bab i maskulinisasi

Upload: fiyan

Post on 05-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 BAB I Maskulinisasi

    1/2

    BAB I

    PENDAHULUAN

     

    1.1 Latar Belakang

    Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan tilapia

    yang indigenous di Benua Afrika. Namun demikian, pada saat ini ikan nila telah

    menyebar di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia (opma ! "o#shin

    $%%&). 'ecara global, ikan tilapia merupakan salah satu komoditas penting dengan

     produksi dan kebutuhan yang semakin meningkat (itsimmons *++).

    -epartemen elautan dan erikanan (-) juga menempatkan ikan nila

    sebagai salah satu ikan budidaya air ta/ar yang mempunyai nilai ekonomis

     penting dan 0erupakan salah satu dari $+ komoditas utama kegiatan budidaya.

    'ecara biologis, laju pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat dibandingkan

    dengan ikan nila betina (se1ual dimorphism) (opma ! 0asser $%%%). -ata2

    data empiris pada budidaya ikan nila menunjukkan penggunaan populasi

    tunggal kelamin (mono2se1) jantan akan memberikan produksi lebih baik 

    dibandingkan populasi campuran (mi1ed2se1) (3akocy ! 0c4inty $%%5 6a#e

    $%%75 6a#e $%%85 9hapman *+++5 -unham *++:5 4ustiano *++8).

    'elain disebabkan oleh fenomena se1ual dimorphism, budidaya ikan nila

    menggunakan benih dengan kelamin jantan dan betina yang dicampur juga

    mengalami pertumbuhan yang relatif lebih lambat. ;al ini karena terjadinya

    kematangan kelamin dini pada populasi campuran (0air et al. $%%&). -ijelaskan

    lebih lanjut bah/a kematangan ke lamin dini tersebut dapat menghambat

     pertumbuhan populasi karena energi yang digunakan untuk pertumbuhan sebagian

    terbagi untuk perkembangan kematangan gonad. 'elain itu, adanya anakan yang

    tidak dikehendaki pada populasi kelamin campuran juga mengakibatkan energi

    yang harus dikeluarkan dalam rangka kompetisi mencari makan semakin besar.

    -ampak yang terjadi adalah rendahnya biomasa ikan pada /aktu panen yang

    dapat mencapai 7+2&+

  • 8/16/2019 BAB I Maskulinisasi

    2/2

     jantan yang banyak dilakukan adalah dengan metode pembalikan kelamin atau

    se1 reversal.

    6eknik se1 re#ersal pada ikan nila yang banyak dilakukan adalah dengan

     penambahan hormon sintetik $>a2methyltestosterone ($>a2mt). ;asil penelitian

    menunjukkan bah/a penambahan hormon $>a2mt pada pakan dengan dosis :+28+

    mg?kg pakan selama 72: minggu pada benih ikan nila berumur >2% hari setelah

    menetas efektif untuk se1 re#ersal dan mampu menghasilkan populasi jantan

    mendekati $++< ( Bo/ker et al. *++>). Namun berdasarkan 'urat eputusan

    0enteri elautan dan erikanan nomor @.*+?0@N?*++7, hormon $>a2mt

    termasuk dalam klasifikasi obat keras yang berarti bah/a peredaran dan

     pemanfaatannya menjadi semakin dibatasi terkait dengan dampak negatif yang

    dapat ditimbulkan, baik kepada ikan, manusia maupun lingkungan. ;ormon $>a2

    mt yang notabene merupakan hormon sintetik bersifat karsinogenik bagi manusia.

    'elain itu, hormon ini juga berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan

    karena sulit terdegradasi secara alami. 9ontreras2'nce et al. (*++$) melaporkan

     bah/a residu anabolik $>a2mt masih tertinggal dalam sedimen kolam setelah 7

     bulan penggunaannya pada maskulinisasi benih ikan nila.

    1.2 Tujuan

    $. 6ujuan dari praktikum ini adalah untuk menghasilkan populasi benih

    nila jantan pemberian pakan dengan hormon $>20etiltestosteron

    kepada lar#a ikan nila.

    *. Agar mahasis/a nanti mampu menerapkan tehnik dari program se1

    re#ersal (monose1) pada biota budidaya yang dikembangkan.

    1.3 Manfaat Praktikum

    $. 0ahasis/a dapat mengetahui teknik maskulinisasi pada ikan nila yang

     benar.

    *. 0ahasis/a dapat mengetahui dosis yang tepat untuk pemberian $>2

    0etiltestosteron pada lar#a nila.