bab i,ii,iii

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri, sebab dengan kesehatan segalanya akan tampak indah tanpa kesehatan segalanya akan sia-sia. kondisi sehat dapat dicapi bila mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Rumah tangga sehat dapat terwujud apabila ada keinginan, kemauan setiap anggota rumah tangga untuk menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari gangguan ancaman penyakit melalui “PHBS”. Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. untuk perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatam, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Dalam mewujudkan visi Indonesia 2010 telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan mendorong kemandirian masyarkat untuk hidup sehat, memelihara dan 1

Upload: tianti887158

Post on 26-Jun-2015

2.237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I,II,III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sehat adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri, sebab dengan kesehatan

segalanya akan tampak indah tanpa kesehatan segalanya akan sia-sia. kondisi

sehat dapat dicapi bila mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku

sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Rumah tangga sehat

dapat terwujud apabila ada keinginan, kemauan setiap anggota rumah tangga

untuk menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari gangguan

ancaman penyakit melalui “PHBS”.

Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010,

dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,

perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. untuk

perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan

meningkatkan kesehatam, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri

dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.

Dalam mewujudkan visi Indonesia 2010 telah ditetapkan misi

pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan

mendorong kemandirian masyarkat untuk hidup sehat, memelihara dan

meningkatkan pelayanan kesehatan yang bernutu, merata, dan terjangkau, serta

memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya.

Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan diperlukan promosi

kesehatan, hal ini disebabkan program promosi kesehatan berorientasi pada proses

pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, melalui

peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan

yang ditekankan dalam paradigma sehat, dan salah satu pilar utama Indonesia

Sehat 2010.

Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar,

maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat

1

Page 2: BAB I,II,III

menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS). Di dalam makalah ini, kami menguraikan konsep mengenai PHBS.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini yaitu :

Untuk mengetahui pengertian PHBS,

Untuk mengetahui komponen PHBS,

Untuk mengetahui indikator PHBS, dan

Untuk mengetahui kegiatan dari PHBS.

1.3. Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian PHBS

2.2. Komponen PHBS

2.3. Indikator PHBS

2.4. Langkah-langkah Pembinaan PHBS

2.5 Peran Perawat Komunitas

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: BAB I,II,III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian PHBS

Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk

memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari

ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat

yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. 

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana

(Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan

demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,

terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-

cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Manfaat PHBS yaitu :

1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga.

3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang.

tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti

biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota

rumah tangga.

4. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota

dibidang kesehatan.

5. Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan.

3

Page 4: BAB I,II,III

2.2. Komponen PHBS

a. PHBS di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan

sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu :

- Pasangan Usia Subur

- Ibu Hamil dan Menyusui

- Anak dan Remaja

- Usia lanjut

- Pengasuh Anak

Manfaat PHBS di Rumah Tangga

Anggota keluarga

meningkat

kesehatannya dan

tidak mudah sakit

Mampu mengupayakan lingkungan

sehat

Peningkatan kinerja dan

citra Alokasi biaya

penanganan masalah

kesehatan dapat di alihkan

unatuk pengembangan

lingkungan sehat &

penyedian sarana

kesehatan merat bermutu

& dan terjangkau

Anak tumbuh sehat

& cerdas

Mampu mencegah &

menanggulangi masalah kesehatan

Menjadi pusat

pembelajaran bagi daerah

lain dalam pengembangan

PHBS di rumah tangga

Produktivitas

anggota keluarga

meningkat

Memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada

 

Pengeluaran biaya

dapat di alokasikan

Mampu mengembangkan upaya

kesehatan bersumber masyarakat

 

4

Page 5: BAB I,II,III

untuk pemenuhan

gizi

keluarga ,pendidikan

& modal usaha untuk

peningkatan

pendapatan

seperti Posyandu,JPKM,tabungan

bersalin,arisan jamban ,kelompok

pemakai air,ambulan desa

b. PHBS di Tempat Kerja

PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk member-dayakan para pekerja

agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta

berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.

Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Kerja

•    Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.

•    Meningkatkan produktivitas kerja.

•    Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

•    Menurunkan angka absensi tenaga kerja.

•    Menurunkan   angka   penyakit   akibat   kerja   dan lingkungan kerja.

•    Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat.

Manfaat PHBS di Tempat Kerja antara lain :

Bagi Pekerja:

Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan

penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga.

Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf

hidup bukan untuk biaya pengobatan.

Bagi Masyarakat:

Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar tempat

kerja.

5

Page 6: BAB I,II,III

Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh

tempat kerja setempat.

Bagi  Tempat Kerja :

Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang ber¬dampak positif terhadap

pencapaian target dan tujuan.

Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.

Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.

Bagi Pemeinerintah Provinsi dan Kahupaten/Kota :

Peningkatan Tempat Kerja Sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah

provinsi dan kabupaten/kota yang baik.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat dialihkan untuk peningkatan

kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah kesehatan.

Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS

di Rumah Tangga.

Instansi Terkait:

Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di Tempat Kerja.

Dukungan buku panduan dan media promosi.

c. PHBS di Institusi Kesehatan

PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,

masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk

mempraktikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam

mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat.

Tujuan PHBS di institusi Kesehatan antara lain :

•    Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di institusi kesehatan.

•    Mencegah terjadinya penularan penyakit di insti¬tusi kesehatan.

•    Menciptakan Institusi kesehatan yang sehat.

Sasaran PHBS di Institusi Kesehatan antara lain :

•    Pasien.

•    Keluarga Pasien.

6

Page 7: BAB I,II,III

•    Pengunjung.

•    Petugas Kesehatan di institusi kesehatan.

•    Karyawan di institusi kesehatan.

Manfaat PHBS di Institusi Kesehatan yaitu :

Bagi Pasien/Keluarga Pasien/Pengunjung :

•    Memperoleh   pelayanan   kesehatan   di   institusi

•    kesehatan yang sehat.

•    Terhindar dari penularan penyakit.

•    Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan

•    peningkatan kesehatan pasien.

Bagi Institusi Kesehatan :

•    Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.

•    Meningkatkan citra institusi kesehatan yang baik sebagai tempat untuk

memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.

Bagi Pemerintah Daerah :

•    peningkatan persentase Institusi Kesehatan Sehat menunjukkan kinerja dan

citra Pemerintah Kabupaten/Kota yang baik.

•    Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam

pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.

d. PHBS di Sekolah

PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS,

dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Sasaran pembinaan PHBS di sekolah adalah :

Siswa

Warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan

orang tua siswa)

Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam,dll)

Manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah antara lain :

Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan

masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan

7

Page 8: BAB I,II,III

ancaman penyakit.

Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada

prestasi belajar siswa

Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu

menarik minat orang tua.

Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan

Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

e. PHBS di Tempat Umum

PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan

masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan

mapu untuk mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-

tempat umum.

Adapun yang dimaksud dengan tempat-tempat umum adalah sarana yang

diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk

kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah,

sarana perdagangan dan olah raga, rekreasi dan sarana social lainnya.

Tujuan PHBS di tempat-tempat umum adalah :

Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di tempat-tempat

umum.

Meningkatnya tempat-tempat umum sehat, khususnya tempat perbelanjaan,

rumah makan, tempat ibadah dan angkatan-angkatan

Sasaran PHBS di Tempat-tempat Umum adalah :

-    masyarakat pengunjung/pembeli

-    pedagang

-    petugas kebersihan, keamanan pasar

-    konsumen

-    pengelola (pramusaji)

-    jamaah

-    pemelihara/pengelola tempat ibadah

8

Page 9: BAB I,II,III

-    remaja tempat ibadah

-    penumpang

-    awak angkutan umum

-    pengelola angkutan umum

Manfaat PHBS di Tempat-tempat Umum antara lain :

Bagi Masyarakat:

-    Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit

-    Masyarakat mampu mengupayakan lingungan sehat, serta mampu mencegah

dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi

Bagi Tempat Umum:

-    Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebi bersih, indah dan

sehat, sehingga meningkatkan citra tempat umum.

-    Meningkatkan pendapatkan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari

meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum.

Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota :

-    peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra

pemerintah kabupaten/kota yang baik.

-    Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam

pembinaan PHBS di tempat-tempat umum.

2.3. Indikator PHBS

Mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan

area /wilayah.

1. Indikator Nasional

Ditetapkan 3 indikator, yaitu:

a. Persentase penduduk tidak merokok.

b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan.

c. Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.

Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan

regional (Mega Country Health Promotion Network. Healthy Asean Life Styles),

seperti merokok telah menj adi issue global, karena selain mengakibatkan

9

Page 10: BAB I,II,III

penyakit seperti jantung, kankerparu-paru juga disinyalir menjadi entry point

untuk narkoba.

Pola makan yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur,

bila terjadi pada usia balita akan menj adikan generasi yang lemah/generasi yang

hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan

melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan

produktifitas menurun.Kurang aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan

metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan

berbagal penyakit, seperti jantung, paru-paru, dan lain-lain.

2. Indikator Lokal Spesifik

Yaitu indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masingmasing daerah

sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.

Ada 16 indikator yang dapat digunakan uttuk rnengukur perilaku sehat sebagai

berikut :

1. lbu hamil memeriksakan kehamilannya.

2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.

3. Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB.

4. Balita ditimbang.

5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas.

6. Bayi di imunisasi lengkap.

7. Penduduk minum air bersih yang masak.

8. Penduduk mengaiuiakan jamban sehat.

9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun.

10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.

11. Penduduk tidak menggunakan napza.

12. Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.

13 . Penduduk wamta memeriksakan kesehatan secara berkala den, SADARI

(Pemeriksaan Payudara Sendiri).

14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala un mengukur hipertensi.

15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear.

16. Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah

10

Page 11: BAB I,II,III

kesehatan yang ada didaerah.

3. Indikator PHBS di tiap tatanan

Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di

lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat

umum, tatanan Sekolah, tatanan institusi kesehatan.

1. Indikator PHBS di tatanan rumah tangga :

a. Perilaku b. Lingkungan

1. Tidak merokok

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan

3. Imunisasi

4. Penimbangan balita

5. Gizi Keluarga/sarapan

6. Kepesertaan Askes/JPKM

7. Mencuci tangan pakai sabun

8. Menggosok gigi sebelum tidur

9. Olah Raga teratur

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3 . Ada tempat sampah

4. Ada SPAL

5. Ventilasi

6. Kepadatan

7. Lantai

2. Indikator PHBS di tatanan tempat kerja :

Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun demikian, tempat

kerja telah masuk kategori Tempat Kerja Sehat, bila masyarakat pekerja di tempat

kerja :

1.    Tidak merokok di tempat kerja

2.    Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.

3.    Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik

4.    Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah

buang air besar dan buang air kecil

5.    Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.

6.    Menggunakan air bersih.

11

Page 12: BAB I,II,III

7.    Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.

8.    Membuang sampah pada tempatnya. Menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD) sesuai jenis pekerjaan.

a. Perilaku b. Lingkungan

1. Menggunakan alat pelindung

2.Tidak merokok/ada kebijakan

dilarang merokok

3 . Olah Raga teratur

4. Bebas Napza

5. Kebersihan

6. Ada Asuransi Kesehatan

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL

5. Ventilasi

6. Pencahavaan

7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan

Kerja)

8. Ada kantin

9. Terbebas dari bahan berbahaya

10. Ada klinik

2. Indikator PHBS di tatanan tempat umum

12

Page 13: BAB I,II,III

a. Perilaku b. Lingkungan

1. Kebersihan jamban

2 . Kebersihan lingkungan

1. Ada jamban

2. Ada air bersih

3 . Ada tempat sampah

4. Ada SPAL

5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan

Kerja)

4. Indikator PHBS di Tatanan Sekolah :

Indikator PHBS di Sekolah (DinKes JABAR) antara lain :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun

13

Page 14: BAB I,II,III

2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

4. Olahraga yang teratur dan terukur

5. Memberantas jentik nyamuk

6. Tidak merokok di sekolah.

7. Menimbang berat badan dan mengukur  tinggi badan setiap bulan.

8. Membuang sampah pada tempatnya

a. Perilaku b. Lingkungan

1. Kebersihan pribadi

2. Tidak merokok

3. Olah raga teratur

4. TidakmenggunakanNAPZA

5. Indikator PHBS di tatanan Institusi Kesehatan

Semua PHBS diharapkan dilakukan di Institusi Kesehatan. Namun demikian,

institusi kesehatan teiah masuk kategori Institusi Kesehatan Sehat, bila pasien,

masyarakat pengunjungdan petugasdi institusi kesehatan :

1.    Menggunakan air bersih,

2.    Menggunakan jamban.

3.    Membuang sampan patla tempatnya,

4.    Tidak merokok di institusi kesehatan.

5.    Tidak meludah sembarangan.

6.    Memberantas Jentik nyamuk.

2.4 Langkah – langkah Pembinaan PHBS

Langkah langkah pembinaan PHBS di Rumah Tangga

Di kabupaten Kota

a. Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga

melalui Tim Penggerak PKK di seluruh kecamatan dan

desa/kelurahan

14

Page 15: BAB I,II,III

b. Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga kepada Tim

Penggerak PKK

c. Mengadvokasi Bupati /Walikota /DPRD untuk memperoleh dukungan

kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di Rumah Tangga

diseluruh kecamatan dan desa/kelurahan.

d. Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah

Tangga dan pencapaian Rumah Tangga tingkat kabupaten /kota.

e. Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di

Rumah Tangga tingkat kabupaten/kota.

Di Kecamatan

a. Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga

melalui Tim Penggerak PKK di seluruh desa /kelurahan

b. Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga kepada Tim

Penggerak PKK desa /kelurahan dan organisasi masyarakat lainnya.

c. Mengadvokasi Camat dan lintas sektor terkait untuk memperoleh

dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di Rumah

Tangga di seluruh desa/kelurahan.

d. Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pembinaan PHBS di

Rumah Tangga berdasarkan prioritas masalah PHBS tingkat

desa/kelurahan

e. Melatih TP-PKK desa/kelurahan dalam melaksanakan pembinaan

PHBS di Rumah Tangga.

f. Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah

Tangga dan pencapaian Rumah Tangga diseluruh desa.

g. Mengirimkan hasil pengumpulan data PHBS di seluruh

desa/kelurahan ke Dinasa Kesehatan kabupaten/kota untuk diolah

lebih lanjut melalui Sistim Informsi Manajemen PHBS (SIM-PHBS).

15

Page 16: BAB I,II,III

h. Melaksanakan penilaian PHBS di Rumah Tangga tingkat

desa/kelurahan.

i. Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di

Rumah Tangga tingkat desa/kelurahan.

Di Desa/Kelurahan

a. Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga

b. Pengumpulan data PHBS di Rumah Tangga

c. Pengolahan Data dan Pemetaan PHBS

d. Perencanaan kegiatan

e. Penggerakan dan Pelaksanaan Kegiatan

f. Pemantauan dan Penilaian

Langkah-Langkah Pembinaan PHBS di Tempat Kerja

1. Analisis Situasi

Pimpinan di Tempat Kerja melakukan pengkajian ulang tentang

ada tidaknya komitmen dan kebijakan tentang pembinaan PHBS di

Tempat Kerja serta bagaimana sikap dan perilaku pekerja terhadap

kebijakan tersebut. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar

membuat kebijakan.

2.    Pembentukan Kelompok Kerja

Penyusunan Kebijakan PHBS di Tempat Kerja Pihak  Pimpinan 

Tempat  Kerja  mengajak bicara/ berdialog pekerja dan serikat pekerja

tentang :

Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di Tempat Kerja.

Rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di Tempat Kerja.

16

Page 17: BAB I,II,III

Penerapan PHBS di Tempat Kerja berserta antisi-pasi kendala dan

solusinya.

Menetapkan penanggung jawab PHBS di Tempat Kerja dan

mekanisme pengawasannya.

Cara sosialisasi yang efektif bagi masyarakat pekerja.

Kemudian pimpinan membentuk Kelompok Kerja Penyusunan

Kebijakan PHBS di Tempat Kerja.

3.    Pembuatan Kebijakan PHBS di tempat kerja

Kelompok Kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan

cara melaksanakannya.

4.    Penyiapan Infrastruktur

Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan

pengawas PHBS di Tempat Kerja.

Instrumen Pengawasan.

Materi sosialisasi penerapan PHBS di Tempat Kerja.

Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-tempat

yang strategis di tempat kerja.

Mekanisme dan saluran pesan PHBS di Tempat Kerja.

Pelatihan bagi pengelola PHBS di Tempat Kerja.

5.   Sosialisasi Penerapan PHBS di tempat kerja

Sosialisasi penerapan PHBS di Tempat Kerja dan lingkungan

internal.

Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di Tempat Kerja.

6.    Penerapan PHBS di tempat kerja

17

Page 18: BAB I,II,III

Penyampaian pesan PHBS di Tempat Kerja kepada pekerja seperti

melalui penyuluhan kelompok, media poster, stiker, papan

pengumuman, dan selebaran.

Penyediaan sarana dan prasarana PHBS di Tempat Kerja seperti air

bersih, jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci tangan, sarana

olahraga, kantin sehat.

Pelaksanaan pengawasan PHBS di Tempat Kerja.

7.    Pengawasan dan Penerapan Sanksi

Pengawas PHBS di Tempat Kerja mencatat pelanggaran dan

menerapkan sanksi sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh tempat

kerja atau daerah setempat.

8.    Pemantauan dan Evaluasi

Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik tentang

kebijakan yang telah dilaksanakan.

Lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan dan putuskan

apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

Langkah-langkah Pembinaan PHBS di sekolah

1. Analisis Situasi

Penentu kebijakan/pimpinan disekolah melakukan

pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di

sekolah serta bagaimana sikap dan perilaku khalayak sasaran

(siswa, warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah)

terhadap kebijakan PHBS disekolah. Kajian ini untuk memperoleh

data sebagai dasar membuat kebijakan.

2. Pembentukan Kelompok Kerja

Pihak Pimpinan sekolah mengajak bicara/berdialog guru, komite

sekolah dan tim pelaksana atau Pembina UKS tentang :

Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS disekolah

18

Page 19: BAB I,II,III

Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di

sekolah.

Meminta masukan tentang penerapan PHBS di sekolah,

antisipasi kendala sekaligus alternative solusi.

Menetapkan penanggung jawab PHBS disekolah dan

mekanisme pengawasannya.

Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga

sekolah dan masyarakat sekolah.

Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja penyusunan

kebijakan PHBS di sekolah.

3. Pembuatan Kebijakan PHBS di Sekolah

Kelompok kerja membuat kebijakan jelas, tujuan dan cara

pelaksanakannya.

4. Penyiapan Infrastruktur

Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan

pengawas PHBS di sekolah Instrument pengawasan Materi

sosialisasi penerapan PHBS di sekolah Pembuatan dan penempatan

pesan di tempat-tempat strategis disekolah Pelatihan bagi

pengelola PHBS di sekolah

5. Sosialisasi Penerapan PHBS di Sekolah

a. Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah di lingkungan internal

antara lain :

o Penggunaan jamban sehat dan air bersih

o Pemberantasan Sarang nyamuk (PSN)

oLarangan merokok disekolah dan kawasan tanpa rokok di

sekolah

o Membuang sampah ditempatnya

19

Page 20: BAB I,II,III

b. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di sekolah

6. Penerapan PHBS di Sekolah

Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai

dengan kurikulum yang berlaku (kurikuler)

Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang

dilakukan diluar jam pelajaran biasa (ekstra kurikuler)

o Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas

o Aktivitas kader kesehatan sekolah /dokter kecil.

o Pemeriksaan kualitas air secara sederhana

o Pemeliharaan jamban sekolah

o Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah

o Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan

benar

o Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur

o Pemeriksaan rutin kebersihan : kuku, rambut, telinga, gigi

dan sebagainya.

Bimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling

Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan

melibatkan peran aktif siswa, guru, dan orang tua, antara lain

melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio/film,

penempatan media poster, penyebaran leafleat dan membuat

majalah dinding.

Pengawasan & penerapan sanksi Pengawas penerapan

PHBS di sekolah mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi

sesuai dengan peraturan yang telah dibuat seperti merokok di

sekolah, membuang sampah sembarangan

7. Pemantauan dan Evaluasi

Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodic tentang

kebijakan yang telah dilaksanakan

20

Page 21: BAB I,II,III

Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian

terhadap masalah yang ditemukan.

Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan

Langkah-langkah Pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan

1. Analisis Situasi

Penentu kebijakan/pimpinan di institusi kesehatan melakukan

pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di

Institusi Kesehatan serta bagaimana sikap dan perilaku petugas

kesehatan, pasien, keluarga pasien dan pengunjung terhadap

kebijakan PHBS di Institusi Kesehatan. Kajian ini untuk

memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.

2. Pembentukan Keiompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS

di Institusi Kesehatan.

Pihak Pimpinan Institusi Kesehatan mengajak bicara/berdialog

petugas dan karyawan di Institusi Kesehatan tentang :

Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di Institusi

Kesehatan.

Rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di Institusi

Kesehatan.

Penerapan PHBS di Institusi Kesehatan, antisi-pasi  

kendala   dan   sekaligus  alternatif  solusi.

Penetapan penanggung jawab PHBS di Institusi Kesehatan  

dan   mekanisme   pengawasannya.

Cara sosialisasi yang efektif bagi petugas, karyawan,

pasien, keluarga pasien dan pengunjung.

Kemudian Pimpinan Institusi Kesehatan membentuk

Keiompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di Institusi 

Kesehatan.

3. Pembuatan Kebijakan PHBS di Institusi Kesehatan

21

Page 22: BAB I,II,III

Kelompok Kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan

cara melaksanakannya.

4. Penyiapan Infrastruktur

Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan

pengawas PHBS di Institusi Kesehatan.

Instrumen Pengawasan

Materi sosialisasi penerapan PHBS di Institusi Kesehatan.

Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-

tempat yang strategis di institusi kesehatan.

Mekanisme dan saluran pesan PHBS di Institusi Kesehatan.

Pelatihan bagi pengelola PHBS di Institusi Kesehatan.

5. Sosialisasi Penerapan PHBS di Institusi Kesehatan

Sosialisasi penerapan PHBS di Institusi Kesehatan di

lingkungan internal.

Sosialisasi tugas dan.penanggung jawab PHBS di Institusi

Kesehatan.

6. Penerapan PHBS

Di Institusi Kesehatan

Penyampaian pesan PHBS di Institusi Kesehatan kepada

pasien dan pengunjung seperti melalui penyuluhan,

penyebarluasan informasi melalui media poster, stiker,

papan pengumuman, kunjungan rumah dsb.

Penyediaan sarana dan prasarana PHBS di Institusi

Kesehatan seperti air bersih, jamban sehat, tempat sampah,

tempat cuci tangan dsb.

Pelaksanaan pengawasan PHBS di Institusi Kesehatan.

7. Pengawasan dan Penerapan sanksi

22

Page 23: BAB I,II,III

Pengawas PHBS di Institusi Kesehatan mencatat

pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai dengan Peraturan

Daerah setempat seperti larangan merokok di sarana kesehatan dan

membuang sampah sembarangan.

8. Pemantauan dan Evaluasi

Lakukan pemantauan dan evaluasi secara  periodik tentang

kebijakan  yang dilaksanakan.

Minta pendapat Pokja PHBS di Institusi Kesehatan dan

lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan.

Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

Langkah-langkah  pembinaan PHBS di tempat-tempat umum

1.    Analisis Sistem

Penentu kebijakan/pimpinan di tempat-tempat umum melakukan

pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di

tempat-tempat umum serta bagamana sikap dan perilaku khalayak

sasaran (pengelola, karyawan dan pengunjung) terhadap kebijakan

PHBS di tempat-tempat umum. Kajian ini untuk memperoleh data

sebagai dasar membuat kebijakan.

2. Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di

Tempat-tempat Umum

Pihak pimpinan/penanggung jawab tempat-tempat umum

mengajakn bicara/berdialog pengelola dan karyawan di tempat-tempat

umum tentang:

Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di tempat-tempat

umum.

23

Page 24: BAB I,II,III

Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di tempat-

tempat umum

Meminta masukan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat

umum, antisipasi kendala dan sekaligus alternative solusi.

Menetapkan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum dan

mekanisme pengawasannya.

Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi pengelola, karyawan

dan pengunjung

Kemudian pimpinan/penanggung jawab di tempat-tempat umum

membentuk Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di

tempat-tempat umum.

3. Pembuatan Kebijakan PHBS di Tempat-tempat Umum

Kelompok Kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan cara

melaksanakanya.

4. Penyiapan Infrastruktur

membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan

pengawas PHBS di tempat-tempat umum.

Instrumen pengawasan

Materi sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum

Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-tempat

umum yang strategis

Mekanisme dan saluran pesan PHBS di tempat-tempat umum.

Pelatihan bagi pengelola PHBS di tempat-tempat umum.

5. Sosialisasi Penerapan PHBS di Tempat-tempat Umum

Sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum di lingkungan

internal

Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat

umum

24

Page 25: BAB I,II,III

6. Penerapan PHBS di Tempat-tempat Umum

Penyampaian pesan PHBS di tempat-tempat umum kepada

pengunjung seperti melalui penyuluhan, enyebarluasan

informasi melalui media poster, striker, papan pengumuman,

billboard, spanduk, dsb.

Penyediaan saran dan prasarana PHBS di tempat-tempat umum

seperti air bersih, jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci

tangan, dsb.

Pelaksanaan pengawasan PHBS di tempat-tempat umum

7. Pengawasan dan Penerapan Sanksi

Pengawasan penerapan PHBS di tempat-tempat umum mencatat

pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai dengan Peraturan Daerah

setempat seperti merokok di tempat-tempat umum, membuang sampah

sembarangan.

8. Pemantauan dan Evaluasi

Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodic tentang

kebijakan yang telah dilaksanakan.

Minta pendapat Pokja PHBS di tempat-tempat umum dan

lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan.

Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

2.5 Peran Perawat Komunitas

Berdasarkan Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989 dan Hasil

Lokakarya Keperawatan Tahun 1983 maka banyak sekali peran yang dijalankan

oleh perawat kesehatan masyarakat dalam mengorganisasikan upaya-upaya

kesehatan yang dijalankan apakah itu melalui Puskesmas yang merupakan bagian

dari institusi pelayanan dasar utama, baik program di dalam geudng atau di luar

gedung, pada keluarga, kelompok-kelompok khusus dan lain sebagainya sesuai

25

Page 26: BAB I,II,III

dengan peran dan fungsi tanggungjawabnya. Dan peran yang dapat dilaksanakan

diantaranya adalah :

Pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan

dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompleks, secara

langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat. Ini merupakan peran utama dari perawat,

dimana perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional,

menerapkan ilmu atau teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya

dalam situasi nyata, apakah kriteria profesi dapat ditampilkan dan sesuai

dengan harapan penerima jasa keperawatan. Masyarakat mengharapkan

perawat mempunyai kemampuan khusus untuk menanggulangi masalah-

masalah individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Perawat harus

menguasai konsep-konsep dalam lingkup kesehatan dan melatih diri

sehingga dapat memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan ini diperoleh

selama masa pendidikan dan dimanfaatkan saat menjalankan tugasnya di

sarana pelayanan kesehatan.

Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu

keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan

lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan

adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan

salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa

berperan sebagai pendidik bagio individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Koordinator pelayanan kesehatan

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberi pelayann kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan

klien.

Innovator (pembaharu)

26

Page 27: BAB I,II,III

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelauanan keperawatan.

Kolaborator

Peran ini dilakuakn karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang

terdiri dari: dokter, fisioterapis, ahli gizi dll dengan berupayan

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi

atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

Konsultan

Yaitu sebagai tenpat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas

permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan

keperawatan yang diberikan.

Pengelola

Perawat bertanggungjawab dalam hal administrasi keperawatan baik di

masyarakat maupun dalam institusi dalam mengelola pelayanan

keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Perawat juga bekerja sebagia pengelola suatu sekolah atau program

pendidikan keperawatan. Sebagai administrator bukan berarti perawat

harus berperan dalam kegiatan administratif secara umum. Perawat

sebagi tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan

tetap bersatu dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap

tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat

mengatur, merencanakan, melaksanakan dan menilai tindakan yang

diberikan, mengingat perawat merupakan anggota profesional yang

paling lama bertemu dengan klien maka perawat harus merencanakan,

melaksanakan, dan mengatur berbagai alternatif terapi yang harus

diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan manajerial

yang handal dari perawat.

27

Page 28: BAB I,II,III

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana

(Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan

demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,

terutama dalam tatanan masing masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-

cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

3.2. Saran

28

Page 29: BAB I,II,III

Semua komponen yang terlibat dalam PHBS sebaiknya memiliki komitmen

untuk menjalankan semua program yang telah disepakati bersama

Program yang akan dilakukan sebaiknya memiliki perencanaan yang jelas dan

target yang dapat diukur

Lakukan pengawasan secara rutin terhadap program

29