bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. gambaran...
TRANSCRIPT
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Industri Kerajinan Aneka Rotan
Industri kerajinan Aneka Rotan terletak di Desa Luwo’o, yakni salah satu
desa di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo sekitar
7-8 km dari pusat Kota Gorontalo. Desa tersebut berbatasan dengan beberapa desa
dan kecamatan lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bulango
Kecamatan Telaga Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tenggela
Kecamatan Tilango, sebelah Timur berbatasan Desa Bulila Kecamatan Telaga dan
sebelah barat berbatasan dengan Desa Buhu Kecamatan Telaga Jaya. Terdapat
Sungai Bulango yang merupakan penghubung perbatasan antara Desa Luwo’o
dengan Desa Bulila Kecamatan Telaga. Berikut peta Desa Luwo’o Kecamatan
Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.
Gambar 4. Peta Desa Luwo’o
Sumber: Data kantor Desa Luwo’o
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
Dari data yang dikemukakan di atas, dapat dilihat pada peta Desa Luwo’o
sehingga mempermudah masyarakat luas untuk mengetahui lokasi industri
kerajinan Aneka Rotan. Lokasi industri tersebut merupakan lokasi yang cukup
strategis. Hal ini didukung oleh adanya jaringan transportasi di Gorontalo seperti
36
kendaraan bermotor, maupun kendaraan angkutan umum yang memudahkan
masyarakat luas untuk menempuh lokasi tersebut. Dilihat dari jarak, aksesibilitas
industri tersebut tergolong rendah, karena jaraknya yang cukup jauh dari pusat
kota yang merupakan tempat untuk memasarkan produk seperti yang dipaparkan
Tamim dalam (Herliani, 2003: 7). Meskipun aksesibilitas pada industri kerajinan
aneka rotan rendah, namun transportasi antara kedua tempat tersebut baik,
sehingga waktu tempuh menjadi lebih singkat. Dalam konteks ini aksesibilitas
kerajinan tersebut termasuk tinggi.
Menurut data yang ada di kantor Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya
Kabupaten Gorontalo pada tahun 2012, luas wilayah desa ini 86,57 ha/m² yang
terbagi menjadi luas perkebunan 22,6 ha/m², perkantoran 0,25 ha/m², persawahan
1 ha/m², kuburan 1,5 ha/m², permukiman 55 ha/m², pekarangan kosong 2,66
ha/m² dan prasarana umum lainnya 4 ha/m2 (dokumen 2012, tidak diterbitkan). Di
desa tersebut luas wilayahnya dipadati dengan permukiman warga. Selain dari itu,
sebagian merupakan lahan perkebunan dengan hasil berupa tanaman jagung. Di
desa ini, tidak terdapat tumbuhan rotan karena tidak adanya hutan ataupun tempat
untuk pembudidayaan tumbuhan rotan.
Dari data di atas, nampaknya eksistensi kerajinan rotan di desa Luwo’o
tidak terkait langsung dengan keadaan alam di desa tersebut, karena tumbuhan
rotan tidak terdapat di desa ini. Tumbuhan rotan yang digunakan sebagai bahan
baku diperoleh dari daerah lain seperti di pasar tradisional Tapa Bone Bolango
dan para perotan di daerah Suwawa, Paguyaman dan Kotamobagu, guna
mendukung eksistensi kerajinan rotan di Desa Luwo’o. Bisa ditegaskan bahwa
37
tumbuh-kembangnya suatu jenis kerajinan tidak selalu terkait dengan kondisi
alam sebagai penyedia bahan baku.
Terkait dengan keadaan penduduk, menurut data yang ada di kantor
kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo pada tahun 2009-2012 jumlah
penduduk Desa Luwo’o meningkat dari 2902 jiwa menjadi 3091 jiwa, dengan
jumlah laki-laki 1508 dan perempuan 1583 dari 873 kepala keluarga. Masyarakat
di desa ini hampir seluruhnya mengenyam pendidikan hingga Sekolah Menengah
Atas atau sederajat bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Mata pencaharian
penduduk di desa tersebut terdiri dari petani, buruh, Pengawai Negeri Sipil (PNS),
wiraswasta, karyawan, tukang, nelayan, peternak, pengrajin, sopir angkutan dan
pengemudi bentor (dokumen Kantor kecamatan Telaga Jaya 2012, tidak
diterbitkan).
Data kependudukan di atas menunjukkan bahwa penduduk di desa tersebut
menekuni berbagai profesi, salah satunya sebagai pengrajin. Meskipun tidak
ditemukan presentase penduduk yang menekuni bidang kerajinan, akan tetapi
dengan adanya pengrajin di desa tersebut jelas merupakan sumber daya manusia
yang mendukung eksistensi berbagai sektor di desa Luwo’o, termasuk kerajinan
Aneka Rotan yang berlokasi di desa tersebut.
Di Desa Luwo’o terdapat industri kecil dan menengah yang terdiri satu
industri rumah makan, tiga industri kue dan lima industri kerajinan. Aneka Rotan
merupakan salah satu industri kerajinan milik bapak Alfian Nggule yang terletak
di jalan Teknik Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.
Usaha ini dirintis Alfian Nggule sejak tahun 2002, yang didasari oleh keinginan
38
untuk lebih mandiri dan didukung pengalaman serta keterampilan yang dimiliki,
selama bekerja dengan orang tuanya dibawah payung industri rotan Sepakat.
Data di atas menunjukkan bahwa berdirinya industri kerajinan Aneka
Rotan sejak tahun 2002 sampai saat ini karena dengan adanya keinginan untuk
lebih mandiri serta didukung pengalaman dan ketrampilan yang telah dimiliki.
Secara tidak langsung dengan adanya industri Aneka Rotan ini mampu
memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya.
Seiring berjalannya waktu, industri kerajinan Aneka Rotan memperoleh
legalitas dari pemerintah dalam bentuk Surat Izin Tempat Usaha (SITU) pada
tahun 2009 dengan no 503/KTP/2887/PK/VI/2009.
Adapun tujuan dari industri kerajinan Aneka Rotan sebagai berikut:
a. Mewujudkan perusahaan rotan yang mandiri.
b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas produk yang dihasilkan.
c. Memperluas jaringan kemitraan pada pemasaran.
d. Meningkatkan ketrampilan dan kesejahteraan pengrajin (karyawan)
Adanya kebijakan pemerintah berupa surat izin tempat usaha dapat
mempermudah industri kerajinan aneka rotan memperoleh bantuan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan provinsi Gorontalo pada tahun 2009. Selain itu,
adanya SITU juga menambah keyakinan para konsumen untuk membeli produk
pada industri tersebut, akan tetapi industri wajib untuk membayar pajak.
Untuk memfokuskan pembagian kerja pada industri kerajinan Aneka
Rotan juga memiliki struktur organisasi yang dibuat dari tahun 2002 dan belum
39
mengalami perubahan hingga saai ini. Berikut struktur organisasi pada industri
kerajinan Aneka Rotan:
Gambar 5. Struktur organisasi industri kerajinan Aneka rotan
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juli 2013
Menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 22 Juli 2013 pukul 09.30),
adapun tugas dari masing-masing pembagian kerja sebagai berikut:
a. Pemimpin bertugas untuk mengelola, memantau dan mengontrol
perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan.
b. Sekretaris memilki tugas dalam mengelola administrasi khususnya yang
berkaitan dengan dokumentasi industri kerajinan Aneka Rotan.
c. Bendahara mengelola administrasi keuangan dan pembukuan industri
kerajinan Aneka Rotan.
d. Bagian pengadaan bahan baku memiliki tugas untuk membeli semua
bahan baku untuk pembuatan produk.
e. Bagian produksi bertugas untuk mengontrol proses pembuatan produk
dalam mememuhi permintaan atau pemasaran dari konsumen melalui
bagian pemasaran.
40
f. Bagian pemasaran memiliki tugas memperkenalkan atau mempromosikan
produk Aneka Rotan kepada konsumen hingga transaksi jual beli.
Dari informasi itu, dengan adanya pembagian tugas kerja pada industri
kerajinan Aneka Rotan maka tenaga kerja (pengrajin) dapat mengefisienkan
waktu kerja, mempermudah dalam mempertanggung jawabkan tugas masing-
masing, juga saling menjaga hubungan kerja antara sesama tenaga kerja demi
keberlangsungan industri kerajinan Aneka Rotan. Dengan demikian, manajemen
yang diterapkan industri tersebut dapat terorganisir dengan baik.
Selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o
Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo, akan digolongkan menjadi 2
periode. Periode I dimulai sejak tahun 2002-2007 dan periode II dimulai sejak
tahun 2008-2013. Pembagian periode ini didasarkan adanya perubahan bahan
baku yang digunakan, jenis/bentuk produk yang dihasilkan, keterlibatan
pengrajin/karyawan dan pemasaran produk yang mengalami perkembangan.
4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan
Kerajinan Rotan Priode I ( Tahun 2002-2007 )
4.2.1 Bahan Baku
Menurut Milki (salah satu karyawan industri kerajinan Aneka Rotan),
rotan merupakan salah hasil hutan yang ada di Gorontalo memiliki sifat yang kuat
dan mudah dibentuk sehingga dapat digunakan untuk bahan baku kerajinan. Rotan
yang biasa digunakan untuk bahan kerajinan yaitu rotan asalan/mentah dan rotan
fitri. Rotan asalan yang terdiri dari rotan batang, tohiti, umbul dan ikat. Rotan fitri
41
yaitu rotan yang sudah diolah dengan mesin dan sudah siap dianyam. Adapun
harga bahan rotan asalan/mentah dijual perbatang kecuali untuk rotan ikat dijual
per ikat yang terdiri dari 100 batang, dan untuk bahan siap anyam yaitu rotan fitri
yang dijual perkilogram (wawancara, Senin 17 Juni 2013 pukul 16.30).
Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara, Senin 17 Juni pukul
09.15), pada periode ini rotan asalan/mentah di peroleh dari pasar tradisional
Tapa, Bone Bolango. Selain di Tapa, petani hasil hutan rotan dari Suwawa,
Paguyaman dan Kotamobagu juga menawarkan langsung ke tempat-tempat
industri kerajinan rotan. Rotan fitri yang merupakan bahan baku rotan siap anyam
diperoleh pada pengolahan rotan Belaniko di kelurahan Dulomo kota Gorontalo.
Selain bahan baku rotan, bahan pendukung lainnya seperti kayu ring diperoleh
dari tempat penjualan kayu serta bahan seperti amplas, politer, tiner, kertas dan
lain-lain diperoleh atau dibeli di toko bangunan yang ada disekitaran Talaga dan
Kota Gorontalo. Bahan-bahan baku dan pendukung lainnya tidak setiap bulan
dibeli namun tergantung kebutuhan (kegunaan).
Alfian Nggule menegaskan, berikut bahan baku yang digunakan pada
industri kerajinan Aneka Rotan yaitu rotan batang yang biasa digunakan untuk
kerangka kursi dan meja. 1 rotan batang memiliki panjang 4 meter, berdiameter 3-
4 cm dengan sekali membeli sebanyak 300-500 batang, seperti nampak pada
gambar berikut:
42
Gambar 6. Rotan batang
FotoS: Peneliti, 17 Juni 2013
Rotan tohiti yaitu rotan yang biasa digunakan untuk menunjang
pembuatan kerangka kursi dan meja, sedangkan rotan umbul yang lebih lentur
dari rotan tohiti biasa digunakan untuk pembuatan gagang keranjang dan kerangka
beberapa miniatur. Kedua jenis rotan ini memiliki diameter 1-2 cm dan panjang 4
meter. Untuk pengadaan bahan tersebut, industri kerajinan Aneka Rotan membeli
masing-masing sebanyak 750 batang untuk sekali pembelian.
Gambar 7. Rotan umbul
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
Rotan ikat dijadikan lilitan yang berfungsi sebagai pengikat pada produk
kerajinan. Rotan ikat memiliki ukuran sebesar pensil hingga jari kelingking orang
43
dewasa dan setiap ikatnya terdiri dari 100 ujung, untuk sekali membeli sebanyak
1-2 ikat. Rotan ikat ini nampak pada gambar berikut:
Gambar 8. Rotan ikat
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
Rotan fitri untuk sekali beli sebanyak 800 kg, rotan ini merupakan bahan
utama untuk anyaman dan yang paling halus serta elastis dibandingkan dengan
rotan lainnya yang digunakan pada industri kerajinan Aneka Rotan.
Gambar 9. Rotan fitri
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
Menurut Milki, rotan asalan dan rotan fitri adalah rotan yang sudah siap
pakai. Dimana proses pengolahan rotan tersebut yaitu melalui perancangan,
pembentukan dan finishing akhir sehingga menjadi produk yang siap untuk
dipasarkan (wawancara, Kamis 31 September 2013 pukul 16.40).
44
Berdasarkan data tersebut, dapat dianalisis bahwa rotan adalah salah satu
hasil hutan yang ada di povinsi Gorontalo, yang dapat digunakan sebagai bahan
baku kerajinan. Dengan keberadaan rotan di provinsi ini memudahkan para
pengrajin untuk mendapatkan bahan anyaman. Kemudahan untuk memperoleh
bahan baku merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung eksistensi dan
perkembangan industri kerajinan. Demikian halnya dengan industri kerajinan
Aneka Rotan yang memanfaatkan keberadaan rotan sebagai bahan baku kerajinan.
Berdasarkan telaah pustaka (Sugiarti, 1982: 5), rotan memiliki sifat yang
kuat dan kokoh sehingga sangat awet untuk bahan anyaman atau meubel.
Demikian halnya, pada Industri kerajinan Aneka Rotan menggunakan rotan
sebagai bahan baku anyaman yang memiliki sifat kuat dan kokoh. Rotan tersebut
merupakan salah satu dari bahan baku alami yang dianyam menjadi kursi,
keranjang dan sejenisnya.
Dilihat dari proses pengolahan bahan baku dilakukan oleh industri
kerajinan Aneka rotan yang pengolahan bahan mentah maupun bahan setengah
jadi yang selanjutnya diproses menjadi suatu produk. Meskipun pengolahan yang
dilakukan termasuk pada proses pengolahan bahan rotan ketiga atau olahan
sekunder. Industri tersebut mampu menghasilkan sebuah produk yang diminati
konsumen. Proses pengolahan bahan baku yang ketiga seperti dalam pemaparan
Januminro (2000: 123-146), proses ketiga pengolahan bahan rotan adalah
pengolahan bahan rotan jadi/siap pakai. Dimana hasil dari pengolahan bahan
mentah maupun bahan setengah ini selanjutnya diproses dengan melakukan
45
perancangan, pembentukan/pembuatan dan finishing kemudian menjadi produk
yang siap dipasarkan.
Berdasarkan klasifikasi industri kerajinan Aneka Rotan termasuk pada
industri sekunder, karena berdasarkan telaah pustaka Kristanto (2004:157),
Industri sekunder yaitu industri yang mengubah barang setengah jadi
menjadi barang jadi. Selain itu, menurut Sanusi (2012: 198) industri sekunder
yaitu yang mengolah lebih lanjut hasil olahan industri primer berupa produk
setengah jadi menjadi produk barang jadi.
Dengan demikian dapat ditegaskan, bahwa salah satu penyebab eksistensi
dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan tahun 2002-2007, karena
kemudahan memperoleh bahan baku berupa rotan baik rotan mentah maupun
rotan setengah jadi. Beragam jenis rotan tersebut, bahkan ditawarkan langsung
oleh pencari rotan dari berbagai wilayah ke tempat produksi kerajinan Aneka
Rotan.
4.2.1 Pengrajin/Tenaga Kerja
Pengrajin adalah orang yang memiliki keterampilan tangan untuk
membuat suatu barang. Barang yang dimaksudkan ialah produk kerajinan dari
bahan baku rotan. Menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 17 Juli 2013 pukul
09.45), keterampilan yang dimiliki pengrajin mayoritas diperoleh dari warisan
orang tua. Pengrajin di periode ini ada yang keluar dan kemudian digantikan
orang lain, akan tetapi industri kerajinan Aneka Rotan memiliki pengrajin tetap
sebanyak 7 orang. Pengrajin tersebut memiliki tanggung jawab dalam bidangnya
masing-masing, seperti dibagian pembuatan kerangka, menganyam, dan finishing
46
akhir dengan upah borongan. Adapun upah para pengrajin pada periode I menurut
Alfian Nggule berkisar antara Rp. 500.000,- sampai Rp.1.000.000 sesuai dengan
hasil pekerjaan pengrajin. Berikut nama-nama pengrajin/tenaga kerja pada industri
kerajinan Aneka Rotan:
Tabel 4.1 Daftar nama pensgrajin/tenaga kerja periode I industri kerajinan aneka
rotan.
Tahun No Nama
Pengrajin Usia Pendidikan Keahlian Keterangan
2002
1 Ajis Kasim 23 Thn SLTA Finishing Aktif - 2004
2 Hamzah 54 Thn SD Kerangka Aktif - 2007
3 Abdullah 30 Thn STM Anyaman Aktif – 2007
4 Oman 24 Thn SD Anyaman Aktif – 2007
5 Ismail 37 Thn STM Kerangka Aktif – 2007
6 Odik 21 Thn SMP Finishing Aktif – 2003
7 Anong 32 Thn SMA Jok bantalan Aktif – 2003
2003
1 Ajis Kasim 24 Thn SLTA Finishing Aktif – 2004
2 Hamzah 55 Thn SD Kerangka Aktif – 2007
3 Abulah 31 Thn STM Anyaman Aktif – 2007
4 Oman 25 Thn SD Anyaman Aktif – 2007
5 Ismail 38 Thn STM Kerangka Aktif – 2007
6 Halit 48 Thn SMP Finishing Aktif – 2004
7 Sain 48 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2004
2004
1 Hamzah 56 Thn SD Kerangka Aktif – 2007
2 Abdullah 32 Thn STM Anyaman Aktif – 2007
3 Oman 26 Thn SD Anyaman Aktif – 2007
4 Ismail 39 Thn STM Kerangka Aktif – 2007
5 Asis 32 Thn SD Finishing Aktif – 2007
6 Paksi 19 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2007
7 Une 36 Thn SMA Anyaman Aktif – 2007
2005
1 Hamzah 57 Thn SD Finishing Aktif – 2007
2 Abdullah 33 Thn STM Kerangka Aktif – 2007
3 Oman 27 Thn SD Anyaman Aktif – 2007
4 Ismail 40 Thn STM Kerangka Aktif – 2007
5 Asis 33 Thn SD Finishing Aktif – 2007
6 Paksi 20 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2007
7 Une 37 Thn SMA Anyaman Aktif – 2007
2006
1 Hamzah 58 Thn SD Kerangka Aktif – 2007
2 Abdullah 34 Thn STM Anyaman Aktif – 2007
3 Oman 28 Thn SD Anyaman Aktif – 2007
4 Ismail 41 Thn STM Kerangka Aktif – 2007
5 Asis 34 Thn SD Finishing Aktif – 2007
6 Paksi 21 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2007
7 Une 38 Thn SMA Anyaman Aktif – 2007
2007
1 Hamzah 60 Thn SD Kerangka Aktif – 2007
2 Abdullah 35 Thn STM Anyaman Aktif – 2007
3 Oman 29 Thn SD Anyaman Aktif – 2007
47
4 Ismail 42 Thn STM Kerangka Aktif – 2007
5 Asis 35 Thn SD Finishing Aktif – 2007
6 Paksi 22 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2007
7 Kadir 43 Thn SLTA Anyaman Aktif – 2007
Sumber : Data Peneliti 2013
Dari data pengrajin pada industri kerajinan Aneka Rotan periode I,
pengrajin tersebut ada yang keluar dan digantikan dengan pengrajin lainnya.
Meskipun demikian, industri kerajinan Aneka Rotan memiliki pengrajin tetap
sebanyak 7 orang. Berdasarkan jumlah tenaga kerja pada industri kerajina Aneka
Rotan maka industri ini termasuk pada industri kecil, karena industri tersebut
mempekerjakan tenaga kerja diantara 5 sampai 19 tenaga kerja (Saleh, 1986:4).
Dilihat dari segi usia pengrajin tersebut dominan berusia dewasa, dalam
hal ini kekuatan fisik untuk melakukan pekerjaan masih tergolong baik. Selain itu,
tingkat pendidikan yang ditempuh pengrajin tidak sesuai dengan bidang
pekerjaannya (Keterampilan). Namun keterampilan yang dimiliki pengrajin
diperoleh dari warisan turun-temurun. Keberadaan pengrajin pada industri
kerajinan Aneka Rotan dapat menghasilkan produk yang lebih baik. Hal tersebut,
merupakan salah satu faktor pendukung eksistensi dan perkembembangan industri
kerajinan Aneka rotan.
4.2.2 Produk
Produk ialah berupa barang yang diproduksi oleh para pengrajin dan dapat
diperjualbelikan. Berdasarkan hasil wawancara dari Alfian Nggule (Sabtu,29 Juli
2013 pukul 17.00), produk pertama kali dibuat adalah kursi Bia, seiring
berjalannya waktu produk yang dihasilkan semakin bertambah dengan proses
pengerjaan sebagai berikut:
48
a. Desain, dilihat dari pola maupun gambar yang sudah disediakan.
b. Menyiapkan bahan baku, seperti rotan asalan biasanya digunakan sebagai
kerangka maupun pengikat pada kursi, meja dan sejenisnya. Berikut
gambar kerangka kursi dari bahan rotan asalan.
Gambar 10. Kerangka kursi
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
c. Menganyam, untuk bahan menganyam menggunakan rotan fitri dengan
proses anyaman pada kerangka yang telah dibentuk, dianyam penuh
maupun sebagian pada kerangka produk tersebut dengan menggunakan
jenis anyaman sasak maupun kepang. Berikut ini gambar sebagian dari
kerangka kursi sedang dianyam.
Gambar 11. Kerangka Kursi sebagian sudah dianyam
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
d. Proses memperbaiki anyaman yang masih terlihat kasar.
49
e. Finishing yaitu melakukan pengecetan dengan menggunakan politur dan
langkah selanjutnya penjemuran produk. Berikut ini gambar proses
finishing.
Gambar 12. Proses finishing
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
Lebih lanjut menurut beliau, produk-produk yang dihasilkan pada periode
ini ialah kursi, aneka keranjang, kap lampu, dan miniatur. Sebagian besar dari
produk tersebut merupakan produk yang pernah beliau (Alfian Nggule) buat
ketika masih membantu pekerjaan sang ayah. Produk tersebut memiliki ukuran
dan bentuk berbeda sesuai selera para konsumen. Untuk lebih jelasnya, berikut
beberapa produk yang dihasilkan pada periode I:
a. Kursi Tamu dan Kursi Teras/Kursi Santai.
1) Kursi Tamu Beringin
Kursi beringin terdiri dari 4 kursi dengan 1 meja kaca dan dua kursi
ukuran sama. Bahan-bahan yang digunakan untuk produk ini adalah semua bahan
baku rotan dan bahan pendukung yang dibutuhkan.
Pengerjaan kursi dengan cara dianyam pada bagian tertentu, jenis anyaman
yang digunakan anyaman sasak. Sedangkan pengerjaan pada meja yaitu
merangkai bahan rotan asalan hingga menjadi kerangka meja, selanjutnya pada
50
bagian atas meja dipasang kaca dengan menghabiskan waktu selama delapan hari.
Berikut gambar kursi beringin.
Gambar 13. Kursi tamu beringin
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
2). Kursi Tamu Kakak Tua
Kursi tamu selanjutnya dengan nama Kakak Tua cara pengerjaan, bahan
dan waktu yang digunakan sama dengan kursi sebelumnya (kursi beringin),
namun kursi ini memiliki bentuk dan ukuran yang sama antara 1 dengan yang
lain. Seperti tampak pada gambar berikut:
Gambar 14. Kursi tamu kakak tua
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
3). Kursi Tamu Sandiwal
51
Kursi tamu 1 set yang berbentuk setengah bulat ini, terdiri 1 kursi ukuran
lebar, 2 kursi ukuran sama dengan ukuran lebih pendek dan1 tempat duduk
berbentuk bangku. Bahan yang digunakan lebih banyak rotan fitri dibandingkan
dengan rotan asalan lainnya. Pengerjaannya membutuhkan waktu 2 minggu,
dengan proses anyaman penuh pada bagian kursi, sedangakan untuk meja hanya
pada bagian pinggir serta bagian bawah yang berfungsi sebagi tempat buku.
Berikut gambar kursi setengah bulat:
Gambar 15. Kursi tamu Sandiwal
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
3) Kursi Tamu Segi Empat
1 set kursi tersebut terdiri dari 4 kursi berbentuk segi empat dan ukuran
sama dengan meja berbentuk kotak. Bahan-bahan yang digunakan untuk produk
ini adalah rotan fitri, beberapa rotan asalan dan bahan pendukung lainnya yang
dibutuhkan. Cara membuatnya dengan menganyam ¾ pada badan kursi dan ¼
pada meja. Desain meja tidak memiliki rak yang berfungsi untuk menyimpan
koran atau majalah dengan proses pengerjaannya memakan waktu selama 2
minggu, untuk lebih jelasnya terdapat pada gambar berikut:
52
Gambar 16. Kursi tamu segi 4
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
4) Kursi Teras Bentuk Bia
Jenis kursi Bia merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari industri
kerajinan Aneka Rotan, terdiri dari 2 buah kursi dan satu buah meja. Kursi teras
ini lebih banyak menggunakan rotan fitri dibandingkan rotan asalan ditambah
bahan pendukung lain, kecuali kayu ring dan alas kaki kursi. Cara pengerjaan 1
set produk dianyam sepenuhnya pada bagian badan kursi dan meja. Waktu yang
digunakan untuk mengerjakan produk ini sekitar 1 minggu. Berikut gambar kursi
teras/santai bentuk Bia: seperti nampak pada gambar di bawah ini:
Gambar 17. Kursi teras/santai (Bia)
Sumber: Data industri keraijinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
53
5) Kursi Teras Bentuk Kipas
Jenis kursi ini merupakan salah satu kursi teras yang dihasilkan oleh
industri kerajinan Aneka Rotan. Terdiri dari 2 buah kursi sama bentuk dan ukuran
dengan mengunakan meja berbentuk bundar. Kursi teras ini mengunakan bahan
baku rotan dengan bahan pendukung lain, kecuali kayu ring dan alas kaki kursi.
Cara pengerjaan 1 set produk dianyam dengan membutuhkan waktu kerja selama
1 minggu. Berikut kursi teras/santai bentuk kipas:
Gambar 18. Kursi teras/santai (kipas)
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
b. Aneka Keranjang
Produk selanjutnya yang diproduksi oleh industri kerajinan Aneka Rotan
yaitu aneka keranjang, dengan model memakai penutup dan tidak berpenutup
yang sesuai dengan fungsi keranjang tersebut. Keranjang-keranjang tersebut
dibuat dengan menggunakan bahan baku rotan fitri dan rotan ikat. Bahan-bahan
pendukung seperti: kaca, busa, kayu ring, dan alas kaki tidak dipergunakan pada
produk tersebut. Pengerjaan keranjang tergantung tingkat kerapatan anyaman dan
ukuran/besar produk. Berikut aneka keranjang yang diproduksi oleh industri
kerajinan Aneka Rotan pada periode I:
54
1) Keranjang Buah
Keranjang buah ini, terdiri dari bentuk oval, segi empat dan bentuk hati
dengan menggunakan bahan seperti rotan fitri dan rotan umbul. Cara membuat
produk ini dengan menggunakan jenis anyaman kepang pada badan keranjang,
untuk bagian pegangan keranjang menggunakan rotan umbul. Proses
pengerjaannya membutuhkan waktu selama ± 2 jam, seperti nampak pada gambar
di bawah ini.
Gambar 19. Keranjang buah tanpa penutup bentuk persegi 4
Foto: Peneliti, 11 Juni 2013
Gambar 20. Keranjang buah tanpa penutup bentuk oval
Foto: Peneliti, 11 Juni 2013
55
Gambar 21. Keranjang buah tanpa penutup bentuk hati
Foto: Peneliti, 11 Juni 2013
2) Keranjang Tempat Sampah
Keranjang ini berbentuk bulat tanpa menggunakan penutup dengan bahan
utama rotan fitri. Proses pengerjaannya menggunakan jenis anyaman sasak,
anyaman tersebut dibuat sangat rapat sehingga tidak terlihat ruangan pada badan
produk tersebut. Waktu penyelesaian jenis produk ini ± 3 jam. Berikut gambar
keranjang tempat sampah:
Gambar 22. Keranjang tempat sampah tanpa penutup
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 11Juni 2013
3) Keranjang Tempat Pakaian
Bentuk keranjang yang terakhir pada periode ini adalah keranjang tempat
pakaian kotor. Keranjang berbentuk bulat dan berpenutup, dengan bahan utama
56
rotan fitri ditambah bahan pendukung lainnya. Cara pengerjaan sebuah produk ini
di anyam dengan membutuhkan waktu ± 5 jam. Berikut gambar tempat pakaian:
Gambar 23. Keranjang tempat pakaian kotor
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 11 Juni 2013
c. Kap Lampu
Selain kursi dan aneka keranjang, pada periode ini industri kerajinan
Aneka Rotan juga memproduksi kap lampu. Kap lampu ini terdiri dari kap lampu
duduk dan gantung.
1) Kap Lampu Gantung
Bentuk kap lampu gantung yaitu bulat dan bahan yang digunakan dalam
membuat produk tersebut adalah rotan fitri dan rotan ikat serta bahan pendukung
lain. Adapun cara pembuatanya yakni rotan fitri dianyam ¾ pada badan kap
lampu secara rapat dan untuk ¼ hanya menyilangkan bahan rotan fitri sehingga
terdapat celah pada produk tersebut, sedangkan untuk rotan ikat hanya digunakan
pada gantungan kap lampu tersebut. Berikut gambar lampu gantung:
57
Gambar 24. Kap lampu gantung
Foto: Peneliti, 11 Juni 21013
2) Kap Lampu Duduk
Kap lampu duduk berbentuk persegi 5 dengan dudukan kaki berbentuk
segi tiga. Bahan yang digunakan adalah rotan fitri, rotan ikat dan bahan
pendukung lainnya seperti lampu, dll. Rotan fitri digunakan untuk menganyam
bagian atas dan dudukan kap lampu tersebut, sedangkan bagian batang/ tangkai
± 2 hari, seperti tampak pada gambar berikut ini:
Gambar 25. Kap lampu duduk
Foto: Peneliti, 11 Juni 21013
d. Miniatur
Miniatur merupakan produk selanjutnya yang diproduksi pada industri
kerajinan Aneka Rotan periode I. Miniatur berukuran 10x10cm dengan diameter
58
sekitar 8 cm. Bahan baku yang digunakan rotan fitri dan rotan umbul dan bahan
pendukung. Miniatur tersebut dikerjakan selama 3 hari, dengan tujuan
menggambarkan bentuk sebuah benda. Miniatur tersebut tampak pada gambar di
bawah ini:
Gambar 26. Aneka bentuk miniatur
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 11 Juni 2013
Berdasarkan temuan penelitian, dapat dianalisis bahwa industri kerajinan
Aneka Rotan memproduksi berupa pengubahan dari bahan alam yaitu rotan
menjadi barang kerajinan seperti kursi, keranjang, kap lampu, dan miniatur.
Barang tersebut merupakan hasil dari keterampilan tangan dengan cara dianyam.
Produk tersebut dikerjakan melalui pembuatan desain hingga finishing akhir.
Pengerjaan produk tersebut membutuhkan waktu yang berbeda sesuai dengan
besar dan jenis anyaman yang digunakan.
Berdasarkan telaah pustaka Anton Gerbono (2009: 37-38) jenis anyaman
yang biasa digunakan pera pengrajin yaitu anyaman sasak, anyaman kepang dan
anyman pita. Ternyata pengrajin industri kerajinan Aneka Rotan pada periode I,
hanya menggunakan jenis anyaman sasak dan kepang. Anyaman tersebut
menambah nilai keindahan pada produk industri kerajinan Aneka Rotan. Selain
59
itu, jenis anyaman yang digunakan dapat menghasilkan lebih dari satu poduk, hal
ini mendukung eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan.
Industri kerajinan Aneka Rotan yang menghasilkan berupa barang yaitu
kursi, keranjang, kap lampu, dan miniatur, maka industri ini dapat digolongkan
dalam industri kecil. Hal ini berdasarkan teori tentang industri kecil seperti
dijelaskan Akmal (2006:24) bahwa industri kecil adalah suatu usaha dalam
perekonomian yang merupakan proses yang bertujuan untuk menghasilkan barang
dan jasa. Selain dari itu, industri kerajinan Aneka Rotan dapat digolongkan dalam
industri kecil kerajinan, karena berdasarkan telaah pustaka tentang penggolongan
industri kecil berdasarkan produk (DISPERINDAG, 2012), industri tersebut
menghasilkan produk berupa kerajinan.
Adanya sistem produksi yang teratur dan berkesinambungan hingga
mampu meningkatkan beragam jenis produk kerajinan rotan, merupakan faktor
pendukung yang menjadikan industri kerajinan Aneka Rotan memiliki eksistensi
dan makin berkembang sejak tahun 2002-2007.
4.2.4 Pemasaran Hasil Produk
Dari hasil wawancara dengan Alfian Nggule selaku pemilik industri
kerajinan Aneka Rotan, pemasaran yang dilakukan melalui beberapa cara
diantaranya melalui Show Room Sepakat yang merupakan milik orang tuanya
yang terletak di jalan Agus Salim Kelurahan Limba U2 Kota Gorontalo, melalui
brosur, dan menjalin kerja sama dengan DISPERINDAG Provinsi Gorontalo.
Lebih lanjut beliau menjelaskan, kerja sama dilakukan dengan
DISPERINDAG Provinsi Gorontalo dalam bentuk keikutsertaan kegiatan-
60
kegiatan seperti perlombaan cipta desain handycraft se-provinsi Gorontalo pada
tahun 2005, dan mengikuti pameran produk ekspor Indonesian Solo Exhibition di
Shiaghai Cina pada tahun 2006. Melalui hal tersebut pemasaran produk industri
kerajian Aneka Rotan hingga ke daerah Manado, Makasar, Palu, Jaya pura,
bahkan ke negara Australia dan Italia, (wawancara Sabtu, 19 Juni 2013 pukul
16.15).
Dari data yang dipeloleh, pemasaran yang dilakukan pada industri
kerajinan Aneka Rotan tidak hanya ditempat industri tersebut melainkan dalam
bentuk kerja sama dengan instansi lain. Hal ini sangat membantu proses
pemasaran produk industri kerajinan Aneka Rotan hingga keluar daerah
Gorontalo. Ditinjau dari segi pemasaran yang dilakukan industri kerajinan Aneka
Rotan, maka industri tersebut termasuk pada kelompok industri sentra, seperti
yang dijelaskan oleh Saleh (1986: 50), industri Sentra adalah kelompok industri
dari segi usahanya mempunyai skala yang sangat kecil, tetapi membentuk suatu
pengelompokkan kawasan produksi yang terdiri dari kelompok unit usaha yang
menghasilkan barang sejenis dan ditinjau dari segi target pemasaran, umumnya
menjangkau pasar yang lebih luas, sehingga peranan pedagang perantara atau
pedagang pengumpul menjadi cukup menonjol.
Adanya sistem pemasaran dan segmen yang dituju pada industri keajinan
Aneka Rotan, maka terjadi suatu proses sosial dimana didalamnya individu
tersebut dapat menciptakan apa yang diinginkan, seperti dijelaskan Kotler (2009:
6). Dengan demikian, salah satu faktor pendukung eksistensi dan perkembangan
telah dilaksanakan oleh industri tersebut.
61
4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan
Kerajinan Rotan Periode II (Tahun 2008-2013)
4.3.1. Bahan Baku
Menurut Milki, pada periode ini terjadi kelangkaan dan kenaikan harga
bahan baku rotan yang disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah dengan
meniadakan bahan baku rotan ekspor. Sehingga mengakibatkan beberapa industri
pengolahan bahan baku rotanpun tutup, seperti Belaniko yang terletak di Kota
Selatan, Kelurahan Dulomo. Hal ini mengharuskan Alfian Nggule membeli bahan
baku rotan siap anyam (fitri) yang diperoleh dari CV. Surya Sakti di Ulapato,
Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Sementara untuk rotan asalan diperoleh
dari kota Gorontalo (wawancara Jumat, 21 Juni 2013 pukul 15.30).
Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara Jumat, 21 Juni 2013
pukul 19.30), pada periode II selain perpindahan pengadaan bahan baku rotan,
terjadi juga pengembangan bahan baku yang digunakan yaitu perpaduan antara
rotan dan eceng gondok. Eceng gondok ini merupakan salah satu bahan yang
dapat membantu menanggulangi kelangkaan bahan rotan pada industri kerajinan
Aneka Rotan. Berikut ini gambar eceng gondok yang belum diolah.
Gambar 27. Eceng gondok yang belum diolah
Foto: Peneliti, 8 Juni 2013
62
Eceng gondok diambil langsung dari Danau Limboto dengan jarak tempuh
2 km dari industri kerajinan Aneka Rotan. Eceng gondok yang dapat diolah yaitu
eceng gondok yang sudah berwarna hijau tua dengan tinggi sudah mencapai 50
cm. Proses pengolahannya adalah dibersihkan, kemudian dikeringkan, dan
selanjutnya eceng gondok yang sudah kering diikat-ikat/kepang. Berikut ini
adalah gambar eceng gondok yang sudah kering:
Gambar 28. Eceng gondok kering
Foto: Peneliti, 20 Juni 2013
Eceng gondok yang sudah kering tersebut selanjutnya dikepang dan
dikombinasikan dengan rotan. Pada tahun 2009 Alfian Nggule tidak lagi
mengambi langsung eceng gondok di Danau Limboto, melainkan dari nelayan di
danau tersebut. Berikut ini nampak gambar eceng gondok yang sudah
diikat/kepang:
Gambar 29. Eceng gondok ikat (kepang)
Foto: Peneliti, 20 Juni 2013
63
Dari hasil penelitian, dapat dianalisis bahwa penggunaan bahan baku pada
industri kerajinan aneka rotan mengunakan 2 diantara dari bahan baku anyaman
yang alami yaitu rotan dan eceng gondok. Berdasarkan telaah pustaka Sugiarti
(1982: 8) mengemukakan bahwa rotan memiliki sifat yang kuat dan kokoh,
sehingga sangat awet untuk bahan anyaman atau meubel.
Tanaman eceng gondok adalah tanaman gulma atau jenis tanaman liar di
air. Orang lebih mengenal eceng gondok (Eichhornia Crassipes) dari suku
Pontederianceae sebagai gulma air atau taman penggangu yang mudah sekali
tumbuh dan sangat sulit untuk diberantas. Tanaman eceng gondok jika dilihat
secara sekilas merupakan tanaman pengganggu dan tidak berguna. Keberadaan
tanaman ini yang tumbuh di rawa-rawa dan danau yang menyebabkan perairan air
dapat tersumbat. Namun jika tanaman itu berada di tangan orang kreatif dengan
adanya sentuhan seni, maka tanaman tersebut dapat berguna dan memiliki nilai
jual. Tanaman eceng gondok setelah berada ditangan orang yang kreatif dengan
sentuhan seni dapat dibuat menjadi suatu produk kerajinan. Produk kerajinan
tersebut seperti tas, sandal, tempat tisu, alas duduk bahkan kursi, mengacu hal
tersebut disebutkan oleh Marianto (dalam Seminar Nasional Seni Kriya 2009:
151-152). Selain itu, pengolahan bahan baku setengah jadi menjadi barang jadi
industri tersebut termasuk pada industri sekunder, Hal tersebut disebutkan oleh
Kristanto (2004: 157).
Bahan baku pada periode II yang digunakan untuk produksi mengalami
kenaikan harga, berimbas pula pada harga barang yang diproduksi. Peningkatan
harga bahan pada industri kerajinan tersebut nampak pada tabel di bawah ini:
64
Tabel 4.2 Harga bahan baku periode I dan II industri kerajinan aneka rotan
No Nama Bahan Periode I Periode II
1 Rotan batang Rp. 4.000/batang Rp. 12.000/batang
2 Rotan tohiti Rp. 1.000/batang Rp. 5.000/batang
3 Rotan umbul Rp. 2.000/batang Rp. 8.000/batang
4 Rotan ikat Rp. 75.000/ikat Rp. 200.000/ikat
5 Rotan fitri Rp. 6.000/kg Rp. 27.000/kg
6 Eceng gondok - Rp. 10.000/kg Sumber: Data peneliti
Dari daftar harga di atas, menunjukkan bahwa harga barang meningkat dua
kali lipat bahkan ada yang lima kali lipat dari periode I. Selain kenaikan harga
bahan tersebut, terjadinya kelangkaan bahan baku pada industri kerajinan Aneka
Rotan, berimbas pada pemindahan pengadaan bahan baku serta harga bahan yang
meningkat. Namun, hal ini dapat ditanggulangi oleh industri kerajinan aneka rotan
dengan mengkombinasikan bahan baku yang digunakan yaitu rotan dengan eceng
gondok.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa, terjadinya kelangkaan rotan
dan diiringi oleh kenaikan harga yang mengganggu eksistensi kerajinan Aneka
Rotan disiasati dengan pemanfaatan eceng gondok. Dalam hal ini Aneka Rotan
mampu beradaptasi dalam pemanfaatan bahan baku. Kemampuannya untuk
pemanfaatan eceng gondok berdampak luas, tidak hanya dalam menghasilkan
produk yang lebih variatif, tetapi juga turut membantu memecahkan masalah
lingkungan dan penyerap tenaga kerja, yaitu termanfaatkannya eceng gondok
yang mengotori Danau Limboto dan terberdayakannya nelayan sebagai penyedia
bahan baku yang tentu saja akan menambah penghasilan mereka.
4.3.2. Pengrajin/Tenaga Kerja
65
Pengrajin adalah orang yang memiliki keterampilan tangan untuk
membuat suatu barang. Menurut Oman (wawancar Sabtu, 22 Juni 2013 pukul
15.25) barang yang dimaksudkan ialah hasil produksi dari bahan rotan, eceng
gondok maupun kombinasi kedua bahan tesebut. Beberapa pengrajin pada priode
1 masih setia bekerja sampai saat ini. Tahun-tahun pertama priode ke-2 jumlah
pengrajin meningkat 2 kali lipat dari priode sebelumnya. Hal ini desebabkan oleh
pesanan yang meningkat dan kombinasi bahan baku yang digunakan sehingga
membutuhkan tambahan tenaga kerja. Kemudian 3 tahun terakhir priode II jumlah
pengrajin mengalami penurunan, menjadi 7 orang karyawan tetap dan 7 karyawan
tidak tetap. Karyawan tetap adalah mereka yang setiap hari membuat produk
kerajinan dari bahan baku rotan dan eceng gondok, meskipun tanpa pesanan.
Karyawan tidak tetap ialah mereka yang dipanggil apabila pekerjaan pada industri
kerajinan Aneka Rotan sedang menumpuk dan membutuhkan penyelesaian yang
cepat .
Lebih lanjut menurut beliau, bertambahnya pengrajin pada industri
kerajinan Aneka Rotan dengan kondisi ruangan kerja yang kurang
memungkinkan, menyebabkan sebagian menyelesaikan produknya di rumah
masing-masing. Setelah produknya selesai, para pengrajin tersebut mengantarkan
hasilnya ke industri kerajinan Aneka Rotan dengan upah borongan. Menurut
Milki (wawancara Jumat, 21 Juni 2013 pukul 16.15) bahwa upah pengrajin
bekisar dari Rp. 750.000,- sampai dengan Rp.1.200.000,- upah tersebut tergantung
dari orderan dan produk yang dihasilkan oleh pengrajin/tenaga kerja. Hal ini
66
dibenarkan oleh Alfian Nggule yang merupakan pimpinan pada industri kerajinan
Aneka Rotan.
Dilihat dari pendapatan para pengjarin pada industri kerajinan Aneka
Rotan tersebut, teryata dapat mencapai Upah Minimum Pekerja yang telah di
tetapkan oleh Gubernur Gorontalo nomor 433/12/XI/2012 sebesar Rp 1.175.000,-
juta perbulan pada tahun 2013. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa industri
Aneka Rotan tersebut dapat dikatakan mampu mensejahterakan para
pengrajinnya.
Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 17 Juni 2013
pukul 10.15), sebelum menjadi karyawan tetap ataupun borongan, para pengrajin
terlebih dahulu diberi keterampilan awal oleh pemilik industri ini. Tergantung
pada bidang yang ditekuni, seperti ikat-mengikat/mengepang eceng gondok yang
sudah kering, proses menganyam dan finishing akhir. Pemberian keterampilan
tersebut didasarkan dengan pengalaman yang telah diperoleh dari mengikuti
Diklat Instruktur Meubel Rotan selama 1 bulan (1992), menjadi instruktur di
beberapa Industri pengolahan rotan di Desa Boe, Rainis dan Lirung di Kabupaten
Sangihe Talaud Sulut (1993-1994), dan mengikuti magang di PT. GIMEX Co
Gunung Bawakaraeng (1997) Ujung Pandang.
Latar belakang pendidikan pengrajin juga berbeda-beda, mulai dari
tamatan SD, SMP, hingga SMA. Hal ini dijadikan dasar oleh Alfian Nggule untuk
memberikan keterampilan awal sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
Berikut daftar nama-nama pengrajin/karyawan di industri kerajinan Aneka Rotan
pada masa ini.
67
Tabel 4.4 Daftar nama pengrajin/tenaga kerja periode II industri kerajinan Aneka
Rotan.
Tahun No Nama
Pengrajin Usia Pendidikan Keahlian Keterangan
2008
1 Hamzah 60 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
2 Abdulah 36 Thn STM Anyaman Aktif – 2013
3 Oman 35 Thn SD Anyaman Aktif – 2013
4 Ismail 29 Thn STM Kerangka Aktif – 2013
5 Asis 36 Thn SD Finishing Aktif – 2013
6 Paksi 24 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013
7 Kadir 44 Thn SLTA Anyaman Aktif – 2013
8 Pulu 20 Thn SMP Finishing Aktif – 2010
9 Susan 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010
10 Yuyun 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2012
11 Atik 44 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013
12 Acet 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010
13 Tina 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
14 Ida 17 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010
15 Yuni 38 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
2009
1 Hamzah 61 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
2 Abdullah 37 Thn STM Anyaman Aktif – 2013
3 Oman 36 Thn SD Anyaman Aktif – 2013
4 Ismail 30 Thn STM Kerangka Aktif – 2013
5 Asis 37 Thn SD Finishing Aktif – 2013
6 Paksi 25 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013
7 Pulu 21 Thn SMP Finishing Aktif – 2010
8 Susan 19 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010
9 Yuyun 19 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2012
10 Atik 45 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013
11 Tina 26 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
12 Ida 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2010
13 Yuni 39 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
14 Iten 28 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013
15 Suma 52 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013
16 Leli 57 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013
17 Janah 20 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
18 Milki 35 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013
19 Enpi 43 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
2010
1 Hamzah 62 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
2 Abdullah 38 Thn STM Anyaman Aktif – 2013
3 Oman 37 Thn SD Anyaman Aktif – 2013
4 Asis 38 Thn SD Finishing Aktif – 2013
5 Paksi 26 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013
6 Yuyun 20 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2012
7 Atik 46 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013
8 Tina 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
9 Yuni 40 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
10 Iten 29 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013
11 Milki 36 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013
12 Ismail 31 Thn STM Kerangka Aktif – 2013
13 Noval 25 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif – 2013
14 Ili 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011
68
15 Zarah 40 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011
16 Sati 40 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif – 2013
17 Vera 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011
18 Yanti 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011
19 Dedi 18 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013
2011
1 Hamzah 63 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
2 Abdullah 39 Thn STM Anyaman Aktif – 2013
3 Oman 38 Thn SD Anyaman Aktif – 2013
4 Ismail 39 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
5 Paksi 27 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013
6 Yuyun 21 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2012
7 Atik 47 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013
8 Tina 28 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
9 Iten 30 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013
10 Milki 37 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013
11 Noval 26 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif – 2013
12 Sati 41 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif – 2013
13 Dedi 19 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013
14 Yuni 41 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
15 Yanti 28 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2011
2012
1 Hamzah 64 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
2 Abdullah 40 Thn STM Anyaman Aktif – 2013
3 Oman 39 Thn SD Anyaman Aktif – 2013
4 Ismail 40 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
5 Paksi 28 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013
6 Atik 48 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013
7 Tina 29 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
8 Yuni 42 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
9 Milki 38 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013
10 Dedi 20 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013
11 Noval 27 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif – 2013
12 Sati 42 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif – 2013
13 Iman 19 Thn SMP Finishing Aktif – 2013
2013
1 Hamzah 65 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
2 Abdullah 41 Thn STM Anyaman Aktif – 2013
3 Oman 40 Thn SD Anyaman Aktif – 2013
4 Ismail 41 Thn SD Kerangka Aktif – 2013
5 Paksi 29 Thn SMP Jok bantalan Aktif – 2013
6 Atik 49 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif – 2013
7 Tina 30 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
8 Yuni 43 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif – 2013
9 Milki 39 Thn SMP Anyaman Aktif – 2013
10 Dedi 21 Thn SLTA Finishing Aktif – 2013
11 Noval 28 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif – 2013
12 Sati 43 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif – 2013
13 Iman 20 Thn SMP Finishing
Sumber: Data peneliti 2013
Dari data pengrajin, menunjukkan jumlah pengrajin pada periode II
meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Pengrajin tersebut memiliki latar
69
belakang pendidikan dan usia berbeda, meski demikian mereka memiliki
tanggung jawab dan kerja sama yang baik. Pengrajin pada periode ini diberikan
bimbingan oleh pemilik industri. Hal tersebut dapat mendukung kualitas SDM
pada industri kerajinan Aneka Rotan. Namun peningkatan jumlah pengrajin ini
tidak merubah penggolongan industri kerajinan Aneka Rotan. Karena dengan
jumlah pengrajin yang tidak lebih dari 19 orang, industri kerajinan Aneka Rotan
masih tergolong dalam industri kecil (Saleh 1986: 4).
Adanya jumlah pengrajin yang meningkat dan telah diberikan bimbingan
sebelumnya, maka SDM (tenaga kerja) lebih berkualitas. Oleh sebab itu,
pengrajin/tenaga kerja mampu menghasilkan produk yang lebih berariatif jenis
dan bentuknya. Dengan demikian, keberadaan pengrajin pada industri kerajinan
Aneka Rotan meningkat dari periode sebelumnya.
4.3.3. Produk
Menurut Hamzah (wawancara Sabtu, 22 Juni 2013 pukul 15.00) produk
yaitu berupa barang yang diproduksi oleh para pengrajin/tenaga kerja dan dapat
diperjual-belikan. Produk pada periode ini sudah bertambah banyak jenis, bentuk
dan ukuran serta bahan yang digunakan. Pada periode I industri kerajinan Aneka
Rotan memproduksi kursi, aneka keranjang, miniatur dan kap lampu. Pada
periode II selain memproduksi aneka produk sebelumnya, juga ditambah dengan
meja rias, bingkai cermin, tempat pulpen dan kartu nama, bingkai cermin, tas, dan
tempat tisu.
Lebih lanjut menurut beliau, pengerjaan untuk masing-masing produk
membutuhkan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitan jenis,
70
bentuk dan ukuran produk. Adapun proses pengerjaan untuk sebuah produk
kerajinan adalah sama halnya dengan proses pada periode sebelumnya yaitu
desain, menyiapkan bahan baku, menganyam, proses perbaikan anyaman,
finishing dan penjemuran. Aneka produk yang dihasilkan pada periode ini lebih
banyak menggunakan bahan kombinasi rotan dengan eceng gondok.
Menurut hasil wawancara dengan Alfian Nggule (Jumat, 21 Juni 2013
pukul 20.15), beberapa produk dibuat berdasarkan inisiatif untuk memenuhi
kebutuhan ibu-ibu rumah tangga, seperti aneka keranjang, meja rias dan kursi.
Selain produk dengan inisiatif sendiri, pengembangan produk pada periode ini
juga disebebkan oleh selera konsumen yang menginginkan bentuk produk sesuai
dengan kebutuhan mereka. Hal ini menambah koleksi produk pada industri
kerajinan Aneka Rotan. Adapun produk yang dihasilkan pada periode ini adalah
sebagai berikut:
a. Aneka Kursi Tamu
1) Kursi Tamu Jepara
1 set kursi jepara ini terdiri dari 4 kursi dan 1 meja bundar, bentuk dan
ukuran tiap kursi sama dengan kursi lainnya. Proses menganyam mengunakan
anyaman kepang dan pita pada seluruh badan kursi, kecuali untuk bagian kaki
kursi, sementara meja hanya pada bagian atas dan rak meja yang dianyam, seperti
tampak pada gambar berikut ini.
71
Gambar 30. Kursi tamu bentuk jepara
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
2) Kursi Tamu Segi 4
Kursi tamu ini memiliki bentuk berbeda dengan produk lain. Mengunakan
bahan baku yang sama dengan kursi jepara, namun produk ini tidak menggunakan
kerangka rotan asalan melainkan kayu ring. Bentuk dan ukuran produk tersebut
berbeda-beda dalam taip kursi serta memakai meja persegi panjang. Semua badan
kursi dianyam penuh, terkecuali di bagian tempat duduk karena mengunakan
busa. Berikut gambar kursi tamu segi 4:
Gambar 31. Kursi tamu persegi 4
Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013
3) Kursi Makan dengan Meja Kotak
Kursi ini terdiri dari 4 kursi dan 1 meja kotak dengan bentuk dan ukuran
tiap kursi sama. Bahan yang digunakan yaitu rotan fitri dan eceng gondok tanpa
menggunakan rotan asalan sebagai kerangka kursi melainkan kayu ring. Proses
72
pembuatannya dengan menganyam bagian badan kursi kecuali untuk tempat
duduk karena menggunakan busa. Waktu yang ditempuh dalam mengerjakan
kursi tersebut ± 2 minggu. Berikut gambar kursi makan:
Gambar 32. Kursi makan dengan meja kotak
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
4) Kursi Makan dengan Meja Bundar
Kursi makan ini terdiri dari 4 kursi yang memiliki ukuran dan bentuk yang
sama dengan lainnya. Kursi tersebut menggunakan meja bundar, meja ini tersusun
menjadi 2. Mengunakan bahan baku rotan asalan dan eceng gondok, rotan asalan
digunakan sebagai kerangka dan melilit bagian kaki kursi dan meja. Sementara
badan kursi dan meja menggunakan eceng gondok. Proses pengerjaannya dengan
dianyam dan membutuhkan waktu ± 2 minggu. Berikut ini gambar kursi makan
meja bundar:
Gambar 33. Kursi makan dengan meja bundar
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013
73
5) Kursi Santai Persegi Panjang
Kursi santai persegi panjang ini tanpa menggunakan meja, lebih banyak
menggunakan bahan baku rotan fitri. Adapun bahan pendukung lainnya seperti
kayu ring yang digunakan untuk kerangka kursi. Produk ini mengunakan sandaran
belakang dan samping dengan cara dianyam sepenuhnya pada bagian badan kursi.
Waktu pembuatannya ± 5-7 hari. Berikut di bawah ini gambar kursi santai:
Gambar 34. Kursi santai persegi panjang
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013
6) Kursi Santai Bentuk Ikan
Kursi santai ikan menggunakan bahan rotan fitri dan eceng gondok tanpa
menggunakan rotan asalan sebagai kerangka melainkan kayu ring. Rotan fitri
dikombinasikan dengan eceng gondok untuk menganyan bagian badan kursi dan
sandaran samping, untuk tempat duduk dan sandaran belakang menggunakan
busa. Kursi santai ikan ini tidak menggunakan meja dan waktu pengerjaannya ± 4
hari. Berikut ini gambar kursi santai bentuk ikan:
74
Gambar 35. Kursi santai bentuk ikan
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 15 Mei 2013
7) Kursi Santai Cincin
Bentuk kursi cincin terdiri dari 1 kursi dan 1 meja. Bahan yang digunakan
yaitu rotan fitri dengan kombinasi eceng gondok serta bahan pendukung lainnya.
Kursi dan meja dibuat dengan cara dianyam penuh pada badan kursi terkecuali
tempat duduk yang diberi busa. Kursi cincin merupakan kursi yang cukup unik
dari kursi lainnya. Berikut gambar kursi santai bentuk cincin.
Gambar 36. Kursi santai bentuk cincin
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013
b. Aneka Keranjang
Pada periode ini terjadi perkembangan bentuk pada jenis produk aneka
keranjang. Pengembangan tersebut tampak pada perbedaan bahan baku rotan
75
dengan eceng gondok. Kolaborasi ini bertujuan untuk menambah nilai keindahan
dan keunikan pada produk tersebut. Selain membuat produk kolaborasi, keranjang
pada periode pertama juga masih dipertahankan karena masih laku di pasaran.
Pengerjaan aneka keranjang ini dengan cara dianyam dan waktu yang dibutuhkan
± 2-3 jam sesuai bentuk dan ukuran keranjang tersebut. Produk-produk aneka
keranjang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 37. Aneka keranjang
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013
c. Kap Lampu
Bentuk kap lampu ini berbentuk bulat, bahan yang digunakan untuk
membuat produk tersebut adalah eceng gondok dan bahan pendukung lain.
Adapun cara pembuatannya eceng gondok yang sudah dikepang dianyam ¾ pada
badan kap lampu secara rapat dan untuk ¼ hanya menyilangkan bahan eceng
gondok dikepang sehingga terdapat celah pada produk tersebut. Berikut ini
gambar kap lampu gantung:
76
Gambar 38. Kap lampu
Foto: Peneliti, 20 Juni 2013
d. Miniatur
Pada periode II miniatur sudah bervariasi bentuknya, selain bentuk kursi
juga berbentuk hewan-hewan. Bahan yang digunakan adalah bahan baku rotan
fitri dan bahan pendukung lainnya. Cara pembuatan dengan menganyam produk
tersebut. Salah satu miniatur yang dibuat periode ini adalah sebagai berikut:
Gambar 39. Miniatur gajah
Foto: Peneliti, 20 Juni 2013
e. Souvenir
Hasil produksi industri kerajinan Aneka Rotan selanjutnya pada diperiode
ini adalah souvenir. Bentuk souvenir bervariasi, terdiri dari aneka keranjang dan
kipas. Bahan utama yang digunakan adalah rotan fitri, rotan tersebut dianyam
sehingga membentuk sebuah benda. Dalam 1 hari pengerjaannya dapat
77
menghasilkan 20-25 sovenir. Sovenir tersebut, seperti tampak pada gambar di
bawah ini:
Gambar 40. Aneka souvenir
Foto: Peneliti, 23 Juli 2013
f. Aneka Bingkai Cermin
Bingkai cermin merupakan hasil produk pada industri kerajinan Aneka
Rotan di periode ini. Bahan yang digunakan yaitu kombinasi antara bahan utama
rotan fitri dan eceng gondok. Anyaman rotan fitri hanya digunakan pada sisi
pinggir bingkai cermin tersebut sementara anyaman eceng gondok dibagian
tengah bingkai cermin. Pengerjaan bingkai cermin ini membutuhkan waktu
selama ½ - 1 hari sesuai dengan bentuk dan ukuran. Bentuk bingkai cermin
memiliki variasi bentuk, bentuk produk tersebut terdapat pada gambar berikut ini:
Gambar 41: Jenis dan bentuk bingkai cermin
Foto: Peneliti, 15 Mei 2013
78
Gambar 42: Bingkai cermin bentuk bundar
Foto: Peneliti, 15 Mei 2013
g. Aneka Tas
1) Tas Santai
Bentuk tas terdiri dari bentuk oval dan kotak. Pengerjaan produk ini
membutuhkan waktu ± 3 jam dengan semua bagian tas dianyam mengunakan
rotan fitri dan ditambahkan hiasan pada bagian tertentu, seperti tampak pada
gambar berikut:
Gambar 43. Tas bentuk oval
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
79
Gambar 44. Tas persegi 4
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
2) Tas Tempat Anjing
Tas tempat anjing ini berbentuk seperti huruf U terbalik dan oval. Bahan
yang digunakan adalah bahan eceng gondok dan bahan pendukung lainnya. Cara
membuatnya yaitu dengan menganyam bahan eceng gondok pada bagian tas
tersebut, namun pada bagian tertentu diberikan celah yang berfungsi sebagai
jendela. Waktu pengerjaanyan adalah ± 4 jam. Berikut gambar tas tempat anjing:
Gambar 45: Tas tempat anjing
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
h. Tempat Tisu
Bentuk tempat tisu adalah kotak persegi panjang. Teknik pembuatannya
dengan menganyam jenis anyaman sasak. Menggunakan bahan eceng gondok
80
yang sudah kering sebagai bahan utama. Eceng gondok yang sudah dikepang
sebagai pembatas sudut produk. Berikut gambar tempat tisu:
Gambar 46: Tempat tisu
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
i. Sandal
Sandal merupakan salah satu produk pada periode ini. Bahan yang
digunakan adalah bahan alas sandal dan eceng gondok. Teknik pembuatannya
adalah menempel bahan eceng gondok yang sudah kering, selanjutnya eceng
gondok yang sudah dianyam sebagai pengikat sandal. Gambar sandal seperti
tampak berikut:
Gambar 47: Sandal
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
81
j. Tempat Kartu Nama
Pada periode ini, diantara produk yang telah dihasilkan ada salah satu
tempat kartu nama yang memiliki 3 fungsi. Produk tersebut berfungsi sebagai
tempat kartu nama, tempat polpen, dan penutup yang berfungsi sebagai cermin.
Bahan yang digunakan adalah kombinasi antara eceng gondok dan rotan dengan
cara dianyam. Produk ini berbentuk segi empat, disudut pingir berbentuk bundar
yang berfungsi sebagai tempat pulpen dan pinsil, seperti tampak pada gambar
berikut ini:
Gambar 48: Jenis produk 3 fungsi
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
k. Meja Rias
Meja rias ini diproduksi dengan cara menganyam bahan rotan dan eceng
gondok. Anyaman rotan digunakan pada sudut meja rias tersebut dan eceng
gondok digunakan pada bagian tengah meja rias serta rotan asalan digunakan
untuk kerangka meja rias ini. Bingkai cermin merupakan hasil produk pada
industri kerajinan Aneka Rotan di periode ini. Pengerjaan meja rias ini
membutuhkan waktu 3-4 hari, seperti tampak pada gambar di bawah ini:
82
Gambar 49: Meja rias
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
l. Tempat Kue
Produk ini berbentuk seperti perahu dan kubah masjid, jenis produk
digunakan pada saat perayaan peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW. Cara
pengerjaannya sama dengan produk-produk lain yaitu dianyam. Bahan baku yang
digunakan yaitu rotan asalan, rotan fitri, dan eceng dondok serta bahan pendukung
lainnya, Produk tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini
83
Gambar 50: Tempat kue berbentuk kapal
Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
Gambar 51: Tempat kue berbentuk kubah masjid
Foto: Peneliti, 17 Juni 2013
Pada periode ini harga produk yang dihasilkan mengalami peningkat dari
periode sebelumnya, seperti tampak pada tabel berikut ini:
85
Data di atas menunjukkan bahwa pada periode II, industri kerajinan aneka
rotan masih memproduksi berupa barang kerajinan yang lebih bervariasi jenis dan
bentuknya seperti kursi, keranjang, kap lampu, miniatur, souvenir, bingkai cermin,
tas, tempat tisu, sandal, tempat kartu nama, meja rias dan tempat kue. Barang
tersebut merupakan hasil dari keterampilan tangan dengan cara dianyam. Hal
tersebut sejalan dengan Danik dalam Kamus Lengkap Basaha Indonesia (2002:
433) tentang pengertian kerajinan.
Di periode II pada industri kerajinan Aneka Rotan, selain bervariasi bentuk
dan jenisnya, terjadi kolaborasi bahan yang digunakan yaitu rotan dan eceng
gondok. Pada periode ini, kolaborasi juga terjadi pada penerapan jenis anyaman.
Dari ketiga jenis anyaman yang biasa digunakan pengrajin lainnya, juga biasa di
terapkan pada pembuatan produk pada industri tersebut, mengacu hal tersebut
telah dipaparkan Anton Gerbono (2009: 31-41). Terjadinya kolaborasi jenis
anyamn yang digunakan semakin menambah nilai keindahan pada produk
tersebut, sehingga dapat meningkatkan minat para konsumen.
Industri kerajinan Aneka Rotan pada periode II sama halnya pada priode
sebelumnya yaitu menghasilkan berupa barang, oleh sebab itu tidak merubah
penggolongan industri kecil. Hal tersebut sejalan dengan Akmal (2006: 24),
tentang teori industri kecil. Demikian juga, tidak merubah penggolongan industri
kecil kerajinan, karena industri aneka rotan masih menghasilkan berupa produk
kerajinan anyaman (DISPERINDAG Provensi Gorontalo 2012).
Adanya produk yang lebih bervariatif jenis, bentuk dan terjadinya
kolaborasi bahan serat penerapan jenis anyaman. Meskipun harga produk tersebut
86
lebih meningkat dari priode sebelumnya, namun tidak megurangi minat
konsumem. Hal ini mendukung keberlangsungan produktifitas industri kerajinan
Aneka Rotan tahun 2008-2013. Dengan demikian, industri kerajinan Aneka Rotan
masih eksis dan berkembang.
4.3.4. Pemasaran Hasil Produk
Menurut Alfian (wawancara Senin, 17 Juni 2013 pukul 11.05), hasil
produksi pada industri kerajinan Aneka Rotan dipasarkan hingga keluar daerah
Indonesia. Proses pemasaran yang dilakukan sama dengan pada priode 1 yaitu
brousur, show room, dan kegiatan yang diadakan oleh DISPERINDAG seperti
pameran dan lomba. Melalui kegiatan tersebut dapat meningkatkan pemasaran
pada industri ini hingga ke Kendari, Belanda dan Canada.
Lebih lanjut menurut beliau, 2 tahun terakhir terjadi penurunan pada
segmen pemasaran, terlebih pemasaran ke luar daerah. Penyebab penurunan
tersebut adalah banyaknya produk kursi jepara dan sova dengan harga lebih murah
dibandingkan dengan produk dari bahan baku alam (rotan dan eceng gondok).
Mitra kerja (konsumen) seperti Palu dan Makasar sudah jarang memesan kursi
pada industri kerajinan Aneka Rotan. Berbeda dengan konsumen dari Belanda dan
Canada yang terus menginginkan beberapa jenis probuk dengan bentuk yang
berbeda serta jumlahnya yang cukup banyak dalam wakstu tiga bulan sekali kirim,
akan tetapi hal ini tidak dapat dipenuhi oleh industri kerajinan Aneka Rotan,
karena keterbatasan tenaga kerja. Meskipun terjadinya penurunan segmen
pemasaran tidak mempengaruhi produksi pada industri kerajinan Aneka Rotan.
Hal tersebut dirasakan oleh Alfian dari tahun 2008-2013.
87
Dari data di atas, dapat dikatakan penurunan jumlah produksi yang
dipasarkan lebih diakibatkan oleh kemampuan produksi dari pada permintaan
pasar. Dengan demikian, jika dilihat dari permintaan segmen pasar sebenarnya
kerajinan rotan masih tetap berkembang, akan tetapi permintaan tidak dapat
dipenuhi dalam waktu tertentu. Secara kualitatif jumlah pemasaran pada industri
kerajinaan Aneka Rotan menurun.