bab ii komaruddin

52
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Alam Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain”. Definisi ini, yang telah dikemukakan oleh Mary Parker Follet, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan- pekerjaan itu sendiri. Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas daripada itu, tetapi definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama mengelola sumber daya manusia bukan material atau financial. Dilain pihak, manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan

Upload: rokiban81

Post on 28-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Komaruddin

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Alam

Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni untuk menyelesaikan

pekerjaan melalui orang lain”. Definisi ini, yang telah dikemukakan oleh Mary Parker

Follet, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi

melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang

diperlukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu

sendiri.

Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas daripada itu,

tetapi definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama

mengelola sumber daya manusia bukan material atau financial. Dilain pihak,

manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan

dilakukan), pengoragnisasian (perancangan, dan penugasan kelompok kerja),

penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi

dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan

pengelolaan konflik) serta pengawasan.

Seperti ilmu lain yang menyangkut manusia tidak ada definisi manajemen

personalia, atau sekarang disebut manajemen sumber daya manusia, yang telah

Page 2: BAB II Komaruddin

diterima secara universal. Masing-masing penulis buku teks tentang bidang tersebut

membuat definisi yang berbeda satu dengan yang lain.

Menurut T. Hani Handoko bahwa manajemen sumberdaya manusia adalah penarikan,

seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk

mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. (T. Hani Handoko, 2000 :

4).

Sedangkan menurut Malayu SP. Hasibuan bahwa manajemen sumberdaya

manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar

efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat. (Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 10).

Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik 2 (dua) kesimpulan

yaitu :

1. Fokus kajian manajemen sumberdaya manusia adalah masalah tenaga kerja

manusia yang diatur menurut urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan efisien

dalam mewujdkan tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

2. Karyawan adalah perencana, pelaku, dan selalu berperan aktif dalam setiap

aktivitas perusahaan.

2.2 Peranan Manajemen Sumberdaya Manusia

Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan mewujudkan hasil tertentu

melalui kegiatan orang-orang. Hal ini berarti bahwa sumberdaya manusia berperan

penting dan dominan dalam manajemen. Manajemen sumberdaya manusia mengatur

Page 3: BAB II Komaruddin

dan menetapkan program kepegawaian yang mencakup masalah-masalah sebagai

berikut :

1. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job specification, job requiretmen, dan job evaluation.

2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asas the right man in the right place and the right man in the right job.

3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian.

4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumberdaya manusia pada masa yang akan datang.

5. Memperkirakan keadaan ekonomi pada umumnya dan perkembangan perusahaan pada khususnya.

6. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuan dan kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.

7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.8. Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan.9. Mengatur mutasi karyawan baik vertical maupun horizontal.10. Mengatur pension, pemberhentian, dan pesangon.

(Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 14).

Peranan manajemen sumberdaya manusia diakui sangat menentukan bagi

terwujudnya tujuan, tetapi untuk memimpin unsur manusia ini sangat sulit dan rumit.

Tenaga kerja manusia selain mampu, cakap, dan terampil, juga tidak kalah

pentingnya kemauan dan kesungguhan mereka untuk bekerja efektif dan efisien.

Kemampuan dan kecakapan kurang berarti jika tidak diikuti moral kerja dan

kedisiplinan karyawan dalam mewujudkan tujuan.

2.3. Perkembangan Manajemen Sumberdaya Manusia

Perkembangan manajemen sumberdaya manusia didorong oleh kemajuan

peradaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan tuntutan daya saing produksi barang

dan jasa yang dihasilkan. Manajemen sumberdaya manusia sudah ada sejak adanya

Page 4: BAB II Komaruddin

kerjasama dan pembagian kerja diantara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan

tertentu. Manajemen sumberdaya manusia ini pada mulanya terpadu dalam

manajemen atau belum menjadi ilmu yang berdiri sendiri.

Para ahli pada abad ke 20 mengembangkan manajemen sumberdaya manusia

menjadi suatu bidang studi yang khusus mempelajari peranan dan hubungan manusia

dalam mencapai tujuan organisasi. Perkembangan manajemen sumberdaya manusia

didorong oleh masalah-masalah ekonomi, politis dan sosial.

Masalah-masalah ekonomis meliputi hal-hal berikut :

1. Semakin terbatasnya faktor-faktor produksi menuntut agar sumberdaya manusia dapat bekerja lebih efektif dan efisien.

2. Semakin disadari bahwa sumberdaya manusia paling berperan dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

3. Karyawan akan meningkatkan moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerjanya jika kepuasan diperoleh dari pekerjaannya.

4. Terjadinya persaingan yang tajam untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas diantara perusahaan.

5. Para karyawan semakin menuntut keamanan ekonominya pada masa depan.

Masalah-masalah politis meliputi hal-hal berikut :

1. Hak asasi manusia semakin mendapat perhatian dan kerja paksa tidak diperkenankan lagi.

2. Organisasi buruh semakin banyak dan semakin kuat mengharuskan perhatian yang lebih baik terhadap sumberdaya manusia.

3. Campur tangan pemerintah dalam mengatur perburuhan semakin banyak.4. Adanya persamaan hak dan keadilan dalam memperoleh kesempatan kerja.5. Emansipasi wanita yang menuntut kesamaan hak dalam meperoleh pekerjaan.

Masalah-masalah sosial meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Timbulnya pergeseran nilai di dalam masyarakat akibat pendidikan dan kemajuan teknologi.

2. Berkurangnya rasa kebanggaan terhadap hasil pekerjaan, akibat adanya spesialisasi pekerjaan yang mendetail.

Page 5: BAB II Komaruddin

3. Semakin banyak pekerja wanita karena kodratnya perlu mendapat pengaturan dengan perundang-undangan.

4. Kebutuhan manusia yang semakin beraneka ragam, material dan non material yang harus dipenuhi oleh perusahaan.(Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 15)

Manajemen sumberdaya manusia ini harus terus berkembang sesuai dengan

kemajuan peradaban, teknologi, dan perundang-undangan Negara-negara di dunia.

Persaingan yang ketat diantara perusahaan dan semakin besarnya perhatian tentang

hak asis manusia akan mendorong timbulnya pendekatan-pendekatan yang lebih

modern dan manusiawi dalam perburuan. Pemerintahpun akan semakin besar campur

tangannya dalam mengatur pemanfaatan sumberdaya manusia untuk melindungi

kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan agar tidak diperlukan sewenang-

wenang oleh pemilik perusahaan.

2.4 Fungsi-Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia

Fungsi manajemen sumberdaya manusia meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian.

1. PerencanaanPerencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Page 6: BAB II Komaruddin

2. PengorganisasianPengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagian organisasi (organization chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.

3. PengarahanPengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerjasama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.

4. PengendalianPengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.

5. PengadaanPengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.

6. Pengembangan Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa ini maupun masa depan.

7. KompensasiKompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan yang tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak.Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimu pemerintah dan berdasarkan internal dan konsistensi.

8. PengintegrasianPengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang

Page 7: BAB II Komaruddin

serasi saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen sumberdaya manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.

9. Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memperoleh atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerjasama sampai pension. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.

10. KedisiplinanKedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumberdaya manusia dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.

11. PemberhentianPemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya.(Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 21).

Fungsi-fungsi manajemen sumberdaya manusia tersebut di atas, apabila

diterapkan secara konsisten, maka karyawan akan lebih cakap, mampu, dan terampil

dalam menjalankan tugas-tugas mereka sesuai dengan tujuan perusahaan.

2.5 Pengertian dan Tujuan Pengendalian

Fungi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses

manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses

manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pengendalian ini

berkaitan erat sekali dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal

yang saling mengisi, karena :

Page 8: BAB II Komaruddin

1. Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan.

2. Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana.

3. Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan dengan baik.

4. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah pengendalian

atau penilaian dilakukan.

Menurut Earl P. Strong yang dikutif oleh Malayu SP. Hasibuan menyatakan

bahwa pengendalian adalah proses pengaturan berbagai factor dalam suatu

perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.

(Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 241).

Sedangkan menurut Harold Koontz bahwa pengendalian adalah pengukuran

dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah

dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara. (Malayu SP.

Hasibuan, 2001 : 241).

Dengan demikian pengendalian dapat disimpulkan sebagai proses

penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu

pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan,

sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yang selaras dan standar.

Adapun tujuan pengendalian adalah :

1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari

rencana.

2. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-

penyimpangan (deviasi).

3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.

Page 9: BAB II Komaruddin

Jadi pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses yakini

hingga hasil akhir diketahui.

2.6 Asas-asas Pengendalian

Harold Koontz dan Cyril O’Donnel yang dikutif oleh Malayu SP. Hasibuan

mengemukakan bahwa asas-asas pengendalian yaitu :

1. Asas tercapainya tujuan (principle of assurance of objective), artinya pengendalian harus ditujukan kea arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.

2. Asas efisiensi pengendalian (principle of efficiency of control), artinya pengendalian itu efisien, jika dapat menghindari penyimpangan dari rencana, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yang diluar dugaan.

3. Asas tanggungjawab pengendalian (principle of control), artinya pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika manajer bertanggungjawab terhadap pelaksanaan rencana.

4. Asas pengendalian terhadap masa depan (principle of future control), artinya pengendalian yang efektif harus ditujukan kea rah pencegahan penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan dating.

5. Asas pengendalian langsung (principle of direct control), artinya teknik control yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manajer bawahan yang berkualitas baik. Pengendalian itu dilakukan oleh manajer, atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah. Caranya yang paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dengan rencana adalah mengusahakan sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas yang baik.

6. Asas refleksi rencana (principle of reflection plans), artinya pengendalian harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan rencana.

7. Asas penyesuaian dengan organisasi (principle of organization suitability), artinya pengendalian harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manajer dengan bawahannya merupakan sarana untuk melakukan rencana.

Page 10: BAB II Komaruddin

Dengan demikian pengendalian yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer, sehingga mencerminkan struktur organisasi.

8. Asas pengendalian individual (principle of individual of control), artinya pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan manajer. Teknik pengendalian harus ditujukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manajer.

9. Asas standar (principle of standar), artinya pengendalian yang efektif dan efisien memberikan standar yang tepat yang akan dipergunakan sebagai tolok ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.

10. Asas pengendalian terhadap strategis (principle of strategic point control), artinya pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan.

11. Asas kekecualian (the exception principle), artinya efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah atau tidak sama.

12. Asas pengendalian fleksibel (principle of flexibility of control), artinya pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.

13. Asas peninjauan kembali (principle of review), artinya system pengendalian harus ditinjau berkali-kali, agar system yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.

14. Asas tindakan (principle of action), artinya pengendalian dapat dilakukan, apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan directing. (Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 144).

2.7 Jenis-jenis Pengendalian

Jenis-jenis pengendalian menurut Malayu SP. Hasibuan adalah :

1. Pengendalian karyawan (personnel control)Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan karyawan. Misalnya apakah karyawan bekerja sesuai dengan rencana, perintah, tata kerja, disiplin, absensi, dan sebagainya.

2. Pengendalian Keuangan (financial control)Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian anggarannya.

Page 11: BAB II Komaruddin

3. Pengendalian Produksi (production control)Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.

4. Pengendalian Waktu (time control)Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.

5. Pengendalian Teknis (technical control)Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.

6. Pengendalian Kebijaksanaan (sales control)Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijakan-kebijakan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan.

7. Pengendalian Penjualan (sales control)Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah produksi atau jasa yang dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.

8. Pengendalian Inventaris (inventory control)Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang.

9. Pengendalian Pemeliharaan (maintenance control)Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris perusahaan dan kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak apa kerusakannya, apa masih dapat diperbaiki.(Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 245).

2.8 Proses dan Cara-cara Pengendalian

Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah

berikut :

a. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengendalian.

b. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.

c. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan

penyimpangan jika ada.

Page 12: BAB II Komaruddin

d. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan

dan tujuan sesuai rencana.

Rencana juga perlu dinilai ulang dan dianalisis kembali, apakah sudah benar-benar

realistis atau tidak, jika belum benar atau realistis maka rencana itu harus diperbaiki.

Sedangkan cara-cara melakukan pengendalian atau pengawasan adalah :

1. Pengawasan langsungPengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasil-hasilnya sesuai dengan yang dikehendaki.

2. Pengawasan tidak langsungPengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil yang telah dicapai.

3. Pengawasan berdasarkan kekecualianPengawasan berdasarkan kekecualian adalah pengawasan yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang diluar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer. (Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 245).

2.9 Pengertian Kinerja Karyawan

Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Penilaian

kinerja karyawan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang telah

dicapai oleh setiap karyawan. Apakah kinerja setiap karyawan yang dicapai sudah

baik, sedang atau kurang. Penilaian kinerja penting bagi setiap karyawan dan

berguna bagi perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.

Dengan melihat mengetahui kinerja karyawan berarti para bawahan

mendapat perhatian dari atasannya sehingga mendorong mereka bergairah bekerja,

Page 13: BAB II Komaruddin

asalkan proses penilaian jujur, objektif serta ada tindak lanjutnya. Tindak lanjut

penilaian ini memungkinkan karyawan dipromosikan, didemosikan, dikembangkan,

dan atau balas jasanya dinaikkan. Penilaian kinerja karyawan meliputi penilaian

kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama, loyalitas, dedikasi, dan partisipasi

karyawan. Menilai perilaku ini sulit karena tidak ada standar fisiknya, sedangkan

untuk penilaian hasil kerja relatif lebih mudah karena ada standar fisik yang dapat

dipakai sebagai tolok ukurnya, seperti meter, liter dan kilogram.

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara bahwa kinerja karyawan adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya

(A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2001 : 67).

Sedangkan menurut Malayu SP. Hasibuan, bahwa kinerja karyawan adalah

menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang

dihasilkan setiap karyawan (Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 86).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kinerja karyawan menyangkut hal-hal sebagai berikut :

1. Penilaian kinerja merupakan evaluasi terhadap perilaku, prestasi kerja dan

potensi pengembangan yang telah dilakukan.

2. Penilaian kinerja karyawan pada dasarnya merupakan suatu proses

mengestimasi dan menentukan nilai keberhasilan pelaksanaan tugas para

karyawan.

3. Penilaian kinerja ini membandingkan realisasi nyata dengan standar (required

performance) yang dicapai karyawan.

Page 14: BAB II Komaruddin

4. Penilaian kinerja dilaksanakan oleh manajer terhadap bawahannya.

5. Penilaian kinerja ini akan menentukan kebijaksanaan selanjutnya.

2.10 Tujuan dan Kegunaan Penilaian Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja karyawan berguna untuk perusahaan serta harus

bermanfaat bagi karyawan.

Tujuan dan kegunaan penilaian kinerja karyawan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur kinerja karyawan yaitu sejauh mana karyawan bias sukses dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan di dalam perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja, dan peralatan.

5. Sebagai indicator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang berada di dalam organisasi.

6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor, managers, administrator) untuk mengobservasi perilaku bawahan (subordinate) supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya.

8. Sebagai criteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.9. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan dengan

demikian bias sebagai bahan pertimbangan agar bias diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.

10. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.11. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan (job

description).(Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 88)

Bagi para karyawan dengan adanya penilaian kinerja karyawan dapat

menimbulkan perasaan puas dalam diri mereka. Mereka merasa bahwa dengan cara

ini hasil kerja mereka dinilai oleh perusahaan dengan sewajarnya dan sekaligus

Page 15: BAB II Komaruddin

kelemahan-kelemahan tersebut harus diterima secara sadar oleh karyawan sebagai

suatu kenyataan dan pada akhirnya akan menimbulkan dorongan di hati individu

karyawan untuk memperbaiki diri. Sedangkan bagi perusahaan penilaian kinerja

karyawan memberikan faedah bagi perusahaan karena dengan cara ini dapat

diwujudkan semboyan orang yang tepat pada jabatan yang tepat.

Jadi dengan memperhatikan kinerja karyawan dapat diketahui prestasi kerja

kerja seorang karyawan dimana terdapat kelebihan-kelebihan maupun kekurangan-

kekurangan yang dimilikinya. Bagi mereka yang memiliki prestasi kerja yang tinggi,

memungkinkan dirinya untuk diberi promosi. Sebaliknya, karyawan yang prestasinya

rendah prestasi kerjanya dapat diperbaiki dengan memindahkan ke jabatan yang

sesuai dengan kecakapanya ataupun melalui pendidikan dan latihan dalam rangka

pengambilan keputusan.

2.11 Unsur-unsur Yang Dinilai pada Kinerja Karyawan

Adapun unsur-unsur yang dinilai pada kinerja karyawan menurut Malayu

SP. Hasibuan adalah sebagai berikut :

1. Kesetiaan Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan mejaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggungjawab.

2. Prestasi KerjaPenilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.

Page 16: BAB II Komaruddin

3. KejujuranPenilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya.

4. KedisiplinanPenilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna.

5. KreativitasPenilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lainnya secara vertical atau horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.

6. KerjasamaPenilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lainnya secara vertical atau horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.

7. KepemimpinanPenilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.

8. KepribadianPenilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, member kesan menyenangkan, memperhatikan sikap yang kurang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.

9. PrakarsaPenilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alas an, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya.

10. KecakapanPenilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyeleraraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.

11. TanggungjawabPenilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.

Page 17: BAB II Komaruddin

(Malayu SP. Hasibuan, 2001 : 94)

Unsur kinerja karyawan yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau

perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai itu

mencakup seperti hal-hal tersebut di atas.

Page 18: BAB II Komaruddin

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Pada awal pendiriannya CV. Pusaka Jaya merupakan perusahaan

perseorangan yang kemudian berkembang menjadi perusahaan perseroan

komanditer. Sejak awal pendirian perusahaan ini bergerak dalam bidang

percetakan. CV. Pusaka Jaya didirikan dengan Akte Notaris Imran Maaruf,

S.H. No. 22 tahun 1993 atas nama Nurzamzam.

Kegiatan usaha CV. Pusaka Jaya pada awal pendiriannya masih dalam

skala kecil dan bersifat manual. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan

kemajuan teknologi, maka skala usaha dan penggunaan fasilitas produksi

mengalami peningkatan dan perkembagan baik bersifat otomatis maupun semi

otomatis.

4.1.2 Struktur Organisasi

Orang mendirikan organisasi karena beberapa tujuan tertentu hanya

dapat dicapai lewat tindakan yang harus dilakukan dengan persetujuan bersama.

Jadi, apakah tujuan itu laba, pemberian pendidikan atau pemeliharaan

Page 19: BAB II Komaruddin

kesehatan, namun ciri organisasi itu tetap sama : perilakunya terarah pada

tujuan (goal-directed behavior). Artinya organisasi itu mengejar tujuan dan

sasaran yang dapat dicapai secara lebih efisien dan lebih efektif dengan

tindakan yang dilakukan secara bersama-sama. Organisasi merupakan alat

yang diperlukan dalam masyarakat kita dan organisasi mempunyai pengaruh

besar terhadap perilaku kita. Pada dasarnya suatu organisasi memerlukan

pengelolaan yang baik dalam rangka menjalankan usahanya. Dengan

manajemen yang baik diharapkan tujuan perusahaan dapat tercapai. Untuk itu,

orang-orang dalam organisasi harus bekerja harmonis, terkoordinasi dan

bekerjasama agar tujuannya dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Pengelolaan yang memadai dari suatu perusahaan membutuhkan adanya

struktur organisasi yang dapat menunjang tercapainya efisiensi kerja, sehingga

tujuan dari perusahaan yang bersangkutan dapat tercapai. Dengan adanya

struktur organisasi akan lebih mudah bagi pihak manajemen perusahaan untuk

melakukan pengelolaan kegiatan perusahaan dan memungkinkan terlaksananya

pengendalian dan pengawasan atas semua kegiatan yang menyangkut semua

fungsi di dalam organisasi tersebut.

Dengan demikian struktur organisasi dari suatu perusahaan harus

disusun sedemikian rupa agar memungkinkan adanya pendelegasian wewenang

kepada bawahan dan sekaligus dapat ditetapkan pertanggungjawaban yang

sesuai dengan wewenang yang diberikan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar

tenaga para karyawan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya dan pengendalian

Page 20: BAB II Komaruddin

intern terlaksana dengan baik. Struktur organisasi CV. Pusaka Jaya di Bandar

Lampung dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur Organisasi Percetakan CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung

Sumber : CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung, tahun 2012

4.1.3 Uraian Tugas dan Tata Kerja

Tugas dan tanggungjawab masing-masing bagian :

1. Pemimpin perusahaan antara lain :

a. Memimpin dan mengawasi perusahaan

b. Merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan

c. Mengesahkan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan

perusahaan.

PemimpinPerusahaan

Kepala BagianProduksi

Kepala BagianKeuangan

Kepala BagianPemasaran

Gudang Pembelian Pembukuan

Page 21: BAB II Komaruddin

d. Menerima laporan pertnggungjawaban dari masing-masing bagian.

Tanggungjawab pemimpin perusahaan adalah menjaga kelangsungan

hidup perusahaan dan memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan.

2. Bagian Pemasaran

Bagian pemasaran bertanggungjawab kepada pemimpin perusahaan dan

membawahi bagian ekspedisi dan gudang.

Tugas dan tanggungjawab bagian pemasaran adalah :

a. Membuat target penjualan

b. Memproduksikan perusahaan

c. Menetapkan harga jual beli produksi

3. Bagian Produksi

Bagian produksi bertanggungjawab langsung kepada pemimpin perusahaan

dan membawahi bagian pembelian.

Tugas dan tanggungjawab bagian produksi adalah :

a. Membuat produksi sesuai dengan permintaan bagian pemasaran.

b. Menjaga dan memelihara fasilitas produksi

c. Membuat anggaran produksi

4. Bagian Keuangan

Bagian keuangan bertanggungjawab langsung kepada pemimpin perusahaan

dan membawahi bagian pembukuan/akuntansi dan kasir.

Tugas dan tanggungjawab bagian keuangan adalah :

a. Membuat anggaran bidang keuangan

b. Mencari sumber dana yang paling menguntungkan.

Page 22: BAB II Komaruddin

c. Mendistribusikan dana ke bagian yang membutuhkan.

d. Mengadakan pengawasan terhadap bagian pembukuan/akuntansi dan

kasir.

5. Bagian Ekspedisi dan Gudang

Bagian ekspedisi dan gudang bertanggungjawab langsung kepada bagian

pemasaran.

Tugas dan tanggungjawab bagian ekspedisi gudang adalah :

a. Mengantarkan pesanan

b. Memelihara persediaan bahan baku dan bahan pembantu

c. Bertanggungjawab atas keluar masuknya barang dari gudang

6. Bagian Pembelian

Bagian pembelian bertanggungjawab langsung kepada bagian produksi.

Tugas dan tanggungjawab bagian pembelian adalah :

a. Melakukan pembelian bahan baku, bahan pembantu sesuai dengan

perintah pelaksana administrasi/pembukuan dan atas permintaan bagian

gudang.

b. Bertanggungjawab atas bukti-bukti pembelian yang dilakukan.

7. Bagian Pembukuan/Administrasi

Bagian pembukuan bertanggungjawab langsung kepada bagian keuangan.

Tugas dan tanggungjawab bagian pembukuan adalah :

a. Mencatat setiap transaksi

b. Membuat laporan keuangan

c. Menerima dan mengeluarkan uang

Page 23: BAB II Komaruddin

d. Membuat inventarisasi harta perusahaan

e. Menangani surat masuk dan surat keluar

f. Menyiapkan kebutuhan surat menyurat intern.

4.1.4 Keaktifan Perusahaan

Bidang usaha CV. Pusaka Jaya adalah percetakan. Pada awalnya

proses produksi masih menggunakan alat yang digerakkan tenaga manusia,

berkembang dengan menggunakan mesin cetak offset.

Yang dimaksud dengan menggunakan mesin cetak offset. Yang dimaksud

dengan offset adalah percetakan dengan menggunakan mesin dan prinsip

kerjanya sama dengan mesin stensil dimana mesin cetak ikut berputar

sepenuhnya dikerjakan mesin yang digunakan untuk mencetak buku, faktur,

nota, kartu nama, kartu undangan, kop surat, amplop, piagam, dan lain-lain.

Mesin cetak offset yang dimiliki CV. Pusaka Jaya saat ini sudah

termasuk andal mengingat kecepatan cetak dan kemampuan konfigurasi

warnanya seperti yang dikehendaki pemesanan.

4.1.5 Proses Produksi

Proses produksi pada CV. Pusaka Jaya melalui beberapa tahap. Tahap-

tahap tersebut adalah :

1. Tahap desain dan tata letak

Tahap ini merupakan bagian awal dari keseluruhan proses produksi, dimana

ide dasar pengonsumsi dituangkan dalam lembaran konsep cetakan. Pada

Page 24: BAB II Komaruddin

tahap ini, penggunaan computer akan sangat membantu dalam mewujudkan

desain yang diinginkan. Setelah mempertimbangkan unsur seni sehingga

didapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan pengonsumsi. Hasil ini

kemudian yang menjadi master cetak.

2. Tahap pembuatan master

Kertas hasil dari tahap desain dan tata letak selanjutnya akan dipindahkan

pada plat cetakan (master). Untuk offset, proses pembuatan master tersebut

mempergunakan mesin gestetner yang cara kerjanya seperti mesin photo

copy, dimana plat master (dapat berupa kertas/semacam kertas stensil)

dilumuri dengan semacam bahan kimia khusus (toner)(misalnya tulisan atau

gambar), sedangkan bagian lainnya tidak akan timbul. Setelah master ini

jadi maka diteruskan ke tahap cetak.

Master cetak untuk sablon lebih sering disebut screen sablon. Proses

pembuatannya dimulai dengan melumuri screen tersebut dengan larutan

kimia hingga merata yang dilakukan di kamar gelap. Kemudian klise

diletakkan di atasnya yang dilanjutkan dengan melakukan penyinaran

terhadap screen tersebut dan akhirnya screen tersebut selanjutnya memasuki

tahap cetak.

3. Tahap cetak

Master yang telah jadi tersebut pada tahap ini siap dipergunakan untuk

mencetak, sebanyak hasil cetakan yang dikehendaki. Untuk pembuatan

buku, maka setiap halaman memiliki master yang berbeda-beda, biasanya

Page 25: BAB II Komaruddin

dilakukan dengan berkali-kali atau tidak sekali jadi. Proses percetakan ini

sepenuhnya dilakukan mesin.

4. Tahap penjilidan

Produksi percetakan yang perlu diliti, setelah dicetak langsung masuk

kebagian penjilidan dan pemotongan hingga rapih.

5. Tahap pengepakan

Setelah memasuki tahap penjilidan maka produksi tersebut memasuki tahap

pengepakan, sedangkan untuk produksi yang tidak memerlukan penjilidan

seperti undangan, brosur setelah dicetak langsung masuk kebagian

pengepakan, dan siap diserahkan ke gudang untuk diserahkan kepada

pemasaran.

4.1.6 Kegiatan Pemasaran

CV. Pusaka Jaya dalam memasarkan produksinya/jasa

mempergunakan konsep pemasaran aktif dimana pihak perusahaan berinisiatif

melakukan penawaran dan pendekatan kepada lembaga-lembaga/instansi

pemerintah melalui tender-tender yang sering diadakan dan kepada pihak

swasta termasuk dunia pendidikan dengan wilayah pemasaran Bandar Lampung

dan sekitarnya.

Pemasaran aktif dilakukan dengan mendatangi kantor-kantor dan menawarkan

produksinya, atau mengirimkan harga-harga produksi cetakan/pengadaan

barang kepada perusahaan/pengonsumsi yang diharapkan berminat mengadakan

Page 26: BAB II Komaruddin

kerjasama atau sekedar memperkenalkan perusahaan. Selain kegiatan di atas,

perusahaan juga tetap menjaga hubungan baik dengan langganan dengan cara

mempertahankan harga yang bersaing, menjaga kualitas hasil pekerjaan dan

ketetapan waktu penyerahan pesanan.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisa Kualitatif

Untuk menginginkan perencanaan sesuai dengan tujuan yang

diinginkan, maka pengendalian atau pengawasan karyawan juga harus

diutamakan. Melalui pengendalian yang berkesinambungan, maka akan dapat

memperkecil kemungkinan ketidakberhasilan dalam menjalankan aktivitas

karyawan.

Pengendalian dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, baik

secara formal maupun non formal. Dengan pengendalian yang baik, maka

kinerja karyawan akan dapat diarahkan sesuai dengan rencana. Pada analisis

kualitatif ini akan dibahas berdasarkan data table dari hasil kuesioner yang

berkaitan dengan pertanyaan pengendalian (X) dan pertanyaan yang berkaitan

dengan kinerja karyawan (Y) dari sampel penelitian sebanyak 26 orang

karyawan.

Untuk melakukan analisis kualitatif ini, langkah pertama adalah

dengan terlebih dahulu menentukan interval kelas dari masing-masing item

pertanyaan dari variable pengendalian (X) dan variable kinerja karyawan (Y)

sebagai berikut :

Page 27: BAB II Komaruddin

Dari 10 item pertanyaan dengan 3 (tiga) alternatif jawaban (A,B dan

C) yang diberi skore 3, 2, dan 1, maka total skore tertingi 30 dan total skore

terendah 10 sehingga menghasilkan interval skore yaitu :

30 – 10c = = 6,6 dibulatkan = 7

3

Kriteria :

24 - 30 = Kriteria Tinggi

17 - 23 = Kriteria Sedang

10 - 16 = Kriteria Rendah

Selanjutnya dari hasil skor hasil kuesioner, penulis sebarkan kepada 26 orang

responden yang berkaitan dengan pengendalian yang dilakukan pada CV.

Pusaka Jaya, diperoleh hasil sebagaimana terlihat pada table 3 berikut :

Tabel 3. Hasil skor jawaban responden tentang pengendalian (X) dari 26 orang responden pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung

Kriteria SkorPengendalian

Banyaknya PersentaseTinggi 24 - 30 14 53,85Sedang 17 - 23 8 30,77Rendah 10 - 16 4 15,38

Jumlah 26 100%

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan table 3 tersebut di atas terlihat bahwa pengaruh

pengendalian terhadap kinerja karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar

Lampung adalah 14 orang atau 53,85% menyatakan pengaruh pengendalian

dengan kategori tinggi / sangat baik, 8 orang responden atau 30,77%

Page 28: BAB II Komaruddin

menyatakan pengaruh pengendalian dengan kategori sedang / baik dan

sebanyak 4 orang atau 15,38% menyatakan pengaruh pengendalian dalam

kategori rendah / kurang baik. Demikian juga dengan skor hasil kuesioner yang

berkaitan dengan kinerja karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung

yang disebarkan kepada 26 orang responden diperoleh hasil sebagaimana pada

tabel 4 berikut :

Tabel 4. Hasil skor jawaban responden tentang kinerja karyawan (Y) dari 26 orang responden pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung

Kriteria SkorKinerja Karyawan

Banyaknya PersentaseTinggi 24 - 30 14 53,85Sedang 17 - 23 6 23,07Rendah 10 - 16 6 23,07

Jumlah 26 100%

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel 4 tersebut di atas terlihat bahwa pengaruh

pengendalian terhadap kinerja karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar

Lampung adalah 14 orang atau 53,85% menyatakan kinerja karyawan dengan

kategori tinggi / sangat baik, 6 orang responden atau 23,07% menyatakan

kinerja karyawan dengan kategori sedang / baik dan sebanyak 6 orang atau

23,07% menyatakan kinerja karyawan dalam kategori rendah / kurang baik.

Hasil kuesioner dari kedua variabel tersebut di atas, yaitu variable pengendalian

(X) maupun variable kinerja karyawan (Y) selanjutnya akan penulis

reakpitulasikan ke dalam table V, berikut :

Page 29: BAB II Komaruddin

Tabel 5. Hasil skor jawaban responden tentang pengendalian (X) dan kinerja karyawan dari 26 orang responden pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung

VariabelKinerja Karyawan

Tinggi Sedang RendahPengendalian (X) 14 8 4Kinerja Karyawan (Y) 14 6 6

Jumlah 28 14 10Rata-rata 14 7 5

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan reakapitulasi data hasil kuesioner keterkaitan antara

variable pengendalian (X) maupun variable kinerja karyawan (Y) kepada 26

orang responden penelitian, dapat disimpulkan bahwa rata-rata jawaban

responden dari kuesioner yang disebarkan dengan hasil sebagai berikut : 14

orang (53,85%) menyatakan rata-rata tinggi, 7 orang (26,92%) menyatakan

sedang dan 5 orang (19,23%) orang menyatakan rendah.

Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan bahwa “Pengendalian

mempunyai hubungan erat dan positif dengan tingkat kinerja karyawan

pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung”.

4.2.2 Analisis Kuantitatif

Untuk menjawab hipotesis yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, dimana terlebih dahulu telah dilakukan analisis kualitatif, maka

untuk menambah tingkat kepercayaan terhadap hipotesis yang dikemukakan,

penulis menggunakan juga analisis kuantitatif. Pada analisis kuantitatif ini

penulis menggunakan alat analisis Uji Chi Kuadrat (X2), yaitu untuk

mengetahui pengaruh pengendalian terhadap kinerja karyawan pada CV.

Page 30: BAB II Komaruddin

Pusaka Jaya di Bandar Lampung, dimana sebelumnya telah dilakukan

penyebaran kuesioner yang berkaitan dengan variable pengendalian (X)

maupun variable kinerja karyawan (Y) kepada 26 orang responden penelitian

(lampiran 4) akan direkapitulasi sebagaimana terlihat pada table 6 berikut :

Tabel 6. Frekuensi yang diperoleh tentang Hubungan Pengendalian dengan Tingkat Kinerja Karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung

PengendalianKinerja Karyawan

Fo Tinggi Fo Sedang Fo RendahFo Tinggi 12 1 14Fo Sedang 1 4 8Fo Rendah 1 1 4

Jumlah 14 6 26

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan table 6 tersebut di atas, selanjutnya akan dicari terlebih

dahulu fh sel yaitu frekuensi yang diharapkan untuk masing-masing sel dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah barisFh = x Jumlah kolom

Jumlah semua

Hasil perhitungan untuk setiap sel adalah sebagai berikut :

- Sel Pengendalian Tinggi, Tingkat Kinerja Tinggi

14 x 14 = 7,54

26

- Sel Pengendalian Tinggi, Tingkat Kinerja Sedang

14 x 6 = 3,23

26

- Sel Pengendalian Tinggi, Tingkat Kinerja Rendah

Page 31: BAB II Komaruddin

14 x 6 = 3,23

26

- Sel Pengendalian Sedang, Tingkat Kinerja Tinggi

8 x 14 = 4,31

26

- Sel Pengendalian Sedang, Tingkat Kinerja Tinggi

8 x 6 = 1,85

26

- Sel Pengendalian Sedang, Tingkat Kinerja Tinggi

14 x 6 = 1,85

26

- Sel Pengendalian Rendah, Tingkat Kinerja Tinggi

4 x 14 = 2,15

26

- Sel Pengendalian Rendah, Tingkat Kinerja Tinggi

4 x 6 = 0,92

26

- Sel Pengendalian Renda, Tingkat Kinerja Tinggi

4 x 14 = 0,92

26

Dari hasil perhitungan masing-masing sel tersebut di atas, maka akan

direkapitulasi pada table 7 sebagaimana berikut :

Page 32: BAB II Komaruddin

Tabel 7. Prosentase frekuensi yang diperoleh tentang Hubungan Pengendalian dengan Tingkat Kinerja Karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung

PengendalianTingkat Kinerja Karyawan

Jumlah Fo Tinggi Fo Sedang Fo RendahFo Tinggi 7,54 3,23 3,23 14Fo Sedang 4,31 1,85 1,85 8Fo Rendah 2,15 0,92 0,92 4

Jumlah 14 6 6 26

Sumber : Data Diolah

Dari hasil perhitungan sebagaimana table tersebut di atas, maka dapat

dihitung nilai Chi Kuadrat (X2)dan hasilnya sebagaimana diuraikan pada table 8

berikut :

Tabel 8. Prosentase frekuensi yang diperoleh tentang Hubungan Pengendalian dengan Tingkat Kinerja Karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung

Fo Fh Fo - Fh (Fo – Fh)2 (Fo – Fh)2

Fh

1211143112

7,543,233,234,311,851,852,150,920,92

4,46-2,23-2,23‘3,312,151,15-1,150,081,08

19,894,974,9710,964,621,321,32

0,00641,17

2,641,541,542,542,490,710,61

0,00691,27

Nilai Chi Kuadrat (X2) 13,3469

Sumber : Data Diolah

Dari hasil perhitungan nilai Chi Kuadrat (X2) tersebut di atas diperoleh

nilai sebesar 13,3469. Nilai tersebut setelah dibandingkan dengan table criteria

penerimaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 33: BAB II Komaruddin

(d,b) = (Baris – 1) . (Kolom – 1)

= (3 – 1) . (3 – 1)

= (2) . (2)

= 4

Nilai Chi Kuadrat (X2) table dengan derajat bebas sama dengan 4,

menggunakan tingkat kepercayaan (α = 0,05) diperoleh nilai sebesar 9,49

(lampiran 5). Setelah dibandingkan dengan kriteria perhitungan antara

Chi Kuadrat (X2) hitung dengan Chi Kuadrat (X2) table, maka diperoleh

perbandingan Chi Kuadrat (X2) hitung = 13,3469 > Chi Kuadrat (X2) tabel

= 9,49 (lampiran5).

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi hubungan yang

ditimbulkan variable bebas (X) yaitu Pengendalian terhadap variable terikat (Y)

yaitu Tingkat kinerja karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung,

maka penulis menentukan terlebih dahulu besarnya koefisien kontingensi

dengan rumus :

X2C =

X2 + N

13,3469C =

13,3469 + 26

13,3469C =

39,3469

C = 0,339210967

Page 34: BAB II Komaruddin

C = 0,582418206

= 0,582 (pembulatan)

Dari hasil perhitungan koefisien kontingensi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa mempunyai hubungan positif dengan tingkat kinerja

karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung dengan nilai sebesar C =

0,582. Kemudian dengan menggunakan rumus C-maks, maka akan diketahui

besarnya kontribusi dari variable pengendalian (X) terhadap tingkat kinerja

karyawan (Y) adalah sebagai berikut :

m – 1C – Maks. =

m

3 – 1C – Maks. =

3

2C – Maks. =

3

C – Maks. = 0,816

Dari perhitungan di atas diperoleh nilai Koefisien Kontingensi (C-Maks.)

diperoleh hasil sebesar :

0,582x 100% = 71,32%

0,816

Setelah dibandingkan dengan kriteria pengukuran, maka dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara pengendalian dengan tingkat kinerja

Page 35: BAB II Komaruddin

karyawan pada CV. Pusaka Jaya di Bandar Lampung termasuk kategori tinggi

karena berada antara 0,61 – 0,80.