungsi, sesuai dengan sifat dan pelayanan, maka Panti Asuhan ini 

berfungsi :

a) Pemulihan

Mengembalikan kondisi fisik, mental dan sosial anak asuh pada kondisi yang semestinya

dimiliki                    oleh anak-anak pada umumnya

b) Perlindungan

Melindungi anak asuh dari gangguan fisik, mental dan sosial dari pengaruh luar.

c) Pembinaan

Membina anak asuh sesuai dengan tujuan dan pelayanan panti asuhan.

   d) Pengembangan

Mengembangkan sumber daya pada anak asuh untuk diarahkan kepada peningkatan

pemahaman 

ke kristenan, intelektualitas dan keterampilan sebagai bekal bagi kehidupan              kelak.

e) Pencegahan

Menghindari sebab – sebab yang dapat membawa anak asuh melakukan perbuatan

negatif.

2.3 Visi dan Misi Panti Asuhan Kasih Sukacita Medan

Panti Sosial anak asuh Kasih Sukacita memiliki Visi dan misi, yaitu:

     2.3.1 Visi

Menjauhkan umat Kristen dari jurang kegelapan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) dan juga meningkatkan iman kerohanian.

     2.3.2 Misi

a). Mengangkat harkat dan martabat anak-anak panti asuhan dengan bekal ilmu dan iman

kerohanian

b). Memberikan kesempatan bagi anak-anak panti asuhan agar mampu bersaing dengan anak-

anak biasa dalam segala bidang dengan kemampuan yang dimiliki anak-anak panti.

2.4  Instrumen Data Panti Sosial Anak Asuh Kasih Sukacita

      2.4.1 Lokasi Panti Asuhan Kasih Sukacita Medan

Lokasi penelitian dilakukan langsung di lokasi Panti Asuhan Kasih Sukacita di Dusun III

Penambungan, Desa Delitua Kecamatan Namorambe yang sekaligus satu-satunya panti asuhan

tunggal yang didirikan oleh pendirinya yaitu Bapak Mertua Timbangan Ginting.

Penempatan anak asuh di bagi 2 asrama, yaitu kamar asrama khusus untuk pria dan

kamar khusus untuk wanita.

      2.4.2 Keadaan Bangunan dan fasilitas Panti Asuhan Kasih Sukacita Medan

-         Status kepemilikan tanah Milik sendiri

-        Lokasi dan tempat panti cukup jauh dari permukiman warga sekitar sehingga ditempat panti itu

cukup hening dan suasananya cukup tenang karena tidak begitu banyak gangguan.

-          Panti Asuhan Kasih Sukacita memiliki yayasan gereja oikumene yang biasanya berkhotbah

setiap minggu adalah pendeta dari gereja GBI. Gereja oikumene tersebut terletak berdekatan

dengan panti hanya saja dibatasi oleh kebun kecil dan lokasinya berada pada ketinggian yang

cukup tinggi dari permukaan atau dataran sekitarnya.

-          Panti dikelilingi oleh tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang rindang

-          Panti memiliki lapangan bermain yang letaknya agak dibawah gereja oikumene. Lapangan

bermain itu biasa digunakan anak-anak panti untuk bermain bola kaki karena ukurannya cukup

luas meski tidak seluas lapangan bola kaki yang sesungguhnya.

-          Persis dibelakang panti ataupun gereja oikumene tersebut terdapat kebun yang biasanya diolah

dan kerjakan oleh anak-anak asuh. Kebun itu ditumbuhi oleh tumbuhan seperti papaya dan ubi

kayu juga ubi jalar.

-          Kamar mandi yang disediakan cukup lengkap sehingga tidak ada kendala yang berarti bagi

anak-anak panti untuk kebutuhan kamar mandi seperti keadaan air ataupun untuk mandi.

-          Tersedia televisi bagi anak-anak panti untuk menonton dikala waktu luang

    2.4.3 Daftar Pengurus Panti Asuhan Kasih Sukacita Medan

1.      Mertua Timbangan Ginting (Penanggung Jawab dan Pendiri)

2.      Mertua Hendri Parangin-angin (Pengawas)

3.      Nisma Sembiring, Sahta Karo Sekali, dan Minpin Bukit (Pembimbing)

4.      Mardiana Manurung (Bagian Dapur/Masak-memasak dan Nutrisi)

    2.4.4 Daftar anak asuh Panti Asuhan Kasih Sukacita Medan 

1.    Diana kelas VI SD (Nias)

2    2. Rio kelas V SD (Medan) 

            3. Anuar kelas IV SD (Nias)

4       4. Sahati kelas IV SD (Nias)

5       5. Hotniel kelas IV SD (Karo)

6       6. Yosi kelas I SD (Karo)

7       7. Meri kelas II SD (Nias)

          8. Yesima kelas IV SD (Nias)

9       9. Roni Siregar kelas IV SD (Tanah Batak)

1   10. Ferdinanta kelas III SD (Deli Tua)

.    11.  Paulina kelas II SMP (Nias)

1   12. Yariman kelas I SMP (Nias)

1   13. Frans kelas III SMP (Simalingkar B)

1   14. Geri kelas VI SD (Nias)

1   15.  Feri kelas VI SD (Simalingkar)

1   16.  Sukurman kelas VI SD (Nias)

1   17.  Soji kelas VI SD (Nias)

1   18.  Agustinus kelas VI SD (Nias)

1   19.  Mala kelas VI SD (Nias)

2   20.  Hanasiu kelas II SMP (Medan)

2   21.  Joni Siregar kelas VI SD (Sidikalang)

2   22.  Herman kelas I SMP (Nias)

Kurangnya ''Pengasuhan'' di Panti AsuhanTanggal: Thursday, 05 June 2008

Topik: Umum

Jakarta, 4 Juni 2008, Sebuah laporan baru yang diluncurkan oleh DEPSOS RI, Save the Children dan Unicef merupakan laporan komprehensif pertama mengenai kualitas pengasuhan di panti asuhan anak di Indonesia. Laporan "Seseorang yang Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia" merangkum asesmen mendalam dari 37 panti asuhan yang tersebar di 6 provinsi lengkap dengan analisis hukum dan kebijakan dalam konteks penyelenggaraan panti asuhan.

Diperoleh dari : Tata Sudrajat (Ketua Penelitian)

Jumlah panti asuhan di seluruh Indonesia diperkirakan antara 5.000 s.d 8.000 yang mengasuh sampai setengah juta anak, ini yang kemungkinan merupakan jumlah panti asuhan terbesar di seluruh dunia. Pemerintah Indonesia sendiri hanya memiliki dan menyelenggarakan sedikit dari panti asuhan tersebut, lebih dari 99% panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat, terutama organisasi keagamaan. Penelitian ini memberikan potret mendalam tentang situasi anak-anak dan pengasuhan yang mereka dapatkan di panti asuhan.

Makmur Sunusi, Phd, Direktur Jendral Pelayanan Sosial dan Rehabilitasi Sosial Depsos Rl mengatakan bahwa, "Indonesia telah mengakui secara jelas bahwa keluarga adalah lingkungan terbaik bagi anak-anak untuk tumbuh dan penelitian ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa kebutuhan anak-anak yang memerlukan pengasuhan alternative dipenuhi dengan profesionalitas dan pengasuhan yang berkualitas dan panti asuhan merupakan pilihan terakhir."

Penelitian ini menemukan bahwa, tidak seperti asumsi luas yang ada, hanya ada persentasi yang sangat kecil untuk anak-anak di panti asuhan yang benar-benar yatim piatu (6%) dan 90% di antaranya memiliki salah satu atau kedua orang tua. Kebanyakan anak-anak ditempatkan di panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami kesulitan ekonomi dan juga secara sosial dalam konteks tertentu, dengan tujuan untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan. Kenyataanya, kebanyakan panti asuhan tidak memberikan ''pengasuhan'' sama sekali, melainkan menyediakan akses pendidikan. Secara eksplisit, hal ini tertera dalam pendekatan pengasuhan, pelayanan yang diberikan, dan sumberdaya yang diberikan oleh panti asuhan.

Hampir tidak ada asesmen tentang adanya kebutuhan pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama, maupun selepas mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria seleksi anak-anak dan praktek rekrutmen sangat mirip di hampir semua panti asuhan yang diases dan mereka fokus kepada anak-anak usia sekolah, keluarga miskin, keluarga yang kurang beruntung dan yang terlalu tua ''untuk mengasuh sendiri''.

Kenyataannya, ''pengasuhan'' di panti asuhan ditemukan sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. Sekali

anak-anak memasuki panti asuhan, mereka diharapkan untuk tinggal di sana sampai lulus dari SMA kecuali mereka melahggar peraturan atau tidak berprestasi di sekolah.

Selama menempati panti asuhan, apapun selama 12 tahun, hubungan dengan keluarga cenderung sangat terbatas. Kebanyakan panti asuhan membolehkan anak-anak pulang ke rumah hanya sekali setahun pada hari raya, itupun kalau mereka menginginkannya. Kebanyakan tidak melakukan hal ini dan tim peneliti bertemu dengan anak-anak yang tidak pernah bertemu dengan keluarganya selama 9 tahun.

"Anak-anak berhak untuk tumbuh. dan berkembangan bersama keluarganya dan berhak mendapatkan pendidikan. Mereka dan juga keluarganya tidak boieh diminta memilih duo hak tersebut", tegas Direktur Save the Children, Stephen Morrow.

Meskipun pemerintah menyediakan dana yang substansial untuk semua panti asuhan yang terases, namun rendahnya standard minimum pengasuhan dan juga sistem lisensi panti asuhan menunjukkan bahwa dukungan ini tidak menghasilkan pengasuhan yang professional dan berkualitas.

Kurangnya staf secara umum, termasuk staf yang telah mendapatkan pelatihan professional, berarti bahwa anak-anak cenderung untuk melakukan sendiri hampir seluruh pengasuhan dan anak-anak yang lebih dewasa umumnya mengasuh di panti asuhan. Pada kenyataannya penelitian ini menemukan bahwa banyak panti asuhan yang tidak akan berfungsi tanpa kerja anak-anak.

Di sejumlah panti asuhan yang disurvey, anak-anak bekerja dan lebih lanjut dilakukan untuk mendukung ekonomi panti asuhan. Hal ini mendatangkan pertanyaan serius tentang apakah keberadaan panti asuhan ini diselenggarakan untuk anak-anak atau oleh anak-anak serta memunculkan pertanyaan serius tidak hanya segi etik dan praktek professional dna penghargaan terhadap hak-hak anak.

Penelitian ini menemukan bahwa ''pengasuhan'' dimengerti dalam konteks merespon masalah dan cenderung berhubungan dengan isu-isu disiplin, sehingga panti asuhan membuat peraturan yang cukup ketat dan hukuman fisik dan pelecehan banyak ditemukan. Hanya ada satu panti asuhan yang memiliki Kebijakan Perlinduangan Anak atau mekanisme untuk mengidentifikasi, mencegah, dan merespon kekerasan terhadap anak.

Penelitian ini memasukkan sejumlah rekomendasi untuk menanggapi kebutuhan mencegah penempatan anak di panti asuhan yang tidak perlu dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pengasuhan yang diberikan oleh panti asuhan-panti asuhan.

Secara khusus diharapan,

Adanya kebijakan pemerintah yang jelas untuk memperkuat pengasuhan berbasis keluarga untuk anak-anak yang rentan. Untuk anak-anak yang memerlukan pengasuhan dan perlindungan prioritas pengasuhan alternatif di keluarga besar atau di keluarga pengganti.

Departemen Sosial, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, dan instansi penting lainnya perlu bekerja bersama untuk memastikan bahwa keluarga-keluarga miskin dan rentan bisa mendapatkan bantuan langsung keuangan dan bentuk lain untuk menjamin pendidikan anak-anak mereka

Pengaturan yang jelas bagi panti asuhan harus dibentuk. Pengaturan tersebut harus mencakup standar-standar tentang pendirian panti asuhan, kualitas pelayanan yang harus disediakan, serta persyaratan operasional termasuk sistem perizinan (licensing).

Adanya sistem pengumpuian data yang efektif tentang anak yang tinggal di panti asuhan untuk memberikan informasi yang akurat tentang keadaan anak-anak di panti asuhan.

Mereview skema bantuan pemerintah ke panti asuhan termasuk sistem subsidi BBM untuk memastikan bahwa Ini tersedia bersama dengan bantuan teknis agar panti asuhan mampu menerapkan standar pengasuhan anak

MIFTAKHUNNAJAH

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pembangunan karakter dan jati diri bangsa merupakan cita-cita luhur yang harus

diwujudkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang terarah dan berkelanjutan. Penanaman

nilai-nilai akhlak, moral, dan budi pekerti seperti tertuang dalam Undang- undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional harus menjadi dasar

pijakan utama dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi sistem pendidikan nasional.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3).

Tujuan pendidikan nasional jelas telah metekkan dasar-dasar yang kuat dalam menopang

pembangunan karakter dan jati diri bangsa. Namun, penyelenggaraan pendidikan telah

mengalami degradasi yang sangat mengkhawatirkan, di mananilai- nilai kearifan lokal telah

terbungkus oleh kuatnya arus pendidikan global,kecerdasan pribadi intelektual menjadi ukuran

yang lebih dominan untuk menentukan keberhasilan dalam menempuh pendidikan, dan upaya

penyeragaman kemampuan telah membelenggu tumbuh dan berkembangnya keragaman

kemampuan sebagai pencerminan beragamnya kekayaan budaya bangsa. Akibatnya, menipisnya

tatakrama, etika, dan kreatifitas anak bangsa menjadi fenomena yang perlu mendapat perhatian

serius dalam menata pendidikan di masa yang akan datang. Oleh karena itu pendidikan budaya

dan karakter bangsa dipandang sebagai solusi cerdas untuk menghasilkan peserta didik yang

memiliki kepribadian unggul, berakhlak mulia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keindonesian

secara menyeluruh. Namun, hakekat pendidikan budaya dan karakter masih menyisahkan tanda

tanya yang begitu dalam, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pendidikan budaya dan karakter

itu? Mengapa pentingnya pendidikan budaya dan karakter, dan bagaimana

mengimplementasikan dalam konteks pendidikan? Sarasehan nasional tentang pengembangan

pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diselenggarakan pada tanggal 14 Januari 2010

diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaan tersebut atau paling tidak menjadi modal

kolektif bagi pengambil kebijakan untuk merumuskan sejumlah konsep dasar pendidikan budaya

dan karakter bangsa.

B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan ini adalah:

1.    Bagaimanakah latar belakang berdirinya pondok pesantren Al-Mumtaz?

2.    Bagaimana struktur organisasi dalam pondok pesantren tersebut?

3.    Bagaimana keadaan terkait dengan pembentukan karakter di pondok pesantren Al-Mumtaz?

C.    Tujuan

Makalah ini dirancang untuk mahasiswa program P. ADP mata kuliah Pendidikan Karakter yang

bertujuan untuk:

1.    Mengetahui latar belakang berdirinya pondok pesantren Al-Mumtaz.

2.    Mengetahui struktur organisasi dalam pondok pesantren tersebut.

3.    Mengetahui keadaan santriwan/ wati terkait dengan pembentukan karakter di pondok pesantren

Al-Mumtaz.

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Latar Belakang Berdirinya Panti Asuhan

Seiring dengan keberhasilan pembangunan serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi yang didorong oleh gencarnya arus informasi di era global ini, permasalahan sosial

menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Salah satu contoh yang sangat mudah

kita temui misalnya, meningkatnya jumlah anak jalanan yang nyata-nyata belum masuk dalam

usia peoduktif akhir-akhir ini. Bagi anak yang mengalami permasalahan sosial; terpaksa tidak

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, masa depan dan pendidikan mereka akan terancam,

padahal mereka adalah generasi penerus yang kita harapkan akan meneruskan estafet bangsa.

Untuk mengatasi permasalahan sosial itu diperlukan penanganan yang serius, profesional dan

terpadu; antara pemerintah, pekerja sosial dan masyarakat.

Maka dari itu, Bp. M. Khoeron S. Ag. Mempunyai ide untuk mendirikan pondok pesantren

Al-Mumtaz dan Panti Asuhan Miftahunnajah untuk menampung dan mendidik anak-anak yang

mempunyai kesulitan ekonomi tetapi mempunyai semangat tinggi untuk melanjutkan

pendidikannya. Panti asuhan MIFTAHUNNAJAH adalah salah satu lembaga sosial

kemasyarakatan yang bernaung di bawah Yayasan Al Mumtaz, Panti ini berdiri pada tanggal 07

juli 2007, yang berlokasi di desa Pranti Banguntapaan Bantul, Yoyakarta. Jumlah anak asuh saat

ini mencapai 28 yang terdiri dari 13 anak tinggal di asrama panti dan 15 anak tinggal diluar

asrama, dengan interval usia antara 7 sampai 20 tahun.

B.       Program Panti Asuhan

Seksi Program

Pendidikan

1.      Membuat Jadwal Muhadoroh (Mingguan)

2.      Membuat Absensi Diniyah ( Harian )

3.      Membuat Kelompok Belajar yang berlaku setelah jam

21.00 WIB ( Harian )

4.      Membuat Jadwal Kultum setelah ‘Isya (Harian)

         

Keagamaan

1.      Membaca  Al-Qur’an 1 hari 1 juz (Harian)

2.      Membuat  Jadwal  Muadzin (Harian)

3.      Membaca Surat Yasin & Tahlil setiap malam Jum’at

(Mingguan)

4.      Pelatihan Khutbah Jum’at  (Mingguan)

5.      Khataman Al-Qur’an (Bulanan)

6.      Mengadakan Pengajian ISMU setiap pertengahan bulan

(Bulanan)

   

Keamanan

1.      Membuat Buku Pelanggaran (Harian)

2.      Pulang minimal 2 minggu sekali harus ada izin (Mingguan)

3.      Mengecek asrama sebelum tidur (Harian)

4.      Menertibkan santri (Harian)

5.      Tidak boleh kembali ke asrama saat pelajaran (Harian)

     

Kesehatan

1.      Menyediakan kotak P3K (Harian)

2.      Mengadakan jalan-jalan/lari-lari di hari libur

3.      Mengurus surat izin ke Puskesmas

4.      Kerjasama program penyuluhan kesehatan dengan

puskesmas

Perlengkapan &

Perpustakaan

1.      Melengkapi perlengkapan yang dibutuhkan (Harian)

2.      Bertanggung jawab terhadap alat-alat di Pondok (Harian)

3.      Bertanggung jawab terhadap buku-buku perpustakaan

(Harian)

4.      Waktu membaca 24 jam (Putri: Senin, Selasa, Rabu. Putra:

Kamis, Jum’at, Sabtu)

Kebersihan

Keindahan

Kerapian

1.      Menjaga kebersihan di lingkungan sekitar,meliputi :

a.       Mengadakan pemeriksaan genangan air di lingkungan

sekitar

b.      Membersihkan kamar mandi & tempat wudlu (Harian)

c.       Ketika naik ke mushola sandal langsung dirapikan sendiri-

sendiri (Harian)

d.      Merapikan sandal jama’ah pengajian minggu pagi sesuai

piket (Mingguan)

2.      Mengadakan Pembakaran Sampah setiap    hari bagi santri

putri (Harian)

3.      Mengadakan kerja bakti 2 bulan sekali (Bulanan)

Sosial

1.      Iuran 2 Minggu sekali Rp 500,-

2.      Melakukan Baksos minimal 1 tahun sekali

3.      Refreshing (Study Tour)

C.      Pembentukan Karakter di Panti Asuhan

Jumlah anak panti asuhan sekitar 40 anak, yang terdiri dari MAN dan MTs. Mereka berasal

dari berbagai daerah di pulau jawa ini.kegiatan mereka di panti meliputi berwirausaha seperti

bersawah dan berkebun. Bersawah meliputi memanfaatkan lahan persawahan untuk menanam

padi,jagung, lombok, dan lain-lainnya untuk menambah pemasukan pantiasuhan.

Mengenai karakter anak pantiasuhan meliputi Ketepatan waktu dan kedisiplinann masih

kurang seperti bangun pagi untuk sholat tahajud Sering ngobrol sendiri saat diperingati oleh pak

ustadz dan pengurus lainnya. Akan tetapi jiwa pertemanan antar teman sangatlah erat sekali

karena disana anak-anaknya seperti keluarga sendiri meskipun bukan keluarga asli. Dan mereka

sangat sopan dan santun terhadap diri sendiri dan orang lain, contohnya ketika kami datang

kesana, kami disambut dengan baik bahkan kita yang kelabakan untuk membalas sambutan dari

mereka. Ketika bersalaman mereka menciumi satu demi satu tangan kami. Itu membuat kami

sangat merasa bahwa mereka sungguh mempunyai kepribadian yang sangat baik dan bagus. Rasa

peduli para santriwan dan santriwati tidak hanya terhadap sesama namun mereka juga peduli

terhadap lingkungan sekitar mereka. Kepedulian mereka terhadap lingkungan di wujudkan dalam

cara mereka menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan pondok. Seperti telah dijelaskan di

atas setiap hari para santriwan dan santriwati mempunyai tugas piket harian dan juga

mengadakan kerja bakti setiap dua bulan sekali. Kepedulian para santriwan dan santriwati juga di

wujudkan dalam bentuk bakti social yang diadakan satu tahun sekali. Rasa persatuan, kesatuan,

kebersamaan, terasa sekali di pondok pesantren ini. Kegiatan yang selalu dilakukan bersama

menumbuhkan rasa persaudaraan yang erat di antara mereka. Meski mereka mempunyai latar

belakang yang berbeda satu sama lain tidak melunturkan rasa persatuan dan kesatuan yang

mereka punya tetapi malah menjadikannya semakin kuat.

Mengenai masalah kedisiplinan, Mereka sangatlah disiplin. Disipln dalam dirinya sendiri

dan peraturan yang telah dibuat oleh panti. Bangun pagi, antri dalam mandi, makan. Dan

tanggung jawab kepada peerjaannya sendiri juga. Pelajaran yang paling nyata yang saya tangkap

dari pondok pesantren ini khususnya para santriwan dan santriwatinya adalah semangat mereka

dalam dunia pendidikan sangat tinggi. Keinginan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi sangat besar. Bukan hanya itu usaha yang dilakukan oleh para pengurus

untuk membantu mereka agar dapat meneruskan pendidikan mereka juga bisa di acungi jempol.

Para santriwan dan santriwati pondok pesantren ini tidak hanya di bekali ilmu exact tetapi juga

bekal ilmu agama yang membuat mereka mempunyai kepribadian yang berkarakter.

BAB III

PENUTUP

A.      Saran dan kritik

Menurut saya meski pondok pesantren memiliki banyak keunggulan namun saya rasa masih

ada yang perlu diperbaiki . Pertama kurangnya interaksi antara penghuni pondok pesantren

dengan lingkungan sekitar. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa interaksi dengan lingkungan

luar akan menimbulkan kekhawatiran akan dampak negative atau pengaruh negative dari luar

akan masuk ke lingkungan tersebut . Namun interaksi social sangat di butuhkan di kehidupan ini

kita sebagai makhluk social pasti selalu melakukan interaksi dengan sesama sebagai suatu

masyarakat.

Kurangnnya informasi yang mereka dapatkan. Tidak adanya alat komunikasi , media massa

maupun media elektronik menjadikan mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Isu dan

berita apa yang sedang hangat beredar saat ini. Mereka kurang bisa  mengikuti teknologi yang

telah berkembang saat ini. Padahal di jaman globalisasi saat ini kemampuan menggunakan ilmu

dan teknologi sangat penting.

B.       Action Plan

Program yang mungkin dapat mensukseskan penerapan pendidikan karakter ke dalam

pendidikan formal adalah dengan cara mangkombinasikan system pendidikan pondok pesantren

yang disiplin dan teratur dengan system pendidikan yang kita anut sekarang. Sistem pendidikan

saat ini yang lebih mementingkan unsur material akan dapat seimbang jika juga dapat membekali

para peserta didik dengan ilmu agama yang kuat serta moral yang baik. Di kemudian hari akan

terbentuk manusia yang tidak hanya sekedar cerdas namun juga berkepripadian yang berkarakter.

Untuk action plan yang saya dan teman teman rencanakan untuk Pesantren Al mumtaz

adalah sebagai berikut: 

      Karena keterampilan santriwan dan santriwati dalam menguasai teknologi komputer kami rasa

kurang memadai maka kami berinisiatif mengadakan pelatihan komputer untuk para santriwan

dan santriwati.

      Karena minimnya informasi yang didapat oleh para santriwan dan santriwati kami akan mencoba

memberi saran kepada para pengurus pondok pesantren untuk memperhatikan masalah tersebut

minimal para santriwan maupun santriwati di berikan fasilitas untuk mengunakan media massa

seperti koran .

Pengertian Panti AsuhanMay. 10 Artikel no comments

Panti asuhan merupakan sebuah lembaga yang menampung anak-anak yatim, dan anak-anak terlantar baik itu dikelola secara mandiri (swasta) maupun pemerintah, dimana anak-anak tersebut dididik dan dikembangkan potensi yang mereka miliki untuk bekal mereka mengarungi bekal hidup.

Sebenarnya untuk masalah anak-anak terlantar Negara mempunyai tanggung jawab dalam mengurusnya seperti yang tertuang dalam UUD 1945, pasal 34 disebutkan bahwa “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara” namun buruk kinerja pemerintah sekarang ini seolah-olah Negara tidak cuci tangan dalam mengurusi masalah panti asuhan tersebut, yang kini masalah panti asuhan lebih didominasi oleh pihak yayasan yang berdikari dalam mencari dana.

Untuk criteria dan katagori umur yang berhak untuk masuk kedalam pengertian panti asuhan itu sendiri sebernarnya tergantung kebijakan dari pengelola panti asuhan itu sendiri ada yang menghuni panti semenjak dilahirkan ada pula sudah besar baru masuk panti asuhan, namun rata-rata yang masuk dalam pengertian panti asuhan ini adalah mereka : Anak-anak yatim dan anak terlantardengan kisaran umur 5-16 tahun.

Mereka Anak-anak yatim dan anak terlantar yang hidupnya di jalanan, yakni anak yang telah putus hubungan dengan orang tuanya dan tidak sekolahterlebih bagi mereka yang anak yatim yang keluarganya tidak mampu. Anak yatim bekerja di jalanan, yakni anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, baik yang masih sekolah maupun yang tidak sekolah. Anak-anak yang walaupun tinggal sama orang tuanya namun sudahmencari nafkah di jalanan yang bukan tidak mungkin mereka akan putus sekolah.

12BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, menjaga dan meberikan bimbingan kepada anak agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat di kemudian hari (Santoso, 2005) Panti asuhan merupakan salah satulembaga perlindungan anak yang berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak (pedoman perlindungan anak, 1999). Pada umumnya, panti asuhan di kota-kota besar mencoba berusaha mengatasi permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi pada anak dimana panti asuhan tersebut menampung anak-anak yang mengalami berbagai permasalahan (Muchti, 2000). Menurut Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang perlindungan anak (2002), Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 pasal 2 ayat 1, tampak jelas terlihat bahwa setiap anak berhak untuk mendapat kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang wajar. Universitas Sumatera Utara13Penghuni panti asuhan bukan saja anak-anak, tetapimulai dari anak-anak hingga dewasa. Penghuni panti asuhan tersebut adalah orang-orang yang mengalami berbagai permasalahan sosial(Muchti, 2000). Sensus penduduk yang dilakukan pemerintah pada tahun 2004 tercatat sebanyak 5,2 juta anak yang mengalami permasalahan sosial dan sebagian besar adalah remaja. Masa remaja merupakan masa transi

si atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini, individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalahperubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehinggamencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai juga dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu, remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Agustiani, 2006). Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan, seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remajadituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutamakebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, remaja memperluas Universitas Sumatera Utara14lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain (Agustiani, 2006). Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai inidividu yang

unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi,minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya ini mendorong remaja untuk berperan dan berhubungan dengan lebih akrab terhadap sekitarnya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat (Hutagaol, 2008). Menurut Rumini (2004), remaja sebagaimana warga masyarakat pada umumnya juga harus mengadakan penyesuaian diri. Perubahan yang terjadi pada diri remaja, juga menuntut individu untuk melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dipengaruhi oleh sifat/pribadi yang dimiliki. Setiap individu secara herediter telah memiliki potensiyang khas namun sepanjang kehidupan terus mengalami perkembangan. Calhoun (1999) juga menuliskan bahwa semua orang yang hidup pasti menghadapi perubahan-perubahan dalam hidup, untuk itu dibutuhkan penyesuaian diri. Menurut Gunarsa (dalam Sobur, 2003), penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Remaja akan berusaha untuk menyesuaikan diri untuk dapat diterima oleh kelompoknya. Agar dapat diterima oleh kelompoknya, remaja akan mencontoh gaya bahasa, pakaian dan tingkah laku kelompok dan remaja juga akan membentuk peraturan-peraturan kelompok yang melarang masuk siapa saja yang tidak termasuk kelompoknya (Djiwandono,2002). Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi Universitas Sumatera Utara15hubungan yang lebih sesuai antara diriindividu dengan lingkungannya. Atas pengertian ini, dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya (Mu’tadin, 2002). Remaja yang tinggal di panti asuhan akan mengalami kesulitan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan di luar panti asuhannya dan cenderung

melakukan penyesuaian diri yang salah. Hal tersebut dikarenakan setiap harinya remaja tersebut berinteraksi dengan sesama anak asuh yang sama-sama memiliki permasalahan, dan anak asuh menganggap dirinya berbeda dengan anak-anak yang tidak tinggal di panti asuhan (Lukman, 2000). Menurut Sja’roni (2008), kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan remaja sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu bisa menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif. Dalam perkembangan yang lebih ekstrim, hal itu bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, sampai tindakan kekerasan. Sedangkan menurut Nu’man (1991), remaja yang mampu menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya mempunyai ciri-ciri antara lain suka bekerjasama dengan orang lain, simpati, mudah akrab, disiplin dan lain-lain. Sebaliknya bagi remaja yang tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain atau lingkungannya mempunyai ciri-ciri; suka menonjolkan diri, menipu, suka bermusuhan, egoistik, merendahkan orang lain, buruk sangka dan sebagainya. Penyesuaian diri yang Universitas Sumatera Utara16salah yang terjadi pada remaja yang sedang duduk dibangku sekolah adalah menyontek, bolos, dan melanggar peraturan sekolah. Menurut peneliti, konsep diri merupakan bagian dari kepribadian. Kepribadian merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri. Remaja yang lebih mampu menyesuaikan diri memiliki konsep diri yang positif, sedangkan remaja yang kurang mampu menyesuaikan memiliki konsep diri yang negatif. Apabila remaja mampu menyesuaikan diri, maka remaja tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan lingkungannya (Partosuwido, 1993). Dalam perkembangan kepribadian re

maja mempunyai arti yang khusus. Dikatakan demikian karena remaja tidak memiliki tempat yang jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang (Monks, Knoers, & Haditono, 1999). Oleh karena itu, agar remaja menjadi seseorang yang berhasil dalam kepribadiannya, maka remaja harus banyak belajar untuk dapat memperoleh tempat di masyarakat. Tetapi banyak remaja yang tidak berhasil dalam kepribadiannya. Hal tersebutdapat disebabkan faktor ekonomi, ditinggal orang tua karena meninggal ataupun permasalahan keluarga sehingga remaja mengalami permasalahan-permasalahan sosial (Hurlock, 1999). Oleh sebab itu, panti asuhan mencoba untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh remaja tersebut. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh remaja selama tinggal di panti asuhan akan berpengaruh terhadap penilaian mengenai dirinya. Penilaian yang dimiliki oleh remaja akan menentukan bagaimana ia akan bertindak, karena penilaian seseorang mengenai dirinya adalah konsep diri (Calhoun & Acocella, Universitas Sumatera Utara171990). Akibat sedikitnya perhatian yang diberikan oleh ibu dan bapak pengasuh, maka penilaian remaja terhadap dirinya sendiri cenderung dipengaruhi oleh pergaulan teman seasramanya, yang disebabkan karena seringnya remaja tersebut melakukan kegiatan secara bersama-sama di panti asuhan. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dariperubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situ

asi sesaat (Rini, 2002). Coleman (dalam Burns, 1993) mengatakan bahwa konsep diri yang dimiliki individu relatif stabil sepanjang masa keremajaan. Hurlock (1999) mengatakan bahwa konsep diri bertambah stabil pada periode masa remaja. Konsep diri yang stabil sangat penting bagiremaja karena hal tersebut merupakan salah satu bukti keberhasilan padaremaja dalam usaha memperbaiki kepribadiannya. Selain itu, konsep diri menjadi penting bagi masa remaja karena pada masa ini tubuh remaja berubah secara mendadak sehingga dapat mengubah pengetahuan tentang diri dan juga pada masa ini merupakan saat dimana individu harus mengambil keputusan mengenai kepribadiannya dalam rangka mengatasi berbagai pernyataan (Hardy & Hayes, 1988). Universitas Sumatera Utara18Konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku individu. Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut sepanjang kehidupan manusia. Persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif (Agustiani, 2006). Menurut Lukman (2000), remaja panti asuhan berpotensi untuk memiliki konsep diri yang negatif karena adanyapengaruh negatif yang berasal dari lingkungan asrama, yaitu pergaulan antar sesama anak asuh. Pengaruh dari lingkungan teman seasrama kemungkinan menyebabkan sebagian remaja kurang dapat menempatkan diri dalam pergaulan. Selain itu, anak asuh memiliki konsep diri yang cenderung negatif karena keberadaannya di panti asuhan dapat menjadikan penghambat terbesar dalam perkembangan konsep diri anak asuh dan anak asuh panti asuhan telah mendapat label anak-anak yang perlu dikasihani. Artinya, label yang muncul secara internal dan juga didukung oleh pandangan lingkungan sosialnya menjadikananak asuh harus tarik ul

ur dalam menilai dirinya sendiri. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, dapat dilihat bahwa konsep diri berpengaruh terhadap penyesuaian remaja penghuni panti asuhan. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap penyesuaian diri remaja penghuni panti asuhan. Universitas Sumatera Utara19B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap penyesuaian diri pada remaja penghuni panti asuhan? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap penyesuaian diri pada remaja pada remaja penghuni panti asuhan. D. MANFAAT PENELITIAN 1.Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu psikologi, khususnyapsikologi pekembangan, terutama mengenai pengaruh konsep diri terhadap penyesuaian diri pada remaja penghuni panti asuhan. 2.Manfaat praktis a.Memberikan tambahan informasi pada Bapak/ Ibu Pengasuh mengenai pengaruh konsep diri dalam membantupenyesuaian diri remaja, sehingga panti asuhan diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih kepada anak asuhnya, khususnya remaja. Universitas Sumatera Utara

20b.Memberikan tambahan informasi pada masyarakat dalam mendukung remaja penghuni panti asuhan agar memiliki penyesuaian diri yang baik dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat lebih memperhatikan kesejahteraan remaja penghuni panti asuhan. c.Memberikan tambahan informasi bagi remaja tentang pentingnya konsep diri dalam membantu penyesuaian diri remaja. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan berisikan intisari dari:Bab I: Pendahuluan Berisi uraian singkat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan permasalahan penelitian, terdiri dariteori-teori tentang perilaku agresi, emosi dasar negatif dan remaja, serta hipotesa penelitian. Bab III: Metode Penelitian Berisi tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, daya beda aitem, validitas dan reliabilitas, prosedur penelitian serta metode analisa data. Bab IV: Analisa Data dan Pembahasan Universitas Sumatera Utara21Berisi tentang gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan deskripsi data penelitian. Bab V : Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan penelitiandan saran praktis sesuai hasil dan masalah penelitian. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKASumber BukuAlbert , dkk.2009. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1. PT BPK Gunung Mulia : Jakarta.Albert , dkk.2009. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2. PT BPK Gunung Mulia : Jakarta.Arsad , Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN : Yogyakarta.Arsad , Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN : Yogyakarta.Djamali, Abdoel R, SH. 1993.Pengantar hukum Indonesia.Raja Grafindo Persada PT:Jakarta. Fauzi, Noer. 2003. Radikalisasi perlawanan petani era orba.IKHRIS : Jakarta.Hidayat , Syarif.2007. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat : Sebuah rekonstruksi konsep community basec development.PT PustaQuantum : Jakarta.Iskandar , Jusman.1989. Pengembangan Masyarakat.STKSPRESS : Bandung.Jones , Charles. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. PT Raja Grapindo Persada : Jakarta.Koenjaraningrat. 1986. Masalah Perencanaan dalam Metode Penelitian Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta.Koentjjaranningrat.1979. Metode – Metode Penelitian Masyarakat.

Gramedia : Jakarta.Kartasasmita , Ginanjar , dkk. 2005. Pembaharuan dan Pemberdayaan. Ikatan Alumni ITB.Korten , David. 2002. Menuju Abad ke – 21 : Tindakan Sukarela dan Agenda Global.Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.Koesnoe.1979. Catatan-Catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa Ini.Airlangga University Press.Mahadi.1991. Uraian Singkat Tentang Hukum Adat. Alumni:Bandung.Nawawi , Hadar. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. PT Refika Aditama : Jakarta.Universitas Sumatera UtaraSirait , Martin.1990. Perencanaan dan Evaluasi. Bumi Aksara : Jakarta.Silalahi , Uber. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT Refika Aditama: Jakarta.Singarimbun , Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3S : Jakarta.Soehartono , Irawan.2004. Metode Penelitian Sosial.PT Remaja Rosdakarya: Jakarta.Soekamto ,Soerjono, Prof, SH, MA, Purbocaroko Purnadi. 1993. Perihal Kaedah Hukum.Citra Aditya Bakti PT: Bandung.Soetomo.1995. Masalah Sosial dan Pembangunan.Pt Dunia Pustaka: Jakarta.Suryabrata , Sumadi. 1994. Metodologi Penelitian

.PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.Susantyo,Bahdrun. 2008. Community development dalam pekerjaan sosial. STKSPRESS: Bandung.Suradi.2002. Selintas : Pengembangan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Teknologi Pengembangan Masyarakat.LPM STKSPRESS : Bandung.Suharmini. 2004. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktek.Rineka Cipta : Jakarta.Suharto , Edi.2005. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Alfabeta : Bandung.Suharto , edi. 2009.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama: Bandung.Tarsito. 2001. Pengantar Hukum Adat Indonesia Edisi II.Yudistira : Bandung.Tim Dosen UI.2009. Buku A Pengantar hukum Indonesia. CollegePRESS : Jakarta.Todaro , Michael.1978. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga.Balai Aksara : Jakarta.Roem Toamtipasang, Mansour Fakih, Toto Raharjo . 2001.Merubah Kebijakan Publik.Pustaka Pelajar: Bandung.Tesoriero , Frank.2008. Community Development. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.Universitas Sumatera UtaraSumber Artikel , Arsip , Jurnal , dan sebagainyaArsip AGRA berjudul “UU Pokok Agraria (UU PA)”dimiliki sejak tahun 2006. Arsip GEMAPRODEM berjudul

“Teori ekonomi leninis”. Dimiliki sejak tahun 2007.Arsip JCW berupa dokumentasi persengketaanlahan dan materi advokasi dimiliki sejak 7 agustus 2006. Arsip FMN (Front Mahasiswa Nasional) “Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia (MIRI)”.Arsip FORMADAS berupa dokumentasi kasus petani persil IV tungkusan diterima sejak tanggal 28 Januari 2011.Arsip GEMAPRODEM (Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi) tahun terbit 2003.Arsip Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EW LMND SUMUT) dimiliki sejak 2007.Arsip SMAPUR berupa kronologis sengketa tanah persil. Diterima sejak 28 januari 2011.Arsip SPI (Serikat Petani Indonesia) dalam Makalah dengan judul Sebuah Pendekatan dalam Penanganan Kasus Tanah.Dipresentasikan dalam Sekolah HAM di Aula Fisip USU tertanggal 17-18 Maret 2011.Arsip Pengurus Pusat Serikat Tani Nasional (PP STN) dimiliki sejak 2011.Arsip Partai Rakyat Demokratik (PRD) SUMUT dimiliki sejak 2011.Elbiando Lumban Gaol, pada sesi diskusi tematis gemaprodem dalam materi pengantar advokasi di Sekretariat gemaprodem , 14 agustus 2006. Universitas Sumatera UtaraJurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial . 2006. “Pemberdayaan Komunitas”. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.Jurnal LATEN GEMAPRODEM , edisi 2003-2005. Jurnal SPARTAN (PRD,LMND,SRMI,STN,JAKER,FNPBI) diterbitkan tahun 2008.Kelompok Pelita Sosial (KPS) ,makalah diskusi kelompok-

kelompok tani Serdang Berdagai. Dimiliki sejak 2007.Makalah Campus Concern (CC) Medan , dimiliki sejak 2010.Makalah HMI Komisariat FISIP USU , dimiliki sejak 2011.Makalah Kelompok Diskusi dan Aksi Sosial (KDAS) , dimiliki sejak2007. Yusuf Effendi , pada sesi materi Advokasi dan Manajemen Aksi dalam PKD PMII Komisariat Gadjah Mada di PP Sunan Pandan Aran, 18-20 April 2008.Sumber InternetPius Rengka / Pos Kupang.com diposting pada 22 September 2010www.sumut.bps.go.iddiakses tanggal 3 Januari 2011 jam 23 : 19 WIBwww.indoskripsi.comdiaksestanggal 4 januari 2011 , jam 11:00 WIBhttp://bantuanhukum.info/?page=detail&cat=B16&sub=B1601&prod=B160101&t=3&ty=2diaksestanggal 4 januari 2011 , jam 11:10 WIBhttp://penghunilangit.blogspot.com/2005/08/strategi-advokasi.htmldiaksestanggal 4 januari 2011 , jam 11:20 WIBUniversitas Sumatera Utara