bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori, model...

38
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah banyak dilakukan oleh beberapa pakar, baik dalam buku, jurnal, maupun dalam penelitian. akan tetapi, khusus tentang gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh belum ada yang membahas. Meskipun demikian, penelusuran pustaka atau kajian terhadap buku, jurnal, dan hasil penelitian terdahulu penting dilakukan untuk menghindari terjadinya pengulangan terhadap hal yang sama. Selain itu, kajian pustaka juga bermanfaat untuk menambah informasi, inspirasi, ide, dan wawasan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. Penjelajahan berbagai kajian yang sudah ada dimaksudkan untuk menunjukkan perbedaan yang substansial penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan sehingga orisinalitas penelitian ini dapat dibuktikan. Beberapa pustaka dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah perubahan gaya hidup masyarakat yang sudah ditelusuri dapat disebutkan seperti terurai berikut ini. Penelitian Putra (2014) berjudul “Gaya Hidup Masyarakat Pemilik Tanah Sewa di Kelurahan Ubud.” Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, karakteristik keluarga pemilik tanah sewa ini beragam, artinya ada yang kaya dan ada yang sedang. Kedua, terjadi proses perubahan gaya hidup masyarakat pemilik tanah sewa ini dari gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern. Ketiga, implikasi gaya

Upload: others

Post on 06-Aug-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah banyak

dilakukan oleh beberapa pakar, baik dalam buku, jurnal, maupun dalam penelitian.

akan tetapi, khusus tentang gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa

Kutuh belum ada yang membahas. Meskipun demikian, penelusuran pustaka atau

kajian terhadap buku, jurnal, dan hasil penelitian terdahulu penting dilakukan untuk

menghindari terjadinya pengulangan terhadap hal yang sama. Selain itu, kajian

pustaka juga bermanfaat untuk menambah informasi, inspirasi, ide, dan wawasan

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

Penjelajahan berbagai kajian yang sudah ada dimaksudkan untuk

menunjukkan perbedaan yang substansial penelitian ini dengan penelitian yang sudah

dilakukan sehingga orisinalitas penelitian ini dapat dibuktikan. Beberapa pustaka dan

hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah perubahan gaya hidup masyarakat

yang sudah ditelusuri dapat disebutkan seperti terurai berikut ini.

Penelitian Putra (2014) berjudul “Gaya Hidup Masyarakat Pemilik Tanah

Sewa di Kelurahan Ubud.” Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

karakteristik keluarga pemilik tanah sewa ini beragam, artinya ada yang kaya dan ada

yang sedang. Kedua, terjadi proses perubahan gaya hidup masyarakat pemilik tanah

sewa ini dari gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern. Ketiga, implikasi gaya

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

hidup pemilik tanah sewa terhadap keluarga semakin merenggang, akibat rasionalitas

dalam segala aktivitas.

Penelitian Putra sangat bermanfaat dalam penelitian ini untuk menjadi

perbandingan dalam memahami fenomena gaya hidup masyarakat pemilik tanah sewa

di Kelurahan Ubud ada yang kaya dan ada yang sedang, dari tradisional ke modern,

hubungan keluarga semakin merenggang dan tanah yang di sewakan masih milik

sendiri. Di pihak lain penelitian ini mengkaji gaya hidup masyarakat pascapenjualan

tanah di Desa Kutuh dari tadisional ke modern, ideologi dalam penggunaan hasil

penjualan tanah, dan implikasi penjualan tanah ada yang konsumtif dan ada yang

ekonomi kreatif, terakhir tanah yang dijual dimiliki oleh orang lain.

Sugita (2015) mengadakan penelitian dengan judul “Dampak

Perkembangan Pariwisata Terhadap Keberlanjutan Usahatani Rumput Laut di

Desa Kutuh, Kuta Selatan Kabupaten Badung”. Hasil penelitian tersebut adalah (1)

kondisi usahatani pertanian rumput laut di Desa Kutuh semakin menurun karena

terdesak oleh kemajuan perkembangan pariwisata, (2) pariwisata di Desa Kutuh

mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dicirikan oleh peningkatan

pembangunan fasilitas pariwisata dan jumlah kunjungan wisatawan, dan (3)

perkembangan pariwisata berdampak melumpuhkan usaha tani budi daya rumput laut

di Desa Kutuh dan telah menyimpang dari konsep pengembangan kawasan

minapolitan.

Menurut Sugita, kondisi usaha tani pertanian rumput laut di Desa Kutuh

semakin menurun karena terdesak oleh kemajuan perkembangan pariwisata. Pada saat

peneliti melakukan observasi di lapangan petani rumput laut sudah tidak ada lagi dan

berpindah profesi menjadi pedagang di Pantai Pandawa. Dampak masuknya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

pariwisata ke Desa Kutuh tidak saja menyebabkan hilangnya petani rumput laut di

Desa Kutuh. Akan tetapi, dampak lain dengan masuknya pariwisata ke Desa Kutuh

akan mengubah gaya hidup masyarakat seperti dikaji dalam penelitian ini, yaitu gaya

hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh.

Penelitian Lamopia (2010) berjudul “Gaya Hidup Subkultur Punk

Komunitas Singapadu Underground di Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati,

Kabupaten Gianyar”. Dari penelitian Lamopia diketahui adanya gaya hidup yang

dijalankan oleh subkultur punk Komunitas Singapadu Underground (remaja)

mencakup berpakaian dan musik, di antaranya fashion dengan gaya rambut

Mohawk Spiky, Faux-hawk, Fanned Mohawk, Liberty Spike, layered Messy Faux-

hawk, Mohawk tanpa Spike, Deathhawk, Dreadhawk, dan gaya rambut Skinhead.

Penelitian Lamopia tentang gaya hidup subkultur punk komunitas

Singapadu underground di Desa Singapadu mengkaji gaya hidup remaja dilihat

dari gaya rambut dan gaya berpakaian di pihak lain penelitian penulis tentang

gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh bukan hanya gaya

hidup remaja, melainkan juga gaya hidup anak-anak dan orang tua pascapenjualan

tanah, seperti berpakaian, makanan, mengisi waktu senggang, kepemilikan alat

transportasi, serta tempat ibadah dan rumah.

Mangihut (2015) mengadakan penelitian dengan judul “Konsumerisme

Dalam Upacara Perkawinan Batak Toba di Kota Denpasar”. Dari penelitian yang

dilakukan disimpulkan bahwa konsumerisme dalam upacara perkawinan Batak Toba

di Kota Denpasar disebabkan oleh adanya pergeseran nilai guna dan nilai tukar

menjadi nilai tanda dan nilai simbolik. Pergeseran ini terjadi karena gaya hidup, citra,

gengsi sebagai gaya hidup modern. Budaya konsumerisme menjadi hal yang biasa

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

dan dianggap menjadi suatu keharusan. Melalui tulisan ini disarankan kepada tokoh

adat, tokoh agama, pemerintah daerah di Sumatera Utara, dan masyarakat Batak Toba

umumnya agar melakukan suatu kerja sama untuk mengurangi praktik upacara

perkawinan yang semakin konsumerisme.

Penelitian Mangihut tentang konsumerisme dalam upacara perkawinan Batak

Toba di Kota Denpasar menghabiskan waktu yang panjang dan biaya yang banyak.

Bentuk konsumerisme yang dilakukan dalam upacara perkawinan yaitu, upacara

dilangsungkan di tempat yang mewah, mengundang banyak orang, mengonsumsi

objek yang tidak perlu, jumlah mahar yang besar, dan menghabiskan durasi yang

panjang. Perilaku ini terjadi karena faktor globalisasi, gaya hidup, budaya populer,

media massa, dan pemahaman yang kurang tentang upacara perkawinan itu sendiri.

Implikasi konsumerisme dalam upacara perkawinan Batak Toba di Kota Denpasar

adalah menguatnya sifat individualis, menguatnya sifat materialis, dan menguatnya

sifat globalis. Di pihak lain penelitian ini mengkaji gaya hidup keseharian masyarakat

Desa Kutuh pascapenjualan tanah seperti benda-benda budaya yang digunakan.

Dewi (2014) mengadakan penelitian dengan judul “Marginalisasi petani

subak Saba, Kelurahan Penatih, Denpasar Timur”. Globalisasi dalam bentuk

kapitalisme pasar telah memengaruhi petani subak Saba sebagaimana tampak dari

sikap konsumerisme yang dilakukan masyarakat petani di subak Saba. Gaya hidup

petani tampak dalam pemilikan rumah mewah, mobil, dan peralatan rumah tangga.

Gaya hidup itu terkesan agak dipaksakan karena belum tepat di tengah kehidupannya

yang masih belum mapan sehingga hanya akan menambah kesengsaraan. Begitu juga

masuknya sistem kredit dalam pembelian barang untuk memenuhi selera gaya hidup

kontemporer. Gaya hidup telah mengubah watak kerja keras dan pada akhirnya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

menjerat petani ke dalam kehidupan yang kurang menguntungkan jika tidak

dipikirkan secara lebih dini.

Penelitian Dewi dengan penelitian ini sama-sama meneliti gaya hidup petani

yang dahulunya tradisional berubah ke modern dan mengakibatkan konsumersime

dengan cara menjual tanah agar mendapatkan uang untuk bergaya hidup mewah.

Penelitian Antari lebih mengarah ke marginalisasi petani, sedangkan penulis fokus

meneliti gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah. Jika hal ini dibiarkan akan

mengakibatkan kemiskinan karena uang hasil penjualan tanah tidak digunakan untuk

usaha produktif.

2.2 Konsep

Konsep bertujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang isi

atau maksud konsep atau istilah yang bersangkutan agar pembaca tidak

mempersepsikan dengan cara lain. Konsep-konsep tersebut adalah konsep gaya

hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh.

2.2.1 Gaya Hidup

Untuk memahami fenomena yang kompleks tentang gaya hidup di lokasi

penelitian diungkap beberapa pendapat sebagai berikut. Gaya hidup adalah pola

hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini

(Assael, 1984:230). Gaya hidup merupakan sebuah pola kehidupan yang dapat

diidentifikasikan melalui bagaimana seseorang menghabiskan waktunya, apa yang

dianggap penting di dalam lingkungan masyarakatnya, dan apa yang dipikirkan

tentang dirinya sendiri di dunia yang mengitari mereka. Gaya hidup

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya (Kottler, 2002:225). Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang

hidup, bagaimana membelanjakan uang, dan bagaimana mengalokasikan waktu

(Minor dan Mowen, 2002:32).

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-

hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat yang bersangkutan.

Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan

lingkungan (Suratno dan Rismiati, 2001:73). Life style is way of living based on

identifiable pattern of behavior which are determined by the interplay between an

individuals personal caharacteristics, sosial interactions, and socioeconomic and

environmental living condition (Gaya hidup adalah cara hidup berdasarkan pola

perilaku yang dapat diidentifikasi yang ditentukan oleh interaksi antara

karakteristik pribadi, interaksi sosial, dan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan

hidup) (WHO, 1998:27). Pola-pola perilaku akan selalu berbeda dalam situasi

atau lingkungan sosial yang berbeda dan senantiasa berubah, tidak ada yang

menetap.

Gaya hidup juga berkaitan sangat erat dengan perkembangan zaman dan

teknologi. Semakin bertambahnya zaman semakin berkembang luas pula

penerapan gaya hidup oleh masyarakat yang menjual tanah dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam arti lain, perubahan gaya hidup dapat memberikan pengaruh

positif atau negatif bagi yang menjalankannya, bergantung pada bagaimana orang

tersebut menjalaninya. Dewasa ini gaya hidup sering disalahgunakan oleh

sebagian besar remaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota-kota besar.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Mereka cenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja

mode yang ditiru adalah mode dari orang barat.

Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, pengaruhnya juga

akan positif. Sebaliknya, jika tidak pintar dalam memfilter mode dari orang barat

tersebut, akan berpengaruh negatif bagi mereka sendiri (Nurhasanah, 2009:37).

Gaya hidup adalah gaya, tata cara, atau cara menggunakan barang, tempat, dan

waktu khas kelompok masyarakat tertentu (Piliang, 2011:237).

Perilaku seseorang membeli produk budaya, mengonsumsi produk budaya

dan memanfaatkannya, sering dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial: kelas,

perbedaan, usia, dan gender. Hal yang tidak kalah penting adalah perilaku

konsumsi acap kali juga dipengaruhi dan dibentuk oleh gaya hidup. Yang

dimaksud gaya hidup di sini adalah adaptasi aktif individu terhadap kondisi sosial

dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan

orang lain (Suyatno, 2013:138).

Gaya hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan pola-pola

respons terhadap hidup, terutama perlengkapan untuk hidup. Cara berpakaian,

cara kerja, pola konsumsi, bagaimana individu mengisi kesehariannya merupakan

unsur-unsur yang membentuk gaya hidup. Gaya hidup dipengaruhi oleh

keterlibatan seseorang dalam kelompok sosial, dari seringnya berinteraksi dan

menanggapi beragai stimulus di sana (Adlin, 2006:36).

Menurut Piliang (2013:247), karakteristik seseorang yang dapat diamati,

yang memadai, yang menandai sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan

lingkungannya. Karakteristik tersebut berkaitan dengan pola penggunaan waktu,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

uang, ruang, dan objek-objek yang berkaitan dengan semuanya. Misalnya, cara

berpakaian, cara makan, cara berbicara, kebiasaan di rumah, kebiasaan di kantor,

kebiasaan belanja; pilihan teman, pilihan restoran, pilihan hiburan; tata ruang, tata

rambut, tata busana. Dengan demikian, gaya hidup merupakan kombinasi dan

totalitas dari cara, tata, kebiasaan, pilihan serta objek-objek yang mendukungnya,

yang pelaksanaannya dilandasi oleh sistem nilai atau sistem kepercayaan tertentu.

Gaya hidup dibentuk, diubah, dikembangkan sebagai hasil dari interaksi

disposisi habitus dengan batas serta berbagai kemungkinan realitas. Dengan gaya

hidup individu menjaga tindakan-tindakannya dalam batas dan kemungkinan

tertentu. Berdasarkan pengalaman sendiri yang diperbandingkan dengan realitas

sosial, individu memilih rangkaian tindakan dan penampilan mana yang

menurutnya sesuai dan mana yang tidak sesuai untuk ditampilkan dalam ruang

sosial (Adlin, 2006:53 - 54).

Gaya hidup sering disebut merupakan ciri sebuah dunia modern atau

modernitas oleh berbagai ahli. Artinya, siapa pun yang hidup dalam masyarakat

modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan

tindakannya, baik sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola

tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain (Chaney, 2004:40).

Istilah gaya hidup, baik dari sudut pandang individual maupun kolektif,

mengandung pengertian bahwa gaya hidup sebagai cara hidup mencakup

sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respons terhadap hidup, serta

terutama perlengkapan untuk hidup. Cara sendiri bukan sesuatu yang alamiah,

melainkan hal yang ditemukan, diadopsi atau diciptakan, dikembangkan, dan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

digunakan untuk menampilkan tindakan agar mencapai tujuan tertentu. Untuk

dapat dikuasai, cara harus diketahui, digunakan, dan dibiasakan (Dony, 2006:37).

Dalam kehidupan sehari-hari, menurut Piliang (2011:317), selalu ada

hubungan timbal balik dan tidak dapat dipisahkan antara keberadaan citra dan

gaya hidup. Gaya hidup adalah cara manusia memberikan makna pada dunia

kehidupannya. Dalam hal ini diperlukan medium dan ruang untuk

mengekspresikan makna tersebut, yaitu ruang bahasa dan benda-benda. Di

dalamnya citra mempunyai peran yang sangat sentral. Di pihak lain, citra sebagai

sebuah kategori di dalam relasi simbolis di antara manusia dan dunia objek

membutuhkan aktualisasi dirinya ke dalam berbagai dunia realitas, termasuk gaya

hidup.

Gaya hidup sangat kuat berpengaruh pada frekuensi orang berinteraksi

dengan jenis gaya hidup tertentu. Sebuah teori serupa menunjukkan bahwa latar

belakang dan karakteristik aktivitas sehari-hari berpengaruh pada waktu yang

diluangkan dalam gaya hidup yang berisiko, yaitu gaya hidup tersebut akan

membawa orang ke jalan yang lebih berbahaya lagi (Kennedy dan Forde,

1990:173). Sementara itu dinyatakan bahwa seseorang dapat menjadi korban dari

sebuah gaya hidup apabila mereka terus-menerus berinteraksi dengan kelompok

yang memiliki potensi membahayakan, yaitu seseorang memiliki pertahanan diri

lemah. George Simmel menenkankan interaksi pertukaran, terutama dalam

perekonomian. Munculnya uang sebagai alat tukar dan munculnya perkotaan

memunculkan model baru dalam mengonsumsi. Pertumbuhan kelas sosial urban

dan model konsumsi baru tidak bisa dipisahkan dari modifikasi barang konsumsi.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Pendapat Chaney didukung oleh Adlin dan Piliang untuk mengungkap

gaya hidup, yaitu mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan pola-pola

respons terhadap hidup, terutama perlengkapan untuk hidup. Cara berpakaian,

cara kerja, pola konsumsi, bagaimana individu mengisi kesehariannya merupakan

unsur-unsur yang membentuk gaya hidup. Gaya hidup dipengaruhi oleh

keterlibatan seseorang dalam kelompok sosial, dari seringnya berinteraksi, dan

menanggapi berbagai stimulus di sana. Gaya hidup adalah perilaku masyarakat

yang menjual tanah di Desa Kutuh yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat, dan

opini, khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status

sosialnya. Secara operasional konsep gaya hidup digunakan untuk mengkaji

rumusan masalah artikulasi gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah, seperti

tempat ibadah, rumah, kendaraan, pakaian, makanan, ideologi di balik gaya hidup

masyarakat pascapenjualan tanah, dan implikasi gaya hidup masyarakat

pascapenjualan tanah.

2.2.1.1 Gaya Hidup Hedonis

Hedonis merupakan suatu gaya hidup yang mementingkan dan meninggi-

ninggikan kesenangan fisik material (https://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme).

Selama hidup di muka bumi mempunyai gaya hidup hedonis selalu beranggapan

bahwa timbunan harta, kedudukan, pangkat, jabatan, dan sejenisnya yang bersifat

lahiriah merupakan suatu kebahagiaan dan kesenangannya. Pada era globalisasi

banyak masyarakat yang menjual tanah mengikuti gaya hidup hedonis karena

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

pada saat ini banyak media yang menawarkan suatu kesenangan hidup dengan

gaya modern, konsumtif.

Pemikiran-pemikiran gaya hidup yang dituntut dan dikejar sebagai

perilaku kehidupan yang bebas tanpa batas, baik batas etika kesopanan, moral,

maupun akhlak. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh ketatnya dunia kompetisi,

khususnya di bidang ekonomi dan prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan serta

keinginan yang tak terbatas. Gaya hidup hedonis masyarakat ini tidak peka

terhadap keadaan, tetapi selalu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan, tidak

memedulikan lingkungan sekitarnya.

Dalam kondisi yang tidak menentu, mereka justru hidup berfoya-foya

dengan kemewahan fasilitas yang serba canggih. Ironisnya, semua barang itu

belum tentu dibeli dari uang sendiri, melainkan dari utang. Sikap seperti inilah

oleh para ahli disebut sebagai gaya hidup hedonis. Dalam konteks Desa Kutuh

masyarakatnya yang menjual tanah cenderung lebih banyak menghabiskan uang

untuk aktivitas yang bersifat konsumtif atau untuk hiburan semata. Pertimbangan

penting setidaknya suatu aktivitas bukan lagi prioritas, yang lebih penting dapat

melahirkan kebahagiaan sesaat. Lihatlah bagaimana masyarakat ini berlomba-

lomba dengan kemewahan, rumah, kendaraan, handphone, dan fasilitas mewah

lainnya.

Semua itu sering tidak berdasarkan kebutuhan semata, tetapi titik tekannya

lebih pada nilai prestise atau kebanggaan semata. Alhasil, orang yang tidak

mampu akan tergoda melakukan segala cara untuk mengikuti trend masa kini.

Gaya hidup seperti ini merupakan sebuah ilusi. Ilusi yang memberikan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

kebahagiaan semu. Kebahagiaan dalam mimpi yang akhirnya akan

mengecewakan diri sendiri. Dikatakan demikian karena tanpa disadari, biaya

hidup terlalu besar yang terbuang percuma (Emnuel Subangun, 2004:96).

Ditegaskan bahwa tindakan ini sebagai sesuatu yang mematikan. Bagaimana

tidak, barang-barang mewah yang dinikmati oleh masyarakat adalah barang

impor. Itu sebabnya semua pengeluaran yang dibelanjakan bukan untuk kemajuan

bangsa sendiri, melainkan untuk bangsa lain yang secara ekonomi, sosial, politik

telah menjajah. Itulah kebodohan yang paling mendalam di dalam diri individu.

Sikap hedonis dan materialis juga telah menciptakan kompetisi yang tidak

sehat antarmasyarakat. Adanya sikap seperti ini melahirkan kesenjangan sosial

yang tidak sehat. Di sisi lain ada golongan yang penuh kemewahan, sedangkan

yang lain hidup dalam keterbatasan. Dengan keprihatinan dan kesederhanaan,

perlu adanya penyadaran kembali akan karakteristik terpuji itu. Hal itu penting

karena lama-kelamaan masyarakat ini akan hancur berkeping-keping akibat sikap

masyarakatnya sendiri yang tidak mendukung pembangunan di negeri ini.

Orientasi kemewahan saat ini akan sangat terpengaruh gaya hidup generasi

penerus, bahkan di tingkat pemimpin di negeri ini.

Secara operasional gaya hidup hedonis, yakni gaya hidup masyarakat yang

menjual tanahnya mementingkan dan meninggi-ninggikan kesenangan fisik

material selama hidup di muka bumi. Kelompok gaya hidup hedonis selalu

beranggapan bahwa timbunan harta, kedudukan, pangkat, jabatan, dan sejenisnya

yang bersifat lahiriah itu merupakan suatu kebahagian dan kesenangannya. Gaya

hidup hedonis menyebabkan sifat egois, mengganggap segala sesuatu semata-

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

mata urusan pribadi sebagai hak asasi. Gaya hidup hedonis tidak akan

memedulikan bagaimana pendapat orang lain tentang apa yang dilakukan. Selalu

acuh tak acuh tentang penilaian gaya hidup yang dinilai baik ataupun tidak.

2.2.1.2 Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup konsumtif adalah keinginan mengonsumsi atau memakai

barang-barang secara berlebihan untuk mencapai kepuasan

(http://resipitori.usu.ac.id). Jadi, gaya hidup konsumtif adalah pola tingkah laku

sehari-hari golongan, termasuk masyarakat yang menjual tanahnya dalam

memakai dan mengonsumsi barang secara berlebihan untuk mencapai kepuasan.

Dengan kata lain orientasi gaya hidup konsumtif adalah pada kepuasan, bukan

pada kebutuhan.

Faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup konsumtif adalah sebagai

berikut. Pertama, pengaruh media massa. Media massa juga mempunyai andil

dalam memopulerkan budaya konsumtif kepada masyarakat yang menjual

tanahnya. Lewat iklan, film, dan bentuk informasi lainnya, media massa seolah

membentuk konstruksi bahwa memiliki benda yang dipopulerkan adalah syarat

jika ingin diakui dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, pergaulan, bentuk

pergaulan juga bisa menjadi faktor lain gaya hidup konsumtif. Bentuk pergaulan

tertentu membuat masyarakat yang menjual tanah merasa harus mengikuti trend

dan mode agar dianggap tidak ketinggalan zaman. Selain itu, pergaulan

masyarakat ini terjerumus ke dalam gaya hidup yang sebenarnya berada di luar

batas kemampuannya secara finansial (Vicynthia, 2010:72).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Ketiga, tidak adanya kontrol diri, semua keputusan dalam menjalani hidup

adalah tanggung jawab masyarakat yang menjual tanah termasuk dalam pola

tingkah laku sehari-hari. Gaya hidup konsumtif terjadi karena tidak adanya

kontrol diri yang kuat sehingga tidak memiliki kendali atas apa yang diinginkan.

Dampak gaya hidup konsumtif adalah menumpuk sifat dan gaya hidup

konsumerisme (sifat dan gaya hidup yang mengganggap barang-barang sebagai

kesenangan, kebahagiaan, dan harga diri).

Sifat dan gaya hidup, masyarakat yang menjual tanah akan terdorong

untuk membeli barang dan jasa yang sebenarnya belum menjadi kebutuhannya.

Gaya hidup konsumtif lebih mementingkan prestise sehingga para pecandu gaya

hidup konsumtif yang sudah parah tidak lagi peduli dengan halal atau haram dari

produk yang dikonsumsinya.

Perilaku konsumtif dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok

remaja. Dalam perkembangannya akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya

hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini mesti didukung oleh kekuatan

finansial yang memadai.

Secara operasional gaya hidup konsumtif adalah keinginan masyarakat

yang menjual tanah mengonsumsi atau memakai barang-barang secara berlebihan

untuk mencapai kepuasan. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh media massa

yang mempunyai andil dalam memopulerkan budaya konsumtif lewat iklan, film,

dan bentuk informasi lainnya.

Media massa seolah membentuk konstruksi bahwa memiliki benda yang

dipopulerkan adalah syarat jika ingin diakui dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

itu, produsen memprioritaskan kelompok usia remaja sebagai salah satu pasar

yang potensial. Alasannya, antara lain karena pola konsumsi masyarakat terbentuk

pada usia remaja.

Gaya hidup konsumtif ini didukung oleh kekuatan finansial yang

memadai. Pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara,

yaitu mulai dari kerja berlebihan sampai tidak halal. Dengan sifat dan gaya hidup

masyarakat ini akan terdorong untuk membeli barang dan jasa yang sebenarnya

belum menjadi kebutuhannya.

2.2.1.3 Hierarki Kebutuhan Maslow

Hierarki dipahami merupakan interpretasi dari tingkat kebutuhan manusia

yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih

mendasar ada di bagian paling bawah. Digunakan piramida sebagai peraga untuk

memvisualisasi gagasan mengenai hierarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia

termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-

kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki, mulai dari yang paling

rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri)

(Maslow, 2005:78).

Berdasarkan pendapat Maslow ada lima tingkat kebutuhan sebagai berikut.

Pertama, kebutuhan yang bersifat fisiologis, yang dapat dimanifestasikan dalam

hal kebutuhan akan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan lain

yang bersifat fisik, misalnya kebutuhan bebas akan rasa sakit. Kedua, kebutuhan

akan rasa aman, misalnya dalam bentuk kebutuhan akan kebebasan dari segala

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

bentuk ancaman, baik di dalam dinas maupun di luar jam dinas, bebas dari segala

macam tuduhan, kebutuhan akan keamanan jiwa dan harta. Ketiga, kebutuhan

sosial dan rasa memiliki. Termasuk dalam kebutuhan ini antara lain kebutuhan

berkelompok (berteman), afiliasi, interaksi, dicintai, dan mencintai. Keempat,

kebutuhan dan penghargaan atau prestise, kebutuhan ingin dihargai pendapatnya

dan dihormati. Kelima, kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja/aktualisasi

diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan menggunakan

kemampuan, keterampilan, dan potensi.

Secara operasional, hierarksi kebutuhan Maslow, yaitu merupakan

interpretasi dari tingkat kebutuhan manusia yang direpresentasikan dalam bentuk

piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki, mulai dari yang

paling rendah sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Dalam hal ini persoalan

hidup masyarakat yang menjual tanah merupakan sesuatu yang perlu dihadapi dan

dipecahkan, tidak dihindari.

2.2.2 Globalisasi

Konsep globalisasi merujuk pada semakin meningkatnya hubungan-

hubungan multiarah dari ranah ekonomi, sosial kultural, dan politis yang

membentuk dunia. Globalisasi menyangkut “proses pengerucutan dunia” yang

semakin meningkat akan proses itu. Pengerucutan dunia bisa dipahami dalam

bingkai semakin menyebarnya lembaga-lembaga modernitas ke seluruh pelosok

dunia sementara peningkatan kesadaran reflektif tentang dunia bisa dilihat dengan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

kacamata kultural. Untuk sebagiannya, globalisasi dibentuk oleh aktivitas

ekonomi seluas dunia yang menciptakan ekonomi dunia yang saling terhubung

meskipun tidak seimbang.

Globalisasi tentu saja tidak melulu soal ekonomi, tetapi juga menyangkut

isu-isu makna budaya. Meskipun pelbagai nilai dan makna yang melekat pada

tempat masih dianggap signifikan, kini semakin terlibat dalam “jejaring” yang

merentang melampaui lokasi fisik kita yang dekat. Indonesia masih belum

menjadi bagian dari negara dunia atau kampung global, integrasi, dan disintegrasi

budaya, yang tidak bergantung pada relasi antarnegara. Secara khusus,

kosmopolitanisme adalah aspek hidup sehari-hari dunia Barat tatkala beraneka

macam budaya yang (tadinya) jauh kini bisa diakses, baik sebagai tanda maupun

sebagai komoditas, melalui televisi, radio, supermarket, dan pusat-pusat

perbelanjaan.

Giddens mengibaratkan lembaga-lembaga modernitas dengan “mesin

besar” yang lepas kendali dan melibas habis apa pun yang menghalangi jalannya.

Secara khusus, globalisasi pantas juga dipikirkan dalam kerangka ekspansionisme

sistem ekonomi kapitalis, sistem informasi global, sistem negarabangsa, dan

tatanan dunia yang didukung militer (Barker, 2014:108).

Modernitas berawal dari Eropa Barat dan menyebar ke seluruh dunia.

Model penggambaran globalisasi semacam ini menuai kritik yang di antaranya

berbunyi bahwa globalisasi seperti digambarkan di atas bersifat terlalu Eropa

sentris, menggambarkan hanya satu jenis modernitas, yaitu Barat. Di sejumlah

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

wilayah yang berbeda-beda terjadi modernisasi dalam beragam cara, dalam hal ini

diharuskan untuk berbicara tentang sejumlah modernitas global.

Di level budaya, globalisasi tidak bisa dikatakan sebagai proses ekspansi

Barat yang didorong oleh kepentingan ekonomi, yang berjalan secara seimbang.

Lebih tepat jika dikatakan bahwa globalisasi adalah relasi-relasi disjungtif

(pemisahan) antara arus uang, teknologi, media, ide, dan orang. Artinya,

globalisasi melibatkan dinamika gerakan kelompok-kelompok etnis, teknologi,

transaksi finansial, gambar-gambar yang ditayangkan media, dan konflik-konflik

ideologis, baik arah maupun tujuannya, tidak bisa ditentukan atau disetir oleh satu

“rencana induk” (Barker, 2014:108).

Kecepatan, cakupan, dan dampak dari arus-arus di atas bersifat pecah

belah dan tidak saling terhubung. Metafora yang sering digunakan adalah

ketidakpastian, kontegensi, dan kekacauan yang menggantikan tatanan, stabilitas,

dan sistem. Globalisasi dan arus-arus budaya berskala global tidak bisa dipahami

sebagai sebuah susunan atau penentuan linier yang rapi, tetapi lebih baik dipahami

sebagai serangkaian kondisi yang saling tumpang-tindih, tak tertentukan,

kompleks, kacau yang menggumpal di “simpul-simpul kunci” tertentu (Barker,

2014:109).

Secara operasional globalisasi adalah semakin meningkatnya hubungan-

hubungan multiarah dari ranah ekonomi, sosial kultural, dan politis yang masuk

ke Desa Kutuh dengan adanya pariwisata ke desa. Globalisasi menyangkut

“proses pengerucutan dunia” yang semakin meningkat akan proses itu.

2.2.3 Artikulasi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Konsep artikulasi digunakan untuk melengkapi teori relasi antara unsur-

unsur yang membentuk wacana (unsur diskursif) dengan komponen-komponen

formal sosial. Terkait dengan konsep artikulasi, Laclau berargumen bahwa tidak

ada kaitan yang niscaya antara konsep diskursif atau antara “tingkat-tingkat”

formasi sosial. Kalaupun ada hubungan di antara konsep diskursif dan tingkat

formasi sosial, sifatnya hanyalah sementara, diartikulasikan, dan diikat oleh

kebiasaan dan kesepakatan. Menurut Stuart Hall, konsep artikulasi menunjukkan

bahwa unsur-unsur diskursif yang bersatu untuk sementara tidak harus berjalan

bersama sehingga artikulasi adalah soal koneksi yang bisa jadi (bisa juga tidak)

membentuk kesatuan dari dua unsur yang berbeda dalam kondisi-kondisi tertentu

(Barker, 2014:12).

Artikulasi memuat unsur, baik mengekspresikan maupun

merepresentasikan sekaligus menyatukan. Dalam konsep ini individu dipahami

sebagai artikulasi unsur-unsur diskursif yang spesifik dan unik secara historis

yang bersifat kontigen, tetapi sekaligus dideteminasi atau diatur secara sosial.

Mengingat tidak ada hubungan otomatis antara beraneka macam wacana identitas,

kelas, gender, ras, umur, dan seterusnya, mereka bisa diartikulasikan bersama

dengan sejumlah cara yang berbeda. Konsep artikulasi memampukan sejumlah

konsep pemersatu seperti “masyarakat” dan “bangsa” untuk dilihat sebagai

stabilisasi dari gugus relasi dan makna yang bersifat unik, historis, spesifik, dan

sementara.

Gagasan artikulasi juga digunakan untuk membahas relasi antara budaya

dan ekonomi politik sehingga budaya “diartikulasikan” lewat momen-momen

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

produksi, tetapi budaya tidak ditentukan secara niscaya oleh momen-momen

tersebut, begitu juga sebaliknya. Dalam model momen dan artikulasi semacam ini

makna budaya diproduksi dan tertanam di tiap level “sirkuit budaya” (relasi antara

ekonomi dan budaya) yang saling terkait dengan momen-momen yang lain, tetapi

tidak saling menentukan atau menjadi prasyarat. Tiap-tiap momen, yakni

produksi, representasi, identitas, konsumsi, dan regulasi akan menghasilkan

maknanya sendiri-sendiri yang diartikulasikan dan dikaitkan dengan momen

berikutnya (Barker, 2014:12).

Secara operasional artikulasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai upaya

menyatukan dua hal yang berbeda dan tidak mempunyai kaitan yang niscaya.

Oleh karena itu, salah satu masalah yang perlu dijadikan fokus penelitian ini

adalah cara masyarakat Desa Kutuh mengartikulasikan gaya hidupnya. Hal ini

penting unrtuk mengetahui bobot dimensi tradisional dan modernitas dalam gaya

hidup masyarakat Desa Kutuh. Dalam konsep ini masyarakat di Desa Kutuh

mengartikulasikan gaya hidupnya dengan pola pakaian, pola makan, pola

rekreasi, kepemilikan alat transportasi, kondisi arsitektur tempat tinggal dan

tempat ibadah.

2.2.4 Ideologi

Konsep ideologi sangat sentral dalam kajian budaya sehingga ada yang

menyamakan kajian budaya sebagai “studi tentang ideologi”. Tentu saja istilah

ideologi sendiri mempunyai sejarah yang panjang dan mengalami beberapa fase

pembentukan dan penggunaan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Ideologi adalah usaha untuk memapankan makna dan pandangan dunia

untuk mendukung pihak yang kuat. Peta makna kendatipun mereka mengklaim

dirinya sebagai kebenaran universal, secara historis merupakan pemahaman yang

khas yang mengaburkan dan mempertahankan kekuasaan kelompok social,

misalnya kelas, gender, dan ras (Barker, 2013:410).

Aspek ideologi menjadi penting dalam penelitian ini, selain karena

penelitian ini adalah penelitian kajian budaya juga mengingat gaya hidup

sebagaimana dikemukakan merupakan pilihan. Hal ini sejalan dengan gagasan

Ibrahim (2011:12 - 13) berikut.

“…ternyata pilihan gaya hidup yang kita buat dari sekian banyak pilihan

model gaya hidup yang ditawarkan dalam masyarakat adalah hasil dari

pergulatan diri kita dalam pencarian identitas dan sensibilitas kita dengan

lingkungan di mana kita hidup”.

Tentu saja memilih gaya hidup merupakan suatu tindakan, sedangkan

tindakan manusia dipandu oleh ideologi yang diturunkan ke dalam kerangka aksi

dan aturan-aturan tindakan (Takwin, 2003:7). Ideologi dijadikan kerangka suatu

aksi atau aturan tindakan karena ideologi sebagaimana dikemukakan oleh Jones

dan Wareing (dalam Atmadja dan Anantawikrama, 2008:240) juga bisa dilihat

sebagai “keyakinan-keyakinan yang dirasakan logis dan „wajar‟ oleh orang-orang

yang menganutnya”. Jadi, melalui kajian aspek ideologi di balik gaya hidup

dimungkinkan untuk diperoleh gambaran yang lebih dalam lagi mengenai gaya

hidup masyarakat yang bersangkutan.

Secara operasional ideologi adalah keyakinan-keyakinan yang dirasakan

logis dan „wajar‟ oleh orang-orang yang menganutnya. Jadi, melalui kajian aspek

ideologi di balik gaya hidup dimungkinkan untuk diperoleh gambaran yang lebih

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

dalam lagi mengenai gaya hidup masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini

ideologi di balik gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh

seperti pemanfaatan hasil penjualan tanah, penentuan pembagian uang hasil

penjualan tanah, arsitektur bangunan rumah dan tempat ibadah, serta kepemilikan

peralatan rumah tangga.

2.2.5 Implikasi

Konsep implikasi dalam hal ini mengacu kepada pengertian istilah

implikasi yang dikemukakan oleh Keraf (1985) dan Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008). Menurut Keraf (1985:8), “implikasi adalah rangkuman, yaitu

sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu

sendiri”. Berdasarkan pengertian ini, tampak bahwa implikasi berada dalam suatu

fakta. Meskipun ada dalam suatu fakta, kiranya implikasi tidaklah bersifat

eksplisit, tetapi bersifat implisit.

Sifat implisitnya itu sesuai pula dengan pengertian implikasi yang ada

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:529), yakni sebagai “yang termasuk

atau tersimpul; yang tersugestikan, tetapi tidak dinyatakan: apakah ada – dalam

pertanyaan itu?” Berdasarkan pengertian ini dapat dikatakan bahwa implikasi

bersifat implisit karena tidak dinyatakan dalam suatu fakta, tetapi sudah termasuk

atau tersimpul dan disugestikan dalam suatu fakta.

Karena implikasi berada dalam suatu fakta, tetapi bersifat implisit, untuk

mengetahui dan memahami implikasi yang ada dalam suatu fakta, justru faktanya

itu perlu dicermati. Jadi, implikasi tidak sama dengan dampak, pengaruh, dan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

akibat. Karena implikasi disugestikan, tampaknya implikasi bisa pula berdampak

atau berpengaruh terhadap suatu hal yang berkaitan dengan implikasi tersebut.

Secara operasional bahwa implikasi bersifat implisit karena tidak

dinyatakan dalam suatu fakta, tetapi sudah termasuk atau tersimpul dan

disugestikan dalam suatu fakta tertentu. Dalam hal ini adalah terjadinya

perubahan gaya hidup petani Desa Kutuh pascapenjualan tanah.

2.3 Landasan Teori

Guna memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh tentang gaya hidup

masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, diperlukan adanya kerangka

teori. Sehubungan dengan hal itu, untuk menganalisis fenomena yang ada

dilakukan melalui paradigma teori kritis yang melibatkan beberapa teori post-

modernisme atau post-strukturalisme sebagai grand teori yang selanjutnya

dipadukan dengan teori lain sebagai pendukungnya. Dengan kata lain,

penggunaan teori-teori tersebut secara eklektik diharapkan dapat memperoleh

suatu pemahaman yang lebih memadai. Adapun teori-teori yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

2.3.1 Teori Praktik Sosial

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Gagasan-gagasan pokok Bourdieu dalam kaitannya dengan memahami dan

menafsirkan kerangka berpikirnya yang bersifat formal. Alat intelektual Bourdieu

bisa ditemukan di dalam gagasan pokok mengenai habitus dan ranah.

Dalam pengertian Bourdieu, habitus sebagai perlengkapan dan postur

sebagai posisi tubuh/fisik, juga kualitas sebagai sifat-sifat yang menetap dalam

diri, tetapi tidak dapat dipilah karena perlengkapan menghasilkan postur yang

lama-kelamaan membentuk sifat yang relatif menetap. Bahkan, kategori relasio

sebagai peran dari substansi, aksio sebagai tindakan aktif dari substansi, dan

passio sebagai reaksi dari aksi di luar diri pun terkait secara erat dan tak

terpisahkan dari ketiga kategori tadi. Semua itu disatukan pengertiannya dalam

habitus. Pengertian postur, kualitas, relasio, aksio, dan passio dari Aristoteles

merupakan atribut atau karakteristik habitus dalam terminologi Bourdieu

(Takwin, 2006:44).

Beberapa hal prinsipal yang menjadi ciri khas habitus (Fashri, 2014:100-

104). Pertama, habitus mencakup dimensi kognitif dan afektif yang

terejewantahkan dalam sistem disposisi merujuk pada tiga makna yang berbeda,

yaitu (1) disposisi dimengerti sebagai hasil dari tindakan yang mengatur; (2)

merujuk pada cara mengada, kondisi habitual; dan (3) disposisi sebagai sebuah

predisposisi, tendensi, niat, atau kecenderungan. Disposisi terbentuk melalui

praktik individu dengan pengalaman personalnya, interaksi individu dengan orang

lain, dan dengan struktur objektif. Kecenderungan-kecenderungan ini dipupuk di

dalam posisi-posisi sosial suatu ranah dan memberikan kerangka penyesuaian

subjektif terhadap posisi sosial tersebut.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Disposisi bisa diandaikan sebagai sikap, kecenderungan dalam memersepsi,

merasakan, melakukan, dan berpikir, yang diinternalisasikan oleh individu berkat

kondisi objektif seseorang. Contoh: gaya berbicara seorang pengusaha jelas

berbeda dari seorang seniman. Hal ini terjadi karena posisi sosial seorang

pengusaha menuntut adanya pengambilan keputusan yang cepat dan berdasarkan

kalkulasi untung rugi sehingga cara berbicaranya lebih tegas. Lain halnya dengan

seniman yang mana posisi sosialnya diwarnai oleh dimensi artistik sehingga gaya

bicaranya cenderung mendalam dan lebih lentur.

Kedua, habitus merupakan “struktur-struktur yang dibentuk” dan struktur-

struktur yang membentuk. Di satu sisi, habitus berperan sebagai sebuah struktur

yang membentuk kehidupan sosial, sedangkan di sisi lain, habitus dipandang

sebagai struktur yang dibentuk oleh kehidupan sosial. Dari skema yang telah

dibatinkan, seorang aktor menggunakannya untuk memperoleh keterampilan

tertentu sebagai tindakan praktis yang diwujudkan menjadi suatu kemampuan

yang dianggap alamiah dan berkembang dalam ranah sosial tertentu.

Struktur-struktur yang dibentuk menjelma menjadi struktur-struktur yang

membentuk. Misalnya, untuk menjadi seorang pemain sepakbola andal dilalui

lewat proses pembatinan aturan-aturan permainannya, melatih diri dalam

mengolah bola, dan sebagainya. Melalui internalisasi kode-kode tersebut seorang

pemain baru bisa menciptakan, pola, gaya, teknik gocekan baru, unik, dan kreatif.

Dari sini habitus bisa dimengerti sebagai proses “dialektika internalisasi

eksternalisasi dan eksternalisasi internalitas.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Ketiga, habitus dilihat sebagai produk sejarah. Habitus senantiasa terikat

dalam ruang dan waktu serta kondisi material yang mengelilinginya. Habitus

merupakan hasil akumulasi pembelajaran dan sosialisasi, baik individu maupun

kelompok. Pengaruh masa lalu tidak disadari sepenuhnya dan dianggap sebagai

sesuatu yang alamiah dan wajar. Ketidaksadaran kultural yang melekat dalam

habitus senantiasa diawetkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan terus

menerus diproduksi ulang bagi pembentukan praksis kehidupan sehari-hari.

Keempat, habitus bekerja di bawah kesadaran dan bahasa, melampui

jangkauan pengamatan introspektif atau kontrol oleh keinginan aktor. Karena

mengarahkan praktik secara praktis, skema-skema habitus menyatu pada apa yang

disebut gerak-gerak (gesture) tubuh yang paling otomatis, seperti cara berjalan,

membuang ingus, cara makan, dan gaya bicara. Habitus terkait pula dengan

prinsip-prinsip konstruksi dan evaluasi yang sangat mendasar terhadap dunia

sosial. Hal ini bisa dilihat dalam proses pembagian kerja atau pembagian

pekerjaan dominasi.

Selain habitus, alat teoretik Bourdieu lainnya yang tak kalah penting, yaitu

ranah (arena). Konsep ranah tak bisa dilepaskan dari ruang sosial yang mengacu

pada keseluruhan konsepsi tentang dunia sosial. Konsep ini memandang realitas

sosial sebagai suatu tipologi (ruang). Artinya, pemahaman ruang sosial mencakup

banyak ranah di dalamnya yang memiliki keterkaitan satu sama lain dan terdapat

titik-titik kontak yang saling berhubungan. Sistem ranah juga dapat dianalogikan

dengan sebuah sistem planet yang memiliki gravitasi, mengandung energi, dan

memiliki semacam atmosfer yang bisa melindungi dari daya rusak yang datang

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

dari luar planet. Dengan kata lain, setiap ranah memiliki struktur dan kekuatan-

kekuatan sendiri, serta ditempatkan dalam suatu ranah yang lebih besar yang juga

memiliki kekuatan, strukturnya sendiri, dan seterusnya (Takwin, 2006;49).

Dalam sebuah wawancara dengan Cheelan Mahar, Bourdieu menjelaskaan

lebih lanjut kontruksi teoretiknya tentang ranah, seperti uraian Bourdieu di bawah

ini.

“Salah satu perkuliahan yang saya berikan di College de France adalah

mengenai relasi-relasi antara habitus dan ranah, mengenai bagaimana

tindakan (praktik) merupakan produk dari relasi antara habitus (yang

merupakan produk sejarah) dan ranah, yang juga merupakan produk sejarah.

Habitus dan ranah juga merupakan produk dari medan daya-daya yang ada

dalam masyarakat. Dalam suatu ranah, terdapat pertaruhan, kekuatan-

kekuatan, dan orang yang memiliki modal besar dan orang yang tidak

memiliki modal. Modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan, suatu

kekuatan spesifik yang beroperasi di dalam ranah. Dalam ranah intelektual,

Anda harus memiliki sebuah modal istimewa dan spesifik, yaitu otoritas,

prestise, dan sebagainya. Ini semua adalah hal-hal yang tidak dapat Anda

beli, tapi sering kali dianugerahkan oleh modal ekonomi dalam ranah-ranah

tertentu. Ranah ini merupakan ranah kekuatan, tapi pada saat yang sama ia

adalah ranah di mana orang-orang berjuang untuk mengubah struktur.

Misalnya, ketika mereka melihat ranah, mereka memiliki opini-opini dan

berkata „ia terkenal, tapi ia tidak pantas mendapatkan itu‟. Demikianlah,

ranah kekuatan pada saat yang sama adalah ranah perjuangan” (dalam

Harker, 2005:46).

Menurut Bourdieu, modal bisa digolongkan ke dalam empat jenis,

Pertama, modal ekonomi mencakup alat-alat produksi (mesin, tanah, buruh),

materi (pendapatan dan benda-benda), dan uang yang dengan mudah digunakan

untuk segala tujuan serta diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kedua, modal budaya adalah keseluruhan kualifikasi intelektual yang bisa

diproduksi baik melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga. Termasuk

modal budaya antara lain kemampuan menampilkan diri di depan publik,

pemilikan benda-benda budaya bernilai tinggi, dan pengetahuan (gelar

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

kesarjanaan). Ketiga, modal sosial menunjuk pada jaringan sosial yang dimiliki

pelaku (individu dan kelompok) dalam hubungannya dengan pihak lain yang

memiliki kuasa. Keempat, modal simbolik, yaitu segala bentuk prestise, status,

otoritas, dan legitimasi yang terakumulasi (Fashri, 2014:109).

Dari semua bentuk modal yang ada, modal ekonomi dan budaya yang

memiliki daya besar untuk menentukan jenjang hierarkis dalam masyarakat maju.

Prinsip hierarki dan diferensiasi masyarakat bergantung pada jumlah modal yang

diakumulasi dan struktur modal itu sendiri. Mereka yang menguasai keempat

modal tadi dalam jumlah yang besar akan memperoleh kekuasaan yang besar pula

dan menempati posisi hierarki tertinggi (kelas dominan). Tercakup di dalamnya

pemilik perusahaan besar, kaum intelektual jebolan institusi pendidikan

prestisius. Sementara yang hanya menguasai beberapa modal dari keseluruhan

modal menempati posisi hierarki sebagai kelas menengah. Peningkatan jenjang

bagi kelompok ini sangat bergantung pada kemampuan mereka memperbesar dan

mengembangkan modal yang dimiliki. Kelompok ini bisa kaum wiraswasta,

karyawan, dosen baru. Berbeda dari kedua kelas tersebut, mereka yang tidak

memiliki modal sama sekali menempati jenjang hierarki sosial terendah.

Secara operasional, gaya hidup dapat menjadi cara individu untuk

menyesuaikan diri dengan ruang sosial berdasarkan habitus dan posisinya dalam

ranah. Di sisi lain, gaya hidup juga dapat menjadi bentuk penentangan terhadap

pengaruh kekuasaan tertentu dalam ruang sosial. Apakah respons afiliasi atau

penentangan yang ditampilkan individu terhadap pihak-pihak tertentu dalam

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

ruang sosial bergantung pada bagaimana relasi-relasi dan penempatan setiap

individu dalam ranah.

Habitus memberikan kerangka persepsi dan penilaian terhadap ranah dan

ruang sosial dengan modal sebagai variabel yang mengarahkan valensinya

(positif, negatif, atau netral). Dengan habitus dan modal tertentu ia menentuka

apakah posisinya perlu dipertahankan, diubah, atau ditingkatkan melalui

serangkaian praktik sosial yang terkemas dalam gaya hidupnya.

Pemikiran Bourdieu tentang teori praktik sosial relevan digunakan untuk

menganalisis dan memahami rumusan masalah artikulasi gaya hidup, ideologi

gaya hidup, dan implikasi gaya hidup masyarakat pasca penjualan tanah di Desa

Kutuh.

2.3.2 Teori Konsumerisme

Masyarakat dewasa ini telah menyadari rasionalitas hedonisme yang

bertumpu pada pemuasan kebutuhan dan kesenangan melalui konsumsi. Jika

diamati di dalam kehidupan tradisional yang penuh dengan ajaran-ajaran

mengenai kesalehan, kesederhanaan, sifat-sifat altruistik, dan pengekangan hasrat

atau nafsu, telah mengalami banyak pergeseran menjadi kehidupan yang

bertumpu pada moral hedonistik yang mengedepankan pemborosan yang

disebarkan oleh media massa (Baudrillard, 2015:84). Baudrillard berusaha

menunjukkan bahwa rasionalitas hidup masyarakat modern saat ini yang

senantiasa berorientasi dan merujuk pada objek-objek material bukanlah sifat

dasar manusia atau sesuatu yang alamiah terjadi begitu saja.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Selanjutnya dikatakan Baudrillard bahwa suatu hal yang memicu

perubahan paradigma berpikir masyarakat tentang kehidupan, terutama berkaitan

dengan objek-objek materi, demokrasi sosial yang sebenarnya terjadi sekarang

hanyalah demokrasi televisi, mobil, dan barang-barang konsumsi lainnya.

Demokrasi komoditas semacam itu memang tampak lebih nyata dan bisa dinilai

dibandingkan dengan demokrasi sosial yang berdasarkan atas konsep idealis

tentang keadilan dan kesetaraan yang abstrak parameternya. Selain itu, dengan

bentuk demokrasi sosial yang semacam itu “orientasi materi” didasarkan bahwa

semua manusia setara, yang membuat berbeda adalah masalah kebutuhan dan

kepuasan masing-masing. Masyarakat diarahkan untuk memahami bahwa

konsumsi memungkinkan hak yang sama terhadap pemenuhan hasrat dan

kebutuhan manusia. Ideologi konsumsi telah membuat masyarakat percaya bahwa

kehidupan manusia modern telah memasuki suatu era baru, yaitu manusia dan

hasrat-hasratnya dianggap telah memperoleh keadilannya kembali.

Sebaliknya, dengan pemikiran yang sama, masyarakat yang menjual tanah

sebagai konsumen mengganggap pengalaman menikmati kesenangan merupakan

suatu kewajiban. Tugas untuk meraih kesenangan dan kepuasan, setiap orang

diwajibkan untuk merasa bahagia, dicintai, dikagumi, diinginkan, berpartisipasi,

turut bergembira ria, dan dinamis (Baudrillard, 2015:73). Setiap individu dalam

masyarakat konsumen seolah-olah diwajibkan untuk menikmati pengalaman-

pengalaman konsumsi yang menyenangkan. Wajib untuk senang membeli baju-

baju baru sesuai dengan trend, wajib merasakan menu masakan barat di restoran,

wajib berganti handset sesuai dengan trend, dan sebagainya.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Teori Baudrillard bahwa konsumerisme merupakan ideologi yang

menjadikan masyarakat yang menjual tanah melakukan dan menjalankan proses

konsumsi barang-barang hasil produksi secara berlebihan tidak sepantasnya secara

sadar dan berkelanjutan. Kesenangan merupakan kewajiban dilihat dari etika baru

yang muncul dalam masyarakat dewasa ini, yaitu etika baru menyatakan bahwa

setiap orang siap mengaktualisasikan semua potensi dan kapasitas konsumsi.

Masyarakat konsumen menunjukkan logika produksi telah berubah menjadi

logika konsumsi. Logika konsumsi telah mengontrol dan memaksa setiap

masyarakat yang menjual tanah ikut berpartisipasi dalam konsumsi massa.

Dalam masyarakat konsumen, indoktrinasi sosial tentang konsumsi

merupakan proses terprogram, kaum kapitalis merasionalisasikan sektor produksi.

Artinya, konsumsi merupakan kesadaran palsu masyarakat karena mengemas

pemaksaan ketidaksadaran terhadap masyarakat, baik oleh sistem tanda maupun

sistem sosioekonomi dan sosial. Teori konsumerisme digunakan untuk mengkaji

rumusan masalah artikulasi gaya hidup (tempat ibadah, rumah, kendaraan,

pakaian, dan makanan), ideologi di balik gaya hidup (status sosial, konsumerisme,

dan pencitraan).

2.3.3 Teori Modernitas

Modernitas selama ini secara sederhana dikaitkan dengan pascazaman

pertengahan dan pascatatanan tradisional yang ditandai oleh perubahan, inovasi,

dan berbagai kedinamisan. Aliran modernis menunjukkan suatu keyakinan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

optimis terhadap kekuatan ilmu pengetahuan, rasionalitas, dan industri untuk

mentransformasikan dunia menjadi lebih baik (Barker, 2013:141)

Pemikiran Simmel dibahas agak lebih terperinci di sini karena akhir-akhir

ini ia telah dilukiskan sebagai modernis (Weinstein dan Weinstein, 1993;

Jaworski, 1997). Frisby menerima pendapat yang memandang “Simmel adalah

sosiolog modernitas pertama” (1992:59). Simmel dipandang meneliti modernitas

terutama di dua sisi utama yang saling berhubungan kota dan ekonomi uang. Kota

adalah tempat modernitas dipusatkan atau diintensifkan, sedangkan ekonomi uang

menyebabkan penyebaran modernitas dan perluasannya (Frisby, 1992:69).

Poggi (1993) mengambil tema modernitas yang berkaitan dengan uang,

khususnya dalam Philisophy of Money (1907/1978) karya Simmel. Poggi melihat

tiga pandangan tentang modernitas yang dinyatakan dalam karya Simmel itu.

Pertama, modernisasi memberikan keuntungan bagi umat manusia, terutama fakta

bahwa melalui modernisasi manusia mampu mengekspresikan berbagai potensi

yang belum terungkapkan, tersembunyi, dan yang tertekan dalam masyarakat

pramodern. Dalam hal ini Simmel melihat modernitas sebagai “epiphany” dalam

arti sebagai tanda manifestasi kekuatan intrinsik manusia yang sebelumnya tak

terjelmakan” (Poggi, 1993:165).

Kedua, Simmel menguraikan besarnya pengaruh uang terhadap masyarakat

modern. Ketiga, Simmel memusatkan perhatian pada upaya menjelaskan akibat

merugikan dari uang terhadap modernitas, terutama alienasi. Masalah alienasi

membawa kembali ke masalah sentral, baik dalam teori sosiologi Simmel

umumnya maupun dalam sosiologinya tentang modernitas: “tragedi kultur”,

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

melebarnya jurang pemisah antara kultur objektif dan kultur subjektif atau seperti

dinyatakan Simmel, “terhentinya pertumbuhan kultur subjektif atau “terhentinya

pertumbuhan kultur individual dan pesatnya pertumbuhan kultur objektif” (Frisby,

1992:69).

Menurut Frisby, Simmel memusatkan perhatian pada “pengalaman”

modernitas. Unsur kunci pengalaman itu adalah waktu, ruang, dan hubungan

sebab akibat adalah aspek sentral dari sebagian teori modernitas.

Pengalaman modernitas yang dipandang oleh Simmel sebagai diskontinuitas

waktu adalah bersifat transitoris, di mana momen sesaat dan perasaan

kehadiran melebur, ruang adalah hubungan dialektika dari kejauhan dan

kedekatan dan kausalitasnya adalah kontigen, arbitrer, dan kebetulan

(Frisby, 1992:163 - 164)

Gidden mendefinisikan modernitas dilihat dari empat sudut institusi

mendasar. Pertama, kapitalisme yang ditandai oleh produksi komoditas,

pemilikian pribadi atas modal, tenaga kerja tanpa properti, dan sistem kelas yang

berasal dari ciri-ciri tersebut. Kedua, industrialisme yang melibatkan penggunaan

sumber daya alam dan mesin untuk memproduksi barang. Industrialisme tak

terbatas pada tempat bekerja saja dan industrialisme memengaruhi sederetan

lingkungan lain, seperti transportasi, komunikasi, bahkan kehidupan rumah tangga

(Gidden, 1990:56).

Meskipun dua ciri modernitas pertama yang dikemukakan Gidden ini

hampir merupakan sesuatu yang baru, ciri ketiga, yaitu kemampuan mengawasi

tampaknya berasal dari pemikiran Michel Foucalt. Seperti didefinisikan Giddens,

“kemampuan mengawasi mengacu pada pengawasan atas aktivitas warga negara

individual (terutama, tetapi bukan semata-mata dalam bidang politik” (1990:58).

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Dimensi institusional yang keempat dari modernitas adalah kekuatan militer atau

pengendalian atas alat-alat kekerasan, termasuk industrialisasi peralatan perang.

Perlu dicatat bahwa dalam analisisnya tentang modernitas, setidaknya di tingkat

makro, Giddens memusatkan perhatian pada negara-bangsa yang dilihatnya

sangat berbeda dari tipe komunitas yang menandai masyarakat modern.

Modernitas memperoleh dinamismenya melalui tiga aspek penting teori

strukturasi Gidden: Pertama, pemisahan waktu dan ruang (meskipun proses yang

makin memisah ini tidak unilinier, tetapi bersifat dialektik). Dalam masyarakat

pramodern, waktu selalu dikaitkan dengan ruang dan pengukuran waktu biasanya

tidak tepat. Dengan modernisasi, waktu dibakukan ukurannya dan kaitan erat

antara waktu dan ruang diputus. Dalam hal ini, baik waktu maupun ruang,

“dikosongkan” dari isinya; tak ada waktu dan ruang khusus yang istimewa;

keduanya menjadi bentuknya yang murni.

Dalam masyarakat pramodern, ruang umumnya ditentukan oleh kehadiran

secara fisik sehingga ditentukan oleh ruang yang dilokalisasi. Dengan datangnya

modernitas, ruang makin lama makin dilepaskan dari tempat. Berhubungan

dengan orang yang berjauhan jarak fisik makin lama makin besar peluangnya.

Menurut Giddens, tempat semakin menjadi “phantasmagoric”, artinya “tempat

terjadi peristiwa sepenuhnya ditembus dan ditentukan oleh pengaruh sosial yang

jauh jaraknya dari tempat terjadinya peristiwa itu” (Giddens, 1990:19).

Pemisahan waktu dan ruang penting bagi modernitas karena beberapa

alasan. Pertama, memungkinkan tumbuhnya organisasi rasional seperti birokrasi

dan negara-bangsa dengan dinamismenya (dibandingkan dengan bentuk

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

pramodern) dan kemampuannya untuk menghubungkan otoritas lokal dan global.

Kedua, kehidupan modern ditempatkan dalam pengertian radikal dari sejarah

dunia. Hal itu dapat menimbulkan kesan bahwa searah membentuk masa kini.

Ketiga, pemisahan ruang dan waktu seperti itu merupakan syarat utama bagi

sumber kedua dinamisme dalam modernitas menurut Giddens, yakni keterlepasan.

Seperti didefinisikan Giddens, keterlepasan menyebabkan hubungan

menjadi “terangkat” dari konteks lokal interaksi ke tingkat yang melintasi ruang

dan waktu yang tak terbatas (1990:21). Ada dua tipe mekanisme keterlepasan

yang penting perannya dalam masyarakat modern; keduanya dapat disebut sistem

abstrak. Pertama, tanda simbolik, yang terkenal adalah uang. Uang

memungkinkan pemisahan ruang waktu. Uang mampu terlibat dalam transaksi

dengan orang lain yang jauh dipisahkan oleh waktu dan/atau ruang. Kedua, sistem

keahlian, yakni “sistem kecakapan teknis atau keahlian profesional yang

mengorganisasi bidang material dan lingkungan sosial di mana kita hidup kini

(Giddens, 1990:27).

Sistem keahlian yang paling menonjol adalah profesi seperti pengacara

dan dokter, tetapi fenomena sehari-hari seperti mobil dan rumah diciptakan dan

dipengaruhi oleh sistem keahlian. Sistem keahlian memberikan jaminan (tetapi

bukan tanpa risiko) pelaksanaan pekerjaan melintasi ruang dan waktu.

Kepercayaan yang sangat penting dalam masyarakat modern dipengaruhi

oleh sistem abstrak dan oleh pemisahan ruang waktu yang sangat besar.

Kebutuhan akan kepercayaan dihubungkan dengan pemisahan ruang waktu ini.

“Kita tak perlu memercayai seseorang yang terus-menerus kelihatan dan yang

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

aktivitasnya dapat dimonitor secara langsung” (Giddens, 1999:19). Kepercayaan

menjadi perlu bila tidak lagi mempunyai informasi lengkap tentang fenomena

sosial (Craib, 1992:99). Kepercayaan didefinisikan “sebagai kepercayaan terhadap

keandalan seseorang atau sistem berkenaan dengan sekumpulan kejadian atau

hasil tertentu dan kepercayaan itu menyatakan keyakinan terhadap kejujuran atas

kecintaan orang lain atau terhadap kebenaran prinsip-prinsip abstrak (pengetahuan

teknis)” (Giddens, 1990:34). Kepercayaan sangat besar perannya tak hanya dalam

masyarakat modern pada umumnya, tetapi juga terhadap tanda simbolik dan

sistem keahlian yang membantu memisahkan kehidupan dalam dunia modern

Ciri dinamis ketiga modernitas adalah refleksivitasnya. Meskipun

reflesivitas merupakan gambaran fundamental dari teori strukturasi Giddens (dan

kehidupan manusia menurut pandangannya), namun dalam modernitas

refleksivitas mempunyai arti khusus, di mana “praktik sosial terus-menerus diuji

dan diubah berdasarkan infomasi yang baru masuk yang paling praktis, sehingga

mengubah ciri modernitas itu” (Giddens, 1990:38). Apa saja terbuka untuk

direfleksikan dalam kehidupan modern termasuk refleksi itu sendiri. Jadi, apa saja

terbuka untuk dipertanyakan, dibuat untuk diresapi perasaan ketidakpastian.

Secara operasional teori modernitas menurut Simmel dan didukung oleh

Giddens relevan digunakan untuk menganalisis dan memahami rumusan masalah

artikulasi gaya hidup, ideologi gaya hidup, dan implikasi gaya hidup.

2.4 Model Penelitian

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Masyarakat Desa

Kutuh

Pariwisata/

Globalisasi

Gaya Hidup

Masyarakat

Pascapenjualan Tanah

Artikulasi Gaya

Hidup

Pascapenjualan

Tanah

Implikasi

Gaya Hidup

Pascapenjualan

Tanah

Ideologi di Balik

Gaya Hidup

Pascapenjualan Tanah

- Komunalitas

Tradisional

- Sistem Subsisten

- Modernisme

- Kapitalisme

- Konsumerisme

Temuan Penelitian

Model penelitan pada dasarnya merupakan kerangka berpikir yang

dituangkan dalam bentuk bagan untuk dapat mempermudah pemahaman terhadap

masalah yang telah dirumuskan. Untuk itu, model penelitan ini ditampilkan

seperti bagan berikut ini.

Keterangan tanda:

: pengaruh

: saling memengaruhi

: korelasi/hubungan

Gambar 2.1 Model Penelitian

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL ...sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4b449853092bfe6a9dc... · Pembahasan tentang masalah perubahan gaya hidup masyarakat sudah

Penjelasan Model

Pembangunan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan. Bahkan, banyak

pihak mengganggap bahwa pembangunan identik dengan perubahan. Akan tetapi,

perubahan yang dimakusd adalah perubahan yang terjadi secara berkelanjutan dan

terencana, bukan penyimpangan. Di samping itu, pembangunann dapat pula

memengaruhi perilaku dan gaya hidup.

Masyarakat Desa Kutuh yang dahulunya sebagai petani lahan kering yang

mengolah kebunnya untuk bercocok tanam palawija berupa kacang-kacangan,

jagung, dan umbi-umbian seperti ketela pohon dan ketela rambat, dengan ciri-ciri

komunalitas tradisional dan sistem subsisten. Masuknya pariwisata ke Desa Kutuh

menyebabkan terjadinya perubahan dengan ciri-ciri modernisme, kapitalisme, dan

konsumerisme. Hal tersebut mengakibatkan banyak masyarakat Desa Kutuh

menjual tanahnya untuk memenuhi gaya hidupnya.

Di sisi lain dalam diagram di atas masalah yang dikaji adalah (1)

bagaimanakah masyarakat Desa Kutuh mengartikulasikan gaya hidup

pascapenjualan tanah? (2) ideologi apakah yang ada di balik gaya hidup

masyarakat Desa Kutuh pascapenjualan tanah? (3) bagaimanakah implikasi gaya

hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh.