bab iii pembahasan a. temuan data...bab iii pembahasan a. temuan data menurut peraturan presiden...

29
BAB III PEMBAHASAN A. Temuan Data Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan (Sarbagita). Salah satu poin terpenting dari aturan tersebut adalah mengubah peruntukkan Perairan Teluk Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi Zona Budi Daya yang dapat direklamasi maksimal seluas 700 ha (tujuh ratus hektar). Aturan tersebut juga mengubah Kawasan Konservasi Pulau Kecil dari seluruh Pulau Serangan dan Pudut, menjadi sebagian Pulau serangan dan Pudut. Dalam aturan tersebut juga menghapus besaran luas taman Hutan Raya Ngurah Rai sebagai kawasan pelestarian alam. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 merupakan Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011. Yang berisi tentang Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan. Dalam konteks Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan, Penulis memaparkan batang tubuh Peraturan Perundang-undangan tersebut sebagai berikut: Pasal 55 ayat (1) Zona L3 yang merupakan kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b dengan tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi meliputi: a) kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan; dan b) kawasan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 55 ayat (2) Zona L3 yang merupakan kawasan pelestarian alam

Upload: others

Post on 17-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Temuan Data

    Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang

    Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan (Sarbagita).

    Salah satu poin terpenting dari aturan tersebut adalah mengubah peruntukkan Perairan Teluk

    Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi Zona Budi Daya yang dapat direklamasi

    maksimal seluas 700 ha (tujuh ratus hektar). Aturan tersebut juga mengubah Kawasan

    Konservasi Pulau Kecil dari seluruh Pulau Serangan dan Pudut, menjadi sebagian Pulau

    serangan dan Pudut. Dalam aturan tersebut juga menghapus besaran luas taman Hutan Raya

    Ngurah Rai sebagai kawasan pelestarian alam. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

    51 Tahun 2014 merupakan Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45

    Tahun 2011. Yang berisi tentang Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar

    dan Tabanan. Dalam konteks Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011

    Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan

    Tabanan, Penulis memaparkan batang tubuh Peraturan Perundang-undangan tersebut sebagai

    berikut:

    Pasal 55 ayat (1) Zona L3 yang merupakan kawasan pelestarian alam sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b dengan tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,

    pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi meliputi: a) kawasan dengan ciri

    khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan; dan b) kawasan yang mempunyai fungsi

    pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis

    tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

    ekosistemnya. Pasal 55 ayat (2) Zona L3 yang merupakan kawasan pelestarian alam

  • sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a) Taman hutan raya meliputi kawasan

    pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami,

    jenis asli dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan

    penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisata, dan

    rekreasi. b) Taman wisata alam meliputi kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama

    untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Pasal 55 ayat (3) Zona L3 yang merupakan

    kawasan pelestarian alam di Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan di: a) Taman Hutan Raya

    Ngurah Rai dengan luas 1.375 (seribu tiga ratus tujuh puluh lima) hektar, yang berada di

    sebagian wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, dan sebagian wilayah

    Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; dan b) Taman Wisata Alam

    Sangeh dengan luas 13 ha (tiga belas hektar), yang berada di Kecamatan Abiansemal,

    Kabupaten Badung. Pasal 55 ayat (4) Zona L3 yang merupakan Kawasan Konservasi di

    Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf c

    meliputi: a) kawasan yang memiliki ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan

    pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan; dan b) terdiri atas zona

    inti, zona pemanfaatan terbatas, dan/atau zona lainnya sesuai dengan peruntukan kawasan.

    Pasal 55 ayat (5) Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana

    dimaksud pada ayat (4) terdiri atas: a) kawasan konservasi pulau kecil meliputi Pulau Serangan,

    di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan Pulau Pudut di Kecamatan Kuta Selatan,

    Kabupaten Badung; b) kawasan konservasi perairan di perairan Kawasan Sanur di Kecamatan

    Denpasar, Kota Denpasar, perairan Kawasan Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota

    Denpasar, perairan Kawasan Teluk Benoa sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota

    Denpasar dan sebagian di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, perairan Kawasan

    Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan perairan Kawasan Kuta di

    Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; c) kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem

  • pesisir berupa kawasan hutan pantai berhutan bakau di kawasan Taman Hutan Raya Ngurah

    Rai sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian di Kecamatan Kuta

    Selatan, Kabupaten Badung; d) kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir berupa

    kawasan perlindungan terumbu karang, di kawasan pesisir Sanur di Kecamatan Denpasar, Kota

    Denpasar, Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Nusa Dua di Kecamatan

    Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Tuban dan Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; e)

    kawasan konservasi maritim berupa permukiman nelayan di Kawasan Serangan di Kecamatan

    Denpasar Selatan, Kota Denpasar; f) kawasan Jimbaran dan kawasan Kedonganan di

    Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; dan g) kawasan konservasi pada kawasan pesisir

    yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial-budaya dan agama di seluruh pantai tempat

    penyelenggaraan upacara keagamaan (melasti) dan kawasan laut di sekitarnya. Pasal 55 ayat

    (6) Zona L3 yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf d ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi budaya

    bangsa, dan kepentingan ilmu pengetahuan antara lain berupa peninggalan sejarah, bangunan

    arkeologi, dan monumen. Pasal 55 ayat (7) Zona L3 yang merupakan kawasan cagar budaya

    dan ilmu pengetahuan ditetapkan secara menyebar di Kawasan Perkotaan Sarbagita sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 56 berbunyi Kawasan budi daya dikelompokkan ke dalam zona budi daya, terdiri

    atas zona budi daya 1 (Zona B1), zona budi daya 2 (Zona B2), zona budi daya 3 (Zona B3),

    zona budi daya 4 (Zona B4), zona budi daya 5 (Zona B5), zona budi daya 6 (Zona B6), dan

    zona budi daya 7 (Zona B7).

    Pasal 63 ayat (1) Zona B7 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 merupakan zona

    perairan laut dengan karakteristik sebagai kawasan yang potensial untuk kegiatan kelautan dan

    perikanan serta kegiatan pariwisata. Pasal 63 ayat (2) Zona B7 terdiri atas kawasan peruntukan

  • budi daya dengan kegiatan kelautan dan perikanan, transportasi laut, dan pariwisata. Pasal 63

    ayat (3) Zona B7 berada di seluruh perairan laut di Kawasan Perkotaan Sarbagita.

    Pasal 81 ayat (1) Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 70 ayat (2) huruf c terdiri atas: a) arahan peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan b.

    arahan peraturan zonasi untuk kawasan budi daya. Pasal 81 ayat (2) Arahan peraturan zonasi

    untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a) arahan

    peraturan zonasi untuk Zona L2; dan b) arahan peraturan zonasi untuk Zona L3. Pasal 81 ayat

    (3) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    huruf b terdiri atas: a) arahan peraturan zonasi untuk Zona B1; b) arahan peraturan zonasi untuk

    Zona B2; c) arahan peraturan zonasi untuk Zona B3; d) arahan peraturan zonasi untuk Zona

    B4; e) arahan peraturan zonasi untuk Zona B5; f) arahan peraturan zonasi untuk Zona B6; dan

    g) arahan peraturan zonasi untuk Zona B7.

    Pasal 101 berbunyi Arahan peraturan zonasi untuk Zona B7 sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 81 ayat (3) huruf g terdiri atas: (a) kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan

    meliputi kegiatan kelautan dan perikanan, kegiatan transportasi laut, kegiatan pariwisata, dan

    pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana; (b) kegiatan yang

    diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang

    tidak mengganggu fungsi kawasan pada Zona B7; (c) kegiatan yang tidak diperbolehkan

    meliputi kegiatan pembuangan limbah padat dan cair, limbah bahan berbahaya dan beracun,

    dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a, serta kegiatan lain yang mengganggu

    fungsi kawasan pada Zona B7; dan (d) ketentuan lain untuk Zona B7 meliputi: 1) pendirian

    bangunan lepas pantai harus memenuhi standar keselamatan, tidak mengganggu aktivitas

    nelayan, tidak merusak estetika pantai, tidak mengganggu alur pelayaran dan tidak mengubah

    pola arus air laut, serta tidak membahayakan ekosistem laut; dan 2) ketentuan lebih lanjut

    mengenai pendirian.

  • Pasal 120 berbunyi dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Daerah

    di Kawasan Perkotaan Sarbagita membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan

    ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

    Pasal 121 berbunyi dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka: (a) ketentuan dalam

    peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah provinsi, peraturan daerah tentang rencana

    tata ruang wilayah kabupaten/ kota, dan peraturan daerah tentang rencana rinci tata ruang

    beserta peraturan zonasi yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

    dengan Peraturan Presiden ini; dan (b) peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah

    provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan peraturan

    daerah tentang rencana rinci tata ruang beserta peraturan zonasi yang bertentangan dengan

    Peraturan Presiden ini harus disesuaikan paling lambat dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung

    sejak Peraturan Presiden ini ditetapkan.

    Pasal 122 ayat (1) berbunyi dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka: (a) izin

    pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan

    ketentuan Peraturan Presiden ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; (b) izin

    pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan

    Presiden ini: 1) untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait disesuaikan

    dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

    berdasarkan Peraturan Presiden ini; 2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,

    pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan

    penyesuaian dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana

    rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan

    Peraturan Presiden ini; dan 3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak

    memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam

    rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

  • berdasarkan Peraturan Presiden ini, atas izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan

    terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan

    penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (c) pemanfaatan ruang

    yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini dilakukan penyesuaian

    dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan

    oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini; (d) pemanfaatan ruang di Kawasan

    Perkotaan Sarbagita yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut: 1) yang

    bertentangan dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, pemanfaatan ruang yang bersangkutan

    ditertibkan dan disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan

    peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini;

    dan 2) yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, dipercepat untuk mendapatkan

    izin yang diperlukan. (e) masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat dan/atau

    hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang karena

    rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka

    penyelesaiannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 122 ayat (2) Sepanjang rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana rinci tata ruang

    berikut peraturan zonasi provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan Sarbagita belum

    disesuaikan dengan Peraturan Presiden ini, digunakan rencana tata ruang Kawasan Perkotaan

    Sarbagita sebagai acuan pemberian izin pemanfaatan ruang.

    Sedangkan dalam batang Tubuh Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51

    Tahun 2014 menjelaskan bahwa ada beberapa Pasal yang menggabungkan antara Pasal satu

    dengan Pasal yang lain yang tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang

    Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan adalah

    sebagai berikut:

  • 1. Ketentuan Pasal 55 ayat (3) huruf a dan ayat (5) huruf a, huruf b, huruf c, dan

    huruf d diubah, sehingga Pasal 55 berbunyi sebagai berikut: Pasal 55 ayat (1) Zona L3 yang

    merupakan kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b

    dengan tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan

    rekreasi meliputi: a) kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan, maupun di perairan;

    dan b) kawasan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,

    pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

    sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 55 Ayat (2) Zona L3 yang merupakan

    kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a) Taman hutan

    raya meliputi kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang

    alami atau bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan

    dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi

    daya, budaya, pariwisata, dan rekreasi; b) Taman wisata alam meliputi kawasan pelestarian

    alam yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Pasal 55

    ayat (3) Zona L3 yang merupakan kawasan pelestarian alam di Kawasan Perkotaan Sarbagita

    ditetapkan di: a) Taman Hutan Raya Ngurah Rai, yang berada di sebagian wilayah Kecamatan

    Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian wilayah Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta

    Selatan, Kabupaten Badung; dan b) Taman Wisata Alam Sangeh, dengan luas 13 (tiga belas)

    hektar, yang berada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Pasal 55 ayat (4) Zona L3

    yang merupakan Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf c meliputi: a) kawasan yang memiliki ciri khas tertentu

    yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil secara

    berkelanjutan; dan b) terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan/atau zona lainnya

    sesuai dengan peruntukan kawasan. Pasal 55 ayat (5) Kawasan konservasi di wilayah pesisir

    dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas: a) Kawasan Konservasi

  • Pulau Kecil meliputi sebagian Pulau Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar

    dan Pulau Pudut, di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; b) Kawasan Konservasi

    Perairan di perairan Kawasan Sanur di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, sebagian

    perairan Kawasan Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Perairan

    Kawasan Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan perairan Kawasan

    Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; c) Kawasan Konservasi dan Perlindungan

    Ekosistem Pesisir berupa Kawasan Hutan Pantai Berhutan Bakau atau Mangrove dan Kawasan

    Taman Hutan Raya Ngurah Rai sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan

    sebagian di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; d) Kawasan Konservasi dan

    Perlindungan Ekosistem Pesisir berupa kawasan perlindungan terumbu karang, di kawasan

    pesisir Sanur di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, sebagian Pulau Serangan di

    Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan,

    Kabupaten Badung, Tuban dan Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; e) kawasan

    konservasi maritim, berupa permukiman nelayan, di Kawasan Serangan di Kecamatan

    Denpasar Selatan, Kota Denpasar; f) kawasan Jimbaran dan kawasan Kedonganan di

    Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; dan g) kawasan konservasi pada kawasan pesisir

    yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial-budaya dan agama di seluruh pantai tempat

    penyelenggaraan upacara keagamaan (melasti) dan kawasan laut di sekitarnya. Pasal 55 ayat

    (6) Zona L3 yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf d ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi budaya

    bangsa, dan kepentingan ilmu pengetahuan antara lain berupa peninggalan sejarah, bangunan

    arkeologi, dan monumen. Pasal 55 ayat (7) Zona L3 yang merupakan Kawasan Cagar Budaya

    dan ilmu pengetahuan ditetapkan secara menyebar di Kawasan Perkotaan Sarbagita sesuai

    dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

  • 2. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga Pasal 56 berbunyi sebagai berikut: Pasal

    56 menyatakan Kawasan budi daya dikelompokkan ke dalam zona budi daya, terdiri atas zona

    budi daya 1 (Zona B1), zona budi daya 2 (Zona B2), zona budi daya 3 (Zona B3), zona budi

    daya 4 (Zona B4), zona budi daya 5 (Zona B5), zona budi daya 6 (Zona B6), zona budi daya 7

    (Zona B7), dan zona penyangga (Zona P);

    3. Diantara Pasal 63 dan Pasal 64 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 63A yang

    berbunyi sebagai berikut: Pasal 63A ayat (1) Zona P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56

    merupakan zona perairan pesisir dengan karakteristik kawasan teluk yang berhadapan dengan

    Zona L3, Zona B1, Zona B2, dan Zona B3 di Kawasan Teluk Benoa, yang menjaga fungsi

    Zona L3, Zona B1, Zona B2, dan Zona B3 sebagai kawasan pemanfaatan umum yang potensial

    untuk kegiatan kelautan, perikanan, kepelabuhanan, transportasi, pariwisata, pengembangan

    ekonomi, permukiman, sosial budaya, dan agama. Ayat (2) Zona P sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1) ditetapkan di perairan pesisir Teluk Benoa yang berada di sebagian Kecamatan

    Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.

    Ayat (3) Zona P yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan di bidang kehutanan masih

    ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya Ngurah Rai, selanjutnya disebut L3/P di sebagian

    Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, termasuk Pulau Pudut. Ayat (4) Perubahan

    peruntukan dan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    4. Ketentuan Pasal 81 ayat (3) diubah sehingga Pasal 81 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 81 Ayat (1) Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 70 ayat (2) huruf c terdiri atas: (a) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan

    (b) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan budi daya. Ayat (2) Arahan peraturan zonasi untuk

    kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: (a) Arahan peraturan

    zonasi untuk Zona L2; dan (b) Arahan peraturan zonasi untuk Zona L3. Ayat (3) Arahan

  • peraturan zonasi untuk kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri

    atas: (a) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B1; (b) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B2;

    (c) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B3; (d) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B4; (e)

    Arahan peraturan zonasi untuk Zona B5; (f) Arahan peraturan zonasi untuk Zona B6; (g)

    Arahan peraturan zonasi untuk Zona B7; dan (h) Arahan peraturan zonasi untuk Zona P.

    5. Diantara Pasal 101 dan Pasal 102 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 101A

    yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 101A berbunyi Arahan peraturan zonasi untuk Zona P

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (3) huruf h terdiri atas: (a) kegiatan yang

    diperbolehkan meliputi kegiatan perlindungan dan pelestarian fungsi Taman Hutan Raya dan

    ekosistem mangrove, kelautan, perikanan, kepelabuhanan, transportasi, pariwisata,

    pengembangan ekonomi, permukiman, sosial budaya, dan agama; (b) kegiatan yang

    diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang

    tidak mengganggu fungsi Zona P; (c) kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan

    untuk tempat pembuangan limbah dan kegiatan yang mengganggu fungsi Zona P; (d)

    Penerapan ketentuan di Zona P meliputi: 1) kegiatan dalam Zona P yang berhadapan dengan

    Zona L3 dilakukan dengan menjaga fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan ekosistem

    mangrove serta pendalaman bagian-bagian tertentu dari Teluk; 2) penyediaan aksesibilitas di

    dalam kawasan teluk, termasuk ketersediaan alur pelayaran; 3) pemanfaatan ruang dengan

    tidak mengganggu keberlanjutan fungsi sistem Daerah Aliran Sungai; 4) pemanfaatan ruang

    dilakukan sekurang-kurangnya berjarak 100 (seratus) meter dari Zona L3; 5) pemanfaatan

    ruang dengan memperhatikan rencana induk pengembangan Pelabuhan Internasional Benoa,

    Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Jalan Bebas Hambatan Serangan-Benoa-Bandar

    Udara Ngurah Rai-Nusa Dua-Tanjung Benoa, dan fungsi jaringan energi; 6) kegiatan

    sebagaimana dimaksud huruf a dan b dapat dilakukan melalui kegiatan revitalisasi termasuk

    penyelenggaraan reklamasi paling luas 700 (tujuh ratus) hektar dari Kawasan Teluk Benoa;

  • dan 7) pemanfaatan ruang untuk mitigasi bencana. (e) kegiatan sebagaimana dimaksud huruf

    d angka 6 melalui penyelenggaraan reklamasi dilakukan dengan: 1) penyediaan ruang terbuka

    hijau paling kurang 40% dari total luasan pulau hasil reklamasi; 2) penerapan ketentuan tata

    bangunan dan lingkungan yang meliputi ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian

    bangunan, dan GSB terhadap jalan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 3)

    pengembangan sentra ekonomi berbasis lingkungan dan budaya Bali; 4) pengaturan tata letak,

    bentuk, dan luasan, ditentukan berdasarkan hasil kajian kelayakan lingkungan; 5) aksesibilitas

    di dalam kawasan teluk, termasuk ketersediaan alur pelayaran dan alur aliran air antar pulau

    hasil reklamasi dengan memperhatikan karakteristik lingkungan, kedalaman paling kurang 2

    (dua) meter dari titik surut terendah; 6) perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian

    pemanfaatan ruang untuk kegiatan reklamasi dalam Zona P dilakukan sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    6. Di antara Bab IX dan Bab X disisipkan 1 (satu) Bab, yakni Bab IXA, yang

    memuat 1 (satu) Pasal diantara Pasal 120 dan Pasal 121 yakni Pasal 120A yang berbunyi

    sebagai berikut: Pasal 120A ayat (1) Dalam Zona P dapat dikembangkan sistem pusat

    permukiman dan sistem jaringan prasarana: jaringan transportasi, energi, telekomunikasi,

    sumber daya air, dan prasarana perkotaan guna mendukung pengembangan dan fungsi Zona P

    yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) Sistem jaringan

    prasarana: jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana

    perkotaan dapat dikembangkan di Kawasan Perkotaan Sarbagita guna mendukung

    pengembangan dan fungsi Zona P yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-

    undangan. Ayat (3) Pengembangan sistem permukiman dan sistem jaringan prasarana

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pengembangan sistem jaringan prasarana ayat (2)

    dikoordinasikan oleh Menteri.

  • 7. Ketentuan Pasal 122 ayat (2) diubah sehingga Pasal 122 berbunyi sebagai

    berikut: Pasal 122 ayat (1) Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka: (a) izin

    pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan

    ketentuan Peraturan Presiden ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; (b) izin

    pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan

    Presiden ini: 1) untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait disesuaikan

    dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

    berdasarkan Peraturan Presiden ini; 2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,

    pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan

    penyesuaian dengan menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana

    rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan

    Peraturan Presiden ini; dan 3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak

    memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam

    rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

    berdasarkan Peraturan Presiden ini, atas izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan

    terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan

    penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (c) pemanfaatan ruang

    yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini dilakukan penyesuaian

    dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan

    oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini; (d) pemanfaatan ruang di Kawasan

    Perkotaan Sarbagita yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut: 1) yang

    bertentangan dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, pemanfaatan ruang yang bersangkutan

    ditertibkan dan disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana rinci tata ruang dan

    peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Presiden ini;

    dan 2) yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, dipercepat untuk mendapatkan

  • izin yang diperlukan. (e) masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat dan/atau

    hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang karena

    rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka

    penyelesaiannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (2)

    Sepanjang rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana rinci tata ruang berikut peraturan

    zonasi termasuk ren-cana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dan

    kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan Sarbagita belum ditetapkan dan/atau disesuaikan

    dengan Peraturan Presiden ini, digunakan rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita

    sebagai acuan pemberian izin pemanfaatan ruang.

    B. Analisis

    Dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

    Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan ( yang selanjutnya disingkat

    SARBAGITA), Penulis mencermati bahwa dengan maksud dibentuknya Peraturan Presiden

    Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar

    Badung Gianyar dan Tabanan ( yang selanjutnya SARBAGITA) meliputi: (a) peran dan fungsi

    rencana tata ruang serta cakupan Kawasan Perkotaan Sarbagita; (b) tujuan, kebijakan, dan

    strategi penataan ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita; (c) rencana struktur ruang, rencana pola

    ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan

    Perkotaan Sarbagita; (d) pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita; dan (e) peran masyarakat

    dalam penataan ruang di Kawasan Perkotaan Sarbagita. Rencana tata ruang Kawasan

    Perkotaan Sarbagita berfungsi sebagai pedoman untuk: (a) penyusunan rencana pembangunan

    di Kawasan Perkotaan Sarbagita; (b) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

    di Kawasan Perkotaan Sarbagita; (c) perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

    perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan

  • Perkotaan Sarbagita; (d) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan

    Perkotaan Sarbagita; (e) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan

    Perkotaan Sarbagita; (f) pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita; dan (g) perwujudan

    keterpaduan rencana pengembangan kawasan di luar Kawasan Perkotaan Sarbagita dengan

    Kawasan Perkotaan Sarbagita. Dijelaskan pula bahwa Kawasan Perkotaan Sarbagita mencakup

    15 (lima belas) kecamatan, yang terdiri atas: (a) seluruh wilayah Kota Denpasar yang

    mencakup 4 (empat) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan Denpasar Utara, Kecamatan

    Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar Selatan, dan Kecamatan Denpasar Barat; (b) sebagian

    wilayah Kabupaten Badung yang mencakup 5 (lima) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan

    Abiansemal, Kecamatan Mengwi, Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta, dan Kecamatan

    Kuta Selatan; (c) sebagian wilayah Kabupaten Gianyar yang mencakup 4 (empat) wilayah

    kecamatan, meliputi Kecamatan Sukawati, Kecamatan Blahbatuh, Kecamatan Gianyar, dan

    Kecamatan Ubud; dan (d) sebagian wilayah Kabupaten Tabanan yang mencakup 2 (dua)

    wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri. Berkaitan dengan

    hal diatas, Tujuan dari Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita bertujuan untuk

    mewujudkan Kawasan Perkotaan Sarbagita yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing, dan

    berkelanjutan, sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata bertaraf

    internasional, yang berjati diri budaya Bali berlandaskan Tri Hita Karana. Dengan maksud

    mewujudkan Kawasan Perkotaan Sarbagita dari tujuan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan

    Sarbagita, maka kebijakan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita meliputi: (a)

    pengembangan keterpaduan sistem pusat-pusat kegiatan yang mendukung fungsi kawasan

    sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata yang bertaraf

    internasional; (b) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana; (c)

    peningkatan fungsi dan perlindungan fasilitas pertahanan dan keamanan negara; dan (d)

    pelestarian alam dan sosial-budaya di Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai pusat pariwisata

  • bertaraf internasional yang berjati diri budaya Bali. Sehingga dari Kebijakan Penataan Ruang

    Kawasan Perkotaan Sarbagita yang meliputi pengembangan keterpaduan sistem pusat-pusat

    kegiatan yang mendukung fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis

    kegiatan pariwisata, peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana,

    peningkatan fungsi dan perlindungan fasilitas pertahanan dan keamanan negara, pelestarian

    alam dan sosial-budaya di Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai pusat pariwisata yang bertaraf

    Internasional, perlu dilakukannya Strategi Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita

    dengan cara: (a) menetapkan, kawasan perkotaan inti sebagai pusat kegiatan utama Kawasan

    Perkotaan Sarbagita yang didukung kawasan perkotaan di sekitarnya yang memiliki fungsi

    khusus pusat-pusat kegiatan pariwisata dan kegiatan lainnya yang berhierarki dan

    interdependen; (b) meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan inti dan kawasan

    perkotaan di sekitarnya melalui keterpaduan sistem transportasi dan sistem prasarana; (c)

    meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Sarbagita dengan Pusat Kegiatan Nasional

    (PKN) lainnya di Indonesia dan antarnegara; (d) mengembangkan kelembagaan lintas wilayah

    sebagai wadah koordinasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perkotaan Sarbagita berbasis

    kegiatan pariwisata; (f) meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi

    perkotaan yang seimbang dan terpadu untuk menjamin aksesibilitas yang tinggi antara kawasan

    perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya; (g) mengembangkan jaringan jalan bebas

    hambatan, manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta penyediaan dan pemasyarakatan sistem

    pelayanan angkutan umum massal yang terpadu; (h) mengembangkan keterpaduan sistem

    jaringan transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara, untuk menjamin

    aksesibilitas yang tinggi antar-PKN dan antarnegara; (i) meningkatkan kualitas dan jangkauan

    pelayanan sistem jaringan energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; (j) meningkatkan

    kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan telekomunikasi yang mencapai seluruh pusat

    kegiatan di Kawasan Perkotaan Sarbagita; (k) meningkatkan keterpaduan pendayagunaan

  • sumber daya air melalui kerja sama pengelolaan antardaerah; dan (l) meningkatkan kualitas

    dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah, drainase, dan persampahan secara terpadu

    melalui kerja sama antardaerah dan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat; (m)

    menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara; (n) mengembangkan

    kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan

    negara; (o) mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan pertahanan

    dan keamanan negara dan kawasan budi daya terbangun di sekitarnya; (p) mengembangkan

    konsep kota kompak (compact city) yang memenuhi arahan peraturan zonasi pada kawasan

    perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya, yang dilayani sistem transportasi umum

    massal untuk mencegah kecenderungan penyatuan kawasan terbangun perkotaan; (q)

    mengintegrasikan secara harmonis kawasan perdesaan dan kawasan pertanian berbasis subak

    dengan tetap mempertahankan kawasan pertanian berbasis subak sebagai zona penyangga

    Kawasan Perkotaan Sarbagita; (r) mengembangkan distribusi RTH paling sedikit 30% (tiga

    puluh persen) untuk keseluruhan Kawasan Perkotaan Sarbagita; (s) melestarikan dan

    meningkatkan fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai; (t) melestarikan, melindungi, dan

    mengembangkan terumbu karang alami dan terumbu karang baru untuk pengembangan

    kegiatan pariwisata berbasis masyarakat dan berwawasan lingkungan; (u) memelihara dan

    memperbaiki kualitas lingkungan pantai untuk menjaga kelestarian dan keindahan pantai; (v)

    menerapkan prinsip-prinsip kearifan lokal sebagai pertimbangan dalam penyusunan peraturan

    zonasi; (w) mengembangkan kegiatan pariwisata yang terintegrasi dengan kegiatan pertanian

    berbasis subak; (x) mewajibkan pemerintah daerah menetapkan dan mempertahankan lahan

    pertanian pangan berkelanjutan; dan (y) mewajibkan instansi Pemerintah dan pemerintah

    daerah melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan dan

    evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau

    risiko lingkungan hidup di Kawasan Perkotaan Sarbagita sesuai dengan ketentuan peraturan

  • perundang-undangan. Dari strategi tersebut, menjadi Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan

    Sarbagita ditetapkan dengan tujuan mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan

    peruntukannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budi daya berdasarkan daya dukung dan

    daya tampung lingkungan. Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita terdiri atas

    rencana peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya. Sebagaimana dari maksud diatas,

    terdapat Kawasan Lindung dikelompokkan menjadi Zona Lindung terdiri dari: (i) Zona

    Lindung 1 (Zona L1) yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

    kawasan bawahannya berupa kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan

    resapan air, tidak terdapat di Kawasan Perkotaan Sarbagita. (ii) Zona lindung 2 (Zona L2) yang

    merupakan kawasan perlindungan setempat, ditetapkan dengan tujuan melindungi pantai,

    sungai, jurang, waduk, kawasan suci, kawasan tempat suci, dan RTH dari kegiatan budi daya

    yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya. Zona L2 kawasan perlindungan setempat terdiri

    atas: (a) Zona L2 yang merupakan sempadan pantai meliputi: a) daratan sepanjang tepian laut

    dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;

    atau b) daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal

    dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. Zona L2 ditetapkan di

    Kecamatan Gianyar, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Sukawati di Kabupaten Gianyar,

    Kecamatan Denpasar Timur dan Kecamatan Denpasar Selatan di Kota Denpasar, Kecamatan

    Kuta Selatan, Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Utara, dan Kecamatan Mengwi di Kabupaten

    Badung, serta Kecamatan Kediri dan Kecamatan Tabanan di Kabupaten Tabanan; (b) Zona L2

    yang merupakan sempadan sungai meliputi: a) daratan sepanjang tepian sungai bertanggul

    dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; b) daratan sepanjang

    tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit

    100 m (seratus meter) dari tepi sungai; dan c) daratan sepanjang tepian anak sungai tidak

    bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 m (lima puluh meter)

  • dari tepi sungai. Zona L2 yang merupakan sempadan sungai ditetapkan pada jenis-jenis sungai:

    a) sungai-sungai yang bermuara ke waduk dan mempengaruhi penyediaan sumber air baku

    yang ada di waduk; dan b) sungai-sungai yang bermuara ke lautan. Zona L2 yang merupakan

    sempadan sungai di Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan di Tukad Ayung, Tukad Badung,

    Tukad Mati, Yeh Penet, Yeh Empas, Yeh Abe, Tukad Melangit, Tukad Sangsang, Tukad

    Pakerisan, Tukad Petanu, dan Tukad Oos. (c) Zona L2 yang merupakan sempadan jurang

    meliputi: a) daratan di tepian jurang yang memiliki kemiringan lereng paling sedikit 45%

    (empat puluh lima persen), kedalaman paling sedikit 5 m (lima meter), dan daerah datar bagian

    atas paling sedikit 11 m (sebelas meter); dan b) daratan dengan lebar paling sedikit 2 (dua) kali

    kedalaman jurang dan tidak kurang dari 11 m (sebelas meter) dihitung dari tepi jurang ke arah

    bidang datar. Zona L2 yang merupakan sempadan jurang ditetapkan di Kecamatan Kuta

    Selatan, Kabupaten Badung. (d) Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar waduk meliputi: a)

    daratan dengan jarak 50 m (lima puluh meter) sampai dengan 100 m (seratus meter) dari titik

    pasang air waduk tertinggi; atau b) daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional

    terhadap bentuk dan kondisi fisik waduk. Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar waduk di

    Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan di Waduk Muara di Kecamatan Denpasar Selatan,

    Kota Denpasar. (e) Zona L2 yang merupakan kawasan suci Zona L2 yang merupakan kawasan

    sekitar waduk di Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan di Waduk Muara di Kecamatan

    Denpasar Selatan, Kota Denpasar. (f) Zona L2 yang merupakan kawasan tempat suci meliputi

    kawasan dengan batas-batas fisik yang berupa batas alami atau batas buatan dan disesuaikan

    dengan kondisi geografis masing-masing kawasan tempat suci di Kawasan Perkotaan Sarbagita

    ditetapkan di sekitar tempat suci yang termasuk ke dalam Pura Kahyangan Tiga, Pura Sad

    Kahyangan, dan Pura Dhang Kahyangan. dan (g) Zona L2 yang merupakan RTH kota meliputi

    lahan dengan luas paling sedikit 2.500 m2 (dua ribu lima ratus meter persegi), berbentuk satu

    hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur, dan didominasi

  • komunitas tumbuhan di Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan menyebar dan seimbang

    dengan memperhatikan fungsi ekologis, sosial-budaya, estetika, dan ekonomi dengan

    ketentuan RTH publik paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan RTH privat paling sedikit

    10% (sepuluh persen) dari luas Kawasan Perkotaan Sarbagita. (iii) Zona Lindung ( Zona L3)

    yang merupakan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya

    ditetapkan dengan tujuan: a) melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan

    keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah; dan b) melindungi kekayaan budaya bangsa

    dan kepentingan ilmu pengetahuan sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang

    dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Zona L3 yang merupakan kawasan

    suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya terdiri atas: (a) Zona L3 yang

    merupakan kawasan suaka alam tidak terdapat di Kawasan Perkotaan Sarbagita. (b) Zona L3

    yang merupakan kawasan pelestarian alam dengan tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,

    pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi meliputi: a) kawasan dengan ciri

    khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan; dan b) kawasan yang mempunyai fungsi

    pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis

    tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

    ekosistemnya terdiri atas: a) Taman hutan raya meliputi kawasan pelestarian alam untuk tujuan

    koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis

    asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

    pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. b) Taman wisata alam

    meliputi kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata

    alam dan rekreasi ditetapkan di: a) Taman Hutan Raya Ngurah Rai dengan luas 1.375 ha (seribu

    tiga ratus tujuh puluh lima hektar), yang berada di sebagian wilayah Kecamatan Denpasar

    Selatan, Kota Denpasar, dan sebagian wilayah Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan,

    Kabupaten Badung; dan b) Taman Wisata Alam Sangeh dengan luas 13 ha (tiga belas hektar),

  • yang berada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. (c) Zona L3 yang merupakan

    kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi: a) kawasan yang

    memiliki ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan

    pulau-pulau kecil secara berkelanjutan; dan b. terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan terbatas,

    dan/atau zona lainnya sesuai dengan peruntukan dan kawasan. Kawasan konservasi di wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas: a) kawasan konservasi pulau kecil meliputi Pulau

    Serangan, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan Pulau Pudut di Kecamatan Kuta

    Selatan, Kabupaten Badung; b) kawasan konservasi perairan di perairan Kawasan Sanur di

    Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar, perairan Kawasan Serangan di Kecamatan Denpasar

    Selatan, Kota Denpasar, perairan Kawasan Teluk Benoa sebagian di Kecamatan Denpasar

    Selatan, Kota Denpasar dan sebagian di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, perairan

    Kawasan Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan perairan Kawasan

    Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; c) kawasan konservasi dan perlindungan

    ekosistem pesisir berupa kawasan hutan pantai berhutan bakau di kawasan Taman Hutan Raya

    Ngurah Rai sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian di

    Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; d) kawasan konservasi dan perlindungan

    ekosistem pesisir berupa kawasan perlindungan terumbu karang, di kawasan pesisir Sanur di

    Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar, Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota

    Denpasar, Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Tuban dan Kuta di

    Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung; e) kawasan konservasi maritim berupa permukiman

    nelayan di Kawasan Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar; f) kawasan

    Jimbaran dan kawasan Kedonganan di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; dan g)

    kawasan konservasi pada kawasan pesisir yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial-budaya dan

    agama di seluruh pantai tempat penyelenggaraan upacara keagamaan (melasti) dan kawasan

    laut di sekitarnya. (d) Zona L3 yang merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

  • ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi budaya bangsa, dan kepentingan ilmu pengetahuan

    antara lain berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, dan monumen. Zona L3 yang

    merupakan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan secara menyebar di

    Kawasan Perkotaan Sarbagita sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lebih

    lanjut, Kawasan budi daya dikelompokkan ke dalam zona budi daya, terdiri atas 1) Zona Budi

    Daya 1 (Zona B1) merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki

    kualitas daya dukung lingkungan tinggi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana yang

    tinggi, serta bangunan gedung vertikal terbatas dan horisontal dengan intensitas tinggi, Zona

    B1 terdiri atas: kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi; pemerintahan provinsi;

    pemerintahan kota dan/atau kecamatan; perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan

    regional; kesehatan skala internasional, nasional, dan regional; pendidikan tinggi; transportasi

    laut internasional dan nasional; transportasi udara internasional dan nasional; pertanian;

    pariwisata; sebaran daya tarik wisata; industri pendukung pariwisata; sosial-budaya dan

    kesenian; pertahanan dan keamanan negara; kegiatan olahraga; dan jasa perikanan, berada di

    sebagian Kecamatan Denpasar Utara, sebagian Kecamatan Denpasar Timur, sebagian

    Kecamatan Denpasar Selatan, dan seluruh Kecamatan Denpasar Barat di Kota Denpasar serta

    sebagian Kecamatan Kuta di Kabupaten Badung. 2) Zona Budi Daya 2 (Zona B2) merupakan

    zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan

    sedang, kualitas pelayanan prasarana dan sarana sedang dan tinggi, serta bangunan gedung

    vertikal terbatas dan horisontal dengan intensitas sedang dan tinggi, Zona B2 terdiri atas:

    perumahan kepadatan tinggi; perumahan kepadatan sedang; pemerintahan skala kabupaten

    dan/atau kecamatan;perdagangan dan jasa skala nasional dan regional; kesehatan skala

    internasional, nasional, dan regional; pendidikan tinggi; pertanian; kegiatan pariwisata; industri

    pendukung pariwisata; sebaran daya tarik wisata; kegiatan sosial-budaya dan kesenian; dan

    kegiatan olahraga berada di sebagian Kecamatan Denpasar Utara, sebagian Kecamatan

  • Denpasar Timur, dan sebagian Kecamatan Denpasar Selatan di Kota Denpasar, sebagian

    Kecamatan Kuta Utara, dan sebagian Kecamatan Kuta Selatan di Kabupaten Badung, sebagian

    Kecamatan Gianyar di Kabupaten Gianyar, dan sebagian Kecamatan Tabanan di Kabupaten

    Tabanan. 3) Zona Budi Daya 3 (Zona B3) merupakan zona dengan karakteristik sebagai

    kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan sedang, kualitas pelayanan prasarana

    dan sarana sedang dan tinggi, bangunan gedung vertikal terbatas dan horisontal dengan

    intensitas sedang, serta merupakan kawasan di sekitar pantai dan dataran tinggi yang memiliki

    daya tarik wisata tinggi, Zona B3 terdiri atas: perumahan kepadatan sedang; pariwisata; dan

    industri pendukung pariwisata yang berada di Kawasan Pariwisata Pantai Sanur, di Kecamatan

    Denpasar Timur di Kota Denpasar, Kawasan Pariwisata Pantai Nusa Dua, di Kecamatan Kuta

    Selatan, Kawasan Pariwisata Tuban, di Kecamatan Kuta Selatan, dan Kawasan Pariwisata

    Pantai Kuta, di Kecamatan Kuta di Kabupaten Badung, Kawasan Pariwisata Masyarakat

    Tradisional Ubud, di Kecamatan Ubud, dan Kawasan Pariwisata Lebih, di Kecamatan

    Blahbatuh di Kabupaten Gianyar, dan KDTWK Tanah Lot, di Kecamatan Kediri Kabupaten

    Tabanan. 4) Zona Budi Daya 4 (Zona B4) merupakan zona permukiman perdesaan dengan

    karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah serta

    kualitas pelayanan prasarana dan sarana sedang, Zona B4 terdiri atas: perumahan kepadatan

    sedang; perumahan kepadatan rendah; pariwisata; sosial-budaya dan kesenian; pertanian

    tanaman pangan dan hortikultura; dan industri pendukung pariwisata, Zona B4 berada di

    sebagian Kecamatan Abiansemal, sebagian Kecamatan Mengwi, dan sebagian Kecamatan

    Kuta Selatan di Kabupaten Badung, sebagian Kecamatan Gianyar, sebagian Kecamatan Ubud,

    sebagian Kecamatan Sukawati, dan sebagian Kecamatan Blahbatuh di Kabupaten Gianyar,

    sebagian Kecamatan Tabanan, dan sebagian Kecamatan Kediri di Kabupaten Tabanan. 5) Zona

    Budi Daya 5 (Zona B5) merupakan zona pertanian tanaman pangan irigasi teknis dengan

    karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah, terdiri

  • atas: pertanian; pariwisata; dan sosial-budaya dan kesenian, Zona B5 berada di sebagian

    Kecamatan Denpasar Utara, Kecamatan Denpasar Timur, dan Kecamatan Denpasar Selatan di

    Kota Denpasar, sebagian Kecamatan Abiansemal, sebagian Kecamatan Mengwi, dan sebagian

    Kecamatan Kuta Utara di Kabupaten Badung, sebagian Kecamatan Gianyar, sebagian

    Kecamatan Ubud, sebagian Kecamatan Sukawati, sebagian Kecamatan Blahbatuh di

    Kabupaten Gianyar, sebagian Kecamatan Tabanan dan sebagian Kecamatan Kediri di

    Kabupaten Tabanan. 6) zona budi daya 6 (Zona B6) merupakan zona pesisir pantai dengan

    karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah dan

    memiliki kualitas prasarana dan sarana perikanan, pariwisata laut, dan penunjang rekreasi

    pantai, Zona B6 terdiri atas: rekreasi pantai; dan perikanan berada di sebagian Kecamatan

    Denpasar Timur dan sebagian Kecamatan Denpasar Selatan di Kota Denpasar, sebagian

    Kecamatan Mengwi, sebagian Kecamatan Kuta Utara, sebagian Kecamatan Kuta, dan sebagian

    Kecamatan Kuta Selatan di Kabupaten Badung, sebagian Kecamatan Gianyar, sebagian

    Kecamatan Sukawati, sebagian Kecamatan Blahbatuh di Kabupaten Gianyar, dan sebagian

    Kecamatan Tabanan dan sebagian Kecamatan Kediri di Kabupaten Tabanan. dan 7) Zona Budi

    Daya 7 (Zona B7) merupakan zona perairan laut dengan karakteristik sebagai kawasan yang

    potensial untuk kegiatan kelautan dan perikanan serta kegiatan pariwisata, Zona B7 terdiri atas

    kawasan peruntukan budi daya dengan kegiatan kelautan dan perikanan, transportasi laut, dan

    pariwisata yang berada di seluruh perairan laut di Kawasan Perkotaan Sarbagita.1 Dari

    pemaparan diatas tersebut, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011

    Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan adalah

    Peraturan Perundang-undangan menjalankan sesuai dengan amanat Undang-Undang,

    Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi Bali, dan Peraturan

    1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

    Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan.

  • Daerah Kabupaten Badung dengan maksud bahwa Peraturan Presiden tersebut konsistensi dan

    sinkronisasi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan

    Presiden, Peraturan Daerah Provinsi Bali, dan Peraturan Daerah Kabupaten Badung. Selain itu,

    baik Pemerintah Pusat (Central Government) maupun Pemerintah Daerah (Local Governemnt)

    menetapkan dan meningkatkan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya dalam menjalankan

    kewenangan yang diberikan Undang-Undang dan/atau Peraturan Perundang-undangan.

    Kemudian, seiring perkembangan kebijakan strategis nasional dan dinamika internal di

    Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan, maka Pemerintah Pusat (central

    government) membentuk suatu Peraturan perundangan-undangan ialah Peraturan Presiden

    Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden

    Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

    Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan (SARBAGITA). Dalam ruang lingkup Konsiderans

    (Menimbang/Pertimbangan Hukum) huruf a bahwa memperhatikan perkembangan kebijakan

    strategis nasional dan dinamika internal di Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan

    Tabanan khususnya terkait pemanfaatan ruang di Kawasan Teluk Benoa, sehingga perlu

    dilakukan revitalisasi; huruf b bahwa Kawasan Teluk Benoa dapat dikembangkan sebagai

    kawasan yang potensial guna pengembangan kegiatan ekonomi serta sosial budaya dan agama,

    dengan tetap mempertimbangkan kelestarian fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan

    pelestarian ekosistem kawasan sekitarnya, serta keberadaan prasarana dan sarana infrastruktur

    di Kawasan Teluk Benoa; huruf c bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

    dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan atas

    Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

    Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan. Dalam batang tubuh Peraturan Presiden Republik

    Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 mengubah status Kawasan Konservasi dengan cara

    melakukan kegiatan revitalisasi termasuk penyelenggaraan reklamasi paling luas 700 ha (tujuh

  • ratus hektar) dari seluruh Kawasan Teluk Benoa menjadi Kawasan Pemanfaatan Umum,

    berbeda dengan Peraturan sebelumnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45

    Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan

    menjelaskan luas Kawasan Konservasi memiliki 1.375 (seribu tiga ratus tujuh puluh lima) pada

    Zona Lindung 3 (Zona L3) di Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Taman Hutan Raya merupakan

    Kawasan Pelestarian Alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau

    bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai

    tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan juga sebagai fasilitas yang menunjang

    budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi;2 Kemudian, terdapat kawasan-kawasan tertentu

    meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan jurang, kawasan sekitar waduk,

    kawasan suci, kawasan tempat suci, RTH kota, kawasan pelestarian alam, kawasan konservasi

    di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

    Dalam hal diatas, Penulis menjelaskan bahwa kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan

    yang perlu dijaga kelestarian alam lingkungan hidup kemudian dirubah peruntukkan

    pemanfaatan tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita dengan dilakukan kegiatan revitalisasi

    termasuk penyelenggaraan reklamasi adalah Zona L2, Zona L3, Zona B1, Zona B2, Zona B3,

    Zona B4, Zona B5, Zona B6, dan Zona B73 berubah menjadi Zona L3, Zona B1, Zona B2,

    Zona B3, Zona B4, Zona B5, Zona B6, Zona B7, dan Zona Penyangga (Zona P)4 merupakan

    kawasan rawan bencana alam dan kawasan rawan bencana alam geologi, kawasan rawan

    bencana alam gelombang pasang, rawan bencana alam geologi gempa bumi, dan berpotensi

    2 Atlas Nasional Indonesia. Penerbit Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional).

    Cibinong, Bogor 2008. ISBN 978-979-26-6938-1. hal. 158. 3 Perhatikan Pasal 43 sampai dengan Pasal 65 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011

    Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan yang

    menjelaskan zona-zona tersebut. Dan Perubahan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014

    Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kawasan Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan yang juga menjelaskan zona-zona tersebut. 4 Perhatikan Pasal 56 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Satwahttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=ISBN_978-979-26-6938-1&action=edit&redlink=1

  • tinggi tsunami, bencana alam banjir, dan/atau pernah mengalami tsunami, abrasi, dan gempa

    bumi.

    Dengan demikian, Penulis mencermati suatu Peraturan Presiden Republik Indonesia

    Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

    45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Denpasar Badung

    Gianyar dan Tabanan (SARBAGITA) tidak memberikan suatu kejelasan tujuan pada

    konsiderans (pertimbangan hukum) dan batang tubuh Peraturan presiden tersebut, dalam hal

    konsiderans (pertimbangan hukum/menimbang) perlu dilakukan revitalisasi sedangkan pada

    batang tubuh Peraturan Presiden tersebut dengan kegiatan revitalisasi termasuk

    penyelenggaraan reklamasi sebagaimana implementasi dari Peraturan Presiden tersebut sudah

    terealisasikan. Secara substansial terhadap masalah hukum (case law) diatas, dalam Asas-asas

    Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia

    Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan meliputi: (a)

    kejelasan tujuan; (b) kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; (c) kesesuaian antara

    jenis, hierarki, dan materi muatan; (d) dapat dilaksanakan; (e) kedayagunaan dan

    kehasilgunaan; (f) kejelasan rumusan; dan (g) keterbukaan.5 Sedangkan Pasal 6 dalam materi

    muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas: (a) pengayoman; (b)

    kemanusiaan; (c) kebangsaan; (d) kekeluargaan; (e) kenusantaraan; (f) bhinneka tunggal ika;

    (g) keadilan; (h) kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; (i) ketertiban dan

    kepastian hukum; dan/atau (j) keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.6 Penulis mengamati

    bahwa Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 inkonsistensi

    5 Perhatikan Penjelasan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

    Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234). 6 Perhatikan Penjelasan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

    Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

  • (ketidaktaatasasan) dan tidak sinkronisasi baik secara formil maupun materiil terhadap materi

    muatan Peraturan Perundang-undangan baik yang diatas seperti Undang-Undang Dasar Negara

    Republik Indonesia, Undang-Undang, Peratuan Pemerintah, Peraturan Presiden maupun

    Peraturan Perundang-undangan di bawahnya seperti Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan

    Daerah Kabupaten/Kota. Selain itu, dalam Teori Legislasi adalah salah satu teori yang sangat

    penting di dalam kerangka menganalisis tentang proses penyusunan Peraturan Perundang-

    undangan. Pengertian Legislasi disajikan dari pandangan para ahli dan yang tercantum dalam

    kamus hukum. Anis Ibrahim menyajikan pengertian Legislasi adalah sebagai suatu proses

    pembuatan hukum dalam rangka melahirkan hukum positif. Legislasi ini dimulai dari tahap

    perencanaan pembuatan hukum, penyusunan, formulasi, pembahasan, pengesahan,

    pengundangan, hingga sosialisasi produk hukum (dalam arti hukum Perundang-undangan /

    Peraturan Perundang-undangan). Undang-Undang yang mengatur tentang penyusunan legislasi

    telah diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

    Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan Landasan Filosofis, Sosiologis

    dan Yuridis. Landasan Filosofis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

    mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana

    kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan Sosiologis

    menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

    dalam berbagai aspek. Dan Landasan Yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

    untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

    mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna

    menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Penulis menilai bahwa Peraturan

    Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan

    Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

  • Perkotaan Denpasar Badung Gianyar dan Tabanan tidak sesuai dengan Teori Legislasi tersebut.

    Karena dalam Teori Legislasi yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

    12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan alasan tidak

    memuat Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis. Kemudian dalam Teori Kewenangan

    menurut H.D. Stoud yang dikutip oleh Ridwan HR menyajikan pengertian tentang

    kewenangan. Kewenangan adalah keseluruhan aturan-aturan yang berkenan dengan perolehan

    dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan

    hukum publik. Ada dua unsur yang terkandung dalam pengertian konsep kewenangan yang

    disajikan oleh H.D. Stoud, yaitu (i) adanya aturan-aturan hukum; dan (ii) sifat hubungan

    hukum. Jadi, Penulis berpendapat bahwa penggunaan wewenang dan/atau kewenangan

    pemerintah harus memuat unsur-unsur yaitu aturan-aturan hukum berdasarkan Undang-

    Undang dan hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) harus memuat hak dan kewajiban antara

    pemerintah dengan masyarakat sehingga tercapainya tujuan dibentuknya Hukum dan Undang-

    Undang. Dan terakhir, Teori Kebijakan Publik menurut Harold Lawell dan Abraham Kaplan

    mendefinisikan Kebijakan Publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-

    tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu (a projected program of goals,

    values, and practices). Dan perlu ditekankan, kebijaksanaan bukanlah kebijakan, karena

    (ke)bijaksana(an) adalah salah satu ciri kebijakan publik. Penulis berpendapat bahwa

    Kebijakan Pemerintah yang diatur oleh Undang-Undang dan/atau Peraturan Perundang-

    undangan harus memuat (ke)bijaksana(an) yang merupakan unsur terpenting atau salah satu

    ciri paling penting dalam Teori Kebijakan Publik. Berkaitan dengan pembahasan hukum (case

    law) tersebut diatas, bahwa Kebijakan Pemerintah baik Pusat (Central Government) maupun

    Daerah (Local Government) harus memuat berdasarkan kaidah-kaidah Lingkungan Hidup dan

    Penataan Ruang, kaidah-kaidah dimaksud ialah setiap kegiatan dan/atau usaha dalam rangka

    pembangunan berkelanjutan wajib memiliki Kajian Lingkungan Hidup Strategis (selanjutnya

  • disingkat KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (selanjutnya disingkat AMDAL)

    UKL-UPL, Perizinan, Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup dan Rencana Perlindungan

    dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPL) baik Pemerintah Pusat (Central Governemnt)

    maupun Pemerintah Daerah (Local Government Dalam analisis oleh Penulis ini, Penulis

    menambahkan argumentasi bahwa Kawasan Konservasi tidak layak dirubah peruntukkan

    pemanfaatan tata ruang menjadi Kawasan Pemanfaatan Umum dengan situasi dan keadaan

    kawasan-kawasan tersebut yang merupakan kawasan rawan bencana alam seperti gempa bumi,

    banjir, angin kencang, tsunami dan/atau pernah mengalami bencana alam untuk dilakukan

    kegiatan revitalisasi termasuk penyelenggaraan reklamasi.