bab i maskulinisasi
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 BAB I Maskulinisasi
1/2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan tilapia
yang indigenous di Benua Afrika. Namun demikian, pada saat ini ikan nila telah
menyebar di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia (opma ! "o#shin
$%%&). 'ecara global, ikan tilapia merupakan salah satu komoditas penting dengan
produksi dan kebutuhan yang semakin meningkat (itsimmons *++).
-epartemen elautan dan erikanan (-) juga menempatkan ikan nila
sebagai salah satu ikan budidaya air ta/ar yang mempunyai nilai ekonomis
penting dan 0erupakan salah satu dari $+ komoditas utama kegiatan budidaya.
'ecara biologis, laju pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat dibandingkan
dengan ikan nila betina (se1ual dimorphism) (opma ! 0asser $%%%). -ata2
data empiris pada budidaya ikan nila menunjukkan penggunaan populasi
tunggal kelamin (mono2se1) jantan akan memberikan produksi lebih baik
dibandingkan populasi campuran (mi1ed2se1) (3akocy ! 0c4inty $%%5 6a#e
$%%75 6a#e $%%85 9hapman *+++5 -unham *++:5 4ustiano *++8).
'elain disebabkan oleh fenomena se1ual dimorphism, budidaya ikan nila
menggunakan benih dengan kelamin jantan dan betina yang dicampur juga
mengalami pertumbuhan yang relatif lebih lambat. ;al ini karena terjadinya
kematangan kelamin dini pada populasi campuran (0air et al. $%%&). -ijelaskan
lebih lanjut bah/a kematangan ke lamin dini tersebut dapat menghambat
pertumbuhan populasi karena energi yang digunakan untuk pertumbuhan sebagian
terbagi untuk perkembangan kematangan gonad. 'elain itu, adanya anakan yang
tidak dikehendaki pada populasi kelamin campuran juga mengakibatkan energi
yang harus dikeluarkan dalam rangka kompetisi mencari makan semakin besar.
-ampak yang terjadi adalah rendahnya biomasa ikan pada /aktu panen yang
dapat mencapai 7+2&+
-
8/16/2019 BAB I Maskulinisasi
2/2
jantan yang banyak dilakukan adalah dengan metode pembalikan kelamin atau
se1 reversal.
6eknik se1 re#ersal pada ikan nila yang banyak dilakukan adalah dengan
penambahan hormon sintetik $>a2methyltestosterone ($>a2mt). ;asil penelitian
menunjukkan bah/a penambahan hormon $>a2mt pada pakan dengan dosis :+28+
mg?kg pakan selama 72: minggu pada benih ikan nila berumur >2% hari setelah
menetas efektif untuk se1 re#ersal dan mampu menghasilkan populasi jantan
mendekati $++< ( Bo/ker et al. *++>). Namun berdasarkan 'urat eputusan
0enteri elautan dan erikanan nomor @.*+?0@N?*++7, hormon $>a2mt
termasuk dalam klasifikasi obat keras yang berarti bah/a peredaran dan
pemanfaatannya menjadi semakin dibatasi terkait dengan dampak negatif yang
dapat ditimbulkan, baik kepada ikan, manusia maupun lingkungan. ;ormon $>a2
mt yang notabene merupakan hormon sintetik bersifat karsinogenik bagi manusia.
'elain itu, hormon ini juga berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
karena sulit terdegradasi secara alami. 9ontreras2'nce et al. (*++$) melaporkan
bah/a residu anabolik $>a2mt masih tertinggal dalam sedimen kolam setelah 7
bulan penggunaannya pada maskulinisasi benih ikan nila.
1.2 Tujuan
$. 6ujuan dari praktikum ini adalah untuk menghasilkan populasi benih
nila jantan pemberian pakan dengan hormon $>20etiltestosteron
kepada lar#a ikan nila.
*. Agar mahasis/a nanti mampu menerapkan tehnik dari program se1
re#ersal (monose1) pada biota budidaya yang dikembangkan.
1.3 Manfaat Praktikum
$. 0ahasis/a dapat mengetahui teknik maskulinisasi pada ikan nila yang
benar.
*. 0ahasis/a dapat mengetahui dosis yang tepat untuk pemberian $>2
0etiltestosteron pada lar#a nila.