bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan...

40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Dasar Koping a. Pengertian Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari permasalahan (problem) dan sering kali masalah-masalah tersebut menyebabkan individu mengalami stress. Tiap-tiap individu mempunyai reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi setiap permasalahannya masing- masing. Setiap individu mempunyai cara atau perilaku untuk menghindari atau mengalihkan perasaan hati yang menekan atau stres yang sering disebut dengan koping (El-Nafis, 2009). Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan

Upload: donga

Post on 03-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Dasar Koping

a. Pengertian

Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari permasalahan

(problem) dan sering kali masalah-masalah tersebut menyebabkan

individu mengalami stress. Tiap-tiap individu mempunyai reaksi yang

berbeda-beda untuk mengatasi setiap permasalahannya masing-

masing. Setiap individu mempunyai cara atau perilaku untuk

menghindari atau mengalihkan perasaan hati yang menekan atau stres

yang sering disebut dengan koping (El-Nafis, 2009).

Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang

akan dicapai, dan respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi

diri individu (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985),

koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam

upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus

yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme

koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang

mengancam baik secara kognitif maupun perilaku (Mustikasari, 2006).

Roy (1991) menguraikan bagaimana individu mampu

meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku

secara adaptif serta mampu merubah perilaku yang mal adaptif. Secara

ringkas, menurut Roy (Roy dalam Hidayat) mengemukakan bahwa

individu sebagai makhluk biospsikososial dan spiritual sebagai satu

kesatuan yang utuh memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi

terhadap perubahan lingkungan sehingga individu selalu berinteraksi

terhadap perubahan lingkungan (Hidayat, 2004).

Roy (1991) mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,

merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari

lingkungan yang dapat menimbulkan respon (adaptasi). Terdapat tiga

tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh Roy, antara

lain: (1) Fokal stimulus yaitu stimulus yang langsung beradaptasi

dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap

individu; (2) Konsektual stimulus merupakan stimulus lain yang

dialami seseorang, baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat

mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi dan diukur secara

subjektif; (3) Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang

merupakan ciri tambahan atau sesuai dengan situasi dalam proses

penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi

(Hidayat, 2004).

7

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

b. Sumber Koping

Dalam sistem yang sederhana, proses kontrol datang dari sebuah

mekanisme internal. Roy mengartikan proses kontrol yang kompleks

di dalam seseorang adalah sebagai mekanisme koping dan mekanisme

kontrol ini memiliki kategori yang luas yaitu mekanisme regulator

subsistem dan kognator subsistem (Roy, 1991).

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen proses

input dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal, yang

merespon secara otomatis melalui saraf, kimia, dan kelenjar endokrin.

Refleks otonom adalah respon saraf dan sistem otak dan sumsum

tulang belakang yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator

subsistem.

Stimulus pada subsistem kognator dapat berupa eksternal

maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat

menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Subsistem ini

merespon melalui empat saluran kognitif-emosional yaitu pengolahan

informasi, belajar, keputusan dan emosi.

Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses

internal dalam memilih perhatian, mencatat dan mengingat. Belajar

berhubungan dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan

pengertian yang mendalam (insight). Penyelesaian masalah dan

pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan

dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk

8

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang (Roy,

1991).

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), sumber koping terdiri atas 2

faktor yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal)

yaitu:

1) Faktor internal meliputi : kesehatan dan energi, sistem kepercayaan

seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman, kepercayaan,

agama), komitmen atau tujuan hidup, perasaaan seseorang seperti

harga diri, kontrol dan kemahiran, ketrampilan, pemecahan

masalah, ketrampilan sosial.

2) Faktor eksternal meliputi : dukungan sosial dan sumber material.

Dukungan sosial sebagai rasa informasi terhadap seseorang atau

lebih dengan tiga kategori yaitu: dukungan emosi dimana se-

seorang merasa dicintai; dukungan harga diri berupa pengakuan

dari orang lain akan kemampuan yang dimiliki; perasaan memiliki

dalam sebuah kelompok.

c. Jenis Koping

Lazarus mengemukakan 2 jenis proses koping yaitu koping yang

berfokus emosi (Emotional focus coping) dan koping yang berfokus

pada masalah (Problem focus coping). Fokus emosi ini digunakan

untuk mengatur respon emosinal terhadap stres. Pengaturannya melalui

perilaku individu, bagaimana menghilangkan fakta-fakta yang tidak

menyenangkan dengan strategi kognitif. Metode ini dipakai jika

9

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

individu merasa tidak mampu mengubah kondisi yang membuat stres.

Sedangkan koping yang berfokus pada masalah adalah koping yang

digunakan untuk mengurangi stresor individu, mengatasi dan

mempelajari cara-cara baru atau ketrampilan baru. Individu akan

menggunakan strategi ini bila dirinya yakin dapat mengubah situasi

(Smet, 1994).

Menurut Potter and Perry, (2005) ada dua jenis mekanisme koping:

1) Reaksi berorientasi pada tugas (Task oriented reaction)

Cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan

konflik dan memenuhi kebutuhan. Ada 3 macam reaksi

berorientasi pada tugas yaitu perilaku menyerang, dapat konstruktif

(akan bertindak asertif) dan dapat juga destuktif (akan bertindak

agresif dan bermusuhan); perilaku menarik diri (with drawl

behavior) yaitu bisa secara fisik berupa melarikan diri atau menarik

diri dari sumber stress (menjauhi polusi, menjauhi sumber infeksi),

bisa juga secara psikologis yaitu apatis, mengisolasi diri, tidak

berminat, sering disertai perasaan takut dan bermusuhan;

kompromi (compromise), ini merupakan cara yang konstruktif

yaitu terjadi pendekatan dan penyelesaian masalah dengan

negosiasi.

2) Reaksi berorientasi pada ego (Ego oriented reaction)

Sering disebut mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna

untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa

10

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

pertama. Setiap orang menggunakan mekanisme pertahanan dan

sering berubah untuk mengatasi stressor karena dapat melindungi

individu dari perasaan tidak adekuat, tidak berguna, tidak berharga,

dan mencegah kesadaran terhadap stres. Jika berlangsung lama

dapat mengakibatkan gangguan orientasi realistis, gangguan

hubungan interpersonal dan menurunnya produktivitas. Koping ini

berorientasi secara tidak sadar sehingga penyelesai-

an.sering.tidak.realistis.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koping

Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi

oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme

koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal

mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang

stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator,

Roy tidak membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka

untuk melakukan riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator

sebagai pengembangan dari konsep adaptasi Roy. Selanjutnya Roy

mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi

dengan menetapkan sistem efektor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

mekanisme koping, yaitu: fungsi fisiologis, (physiological), konsep

diri (self concept), fungsi peran (role function), dan interdependensi

(interdependence) (Roy, 1991).

11

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

Fungsi fisiologis berhubungan dengan struktur tubuh dan

fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis

yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi

menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri

dari lima kebutuhan yaitu oksigenasi , nutrisi, eliminasi, aktivitas dan

istirahat, dan perlindungan; dan fungsi fisiologis dengan proses yang

kompleks terdiri dari empat bagian yaitu : perasaan (the senses), cairan

dan elektrolit, fungsi syaraf atau neurologis, dan fungsi endokrin.

Oksigenasi merupakan kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan

prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transport gas.

Nutrisi, mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk

mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti

jaringan yang rusak Eliminasi yaitu ekskresi hasil dari metabolisme

dari instestinal dan ginjal. Aktivitas dan istirahat merupakan kebutuhan

keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk

mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan

memulihkan semua komponen-komponen tubuh. Proteksi atau

perlindungan, sebagai dasar pertahanan tubuh termasuk proses

imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal

ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan

suhu. Perasaan meliputi penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan

bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sensasi

nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan. Cairan dan

12

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

elektrolit meliputi keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya

termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat

menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Fungsi syaraf / neurologis,

hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari

regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi

untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh,

kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur

aktivitas organ-organ tubuh. Fungsi endokrin, adalah pengeluaran

hormon sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan

mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran

yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator

koping mekanisme (Roy, 1991).

Konsep diri mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal

pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain dan

difokuskan pada aspek psikologi dan spiritual seseorang. Konsep diri

menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the

personal self. The physical self, yaitu bagaimana seseorang

memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan

gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat

merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang

kemampuan seksualitas. The personal self, yaitu berkaitan dengan

konsistensi diri, ideal diri, moral - etik dan spiritual diri orang tersebut.

13

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang

berat dalam area ini.

Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan

bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial

dalam berhubungan dengan orang lain. Fokusnya pada bagaimana

seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai dengan

kedudukannya.

Interdependensi berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk

memberi dan menerima cinta, kasih sayang, penghormatan, dan nilai.

Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai

ekstrim, yaitu memberi dan menerima (Roy, 1991).

e. Mekanisme Koping

Mekanisme koping diartikan sebagai cara yang diturunkan sejak

lahir (innate) atau diperoleh (acquired) untuk merespon terhadap

perubahan lingkungan. Mekanisme koping innate adalah diturunkan

secara genetik atau umum dengan jenis dan biasanya dilihat sebagai

proses yang otomatis. Mekanisme koping acquired dapat

dikembangkan melalui proses seperti belajar. Roy mengkategorikan

lebih lanjut mekanisme koping innate dan acquired menjadi dua

subsistem utama, yaitu subsistem regulator dan subsistem kognator

(Roy, 1991).

14

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta

respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Menurut Stuart,dan,Sundeen,(1995),,mekanisme koping berdasarkan

penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu:

1) Mekanisme koping adaptif

adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,

pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah

berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif,

teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

2) Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,

memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung

menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan atau

tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

Secara Umum Mekanisme Koping pada Remaja antara lain:

(1) Penguasaan Kognitif, merupakan usaha untuk belajar terhadap

situasi atau stresor, dengan cara memperbaiki informasi atau

pengetahuan dengan berbagi (sharing) dan diskusi; (2) Penyesuaian

(conformity), dengan menyesuiakan diri remaja akan mendapatkan

pengakuan dalam kelompok; (3) Perilaku terkontrol, remaja

membutuhkan perubahan dalam hidupnya, tidak dapat menerima

peraturan keluarga dan sekolah tanpa bertanya; (4) Fantasi, membantu

15

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

mengembangkan berfikir fantasi yang kreatif; (5) Aktivitas gerak,

dapat membantu mengalihkan perhatian dari stresor (Yamin, 2008).

f. Karakteristik Mekanisme Koping

Menurut Roy (1991), rentang respon mekanisme koping dibagi

menjadi dua, yaitu respon adaptif dan respon inefektif (tidak efektif).

Respon adaptif merupakan promosi integritas seseorang dalam tujuan

adaptasi yaitu untuk kelangsungan kehidupan, pertumbuhan, reproduksi,

dan keunggulan. Respon inefektif merupakan respon yang tidak

mendukung integritas juga tidak membantu kepada tujuan adaptasi. Itulah

sebabnya, mereka mungkin, dalam situasi yang langsung atau jika terjadi

terus melalui sepanjang waktu, dapat mengancam kelangsungan

kehidupan, pertumbuhan, reproduksi, atau keunggulan. Jika menolak

untuk makan selama satu hari tidak dapat menjadi ancaman serius untuk

hidup, tetapi jika berkelanjutan seperti puasa selama bertahun-bulan

mungkin akan menjadi ancaman serius dan tidak efektif untuk kehidupan.

Dalam menilai efektivitas, maka satu melihat efek dari perilaku pada

umumnya dari tujuan adaptasi. Pada saat yang sama, dari tujuan individual

seseorang adalah pertimbangan yang utama. Tanggapan tidak efektif

dalam situasi ini akan menjadikan orang-orang yang tidak memberikan

kontribusi kepada orang yang memiliki tujuan adaptif (Roy, 1991).

Sistem adaptasi menurut Roy dapat digambarkan sebagai berikut :

Respon Adaptif

dan Inefektif

Fungsi fisiologis Konsep diri Fungsi peran Interdepedensi

Mekanisme Koping Regulator Kognator

Stimulus Tingkat Adaptasi

(Roy, 1991)

16

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

Roy dan McLeod (1981) menjelaskan tingkat adaptasi sebagai

standar terhadap variabel yang mempunyai dampak stimuli baru dan

tanggapan dari tanggapan sebelumnya dibandingkan untuk tanggapan

selanjutnya output langsung dari sistem. Selain dari interaksi stres, atau

output dimensi, melibatkan aktivasi satu atau beberapa mekanisme koping

(subsystem kognator dan regulator), yang kemudian menghasilkan

perilaku yang adaptif atau tidak efektif (inefektif). Dalam memelihara

integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem diperkirakan sering

bekerja sama (Roy, 1991).

Menurut Roy dan McLeod (1981), seorang individu akan

memperlihatkan tanggapan yang adaptif dalam dua situasi. Yang pertama

adalah situasi ketika ada perbedaan antara fokal stimuli dan tingkat

adaptasi yang cukup kecil, orang biasa memberikan tanggapan yang

cukup untuk mengatasi keadaan. Contoh yang kedua terjadi ketika

tanggapan pertama individu yang tidak memadai. Namun, orang tetap

memiliki kemampuan untuk mengaktifkan subsistem kognator dan atau

regulator, yang pada akhirnya akan membuktikan keadekuatan koping

dengan situasi.

Meskipun kedua subsistem kognator dan regulator menentukan

total respon tubuh terhadap stres, bagian dari adaptasi respon yang terkait

dengan fungsi kelenjar endokrin berada dalam mekanisme koping

regulator. Bagian utama dari subsistem regulator adalah saraf, kimia, dan

17

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

kelenjar endokrin, ketiganya sudah diaktifkan dalam menanggapi

rangsangan yang besar (Roy, 1991).

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), rentang respon mekanisme

koping dapat digambarkan sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

Jadi karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut : 1) Adaptif, menurut Friedman dalam Carpenito (2000), jika memenuhi

kriteria sebagai berikut : (1) Dapat menceritakan secara verbal tentang

perasaannya, (2) Mengembangkan tujuan realistis, (3) Dapat

mengidentifikasi sumber koping, (4) Dapat menimbulkan mekanisme

koping yang efektif, (5) Mengidentifikasi alternative strategi, (6)

Memilih strategi yang tepat, (7) Menerima dukungan.

2) Maladatif jika memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) Merasa tidak

mampu, (2) Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif, (3)

Perasaan lemas, takut, marah, iritable, tegang, gangguan fisiologis,

adanya stress kehidupan, (4) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

(Taylor, 1997).

g. Adaptasi

Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu

dalam berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat

mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis

yang akan menghasilkan perilaku adaptif. Hasil dari perilaku adaptif ini

18

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

dapat berupa semua respon dengan berusaha mempertahankan

keseimbangan dari suatu keadaan. Selain itu, respon adaptif juga

merupakan suatu totalitas respon dari manusia sebagai makhluk holistik,

yang memerlukan waktu dalam proses penyesuaian dan setiap orang akan

berbeda dalam proses penyesuaian, adakalanya orang cepat dalam

beadaptasi, namun adakalanya lambat dalam beradaptasi dan semua respon

adaptif tidak selamanya cukup dalam menghadapi perubahan akan tetapi

terkadang dijumpai tidak adekuat dan pada dasarnya respon adaptif itu

melelahkan mengingat membutuhkan tenaga dan sumber yang cukup

(Hidayat, 2004).

Roy (1991) menjelaskan sebagai penerima asuhan keperawatan adalah

individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai

“Holistic adaptive system” dalam segala aspek yang,merupakan,satu

kesatuan. Sistem adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena

fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling

ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. Sistem terdiri dari proses

input, output, kontrol dan umpan balik (Roy, 1991). Input bagi manusia

telah disebut stimulus dan mungkin datang dari luar lingkungan (eksternal

stimuli) dan internal dari diri sendiri (internal stimuli). Input sebagai

stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari

lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga

tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual. Proses

kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di

19

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang

merupakan subsistem atau dapat disebut subsistem regulator dan kognator.

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur atau

secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari

luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy

mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon

yang tidak efektif (inefektif). Respon adaptif dapat meningkatkan

integritas individu sedangkan respon inefektif tidak dapat mendukung

untuk pencapaian tujuan perawatan individu (Roy, 1991).

Menurut Roy (1991) stimulus yang berasal dari individu dan sekitar

individu merupakan elemen dari lingkungan. Lingkungan didefinisikan

oleh Roy adalah “Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh

disekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

individu dan kelompok” (Roy and Adrews, 1991). Dalam hal ini Roy

menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan

kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi

pada individu terhadap adanya perubahan.

Menurut Roy (1991), integritas individu dapat ditunjukkan dengan

kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan

keunggulan. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon

adaptifnya.

20

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

Tujuan keperawatan menurut Roy (1991) adalah meningkatkan respon

adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi

sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses

kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu

meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus

dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada

individu.

Menurut Roy (1991) elemen dari proses keperawatan meliputi

pengkajian tingkat pertama dan kedua, diagnosa keperawatan, penentuan

tujuan, intervensi dan evaluasi. Empat mode adaptasi dapat digunakan

sebagi dasar kerangka kerja untuk pedoman pengkajian. Mode ini juga

meliputi psikologis, konsep diri, fungsi peran dan model interdependensi.

Ada beberapa macam adaptasi, antara lain:

1) Adaptasi Fisiologis

Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau

secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dari berbagai

faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak

seimbang, contohnya masuknya kuman penyakit, maka secara

fisiologis tubuh berusaha untuk mempertahankan baik dari pintu

masuknya kuman atau sudah masuk dalam tubuh. Adaptasi secara

fisiologis dapat dibagi menjadi dua yaitu apabila kejadiannya atau

proses adaptasi bersifat lokal, maka disebut dengan Local Adaptation

Syndroma (LAS) seperti ketika daerah tubuh atau kulit terkena infeksi,

21

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

maka akan terjadi daerah sekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak,

nyeri, panas, dan lain-lain yang sifatnya lokal. Akan tetapi apabila

reaksi lokal tidak dapat diatasi dapat menyebabkan gangguan secara

sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian seperti panas

seluruh tubuh, berkeringat dan lain-lain, keadaan ini disebut sebagai

General Adaptation Syndroma (GAS). Pada adaptasi fisiologis,

melalui tiga tahap yaitu tahap alarm reaction, tahap resistensi dan

tahap terakhir.

Tahap alarm reaction merupakan tahap awal dari proses adaptasi

di mana individu siap untuk menghadapi stresor yang akan masuk ke

dalam tubuh. Tahap ini dapat diawali dengan kesiagaan (fight or

flight), di mana terjadi perubahan fisiologis yaitu pengeluaran hormon

oleh hipotalamus yang dapat menyebabkan kelenjar adrenal

mengeluarkan adrenalin yang dapat meningkatkan denyut jantung dan

menyebabkan pernafasan menjadi cepat dan dangkal, kemudian

hipotalamus juga dapat melepaskan hormon adrenokortikotropik

(ACTH) yang dapat merangsang adrenal untuk mengeluarkan kotikoid

yang akan mempengaruhi berbagai fungsi tubuh, apabila respon tubuh

terhadap stresor mengalami kegagalan, tubuh akan melakukan tahap

resistensi untuk mengatasinya. Tahap resistensi (stage of resistance)

merupakan tahap kedua dari fase adaptasi secara umum di mana tubuh

akan melakukan proses penyesuaian dengan mengadakan berbagai

perubahan dalam tubuh yang berusaha untuk mengatasi stresor yang

22

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

ada, seperti jantung bekerja lebih keras untuk mendorong darah yang

pekat untuk melewati arteri dan vena yang menyempit. Tahap terakhir

(stage of exhaustion) dapat ditandai dengan adanya kelelahan, apabila

selama proses adaptasi tidak mampu mengatasi stresor yang ada, maka

dapat menyebr ke seluruh tubuh. Efeknya dapat menyebabkan

kematian tergantung dari stresor yang ada.

2) Adaptasi Psikologis

Merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stresor yang

ada, dengan cara memberikan mekanisme pertahanan diri dengan

harapan dapat melindungi atau bertahan dari serangan-serangan atau

hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam proses adaptasi secara

psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai

stresor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan

diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented) yang dikenal

dengan problem solving strategi dan ego oriented atau mekanisme

pertahanan diri.

Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas

merupakan koping yang digunakan dalam mengatasi masalah dengan

berorientasi pada proses penyelesaian masalah, meliputi afektif

(perasaan), kognitif dan psikomotor. Reaksi ini dapat dilakukan

seperti: berbicara dengan orang lain tentang masalah yang dihadapi

untuk dicari jalan keluarnya, mencari tahu lebih banyak tentang

keadaan yang dihadapi melalui buku bacaan, ataupun orang ahli, atau

23

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

juga dapat berhubungan dengan kekuatan supra natural, melakukan

latihan-latihan yang dapat mengurangi stres serta membuat alternatif

pemecahan masalah dengan menggunakan strategi prioritas masalah.

Ego oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada ego dikenal

dengan mekanisme pertahanan diri secara psikologis agar tidak

mengganggu gangguan psikologis yang lebih dalam. Di antara

mekanisme pertahanan diri yang dapat dilakukan untuk melakukan

proses adaptasi psikologis antara lain: (1) Rasionalisasi, merupakan

suatu usaha untuk menghindari masalah psikologis dengan selalu

memberikan alasan secara rasional, sehingga masalah yang dihadapi

dapat teratasi; (2) Displacement, merupakan upaya untuk mengatasi

masalah psikologis dengan melakukan pemindahan tingkah laku

kepada objek lain, sebagai contoh apabila seseorang terganggu akibat

situasi yang ramai, maka temannya yang disalahkan; (3) Kompensasi,

upaya untuk mengatasi masalah dengan cara mencari kepuasan pada

situasi yang lain, seperti seseorang memiliki masalah karena

menurunnya daya ingat maka akan menonjolkan kemampuan yang

dimilikinya; (4) Proyeksi, merupakan mekanisme pertahanan diri

dengan menempatkan sifat batin sendiri ke dalam sifat batin orang lain,

seperti dirinya membenci orang lain kemudian mengatakan pada orang

bahwa orang lain yang membencinya; (5) Represi, upaya untuk

mengatasi masalah dengan cara menghilangkan pikiran masa lalu yang

buruk dengan melupakannya atau menahan kepada alam tidak sadar

24

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

dan sengaja dilupakan, contohnya suatu pengalaman traumatis menjadi

terlupakan; (6) Supresi, upaya untuk mengatasi masalah dengan

menekan masalah yang tidak diterima dengan sadar dan individu tidak

mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan; (7) Denial,

upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah yang

dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.

3) Adaptasi Sosial Budaya

Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan

proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat, berkumpul dengan masyarakat dalam kegiatan

kemasyarakatan.

4) Adaptasi Spiritual

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang

didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai

dengan agama yang dianutnya. Apabila mengalami stres, maka

seseoang akan giat melakukan ibadah, seperti rajin melakukan ibadah.

(Hidayat, 2004).

2. Menstruasi

a. Pengertian

Setiap remaja pasti akan mengalami pubertas. Pubertas pada

remaja putri umumnya terjadi pada usia 10 – 16 tahun. Tampaknya

25

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

usia pubertas dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, faktor sosial

ekonomi dan keturunan. Pubertas merupakan masa awal pematangan

seksual, yaitu suatu periode di mana seorang anak mengalami

perubahan fisik, hormonal, dan seksual. Pada awal masa pubertas,

pada remaja putri, kadar kadar hormon LH (luteinizing hormone) dan

FSH (follicle-stimulating hormone) akan meningkat. Peningkatan

kadar hormon tersebut menyebabkan pematangan payudara, ovarium,

rahim dan vagina serta dimulainya siklus menstruasi (Nita, 2009).

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus, disertai pelepasan endometrium (Wiknjosastro, et al., 2005).

Menstruasi juga diartikan sebagai proses pelepasan dinding rahim

(endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara

berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan (Nita, 2009).

b. Siklus Menstruasi

Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap siklus

menstruasi yang klasik adalah 28 hari. Wanita dengan siklus

ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi, fase

folikular, bervariasi lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita

yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan

menstruasi hingga fase luteal relatif konstan dengan rata-rata 14

ditambah atau dikurangi 2 hari pada kebanyakan wanita (Wiknjosastro,

et al., 2007).

26

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase, antara lain:

1) Fase Folikuler

Fase folikuler dimulai dari hari pertama sampai sesaat sebelum

kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi).

Pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada

pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga

merangsang pertumbuhan sekitar 3 sampai 30 folikel yang masing-

masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus

tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian

endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar

hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari dua

lapisan, yaitu lapisan basal dan lapisan fungsional. Di bawah

pengaruh estrogen, lapisan fungsional akan berproliferasi dan di

bawah pengaruh estrogen dan progesteron lapisan itu akan

mengalami sekresi.

2) Fase Ovulatoir

Fase ovulatoir dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase

ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu

16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang

matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah

dan melepaskan sel telur (ovum).

27

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

3) Fase Luteal

Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14

hari. Setelah melepaskan ovumnya, folikel yang pecah kembali

menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan

sejumlah besar progesteron. Setelah 14 hari, korpus luteum akan

hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi

pembuahan (Nita, 2009).

Lama menstruasi bervariasi; pada umumnya antara 3 sampai 6 hari,

tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal.

Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan

endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak

tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya

terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin

ditemukan.

Rata-rata banyaknya darah yang keluar pada wanita normal selama

satu periode menstruasi adalah 33,2 ditambah atau dikurangi 16 cc.

Jumlah darah menstruasi lebih dari 80 cc dianggap patologik.

Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu

haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di pinggul atau merasa nyeri

(dismenorhea). Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya

mendapat haid (menarche) bervariasi, yaitu antara 10 - 16 tahun,

namun rata-ratanya 12,5 tahun. Menarche terjadi di tengah-tengah

masa pubertas. Sesudah masa pubertas, wanita memasuki masa

28

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

reproduksi, yaitu masa di mana ia dapat memperoleh keturunan, masa

ini berlangsung 30 - 40 tahun dan berakhir pada masa mati haid atau

menopause (Wiknjosastro, et al., 2005).

c. Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa

reproduksi dapat digolongkan dalam:

1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada

saat menstruasi:

a) Hipermenorea atau menoragia, yaitu perdarahan haid yang

lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih

dari 8 hari).

b) Hipomenorea, ialah perdarahan haid yang lebih pendek (kurang

dari 2 hari) atau lebih kurang dari biasa.

2) Kelainan siklus:

a) Polimenorea, yaitu siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang

dari 21 hari).

b) Oligomenorea, di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35

hari.

c) Amenore, adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya

dalam 3 bulan berturut-turut.

3) Perdarahan di luar haid: Metroragia, ialah perdarahan yang terjadi

dalam masa antara 2 haid atau 2 jenis perdarahan menjadi satu;

29

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

yang pertama dinamakan metroragia, yang kedua disebut

menometroragia.

4) Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi:

a) Premenstrual tension (ketegangan prahaid), merupakan

keluhan-keluhan yang biasanya muncul mulai satu minggu

sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang

sesudah haid datang.

b) Mastalgia, ialah rasa nyeri dan pembesaran mammae sebelum

haid.

c) Mittlelschmerz, merupakan rasa nyeri antara haid terjadi kira-

kira sekitar pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi.

d) Dismenorhea, ialah nyeri saat menstruasi.

3. Dismenorhea

a. Pengertian

Dismenorhea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala

yang paling sering menyebabkan para wanita muda pergi ke

klinik/dokter untuk berkonsultasi dan pengobatan (Wiknjosastro, et al.,

2005). Menurut Price (2005), Dismenorhea adalah nyeri selama

menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus.

Dismenorhea atau nyeri haid ialah nyeri yang bersifat cramping

(dipuntir-puntir), di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan

sampai paha (Widjajanto, 2005). Dismenorhea merupakan rasa sakit di

30

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

perut bagian bawah, kadang meluas ke pinggul, punggung bagian

bawah atau paha (Nita, 2009).

b. Jenis-Jenis Dismenorhea

Ada dua jenis Dismenorhea, yaitu:

1) Dismenorhea primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat

hubungan dengan kelainan ginekologik.

2) Dismenorhea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, aquired),

disebabkan oleh kelainan ginekologik.

Dismenorhea,Primer

Dismenorhea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan

alat-alat genital yang nyata. Dismenorhea primer (primary

dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 12 bulan pertama atau lebih

setelah menarche (haid pertama) umumnya berjenis anovulatoar, yang

tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau

bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa

jam, walaupun ada yang dapat berlangsung beberapa,hari.

Dismenorhea,Sekunder

Dismenorhea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan

saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul

pada usia lebih dari 20 tahun, setelah bertahun-tahun siklus normal,

siklus tanpa adanya rasa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat

berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian,

penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada.

31

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

Dismenorhea sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik,

seperti: endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, polip

uterus, neoplasma ovarium atau uterus, dan penggunaan peralatan

kontrasepsi Intrauterine,device (IUD),(Bobak,et,al,,2004).

c. Derajat Dismenorhea

Pembagian derajat nyeri haid (Dismenorhea) adalah sebagai berikut:

1) Derajat 0 : Haid tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tidak

terpengaruhi.

2) Derajat 1 : Nyeri haid ringan dan memerlukan obat penghilang rasa

nyeri, namun aktivitas sehari-hari jarang terpengaruhi.

3) Derajat 2 : Nyeri haid sedang dan dapat tertolong dengan obat

penghilang rasa nyeri, tetapi aktivitas sehari-hari terganggu.

4) Derajat 3 : Nyeri haid sangat hebat dan tidak berkurang walaupun

telah menggunakan obat dan tidak dapat bekerja. Kasus ini harus

segera dikonsultasikan dengan dokter agar segera ditangani oleh

dokter (Riyanto, 2002).

d. Etiologi

Beberapa faktor yang memegang peranan sebagai penyebab. atau

etiologi,dismenorhea,primer,,antara,lain:

1) Faktor endokrin. Pada umumnya dismenorhea primer disebabkan

oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Menurut penelitian yang

telah dilakukan Novak dan Reynolds pada uterus kelinci

berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas

32

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

uterus, sedang hormon progesteron menghambat atau

mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta

mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional

anovulatoar, yang biasnya bersamaan dengan kadar estrogen yang

berlebihan tanpa adanya progesteron.

Penjelasan lain diberikan oleh Clitheroe dan Pickles, bahwa karena

endometrium dalam fase sekresi memproduksi Prostaglandin F2

yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah

Prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam peredaran

darah, maka selain dismenorhea, dapat dijumpai pula efek umum,

seperti diarea, nausea, dan muntah.

2) Faktor obstruksi kanalis servikalis. Salah satu teori yang paling tua

untuk menerangkan terjadinya dismenorhea primer adalah stenosis

kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi

mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis.

3) Faktor kejiwaan, pada gadis-gadis yang secara emosional tidak

stabil, apalagi jika tidak mendapat penerangan yang baik tentang

proses menstruasi, mudah timbul dismenorhea.

4) Faktor konstitusi. Faktor-faktor seperti: anemia, penyakit menahun,

dan sebagainya dapat.mempengaruhi.timbulnya.dismenorhea.

5) Faktor alergi. Teori ini dikemukakan oleh Smith setelah

memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorhea dengan

33

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa

sebab alergi ialah toksin haid.

Penyebab atau etiologi dismenorhea sekunder dikaitkan dengan

penyakit pelvis organik seperti: Endometriosis, polip uterus (uterine

polyps), penyakit radang pelvis, stenosis serviks, kista ovarium

(ovarian cysts), dan pemakaian kontrasepsi Intrauterine devices (IUD)

(Wiknjosastro, et al., 2005).

e. Patofisiologi

Dismenorhea primer terjadi, jika tidak ada penyakit organik. Faktor

psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti

berhubungan dengan ovulasi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi

berikutnya, prostaglandin F2 (PGF2) disekresi. Pelepasan PGF2 yang

berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan

menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan

iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon

sistemik terhadap PGF2 meliputi nyeri punggung, kelemahan,

pengeluaran keringat, gejala gangguan saluran cerna (anoreksia, mual,

muntah, dan diare), dan gejala sistem saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri

kepala, dan konsentrasi buruk) (Bobak et al, 2004).

Dismenorhea sekunder timbul karena adanya masalah fisik seperti

endometriosis, polip uterus, stenosis serviks, atau penyakit radang

pelvis. Pada kasus pemeriksaan pelvis abnormal, dibutuhkan evaluasi

selanjutnya untuk menentukan diagnosis. Dismenorhea dapat timbul

34

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

pada perempuan dengan menometroragia yang meningkat. Evaluasi

yang hati-hati harus dilakukan untuk mencari kelainan dalam kavum

uteri atau pelvis yang dapat menimbulkan kedua gejala tersebut (Price,

2005).

f. Gejala Klinis

Gejala klinis pada dismenorhea primer antara lain : utamanya

adalah nyeri, dimulai pada saat awitan menstruasi. Nyeri dapat tajam,

tumpul, siklik atau menetap; dapat berlangsung dalam beberapa jam

sampai 1 hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama

dari 1 hari tetapi jarang melebihi 72 jam. Gejala-gejala sistemik yang

menyertai berupa mual, diare, sakit kepala, dan perubahan emosional.

Gejala klinis pada dismenorhea sekunder adalah nyeri yang timbul

karena adanya masalah fisik. Sifat nyeri pada dismenorhea sekunder

sama dengan dismenorhea primer (Price, 2005).

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada Dismenorhea Primer antara lain:

1) Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita khususnya remaja putri bahwa

dismenorhea adalah gangguan yang tidak berbahaya bagi

kesehatan. Kemungkinan salah informasi mengenai menstruasi

atau adanya tabu atau takhyul mengenai menstruasi mengenai

menstruasi perlu dibicarakan. Kadang-kadang diperlukan

psikoterapi. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat

35

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

yang cukup dan olahraga mungkin berguna. Untuk beberapa

wanita, kompres hangat atau mandi air hangat, massase, distraksi,

tidur cukup dapat meredakan dismenorhea.

2) Pemberian obat analgesik

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi

aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat yang beredar di pasaran

ialah novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

3) Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tujuan ini dapat

dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi

kontrasepsi.

4) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin, memegang

peranan yang penting terhadap dismenorhea primer. Termasuk di

sini ialah indometasin, ibuprofen, dan naproksen; kurang lebih

70% penderita dapatdisembuhkan atau mengalami banyak

perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1

sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.

5) Dilatasi kanalis servikalis dapat memberi keringanan karena

memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di

dalamnya. Pada kasus-kasus dismenorea yang tidak memberikan

respon dengan obat (refractory), tindakan laparoscopic presacral

neuroectomy amat manjur pada beberapa pasien selama 12 bulan

setelah terapi treatment. Ditambah dengan neurektomi ovarial

36

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

(pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum

infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha

lain gagal (Wiknjosastro, et al., 2005).

Penatalaksanaan pada Dismenorhea Sekuder, adalah:

Pada dismenorhea sekuder dibutuhkan evaluasi untuk menentukan

diagnosis. Histeroskopi, histerosalpingogram (HSG), sonogra

transvaginal (TSV), dan laparoskopi, semuanya dapat digunakan untuk

evalusi. Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang

mendasarinya. (Price, 2005).

h. Dismenorhea pada Remaja

Kebanyakan remaja putri sering mengalami kram sewaktu

menstruasi. Rasa sakit di perut bagian bawah, kadang meluas ke

pinggul, punggung bagian bawah atau paha (Nita, 2009).

Andersh dkk (1982) melakukan penelitian di Swedia yang

menyatakan sekitar 72 % dari 596 gadis berumur 19 tahun menderita

nyeri haid primer dan 15 % diantaranya sangat berat sehingga

memerlukan pengobatan menghilangkan nyeri haid. Sundell dkk

(1994) melaporkan, sekitar 84 % dari 1.278 gadis yang berumur

kurang dari 20 tahun menderita nyeri haid sekunder alias sudah

diketahui penyebabnya (Widjajanto, 2005).

Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bagian

bawah sebelum dan selama haid. Bahkan, sering juga diikuti rasa

mual. Umumnya terjadi pada remaja putri umur 15--25 tahun. Nyeri

37

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

pada waktu haid pada istilah kedokteran disebut dismenorhea

(lampungpost.com, 2004).

4. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari, tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya perilaku

seseorang (Notoatmodjo, 2007).

b. Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) menyimpulkan bahwa sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1) Kesadaran (Awareness), yakni orang (subjek) tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,

2) Ketertarikan (Interest), yakni orang mulai tertarik kepada

stimulus,

3) Evaluasi (Evaluation), yaitu mempertimbangkan baik atau

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi,

38

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

4) Mencoba (Trial), orang telah mulai mencoba perilaku baru,

5) Memakai (Adoption), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya

apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran

maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

c. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif ada enam

tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik

dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

39

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Menerapkan (application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah di pelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang nyata.

4) Analisa (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan

dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun formulasi–formulasi yang ada.

40

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria

yangditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang

telah ada (Notoatmodjo, 2007).

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang.

2) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya

positif maupun negatif.

41

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

4) Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi,

majalah, koran, dan buku.

5) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar

maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-

fasilitas sumber informasi.

6) Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang

terhadap sesuatu.

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain

di atas (Notoatmodjo, 2007).

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan

determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,

antara lain teori Lawrence Green (Green, dalam Notoatmodjo,2003)

42

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non

behaviour causes).

Perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :

1) Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai–nilai.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas–fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan.

3) Faktor-faktor penguat ( reinforcing factor) yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan.

43

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

B. Kerangka Teori

Fokal Stimulus

Kontekstual Stimulus

Respon Inefektif Respon Adaptif

Fungsi fisiologis

Konsep diri

Fungsi Peran

Interdependensi Regulator

Kognator

Sistem Adaptasi

Residual Stimulus

Sumber : Roy, 1991

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Pengetahuan Remaja Tentang Menstruasi

Variabel Terikat Koping Remaja Dalam Menghadapi Dismenorhea

Faktor X : Pengetahuan remaja putri tentang menstruasi.

Faktor Y : Koping remaja putri dalam menghadapi dismenorhea.

44

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris... · termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independen)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pengetahuan

remaja tentang menstruasi.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu koping remaja

menghadapi dismenorhea

E. Hipotesa

Berdasarkan kerangka konsep tersebut diatas maka dalam hipotesis

penelitian yang ditegakkan adalah:

Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang menstruasi

dengan koping menghadapi dismenorhea.

45