bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. gambaran...

53
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Industri Kerajinan Aneka Rotan Industri kerajinan Aneka Rotan terletak di Desa Luwo’o, yakni salah satu desa di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo sekitar 7-8 km dari pusat Kota Gorontalo. Desa tersebut berbatasan dengan beberapa desa dan kecamatan lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bulango Kecamatan Telaga Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tenggela Kecamatan Tilango, sebelah Timur berbatasan Desa Bulila Kecamatan Telaga dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Buhu Kecamatan Telaga Jaya. Terdapat Sungai Bulango yang merupakan penghubung perbatasan antara Desa Luwo’o dengan Desa Bulila Kecamatan Telaga. Berikut peta Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Gambar 4. Peta Desa Luwo’o Sumber: Data kantor Desa Luwo’o Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013 Dari data yang dikemukakan di atas, dapat dilihat pada peta Desa Luwo’o sehingga mempermudah masyarakat luas untuk mengetahui lokasi industri kerajinan Aneka Rotan. Lokasi industri tersebut merupakan lokasi yang cukup strategis. Hal ini didukung oleh adanya jaringan transportasi di Gorontalo seperti

Upload: lycong

Post on 06-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Industri Kerajinan Aneka Rotan

Industri kerajinan Aneka Rotan terletak di Desa Luwo’o, yakni salah satu

desa di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo sekitar

7-8 km dari pusat Kota Gorontalo. Desa tersebut berbatasan dengan beberapa desa

dan kecamatan lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bulango

Kecamatan Telaga Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tenggela

Kecamatan Tilango, sebelah Timur berbatasan Desa Bulila Kecamatan Telaga dan

sebelah barat berbatasan dengan Desa Buhu Kecamatan Telaga Jaya. Terdapat

Sungai Bulango yang merupakan penghubung perbatasan antara Desa Luwo’o

dengan Desa Bulila Kecamatan Telaga. Berikut peta Desa Luwo’o Kecamatan

Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

Gambar 4. Peta Desa Luwo’o

Sumber: Data kantor Desa Luwo’o

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

Dari data yang dikemukakan di atas, dapat dilihat pada peta Desa Luwo’o

sehingga mempermudah masyarakat luas untuk mengetahui lokasi industri

kerajinan Aneka Rotan. Lokasi industri tersebut merupakan lokasi yang cukup

strategis. Hal ini didukung oleh adanya jaringan transportasi di Gorontalo seperti

36

kendaraan bermotor, maupun kendaraan angkutan umum yang memudahkan

masyarakat luas untuk menempuh lokasi tersebut. Dilihat dari jarak, aksesibilitas

industri tersebut tergolong rendah, karena jaraknya yang cukup jauh dari pusat

kota yang merupakan tempat untuk memasarkan produk seperti yang dipaparkan

Tamim dalam (Herliani, 2003: 7). Meskipun aksesibilitas pada industri kerajinan

aneka rotan rendah, namun transportasi antara kedua tempat tersebut baik,

sehingga waktu tempuh menjadi lebih singkat. Dalam konteks ini aksesibilitas

kerajinan tersebut termasuk tinggi.

Menurut data yang ada di kantor Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya

Kabupaten Gorontalo pada tahun 2012, luas wilayah desa ini 86,57 ha/m² yang

terbagi menjadi luas perkebunan 22,6 ha/m², perkantoran 0,25 ha/m², persawahan

1 ha/m², kuburan 1,5 ha/m², permukiman 55 ha/m², pekarangan kosong 2,66

ha/m² dan prasarana umum lainnya 4 ha/m2 (dokumen 2012, tidak diterbitkan). Di

desa tersebut luas wilayahnya dipadati dengan permukiman warga. Selain dari itu,

sebagian merupakan lahan perkebunan dengan hasil berupa tanaman jagung. Di

desa ini, tidak terdapat tumbuhan rotan karena tidak adanya hutan ataupun tempat

untuk pembudidayaan tumbuhan rotan.

Dari data di atas, nampaknya eksistensi kerajinan rotan di desa Luwo’o

tidak terkait langsung dengan keadaan alam di desa tersebut, karena tumbuhan

rotan tidak terdapat di desa ini. Tumbuhan rotan yang digunakan sebagai bahan

baku diperoleh dari daerah lain seperti di pasar tradisional Tapa Bone Bolango

dan para perotan di daerah Suwawa, Paguyaman dan Kotamobagu, guna

mendukung eksistensi kerajinan rotan di Desa Luwo’o. Bisa ditegaskan bahwa

37

tumbuh-kembangnya suatu jenis kerajinan tidak selalu terkait dengan kondisi

alam sebagai penyedia bahan baku.

Terkait dengan keadaan penduduk, menurut data yang ada di kantor

kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo pada tahun 2009-2012 jumlah

penduduk Desa Luwo’o meningkat dari 2902 jiwa menjadi 3091 jiwa, dengan

jumlah laki-laki 1508 dan perempuan 1583 dari 873 kepala keluarga. Masyarakat

di desa ini hampir seluruhnya mengenyam pendidikan hingga Sekolah Menengah

Atas atau sederajat bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Mata pencaharian

penduduk di desa tersebut terdiri dari petani, buruh, Pengawai Negeri Sipil (PNS),

wiraswasta, karyawan, tukang, nelayan, peternak, pengrajin, sopir angkutan dan

pengemudi bentor (dokumen Kantor kecamatan Telaga Jaya 2012, tidak

diterbitkan).

Data kependudukan di atas menunjukkan bahwa penduduk di desa tersebut

menekuni berbagai profesi, salah satunya sebagai pengrajin. Meskipun tidak

ditemukan presentase penduduk yang menekuni bidang kerajinan, akan tetapi

dengan adanya pengrajin di desa tersebut jelas merupakan sumber daya manusia

yang mendukung eksistensi berbagai sektor di desa Luwo’o, termasuk kerajinan

Aneka Rotan yang berlokasi di desa tersebut.

Di Desa Luwo’o terdapat industri kecil dan menengah yang terdiri satu

industri rumah makan, tiga industri kue dan lima industri kerajinan. Aneka Rotan

merupakan salah satu industri kerajinan milik bapak Alfian Nggule yang terletak

di jalan Teknik Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

Usaha ini dirintis Alfian Nggule sejak tahun 2002, yang didasari oleh keinginan

38

untuk lebih mandiri dan didukung pengalaman serta keterampilan yang dimiliki,

selama bekerja dengan orang tuanya dibawah payung industri rotan Sepakat.

Data di atas menunjukkan bahwa berdirinya industri kerajinan Aneka

Rotan sejak tahun 2002 sampai saat ini karena dengan adanya keinginan untuk

lebih mandiri serta didukung pengalaman dan ketrampilan yang telah dimiliki.

Secara tidak langsung dengan adanya industri Aneka Rotan ini mampu

memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya.

Seiring berjalannya waktu, industri kerajinan Aneka Rotan memperoleh

legalitas dari pemerintah dalam bentuk Surat Izin Tempat Usaha (SITU) pada

tahun 2009 dengan no 503/KTP/2887/PK/VI/2009.

Adapun tujuan dari industri kerajinan Aneka Rotan sebagai berikut:

a. Mewujudkan perusahaan rotan yang mandiri.

b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas produk yang dihasilkan.

c. Memperluas jaringan kemitraan pada pemasaran.

d. Meningkatkan ketrampilan dan kesejahteraan pengrajin (karyawan)

Adanya kebijakan pemerintah berupa surat izin tempat usaha dapat

mempermudah industri kerajinan aneka rotan memperoleh bantuan Dinas

Perindustrian dan Perdagangan provinsi Gorontalo pada tahun 2009. Selain itu,

adanya SITU juga menambah keyakinan para konsumen untuk membeli produk

pada industri tersebut, akan tetapi industri wajib untuk membayar pajak.

Untuk memfokuskan pembagian kerja pada industri kerajinan Aneka

Rotan juga memiliki struktur organisasi yang dibuat dari tahun 2002 dan belum

39

mengalami perubahan hingga saai ini. Berikut struktur organisasi pada industri

kerajinan Aneka Rotan:

Gambar 5. Struktur organisasi industri kerajinan Aneka rotan

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juli 2013

Menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 22 Juli 2013 pukul 09.30),

adapun tugas dari masing-masing pembagian kerja sebagai berikut:

a. Pemimpin bertugas untuk mengelola, memantau dan mengontrol

perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan.

b. Sekretaris memilki tugas dalam mengelola administrasi khususnya yang

berkaitan dengan dokumentasi industri kerajinan Aneka Rotan.

c. Bendahara mengelola administrasi keuangan dan pembukuan industri

kerajinan Aneka Rotan.

d. Bagian pengadaan bahan baku memiliki tugas untuk membeli semua

bahan baku untuk pembuatan produk.

e. Bagian produksi bertugas untuk mengontrol proses pembuatan produk

dalam mememuhi permintaan atau pemasaran dari konsumen melalui

bagian pemasaran.

40

f. Bagian pemasaran memiliki tugas memperkenalkan atau mempromosikan

produk Aneka Rotan kepada konsumen hingga transaksi jual beli.

Dari informasi itu, dengan adanya pembagian tugas kerja pada industri

kerajinan Aneka Rotan maka tenaga kerja (pengrajin) dapat mengefisienkan

waktu kerja, mempermudah dalam mempertanggung jawabkan tugas masing-

masing, juga saling menjaga hubungan kerja antara sesama tenaga kerja demi

keberlangsungan industri kerajinan Aneka Rotan. Dengan demikian, manajemen

yang diterapkan industri tersebut dapat terorganisir dengan baik.

Selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o

Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo, akan digolongkan menjadi 2

periode. Periode I dimulai sejak tahun 2002-2007 dan periode II dimulai sejak

tahun 2008-2013. Pembagian periode ini didasarkan adanya perubahan bahan

baku yang digunakan, jenis/bentuk produk yang dihasilkan, keterlibatan

pengrajin/karyawan dan pemasaran produk yang mengalami perkembangan.

4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan

Kerajinan Rotan Priode I ( Tahun 2002-2007 )

4.2.1 Bahan Baku

Menurut Milki (salah satu karyawan industri kerajinan Aneka Rotan),

rotan merupakan salah hasil hutan yang ada di Gorontalo memiliki sifat yang kuat

dan mudah dibentuk sehingga dapat digunakan untuk bahan baku kerajinan. Rotan

yang biasa digunakan untuk bahan kerajinan yaitu rotan asalan/mentah dan rotan

fitri. Rotan asalan yang terdiri dari rotan batang, tohiti, umbul dan ikat. Rotan fitri

41

yaitu rotan yang sudah diolah dengan mesin dan sudah siap dianyam. Adapun

harga bahan rotan asalan/mentah dijual perbatang kecuali untuk rotan ikat dijual

per ikat yang terdiri dari 100 batang, dan untuk bahan siap anyam yaitu rotan fitri

yang dijual perkilogram (wawancara, Senin 17 Juni 2013 pukul 16.30).

Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara, Senin 17 Juni pukul

09.15), pada periode ini rotan asalan/mentah di peroleh dari pasar tradisional

Tapa, Bone Bolango. Selain di Tapa, petani hasil hutan rotan dari Suwawa,

Paguyaman dan Kotamobagu juga menawarkan langsung ke tempat-tempat

industri kerajinan rotan. Rotan fitri yang merupakan bahan baku rotan siap anyam

diperoleh pada pengolahan rotan Belaniko di kelurahan Dulomo kota Gorontalo.

Selain bahan baku rotan, bahan pendukung lainnya seperti kayu ring diperoleh

dari tempat penjualan kayu serta bahan seperti amplas, politer, tiner, kertas dan

lain-lain diperoleh atau dibeli di toko bangunan yang ada disekitaran Talaga dan

Kota Gorontalo. Bahan-bahan baku dan pendukung lainnya tidak setiap bulan

dibeli namun tergantung kebutuhan (kegunaan).

Alfian Nggule menegaskan, berikut bahan baku yang digunakan pada

industri kerajinan Aneka Rotan yaitu rotan batang yang biasa digunakan untuk

kerangka kursi dan meja. 1 rotan batang memiliki panjang 4 meter, berdiameter 3-

4 cm dengan sekali membeli sebanyak 300-500 batang, seperti nampak pada

gambar berikut:

42

Gambar 6. Rotan batang

FotoS: Peneliti, 17 Juni 2013

Rotan tohiti yaitu rotan yang biasa digunakan untuk menunjang

pembuatan kerangka kursi dan meja, sedangkan rotan umbul yang lebih lentur

dari rotan tohiti biasa digunakan untuk pembuatan gagang keranjang dan kerangka

beberapa miniatur. Kedua jenis rotan ini memiliki diameter 1-2 cm dan panjang 4

meter. Untuk pengadaan bahan tersebut, industri kerajinan Aneka Rotan membeli

masing-masing sebanyak 750 batang untuk sekali pembelian.

Gambar 7. Rotan umbul

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

Rotan ikat dijadikan lilitan yang berfungsi sebagai pengikat pada produk

kerajinan. Rotan ikat memiliki ukuran sebesar pensil hingga jari kelingking orang

43

dewasa dan setiap ikatnya terdiri dari 100 ujung, untuk sekali membeli sebanyak

1-2 ikat. Rotan ikat ini nampak pada gambar berikut:

Gambar 8. Rotan ikat

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

Rotan fitri untuk sekali beli sebanyak 800 kg, rotan ini merupakan bahan

utama untuk anyaman dan yang paling halus serta elastis dibandingkan dengan

rotan lainnya yang digunakan pada industri kerajinan Aneka Rotan.

Gambar 9. Rotan fitri

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

Menurut Milki, rotan asalan dan rotan fitri adalah rotan yang sudah siap

pakai. Dimana proses pengolahan rotan tersebut yaitu melalui perancangan,

pembentukan dan finishing akhir sehingga menjadi produk yang siap untuk

dipasarkan (wawancara, Kamis 31 September 2013 pukul 16.40).

44

Berdasarkan data tersebut, dapat dianalisis bahwa rotan adalah salah satu

hasil hutan yang ada di povinsi Gorontalo, yang dapat digunakan sebagai bahan

baku kerajinan. Dengan keberadaan rotan di provinsi ini memudahkan para

pengrajin untuk mendapatkan bahan anyaman. Kemudahan untuk memperoleh

bahan baku merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung eksistensi dan

perkembangan industri kerajinan. Demikian halnya dengan industri kerajinan

Aneka Rotan yang memanfaatkan keberadaan rotan sebagai bahan baku kerajinan.

Berdasarkan telaah pustaka (Sugiarti, 1982: 5), rotan memiliki sifat yang

kuat dan kokoh sehingga sangat awet untuk bahan anyaman atau meubel.

Demikian halnya, pada Industri kerajinan Aneka Rotan menggunakan rotan

sebagai bahan baku anyaman yang memiliki sifat kuat dan kokoh. Rotan tersebut

merupakan salah satu dari bahan baku alami yang dianyam menjadi kursi,

keranjang dan sejenisnya.

Dilihat dari proses pengolahan bahan baku dilakukan oleh industri

kerajinan Aneka rotan yang pengolahan bahan mentah maupun bahan setengah

jadi yang selanjutnya diproses menjadi suatu produk. Meskipun pengolahan yang

dilakukan termasuk pada proses pengolahan bahan rotan ketiga atau olahan

sekunder. Industri tersebut mampu menghasilkan sebuah produk yang diminati

konsumen. Proses pengolahan bahan baku yang ketiga seperti dalam pemaparan

Januminro (2000: 123-146), proses ketiga pengolahan bahan rotan adalah

pengolahan bahan rotan jadi/siap pakai. Dimana hasil dari pengolahan bahan

mentah maupun bahan setengah ini selanjutnya diproses dengan melakukan

45

perancangan, pembentukan/pembuatan dan finishing kemudian menjadi produk

yang siap dipasarkan.

Berdasarkan klasifikasi industri kerajinan Aneka Rotan termasuk pada

industri sekunder, karena berdasarkan telaah pustaka Kristanto (2004:157),

Industri sekunder yaitu industri yang mengubah barang setengah jadi

menjadi barang jadi. Selain itu, menurut Sanusi (2012: 198) industri sekunder

yaitu yang mengolah lebih lanjut hasil olahan industri primer berupa produk

setengah jadi menjadi produk barang jadi.

Dengan demikian dapat ditegaskan, bahwa salah satu penyebab eksistensi

dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan tahun 2002-2007, karena

kemudahan memperoleh bahan baku berupa rotan baik rotan mentah maupun

rotan setengah jadi. Beragam jenis rotan tersebut, bahkan ditawarkan langsung

oleh pencari rotan dari berbagai wilayah ke tempat produksi kerajinan Aneka

Rotan.

4.2.1 Pengrajin/Tenaga Kerja

Pengrajin adalah orang yang memiliki keterampilan tangan untuk

membuat suatu barang. Barang yang dimaksudkan ialah produk kerajinan dari

bahan baku rotan. Menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 17 Juli 2013 pukul

09.45), keterampilan yang dimiliki pengrajin mayoritas diperoleh dari warisan

orang tua. Pengrajin di periode ini ada yang keluar dan kemudian digantikan

orang lain, akan tetapi industri kerajinan Aneka Rotan memiliki pengrajin tetap

sebanyak 7 orang. Pengrajin tersebut memiliki tanggung jawab dalam bidangnya

masing-masing, seperti dibagian pembuatan kerangka, menganyam, dan finishing

46

akhir dengan upah borongan. Adapun upah para pengrajin pada periode I menurut

Alfian Nggule berkisar antara Rp. 500.000,- sampai Rp.1.000.000 sesuai dengan

hasil pekerjaan pengrajin. Berikut nama-nama pengrajin/tenaga kerja pada industri

kerajinan Aneka Rotan:

Tabel 4.1 Daftar nama pensgrajin/tenaga kerja periode I industri kerajinan aneka

rotan.

Tahun No Nama

Pengrajin Usia Pendidikan Keahlian Keterangan

2002

1 Ajis Kasim 23 Thn SLTA Finishing Aktif - 2004

2 Hamzah 54 Thn SD Kerangka Aktif - 2007

3 Abdullah 30 Thn STM Anyaman Aktif – 2007

4 Oman 24 Thn SD Anyaman Aktif – 2007

5 Ismail 37 Thn STM Kerangka Aktif – 2007

6 Odik 21 Thn SMP Finishing Aktif – 2003

7 Anong 32 Thn SMA Jok bantalan Aktif – 2003

2003

1 Ajis Kasim 24 Thn SLTA Finishing Aktif – 2004

2 Hamzah 55 Thn SD Kerangka Aktif – 2007

3 Abulah 31 Thn STM Anyaman Aktif – 2007

4 Oman 25 Thn SD Anyaman Aktif – 2007

5 Ismail 38 Thn STM Kerangka Aktif – 2007

6 Halit 48 Thn SMP Finishing Aktif – 2004

7 Sain 48 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2004

2004

1 Hamzah 56 Thn SD Kerangka Aktif – 2007

2 Abdullah 32 Thn STM Anyaman Aktif – 2007

3 Oman 26 Thn SD Anyaman Aktif – 2007

4 Ismail 39 Thn STM Kerangka Aktif – 2007

5 Asis 32 Thn SD Finishing Aktif – 2007

6 Paksi 19 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2007

7 Une 36 Thn SMA Anyaman Aktif – 2007

2005

1 Hamzah 57 Thn SD Finishing Aktif – 2007

2 Abdullah 33 Thn STM Kerangka Aktif – 2007

3 Oman 27 Thn SD Anyaman Aktif – 2007

4 Ismail 40 Thn STM Kerangka Aktif – 2007

5 Asis 33 Thn SD Finishing Aktif – 2007

6 Paksi 20 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2007

7 Une 37 Thn SMA Anyaman Aktif – 2007

2006

1 Hamzah 58 Thn SD Kerangka Aktif – 2007

2 Abdullah 34 Thn STM Anyaman Aktif – 2007

3 Oman 28 Thn SD Anyaman Aktif – 2007

4 Ismail 41 Thn STM Kerangka Aktif – 2007

5 Asis 34 Thn SD Finishing Aktif – 2007

6 Paksi 21 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2007

7 Une 38 Thn SMA Anyaman Aktif – 2007

2007

1 Hamzah 60 Thn SD Kerangka Aktif – 2007

2 Abdullah 35 Thn STM Anyaman Aktif – 2007

3 Oman 29 Thn SD Anyaman Aktif – 2007

47

4 Ismail 42 Thn STM Kerangka Aktif – 2007

5 Asis 35 Thn SD Finishing Aktif – 2007

6 Paksi 22 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2007

7 Kadir 43 Thn SLTA Anyaman Aktif – 2007

Sumber : Data Peneliti 2013

Dari data pengrajin pada industri kerajinan Aneka Rotan periode I,

pengrajin tersebut ada yang keluar dan digantikan dengan pengrajin lainnya.

Meskipun demikian, industri kerajinan Aneka Rotan memiliki pengrajin tetap

sebanyak 7 orang. Berdasarkan jumlah tenaga kerja pada industri kerajina Aneka

Rotan maka industri ini termasuk pada industri kecil, karena industri tersebut

mempekerjakan tenaga kerja diantara 5 sampai 19 tenaga kerja (Saleh, 1986:4).

Dilihat dari segi usia pengrajin tersebut dominan berusia dewasa, dalam

hal ini kekuatan fisik untuk melakukan pekerjaan masih tergolong baik. Selain itu,

tingkat pendidikan yang ditempuh pengrajin tidak sesuai dengan bidang

pekerjaannya (Keterampilan). Namun keterampilan yang dimiliki pengrajin

diperoleh dari warisan turun-temurun. Keberadaan pengrajin pada industri

kerajinan Aneka Rotan dapat menghasilkan produk yang lebih baik. Hal tersebut,

merupakan salah satu faktor pendukung eksistensi dan perkembembangan industri

kerajinan Aneka rotan.

4.2.2 Produk

Produk ialah berupa barang yang diproduksi oleh para pengrajin dan dapat

diperjualbelikan. Berdasarkan hasil wawancara dari Alfian Nggule (Sabtu,29 Juli

2013 pukul 17.00), produk pertama kali dibuat adalah kursi Bia, seiring

berjalannya waktu produk yang dihasilkan semakin bertambah dengan proses

pengerjaan sebagai berikut:

48

a. Desain, dilihat dari pola maupun gambar yang sudah disediakan.

b. Menyiapkan bahan baku, seperti rotan asalan biasanya digunakan sebagai

kerangka maupun pengikat pada kursi, meja dan sejenisnya. Berikut

gambar kerangka kursi dari bahan rotan asalan.

Gambar 10. Kerangka kursi

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

c. Menganyam, untuk bahan menganyam menggunakan rotan fitri dengan

proses anyaman pada kerangka yang telah dibentuk, dianyam penuh

maupun sebagian pada kerangka produk tersebut dengan menggunakan

jenis anyaman sasak maupun kepang. Berikut ini gambar sebagian dari

kerangka kursi sedang dianyam.

Gambar 11. Kerangka Kursi sebagian sudah dianyam

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

d. Proses memperbaiki anyaman yang masih terlihat kasar.

49

e. Finishing yaitu melakukan pengecetan dengan menggunakan politur dan

langkah selanjutnya penjemuran produk. Berikut ini gambar proses

finishing.

Gambar 12. Proses finishing

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

Lebih lanjut menurut beliau, produk-produk yang dihasilkan pada periode

ini ialah kursi, aneka keranjang, kap lampu, dan miniatur. Sebagian besar dari

produk tersebut merupakan produk yang pernah beliau (Alfian Nggule) buat

ketika masih membantu pekerjaan sang ayah. Produk tersebut memiliki ukuran

dan bentuk berbeda sesuai selera para konsumen. Untuk lebih jelasnya, berikut

beberapa produk yang dihasilkan pada periode I:

a. Kursi Tamu dan Kursi Teras/Kursi Santai.

1) Kursi Tamu Beringin

Kursi beringin terdiri dari 4 kursi dengan 1 meja kaca dan dua kursi

ukuran sama. Bahan-bahan yang digunakan untuk produk ini adalah semua bahan

baku rotan dan bahan pendukung yang dibutuhkan.

Pengerjaan kursi dengan cara dianyam pada bagian tertentu, jenis anyaman

yang digunakan anyaman sasak. Sedangkan pengerjaan pada meja yaitu

merangkai bahan rotan asalan hingga menjadi kerangka meja, selanjutnya pada

50

bagian atas meja dipasang kaca dengan menghabiskan waktu selama delapan hari.

Berikut gambar kursi beringin.

Gambar 13. Kursi tamu beringin

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

2). Kursi Tamu Kakak Tua

Kursi tamu selanjutnya dengan nama Kakak Tua cara pengerjaan, bahan

dan waktu yang digunakan sama dengan kursi sebelumnya (kursi beringin),

namun kursi ini memiliki bentuk dan ukuran yang sama antara 1 dengan yang

lain. Seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 14. Kursi tamu kakak tua

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

3). Kursi Tamu Sandiwal

51

Kursi tamu 1 set yang berbentuk setengah bulat ini, terdiri 1 kursi ukuran

lebar, 2 kursi ukuran sama dengan ukuran lebih pendek dan1 tempat duduk

berbentuk bangku. Bahan yang digunakan lebih banyak rotan fitri dibandingkan

dengan rotan asalan lainnya. Pengerjaannya membutuhkan waktu 2 minggu,

dengan proses anyaman penuh pada bagian kursi, sedangakan untuk meja hanya

pada bagian pinggir serta bagian bawah yang berfungsi sebagi tempat buku.

Berikut gambar kursi setengah bulat:

Gambar 15. Kursi tamu Sandiwal

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

3) Kursi Tamu Segi Empat

1 set kursi tersebut terdiri dari 4 kursi berbentuk segi empat dan ukuran

sama dengan meja berbentuk kotak. Bahan-bahan yang digunakan untuk produk

ini adalah rotan fitri, beberapa rotan asalan dan bahan pendukung lainnya yang

dibutuhkan. Cara membuatnya dengan menganyam ¾ pada badan kursi dan ¼

pada meja. Desain meja tidak memiliki rak yang berfungsi untuk menyimpan

koran atau majalah dengan proses pengerjaannya memakan waktu selama 2

minggu, untuk lebih jelasnya terdapat pada gambar berikut:

52

Gambar 16. Kursi tamu segi 4

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

4) Kursi Teras Bentuk Bia

Jenis kursi Bia merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari industri

kerajinan Aneka Rotan, terdiri dari 2 buah kursi dan satu buah meja. Kursi teras

ini lebih banyak menggunakan rotan fitri dibandingkan rotan asalan ditambah

bahan pendukung lain, kecuali kayu ring dan alas kaki kursi. Cara pengerjaan 1

set produk dianyam sepenuhnya pada bagian badan kursi dan meja. Waktu yang

digunakan untuk mengerjakan produk ini sekitar 1 minggu. Berikut gambar kursi

teras/santai bentuk Bia: seperti nampak pada gambar di bawah ini:

Gambar 17. Kursi teras/santai (Bia)

Sumber: Data industri keraijinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

53

5) Kursi Teras Bentuk Kipas

Jenis kursi ini merupakan salah satu kursi teras yang dihasilkan oleh

industri kerajinan Aneka Rotan. Terdiri dari 2 buah kursi sama bentuk dan ukuran

dengan mengunakan meja berbentuk bundar. Kursi teras ini mengunakan bahan

baku rotan dengan bahan pendukung lain, kecuali kayu ring dan alas kaki kursi.

Cara pengerjaan 1 set produk dianyam dengan membutuhkan waktu kerja selama

1 minggu. Berikut kursi teras/santai bentuk kipas:

Gambar 18. Kursi teras/santai (kipas)

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

b. Aneka Keranjang

Produk selanjutnya yang diproduksi oleh industri kerajinan Aneka Rotan

yaitu aneka keranjang, dengan model memakai penutup dan tidak berpenutup

yang sesuai dengan fungsi keranjang tersebut. Keranjang-keranjang tersebut

dibuat dengan menggunakan bahan baku rotan fitri dan rotan ikat. Bahan-bahan

pendukung seperti: kaca, busa, kayu ring, dan alas kaki tidak dipergunakan pada

produk tersebut. Pengerjaan keranjang tergantung tingkat kerapatan anyaman dan

ukuran/besar produk. Berikut aneka keranjang yang diproduksi oleh industri

kerajinan Aneka Rotan pada periode I:

54

1) Keranjang Buah

Keranjang buah ini, terdiri dari bentuk oval, segi empat dan bentuk hati

dengan menggunakan bahan seperti rotan fitri dan rotan umbul. Cara membuat

produk ini dengan menggunakan jenis anyaman kepang pada badan keranjang,

untuk bagian pegangan keranjang menggunakan rotan umbul. Proses

pengerjaannya membutuhkan waktu selama ± 2 jam, seperti nampak pada gambar

di bawah ini.

Gambar 19. Keranjang buah tanpa penutup bentuk persegi 4

Foto: Peneliti, 11 Juni 2013

Gambar 20. Keranjang buah tanpa penutup bentuk oval

Foto: Peneliti, 11 Juni 2013

55

Gambar 21. Keranjang buah tanpa penutup bentuk hati

Foto: Peneliti, 11 Juni 2013

2) Keranjang Tempat Sampah

Keranjang ini berbentuk bulat tanpa menggunakan penutup dengan bahan

utama rotan fitri. Proses pengerjaannya menggunakan jenis anyaman sasak,

anyaman tersebut dibuat sangat rapat sehingga tidak terlihat ruangan pada badan

produk tersebut. Waktu penyelesaian jenis produk ini ± 3 jam. Berikut gambar

keranjang tempat sampah:

Gambar 22. Keranjang tempat sampah tanpa penutup

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 11Juni 2013

3) Keranjang Tempat Pakaian

Bentuk keranjang yang terakhir pada periode ini adalah keranjang tempat

pakaian kotor. Keranjang berbentuk bulat dan berpenutup, dengan bahan utama

56

rotan fitri ditambah bahan pendukung lainnya. Cara pengerjaan sebuah produk ini

di anyam dengan membutuhkan waktu ± 5 jam. Berikut gambar tempat pakaian:

Gambar 23. Keranjang tempat pakaian kotor

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 11 Juni 2013

c. Kap Lampu

Selain kursi dan aneka keranjang, pada periode ini industri kerajinan

Aneka Rotan juga memproduksi kap lampu. Kap lampu ini terdiri dari kap lampu

duduk dan gantung.

1) Kap Lampu Gantung

Bentuk kap lampu gantung yaitu bulat dan bahan yang digunakan dalam

membuat produk tersebut adalah rotan fitri dan rotan ikat serta bahan pendukung

lain. Adapun cara pembuatanya yakni rotan fitri dianyam ¾ pada badan kap

lampu secara rapat dan untuk ¼ hanya menyilangkan bahan rotan fitri sehingga

terdapat celah pada produk tersebut, sedangkan untuk rotan ikat hanya digunakan

pada gantungan kap lampu tersebut. Berikut gambar lampu gantung:

57

Gambar 24. Kap lampu gantung

Foto: Peneliti, 11 Juni 21013

2) Kap Lampu Duduk

Kap lampu duduk berbentuk persegi 5 dengan dudukan kaki berbentuk

segi tiga. Bahan yang digunakan adalah rotan fitri, rotan ikat dan bahan

pendukung lainnya seperti lampu, dll. Rotan fitri digunakan untuk menganyam

bagian atas dan dudukan kap lampu tersebut, sedangkan bagian batang/ tangkai

± 2 hari, seperti tampak pada gambar berikut ini:

Gambar 25. Kap lampu duduk

Foto: Peneliti, 11 Juni 21013

d. Miniatur

Miniatur merupakan produk selanjutnya yang diproduksi pada industri

kerajinan Aneka Rotan periode I. Miniatur berukuran 10x10cm dengan diameter

58

sekitar 8 cm. Bahan baku yang digunakan rotan fitri dan rotan umbul dan bahan

pendukung. Miniatur tersebut dikerjakan selama 3 hari, dengan tujuan

menggambarkan bentuk sebuah benda. Miniatur tersebut tampak pada gambar di

bawah ini:

Gambar 26. Aneka bentuk miniatur

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 11 Juni 2013

Berdasarkan temuan penelitian, dapat dianalisis bahwa industri kerajinan

Aneka Rotan memproduksi berupa pengubahan dari bahan alam yaitu rotan

menjadi barang kerajinan seperti kursi, keranjang, kap lampu, dan miniatur.

Barang tersebut merupakan hasil dari keterampilan tangan dengan cara dianyam.

Produk tersebut dikerjakan melalui pembuatan desain hingga finishing akhir.

Pengerjaan produk tersebut membutuhkan waktu yang berbeda sesuai dengan

besar dan jenis anyaman yang digunakan.

Berdasarkan telaah pustaka Anton Gerbono (2009: 37-38) jenis anyaman

yang biasa digunakan pera pengrajin yaitu anyaman sasak, anyaman kepang dan

anyman pita. Ternyata pengrajin industri kerajinan Aneka Rotan pada periode I,

hanya menggunakan jenis anyaman sasak dan kepang. Anyaman tersebut

menambah nilai keindahan pada produk industri kerajinan Aneka Rotan. Selain

59

itu, jenis anyaman yang digunakan dapat menghasilkan lebih dari satu poduk, hal

ini mendukung eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan.

Industri kerajinan Aneka Rotan yang menghasilkan berupa barang yaitu

kursi, keranjang, kap lampu, dan miniatur, maka industri ini dapat digolongkan

dalam industri kecil. Hal ini berdasarkan teori tentang industri kecil seperti

dijelaskan Akmal (2006:24) bahwa industri kecil adalah suatu usaha dalam

perekonomian yang merupakan proses yang bertujuan untuk menghasilkan barang

dan jasa. Selain dari itu, industri kerajinan Aneka Rotan dapat digolongkan dalam

industri kecil kerajinan, karena berdasarkan telaah pustaka tentang penggolongan

industri kecil berdasarkan produk (DISPERINDAG, 2012), industri tersebut

menghasilkan produk berupa kerajinan.

Adanya sistem produksi yang teratur dan berkesinambungan hingga

mampu meningkatkan beragam jenis produk kerajinan rotan, merupakan faktor

pendukung yang menjadikan industri kerajinan Aneka Rotan memiliki eksistensi

dan makin berkembang sejak tahun 2002-2007.

4.2.4 Pemasaran Hasil Produk

Dari hasil wawancara dengan Alfian Nggule selaku pemilik industri

kerajinan Aneka Rotan, pemasaran yang dilakukan melalui beberapa cara

diantaranya melalui Show Room Sepakat yang merupakan milik orang tuanya

yang terletak di jalan Agus Salim Kelurahan Limba U2 Kota Gorontalo, melalui

brosur, dan menjalin kerja sama dengan DISPERINDAG Provinsi Gorontalo.

Lebih lanjut beliau menjelaskan, kerja sama dilakukan dengan

DISPERINDAG Provinsi Gorontalo dalam bentuk keikutsertaan kegiatan-

60

kegiatan seperti perlombaan cipta desain handycraft se-provinsi Gorontalo pada

tahun 2005, dan mengikuti pameran produk ekspor Indonesian Solo Exhibition di

Shiaghai Cina pada tahun 2006. Melalui hal tersebut pemasaran produk industri

kerajian Aneka Rotan hingga ke daerah Manado, Makasar, Palu, Jaya pura,

bahkan ke negara Australia dan Italia, (wawancara Sabtu, 19 Juni 2013 pukul

16.15).

Dari data yang dipeloleh, pemasaran yang dilakukan pada industri

kerajinan Aneka Rotan tidak hanya ditempat industri tersebut melainkan dalam

bentuk kerja sama dengan instansi lain. Hal ini sangat membantu proses

pemasaran produk industri kerajinan Aneka Rotan hingga keluar daerah

Gorontalo. Ditinjau dari segi pemasaran yang dilakukan industri kerajinan Aneka

Rotan, maka industri tersebut termasuk pada kelompok industri sentra, seperti

yang dijelaskan oleh Saleh (1986: 50), industri Sentra adalah kelompok industri

dari segi usahanya mempunyai skala yang sangat kecil, tetapi membentuk suatu

pengelompokkan kawasan produksi yang terdiri dari kelompok unit usaha yang

menghasilkan barang sejenis dan ditinjau dari segi target pemasaran, umumnya

menjangkau pasar yang lebih luas, sehingga peranan pedagang perantara atau

pedagang pengumpul menjadi cukup menonjol.

Adanya sistem pemasaran dan segmen yang dituju pada industri keajinan

Aneka Rotan, maka terjadi suatu proses sosial dimana didalamnya individu

tersebut dapat menciptakan apa yang diinginkan, seperti dijelaskan Kotler (2009:

6). Dengan demikian, salah satu faktor pendukung eksistensi dan perkembangan

telah dilaksanakan oleh industri tersebut.

61

4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan

Kerajinan Rotan Periode II (Tahun 2008-2013)

4.3.1. Bahan Baku

Menurut Milki, pada periode ini terjadi kelangkaan dan kenaikan harga

bahan baku rotan yang disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah dengan

meniadakan bahan baku rotan ekspor. Sehingga mengakibatkan beberapa industri

pengolahan bahan baku rotanpun tutup, seperti Belaniko yang terletak di Kota

Selatan, Kelurahan Dulomo. Hal ini mengharuskan Alfian Nggule membeli bahan

baku rotan siap anyam (fitri) yang diperoleh dari CV. Surya Sakti di Ulapato,

Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Sementara untuk rotan asalan diperoleh

dari kota Gorontalo (wawancara Jumat, 21 Juni 2013 pukul 15.30).

Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara Jumat, 21 Juni 2013

pukul 19.30), pada periode II selain perpindahan pengadaan bahan baku rotan,

terjadi juga pengembangan bahan baku yang digunakan yaitu perpaduan antara

rotan dan eceng gondok. Eceng gondok ini merupakan salah satu bahan yang

dapat membantu menanggulangi kelangkaan bahan rotan pada industri kerajinan

Aneka Rotan. Berikut ini gambar eceng gondok yang belum diolah.

Gambar 27. Eceng gondok yang belum diolah

Foto: Peneliti, 8 Juni 2013

62

Eceng gondok diambil langsung dari Danau Limboto dengan jarak tempuh

2 km dari industri kerajinan Aneka Rotan. Eceng gondok yang dapat diolah yaitu

eceng gondok yang sudah berwarna hijau tua dengan tinggi sudah mencapai 50

cm. Proses pengolahannya adalah dibersihkan, kemudian dikeringkan, dan

selanjutnya eceng gondok yang sudah kering diikat-ikat/kepang. Berikut ini

adalah gambar eceng gondok yang sudah kering:

Gambar 28. Eceng gondok kering

Foto: Peneliti, 20 Juni 2013

Eceng gondok yang sudah kering tersebut selanjutnya dikepang dan

dikombinasikan dengan rotan. Pada tahun 2009 Alfian Nggule tidak lagi

mengambi langsung eceng gondok di Danau Limboto, melainkan dari nelayan di

danau tersebut. Berikut ini nampak gambar eceng gondok yang sudah

diikat/kepang:

Gambar 29. Eceng gondok ikat (kepang)

Foto: Peneliti, 20 Juni 2013

63

Dari hasil penelitian, dapat dianalisis bahwa penggunaan bahan baku pada

industri kerajinan aneka rotan mengunakan 2 diantara dari bahan baku anyaman

yang alami yaitu rotan dan eceng gondok. Berdasarkan telaah pustaka Sugiarti

(1982: 8) mengemukakan bahwa rotan memiliki sifat yang kuat dan kokoh,

sehingga sangat awet untuk bahan anyaman atau meubel.

Tanaman eceng gondok adalah tanaman gulma atau jenis tanaman liar di

air. Orang lebih mengenal eceng gondok (Eichhornia Crassipes) dari suku

Pontederianceae sebagai gulma air atau taman penggangu yang mudah sekali

tumbuh dan sangat sulit untuk diberantas. Tanaman eceng gondok jika dilihat

secara sekilas merupakan tanaman pengganggu dan tidak berguna. Keberadaan

tanaman ini yang tumbuh di rawa-rawa dan danau yang menyebabkan perairan air

dapat tersumbat. Namun jika tanaman itu berada di tangan orang kreatif dengan

adanya sentuhan seni, maka tanaman tersebut dapat berguna dan memiliki nilai

jual. Tanaman eceng gondok setelah berada ditangan orang yang kreatif dengan

sentuhan seni dapat dibuat menjadi suatu produk kerajinan. Produk kerajinan

tersebut seperti tas, sandal, tempat tisu, alas duduk bahkan kursi, mengacu hal

tersebut disebutkan oleh Marianto (dalam Seminar Nasional Seni Kriya 2009:

151-152). Selain itu, pengolahan bahan baku setengah jadi menjadi barang jadi

industri tersebut termasuk pada industri sekunder, Hal tersebut disebutkan oleh

Kristanto (2004: 157).

Bahan baku pada periode II yang digunakan untuk produksi mengalami

kenaikan harga, berimbas pula pada harga barang yang diproduksi. Peningkatan

harga bahan pada industri kerajinan tersebut nampak pada tabel di bawah ini:

64

Tabel 4.2 Harga bahan baku periode I dan II industri kerajinan aneka rotan

No Nama Bahan Periode I Periode II

1 Rotan batang Rp. 4.000/batang Rp. 12.000/batang

2 Rotan tohiti Rp. 1.000/batang Rp. 5.000/batang

3 Rotan umbul Rp. 2.000/batang Rp. 8.000/batang

4 Rotan ikat Rp. 75.000/ikat Rp. 200.000/ikat

5 Rotan fitri Rp. 6.000/kg Rp. 27.000/kg

6 Eceng gondok - Rp. 10.000/kg Sumber: Data peneliti

Dari daftar harga di atas, menunjukkan bahwa harga barang meningkat dua

kali lipat bahkan ada yang lima kali lipat dari periode I. Selain kenaikan harga

bahan tersebut, terjadinya kelangkaan bahan baku pada industri kerajinan Aneka

Rotan, berimbas pada pemindahan pengadaan bahan baku serta harga bahan yang

meningkat. Namun, hal ini dapat ditanggulangi oleh industri kerajinan aneka rotan

dengan mengkombinasikan bahan baku yang digunakan yaitu rotan dengan eceng

gondok.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa, terjadinya kelangkaan rotan

dan diiringi oleh kenaikan harga yang mengganggu eksistensi kerajinan Aneka

Rotan disiasati dengan pemanfaatan eceng gondok. Dalam hal ini Aneka Rotan

mampu beradaptasi dalam pemanfaatan bahan baku. Kemampuannya untuk

pemanfaatan eceng gondok berdampak luas, tidak hanya dalam menghasilkan

produk yang lebih variatif, tetapi juga turut membantu memecahkan masalah

lingkungan dan penyerap tenaga kerja, yaitu termanfaatkannya eceng gondok

yang mengotori Danau Limboto dan terberdayakannya nelayan sebagai penyedia

bahan baku yang tentu saja akan menambah penghasilan mereka.

4.3.2. Pengrajin/Tenaga Kerja

65

Pengrajin adalah orang yang memiliki keterampilan tangan untuk

membuat suatu barang. Menurut Oman (wawancar Sabtu, 22 Juni 2013 pukul

15.25) barang yang dimaksudkan ialah hasil produksi dari bahan rotan, eceng

gondok maupun kombinasi kedua bahan tesebut. Beberapa pengrajin pada priode

1 masih setia bekerja sampai saat ini. Tahun-tahun pertama priode ke-2 jumlah

pengrajin meningkat 2 kali lipat dari priode sebelumnya. Hal ini desebabkan oleh

pesanan yang meningkat dan kombinasi bahan baku yang digunakan sehingga

membutuhkan tambahan tenaga kerja. Kemudian 3 tahun terakhir priode II jumlah

pengrajin mengalami penurunan, menjadi 7 orang karyawan tetap dan 7 karyawan

tidak tetap. Karyawan tetap adalah mereka yang setiap hari membuat produk

kerajinan dari bahan baku rotan dan eceng gondok, meskipun tanpa pesanan.

Karyawan tidak tetap ialah mereka yang dipanggil apabila pekerjaan pada industri

kerajinan Aneka Rotan sedang menumpuk dan membutuhkan penyelesaian yang

cepat .

Lebih lanjut menurut beliau, bertambahnya pengrajin pada industri

kerajinan Aneka Rotan dengan kondisi ruangan kerja yang kurang

memungkinkan, menyebabkan sebagian menyelesaikan produknya di rumah

masing-masing. Setelah produknya selesai, para pengrajin tersebut mengantarkan

hasilnya ke industri kerajinan Aneka Rotan dengan upah borongan. Menurut

Milki (wawancara Jumat, 21 Juni 2013 pukul 16.15) bahwa upah pengrajin

bekisar dari Rp. 750.000,- sampai dengan Rp.1.200.000,- upah tersebut tergantung

dari orderan dan produk yang dihasilkan oleh pengrajin/tenaga kerja. Hal ini

66

dibenarkan oleh Alfian Nggule yang merupakan pimpinan pada industri kerajinan

Aneka Rotan.

Dilihat dari pendapatan para pengjarin pada industri kerajinan Aneka

Rotan tersebut, teryata dapat mencapai Upah Minimum Pekerja yang telah di

tetapkan oleh Gubernur Gorontalo nomor 433/12/XI/2012 sebesar Rp 1.175.000,-

juta perbulan pada tahun 2013. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa industri

Aneka Rotan tersebut dapat dikatakan mampu mensejahterakan para

pengrajinnya.

Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 17 Juni 2013

pukul 10.15), sebelum menjadi karyawan tetap ataupun borongan, para pengrajin

terlebih dahulu diberi keterampilan awal oleh pemilik industri ini. Tergantung

pada bidang yang ditekuni, seperti ikat-mengikat/mengepang eceng gondok yang

sudah kering, proses menganyam dan finishing akhir. Pemberian keterampilan

tersebut didasarkan dengan pengalaman yang telah diperoleh dari mengikuti

Diklat Instruktur Meubel Rotan selama 1 bulan (1992), menjadi instruktur di

beberapa Industri pengolahan rotan di Desa Boe, Rainis dan Lirung di Kabupaten

Sangihe Talaud Sulut (1993-1994), dan mengikuti magang di PT. GIMEX Co

Gunung Bawakaraeng (1997) Ujung Pandang.

Latar belakang pendidikan pengrajin juga berbeda-beda, mulai dari

tamatan SD, SMP, hingga SMA. Hal ini dijadikan dasar oleh Alfian Nggule untuk

memberikan keterampilan awal sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.

Berikut daftar nama-nama pengrajin/karyawan di industri kerajinan Aneka Rotan

pada masa ini.

67

Tabel 4.4 Daftar nama pengrajin/tenaga kerja periode II industri kerajinan Aneka

Rotan.

Tahun No Nama

Pengrajin Usia Pendidikan Keahlian Keterangan

2008

1 Hamzah 60 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

2 Abdulah 36 Thn STM Anyaman Aktif – 2013

3 Oman 35 Thn SD Anyaman Aktif – 2013

4 Ismail 29 Thn STM Kerangka Aktif – 2013

5 Asis 36 Thn SD Finishing Aktif – 2013

6 Paksi 24 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013

7 Kadir 44 Thn SLTA Anyaman Aktif – 2013

8 Pulu 20 Thn SMP Finishing Aktif – 2010

9 Susan 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010

10 Yuyun 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2012

11 Atik 44 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013

12 Acet 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010

13 Tina 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

14 Ida 17 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010

15 Yuni 38 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

2009

1 Hamzah 61 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

2 Abdullah 37 Thn STM Anyaman Aktif – 2013

3 Oman 36 Thn SD Anyaman Aktif – 2013

4 Ismail 30 Thn STM Kerangka Aktif – 2013

5 Asis 37 Thn SD Finishing Aktif – 2013

6 Paksi 25 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013

7 Pulu 21 Thn SMP Finishing Aktif – 2010

8 Susan 19 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010

9 Yuyun 19 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2012

10 Atik 45 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013

11 Tina 26 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

12 Ida 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010

13 Yuni 39 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

14 Iten 28 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013

15 Suma 52 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013

16 Leli 57 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013

17 Janah 20 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

18 Milki 35 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013

19 Enpi 43 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

2010

1 Hamzah 62 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

2 Abdullah 38 Thn STM Anyaman Aktif – 2013

3 Oman 37 Thn SD Anyaman Aktif – 2013

4 Asis 38 Thn SD Finishing Aktif – 2013

5 Paksi 26 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013

6 Yuyun 20 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2012

7 Atik 46 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013

8 Tina 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

9 Yuni 40 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

10 Iten 29 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013

11 Milki 36 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013

12 Ismail 31 Thn STM Kerangka Aktif – 2013

13 Noval 25 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif – 2013

14 Ili 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011

68

15 Zarah 40 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011

16 Sati 40 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif – 2013

17 Vera 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011

18 Yanti 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011

19 Dedi 18 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013

2011

1 Hamzah 63 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

2 Abdullah 39 Thn STM Anyaman Aktif – 2013

3 Oman 38 Thn SD Anyaman Aktif – 2013

4 Ismail 39 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

5 Paksi 27 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013

6 Yuyun 21 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2012

7 Atik 47 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013

8 Tina 28 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

9 Iten 30 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013

10 Milki 37 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013

11 Noval 26 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif – 2013

12 Sati 41 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif – 2013

13 Dedi 19 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013

14 Yuni 41 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

15 Yanti 28 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011

2012

1 Hamzah 64 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

2 Abdullah 40 Thn STM Anyaman Aktif – 2013

3 Oman 39 Thn SD Anyaman Aktif – 2013

4 Ismail 40 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

5 Paksi 28 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013

6 Atik 48 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013

7 Tina 29 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

8 Yuni 42 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

9 Milki 38 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013

10 Dedi 20 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013

11 Noval 27 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif – 2013

12 Sati 42 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif – 2013

13 Iman 19 Thn SMP Finishing Aktif – 2013

2013

1 Hamzah 65 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

2 Abdullah 41 Thn STM Anyaman Aktif – 2013

3 Oman 40 Thn SD Anyaman Aktif – 2013

4 Ismail 41 Thn SD Kerangka Aktif – 2013

5 Paksi 29 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013

6 Atik 49 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013

7 Tina 30 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

8 Yuni 43 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013

9 Milki 39 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013

10 Dedi 21 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013

11 Noval 28 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif – 2013

12 Sati 43 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif – 2013

13 Iman 20 Thn SMP Finishing

Sumber: Data peneliti 2013

Dari data pengrajin, menunjukkan jumlah pengrajin pada periode II

meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Pengrajin tersebut memiliki latar

69

belakang pendidikan dan usia berbeda, meski demikian mereka memiliki

tanggung jawab dan kerja sama yang baik. Pengrajin pada periode ini diberikan

bimbingan oleh pemilik industri. Hal tersebut dapat mendukung kualitas SDM

pada industri kerajinan Aneka Rotan. Namun peningkatan jumlah pengrajin ini

tidak merubah penggolongan industri kerajinan Aneka Rotan. Karena dengan

jumlah pengrajin yang tidak lebih dari 19 orang, industri kerajinan Aneka Rotan

masih tergolong dalam industri kecil (Saleh 1986: 4).

Adanya jumlah pengrajin yang meningkat dan telah diberikan bimbingan

sebelumnya, maka SDM (tenaga kerja) lebih berkualitas. Oleh sebab itu,

pengrajin/tenaga kerja mampu menghasilkan produk yang lebih berariatif jenis

dan bentuknya. Dengan demikian, keberadaan pengrajin pada industri kerajinan

Aneka Rotan meningkat dari periode sebelumnya.

4.3.3. Produk

Menurut Hamzah (wawancara Sabtu, 22 Juni 2013 pukul 15.00) produk

yaitu berupa barang yang diproduksi oleh para pengrajin/tenaga kerja dan dapat

diperjual-belikan. Produk pada periode ini sudah bertambah banyak jenis, bentuk

dan ukuran serta bahan yang digunakan. Pada periode I industri kerajinan Aneka

Rotan memproduksi kursi, aneka keranjang, miniatur dan kap lampu. Pada

periode II selain memproduksi aneka produk sebelumnya, juga ditambah dengan

meja rias, bingkai cermin, tempat pulpen dan kartu nama, bingkai cermin, tas, dan

tempat tisu.

Lebih lanjut menurut beliau, pengerjaan untuk masing-masing produk

membutuhkan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitan jenis,

70

bentuk dan ukuran produk. Adapun proses pengerjaan untuk sebuah produk

kerajinan adalah sama halnya dengan proses pada periode sebelumnya yaitu

desain, menyiapkan bahan baku, menganyam, proses perbaikan anyaman,

finishing dan penjemuran. Aneka produk yang dihasilkan pada periode ini lebih

banyak menggunakan bahan kombinasi rotan dengan eceng gondok.

Menurut hasil wawancara dengan Alfian Nggule (Jumat, 21 Juni 2013

pukul 20.15), beberapa produk dibuat berdasarkan inisiatif untuk memenuhi

kebutuhan ibu-ibu rumah tangga, seperti aneka keranjang, meja rias dan kursi.

Selain produk dengan inisiatif sendiri, pengembangan produk pada periode ini

juga disebebkan oleh selera konsumen yang menginginkan bentuk produk sesuai

dengan kebutuhan mereka. Hal ini menambah koleksi produk pada industri

kerajinan Aneka Rotan. Adapun produk yang dihasilkan pada periode ini adalah

sebagai berikut:

a. Aneka Kursi Tamu

1) Kursi Tamu Jepara

1 set kursi jepara ini terdiri dari 4 kursi dan 1 meja bundar, bentuk dan

ukuran tiap kursi sama dengan kursi lainnya. Proses menganyam mengunakan

anyaman kepang dan pita pada seluruh badan kursi, kecuali untuk bagian kaki

kursi, sementara meja hanya pada bagian atas dan rak meja yang dianyam, seperti

tampak pada gambar berikut ini.

71

Gambar 30. Kursi tamu bentuk jepara

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

2) Kursi Tamu Segi 4

Kursi tamu ini memiliki bentuk berbeda dengan produk lain. Mengunakan

bahan baku yang sama dengan kursi jepara, namun produk ini tidak menggunakan

kerangka rotan asalan melainkan kayu ring. Bentuk dan ukuran produk tersebut

berbeda-beda dalam taip kursi serta memakai meja persegi panjang. Semua badan

kursi dianyam penuh, terkecuali di bagian tempat duduk karena mengunakan

busa. Berikut gambar kursi tamu segi 4:

Gambar 31. Kursi tamu persegi 4

Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013

3) Kursi Makan dengan Meja Kotak

Kursi ini terdiri dari 4 kursi dan 1 meja kotak dengan bentuk dan ukuran

tiap kursi sama. Bahan yang digunakan yaitu rotan fitri dan eceng gondok tanpa

menggunakan rotan asalan sebagai kerangka kursi melainkan kayu ring. Proses

72

pembuatannya dengan menganyam bagian badan kursi kecuali untuk tempat

duduk karena menggunakan busa. Waktu yang ditempuh dalam mengerjakan

kursi tersebut ± 2 minggu. Berikut gambar kursi makan:

Gambar 32. Kursi makan dengan meja kotak

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

4) Kursi Makan dengan Meja Bundar

Kursi makan ini terdiri dari 4 kursi yang memiliki ukuran dan bentuk yang

sama dengan lainnya. Kursi tersebut menggunakan meja bundar, meja ini tersusun

menjadi 2. Mengunakan bahan baku rotan asalan dan eceng gondok, rotan asalan

digunakan sebagai kerangka dan melilit bagian kaki kursi dan meja. Sementara

badan kursi dan meja menggunakan eceng gondok. Proses pengerjaannya dengan

dianyam dan membutuhkan waktu ± 2 minggu. Berikut ini gambar kursi makan

meja bundar:

Gambar 33. Kursi makan dengan meja bundar

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

73

5) Kursi Santai Persegi Panjang

Kursi santai persegi panjang ini tanpa menggunakan meja, lebih banyak

menggunakan bahan baku rotan fitri. Adapun bahan pendukung lainnya seperti

kayu ring yang digunakan untuk kerangka kursi. Produk ini mengunakan sandaran

belakang dan samping dengan cara dianyam sepenuhnya pada bagian badan kursi.

Waktu pembuatannya ± 5-7 hari. Berikut di bawah ini gambar kursi santai:

Gambar 34. Kursi santai persegi panjang

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013

6) Kursi Santai Bentuk Ikan

Kursi santai ikan menggunakan bahan rotan fitri dan eceng gondok tanpa

menggunakan rotan asalan sebagai kerangka melainkan kayu ring. Rotan fitri

dikombinasikan dengan eceng gondok untuk menganyan bagian badan kursi dan

sandaran samping, untuk tempat duduk dan sandaran belakang menggunakan

busa. Kursi santai ikan ini tidak menggunakan meja dan waktu pengerjaannya ± 4

hari. Berikut ini gambar kursi santai bentuk ikan:

74

Gambar 35. Kursi santai bentuk ikan

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 15 Mei 2013

7) Kursi Santai Cincin

Bentuk kursi cincin terdiri dari 1 kursi dan 1 meja. Bahan yang digunakan

yaitu rotan fitri dengan kombinasi eceng gondok serta bahan pendukung lainnya.

Kursi dan meja dibuat dengan cara dianyam penuh pada badan kursi terkecuali

tempat duduk yang diberi busa. Kursi cincin merupakan kursi yang cukup unik

dari kursi lainnya. Berikut gambar kursi santai bentuk cincin.

Gambar 36. Kursi santai bentuk cincin

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013

b. Aneka Keranjang

Pada periode ini terjadi perkembangan bentuk pada jenis produk aneka

keranjang. Pengembangan tersebut tampak pada perbedaan bahan baku rotan

75

dengan eceng gondok. Kolaborasi ini bertujuan untuk menambah nilai keindahan

dan keunikan pada produk tersebut. Selain membuat produk kolaborasi, keranjang

pada periode pertama juga masih dipertahankan karena masih laku di pasaran.

Pengerjaan aneka keranjang ini dengan cara dianyam dan waktu yang dibutuhkan

± 2-3 jam sesuai bentuk dan ukuran keranjang tersebut. Produk-produk aneka

keranjang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 37. Aneka keranjang

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013

c. Kap Lampu

Bentuk kap lampu ini berbentuk bulat, bahan yang digunakan untuk

membuat produk tersebut adalah eceng gondok dan bahan pendukung lain.

Adapun cara pembuatannya eceng gondok yang sudah dikepang dianyam ¾ pada

badan kap lampu secara rapat dan untuk ¼ hanya menyilangkan bahan eceng

gondok dikepang sehingga terdapat celah pada produk tersebut. Berikut ini

gambar kap lampu gantung:

76

Gambar 38. Kap lampu

Foto: Peneliti, 20 Juni 2013

d. Miniatur

Pada periode II miniatur sudah bervariasi bentuknya, selain bentuk kursi

juga berbentuk hewan-hewan. Bahan yang digunakan adalah bahan baku rotan

fitri dan bahan pendukung lainnya. Cara pembuatan dengan menganyam produk

tersebut. Salah satu miniatur yang dibuat periode ini adalah sebagai berikut:

Gambar 39. Miniatur gajah

Foto: Peneliti, 20 Juni 2013

e. Souvenir

Hasil produksi industri kerajinan Aneka Rotan selanjutnya pada diperiode

ini adalah souvenir. Bentuk souvenir bervariasi, terdiri dari aneka keranjang dan

kipas. Bahan utama yang digunakan adalah rotan fitri, rotan tersebut dianyam

sehingga membentuk sebuah benda. Dalam 1 hari pengerjaannya dapat

77

menghasilkan 20-25 sovenir. Sovenir tersebut, seperti tampak pada gambar di

bawah ini:

Gambar 40. Aneka souvenir

Foto: Peneliti, 23 Juli 2013

f. Aneka Bingkai Cermin

Bingkai cermin merupakan hasil produk pada industri kerajinan Aneka

Rotan di periode ini. Bahan yang digunakan yaitu kombinasi antara bahan utama

rotan fitri dan eceng gondok. Anyaman rotan fitri hanya digunakan pada sisi

pinggir bingkai cermin tersebut sementara anyaman eceng gondok dibagian

tengah bingkai cermin. Pengerjaan bingkai cermin ini membutuhkan waktu

selama ½ - 1 hari sesuai dengan bentuk dan ukuran. Bentuk bingkai cermin

memiliki variasi bentuk, bentuk produk tersebut terdapat pada gambar berikut ini:

Gambar 41: Jenis dan bentuk bingkai cermin

Foto: Peneliti, 15 Mei 2013

78

Gambar 42: Bingkai cermin bentuk bundar

Foto: Peneliti, 15 Mei 2013

g. Aneka Tas

1) Tas Santai

Bentuk tas terdiri dari bentuk oval dan kotak. Pengerjaan produk ini

membutuhkan waktu ± 3 jam dengan semua bagian tas dianyam mengunakan

rotan fitri dan ditambahkan hiasan pada bagian tertentu, seperti tampak pada

gambar berikut:

Gambar 43. Tas bentuk oval

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

79

Gambar 44. Tas persegi 4

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

2) Tas Tempat Anjing

Tas tempat anjing ini berbentuk seperti huruf U terbalik dan oval. Bahan

yang digunakan adalah bahan eceng gondok dan bahan pendukung lainnya. Cara

membuatnya yaitu dengan menganyam bahan eceng gondok pada bagian tas

tersebut, namun pada bagian tertentu diberikan celah yang berfungsi sebagai

jendela. Waktu pengerjaanyan adalah ± 4 jam. Berikut gambar tas tempat anjing:

Gambar 45: Tas tempat anjing

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

h. Tempat Tisu

Bentuk tempat tisu adalah kotak persegi panjang. Teknik pembuatannya

dengan menganyam jenis anyaman sasak. Menggunakan bahan eceng gondok

80

yang sudah kering sebagai bahan utama. Eceng gondok yang sudah dikepang

sebagai pembatas sudut produk. Berikut gambar tempat tisu:

Gambar 46: Tempat tisu

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

i. Sandal

Sandal merupakan salah satu produk pada periode ini. Bahan yang

digunakan adalah bahan alas sandal dan eceng gondok. Teknik pembuatannya

adalah menempel bahan eceng gondok yang sudah kering, selanjutnya eceng

gondok yang sudah dianyam sebagai pengikat sandal. Gambar sandal seperti

tampak berikut:

Gambar 47: Sandal

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

81

j. Tempat Kartu Nama

Pada periode ini, diantara produk yang telah dihasilkan ada salah satu

tempat kartu nama yang memiliki 3 fungsi. Produk tersebut berfungsi sebagai

tempat kartu nama, tempat polpen, dan penutup yang berfungsi sebagai cermin.

Bahan yang digunakan adalah kombinasi antara eceng gondok dan rotan dengan

cara dianyam. Produk ini berbentuk segi empat, disudut pingir berbentuk bundar

yang berfungsi sebagai tempat pulpen dan pinsil, seperti tampak pada gambar

berikut ini:

Gambar 48: Jenis produk 3 fungsi

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

k. Meja Rias

Meja rias ini diproduksi dengan cara menganyam bahan rotan dan eceng

gondok. Anyaman rotan digunakan pada sudut meja rias tersebut dan eceng

gondok digunakan pada bagian tengah meja rias serta rotan asalan digunakan

untuk kerangka meja rias ini. Bingkai cermin merupakan hasil produk pada

industri kerajinan Aneka Rotan di periode ini. Pengerjaan meja rias ini

membutuhkan waktu 3-4 hari, seperti tampak pada gambar di bawah ini:

82

Gambar 49: Meja rias

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

l. Tempat Kue

Produk ini berbentuk seperti perahu dan kubah masjid, jenis produk

digunakan pada saat perayaan peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW. Cara

pengerjaannya sama dengan produk-produk lain yaitu dianyam. Bahan baku yang

digunakan yaitu rotan asalan, rotan fitri, dan eceng dondok serta bahan pendukung

lainnya, Produk tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini

83

Gambar 50: Tempat kue berbentuk kapal

Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

Gambar 51: Tempat kue berbentuk kubah masjid

Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

Pada periode ini harga produk yang dihasilkan mengalami peningkat dari

periode sebelumnya, seperti tampak pada tabel berikut ini:

84

85

Data di atas menunjukkan bahwa pada periode II, industri kerajinan aneka

rotan masih memproduksi berupa barang kerajinan yang lebih bervariasi jenis dan

bentuknya seperti kursi, keranjang, kap lampu, miniatur, souvenir, bingkai cermin,

tas, tempat tisu, sandal, tempat kartu nama, meja rias dan tempat kue. Barang

tersebut merupakan hasil dari keterampilan tangan dengan cara dianyam. Hal

tersebut sejalan dengan Danik dalam Kamus Lengkap Basaha Indonesia (2002:

433) tentang pengertian kerajinan.

Di periode II pada industri kerajinan Aneka Rotan, selain bervariasi bentuk

dan jenisnya, terjadi kolaborasi bahan yang digunakan yaitu rotan dan eceng

gondok. Pada periode ini, kolaborasi juga terjadi pada penerapan jenis anyaman.

Dari ketiga jenis anyaman yang biasa digunakan pengrajin lainnya, juga biasa di

terapkan pada pembuatan produk pada industri tersebut, mengacu hal tersebut

telah dipaparkan Anton Gerbono (2009: 31-41). Terjadinya kolaborasi jenis

anyamn yang digunakan semakin menambah nilai keindahan pada produk

tersebut, sehingga dapat meningkatkan minat para konsumen.

Industri kerajinan Aneka Rotan pada periode II sama halnya pada priode

sebelumnya yaitu menghasilkan berupa barang, oleh sebab itu tidak merubah

penggolongan industri kecil. Hal tersebut sejalan dengan Akmal (2006: 24),

tentang teori industri kecil. Demikian juga, tidak merubah penggolongan industri

kecil kerajinan, karena industri aneka rotan masih menghasilkan berupa produk

kerajinan anyaman (DISPERINDAG Provensi Gorontalo 2012).

Adanya produk yang lebih bervariatif jenis, bentuk dan terjadinya

kolaborasi bahan serat penerapan jenis anyaman. Meskipun harga produk tersebut

86

lebih meningkat dari priode sebelumnya, namun tidak megurangi minat

konsumem. Hal ini mendukung keberlangsungan produktifitas industri kerajinan

Aneka Rotan tahun 2008-2013. Dengan demikian, industri kerajinan Aneka Rotan

masih eksis dan berkembang.

4.3.4. Pemasaran Hasil Produk

Menurut Alfian (wawancara Senin, 17 Juni 2013 pukul 11.05), hasil

produksi pada industri kerajinan Aneka Rotan dipasarkan hingga keluar daerah

Indonesia. Proses pemasaran yang dilakukan sama dengan pada priode 1 yaitu

brousur, show room, dan kegiatan yang diadakan oleh DISPERINDAG seperti

pameran dan lomba. Melalui kegiatan tersebut dapat meningkatkan pemasaran

pada industri ini hingga ke Kendari, Belanda dan Canada.

Lebih lanjut menurut beliau, 2 tahun terakhir terjadi penurunan pada

segmen pemasaran, terlebih pemasaran ke luar daerah. Penyebab penurunan

tersebut adalah banyaknya produk kursi jepara dan sova dengan harga lebih murah

dibandingkan dengan produk dari bahan baku alam (rotan dan eceng gondok).

Mitra kerja (konsumen) seperti Palu dan Makasar sudah jarang memesan kursi

pada industri kerajinan Aneka Rotan. Berbeda dengan konsumen dari Belanda dan

Canada yang terus menginginkan beberapa jenis probuk dengan bentuk yang

berbeda serta jumlahnya yang cukup banyak dalam wakstu tiga bulan sekali kirim,

akan tetapi hal ini tidak dapat dipenuhi oleh industri kerajinan Aneka Rotan,

karena keterbatasan tenaga kerja. Meskipun terjadinya penurunan segmen

pemasaran tidak mempengaruhi produksi pada industri kerajinan Aneka Rotan.

Hal tersebut dirasakan oleh Alfian dari tahun 2008-2013.

87

Dari data di atas, dapat dikatakan penurunan jumlah produksi yang

dipasarkan lebih diakibatkan oleh kemampuan produksi dari pada permintaan

pasar. Dengan demikian, jika dilihat dari permintaan segmen pasar sebenarnya

kerajinan rotan masih tetap berkembang, akan tetapi permintaan tidak dapat

dipenuhi dalam waktu tertentu. Secara kualitatif jumlah pemasaran pada industri

kerajinaan Aneka Rotan menurun.