bab i, ii, iii, iv k3 ruang rawat gabung

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi 1

Upload: adzhat-boysnurse

Post on 22-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis

obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang

cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical

errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai:

The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion)

or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya

kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah

direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan

tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan

perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near

Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius

tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi

tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan

diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan),

dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini

lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian

yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan

(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),

dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau

keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan

cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil

pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur

pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan

merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak

1

Page 2: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau

pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system

yang lain.

Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan

mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse

event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung

tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.

Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient

safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-

capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya.

Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN,

Building a Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat

inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse

Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World

Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk

meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005

tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk

tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan

memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan

mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan

pasien di rumah sakit.

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah

sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya

terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang

mampu menjawab permasalahan yang ada.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Terwujudnya keamanan dan keselamatan bagi setiap individu dalam ruang lingkup

pelayanan kesehatan di RS.

2

Page 3: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

Tujuan Khusus

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya KTD di RS

4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan

KTD.

C. Metode Penulisan

- Study Lapangan

- Kepustakaan

D. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Metode Penulisan

D. Sistematika Penulisa

BAB II Tinjauan Teori

A. Definisi

B. Tujuan

C. Sembilan solusi keselamatan Pasien di Rumah Sakit.

D. Standar Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.

E. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Safety.

BAB III Tinjauan Kasus

A. Laporan insiden

B. 7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

BAB II

3

Page 4: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada

tiga elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan bermacam – macam konsep

dasar, program regulasi yang berwenang misalnya penerapan standar pelayanan

rumah sakit, penerapan Quality Assurance, Total Quality Manajement, Countinuos

Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medik, indicator

klinis dan lain sebagainya.

Program – program tersebut telah dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

baik pada aspek struktur, proses maupun outcome, akan tetapi harus diakui pada

pelayanan yang berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir

dengan tuntutan hukum. Oleh karena itu diperlukan suatu program yang dikenal

dengan istilah Keslematan Pasien (patient Safety).

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system dimana rumah sakit 

membuat asuhan kepada pasien dengan aman. Patient Safety adalah bebas bagi pasien

dari harm/cedera (penyakit, cedera fisik, psikologis, social, penderitaan, cacad,

kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial, terkait dengan

pelayanan kesehatan. System tersebut meliputi : assessment risiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisa

insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi

solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. System tersebut diharapkan dapat

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan  oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Aspek yang harus di perhatikan yaitu :

1. Keselamatan/safety

Bebas dari bahaya atau risiko (hazard)

2. Hazard/bahaya

Adalah suatu keadaan, perubahan atau tindakan yang dapat meningkatkan risiko

pada pasien.

4

Page 5: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

3. Harm / cedera

Dampak yang terjadi akibat ganguan struktur  atau penurunan pungsi tubuh dapat

berupa fisik, spikologis dan social. Yang termasuk harm/cedera adalah penyakit,

cedera fisik/psikologis/social, pendeitaan, cacat dan kematian antara lain yaitu :

a. Penyakit/disease

Disfungsi fisik/psikis

b. Cedera/injuring

Kerusakan jaringan yang disebabkan agent

c. Penderitaan/suffering

Pengalaman atau gejala yang tidak menyenangkan, termasuk

nyeri,malaise, mual, muntah, depresi, agitasi, dan ketakutan.

d. Cacad/disability

Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan

aktifitas dan atau restriksi dalam pergaulan social yang berhubungan

dengan harm yang terjadi sebelumnya atau saat ini.

4. Keselamatan Pasien/pasien safety

Bebas, bagi pasien dari harm/cedera (penyakit,cedera fisik, psikologis, social,

penderitaan, cacad, kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang

potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan

5. Keselamatan Pasien di rumah sakit/hospital patient safety

Suatu system dimana rumah sakit memberikan asuhan pasien lebih aman. Hal ini

termasuk assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan risiko pasien; pelaporan dan analisa insiden; kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjut seperti implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya risiko.

6. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/ Patient Safety Incident

Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi

7. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event

Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien

akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.

Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis

karena tidak dapat dicegah.

5

Page 6: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

8. Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss

Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencedrai

pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena “keberuntungan” (mis, pasien 

terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat.)

B. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan

kejadian tidak diharapkan

C. Sembilan solusi keselamatan Pasien di Rumah Sakit.

WHO Colaborating Centre For Patient Safety pada tanggal 2 mei 2007 resmi

menerbitkan panduan “Nine Life-Saving Patient Safety Solutions” , Sembilan topik

yang diberikan solusinya adalah sebagai berikut :

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, Sound-Alike

Medication Names)

2. Pastikan identitas pasien

3. Komunikasikan secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.

4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concetrated)

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)

8. Gunakan alat injeksi sekali pakai

9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi

nosokomial

D. Standar Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.

Standar keselamatan pasien di rumah sakit yang disusun mengacu pada

“hospital patient Safety Standars” yang dikeluarkan oleh  Joint Commision on

Acreditation of healt organizations, lllinois, USA, tahun 2001, yang disesuaikan

dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia. Standar Keselamatan pasien

wajib diterapkan oleh rumah sakit.

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak pasien

6

Page 7: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesimbungan pelayanan

4. Penggunaan metode – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staff tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Standar I. Hak pasien

Standar

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang

rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak

diharapkan.

Kriteria :

1.1 Harus ada dokter penangung jawab pelayanan

1.2 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

1.3 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas

dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,

pengobatan, atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya

kejadian tidak diharapkan

Standar II : Mendidik pasien dan keluarga

Standar :

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung

jawab pasien dalam asuhan pasien

Kriteria :

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan

pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu, dirumah sakit

harus ada system dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban

dan tangung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut

diharapkan pasien dan keluarga dapat :

1.1 Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur

1.2 Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga

1.3 Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

7

Page 8: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

1.4 Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

1.5 Mematuhi intruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

1.6 Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

1.7 Memenuhi kewajiban financial yang disepakati

Standar III : Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standar :

Rumah sakit menjamin kesinambiungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar

tenaga unit pelayanan.

Kriteria :

1.1 Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,

pemeriksaan, diagnose, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan

dan saat pasien keluar dari rumah sakit

1.2 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap

pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar

1.3 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk

memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan social,

konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

1.4 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif

Standar IV : Penggunaan metode – metode peningkatan kinerja untuk melakukan

Evaluasi dan program keselamatan pasien

Standar :

Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara

intensif kejadian tidak diharapkan. Dan melakukan perubahan untuk meningkatkan

kinerja serta keselamatan pasien

Kriteria :

1.1 Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang baik mengacu pada

visi, misi dan tujuan rumah sakit, kebutuhan petugas pelayanan kesehatan, kaidah

klinis terkini, praktek bisnis yang sehat, factor lain yang berpotensi risiko bagi

pasien sesuai dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit

8

Page 9: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

1.2 Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang lain terkait

dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen resiko, utikisasi, mutu

pelayanan, keuangan

1.3 Setiap rumah skait harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD,

dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi

1.4 Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisa

untuk menentukan perubahan system yang diperlukan, agar kinerja dan

keselamatan pasien terjamin.

Standar V : Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standar :

1.1 Pimpinan ,mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien

secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “ Tujuh Langkah Menuju

Keselamatan Pasien Rumah Sakit”

1.2 Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi resiko

keselamatan pasien dan program penekanan atau mengurangi KTD

1.3 Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit

dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan

pasien

1.4 Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, 

dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien

1.5 Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi dalam meningkatkan

kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria :

1.1 Terdapat tim antar disiplin ilmu untuk mengelola program keselamatan pasien

1.2 Terdapat program proaktif untuk indetifikasi resiko identifikasi risiko

keselamatan dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis – jenis

kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera”

(Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan” (Adverse event).

1.3 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah

sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien

1.4 Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan

keperawatan pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain

dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

9

Page 10: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

1.5 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden

termasuk penyediaan informasi dengan benar dan jelas tentang analisa akar

masalah (RCA) “KNC/Near miss”  dan “kejadian sentinel” pada saat program

keselamatan pasien mulai dilaksanakan

1.6 Tersedia mekanisme untuk  menangani berbagai insiden, misalnya menangani

kejadian sentinel atau kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk

mekanisme untuk mendukung staff dala kaitannya dengan kejadian sentinel.

1.7 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antara unit dan

antara pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan disiplin.

1.8 Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan dalam perbaikan

kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien. Termasuk evaluasi

berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut

1.9 Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria

objektif untuk mengevalulasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan

keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasi

Standar VI : Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar :

1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi  untuk

setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien

secara jelas

2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatiihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staff serta

pendekatan interdisipllin dalam pelayanan pasien

Kriteria:

1.1 Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan pelatihan dan

orientasi bagi staff baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai tugasnya

masing – masing

1.2 Setiap rumah sakit mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap

kegiatan in – service training dan member pedoman yang jelas tentang

pelaporan insiden

1.3 Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama

kelompok teamwork guna mendukung pendekatan interdisplin dan kolaboratif

dalam rangka melayani pasien

10

Page 11: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

Standar VII : Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai 

keselamatan pasien

Standar :

1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal.

2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

Kriteria :

1.1 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal – hal terkait

dengan keselamatan pasien

1.2 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk

merevisi manajemen informasi yang ada.

E. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Safety

Mengacu pada standar keselematan pasien,maka rumah sakit harus

mendesaign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif kejadian

tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta

keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut harus disesuaikan dengan “Tujuh

Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Berkaitan dengan hal tersebut maka

perlu ada kejelasan perihal tujuah langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut.

Uraian  Tujuh Langkah Menuju Keselamatan pasien Rumah Sakit adalah sebagai

berikut :

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil

Langkah penerapannya :

a. Bagi rumah sakit

Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang

dilakukan staff segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah – langkah

pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan

kepada staff, pasien dan keluarga.

1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan

akuntabilitas individual bilamana ada insiden

11

Page 12: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di

rumah sakit

3) Lakukan asesmen dengan mengggunakan survey penilaian keselamatan

pasien

b. Bagi unit/tim

1) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai

kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden

2) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran – ukuran yang dipakai di

rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara

terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan

tindakan/solusi yang tepat

2. Pimpin dan dukung staff anda

Bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien

di rumah sakit anda.

a. Untuk rumah sakit

1) Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yagn bertanggung jawab atas

keselamatan pasien

2) Identifikasi ditiap bagian rumah sakit, orang – orang yang dapat

diandalkan untuk menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien.

3) Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/pimpinan

maupun rapat – rapat manajemen rumah sakit

4) Masukan keselamatan pasien dalam semua program latihan staff rumah

sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.

b. Untuk unit/tim

1) Nominasikan penggerakan dalam tim anda sendiri untuk memimpin

gerakan keselamatan pasien

2) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi

mereka dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien

3) Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Kembangkan system dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi

assesmen hal yang potensial masalah.

Langkah penerapan :

12

Page 13: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

a. Untuk rumah sakit

1) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko

klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan

terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staff.

2) Kembangkan indikator – indikator kinerja bagi system pengelolaan

risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit.

3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system

pelaporan insiden dan assemen risiko untuk dapat secara proaktif

meningkatkan kepedulian terhadap pasien.

b. Untuk unit/Tim

1) Bentuk forum – forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu – isu

keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen

yang terkait.

2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses assemen

risiko rumah sakit

3) Lakukan proses assesmen risiko secara teratur, untuk menentukan

akseptabilitas setiap risiko dan ambilah langkah – langkah yang tepat

untuk memperkecil risiko tersebut

4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke

proses assesmen dan pencatatan risiko rumah sakit

4. Kembangkan system pelaporan

Pastikan staff anda agar dengan mudah melaporkan kejadian/insiden, serta

rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (KKPRS)

Langkah penerapan:

a. Untuk Rumah sakit

Lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden ke dalam maupun

keluar, yang harus dilaporkan ke KPPRS – PERSI

b. Untuk Unit/TIM

Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan

setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi

juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

Kembangkan cara – cara komunikasi yang terbuka dengan pasien

13

Page 14: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

a. Untuk Rumah Sakit

1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan

cara – cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden

dengan para pasien dan keluarga.

2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar

dan jelas bilamana terjadi insiden.

3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar

selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya

b. Untuk TIM/ Unit

1) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan

keluarganya jika terjadi insiden.

2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi

insiden dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan

benar – benar tepat

3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukan empati kepada pasien

dan keluarganya

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

Dorong staff anda untuk melakukan analisa akar masalah untuk belajar

bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.

Langkah – langkah penerapan :

a. Untuk Rumah sakit

1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden

secara tepat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab

2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria

pelaksanaan analisa akar masalah (RCA)  yang mencakup insiden yang

terjadi dan minimum satu kali pertahun melakukan falirue modes and

effects analisis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.

b. Untuk unit/TIM

1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari analisa insiden

2) Identifikasi unit atau bagian yang lain yang mungkin terkena dampak

dimasa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas

7. Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan

perubahan pada system pelayanan

14

Page 15: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

a. Untuk Rumah sakit

1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system

pelaporan, assemen risiko, kajian  insiden dan audit serta analisa untuk

menentukan solusi setempat.

2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan

proses), penyesuaian pelatihan staff dan/atau kegiatan klinis, termasuk

penggunaan instrument yang menjamin keselamatan pasien.

3) Lakukan assesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan

4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS – PERSI

5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas

insiden yang dilaporkan

b. Untuk unit/TIM

1) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat

asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman

2) Telaah kembali perubahan – perubahan yang dibuat tim anda dan

pastikan pelaksanaannya

3) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut

tentang insiden yang dilaporkan

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Laporan insiden

1. Data penderita :

15

Page 16: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

Nama inisial : Ny. i

Umur : 33 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 90 kg

2. Data perusahaan

Nama perusahaan : RSUD KARAWANG

Jenis perusahaan : Tipe B Non Pendidikan

Lokasi perusahaan: Galuh Mas

3. Jenis kejadian

Kejadian tidak diharapkan : Tidak ada

Kejadan nyaris cedera : Tidak ada

Akibat penggunaan alat : Tidak ada

Lain – lain, sebutkan :

1) Pakai infus set karena alasan dana kebanyakan menggunakan jampersal.

2) Transfuse darah sudah habis 4 kolf.

Lab tanggal 11.

Hb 9,1

Leukosit 15, 86

Lab tanggal 19/11/2013

Albumin 1,85

Leukosit 17,69

Trombosit 253rb

Ht 27,1

Natrium 132

Kalium 4,2

Klorida 106

Nifas hari ke 7

3) Terdapat Catatan keperawatan dan catatan kebidanan .

4) Hari pertama di ruangan Rawat gabung mendapatkan MGSO4

16

Page 17: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

5) Tidak terdapat tempat tidur bayi Ny. i .

6) Terdatapat nama bayi atau tanda pengenal di pergelangan kaki.

7) Posisi infuse menghambat pergerakan pada pasien.

8) Tidak ditemukan balance cairan.

9) Nifas hari ke 5.

4. Tanggal dan waktu kejadian

Tanggal : -

Waktu : -

5. Kejadian menyangkut

Karyawan operator : Tidak ada

Karyawan lain, sebutkan : Tidak ada

6. Tempat kejadian

Unit / kerja/ departemen : Tidak ada

Lokasi kejadian : tidak ada

7. Akibat kejadian terhadap penderita

Kematian : Tidak ada

Membahayakan jiwa : Tidak ada

Perlu perawatan RS : Tidak ada

Timbul cedera : Tidak ada

Timbul kecacatan : Tidak ada

Memerlukan tindakan : Tidak ada

8. Orang pertama yang melaporkan kejadian

Petugas kesehatan :

Penderita :

Karyawan lain :

9. Kronologi kejadian

Klien datang ke RSUD karawang usia kehamilan 9 bulan. Dengan komplikasi

KPD, Pada minggu pagi pukul 10.00 wib lahirnya seorang anak perempuan.

Setelah itu terjadi perdarahan, dokter menyarankan untuk dilakukan histerektomi

subdural. Pada hari minggu itu juga di lakukan histerektomi, setelah dilakukan

histerektomi klien mengalami penurunan kesadaran dan klien di rawat di ICU

selama 2 hari. Kemudian setelah kesadaran klien kembali normal klien di bawa di

17

Page 18: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

rawat gabung untuk di lakukan perawatan lanjut. Setelah dilakukan perawatan

pada balutan klien terdapat infeksi tanda-tandanya terdapat darah dan nanah di

luka operasi Caesar .

10. Tindakan yang di lakukan segera setelah kejadian, hasilnya

-

11. Factor-faktor yang berpengaruh (aspek system/staf/karyawan)

-

12. Kemungkinan tindakan pencegahan (pemikiran tentang kemungkinan pencegahan

yang dapat diambil )

-

13. Catatan petugas yang bertanggung jawab di lokasi pada saat kejadian :

-

14. Catatan kepala unit kerja

-

15. Apakah kejadian ini pernah terjadi di unit kerja yang sama ?

-

16. Apakah kejadian ini pernah terjadi di unit kerja lain

-

17. Hasil analisa

-

18. Solusi pemecahan masalah

B. 7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN

NO INSTRUMEN ADA/TIDAKKETERANGAN/AKAR

MASALAHSOLUSI

1 Sosialisasi hak dan

kewajiban pasien

Tidak ada Tidak ada sosialisasi dan

hak dan kewajiban pasien

Harus dibentuk

sosialisasi

dalam bentuk

lisan dan

18

Page 19: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

DPJP (dokter

penanggung jawab

pasien )

CP (clinical

pathway)

Rencana Pelayanan

Dr.DPJP

Penjelasan dr. DPJP

Ada

Tidak ada

Ada

Ada

Ada formmya saja , tapi

tidak di isi oleh dokter

dan tidak ada tanda

tangan dokter.

Tidak ada clinical

pathway yang

diberlakukan di ruangan.

tulisan.

Form harus di

isi oleh dokter

dan di tanda

tangani.

Harus di

adakan Clinical

pathway.

2 Koordinasi antar

tenaga/unit

pelayanan

Ada

3 TIM KPRS

(program s.d

evaluasi)

Tidak ada Belum dibentuknya Tim

KPRS

Harus dibentuk

tim KPRS

4 Diklat seluruh staf

tentang KP

Tidak ada

5 Orientasi karyawan

baru

Ada

C. 7 LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN

NO INSTRUMEN ADA/TIDAK KETERANGAN/AKAR

MASALAH

SOLUSI

1 Kebijakan /SK tim KPRS

Tupoksi

Tidak ada Belum dibentuknya

kebijakan / Tim KPRS.

Segera bentuk

tim KPRS

19

Page 20: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

Program kerja

Sosialisasi

Prosedur

System pelaporan

(internal/eksistensi)

evaluasi

2 Rapat tim dengan

manajemen

Tidak ada Tidak adanya tim KPRS

diRS.

Pembentukan

kembali tim

KPRS

3 Identifikasi risiko dan

assesmen

Tidak ada Belum adanya

sosialisasi

Harus diadakan

sosialisasi

tentang

identifikasi

risiko dan

assesmen.

4 SOP bila terjadi insiden Ada

5 Analisis akar masalah

semua insiden

Ada

6 Mekanisme umpan balik Ada

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan 

20

Page 21: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk

menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,

sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja

Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan dari

zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan), Bahan beracun, korosif

dan kaustik, Bahaya radiasi, Luka bakar, Syok akibat aliran listrik, Luka sayat akibat

alat gelas yang pecah dan benda tajam & Bahaya infeksi dari kuman, virus atau

parasit.

B. Saran

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia secara

umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi

yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi

tersebut mencerminkan kesiapan daya saing pelayanan dan kualitas saranan kesehatan

Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit

menghadapi persaingan global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan

tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan pelayanan tersebut

sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian

instansi itu sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan

perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi

atau bermartabat.

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis

sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan

kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin

tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya

kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Bab i, II, III, IV k3 Ruang Rawat Gabung

Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan latihan, alih

bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC

Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit, Jakarta.:Depkes

RI

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996

22