bab i pendahuluan - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakip benih...
TRANSCRIPT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden yang tertuang dalam Instruksi Presiden
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Direktorat
Perbenihan Hortikultura pada tahun 2014 menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja pimpinan
beserta jajarannya dalam memanfaatkan anggaran pembangunan yang bersumber dari
APBN. Metode penyusunan LAKIP telah diatur dalam Keputusan menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KepmenPan dan RB) Nomor
: 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan, tanaman sayuran,
tanaman florikultura dan tanaman obat merupakan komoditas yang sangat prospektif
untuk dikembangkan mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
internasional yang masih terus meningkat. Selain itu meningkatnya pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat juga mendorong peningkatan kemampuan daya beli dan
preferensi permintaan masyarakat terhadap komoditas hortikultura dalam rangka
diversifikasi konsumsi, peningkatan gizi dan peningkatan gaya hidup.
Dalam era globalisasi, perdagangan komoditas hortikultura semakin terbuka untuk
dikembangkan sehingga berpeluang untuk berperan dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat. Peningkatan produktivitas dan mutu produksi komoditas hortikultura
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan agribisnis hortikultura
yang berdaya saing dan berkelanjutan. Keberhasilan dalam peningkatan produktivitas
dan mutu produksi hortikultura sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pengembangan
inovasi terutama dalam penggunaan benih bermutu dari varietas unggul disertai dengan
penyediaan sarana produksi yang memadai.
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/O.T.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka Direktorat Perbenihan
mempunyai tugas “Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis
dan evaluasi dibidang perbenihan hortikultura”.
Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Direktorat Perbenihan Hortikultura
menyelenggarakan fungsi :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 2
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang benih tanaman buah, sayuran, obat, dan
florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
2. Pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis di bidang benih tanaman buah,
sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang benih tanaman buah,
sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman buah, sayuran,
obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Hortikultura.
Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, Direktorat Perbenihan Hortikultura
mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :
1. Subdirektorat Benih Tanaman Buah;
2. Subdirektorat Benih Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat;
3. Subdirektorat Benih Tanaman Florikultura;
4. Subdirektorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih;
5. Subbagian Tata Usaha;
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Subdirektorat Benih Tanaman Buah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
benih tanaman buah.
Subdirektorat Benih Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi
teknis, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman tanaman sayuran dan tanaman obat.
Subdirektorat Benih Tanaman Florikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
benih tanaman florikultura.
Subdirektorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
penilaian varietas dan pengawasan mutu benih.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 3
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa
komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain;
Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi kinerja.
Komponen perencanaan kinerja meliputi; a) Indikator Kinerja Utama (IKU), b) Rencana
Strategis (Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK)
atau juga sering disebut sebagai perjanjian kinerja.
2.1. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Utama Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2014 telah
disesuaikan dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 49 Tahun 2013 tentang
IKU Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014, ditetapkan dan telah menjadi
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1185/Kpts/OT.140/3/2010 tentang penetapan
IKU di lingkup Kementerian Pertanian tahun 2010-2014. Berdasarkan SK Menteri
Pertanian tersebut, Indikator Kinerja Utama Direktorat Perbenihan Hortikultura
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Perbenihan Hortikultura
Sasaran Uraian Sumber Data
Terfasilitasinya
penyediaan benih bermutu
dalam mendukung
peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu
produk tanaman
hortikultura
1. Peningkatan
ketersediaan benih
bermutu (%)
- Direktorat
Perbenihan
Hortikultura
- Dinas
Pertanian
Propinsi
- BPSBTPH,
BBH
2. Penggunaan benih
unggul bermutu (%)
- Direktorat
Perbenihan
Hortikultura
- Diperta Prop,
Kab/Kota
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 4
2.2. Rencana Strategis (Renstra)
Renstra Direktorat Perbenihan Hortikultura merupakan perangkat untuk mencapai
harmonisasi perencanaan pembangunan sistem perbenihan hortikultura secara
menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergis baik dalam lingkup internal Direktorat
Jenderal Hortikultura, lingkup Kementerian Pertanian maupun secara eksternal
dengan instansi lain di luar Kementerian Pertanian. Renstra Direktorat Perbenihan
Hortikultura tahun 2010 - 2014 merupakan acuan, arahan kebijakan dan strategi
pembangunan perbenihan hortikultura dengan mempertimbangkan berbagai kondisi
baik internal maupun eksternal serta kecenderungan perkembangan perbenihan
masa mendatang.
Renstra Direktorat Perbenihan Hortikultura merupakan penerjemahan lebih lanjut
dari Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai acuan bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perbenihan di
semua tingkatan baik di pusat, propinsi dan kabupaten. Renstra Direktorat
Perbenihan Hortikultura dilengkapi dengan kinerja program dan sasaran produksi
yang ingin dicapai, kegiatan, panduan untuk melaksanakan program dan kegiatan
tersebut selama periode 2010 – 2014, yang kemudian menyesuaikan dengan revisi
Renstra Direktorat Jenderal pada tahun 2011 menjadi Renstra Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2011 – 2014 yang mencakup :
2.2.1. Visi dan Misi
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika
lingkungan strategis, maka Visi Pembangunan Perbenihan tahun 2010 - 2014
adalah ”Tersedianya benih hortikultura dalam jumlah yang cukup, tepat
varietas, tepat kualitas, tepat waktu dan harga terjangkau untuk
mendukung agribisnis hortikultura yang berdaya saing dan
berkelanjutan”.
Dalam rangka mencapai visi pembangunan perbenihan tersebut, Direktorat
Perbenihan Hortikultura mengemban Misi sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan perbenihan secara nasional dengan
memperhatikan kebijakan di propinsi serta kabupaten/kota.
b. Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha
perbenihan dan sarana produksi serta memfasilitasi berkembangnya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 5
kerjasama/kemitraan bisnis antara kelompok penangkar dan pengusaha
yang saling menguntungkan.
c. Meningkatkan kualitas SDM aparat pemerintah pada instansi terkait
maupun pelaku agribisnis perbenihan.
d. Mengembangkan inovasi dan adopsi teknologi perbenihan.
e. Mempromosikan penggunaan benih bermutu varietas unggul kepada
masyarakat agribisnis hortikultura.
2.2.2. Tujuan, Target dan Sasaran Strategis
Sejalan dengan visi dan misi yang diemban, maka tujuan pembangunan
perbenihan tahun 2010 - 2014 adalah :
a. Meningkatkan ketersediaan benih bermutu varietas unggul sesuai dengan
perkembangan teknologi dan permintaan konsumen.
b. Meningkatkan penerapan stándar mutu benih dan pengawasan peredaran
benih dalam menjamin mutu benih.
c. Meningkatkan penerapan inovasi dan adopsi teknologi perbenihan di
tingkat pelaku usaha.
d. Memberdayakan potensi nasional di bidang perbenihan dan
meningkatkan peran swasta dalam penumbuhan industri benih nasional.
Sasaran pembangunan perbenihan hortikultura tahun 2010 – 2014 adalah :
a. Terpenuhinya kebutuhan benih bermutu dari varietas unggul sesuai
permintaan konsumen.
b. Terwujudnya usaha perbenihan hortikultura yang tangguh, mandiri, dan
kelanjutan.
Mengacu pada target utama Direktorat Jenderal Hortikultura, maka target
utama Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2010 – 2014 adalah :
a. Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran dan tanaman obat
b. Peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura
c. Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah
d. Peningkatan ketersediaan benih tanaman obat
e. Penguatan kelembagaan perbenihan
f. Pemasyarakatan benih bermutu
g. Sarana prasarana
h. Pedoman-pedoman
i. Layanan perkantoran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 6
Sasaran peningkatan ketersediaan benih hortikultura tahun 2014 adalah
benih tanaman sayur 4%, benih tanaman florikultura 3 %, benih tanaman
buah 4 %, dan benih tanaman obat 2 %.
2.2.3. Arah Kebijakan, Strategi dan Program
Sesuai dengan kebijakan pengembangan hortikultura yaitu “Peningkatan
produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor melalui penerapan
GAP/SOP, penerapan PHT, GHP, perbaikan kebun, penerapan teknologi
maju, fasilitasi sarana produksi benih dan penggunaan benih bermutu”. Maka
arah kebijakan pengembangan perbenihan adalah :
a. Peningkatan ketersediaan benih bermutu hortikultura (benih tanaman
sayuran dan tanaman obat, tanaman florikultura, tanaman buah) sesuai
prinsip 7 tepat (tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, lokasi, waktu, dan
harga).
b. Penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura dengan meningkatkan
kapasitas kelembagaan perbenihan melalui pembinaan, pengawasan
peredaran dan sertifikasi benih bermutu, fasilitasi saran produksi benih
untuk penangkar (screenhouse, gudang benih, shading net, sarana
irigasi, dll).
c. Pemasyarakatan benih bermutu melalui penyediaan/ fasilitasi benih
bermutu untuk diserahkan kepada masyarakat, penyebar luasan
pengenalan varietas baru melalui kebun contoh, demplot, jambore
varietas, leaflet, pameran atau media massa lainnya.
d. Peningkatan peran produsen benih/ penangkar dan pelaku usaha
perbenihan dalam membangun industri benih dengan melakukan
pembinaan dan koordinasi demi terwujudnya pembangunan perbenihan
seutuhnya. ................................
Strategi pengembangan perbenihan hortikultura yang merupakan penjabaran
dan strategi pengembangan hortikultura meliputi :
a. Penataan kelembagaan perbenihan melalui peningkatan kompetensi
SDM, modernisasi peralatan, pengembangan sistem, standarisasi proses
dan akreditasi, peningkatan peran dan fungsi, penguatan teknologi
informasi, pendelegasian kewenangan indeksing kepada BPSBTPH, dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 7
delegasi legislasi produksi benih kentang kepada BBH dan penangkar
benih.
b. Penguatan kelembagaan penangkar benih melalui fasilitasi sarana
produksi dan benih sumber.
c. Melindungi, memelihara dan memanfaatkan sumber daya genetik
nasional untuk pengembangan varietas unggul lokal, melalui eksplorasi,
determinasi, domestikasi, duplikat PIT, dll.
d. Peningkatan kualitas SDM perbenihan (petugas BBH, PBT, penangkar
benih) melalui latihan, magang, seminar, dll.
e. Peningkatan peran swasta dalam membangun industri benih dalam
negeri melalui kemudahan perizinan, pembinaan proses akreditasi,
penyederhanaan regulasi dan pendaftaran varietas.
f. Peningkatan sosialisasi dan pemasyarakatan benih unggul bermutu
melalui demonstrasi lapang/jambore varietas, pemberian sarana produksi
dan bantuan benih bermutu langsung ke petani/kelompok tani.
Program pengembangan perbenihan hortikultura tahun 2010 - 2014 yaitu :
“Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura”. Program ini akan
dijabarkan lebih lanjut menjadi kegiatan–kegiatan teknis untuk mencapai
target yang telah ditetapkan. Arah Pengembangan Perbenihan Hortikultura
ditujukan untuk mencapai swasembada benih hortikultura dengan
peningkatan produksi benih, yang didukung oleh sarana prasarana yang
memadai dan juga dalam rangka mengurangi/menekan impor benih.
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, dan sesuai dengan peran
pemerintah dalam pembangunan, maka program pembangunan perbenihan
diarahkan untuk memotivasi dan menstimulasi partisipasi petani/kelompok
tani dengan memberikan regulasi yang kondusif dan fasilitasi terhadap para
pelaku usaha perbenihan, agar dapat menjalankan dan mengembangkan
usahanya dengan baik.
2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun
2013 telah disusun, dan sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2013 telah
sejalan dengan indikator kinerja utama (IKU) dan disesuaikan dengan sasaran
strategis pada Renstra 2010 – 2014. Dalam rencana kinerja tahunan telah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 8
ditetapkan target-target yang akan dijadikan ukuran tingkat keberhasilan/kegagalan
pencapaiannya. Target Rencana Kinerja Tahunan 2013 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2013
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
Berkembangnya sistem perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura
1 2 3 4 5
Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu Peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu Peningkatan ketersediaan benih tanaman obat bermutu Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah bermutu Peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan hortikultura
Kg Benih Kg Batang lembaga
814.169
8.864.640
38.218
1.198.845
199
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai perjanjian
kinerja tahun 2013 yang merupakan dokumen kesepakatan antara Direktur Jenderal
Hortikultura dengan Direktur Perbenihan Hortikultura dan dikenal dengan Penetapan
Kinerja (PK).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 9
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2013 diukur melalui
capaian sasaran strategis yang sudah ditetapkan yaitu berkembangnya sistem
perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura.
Sasaran strategis tersebut diukur melalui 7 indikator kinerja.
3.1. Pengukuran Kinerja
Untuk melihat sejauh mana realisasi pencapaian kinerja yang telah difasilitasi
melalui APBN maka perlu diukur target yang telah ditetapkan. Target dimaksud
adalah target yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja sesuai dengan
pengalokasian anggaran dan telah disetujui oleh pejabat-pejabat yang
bertanggungjawab secara berjenjang. Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan
dengan membandingkan target yang telah ditetapkan dengan pencapaian
realisasinya. Secara rinci, realisasi pencapaian target penetapan kinerja tahun 2013
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Pengukuran Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2013
Sasaran
Strategis
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Berkembang
nya sistem
perbenihan
hortikultura
dalam
mendukung
pengembang
an kawasan
hortikultura
1
2
3
4
5
Peningkatan ketersediaan benih
tanaman sayuran bermutu (Kg)
Peningkatan ketersediaan benih
tanaman florikultura bermutu
(Benih)
Peningkatan ketersediaan benih
tanaman obat bermutu (Kg)
Peningkatan ketersediaan benih
tanaman buah bermutu (Batang)
Peningkatan kapasitas
kelembagaan perbenihan
hortikultura (Lembaga)
814.169
8.864.640
38.218
1.198.845
199
773.461
8.071.255
37.721
1.212.119
199
95
91
99
102
100
Rata-rata 97,40
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 10
Dari tabel di atas diketahui bahwa secara umum target kinerja Direktorat perbenihan
Hortikultura tahun 2013 bisa tercapai seluruhnya dengan capaian rata-rata 97,40 %.
3.2. Analisis Pencapaian Kinerja
Untuk mencapai sasaran strategis Direktorat Perbenihan Hortikultura yaitu
berkembangnya sistem perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan
kawasan hortikultura pada tahun 2013 telah ditetapkan 5 indikator kinerja yaitu :
(1) Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu, (2) Peningkatan
ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu, (3) Peningkatan ketersediaan
benih tanaman obat bermutu, (4) Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah
bermutu, (5) Peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan hortikultura.
Dari masing-masing indikator tersebut akan diuraikan capaian kinerja sebagai
berikut:
a. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Sayuran Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman sayuran pada tabel
berikut :
Jenis
Benih
Tahun 2012 Tahun 2013
Target
(kg)
Realisasi
(kg)
% Target
(kg)
Realisasi
(kg)
%
Sayur 467.292 476.638 102 814.169 773.461 95
Target output ketersediaan benih tanaman sayuran yang ditetapkan tahun 2012
sebesar 467.292 kg, terealisasi sebesar 476.638 kg atau sebesar 102 %.
Sedangkan untuk tahun 2013, target output ketersediaan benih tanaman
sayuran sebesar 814.169 kg, sampai dengan saat ini terealisasi sebesar
773.461 kg atau sebesar 95 %. Realisasi pencapaian target pada tahun 2013
lebih rendah dibandingkan pada tahun 2012 atau pertumbuhannya turun -7%
Pencapaian realisasi ketersediaan benih tidak sampai 100 % atau tidak
memenuhi target yang sudah ditentukan. Hal ini disebabkan naiknya harga
benih sumber sebagai bahan untuk perbanyakan benih kelas berikutnya
terutama benih sumber bawang merah, kentang dan wortel. Selain itu
ketersediaan benih sumber pada saat mau tanam tidak tersedia, sehingga waktu
tanam bergeser ke bulan berikutnya (mundur), dan ini mengakibatkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 11
ketersediaan benih menjadi mundur dan pada saat akhir tahun masih dalam
pertanaman.
Untuk target ketersediaan benih sayur, Balai Benih Hortikultura ada yang
bekerjasama dengan penangkar untuk memproduksi benih sayur. Hal ini
dilakukan karena keterbatasan Balai Benih Hortikultura dalam beberapa hal
seperti : terbatasnya lahan untuk perbanyakan benih, kurangnya SDM, sarana
dan prasarana yang masih terbatas, dan anggaran perbanyakan benih yang
tidak cukup.
Pengembangan benih tanaman sayuran ditujukan untuk mencukupi
ketersediaan benih di dalam negeri sekaligus mengantisipasi ketergantungan
terhadap benih impor. Beberapa komoditas unggulan yang menjadi program
pengembangan adalah : benih kentang, bawang merah, cabe (rawit dan besar),
kemudian untuk komoditas pendukung juga dikembangkan bawang putih, jamur
wortel.
Ketersediaan benih tanaman sayuran dalam negeri dipenuhi dari hasil produksi
dalam negeri dan sebagian dari introduksi (impor). Produksi dalam negeri
dilaksanakan oleh produsen benih swasta, penangkar benih dan Balai Benih
Hortikultura (BBH). Untuk benih sayuran biji jenis hibrida lebih banyak diproduksi
oleh produsen benih skala besar seperti PT. East West Seed Indonesia dan PT.
Tanindo Subur Prima, sedangkan benih open pollinated (OP) atau nonhibrida
diproduksi oleh penangkar benih dan produsen benih skala kecil.
b. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Florikultura Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman florikultura pada tabel
berikut :
Jenis
Benih
Tahun 2012 Tahun 2013
Target
(Benih)
Realisasi
(Benih)
% Target
(Benih)
Realisasi
(Benih)
%
Florikultura 10.143.982 10.448.301 103 8.864.640 8.071.255 91
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keindahan lingkungan
seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat menyebabkan
permintaan tanaman florikultura terus meningkat dari tahun ke tahun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 12
Konsekuensi logis dari permintaan tersebut adalah meningkatnya permintaan
agro-input salah satunya adalah benih bermutu.
Dari target output ketersediaan benih tanaman florikultura yang ditetapkan tahun
2012 sebesar 10.143.982 benih, terealisasi sebesar 10.448.301 benih atau
sebesar 103 %. Sedangkan pada tahun 2013, target ketersediaan benih
tanaman florikultura sebesar 8.864.640 benih, terealisasi sebesar 8.071.255
benih atau sebesar 91 %. Target maupun capaian realisasi pada tahun 2013
lebih rendah dibandingkan pada tahun 2012 atau pertumbuhannya turun -12 %
Penurunan target produksi benih florikultura tahun 2013 dibandingkan tahun
2012 berdasarkan pada : 1) anggaran yang tersedia untuk perbanyakan lebih
kecil; 2) permintaan benih florikultura oleh petani budidaya semakin menurun; 3)
benih benih yang diperbanyakan di Balai Benih Hortikultura jenisnya tidak terlalu
banyak sementara permintaan pasar akan florikultura sesuai dengan trend pada
saat ini.
Berdasarkan tabel diatas, capaian realisasi dari target yang sudah ditentukan
hanya 90,71 % atau 8.071.255. Dari laporan yang disampaikan, ada Balai Benih
Hortikultura yang tidak melaksanakan perbanyakan florikultura di daerahnya
karena tidak bisa mendapatkan benih sumber. Dengan demikian target yang
sudah ditentukan tidak bisa mencapai 100 %.
Perkembangan perbenihan tanaman florikultura sampai saat ini menunjukkan
kemajuan pesat, walaupun produksi benih florikultura masih dilakukan secara
konvensional. Kebijakan pengembangan perbenihan florikultura diprioritaskan
pada tanaman anggrek, krisan, melati, sedap malam, mawar dan gladiol.
Sedangkan pengembangan varietas-varietas lain yang banyak disukai
masyarakat di perbanyak oleh produsen swasta. Bahkan benih impor florikultura
dari luar negeri juga banyak masuk ke Indonesia untuk memenuhi permintaan
pasar.
Upaya peningkatan produksi benih florikultura bermutu masih banyak kendala
dan permasalahannya. Varietas-varietas unggul yang disukai masyarakat tidak
tersedia secara continue, benih sumber masih sulit didapatkan, dan tidak
tersedianya benih bermutu yang sesuai dengan preferensi konsumen,
sementara permintaan pasar terus meningkat. Berbagai upaya sudah dilakukan
untuk penyediaan benih florikultura, seperti : bantuan benih sumber untuk
perbanyakan benih, bantuan screenhouse, bantuan sarana laboratorium kultur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 13
jaringan, buku pedoman SOP perbanyakan benih florikultura, dan peningkatan
kompetensi petugas, penangkar/produsen benih florikultura melalui
apresiasi/pelatihan kultur jaringan.
c. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Obat Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman obat bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman obat pada tabel
berikut :
Jenis
Benih
Tahun 2012 Tahun 2013
Target
(Kg)
Realisasi
(Kg)
% Target
(Kg)
Realisasi
(Kg)
%
Tan. obat 10.737 10.952 102 38.218 37.721 99
Target output ketersediaan benih tanaman obat yang ditetapkan pada tahun
2012 yaitu sebesar 10.737 kg, terealisasi sebesar 10.952 kg atau sebesar 102
%. Sedangkan pada tahun 2013, target output ketersediaan benih tanaman obat
meningkat sangat tajam menjadi 38.128 kg, dan terealisasi sebesar 37.721 kg
atau sebesar 99 %. Realisasi pencapaian target pada tahun 2013 sedikit lebih
rendah dibandingkan pada tahun 2011 atau pertumbuhannya turun -3 %.
Sebenarnya capaian target untuk ketersediaan benih tanaman obat bisa lebih
dari 100 %, tetapi benih masih di lapangan dan belum dipanen, karena
penangkaran benih tanaman obat membutuhkan waktu mencapai 10 sampai 12
bulan.
Pengembangan perbenihan tanaman obat lebih diutamakan kepada tanaman
rimpang, seperti : jahe, kunyit, temulawak, kencur, dll. Ketersediaan benih
tanaman obat selain diproduksi oleh Balai Benih Hortikultura juga dikembangkan
oleh petani/penangkar. Mereka bekerjasama dengan perusahaan jamu,
minuman, obat dan kosmetik dalam menyediakan jenis-jenis rimpang yang
dibutuhkan. Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di petani/penangkar
menjadikan produksi dan ketersediaan benih tidak mencukupi kebutuhan yang
dibutuhkan oleh perusahaan yang menggunakan tanaman obat.
.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 14
d. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Buah Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman buah bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman buah pada tabel
berikut :
Jenis Benih
Tahun 2012 Tahun 2013
Target
(Batang)
Realisasi
(Batang)
% Target
(Batang)
Realisasi
(Batang)
%
Buah 929.860 999.600 107,5 1.198.845 1.212.119 102
Dari target output ketersediaan benih tanaman buah yang ditetapkan pada tahun
2012 yaitu sebesar 929.860 batang, terealisasi sebesar 999.600 batang atau
sebesar 107,5 %. Sedangkan untuk tahun 2013, target ketersediaan benih
tanaman buah sebesar 1.198.845 batang, terealisasi sebesar 1.212.119 batang
atau sebesar 102 %. Realisasi pencapaian target pada tahun 2013 lebih rendah
dibandingkan pada tahun 2012, atau pertumbuhan turun -5,5, %.
Tercapainya target ketersediaan benih tahun 2013 dan bahkan melebihi dari
target yang ditentukan, karena semakin meningkatnya ketrampilan petugas di
Balai Benih Hortikultura, tersedianya sarana screenhouse untuk BF dan BPMT,
dan tersedianya pohon induk. . Selain itu pembinaan secara berkala yang
dilakukan oleh BPSBTPH juga sangat berperan penting dalam meningkatkan
hasil produksi. Umumnya benih tanaman buah yang diproduksi adalah : durian,
jeruk, mangga, pisang, srikaya, manggis, dll. Produksi benih ini disesuaikan
dengan pengembangan kawasan tanaman buah.
Untuk perbanyakan benih tanaman buah, tidak semudah mengembangkan
komoditas hortikultura lainnya : (1) membutuhkan waktu relatif lama sekitar 1
sampai 2 tahun tergantung kepada komoditasnya, (2) membutuhkan sarana
screenhouse untuk BF dan BPMT, (3) mempunyai skill dan ketrampilan dalam
perbanyakannya (okulasi, mata temple, dll) dan (4) perlu modal yang cukup
besar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 15
e. Penguatan Kelembagan
Upaya peningkatan penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura tahun 2013
telah mencapai 100 %. Dari target sebesar 199 unit, realisasi mencapai 199 unit,
yang meliputi : bantuan screenhouse, shading net, gudang, cold storage, sarana
perbenihan, kebun contoh dan benih sumber.
Bantuan screenhouse diberikan kepada penangkar benih kentang, penangkar
benih tanaman buah dan penangkar benih florikultura, sedangkan bantuan
shading net diberikan untuk penangkar benih krisan. Bantuan screenhouse
kentang diperuntukkan memperbanyak benih kentang kelas G0 dan G1;
bantuan screenhouse jeruk untuk pemeliharaan BF dan BPMT dan bantuan
screenhouse florikultura untuk perbanyakn benih krisan.
Bantuan gudang dan cold storage diberikan kepada penangkar benih bawang
merah. Selama ini penangkar bawang merah menyimpan benih di gudang-
gudang sederhana atau di para-para rumah, yang dapat merusak mutu benih.
Dengan adanya gudang yang sehat dan sesuai standar penyimpanan benih,
maka penangkar bisa menyimpan benihnya sampai digunakan untuk
pertanaman berikutnya.
Selain gudang bawang merah, diberikan juga bantuan coldstorage/gudang
berpendingin, yang fungsinya sebagai gudang penyimpan benih, tetapi bisa
dalam waktu lebih lama. Diharapkan gudang berpendingin ini dapat
menyediakan benih pada saat musim tanam dan juga dapat menekan harga
benih pada saat kurangnya benih di masyarakat.
Bantuan benih sumber sayuran dan florikultura diberikan kepada penangkar
untuk dijadikan bahan perbanyakan kelas benih dibawahnya, sedangkan
bantuan benih sumber tanaman buah digunakan sebagai pohon induk untuk
diambil entresnya.
Kegiatan penguatan kelembagaan sangat dibutuhkan oleh penangkar, karena
selain Balai Benih Hortikultura, keberadaan penangkar menjadi sangat penting
dalam ketersediaan benih. Penangkar yang ada sekarang masih dalam taraf
sederhana, sangat perlu bantuan sarana perbenihan, pelatihan ketrampilan
memproduksi benih dan pembinaan yang continue.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 16
3.3. Analisis Pencapaian Keuangan
Analisis pencapaian keuangan dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian
sasaran strategis yang telah tergambar di Penetapan Kinerja dapat dicapai dengan
sumber keuangan yang ada.
Dalam rangka pencapaian sasaran strategis berkembanganya system perbenihan
hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura, maka
Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun 2013 mendapatkan alokasi dana
APBN regular sebesar Rp 84.197.881.000,- seperti yang tertera dalam Penetapan
Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2013. Dari total PAGU tersebut
beberapa kegiatan diblokir atau mengalami penghematan sehingga besaran
anggarannya menjadi Rp 80.597.415.000,-.
Hingga awal Januari 2013 realisasi keuangan berdasarkan kewenangan instansi
baik pusat maupun daerah dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah
KEGIATAN PAGU (Rp)
REALISASI S/D
11 JANUARI 2013
(Rp) (%)
Pengembangan Sistem
Perbenihan Hortikultura 127.017.600.000 116.773.063.721 93,52
Pusat 64.979.462.000 59.058.965.202 90,89
Daerah 62.038.138.000 57.714.098.519 93,03
Tabel diatas menunjukkan tingkat serapan anggaran Direktorat Perbenihan
Hortikultura untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam Penetapan
Kinerja maupun yang terdapat di dalam DIPA dan RKAKL.
Secara nasional capaian realisasi keuangan Direktorat Perbenihan Hortikultura
tahun 2013 adalah 93,52 %, yang terdiri dari :
1. Pencapaian realisasi keuangan pusat sebesar Rp 59.058.965.202, (90,89 %).
2. Pencapaian realisasi keuangan daerah sebesar Rp 57.714.098.519, (93,03 %).
Capaian tersebut belum menunjukkan kinerja yang maksimal karena beberapa hal
sebagai berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 17
a. Penyerapan anggaran yang kurang optimal salah satunya disebabkan adanya
penggabungan 3 satker (Dinas Pertanian provinsi, BPSBTPH, dan BBITPH)
menjadi satu satker yang berimplikasi pada bentuk pengelolaan kesatkeran baru
dan pola koordinasi baru sehingga pelaksanaan kegiatan sedikit terhambat.
b. Terdapat berbagai permasalahan managemen dan pengelolaan kesatkeran
misalnya dibeberapa daerah terjadi pergantian pengelola kesatkeran
KPA/PPK/bendahara/ULP sehingga berbagai kegiatan yang sudah di proses
kemudian diralat.
c. Adanya proses revisi DIPA sebagai akibat dari kegiatan yang diblokir, sehingga
memperlambat realisasi kegiatan.
d. Belum berjalannya regenerasi dan kaderisasi dalam pelaksanaan kegiatan
terutama pada aspek manajerial seperti : pelaporan, administrasi keuangan,
kehumasan, dan lain-lain sehingga terkadang arus pertanggungjawaban dan
pelaporan tidak berjalan lancar.
Beberapa hal yang harus menjadi penekanan tindaklanjut ke depan atas
permasalahan penyerapan angaran ini adalah :
a. Perencanaan kegiatan yang matang sesuai dengan peraturan dan prosedurnya
dengan mempertimbangkan kemampuan instansi baik dari kondisi SDM maupun
geografisnya serta keadaan iklim dan cuaca pendukungnya.
b. Pengkaderan dan harmonisasi SDM harus tetap berjalan sehingga pada saatnya
pengalihan tugas tidak terhambat.
3.4. Permasalahan Secara Umum
Berbagai keberhasilan dan manfaat telah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan
hortikultura tahun 2013, namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemui
berbagai permasalahan dan hambatan, baik dari aspek teknis, budidaya maupun
aspek manajemen. Beberapa permasalahan dan hambatan yang ditemui dalam
pengembangan perbenihan hortikultura selama ini sebagai berikut :
1. Permasalahan benih tanaman buah : a) Untuk memproduksi benih tanaman buah
diperlukan waktu relatif lama sekitar 1 sampai 2 tahun tergantung dari komoditas,
sedangkan permintaan benih seringkali mendadak, b) Untuk memproduksi benih
dalam skala besar belum dapat dipenuhi oleh penangkar benih karena
keterbatasan modal, keterbatasan SDM terampil dalam menerapkan teknologi
perbanyakan benih dan belum dibarengi adanya jaminan pemasaran.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 18
2. Permasalahan dalam pengembangan benih tanaman sayuran dan tanaman obat
adalah : a) Industri perbenihan sayuran belum berjalan dengan baik,
b) Keterbatasan benih sumber, c) Sebagian besar penangkar benih masih
berstatus informal sehingga kegiatannya belum diawasi BPSBTPH, d) Balai
Benih yang memproduksi benih sayuran masih sangat terbatas, e) Sebagian
besar petani sayuran masih menggunakan benih sendiri dari pertanaman
konsumsi dikarenakan disamping terbatasnya ketersediaan benih bersertifikat
juga kesadaran petani terhadap manfaat penggunaan benih bersertifikat masih
rendah, f) Telah banyak varietas sayuran yang telah dilepas oleh Menteri
Pertanian, namun dalam perkembangannya sebagian besar dari varietas
tersebut tidak/kurang berkembang, g) Minat petani terhadap jenis unggul lokal
cukup baik, namun masih banyak yang belum dilepas, h) Penangkar benih sudah
cukup banyak tetapi karena supply-demand tidak jelas, minat penangkar untuk
memproduksi benih menjadi rendah.
3. Permasalahan dalam pengembangan benih tanaman florikultura adalah :
a) Jumlah varietas yang telah dilepas sangat terbatas, b) Kurangnya sosialisasi
varietas baru serta kurangnya sosialisasi terhadap varietas-varietas yang sudah
dilepas oleh Mentan, maka varietas-varietas tersebut kurang berkembang
dimasyarakat, dan c) Benih sumber terbatas, masih didatangkan dari luar negeri
(impor), hal ini disebabkan karena belum adanya perusahaan/breeder dalam
negeri yang mampu menghasilkan benih tersebut.
4. Permasalahan perbenihan yang lainnya adalah : a) Terbatasnya varietas yang
diminati dan selera pasar yang cepat berubah; perubahan permintaan pasar yang
sangat cepat menyebabkan sering terjadinya pelaku usaha tanaman
mendatangkan benih dari luar negeri yang jenis maupun varietasnya disukai di
masyarakat; b) Lemahnya penguasaan teknologi produksi; khususnya
petani/penangkar benih yang memproduksi benih untuk kebutuhan sendiri belum
menguasai teknologi yang spesifik bagi masing-masing jenis tanaman,
c) Terbatasnya sarana produksi benih; d) Lemahnya permodalan penangkar
benih, dan e) Keterbatasan kemampuan dan petugas perbenihan yang
mengelola SIM perbenihan, sehingga informasi/data tidak dapat tersedia setiap
saat serta f) Belum optimalnya software perbenihan hortikultura serta
keterbatasan hardware perbenihan hortikultura, baik di BBH, BPSBTPH maupun
gapoktan/kelompok tani.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 19
3.5. Tindak Lanjut
Beberapa upaya tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat
Perbenihan Hortikultura untuk perbaikan tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Pertemuan koordinasi antar pusat, daerah dan instansi terkait (Dinas Propinsi,
BPSBTPH, BBH) yang menangani perbenihan sangat dibutuhkan dalam rangka
penyediaan benih sesuai kebutuhan benih dalam pengembangan kawasan.
2. Pembinaan penangkar-penangkar benih buah terutama di daerah luar Jawa
masih sangat diperlukan, dalam rangka antisipasi jumlah SDM yang masih
terbatas dan peningkatan penerapan teknologi produksi benih.
3. Distribusi Benih sumber tanaman buah sangat diperlukan guna merangsang
penumbuhan penangkar benih tanaman buah di daerah dan mengoptimalkan
peran Balai Benih Hortikultura di berbagai daerah terutama Balai Benih
Hortkutura di luar Jawa dalam penyediaan sumber mata tempel untuk
perbanyakan benih berikutnya serta sebagai pohon koleksi.
4. Meningkatkan pemanfaatan kegiatan pengembangan perbenihan dalam
mendukung penyediaan benih hortikultura bermutu seperti : a) Pemberdayaan
kelembagaan perbenihan, b) Perbaikan sistim informasi supply/demand benih,
c) Fasilitasi akses modal untuk mendukung pengembangan perbenihan,
d) Penumbuhan penangkar di sentra-sentra produksi, e) Pemberdayaan
stakeholder perbenihan untuk menciptakan varietas yang berdayasaing dengan
teknologi produksi f) Pilot proyek penangkaran benih bermutu.
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Perbenihan
Hortikultura 2013 ini adalah salah satu media pertanggungjawaban Direktorat
Perbenihan Hortikultura dalam melaksanakan mandat Tupoksi, Misi dan Visi, serta
pertanggungjawaban dalam mengelola anggaran. Disamping itu juga sebagai umpan
balik dan introspeksi terhadap apa yang selama ini telah dilaksanakan dan apa saja
yang belum dilaksanakan, dan perbaikan apa yang perlu dilakukan dalam rangka
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 20
meningkatkan kinerja institusi. Diharapkan dengan telah disusunnya laporan ini mampu
membenahi diri dan meningkatkan prestasi kerja dan kinerja dengan meningkatkan
berbagai koordinasi, sinergisme dan kerjasama antar institusi dan swasta (petani dan
pelaku usaha) sehingga dapat dicapai hasil yang lebih optimal.
Pembinaan pengembangan produksi dan peningkatan mutu benih hortikultura telah
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam upaya pengembangan
perbenihan dan sarana produksi hortikultura. Direktorat Perbenihan Hortikultura sebagai
instansi pusat terus melakukan pembinaan dan bimbingan dalam bidang perbenihan
hortikultura.
Dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura terutama
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya,
menunjukkan bahwa kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura untuk tahun 2013 dapat
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran program yang telah ditetapkan.
Kegiatan operasional dilakukan dalam bentuk penyediaan benih sumber, pelayanan
perijinan pemasukan dan pengeluaran benih, serta pembinaan kelembagaan usaha
perbenihan. Disamping kegiatan operasional tersebut juga dilakukan kegiatan yang
berupa pelatihan, pertemuan-pertemuan yang bersifat koordinasi dan pertukaran
informasi diantara para pelaku sistem perbenihan dan sarana produksi hortikultura;
tersalurnya benih sumber ke daerah yang membutuhkan; tersusunnya konsep-konsep
peraturan perbenihan; dan terbitnya buku-buku pedoman yang bersifat pembinaan.
Cakupan tugas fungsi instansi pusat terbatas dalam menggerakkan, memfasilitasi,
membimbing dan melakukan pembinaan sedangkan tugas operasional riil di lapangan
dilaksanakan oleh instansi/stakeholder di daerah. Keberhasilan secara maksimal
program-program peningkatan produksi dan mutu benih hortikultura juga ditentukan oleh
kinerja petugas dan pelaku usaha lainnya di daerah. Disamping itu kegiatan pembinaan
produksi hortikultura juga terkait dengan instansi lain baik di hulu, hilir dan instansi
pendukung, oleh karena itu kerjasama, koordinasi dan sinkronisasi antar instansi, pelaku
usaha dan stakeholder lainnya sangat berperan dalam pencapaian keberhasilan
program perbenihan hortikultura.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014
Direktorat Perbenihan Hortikultura 21