bab ii tinjauan pustaka 2.1 ikan nila (oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/bab...

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan ini juga menduduki peringkat kedua sebagai ikan konsumsi yang paling banyak dibudidayakan setelah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan nila (O. niloticus) memiliki varietas-varietas yang unggul seperti nila merah, nila gift, nila get, nila nirwana, dan lainnya. Keunggulan dari nila adalah dapat dibudidayakan di berbagai habitat, baik air tawar, payau, maupun laut (Kordi, 2010). 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Klasifikasi dari ikan nila (O. niloticus) menurut Saanin (1995) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Pisces Ordo : Percomorphii Famili : Cichlidae Genus : Oreochormis Species : Oreochromis niloticus 5 Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Upload: duongdang

Post on 06-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan ini juga menduduki peringkat kedua

sebagai ikan konsumsi yang paling banyak dibudidayakan setelah ikan mas (Cyprinus

carpio). Ikan nila (O. niloticus) memiliki varietas-varietas yang unggul seperti nila

merah, nila gift, nila get, nila nirwana, dan lainnya. Keunggulan dari nila adalah dapat

dibudidayakan di berbagai habitat, baik air tawar, payau, maupun laut (Kordi, 2010).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi dari ikan nila (O. niloticus) menurut Saanin (1995) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Percomorphii

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochormis

Species : Oreochromis niloticus

5

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

6

Gambar 2.1 Ikan nila (Oreochromis niloticus)

2.1.2 Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila (O. niloticus) memiliki bentuk pipih ke samping memanjang,

sedangkan warna tubuh umumnya berwarna putih kehitaman dan merah sehingga

dikatakan sebagai nila nila hitam dan nila merah (Kordi, 2010). Tubuh dari nila hitam

berwarna kehitaman, semakin kearah perut semakin terang.

Nila memiliki garis vertikal 9-11 buah yang berwarna hijau kebiruan. Pada

sirip bagian ekor terdapat 6-12 garis melintang yang pada ujungnya berwarna

kemerah-merahan. Pada punggungnya terdapat garis-garis yang miring. Mata nila

tampak menonjol agak besar dengan bagian tepi yang berwarna hijau kebiru-biruan.

Letak muluk terminal, dengan posisi sirip perut terhadap sirip dada, garis rusuk

terputus menjadi dua bagian memanjang di atas sirip dada. Jari-jari sirip terdiri dari

17 jari-jari keras dan 13 jari-jari yang lunak pada sirip punggung, 1 jari-jari keras dan

5 jari-jari lunak pada sirip perut, 15 jari-jari lunak pada sirip dada, 3 jari-jari keras

dan 10 jari-jari lunak pada sirip dubur (anus) dan pada sirip ekor terdapat 8 jari-jari

keras melunak (Kordi, 2010).

Banyak masyarakat yang keliru untuk membedakan antara ikan nila dengan

ikan mujair (O. mossambicus). Perbedaan keduanya dapat dilihat dari perbandingan

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

7

antara panjang total dan tinggi badan. Untuk ikan nila perbandingannya 3:1,

sedangkan ikan mujair 2:1. Selain itu, terdapat adanya pola garis-garis vertikal yang

terlihat sangat jelas pada sirip ekor dan sirip punggung ikan nila. Jumlah garis

vertikal yang ada pada sirip ekor berjumlah enam buah dan sirip punggung delapan

buah (Rijal, 2014).

2.1.3 Habitat

Ikan nila tersebar di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Ikan

nila tidak dapat hidup pada wilayah yang beriklim dingin (Ayuningtyas, 2012). Ikan

nila mampu hidup pada lingkungan air tawar, air payau, dan air asin di laut. Ikan nila

air tawar dapat dipindahkan ke air asin tetapi harus diadaptasikan secara bertahap,

yaitu dengan menaikkan kadar garam air sedikit demi sedikit. Kadar garam air yang

disukai berkisar antara 0-35 per mil (Rijal, 2014). Ikan nila baik dipelihara pada

dataran rendah sampai agak tinggi (Rachmatun, 2010).

2.2 Imunostimulan

Imunostimulan merupakan senyawa kimia, obat atau bahan lainnya yang

dapat meningkatkan respon imunitas ikan (Anderson, 1992 dalam Alifuddin, 2002).

Menurut Ayuningtyas (2012), imunostimulan adalah sekelompok senyawa alami dan

disintesis yang dapat meningkatkan respon imun non spesifik. Selain itu

imunostimulan juga diartikan suatu materi biologis dan zat yang dapat meningkatkan

sistem pertahanan non spesifik serta dapat merangsang organ pembentuk antibodi

dalam tubuh untuk bekerja secara maksimal (Fenichel Chirigos, 1984 dalam

Donando, 2002).

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

8

Imunostimulan dapat dibedakan dalam beberapa kelompok berdasarkan

sumbernya yaitu bakteri, derivat alga, derivat hewan, faktor nutrisi imunostimulan,

dan hormon/ sitokinin (Sakai, 1999 dalam Ayuningtyas, 2012). Berbeda dengan

vaksin, imunostimulan tidak direspon ikan dengan mensintesis antibodi, melainkan

dengan peningkatan aktivitas dan reaktivitas sel pertahanan seluler ataupun humoral

(Alifuddin, 2002). Proses pemberian imunostimulan dapat dapat diberikan melalui

injeksi, bersama pakan (oral), dan perendaman. Menurut Siwicki et al. (1995) dalam

Batjo (2001) imunostimulan diketahui mampu menstimulir prekusor limfosit T pada

sistem imunitas mamalia dan meningkatkan aktivitas makrofag. Saccharomyces

cerevisiae mengandung komponen kompleks karbohidrat dan asam nukleat yang

dipercaya sebagai imunostimulan, bila dicampurkan dengan pakan maka akan

meningkatkan respon kekebalan tubuh.

Menurut Brisknell & Dalmo (2005) imunostimulan secara alami muncul pada

sistem imun dengan cara meningkatkan resistensi inang terhadap penyakit yang

kebanyakan disebabkan oleh jenis patogen. Cara penggunaan imunostimulan

memiliki pola yang sama dengan penggunaan antibiotik. Imunostimulan yang biasa

dipakai adalah LPS (lipopolisakarida), β glukan yang diperoleh dari S. cerevisiae, dan

levamisol. Beberapa vitamin seperti vitamin A, B, dan vitamin C juga dapat

digunakan sebagai imunostimulan (Sohne et al., 2000; Galeotti, 1998 dalam

Alifuddin, 2002).

2.3 Sistem Imunitas

Imunitas merupakan suatu sifat yang resisten terhadap infeksi penyakit.

Imunitas dipengaruhi oleh sistem imun tubuh yang merupakan gabungan sel,

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

9

molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi (Baratawidjaja,

2006 dalam Napitupulu ,2011). Sifat resistensi ini dapat diketahui dengan cara

melihat kelangsungan hidup maupun respon imun yang dihasilkan berupa reaksi yang

dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya

(Napitupulu, 2011).

Substansi atau materi yang memiliki kemampuan untuk dapat meningkatkan

perlawanan terhadap infeksi penyakit terutama oleh sistem fagositik disebut dengan

imunostimulan. Apabila sistem imun terpapar pada suatu zat yang dianggap asing,

maka terdapat dua jenis respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun non

spesifik dan respon imun spesifik (Kresno, 2001).

2.3.1 Respon Imun Non Spesifik

Respon imun non spesifik berupa pertahanan secara fisik dan kimiawi. Salah

satu upaya tubuh untuk dapat mempertahankan diri terhadap masuknya antigen

(antigen bakteri) adalah dengan cara menghancurkan bakteri yang bersangkutan

secara fagositosis, tanpa memperdulikan adanya perbedaan-perbedaan kecil yang ada

diantara substansi-substansi asing itu (Kresno, 2001). Dalam hal ini leukosit yang

merupakan fagosit mempunyai peranan yang penting, khususnya pada makrofag.

Supaya dapat terjadi proses fagositosis, maka sel-sel fagosit tersebut harus terletak

pada jarak yang dekat dengan partikel bakteri. Respon imun non spesifik kimiawi

meliputi komponen-komponen yang terdapat dalam serum darah dan berfungsi untuk

menghambat pertumbuhan mikroba.

Respon imun non spesifik memiliki fungsi untuk segala jenis patogen yang

menyerang dan bersifat permanen (selalu ada) serta tidak perlu ada perangsangan

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

10

terlebih dahulu. Respon imun non spesifik berbeda antara ikan yang satu dengan ikan

yang lainnya. Disebut non spesifik karena respon ini tidak ditujukan terhadap

mikroba tertentu, namun telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya

tidak menunjukkan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh

terhadap banyak patogen potensial (Ayuningtyas, 2012). Sistem tersebut merupakan

pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan dari berbagai mikroba dan dapat

memberikan respon secara langsung (Baratawidjaja, 2004).

Respon imun non spesifik terdiri dari tiga aspek yaitu pertahanan

fisik/mekanik, pertahanan humoral, dan pertahanan selular (Baratawidjaja, 2004).

Sedangkan menurut Anderson (1974) dalam Ayuningtyas (2012), respon imun non

spesifik meliputi pertahanan mekanik dan kimiawi (mukus, kulit, sisik, dan insang)

dan pertahanan seluler (sel makrofag, leukosit seperti monosit, neutrofil, eusinofil,

dan basofil).

2.3.2 Respon Imun Spesifik

Respon imun spesifik dapat dihasilkan secara bawaan (innate immunity) yang

berfungsi untuk melawan penyakit tetapi memerlukan rangsangan terlebih dahulu.

Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh dan

bagian selulernya (Donando, 2002). Fungsi dari organ-organ ini untuk menunjukkan

tipe antibodi yang diproduksi, menghasilkan antibodi spesifik serta menghancurkan

mikroorganisme (Anderson, 1974 dalam Donando, 2002). Inti dari proses respon

imun spesifik ini adalah limfosit karena sel-sel ini dapat mengenal setiap jenis

antigen, baik antigen yang terdapat intraseluler maupun ekstraseluler misalnya dalam

cairan tubuh atau dalam darah.

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

11

Terdapat dua jenis respon imun spesifik, yaitu respon imun seluler dan respon

imun humoral. Respon imun selular dikendalikan oleh sel limfosit T, sedangkan

respon imun humoral dikendalikan oleh sel limfosit B. Respon imun terhadap suatu

antigen tergantung oleh dosis dan cara pemasukannya ke dalam tubuh (Mulia, 2012).

Pada umumnya, cara pemasukan antigen ke dalam tubuh dapat langsung melalui

kulit, organ pernafasan, saluran pencernaan atau disuntikkan, dan masing-masing cara

tersebut dapat menimbulkan respon imun yang berbeda intensitasnya (Subowo, 1993

dalam Mulia, 2012).

2.4 Saccharomyces cerevisiae

Mikroorganisme, seperti ragi dan jamur/cendawan dan juga sereal seperti

gandum dan jelai, mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena mengandung

sejumlah besar β-glukan yang sangat bermanfaat (Widyastuti et al., 2011).

Saccharomyces cerevisiae adalah sejenis khamir eukariotik yang secara morfologinya

hanya membentuk sebuah blastospora yang bentuknya bulat, lonjong, silindris

maupun bulat telur tergantung strain yang mempengaruhinya (Ahmad, 2005). Sistem

reproduksi dapat dipengaruhi berdasarkan keadaan lingkungan dan jumlah nutrisi

bagi pertumbuhan sel dalam tubuh.

Taksonomi Saccharomyces sp . menurut Sanger (2004) sebagai berikut :

Kingdom : Eukaryota

Phylum : Fungi

Subphylum : Ascomycota

Class : Saccharomycetes

Ordo : Saccharomycetales

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

12

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Saccharomyces

Species : Saccharomyces cerevisiae

S. cerevisiae tergolong cendawan berupa khamir (yeast) pembuat kue dan roti

ternyata mempunyai potensi kemampuan yang tinggi sebagai imunostimulan, dan

bagian yang bermanfaat tersebut adalah dinding selnya yang mengandung (1,3 dan

1,6) glukan. Bahan inilah yang dipakai sebagai imunostimulan setelah berhasil

dipisahkan pada bagian dinding sel S. cerevisiae (Life Source Basic, 2002 dalam

Ahmad, 2005).

Glukan merupakan imunostimulan yang berasal dari dinding sel cendawan

S.cerevisiae dan telah terbukti mampu merangsang dan mengaktifkan mekanisme

pertahanan non spesifik pada berbagai organisme tingkat tinggi seperti vertebrata dan

avertebrata (Raa et al.,1992 dalam Donando, 2002). β-glukan adalah senyawa yang

mengandung suatu polisakarida yang terdiri dari β (1—›3)-D-Glukan, β (1—›6)-D-

Glukan, ikatan glikosidik. Polisakarida ini termasuk komponen utama untuk

menyusun dinding sel dari khamir. β-glukan juga dapat diisolasi dari berbagai jenis

ragi, alga, dan juga dari lumut (Danielson et al., 2010 dalam Napitupulu, 2011).

Produk glukan yang paling umum digunakan adalah Saccaharomyces cerevisiae (ragi

roti) dan preparasi fungi Schizophyllum commune dan Selerotium glukanicum (Sakai,

1999 dalam Napitupulu, 2011).

β-glukan merupakan Biological Defence modifier (BDM) yang memiliki

potensi mengaktifkan sistem imun dalam tubuh melalui sel makrofag imun (Salimi,

2005). Seperti pada semua sel darah, makrofag ada di dalam sum-sum tulang. Saat sel

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

13

mulai matang dan memasuki pada aliran darah maka akan berubah menjadi monosit.

Makrofag yang terdapat pada seluruh jaringan, organ, darah, dan urat yang

dikelompokkan sebagai fagosit berfungsi untuk menghancurkan dan menyingkirkan

partikel asing di dalam sel imun. Agar berfungsi secara imunologi, makrofag harus

melewati kondisi aktivasi yang melibatkan berbagai perubahan morfologi dan

perubahan metabolik yang memproduksi sitokin sebagai regulator internal dari sistem

imun (Jordan, 2001 dalam Salimi, 2005).

Penelitian mengenai polisakarida yang digunakan sebagai imunostimulan

sudah sering dilakukan pada mamalia. Beberapa diantaranya dapat menyingkapkan

sejumlah polisakarida yang menginduksi kekebalan non spesifik seperti mengaktivasi

makrofag dan limfosit T (Donando, 2002). Penelitian menggunakan β-glukan sudah

pernah dilakukan juga oleh Napitupulu (2011) terhadap udang galah melalui pakan,

dan dihasilkan dosis pemberian β-glukan yang terbaik sebesar 0,15 % dapat

meningkatkan laju pertumbuhan spesifik udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

Selain itu penelitian lain oleh Hastuti (2012) mengenai suplementasi β-glukan dari

ragi roti juga berpengaruh terhadap aktivitas fagositosis dan jumlah total protein

plasma pada ikan nila (Orechromis niloticus).

Pada proses mekanisme kerja β-glukan ini dengan cara mengikat molekul

reseptor yang terdapat di permukaan sel-sel fagosit. Ketika reseptor diikat oleh β-

glukan, sel fagosit akan menjadi lebih aktif dalam melakukan aktivitas fagositosis

terhadap benda asing (bakteri) yang masuk. Pada saat bersamaan,sel fagosit akan

mengeluarkan molekul-molekul signal (sitokine) yang dapat merangsang

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

14

pembentukan sel-sel haemocyte yang baru (Rodriguez & Lee Moullac, 2000 dalam

Napitupulu, 2011).

Hasil penelitian yang menggunakan produk samping dari industri ragi roti

juga dapat meningkatkan respon imun non spesifik dan pertumbuhan beberapa

spesies ikan (Olivia-Teles & Goncalves, 2001 dalam Manurung et al., 2013). Selain

itu ragi roti dapat meningkatkan pencernaan pakan dan protein sehinggga

menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih baik (Wache et al., 2006

dalam Manurung et al., 2013).

2.5 Pakan Ikan

Ikan membutuhkan makanan sebagai syarat untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup. Makanan pada ikan biasa disebut dengan istilah pakan. Pakan

yang berkualitas dapat membantu meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan

reproduksi pada ikan (Kusnadi & Bani, 2007). Pakan yang tergolong baik merupakan

pakan yang mengandung protein, energi, mineral, dan vitamin yang sangat

dibutuhkan oleh ikan. Pemberian pakan pada ikan harus berkualitas dan efisien

supaya kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ikan dapat terpenuhi (Mudjiman, 2001

dalam Hayanti, 2011). Pakan yang baik ini harus didasarkan pada bahan baku yang

digunakan untuk membuat pakan, jenis ikan, umur ikan, dan ukuran tubuh ikan. Hal

ini yang nantinya akan menentukan kebutuhan ikan terhadap kandungan protein.

Pakan pada ikan terdiri dari pakan alami dan pakan buatan (Kusnadi & Bani,

2007). Pakan alami adalah pakan yang berupa plankton atau zooplankton yang hidup

melayang pada perairan kolam. Ketersediaan dari pakan alami ini berbeda-beda

tergantung dari tingkat kesuburan yang ada pada perairan kolam. Sedangkan pakan

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

15

buatan adalah pakan yang dengan sengaja dibuat dari berbagai campuran bahan-

bahan alami atau diolah menjadi bentuk sedemikian rupa sehingga ikan menjadi

tertarik untuk memakannya (Hayanti, 2011). Pakan buatan yang biasanya sering

diberikan pada ikan adalah sejenis pellet yang mengandung komposisi protein lebih

dari 30%. Pakan buatan ini diberikan berkisar 2%-5% dari berat total ikan yang

dipelihara (Kusnadi & Bani, 2007).

Menurut Rukmana (2003), menggunakan pellet yang terapung mempunyai

keuntungan, diantaranya sebagai berikut :

1. jumlah pakan yang diberikan dapat terkontrol,

2. keadaan kesehatan pada ikan dapat dilihat,

3. dapat menghindari adanya pakan yang tidak termakan oleh ikan karena

tercampur dengan lumpur,

4. menghindari adanya pengotoran air akibat pakan yang tidak termakan,

5. kepastian ikan untuk memperoleh pakan dengan imbangan gizi yang

diperlukan ikan telah diformulasikan sesuai dengan kebutuhan ikan yang

dipelihara.

Pakan buatan yang berkualitas ditunjukan dengan kandungan nutrisi yang

dimiliki, sifat fisik, warna, dan aroma pada pakan. Kandungan nutrisi pada pakan

dapat diketahui dengan melihat tabel yang tercantum pada tiap kemasan pakan,

kandungan nutrisi protein ini harus selalu diperhatikan. Sifat fisik pakan yang baik

ditunjukan dengan tampilan permukaan yang halus dan licin, berwarna keputih-

putihan (tidak berjamur), aroma pakan tidak tengik, serta bagian pakan yang hancur

dibawah 5% (Rukmana, 2003).

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

16

2.6 Kualitas Air

Air memiliki peranan yang sangat penting sebagai media dalam pertumbuhan

ikan. Sebagai kunci keberhasilan dalam budidaya ikan, maka perlu memperhatikan

kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat. Oleh sebab itu, kualitas dan

kuantitas air merupakan salah satu hal yang dijadikan sebagai ukuran untuk dapat

menilai layak tidaknya suatu perairan atau sumber air untuk digunakan dalam

budidaya ikan dengan menggunakan wadah tertentu (Kordi, 2004). Parameter yang

digunakan untuk mengukur kualitas air diantaranya adalah temperature, oksigen

terlarut, karbondioksida, dan pH (Wardoyo, 1994 dalam Nurcahyo, 2008).

2.6.1 Suhu

Setiap ikan membutuhkan suhu yang optimal untuk dapat hidup dengan baik.

Suhu dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme makhluk hidup di perairan,

khususnya terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Laju pertumbuhan ikan dapat

meningkat sejalan dengan kenaikan suhu dan dapat menekan kehidupan ikan bahkan

dapat menyebabkan kematian pada ikan jika suhu mengalami kenaikan secara drastis.

Faktor yang dapat menjaga kestabilan suhu dalam air adalah kedalaman air

(Jangkarau, 1995 dalam Nurcahyo, 2008). Kisaran suhu yang optimum bagi

kehidupan ikan adalah sekitar 25-52 0 C (Kordi, 2004). Ikan nila dapat tumbuh secara

normal pada kisaran suhu 14-38 0C dan dapat menjelajah secara alami pada suhu 22-

370C (Rijal, 2014). Apabila suhu rendah maka ikan akan kehilangan nafsu makan,

sehingga dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat. Sebaliknya jika suhu

dalam air terlalu tinggi maka ikan akan stress bahkan sampai mati karena kekurangan

oksigen.

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticusrepository.ump.ac.id/6942/3/BAB II.pdf · Respon kekebalan merupakan suatu fungsi koordinasi diantara organ-organ tubuh

17

2.6.2 Oksigen Terlarut

Oksigen yang terlarut dalam air diperlukan oleh ikan untuk pernafasan dan

proses pembakaran untuk dapat menjalankan aktivitasnya, seperti berenang,

pertumbuhan dan reproduksi. Oksigen ini juga merupakan salah satu faktor pembatas,

oleh sebab itu jika kebutuhan di dalam air tidak tercukupi segala aktivitas ikan akan

terhambat (Kordi, 2004). Oksigen terlarut yang dianggap paling ideal untuk

pertumbuhan dan perkembangan ikan adalah sebesar 5-6 mg/l (Nurcahyo, 2008).

2.6.3. pH

pH (derajat keasaman) mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan

ikan, perairan yang tergolong baik adalah perairan yang sedikit mengalami

goncangan pH (Soesono, 1979 dalam Nurcahyo, 2008). Pada kondsi pH yang rendah

(keasaman tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang sehingga konsumsi

oksigen menurun, sehingga aktivitas pernapasan ikan naik dan selera makan menjadi

berkurang. Oleh karena itu, dalam usaha budidaya ikan akan dapat berjalan dengan

baik apabila pH dalam air 6,5-9,0 dan selera makan ikan tertinggi pada kisaran pH

7,5-8,5 (Kordi, 2004).

Pengaruh Penambahan Ragi..., Septarina, FKIP, UMP, 2015