diaper rash

10
DIAPER RASH A.DEFINISI Diaper rash sering juga disebut juga napkin dermatitis yang menunjukkan terjadinya erupsi inflamasi pada daerah popok. Setiap erupsi mempunyai banyak penyebab, sehingga istilah diaper rash sebaiknya dihindari dan hanya dipakai untuk pengertian yang lebih luas. Setiap erupsi mempunyai banyak penyebab, sehingga istilah diaper rash sebaiknya dihindari dan hanya dipakai untuk pengertian yang lebih luas. Istilah Dermatitis Popok Iritan Primer (DPIP) lebih tepat dipakai pada keadaan dimana erupsi yang terjadi akibat kontak iritan dengan bahan excreta. Dermatitis popok iritan primer merupakan gangguan kulit yang paling sering di daerah popok, diperkirakan 50% dari bayi yang menderita DPIP. Penyakit ini mulai timbul pada usia 1-3 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 7-12 bulan. Jarang timbul pada usia neonatus. 1 B.ETIOLOGI Etiologi dari DPIP bersifat multifaktorial. Penyebab utamanya adalah maserasi pada kulit akibat peningkatan keadaan kulit yang basah dan berkepanjangan. Hal ini akan menyebabkan peningkatan luka akibat gesekan pada kulit, misalnya pada daerah lipatan paha, permukaan yang cekung pada daerah genitalia, bokong, dan pinggang, penurusan fungsi pertahanan kulit, dan peningkatan reaktivitas 1

Upload: diandra-sabrina

Post on 06-Aug-2015

350 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Referat

TRANSCRIPT

Page 1: Diaper Rash

DIAPER RASH

A. DEFINISI

Diaper rash sering juga disebut juga napkin dermatitis yang menunjukkan

terjadinya erupsi inflamasi pada daerah popok. Setiap erupsi mempunyai banyak

penyebab, sehingga istilah diaper rash sebaiknya dihindari dan hanya dipakai untuk

pengertian yang lebih luas. Setiap erupsi mempunyai banyak penyebab, sehingga

istilah diaper rash sebaiknya dihindari dan hanya dipakai untuk pengertian yang lebih

luas. Istilah Dermatitis Popok Iritan Primer (DPIP) lebih tepat dipakai pada keadaan

dimana erupsi yang terjadi akibat kontak iritan dengan bahan excreta. Dermatitis

popok iritan primer merupakan gangguan kulit yang paling sering di daerah popok,

diperkirakan 50% dari bayi yang menderita DPIP. Penyakit ini mulai timbul pada usia

1-3 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 7-12 bulan. Jarang timbul pada usia

neonatus. 1

B. ETIOLOGI

Etiologi dari DPIP bersifat multifaktorial. Penyebab utamanya adalah maserasi

pada kulit akibat peningkatan keadaan kulit yang basah dan berkepanjangan. Hal ini

akan menyebabkan peningkatan luka akibat gesekan pada kulit, misalnya pada daerah

lipatan paha, permukaan yang cekung pada daerah genitalia, bokong, dan pinggang,

penurusan fungsi pertahanan kulit, dan peningkatan reaktivitas kulit terhadap iritan.

Penyebab lainnya termasuk kontak terhadap urin dan feses, enzim protease dan lipase

pada feses, peningkatan pH kulit, dan infeksi jamur atau bakteri (jarang terjadi). 2,3

C. PATOGENESIS

Iritan utama penyebab DPIP adalah enzim protease dan lipase feses, yang

aktivitasnya sangat meningkat oleh pH yang tinggi. Permukaan kulit yang asam juga

penting untuk pemeliharaan mikroflora normal yang memberikan perlindungan

terhadap invasi oleh bakteri patogen dan jamur. Aktivitas enzime lipase dan protease

juga sangat meningkat dengan percepatan waktu transit makanan di dalam saluran

pencernaan, terbukti dengan tingginya insiden dermatitis iritan popok pada bayi yang

mengalami diare dalam 48 jam sebelumnya.4

1

Page 2: Diaper Rash

Pemakaian popok menyebabkan peningkatan yang signifikan terhadap

kelembaban dan pH kulit. Keadaan basah yang berkepanjangan akan menyebabkan

maserasi (pelunakan) dari stratum korneum, lapisan pelindung terluar kulit, yang

berhubungan dengan kerusakan lamela lipid interseluler. Serangkaian studi popok

dilakukan terutama pada akhir tahun 1980an menemukan penurunan signifikan

terhadap kelembaban kulit setelah pengenalan popok dengan inti yang memiliki daya

serap tinggi. Penelitian terbaru menemukan bahwa fenomena ini terus berlangsung.

Akibatnya, stratum korneum lebih mudah terkena kerusakan oleh gesekan dari

permukaan popok dan iritasi lokal.4

Bagan 1. Patogenesis Diaper Rash.4

Kulit bayi merupakan pertahanan yang baik terhadap penyakit dengan

permeabilitas yang sama dengan kulit orang dewasa. Beberapa penelitian melaporkan

kehilangan air transepidermal pada kulit bayi lebih sedikit dibandingkan pada kulit

orang dewasa. Namun, kelembaban, kurangnya udara, paparan asam atau paparan

iritan, dan peningkatan gesekan kulit dapat merusak pertahanan kulit.4

pH normal kulit adalah antara 4,5 dan 5,5. Ketika urea dari urin dan feses

bercampur, urease mengurai urin, menurunkan konsentrasi ion hidrogen (pH

2

Page 3: Diaper Rash

meningkat). Peningkatan pH meningkatkan hidrasi pada kulit dan membuat kulit

bersifat lebih permeabel.4

Sebelumnya, amonia diyakini menjadi penyebab utama dari diaper rash.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ketika ammonia atau urin ditempatkan pada

kulit selama 24-48 jam, tidak ada kerusakan kulit yang terjadi.4

Serangkaian studi telah menunjukkan bahwa pH produk pembersih dapat

mengubah spektrum mikrobiologi pada kulit. Nilai pH sabun yang tinggi dapat

mendorong pertumbuhan propionibakterial pada kulit, sedangkan syndets (yaitu,

deterjen sintetis) dengan pH 5,5 tidak menyebabkan perubahan mikroflora. 4

D. DIAGNOSIS

a. Gambaran Klinis

Secara klinis, DPIP ditandai dengan eritema yang menyatu dan kelihatan

mengkilat, kadang terlihat seperti terbakar. Dapat pula ditemukan papul eritema,

udem, dan skuama pada kulit yang mengalami DPIP. Ketika erupsi mulai sembuh,

kulit akan tampak seperti kertas yang kusut. DPIP biasanya terjadi pada daerah kulit

Gambar 1. Dermatitis popok iritan primer.3

yang sering bersentuhan dengan popok, misalnya cekungan pada bokong, paha

bagian tengah, mons pubis, dan skrotum atau labium mayor. 5

b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap dapat membantu terutama jika terdapat

demam dan dicurigai adanya infeksi sekunder bakteri. Pemeriksaan kultur

3

Page 4: Diaper Rash

untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi polimikroba, misalnya

streptococcus, enterobacteriaceae, dan bakteri anaerob pada hampir setengah

dari kasus.4

Adapun pemeriksaan KOH diperlukan untuk menegakkan etiologi

kausa jamur. Pada pemeriksaan histopatologi, ditemukan gambaran histologis

pada umumnya menunjukkan dermatitis iritan primer dengan spongiosis

epidermal dan inflamasi ringan pada dermis.4

E. DIAGNOSIS BANDING

a. Kandidosis

Merupakan penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut,

disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan

dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru. Gejala klinis

kandidosis perianal: Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe

basah.6

Gambar 2. Candidiasis: erosi konfluen, kerak marginal, dan “satellite

pustules” di daerah yang tertutup oleh popok pada seorang bayi. Dermatitis

atopik atau psoriasis juga terjadi pada distribusi ini dan mungkin secara

bersamaan.7

b. Dermatitis Seboroik Infantil

Dermatitis seboroik infantil dialami pada minggu-minggu pertama

kehidupan dan cenderung mengenai lipatan tubuh, termasuk lipatan ketiak,

daerah kemaluan dan leher, tetapi juga dapat melibatkan wajah dan kulit

kepala. Lesi pada lipatan tampak sebagai sisik eritem mengkilat, tetapi pada 4

Page 5: Diaper Rash

kulit kepala dapat ditemukan krusta kekuningan. Kondisi tersebut biasanya

dapat dibedakan dengan diaper dermatitis (tidak mengenai lipatan),

kandidosis (biasanya pustuler) dan dermatitis atopik (lebih gatal).8

Gambar 3. Dermatitis seboroik infantil. Kondisi ini mengenai lipatan tubuh.8

F. PENATALAKSANAAN

Pengobatan diaper rash mencakup: 1,2

A: Air. Popok harus dibiarkan terbuka sesering mungkin ketika bayi tidur,

untuk pengeringan kulit.

B: Barrier Oinments. Pasta Zinc oxide, petrolatum, dan campuran lainnya,

sebagai pelindung merupakan terapi utama. Pasta atau salep dioleskan setiap

sehabis popok diganti. Diaper rash sedang dan berat tidak akan mengalami

perbaikan bila hanya menggunakan krim pelindung. Pada keadaan tersebut,

dianjurkan penggunaan kortikosteroid topical potensi rendah dan krim

pelindung. Krim hidrokortison 1% digunakan dua kali sehari selama 3-5 hari.

Bila dicurigai terjadi superinfeksi dengan kandida dapat digunakan

klotrimazol 1% atau mikonazol 2%. Hidrokortison dan anti jamur dioleskan

bersamaan dua kali sehari pada saat mengganti popok, kemudian dioleskan

barier ointment di atasnya. Dapat pula digunakan hidrokortison kuat sebab

popok bersifat oklusif dan meningkatkan absorpsi kortikosteroid yang dapat

menimbulkan atrofi kulit dan penekanaan kelenjar adrenal. Untuk terapi

lanjutan dan pencegahan digunakan nistatin, amphoterin B atau imidazol

dalam bentuk powder.

C: Cleansing and anti-candidal treatment. Direkomendasikan untuk

membersihkan kulit dengan air bersih, dan hindari gesekan atau digosok. Anti-

5

Page 6: Diaper Rash

kandida topikal diberikan jika ada tanda-tanda infeksi kandida. Pada diaper

rash dengan infeksi Candida albicans sedang hingga berat diberikan

mupirocin 2%. Mupirocin 2% mengeradikasi Candida albicans dalam waktu

2-6 hari. Pada diaper rash yang disertai infeksi jamur saluran cerna,

dianjurkan menambah nistatin oral 150.000 unit tiga kali sehari. Neomisin

sering menimbulkan sensitasi sehingga tidak digunakan pada pengobatan

diaper rash. Infeksi yang meliputi sebagian tubuh kadang membutuhkan

antibiotic sistemik. Pada infeksi Staphylococcus sebaiknya menggunakan

sepalosporin generasi pertama, dicloxacin atau amoxilin-clavunat dan

sebaiknya menghindari pemakaian eritromisin

D: Diaper. Popok harus diganti sesering mungkin dan secepatnya setelah

buang air

E: Education: Edukasi orang tua dan pengasuh. Tujuan utama

penatalaksanaan DPIP adalah mengurangi kelembapan, karena itu yang paling

penting adalah keberhasilan yang baik dan menjaga daerah popok agar tetap

bersih dan kering dengan mengganti popok secara teratur dan menggunakan

popok sekali pakai seperti popok golongan sintesis yang mengurangi kontak

kulit dengan urin.

G. PROGNOSIS

Diaper Rash hampir selalu menunjukkan respon terhadap terapi yang akan

membaik bila pemakaian popok tidak terlalu lama. Pada beberapa anak erupsi pada

daerah popok merupakan tanda dini dari suatu kelainan kulit yang kronis seperti

dermatitis atopi atau psoriasis. 1

6

Page 7: Diaper Rash

DAFTAR PUSTAKA

1. Aminuddin, Dali. Diaper Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Makassar.

Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.h.357-62

2. Atherton DJ, Gennery AR, Cant AJ. The Neonate. In: Burns T, Breathnach S, Cox N,

eds. Rook’s Textbook of Dermatology Vol. I. 7th Ed. Oxford: Blackwell Publishing

Company; 2004. P: 14.23-7

3. Chang MW, Orlow SJ. Neonatal, Pediatric, and Adolescent Dermatology. In:

Freedberg IM, Eisen AZ, Wolf K, Austen KF, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine. Vol. II. 7th Ed. New York: McGraw-Hill; 2003. Page 942-5

4. Rania Dib, MD. Diaper Rash. Available from: http://www.emedicine.medscape.com. Updated: May 15, 2012

5. Oranje A. General Aspects of Napkin Dermatitis. In: Harper J, Oranje A, Prose N.

Textbook of Pediatric Dermatology Vol. II. 2nd Ed. Oxford: Blackwell Publishing

Company; 2006. P: 161

6. Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. p106-9.

7. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, Sixth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc 2009.p 723

8. Gawkrodger DJ. Dermatology, An Illustrated colour text, 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. 2002. p108

7