bab i
DESCRIPTION
PKNTRANSCRIPT
Yudi Ariana
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep-/2006,
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan ke dalam visi,
misi, serta kompetensi :
Visi :
merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan
penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
Misi :
membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten
mampu mewujudkan rasa kebangsaan dalam menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rasa
tanggung jawab dan bermoral
Kompetensi :
menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air, demokratis, berkeadaban dan menjadi warga negara yang memiliki
daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan
yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila
.
KOMPETENSI DASAR
Civic Knowledge Kemampuan dan kecakapan penguasaan pengetahuan yang terkait materi PKn
Civic Attitude Kemampuan dan kecakapan sikap kewarganegaraan
(pengakuan kesetaraan, kepekaan sosial, kebersamaan)
Civic Skills Kemampuan dan kecakapan mengartikulasikan kewarganegaraan
(kemampuan berpartisipasi dalam penyelenggaraan demokrasi dan kebijakan
publik)
Landasan Hukum
1. UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan
aspirasi Bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya)
b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum dan
pemerintahan
c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban warganegara dalam upaya bela negara
d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban warganegara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara
e. Pasal 31 (1), hak Warga Negara mendapatkan pendidikan
2. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
3. Undang-undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 tahun 1988)
4. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. Surat keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Dasar Pemikiran
Pendidikan Kewarganegaraan
Arah, fungsi, tujuan, prinsip Pendidikan Nasional
Arah :
Pendidikan Nasional diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta
harkat martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berkualitas mandiri serta
sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta
dapat memenuhi kebutuhan Pembangunan Nasional dan bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa. (S. Sumarsono dalam Pendidikan
Kewarganegaraan, Subhan Sofhian).
Fungsi dan tujuan :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU N0. 20/2003)
Prinsip :
Pendidikan diselenggarakan secara demokratisdan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural dan kemajemukan bangsa.
Implementasi dari arah, fungsi, tujuan, dan prinsip pendidikan nasional tersebut
yakni melalui mata kuliah Pendidikan kewarganegaraan
Obyek Pembahasan
Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006,
substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup :
1. Filsafat Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Negara dan Konstitusi
4. Demokrasi Indonesia
5. Rule of Law dan Hak Asasi Manusia
6. Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia
BAB I
IDENTITAS NASIONAL
IDENTITAS NASIONAL
Pengertian :
Identitas – Identity :
Ciri, tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu
sehingga membedakan dengan yang lain.
Nasional – nation : bangsa
Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan, menunjuk pada kelompok-
kelompok persekutuan hidup manusia yang lebih besar dari sekedar
pengelompokkan berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa, dsb.
Identitas Nasional
Seperangkat ciri, tanda, atau jati diri yang dimiliki oleh sebuah
nation/bangsa sehingga bisa membedakan bangsa itu dengan bangsa
lain (identitas nasional = identitas kebangsaan)
Manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan
dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa
lain dalam hidup dan kehidupannya (Wibisono Koento dalam Syahrial
Syarbani, 2009:64)
(Chamim dalam Tukiran Taniredja, 2009:150)
beradab, berbudaya, beretika, sopan santun, ramah tamah
Identitas Nasional
kepribadian nasional/jatidiri nasional yang diadopsi dari nilai-nilai
budaya dan nilai-nilai agama yang diyakini kebenarannya
Unsur-Unsur Identitas Nasional
Identitas nasional merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu
merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas yaitu :
1. Suku Bangsa , golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin
2. Agama
3. Kebudayaan, pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat/model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau
pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi
4. Bahasa, sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur
bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi
antar manusia
Dari unsur-unsur Identitas Nasional dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian :
1. Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa,
Dasar Negara, dan Ideologi Negara
2. Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya,
Bahasa Indonesia, lambang Negara, Bendera Negara, Lagu kebangsaan
“Indonesia Raya”
3. Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama serta kepercayaan
(agama)
Hakikat Identitas Nasional Indonesia sebagai bangsa di dalam hidup dan
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam penataan kehidupan .
(Syahrial Syarbani, 2009:67, 68)
Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional
Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau jaman yan ditandai dengan
perubahan tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga interaksi manusia menjadi sempit, dunia tanpa ruang.
(Syahrial Syarbani, 2009:64)
Lunturnya tata nilai yang merupakan jati diri bangsa Indonesia akibat adanya era
globalisasi ditandai oleh 2 faktor :
1. Semakin menonjolnya sikap individualistis
2. Semakin menonjolnya sikap materialistis, harkat dan martabat kemanusiaan
hanya diukur dari keberhasilan dalam memperoleh kekayaan (tidak
dipersoalkan bagaimana cara memperolehnya)
A. NASIONALISME
1. Pengertian
“Suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan yang tertinggi harus
diserahkan pada negara kebangsaan”
2. Kemunculan Nasionalisme di Indonesia
Sejarah perjuangan bangsa dalam melawan penjajahan terbagi dalam 2
masa :
a. Sebelum 1908
Ciri : bersifat lokal, kedaerahan
Mark Juergensmeyer
Nasionalisme adalah gagasan bahwa individu secara ilmiah
terikat dengan orang-orang dan tanah kelahirannya secara turun
temurun dalam suatu sistem ekonomi politik tertentu yang
diidentifikasi dengan negara-bangsa
b. Setelah 1908
Ciri : bersifat nasional atau kebangsaan
Faktor dari dalam (internal)
- Kenangan kejayaan pada masa lampau kerajaan Majapahit dan
Sriwijaya
- Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan
kesengsaraan masa penjajahan
- Munculnya golongan cendekiawan
- Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial
ekonomi, dan kebudayaan
Faktor dari luar (eksternal)
- Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)
- Gerakan nasionalis rakyat Cina
- Pergerakan kebangsaan India
Bangkitnya kesadaran kebangsaan di Indonesia ditandai dengan
munculnya organisasi-organisasi pergerakan sbb :
1) Budi Utomo – 20 Mei 1908, Sosial dan Budaya, dr. Wahidin
Sudirohusodo dan dr. Sutomo
2) Sarikat Islam – 1911, ekonomi, peningkatan ekonomi umat Islam di
Indonesia
3) Indische Partij (IP) – 1912, politik, Douwes Dekker, Soewardi
Soerjaningrat, dr. Ciptomangunkusumo, mencapai kemerdekaan
Indonesia
4) Perhimpunan Indonesia (PI) – 1924, politik, Mohammad Hatta
memperoleh pemerintahan di Indonesia yang bertanggung jawab
kepada rakyat Indonesia
5) Partai Nasional Indonesia (PNI), 1927, Ir. Sukarno
6) Jong Java, Jong Celebes, NU, Muhammadiyah, dsb
Tahap-tahap Perkembangan Nasionalisme di Indonesia
1) Masa Perintis – 20 Mei 1908, Budi Utomo
2) Masa Penegas – 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda
3) Masa Pencoba – 1938, GAPI (Gabungan Politik Indonesia),
usulan Indonesia berparlemen
4) Masa Pendobrak – 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan
B. NEGARA BANGSA INDONESIA
1. Hakikat negara-bangsa (nation-state)
Negara bangsa adalah sebuah bangsa yang memiliki bangunan politik
(political building) , ketentuan-ketentuan perbatasan teritorial,
pemerintahan yang sah, dan adanya pengakuan dari luar negeri.
(isyarat dari unsur-unsur negara) (Subhan Sofhian, 2011:19).
Otoritas negara meliputi dan mengatur secara keseluruhan bangsa-
bangsa (suku bangsa) tersebut yang ada dalam wilayah teritorialnya.
2. Indonesia sebagai nation-state
Harapan : keinginan hidup bersatu sebagai satu keluarga bangsa
karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan karena berasal dalam
ikatan wilayah atau wilayah yang sama
Hakikat NKRI : negara kebangsaan modern
Rakyat atau bangsa sebagai unsur mutlak pembentuk negara dapat dikategorikan
dalam berbagai kelompok di antaranya :
1. Dari segi adat istiadat dan bahasa - kelompok suku bangsa, misalnya : bangsa
Jawa, Arab, dan suku bangsa Eropa.
2. Berdasarkan ciri fisik biologis manusia, dikelompokkan menjadi beberapa ras,
Mongoloid, Eropa, Arab, Melayu.
3. Menurut Imam kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agama Islam,
Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu, Budha.
4. Berdasarkan hukum (yuridis) formal manusia dikelompokkan ke dalam kategori
warga negara dan bukan warga negara.
(Ramlan Surbakti dalam Taniredja, 2009:)
C. PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA
INDONESIA
1. Proses Berbangsa Indonesia
Hakikat bangsa :
a. Bangsa dalam arti Sosiologis Antropologis
Persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-
masing anggota persekutuan tersebut merasa satu kesatuan ras,
bahasa, agama, dan adat istiadat (ikatan primordial, disatukan oleh
budaya/cultural unity).
Unsur pembentuk bangsa : persamaan ras, bahasa, budaya, daerah,
dan agama
b. Bangsa dalam arti Politis
Suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk
pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar
dan ke dalam.
Bangsa Indonesia (dalam arti politis) memiliki banyak bangsa di
dalamnya (sosiologis antropologis)
Golongan orang-orang (keluarga) keturunan Kesamaan ciri-ciri fisik biologis :
warna kulit
bentuk wajah
bentuk rambut
perawakan
BANGSA
SUKU BANGSA
(ethnic group) RAS
Definisi Bangsa
Ernest Renan (1823-1892)
“Bangsa adalah satu jiwa yang melekat pada sekelompok manusia yang
merasa dirinya bersatu, karena mempunyai nasib dan penderitaan yang
sama pada masa lampau dan mempunyai cita-cita yang sama tentang masa
depan”
Rothenbucher
“Bangsa adalah segolongan manusia yang mempunyai perasaan termasuk
dalam golongan yang sama (Gefuhlgmeinschaft)”
(Subhan Sofhian, 2011:14)
INDONESIA
INDONESIA
Proses Pembentukan Bangsa-Negara
a. Model Ortodoks, bangsa – negara
melahirkan negara yang relatif homogen - bangsa Yahudi, negara
Israel
b. Model Mutakhir, negara – penduduk negara dari sekumpulan
suku-suku bangsa dan ras (heterogen - Amerika)
Perbedaan model Ortodoks dan Mutakhir :
a. Ada tidaknya perubahan unsur dalam pengelompokkan
masyarakat
b. Lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan
negara - bangsa
c. Kesadaran politik masyarakatnya
d. Derajat pentingnya partisipasi politik dan rezim politik
(Ramlan Surbakti dalam Subhan Sofhian)
Ortodoks Mutakhir
1. Tidak mengalami perubahan
unsur dalam masyarakat, satu
bangsa membentuk satu negara
2. Waktu singkat, membentuk
struktur pemerintahan
3. Kesadaran politik muncul setelah
terbentuknya bangsa-negara
4. Partisipasi politik dan rezim
politik dianggap sebagai bagian
terpisah dari proses integrasi
nasional
1. Mengalami perubahan unsur, dari
banyak suku bangsa menjadi satu
bangsa
2. Waktu lama, kesepakatan tentang
identitas kultural baru
3. Kesadaran politik muncul
mendahului/menjadi kondisi awal
terbentuknya bangsa-negara
4. Partisipasi politik dan rezim
politik merupakan hal yang tak
terpisahkan dari proses integrasi
nasional
2. Proses Bernegara Indonesia
Menurut Ir. Sukarno, bangsa Indonesia adalah seluruh manusia yang
menurut wilayahnya telah ditentukan untuk tinggal secara bersama di
wilayah nusantara dari ujung Barat (Sabang) sampai ujung Timur
(Merauke) yang memiliki “Le desir d’etre ensemble” (kesatuan
kehendak) dan “Charakter Gemeinschaft” (karakter yang sama
karena persatuan nasib) yang telah menjadi satu (Winarno, 2007:42)
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia, sbb :
a. Adanya persamaan nasib, penderitaan bersama di bawah penjajahan
bangsa asing
b. Adanya keinginan bersama untuk merdeka
c. Adanya kesatuan tempat tinggal
d. Adanya cita-cita bersama mencapai kemakmuran dan keadilan
sebagai suatu bangsa
Bangsa ≠ Negara
Bangsa : persekutuan hidup
Negara : organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia
Menurut KBBI, negara mempunyai dua pengertian :
Pertama, negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya
Kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan
pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat
sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Negara bangsa Indonesia terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1945
(revolusi integratifnya bangsa Indonesia)
Secara teoritis, proses terbentuknya negara bangsa Indonesia
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sbb :
a. Adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan
dirinya
b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan
c. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh
bangsa Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama serta
kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa
d. Negara Indonesia perlu menyusun alat kelengkapan negara
Tujuan Negara Indonesia, tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD
1945 :
a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
b. memajukan kesejahteraan umum;
c. mencerdaskan kehidupan bangsa;
d. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Faktor Pembentukan Identitas Bersama
a. Primordial
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan suku bangsa,
daerah asal (homeland), bahasa, dan adat istiadat
(bangsa Yahudi, negara Israel)
b. Sakral
Dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk atau ideologi doktriner
yang diakui oleh masyarakat ybs.
(Agama Katolik memebentuk beberapa negara di Amerika Latin, Uni
Soviet diikat ideologi komunis)
c. Tokoh
Kepemimpinan dari tokoh yang disegani dan dohormati masyakarakat
(Mahatma Gandhi)
D. KARAKTERISITIK IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
F a k t o r P e m b e n t u k a n I d e n t i t a s B e r s a m a
d. Bhineka Tunggal Ika
Unity in diversity, kesediaan warga bangsa untuk bersatu dalam
perbedaan. Warga bangsa mempunyai kesetiaan ganda
(multiloyalities)
e. Sejarah
Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu
f. Perkembangan ekonomi
Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat, semakin
saling bergantung di antara jenis pekerjaan
g. Kelembagaan
Lembaga pemerintah dan politik seperti partai politik, angkatan
bersenjata, pengadilan, birokrasi yang melayani dan mempertemukan
warga tanpa membeda-bedakan asal-usul dan golongannya dalam
masyarakat
2. Identitas political unity atau identitas kebangsaan
political unity bangsa dalam arti politis
Negara dapat terbentuk karena kesamaan primordial, namun dewasa
ini negara yang terbentuk umumnya bersifat heterogen, negara baru
perlu membentuk identitas baru untuk bangsanya, yakni identitas
kebangsaan atau identitas nasional yang bersifat buatan, sekunder,
etis, dan nasional.
1. Identitas cultural unity atau identitas kesukubangsaan
cultural unity bangsa dalam arti sosiologis antropologis
disatukan oleh kesamaan : suku, ras, agama, adat dan budaya,
keturunan (darah) dan daerah asal (homeland)
Identitas yang dimiliki sebuah cultural unity bersifat askriptif (sudah
ada sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan), primer, dan etnik.
h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bentuk pemerintahan Republik, sistem politik demokrasi
i. Konsepsi wawasan Nusantara
j. Kebudayaan daerah
3. Identitas Nasional Indonesia
a. Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi nasional
Indonesia, nilai Pancasila = jati diri bangsa
b. Bahasa Indonesa, bahasa nasional, bahasa persatuan
Berasal dari rumpun bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan
kemudian diangkat menjadi bahasa persatuan pada 28 Oktober
1928
c. Bendera Merah Putih
d. Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”
e. Lambang negara, Garuda Pancasila
f. Semboyan negara, Bhineka Tunggal Ika
g. Konstitusi (Hukum dasar) UUD 1945
Tumbuh dan disepakatinya beberapa identitas nasional Indonesia telah
diawali dengan kesadaran politik bangsa Indonesia sebelum bernegara.l
Hal tersebut sesuai dengan ciri dari pembentukan negara-negara model
mutakhir. Kesadaran politik itu adalah tumbuhnya semangat
nasionalisme sebagai gerakan menentang penjajahan dan mewujudkan
negara-negara Indonesia. Nasionalisme yang tumbuh kuat dalam diri
bangsa Indonesia turut mempermudah terbentuknya identitas nasional
Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Hassan Suryono, Haryono, Mudiyo, Muhammad Adnan
UNS Press
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN
WARGA NEGARA
Yudi Ariana
A. WARGA NEGARA INDONESIA
1. Negara dan tingkat kemajuan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, negara adalah persekutuan
bangsa di suatu daerah yang tentu batas-batasnya yang diperintah dan
diurus oleh badan pemerintahan yang teratur.
Secara terminologi, negara adalah organisasi tertentu di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di
dalam suatu daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat (nilai konstitutif negara).
Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh
sejumlah pejabat yang berhak menuntut warganegaranya untuk taat pada
peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (kontrol)
monopolistis dari kekuasaan yang sah.
Kategori Negara Berdasarkan Tingkat Kemajuannya :
1. Negara terbelakang
Perekonomian negara dikuasai oleh sektor pertanian dalam taraf
teknik pertanian tradisional, perkembangan penduduk pesat dengan
penyebaran tidak merata, teknologi belum berkembang, pendapatan
per kapita rendah, keadaan politik belum stabil (Indonesia pada
kurun waktu dua warsa pertama setelah merdeka)
2. Negara berkembang
Pertanian sebagai sektor produksi primer, industrialisasi belum
berkembang, jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk besar
dengan penyebaran kurang merata, SDA belum banyak terolah
3. Negara maju
Industri sebagai soko guru perekonomian, pendapatan per kapita
tinggi, rakyat tertarik pada kesejahteraan duniawi, pertumbuhan
penduduk relatif kecil, SDA terolah dan terawat dengan baik
(Jepang, Jerman, Inggris)
negara maju
vs
negara berkembang
terbelakang/miskin
2. Rakyat, penduduk, warga negara
ORANG
DALAM WILAYAH NEGARA
PENDUDUK
BUKAN
PENDUDUK
WARGA NEGARA
ORANG ASING
4. Kewarganegaraan
Citizenship (kewarganegaraan) adalah keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan
warga negara.
Pengertian Kewarganegaraan dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis
1). Dalam arti yuridis, ditandai adanya ikatan hukum antara
orang-orang dan negara (akta kelahiran, surat pernyataan)
2). Dalam arti sosiologis, adanya ikatan emosional (ikatan
keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah)
b. Kewarganegaraan dalam Arti Formil dan Materiil
1). Dalam arti formil menunjuk pada tempat
kewarganegaraan (dalam sistematika hukum berada pada
hukum publik
2). Dalam arti materiil menunjuk pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan (hak dan kewajiban warga
negara
# Penduduk adalah orang yang bertempat tinggal secara
menetap di dalam wilayah negara
# Bukan penduduk, orang yang berada di dalam wilayah suatu
negara hanya untuk sementara waktu (turis, tamu instansi
atau lembaga ttt.)
# Warga negara yaitu orang-orang yang menurut undang-undang
atau perjanjian atau melalui proses naturalisasi diakui sebagai
warga negara
# Bukan warga negara yaitu orang-orang yang berada di suatu
negara tetapi secara hukum tidak menjadi anggota negara
yang bersangkutan, namun tunduk pada pemerintahan
di mana mereka berada (dubes, konsuler)
3. Warga Negara Indonesia
Ketentuan mengenai warga negara diatur dalam Pasal 26 UUD
1945, bahwa :
a. Yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang menjadi warga negara
b. Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia
c. Hak-hak mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan
undang-undang
5. Asas Kewarganegaraan
Status kewarganegaraan adalah hak suatu negara berdaulat untuk
menentukan siapa yang menjadi warga negaranya. Dalam
menentukan status kewarganegaraan dikenal 2 asas, yaitu :
a. Asas dari sudut kelahiran
1). Asas Ius Sanguinis
Bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan
berdasarkan keturunannya (Indonesia, RRC)
2). Asas Ius Soli
Berarti bahwa kewarganegaraan seseorang itu ditentukan
berdasarkan daerah/tempat kelahirannya (Jerman,
Inggris)
b. Dari sudut perkawinan
1). Asas kesatuan hukum
Bila terjadi perkawinan campuran maka salah satu pihak
harus mengikuti kewarganegaraan pihak lainnya, sehingga
terjadi kesatuan hukum antara keduanya.
2). Asas persamaan derajat
Berarti bahwa bila terjadi perkawinan campuran maka
tidak mengakibatkan berubahnya status kewarganegaraan
seseorang, masing masing pihak dapat tetap pada
status kewarganegaraannya semula. Ada hak
yang sama antara pria dan wanita yang melangsungkan
perkawinan campuran untuk menentukan status
kewarganegaraannya.
Dalam menentukan kewarganegaraan juga dikenal 2 stelsel, yaitu :
a. Stelsel aktif
Seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau
mengajukan kehendak untuk menjadi warga negara dari suatu
negara dengan cara aktif melakukan suatu upaya-upaya hukum
tertentu.
b. Stelsel pasif
Seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu
negara atau diberi status warga negara oleh suatu negara
dengan menggunakan hak repudiasi, hak untuk menolak
pemberian kewarganegaraan tsb.
Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, meliputi :
a. Asas Ius Sanguinis, asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan bukan negara tempat
kelahiran
b. Asas Ius Soli terbatas, asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran, diperuntukkan terbatas bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang
c. Asas kewarganegaraan tunggal, asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 12 tahun
2006
5. Problem Status Kewarganegaraan
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh tiap negara
dapat menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga
dengan munculnya Apatride, Bipatride, dan Multipatride.
a. Apatride, seseorang yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
b. Bipatride, seseorang mempunyai dua macam
kewarganegaraan sekaligus (rangkap).
c. Multipatride, seseorang yang mempunyai dua atau lebih
kewarganegaraan atau seorang Bipatride yang juga menerima
pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah
dewasa, di mana saat menerima kewarganegaraan yang baru
ia tidak melepaskan status kewarganegaraan yang lama
B. HAK DAN KEWAJIBAN WNI
1. Hak warga negara
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
b. Berhak berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran
c. Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan
d. Berhak membentuk keluarga dan meneruskan keturunan melalui
perkawinan
e. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta perlindungan kekerasan dan diskriminasi
f. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan
g. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
h. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal, di wilayah
negara dan meninggalkannya serta berhak kembali
i. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik, dan sehat
serta memperoleh pelayanan kesehatan
j. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan
i. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan diskriminatif atasd asar
apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif itu
j. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban
2. Kewajiban warga negara Indonesia
a. Wajib menunjung hukum dan pemerintahan
b. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
c. Wajib ikut serta dalam pembelaan negara
d. Wajib menghormati HAM orang lain
e. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
dan kebebasan orang lain
3. Hak dan kewajiban bela negara
a. Konsepsi bela negara adalah upaya pemberdayaan masyarakat
dalam membela kepentingan nasional, karena masyarakat adalah
komponen nasional terbesar dan kepentingan nasional adalah
kepentingan segenap warga negara.
Wujud usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap
warga negara untuk mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan
negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan
wilayah nusantara, yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan
UUD 1945
b. Asas demokrasi dalam pembelaan negara
Pembelaan negara adalah hak sekaligus kewajiban warga negara,
hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan
negara yang mencakup dua arti, yaitu :
1). Bahwa setiap warga negara turut serta dalam menentukan
kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga
perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2). Bahwa setiap warga negara wajib turut serta dalam setiap
usaha pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan
profesinya masing-masing.
c. Motivasi dalam pembelaan negara
Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga
negara akan hak dan kewajibannya. Kesadaran tersebut perlu
ditumbuhkan melalui proses motivasi, yaitu motivasi untuk
mencintai tanah air dan bangsa dan untuk ikut serta dalam
pembelaan negara.
Beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan bahan untuk
memotivasi warga negara agar secara sadar ikut serta membela
bangsa dan negara Indonesia, yaitu :
1). Pengalaman sejarah perjuangan kemerdekaan RI
2). Posisi dan lokasi geografis wilayah nusantara yang strategis
3). Keadaaan dan kemampuan penduduk Indonesia
4). Kekayaan SDA Indonesia
5). Perkembangan iptek di bid. Persenjataan
6). Kemungkinan timbulnya ancaman fisik/timbulnya perang
4. Tugas dan tanggung jawab negara
Dalam rangka terpeliharanya hak dan kewajiban warga negara, negara
memiliki tugas dan tanggung jawab :
a. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk memeluk
agamanya
b. Negara atau pemerintah wajib membiayai pendidikan khususnya
pendidikan dasar
c. Negara memajukan kebudayaan manusia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dengan memelihara
dan mengembangkan nilai-nilai budayanya
d. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan
e. Negara bertanggung jawab atas persediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
NEGARA DAN KONSTITUSI
Yudi Ariana
BAB III
A. KONSTITUSIONALISME
1. Gagasan tentang Konstitusionalisme
Carl J. Friedrich
“Konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu
kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang
tunduk pada beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberi jaminan
bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintah tidak disalahgunakan
oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah. Pembatasan yang
dimaksud termaktub dalam konstitusi” (Taufiqurrohman Syahuri dalam
Winarno, 2007:65).
Konstitusionalisme adalah suatu gagasan/paham yang menyatakan bahwa
suatu konstitusi/undang-undang dasar harus memiliki fungsi khusus yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak warga negara
Dalam gagasan Konstitusionalisme, isi konstitusi negara mempunyai ciri-
ciri:
a. Konstitusi itu membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa agar
tidak bertindak sewenang-wenang terhadap warganya
b. Konstitusi itu menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara
Untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik, penyelenggaraan
bernegara perlu diatur dan dituangkan dalam suatu konstitusi. Sebab tanpa
aturan, penyelengaraan bernegara cenderung disalahgunakan.
2. Negara Konstitusional
Setiap negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar, namun tidak semua
negara mempunyai undang-undang dasar.
Negara konstitusional tidak cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi negara
tersebut juga harus menganut gagasan konstitualisme.
Konstitualisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu negara harus
mampu memberi batasan kekuasaan pemerintahan serta memberi
perlindungan pada hak-hak dasar warga negara.
Adnan Buyung Nasution :
“Negara konstitusional adalah negara yang mengakui dan menjamin hak-hak
warga negara serta membatasi dan mengatur kekuasaannya secara hukum”
B. KONSTITUSI NEGARA
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata “constituer” (bahasa Perancis) yang artinya
membentuk. Dimaksudkan untuk pembentukan suatu negara atau menyusun
dan menyatakan suatu negara.
• Konstitusi sebagai peraturan dasar/awal mengenai negara. Sebagai dasar
pembentukan negara, landasan penyelenggaraan bernegara
• Berarti hukum dasar-nya negara, hukum tertinggi negara. Hukum dasar
tertulis maupun tidak tertulis (pengertian luas)
• Sebagai undang-undang dasar-nya negara (Konstitusi tertulis/ pengertian
sempit)
Konstitusi penting bagi negara karena penyelenggaran bernegara diatur dan
didasarkan atas konstitusi negara
Beberapa definisi konstitusi dari para ahli, yaitu :
a. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga :
1). Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis. Konstitusi
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan.
2). Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam
masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah
hukum. Konstitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian
yuridis.
3). Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-
undang yang tinggi yang berlaku dalam suatu negara.
b. K.C. Wheare
Konstitusi sebagai “keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu
negara, berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur
atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara”
c. Prof. Prayudi Atmosudirdjo, merumuskan konstitusi sebagai
berikut:
1). Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah dan
proses perjuangan bangsa yang bersangkutan.
2). Konstitusi suatu negara adalah perumusan dari filsafat, cita-
cita, kehendak, dan perjuangan bangsa Indonesia
3). Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas,
dan kebudayaan suatu bangsa.
2. Kedudukan dan Ruang Lingkup Konstitusi
Kedudukan konstitusi dalam negara sangat penting karena negara
tanpa konstitusi tidak memiliki kejelasan bentuk dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahannya. Konstitusi merupakan hukum
dasar yang menentukan arah perjalanan negara. Arah negara
ditentukan oleh konstitusinya, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Dapat dikatakan pula, konstitusi yang menjadi barometer kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta memberikan arahan dan pedoman
bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan negara, selain itu
untuk menjamin hak-hak asasi warga negara sehingga tidak terjadi
penindasan dan perlakuan sewenang-wenang dari pemerintah.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda, baik dalam
hal tujuan, bentuk, dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai
kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai :
a. Konstitusi sebagai Hukum Dasar
Berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar
dalam kehidupan suatu negara. Secara khusus konstitusi
memuat tentang badan-badan pemerintahan (lembaga-
lembaga negara), dan sekaligus memberikan kewenangan
kepadanya.
b. Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi
Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum
tertinggi dalam tata hukum negara yang bersangkutan, hal ini
berarti bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi,
secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi (superior)
terhadap aturan-aturan lainnya (aturan lain yang dibuat harus
sesuai atau tidak bertentangan dengan undang-undang dasar)
3. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara
Prof. Hamid S. Attamimi
“Kontitusi atau UUD merupakan pemberi pegangan dan pemberi
batas, sekaligus merupakan petunjuk bagaimana suatu negara
harus dijalankan”.
Hal-hal yang diatur dalam konstitusi negara :
a. Pembagian kekuasaan negara
b. Hubungan antarlembaga negara sifatnya umum
c. Hubungan negara dengan warga negara
Menurut Miriam Budiardjo, konstitusi atau undang-undang
dasar memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Organisasi negara, pembagian kekuasaan antara badan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif
b. Hak asasi manusia
c. Prosedur mengubah undang-undang dasar
d. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat
tertentu
Hal-hal yang diatur dalam UNDANG-UNDANG DASAR 1945, antara
lain:
a. Hal-hal yang sifatnya umum
Kekuasaan dalam negara, identitas-identitas negara
b. Hal yang menyangkut lembaga-lembaga negara
Hubungan antarlembaga negara, fungsi, tugas, hak, dan
kewenangannya
c. Hal yang menyangkut hubungan antara negara dengan warga
negara
Hak dan kewajiban negara terhadap warganya, ataupun hak
dan kewajiban warga negara terhadap negara, HAM
d. Konsepsi atau cita negara dalam berbagai bidang
e. Hal mengenai perubahan undang-undang dasar
f. Ketentuan-ketentuan peralihan atau ketentuan transisi
Tujuan Konstitusi, yaitu :
a. memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik;
b. melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu sendiri;
c. memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya (ICCE UIN, 2000)
Fungsi Konstitusi Negara, yaitu :
a. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara
c. Fungsi pengatur hubungan antara organ negara dengan warga
negara
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan
negara ataupun kegiatan atau kegiatan penyelenggaraan
kekuasaan negara
LANJUTAN…
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari
sumber yang asli (dalam negara demokrasi adalah rakyat)
kepada organ negara
f. Fungsi simbolik, sebagai sarana pemersatu (symbol of
unity), sebagai rujukan identitas dan keagungan
kebangsaan (identity of nation), sebagai center of
ceremony
g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social
control)
h. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan
masyarakat (social engineering atau social reform)
C. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA INDONESIA
1. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
a. UUD 1945 (periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
UUD 1945 terdiri dari pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37
pasal, 4 Aturan Peralihan, 2 ayat Aturan Tambahan, dan
penjelasan
b. UUD RIS (periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
UUD RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian
c. UUDS 1950 (periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian
d. UUD 1945 (periode 5 Juli 1959-sekarang)
1). UUD 1945 yang belum diamandemen
2). UUD 1945 yang sudah diamandemen
Penetapan UUD 1945 sebagai kontitusi negara Indonesia oleh PPKI
dilakukan dalam dua tahap, sebagai berikut :
a. Pengesahan Pembukaan Undang –Undang Dasar Negara
Indonesia yang terdiri 4 alinea
b. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 Aturan
Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan
Bagian Penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang
dimuat dalam Berita republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15
Februari 1946.
Konstitusi RIS atau UUD RIS 1949 (Konstitusi II) terdiri atas :
a. Mukadimah yang terdiri atas 4 alinea
b. Bagian batang tubuh yang terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan
lampiran
Beberapa ketentuan pokok dalam UUD RIS 1949 antara lain :
a. Bentuk negara adalah serikat, bentuk pemerintahan adalah
republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlementer. Kepala
pemerintahan dijabat oleh seorang Perdana Menteri, Moh.
Hatta
UUDS 1950 terdiri atas :
a. Mukadimmah yang terdiri atas 4 alinea
b. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 146 pasal
Isi pokok yang diatur dalam UUDS 1950, antara lain :
a. bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik;
b. sistem pemerintahan adalah parlementer menurut UUDS 1950;
c. adanya badan konstituante yang akan menyusun undang-
undang dasar tetap sebagai pengganti UUDS 1950.
Pada tanggal 5 Juli 1959 presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang isinya :
a. menetapkan pembubaran konstituante;
b. menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak
berlakunya lagi UUDS 1950;
c. pembentukan MPRS dan DPAS
2. Proses Amandemen UUD 1945
Amandemen, amendment berarti perubahan
Mengamandemen berarti merubah atau mengadakan perubahan
Ada 2 sistem yang dianut oleh negara-negara dalam
mengamandemen UUD-nya, yaitu :
a. Sistem Eropa Kontinental
Amandemen dengan membuat UUD yang baru secara
keseluruhan (Belanda, Jerman, Perancis)
b. Sistem negara-negara Anglo Saxon (Amerika)
Apabila konstitusi berubah, maka yang asli tetap berlaku, yang
mana perubahan itu sebagai lampiran dari konstitusinya.
Perubahan yang dilakukan merupakan addendum atau sisipan
dari konstitusi yang asli.
Indonesia meganut sistem yang berkembang di negara Anglo Saxon
(Amerika) dengan alasan :
a. Perubahan UUD itu tidak dilakukan secara keseluruhan,
melainkan beberapa pasal yang nyata-nyata dipandang sudah
tidak sesuai dengan keadaan atau berseberangan dengan
tuntutan reformasi.
b. Pasal-pasal hasil amandemen masih merupakan bagian dari
UUD aslinya, sehingga tidak ada distorsi sejarah antara
konstitusi asli dengan hasil perubahannya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan
memperbarui konstitusi negara Indonesia agar sesuai dengan
prinsip-prinsip negara demokrasi
Ada beberapa pendapat para ahli ketatanegaraan tentang prosedur
perubahan UUD, yaitu :
George Jellinek, cara perubahan UUD dibedakan atas :
a. Cara sengaja sesuai dengan ketentuan dalam UUD
b. Cara yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam UUD
melainkan dengan prosedur istimewa, seperti revolusi, coup
d’etat, konvensi, dsb
C.F. Strong, menyebutkan empat cara perubahan UUD, yaitu :
a. Diubah oleh legislatif dengan persyaratan khusus
b. Perubahan konstitusi dilakukan oleh rakyat melalui referendum
c. Dalam negara federal perubahan itu disetujui oleh negara-
negara bagian
d. Perubahan melalui konvensi khusus oleh suatu lembaga negara
yang dibentuk untuk itu
Mengapa UUD 1945 perlu diamandemen atau dirubah?
Secara filosofis, konstitusi suatu negara dalam jangka waktu
tertentu harus diubah, disebabkan perubahan kehidupan manusia,
baik perubahan internal masyarakat maupun kehidupan eksternal
masyarakat seperti lingkungan hidup yang berubah dan hubungan
dengan masyarakat lain. Konstitusi sebagai landasan kehidupan
bernegara harus senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan
yang terjadi di masyarakat. Suatu konstitusi yang tetap akan
ketinggalan zaman dan tidak mampu lagi berfungsi sebagai
pedoman bernegara.
3. Isi Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945
Pasal II Aturan Tambahan Naskah UUD 1945 Perubahan Keempat,
UUD 1945 terdiri atas :
a. Pembukaan
b. Pasal-pasal
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran, sebagai
berikut :
a. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan
b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
c. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas asas kerakyatan
dan permusyawaratan perwakilan
d. Negara berdasar atas Ketuhananan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
D. SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
Menurut UUD 1945, sistem ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai beikut :
a. Bentuk negara adalah kesatuan
b. Bentuk pemerintahan adalah republik
c. Sistem pemerntahan adalah presidensiil
d. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat
1. Bentuk Negara Kesatuan
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
“Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”
Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal, tidak terdiri
atas negara-negara bagian atau negara yang di dalamnya tidak terdapat
daerah yang bersifat negara. Kekuasan mengatur seluruh daerahnya di
tangan pemerintah pusat.
Pasal 37 ayat (5) UUD 1945
“Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan”
Dalam praktiknya, kekuasaan untuk mengatur seluruh urusan
pemerintahan negara tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
a. Dengan asas sentralisasi
Sentralisasi/centrum artinya pusat atau memusat
Negara kesatuan dengan asas sentralisasi artinya kekuasaan
pemerintahan itu dipusatkan, yaitu pada pemerintah pusat.
LANJUTAN..
b. Asas Desentralisasi
Desentralisasi berasal dari kata de (lepas atau melepas) dan
centrum. Desentrum artinya melepas atau menjauh dari pusat.
Negara kesatuan dengan asas desentralisasi menyerahkan
sebagian kekuasaannya kepada daerah-daerah yang ada di wilayah
negara tersebut, yang menjadi daerah otonom, dalam arti memiliki
kekuasaan dan wewenang sendiri untuk mengelola
penyelenggaraan pemerintahan di daerah itu
Negara Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas
desentraliasasi dalam penyelenggaraan kekuasaannya (Pasal 18 UUD
1945 Perubahan Kedua)
2. Bentuk Pemerintahan Republik
Klasifikasi bentuk pemerintahan di era modern ada dua, yaitu :
a. Republik, cara pengangkatan kepala negara melalui pemilihan
b. Monarki atau kerajaan, cara pengangkatan kepala negara
melalui pewarisan secara turun temurun
(Nicollo Machiavelli, 1469-1527)
3. Sistem Pemerintahan Presidensiil
Sistem pemerintahan dibagi ke dalam dua klasifikasi besar, yaitu :
a. Sistem pemerintahan parlementer
b. Sistem pemerintahan presidensiil
Klasifikasi tersebut didasarkan pada hubungan antara kekuasaan
eksekutif dan legislatif
Ciri-ciri sistem pemerntahan parlementer adalah sebagai beikut :
a. Badan legislatif/parlemen merupakan satu-satunya badan yang
anggotanya dipilih langsung melalui pemilu
b. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari parpol yang
memenangkan pemilu
c. Pemerintah/kabinet terdiri atas para menteri dan perdana
menteri sebagai pimpinan kabinet
d. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat
bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas anggota
parlemen
LANJUTAN…
e. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan
f. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet,
Kepala Negara dapat membubarkan parlemen
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensiil adalah sebagai berikut :
a. Penyelenggaran negara berada di tangan presiden. Presiden
adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan
b. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen
d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam
sistem parlementer
e. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga
perwakilan
f. Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung
parlemen
4. Sistem Politik Demokrasi
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”
Klasifikasi sistem politik di era modern terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Sistem politik demokrasi
b. Sistem politik non demokrasi/otoriter mencakup monarki
absolut, rezim militer, kediktatoran, rezim komunis, rezim
otoritarian, fasis.
(Samuel Huntington)
Pembagian dua sistem tersebut didasarkan atas :
a. kewenangan pemerintah terhadap aspek-aspek kehidupan
warganya
b. tanggung jawab pemerintah terhadap warga negara
Selamat belajar!
BAB IV
DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN
DEMOKRASI
Yudi Ariana
A. HAKIKAT DEMOKRASI
1. Pengertian Etimologis Demokrasi
Secara etimologis (bahasa), demokrasi berasal dari bahasa Yunani,
demos (rakyat) dan cratos/cratein (pemerintahan/kekuasaan). Jadi,
demos-cratos atau demos-cratein berarti pemerintahan rakyat atau
kekuasaan rakyat.
Ada dua macam demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat,
yaitu :
a Demokrasi langsung
Paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga negaranya
dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum
dan undang-undang.
b. Demokrasi tidak langsung
Paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan,
biasanya dilaksanakan melalui pemilihan umum.
Dengan adanya perkembangan zaman dan perkembangan jumlah
penduduk, demokrasi secara langsung sulit dilaksanakan karena :
a. Tidak ada tempat yang menampung seluruh warga yang jumlahnya
cukup banyak
b. Untuk melaksanakan musyawarah dengan baik dengan jumlah yang
banyak sulit dilakukan
c. Hasil persetujuan secara bulat mufakat sulit tercapai, karena
sulitnya memungut suara dari peserta yang hadir
d. Masalah yang dihadapi negara semakin kompleks dan rumit
sehingga membutuhkan orang-orang yang secara khusus
berkecimpung dalam penyelesaian masalah tersebut.
Penerapan demokrasi tidak langsung di negara-negara modern
dilakukan karena berbagai alasan, antara lain :
a. penduduk yang selalu bertambah sehingga pelaksanaan
musyawarah pada suatu tempat tidak dimungkinkan;
b. masalah yang dihadapi semakin kompleks karena kebutuhan dan
tantangan hidup semakin banyak;
c. setiap warga negara mempunyai kesibukan sendiri-sendiri di dalam
mengurus kehidupannya sehingga masalah pemerintahan cukup
diserahkan pada orang yang berminat dan memiliki keahlian di
bidang pemerintahan negara.
2. Pengertian Terminologis Demokrasi
Definisi demokrasi dikemukakan oleh beberapa ahli politik dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Berikut definisi tentang demokrasi.
a. Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu
kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang
banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk
mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan
dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk
memerintah.
b. C. F. Strong
Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa
dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang
menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.
LANJUTAN..
c. International Commission for Jurist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk
membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga
negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang
bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan
yang bebas.
Secara substantif, ada dua prinsip utama dalam demokrasi, yaitu :
a. kebebasan/persamaan (freedom/equality), dan
b. kedaulatan rakyat (people’s sovereignty).
(Maswadi rauf dalam Winarno, 2007:93)
3. Demokrasi sebagai bentuk Pemerintahan
Pada masa lalu, demokrasi dipahami hanya sebagai bentuk
pemerintahan. Demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan.
Sekarang ini, demokrasi dipahami lebih luas lagi sebagai sistem
pemerintahan atau politik.
Menurut Plato, pembagian bentuk pemerintahan secara klasik
dibedakan menjadi :
a. Monarki, bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang
sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan
rakyat banyak.
b. Tirani, bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang
sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan
pribadi.
c. Aristokrasi, bentuk pemerintahan yang dipegang oleh
sekelompok orang yang memimpin dan dijalankan untuk
kepentingan rakyat banyak.
LANJUTAN..
d. Oligarki, bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok dan
dijalankan untuk kelompok itu sendiri.
e. Demokrasi, bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dan
dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak.
f. Mobokrasi/Okhlokrasi, bentuk pemerintahan yang dipegang oleh
rakyat tetapi rakyat yang tidak tahu apa-apa, rakyat yang tidak
berpendidikan, dan rakyat yang tidak paham tentang pemerintahan,
yang akhirnya pemerintahan yang dijalankan tidak berhasil untuk
kepentingan rakyat banyak.
Bentuk pemerintahan tersebut di atas tidak lagi dianut oleh banyak
negara. Adapun bentuk pemerintahan yang dewasa ini dianut adalah
bentuk pemerintahan modern menurut Nicollo Machiavelli, yaitu :
a. Monarki, bentuk pemerintahan yang bersifat kerajaan.
Pemimpin negara umumnya bergelar raja, ratu, kaisar, atau sultan
(berdasarkan keturunan atau pewarisan).
Contoh : Inggris, Malaysia, Jepang, Arab Saudi, Thailand
b. Republik, bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
presiden atau perdana menteri (berdasarkan pemilihan).
Contoh : Amerika Serikat, India, Perancis, Korea Selatan.
Pembagian bentuk pemerintahan tersebut didasarkan pada cara
pengangkatan atau penunjukan pemimpin negara.
4. Demokrasi sebagai Sistem Politik
Sistem politik lebih luas cakupannya dari sekedar bentuk pemerintahan.
Definisi demokrasi sebagai sistem politik menurut para ahli :
a. Hennry B. Mayo
Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum dtentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan yang berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.
LANJUTAN..
b. Samuel Huntington
Sistem politik sebagai demokratis sejauh pembuat keputusan
kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan
umum yang adil, jujur, dan berkala dan di dalam sistem itu para
calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua
penduduk dewasa berhak memberikan suara.
Menurut Samuel Huntington, sistem politik dewasa ini dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. sistem politik (pemerintahan) demokrasi, yaitu sistem pemerintahan
dalam suatu negara yang menjalankan prinsip-prinsip demokrasi.
b. sistem politik nondemokrasi, termasuk di dalamnya sistem politik
otoriter, totaliter, sistem diktator, rezim militer, rezim satu partai,
monarki absolut, dan sistem komunis.
(Winarno, 2007:95)
Adapun prinsip-prinsip dari sistem politik demokrasi, sebagai berikut :
a. pembagian kekuasaan; kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif
berada dalam badan yang berbeda;
b. pemerintahan konstitusional;
c. pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law);
d. pemerintahan mayoritas;
e. pemerintahan dengan diskusi;
f. pemilihan umum yang bebas;
g. partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya;
h. manajemen yang terbuka;
i. pers yang bebas;
j. pengakuan terhadap hak-hak minoritas;
k. perlindungan terhadap hak asasi manusia;
l. peradilan yang bebas dan tidak memihak;
m. pengawasan terhadap administrasi negara;
n. mekanisme politik yang berubah antara kehidupan politik
masyarakat dengan kehidupan politik pemerintah;
LANJUTAN..
o. kebijaksanaan pemerintah dibuat oleh badan perwakilan politik
tanpa paksaan dari lembaga manapun;
p. penempatan pejabat pemerintah dengan merit system bukan poll
system;
q. penyelesaian secara damai bukan dengan kompromi;
r. jaminan terhadap kebebasan individu dalam batas-batas tertentu;
s. konstitusi/UUD yang demokratis;
t. prinsip persetujuan
Prinsip-prinsip nondemokrasi atau prinsip kediktatoran yang berlaku
pada sistem politik otoriter atau totaliter, yaitu sebagai berikut :
a. Pemusatan kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan
eksekutif, dan kekuasaan yudikatif menjadi satu. Ketiga kekuasaan
tersebut dipegang oleh satu lembaga saja.
b. Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusi yang sifatnya
konstitusional, tetapi pemerintahan dijalankan berdasarkan
kekuasaan. Konstitusinya memberi kekuasaan yang besar pada
negara atau pemerintah.
c. Rule of Power atau prinsip negara kekuasaan yang ditandai dengan
supremasi kekuasaan dan ketidaksamaan di depan hukum.
d. Pembentukan pemerintahan tidak berdasarkan pada
permusyawarahan, tetapi melalui dekrit.
e. Pemilihan umum yang tidak demokratis. Pemilu dijalankan hanya
untuk memperkuat keabsahan penguasa atau pemerintah negara.
LANJUTAN..
f. Terdapat satu partai politik, yaitu partai pemerintah atau ada
beberapa partai, tetapi ada sebuah partai yang memonopoli
kekuasaan.
g. Manajemen dan kepemimpinan yang tertutup dan tidak
bertanggung jawab.
h. Menekan dn tidak mengakui hak-hak minoritas warga negara.
i. Tidak adanya kebebasan berpendapat, berbicara dan kebebasan
pers. Kalaupun ada pers, pers tersebut sangat dibatasi.
j. Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia, bahkan sering
terjadi pelanggaran atas hak asasi manusia.
k. Badan peradilan yang tidak bebas dan bisa diintervensi oleh
penguasa.
LANJUTAN..
l. Tidak ada kontrol atau pengendalian terhadap administrasi dan
birokrasi. Birokrasi pemerintah sangat besar dan menjangkau ke
seluruh wilayah kehidupan bermasyarakat
m. mekanisme dalam kehidupan politik dan sosial tidak dapat berubah
dan bersifat sama.
n. Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara
kekerasan dan penggunaan paksaan.
o. Tidak ada jaminan terhadap hak-hak dan kebebasan individu dalam
batas tertentu, misalnya kebebasan berbicara, kebebasan
beragama, bebas dari rasa takut.
p. Prinsip dogmatisme dan banyak berlaku doktrin.
5. Demokrasi sebagai Sikap hidup
Demokrasi tidak hanya dipahami sebagai bentuk pemerintahan dan
sistem politik, tetapi dipahami sebagai sikap hidup atau pandangan
hidup demokratis. Demokrasi membutuhkan usaha nyata dari setiap
warga negara maupun penyelenggara negara untuk berperilaku
(demokratis) sedemikian rupa sehingga mendukung pemerintahan atau
sistem politik demokrasi. Perilaku yang senantiasa bersandar pada nilai-
nilai demokrasi akan membentuk budaya atau kultur demokrasi.
Pemerintahan demokratis membutuhkan kultur demokrasi untuk
membuatnya eksis dan tegak. Perilaku tersebut ada dalam manusia itu
sendiri, baik warga negara maupun pejabat negara.
B. DEMOKRATISASI
Demokratisasi adalah penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip
demokrasi pada setiap kegiatan politik kenegaraan.
Tujuan demokratisasi adalah terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan
demokrasi.
Tahapan-tahapan demokratisasi, yaitu :
1. tahapan pertama, pergantian dari penguasa nondemokratis ke
penguasa demokrasi;
2. tahapan kedua, pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik
demokrasi;
3. tahapan ketiga, konsolidasi demokrasi;
4. tahapan keempat, praktik demokrasi sebagai budaya politik bernegara.
Menurut Samuel Huntington, ada tiga tahapan demokratisasi, yaitu :
1. pengakhiran rezim nondemokratis;
2. pengukuhan rezim demokratis;
3. pengkonsolidasian sistem yang demokratis.
Demokratisasi juga berarti proses menegakkan nilai-nilai demokrasi
sehingga sistem politik demokratis dapat terbentuk secara bertahap. Nilai
atau kultur demokrasi penting untuk tegaknya demokrasi di suatu negara.
1. Nilai (kultur) Demokrasi
Menurut Hennry B. Mayo (dalam Mirriam Budiardjo) terdapat delapan
nilai demokrasi, yaitu :
a. menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan sukarela;
b. menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang selalu berubah;
LANJUTAN..
c. pergantian penguasa dengan teratur;
d. penggunaan paksaan sesedikit mungkin;
e. pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman;
f. menegakkan keadilan;
g. memajukan ilmu pengetahuan;
h. pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan
Menurut Nurcholis Madjid dalam Tim ICCE UIN Jakarta (2003)
menyebutkan adanya tujuh norma atau pandangan hidup demokratis,
yaitu :
a. Kesadaran akan pluralisme.
b. Prinsip musyawarah.
c. Adanya pertimbangan moral.
d. Permufakatan yang jujur dan adil.
e. Pemenuhan segi-segi ekonomi.
f. Kerja sama antarwarga.
g. Pandangan hidup demokrasi sebagai unsur yang menyatu dengan
sistem pendidikan.
Nilai-nilai demokrasi merupakan nilai yang diperlukan untuk
mengembangkan pemerintahan yang demokratis. Nilai-nilai tersebut
antara lain :
a. kebebasan (berpendapat, berkelompok, berpartisipasi)
b. menghormati orang/kelompok lain
c. kesetaraan
d. kerja sama
e. persaingan, dan
f. kepercayaan
(Asykuri Ibn Chamim, dkk dalam Winarno, 2007:99)
2. Lembaga (struktur) Demokrasi
Menurut Mirriam Budiardjo (1997), untuk melaksanakan nilai-nilai
demokrasi perlu diselenggarakan lembaga-lembaga, antara lain :
a. Pemerintahan yang bertanggung jawab.
b. Dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan dan
kepentingan dalam masyarakat yang dipilih melalui pemilihan umum
yang bebas dan rahasia. Dewan ini melakukan pengawasan
terhadap pemerintah.
c. Organisasi politik yang mencakup lebih dari satu partai
(sistem dwipartai, multipartai).
d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin HAM dan
mempertahankan keadilan.
Terdapat dua hal penting dalam keberhasilan demokrasi dalam suatu
negara, yaitu :
a. Tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai demokrasi yang menjadi
sikap dan pola hidup masyarakat dan penyelenggaraan negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Terbentuk dan berjalannya lembaga-lembaga demokrasi dalam
sistem politik dan pemerintahan.
Suatu negara dikatakan sebagai negara demokrasi apabila memnuhi dua
kriteria sebagai berikut :
a. pemerintahan demokrasi yang berwujud pada adanya institusi
(struktur) demokrasi;
b. masyarakat demokratis yang berwujud pada adanya budaya (kultur)
demokrasi.
3. Ciri Demokratisasi
Demokratisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berlangsung secara evolusioner, dalam waktu yang lama, perlahan,
bertahap, dan bagian demi bagian.
b. Proses perubahan secara persuasif bukan koersif, bukan dengan
paksaan, kekerasan atau tekanan tapi dengan musyawarah dengan
melibatkan setiap warga negara.
c. Proses yang tidak pernah selesai, terus-menerus.
Demokrasi adalah suatu ideal yang tidak bisa dicapai.
(Maswadi Rauf dalam Winarno, 2007:100)
C. DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Demokrasi Desa (asli)
Unsur atau anasir dari demokrasi desa, yaitu :
a. rapat,
b. mufakat,
c. gotong-royong,
d. hak mengadakan protes bersama, dan
e. hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.
Menurut Moh. Hatta, demokrasi Indonesia modern harus meliputi tiga
hal, yaitu :
a. demokrasi di bidang politik,
b. demokrasi di bidang ekonomi, dan
c. demokrasi di bidang sosial.
2. Demokrasi Pancasila
Pancasila adalah ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai yang
dianggap baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa. Pancasila
sebagai ideologi nasional berfungsi sebagai :
a. cita-cita masyarakat yang selanjutnya menjadi pedoman dalam
membuat dan menilai keputusan politik;
b. alat pemersatu masyarakat yang mampu menjadi sumber nilai bagi
prosedur penyelesaian konflik yang terjadi.
Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila sebagai
berikut :
a. Kedaulatan rakyat
b. Republik
c. Negara berdasar atas hukum
d. Pemerintahan yang konstitusional
e. Sistem perwakilan
f. Prinsip musyawarah
g. Prinsip ketuhanan
Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit,
sebagai berikut :
a. Secara luas demokrasi Paanasila berarti kedaulatan rakyat yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dalam bidang politik, ekonomi,
dan sosial.
b. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
3. Perkembangan Demokrasi Indonesia
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dibagi ke dalam periode sebagai
berikut :
a. Demokrasi Masa Revolusi tahun 1945 sampai 1950
b. Demokrasi Masa Orde Lama, tediri dari :
1). Masa demokrasi liberal tahun 1950 sampai 1959
2). Masa demokrasi terpimpin tahun 1959 sampai 1965
c. Demokrasi Masa Orde Baru tahun 1966 sampai 1998
d. Demokrasi Masa Transisi tahun 1998 sampai 1999
e. Demokrasi Masa Reformasi tahun 1999 sampai sekarang.
D. SISTEM POLITIK DEMOKRASI
1. Landasan Sistem Politik di Indonesia
Landasan negara Indonesia sebagai negara demokrasi tercantum
dalam :
a. Aline 4 UUD 1945
“...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu UUD Negara RI yang terbentuk dalam sususnan Negara RI
yang berkedaulatan rakyat…”
b. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan
dilakukan menurut ketentuan UUD.
2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di Indonesia sebagai
berikut :
a. Ide kedaulatan rakyat (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945)
b. Negara berdasar atas hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945)
c. Bentuk republik (Pasal 1 ayat (1) UUD 1945)
d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi (Pasal 4 ayat (1) UUD 1945)
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
Dalam demokrasi Pancasila, pemerintah ke bawah bertanggung
jawab kepada rakyat, dan ke atas bertanggung jawab secara moral
kepada Tujan YME
f. Sistem perwakilan
Demokrasi yang dijalankan adalah demokrasi tidak langsung, di
mana para wakil rakyat dipilih melalui pemilu
g. Sistem pemerintahan presidensiil
3. Mekanisme dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Pokok-pokok dalam sistem politik Indonesia adalah ;
a. Merupakan bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang
luas.
b. Bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan presidensiil
c. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
d. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung
jawab kepada MPR dan DPR
e. Terdapat dua parlemen (bikameral), yaitu DPR dan DPD
f. Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil
presiden, anggota DPR, anggota DPD, anggota DPRD Provinsi,
anggota DPRD Kabupaten Kota dan kepala daerah
g. Sistem multipartai
h. Kekuasaan yudikatif dilaksanakan oleh MA dan badan peradilan di
bawahnya (pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta MK)
i. Lembaga negara lainnya adalah BPK dan KY
4. Masa Depan Demokrasi
Kondisi-kondisi yang diperlukan bagi kelancaran demokratisasi di
negara-negara berkembang :
a. Penguatan struktur ekonomi yang berbasis keadilan sehingga
memungkinkan terwujudnya prinsip kesederajatan warga negara
b. Tersedianya kebutuhan-kebutuhan dasar bagi kepentingan survibe
warga negara seperti pangan, kesehatan, dan pendidikan
c. Kemampuan kesatuan dan identitas nasional sehingga tahan
terhadap pembelahan dan perbedaan sosial politik warga negara
d. Pengetahuan yang luas, pendidikan, kedewasaan, sikap toleransi,
dan rasa tanggung jawab kolektif warga negara
e. Rezim yang terbuka dan bertanggung jawab dalam menggunakan
sumber-sumber publik secara efisien
f. Pengakuan yang berkelanjutan dari negara-negara demokratis
terhadap praktik demokrasi yang baik dan kredibel
(David Beetham dan Kevin Boyle dalam Winarno, 2007:109)
E. PENDIDIKAN DEMOKRASI
Pada hakikatnya pendidikan demokrasi sosialisasi nilai-nilai demokrasi
supaya bisa diterima dan dijalankan oleh warga negara.
Tujannya adalah mempersiapkan warga masyarakat berperilaku dan
bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan pada generasi muda
akan pengetahuan, kesadaran, dan nilai-nilai demokrasi.
Pengetahuan dan kesadaran akan nilai demokrasi meliputi tiga hal :
1. Kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat itu sendiri
2. Demokrasi adalah sebuah proses belajar yang lama dan tidak sekedar
meniru dari masyarakat lain
3. Kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan
mentransformasikan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat.
(Zamroni dalam Winarni, 2007:112)
Pendidikan demokrasi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Pendidikan demokrasi secara formal, yaitu pendidikan yang melewati
tatap muka, diskusi timbal balik, presentasi, studi kasus untuk
memberikan gambaran kepada siswa agar supaya mempunyai
kemampuan untuk cinta negara dan bangsa
2. Pendidikan demokrasi secara informal, yaitu pendidikan yang melewati
tahap pergaulan di rumah maupun masyarakat, sebagai bentuk aplikasi
nilai berdemokrasi sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan
sekitarnya, langsung dapat dirasakan hasilnya
3. Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan melewati tahap di luar
lingkungan masyarakat lebih makro dalam berinteraksi
Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses untuk melaksanakan
demokrasi yang benar, sehingga sasaran yang akan dicapai adalah mengajak
warga negara, terutama mahasiswa pada umumnya untk melaksanakan
pendidikan demokrasi secara baik dan benar (Syahrial Syarbaini, 2009:209).
BAB V
NEGARA HUKUM DAN HAM
Yudi Ariana
A. KONSEP DAN CIRI NEGARA HUKUM
1. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari Rechstaat (hukum Eropa
Kontinental) dan Rule of Law (hukum Anglo Saxon) adalah negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.
Segala tindakan harus dilandasi oleh hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum
Di negara hukum, hukum sebagai hal yang tertinggi (supreme) sehingga
ada istilah supremasi hukum. Tetapi hukum bukan formalitas atau alih-
alih sebagai pembenaran atas segala tindakan.
Ide dasar hukum yang tidak boleh diabaikan oleh supremasi hukum :
a. Keadilan
b. Kemanfaatan
c. Kepastian
(Ahmad Ali dalam Winarno, 2007)
2. Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materiil
Dalam sejarah perkembangannya negara hukum ada dua yaitu negara
hukum formal dan negara hukum material.
a. Negara Hukum Formil
Negara hukum formal berkembang pada abad -19 yang bercirikan sifat
pemerintahan pasif. Negara pasif artinya bertindak bilamana hak-hak
warga negara dilanggar atau ketertiban keamanan terancam.
Negara dan pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan
ekonomi sosial budaya dan kesehteraan rakyat (The least government
is the best government).
Kepentingan rakyat untuk makmur dan sejahtera diserahkan pada
rakyat sendiri. Rakyat dibiarkan mengurus kebutuhannya sendiri
(paham liberalisme).
Negara hukum formal dikatakan sebagai negara penjaga malam
disebut pula negara hukum dalam arti sempit.
b. Negara Hukum Materiil
Muncul pada abad -20, gagasan bahwa pemerintah tidak perlu turut
campur dalam hal kesejahteraan rakyat lama kelamaan ditentang
karena menciptakan kesenjangan kesejahteraan.
Negara dan pemerintah perlu turut campur (aktif) mensejahterakan
rakyatnya melalui berbagai kebijakan.
Ide baru ini memunculkan istilah Welfare State (negara
kesejahteraan). Perumusan yuridis yang muncul adalah negara
hukum material.
Dalam negara hukum material, pemerintah berwenang turut campur
akan pemenuhan kebutuhan warga dan membangun kesejahteraan
warganya. Pemerintah bersifat aktif, memiliki keleluasaan yang
besar dalam urusan publik warga negara.
Negara hukum material dikenal pula sebagai negara hukum dalam
arti luas.
3. Ciri-Ciri Negara Hukum
Ciri-ciri dari Rechstsstaat :
a. Pengakuan HAM
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan
c. Pemerintahan berdasarkan aturan
d. Peradilan administrasi
Ciri-ciri dari Rule of Law :
a. Supremasi hukum
b. Kedudukan yang sama di depan hukum
c. Jaminan HAM
Ciri-ciri demikian masih dipengaruhi konsep negara hukum formal
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang ciri-ciri dari negara
hukum.
B. NEGARA HUKUM INDONESIA
1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945).
Sebelumnya terdapat dalam bagian penjelasan UUD 1945
Perumusan negara hukum Indonesia adalah negara yang berdasarkan
atas hukum, bukan berdasar atas kekuasaan belaka dan pemerintah
negara berdasarkan atas suatu konstitusi dengan kekuasaan
pemerintahan terbatas, tidak absolut.
Konsepsi negara hukum Indonesia termasuk konsep negara hukum
material atau negara hukum dalam arti luas.
Hal ini tampak dalam hal 4 tugas pokok negara dan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Dalam hal penyelenggaran perekonomian negara dan kesejahteraan
sosial, negara terlibat aktif (Pasal 33 dan 34 UUD 1945).
2. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
Perwujudan negara hukum di Indonesia adalah diwujudkannya sistem
hukum nasional yang berpuncak pada konstitusi negara yaitu UUD 1945.
Sistem hukum nasional berisi peraturan perundang-undangan yang
hierarkis, yang meliputi :
a. Undang-undang Dasar 1945
b. Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah
c. Pengganti Undang-undang (Perpu)
d. Peraturan Pemerintah (PP)
e. Peraturan Presiden (Perpres)
f. Peraturan Daerah (Perda)
Selain perundangan (hukum), dibentuk lembaga pelaksana kekuasaan
kehakiman yaitu MA dengan lembaga peradilan di bawahnya dan MK.
3. Negara Hukum dan HAM
Negara yang berdasar hukum memiliki jaminan akan HAM.
Jaminan atau pengakuan akan HAM merupakan ciri negara hukum.
HAM bukan diberikan oleh negara tetapi negara memberi pengakuan
akan hak itu sebagai kodrat manusia.
Negara yang tidak menjamin HAM bukan negara hukum dalam arti
sesungguhnya. Jaminan akan HAM tersebut dituangkan dalam
konstitusi negara.
C. HAKIKAT HAK ASASI MANUSIA
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki
setiap manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa
semua manusia sebagai mahkluk Tuhan memiliki derajat dan martabat
yang sama.
Landasan HAM pertama dan langsung : yakni kodrat manusia, yaitu
bahwa kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya. Landasan
kedua bahwa semua manusia adalah mahkluk dari pencipta yang sama
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu di hadapan Tuhan manusia
adalah sama kecuali nanti pada amalnya.
2. Macam Hak Asasi Manusia
Contoh hak dasar : hak hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.
Setelah manusia bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi justru
harus dijamin dalam kehidupan bernegara.
D. SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA
Sejarah hak asasi manusia, pada hakekatnya, muncul karena inisiatif
manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan
kesewenang-wenangan dari tirani penjajahan, perbudakan, dan
ketidakadilan.
Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan
dan beraneka ragam meliputi HAM dalam sejarah masa lalu dan sejarah
modern.
Sejarah perjuangan HAM masa lalu, contoh :
a. Perjuangan nabi Musa (6000 SM)
b. Hukum Hammurabi di Babylonia (2000 SM), dan
c. Perjuangan nabi Muhammad SAW dari bangsa Quraiys (600 M)
Sejarah HAM modern, contoh :
a. Magna Charta (1215)
b. Revolusi AS (1776)
c. Revolusi Perancis (1789)
d. Atlantic Charter (1941)
e. DUHAM (10 Desember 1948 oleh PBB)
Berdasar sejarah perkembangannya, ada 3 generasi hak asasi manusia,
yaitu :
1. Hak Sipil dan Politik, yang bermula di dunia Barat (Eropa),
2. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang diperjuangkan oleh negara
Sosialis di Eropa Timur
3. Hak Perdamaian dan Pembangunan yang diperjuangkan oleh negara
berkembang.
Perkembangan berikutnya yaitu munculnya generasi keempat hak asasi
manusia (Tim ICCE UIN, 2003). Hak asasi manusia generasi keempat ini
mengkritik peranan negara yang sangat dominan dalam proses
pembangunan yang berfokus pembangunan ekonomi sehingga menimbulkan
dampak negatif bagi rakyat.
Sejak dideklarasikan DUHAM (1948) oleh PBB yang diikuti konvensi HAM
internasional lainnya maka HAM menjadi isu global, selain isu demokrasi dan
lingkungan hidup.
E. HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
1. Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam
UUD 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding dengan DUHAM
PBB 10 Desember 1948.
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan UUD 1945 antara lain : Alinea I dan alinea IV,
Pasal 28 A-J
b. Tap MPR No XVII/ MPR/1998
c. UU No. 39 Tahun 1999
HAM yang ada dalam UU No. 39 Tahun 1999 tersebut adalah :
- Hak untuk hidup
- Hak Untuk Berkeluarga
- Hak untuk mengembangkan diri
- Hak untuk memperoleh keadilan
- Hak atas kebebasan pribadi
- Hak atas rasa aman
- Hak atas kesejahteraan
- Hak turut serta dalam pemerintahan
- Hak Wanita
- Hak Anak
Dengan masuknya rumusan HAM dalam UUD 1945 maka semakin kuat
jaminan hak asasi manusia di Indonesia. Tugas negara adalah
mengadakan penegakkan hak asasi manusia dan memberi perlindungan
warga dari tindakan pelanggaran HAM.
2. Penegakan Hak Asasi Manusia
Jaminan perlindungan terhadap HAM disamping dibentuk aturan-aturan
hukum juga dibentuk kelembagaan yang berkaitan dengan penegakkan
HAM.
Perangkat hukum dan lembaga tersebut antara lain :
a. Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
b. KomNas HAM dibentuk berdasar KepPres Nomor 5 Tahun 1993 jo
UU No .39 Tahun 1999
c. Pengadilan Hak Asasi Manusia
d. Pengadilan Hak Asasi manusia Ad Hoc, dan KKR
Masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam rangka penegakan dan
perlindungan hak asasi manusia melalui pembentukan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang HAM.
Beberapa contoh lembaga swadaya masyarakat (LSM) : KONTRAS ,
YLBHI, ELSAM.
Penegakan HAM juga berlaku bagi pelanggaran HAM internasional yaitu
suatu kejahatan internasional.
Kejahatan internasional adalah suatu tindak pidana yang dianggap
merugikan bagi seluruh masyarakat internasional, di mana setiap
lembaga peradilan di tiap negara, bahkan peradilan internasional
mempunyai yurisdiksi untuk mengadili.
Termasuk dalam jenis kejahatan ini, antara lain :
a. Kejahatan genocide
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan
c. Kejahatan melakukan agresi/perang, dan
d. Pembajakan atau perompakan
Masyarakat internasional memiliki hak dan kewenangan mencegah
manakala terjadi pelanggaran HAM meskipun pelanggaran itu terjadi di
dalam wilayah suatu negara.
Terhadap kasus HAM internasional diberikan dua pilihan yaitu negara
mengadili kasus tersebut secara tuntas dan adil atau dibentuk
pengadilan internasional apabila negara ybs tidak mampu mengadili
kasus tersebut.
BAB VI
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI
GEOPOLITIK INDONESIA
Yudi Ariana
A. PENGERTIAN, HAKIKAT, DAN KEDUDUKAN WAWASAN NUSANTARA
1. Pengertian Wawasan Nusantara
a. Secara etimologis
Wawasan Nusantara
Wawasan : pandangan,
tinjauan, penglihatan
tanggap indrawi
Nusantara : kesatuan
kepulauan yang terletak
antara dua benua, dan
pasifik
b. Secara terminologis, menurut beberapa pendapat, pengertian
wawasan nusantara sebagai berikut :
1). GBHN 1998
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2). Prof Wan Usman
“Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan
dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”
3). Kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.”
2. Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan dan bangsa dan kesatuan
wilayah nasional (persatuan dan kesatuan wilayah).
Bangsa Indonesia dari aspek sosial budaya adalah beragam serta dari
segi kewilayahan bercorak nusantara, kita pandang merupakan satu
kesatuan yang utuh.
3. Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi bangsa
Indonesia menurut konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa
yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.
4. Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan,
serta rambu-rambu dalam menentukan arah kebijaksanaan, keputusan,
tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan
daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Tujuan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di
segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan
kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok,
golongan, suku bangsa, ataupun daerah.
B. LATAR BELAKANG KONSEPSI WAWASAN NUSANTARA
1. Segi Historis atau Sejarah
Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi
bangsa yang bersatu dengan wilayah yang utuh adalah karena dua hal :
a. kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan
terpecah;
b. kita pernah mengalami memiliki wilayah yang terpisah-pisah.
2. Segi Geografis dan Sosial Budaya
Indonesia merupakan negara bangsa dengan wilayah dan posisi yang
unik serta bangsa yang heterogen.
Keunikan wilayah dan heterogenitas bangsa tersebut, antara lain :
a. Indonesia bercirikan negara kepulauan/maritim (Archipelago State)
dengan jumlah 17.508 pulau.
b. Luas wilayah 5,192 juta km2, dengan daratan seluas 2,027 juta km2
dan laut seluas 3,166 juta km2
LANJUTAN...
c. Jarak utara selatan 1.888 km dan jarak timur barat 5.110 km
d. Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra
e. Indonesia terletak pada garis khatulistiwa
f. Indonesia berada di iklim tropis dengan dua musim
g. Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan, Mediterania
dan Sirkum Pasifik
h. Berada pada 6° LU - 11° LS dan 95° BT – 141° BT
i. Wilayah yang subur dan dapat dihuni
j. Kaya akan flora, fauna, dan SDA
k. Memiliki etnik yang sangat banyak (heterogenitas suku bangsa)
sehingga memiliki kebudayaan yang beragam
l. Memiliki jumlah penduduk yang besar, sekitar 218,868 juta (tahun
2005) (sumber : www.datastatistik-Indonesia.com)
(Winarno, 2007:150)
3. Segi Geopolitis dan Kepentingan Nasional
Berdasarkan pidato Ir. Soekarno di hadapan sidang BPUPKI tanggal 1
Juni 1945, berdasarkan geopolitk, wilayah Indonesia adalah satu
kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke yang terletak antara dua
samudra dan dua dua benua. Rasa kebangsaan Indonesia dibentuk oleh
adanya kesatuan nasib, jiwa untuk bersatu dan kehendak untuk bersatu
serta adanya kesatuan wilayah yang sebelumnya bernama Nusantara.
Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana
menjadikan bangsa dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh.
Kepentingan nasional merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional
(Pembukaan UUD 1945 Alinea II), tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945
Alinea IV), maupun visi nasional (Ketetapan MPR No. VII/MPR/2001-
terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu,
demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara).
C. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
1. Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor-faktor
geografi, strategi, dan politik suatu negara, sedang implementasinya
diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional (Ermaya Suradinata
dalam Winarno, 2007:154).
Teori-Teori Geopolitik
a. Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904)
“Bahwa negara itu seperti organisme yang hidup.” Negara identik
dengan ruang yang ditempati oleh sekelompok masyarakat
(bangsa). Pertumbuhan negara sama dengan pertumbuhan
organisme yang memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang cukup
agar dapat tumbuh dengan subur. Jika negara ingin tetap hidup dan
berkembang butuh ekspansi (perluasan wilayah). Teori ini dikenal
sebagai teori organisme/biologis.
b. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1864-1922)
“Negara adalah suatu oranisme, bukan hanya mirip.” Negara
adalah satuan dan sistem politik yang menyeluruh yang meliputi
bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik, dan
krato politik. Negara sebagai organisme yang hidup dan intelektual
harus mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya
dengan melakukan ekspansi. Batas negara bersifat sementara
karena bisa diperluas.
c. Teori Geopolitk Karl Haushofer (1896-1946)
Melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen terutama pandangan
tentang lebensraum dan paham ekspansionisme. Jika jumlah
penduduk suatu wilayah negara semakin banyak sehingga tidak
sebanding lagi dengan luas wilayah, maka negara tersebut harus
berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup
(lebensraum) bagi warga negara.
2. Paham Geopolitik Bangsa Indonesia
Bagi bangsa Indonesia, geopolitik merupakan pandangan baru dalam
mempertimbangkan faktor-faktor geografis wilayah negara untuk
mencapai tujuan nasionalnya. Paham geopolitik bangsa Indonesia
terumuskan dalam konsepsi Wawasan Nusantara. Indonesia merupakan
negara kepulauan yang disebut Nusantara (nusa di antara air), sehingga
bisa disebut sebagai Benua Maritim Indonesia sebagaimana dirumuskan
dalam Pasal 25A UUD 1945 Amandemen IV : “NKRI adalah sebuah
negara kepulauan yang bercirikan nusantara dengan wilayah yang
batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.”
D. PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA
1. Perumusan Wawasan Nusantara
Cara pandang bangsa Indonesia mencakup :
a. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
1). Bahwa keutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan
kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang
hidup dan kesatuan mitra seluruh bangsa, serta menjadi modal
dan milik bersama bangsa.
2). Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan
berbicara dalam berbagai bahasa daerah, memeluk, dan
meyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
YME harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam
arti yang seluas-luasnya.
3). Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa
satu, senasib, sepenanggungan, sebangsa dan setanah air,
serta mempunyai satu tekad di dalam mencapai cita-cita
bangsa.
4). Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi
bangsa dan negara, yang melandasi, membimbing, dan
mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
5). Bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan
hukum, dalam arti bahwa hanya ada satu hukum yang
mengabdi kepada kepentingan nasional.
b. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
1). Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun
efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa
keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh
wilayah tanah air.
2). Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di
seluruh daerah, tanpa menanggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki
oleh daerah-daerah dalam mengembangkan ekonominya.
c. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial
Budaya
1). Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan
bangsa harus merupakan kehidupan yang serasi dengan
terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata
dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang
sesuai dengan kemajuan bangsa.
2). Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu.
Sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan
kekayaan budaya yang menjadi modal dan landasan
pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya
dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
d. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan
Pertahanan Keamanan
1). Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya
merupakan ancaman bagi seluruh bangsa dan negara.
2). Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban
yang sama di dalam pembelaan negara.
2. Batas Wilayah NKRI
a. Wilayah Daratan
Batas-batas dapat dibuat dengan sengaja atau dapat ditandai
dengan benda alam, seperti gunung, hutan dan sungai.
b. Wilayah Perairan
Meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan perairan
pedalaman.
c. Wilayah Udara
Yaitu wilayah yang berada di atas wilayah daratan dan lautan
(perairan) negara tersebut.
P
3. Unsur Dasar Wawasan Nusantara
a. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara meliputi
seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serbanusantara
dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya.
Setelah menegara dalam NKRI, bangsa Indonesia memiliki
organisasi kenegaraan yang nerupakan wadah berbagai kegiatan
kenegaraan dalam wujud supra struktur politik, sedang wadah
kehidupan bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam
wujud infra struktur politik.
b. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan
cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945.
c. Tata Laku (Conduct)
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi yang
terdiri dari tata laku batiniah (sikap jiwa, dan semangat setiap warga
negara untuk mendukung konsepsi Wawasan Nusantara) dan tata
laku lahiriah (perilaku atau tindakan setiap warga negara untuk
mengimplementasikan terwujudnya konsepsi Wawasan Nusantara.
4. Tujuan dan Manfaat Wawasan Nusantara
a. Tujuan Wawasan Nusantara
1). Tujuan ke dalam, menjamin perwujudan persatuan kesatuan
segenap aspek kehidupan nasional (polesosbudhankam).
2). Tujuan ke luar, terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia
yang serba berubah, dan ikut serta melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial serta mengembangkan suatu kerja sama dan
saling menghormati.
b. Manfaat Wawasan Nusantara
1). Diterima dan diakuinya konsepsi Wawasan Nusantara di forum
internasional.
2). Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia.
3). Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan
potensi sumber daya yang besar bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat.
4). Penerapan Wawasan Nusantara menghasilkan cara pandang
tentang keutuhan wilayah nusantara yang perlu dipertahankan
oleh bangsa Indonesia.
5). Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi
nasional.
Implikasi Persoalan yang dapat timbul dari penerapan konsep Wawasan
Nusantara adalah :
a. Persoalan garis batas/wilayah Indonesia dengan negara lain.
b. Masuknya pihak luar ke dalam wilayah yuridiksi Indonesia yang
tidak terkendali dan terawasi.
c. Adanya kerawanan-kerawanan di pulau-pulau terluar Indonesia.
d. Sentimen kedaerahan yang suatu saat berkembang dan dapat
melemahkan pembangunan berwawasan nusantara.
D. OTONOMI DAERAH DI INDONESIA
Penyelenggaraan negara secara garis besar diselenggarakan dengan dua
sistem, yakni sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi. Sistem
sentralisasi jika urusan yang bersangkutan aspek kehidupan dikelola di
tingkat pusat. Sistem desentralisasi adalah apabila sebagian urusan
pemerintahan diserahkan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah
tangganya.
Hakikat otonomi daerah adalah transfer authority from central government to
local government. Kewenangan dimaksud berkenaan dengan pengurusan
dan pengaturan, atau merupakan proses demokratisasi pemerintahan
dengan keterlibatan langsung masyarakat melalui pendekatan kelembagaan
perwakilan sebagai personifikasi.
NKRI memilih cara desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya
bukan sentralisasi, disebabkan karena :
1. wilayah Indonesia yang sangat luas;
2. daerah-daerah di Indonesia memiliki kondisi geografis dan budaya yang
berlainan.
Manfaat Desentralisasi :
1. Desentralisasi merupakan sarana untuk memangkas sejumlah red tape
dan prosedur yang terlalu kaku yang biasanya merupakan ciri
pelaksanaan dan manajerial di negara yang sedang berkembang
sebagai akibat dari terlalu menumpuknya kekuasaan, kewenangan, dan
sumber-sumber pada pemerintah pusat.
2. Desentralisasi akan memungkinkan penetrasi politik dan administrasi
atas kebijakan pemerintah nasional/pusat hingga ke daerah-daerah
pelosok/terpencil, di mana rencana pusat sering tidak diketahui dan
diabaikan oleh orang-orang desa atau digerogoti oleh elite-elite lokal
dan dukungan terhadap rencana pembangunan nasional sering amat
buruk.
3. Desentralisasi memungkinkan terwakilinya berbagai kelompok politik,
keagamaan, kesukuan/etnis dalam proses pembuatan keputusan
pembangunan, sehingga memberi peluang terciptanya keadilan dari
alokasi sumber-sumber dan investasi pemerintah.
(Rondinelli dalam Syahrial Syarbaini, 2010:287)
Instrumen Desentralisasi :
1. Harus ada ruang lain selain institusi negara, artinya dalam pelaksanaan
desentralisasi dimungkinkan adanya ruang publik yang bebas yang
memungkinkan publik mengakses informasi dan bebas membicarakan
isu-isu yang menyangkut kepentingan bersama yang dikenal dengan
wacana publik.
2. Harus memungkinkan lahirnya institusi non pemerintah yang merdeka
atau civil society.
3. Munculnya Non-Government Organizations dan Grass Root
Organizations (NGOs dan GROs).
(Syahrial Syarbaini, 2010:288)
BAB VII
KETAHANAN NASIONAL
SEBAGAI
GEOSTRATEGI INDONESIA
Yudi Ariana
A. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
Terdapat tiga sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan nasional, sebagai
berikut :
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi, sudut pandang ini melihat
ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang
seharusnya dipenuhi.
2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan. Metode atau cara
dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan
salah satu konsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual
tentang pengaturan dan penyelenggaraan bernegara.
B. PERKEMBANGAN KONSEP KETAHANAN NASIONAL INDONESIA
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada
kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama
SESKOAD.
Adanya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina.
Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu
persatu kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam
dan Kamboja. Bahkan infiltrasi komunis mulai masuk ke Thailand, Malasyia
dan Singapura. Akankah pengaruh (baca : ancaman komunis) itu akan masuk
ke Indonesia?
Untuk itu perlu adanya kekuatan nasional yang antara lain: berupa unsur
kesatuan dan persatuan serta kekuatan nasional untuk menghadapi
komunisme.
Pada tahun 1968, pemikiran di lingkungan SSKAD (Sekolah Staff dan
Komando Angkatan Darat) tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga
Pertahanan Nasional). Gagasan dan pemikiran perlunya kekuatan nasional
guna menghadapi ancaman dilembagakan dalam bentuk ketahanan nasional.
Pada tahun 1969 lahirlah istilah ketahanan nasional yang menjadi pertanda
dari ditinggalkannya konsep kekuatan nasional.
Konsepsi ketahanan nasional waktu itu dirumuskan sebagai keuletan dan
daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional yang ditujukan untuk menghadapi segala ancaman dan
kekuatan yang membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa
Indonesia.
Kata segala berarti tidak hanya mencakup ancaman komunis, jadi spektrum
ancaman diperluas.
Kesadaran akan spektrum ancaman ini diperluas pada tahun 1972 menjadi
segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG).
Selanjutnya Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan
dalam GBHN 1973 yaitu Ketetapan MPR No IV/MPR/1973. Perumusannya
sesuai dengan tahun 1972.
Konsep ketahanan nasional berikut perumusan yang sama berlanjut pada
GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988.
Pada GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai konsep ketahanan
nasional sampai GBHN 1998. Konsepsi ketahanan nasional pada GBHN 1998
adalah rumusan yang terakhir.
Pada GBHN 1999 - sebagai GBHN terakhir sebab sesudahnya tidak
menggunakan GBHN lagi - tidak lagi ditemukan perumusan akan konsepsi
ketahanan nasional.
Geostrategi Indonesia sebagai pelaksanaan geopolitik Indonesia memiliki
dua sifat pokok :
1. Bersifat daya tangkal
Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan geostrategi
Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas,
eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
2. Bersifat developmental/pengembangan
Yaitu pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, hankam sehingga tercapai kesejahteraan
rakyat.
(Syahrial Syarbaini, 2010:298)
Hakikat Ketahanan Nasional :
Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan
suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju
kejayaan banga dan negara.
Sifat-Sifat Ketahanan Nasional :
1. Manunggal
2. Mawas ke dalam
3. Kewibawaan
4. Berubah menurut waktu
5. Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan
6. Percaya pada diri sendiri
7. Tidak bergantung pada pihak lain
C. UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan nasional sebagai kondisi memerlukan unsur-unsur yang
mempengaruhi sehingga negara memiliki kekuatan nasional.
Unsur/faktor/eleman/gatra apa saja yang dapat mempengaruhi kekuatan
nasional sebuah negara?
Banyak unsur/faktor/eleman/gatra yang mempengaruhi kekuatan negara
dalam menjalankan kehidupannya.
Para ahli memberikan pendapat-pendapat yang berbeda.
1. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou, terbagi menjadi
dua faktor yaitu :
a. faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya
alam
b. faktor berubah (dinamic factors) terdiri atas kemampuan industri,
militer, demografi, karakter nasional, moral nasional dan kualitas
diplomasi.
2. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray, terbagi menjadi dua
faktor yaitu :
a. Tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industri dan
militer;
b. Intagible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional dan
kualitas kepemimpinan
3. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins, terdiri atas : tanah,
sumber daya, penduduk, teknologi, ideologi , moral dan kepemimpinan.
4. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra, terdiri atas tiga
yaitu :
a. Alamiah terdiri atas : geografi, sumber daya dan penduduk;
b. Sosial terdiri atas : perkembangan ekonomi, struktur politik, dan
budaya & moral nasional;
c. lain-lain : ide, intelegensi, dan diplomasi, kebijaksanaan
kepemimpinan.
5. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan, terdiri atas : letak
geografi, wujud bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional &
sifat pemerintahan.
6. Unsur kekuatan nasional menurut Cline, terdiri atas : sinergi antara
potensi demografi dan geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi
nasional dan kemauan nasional.
7. Unsur kekuatan nasional model Indonesia, diistilahkan dengan gatra
yang dikembangkan oleh Lemhanas. Dikenal dengan nama Asta Gatra
yang terdiri atas Tri Gatra dan Panca Gatra.
a. Tri gatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas :
penduduk, sumber daya alam, dan wilayah
b. Panca gatra adalah aspek sosial (intagible) yang terdiri atas :
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Unsur-unsur Ketahanan Nasional tersebut dapat dielaborasi lebih lanjut.
• Penduduk yang bagaimana yang bisa berpengaruh positif bagi kekuatan
sebuah negara?
• Wilayah yang bagaimana yang mampu memberikan kontribusi bagi
kekuatan nasional suatu negara?
• Sumber daya alam yang bagaimana yang mempengaruhi kekuatan
nasional negara? dan seterusnya.
Jawaban eksploratif atas pertanyaan di atas sampai pada kesimpulan bahwa
pada hekekatnya ketahanan nasional adalah sebuah kondisi atau keadaan.
Dalam prakteknya, kondisi ketahanan nasional dapat diketahui melalui
pengamatan atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil
pengamatan yang mendalam itu akan menggambarkan tingkat ketahanan
nasional.
D. PEMBELAAN NEGARA
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan
pembelaan negara. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan
usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional.
Berdasarkan Pasal 27 dan Pasal 30 UUD 1945, masalah bela negara dan
pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara
Republik Indonesia.
Bela negara adalah setiap upaya untuk mempertahankan Republik Indonesia
terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri.
1. Makna Bela Negara
Berdasarkan Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 30 ayat (1) UUD
1945, dapat dikatakan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia, selain itu
di dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 ayat
(1) disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara”. Bahwa upaya bela negara adalah sikap dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara.
Konsep Bela Negara dapat diuraikan menjadi dua :
a. Secara fisik, yaitu dengan memanggul bedil
menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik
dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar.
b. Bela negara secara non fisik , yaitu segala upaya untuk
mempertahankan NKRI dengan cara meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah
air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.
Bela negara perlu dipahami dalam arti sempit (fisik) dan dalam arti luas
(fisik dan non fisik).
2. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara
Landasan hukum mengenai bela negara, antara lain :
a. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 Perubahan Kedua
b. Pasal 30 UUD 1945 Perubahan Kedua
Pelaksanaan pasal ini terdapat dalam :
1). UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
2). UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
3). UU No, 34 Tahun 2004 tentang TNI
Peran warga negara dalam bela negara disebutkan dalam Pasal 9 UU No.
3 Tahun 2002
3. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara
a. Bela Negara secara Fisik
Menurut UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat
dilakukan dengan :
1). Menjadi anggota TNI
2). Pelatihan Dasar Kemiliteran, melalui program Rakyat Terlatih
(Ratih) yang mempunyai fungsi :
(a). Ketertiban umum dilakukan pada masa
(b). Perlindungan masyarakat damai/bencana alam/
(c). Keamanan rakyat darurat sipil
(d). Perlawanan rakyat
Terdapat beberapa unsur Rakyat Terlatih (Ratih), antara lain :
(a). Resimen Mahasiswa (Menwa)
(b). Perlawanan Rakyat (Wanra)
(c ). Pertahanan Sipil (Hansip)
(d). Mitra Babinsa
(e). Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP)
(f). Wajib Militer (Wamil), bagi warga negara yang memenuhi
syarat, bila keadaan ekonomi dan keuangan negara
memungkinkan.
b. Bela Negara secara Non Fisik
Menurut UU No. 3 Tahun 2002, keikutsertaan warga negara dalam
bela negara secara non fisik dapat diselenggarakan melalui
pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan
profesi.
Keterlibatan warga negara dalam bela negara secara non fisik
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa, dan
dalam segala situasi, misalnya dengan cara :
1). Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk
menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan
pendapat dan tidak memaksakan kehendak;
2). Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian
yang tulus kepada masyarakat;
3). Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan
berkarya nyata (bukan retorika);
LANJUTAN..
4). Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap
hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi HAM;
5). Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar
dapat menangkal pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan
lebih bertaqwa kepada Allah SWT, melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaan masing-masing.
4. Identifikasi Ancaman terhadap Bangsa dan Negara
Ancaman dapat diartikan sebagai setiap usaha dan kegiatan, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap
bangsa.
Ancaman bisa diketegorikan dalam dua jenis:
a. Ancaman militer
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan
bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan
yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,
dan keselamatan segenap bangsa.
Bentuk-bentuk dari ancaman militer mencakup: agresi, spionase,
pelanggaran wilayah, sabotase, aksi teror bersenjata,
pemberontakan bersenjata, gerakan separatis, perang saudara
b. Ancaman non militer/nir militer seperti konflik komunal, kejahatan
lintas negara, perusakan lingkungan, bencana alam, penyakit.
E. INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA
Bentuk ancaman dewasa ini semakin kompleks dan luas tidak sekedar fisik
dan politis. Globalisasi abad XXI diyakini berpengaruh besar terhadap
kehidupan suatu bangsa. Globalisasi memberikan peluang yang akan
berdampak positif bagi kemajuan suatu bangsa, namun di sisi lain
menimbulkan ancaman yang ditengarai bisa berdampak negatif bagi bangsa
dan negara. Kemampuan nasional yang dikembangkan diharapkan harus
mampu menghadapi ancaman global yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan
menjadi anggota pasukan perdamaian (Kontingen Garuda/Konga) yang
dimulai sejak tahun 1957. Selain itu Indonesia tercatat sebagai anggota tidak
tetap Dewan Kemanan PBB.
Keanggotaan Indonesia dalam dewan keamanan PBB :
1. keanggotaan pertama peiode 1973-1974;
2. keanggotaan kedua periode 1995-1996;
3. keanggotaan ketiga periode 2007-2008.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya di
bidang diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alinea
IV, yang memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya
menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Beberapa pendapat mengenai Global dan Globalisasi, sebagai berikut :
1. Globalisasi berasal dari kata global yang berarti universal atau
intenasional. Jadi globalisasi yang berarti universalisasi atau
internasionalisasi.
2. Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa
bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya
yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang
transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan
ekonomi internasional.
3. Globalisasi didefiniskan sebagai fenomena yang menjadikan dunia
mengecil dari segi perhubungan manusia disebabkan oleh
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
Sebagai sebuah proses, globalisasi memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. terkait erat dengan kemajuan teknologi, arus informasi, dan komunikasi
yang lintas batas negara;
2. tidak dapat dilepaskan dari adanya akumulasi kapital, tingginya arus
investasi, keuangan, dan perdagangan global;
3. berkaitan dengan semakin tingginya intensitas perpindahan manusia,
barang, jasa, dan pertukaran budaya yang lintas batas negara;
4. ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan
ketergantungan tidak hanya antarbangsa/negara tetapi juga antar
masyarakat (Poppy S. Winanti dalam Winarno, 2007:191)
Selamat belajar!