bab iii. metode penelitian a. waktu dan tempat penelitian · schizophyta, thallophyta, bryophyta,...

16
27 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada musim hujan selama 2 bulan yaitu Mei 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian dilakukan di Desa Mangunan yang memiliki hutan rakyat diatas lahan kritis, dengan tingkat kekritisan berdasarkan pada data statistik kabupaten Bantul 2009 (tabel 3). Secara administrasi Desa Mangunan masuk dalam kecamatan yaitu Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Secara geogmorfologi berada dalam satu perbukitan gunungsewu. Kawasan penelitian merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan kritis terluas di Kabupaten Bantul. Secara geografis terletak antara 7°44’04”-8˚00’12” Lintang Selatan (LS) dan 110°12’34”-110°31’08” Bujur Timur (BT). Tabel 5. Kriteria Lahan Kritis Berdasarkan Kemiringan, Ketebalan Solum dan Penutupan Lahan. No. Kriteria Kekritisan Sangat Kritis Kritis Potensial Kritis 1. Kemiringan lahan >45% 25-35% <25% 2. Ketebalan solum tanah <10 cm 10-20 cm >25 cm 3. Penutupan lahan <10% 10-30% >30% Sumber: Dephut. Dirjen. Rehabilitas Lahan dan Kehutanan Sosial, 2004; Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, 2009. Berdasarkan jenis tanah lokasi kajian terdiri dari 2 macam tipe karst, sedangkan berdasarkan pemanfaatannya dapat dikelompokkan sebagai berikut (Tabel 5 dan 6). Tabel 6. Lokasi Penelitian Berdasarkan Ketinggian, Jenis Tanah, Letak Geografis, dan Luas Lahan No. Nama Dusun Ketinggian (mdpl) Jenis Tanah Geografis Luas/ha 1 Mangunan >350 Latosol, Karst 07º56’ 18”LS 110º25’ 40”BT 1.118,28 2 Lemahbang 200-300 Latosol, Karst 3 Cempluk <200 Latosol, Karst Sumber: BPS Bantul, 2009; data lapangan, 2010.

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

27

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian di lapangan dilaksanakan pada musim hujan selama 2 bulan yaitu Mei 2015

sampai dengan Juni 2015. Penelitian dilakukan di Desa Mangunan yang memiliki hutan

rakyat diatas lahan kritis, dengan tingkat kekritisan berdasarkan pada data statistik

kabupaten Bantul 2009 (tabel 3). Secara administrasi Desa Mangunan masuk dalam

kecamatan yaitu Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Secara

geogmorfologi berada dalam satu perbukitan gunungsewu. Kawasan penelitian

merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan kritis terluas di Kabupaten Bantul.

Secara geografis terletak antara 7°44’04”-8˚00’12” Lintang Selatan (LS) dan

110°12’34”-110°31’08” Bujur Timur (BT).

Tabel 5. Kriteria Lahan Kritis Berdasarkan Kemiringan, Ketebalan Solum dan Penutupan Lahan.

No. Kriteria Kekritisan Sangat Kritis Kritis Potensial Kritis

1. Kemiringan lahan >45% 25-35% <25%

2. Ketebalan solum tanah <10 cm 10-20 cm >25 cm

3. Penutupan lahan <10% 10-30% >30%

Sumber: Dephut. Dirjen. Rehabilitas Lahan dan Kehutanan Sosial, 2004;Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, 2009.

Berdasarkan jenis tanah lokasi kajian terdiri dari 2 macam tipe karst, sedangkan

berdasarkan pemanfaatannya dapat dikelompokkan sebagai berikut (Tabel 5 dan 6).

Tabel 6. Lokasi Penelitian Berdasarkan Ketinggian, Jenis Tanah, Letak Geografis, dan Luas Lahan

No. Nama Dusun Ketinggian (mdpl) Jenis Tanah Geografis Luas/ha

1 Mangunan >350 Latosol, Karst 07º56’ 18”LS

110º25’ 40”BT

1.118,28

2 Lemahbang 200-300 Latosol, Karst

3 Cempluk <200 Latosol, Karst

Sumber: BPS Bantul, 2009; data lapangan, 2010.

Page 2: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

28

Tabel 7. Deskripsi Lokasi Penelitian di Lahan Kritis Desa Mangunan Pada 3 Daerah Kajian Kawasan Karst/Kritis

No Nama Dusun

Kemiringan Kegunaan lahan

Vegetasi dominan

Kondisi sosekbud

1 Mangunan 25-30% 1. Hutan lindung

2. Hutan rakyat

1. Pinus dan akasia

2. Mahoni, jati, karet

Ternak, kerajinan keris, industry ulat sutera

2 Lemahbang Mangunan

>35% Hutan rakyat dan agrowisata kebun buah

Sonokeling,mahoni, dan heterogen

Kebun buah Mangunan

3 CemplukMangunan

>35% Sawah dan hutan rakyat bersama GGM(gama giri mandiri)

Pinus, kayu putih, hutan hetrogen

Berbatasan langsung dengan Kali Oyo, jembatan Wunut utara dan selatan

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, 2009; Data lapangan, 2010

B. Tatalaksana Penelitian

1. Jenis dan Perancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif yakni

penelitian yang bermaksud mendeskripsikan keadaan ekosistem pada hutan rakyat,

dan untuk mendeskripsikan dampak yang terjadi selama ini di masyarakat kaitannya

dengan peningkatan lahan kritis.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks alamiah dengan

memanfaatkan metode alamiah. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

bertujuan menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena melalui

pengumpulan data terfokus dari data numerik (Moleong, 2010).

2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian dengan judul “ Optimalisasi Potensi Lahan di Lingkungan Hutan

Rakyat Desa Mnagunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Yogyakarta”, terdiri

dari variabel :

a. Variabel dependen/terikat adalah pengembangan lingkungan hutan rakyat.

Page 3: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

29

Page 4: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

30

b. Variabel independen/bebas adalah optimalisasi potensi lahan berbasis faktor-

faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis pohon dengan meningkatnya lahan

kritis, yaitu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan persepsi masyarakat.

Menurut Sugiyono (2012) variabel bebas/independen adalah merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen. Variabel terikat/tidak bebas/dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian adalah :

a. Optimalisasi potensi lahan adalah upaya strategis dalam pengelolaan lahan kritis

agar dapat menurunkan luas lahan kritis dengan menemukan jenis pohon yang

tepat yang sudah ditanam, berdasarkan kajian sosial ekonomi masyarakat dan

evaluasi seluruh tegakan pohon yang ditanam masyarakat setempat.

b. Hutan rakyat adalah hutan alam yang ditanam pada lahan milik masyarakat

sendiri yang mempunyai teknik atau cara yang kusus dalam pengelolaan hutan

pada dasarnya sangat beragam atau heterogen, karena pengelolaannya sangat

tergantung dari pemiliknya yang mengetahui dan memahami potensi yang khas

serta masalah yang ada disetiap jengkal pada lahannya untuk dikelola dan diolah

sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang arif dan suda membudaya dimasyarakat

petani. Secara fisik hutan rakyat memiliki pola tanam yang bergam. Ada dua

pola hutan rakyat yang sering dikembangkan oleh petani yaitu; Pola hutan rakyat

murni dan Pola hutan rakyat campuran.

3. Sampel Lingkungan Fisik

Penelitian dilaksanakan di Desa Mangunan yang terletak pada kawasan

Kecamatan Dlingo. Luas lokasi penelitian kajian vegetasi dan fisik kimia tanah

adalah 142 ha dan diambil secara representatif setiap tegakan huta rakyat sehingga

diperoleh 10 titik atau 60 plot dengan asumsi penampakan penyusun vegetasi

terlihat sama disetiap tegakan diharapkan bisa mewakili vegetasi tersebut. Setiap

kajian diambil 3 aspek yaitu aspek abiotik (fisik dan kimia tanah), biotik (vegetasi),

dan aspek sosial peran masyarakat.

Page 5: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

31

a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan di antaranya kompas, GPS Garmin Personal

Navigator untuk mengukur ketinggian dan garis geografi, peta topografi lokasi,

kantong plastik untuk sampel tanah, soil tester untuk mengukur pH dan

kelembaban tanah, thermometer (Hg) untuk mengukur temperatur tanah dan

udara, kamera untuk mengambil gambar vegetasi dilokasi kajian. Bahan yang

digunakan adalah tanah dan vegetasi dari masing-masing plot di setiap lokasi

penelitian.

4. Sampel Sosial Ekonomi

Menurut Moleong (2004), wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan. Menurut Koentjaraningrat (1991), individu sasaran wawancara

untuk mendapatkan data dari individu-individu tertentu untuk keperluan informasi

disebut informan dan individu sasaran wawancara untuk mendapatkan keterangan

tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan individu yang diwawancarai disebut

responden.

Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan pedoman

wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.

Pengumpul data dalam wawancara terstruktur menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah

disiapkan atau biasa disebut kuisioner. Setiap responden diberikan pertanyaan yang

sama dan tidak boleh menyimpang (Widoyoko, 2012).

Wawancara terstruktur dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

pengetahuan, persepsi, dan pendidikan terhadap keberadaan hutan rakyat dan

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan lahan kritis dalam

rangka mencari setrategi pengelolaan hutan rakyat di Desa Mangunan Kecamatan

Dlingo Kabupaten Bantul.

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah hutan rakyat dan kelompok tani

hutan (KTH) di Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Sampel

adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian.

Sampel yang baik adalah yang mewakili populasi atau yang representatif artinya

Page 6: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

32

yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara

maksimal.

Wawancara dilakukan hanya pada orang-orang tertentu dan disesuaikan

dengan data yang akan dicapai atau diperoleh. Sampel yang dimaksud memiliki

kriteria diantaranya sesepuh desa, tingkat pendidikan, dan tingkat perekonomian.

Menurut Stewart dan Hamdani (1990) dalam Moelong (2010) sampel penelitian

harus 10% dari populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah total kelompok tani hutan di

Desa Mangunan sebanyak 206 petani hutan (Tabel 8). Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling atau

disebut judgement sampling. Menurut Silalahi (2012), purposive sampling

merupakan pemilihan subyek (orang-orang terpilih) yang ada dalam posisi terbaik

untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Sugiyono (2013) menyatakan bahwa

purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Tabel 8. Daftar Kelompok Tani Hutan (KTH) Desa Mangunan

No Nama Dusun Nama Desa Jumlah Anggota Nama Ketua

1 Mangunan

Mangunan

62 Subarno

2 Lemahbang 81 Sugimin

3 Cempluk 63 Suyanto

Sumber: BKP3; Data lapangan, 2013

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Faktor Abiotik

1) Iklim (Curah Hujan)

Untuk mengkaji iklim khususnya curah hujan yaitu dengan data

curah hujan bulanan daerah penelitian (Kecamatan Dlingo) yang didapatkan

dari Dinas Sumberdaya Air dan Kabupaten Bantul dalam angka dengan

periode 2005-2014.

2) pH dan Kelembaban Tanah

Pengukuran pH dan kelembaban tanah dilakukan pada setiap plot dan

dirata-rata, dengan cara soil tester dibersihkan terlebih dahulu dengan kain,

kemudian ujungnya ditancapkan pada tanah sampai 25% bagiannya masuk

Page 7: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

33

kedalam tanah. Ditunggu sekitar 10 menit, kemudian dibaca dan dicatat

angka yang ditunjukan oleh jarum pada soil tester tersebut.

3) Suhu Tanah

Pengukuran suhu tanah dilakukan di tempat pada setiap plot dan

diratarata, dengan cara thermometer tanah dibersihkan dahulu dengan kain,

kemudian ujungnya ditancapkan pada tanah dengan posisi miring 45 (%).

Ditunggu sekitar 10 menit kemudian dibaca dan dicatat angka yang

ditunjukan oleh air raksa yang terdapat pada thermometer tanah tersebut.

4) Pengukuran Intensitas Cahaya

Pengukuran intensitas cahaya dilakukan di tempat pada setiap plot

dan dirata-rata, dengan cara luxmeter dipersiapkan dan dibuka penutup

luxmeter. Ditunggu sampai angka dalam luxmeter konstan kemudian angka

dicatat.

5) Pengambilan Tanah

Sampel tanah diambil pada setiap plot. Pengambilan sampel tanah

dilakukan pada area dengan jarak ± 0,5–1 m dari batang pohon dan tidak

terkena sinar matahari langsung. Sampel tanah diambil pada kedalaman 15–

25 cm dari permukaan tanah. Kemudian, tanah dimasukkan ke dalam

kantong plastik dan diberi label plot dan diuji pada laboratorium

terakreditasi.

b. Faktor Biotik

Data yang ambil adalah semua jenis vegetasi di lingkungan hutan rakyat

mangunan. Sampel vegetasi diambil dari 10 lokasi kajian pada 3 Dusun yang

telah ditentukan dengan jumlah sampel setiap lokasi bervariasi tergantung

kondisi yang ada.

Setiap tingkat pertumbuhan vegetasi dikelompokan menjadi tingkat

pohon, sapihan dan tumbuhan bawah. Vegetasi tingkat pohon dengan kriteria

mempunyai diameter batang lebih dari 20 cm, tingkat sapihan adalah semua

pohon muda mulai dari perkecambahan sampai diameter 19 cm, sedangkan

tumbuhan bawah terdiri dari semak, herba, dan rumput. Plot pengamatan

digunakan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi. Pengumpulan

data sampling struktur dan komposisi vegetasi hutan rakyat :

Page 8: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

34

1) Survei area penelitian dilakukan pertama kali untuk mengetahui wilayah-

wilayah yang akan dijadikan lokasi penelitian.

2) Penentuan lokasi penelitian berdasarkan perbedaan ketinggian dan tegakan

di Hutan Rakyat, untuk kemudian ditentukan lokasi peletakan plot.

3) Dengan keterbatasan alat, tenaga dan penampakan vegetasi penuyusun hutan

rakyat relatif sama, Maka pengambilan sampling berdasarkan cuplikan

stasiun di setiap tegakan yang diteliti.

4) Penentuan peletakan plot menggunakan bantuan garis transek, bagian atas,

tengah dan bawah. Peletakan plot dalam garis transek tersebut secara

sistematis dengan cara:

a) Desa Mangunan diambil 60 plot berbentuk segi empat yang diletakkan

secara sistematis dan berurutan sebagai sampel.

b) penelitian, dengan ukuran plot yang digunakan adalah:

(1) 10 plot berukuran 10 m x 10 m untuk analisis pohon dan anak pohon

(2) 10 plot berukuran 5 m x 5 m untuk analisis semak dan herba

(3) 10 plot berukuran 1m x 1m untuk analisis rumput.

Jumlah total plot adalah 60 buah, terdiri dari 5 tegakan pohon, yaitu

sonokeling, mahoni, karet, jati, dan campuran (heterogen), maka pertegakan

diambil 6-8 plot.

Semua jenis vegetasi yang berada daerah kajian diidentifikasi nama

ilmiahnya berdasarkan Buku Flora Of Java karangan Backer. Van Den Brink

(1965),. Flora Untuk Sekolah di Indonesia karangan Van Steenis (1997).

Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta (2007), Taksonomi Tumbuhan

Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan

Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No. 4 Forages (1992)

kemudian dihitung jumlah dan penutupanya

Page 9: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

35

c. Pengukuran Sosial Masyarakat

1) Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data yang diartikan

sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur

yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Unsur-unsur yang

nampak merupakan data atau informasi yang harus diamati atau dicatat

secara benar dan lengkap (Widoyoko, 2012). Observasi atau pengamatan

secara langsung ke lahan tadah hujan petani pada penelitian ini dilaksanakan

untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku petani dalan berusahatani

dan pola adaptasi yang petani terhadap perubahan iklim dalam memenuhi

kebutuhan air irigasinya.

2) Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2012). Instrumen

penelitian yang digunakan adalah :

a) Instrumen penelitian untuk wawancara adalah instrumen non tes yaitu

panduan wawancara (structured interview) berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan atau biasa disebut

kuisioner. Kuesioner tersebut diisi oleh pewawancara (interviewer).

Kuesioner yang disusun menggunakan skala Guttman dengan model

pilihan berganda. Skala pengukuran Likert memberikan jawaban yang

ditentukan atau dipilih oleh responden sendiri untuk tingkat persetujuan

mereka terhadap suatu peryataan dengan memilih salah satu dari pilihan

yang tersedia, misal : Tahu, tidak tahu, dan kurang tahu /tidak

berpendapat

b) Instrumen penelitian untuk observasi adalah panduan observasi yang

berupa daftar pengamatan ( checklist ).

3) Validitas dan Realibilitas Instrumen

a) Validitas Instrumen

Widoyoko (2013) menyatakan bahwa instrumen dikatakan valid

apabila instrumen tersebut dengan tepat mengukur apa yang hendak

diukur, dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid

juga.

Page 10: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

36

Validitas yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah

validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk (construct

validity) termasuk dalam validitas internal (internal validity). Validitas

internal (ada yang menyebut dengan validitas logis) untuk sebuah

instrumen menunjuk pada kondisi sebuah instrumen yang memenuhi

syarat valid berdasarkan hasil penalaran atau rasional.

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen

mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan

instrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori yang

digunakan. Oleh karena itu harus ada pembahasan mengenai teori

tentang variabel yang akan diukur yang menjadi dasar penentuan

konstruk suatu instrumen. Berdasarkan teori tentang variabel tersebut

kemudian dirumuskan definisi konseptual dan definisi operasional dan

selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator

tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir instrumen, baik dalam

bentuk pertanyaan maupun pernyataan.

Untuk menguji validitas konstruk, digunakan pendapat para ahli

(expert judgement). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen

yang telah disusun. Para ahli akan memberikan keputusan apakah

instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan

mungkin dirombak total. Menurut Sugiono (2007), jumlah tenaga ahli

yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah

bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang akan diteliti. Penelitian

dalam rangka tugas akhir perkuliahan baik skripsi, tesis maupun desertasi

tenaga ahlinya adalah pembimbing.

Setelah pengujian konstruk dari ahli dilanjutkan dengan uji coba

lapangan. Hal ini untuk mengetahui validitas faktor maupun validitas

butir instrumen. Sampel uji coba minimal 30 orang. Suatu butir

instrumen dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar

terhadap skor total. Untuk mengetahui validitas butir dapat digunakan

rumus korelasi product moment, yang terdiri dari rumus korelasi

Page 11: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

37

menggunakan deviasi atau simpangan dan rumus menggunakan angka

dasar.

(1) Rumus korelasi product moment dengan deviasi atau simpangan

= ƩƩ Ʃ

Dimana :

x = Skor butir

y = Skor total

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel yang dikorelasikan

Ʃxy = Jumlah perkalian x dan y

x2 = Kuadrat dari x

y2 = Kuadrat dari y

(2) Rumus korelasi product moment dengan angka kasar

Ʃ (Ʃ )(Ʃ )Ʃ (Ʃ ) Ʃ (Ʃ )

Dimana :

X = Skor butir

Y = Skor total

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

6. Analisa Data

a. Abiotik

1) Iklim (Curah Hujan)

Data iklim curah hujan periode 2005-2014, kemudian dianlisis

menurut Smchmidt dan Ferguson untuk mengetahui klasifikasi tipe iklim

daerah penelitian.

2) Fisik Tanah

Data fisik tanah intensitas cahaya, pH, kelembaban, dan suhu tanah

yang diperoleh di analisis untuk mengetahui trendgraphic yang sama dengan

nilai indeks keanekaragaman vegetasi tingkat pohon, anak pohon, semak

herba dan rumput.

Page 12: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

38

3) Kimia Tanah

Tanah yang diperoleh dari setiap plot pada setiap lokasi kajian

kemudian dihomogenisasi dengan cara diaduk rata, selanjutnya dimasukkan

ke dalam plastik yang telah diberi label berisi tanggal dan lokasi kajian,

kemudian dianalisis di Laboratorium BBTKLPP Yogyakarta yang meliputi ;

kandungan unsur-unsur kimia seperti NPK dan C-organik.

b. Biotik Vegetasi

Parameter vegetasi yang dikaji sebagai berikut :

1) Kerapatan = Jumlah Individu Area Cuplikan

2) Kerapatan Relatif = Kerapatan suatu jenis x 100% Kerapatan seluruh jenis

3) Frekuensi = Jumlah plot yang ditemukan suatu spesies Jumlah total plot yang disampel

4) Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis

5) Dominasi = Total penutupan tajuk dari jumlah suatu jenis Total luas sampling

6) Dominasi Relatif = Dominansi suatu jenis x 100% Dominansi seluruh jenis

7) Indeks Nilai Penting

INP = Frekuensi Relatif + Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif

8) Indeks Diversitas

Keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap areal

dapat digambarkan dengan indeks Shannon (Ludwig & Reynold, 1988

dalam Irwanto 2007)

H' = - ∑ (pi) Ln (pi) Keterangan :

H' = Indeks Keranekaragaman Jenis

Pi = Nilai penting tiap species dibagi dengan nilai penting seluruh

species

pi = ni/N

Page 13: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

39

ni = Nilai penting tiap species

N = Jumlah Nilai Penting Seluruh species

Makin besar H' suatu komunitas maka semakin mantap pula

komunitas tersebut. Nilai H' = 0 dapat terjadi bila hanya satu spesies

dalam satu contoh (sampel) dan H' maksimal bila semua jenis

mempunyai jumlah individu yang sama dan ini menunjukkan kelimpahan

terdistribusi secara sempurna (Irwanto, 2007).

c. Sosial Ekonomi

1) Hubungan Faktor-Faktor Sosial dengan pengelolaan hutan rakyat

(Peningkatan Lahan Kritis)

Faktor-faktor sosial yang diduga mempengaruhi Peningkatan Lahan

Kritis adalah faktor internal dan faktor pendukung eksternalnya. Faktor

internal petani antara lain mencakup pendidikan, penyuluhan, umur,

pendapatan, luas lahan, jumlah keluarga, dan kepemilikan ternak.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi peningkatan lahan kritis di

analisis menggunakan regresi ganda (multiple regression) dan dianalisis

kembali dengan metode backwark elimination (eliminasi tahap mundur).

Regresi ganda (multiple regression) adalah satu teknik statistik yang dapat

digunakan untuk menganalisa hubungan antara satu variabel dependen

(criterion) tunggal dan beberapa variabel-variabel independen (prediction).

Persamaan regresi ganda yang digunakan adalah:

s= + + + … . . + +Dimana :

y = jumlah pohon perhektar (pengelolaan)

x1,-x7 xk = Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan hutan

b0, b1, ....bk = Intersept/koefisien

e = Variabel error

Page 14: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

40

2) Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Rakyat

Analisis data dilakukan setelah dilakukan pengolahan data hasil

wawancara terhadap responden. Ada beberapa langkah yang berkaitan

dengan pengolahan data dan analisis data. Langkah-langkah pengolahan data

yaitu: memeriksa (editing) pengisian setiap instrument pengumpulan data,

merekap data, pemberian kode atau skor pada setiap data yang terkumpul di

setiap instrumen, setelah itu semua data dipindahkan ke dalam lembar matrik

data. Langkah selanjutnya adalah tabulasi data dengan menentukan skornya

dan terakhir data disajikan dalam table distribusi frekuensi.

Setelah proses pengolahan data selesai, kemudian dilakukan analisis

data. Teknis analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

perhitungan statistik dengan analisis univariat distribusi frekuensi dan

distribusi persentase. Persentase diperoleh dengan menggunakan rumus :

= %

Dimana :

fi = Frekuensi jawaban

n = Jumlah total responden dari kasus

Data aspek sosial masyarakat dikumpulkan untuk mendapatkan

mengetahui tingkat peran masyarakat, wawancara semi terstruktur untuk

mengumpulkan data tentang kesadaran masyarakat melakukan konservasi,

sikap masyarakat mengenai konservasi, dan pola penggunaan sumberdaya.

Selain itu data diperoleh menggunakan kuisioner terstruktur yang telah

dirancang sebelumnya mengikuti kaidah Chi square. Responden diberi

serangkaian pertanyaan yang telah dibuat dengan kategori responden yang

telah disusun.

= ( − )Keterangan :

X² = Nilai chi square

Di = Frekuensi observasi

Ei = Frekuensi espektasi ( tidak diharapkan)

Page 15: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

41

d. Analisa SWOT

Data kualitatif yang diperoleh di analisis, sebagai data dasar untuk studi

evaluasi dampak yakni menggunakan Analisis SWOT sehingga diperoleh

strategi pengelolaan hutan rakyat agar fungsi ekosistem tetap stabil. SWOT

adalah singkatan lingkungan internal yaitu Strength (kekuatan) dan Weakness

(kelemahan) serta lingkungan eksternal yaitu Opportunities (peluang) dan

Threats (ancaman). Secara rinci analisis ini membandingkan antara faktor

eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) (Sianipal, 2001 dalam Sawitri 2012). Analisis ini bertujuan untuk

menentukan faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal yang akan

menetukan masa depan meliputi faktor internal dan eksternal.

Tabel 9. Matrik Analisa SWOTInternal Kekuatan

(Strength)Kelemahan (Weakness)Eksternal

Peluang(Opportunity)

SO strategies WO strategies

Ancaman(Threat)

ST strategies WT strategies

Menganalisis permasalahan-permasalahan dan merumuskan strategi

pengembangan dalam pengelolaan hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan

analisis SWOT. Analisis SWOT berfungsi untuk mengidentifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu kegiatan. Sebagai

dasar analisis ini adalah dengan melihat kekuatan (strength), kelemahan

(weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Faktor-faktor tersebut

diperoleh dari berbagai informasi, literatur, wawancara dan temuan langsung di

lapangan sehingga didapatkan sejumlah faktor yang kembali disodorkan sebagai

bahan pertanyaan dalam kuisioner yang harus dijawab oleh responden dan

informan kunci sehingga didapatkan peubah-peubah yang menjadi faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi optimalisasi potensi pengelolaan

lahan hutan rakyat. Analisis dilakukan dalam tiga (3) tahapan pokok, yaitu

tahapan identifikasi dan pengumpulan data, tahapan analisis dan tahapan

perumusan strategi.

Page 16: BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian · Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No

42

1) Tahapan identifikasi dan pengumpulan data

Pada tahapan ini dilakukan identifikasi terhadap peubah-peubah internal

dan mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan. Demikian halnya

dengan peubah-peubah eksternal, diklasifikasikan menjadi peluang dan

ancaman. Selanjutnya masing-masing peubah (kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman) dicari rating, bobot dan skornya. Pemberian rating mulai dari nilai

1 - 4 untuk masing-masing peubah dengan pengaruh kecil, sedang, besar dan

sangat besar. Pemberian rating ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh yang diberikan terhadap optimalisasi potensi pengelolaan lahan

hutan rakyat. Untuk bobot, masing-masing peubah internal maupun eksternal

dilakukan dengan memberikan nilai 1,2,3,...n (sebanyak jumlah peubah internal

maupun eksternal) berdasarkan tingkat kepentingannya dibanding peubah lain.

Sementara untuk skor diperoleh dengan mengalikan antara nilai rating dan

bobot.

2) Tahapan Analisis

Pada tahapan ini dilakukan pemaduan antara faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang

mempengaruhi optimalisasi potensi pengelolaan lahan hutan rakyat. Alat

analisis yang digunakan adalah diagram SWOT atau diagram internal-

eksternal. Dalam diagram SWOT diperoleh titik yang merupakan perpaduan

antara peubah internal dan eksternal. Nilai pada sumbu X, merupakan nilai

selisih antara skor kekuatan dan kelemahan, sedang pada sumbu Y

merupakan nilai selisih antara skor peluang dan ancaman.

3) Tahapan perumusan strategi pengembangan pengelolaan hutan kemenyan

Tahapan perumusan strategi optimalisasi potensi pengelolaan lahan

hutan rakyat digunakan untuk menetapkan strategi berdasarkan kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman seperti disajikan pada matriks SWOT.