budidaya paprika syariah

38
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA PAPRIKA (Pola Pembiayaan Syariah) BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected]

Upload: sugeng-riyadi

Post on 17-Sep-2015

93 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Budidaya Paprika Syariah

TRANSCRIPT

  • POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

    BUDIDAYA PAPRIKA (Pola Pembiayaan Syariah)

    BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

    Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected]

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 1

    DAFTAR ISI 1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2 2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan ................................ ............... 4

    a. Profil Usaha ................................ ................................ ............... 4 b. Pola Pembiayaan ................................ ................................ ........ 5

    3. Aspek Pemasaran ................................ ................................ ........ 6 a. Permintaan ................................ ................................ ............... 6 b. Penawaran ................................ ................................ ................ 7 c. Harga ................................ ................................ ....................... 7 d. Persaingan dan Peluang Usaha ................................ ..................... 7 e. Pemasaran ................................ ................................ ................ 8 f. Kendala Pemasaran ................................ ................................ ..... 9

    4. Aspek Produksi ................................ ................................ ..........10 a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ........... 10 b. Fasilitas Produksi dan Peralatan ................................ .................. 10 c. Sarana Produksi ................................ ................................ ....... 12 d. Tenaga Kerja ................................ ................................ ........... 12 e. Teknologi ................................ ................................ ................ 12 f. Proses Produksi ................................ ................................ ........ 14 g. Jenis dan Mutu Produksi ................................ ............................ 20 h. Produksi Optimum ................................ ................................ .... 21 i. Kendala Produksi ................................ ................................ ...... 21

    5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........23 a. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ................................ ...... 23 b. Pemilihan Pola Usaha ................................ ................................ 23 c. Asumsi ................................ ................................ ................... 26 d. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional ......................... 27 e. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ................................ .. 28 f. Proyeksi Produksi dan Pendapatan ................................ ............... 30 g. Proyeksi Rugi-Laba ................................ ................................ ... 31 h. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ................................ ..... 31 i. Perolehan Margin ................................ ................................ ...... 32

    6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Sosial ................................ ...33 a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ............................... 33 a. Dampak Lingkungan ................................ ................................ . 33

    7. Penutup ................................ ................................ ..................... 35 a. Kesimpulan ................................ ................................ ............. 35 b. Saran ................................ ................................ ..................... 35

    LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 37

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 2

    1. Pendahuluan

    Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan penduduk adalah sayuran. Sayuran menjadi penting dalam kebutuhan pangan penduduk karena menjadi salah satu penyedia gizi berupa serat, vitamin, protein dan lain-lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

    Foto 1.1. Buah Paprika (Capsicum annum var. Grossum)

    Permintaan produk buah-buahan dan sayuran dari Indonesia cenderung terus meningkat. Pasar Amerika dan Eropa setiap tahun meminta kiriman produk olahan buah-buahan dan sayuran dalam jumlah besar. Namun salah satu kendala utama ekspor hortikultura adalah produktivitas tanaman dan kualitas yang rendah. Akibatnya permintaan akan produk buah-buahan dan sayuran tidak selalu dapat terpenuhi.

    Masalah kualitas atau mutu sayuran menjadi salah satu pertimbangan negara-negara pengimpor. Pertimbangan ini karena komoditi sayuran harus memenuhi syarat untuk konsumsi segar dan industri pengolahan bahan baku. Masalah kualitas atau mutu sayuran harus menjadi perhatian, mengingat sifat komoditi sayuran yang mudah rusak dan mudah busuk. Untuk saat ini, komoditi sayuran yang memiliki volume ekspor cukup besar dan stabil adalah jamur dan cabai merah segar. Jamur banyak diekspor ke Inggris, Singapura dan Brunei Darussalam. Sedangkan cabai merah segar diekspor ke Taiwan dan Arab Saudi.

    Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena pasokan lebih kecil dibandingkan permintaan. Produksi dalam negeri masih terbatas,

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 3

    karena paprika merupakan tanaman yang memerlukan kondisi agroklimat dan terbatas pada daerah dataran tinggi. Walaupun bukan merupakan tanaman sayuran asli Indonesia, perubahan gaya hidup dan pola konsumsi penduduk (khususnya perkotaan) berupa menu sayuran permintaan terhadap paprika menunjukkan peningkatan. Paprika yang lebih dikenal dengan nama cabai manis ini banyak ditemukan di pasar swalayan, dan juga di pasar tradisional di daerah perkotaan.

    Paprika adalah tanaman subtropis sehingga akan lebih cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl (di atas permukaan laut). Di Indonesia, tanaman ini banyak diusahakan di daerah seperti Brastagi, Lembang, Cipanas, Bandung, Dieng, dan Purwokerto. Walaupun jika dibandingkan dengan permintaan jenis cabai yang lain, permintaan paprika lebih kecil, luas penanaman paprika terus berkembang seiring dengan permintaan pasar yang terus meningkat.

    Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi paprika adalah melalui intensifikasi dan teknologi penanaman. Teknik budidaya secara hidroponik merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi pada kondisi lahan yang semakin sempit sebagai akibat dari konversi lahan pertanian untuk kawasan industri dan pemukiman. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari teknik budidaya hidroponik antara lain adalah pertumbuhan tanaman dapat lebih dikontrol, produksi tidak tergantung musim, dan harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual komoditi yang dibudidayakan secara tradisional di tanah. Teknik budidaya secara hidroponik memiliki banyak keuntungan, namun di sisi lain budidaya secara hidroponik memerlukan modal yang besar serta pengetahuan dan ketrampilan khusus dalam pelaksanaannya.

    Usaha budidaya paprika di Kabupaten Bandung mulai marak sejak tahun 1994. Pada awal usaha ini dilakukan, petani paprika menggunakan modal mereka sendiri. Baru pada tahun 1997 mulai ada kredit dari bank untuk pengembangan usaha budidaya paprika. Di Kabupaten Bandung usaha ini cukup dapat bertahan selama masa krisis ekonomi.

    Peluang pasar komoditi paprika baik di pasar global, regional, dan lokal perlu di raih antara lain melalui program-program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut. Dukungan tersebut sekaligus juga mengembangkan usaha kecil/menengah yang merupakan pelaku bisnis usaha budidaya tanaman sayuran, khususnya paprika. Tulisan ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi lapang yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan ekonomi-sosial yang terkait dengan pengembangan paprika tersebut.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 4

    2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

    a. Profil Usaha

    Paprika/cabe manis termasuk salah satu produk pertanian yang merupakan kerabat dari cabe pedas. Produksi dan konsumsi paprika di Indonesia belum begitu banyak jika dibandingkan dengan cabe pedas. Belum terkenalnya paprika di Indonesia menyebabkan belum ada data hasil dan produksi dan luas areal penanamannya secara nasional. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat jumlah dan penyebaran usaha pertanian paprika di daerah Kabupaten Bandung tahun 2004/2005.

    Tabel 2.1.

    Jumlah dan Penyebaran Usaha Pertanian Paprika di Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2004/2005

    Wilayah

    Kecamatan

    Jumlah

    Petani

    Luas Areal

    (Ha)

    Produksi

    (ton)

    Tenaga

    Kerja

    Parongpong 19 3,8 190 45

    Cisarua 100 14,0 700 200 Sumber : ASPERIKA

    Petani pengusaha paprika di Kabupaten Bandung memulai usaha ini selain karena harganya yang baik, juga didukung oleh adanya pasar yang mampu menyerap hasil produksi paprika mereka. Kondisi lingkungan yang ada juga memungkinkan usaha budidaya paprika ini untuk dikembangkan menjadi sumber penghasilan mereka.

    Di Kabupaten Bandung, usaha budidaya paprika memiliki asosiasi yaitu Asosiasi Petani Paprika (ASPERIKA) yang berpusat di Kecamatan Parongpong. Keberadaan asosiasi ini oleh petani paprika di Kabupaten Bandung dirasakan bermanfaat karena menyediakan informasi mengenai permintaan akan paprika dan perkembangan harga paprika. Harga jual paprika ditingkat petani umumnya seragam. Selain tergabung dalam ASPERIKA, beberapa petani paprika di Kecamatan Cisarua juga membentuk koperasi yang berfungsi membeli seluruh paprika hasil produksi anggotanya dan kemudian memasarkannya ke Pasar Swalayan.

    Pengusahaan paprika di Kabupaten Bandung pada umumnya menggunakan pola monokultur. Pada pola ini dalam satu lahan pertanian hanya ditanami satu jenis tanaman. Pemilihan pola monokultur pada usaha budidaya paprika ini dimaksudkan agar produktivitas dari tanaman paprika dapat maksimal dan memenuhi permintaan pasar. Pola monokultur yang diterapkan petani di

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 5

    Bandung menggunakan greenhouse sebagai naungan dan budidayanya menggunakan sistem hidroponik.

    b. Pola Pembiayaan

    Pola pembiayaan usaha budidaya paprika dapat berasal dari pengusaha sendiri maupun pembiayaan dari bank dengan proporsi yang sangat beragam antar mudharib (nasabah/pengusaha).

    Merujuk pada perkembangan perbankan syariah, maka pada buku ini salah satu produk syariah yang digunakan untuk pembiayaan budidaya paprika adalah murabahah (jual beli)

    Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi).

    Prosedur dalam mendapatkan pembiayaan meliputi permohonan pembiayaan oleh mudharib (nasabah) yang dilanjutkan dengan peninjauan dan analisis oleh pihak bank dan jika memenuhi persyaratan maka pembiayaan dapat segera dikucurkan.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 6

    3. Aspek Pemasaran

    a. Permintaan

    Pasar dalam negeri

    Paprika merupakan salah satu tanaman sayuran. Di Indonesia tanaman ini hanya dibudidayakan di beberapa wilayah saja, seperti di Lembang, Garut, Cisarua, Dieng, dan Brastagi. Pertumbuhan penduduk perkotaan, berkembangnya menu sayuran non-tradisional yang menggunakan bahan paprika, serta tumbuhnya restoran dan hotel yang menyajukan masakan Barat dan China menyebabkan permintaan akan paprika semakin meningkat.

    Data produksi dan permintaan paprika secara nasional hingga sekarang belum tersedia dikarenakan masih sedikitnya pengusahaan paprika. Untuk daerah Bandung dengan produksi lebih dari 54 ton per bulan belum mampu memenuhi permintaan dalam negeri.

    Pasar luar negeri

    Berdasarkan berita dari www.tempointeraktif.com (2003), ekspor paprika Indonesia telah mencapai beberapa negara seperti Taiwan dan Singapura. Pada tahun 2003 hingga pertengahan Agustus ekspor paprika ke Taiwan mencapai Rp 1,5 miliar dengan volume ekspor sebanyak 155.995 kilogram. Pada tahun yang sama, Taiwan memberlakukan larangan impor paprika dari Indonesia karena paprika Indonesia diduga membawa lalat buah yang belum ada di sana.

    Tabel 3.1 Ekspor Paprika Indonesia ke Taiwan

    Tahun Volume (kg) Nilai (milyar Rp)

    2001 105.124 0,97

    2002 190.055 1,78

    2003* 155.995 1,50 * : sampai bulan Agustus

    Sumber : www.tempointeraktif.com

    Data pada Tabel 3.1. menunjukkan bahwa permintaan akan paprika di pasar luar negeri meningkat tiap tahunnya. Dengan penanganan yang serius dan peran serta pemerintah, paprika Indonesia mempunyai peluang pasar yang cukup besar di pasar luar negeri. Peran serta pemerintah dapat berupa adanya pengujian produk paprika sebelum diekspor dengan metode pengujian yang disetujui oleh negara-negara tujuan ekspor. Pengujian ini

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 7

    untuk menjamin bahwa produk paprika Indonesia sesuai persyaratan yang diminta oleh negara pengimpor.

    b. Penawaran

    Seperti yang telah disebutkan, data produksi paprika secara nasional belum tersedia. Untuk Kabupaten Bandung, ternyata luas areal tanam dan produksi paprika dari tahun 2000 sampai 2004 mengalami penurunan dari 24,3 Ha dengan produksi 1.200 ton menjadi 17,8 Ha dengan produksi 890 ton, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.2. Petani yang masih bertahan sampai sekarang telah menggeluti usaha paprika ini sejak awal (1994) dan telah memiliki pasar untuk produk paprika yang mereka hasilkan.

    Tabel 3.2. Perkembangan Usaha Pertanian Paprika Selama 5 Tahun

    Tahun Luas Areal

    Tanam (ha)

    Luas Panen

    (ha) Produksi (ton)

    2000 24,3 24,3 1.200

    2001 24,3 24,3 1.200

    2002 21,0 21,0 1.050

    2003 20,0 20,0 1.050

    2004 17,8 17,8 890 Sumber : ASPERIKA

    c. Harga

    Masih sedikitnya pengusahaan paprika di Indonesia menyebabkan produksi paprika yang ada belum mampu memenuhi permintaan. Kekurangan produksi ini membuka peluang untuk mengusahakan paprika. Peluang-peluang lainnya timbul dari pertumbuhan penduduk dan informasi yang cepat di Indonesia dan pertumbuhan waralaba yang lebih dari 50% nya bergerak dibidang makanan dan minuman.

    Dari keterangan yang diperoleh, peluang pasar ekspor paprika masih terbuka terutama untuk ekspor ke Singapura. Salah satu petani paprika di Kecamatan Parongpong, menjual produksi paprikanya sebanyak 80% ke eksportir yang mengekspor ke Singapura dan sisanya 20% ke pasar lokal.

    d. Persaingan dan Peluang Usaha

    Harga paprika ditentukan oleh jenis paprika dan waktu panennya. Pemanenan paprika pada saat masih hijau harganya lebih rendah daripada paprika yang dipanen pada saat matang berwarna merah, kuning atau

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 8

    orange. Harga jual di tingkat petani pada saat ini adalah Rp 7.500 - 10.000/kg paprika hijau, Rp 8.000 - 12.000/kg paprika merah dan Rp 9.000 - 13.000/kg paprika kuning. Tabel 3.2 menunjukkan perkembangan harga paprika ditingkat petani yang cenderung mengalami kenaikan selama periode 5 tahun terakhir.

    Tabel 3.3. Perkembangan Harga Paprika Tahun 2000 - 2005

    Jenis

    Paprika

    Harga (Rp/kg)

    2000 2001 2002 2003 2004 2005

    Hijau 5.000-

    6.000

    6.000-

    7.000

    6.000-

    8.000

    7.000-

    8.000

    7.000-

    8.000

    7.500-

    10.000

    Merah 7.000-

    8.000

    8.000-

    9.000

    8.000-

    9.000

    9.000-

    10.000

    8.000-

    11.000

    8.000-

    12.000

    Kuning 8.000-

    9.000

    9.000-

    10.000

    9.000-

    10.000

    10.000-

    11.000

    11.000-

    12.000

    9.000-

    13.000 * : sampai bulan Mei 2005

    Sumber: ASPERIKA

    e. Pemasaran

    Terdapat 3 jalur pemasaran produk paprika di Kabupaten Bandung untuk pemasaran dari petani sampai ke konsumen. Jalur pertama yaitu konsumen membeli paprika langsung dari petani, jalur kedua yaitu petani menjual paprikanya kepada koperasi kemudian ke pedagang atau konsumen, dan jalur ketiga yaitu petani menjual paprikanya kepada pedagang sebelum sampai pada konsumen. Alur pemasaran paprika tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.

    Di Kecamatan Parongpong, Bandung, konsumen terbanyak yang menyerap produksi paprika adalah eksportir yaitu sebanyak 80% dari total produksi diikuti dengan pedagang perantara sebanyak 20%. Pada Kecamatan Cisarua, seluruh hasil produksi paprika diserap oleh koperasi yang kemudian disalurkan ke konsumen dalam negeri dan eksportir. Untuk pembayaran paprika yang dijual, diterima 30 hari setelah paprika diambil oleh pedagang.

    Gambar 3.1. Alur Pemasaran Produk

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 9

    f. Kendala Pemasaran

    Salah satu kendala pemasaran paprika khususnya untuk ekspor adalah adanya lalat buah yang terdapat pada produk paprika Indonesia, yang berakibat produk paprika Indonesia tidak dapat diekspor ke beberapa negara seperti Taiwan sejak tahun 2003 hingga sekarang.

    Salah satu tindakan budidaya yang dapat menurunkan permintaan produk paprika Indonesia adalah penggunaan pestisida yang berlebihan untuk pencegahan hama dan penyakit. Tindakan ini meninggalkan residu pestisida yang tidak diperkenankan pada beberapa pasar luar negeri.

    Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan pembinaan mengenai budidaya yang tepat sehingga diperoleh kualitas produk paprika yang dapat diterima oleh pasar baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dan diperlukan juga dukungan dari pemerintah untuk menyakinkan negara tujuan ekspor bahwa produk paprik Indonesia bisa memenuhi standar yang mereka tentukan.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 10

    4. Aspek Produksi

    a. Lokasi Usaha

    Lokasi budidaya paprika sebaiknya dipilih di daerah yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman ini, yaitu : ketinggian 750 - 1.500 m dpl, suhu harian antara 16 - 25oC, pH tanah 5,5 - 6,5, dan kelembaban udara 80 - 90%. Kesesuaian tempat tumbuh paprika sangat penting mengingat paprika bukan tanaman asli Indonesia tetapi dari Meksiko, Peru dan Bolivia dan sangat responsif terhadap faktor suhu, cahaya matahari, pH tanah, kelembaban udara dan air.

    b. Fasilitas Produksi dan Peralatan

    Untukmembudidayakan paprika dibutuhkan fasilitas dan peralatan produksiseperti : lahan, greenhouse, peralatan irigasi dan peralatanpemeliharaan. Lahan yang dipilih untuk usaha budidaya paprika sebaiknyamemiliki topografi yang datar. Lahan yang datar akan memberikanpenerimaan cahaya matahari yang merata pada seluruh tanaman. Selain itulahan yang datar memudahkan dalam pemeliharaan tanaman.

    Greenhouse tempat penanaman paprika di Kabupaten Bandung menggunakankonstruksi dari bambu. Bagian atap greenhouse terbuat dari bahanplastik UV. Plastik UV ini berfungsi untuk mengatur cahaya yang masukke dalam greenhouse. Bagian dinding bangunan greenhouse menggunakanplastik UV dan kasa polynet. Kasa polynet berfungsi sebagai saringanudara dan tempat terjadinya pertukaran udara di dalam greenhouse denganudara luar greenhouse. Bentuk greenhouse dapat dilihat pada Gambar 4.1.

    Gambar4.1. Bentuk dan Bahan Atap dan Dinding Greenhouse

    Untuk membudidayakan paprikadengan kapasitas 6.000 tanaman per 2.000 m2 dibutuhkan fasilitas danperalatan produksi sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 11

    Tabel 4.1. Fasilitas Produksi dan Peralatan

    No Asumsi Jumlah Satuan

    Bahan Bangunan Greenhouse

    1 PlastikUV 450 kg

    2 Kasapolinet 250 m

    3 Bambutiang 135 batang

    4 Bambukecil 6.600 batang

    5 TambangIjuk 294 ikat

    6 Paku 250 kg

    7 Kawat 250 kg

    8 Benangkasur 60 pak

    Peralatan Irigasi Tetes

    9 Pompalistrik 4 unit

    10 SelangFE 5/8 1.200 m

    11 SelangFE kecil 1.471 m

    12 RegulatingStick 3.000 buah

    13 Naple 3.000 buah

    14 Takeoff 33 set

    15 Ballvalve 1" 10 buah

    16 Saringan 5 buah

    17 Pipaparalon 1 1/2" 24 batang

    18 Pipaparalon 1" 59 batang

    19 Torn1000 liter 7 buah

    Peralatan Pemeliharaan

    20 Handsprayer 2 buah

    21 Backpacksprayer 2 buah

    22 Tray 65 buah

    23 Timbangan 1 buah

    24 Cangkul 2 buah

    25 Skop 2 buah

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 12

    26 Pisaulapang 2 buah

    27 Parang 2 buah

    28 Guntingpangkas 2 buah

    29 Gembor 2 buah

    30 Gudang 1 buah

    Sumber: Data Primer

    Seluruh bahan-bahan untukmembangun greenhouse, irigasi, dan peralatan pertanian di atasdiperoleh petani dari toko-toko dan suplier peralatan pertanian yangada di Bandung.

    c. Sarana Produksi

    Sarana produksi tanaman untuk budidaya paprika adalah benih paprika, arang sekam, pupuk, pestisida, dan polybag. Benih paprika hingga saat ini masih diimpor dari luar negeri yaitu Belanda. Para petani memperoleh benih paprika dari pemasok yang mengimpor dari Belanda seperti PT Joro dan Buana Tani. Sedangkan arang sekam, pupuk, pestisida, dan polybag diperoleh dari toko pertanian setempat. Arang sekam yang digunakan sebagai media merupakan hasil pembakaran dari sekam/kulit ari padi. Pupuk yang digunakan dalam budidaya ini terdiri dari bahan kimia seperti Ca(NO3)2, KNO3, KH2PO4, K2SO4, MgSO4, FE-HEEDTA 12%, MnSO4, H3BO3, ZnSO4, CuSO4, Na2MoO4, dan MgNO3.

    d. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha budidaya paprika dengan sistem hidroponik irigasi tetes relatif tidak banyak, akan tetapi memerlukan persyaratan tingkat keterampilan khusus. Di Kabupaten Bandung, untuk budidaya paprika seluas 2.000 m2 dengan populasi tanaman sebanyak 6.000 tanaman tenaga kerja yang dibutuhkan hanya sebanyak 2 orang untuk melaksanakan seluruh proses budidaya dari pembibitan sampai pemanenan.

    e. Teknologi

    Budidaya paprika dapat dilakukan dengan cara konvensional (lahan terbuka) dan di dalam greenhouse. Perbedaan cara budidaya paprika tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 13

    Tabel. 4.2. Perbedaan Budidaya Paprika Konvensional (Lahan Terbuka) dan Greeenhouse

    Rincian Konvensional Greenhouse

    Ketergantunganpada

    kondisi alam Besar Kecil

    Penyiraman Manual Otomatis

    Pemberianpupuk Manual Irigasitetes/fertigasi

    Kontinuitasproduksi Tergantungmusim Sepanjangtahun

    Mutupaprika Sulitdikontrol Lebihmudah dikontrol Sumber : Data Sekunder

    Budidaya paprika pada pertanian konvensional sangat tergantung pada kondisi alam yang menentukan ketersediaan air, cahaya matahari, angin, temperatur dan hama dan penyakit. Penggunaan greenhouse sebagai tempat pertanaman memungkinkan usaha budidaya paprika ini dilaksanakan sepanjang tahun selama ketersediaan air terjaga. Pemupukan dengan cara fertigasi (mencampur pupuk dan air penyiraman) dalam sistem hidroponik meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan waktu. Efisiensi ini dimungkinkan karena dengan irigasi tetes pemberian pupuk dan air dilakukan pada waktu yang bersamaan untuk seluruh tanaman paprika.

    Foto 4.1. Pertanaman paproka daman Greenhouse

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 14

    f. Proses Produksi

    1. Persiapan Greenhouse

    Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dansterilisasi. Sanitasi dilakukan dengan membuang sisa tanaman yang masihada didalam greenhouse. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinanpenularan penyakit dan hama yang ada pada sisa tanaman itu.

    Foto 4.2.Sterilisasi Greenhouse

    Sterilisasigreenhouse dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti Lysol danFormalin untuk membunuh bibit penyakit yang dapat menyerang tanamanpaprika. Untuk musim tanam berikutnya, dilakukan penggantian plastikmulsa greenhouse yang berfungsi untuk menjaga kelembaban daerah sekitarperakaran tanaman paprika.

    2. Pembibitan

    Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan tanam nanti. Teknis pembibitan paprika adalah sebagai berikut :

    Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama 30 menit.

    Media tanam berupa arang sekam atau rockwool dibasahi dengan air bersih dan dipastikan agar media basah sampai merata dan dibiarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.

    Apabila menggunakan media Rockwool, dibuat lubang kecil pada Rockwool dan apabila menggunakan arang sekam dibuat garitan kecil yang saling berpotongan pada sekam dengan jarak + 2 x 2 cm.

    Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh) menghadap ke bawah 0,5 cm dengan

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 15

    menggunakan pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa.

    Benih-benih tersebut ditaruh dilemari semai (germnation chamber) dengan suhu optimal 20-25 C dan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan cara memasang lampu jika suhu rendah dan jika kelembaban rendah semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand sprayer.

    Benih akan berkecambah dalam waktu 7 hari, plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.

    Bibit dengan kotiledon tumbuh sempurna, dipindahkan ke polybag 15 x 15 cm yang telah dibasahi dengan larutan nutrisi dengan EC 1,5 mS/cm dan pH 5,5.

    Pemeliharaan di persemaian/pembibitan meliputi penyiraman 1-2 kali sehari (tergantung cuaca, fase pertumbuhan bibit, dan media yang digunakan), pengendalian hama dan penyakit selama di nursery misalnya Trips, Mite, Leaf miner, rebah kecambah dll) dan yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan kembali jarak antar tanam agar daun tanaman tidak saling menutupi.

    Bibit siap ditanam ke greenhouse produksi setelah berumur 21-30 hari di polybag atau sudah berdaun 5 helai.

    Foto 4.3. Persemaian Paprika

    3. Penanaman

    Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah berumur + 21-30 hari pada media tanam yang lebih besar yang telah disusun di dalam greenhouse. Media yang digunakan untuk penanaman ini adalah arang sekam. Pemindahan tanaman dilakukan dengan cara :

    Bibit diletakkan di sisi polybag untuk penyesuaian cuaca.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 16

    Media tanam disiram sampai basah dengan larutan hara sebanyak 2 liter.

    Regulating stick dicabut dan dikeluarkan dari media. Bagian tengah media dilubangi dan tambahkan karbofuram 1

    g/polybag. Bibit disiram dan dikeluarkan beserta medianya dengan cara

    membalikkan polybag bibit sambil menyangga bibit dengan tangan. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, dan media dirapatkan di sekitar

    batang. Regulating stick dipasang kembali.

    Foto4.4. Penanaman Paprika

    4. Pemeliharaan

    Pemeliharaan tanaman paprika meliputi pemupukan, pengajiran, pemangkasan, penjarangan buah, dan pengendalian hama dan penyakit.

    Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiramaan/irigasi. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian ditampung di dalam tangki air untuk irigasi tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung pada kondisi cuaca dan umur tanaman. Pada kondisi cuaca panas, pemberian pupuk dilakukan lebih sering untuk menjaga supaya tanaman tidak layu. Waktu pemberian pupuk dilakukan pada pukul 8:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00 dengan lama tiap pemberian selama 2 menit.

    Terdapat 2 sistem irigasi pada hidroponik paprika di Kabupaten Bandung. Sistem irigasi pertama menggunakan metode penyiraman tanaman satu per satu menggunakan selang. Sistem irigasi kedua menggunakan irigasi tetes dimana pada masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan tangki penyimpanan air. Dengan irigasi tetes penyiraman

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 17

    tanaman dilakukan sekaligus pada seluruh tanaman pada waktu yang bersamaan. Skema irigasi tetes dapat dilihat pada Gambar 4.2.

    Padatanaman yang masih muda larutan pupuk diberikan sebanyak 0,5 liter perpohon dan pada tanaman dewasa diberikan sebanyak 1,2 liter per pohon.Salah satu sistem irigasi yang digunakan petani paprika di KabupatenBandung menggunakan sistem irigasi tetes. Pada sistem irigasi tetesini, selain seluruh polybag tanaman mendapat penyiraman yang bersamaan,volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam halwaktu dan volume penyiraman.

    Gambar4.2. Skema Irigasi Tetes pada Sistem Hidroponik

    Foto4.5. Pengajiran

    Pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan penopangan tanaman akan diperoleh

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 18

    bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan pada tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam.

    Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal. Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun dan pemangkasan bunga.

    Pemangkasan cabangdan tunas dilakukan dengan mengatur dan mengurangi cabang dan tunas diketiak daun sehingga hanya ada 2 cabang utama. Pemangkasan inidilakukan sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar.

    Pemangkasan daundilakukan dengan membuang semua daun pada batang utama, daun yang tuadan sakit serta daun yang terlalu rimbun.

    Pemangkasan bungadilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu setelah tanam. Bunga yangmuncul sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu ketiak daunsebaiknya hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar danberkualitas.

    Gambar4.3. Tanaman Paprika Hasil Pemangkasan

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 19

    Foto4.6. Pemeliharaan Paprika

    Salahsatu kendala dalam pertanian yang menggunakan sistem monokultur adalahpenyebaran penyakit dan hama yang sangat cepat jika tidak segeraditangani. Untuk mencegah penyebaran penyakit dan hama, dilakukantindakan seperti pengamatan dini pada serangan hama dan penyakit,membuang dan membakar tanaman yang terkena serangan dan penyemprotanpestisida.

    5. Pemanenan

    Dalam pemanenan perlu diperhatikan beberapa hal seperti waktu dan cara pemanenan. Berdasarkan waktu, pemanenan dibagi menjadi 2, yaitu panen buah matang hijau dan panen buah matang berwarna (merah, kuning, orange).

    Penggolonganini disesuaikan dengan permintaan pasar dan harga jual. Pada saatpemetikan harus diusahakan agar tidak merusak ranting atau tanaman yangmasih muda. Buah paprika sebaiknya dipanen beserta tangkai buahnyadengan menggunakan gunting atau pisau tajam. Diusahakan agar tangkaibuah tidak terlepas dari buah atau tertinggal di cabang tanaman karenabuah akan mudah terserang patogen.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 20

    Foto4.7. Pemanenan Paprika

    6. Pascapanen

    Padatahap pascapanen, buah paprika yang telah dipanen dicuci. Pencucian inibertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sisa pestisida yang ada padabuah paprika. Selain itu, pencucian ini juga bertujuan untuk menurunkanpanas lapang buah sehingga transpirasi buah menurun. Setelah dilakukanpencucian, buah paprika kemudian disortasi dan digrading.

    Foto4.8. Pascapanen Paprika

    g. Jenis dan Mutu Produksi

    Produksi paprika di Kabupaten Bandung pada saat ini mencapai 25 ton/ha. Produksi ini terdiri dari 2 jenis masa panen, yaitu panen hijau dan panen

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 21

    berwarna (merah, kuning dan orange). Selain merah, kuning dan orange, paprika juga ada yang berwarna ungu. Akan tetapi untuk daerah Bandung paprika jenis ini tidak ditanam.

    Di Kabupaten Bandung, jenis paprika merah yang banyak ditanam adalah Athena, Edison, Ferrari, Spartacus; paprika kuning adalah Mazanila, Suni, Palace, Gold Flame dan paprika orange adalah Paramox, Eagle, Margeriox. Pengusahaan paprika orange di Bandung masih dalam tahap uji coba. Paprika matang hijau adalah paprika yang belum berubah warna menjadi merah, kuning atau orange.

    Untuk menghasilkan mutu paprika yang diinginkan, dibutuhkan benih tanaman dan teknologi budidaya yang mendukung. Benih unggul menjamin produktivitas tanaman paprika tinggi baik dalam jumlah maupun mutu. Pemilihan bakal buah yang akan dibiarkan besar juga sangat menentukan mutu buah yang diperoleh nantinya. Mutu paprika yang dihasilkan pada daerah Bandung yaitu:

    Paprika hijau dengan diameter 80 - 100 mm dan berat 100 - 175 gr. Paprika merah dengan diameter 80 - 120 mm dan berat 150 - 250 gr. Paprika kuning dengan diameter 80 - 110 mm dan berat 150 - 225 gr.

    h. Produksi Optimum

    Produksi paprika ditentukan oleh varietas paprika yang ditanam dan teknologi budidaya. Salah satu varietas paprika berwarna merah yaitu Spartacus, tiap pohonnya dapat menghasilkan buah sebanyak 2,5 kg sampai umur 8 bulan. Varietas kuning seperti Gold Flame dapat menghasilkan paprika sebanyak 2,5 kg/tanaman sampai umur 8 bulan. Varietas orange seperti Orange DRD dapat menghasilkan paprika sebanyak 2,5 kg/tanaman sampai umur 8 bulan.

    Produksi tanaman paprika di Bandung 2 - 3 kg/tanaman dengan jumlah buah sebanyak +17 buah/tanaman dan menggunakan teknologi budidaya sistem hidroponik. Dengan produktivitas per tanaman tersebut untuk luasan 2.000 m2 dan populasi tanaman sebanyak 6.000 pohon dapat menghasilkan praprika sebanyak 12.000 - 18.000 kg/musim.

    i. Kendala Produksi

    Kendala produksi dari budidaya paprika ini adalah bahwa tanaman paprika menghendaki kondisi iklim tempat tumbuh yang di Indonesia hanya dapat ditemukan di daerah dataran tinggi, sehingga untuk pengembangan usaha paprika ini hanya bisa dilakukan secara maksimal pada dataran tinggi. Selain itu, ketersediaan air yang bersih sangat dibutuhkan agar budidaya dapat berjalan dengan baik. Kondisi lokasi di Bandung menunjukkan air yang digunakan untuk budidaya paprika berasal dari mata air yang lokasinya

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 22

    dengan beberapa tempat budidaya paprika tidak dekat sehingga dibutuhkan pompa air untuk mengalirkan air dari mata air ke lokasi budidaya.

    Hal lain yang berpotensi menjadi kendala produksi paprika ini adalah ketergantungan petani pada benih yang masih diimpor dari luar negeri sehingga ketersediaan benih sangat perlu diperhatikan jika ingin melakukan usaha budidaya paprika dalam waktu yang lama. Masih diimpornya benih ini juga menyebabkan harga benih yang mahal sehingga beban biaya produksi untuk pembelian benih juga besar.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 23

    5. Aspek Keuangan

    a. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah

    Analisa aspek keuangan membantu pihak muhal atau shahibul maal (Lembaga Keuangan Syariah/LKS) memperoleh gambaran tentang prospek usaha yang akan dibiayai. Aspek keuangan juga dapat membantu pihak muhil atau mudharib (pengusaha) dalam mengelola dana pembiayaan untuk usaha bersangkutan.

    Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pada pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel.

    Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (Lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk. Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah prorposi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitung -kan setelah dikurangi seluruh biaya (keuntungan bersih). Sementara revenue sharing perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.

    Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak shahibul maal maupun mudharib untuk memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak shahibul maal, pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat resiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda.

    b. Pemilihan Pola Usaha

    Produksi paprika sangat dipengaruhi oleh jenis paprika dan teknik budidaya yang diterapkan. Dengan kondisi iklim tropik Indonesia yang memiliki curah hujan tinggi dan cahaya matahari sepanjang tahun, penggunaan greenhouse

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 24

    sebagai tempat budidaya paprika sangat bermanfaat untuk mengendalikan faktor lingkungan seperti jumlah air, angin, dan cahaya matahari. Selain itu penggunaan greenhouse juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran serangan hama. Pola penanaman paprika di dalam greenhouse di Bandung menggunakan pola monokultur. Penggunaan pola ini bertujuan untuk memperoleh tingkat produktivitas yang optimum.

    Sedangkan untuk pasar budidaya paprika, umumnya pengusaha sudah mempunyai pembeli yang pasti (captive market), baik untuk memasok kebutuhan pasar ekspor maupun domestik (swalayan, hotel dll). Bahkan sampai sekarang produksi yang ada pun belum mampu memenuhi permintaan pasar dari dalam negeri. Dengan demikian usaha budidaya paprika ini, memiliki propek untuk dikembangkan. - Pola Pembiayaan

    Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk pembiayaan, maka pada aspek keuangan ini akan disajikan contoh produk pembiayaan dengan cara murabahah (jual beli) baik untuk pembiayaan investasi maupun untuk pembiayaan modal kerja juga untuk pembiayaan usaha baru (start up) ataupun usaha yang sudah berjalan (running). Pertimbangannya adalah karena produk ini sudah banyak diterapkan dalam praktek oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan masyarakat pemakai pun sudah mengenal serta mengakses pola pembiayaan tersebut.

    Produk murabahah juga sebagai upaya untuk mitigasi resiko baik terhadap usaha maupun nasabah, karena pada produk pembiayaan ini margin secara pasti ditentukan diawal akad. Di samping itu, pembiayaan murabahah juga memberi pilihan pada bank maupun nasabah/pengusaha apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen usaha (biaya investasi dan modal kerja) atau hanya untuk komponen-komponen tertentu, misalnya untuk pembuatan greenhouse, pembelian peralatan atau pembelian benih saja. Pada contoh perhitungan, akan disampaikan pembiayaan untuk membeli komponen-komponen tertentu. Pertimbangannya adalah bahwa komponen tersebut merupakan bagian terbesar dari kebutuhan pembiayaan usaha budidaya paprika. Lama waktu pembiayaan adalah 3 (tiga) tahun merujuk pada umur ekonomis modal investasi. Contoh yang disajikan terdiri dari dua alternatif. Alternatif pertama, usaha baru dengan pembiayaan investasi untuk pengadaan greenhouse dan pembeliaan alat irigasi tetes dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dan pembiayaan modal kerja guna pengadaan sarana budidaya (benih,dll) dalam jangka waktu satu tahun. Alternatif kedua adalah usaha yang sudah berjalan untuk pembiayaan modal kerja bagi pengadaan sarana budidaya (benih, dll) dalam jangka waktu satu tahun.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 25

    Untuk murabahah sarana dan prasarana, misalnya greenhouse, harus dipastikan sarana tersebut sudah dimiliki oleh pihak LKS yang bersangkutan. Untuk pembuatan greenhouse ini pihak LKS dapat menggunakan pihak ketiga dengan akad istishna atau salam. Akad tersebut harus terpisah dari akad murabahah. Pada contoh perhitungan, diasumsikan bahwa greenhouse sudah dimiliki LKS.

    - Produk Murabahah

    Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak dimanfaatkan baik oleh lembaga keuangan syariah maupun oleh nasabah. Untuk mengenal produk murabahah lebih jauh, berikut disampaikan penjelasan tentang produk murabahah yang diambil dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

    Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah harus memenuhi rukun yaitu ada penjual (bai), ada pembeli (musytari), obyek barang yang diperjual belikan jelas, harga (tsaman) dan ijab qabul (sighat).

    Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain:

    1. Harga yang disepakati adalah harga jual, sedangkan harga beli harus diberitahukan.

    2. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak berubah selama periode akad.

    3. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah ke bank /Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berdasarkan kesepakatan.

    4. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

    5. Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

    6. Pembayaran secara murabahah dapat dilakukan secara tunai atau dengan cicilan.

    7. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka (urbun) saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. Dalam hal bank meminta nasabah untuk membayar uang muka maka berlaku ketentuan:

    o Jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang ditanggung oleh bank, maka bank dapat meminta pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah,

    o Jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik bank maksimal sebesar

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 26

    kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut. Jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya

    c. Asumsi

    Analisis keuangan suatu proyek terdiri dari proyeksi pendapatan dan pengeluaran selama periode proyek. Analisis keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pendapatan dan biaya, kemampuan melunasi pembiayaan dan kelayakan proyek.

    Penyusunan analisis keuangan dalam buku ini menggunakan beberapa asumsi yang didasarkan pada hasil pengamatan lapangan, masukan dari instansi terkait serta referensi yang mendukung dalam penentuan parameter yang digunakan. Tabel 5.1. menyajikan asumsi dan parameter yang digunakan dalam analisis keuangan. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

    Periode proyek dipilih selama 3 tahun atau 4 periode musim tanam karena umur ekonomis dari greenhouse hanya selama 3 tahun. Penentuan harga jual paprika dilakukan dengan mengambil rata-rata harga jual di tingkat petani dari 4 petani di Kabupaten Bandung pada bulan Mei 2005 dan diasumsikan tetap selama periode proyek.

    Proses budidaya diasumsikan berlangsung sepanjang tahun atau selama 12 bulan, hal ini dapat dijelaskan mengingat faktor lingkungan yang mempengaruhi usaha pertanian dapat dikendalikan dengan sistem hidroponik greenhouse. Hari kerja dalam 1 (satu) bulan adalah 30 hari mengingat tanaman paprika harus disiram setiap hari.

    Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan

    No Asumsi Jumlah Satuan

    1 Periode proyek 5 tahun

    2 Luas lahan 2.000 m2

    3 Populasi tanaman 6.000 tanaman

    4 Produktivitas 2,75 kg/tanaman

    5 Waktu pendapatan pertama 4 bulan

    6 Harga jual ke mitra usaha . .

    - Hijau 7.375 Rp/kg

    - Merah 11.500 Rp/kg

    - Kuning 12.500 Rp/kg

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 27

    7 Volume penjualan . .

    - Hijau 1.702 kg/bulan

    - Merah 786 kg/bulan

    - Kuning 262 kg/bulan

    8 Tingkat margin . .

    - Usaha baru 9 %

    - Usaha berjalan 10 %

    d. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

    Biaya yang diperlukan untuk usaha budidaya paprika terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 (nol) sebelum dilakukannya kegiatan operasional. Biaya operasional dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan operasional sehari-hari usaha budidaya paprika.

    1. Biaya Investasi

    Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan aset tetap untuk memulai usaha budidaya paprika. Biaya investasi budidaya paprika meliputi sewa tanah, greenhouse, peralatan irigasi tetes, peralatan budidaya dan perizinan. Perizinan untuk memulai usaha budidaya paprika adalah SIUP, TDP, NPWP dan SITU. Petani paprika di Kabupaten Bandung mengeluarkan biaya Rp 1.000.000,00 untuk memperoleh izin itu. Jumlah biaya investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-0 sebesar Rp 92.836.500,00 dengan nilai penyusutan per musimnya sebesar Rp 15.190.580,00.

    Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi

    No. Komponen Biaya Investasi Nilai (Rp)

    1 Sewa lahan 9.000.000

    2 Greenhouse 55.172.500

    3 Peralatan irigasi tetes 24.818.000

    4 Peralatan budidaya 2.846.000

    5 Perizinan 1.000.000

    Total Biaya Investasi 92.836.500

    Bagian terbesar biaya investasi digunakan untuk pembangunan greenhouse yang mencapai 59,43% dari seluruh kebutuhan biaya investasi. Peralatan

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 28

    irigasi tetes menempati posisi kedua dalam kebutuhan biaya investasi yang mencapai 26,73% dari seluruh biaya investasi usaha paprika ini. Kebutuhan biaya investasi secara rinci terdapat pada Lampiran 3.

    2. Biaya Operasional

    Biaya operasional merupakan biaya yang besarnya tergantung pada jumlah produk. Komponen biaya operasional dalam budidaya paprika ini meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya pengadaan sarana produksi pertanian (saprotan) seperti benih paprika, arang sekam, pupuk, pestisida, polybag, plastik slap, dan plastik mulsa. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja, listrik, telepon, perawatan greenhouse, dan biaya lainnya (retribusi, zakat, PBB, pungutan liar). Besarnya biaya variabel dan biaya tetap pada usaha budidaya paprika ini sebesar biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha selama 4 bulan karena pendapatan pertama dari panen pertama paprika diperoleh pada bulan ke-3 dan pembayarannya setelah 30 hari kemudian.

    Besarnya biaya operasional yang diperlukan untuk menjalankan usaha ini selama 9 bulan (1 musim) adalah sebesar Rp 110.825.500 dengan biaya variabel yang dibutuhkan sebesar Rp 54.215.500 dan biaya tetap yang dibutuhkan sebesar Rp 56.610.000. Pada Tabel 5.3 dapat dilihat biaya operasional yang dibutuhkan usaha paprika selama satu musim, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5

    Tabel 5.3. Komposisi Biaya Operasional

    No Uraian Total Biaya per musim

    1 Biaya variabel 54.215.500

    2 Biaya Tetap 56.610.000

    Total Biaya Operasional 110.825.500

    e. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

    Total kebutuhan pembiayaan proyek sebesar Rp 144.574.500. Total kebutuhan biaya ini terdiri dari biaya investasi sebesar Rp 92.836.500 dan biaya operasionalnya sebesar Rp 51.738.000. Untuk kebutuhan dana operasional dihitung dari kebutuhan biaya variabel dan biaya tetap selama 4 bulan. Penetapan jangka waktu tersebut didasarkan atas perhitungan bahwa panen sudah dapat dilakukan pada bulan ke 3 (tiga) dan pembayaran dilakukan 30 hari kemudian.

    Untuk kebutuhan dana investasi, pada contoh perhitungan alternatif pertama (start up), komponen biaya investasi yang memperoleh pembiayaan

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 29

    bank/LKS adalah untuk pembelian greenhouse dan peralatan irigasi tetes. Sedangkan komponen yang lain diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha yang bersangkutan sebagai bagian dari kontribusinya dalam usaha (self financing). Pembiayaan kebutuhan dana tersebut akan diterima pada masa konstruksi. Pada alternatif kedua (running), semua biaya investasi diasumsikan sudah dimiliki oleh pengusaha sehingga tidak membutuhkan pembiayaan dari bank/LKS.

    Kebutuhan biaya operasional baik untuk contoh perhitungan pada alternatif pertama dan kedua, pembiayaan dari perbankan/LKS hanya untuk pembeliaan sarana produksi budidaya paprika yaitu benih, pupuk, mulsa dll. Kebutuhan komponen-komponen biaya operasional yang lainnya juga diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang bersangkutan.

    Pengadaan greenhouse, peralatan irigasi tetes, pengadaan benih dan saprodi yang dimaksud pada pembiayaan tersebut di atas, dalam hal ini diasumsikan sudah tersedia dan telah dimiliki oleh pihak LKS/perbankan syariah. Untuk mengadakan barang dan bahan ini pihak LKS/perbankan syariah dapat menggunakan pihak lain dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini.

    Keperluaan dana investasi dan operasional merujuk pada asumsi dari dua alternatif pembiayaan syariah ditambilkan pada Tabel 5.4

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 30

    Tabel 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Awal

    No Komponen Biaya

    Proyek

    Total Biaya

    Alternatif 1

    (usaha baru)

    Alternatif -2

    (usaha berjalan)

    1. Biaya Investasi 92.836.500 92.836.500

    a. Pembiayaan 79.990.500 0

    b. Dana sendiri 12.846.000 92.836.500

    2. Biaya Operasional 51.738.000 51.738.000

    a. Pembiayaan 26.578.000 26.578.000

    b. Dana sendiri 25.160.000 25.160.000

    3. Total Biaya Proyek 144.574.500 51.738.000

    a. Pembiayaan 106.568.500 26.578.000

    b. Dana sendiri 38.006.000 25.160.000 Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan secara tetap dengan cara jumlah pembiayaan dibagi lama waktu pembiayaan selama jangka waktu proyek.

    f. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

    Produksi paprika yang dihasilkan berupa buah paprika segar yang dijual langsung setelah perlakuan pasca panen. Harga jual untuk paprika hijau adalah Rp 7.375 per kg, paprika merah Rp 11.500 per kg dan paprika kuning Rp 12.500 per kg. Dalam satu musim tanam, greenhouse dengan ukuran 2.000 m2 dan populasi 6.000 tanaman mampu menghasilkan paprika hijau sebanyak 1.702 kg, paprika merah 786 kg dan paprika kuning 262 kg.

    Pendapatan yang diperoleh oleh usaha budidaya paprika dengan luas greenhouse 2.000 m2 dan populasi 6.000 tanaman adalah sebesar Rp 141.732.697 dengan kehilangan produksi sebesar 5%. Selain itu produksi paprika diasumsikan sama tiap musim tanamnya selama periode proyek. Proyeksi produksi dan pendapatan dapat dilihat di Tabel 5.5 yang bersumber dari Lampiran 6.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 31

    Tabel 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

    No Jenis

    Mutu

    Satu Bulan Produktif Faktor

    Kehilangan

    Produksi

    (%)

    Nilai

    Penjualan 1

    musim Volume

    (kg)

    Harga

    (Rp/kg)

    Nilai jual

    (Rp)

    1 Hijau 1.702 7.375 12.554.094 5 71.588.334

    2 Merah 786 11.500 9.034.208 5 51.494.988

    3 Kuning 262 12.500 3.277.083 5 18.679.375

    . Total . . . . 141.732.697

    g. Proyeksi Rugi-Laba Proyeksi rugi laba menggambarkan potensi keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh suatu usaha atau proyek. Hasil perhitungan proyeksi rugi laba usaha paprika menunjukkan bahwa pada musim pertama usaha budidaya paprika mampu memperoleh keuntungan untuk alternatif pertama (usaha baru) sebesar Rp 7.753.061 dengan profit on sales sebesar 5,47% dan untuk alternative kedua (usaha yang sudah berjalan) sebesar Rp. 12.229.559, dengan profit on sales 8,63%. Potensi keuntungan ini terus meningkat dari musim ke musim hingga musim tanam ke-4. Pada musim ke-4 usaha ini mengalami peningkatan keuntungan, untuk alternatif pertama (usaha baru) menjadi sebesar Rp 8.769.669 dengan profit on sales sebesar 6,19% dan BEP rupiah Rp. 125.024.063. Sedangkan untuk alternative kedua (usaha yang sudah berjalan) menjadi sebesar Rp. 13.359.124, dengan profit on sales 9,43% dan BEP rupiah Rp. 116.279.888. Sengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.a. (usaha baru) dan Lampiran 8.a. (usaha sudah berjalan).

    h. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan buah paprika selama satu musim tanam (9 bulan). Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pembiayaan dan pajak penghasilan. Evaluasi kelayakan untuk usaha budidaya paprika dengan pembiayan murabahah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban kepada bank (shahibul maal). Hal ini dapat diketahui karena pada produk

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 32

    murabahah besarnya margin sudah ditentukan di awal akad, sehingga pada analisa laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar dari pendapatan yang diperoleh usaha tersebut. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat margin 9% p.a. untuk usaha baru dan 10% p.a untuk usaha yang sudah berjalan, usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha budidaya paprika ini layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan. Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio),dll. Nilai IRR bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan keuntungan dan makin fleksibel terhadap pengaruh perubahan biaya serta harga. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (shahibul maal dan mudharib). Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha budidaya paprika selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 7.b dan Lampiran 8.b.

    i. Perolehan Margin Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam pembiayaan usaha budidaya paprika adalah murabahah (jual beli). Pada kesempatan ini ditampilkan 2 (dua) contoh alternatif pembiayaan yaitu untuk usaha baru (start up) dan usaha yang sudah berjalan (running). Perhitungan secara rinci, dapat dilihat pada Lampiran 7.c. dan Lampiran 8.c. Penentuan besaran margin, diutamakan berdasarkan pada baseline data (data rujukan) untuk setiap komponen usaha/sektor ekonomi. Tetapi karena pada saat ini data tersebut belum tersedia, maka nilai margin mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari praktek umum yang diterapkan oleh perbankan syariah dan kesetaraan dengan suku bunga Bank Indonesia (SBI). Data pola pembiayaan pada perbankan syariah dapat dilihat pada Lampiran 9. Untuk tingkat margin pada contoh pembiayaan alternatif pertama bagi usaha baru ditetapkan sebesar 9% per tahun dan selama tiga tahun proyek margin yang diperoleh sebesar Rp. 23.989.455. Sedangkan untuk alternatif kedua bagi usaha yang sudah berjalan, tingkat margin ditetapkan sebesar 10 % per tahun dan besar perolehan margin selama satu tahun adalah Rp.2.657.800. Tingkat margin ini diberlakukan flat (tetap) per tahun, selama umur proyek yang disepakati.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 33

    6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Sosial

    a. Aspek Sosial Ekonomi

    Kabupaten Bandung khususnya Kecamatan Cisarua dan Parongpong merupakan salah satu sentra produksi paprika dan sudah mempunyai pelanggan sampai ke luar negeri. Usaha ini di Kabupaten Bandung mulai mendapat perhatian pemerintah daerah karena mampu bertahan ketika krisis ekonomi menimpa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari petani dan luas lahan yang cukup banyak pada kedua kecamatan.

    Dilihat dari aspek ekonomi dan sosial, usaha budidaya paprika memiliki dampak yang positif. Banyak pihak yang memperoleh manfaat dari usaha ini, diantaranya masyarakat setempat dan pengusaha sendiri. Pihak-pihak yang terkait tersebut dapat memperoleh kenaikan penghasilan dari usaha tersebut. Dampak lain selain kenaikan pendapatan adalah bahwa usaha budidaya paprika mampu menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja budidaya paprika diperoleh dari masyarakat sekitar sehingga secara langsung mengurangi pengangguran.

    Bagi petani paprika, usaha ini cukup dapat menghidupi keluarga, terbukti dari ada petani paprika yang telah menggeluti usaha ini sejak usaha ini muncul di daerah itu pada tahun 1994 hingga sekarang. Petani paprika itu mengaku dapat menyisihkan pendapatannya untuk ditabung walaupun jumlahnya mengalami fluktuasi tergantung produksi dan kondisi pasar.

    Beberapa pengusaha pernah mendapatkan pembinaan dari berbagai pihak seperti Universitas Padjadjaran, BLLP Lembang dan Koperasi dalam bentuk pelatihan manajemen, pemasaran dan teknologi budidaya. Tetapi sampai saat ini belum ada kebijakan dari pemerintah daerah ataupun instansi terkait yang secara nyata mendukung usaha ini. Misalnya mengenai kemudahan perizinan serta prosedur karantina untuk paprika yang diterima oleh negara tujuan ekspor.

    a. Dampak Lingkungan Usaha budidaya paprika ini menghasilkan limbah padat yang berupa arang sekam bekas media tanam dan sisa tanaman pada akhir musim. Limbah arang sekam bekas media tanam dapat dijual kepada pengusaha tanaman hias yang banyak terdapat di daerah Bandung sehingga dapat memberikan masukan tambahan. Penanganan limbah sisa tanaman dilakukan dengan dibakar di dalam greenhouse yang dimaksudkan untuk memutuskan siklus hidup hama dan penyakit yang menyerang pada saat masa produksi sehingga tidak menyebar ke pertanaman lainnya. Dengan demikian dapat

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 34

    disimpulkan bahwa tidak ada limbah dari usaha budidaya paprika ini yang merugikan lingkungan sekitar usaha.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 35

    7. Penutup

    a. Kesimpulan 1. Peluang pasar komoditi paprika baik untuk ekspor maupun pemenuhan

    dalam negeri masih terbuka dan berpotensi memberikan peluang bagi pengembangan dan peningkatan produksi paprika di Indonesia. Dilihat dari potensinya, sumber daya lahan dan sumber daya manusia untuk pengembangan produksi paprika masih banyak tersedia di berbagai daerah.

    2. Kendala yang dihadapi oleh pengusaha dalam pengembangan usaha paprika antara lain masalah iklim dan pemasaran. Masalah iklim disebabkan karena paprika berasal dari daerah yang kondisi iklimnya di Indonesia hanya dijumpai di dataran tinggi. Hal ini menyebabkan pengembangan paprika pada saat ini hanya bisa dilakukan secara maksimal di dataran tinggi. Masalah pemasaran terutama untuk pasar ekspor disebabkan karena dibeberapa negara memiliki peraturan mengenai produk pertanian yang masuk ke negara mereka seperti bebas lalat buah dan pestisida.

    3. Jumlah modal usaha yang dibutuhkan sebesar Rp 144.574.500, yang terdiri atas modal investasi Rp 92.836.500 dan modal kerja Rp 51.738.000. Kebutuhan biaya proyek tersebut diperoleh dari pembiayaan syariah dan dana sendiri. Kontribusi pembiayaan dan dana sendiri tergantung pada kebutuhan dan tahap perkembangan usaha budidaya paprika asin yang bersangkutan.

    4. Menujuk pada analisis keuangan dan kelayakan proyek menunjukkan bahwa usaha budidaya paprika sesuai asumsi yang digunakan merupakan proyek yang layak untuk dibiayai oleh perbankan syariah. Usaha budidaya paprika juga mampu melunasi kewajiban pembiayaan kepada bank/LKS.

    5. Pengembangan usaha budidaya paprika memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat, dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.

    b. Saran

    1. Untuk meningkatkan kepercayaan pasar dunia pada produk paprika Indonesia, perlu adanya peran serta pemerintah dalam membuat prosedur teruji untuk paprika yang disetujui oleh negara tujuan ekspor

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 36

    yang menjamin produk paprika Indonesia aman di ekspor ke negara mereka.

    2. Meskipun usaha ini layak dibiayai oleh perbankan syariah/LKS, namun bank/LKS perlu untuk melakukan analisis pembiayaan yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip kehati-hatian bank, dengan mempertimbangkan kondisi yang berlaku saat ini.

  • Bank Indonesia Budidaya Paprika (Syariah) 37

    LAMPIRAN