balance edisi 8.pdf

44
ERA EOR EDISI TAHUN I VOLUME 08

Upload: roihannst

Post on 22-Dec-2015

103 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Balance edisi 8.pdf

ERA EOR

EDISI TAHUN I VOLUME 08

Page 2: Balance edisi 8.pdf

Keanekaragaman Hayatiuntuk

Masa Depan Bangsa

pep.pertamina.com

Page 3: Balance edisi 8.pdf

3VOLUME 08 TAHUN I

SEBAGAI salah satu ujung tombak kinerja sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) nasional, setiap tahun PT Pertamina EP selalu dihadapkan pada target produksi yang terus meningkat. Tak terkecuali tahun ini, Pertamina EP diminta memompa ke permukaan bumi paling sedikit 128.000 Barrel Oil Per Day (BOPD).

Harus diakui, target produksi 2014 ini bukan tantangan kecil bagi Pertamina EP. Namun dengan tekad, keyakinan, serta kerja keras dan cerdas, tentu kita optimis untuk dapat menggapai, bahkan melampaui target tersebut. Terlebih sejak awal menapak 2014, Pertamina EP telah menetapkan strategi dan prioritas aksi guna menjawab tantangan tersebut.

Seperti yang diungkapkan Presiden Direktur PT Pertamina EP, Adriansyah, dalam wawancara dengan BALANCE, secara garis besar ada tiga hal yang harus menjadi prioritas Pertamina EP tahun ini. Yaitu speed up development, speed up proyek enhanced oil recovery (EOR), dan menjaga eksisting produksi tidak turun.

Hal ini berangkat dari kondisi riil eksisting produksi Pertamina EP saat ini, yang berada di kisaran 120.000 BOPD. Sedangkan target yang diberikan 128.000 BOPD. Artinya ada gap 8.000 BOPD yang harus dikejar. Di sinilah pentingnya menjaga eksisting produksi tidak turun supaya gap tidak bertambah lebar.

Monetisasi discovery hasil temuan eksplorasi, merupakan salah satu cara yang paling cepat untuk mengejar gap dari 120.000 ke 128.000 BOPD. Karena sudah discovery, tinggal bagaimana membuat dan mengajukan Plan of Development (POD) atau Put on Production (POP)-nya, lalu eksekusi, dan diperoleh tambahan produksi. Intinya, harus ada percepatan dari temuan eksplorasi ke produksi.

Selain itu percepatan monetisasi juga dapat dilakukan pada recoverable reserve hasil EOR. Misalnya dari sebelumnya recoverable reserve 23%, setelah EOR menjadi 30%, artinya recoverable reserve naik 7%. Recoverable reserve yang naik ini diharapkan bisa segera dimonetisasi untuk menunjang peningkatan produksi.

BALANCE edisi kali ini mencoba mengangkat persoalan EOR guna menambah kobaran semangat para pembaca utamanya rekan-rekan di Pertamina EP, untuk selalu optimis menjawab tantangan yang ada di hadapan kita.

Selamat Membaca!

EOR

cover : Lapangan minyak PT Pertamina EP Field Rantau.

difoto oleh Tatan Agus RST.

D A R I R E D A K S I

Page 4: Balance edisi 8.pdf

4 TAHUN I VOLUME 08

Pemimpin Redaksi Aji Prayudi (VP Legal Relations)Wakil Pemimpin Redaksi Arya Dwi Paramita (Pjs Manajer Humas)Redaktur Pelaksana Arya Dwi Paramita, Pandji Galih AnoragaRedaksi Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono, Humas Asset 1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu, Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo, Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu, Humas Sorong

Alamat Redaksi:Menara Standard Chartered, Lantai 21-29Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatanemail: [email protected]

Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke: [email protected]

pep.pertamina.com

Safety Manager

Page 5: Balance edisi 8.pdf

5VOLUME 08 TAHUN I

I Putu Suarsana ditempa disiplin profesional dan konsistensi tradisi ilmiah. Terus menulis demi generasi setelahnya tak usah meraba-raba lagi dalam gelap, seperti yang dilakukannya dulu saat merintis EOR.

GARIS TANGAN JAGOAN EOR

16

WAWANCARA:

Dr. I Putu SuarsanaM A N A J E R R E S E R V O I R

TATA

N A

GU

S R

ST.

Maria Gabriella Isler. Wanita cantik ini berterus terang jatuh cinta kepada batik. “Saya harap bisa memakai batik ke seluruh dunia,” ujarnya.

DUTA BATIK

29

20

APA & SIAPA:

WISATA: Menjelajahi Kota Mimpi Sampai Big Buddha

SHEC

AN

TIK

ON

LIN

E.C

OM

.

TATA

N A

GU

S R

ST

Peak produksi lapangan EOR tak bisa dipaksa dicapai dalam satu dua tahun. Baru dicapai sepuluh tahun setelah kick off sumur pilot.

EOR menjadi salah satu tumpuan harapan untuk menaikkan produksi minyak. Bisa mendorong tumbuhnya industri kimia nasional. Sekarang masih mengandalkan produk impor.

SABAR MENGGIRING MINYAK

ERA EOR

◆ Rohayati Suprihatini, Menjual “Dunia Sunyi” 24

◆ Rana: Saat Anugerah Menjadi Bencana 30

◆ Prabumulih Menggenggam Zero 34

◆ Lensa Peristiwa 36

◆ Info Produksi 42

D A F T A R I S I

6

11

Page 6: Balance edisi 8.pdf

6 TAHUN I VOLUME 08

L A P O R A N U T A M A

Peak produksi lapangan EOR tak bisa dipaksa dicapai dalam satu dua tahun. Baru dicapai sepuluh tahun setelah kick off sumur pilot.

ERA EOR

Agus Amperianto, Manajer Field Rantau.

Page 7: Balance edisi 8.pdf

7VOLUME 08 TAHUN I

P IPA besi sepanjang meter mengayun ke atas rig Skytop milik PDSI (Pertamina Drilling Service Indo-nesia) berkapasitas

HP. Dengan sigap salah seorang pekerja menangkapnya. Tali pengi-katnya dilepas. Pekerja lain yang ber-badan paling tegap memasangkan penjepit. Tuasnya dia banting… bum! Pipa pun terjepit sehingga tak bera-yun ke sana ke mari, baru kemudian disampirkan tali crane dan secara per-lahan mesin mengangkat posisi pipa menjadi vertikal.

Tangan-tangan berotot itu kemu-dian mendekatkan mulut pipa, dengan yang sudah lebih dulu terpasang. Be-gitu sudah pas, mesin akan memutar-kan pipa tersebut untuk mengencang-kannya. Entah sudah berapa puluh pipa yang sudah masuk ke dalam perut bumi. “Kami baru sampai ke dalam 420-an,” ujar salah se-orang pekerja di area RNT-4INJ. Sumur ini rencananya akan dita-jak sampai kedalaman 600-an.

Penajakan yang kami saksikan per-tengahan Februari itu adalah salah satu sumur injeksi untuk proyek en-hanced oil recovery (EOR) pada tahap pengurasan tertiary recovery dengan in-jeksi chemical. Ini akan dilakukan untuk sumur di kedalaman zone 660. Ujicoba lapangan akan dilangsungkan pada 2014 ini dengan menggunakan surfak-tan dalam negeri buatan IPB dan UGM.

EOR adalah rekayasa teknologi untuk memulihkan cadangan minyak. Selain pengurasan tertiary recovery, Rantau juga melakukan pengurasan secondary recovery dengan injeksi air (waterfl ood) yang sudah lebih dulu di-lakukan. Kick off dilakukan pada Desember 2010. Hasilnya sudah mulai kelihatan. Pada Januari 2014, produk-sinya sekitar 1.157 BOPD atau 103%

di atas sasaran 1.125 BOPD. Melonjak dari rata-rata 2013 yang hanya 1.023 atau 77% dari target yang dipatok 1.332 BOPD. “Mudah-mudahan terus naik,” ujar Field Manager Rantau Agus Amperianto.

Dari proyek EOR, peak production Rantau direncanakan pada 2019 sebe-sar 7.500 BOPD.

Rantau diharapkan menjadi pe-nyumbang terbesar EOR dari lapangan yang sudah kick off pilot. Lainnya, Talangjimar & TTB ditargetkan puncak produksi sebesar 4.750 BOPD pada 2020, Kenali Asam sebesar 3.150 BOPD pada 2022, Tapian Timur sebe-sar 950 BOPD pada 2019, Gebang sebesar 650 BOPD pada 2020, Tempino sebesar 3.800 BOPD pada 2022, Jatibarang sebesar 1.500 pada 2021, dan Jirak sebesar 4.125 pada 2022.

Agus baru satu bulan dipercaya se-bagai orang nomor satu Rantau, setelah sebelumnya menja-bat Manajer PR Pe r t a m i n a E P. Penunjukkan ini se-benarnya mengem-

balikan Agus kepada habitat lamanya sebagai orang operasi. Sarjana Per-minyakan ini lama bertugas di Field Lirik. Bisa dipahami jika dia tak terlihat canggung saat berbicara persoalan pro-duksi, termasuk EOR.

Agus menegaskan, fi eld yang di-pimpinnya siap mengamankan target EOR 2014. “Target EOR 2014 sekitar 1.600-an,” ujarnya. Secara keseluruh-an gain minyak yang harus diperoleh Rantau, termasuk EOR sekitar 3.800. “Dengan SDM Rantau yang rata-rata masih muda dan solid, kami akan ber-usaha sekuat tenaga mencapainya”.

Dibandingkan, proyek EOR di la-pangan lain, Rantau terbilang paling mencorong. Produksi di tempat lain masih di bawah 500 BOPD. Talang-jimar dan TTB yang memulai kick off pilot sama-sama dengan Rantau pada

Kick off dilakukan pada Desember 2010. Hasilnya sudah

mulai kelihatan.

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 8: Balance edisi 8.pdf

8 TAHUN I VOLUME 08

Januari 2010, baru bisa mengangkat minyak dari perut bumi sebesar 175 BOPD, sekitar 39% dari target sebesar 452 BOPD. “Produksi mulai naik ka-rena aktivitas pengeborannya kita percepat,” ujar Agus Amperianto.

Manajer Reservoir PT Pertamina EP (PEP), Dr. I Putu Suarsana menye-butkan, EOR Rantau mendekati ideal. Eksekusi disesuaikan dengan desain. Maintenance sumur hampir sesuai de-ngan yang direncanakan. Untuk bor, misalnya, dari rencana 10 bisa direali-sasikan 9 (90%). Begitupun pekerjaan workover atau reparasi, dari rencana 15 bisa dilaksanakan 14 (93%).

Sedangkan lapangan-lapangan lain di bawah 20%. Talangjimar & Tanjung Tiga Barat misalnya, untuk bor dari rencana 18 sumur, hanya bisa diek-sekusi 1 (6%), dan untuk pekerjaan workover dari 26, hanya bisa dieksekusi 7 (27%). Lapangan Kenali Asam & Tempino setali tiga uang. Untuk bor, dari rencana 25 hanya bisa terealisasi 4 (16%) dan untuk pekerjaan workover dari 15 hanya bisa 3 (20%).

Sumur-sumur tak ubahnya urat nadi EOR. Setelah selesai dibor atau walkover ada yang diposisikan sebagai injector, ada juga yang berperan seba-gai sumur producer. Kalau penyiapan sumurnya tidak memadai, hasilnya pun tentu akan sangat mengecewa-kan. “Kalau EOR mau berhasil, Pertamina harus melakukannya se-suai dengan desain baik dari sisi tek-nis maupun SDM,” ujar Putu. Dari sisi teknis, yang harus dimaksimalkan adalah pengeboran. Sekarang ini ba-nyak terkendala pengadaan lahan se-hingga pengeboran tertunda.

Begitu juga dengan SDM Dalam setiap desain yang dia buat selalu dite-rakan berapa jumlah sumur injector dan sumur producer yang dibutuhkan plus jumlah SDM yang diperlukan de-ngan kualifi kasi tertentu.

Putu mengakui, sekarang ini terla-lu banyak proyek EOR yang dikerjakan tanpa diimbangi SDM memadai. Untuk

L A P O R A N U T A M A

SELAKSA KERINGAT UNTUK SETETES MINYAK

Ngadiono, Supervisor Water Treatment Process Field Rantau

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 9: Balance edisi 8.pdf

9VOLUME 08 TAHUN I

HARGA minyak terus meroket. Dalam beberapa pekan terakhir bertahan di atas level dollar

per barrel. Fenomena ini sesung-guhnya sudah diprediksi lama. Kenaikan permintaan tak diim-bangi dengan penambahan sup-ply. Dari tahun ke tahun produksi dunia terus merosot. “Sekarang ini susah cari minyak. Beda dengan dulu, bor di sini dapat. Bor di sana dapat,” ujar Dr. I Putu Suarsana.

Khusus Pertamina EP, karena belum ditemukan cadangan-ca-dangan bonanza, produksi masih mengandalkan lapangan-lapangan eksisting yang rata-rata sudah ma-ture. Di beberapa lapangan, minyak sudah tak terangkat dengan natu-ral fl ow ataupun artifi cial lift. Perlu ada rekayasa lain untuk menggi-ring minyak yang lengket dan ber-sembunyi di batuan ke area pengurasan.

Ini tentu bukan cerita sim sa-labim, abrakadabra. Perlu upaya ekstra keras. Keringat akan me-netes berlaksa-laksa demi men-dapatkan setetes minyak. Seperti pengurasan tahap kedua atau se-condary recovery di fi eld Rantau. Injeksi waterflood pada praktik-nya tak sesederhana istilahnya. Air yang diinjeksi bukan semba-rang air, tapi betul-betul sudah steril dari unsur-unsur yang dapat merusak pipa ataupun re-servoir di dalam tanah

Air dari kegiatan produksi diki-rim ke tangki-tangki penam-pungan, Setelah melewati bebe-rapa penyaringan, air dialirkan ke kolam, kemudian dipompa ke tangki-tangki pengolahan di area

water treatment process. Berbagai bahan kimia dicampurkan untuk menghapus partikel, meniadakan O2, menghilangkan alga, serta ko-rosi. Dengan begitu pipa di well bisa terjaga. Tak ada flak yang menyumbat.

Setelah melewati tahap ini, air kemudian dipompa sejauh enam kilometer ke water injection plant. Di sini pun air yang datang disa-ring lagi dengan menggunakan antrasit dan pasir. Setelah itu baru diinjeksikan ke sumur-sumur, se-suai dengan kebutuhannya masing-masing.

“Kita harus jaga betul air yang masuk dan keluar sama. Harus zero discharge,” ujar Ngadiono, su-pervisor di fasilitas Water Treat-ment Process. Kalau yang keluar lebih sedikit, akan terjadi penum-pukan air di stock. Kalau terus me-numpuk, air bisa meluber kema-na-mana yang tentunya akan mencemari lingkungan.

Setiap hari air yang dikelola sekitar 19.000 sampai 20.000 bar-rel. Sebelum dimulainya proyek EOR pada 2010 lalu, Field Rantau memang sudah menerapkan prin-sip zero discharge, begitu diberlaku-kan regulasi pengelolaan air ter-produksi. Cuma, saat itu belum melalui proses sterilisasi.

Ke depan, menurut Ngadiono, akan dibangun storage yang kedap udara. Dengan penampungan ter-buka seperti sekarang, hujan dan embun akan tercampur sehingga bahan kimia yang dibutuhkan untuk menetralkan air sebelum dikirim ke WIP sangat banyak. Sebaliknya, kalau air yang dipro-ses berasal dari storage kedap udara, bahan kimia untuk sterili-sasi tentunya lebih sedikit.

lapangan-lapangan PEP yang rata-rata sudah mature sekarang ini satu-satu-nya cara untuk menambah produksi ya dengan EOR. Tanpa itu bisa dipastikan target yang dibebankan korporat tak akan tercapai. Karena itu, Asset ngejar-ngejar Fungsi EOR, minta lapangannya dikerjakan. “Ya, kita iya kan saja. De-ngan catatan SDM harus ditambah,” ujar Putu.

Ternyata, tak mudah mencari SDM terutama yang sudah berpeng-alaman. Akibatnya, pengerjaan pun tidak maksimal. “Terlalu tersebar dan tidak fokus,” ujar Putu. SDM yang ada pontang-panting ke sana ke mari. Belum selesai di satu lapangan, sudah harus bergeser ke lapangan lain.

VP EOR Panji Sumirat mengata-kan ke depan ia akan mendorong la-pangan mengerjakan sendiri proyek EOR, khususnya pada tahapan second-ary recovery. Fungsi EOR hanya me-ngerjakan yang tertiary recovery.

Banyak yang salah paham dengan EOR. Karena dianggap sebagai resep cespleng untuk menaikkan produksi secara instant, begitu setahun dua tahun produksinya masih puluhan lang sung dicap gagal. “Padahal EOR itu harus sabar,” ujar Panji Sumirat. Pro-duksi memang naik tapi pelan. “Masa fi ll-upnya lama, butuh waktu,” ujarnya. Dalam desain EOR untuk lapangan-la-pangan PEP, peak produksi baru dicapai sepuluh tahun setelah kick off sumur pilot. “Peak production tak bisa dipaksa hanya dalam satu dua tahun,” Putu Suarsana menambahkan.

Selain butuh waktu, dana yang dibutuhkan juga tak sedikit. Menurut Panji Sumirat, jika biaya produksi pada tahap primary recovery sekitar 10 dollar untuk setiap barrel minyak, untuk secondary recovery akan ada pe-nambahan sekitar 5 sampai 10 dollar, dan tambahan sekitar 30 dollar tertia-ry recovery.

Bisakah dari primary langsung lompat ke tahap tertiary? “Kebanyakan orang melakukan injeksi waterflood

Page 10: Balance edisi 8.pdf

10 TAHUN I VOLUME 08

L A P O R A N U T A M A

dulu sebelum melakukan tahap tertiary recovery,” ujar Panji Sumirat. Dengan mentuntaskan pengurasan secondary recovery, konektivitas antar sumur lebih terdalami. Data ini tentunya sa-ngat dibutuhkan pada saat tertiary re-covery. “Di EP, kita lakukan tertiary re-covery setelah peak produksi secondary terlewati,” Panji menambahkan.

Proyek EOR PEP sekarang masih didominasi waterflood. Penambahan produksi pada tahap secondary reco-very memang masih terbuka lebar. “Untuk lapangan PEP tak sampai 20% yang sudah melakukan pengurasan secondary recovery,” ujar Panji. Dari yang sudah itu, beberapa di antaranya sedang disiapkan untuk memasuki tahap tertiary recovery. Ujicoba la-pangan untuk pertama sudah dilaku-kan di Tanjung, dan pada 2015 di la-pangan itu akan dimulai kick off pilot chemical fl ood.

“Umumnya untuk tertiary recovery, kita akan pakai chemical, Tapi CO2 juga kita coba di salah satu lapangan di Subang,” ujar Panji Sumirat. Untuk CO2, karena pengerjaan membutuh-kan biaya yang tidak sedikit dan beker-jasama dengan Jepang. Subang, tepat-nya, Jatibarang dipilih karena produksi gas di lapangan tersebut lumayan besar yang belum dimanfaatkan maksimal. Jika ini berhasil, nilai ekonominya tak hanya dari produksi minyak, tapi juga insentif karbon kredit.

Baik Putu maupun Panji me-nampik tudingan bahwa proyek EOR PEP tak berhasil “Yang di Rantau itu, sebelum dilakukan injeksi waterfl ood produksi hanya 300-an barrel, seka-rang seribuan lebih. Masa dibilang tidak berhasil,” ujar Putu ngakak.

Secara keseluruhan, untuk keper-luan EOR, PEP sudah melakukan melakukan screening di 20 lapangan, mencakup 168 struktur, 2.323 zone pengurasan. Sembilan lapangan ber-status siap produksi untuk waterfl ood (POFD), dan lima lapangan sudah berstatus fullscale waterfl ood.

Target Produksi EOR 2014

Lapangan Target Program EOR

Realisasi & Proyeksi Produksi Gain EOR 2013( U P D A T E D D A T A P R O D U K S I A K H I R D E S E M B E R 2 0 1 3 )

Page 11: Balance edisi 8.pdf

11VOLUME 08 TAHUN I

ALARM bahaya ke-tahanan energi ber-bunyi dari Lantai M Gedung Pertamina, Jalan Perwira Jakarta Pusat Februari

lalu. Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mewanti-wan-ti neraca perdagangan migas yang minus. Sebelum minyak memang minus, namun kalau digabungkan de-ngan gas masih surplus. “Tapi tahun untuk pertama kali minus,” ujar Askolani dalam seminar bertajuk “Partisipasi Industri Kimia Nasional dalam Mendukung Era EOR untuk Ketahanan Energi”.

Minusnya neraca perdagangan migas merupakan imbas dari pro-duksi minyak yang terus menyusut dari tahun ke tahun. Tahun ini SKK

SABAR MENGGIRING MINYAKEOR menjadi salah satu tumpuan harapan untuk menaikkan produksi minyak. Bisa mendorong tumbuhnya industri kimia nasional. Sekarang masih mengandalkan produk impor.

F OTO : TATA N A G U S R S T

Page 12: Balance edisi 8.pdf

12 TAHUN I VOLUME 08

L A P O R A N U T A M A

ujar Deputi Pengendalian Peren canaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Ke giat-an Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas, Ausie B. Gautama.

Ausie menandaskan Indonesia su-dah berada di ambang krisis energi, se-hingga harus segera meningkatkan lift ing minyak dan gas. ”Kita sudah di-ambang krisis energi. Kita sudah waktu nya lakukan eksplorasi sendiri,” kata Ausie.

Migas jauh-jauh hari sudah mengaju-kan penyesuaian produksi 2014 kepa-da DPR. Dalam APBN, minyak ditar-getkan berproduksi sekitar 870 ribu BOPD. SKK Migas dengan memper-timbangkan ber bagai kendala di la-pangan produksi hanya menargetkan sekitar 804 ribu BOPD, menurun di-bandingkan realisasi produksi tahun 2013 yang mencapai 824 ribu BOPD.

Di sisi lain, seiring pertumbuhan ekonomi, kebutuhan energi terus tumbuh sekitar 8% per tahun. “Kalau tidak ada temuan baru, 10-15 tahun ke depan minyak kita akan habis,” ujar Askolani.

Untuk membuat neraca surplus, minimal seimbang, tak ada cara lain selain menaikkan lifting. Untuk itu produksi harus digenjot. Sekarang ini kenaikan produksi bisa ditempuh de-ngan eksplorasi dan pemulihan ca-dangan, biasa disebut enhanced oil re-covery (EOR). Untuk yang eksplorasi, sepertinya belum bisa diharapkan. Sekarang ini tak ada temuan-temuan raksasa. Setelah Cepu tak ada lagi ca-dangan giant yang ditemukan.

Kalau pun ada, tak serta merta bisa menaikkan produksi. Butuh ber-tahun-tahun untuk menaikkan status sumur eksplorasi menjadi sumur pro-duksi atau POP (put on production).

Cepu saja, yang dioperatori Exxon Mobil misalnya, yang digadang-gadang bisa berproduksi sampai 165.000 BOPD, sekarang ini produksinya baru bisa 20 ribuan BOPD.

Industri migas nasional sekarang ini tak ubahnya peribahasa lebih besar pasak daripada tiang. Lebih banyak yang diproduksi daripada hasil eksplo-rasi. Dalam catatan SKK Migas, pada 2013, hanya 65% yang diproduksi ter-gantikan, jauh melorot dibanding ta-hun sebelumnya yang mencapai 76%.

Belakangan banyak perusahaan eksisting memilih tidak melakukan eks plorasi. Hanya sedikit yang terus menggerakkan rig-rig untuk menge-bor. Salah satunya Pertamina EP

yang tergolong agresif melakukan eksplorasi.

Investor pun sepertinya menahan diri untuk melakukan investasi. Le-lang-lelang wilayah kerja (WK) yang di-lakukan Kementerian ESDM sepi pe-minat. Iklim investasi di Indonesia di-anggap kurang kondusif. “Di Malaysia kalau sudah signature bonus, investor sudah bisa langsung kerja. Di sini, ma-sih harus ngurus izin ini-itu di daerah,”

Page 13: Balance edisi 8.pdf

13VOLUME 08 TAHUN I

yang sudah uzur. Sekitar 94%, la-pangan sudah berkategori tua, hanya 6 persen yang masih fresh. Untuk sumur-sumur yang sudah tua, tekanan dari dalam reservoir berkurang sehingga produksi pun otomatis menyusut.

EOR menjadi tumpuan harapan untuk menaikkan produksi,” ujar VP EOR Pertamina EP, Panji Sumirat. Jika eksplorasi mencari minyak, EOR meng optimalkan cadangan.

Pakar EOR I Putu Suarsana me-nyebutkan setelah tahapan eksplorasi ada tiga cara pengambilan minyak dari perut bumi. “Sekitar 15%-20% di-ambil dengan memakai tenaga dorong alamiah (natural flow) ataupun de-ngan pompa artifi cial,” ujar Doktor lu-lusan Texas A&M University yang dikenal sebagai perguruan tinggi per-minyakan terbaik di dunia. Tahapan ini disebut primary recovery.

Setelah tahapan ini, minyak di re-servoir habis. Karena tak ada lagi pen-dorong, reservoir kempis. Untuk meng-isinya, minyak perlu digiring ke radius pengurasan dengan injeksi. “Bisa de-ngan air, chemical, CO2, steamflood, ataupun MEOR,” ujar Putu yang juga tercatat sebagai Reservoir Manager EOR Pertamina EP.

Dari semuanya, air yang lebih murah. Biasanya menjadi pilihan per-tama untuk memulihkan cadangan. Setiap sumur biasanya memproduksi air. Bahkan, pada sumur-sumur tua produksi air berlimpah di atas 90%. Air pun tak perlu didatangkan dari tem pat lain. Dari yang keluar tinggal di injeksikan kembali. Penginjeksian de ngan air (waterfl ood) biasa disebut se-condary recovery. Dengan waterfl ood, re-covery factor berkisar antara 20%-30%.

Setelah tahapan secondary, ber-ikutnya tertiary recovery. Pada ta hap-an ini bisa digunakan chemical, steamfl ood, CO2, ataupun MEOR ter-gantung dengan jenis reservoirnya. Dari semuanya yang belum di kem-bangkan secara penuh adalah micro-bial enhanced oil recovery (MEOR).

Menurut Ausie, pemerintah sudah seharusnya mendorong putera bangsa melakukan eksplorasi sendiri daripada mengundang investor asing yang saat ini juga kurang berminat melakukan eksplorasi di Indonesia. Salah satunya dengan memberikan sebagian hasil migas kepada Pertamina untuk dipakai eksplorasi.

“Mereka punya 70 prospek siap bor, mereka punya ratusan prospek

yang bisa dipelajari,” ujar Ausie.Selain perizinan yang berlapis, ke-

bijakan fi skal pun kurang menggairah-kan eksplorasi. Belakangan yang dike-luhkan adalah pajak yang dikenakan saat eksplorasi. Perusahaan-per usaha-an migas akhirnya tiarap. Banyak yang memilih tak melakukan eksplorasi.

Karena belum adanya temuan-temuan giant, produksi hanya mengan-dalkan lapangan-lapangan eksis ting

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 14: Balance edisi 8.pdf

14 TAHUN I VOLUME 08

L A P O R A N U T A M A

Peng injeksian masih bersifat ujicoba di beberapa spot. Salah satunya di lapangan Ledok, milik Pertamina EP.

Yang paling popular adalah chemi-cal dan CO2. China selama 28 tahun berhasil mempertahankan produksi satu juta barrel. Sedangkan, Amerika menggunakan CO2 karena gas itu ba-nyak tersedia di sana. Dengan chemi-cal, minyak yang lengket di batuan dilepaskan oleh sejenis sabun, biasa disebut surfaktan. Se telah terlepas, baru kemudian disapu oleh polimer.

Di kalangan ahli perminyakan, ada yang menggolongkan pengu-rasan pada tahapan secondary dan tertiary recovery sebagai kegiatan EOR. Ada juga yang membatasi EOR hanya pada tahap tertiary recovery. Pertamina EP terma-suk penganut paham pertama, sedangkan yang kedua dianut misalnya oleh SKK Migas.

Bagi Pertamina EP, kegiatan EOR sudah dimulai sejak 1976. Sedangkan SKK mencatat EOR, hanya d i l a k u k a n o l e h Chevron di lapangan Duri dengan metode steamfl ood. Jika sekarang Pertamina mengaku sedang mengelola kegiatan EOR di delapan belas lapangan, baik yang berstatus pilot project maupun yang sudah POFD (produksi full scale), SKK Migas hanya mencatat satu lapangan PEP yang sedang melaksanakan ke-giatan EOR, yakni Tanjung. Di sana sedang dilangsungkan injeksi chemi-cals dengan menggunakan surfaktan dari kelapa sawit, buatan IPB. La-pang an lainnya adalah Minas yang sedang dikerjakan Chevron dengan steamfl ood, dan Kanji yang sedang di-kerjakan Medco.

Lepas dari perbedaan pengertian itu, EOR sekarang ini menjadi tum-puan harapan untuk mengatrol pro-

GENCARNYA kegiatan EOR akan menjadi pengungkit bangkitnya industri kimia di tanah

air. “Sekitar % kegiatan EOR di Indonesia memakai chemical,” ujar Deputi Pengendalian Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas Ausie B. Gautama. Diperkirakan kebu-tuhan mencapai juta ton.

Selama ini, kebutuhan chemi-cal untuk EOR dipasok produk luar negeri yang harganya puluhan kali lipat dibandingkan produk dalam negeri. PEP menyadari chemical menjadi faktor yang signifikan untuk menurunkan biaya. VP EOR PEP, Panji Sumirat menyebutkan berdasarkan karakter reservoir di lapangan milik PEP, chemical fl ood akan lebih banyak digunakan di-bandingkan CO2 ataupun MEOR.

Untuk itu, jauh-jauh hari PEP menggandeng perguruan tinggi untuk membuat surfaktan murah meriah. Salah satu yang sudah di-aplikasikan adalah surfaktan buat-an IPB berbahan dasar CPO. Sejak Desember 2012 mulai diujicoba di lapangan Rantau “Mereka lebih ce-pat karena surfaktannya sudah ada,” ujar Panji Sumirat.

Se perti dungkapkan Erliza Kambali, peneliti IPB, surfaktan temuannya harganya sangat miring dibandingkan produk impor. Harga produk impor sekarang ini sekitar US$ 19/kilo dengan pemakaian 0,3 persen, dan US$ 5,7/kilo dengan pemakaian 2,5 persen. “Nah sur-faktan kita, karena teknologinya kita yang kembangkan sendiri, sin-tetisnya kita sendiri, harganya 8 dollar per kilo dengan pemakaian 0,3 persen,” ujar Erliza.

Perguruan Tinggi lain yang di-gandeng adalah UGM dan ITB.

duksi minyak. “EOR harus dikerja-kan. Kalau tidak, produksi akan turun terus,” ujar Putu Suarsana. Apalagi EOR butuh waktu. Tak se-perti makan cabai yang langsung te-rasa pedas, EOR bisa berlangsung ta-hunan. “Harus sabar,” Panji Sumirat menambahkan.

Jika mengaca pada proyek EOR di Duri yang dilakukan Chevron, sekitar 19 tahun, tentu ini terlalu lama. Tapi juga tak mungkin dibikin singkat, misalnya dua tahun teru-tama untuk yang tahap tertiary reco-very. Putu Suarsana menyebutkan best practices EOR yang mengguna-kan chemicals berlangsung sekitar lima tahun. De ngan catatan semua tahapan dilakukan optimal. Sedang-

kan yang meng-gunakan water-f lood hanya 2 s a m p a i t i g a tahun.

Selain butuh kesabaran, EOR juga butuh dana yang tidak sedikit. Se perti disampai-kan salah seorang kar ya wan Chevron saat se minar yang

di adakan IATMI beberapa waktu lalu, dana yang dibutuhkan untuk meng-angkat satu barrel minyak pada proyek di Minas sekitar 110 dollar, yakni 30 dollar untuk polimer, 70 dollar untuk surfaktan dan pembangunan fasilitas 10 dollar. Mahalnya biaya karena me-makai produk impor untuk polimer dan surfaktan.

Pertamina EP sendiri memilih menggunakan produk-produk dalam negeri sehingga biaya bisa ditekan (lihat box Surfaktan Murah Meriah). “Malu menyebutnya. Dibandingkan Minas anggaran kita di Tanjung mungkin seperseratusnya,” ujar Putu Suarsana. Tanjung adalah lapangan pertama PEP yang memasuki tahap tertiary recovery.

Mahalnya biaya karena

memakai produk

impor untuk polimer dan surfaktan.

Page 15: Balance edisi 8.pdf

15VOLUME 08 TAHUN I

UGM hampir sama dengan IPB, sur-faktannya dari sawit. Cuma kalau IPB dari CPO, UGM dari tandannya. Jika sudah diproduksi harganya akan lebih murah lagi dibandingkan sur-faktan buatan IPB. Kemujaraban produk UGM ini rencananya akan diujicoba di lapangan Rantau zona 600. “Kita akan compete dengan produk IPB. Kita lihat mana yang lebih mujarab,” ujar Panji.

Adapun dengan ITB, surfaktan yang disiapkan adalah seMAR, ke-pen dekan dari solution by chemical modi fi er to accelerate oil recovery. Se-MAR akan diujicobakan di lapang an Baju bang, Bentayan dan Sungai Lilin.

SeMAR merupakan teknologi kimia yang dirancang khusus untuk menurunkan kadar kekentalan mi-nyak mentah di reservoir. Teknologi ini dapat diterapkan di lapangan mi-nyak yang memiliki karakter minyak berat di bawah 20 derajat standar API (American Petroleum Institute).

Teknologi ini memiliki keung-gulan yang signifikan jika diban-dingkan dengan teknologi uap. Pada tahap uji coba, SeMAR mampu me-nurunkan kekentalan minyak dari 253 cp (centi poice/satuan keken-talan, red) menjadi 2 cp dengan suhu 60°C (celcius). Sedang kan jika meng-gunakan uap panas akan membu-

tuhkan suhu yang sangat tinggi, sekitar 300-350°C.

Teknologi seMAR tidak membe-rikan dampak potensi kerusakan pada reservoir dan fasilitas produksi seperti yang dapat ditimbulkan oleh teknologi injeksi uap panas. Dengan demikian teknologi ini ramah lingkungan.

Surfaktan dalam negeri yang murah meriah, menurut Putu Suarsana, mutunya tak kalah dengan surfaktan impor. “Untuk Tanjung be-berapa sumur sudah memberikan res pon, tapi ada juga yang tidak,” ujar nya. Sumur yang tidak memberi-kan respon itu bukan karena surfak-tannya jelek. “Di lab sudah terbukti, a n d a l , ” P u t u S u a r s a n a menambahkan.

Ia menyebutkan proyek Tanjung sangat layak dilanjutkan. “Biayanya murah, menggunakan material dalam negeri pula,” ujarnya.

SURFAKTAN MURAH MERIAH

Panji Sumirat, VP EOR PEP.

FOTO

: TA

TAN

AG

US

RST

Page 16: Balance edisi 8.pdf

W A W A N C A R A

PRESIDEN Direktur Pertamina EP Adriansyah memujinya sebagai jagoan EOR (enhanced oil reco very) di Indonesia. Kom pe-

tensinya dianggap tak ada banding-annya, berada di urutan teratas. “Di bidang EOR siapa di Indonesia yang lebih jago dari Doktor Putu,” ujar pria yang akrab dipanggil Anca tersebut. Menanggapi san-jungan itu, Putu hanya tertawa. “Ah itu bisa-bisanya Pak Anca. Saya

GARIS TANGAN JAGOAN EOR

Dr. I Putu SuarsanaMANAJER RESERVOIR PT PERTAMINA EP PEP

Putu Suarsana ditempa disiplin profesional dan konsistensi tradisi ilmiah. Terus menulis agar generasi setelahnya tak usah meraba-raba lagi dalam gelap, seperti yang dilakukannya dulu saat merintis EOR.

FOTO

: TA

TAN

AG

US

RST

16 TAHUN I VOLUME 08

Page 17: Balance edisi 8.pdf

kebetulan bekerja di bidang EOR dan mencintainya,” ujarnya.

Doktor Putu, lengkapnya I Putu Suarsana, namanya memang harum, tak hanya di level nasional, tapi di panggung dunia. Seminar-seminar dan pertemuan ilmiah internasional kerap mengundangnya sebagai pem-bicara. Salah satunya SPE (Society of Petroleum Engineers). Ini bukan or-ganisasi sembarangan. Perkumpulan yang berpusat di Amerika Serikat ini mempunyai anggota seratus ribu insinyur perminyakan dari berbagai belahan dunia.

Pada 16-20 Februari, bertempat di Bali, SPE mengadakan workshop bertema “Managing Complex Capital Projects in the 21st Century: Paradigm Shift in Project Management”. Dr. Putu menjadi satu-satunya pakar dari Indonesia yang diundang berparti-sipasi dalam forum tersebut. Pria kelahiran Bali 26 November 1963 ini diminta menjadi discussion leader ber-sama beberapa pakar dari negara lain.

Selanjutnya Pada 12-16 April 2014, SPE mengadakan pertemuan internasional “Improved Oil Recovery,” di Tulsa, Oklahoma. Putu juga di-undang untuk mempresentasikan makalahnya. Bukan tanpa sebab jika pria kelahiran Bali ini diberi kehor-matan untuk berbicara pada forum tersebut. Dia diminta mempresentasi-kan paper yang dinyatakan sebagai paper terbaik pada pertemuan 17th European Symposium on Improved Oil Recovery, St. Petersburg, Rusia, seta-hun sebelumnya.

Saat itu Putu membawakan makalah “From Lab to Pilot Design of ASP fl ooding in High Temperature Reservoir of Limau Field Indonesia”. Putu memang rajin menulis, teru-tama soal EOR. Da lam satu tahun bisa tiga sampai empat paper dibuat-nya untuk dipublikasikan di jurnal dan pertemuan ilmiah internasional. Setelah dari Oklahoma, Dr. Putu di-minta berbicara dalam forum “Deep Water Asia Congress” ketiga yang akan

dilangsungkan di Bali pada 10-11 Juli.

Doktor lulusan Texas A&M University ini boleh dibilang sebagai arsitek EOR Pertamina EP. “Saya ingat betul pada 1 Agustus 2006 diminta Pak Kun untuk mendesain EOR,” ujarnya. Pak Kun yang dimaksud ada-lah Kun Kurnely yang saat itu menja-bat Presiden Direktur Pertamina EP.

Ketika mendapat penugasan itu Putu baru kembali ke Pertamina sete-

lah memilih mengundurkan diri dari penugasan di Cepu karena merasa tidak cocok dengan gaya kontraktor asing yang menjadi lead di proyek ter-sebut yang dianggapnya tak memberi ruang yang cukup untuk mengem-bangkan diri.

EOR ketika itu termasuk “makh-luk asing”, tak banyak yang mengeta-huinya. Nyaris tak ada best practices di Indonesia yang bisa dijadikan ru-jukan. Memang sudah banyak proyek EOR dikerjakan, misalnya steamfl ood di Duri yang dikerjakan Chevron, dan lapangan-lapangan di Pertamina seperti yang dikerjakan kontraktor asing, seperti Talisman di Tanjung, Japex di Struktur Rantau lapisan 600 di tahun 1984 sampai 1990.

Untuk steamfl ood di Duri barang-kali masuk akal jika datanya tak bisa diakses karena rumah tangga lain. Tapi mengapa Tanjung dan Lirik Sago

yang notabene lapangan milik Per-tamina juga sulit mengakses datanya? “Tak ada transfer of knowledge. Kalau pengetahuan ke orang mungkin ada, sedikit yang terdokumentasikan untuk dijadikan contoh,” ujarnya. Begitu KKKS, banyak data ikut sirna. Data tekanan, sample fl uida, dan data core yang merupakan bekal untuk menyi bak karakteristik sebuah reser-voir jarang diambil dan hanya limited sample.

Dr. Putu tak ubahnya meraba dalam gelap. Mulailah dia melahap lite ratur-literatur soal EOR, memeras memorinya, menumpahkan semua ilmu yang diperolehnya saat kuliah S1 di Teknik Kimia UI, S2 Teknik Per minyakan, dan saat S3 di Texas, Ske nario EOR Pertamina EP pun akhirnya berhasil dibuat. “Kita buat sampai 2025,” ujar Dr. Putu.

Dalam desain awal, sebetulnya untuk tahun 2014 EOR ditargetkan sudah bisa memproduksi sampai 15.000 BOPD. Apa boleh buat, karena berbagai sebab tahun 2014 hanya ditargetkan 3.700-an, setelah tahun 2013 hanya bisa berproduksi sekitar 1.700.

Dimana mis-nya sehingga de-sain awal tidak terpenuhi?

EOR dilaksnakan tidak sesuai dengan desain ideal. Banyak la-pangan yang eksekusinya terlambat. Yang dikerjakan pun terlalu banyak. Jadi, tidak fokus. Baru mengerjakan dua tiga lapangan, yang lain sudah minta. Kita coba penuhi permintaan itu dengan catatan man power harus ditambah. Ter nyata susah mencari tenaga yang kompeten dan berpeng-alaman. Tenaga yang berpengalaman memang mahal, dan tak banyak tersedia di pasar kecuali kalau kita mau bayar tinggi. Apa boleh buat man power-nya diisi yang masih minim pengalaman dan kompetensi. Itupun jumlahnya sangat kurang. Untuk tim desain saja masih kurang sekitar 25 orang. Belum lagi untuk implementasi.

EOR ketika itu termasuk

“makhluk asing”, tak banyak yang mengetahuinya. Nyaris tak ada

best practices di Indonesia yang bisa dijadikan

rujukan.

17VOLUME 08 TAHUN I

Page 18: Balance edisi 8.pdf

W A W A N C A R A

Jadi tidak sesuai dengan kai-dah best practices engineering dong?

Bahasa saya belum mengikuti kelaziman seperti dunia laksanakan. EOR itu memang mahal dan butuh waktu, tak bisa hanya dua tahun langsung running. Paling-paling lima tahun baru bisa panen. Itupun kalau semua tahapan dipenuhi. Minyak sekarang makin susah diperoleh se-hingga harganya mahal, beberapa tahun terakhir sudah membus diatas US$100.

Kita itu pengalaman gak punya, uang terbatas, dan harus mengelola 18 lapangan. Tapi EOR memang harus dilakukan kalau mau memper-tahankan produksi.

Seberapa mahal ?EOR di Pertamina EP kebanyakan

masih pada tahap secondary recovery dengan menggunakan waterfl ood. Terasa mahal kalau sudah mema-suki tertiary recovery karena harus membeli chemicals. Mungkin di tempat yang lain yang mengguna-kan polimer dan surfaktan sekaligus bisa mencapai seratus dollar untuk mendapat satu barrel. Kita mencoba menyiasati dengan menggunakan surfaktan buatan dalam negeri, hasil kerjasama dengan ITB, IPB dan UGM. Kita sudah ujicoba da lam tahapan fi eld trial di struktur Tanjung dengan menggunakan surfaktan dari bahan minyak sawit. Ang gar annya terbilang murah jika dibandingkan di tempat lain, seper seratus anggaran Minas (Minas adalah proyek EOR yang lagi dikembangkan Chevron setelah la-pangan Duri). Tapi tetap le bih mahal jika dibadingkan tahapan primary.

Apa kompleksitas pekerjaan EOR sehingga membutuhkan biaya besar?

Kita tidak tahu, yang kita injek-sikan itu lari ke mana. Apa sesuai dengan yang diharapkan atau malah keluar dari area. Memang bisa di-lakukan simulasi tapi simulasi itu bagus kalau data sebelumnya bagus.

Padahal di Pertamina data bagus itu susah sekali, data tekanan jarang diambil, sampel fl uid jarang diambil, core juga. Kalau yang dimasukkan garbage, ya outnya garbage juga.

Dengan semua kompleksi-tas persoalan, Anda masih yakin proyek EOR akan berhasil?

Saya optimis. Rantau saat di-mulai EOR untuk secondary recovery pada 2010, produksinya 300 barrel, setelah diinjeksi waterfl ood, produk-sinya sempat diatas 1.500 BOPD. Kalau yang lain-lain belum berhasil, lebih karena memang belum ada tim dan pelaksana yang optimal, Penyebabnya macam-macam, soal rig-lah, soal pengadaan lahanlah, man power dan juga masalah biaya.

Itu untuk secondary reco-very, ba gaimana dengan tertiary recovery?

Di Tanjung itu, beberapa sumur sudah memberikan respon. Meski masih kecil, tapi trennya meningkat. Saya pribadi beranggapan berha-sil. Dengan dana minim, surfaktan dalam negeri, kekurangan man power, ada produksi. Meski baru bisa balik modal, belum untung.

Sekarang sudah naik terus. Jadi menurut saya layak untuk terus di-kembangkan. Biar lebih fair, kita undang pihak ketiga Surtek asal

Amerika yang sudah mengerjakan lebih dari 59 proyek EOR di berba-gai belahan negeri. Kita pilih karena mereka independen dan tidak men-jual, dan juga tidak punya produksi chemicals.

Pertama kali yang dikomentari mereka mengapa bikin pola yang acak adut? Jawabannya lagi-lagi ka-rena uang. Injeksi di Tanjung tidak mengikuti desain tapi memanfaatkan sumur-sumur yang sudah ada dan sudah di jalankan tracer. Untuk in-jeksi best practise-nya, bisa disebut fi ve spot, dilakukan dari tengah-te-ngah dan jarak sumur injector dan producer pendek. Tapi di Tanjung ka-rena menggunakan pola yang sudah ada yang dipakai saat waterfl ood dulu, surfaktan disemprotkan dari titik yang paling jauh. Mungkin karena terlalu jauh, belum semua sumur merespon.

✽✽✽

I PUTU SUARSANA masuk ke Perta-mina melalui jalur BPST angkatan kedua pada 1990, setelah menamat-kan pendidikan sarjana di Teknik Kimia UI. GM Asset 1 Irwansyah, Direktur Utama Pertagas, Hendrajaya, SVP UTC (upstream Teknologi Centre) Sigit Rahardjo adalah teman-teman seangkatannya. Putu sendiri saat ini

DO

K.

PR

IBA

DI

18 TAHUN I VOLUME 08

Page 19: Balance edisi 8.pdf

hanya menjabat Reservoir Manager EOR.

Pria ramah ini hanya tertawa saat ditanya karirnya yang terbilang tertinggal di-bandingkan teman-teman-nya. “Tiap orang punya garis ta ngan nya sendiri-sendiri,” ujarnya. Ia merasa bersyukur dengan yang diperolehnya sekarang. “Saya utang budi ke-pada Pertamina karena sudah di sekolahkan S3 di Amerika,” ujarnya. Putu adalah salah satu yang beruntung bisa menjejakkan kakinya di kampus Texas A&M University yang dikenal sebagai kampus terbaik perminyakan di dunia.

Tak sekadar gelar Doktor, dari Texas, Putu membawa dan mematri se mangat khas ilmuwan untuk tak terbawa arus. Ia dengan tegas me-nolak saat diminta mendesain EOR agar bisa berhasil dalam dua tahun karena dari ilmu dan pengalamannya, hal tersebut mustahil dilaksanakan. “Buat apa berbohong, nanti juga keta-huan,” katanya.

Putu mulai menjejakkan kaki di kampus tersebut pada 1996. Dia me-nyelesaikan gelar doktornya hampir lima tahun. Selain desertasinya yang memakan waktu, studinya molor ka-

rena Putu mengambil semua mata kuliah perminyakan yang biasanya di-berikan untuk bachelor degree. Meski S2 di Perminyakan dan dinyatakan lulus cumlaude, Putu merasa penge-tahuan soal perminyakan belum lengkap.

Ayah dua orang anak ini seorang rendah hati. Dia tak mau menepuk dada dan sok pintar. Desertasinya

soal Natuna tentunya sa-ngat dibutuhkan untuk implementasi di lapangan tersebut kalau sudah ber-operasi. Dalam penelitian-nya, tak sekadar membedah proses memisahkan dan memproduksi CO, tapi juga menyorot soal keekonomian. “Ah itu penelitian lama tahun 2001. Teknologi kan terus berkembang,” ujarnya.

Setelah meraih gelar dok-tor dan kembali ke tanah air, dia kerap ditawari job hunter

untuk pindah ke perusahan lain. Putu yang saat itu belum mendapat posisi sempat tertarik. Bahkan ada yang sampai interview. Tapi ketika itu disampaikan ke orang tuanya, ke-inginan untuk pindah itu tak direstui. “Pertamina sudah banyak memberi. Nanti kamu dapat karma,” ujar Putu menirukan perkataan ayah nya yang kini sudah almarhum. “Saya anggap itu wasiat, yang harus saya jaga,” Putu menegaskan.

Putu adalah penganut Hindu yang taat. Dia percaya betul dengan konsep karmapala. Secara bahasa karma pala berarti balasan terhadap perbuatan yang sudah dilakukan. “Kalau bukan ke kita, karma itu bisa menimpa anak,” ujar Putu.

Dia mengaku happy dengan yang dilakoninya sekarang. Ia senang di-beri kepercayaan mengawal proyek EOR dari awal hingga kini. Dengan posisinya tersebut, ia berkesempatan menulis paper sehingga namanya me-wangi ke antero jagat.

Putu senang berbagi ilmu. Di se-la-sela kesibukannya mengawal EOR, dia masih menyempatkan mengajar di Universitas Trisakti untuk prog-ram S1 dan S2 serta di Universitas Indo nesia untuk program S2. Putu mengaku akan terus menulis untuk membuat EOR guideline agar generasi setelahnya tak usah meraba-raba lagi dalam gelap, seperti yang dilakukan-nya dulu saat merintis EOR.D

OK

. P

RIB

AD

I

19VOLUME 08 TAHUN I

“Saya anggap itu wasiat, yang harus saya jaga.”

Page 20: Balance edisi 8.pdf

20 TAHUN I VOLUME 08

“Lamma Island menjadi pilihan untuk melihat sisi berbeda dari hectic Hong Kong. Tidak ada mobil dan kendaraan bermotor di pulau ini. Keasrian pulau terjaga dengan industri yang ramah lingkungan.”

MENJELAJAHI KOTA MIMPI

SAMPAI BIG BUDDHA

Mengamati Peta Arah Lokasi Wisata Macau. Lorong-lorong jalan kawasan tradisional Kota Macau.

Ruin of St. Paul’s.

W I S A T A

M ASIH mengan-tuk ketika pe-sawat yang saya tumpangi land-ing di Macau International

Air port, mengalihkan perhatian pada jendela kecil pesawat, disambut tu-lisan “City of Dream” di bangunan

Teks dan Foto: Juhri Selamet

Page 21: Balance edisi 8.pdf

21VOLUME 08 TAHUN I

dalam Cantonese “Fok Loong Sun Gai” hanya 40 MOP (Macau Pataca) atau kurang lebih sebesar IDR 60.000. sekitar 30 menit dalam per-jalanan, saling berdiam-diaman de-ngan driver taksi (di luar kebiasaan saya yang selalu cas cis cus dengan para driver), kali ini, saya dapat driver ya n g h a nya b i s a b e r b a h a s a Cantonese, melewati perkotaan Macau di malam hari dengan mata yang dimanjakan dengan warna-war-ni lampu kota yang memikat, saya sampai ke tempat saya menginap, SANVA. Konon, di SANVA ini men-jadi salah satu setting lokasi syuting fi lm 2046, fi lm karya Wong Kar-wai.

Di pagi harinya, saya melakukan eksplorasi ditempat saya menginap yang terbilang sangat strategis. Berada di dekat UNESCO World Heritage yang mana hanya 3 menit berjalan kaki ke Pawnshop Musium, 7 menit ke Senado Square, 10 menit ke Holy House od Mercy, 15 menit berja-lan kaki ke wilayah St. Joseph’s Seminary, St. Augistine’s Square, Dom Pedro V Th eatre dan 20 menit berja-lan kaki ke Ruin of St. Paul’s, situs yang sangat ingin saya datangi yang menjadi target utama saat saya berada di Macau.

RUINS OF ST. PAUL’S

RUINS of St. Paul’s (dalam bahasa Portuguese: Ruínas de São Paulo) ini dibangun dari 1582 hingga 1602 oleh Jesuits, dan menjadi salah satu gereja katolik terbesar di Asia kala itu. Gereja ini hancur dibakar api saat hembusan topan besar pada tahun 1835. Ke-hancuran ini menyisakan bagian depan gereja yang saat ini menjadi salah satu objek wisata terkenal di Macau peninggalan abad ke-16.

Cukup puas berputar-putar di-wilayah atraksi turis Kota Macau, saya menuju Taipa Ferry Terminal, berniat menyebrang ke Hong Kong. Berbekal tiket biasa seharga 139 HKD atau sekitar 210 ribu rupiah, dengan jarak tempuh berdurasi sekitar dua jam, di-goyang-goyang gelombang. Dari Macau, saya sampai di Kowloon, Hongkong.

DISCOVER HONG KONGMENURUT ceramah teman saya yang pernah berkuliah di Hong Kong, ketika mendaratkan kaki di kota ini harus segera menemukan Octopus Card, kartu ajaib yang dapat menaklukkan kota Hong Kong dengan MTR. Octopus

Dari pelabuhan Feri menuju perkampungan Pulau Lamma.

Pedagang bunga yang berjualan di sekitar Ruin of St Paul’s.

Suasana jalan di pusat perbelanjaan tradisional di Pulau Lamma.

View dari atas Pulau Lamma.

pencakar langit. Macau, Kota Mimpi, katanya. Sebuah kota yang dipenuhi oleh tempat-tempat perjudian yang dilegalkan, wisata eksotis berkelas dan modern.

Menjajal konfirmasi dari peng-inapan tempat saya menginap yang menginformasikan biaya taksi dari Airport ke Rua da Felicidade atau

Page 22: Balance edisi 8.pdf

22 TAHUN I VOLUME 08

W I S A T A

Card ini fungsinya mirip seperti Oyster Card di London atau ez-Link Card di Singapore. Kita bisa melakukan top-up atau pengisian. Dan ‘mewah’-nya ada-lah, kalau kita pulang, kita bisa minta refund senilai top-up yang tersisa di Octopus Card yang kita pegang.

Kesan pertama saya soal trans-portasi, Hong Kong sangat solid dan tangguh, tidak berlebihan jika saya klaim mengalahkan negara-negara Eropa. Subway-nya bersih. Ketepatan

jadwal dan pelayanannya sangat excel-lent. Karena transportasi publik kota Hong Kong yang sangat baik inilah yang membuat hampir seluruh ma-syarakatnya lebih memilih public transport ketimbang kendaraan pri-badi. Hasilnya bisa dilihat langsung, tidak ada kemacetan seperti di kota-kota besar di Tanah Air.

BIG BUDDHABIG Buddha atau yang biasa dikenal oleh masyarakat lokal Tian Tan Buddha merupakan patung perunggu besar Buddha Amoghasiddhi. Buddha Amoghasiddhi, salah satu dari lima Buddha Bijaksana dalam Budhisme Vajrayana. Amoghasiddhi ini di hubungkan dengan pencapaian jalur Budhis dan penghancuran racun ke-cemburuan. Berbekal pengetahuan ini lah yang menggelitik saya untuk me-nemui “Big Buddha” ini.

Berangkat dari Wan Chai, saya menuju Tung Chung station. Dari

Tangga naik ke Big Buddha.

Interior di dalam Li Nong Tea.

Wishing Tree, pohon permohonan yang terkenal.

Tung Chung, saya naik gondola lift yang terkenal dengan nama Ngong Ping 360. Cable Car ini tidak direko-mendasikan bagi yang takut akan ke-tinggian. Dalam perjalanan menuju Big Buddha, sebagian besar pengun-jung berhenti di Wishing Tree, pohon permohonan, menuliskan keinginan di pohon ini. Wah, cengar-cengir juga saya membaca banyak-nya permo-honan yang digantung di Wishing Tree ini.

Setelah menikmati Jagung rebus di warung kecil tidak jauh dari pintu masuk area Big Buddha, mengambil foto Amoghasiddhi dari kejauhan, saya menyiapkan energi. Katanya, anak tangga dalam dakian mendekati Big Buddha, tidak bisa dianggap enteng.

Dan Benar, ketika saya bertemu dengan undakan anak tangga dan me-nengok ke atas, mau tidak mau, saya menggaruk-garuk kepala. Ya, tan-tangan yang cukup menantang. Rasa lelah terasa hilang ketika mencapai puncak tatakan Big Buddha, meman-

Page 23: Balance edisi 8.pdf

23VOLUME 08 TAHUN I

dang keindahan alam sekeliling, memperhatikan para turis yang terli-hat asyik mengabadikan moment mereka.

KETENANGAN DI PULAU LAMMADESTINASI Lamma Island tidak se-populer Lantau Island, Lamma Island menjadi pilihan saya untuk melihat sisi berbeda dari hectic Hong Kong. Tidak ada mobil dan kendaraan

bermotor di pulau ini. Keasrian pulau terjaga dengan industri yang ramah lingkungan. Masyarakat pulau ini menggunakan sepeda.

Dari pusat kota Hong Kong ke Pulau Lamma ditempuh kurang lebih 30 menit dengan Kapal Feri. Yang pa-ling terkenal di Pulau ini adalah rute dakian, toko, kafe multikultural dan restoran makanan laut yang natural. Nah, jika ingin menikmati hidangan laut original Pulau Lamma dapat mampir ke desa nelayan Sok Kwu

Disneyland, Hongkong.

Pemandangan dari salah satu kuil di Hong Kong.

Wan. Kepiting cabai, udang bawang, cumi-cumi goreng, dan ikan kukus de-ngan jahe dan daun bawang yang segar adalah menu unggulan di sini.

SEMARAK PARADE DISNEYLAND, HONG KONGMENUTUP perjalanan singkat saya ke Hong Kong, saya menyempur-nakannya dengan menonton parade di Disneyland. Disneyland Hong Kong ini menyunguhkan 7 (tujuh) tema area diantaranya, Main Street, U.S.A., Fantasyland, Adventureland, Tomorrow-land, Grizzly Gulch, Mystic Point, dan Toy Story Land. Berada diatas area se-luas 22,4 hektar dengan kapasitas pe-ngunjung hingga 34 ribu. Nah, di se-tiap area ini memiliki atraksi dan hi-buran masing-masing yang siap menghibur lintas generasi yang berda-tangan ke Hongkong dari berbagai be-lahan dunia.

Ketika kemeriahan atraksi parade dibarengi musik energik dimulai, tak mau ketinggalan, saya menerobos kerumunan untuk mendapatkan po-sisi terbaik. Tersenyum lebar tidak hanya karena melihat barisan parade yang dipenuhi tokoh Disney, tapi juga karena melihat euforia kebahagiaan anak-anak yang bersorak riang gem-bira, melompat-lompat, ikut berjoget-joget mengikuti irama musik. Para orang tua yang menggendong atau-pun mengusung anak, juga ikut berjo-get, wajah mereka cerah dengan mata bersinar melihat kebahagiaan anak-anak mereka di tengah pertunjukan Cinderella, Lilo, Putri Salju, Tarzan, Winnie the Pooh, dkk yang semarak.

Padatnya itinerary saya dalam mengitari kota Macau dan Hong Kong membuat saya hampir kecolongan di hari terakhir dimana saya menyem-patkan untuk mengunjungi Shen Zhen. Terengah-engah saya di Hong Kong Internasional Airport mengejar penerbangan saya yang jam 9 malam menuju Indonesia.

Page 24: Balance edisi 8.pdf

24 TAHUN I VOLUME 08

I N S P I R A S I

K EBUN teh seluas hektar itu dapat ditempuh sekitar dua jam dari Kota B a n d u n g , J a w a Barat. Dari Jalan

Raya Ciwidey, belok kiri melalui aspal berkelak-kelok sejauh lima kilome-ter, dilanjutkan jalan makadam de-ngan hamparan hutan pinus berseling ladang sayur-mayur di kanan-kirinya.

Setelah tiga kilometer ‘off road’ tampaklah gapura dari batu bertulis-kan Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Beberapa bangunan megah menyambut selepas gapura. Terdiri dari masjid, pabrik, kantor, dan dereten perumahan karyawan. Seorang wanita cantik berjilbab ke-luar dari balik pintu kantor yang menghadap ke taman, sesaat setelah kami melapor ke satpam ingin berte-mu Bu Oha.

“Teman-teman di sini memang bisa menyapa saya Bu Roha atau Bu Oha. Mungkin kepanjangan kalau di-sebut lengkap Rohayati,” ucap Rohayati Suprihatini ramah. “Ya be-ginilah, tempat kerja kami di remote area,” ucapnya sembari tertawa.

Rohayati mengabdi di Gambung sejak 1998 sebagai salah seorang pe-neliti. Pada masa-masa awal, selain tempat bekerjanya yang terpencil, dana juga terbilang cekak. Rohayati pun seolah memasuki “dunia sunyi”. tak bergelimang uang dan tak dilirik orang. Seperti juga peneliti lainnya di Indonesia, dia ke luar masuk lab, ke-mudian mengujinya di lapangan de-ngan dana alakadarnya. Hanya kecin-taannya pada teh yang membuatnya bertahan di lembaga yang saat ini tenar mendunia dengan nama Indonesian Research Institute For Tea and Cinchona (RITC). Ketertarikannya mendalami teh bermula saat mengi-kuti training “Advanced Program in Plantation Management” di Kothari Agricultural Management Center, Coonoor, pada 1997.

Belasan tahun, Rohayati menjalani “dunia sunyi”, tak bergelimang uang dan tak dilirik orang. Seperti juga peneliti lainnya di Indonesia, dia ke luar masuk lab, kemudian mengujinya di lapangan dengan dana alakadarnya.

MENJUAL “DUNIA SUNYI”

Laboratorium tempat “Bu Oha” bekerja meneliti teh Gambung.

ROHAYATI SUPRIHATINI

Oleh : Abraham Lagaligo

Page 25: Balance edisi 8.pdf

25VOLUME 08 TAHUN I

“Saat itu obyek penelitian kami dibagi-bagi, ada yang dapat sawit, tebu, karet, dan lain-lain. Nah saya kebagian teh,” kisahnya. Sejak itu, perempuan ke-lahiran Cirebon, 16 Mei 1962 ini jatuh hati pada teh, dan mengambil desertasi tentang teh pada 1998. Sejak itu pula pengabdian peraih Sarjana Agrobisnis, Master Manajemen Agrobisnis, dan Doktor bidang Manajemen Teknologi “Techno-Marketing of Tea” dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini di Gambung dimulai.

Setelah meraih PhD pada 2003, ia pun semakin mantap mengabdikan diri sebagai peneliti di Gambung. Atas dedikasinya, pada 2005 ia mendapat amanah sebagai Head of Research Division di Indonesian RITC. Jabatan itu diembannya hingga Februari 2011. Karena keahliannya di bidang techno-marketing of tea, Rohayati pun didapuk sebagai Head of Business Division di lembaga itu sampai sekarang.

OBAT BERBAGAI PENYAKITROHAYATI menuturkan, perkebunan Gambung menjadi sarana riset sejak 1902. Lalu berdasarkan Surat Ke-putus an (SK) Menteri Pertanian tahun 1973, Gambung menjadi Pu sat Pe-nelitian Teh dan Kina. “Semua fasilitas yang kita gunakan adalah aset-aset yang ditinggalkan Mr Kerkhoven, ter-masuk kebun percobaannya seluas 600 hektar,” terangnya. Rudolph Kerk-

hoven adalah warga Belanda yang pertama kali membuka kebun teh di Gambung pada 1878, seluas 3.500 hektar.

Pa d a l a h a n w a r i s a n Kerkhoven inilah, Rohayati dan rekan-rekanya melakukan riset dan menemukan klon-klon ung-gul teh, mulai klon “Gambung-1” sampai “Gambung-11”, yang me-rupakan klon dengan kandungan antisoksidan tertinggi di dunia. “Satu cangkir yang berisi dua gram

“Satu cangkir yang berisi dua

gram teh Gambung ini kandungan

antioksidannya setara dengan 12 gelas jeruk

segar.”

Dr. Rohayati Suprihatini.

FOTO

-FO

TO: T

ATA

N A

GU

S R

ST

VVVVOLOLLLVOLUUUUMMMEEUU 08

masukhekta

hovpd3

Keredgsaruan“S“Sa

Page 26: Balance edisi 8.pdf

26 TAHUN I VOLUME 08

I N S P I R A S I

teh Gambung ini kandungan antioksi-dannya setara dengan 12 gelas jeruk segar,” tuturnya.

Salah satu produknya yang sudah mendunia adalah “White Tea” yang dikenal sebagai obat alternatif berba-gai penyakit, Mulai anti kanker, anti se-rangan jantung, he-patitis, diabetes, anti penuaan dini, obat pe langs ing , d an untuk penyembuhan fl u burung. Dipajang d a l a m k e m a s a n warna silver, White Tea asal gambung sudah dipasarkan ke Je p a n g , d e n g a n harga beberapa ratus r ibu r upiah per bungkus.

“Memang harganya relatif mahal, karena sejak pemetikan hingga peng-olahan kita lakukan sealami mungkin, agar kandungan antioksidannya tidak berkurang,” jelasnya. Klonnya juga khusus “Klon Gambung” yang bisa di-lihat dengan adanya bulu-bulu halus di sekitar daun dan batang.

Disebut White Tea karena yang di-ambil hanyalah pucuk daun teh yang belum terbuka (masih seperti lin-tingan) yang dipetik sebelum matahari tinggi. “Dipetik pagi-pagi benar, jam 9 sudah ada di pabrik. Kalau matahari sudah tinggi daunnya sudah terbuka, dan antioksidannya berkurang,” jelas-nya lagi.

Tak heran dalam satu hektar, hanya bisa didapat 3 kilogram White Tea. Sedangkan pada jenis lain seperti green tea, dalam satu hektar bisa didapatkan satu ton. Pengolahannya pun sesedikit mungkin menggunakan panas, agar an-tioksidan tidak berkurang. Semuanya dikerjakan secara manual. Inilah yang membuat “White Tea” Gambung disebut Th e Best Tea.

Rohayati mengatakan, White Tea merupakan hasil penelitian terbaru

Indonesian RITC Gambung. Dimulai pada Januari 2013, rilis pada Desember tahun yang sama. Beberapa pekan se-belum Balance mengunjungi Gambung. Menurutnya, White Tea juga bagus di-minum oleh orang yang sehat, sebelum

dan sesudah makan. Untuk mencegah pa-paran zat-zat berba-haya dari makanan seperti kolesterol, zat p e w a r n a , d a n sebagainya.

Memasuki 2014, RITC Gambung beru-paya terus mengem-bangkan penelitian terhadap White Tea, di antaranya untuk menyembuhkan demam berdarah dan

anti hepatitis. Klon unggul teh Gambung ini pun akan diekstraksi dan diproduksi dalam bentuk kapsul, se-hingga lebih praktis untuk penyembuh-an berbagai penyakit, dan memudah-kan penyerapan antioksidan oleh orang yang mengonsumsinya.

TEGAR DI TENGAH KETIDAKPASTIANBERNAUNG dibawah PT Riset Perkebunan Nusantara, Indonesian Research Institute For Tea and Cinchona (RITC) ditetapkan sebagai korporasi sejak 2009. Sejak saat itu, pusat pene-litian yang telah menelurkan berbagai bibit unggul teh ini tidak lagi disuplai dana pemerintah. Padahal biaya yang harus dikeluarkan, termasuk untuk menggaji karyawan dan peneliti, men-capai Rp 1,8 miliar per bulan.

Dengan kebutuhan sebesar itu, Rohayati mengaku RITC tidak bisa bertahan hanya dari bisnis hulu, memproduksi klon baru dan menjual bibit serta dari perkebunan teh kon-vensional. Pasalnya beberapa lahan perkebunan teh di Gambung sudah berusia tua. Bahkan ada yang sudah

G AMBUNG, Kabu-paten Bandung, Jawa Barat, adalah tempat pertama kali teh didatang-kan ke In do nesia.

Yakni teh asamica yang berasal dari India, lalu masuk Srilanka, baru ke Indonesia pada . Yang memba-wa adalah Mr Rudolph Kerkhoven, pria Belanda yang dinobatkan seba-gai Founding Father Teh Indonesia. Dari sana, teh menyebar ke Jawa Barat, Su ma tera Utara, dan wilayah lainnya di Nusantara.

Kherkoven tinggal di Gam bung bersama keluarganya, ber isterikan Jeanny, cucu Herman Willem Daendels (pembangun jalan Anyer – Panarukan). Planters se kaligus ilmu-wan ini sukses membangun perke-bunan teh hingga 3.500 hektar, dan menjadi orang terkaya di Gambung. Sayang kehidupan keluarganya tidak berakhir dengan indah.

Jeanny Kerkhoven yang biasa hidup di metropolitan, merasa kese-pian selama tinggal di Gambung, yang sampai sekarang pun tetap sepi dan terpencil. Terlebih suami nya ter-golong workaholic, bekerja keras mewujudkan mimpinya mem bangun perkebunan teh. Rasa kesepian itu makin menjadi, tatkala anak-anak Kerkhoven harus ke Negeri Belanda menempuh pendidikan tinggi. Jeanny pun mengalami depresi.

Hadiah Roll Royce dari Kerkhoven tak mampu memberi ba-hagia pada Jeanny. Meski dengan mobil mewah itu Jeanny bisa berkeli-ling Kota Bandung. Akhir nya Jeanny ditemukan bunuh diri di rumahnya, setelah menonton pertandingan sepakbola di lapangan Tegalega, dan dimakamkan di Gambung. Di akhir hayatnya Kerkhoven juga dimakam-kan di samping istri tercintanya.

RITC tidak bisa bertahan hanya dari bisnis hulu,

memproduksi klon baru dan menjual bibit

serta dari perkebunan teh konvensional.

Page 27: Balance edisi 8.pdf

27VOLUME 08 TAHUN I

KHERKOVEN DAN MUSNAHNYA KINA

Cerita dari novel best seller ber-bahasa Belanda dengan judul “The Tea Lord” ini dikisahkan kembali oleh Rohayati Suprihatini saat meng-awali obrolan dengan Balance. Menurutnya, sejarah Gambung tak bisa dilepaskan dari perjalanan hidup Kerkhoven. “Kantor Indo ne-sian Research Institute For Tea and Cinchona (RITC) yang kita gunakan saat ini, dulunya juga rumah Mr Kerkhoven. Tidak banyak berubah, dan taman-taman dan lapangan ten-nis sengaja kita pertahankan,” tuturnya.

Demikian pula pabrik pengo-lahan teh yang menggunakan panas matahari peninggalan Kerkhoven, diaktifkan kembali. Terutama untuk mengolah White Tea yang diupa-yakan semaksimal mungkin tidak menggunakan panas buatan. Tak heran, komplek perkebunan teh Gambung yang juga dibuka untuk obyek wisata pengetahuan, banyak didatangi tamu-tamu dari Negeri Kincir Angin.

“Mereka ingin napak tilas per-juangan Kerkhoven membangun perkebunan teh pertama di Indo-nesia, melihat langsung keindahan Gambung serta bunga terompet yang tertulis dalam novel, juga bela-jar A sampai Z tentang teh,” ujar Rohayati. Saat berkebun teh itu, Kerkhoven menanam kina. Tanam-an obat malaria, yang pohon tinggi dan melindungi pucuk-pucuk teh dari sengatan langsung mentari. Gambung juga sangat cocok untuk

tumbuhnya kina, karena berada 1.000 meter lebih diatas permukaan laut.

Tak heran, selain pusat teh, di masa lalu Gambung juga dikenal se-bagai sentra kina. Hingga saat ini namanya pun Pusat Penelitian Teh dan Kina. Di era 1940-an Indonesia utamanya Gambung, adalah peng-hasil kina terbesar di dunia dengan market share 90%. Di buku pelajar-an siswa sekolah dasar era 1990-an pun, masih ditulis Indonesia salah satu penghasil kina, obat malaria yang terkenal.

Namun sekarang, jika kita berja-lan-jalan ke Gambung, jangan harap bertemu kebun kina. “Sudah habis, tinggal tersisa beberapa pohon seba-gai plasma nutfah, tak ada kebun pro-duksinya,” tutur Rohayati sedih. Orang malas menanam kina, karena meski harganya mahal, namun untuk memanen harus menunggu tujuh tahun. Sebagai pelindung teh dari sengatan langsung matahari juga sudah digantikan alamander dan pohon kayu putih.

Nasib obat malaria itu di Indo-nesia seperti halnya minyak. “Dulu kita eksportir terbesar, sekarang Indonesia importir terbesar kina,” ucap Head of Business Division Indo-nesian RITC ini. Padahal kina seka-rang bukan lagi sekadar obat mala-ria. Melainkan 70%-nya digunakan untuk baverage, campuran bahan minuman bersoda terutama yang di-produksi untuk daerah empat musim.

Ironis memang, pusat penelitian kina, tanpa kebun kina. Rohayati berharap, pemerintah utamanya pe-merintah daerah, mau turun tangan. Menggalakkan kembali penanaman kina, untuk mengembalikan ikon Gambung yang sudah mendunia itu. Sayang kalau tinggal nama.

Ironis memang,

pusat penelitian

kina, tanpa kebun kina.

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 28: Balance edisi 8.pdf

28 TAHUN I VOLUME 08

berproduksi sejak 1878. Dalam kondi-si demikian produksinya tinggal sete-ngah, dan peremajaan membutuhkan dana hingga Rp 100 juta per tahun. Untuk bibit saja membutuhkan Rp 26 juta per hektar.

Belum lagi ketidakpastian pene-gakan hukum di Indonesia, membuat temuan para peneliti teh Gambung tak mendapatkan penghargaan seba-gaimana mestinya. Banyak perusa-haan besar yang membeli bibit ung-gul hanya sekali, lantas memperba-nyak sendiri. Sedikit pun tidak ada royalti yang masuk sebagai penda-patan. Padahal biaya penelitian untuk setiap penemuan klon baru mencapai Rp 1 miliar.

Beruntung RITC Gambung memi-liki Rohayati, yang bergiat untuk mendorong lembaga tempatnya men-gabdi itu bergerak ke bisnis hilir. Ia mendorong berbagai penemuan dari Gambung untuk gencar disosialisasi-kan dan dipromosikan. “Kita dituntut untuk mandiri, sehingga kita pun harus profesional dari sisi marketing. Dari sisi farmasi kita harus maju,” ucapnya kepada Balance.

Di sinilah letak bersinarnya RITC, dari penguatan bisnis hilir. Setelah sempat merugi sampai Rp 5 miliar dan menambal utang ke Pusat

Penelitian Kelapa Sawit, memasuki

2013 RITC mampu meraih untung Rp 200 juta. Bukan hanya teh yang dihi-lirisasi, tetapi juga potensi yang lain. Salah satunya peninggalan Kerkhoven berupa temuan mata air, yang kini di-usahakan untuk produk air mineral dalam kemasan.

Kelebihan air mineral Gambung, adalah sangat cocok untuk menyeduh teh. Inspirasi ini muncul setelah RITC mendapat kunjungan mahasiswa “Sekolah Teh” asal Korea, yang me-nyatakan air tanah Gambung me-ngandung Ph dan kandungan zat-zat lain yang paling cocok untuk minum teh. Teh yang diseduh dengan air mi-neral Gambung, aroma dan bahan-ba-han aktifnya yang bermanfaat untuk kesehatan terlarut dengan sempurna.

Meski demikian, Rohayati meng-aku air mineral Gambung dalam ke-masan itu belum dapat dijual ke kha-layak umum. Pasalnya izin dari peme-rintah tidak kunjung turun. “Sudah setahun kami ajukan, dari Januari sampai Desember 2013, belum juga keluar izinnya,” ungkapnya masygul.

Padahal biaya yang sudah dikeluarkan untuk

peng urusan izin itu menca-

pai

us maju,

nya RITC, r. Setelah 5 miliar

ke Pusat S i

Padahal biaya yang sudah dikeluarkan untuk

peng urusan izin itu menca-

pai

Rp 75 juta. “Kami dianggap korporat, jadi susah izinnya. Paling susah izin dari pemerintah daerah. Banyak seka-li izin yang harus diurus, izin ling-kungan, izin HO, izin gudang dan se-bagainya,” papar Rohayati lagi.

Toh bukan sekali ini persoalan izin membelit RITC. Untuk kormesialisasi “White Tea”, menurut Rohayati juga cukup berliku. Di antaranya izin ling-kungan. “Kami pabriknya cuma 200 hektar, tapi yang diaudit sampai 600 hektar. Mahal dan lama,” tukasnya.

Untuk pemasaran White Tea se-cara lebih luas di Indonesia, ia meng-aku masih harus menunggu restu BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). “Kami berharap izin dari BPOM segera keluar, karena tinggal dari situ aja yang belum keluar,” tu-turnya. Lucunya, justru izin dari Pemerintah Jepang yang lebih dulu keluar, sehingga White Tea sudah bisa diekspor dan dipasarkan di Negeri Sakura sejak 2013.

Meski banyak ketidakpastian yang harus dihadapi, peraih “Th e Winner of Innovative Idea Award 2009” dari The International Society of Antioxidant in Nutrition and Health, Paris, Perancis ini mengaku tak pernah patah arang. Justru berbagai hambatan itu mem-buat semangatnya makin berkobar. Ia pun mendorong seluruh karyawan dan peneliti di RITC terus berinovasi untuk kemakmuran bersama.

“Kalau dulu kita karyawan peme-rintah yang digaji biasa, sekarang kita harus bisa menghasilkan uang sen-diri,” ucapnya setiap memberikan mo-tivasi kepada para karyawan dan pe-neliti. Kontrak-kontrak kerjasama, penelitian, dan kontrak-kontrak pela-yanan, diharapkan bisa memberikan pemasukan untuk keberlangsungan lembaga. Minimal sama dengan gaji yang mereka terima. Ia pun optimis, ke depan RITC yang tadinya merupa-kan cost centre, ke depan bisa menjadi profi t centre. Lebih dari itu, bisa terus menebarkan manfaat teh untuk kese-jahteraan umat manusia.

I N S P I R A S IFO

TO-F

OTO

: TA

TAN

AG

US

RST

28288 TTTTTTTTAHUAHUAHUAHAHAHUHH N IN IN N IN IIIIIIIIIIIIIIIIIII VVVVVVVVVVVOLUOLUOLUOLUOLUOLUOLUOLOLUOLUOLULOLULLOLUOLUMEMMEMMMMMMMMM 0080808888888800

Penelitian Kelapmema

pa Sawit, asuki

OTO

FO-F

OTO

: TA

TAN

AG

US

RST

Page 29: Balance edisi 8.pdf

29VOLUME 08 TAHUN I

A P A & S I A P A

DUTA BATIK

M ENDIANG Nelson Mandela sangat kesengsem dengan batik, busana khas Indonesia itu selalu dipakainya dalam acara-acara resmi di forum internasional. Bapak Afrika Selatan itu, meski tak pernah ditunjuk

secara resmi tak ubahnya sebagai duta batik Indonesia.Setelah Dia berpulang, posisinya sebagai “duta batik”

sepertinya akan diteruskan oleh Maria Gabriella Isler. Wanita cantik ini berterus terang jatuh cinta kepada batik. “Saya harap bisa memakai batik ke seluruh dunia,” ujarnya.

Tentu bukan sekadar omong kosong untuk menyenangkan Indonesia, dengan posisinya sekarang, sangat memungkinkan baginya berkeliling jagat. Wanita yang akrab dipanggil Molly ini adalah penerus kedigdayaan Venezuella di ajang kontes ratu sejagat.

Setelah bersaing ketat dengan ratusan kontestan dari berbagai negara, Molly ditahbiskan sebagai Miss Universe 2013. Tak sekadar cantik, dia juga dipilih karena kelembutan hatinya.

Dengan batik boleh dibilang Molly jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia menyentuh dan memakainya pertama kali seumur hidupnya saat berkunjung ke Indonesia penghujung Januari lalu. Selama di Indonesia, dia berkunjung ke Yogyakarta. Tak sekadar mendapatkan pengetahuan tentang sejarah batik, Molly juga berkesempatan merasakan membatik di Kota Gudeg. Dia sangat menikmati saat-saat menggoreskan malam pada lembar kain.

Molly membawa beberapa koleksi produk batik cantik, berupa pakaian dan scarf yang akan dibawanya berkeliling dunia.

SHEC

AN

TIK

ON

LIN

E.C

OM

.

Page 30: Balance edisi 8.pdf

30 TAHUN I VOLUME 08

R A N A

Hujan sejatinya anugerah, pembawa khabar gembira, penumbuh biji-bijian di dalam tanah, tapi kini hujan pun dicoba untuk “direkayasa” digeser dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menuju Sukabumi agar tak jatuh di tanah Jabodetabek.

Kini hujan yang deras menjadi bencana di tanah ini, dia tidak disambut, tapi dihindari, menjadi momok terlebih turunnya di hulunya sungai-sungai yang mengaliri Jakarta. Aliran sungai di Ibu kota, kanal barat dan timur, waduk-waduk tak mampu lagi menampung air yang tumpah. Karena ruang gerak dan daya tampung air sudah terkooptasi

tangan-tangan manusia, sungai-sungai semakin menyempit, tanah-tanah berubah menjadi hamparan beton.

Dan anugerah pun berbalik menjadi bencana, ribuan rumah terendam, tebing-tebing ambrol menimbun hunian di bawahnya, air mata dan jerit serta gemeretak gigi anak-anak yang menggigil, air meluap mencari jalannya sebelum harus sampai menuju laut, sebulan sudah banjir melanda.

Kapan tibakah hujan turun di dinantikan, bukan derita tapi derai tawa menyambut ceria, semua tergantung dari sikap kita terhadap alam ini.

Teks dan Foto: Tatan Agus RST.

Saat Anugerah Menjadi Bencana

Page 31: Balance edisi 8.pdf

31VOLUME 08 TAHUN I

Page 32: Balance edisi 8.pdf

32 TAHUN I VOLUME 08

R A N A

Page 33: Balance edisi 8.pdf

33VOLUME 08 TAHUN I

Page 34: Balance edisi 8.pdf

34 TAHUN I VOLUME 08

S A F E T Y

ZERO menjadi angka keramat tim HSSE per-usahaan-perusahaan migas. Angka ini men-jadi penanda pencapai-an tertinggi safety. Is-

tilah nya zero TRIR (Total Recordable Incidence Rate) dan zero NOA (Number of Accident). Yang sudah memegang ber usaha terus menggenggamnya. Yang belum, berjuang sekuat tenaga untuk mencapainya.

Field Prabumulih termasuk yang mencorong. Mereka mencatat 37.290.660 total jam kerja selamat sejak 12 Agustus 2006 hingga 31 Januari 2014. Tak mengherankan jika pada assesment pertama mereka men-

dapat ISRS 7 level 5. Pencapaian terse-but merupakan refl eksi pelaksanaan komitmen terhadap safety manage-ment (manajemen keselamatan). Bagi mereka, safety management merupa-kan bagian krusial yang bersifat inte-gral dalam menjalankan good business management.

Field Prabumulih terus berkomit-men untuk menjadikan faktor kesela-matan sebagai prioritas utama ke-giatan operasi. Mempertahankan zero TRIR (Total Recordable Incidence Rate) dan zero NOA (Number of Accident) yang diperoleh pada 2013 dan tahun-tahun sebelumnya membutuhkan usa-ha yang berkelanjutan dan berkesi-nambungan. “Tantangan untuk mem-

pertahankan angka TRIR dan NOA di tahun 2014 diupayakan melalui 4 kunci yakni excellent planning, monitor-ing, improvement, dan measurement,” ujar Gelar W Suganda, nakhoda tim HSSE Field Prabumulih.

Excellent planning dimulai dengan penyusunan rencana kerja HSSE se-panjang 2014. Monitoring kinerja HSSE dijalankan secara periodik yakni mingguan melalui rapat koordinasi fi eld, bulanan dengan laporan HSSE, serta rapat tinjauan manajemen guna memastikan target kinerja HSSE terpe nuhi. Improve ment diupayakan dengan pe nyempurnaan STK (TKO/ TKI/ TKPA) sebagai acuan dan prose-dur kerja. Selanjutnya measurement dilaksanakan melalui ISRS 7 dan Surveillance ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001 untuk memastikan im-plementasi safety management yang ada sudah sesuai dengan standar.

Field Prabumulih memiliki la-pangan yang sangat luas yakni 15.331,11 km² di mana pelaksanaan kegiatan bisnisnya mencakup sumur-sumur, SP, SKG, PPP, area perkantoran

PRABUMULIH MENGGENGGAM

ZEROMencatat 37.290.660 total jam kerja

selamat sejak 12 Agustus 2006 hingga 31 Januari 2014. Mengandalkan

excellent planning, monitoring, improvement, dan measurement.

Oleh : Nur Sukma Puteri

Page 35: Balance edisi 8.pdf

35VOLUME 08 TAHUN I

dan tempat tinggal, flowline hingga trunkline yang terbentang di 3 Kabu-paten dan 2 Kota yaitu: Kabu paten Muara Enim, Kabupaten Ogan Ilir, Ka bupaten Ogan Komering Ulu, Kota Pra bumulih dan Kota Palembang men jadikan tantangan tersendiri bagi supervisi yang baik. “Menjadikan HSSE everybody’s business, implemen-tasi HSSE Golden Rules (patuh, inter-vensi, dan peduli) bagi semua pekerja, TKJP maupun mitra kerja akan terus digiatkan,” imbuh Gelar. Penanaman awareness building dan peningkatan kapabilitas seluruh SDM sendiri diya-kini oleh lulusan S2 FKM Universitas Indonesia ini sebagai hal paling efektif untuk menjalankan safety manage-ment mengingat supervisi terhadap keselamatan di lapangan yang luas dan kegiatan operasional yang terse-bar dalam area WKP tidak mungkin jika hanya dijalankan fungsi HSSE.

Pada 2013 kegiatan awareness building dan peningkatan kapabilitas SDM dijalankan melalui penggiatan PEKA online di lingkungan Field Prabu mulih, basic safety training untuk

TKJP, dan peningkatan efektivitas SIKA dan JSA. Penggiatan PEKA on-line dilakukan melalui penerapan tar-get per Fungsi dan dalam triwulan terakhir tercatat peningkatan yang signifikan pada triwulan terakhir 2013 dengan pelaporan pada Oktober – De sem ber secara berturut-turut se-banyak 81, 87, dan 214. Basic safety training telah mencapai ang ka realisa-si sebesar 35% dari total 505 orang TKJP sejak pelaksanannya pada November 2013 dan terus berjalan di tahun 2014 mengingat kuota pelaksa-naan setiap minggunya hanya seba-nyak 35 orang untuk mengedepankan efektivitas dari pelatihan yang ada. Terkait mit ra kerja, diupayakan pe-ningkatan pe ran pengawas pekerjaan dan asset hold er dalam implementasi JSA dan SIKA.

Untuk memastikan safety mana-gement di Field Prabumulih berjalan secara komprehensif, kegiatan opera-sional di seluruh lapangan dipastikan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang baik melalui pemeliharaan dan perawatan sarana dan fasilitas HSSE,

serta sertifi kasi peralatan yang dilaku-kan dengan menunjuk perusahaan jasa inspeksi teknis.

Menurut Gelar, upaya-upaya pre-ventif terus dilakukan untuk menjaga keselamatan. “Memastikan nol kece la-kaan secara esensial merupakan kegiat-an utama dalam safety management Field Prabumulih,” ujarnya. Ini dilaku-kan dengan memitigasi risiko yang kom prehensif terhadap pekerjaan tiap fungsi dan implementasi hasil mitigasi yang ada untuk menghindari risiko-risiko kecelakaan kerja serta ‘analisa belajar dari kejadian’ untuk menghin-dari ter jadinya kejadian serupa di masa men datang dan melanjutkan perjalan-an angka jam kerja selamat di Field Prabumulih.

100%

7%

99%

100%

85%

100%100%

100%

100%

100%

100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%Pipa Penyalur

Stasiun /Instalasi

Bejana Tekan

Pressure SafetyValve

Tangki Timbun

Boiler / FireHeater

RotatingEquipment

Elektrikal

Pesawat / AlatAngkat

Metering

Rig & Hoist

GRAFIK SERTIFIKASI PERALATAN PERTAMINA EP

Jenis Penyebab Jumlah ProsentaseTindakan Substandard 22 45.83%Kondisi Substandard 11 22.92%Faktor Manusia 8 16.67%Faktor Pekerjaan / System 7 14.58%

Jumlah 48 100.00%

Page 36: Balance edisi 8.pdf

36 TAHUN I VOLUME 08

L E N S A A S S E T

T EPAT pukul . WITA sirine kondisi keadaan darurat terdengar dari Jetty Anggana Field Sangasanga. Terjadi kerusakan fl eksible hose inci dari pipa transfer pengisian minyak mentah kedalam kapal

tanker milik PT. Pertamina EP Field Sangasanga. Minyak pun tumpah ke perairan Mahakam.

Muharza selaku Staf Environment HSSE Field Sangasanga dan juga selaku deputy on scene commander penanggulangan keadaan darurat segera mengumpulkan seluruh anggota Tim Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat (OPKD). Deputy on scene commander dengan sigap dan jelas memberikan arahan serta membagi anggota menjadi tim oil boom dibantu tim speed boat menyiapkan oil boom dari darat menuju perairan untuk melokalisasi ceceran minyak.

Selanjutnya tim skimmer menyiapkan peralatan penghisap minyak mentah di perairan yang telah

terlokalisasi. Tim waste management juga bergegas membersihkan sampah dan bahan sisa digunakan pada penghisapan tumpahan minyak. Serta tim medical sudah bersiap di lokasi Jetty 136 Anggana.

Dalam waktu kurang dari dua jam, Tim OPKD Pertamian EP Field Sangasanga dengan dibantu oleh Emergency Respond Team (ERT) dari SKK Migas Kalsul, Chevron, Medco Energi, Mubadala Petroleum, Total EP Indonesie, dan Vico Indonesia telah dapat menanggulangi tumpahan minyak mentah yang berada di perairan Sungai Mahakam tanpa korban jiwa dan kerusakan akibat kebakaran dari insiden ini.

Begitulah simulasi penanggulangan keadaan darurat pada hari kedua kegiatan Cross Inspection & Joint Exercise di Tahun 2014 yang berlangsung pada 19-20 Februari. Untuk pertama kali PT Pertamina EP Field Sangasanga menjadi tuan rumah pada event tahunan tersebut. Kegiatan ini selain dihadiri oleh perwakilan dari enam Perusahaan Migas Kalsul yaitu

MENYAPU TUMPAHAN

MINYAK

Pelatihan Mahakam: persiapan pemasangan oil skimmer untuk memisahkan air dan minyak serta melakukan pengisapan tumpahan minyak di perairan.

Pelatihan Mahakam: menggelar oil boom dari darat ke perairan untuk melokalisasi tumpahan minyak.

FOTO

-FO

TO:

AR

IE F

AH

LUP

I

Page 37: Balance edisi 8.pdf

37VOLUME 08 TAHUN I

Pertamina EP, Chevron, Medco Energi, Mubadala Petroleum, Total EP Indonesie, dan Vico Indonesia.

Selain di Mahakam, pelatihan serupa digelar juga di perairan Bunyu pada 13 Februari lalu. Jika di Mahakam, tumpahan minyak disebabkan kebocoran pipa transfer, di Bunyu penyebabnya loasing hose pecah sehingga minyak menggenangi lokasi Conventional Buoy Mooring (CBM)

Peristiwa ini segera ditanggapi cepat tim manajemen Field Bunyu dengan mengerahkan tim penanggulangan tumpahan minyak. Peralatan penanggulangan minyak seperti deploy oil boom TM 2000, tug boat Diasraya 001 dan Diasraya 002, fi ber boat, temporary fl oating storage, rubber boat, Vacuum truck dan peralatan lainnya dikerahkan untuk membantu proses penanggulangan tumpahan minyak. Tim pe nanggulang an tumpahan minyak yang dipimpin oleh M. Nur Samudin sebagai on scene commander ini dengan cepat dan hati-hati melakukan

setiap proses penanggulangan agar tumpahan minyak tidak meluas.

Pelatihan yang dilakukan pada koordinat S: 30° 28’ 48” dan E: 170° 50’ 17” ini diikuti sekitar 75 orang pekerja Field Bunyu dibantu tim OSCT – Slickbar. Cuaca sangat terik dan arus laut deras yang selalu berubah-ubah serta kencangnya angin yang menyelimuti areal pantai Pulau Bunyu tidak menyurutkan semangat para peserta simulasi.

Mereka dikelompokkan ke dalam beberapa tim, antara lain on scene commander, transportation, unit tug boat, fiberboat, rubber boatsecurity & public relations, serta medical team. Tiap-tiap tim berperan sesuai fungsi dan tugas masing-masing dan saling bekerjasama hingga tumpahan minyak dapat teratasi. Aksi penyelamatan dimulai dari menggelar oil boom untuk mengumpulkan minyak yang tumpah, menghisap minyak mentah dengan menggunakan oil skimmer, menyemprotkan oil dispersant di sekitar

DARI MAHAKAM DAN BUNYU

Pelatihan Mahakam: anggota tim oil skimmer berusaha menahan selang penyedot berisi minyak mentah yang bertekanan tinggi agar stabil.

Pelatihan Mahakam: deputy on scene commander sedang berkoordinasi dan memberikan arahan kepada anggota tim lainnya.

Page 38: Balance edisi 8.pdf

38 TAHUN I VOLUME 08

L E N S A A S S E T

areal tumpahan dan penarikan oil boom ke atas Jetty. Pada proses terakhir ini sempat menemui beberapa kendala akibat perubahan arus singkat dan kencangnya arus bawah laut serta di perparah oleh tiupan angin pada sisi freeboard sepanjang penggelaran sehingga menyulitkan proses penarikan kembali oil boom.

Bunyu Operations Planning Assistant Manager Lukman Akhmad menjelaskan bahwa simulasi ini merupakan upaya peningkatan kompetensi pekerja dan kualitas operasi di Field Bunyu yang senantiasa memperhatikan aspek lingkungan. “Tumpahan minyak di perairan merupakan hal yang sangat tidak diharapkan dalam kegiatan operasi migas namun kita harus mempersiapkan diri apabila hal itu terjadi agar dapat dilakukan upaya penanganan yang cepat dan tepat untuk mengatasinya,” ujarnya.

Field Bunyu adalah salah satu lapangan yang menjadi backbone Pertamina EP dengan produksi rata-rata 7.000 BOPD. Padatnya aktivitas operasi membuat lapangan ini harus waspada dan siap dengan segala kondisi darurat yang mungkin timbul. Pelatihan penanggulangan tumpahan minyak ini merupakan bukti bahwa lapangan ini tidak melupakan

aspek-aspek lingkungan yang terus dilakukan, baik melalui upaya pencegahan maupun upaya penanggulangan yang optimal. Unsur Health, Safety, Security & Environment(HSSE) selalu menjadi “ruh” dalam setiap kegiatan operasi yang dijalankan sebagai komitmen Field Bunyu dalam mendukung road to zero accident. ARIE FAHLUPI/AMMA/IMAM

Pelatihan Bunyu: proses pemompaan udara ke dalam oil boom.

Pelatihan Bunyu: deputy on scene comander memberikan instruksi.

IMA

M M

AU

LAN

A

IMA

M M

AU

LAN

A

Page 39: Balance edisi 8.pdf

39VOLUME 08 TAHUN I

PENGAMANAN SATU PINTU UNTUK ATASI PENCURIAN MINYAKPIHAK Kodam II/ Srwijaya sedang menyusun pola pengamanan terpadu melalui satu pintu untuk meng-amankan jalur pipa migas milik Pertamina di Asset 2. Di wilayah ini, terutama jalur pipa Plaju-Tempino pencurian minyak masih sering terjadi. “Dengan pola yang sama ini akan mudah memonitor dan melaksanakan tugas-tugas pengamanan bersama, melalui konsep yang dapat diukur dan berkesinambungan,” kata Kasdam II/SWJ Brigjen TNI Totok.

Pernyataan itu disampaikan Kasdam saat berkunjung ke kantor PEP Asset 2. Hadir dalam kesempatan silaturahmi tersebut, antara lain VP HSSE Lelin Eprianto. GM Tubagus Nasiruddin, para Manajer dan Asisten Manajer di lingkungan Asset 2 bersama jajaran Koramil dan personil pendukung lainnya.

VP HSSE Lelin Eprianto memaparkan permasalahan keamanan jalur pipa migas dan bentuk pencurian lainnya di Asset 2. “Hampir 58% permasalahan keamanan dan pencurian migas, khususnya melalui trank line dari P3 hingga ke Plaju, termasuk di unit produksi lainnya di PEP Asset 2,” ujar Lelin. Kalau produksi minyak terbesar di wilayah ini terganggu, tentu akan berpengaruh bagi pencapaian produksi minyak di Pertamina EP. “Jika kita bisa menyelesaikan persoalan keamanan di sini, Insya Allah produksi kita akan bagus,” ujar Lelin.

Dalam Assessment yang berlangsung Jumat (14/2) juga dipaparkan masing-masing permasalahan keamanan oleh tiap Field mulai dari Field Prabumulih, Field Limau, Field Pendopo dan Field Adera yang punya konsep pengamanan berbeda. Melalui pertemuan ini, diharapkan terbangun visi bersama tentang pola pengamanan terpadu antara TNI dan Pertamina, khususnya di wilayah Asset 2, sehingga pencurian minyak mentah sejenisnya akibat ulah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat ditanggulangi.

BERTEMPAT di Kampus Universitas Gadjah Mada, pada 20 Februari lalu Pertamina EP bersama Kementerian Kehutanan dan Fakultas Kehutanan UGM mengkoordina-sikan peluang kerjasama terkait dengan kajian konservasi dan pelestarian keanekaragaman hayati. Hal ini merupakan salah satu pintu sinergi program “tumbuh bersama lingkungan” yang dilakukan oleh Pertamina EP dengan upaya konservasi.

Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung  Kementerian Kehutanan Bambang Dahono menegaskan bahwa peran serta pelaku usaha dalam mendukung upaya konservasi sangat dibutuhkan. Lebih lanjut Bambang menjelaskan bahwa pada prinispnya kawasan konservasi harus dijaga dan ada aturannya dalam undang-undang. Sementara di sisi lain, kepentingan energi nasional juga harus dipenuhi.

Pada kesempatan tersebut Asset 4 Legal & Relation Manager Arya Dwi Paramita menegaskan bahwa sebelumnya Pertamina EP Asset 4 bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerjasama studi pelestarian Rusa Jawa di Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro berkolaborasi dengan Perum Perhutani KPH Parengan. “Dalam menjaga kelestarian lingkungan, Pertamina EP memiliki komitmen untuk tumbuh bersama lingkungan. Komitmen ini diwujudkan dengan program penanaman lebih dari 200 ribu pohon setiap tahunnya, serta pelestarian satwa endemik dan satwa yang terancam punah,” ujarnya.

Dr. Satyawan Pudyatmoko, M.Sc menyambut baik kerjasama Pertamina dengan UGM. Satyawan menegaskan bahwa Pertamina dan UGM sudah memiliki MOU yang ditandatangani oleh Rektor UGM Prof Ir. Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D dan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) M. Afdal Bahaudin pada tahun 2011.  Satyawan menambahkan bahwa salah satu kawasan konservasi yang membutuhkan dukungan dari banyak pihak adalah di kawasan Gunung Merapi. ADP

SINERGI UNTUK KONSERVASI

Page 40: Balance edisi 8.pdf

40 TAHUN I VOLUME 08

L E N S A A S S E T

JANUARI dan Februari menjadi bulan spesial bagi insan HSSE. Sebulan penuh sejak Januari hingga Februari diperingati seba-gai Bulan K Nasional. Tak hanya untuk sek-tor migas, tapi juga untuk sektor lain. Untuk terus menggemakan pentingnya keselamatan

dan kesehatan kerja, berbagai fi eld di lingkungan PT Pertamina EP (PEP) menggelar berbagai kegiatan.

Selain mengadakan apel peringatan bulan K3, PT Pertamina EP Asset 3 Field Tambun melalui Fungsi HSSE (Health Safety Security and Environment) mengadakan sosialisasi penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi siswa siswi setingkat SMK/SMA di wilayah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, antara lain SMK Darul Amal (Babelan-Bekasi), SMA At-Tauhid (Babelan-Bekasi), dan SMK Negeri 1 Tirtajaya (Tirtajaya - Karawang).

“Dengan adanya peran serta institusi pendidikan ini, kami harapkan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja bagi siswa siswi mulai tumbuh sejak dini,” ujar Sigit Isbiantoro selaku HSSE Assistant Manager. Ini penting karena wilayah kerja Field Tambun berdekatan dengan pemukiman sehingga, perlu pemahaman yang lebih dalam hal safety terutama untuk masyarakat awam yang ada di sekitar wilayah kerja. Dalam kegiatan tersebut disampaikan materi tentang potensi bahaya, peralatan penanggulangan bahaya, dan lain sebagainya. Acara ini menjadi lebih berkesan bagi peserta sosialisasi karena mereka bisa mencoba langsung bagaimana menghadapi

bahaya seperti kebakaran dan cara memadamkannya.Keterlibatan dunia pendidikan dalam kegiatan PT

Pertamina EP Asset 3 Field Tambun kali ini memang bukan kali pertama, karena dirasa pendidikan di luar kurikulum sekolah seperti ini bisa meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat.

Di Field Prabumulih, dengan mengusung tema Let’s Continue to Act Safely for Operational Excellence, Bulan K3 diperingati dengan empat kegiatan utama, yakni campaign, penertiban, pelatihan, serta perlombaan.

Kegiatan safety campaign dijalankan untuk mempromosikan budaya K3 melalui pemasangan spanduk di area komplek Pertamina EP sekaligus fasilitas-fasilitas produksi dan pemasangan kebijakan HSSE dan narkotika dari Presiden Direktur Pertamina EP di semua Fungsi. Sementara untuk penertiban dilaksanakan melalui operasi tertib BKLJ untuk memastikan ketertiban berkendara dalam lingkung Field Prabumulih.

Bekerja sama dengan Jakarta Emergency Medical Service 119, Field Prabumulih juga menggelar pelatihan P3K dengan yang diikuti oleh 60 peserta, untuk meningkatkan kompetensi Tim Medis Penanggulangan Darurat yang ada di tiap Fungsi. Sedangkan untuk kegiatan perlombaan di bulan K3 terdiri dari lomba simulasi keadaan darurat, lomba cerdas cermat, lomba good housekeeping, lomba foto K3, dan kontes slogan K3.

Rangkaian kegiatan bulan K3 merupakan refl eksi Seorang siswa dari SMK N 1 Tirtajaya sedang memadamkan api dengan APAR.

Seorang siswa SMK Darul Amal sedang memadamkan api menggunakan karung basah.

SEMARAK BULAN KESELAMATAN

Page 41: Balance edisi 8.pdf

41VOLUME 08 TAHUN I

terhadap ajakan dan seruan kepada seluruh insan pekerja dan mitra kerja agar benar-benar menerapkan faktor K3. “Bulan K3 adalah program nasional pemerintah. Sebagai salah satu insan pelaku dunia usaha, alhamdulillah kita sudah berhasil melakukan acara ini dengan lancar dan mudah-mudahan akan bermanfaat bagi kita,” tutur Field Manager Prabumulih Subli Ibrahim, dalam sambutan acara penutupan bulan K3 bertempat di Gedung Patra Ria Prabumulih pada 14 Februari.

Kendati pencapaian terkait dengan K3 telah diraih Field Prabumulih seperti ISRS7 (International Sustainability Rating System) Level 5, zero TRIR, zero NOA, hingga peraihan PROPER hijau untuk kedua kalinya di tahun 2013, Ia mengingatkan agar tidak berpuas diri terhadap peraihan yang telah dicapai. “Kita pertahankan, jangan lengah, dan tetap mawas diri,” ujarnya.

Di Muara Enim, Field Limau mengisi Bulan K3 de-ngan menggelar aneka lomba ketangkasan dan donor darah.Acara dibuka resmi oleh GM Asset Tubagus

Nasiruddin di halaman Kantor Field Limau. Ia menyebut-kan, HSSE adalah hal yang mutlak dan mendasar yang harus diperhatikan dan diterapkan di lingkungan per-usahaan. “Mari kita jadikan budaya HSSE/Safety sebagai fondasi utama dan budaya kita melaksanakan seluruh ke-giatan perusahaan,” ujar Tubagus Nasiruddin.

Di Field Adera Bulan K3 diisi dengan penyuluhan kesehatan keluarga yang diikuti oleh sekitar seratus Ibu Rumah Tangga di sekitar wilayah kerja perusahaan pada Sabtu, 8 Februari 2014 lalu. “Ibu-ibu ini kan aktor utama dalam urusan rumah tangga sehari-hari, jadi harus memiliki pengetahuan mendasar mengenai kesehatan keluarga, sehingga dapat diterapkan untuk keluarga tercinta di rumah,” ujar dokter klinik Field Adera, dr Ardi.

Sementara PT Pertamina EP Field Jambi memperingati Bulan K3 dengan melaksanakan lomba cerdas cermat yang melibatkan seluruh fungsi. Lomba dilaksanakan dalam dua hari, 8-9 Februari 2014. Babak penyisihan mempertemukan 12 Fungsi yang masing-masing terdiri dari 2 orang pekerja dan 2 orang pekarya. Empat pemenang dalam babak penyisihan: Fungsi Petroleum Engineering, SCM&GS, Legal & Relations, serta Medical & Security, memperebutkan gelar juara pada esok harinya.

Final disaksikan langsung oleh Jambi Field Manager, S. Salindeho, dan berlangsung meriah. Melalui persaingan yang sengit, SCM&GS merebut gelar juara pertama diikuti tim Legal & Relations, tim Petroleum Engineering, dan tim Medical & Security.

S. Salindeho mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk edukasi K3 yang menarik bagi seluruh pekerja dan pekarya. Ia berharap acara serupa dapat dilaksanakan dalam skala yang lebih besar dan melibatkan lebih banyak pekerja dan pekarya Field Jambi. YONG MURSITO ARDY/NUR SUKMAPUTERI/WAWAN/AHC/MIRANDAKegiatan donor darah di Field Limau, Muara Enim.

Lomba Cerdas Cermat K3 di Field Jambi.

Page 42: Balance edisi 8.pdf

42 TAHUN I VOLUME 08

PRODUKSI ASSET 1 BULAN JANUARI 2014

AREA OPERASIMINYAK

GASRealisasi Sasaran

Pangkalan Susu 632 BOPD (107%) 591 BOPD 14,78 MMSCFDRantau 3.356 BOPD (111%) 3.012 BOPD 4,62 MMSCFD

Kondensate PT Maruta 138 BOPD (110%) 128 BOPDJambi 4.001 BOPD (99%) 4.057 BOPD 4,05 MMSCFD

Lirik 2.093 BOPD (100%) 2.083 BOPDRamba 6.625 BOPD (98%) 6.785 BOPD 15,20 MMSCFD

Unitisasi PPG Suban 875 BOPD (98%) 892 BOPD 75,63 MMSCFDUnitisasi T, Laban 424 BOPD (105%) 406 BOPD 0,33 MMSCFD

EOR 1.242 BOPD (90%) 1.382 BOPDTotal 17.719 BOPD (101%) 17.545 BOPD 114,28 MMSCFD

PRODUKSI ASSET 2 BULAN JANUARI 2014

AREA OPERASIMINYAK

GASRealisasi Sasaran

Prabumulih 6.170 BOPD (97%) 6.329 BOPD 127,89 MMSCFDKondensate PT Titis 349 BOPD (100%) 350 BOPD

Kondensate OBP 359 BOPD (115%) 312 BOPDKondensate PSG 1.806 BOPD (98%) 1.850 BOPD

Pendopo 2.201 BOPD (106%) 1.914 BOPD 293,00 MMSCFDLimau 8.333 BOPD (92%) 9.079 BOPD 10,26 MMSCFDAdera 1.219 BOPD (109%) 1.120 BOPD 6,85 MMSCFD

Proyek Paku Gajah 1.010 BOPD (128%) 788 BOPD 37,65 MMSCFDUnitisasi Air Serdang 564 BOPD (87%) 650 BOPD 2,68 MMSCFD

EOR 306 BOPD (94%) 325 BOPDTotal 21.830 BOPD (97%) 22.392 BOPD 478,33 MMSCFD

PRODUKSI ASSET 3 BULAN JANUARI 2014

AREA OPERASIMINYAK

GASRealisasi Sasaran

Jatibarang + X Ray 6.290 BOPD (83%) 7.602 BOPD 70,03 MMSCFDSubang 1.576 BOPD (98%) 1.616 BOPD 265,06 MMSCFD

Tambun 3.681 BOPD (84%) 4.406 BOPD 40,18 MMSCFDProyek PDM 1.220 BOPD (99%) 1.233 BOPD 24,72 MMSCFD

Unitisasi MB Unit 200 BOPD (61%) 326 BOPD 0,43 MMSCFDEOR - 46 BOPD

Total 12.967 BOPD (85%) 15.183 BOPD 400,42 MMSCFD

PRODUKSI ASSET 4 BULAN JANUARI 2014

AREA OPERASIMINYAK

GASRealisasi Sasaran

Cepu + KUD 2.248 BOPD (107%) 2.111 BOPD 5,37 MMSCFDNJC Mangkang - - 4,05 MMSCFD

Poleng 1.842 BOPD (78%) 2.362 BOPD 13,32 MMSCFDProyek Gas Jawa - -

Unitisasi Sukowati 16.155 BOPD (70%) 22.952 BOPD 15,11 MMCSFDTotal 20.244 BOPD (74%) 27.425 BOPD 37,85 MMSCFD

PRODUKSI ASSET 5 BULAN JANUARI 2014

AREA OPERASIMINYAK

GASRealisasi Sasaran

Sangatta 1.359 BOPD (104%) 1.312 BOPD 0,49 MMSCFDBunyu 6.202 BOPD (103%) 5.993 BOPD 9,20 MMSCFD

Sorong 954 BOPD (109%) 876 BOPDSangasanga 6.960 BOPD (101%) 6.878 BOPD 1,15 MMSCFD

Tarakan 688 BOPD (97%) 737 BOPDTanjung + Wartap 4.108 BOPD (99%) 4,139 BOPD 2,12 MMSCFD

Sembakung 1.467 BOPD (100%) 1.469 BOPD 3,59 MMSCFDUnitisasi Wakamuk 181 BOPD (92%) 197 BOPD

Total 21.920 BOPD (101%) 21.600 BOPD 16,56 MMSCFD

I N F O P R O D U K S I

Page 43: Balance edisi 8.pdf
Page 44: Balance edisi 8.pdf

pep.pertamina.com

Safety is

Everybody’s Business