cover ringkasan khotbah - iman sejati khotbah-jilid...44 pentakosta kisah 2 1-36 48 mengerjakan...
TRANSCRIPT
-
RRiinnggkkaassaann KKhhoottbbaahh
JJ ii ll ii dd 11
Ringkasan Khotbah adalah penerbitan dari
Gereja Reformed Injili Indonesia Surabaya-Andhika
Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275 Transkrip ringkasan-ringkasan ini dikerjakan oleh jumahat GRII-Surabaya dan belum diperiksa oleh pengkhotbahnya
Bentuk penerbitan Ringkasan Khotbah diusahakan oleh Pieter Kuiper (the Netherlands) [email protected]
Copyright transkrip ada di pihak Gereja Reformed Injili Indonesia Surabaya-Andhika www.imansejati.net
Ibr 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi–sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
GGEERREEJJAA RREEFFOORRMMEEDD IINNJJIILLII IINNDDOONNEESSIIAA
SSSUUURRRAAABBBAAAYYYAAA---AAANNNDDDHHHIIIKKKAAA
-
I
D a f t a r I s i Ringkasan Khotbah Jilid 1
Hala-
man Judul
Mengenal Kristus Kolosse 1 15-23
Kitab Ayat Kitab Ayat Kitab Ayat
1 Mengenal Kristus Kolosse 1 15-23
5 Kepastian jaminan Kristen Efesus 1 12-14
10 Pertumbuhan Iman Kristen Efesus 1 15-23
29 Kepenuhan hidup dalam Kristus Efesus 1 11
31 Kebangkitan Kristus dan pengharapan kita Matius 27 62 Matius 28 20
34 Tugas yang belum selesai Kisah 1 1-3
37 Kamu akan menjadi saksi-Ku Kisah 1 4-8
40 Penantian Kisah 1 12-26
44 Pentakosta Kisah 2 1-36
48 Mengerjakan keselamatan Filipi 2 12-18
52 Pergumulan mengerti realita Habakuk 1 1-4
56 Tuhan Allah tak terduga Habakuk 1 5-11
59 Pergumulan dan kemenangan Habakuk 1 12-17
62 System tertutup dan system terbuka Habakuk 2 1-562
65 Hidup oleh iman Habakuk 2 4-5
69 Murka Allah atas dosa Habakuk 2 6-20
75 Diam di hadapan Allah Habakuk 2 20
78 Kedahsyatan murka Allah Habakuk 3 1-16
82 Komitmen Habakuk Habakuk 3 17-19
86 Melihat peluang di atas Peluang Kisah 16 19-40
90 Finalitas dan kuasa Penginjilan Kisah 1 8 Kisah 4 1290 Finalitas dan kuasa Penginjilan Kisah 1 8 Kisah 4 12
93 Hidup bepaut pada Allah Yosua 24 14-15
96 Mati dalam dosa Efesus 2 1-10
99 Hukum kehidupan Efesus 2 2-3
102 Urgensi anugerah Efesus 2 4-5
105 Anugerah Kristus Efesus 2 4-7
108 Anugerah, iman dan keselamatan Efesus 2 8-9
111 Perjanjian kerja Efesus 2 9-10111 Perjanjian kerja Efesus 2 9-10
117 Musa pemimpin pilihan Tuhan Keluaran 3 1-10
121 Kebutuhan yang terbaik 1 Korintus 1 18-22
124 Kesatuan di dalam Kristus Efesus 2 11-22
128 Posisi orang kafir Efesus 2 11-13
132 Bahaya sikap sektarian Efesus 2 13-17
136 Basis persatuan yang sejati Efesus 2 19-22
139 Sola Scriptura Yohanes 1 1-5139 Sola Scriptura Yohanes 1 1-5
142 Panggilan yan ajaib Matius 2 1-2
146 Herodus yang malang Matius 2 3-12 Matius 2 16-18
150 Terpenjara karena Kristus Efesus 3 1 Galatia 2 20
153 Hamba Tuhan terpercaya Efesus 3 3-4 1 Petrus 3 15
156 Penatalayan anugerah Efesus 3 2-7
160 Kekayaan Kristus, yang tidak terduga Efesus 3 7-9
163 Rencana kekal Allah Efesus 3 10-12163 Rencana kekal Allah Efesus 3 10-12
166 Iman dan keyakinan Efesus 3 12-13
169 Iman yang memberi keberanian dan akses Efesus 3 12-13
172 Pelayanan dengan lutut Efesus 3 13-17 Matius 6 5-8
176 Kemuliaan yang mutlak Efesus 3 13-16 Efesus 3 21
-
II
D a f t a r I s i Ringkasan Khotbah Jilid 1
Hala-
man Judul Kitab Ayat Kitab Ayat Kitab Ayat
179 Berdiam dan bertumbuh dalam Kristus Efesus 3 16-17 Roma 8 31-39 Kolose 2 6-7
183 Tuntutan kasih Efesus 3 18-19 Wahyu 2 4-5
187 Kasih Kristus tidak terbatas Efesus 3 18-19
190 Segala kemuliaan bagi Allah - Soli Deo Gloria Efesus 3 20-21
193 Kehidupan paradoksal Efesus 3 21 Efesus 4 1
196 Kebangkitkan, ini iman Kristen Yohanes 20 1-10
199 Karakter-karakter esensial Efesus 4 2 Yohanes 13 31-35199 Karakter-karakter esensial Efesus 4 2 Yohanes 13 31-35
202 Kesatuan tubuh Kristus Efesus 4 3-6 Pengkhotbah 4 9-12
206 Kesatuan dalam bineka Efesus 4 7-10
209 Pertumbuhan tubuh Kristus Efesus 4 11-16
213 Karunia Rohani dan tujuannya Efesus 4 11-12
216 Paradoks ordo dan kesatuan Efesus 4 16-19
220 Manusia Lama Efesus 4 17-19
223 Hidup berbeda Efesus 4 20-24223 Hidup berbeda Efesus 4 20-24
226 Kekristenan yang dangkal Matius 7 21-29
230 Agama yang benar 1 Petrus 1 1-10
239 Tanggungjawab keluarga Hakim-H 2 6-13
243 Roh Kudus Kisah 1 8
246 Apa yang dilakukan Roh Kudus dan tujuannya Yohanes 16 14
249 Rencana keselamatan Matius 1 21-23
252 Kerjakan pemberitaan Injil dengan segera Matius 9 35-38252 Kerjakan pemberitaan Injil dengan segera Matius 9 35-38
255 Hidup tapi mati Wahyu 3 1-6
258 Kehadiran Tuhan di mana-mana Lukas 24 13-17 Lukas 24 25-35
262 Anugerah pengajaran di dalam Kristus Efesus 4 20-24
265 Ciri perubahan iman Kristen Efesus 4 20-24
269 Pembaruahan roh dan pikiran Efesus 4 23
272 Manusia baru di dalam Kristus Efesus 4 24
275 Kebenaran dan kekudusan yang sejati Efesus 4 24275 Kebenaran dan kekudusan yang sejati Efesus 4 24
278 Manusia baru, perhubungan baru Efesus 4 25 Yohanes 8 43-45
281 Padamlah amarahmu! Efesus 4 26-27
284 Jangan beri kesempatan pada iblis Efesus 4 26-27
287 Jangan mencuri Efesus 4 28
290 Etos kerja Kristen Efesus 4 28 2 Teselonika 3 1-15
303 Perkataan yang membangun Efesus 4 29
267 Jangan mendukakan Roh Kudus Efesus 4 30-32267 Jangan mendukakan Roh Kudus Efesus 4 30-32
311 Perhubungan positief Efesus 4 31-32
315 Iman sejati kepada Allah yang benar Efesus 4 17-18 Filipi 3 13-14 Filipi 3 18-21
319 Panggilan memberitakan Injil Kisah 28 17-29
323 Di hadapan tahun baru Matius 28 19-20
326 Makna hidup Mazmur 90 12-17 Yohanes 6 26-27 Yohanes 2 15-17
330 Kerinduhan akan Allah Mazmur 42 2-3 Mazmur 63 2
333 Pelayanan: Keharusan atau alternatif Yohanes 4 1-10 Yohanes 4 27-34333 Pelayanan: Keharusan atau alternatif Yohanes 4 1-10 Yohanes 4 27-34
337 Iman yang sejati Yohanes 8 30-59
348 Hanya yang siap menghadapi kematian, dapat
benar-benar hidup Ibrani 9 27-28
352 Bersorak-sorai atas kemenangan 1 Kor. 15 50-58
356 Dinamika Iman Amsal 1 1-5
-
III
D a f t a r I s i Ringkasan Khotbah Jilid 1
Hala-
man Judul Kitab Ayat Kitab Ayat Kitab Ayat
360 Dinamika Iman Yusuf Kejadian 37 4, 8,11 Kejadian 40 15 Kejadian 41 50-52Kejadian 45 8 Kejadian 50 20
364 Dinamika Iman Yefta Kejadian 48 13-19 Bilangan 13 8 Hakim-H 11 1-11Hakim-H 11 29-35 Hakim-H 12 1-7
369 Dinamika Iman Abraham Kejadian 12 2-4 Kejadian 16 16 Kejadian 17 1
375 Pergumulan Iman Abraham, Kejadian 12 10-20375 Pergumulan Iman Abraham, Kejadian 12 10-201-33
378 Dinamika Iman Sara (1) Ibrani 11 11 Kejadian 16 1-5 Kejadian 17 15-16Ibrani 18 11-15 Kejadian 21 1
382 Dinamika Iman Sara (2) Ibrani 11 11 Ibrani 12 1-2
385 Dinamika Iman Yunus Yunus 1 1-10 Yunus 3 1-3 Yunus 4 1-4Yunus 4 9-11
390 Dinamika Iman Daniel Daniel 1 1-8 Daniel 1 18-21
394 Dinamika Iman Yokhebed Keluaran 6 16-20 Keluaran 2 1-11394 Dinamika Iman Yokhebed Keluaran 6 16-20 Keluaran 2 1-11
399 Dinamika Iman Musa Keluaran 1 15-16, 22 Keluaran 2 1-3 Keluaran 2 7-12Keluaran 2 15-22
402 Dinamika Iman Hawa Roma 10 17 Kejadian 3 1-6 Ibrani 12 1-2
405 Dinamika Iman Kapala Pasukan Lukas 23 44-47
408 Dinamika Iman Ahas Yesaya 7 1-17
412 Dinamika Iman Saul 1 Sam. 9 17 1 Sam. 10 1,8 1 Sam. 11 1-2, 61 Sam. 12 13-14 1 Sam. 13 1-14 1 Sam. 15 241 Sam. 12 13-14 1 Sam. 13 1-14 1 Sam. 15 24
417 Dinamika Iman Kain dan Habel Kejadian 4 1-11 Ibrani 11 4 1 Yohanes 3 11-12
421 Dinamika Iman Barak dan Debora Hakim-H. 4 1-21 Hakim-H. 5 8 Hakim-H. 5 '14-17
426 Dinamika Iman Daud (1) 1 Samuel 17 26-39 Mazmur 32
430 Dinamika Iman Daud (2) 1 Samuel 17 26-39 Mazmur 32
434 Dinamika Iman Daud (3) Mazmur 32
438 Dinamika Iman Eli 1 Samuel 3 1-18
442 Dinamika Iman Gideon (1) Hakim-H. 6-8442 Dinamika Iman Gideon (1) Hakim-H. 6-8
446 Dinamika Iman Gideon (2) Hakim-H. 6 1-24
451 Dinamika Iman Ayub (1) Ayub 1 1-9 Ajub 1 19-22 Ajub 2 1-9
456 Dinamika Iman Ayub (2) Ayub 1 6-12 Ajub 42 4-6
460 Dinamika Iman Simson Hakim 13-16
465 Kesia-siaan hidup secara ateis 1 Petr. 3 15 Mazmur 14 1-3
469 Turutilah teladan Allah! Efesus 5 1-2
473 Hiduplah di dalam kasih! Efesus 5 1-5473 Hiduplah di dalam kasih! Efesus 5 1-5
477 Hiduplah suci! Efesus 5 1-5
480 Umat Kerajaan Surga Efesus 5 5
483 Kata-kata hampa Efesus 5 6-7
487 Murka Allah atas orang durhaka Efesus 5 6-7
491 Anak-anak terang Efesus 5 6-7
495 Terang yang aktif Efesus 5 11-13
499 Bangunlah dan bangkitlah! Efesus 5 13-14499 Bangunlah dan bangkitlah! Efesus 5 13-14
503 Bangkitlah dan bercahayalah! Efesus 5 14-18
506 Bijaksanalah! Efesus 5 14-21
509 Tebuslah waktumu! Efesus 5 15-17
512 Bijaksana dan kehendak Allah Efesus 5 15-17
-
IV
D a f t a r I s i Ringkasan Khotbah Jilid 1
Hala-
man Judul Kitab Ayat Kitab Ayat Kitab Ayat
515 Penuhlah dengan Roh! Efesus 5 17-21
519 Hidup beribadah Efesus 5 19-21
523 Hidup mengucapkan syukur Efesus 5 20
527 Hidup takut akan Allah Efesus 5 21
531 Keluarga bahagia: Presuposisi dasar Efesus 5 22-23 Matius 19 1-12 Kejadian 2 18-25
536 Problematika presuposisi Karangan: Pdt. Sutjipto Subeno
540 Misteri besar Efesus 5 22-33540 Misteri besar Efesus 5 22-33
547 Kristus rendah hati Efesus 5 21-24
551 Watak lelaki Efesus 5 25-30
555 Watak wanita 1 Petr. 3 1-7
559 Pria Lembut Efesus 5 25-30
562 Waktu dan hidup yang berpusat kepada Kristus Efesus 5 15-17 Mazmur 90
566 Keluarga terkhusus Efesus 5 31-33 Kejadian 2 24 Matius 19 5
569 Penginkilan di dalam keluarga 1 Kor. 7 10-16
573 Roti jasmani atau roti rohani Yohanes 6 41-48 Yohanes 6 60-61 Yohanes 6 66573 Roti jasmani atau roti rohani Yohanes 6 41-48 Yohanes 6 60-61 Yohanes 6 66
577 Nyanyian seorang hamba Lukas 1 38 Lukas 1 46-55
580 Mematuhi orangtua Efesus 6 1-4
583 Kepatuhan di dalam Tuhan Efesus 6 1-3
586 Orangtua yang bertanggungjawab Efesus 6 4 Kolose 3 21 Amsal 13 24
589 Hak dan kewajiban Efesus 6 5-9
592 Keadilan Allah dan hak asasi manusia Efesus 6 5-9 Roma 12 17-21
596 Tuan dan hamba Efesus 6 8-9596 Tuan dan hamba Efesus 6 8-9
599 Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan! Efesus 6 10-13
602 Sukacita dalam Berita Injil Filipi 1 1-4
606 Sukacita Axiologis Filipi 3 7-8
611 Sukacita Altruistik Filipi 2 1-11
616 Sukacita Konsentrik Filipi 2 12-18
621 Sukacita Surgawi Filipi 4 4-9
-
1 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. 18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara
orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. 19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, 20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri–Nya, baik yang ada di
bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
21 Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi–Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,
22 sekarang diperdamaikan–Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian–Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan–Nya.
23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
MMMeeennngggeeennnaaalll KKKrrriiissstttuuusss Oleh: Pdt. Amin Tjung
Yoh 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu–satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
Nats: Kolose 1:15-23
Saudara, kalau kita melihat saat Kristus ada di dunia, kita baca mulai dari Injil Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes serta dalam tulisan para rasul maka kita dapat melihat bahwa mereka mencoba menfokuskan
pada siapakah Kristus itu. Dalam Mat 8, tatkala Ia menenangkan angin ribut, menghentikan ombak yang
berderu maka orang-orang khususnya para murid-Nya bertanya, "Siapa gerangan orang ini sehingga angin
dan danaupun taat pada-Nya?" Sebelum Ia menyembuhkan orang lumpuh itu, Ia berkata, "Dosamu
diampuni." Sehingga Ahli Taurat dan orang Farisi berkata, "Siapakah orang yang berani mengampuni dosa
dan menghujat Allah ini?" Banyak agama lain yang mengakui Kristus tetapi dengan konsep yang salah dan berbeda dimana mereka
menganggap bahwa Kristus adalah sebagai reinkarnasi dari orang yang mereka pandang dalam sejarah
-
2 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
tertentu akan datang. Bahkan ada yang pernah meramalkan tanggal kedatangan Yesus namun itu semua
tidak mungkin karena sebagai orang Kristen sadar akan dapat melihat Kristus yang akan datang jika kita
belum meninggal. Alkitab telah berbicara tentang hal ini, bahwa banyak nabi dan mesias palsu yang akan
muncul dan mereka akan mengaku diri sebagai Kristus yang datang kembali. Dalam buku tentang God
Incarnation and Atonement (by Roland Finstra and Alvin Platingga), dua tokoh filsafat dari Kalvin Seminari dan
Norterdam, mereka membahas tentang siapa Kristus itu. Mungkinkah Allah itu inkarnasi? Bagaimana
inkarnasinya? Dikatakannya pula bahwa setiap Kristologi yang mencoba keluar dari pengakuan Kalsedon
pasti menjadi sesat. Namun sekalipun tidak membaca rumusan Kalsedon kita seharusnya mengerti dengan
jelas siapa Kristus itu, kita perlu mengenal, mengasihi dan dapat melayani Dia dengan lebih sungguh. Paulus mengatakan, "Kita yang berdosa, melawan dan menjadi musuh Tuhan telah diperdamaikan dengan
Allah, Kristus sudah membeli kita kembali dari kuasa dosa di mana Ia tebus dan bayar kepada Allah Bapa,
kasih-Nya begitu nyata melalui kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya sudah menyelamatkan kita
maka seharusnya kita jauh mengenal Dia. Seharusnya kita mau renungkan kasih-Nya dan apa yang Ia
inginkan dalam hidup kita setiap hari. Ada satu kerinduan mengenal Dia dengan benar dan hidup bagi Dia. Dalam Injil Yohanes Paulus
menegaskan kembali tentang konsep ini karena banyak orang mengajar hal yang salah di mana mereka
hanya melihat sebagai "orang penting" dan mereka mempunyai konsep latar belakang Yunani bercampur
agama Persia, suatu pendekatan genostik yang belum sepenuhnya jadi. Disitu ditekankan bahwa Kristus
hanya merupakan salah satu emanasi (pancaran yang mengalir dan mungkin paling jauh) dari oknum yang disebut
yang tertinggi Allah itu. Bahkan Arius, saksi Yehova pada jaman ini juga menggunakan ayat di atas untuk
mendukung argumen mereka bahwa Kristus adalah ciptaan yang pertama. Paulus dalam ayat 15
menegaskan, "Ia, (anaknya) … gambar Allah (ekon) wujud pernyataan yang ia bayangkan waktu Kristus
menyatakan diri kepadanya dan ini dihubungkan dengan ayat yang ke 19 yang menunjukkan seluruh
kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Dia adalah Allah yang sejati dan kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Di sini kita perlu mendidik jemaat sehingga waktu mereka mendengar ajaran yang tidak benar mampu peka
dan menilai. Allah sepenuhnya ada dalam Kristus. Di sini orang seringkali bingung karena konsep yang ada
dalam pikirannya adalah konsep materi sehingga mereka sulit membayangkan yang non materi. Seperti
halnya kalau kita mendefinisikan Allah Tritunggal (tiga pribadi/oknum: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, tiga
oknum yang berbeda; tunggal: satu substansi). Definisi tritunggal sama secara status/ ontologisnya dan berbeda
dalam fungsi/ ekonominya. Seperti halnya waktu Kristus di baptis, di situ juga ada Allah Bapa yang bersuara
dari Surga dan Allah Roh Kudus yang menyerupai merpati di mana tiga oknum itu ada secara sekaligus.
Kalau substansi itu bersifat materi maka akan sulit sekali kita bayangkan, tiga oknum yaitu Allah Bapa, Allah
Anak dan Allah Roh Kudus itu sepenuhnya Allah. Ini merupakan pengetahuan yang bersifat non materi atau bukan benda. Alkitab berkata, "Allah itu Roh,
barangsiapa menyembah Dia harus menyembah dalam Roh dan Kebenaran (Yoh 4:24). Dari sini kita
sepenuhnya dapat percaya bahwa Allah Bapa adalah sepenuhnya Allah, Allah oknum kedua sepenuhnya
Allah dan Allah oknum ketigapun sepenuhnya Allah meskipun nanti dalam fungsi berbeda. Bapa yang
mengutus dan melahirkan anak, Bapa bersama anak mengutus Roh Kudus, Roh Kudus keluar dari Bapa dan
Anak. Di sini kita dapat melihat bahwa Kristus adalah Allah sejati. Ditekankan oleh Paulus bahwa Ia adalah
wujud pernyataan Allah yang tidak kelihatan namun Ia adalah Allah yang sejati karena kepenuhan Allah
diam di dalam Dia.
-
3 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Selanjutnya di sini dikatakan bahwa Ia sulung, lebih utama dari segala sesuatu karena di dalam Dia telah
diciptakan. Ada orang yang mengatakan bahwa Ia adalah ciptaan yang pertama karena ada kata sulung.
Kata sulung dapat mempunyai dua pengertian, oleh sebab itu kita harus cermat melihat konteks katanya
supaya tidak salah mengambil kesimpulan atau sesat ekwivokasi (bunyinya sama tetapi arti dibelakangnya beda).
Sulung disini dalam bahasa aslinya adalah prototokos yang memang dapat diterjemahkan sebagai ‘anak
pertama dalam urutan keluarga’ tetapi dapat juga diartikan sebagai ‘Ia yang diutamakan bukan secara
kronologi. (Mzm 89:28; Kel 4:22-23) sehingga kita dapat melihat disini sulung sebagai yang diutamakan karena
Ia adalah sang Pencipta, Ia yang menciptakan segala sesuatu. Yoh 1:3 "Segala sesuatu dijadikan oleh dia dan
tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Berarti Ia adalah penjadi dan bukan yang dijadikan. Kita lihat dalam hal demikian jelas bahwa Kristus
sungguh Allah sejati, Sang Pencipta yang menciptakan segala sesuatu yang ada maupun yang tidak
kelihatan dan waktu Ia menciptakan segala sesuatu, dikatakan Ia ada terlebih dahulu. Itu menunjukkan Ia
memang berbeda dengan ciptaan. Kemudian kita lihat bahwa Ia bukan saja Sang Pencipta tetapi yang menjadikan segala sesuatu untuk Dia
yang berarti juga bahwa Ia adalah pemilik segala sesuatu. Sebagai contoh kalau saya membuat tabungan
uang dari tanah liat maka setelah barang itu terwujud maka saya mempunyai hak atas barang tersebut.
Berarti secara ciptaan, kitapun adalah milik Dia, seluruh kehidupan, potensi, waktu, tenaga, keuangan, otak
dan segala yang ada pada kita adalah milik-Nya secara sepenuhnya. Dan bukan hanya itu, Ia adalah
pengontrol dan pemelihara hidup kita, segala sesuatu ada di dalam Dia, Dia penopang, pengarah dan
pemelihara segala sesuatu menuju maksud dan tujuan-Nya. Dalam hal ini kita harus sadar bahwa tidak ada
satu hal bagi Tuhan merupakan kejadian yang mendadak, yang Ia tidak sadari. Segala sesuatu ada dalam
kontrol-Nya, termasuk manusia jatuh dalam dosa karena Ia tahu waktu Ia ciptakan manusia yang menurut
gambar dan rupa-Nya yang berarti juga mempunyai kebebasan maka mempunyai kemungkinan akan jatuh
dalam dosa. Sehingga Ia telah menyiapkan karya keselamatan dan Kristus dipilih sebelum dunia dijadikan.
Saya harap ini mendorong kita untuk belajar dengan teliti. Harus tetap kita sadari bahwa Allah tidak di
dalam waktu karena Allah melampaui waktu, Allah adalah kekal sedang manusia pasti berpikir dalam ruang
dan waktu karena kita dicipta demikian. Kita harus sadar bahwa sejarah dalam dunia ini tetap dalam kontrol Dia untuk menggenapi maksud dan
rencananya. Dalam kasus kerusuhan, orang Kristen dianiaya dan dipaksa menyangkal Kristus, apakah itu
menunjukkan Allah kalah? Tidak! Kita percaya Allah kita adalah Allah yang maha kuasa dan segala kuasa
lain ada dalam kontrol-Nya. Tanpa sadar mereka yang melakukan tindakan tersebut menggenapkan
rencana Allah walaupun mereka harus dihukum karena mereka melawan Tuhan. Kalau ada martir
meninggal maka dapat dilihat bahwa waktu Tuhan datang makin dekat dan kita harus makin giat
menjalankan pekerjaan-Nya (Why 6:9-11). Seperti halnya dengan Kristus, mereka tidak mungkin
menyerahkan dan menyalibkan-Nya tetapi Allah Bapa dan diri-Nyalah yang menyerahkan. Kita lihat di
dalam providensia seperti ini bahwa Allah mengontrol sejarah. Kristus mati mendamaikan kita dengan Allah, seharusnya kasihnya yang besar ini membuat kita sadar
bahwa Ia telah membeli kita ulang sehingga kita bukan milik kita sendiri tetapi milik Kristus, Kristus pun
menjadi milik kita bukan untuk sementara tetapi selamanya. Di dalam hidup kita biarlah kita mau sadari hal
ini. Dalam 1 Kor 6:19-20 dikatakan, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus …
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"
Kita harus sepenuhnya sadar bahwa diri kita sepenuhnya adalah milik Tuhan dan kita harus persembahkan
-
4 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
untuk Tuhan. Seperti seorang Baptis yang bernama Charles H. Spurgeon dan Pdt. Stephen Tong, mereka
coba terus gerak, kerjakan sehingga mereka merupakan orang yang Tuhan pakai menjadi bara yang terus
membawa banyak orang mengenal Tuhan, terus dikuatkan melayani karena siang malam yang menjadi
pikiran mereka hanya satu fokus bahwa hidupnya adalah milik Kristus dan seumur hidupnya segalanya
dipersembahkan pada Tuhan. Kalau kita perhatikan dalam Kitab PB, hanya dua orang yang sanggup berkata
sudah selesai yaitu Kristus (Yoh 17:3-4) dan Paulus (2 Tim). Seumur hidup menjadi milik Tuhan, mengerjakan
yang Tuhan percayakan dengan sungguh-sungguh (Kis 14:19-20). Mengapa komunis dapat begitu cepat hingga pertengahan abad 20 ia hampir melanda seluruh dunia? John
White dan Billy Graham pernah mengkutip artikel tulisan surat seorang kader komunis kepada pacarnya
yang memutuskan untuk mengabdi sepenuhnya kepada komunis. Bahkan ia rela dipenjara dan digantung
asalkan komunis berkembang. Saudara bayangkan, kita menjadi orang Kristen seperti apa? Sungguhkah
cinta kita pada Kristus? Saudara sebagai orang kristen harus pernah memikirkan, doakan dan gumulkan, apakah Tuhan panggil
saudara menjadi hambanya secara full time atau menjadi saksi Tuhan dalam bidang tertentu. Kalau Tuhan
panggil saudara dalam bidang tertentu, tetap Tuhan menjadikan saudara sebagai saksi dan garam di
lingkungan saudara. Satu hal yang penting adalah total penyerahan hidup. Biarlah saudara jelas, karena
hidup kita secara ciptaan dan tebusan milik Dia. Kita tidak perlu mengkhawatirkan masa depan karena
seluruh sejarah dikontrol oleh dia. Biarlah Tuhan menolong kita sekali lagi untuk mempersembahkan hidup
kita sepenuhnya kepada Tuhan.
Amin!
-
5 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
12 Supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji–pujian bagi kemuliaan–Nya.
13 Di dalam Dia kamu juga––karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu––di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan–Nya itu.
14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan–Nya.
KKKeeepppaaassstttiiiaaannn jjjaaammmiiinnnaaannn kkkrrriiisssttteeennn
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats: Efesus 1:12-14
Di tengah kehidupan yang tidak pasti, manusia sangat membutuhkan kepastian. Di dalam ketidakpastian
selalu terjadi kepanikan, kebingungan dan tidak memiliki pegangan yang pasti, sehingga kita mudah
diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran, permainan palsu manusia (bnd Ef 4:14). Di tengah ketidakpastian ini, orang Kristen tidak seharusnya memiliki naturalitas yang sama seperti orang
yang tidak percaya. Paulus, ketika belum kembali kepada Kristus tidak memiliki pegangan yang kokoh.
Namun, setelah Paulus kembali kepada Kristus, dia memiliki pegangan dan arah yang jelas. Mengapa?
Karena Paulus mengerti secara mendalam Siapa yang dia percaya. Dalam 2 Tim 1:12 Paulus mengatakan,
"Aku tahu kepada Siapa aku percaya." Hal ini juga dibuktikan oleh Paulus di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh harapan
kepada Kristus." Kata ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan,’ menggunakan kata proelpizo. Di sini
seolah-olah memberikan urutan ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus.’ Sebenarnya,
istilah ini berarti ‘pra-harapan-nya pada Kristus’. Istilah yang dipakai di sini hanya satu kata dan kata ini
(proelpizo) hanya dipakai satu kali di dalam seluruh Alkitab PB. F.F. Bruce seorang eksegeses yang sangat
ternama menyoroti kata ini. Dia mengatakan proelpizo ini bukan mengajarkan satu harapan yang ada
embel-embel-nya tetapi juga bukan merupakan suatu masalah lalu kita berharap. Pra-harapan ini
merupakan suatu presaposisi yaitu satu dasar harapan yang dipegang lebih dahulu. Jadi ini bisa
dikategorikan sebagai pegangan dasar, artinya apapun yang dibangun disana saya pegang ini dahulu. Jadi
kata proelpizo digunakan oleh Paulus berarti sudah memiliki pegangan pertama yaitu di dalam Kristus.
Kemudian di dalam ay. 13 ditambah lagi, "di dalam Dia kamu juga." Paulus mengatakan, "aku tahu kepada siapa aku percaya (2 Tim 1:12)." Ini menjadi pra-harapan Kekristenan.
Ini bukan pengharapan yang mudah-mudahan dan tidak ada kepastian yang pasti. Pra-harapan ini
-
6 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
memberikan suatu kepastian yang tidak bisa diganggu gugat. Dasarnya dapat kita lihat di dalam Ef 1:12-14.
Dalam bagian ini Paulus menjelaskan mengapa jaminan kepastian tidak bisa diganggu gugat. Hal ini berbeda
dengan para futurologi-futurologi yang bisa keliru, karena seringkali banyak faktor "x" yang berada di luar
pertimbangan mereka. Pertama, jaminan keselamatan. Di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh
pengharapan pada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya." Dan di dalam ayat 13 dikatakan,
"di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran yaitu Injil keselamatanmu - di
dalam dia kamu juga, ketika kamu percaya." Kekristenan dimulai dengan karya Yesus. Di sini oknum kedua
menjadi patokan jaminan pertama. Di sini seluruh pengharapan yang dijanjikan dipegang oleh oknum
kedua yaitu Kristus yang menjadi dasar Injil keselamatan dan menjadi dasar firman kebenaran yang kita
pegang. Ini adalah dasar epistemologi Kristen yang sangat kokoh. Epistemologi yang dimaksud di sini adalah
patokan, prinsip mengerti kebenaran yang paling benar. Di dalam dunia kita tidak cukup hanya mengatakan ini benar. Ini harus dipertajam dengan kata yang
"benar-benar, benar". Mengapa ada yang "benar-benar, benar," karena ada yang "benar-benar tidak
benar". Dan juga ada yang "tidak benar-benar tidak benar." Mengapa bisa demikian? Jawabannya,\ karena
dunia kita penuh penipuan. Sehubungan dengan hal ini Alkitab menggunakan satu paralel dari firman
kebenaran dan Injil keselamatan. Jika kita mempelajari ay. 13 dikatakan, "di dalam Dia engkau sudah
mendengar firman kebenaran.’ Lalu ditambah lagi di dalam Dia yaitu Kristus engkau mendapat Injil
keselamatan. Di sini Injil keselamatan dan firman kebenaran diidentikan. Tanpa penebusan oleh darah
Kristus tidak ada Kekristenan sejati. (Ef 1:6-7 dan 14). Di sini kita mendapat jaminan yang paling kuat secara
epistemologi karena kebenaran didirikan di atas Kristus bukan di dalam diri manusia. Manusia tidak
mungkin menemukan kebenaran karena manusia bukan sumber kebenaran sehingga manusia tidak boleh
dijadikan patokan kebenaran. Inilah kesalahan Hawa ketika jatuh dalam dosa.
Oleh sebab itu manusia harus kembali kepada kebenaran sejati. Dan kebenaran sejati ini bukan hukum.
Kebenaran sejati ini hanya satu yaitu Kristus (Kis 4:12). Dan ketika Yesus ada di dalam dunia dia berkata,
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui aku." Kata yang dipakai untuk ‘kebenaran’ di sini tidak menggunakan kata righteousness tetapi
menggunakan kata aleiteia artinya Truth. The Truth artinya kebenaran asasi atau hakekat. Ini tidak bisa
diganggu gugat. Jadi, Kekristenan memiliki kekuatan epistemologi karena kebenaran Kekristenan di
dasarkan pada kebenaran di atas saya yang sudah dikerjakan melalui penebusan darah Kristus. Kedua, melalui Roh Kudus. Dalam Efesus 1:13b dikatakan, "di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya,
dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu." Pada bagian kedua ini jaminan kepastian tidak
hanya berhenti pada titik tolaknya saja tetapi juga di dalam prosesnya. Roh kudus oknum ketiga dari Allah
Tritunggal tinggal di dalam diri manusia yang menjadi meterai yang menjamin. Kepastian kita di sini dijamin
oleh meterai yang sah. Ketiga, Allah Bapa adalah jaminan kita (ay. 14). Kita di jamin oleh Allah tidak hanya berhenti pada titik awal
melainkan proses ini harus berhenti di dalam titik akhir yaitu pada waktu kembalinya kita kepada Allah
untuk memuji kemuliaan-Nya. Pada waktu itu jaminan ini dijamin kembali ke dalam kepenuhan total ketika
kita dipersatukan kembali di dalam Allah Bapa. Dalam ayat 14 ini Allah Tritunggal sendiri menjadi kepenuhan
bagi kita yang menjadi jaminan yang tidak bisa diganggu gugat.
-
7 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Adakah jaminan yang lebih besar dari hal di atas? Dapatkah manusia menjamin kita dengan jaminan yang
pasti. Tentu tidak ada. Karena banyak faktor "x" yang akan terjadi dan berada di luar kemampuan manusia.
Hanya di dalam Allah Tritunggal kita memiliki jaminan yang pasti, dari mulai titik pertama sampai dengan
titik akhir. Semua jaminan di atas tidak dapat dilepaskan dari providensia Allah yaitu Allah yang memelihara,
menolong, menjamin, dan menopang anak-anak Tuhan untuk bisa mendapatkan kepastian yang paling
kokoh di tengah dunia yang berproses secara sejarah. Di tengah dunia yang tidak ada kepastian, anak-anak
Tuhan diberikan suatu jaminan yang tidak bisa diganggu gugat yaitu jaminan pemeliharaan Allah.
Providensia Allah dikembangkan begitu kuat di dalam teologi reformed. Alkitab melihat Kekristenan dimulai dengan pengorbanan Allah demi untuk menyelamatkan manusia. Inilah
manifestasi kasih yang begitu besar yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh manusia. Dengan cinta kasih
yang begitu besar Tuhan membimbing anak-anakNya untuk kembali kepada jalur yang seharusnya sesuai
dengan maksud Pencipta. Untuk hal inilah Allah Tritunggal berperan aktif di dalam memberikan jaminan
kepada anak-anak Tuhan. Ini merupakan anugerah yang begitu besar. Namun seringkali anugerah atau cinta kasih yang begitu besar ini diresponi secara keliru oleh manusia.
Seharusnya, justru ketika Tuhan memberikan jaminan yang begitu besar, ketika Allah mengorbankan
Anaknya untuk menebus dosa kita, ketika Allah tritunggal di dalam penebusan menjamin kita mulai dari
titik awal sampai pada proses dan akhirnya, ini mendorong dan menjadikan kita lebih taat dan lebih setia.
Namun, Jika ada orang yang mengatakan telah menerima anugerah Tuhan yang begitu besar namun telah
menyalahgunakan anugerah tersebut dengan berbuat dosa sesukanya maka hal ini menunjukkan orang
tersebut belum diselamatkan. Dengan kata lain orang tersebut tidak berada di dalam jalur Allah. Marilah
kita sebagai anak-anak Tuhan di tengah krisis seperti ini Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk tetap
berjalan dalam jalur Tuhan. Biarlah providensia Allah jaminan melalui Yesus Kristus melalui Roh Kudus dan melalui Bapa ketiganya
menjadi kekuatan yang membuat kita tidak menyimpang dari jalan Allah. Hidup di tengah dunia membutuhkan jaminan yang pasti. Untuk ini kita membutuhkan landasan yang
kokoh dan mutlak, agar kita tidak diombang-ambingkan oleh badai kehidupan ini. Ketika kita menjadi orang
percaya kita tahu bahwa di dalam Kristus kita mendapat jaminan yang pasti dan kokoh. Keselamatan orang
Kristen dijamin bukan oleh manusia melainkan didasarkan pada kematian dan karya penebusan Kristus di
atas kayu salib. Jaminan ini tidak hanya berhenti pada satu titik. Allah memberikan jaminan yang bersifat
menyeluruh yang kita sebut sebagai total protection. Alkitab menjamin dari titik awal sampai kepada
penyempurnaan totalnya. Jaminan pertama dijamin oleh Yesus Kristus, Allah oknum kedua. Namun proses ini tidak berhenti hanya
pada titik pertobatan saja. Hidup manusia adalah hidup yang terus diproses dan membutuhkan satu
jaminan yang pasti. Setiap orang yang ada di dalam Kristus berarti sudah dijamin oleh Injil Kristus. Di sini
kita sudah mendapatkan harapan pertama. Jaminan kedua, orang yang percaya dijamin oleh Roh Kudus. Di dalam ayat 13 dikatakan, "Di dalam Dia
kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia
kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan oleh Roh Kudus." Di dalam bagian kedua ini kita masuk
kepada jaminan dari Allah oknum ketiga dari Allah Tritunggal yang menjamin dan membuat kita berproses.
Juga di dalam Yoh 16:8-11, firman Allah mengatakan, "Aku akan pergi kepada Bapa dan Bapa akan
-
8 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mengirimkan Roh Penghibur yaitu Roh Kudus untuk menyertai kamu selama-lamanya." Ayat ini
membicarakan prinsip kehadiran Roh Kudus di tengah dunia. Pada waktu Roh Kudus datang, Ia akan
menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus memeteraikan orang percaya
supaya kita boleh sadar akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Tanpa Roh Kudus bekerja di dalam hidup
orang berdosa, maka orang tersebut tidak mungkin sadar akan dosa. Namun orang yang insaf akan dosa belum berarti selesai dengan kebenaran. Tahu itu dosa maka harus tahu
juga apa itu kebenaran. Mengapa? Karena Roh kudus bekerja bukan hanya memberitahu dosa melainkan
juga menginsafkan orang tersebut akan kebenaran. Jadi seorang Kristen yang benar bukan hanya insaf akan
dosa melainkan memberikan solusi atas dosa. Di satu pihak kita mengerti yang salah, di lain pihak kita
mengerti bagaimana kita melangkah secara benar. Selanjutnya Roh Kudus menginsafkan kita akan
penghakiman. Dosa, kebenaran bukan tanpa resiko, di belakangnya ada penghakiman. Alkitab bukan hanya
memberitakan kasih Allah tetapi Alkitab juga dengan jelas memberitakan murka Allah baik dalam PL
maupun PB. Jika kita dapat menangkap ketiga tugas dari Roh Kudus ini, barulah kita dapat menangkap fungsi dan tugas
Roh Kudus ketika Ia memeteraikan kita. Paulus menggunakan kata meterai di sini dengan bagus sekali. Pada
masa itu meterai memiliki dua pengertian besar. a. Yang dimeteraikan, menjadi milik yang memeteraikan. Meterai yang dipakai tidak bisa diperjualbelikan
karena meterai ini ada di tangannya dan dipegang secara rahasia oleh pemilik meterai yang biasanya adalah
orang-orang berkedudukan. Meterai ini unik karena setiap pemilik memiliki materai yang berbeda. Maka
meterai yang dicap itu langsung menandai siapa yang memberi meterai. Dan materai yang sudah
dibubuhkan tidak bisa dicabut lagi. Dan apa yang dimeteraikan menjadi milik dari yang memeteraikan.
Waktu kita dimeteraikan kita tidak dimeteraikan oleh benda mati melainkan oleh Roh Kudus. Dengan
demikian jaminan kita adalah jaminan yang solid dan pasti yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Meterai ini menjadikan kita milik Allah. Dalam bahasa Yunani ayat ini menggunakan bentuk aorist pasif
negatif. Bentuk pasif artinya dari sisi manusia tidak ada unsur sama sekali. Pemeteraian ini dikerjakan
sepenuhnya oleh Allah sehingga dalam kasus ini manusia dalam keadaan pasif total. Sedangkan tenses-nya
menggunakan bahasa Yunani aorist tense artinya suatu kejadian yang terjadi hanya satu kali dimasa lampau
namun berdampak kekal selamanya. Pemeteraian Roh Kudus juga menggunakan bentuk aorist pasif. Ini
menggambarkan jaminan sepenuhnya dilakukan oleh Tuhan. Pemeteraian ini terjadi hanya satu kali namun
terus berdampak selama-lamanya. Roh Kudus akan tinggal di dalam kita sampai selama-lamanya.
b. Waktu kita dimeteraikan Roh Kudus bukan oleh meterai yang mati. Ini berarti relasi antara satu pribadi
dengan pribadi lain. Pemeteraian Roh Kudus menunjukkan bahwa kita berada di dalam pemilikan yang total
dari Allah. Hal ini menjadi kekuatan yang membuat kita berhak hidup secara kuat di tengah dunia ini. Kita
dimeteraikan oleh Allah sehingga tidak ada sesuatupun yang berani mengutak-atik, yang berani mengutak-
atik langsung berurusan dengan yang memberikan meterai. Paulus menggunakan gambaran ini sehingga
orang-orang Efesus mengerti apa artinya dimeteraikan oleh Roh Kudus. Berani mengutak-atik meterai Roh
Kudus berarti berurusan dengan Tuhan Allah. Setiap orang Kristen sejati berada di dalam meterai Allah ini
berarti kita diproteksi oleh Tuhan Allah. Jadi ketika kita dimateraikan oleh Roh Kudus kita adalah milik Allah
yang harus bertanggungjawab kepada pemiliknya. Tuhan menginginkan kita memuliakan Dia. Untuk ini
Tuhan menjamin kita dengan Allah Roh Kudus di dalam diri kita dan menginsafkan kita. Itu sebabnya sangat
tidak masuk akal kalau kita tidak bertumbuh dan memuliakan Tuhan. Orang yang dimeteraikan oleh Roh
-
9 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kudus seharusnya insaf akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus menjamin kita di dalam ayat 14
mengatakan, "Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." Kalau Roh Kudus menjamin
kita, ini merupakan satu keterikatan untuk kita mendapatkan keseluruhannya. Ini sama seperti kita
membeli barang. Pada saat kita membayar uang muka maka barang tersebut sudah diikat dan tidak boleh
dijual kepada orang lain, sampai pembayaran sepenuhnya dilakukan. Demikian pula dengan meterai Roh
Kudus adalah meterai untuk proses menuju kepada konsumasi (penyempurnaan akhir). Uang muka yang
sudah dibayar tidak mungkin dilepas lagi dan ini terus diproses sampai kita mendapat keseluruhan
konsumasi yang digambarkan oleh Tuhan. Pada waktu Roh Kudus memeteraikan kita ini bukan persoalan sehari atau dua hari melainkan persoalan
seumur hidup sampai kita mendapatkan keseluruhan. Alkitab mengatakan barang siapa setia sampai akhir,
dia akan mendapatkan mahkota kehidupan. Ini menjadi bukti seseorang itu dimeteraikan oleh Roh Kudus
atau tidak. Waktu adalah ujian yang terindah. Tidak ada kesuksesan tanpa melalui ujian. Iman Kristen justru dibuktikan
ketika kita sedang krisis. Waktu kita hidup dalam beban yang berat, dalam kesulitan, ini merupakan satu
berkat. Di tengah-tengah kegelapan ini, kita bisa melihat siapa yang sejati, siapa yang palsu. Yang sejati
akan bertahan sampai akhir sedang yang palsu akan murtad. Yang benar-benar milik Tuhan, Roh Kudus
akan menjamin kita sampai mendapat keseluruhan bagian kita di dalam konsumasi. Di dalam Yoh 10:28-30 ini,
Yesus memberi jaminan kepada setiap orang percaya yang diberikan Bapa kepada-Nya tidak akan
kehilangan keselamatan melainkan akan mendapatkan hidup yang kekal selama-lamanya. Tidak ada
seorangpun yang dapat merebut orang percaya dari tangan Yesus Kristus. Ketiga, jaminan dari Allah Bapa. Seluruh sasaran dari jaminan ini bukan hanya berhenti pada titik
pembayaran tetapi akan berakhir di dalam jaminan Allah Bapa sampai kita mendapatkan keseluruhannya
untuk kita memuliakan Dia. Ini menjadi sasaran akhir yang harus terjadi. Semua progres dari perjalanan
sejarah harus sampai kepada tujuan akhir yang telah direncanakan oleh Allah. Allah Bapa yang memiliki
kedaulatan, yang telah merencanakan dan menggarap persoalan ini sampai menuju titik akhirnya yaitu
semua yang percaya akan mencapai satu tujuan yaitu kita akhirnya boleh menjadi puji-pujian untuk
kemuliaan-Nya (ay. 14). Seluruhnya ini tidak mungkin bisa digagalkan oleh siapapun. Allah adalah Allah yang
berdaulat. Ini seharusnya menjadi kekuatan bagi kita untuk menjadi saksi yang kokoh di tengah dunia yang rapuh ini.
Dan Allah menghendaki anak-anak-Nya hidup di dalam jalur yang telah disediakan olehnya bagi kita agar
kita boleh menggenapkan rencana-Nya untuk memuji kemuliaan-Nya.
Amin!
-
10 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
15 Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,
16 akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku,
17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan–Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan–Nya bagi orang–orang kudus,
19 dan betapa hebat kuasa–Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa–Nya, 20 yang dikerjakan–Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati
dan mendudukkan Dia di sebelah kanan–Nya di sorga, 21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan
tiap–tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang.
22 Dan segala sesuatu telah diletakkan–Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan–Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.
23 Jemaat yang adalah tubuh–Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
PPPeeerrrtttuuummmbbbuuuhhhaaannn iiimmmaaannn kkkrrriiisssttteeennn Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats: Efesus 1: 15-23
Prestasi Proses Pertumbuhan Iman Kristen Di dalam Ef 1:3-14, Paulus membukakan visi, arah, inti, hakekat dan kondisi orang Kristen. Sedangkan di
dalam Ef 1:15-23 sampai pasal 6, Paulus membicarakan bagaimana proses itu bisa dijalankan dan bagaimana
kehidupan ini bisa digarap. Seringkali kita berada di dalam kesenjangan. Di satu sisi Alkitab mengajarkan
konsep yang begitu indah dan ideal. Namun di lain sisi realita kehidupan tidak sama dengan yang
digambarkan dalam Alkitab. Tidak heran, dalam kondisi seperti ini banyak orang Kristen yang berada dalam dualisme. Mereka
mengatakan, "Teorinya bagus tapi sayang tidak bisa dijalankan. Tidak ada orang yang bisa melakukannya."
Di satu sisi kita memikirkan yang ideal namun tidak mendarat di bumi. Di sisi lain kita mendarat di bumi
tetapi membuang yang ideal. Di tengah-tengah kedua tegangan ini, Paulus mengajarkan bahwa kedua
elemen tersebut tidak bisa dilepaskan dari hidup manusia. Di satu pihak, ideal merupakan konsep dasar
yang harus menjadi arah bagi hidup manusia, sedangkan di lain pihak realita merupakan keberadaan dasar
-
11 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
di mana kita harus berproses sehingga kedua bagian ini tidak bisa dipisahkan. Hanya, bagaimana kita
mengharmoniskan kedua hal di atas. Dalam Ef 1:3-23, kita melihat Paulus adalah orang realistis-idealis. Paulus tahu persis realita itu seperti apa.
Paulus realistis karena dia sendiri sadar bahwa dia sendiri tidak sempurna. Di dalam tulisan-tulisannya kita
melihat seringkali Paulus mengecam dirinya sendiri sebagai orang yang hina. Di sini kita melihat Paulus
realistis di dalam melihat dirinya. Namun Paulus tidak berhenti hanya di dalam kondisi realistis ini
melainkan dia juga melihat satu konsep ideal (ini sudah dibahas dalam Ef 1:3-14). Di antara konsep realistis-idealis ini ada satu jembatan indah yaitu konsep pertumbuhan. Dalam Ef 1:15-23
ini, Paulus membicarakan konsep realistis. Paulus mengatakan, "Ketika aku mendengar tentang kamu,
mendengar tentang imanmu dalam Tuhan dan tentang kasihmu kepada semua orang kudus, aku
mengucap syukur karena kamu." Keadaanmu, situasimu, kondisimu, ini real. Kehidupan Kristen adalah
kehidupan yang konkrit. Kehidupan yang terus berjalan di tengah dunia yang nyata, di depan semua orang
dan disaksikan oleh siapapun. Pada waktu Paulus masuk ke dalam kondisi realita dia mulai melihat suatu
keindahan pertumbuhan iman Kristen. Di dalam bagian ini kita akan melihat dan merenungkan satu konsep pertumbuhan. Mengapa pertumbuhan
ini kita sebut sebagai prestasi kehidupan? Di sini kita melihat beberapa hal. Pertama, Paulus sangat menghargai pertumbuhan. Ketika Paulus mendengar kabar tentang iman jemaat
Efesus yang bertumbuh baik dalam iman dan kasih. Paulus bersyukur dan memuji Tuhan. Di dalam bagian
ini saya melihat pertumbuhan orang Kristen sebagai suatu prestasi, artinya suatu pertumbuhan perlu
dihargai, diperhatikan, dilihat dan dinilai oleh setiap orang di dalam kehidupan kita secara ideal.
Pertumbuhan orang Kristen adalah pertumbuhan yang berkaitan dengan orang lain. Itu sebabnya Paulus
bisa mengerti keadaan jemaat Efesus karena ada yang melaporkan karena orang itu mendengar, melihat,
menyaksikan dan memberikan laporan.
1. Pada waktu menjadi orang Kristen dia langsung mau menjadi sempurna. Akibatnya orang seperti ini
selalu menuntut orang lain sempurna. Celakanya kalau hal ini juga ditujukan kepada dirinya;
2. Kekristenan hanya satu predikat yang ditempelkan yaitu saya orang Kristen. Orang seperti ini hidup
tidak menuntut perubahan. Jadi dulu begitu sekarangpun begitu. Kedua golongan ini tidak pernah
menghargai pertumbuhan. Paulus adalah orang yang sangat menghargai pertumbuhan rohani. Oleh sebab itu Paulus sangat
menghargai realita. Namun kondisi realita yang dimengerti Paulus bukan kondisi yang berhenti statis. Bagi
Paulus realistis tidak berarti statis melainkan suatu proses yang bertumbuh terus. Ketika seorang Kristen
tidak bertumbuh berarti dia sedang menuju kepada kematian. Pdt. Stephen Tong mengatakan, "Selama kita
hidup kita masih mempunyai kemungkinan untuk berubah." Hanya benda mati yang tidak berubah dan
bertumbuh. Pertumbuhan adalah tanda dari hidup. Kedua, Paulus bukan hanya memuji jemaat Efesus. Paulus juga menyadarkan mereka dengan satu
permohonan yang tulus, "dan aku senantiasa mengingat kamu dalam doaku. Dan meminta kepada Bapa
yang mulia itu supaya memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu." Bentuk kalimat yang dipakai di sini
menggambarkan satu permohonan yang serius dengan sungguh-sungguh meminta agar Tuhan memberikan
kepada mereka Roh hikmat dan wahyu supaya mereka bisa bertumbuh.
-
12 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Pertumbuhan bukanlah hal yang sederhana. Pertumbuhan membutuhkan satu pergumulan dan
pertolongan dari Tuhan. Pertumbuhan membutuhkan hikmat, kuasa dan wahyu dari Tuhan Allah. Seorang
yang bertumbuh tidak bisa diam saja. Tuhan menuntut kita untuk kembali kepada firman, kembali kepada
wahyu dan bijaksana Tuhan. Untuk ini dibutuhkan dua kunci besar yaitu pertama bijaksana dan kedua
mengerti kebenaran. Kedua wahyu dari Tuhan ini merupakan patokan kebenaran dari arah pertumbuhan
rohani kita. Hanya melalui kedua hal ini kita baru bisa bertumbuh dengan baik. Proses pertumbuhan tidak
terjadi begitu saja. Dalam pertumbuhan dibutuhkan hikmat Tuhan. Alkitab mengatakan menjadi orang
Kristen bukan orang yang mimpi. Menjadi orang Kristen adalah menjadi orang Kristen sebagaimana
dikatakan oleh Roma 12:1-2, diperbaharui akal-budi-nya. Konsep mind (pikirannya) harus diperbaharui, dibentuk, diajar, kembali kepada Tuhan, dan meminta kepada
Tuhan Roh bijaksana. Sama seperti Salomo minta bijaksana kepada Tuhan. Tuhan sangat menghargai
permintaan ini. Bijaksana tidak bisa dilepaskan dari standar yang menjadi arah dan pegangan dari pada bijaksana. Standar
bijaksana ini bukan dunia tetapi wahyu dari Tuhan Allah. Inilah fungsi dan tugas Alkitab yang diberikan
kepada kita supaya kita mempunyai bijaksana. Wahyu dan bijaksana tidak bisa dipisahkan. Memiliki bijak
tetapi tidak memiliki wahyu tidak bisa berfungsi sama sekali. Demikian juga memiliki wahyu tapi tidak
mempunyai bijak tidak bisa apa-apa. Alkitab dengan hikmat dari Roh Kudus diberikan oleh Roh yang sama.
Roh Kudus menggunakan dua cara secara berpadu supaya orang Kristen bisa bertumbuh dengan baik di
dalam iman. Itu sebabnya Paulus berdoa agar Tuhan memberikan kepada jemaat Efesus Roh hikmat dan
wahyu (Ef 1:17), kalau tidak ada kedua unsur ini kerohanian kita pasti menurun (Bnd why 2).
Ketiga, Paulus juga tahu dibutuhkannya kuasa untuk bisa bertahan di dalam pertumbuhan hidup. Untuk
kita bisa bertumbuh dengan baik dibutuhkan kuasa yang besar yaitu kuasa yang membangkitkan Kristus
dari antara orang mati. Kuasa ini harus ada dalam hidup kita untuk bisa bertumbuh. Kuasa yang diberikan di
sini bukan hanya sekedar main kuasa. Kuasa yang diberikan di sini, di dalam Injil Yohanes diperjelas supaya
kita bisa menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12). Supaya kita bisa menyatakan kepada dunia suatu kehidupan yang mencerminkan sifat Allah. Kuasa yang
tidak membuat kita jatuh dalam dosa. Kuasa yang bisa mempertahankan kita hidup dalam kebenaran dan
yang membuat kita bisa bertahan di dalam aniaya apapun dengan tidak meniadakan iman kita. Sebagai
manusia kita lemah dan tidak memiliki kekuatan kecuali Kristus hidup di dalam kita dan kita hidup di dalam
Kristus. Waktu kita berada di dalam Tuhan, kuasa itu justru membuat kita hidup beres dan menjadikan kita
bertumbuh terus semakin hari semakin suci. Hidup semakin hari semakin ketat dalam integritas hidup.
Hidup semakin hari semakin sanggup melihat lubang-lubang dan tipuan-tipuan dalam masyarakat yang
makin merusak kita. Waktu itulah pertumbuhan iman kita bisa lebih maju. Pengharapan kita bisa lebih
kokoh. Melalui tiga konsep di atas, Tuhan menuntut kita untuk seperti Paulus belajar menjadi realistis-idealis,
menjadi orang yang mengerti realita, tetapi seorang yang mengarah secara ideal. Kiranya Tuhan memimpin
kita di tengah realita hidup yang sulit ini sehingga kita boleh menjadi benih yang baik dan mengalami proses
pertumbuhan yang baik. Dengan demikian kita dapat mengumandangkan berita yang harum.
-
13 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Elemen-elemen Pertumbuhan Iman Kristen Seorang Kristen sejati bukan seorang yang statis dan juga bukan orang yang sempurna. Seorang Kristen
sejati adalah seorang yang terus berproses. Dari realita menuju ideal yang Tuhan inginkan. Memahami
proses antara realita di sini dengan ideal di sana kita perlu mengerti elemen-elemen pertumbuhan. Hal ini
dibicarakan oleh Paulus dalam Ef 1:15-23. Di dalam Ef 1:15-23 ini, kita menemukan enam elemen yang menjadi dasar pertumbuhan. Pertama, Iman di dalam Kristus (ay. 15); kedua, Kasih terhadap semua orang kudus (ay. 15); ketiga Roh
hikmat (ay. 17); keempat Wahyu (ay. 17); kelima Pengharapan di dalam panggilan Kristus (ay. 18); keenam
Kuasa Kebangkitan Kristus (ay. 19). Keenam hal ini harus berproses di dalam hidup kita. Jika keenam elemen
ini bertumbuh dengan baik, itu membuktikan Gereja tersebut sukses. Penilaian Allah tentang kriteria
kesuksesan Kristen berbeda dengan penilaian manusia. Kesuksesan Gereja menurut pandangan manusia
seringkali diukur secara mekanis dengan kriteria yang bisa diukur dan secara fenomena. Ini terjadi karena
kita seringkali dibentuk oleh format dunia. Contoh, ketika Saul ditolak oleh Tuhan, maka Tuhan mengutus Samuel ke rumah Isai untuk mengurapi salah
satu anak Isai menjadi raja. Ketika Samuel melihat anak-anak Isai, kita melihat justru apa yang dinilai oleh
Samuel berbeda dengan penilaian Tuhan. Samuel melihat apa yang kelihatan sedangkan Tuhan melihat hati
manusia. Bagi Samuel Daud tidak cocok menjadi raja tetapi itulah yang Tuhan pilih. Jadi prinsip kesuksesan Kristen adalah kembalinya seseorang di dalam proses yang Tuhan kehendaki.
Kesuksesan Kristen tergantung pada proses pertumbuhan dari keenam elemen yang Paulus bicarakan
dalam Ef 1:15-23. Bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, wahyu, pengharapan, dan di dalam kuasa
kebangkitan. Keenam elemen ini harus bertumbuh di dalam hati kita. Inilah tanda dari seorang Kristen
sejati. Oleh sebab itu Gereja wajib melakukan semua daya agar keenam elemen ini bisa bertumbuh. Hanya
dengan demikian orang-orang Kristen bisa menjadi contoh di tengah dunia. Sekarang mari kita telusuri mulai dari poin pertama. Di dalam bagian pertama yang Paulus soroti adalah
iman di dalam Kristus. Hal ini penting karena prinsip pertumbuhan Kristen di mulai dari iman kepada
Kristus. Ini tidak bisa diganggu gugat. Iman merupakan basis dari semua cara berpikir kita dan kehidupan
kita. Di dalam bidang apapun kita memulainya dengan iman. Misalnya, seorang ilmuwan sejati dimulai
dengan iman bukan rasio. Ketika kita mempelajari baik ilmu pengetahuan maupun filsafat kita akan mulai
dengan paradigma. Paradigma di sini istilah lain untuk iman. Pengertian paradigma adalah satu set
kepercayaan yang dipegang pertama menjadi hipotesa untuk melakukan segala sesuatu. Hipotesa ini
sendiri belum dibuktikan kebenarannya. Tidak ada satu ilmu pengetahuan yang tidak mulai dengan iman.
Fakta membuktikan kita memulai sesuatu dengan iman. Sejak di bangku sekolah kita mulai dengan iman,
misalnya 2 + 2 = 4 kita percaya tanpa ragu. Apa yang guru kita katakan kita percaya tanpa kita menguji dan
membuktikan kebenarannya. Celakanya di tengah dunia ini kita berdiri di atas iman yang diterpa oleh filsafat postmodern yang bersifat
relatif. Apa yang aku percaya dengan yang kamu percaya, dua hal yang berbeda. Iman ini bersifat subyektif.
Celakanya kondisi ini bukan hanya dialami oleh orang-orang di luar Kekristenan. Hal ini terjadi juga di dalam
Kekristenan. Itu sebabnya kita perlu mengerti iman dengan benar.
-
14 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Di dalam Ef 1:15, Paulus membicarakan konsep iman yang menyeluruh. Hari ini kita akan menelusuri sedikit
demi sedikit dalam kitab Efesus ini. Pertama, Paulus mengatakan, "iman sejati adalah iman yang harus
terkait dengan Kristus (ay. 15). Jika kita bandingkan dengan Ef 4:13, maka tujuan hidup kita adalah sampai
kita semua telah mencapai kepenuhan iman. Iman di sini merupakan satu proses dari titik awal hingga titik akhir. Di sini Paulus menuntut kesatuan iman
dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Kaitan antara iman dengan pengertian yang benar
tentang Kristus merupakan dua hal yang tidak bisa dilepaskan. Pengertian iman jika tidak kembali kepada
Kristus yang sejati berarti bukan iman Kristen. Di dalam Roma 1, membicarakan bahwa hidup Kristen dimulai dari iman menuju kepada iman (Rm 1:16-17).
Di sini prinsip kebenaran Allah dimulai dari iman menuju kepada iman. Di dalam Why. 2, jemaat Efesus dipuji
karena mereka tidak sembarangan mempermainkan dan menjual iman mereka ketika rasul-rasul palsu
mencoba mempengaruhi mereka. Hanya sayang kasih mereka kemudian luntur. Kedua, iman bukan sekedar iman yang kembali kepada Kristus dan pengenalan yang sejati kepada Kristus.
Yang kedua, iman harus mencapai integritas iman. Iman yang sejati haruslah iman yang mempengaruhi
seluruh pikiran dan hidup kita. Ketika kita mendengar firman Tuhan seringkali timbul benturan. Benturan ini
merupakan benturan iman. Kita hanya melihat fenomena terbenturnya konsep tetapi sebenarnya
terbenturnya akar. Ketika hal ini terjadi kita mengalami konflik. Akibatnya Iman menjadi iman yang tidak
bersatu. Iman hanya bersifat permukaan dan iman tidak menggarap persatuan yang sejati. Padahal dalam
ayat ini, Yesus menuntut kesatuan iman. Iman sejati harus terimplementasi secara integritas dan inilah
yang dituntut dari kita setiap orang Kristen. Kita hidup di tengah-tengah situasi relatif dan subyektif. Dan ini
sangat berpengaruh di dalam Kekristenan sendiri. Jika imanku dengan imanmu berbeda, lalu bagaimana?
Tidak usah ribut-ribut yang penting kita bersatu. Di sini terjadi penggabungan namun bukan integrasi yang
sejati. Di sini kelihatannya bersatu namun belum mencapai kesatuan iman yang sesungguhnya. Belum
kembali kepada pengenalan Kristus yang sejati. Paulus tegas sekali dalam hal ini. Pengetahuan iman tentang Kristus harus dibereskan. Masalahnya, siapa
yang melakukan? Di dalam Ef 4:11-12 jawabannya jelas bahwa setiap orang Kristen harus menggarap
imannya. Pendeta, penginjil, pengajar, semua Tuhan berikan untuk memperlengkapi jemaat Tuhan. Gereja
yang sejati adalah Gereja yang mendidik setiap jemaat untuk belajar firman Tuhan dengan baik. Gereja
yang tidak mendidik setiap jemaat untuk belajar firman dengan baik berarti Gereja itu lumpuh. Tugas
mengerti firman Tuhan dengan baik adalah tugas jemaat. Gereja Reformed Injili berdiri menegakkan firman
Tuhan dan kita tidak main-main. Tuhan menugaskan kita untuk memperlengkapi diri supaya kita bisa menjadi alat Tuhan di dalam
pembangunan tubuh Kristus. Setiap orang Kristen harus mencapai kesatuan iman. Setiap orang Kristen
harus mendapatkan pengetahuan yang benar tentang anak Allah. Setiap orang Kristen harus mencapai
kedewasaan penuh dan mencapai kepenuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Ini yang dituntut
dalam Efesus 4. Ketiga, Iman sejati bukan sekedar diintegrasikan tetapi iman sejati harus bertahan di dalam penderitaan
dan kesengsaraan. Di tengah-tengah berbagai macam terpaan badai dan berbagai iming-iming kemanisan
dunia yang berdosa. Di sinilah Kekristenan diuji dalam dua hal.
1. Dengan penderitaan dan kerelaan kita untuk berkorban demi Kristus. Ini membuktikan seberapa
jauh kita mengenal Kristus (bnd II tim 1:12). Iman kita kepada Dia menyebabkan kita berani untuk menderita
-
15 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
semuanya ini. 2 Tim 3:12 mengatakan, "Memang setiap orang yang mau beribadah di dalam Kristus Yesus
akan menderita aniaya. "Ajaran mengenai penderitaan ini berulang kali diajarkan dalam PB.
2. Barang siapa mempunyai pengetahuan iman yang sejati di dalam Kristus, dia tidak mudah
dijatuhkan di dalam berbagai-bagai pencobaan dan iming-iming dunia ini. Hari ini banyak orang Kristen
dijatuhkan oleh berbagai iming-iming dunia, misalnya oleh materialisme. Seberapa jauh pengenalan kita
kepada Kristus sejauh itu jugalah kita bisa melatih dan mendidik iman kita untuk tetap bertahan dan tidak
mudah dipancing dengan berbagai macam pancingan dunia ini.
Iman yang sejati adalah iman yang terbentuk menjadi satu keutuhan yang saling mengikat satu sama lain.
Dan ini dibuktikan di dalam praktika hidup kita di tengah pencobaan dan tipuan dunia baik melalui
kekerasan maupun melalui pancingan manis. Jika ini terjadi berarti iman kita sedang bertumbuh menuju
kesempurnaan yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Orang benar akan hidup oleh iman.
Elemen Kedua Pertumbuhan Iman Kristen Kehidupan Kristen berada dalam dua titik yang harus kita perhatikan. Pertama titik ideal yang menjadi
sasaran kesempurnaan yang Tuhan tetapkan berdasarkan Firman. Ini merupakan sesuatu yang agung dan
mulia. Kedua, Alkitab mengajarkan kepada kita adanya titik realita. Sebagai manusia kita sadar tidak ada
manusia yang sempurna. Oleh sebab itu kita masih terus menerus diproses dalam proses pengudusan. Kekristenan melangkah dengan menggabungkan kedua titik tersebut yaitu titik realita dan titik ideal.
Betapa celaka kalau di tengah dunia yang berproses ini ternyata kita sudah sampai pada titik sempurna. Di
sini kita menghadapi dua konflik yang besar. Di satu sisi manusia harus berhenti di tengah proses. Di lain sisi
manusia harus terus berproses. Pertanyaannya, "Jika manusia sudah mencapai kesempurnaan lalu masih
harus berproses, maka manusia harus berproses ke mana?" Jawabannya hanya satu yaitu menuju
ketidaksempurnaan. Ini berarti manusia mengalami degradasi, kemerosotan dari proses. Tuhan membiarkan kita terus berproses di tengah dunia yang berproses agar kita terus bertumbuh.
Sekarang yang menjadi masalah, apa yang harus bertumbuh? Dalam Ef 1:15-23, kita menemukan enam
elemen yang harus menjadi bagian dari proses pertumbuhan kita. Keenam elemen ini tidak boleh satupun
diabaikan. Seluruh elemen ini merupakan elemen yang saling terjalin satu sama lain. Keenam elemen ini
tidak bertumbuh secara otomatis, tetapi harus terus digarap di dalam hidup kita. Minggu lalu kita telah membicarakan elemen pertama yaitu iman. Iman yang sejati adalah iman yang
kembali kepada Kristus. Namun Iman sejati ini harus diimbangi dengan elemen kedua yaitu kasih. Dua
elemen ini adalah pembentuk iman Kristen yang pertama. Ini penting agar kita tidak salah di dalam
mengerti cinta kasih. Kasih yang harus kita garap sebagai orang Kristen berbeda dengan kasih yang
diajarkan dunia. Kasih menurut Alkitab adalah kasih yang unik dan terjadi hanya di antara orang kudus atau
anak-anak Tuhan. Konsep Kasih menurut iman Kristen sangat unik dan bersifat esensial, berbeda dengan apa yang dimengerti
oleh dunia. Pertama, Kasih yang sejati dimulai dari diri Allah sendiri. Alkitab mengatakan Allah adalah kasih. Ini
berbeda secara kualitatif dibandingkan kalau kita mengatakan Allah bersifat kasih, Allah mempunyai kasih,
atau Allah memberi kasih. Kasih yang dimengerti oleh iman Kristen adalah kasih yang bersifat personal dan
-
16 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kasih yang identik dengan Allah sendiri. Ini juga menunjukkan bahwa semua kasih turunan yang ada di
dalam dunia ini bersumber dari kasih Allah. Kalau ada kasih di luar Allah itu pasti bukan kasih yang sejati.
Maka ini menjadikan Allah menjadi sumber satu-satunya dari kasih. Dan semua kasih yang dimengerti oleh
manusia harus kembali kepada Allah. Kasih Allah inilah yang menjadi dasar orang Kristen bisa mengasihi
(Bnd Yoh 3:16; Roma 5:6-10). Dalam Yoh 13:34-35, Yesus mengatakan supaya para murid saling mengasihi, seperti Yesus mengasihi kita.
Demikian pula kita harus mengasihi saudara seiman kita. Jadi kriteria kasih di sini adalah kasih Allah yang
mengasihi kita. Tujuannya agar semua orang tahu bahwa kita adalah murid-murid Yesus jika kita saling
mengasihi. Mengapa? Karena sifat kasih di sini berbeda dengan apa yang dimengerti oleh dunia dan
bersifat eksklusif. Ini disebut perintah baru karena perintah ini dijalankan dan baru dimengerti setelah
Kristus menjalankan secara total dan memberikannya kepada manusia. Oleh sebab itu manusia tidak
mungkin mengerti kasih sejati kecuali jika dia kembali kepada Yesus Kristus. Kedua, waktu kita mau mengerti kasih dan menumbuhkan kasih ini, kita harus kembali kepada Allah.
Manusia hanyalah agen kasih. Hal ini disebabkan karena manusia dicipta oleh Allah menurut gambar dan
rupa Allah sehingga ada kemiripan namun juga ada perbedaan kualitatif. Allah adalah kasih maka manusia
juga bersifat kasih. Demikian pula Allah adalah adil maka manusia bersifat adil. Tidak heran di dalam hidup
manusia membutuhkan kasih, mencari kasih dan mengaplikasikan kasih. Tetapi kasih ini bukanlah kasih
yang asli dari manusia melainkan kasih yang menjadi fasilitator dari Allah. Ketika manusia berdosa maka
hubungan antara Allah sebagai sumber kasih dengan manusia sebagai agen kasih ini terputus. Sesudah
jatuh dalam dosa, manusia berusaha untuk mencari kasih tetapi tidak lagi berhubungan dengan Allah
sebagai sumber kasih. Manusia sudah kehilangan kasih yang asli. Abraham Maslow, seorang humanis mengatakan manusia mempunyai kebutuhan yang tidak bisa ditolak.
Kebutuhan yang sangat mendasar sekali yaitu love and to be love. Manusia akan menjadi gila kalau
kekurangan cinta kasih. Akibatnya manusia mencari kasih, menginginkan kasih, menerapkan kasih akhirnya
manusia jatuh ke dalam kasih yang tidak kembali ke sumber kasih. Akibatnya, dunia tidak bisa menerapkan
kasih sejati dari Allah. Kasih yang dilakukan oleh dunia adalah kasih yang bersifat manipulatif. Dengan kata
lain siapa yang kita cintai akan menjadi korban kita. Kasih seperti ini lebih tepat dikatakan ‘aku mencintai
diriku sendiri.’ Di belakang kata kasih yang begitu indah ada suatu kejahatan yang didasarkan pada egoisme
yang ingin memiliki dan menguasai. Kasih yang sejati terjadi jika kembali kepada sumber kasih yang sejati. Untuk menumbuhkan kasih sejati ini,
bukan dengan mempraktekkan apa yang dunia ajarkan melainkan kita bergumul kembali untuk memiliki
kasih Allah yang boleh kita praktekkan dalam hidup kita. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada
Kristus dan menerima Kristus. Maka orang tersebut harus bertobat. Ketiga, cinta kasih ini bersifat memberi bukan menuntut. Kasih sejati adalah kasih yang mau berbagi, kasih
yang selalu keluar. Kasih yang sejati bersifat aktif bukan pasif sehingga menunggu supaya dikasihi. Kasih
yang kembali kepada Allah adalah kasih yang ekstensi, berinisiatif, bertindak dan bersifat proaktif. Inilah
prinsip kembalinya kasih yang sejati. Kasih yang keluar dan mengalir itulah ciri dari kasih Kristen yang sejati.
Makin besar kasih kita berarti semakin kita bertumbuh. Kasih yang sejati seperti dalam Ef 1:15-17 dan Yoh 13 adalah kasih yang misioner. Kasih sejati membuat kasih
itu kuat dan menarik semua orang datang kepada Kristus. Kasih di tengah-tengah jemaat Efesus membuat
semua orang luar melihat cinta kasih itu, inilah yang dituntut oleh Tuhan.
-
17 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Di dalam PL, Allah membentuk Israel agar menjalankan kasih sejati, sehingga semua orang dapat melihat
dan mengenal Allah Israel. Tetapi Israel tidak menjalankan misi ini, maka Tuhan membuang Israel dan
memilih Israel baru yaitu Gereja. Gereja disebut Israel baru yang menjalankan fungsi imamat yang rajani.
Israel yang baru ini juga dituntut hal yang sama oleh Tuhan yaitu menjalankan kasih sehingga semua orang
melihat cinta kasih Kristus. Di luar cinta kasih Kristus kasih kita tidak ada harganya. Jika dengan gerakan
diakonia tidak membuat orang melihat cinta kasih Kristus berarti tidak ada gunanya pelayanan diakonia itu.
Jika Gereja tidak menjalankan cinta kasih sejati berarti Gereja gagal menjalankan misinya di dunia.
Untuk menjalankan cinta kasih ini, harus lahir dari ketulusan hati dan tidak ada semangat untuk merugikan
orang lain. Jika di tengah-tengah Kekristenan sendiri sudah tidak ada yang dipercayai lagi, lalu kepada siapa
kita harus percaya. Itu sebabnya di tengah-tengah Gereja harus ada cinta kasih sejati.
1. cinta kasih sejati bersumber dari iman yang sejati;
2. aplikasi di tengah-tengah jemaat: a. Persekutuan wilayah bisa digarap dengan baik dan menjadikan anak-anak Tuhan lebih erat dalam
persekutuan satu sama lain. Gereja merupakan tempat di mana kita bertumbuh dalam iman dan juga cinta
kasih; b. juga di dalam wadah perjamuan kasih menjadi tempat di mana kita melayani satu sama lain. Cinta kasih
seperti ini tidak mungkin terjadi jika seluruh unsurnya tidak betul-betul di dalam Tuhan. Karena itu di dalam
Alkitab dikatakan kasih yang di antara semua orang kudus. Bersifat eksklusif di antara anak-anak Tuhan,
harus muncul di tengah kesetiaan kepada Firman dan tidak pernah terjadi keluar dari kebenaran. Marilah kita mulai mengembangkan kehidupan iman dan cinta kasih kita. Sehingga diharapkan boleh
mengajar kepada kita supaya kita terus bertumbuh di dalam cinta kasih. Mari kita berproses dan belajar
memperkembangkan dua elemen yang pertama yaitu iman dan kasih. Elemen Ketiga Pertumbuhan Iman Kristen Sebagai orang Kristen kita harus berproses dan bertumbuh baik secara fisik, mental maupun secara rohani.
Secara rohani menurut Ef 1:15-23 ada enam elemen yang harus berproses dan bertumbuh di dalam hidup
kita.
1. iman kepada Kristus;
2. cinta kasih pada saudara seiman;
3. Roh hikmat;
4. Roh wahyu untuk mengenal Kristus;
5. pengharapan pada panggilan Kristus yang menjadi sasaran terakhir kehidupan kita;
6. kuasa kebangkitan Kristus yang menopang kita untuk melakukan perjalanan pertumbuhan. Keenam
elemen ini tidak boleh satupun berhenti di dalam hidup setiap orang percaya. Pada minggu yang lalu kita sudah membahas poin kedua. Berikut ini kita masuk pada poin ketiga yaitu
Hikmat. Alkitab mengatakan Roh hikmat dan wahyu sebenarnya adalah Roh hikmat dan Roh wahyu. Hikmat
-
18 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
yang dimaksud di sini berbeda dengan hikmat yang dimengerti oleh dunia ini. Untuk mengerti hikmat di sini
kita harus kembali kepada pengertian yang Alkitab katakan. Di tengah hidup yang begitu sulit dan rumit ini kita membutuhkan hikmat yang khusus untuk bisa
menjalankan hidup kita dengan baik di dunia ini. Kekristenan mengajarkan satu prinsip yang tidak mudah.
Itu sebabnya di satu pihak orang Kristen harus tulus seperti merpati namun di lain pihak pada saat yang
sama kita harus cerdik seperti ular. Kita harus mempunyai ketajaman, kesungguhan, pengertian dan tidak
mudah dipermainkan oleh dunia tetapi pada saat yang sama harus mempertahankan integritas hidup kita.
Dalam situasi seperti ini kita membutuhkan bijaksana. Untuk memiliki bijaksana seperti ini kuncinya adalah
kita harus kembali kepada sumber bijaksana. Di sini kita akan menelusuri beberapa ayat mengenai
bijaksana. Pertama, Ams 1-8, delapan pasal ini membicarakan hikmat yang sejati. Kita tidak akan membaca seluruhnya
namun hanya mengambil beberapa ayat. Pertama, Ams 2:6 "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat,
dari mulut-Nya datang pegetahuan dan kepandaian." Ayat ini konsisten dengan Ef 1 yaitu sumber hikmat
satu-satunya adalah Tuhan sendiri. Di dalam Ams 8:1, hikmat ini dipersonifikasikan sehingga banyak penafsir
yang melihat ayat ini identik dengan Kristus. Kristus itulah bijaksana sejati sehingga hikmat di dalam Ams 1-8
dimengerti sebagai gambaran kita melihat Kristus sebagai hikmat, melihat Kristus sebagai bijaksana karena
di situlah sumber bijaksana. Pemikiran ini tidak salah, memang di dalam Ams 1-8 ini hikmat
dipersonifikasikan. Kata hikmat ini sendiri sebenarnya adalah kata sifat atau kata benda abstrak. Orang
berhikmat dimengerti sebagai mempunyai sifat hikmat. Tetapi di dalam Ams 1:20 dikatakan, "Hikmat
berseru nyaring dijalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya." Di sini hikmat
digambarkan seperti satu makhluk atau seperti orang yang berseru di tengah-tengah lapangan. Di sini dan
banyak ayat lain menggambarkan hikmat seperti satu pribadi yang melakukan sesuatu. Jadi hikmat di sini
dipersonifikasikan. Gagasan ini di satu pihak membuat kita mengerti secara tepat yaitu Allah menjadi
sumber hikmat. Dengan kembali kepada Allah kita baru mendapatkan hikmat yang sejati. Namun ayat-ayat
di dalam Amsal ini juga sekaligus memberikan kemungkinan terjadinya penyelewengan penafsiran
hermeneutika. Jadi prinsip pertama ini mengajarkan jika kita ingin bijaksana sejati maka kita tidak bisa mengandalkan otak
kita maupun realita, karena problemnya adalah di dalam interpretasi realita. Realita adalah realita, pada
saat realita masuk ke dalam diri kita realita ini mengalami satu tuntutan subyektif dari kita yang menjadi
subyeknya. Maka pada saat yang sama kita sedang masuk bukan lagi pada realita obyektif melainkan kita
sedang masuk ke dalam realita subyektif. Di sini kita membutuhkan kacamata tertentu untuk melihat
realita. Kacamata yang tepat untuk melihat secara tepat. Untuk memilikinya baru bisa terjadi jika kita
kembali memiliki hikmat Allah. Karena penafsiran yang tepat dan sejati harus muncul dari sumber hikmat.
Ini kunci di dalam Ams 2:6, "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang
pengetahuan dan kepandaian." Dari sinilah kita mengerti bijaksana yang sejati. Setiap masalah harus ditelaah dari sudut pandang yang
tepat dengan cara yang tepat. Setelah itu baru kita bisa mendapat konklusi yang tepat. Inilah yang namanya
bijaksana. Bijaksana tidak sama dengan IQ, EQ dan WQ. Mungkin ada orang yang pintar luar biasa tetapi
kalau orang tersebut bersifat close system, maksudnya orang tersebut tetap berkukuh pada kemampuan
dan pandangan yang menurutnya paling benar. Orang tersebut tidak pernah tahu yang lain dan tidak
pernah mau terima yang lain. Jika orang bodoh tidak tahu bahwa dia bodoh dia rasa dia paling pintar. Ini
adalah bodohnya bodoh. Jika dia bodoh dia tahu bahwa dia bodoh berarti dia masih bisa diproses untuk
-
19 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
lebih baik. Ini tidak berarti kita menjadi orang yang terlalu terbuka sehingga kita menjadi relativisme. Di
tengah kedua ekstrim ini kita harus mengarahkan diri kepada sumber bijaksana. Dengan demikian kita bisa
bersifat terbuka di satu pihak tetapi di lain pihak di tengah proses kita tidak mengalami kejatuhan ke dalam
proses yang terlalu terbuka. Di sini Amsal mengatakan baliklah kepada Allah yang adalah sumber hikmat.
Dialah yang akan memberikan kepada kita hikmat. Kedua, kita akan melihat dari Ams 4:7 yang mengatakan, "Permulaan hikmat ialah perolehlah hikmat dan
dengan segala yang engkau peroleh perolehlah pengertian." Ini adalah kalimat paradoks. Waktu saya
meminta hikmat itu menandakan saya berhikmat, karena saya sadar bahwa saya kurang berhikmat
sehingga saya membutuhkan hikmat. Tetapi pada waktu saya merasa sudah punya hikmat, saya tidak perlu
hikmat maka saya sebenarnya tidak berhikmat. Ini merupakan suatu paradoks yang membuat kita
berproses di dalam bijaksana. Orang bijaksana adalah orang yang mulai minta bijaksana. Itulah orang yang
sudah punya bijaksana dan membutuhkan bijaksana supaya dia bisa berproses di dalam bijaksana. Jadi
orang berhikmat seumur hidup akan menghadapi situasi paradoks. Situasi paradoks inilah yang membuat
kita bisa bertumbuh. Ams 4:7 inilah kunci dari hikmat. Ketiga, dalam Ams 8:1 berbicara tentang hikmat yang bersumber dari Allah. Allah adalah hikmat, demikian
juga Kristus adalah hikmat. Ini merupakan gambaran yang luar biasa. Dalam Yoh 1 dikatakan hanya dengan
hikmat Kristus alam semesta ini tercipta. Namun bijaksana di dalam Alkitab tidak hanya dimengerti sebagai
bijaksana essensial di dalam diri Allah. Tetapi bijaksana juga harus dimengerti di dalam bijaksana turunan.
Bijaksana yang diberikan kepada manusia sebagai agen bijaksana. Pada waktu Allah memberikan bijaksana
ini tidak sama dengan Tuhan memberikan Kristus. Kristus adalah bijaksana itu sendiri, namun ketika Tuhan
memberikan bijaksana itu adalah bijaksana turunan. Di dalam bagian ini, Kristus menggunakan bentuk maskulin sedangkan bijaksana memakai bentuk feminim.
Bijaksana di sini tidak identik dengan Allah. Bijaksana di sini merupakan bijaksana turunan yang diberikan
kepada manusia. Di dalam Yak 1:5, "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah
dia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan
tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikannya kepadanya." Di sini kita melihat seperti apa
yang diungkapkan dalam Efesus. Hikmat di sini bersumber pada diri Allah. Hikmat ini kemudian diturunkan
kepada manusia menjadi agen hikmat. Di sini Paulus berdoa dengan sungguh-sungguh minta kepada Bapa dari Tuhan Yesus yaitu Bapa yang mulia
supaya dia memberikan Roh hikmat. Tujuannya agar kita bisa bertumbuh dalam hikmat. Jadi dalam Yak 1:5
ini, bijaksana di sini harus dimengerti sebagai bijaksana yang bersumber dari Allah tetapi bukan Allah.
Hikmat perlu berproses dalam pertumbuhan iman kita. Menjadi orang Kristen harus bergumul aktif
sehingga menjadi orang yang berhikmat di hadapan Tuhan. Dan hanya melalui proses seperti ini kita bisa
memiliki ketajaman pengertian di tengah dunia yang makin lama makin sulit ini. Jika kita tidak memiliki
bijaksana kita akan menjadi permainan jaman. Itu sebabnya kita membutuhkan hikmat yang sejati untuk
mengantisipasi situasi ini. Kekristenan memiliki pandangan yang jauh lebih tinggi dari apa yang bisa kita
lihat. Inilah yang diperlukan oleh dunia ini. Saya harap kita mempunyai pertumbuhan bijaksana yang
menjadikan kita tidak hanya berhenti pada apa yang dunia mengerti. Mari kita meminta kepada Tuhan,
bukan minta kekayaan, bukan minta kekuasaan, melainkan meminta bijaksana dari Tuhan agar kita dapat
hidup dalam dunia ini untuk memuliakan Tuhan.
-
20 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Elemen Keempat Pertumbuhan Iman Kristen Di dalam Ef 1:15-23 kita sedang mempelajari enam elemen proses pertumbuhan Kristen yang terdiri dari
iman, kasih, hikmat, wahyu, pengharapan, dan kuasa. Keenam poin ini harus kita proses dan kita hayati
dalam hidup kita sehingga kita bisa bertumbuh. Pada minggu yang lalu kita sudah membahas poin ketiga.
Pada hari ini kita akan memasuki poin yang keempat yaitu berkenaan dengan wahyu. Iman, kasih, hikmat
dan kuasa harus dibangun di atas wahyu.
Di sini Paulus berdoa meminta dengan sungguh-sungguh supaya jemaat boleh bertumbuh di dalam wahyu
untuk mengenal Kristus dengan benar. Hal ini penting agar seseorang mengerti kebenaran yang sejati.
Manusia dicipta sebagai ciptaan yang unik yang diberikan akal budi oleh Tuhan untuk mengerti kebenaran.
Setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia telah kehilangan prinsip kebenaran. Akibatnya, dunia dewasa
ini menjadi bingung dan jatuh ke dalam berbagai tipuan dunia. Tidak heran kalau dewasa ini banyak orang
menjadi stress dan kecewa karena korban berbagai penipuan. Tidak heran manusia sulit mencari yang benar. Akibatnya manusia bingung dan manusia tidak tahu lagi di
mana kebenaran itu, sehingga kita sering tertipu. Terlebih lagi kalau kita tertipu yang mengakibatkan pada
kebinasaan kekal. Ini merupakan malapetaka terbesar yang bersumber dari setan. Setan rela
mengorbankan apapun agar kita menjadi anak buahnya di dalam kematian yang kekal. Untuk ini setan
memakai dan menghalalkan berbagai cara agar manusia tertipu. Tidak heran kalau Alkitab menyebut setan
sebagai bapa penipu. Oleh karena itu poin yang keempat ini menjadi aspek yang sangat penting dan mendasar. Hal ini
disebabkan karena manusia di dalam dunia mencoba melihat kebenaran dari empat aspek. Pertama, manusia mencoba melihat kebenaran dari rasionalisme. Rasionalisme menganggap rasio dengan
sarana logika menjadi patokan kebenaran. Jadi yang masuk akal itulah yang benar. Fakta membuktikan
rasionalisme tidak mampu menyelesaikan kebenaran. Banyak kebenaran yang berada di luar rasio manusia
yang terbatas. Memang dalam aspek tertentu rasio bisa dipakai untuk mencari kebenaran, namun untuk
menjadi patokan kebenaran itu tidak mungkin. Kedua, adalah empirisme, yaitu pengalaman, uji coba atau eksperimen itu menjadi dasar kebenaran. Jadi di
sini sesuatu itu dikatakan benar kalau sudah diuji berdasarkan pengalaman, uji coba atau eksperimen.
Tetapi inipun tidak bisa dijadikan patokan kebenaran karena pengalaman, uji coba ataupun eksperimen
manusia tetap terbatas. Ketiga, subyektivisme yang menganggap kebenaran ditentukan oleh diri. Jadi penganut subyektivisme
menganggap bahwa dirinya adalah patokan kebenaran. Seluruh kebenaran tergantung pada dia.
Masalahnya, siapa di antara kita yang tidak pernah salah. Tidak ada. Keempat, otoritarianisme maksudnya
kalau saya tidak bisa menentukan kebenaran maka kebenaran ditentukan oleh yang di atasku. Ini
merupakan cara melempar kebenaran kepada yang lebih berotoritas. Masalahnya apakah yang lebih
berotoritas dari saya itu membuktikan dia pasti benar. Misalnya apakah Pendeta pasti benar. Jawabannya
tentu tidak. Jadi di sini baik rasionalisme, empirisme, subyektivisme, maupun otoritarianisme tidak dapat
dijadikan standar kemutlakan. Di sini prinsip Alkitab mengajarkan kita harus kembali kepada sumber kebenaran. Orang Kristen harus sadar
bahwa kita bukan patokan kebenaran. Epistemologi Kristen mengajarkan untuk mendapatkan kebenaran
kita perlu wahyu. Jadi patokan kebenaran yang kelima ini kita sebut sebagai revelationisme. Keempat
-
21 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
epistemologi yang lain harus melayani yang kelima ini. Kita harus kembali kepada sumber kebenaran
karena kebenaran yang sejati itu bukan bersumber dari saya. Melainkan bersumber dari sumber wahyu
yang berada di luar diri saya yang telah mewahyukan kebenaran kepada saya. Seberapa jauh Allah
mewahyukan kebenaran pada kita sejauh itu pulalah kita mengerti kebenaran. Jadi Tuhan harus berfirman kepada kita sehingga kita dapat mengerti kebenaran. Ini konsep yang pertama.
Jika Allah tidak berfirman maka kita tidak mungkin tahu dan tidak perlu tahu. Jadi kita hanya perlu tahu
sejauh yang Allah nyatakan atau berikan. Alkitab menuntut kepada setiap kita untuk bertumbuh di dalam
wahyu kebenaran firman Tuhan. Waktu kita kembali kepada wahyu Tuhan dan mau mengerti wahyu Tuhan
maka Tuhan akan membuka kebenaran itu. Hal yang kedua, Alkitab mengatakan bukan hanya sekedar wahyu tentang apa. Ini merupakan hal yang
sangat sentral di dalam iman Kristen. Berkali-kali di dalam Efesus ditegaskan secara cermat bahwa wahyu di
sini tentang wahyu untuk mengenal dia dengan benar. Iman Kristen menuntut pertumbuhan pengertian
kita mengerti wahyu tentang sumber kebenaran. Ini yang menjadi patokan di sepanjang alam semesta.
Hanya satu oknum di sepanjang sejarah yang berhak mengakui Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Yesus Kristus satu-satunya kebenaran
itu. Inti mengenal adalah mengenal Yesus Kristus. Pengenalan iman harus kembali kepada pengenalan
tentang Yesus Kristus secara benar. Ini berarti ada potensi untuk mengenal Kristus secara salah. Dalam Efesus pasal 4 di dalam Gereja ada rasul, nabi, gembala, pengajar, dan penginjil. Allah memberikan
semua karunia ini untuk memperlengkapi jemaat orang kudus untuk pembangunan tubuh Kristus. Di sini
dituntut setiap orang Kristen harus bertumbuh sampai kita semua mencapai kesatuan iman dan
pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (Ef 4:13). Seluruh ajaran iman Kristen titik pusatnya adalah mengerti siapa Yesus Kristus yang sebenarnya
sebagaimana yang Dia wahyukan. Di sini bukan berdasarkan spekulasi manusia, pengalaman manusia,
subyektivitas manusia melainkan berdasarkan apa yang diwahyukan dalam Alkitab. Dan waktu Alkitab
diwahyukan, titik pusatnya di dalam ajaran tentang Yesus Kristus. Salah di dalam doktrin ini dianggap sesat.
Ini kunci! Di sini kita melihat betapa signifikannya pengenalan akan Yesus Kristus yang benar. Di dalam II Kor
11:4, "Sebab kamu sabar saja jika ada seseorang yang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang
kami beritakan atau memberikan kepada kamu roh yang lain daripada yang kamu terima atau Injil yang
lain daripada yang kamu terima." Di sini Yesus-nya lain, rohnya lain dan Injil-nya lain. Satu salah, tiga-
tiganya salah. Yesus-nya lain maka pasti roh-nya lain, kalau roh-nya lain Yesus-nya lain maka pasti Injilnya
lain bukan yang asli. Kalau Injilnya lain pasti membicarakan Yesus yang lain. Di sini dituntut pengenalan
Yesus yang sejati. Di dalam aspek yang kedua ini kita harus kembali kepda Yesus yang benar. Keempat, proses untuk mengerti tentang Yesus Kristus yang benar yaitu kalau kita kembali kepada Alkitab
dari Kejadian sampai Wahyu. Di sini dibicarakan dari dunia ada, dunia berproses sampai kepada dunia
selesai. Seluruh proses ini baru mungkin jika Tuhan yang menyatakannya kepada kita. Alkitab sudah
lengkap seluruhnya sehingga tidak perlu ditambah. Sekarang Tuhan meminta kita bertumbuh di dalam
pengenalan akan firman Tuhan mulai dari Kejadian sampai Wahyu secara berurut agar kita bisa mengenal
Yesus Kristus. Sehingga kita tidak didikte oleh rationalisme, empirisme, subyektivisme, otoritarianisme. Kelima, Tuhan menuntut kita menjadi orang yang terus bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus
dengan tepat berdasarkan wahyu yang Tuhan berikan. Namun kita sadar tidak ada satupun di antara kita
yang mengerti Kristus dengan sempurna. Tetapi inilah yang menuntut kita berproses dan belajar terus-
-
22 Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menerus. Dengan demikian kita tidak mudah ditipu. Bijaksana sejati dan wahyu sejati harus disatukan,
karena itu Paulus berdoa minta hikmat dan wahyu sekaligus. Barulah kita bisa berproses dan bertumbuh
dengan baik. Maukah saudara bertumbuh di dalam wahyu? Elemen Kelima Pertumbuhan Iman Kristen Kekristenan adalah satu agama yang menuntut proses bukan sekedar rutinitas ke gereja. Orang Kristen
tidak hanya berhenti ketika kita percaya dan memiliki hidup yang kekal. Menjadi orang Kristen berarti kita
harus berproses dan bertumbuh. Di sini kita dapat menggambarkan kekristenan bagaikan sebuah pohon
yang ditanam lalu berakar dan bertumbuh mulai keluar daun, ranting, lalu berbunga dan kemudian
berbuah. Itu sebabnya di dala