Download - materi3 makalah agIs.pdf
Konsep Manusia Dalam Agama di Dunia
1. Konsep Manusia dalam Agama Yahudi
Agama Yahudi dianggap sebagai salah satu agama monotheis, yang
menyatakan dirinya sebagai agama tertua di dunia ini dan berasal dari Nabi Ibrahim AS.
Bangsa Yahudi dikenal juga dengan Bani Israel. Definisi yang paling tepat untuk agama
Yahudi adalah “agama yang dihasilkan oleh proses perkembangan sejarah Bani Israel
yang sudah melalui masa sekian lama, ditumbuhkan dari ide Taurat, Talmud, dan watak
pembawaan bangsa Israel itu sendiri.”
Ada dua prinsip utama yang dijadikan patokan oleh agama ini, yaitu: pertama,
agama Yahudi mempercayai keesaan Tuhan. Kedua, Yahudi menyakini bahwa bangsa
Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Agama Yahudi juga memberikan penghargaan yang
tinggi pada hukum yang tertulis dan hukum yang tidak tertulis. Maksud hukum tertulis
adalah hukum yang diturunkan Tuhan kepada Musa di Gunung Sinai yang berisi perintah
dan larangan yang tidak terperinci.
Agama Yahudi mempunyai pemikiran yang penting mengenai manusia, yaitu
bukan hanya mengenai fakta keberadaannya tetapi juga mengenai keadaan hidup manusia
agar dapat mengarahkan kemampuan kereatifnya sehingga memperoleh hasil optimal
yang dapat dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu, pengungkapan mengenai manusia bukan
hanya mengungkapkan sisi-sisi kelemahannya tetapi juga keunggulan dan
keterbatasannya.
Manusia hidup di muka Bumi sangat singkat. Ibarat rumput yang tumbuh dan
berbunga di waktu pagi lalu ia dibabat dan layu di waktu sore (Maz. 90:7). Bahkan usia
yang singkat ini saling berkaitan dengan kesusahan yang menyebabkan kita menjalani
hidup ini ibarat keluhan panjang belaka (Maz. 90:9). Namun manusia juga memiliki
keunggulan yang merupakan unsur kebesaran manusia, sebagaimana disebutkan, “ karena
engkau telah menciptakannya sedikit lebih rendah derajatnya di bawah para malaikat’
(Maz. 8:6). “manusia adalah makhluk Tuhan yang dimahkotai dengan keunggulan dan
kegemilangan” (Maz. 8:6).
Selain itu manusia juga penuh dengan dosa ‘sesungguhnya, dalam kesalahan
aku diperanak, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Maz. 51:7). Kata “dosa” di sini berarti
menyimpang dari tujuannya. Jadi, walaupun dari segi asal-usul manusia itu luhur, bersifat
mulia, lebih tinggi dari hewan, namun dalam kehidupan sehari-hari seringkali manusia
jauh dari sifar seperti itu, manusia merosot, sehingga tidak lebih dari hewan.
Penyimpangan tersebut berasal dari manusia, bukan dari luar yang dipaksakan
terhadap diri manusia. Bagi orang Yahudi, adanya kebebasan tidak pernah dipersoalkan.
Perbuatan manusia yang tercatat dalam sejarah adalah perbuatan yang dilakukannya atas
kehendaknya sendiri. Manusia yang diciptakan memiliki kebebasan untuk membangun
dan mengembangkan ataupun merusak dirinya sendiri. Ia menciptakan nasibnya sendiri
melalui kemampuannya untuk melakukan pilihan. “Berhentilah berbuat jahat belajarlah
berbuat baik.” Demikian bunyi ayat yang hanya berlaku untuk manusia.
2. Konsep Manusia dalam Agama Kristen (Katolik)
Agama Katolik yang dimaksudkan adalah sebutan untuk agama Kristen yang
berpusat di Vatikan, Roma. Disebut katolik ( katholikos: Yunani) karena ajarannya
tersebar ke seluruh dunia atau dapat diterima di seluruh dunia.
Menurut agama katolik, manusia adalah makhluk Tuhan yang pada mulanya
diciptakan sesuai dengan gambar Allah. Tubuh dan jiwa manusia diciptakan pula oleh
Tuhan. Dengan jiwa itu manusia memperoleh kehidupan. Jiwa manusia itu berakal, dapat
mengetahui, berkehendak dan dapat memilih dengan bebas seperti malaikat. Karena jiwa
itu berwujud ruh, maka tidak dapat mati. Ruh manusia sebagai ciptaan Tuhan lebih tinggi
kedudukannya daripada ciptaan-ciptaan lainnya. Ruh manusia menyerupai Tuhan.
Makna perbuatan Adam dan Hawa dari kisahnya ialah bahwa manusia ingin
menyamai Tuhan, bukan semata-matadalam arti mereka melanggar larangan Tuhan,
tetapi manusia ingin membuktikan bahwa ia mempunyai kebebasan, kemampuan dan
kekuasaan. Akibat dari perbuatannya, Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Firdaus
dan memiliki kecenderungan berbuat jahat. Namun sekalipun manusia telah melakukan
dosa besar, tuhan masih mengasihi manusia dengan memberi rahmat berupa kemampuan
untuk mengakui dan menyesali dosanya, dan kalau kemampuan ini dilaksanakan oleh
manusia maka Tuhan akan mengampuni kesalahannya. Bagaimanapun juga Tuhan
menanggungkan “beban hidup di dunia” sebagai karunia, ujian, sekaligus sebagai
hukuman bagi manusia.
3. Konsep Manusia dalam Agama Islam
Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti
manusia dengan berbagai implikasinya yaitu kata al- insane atau an-nas jamaknya unas,
al-basyar dan bani adam.
A. al-Insan
Arti kata al-Insan adalah makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah
dari Allah SWT dengan merujuk pada surat al-Ahzab [33]:72.
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
Kata insan terulang dalam al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai konteksnya,
yaitu:
a) Menjelaskan tentang manusia
1) Asal kejadian manusia dari tanah terdapat dalam surat: al-Hijr [15]:26,
al-Mu’minun [23]:12, as-Sajadah [32]:7, al-Rahman [55]:14.
2) Kejadian manusia dari setetes mani, terdapat dalam surat: an-nahl
[16]:4, Yasin [35]:77, al-Qiyamah [75]:36, al-Insan [76]:1-2, Abasa
[80]:17, at-Tariq [86]:5.
3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam surat al-Alaq
[96]:2.
4) Kejadian manusia dalam susah payah terdapat dalam surat al-Balad
[90]:4 dan at-Tin [95]:4.
5) Kejadian manusia dalam sebaik-baiknya bentuk terdapat dalam surat
at-Tin [95]:4.
b) Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia
3. Konsep Manusia dalam Agama Islam
Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti
manusia dengan berbagai implikasinya yaitu kata al- insane atau an-nas jamaknya unas,
al-basyar dan bani adam.
A. al-Insan
Arti kata al-Insan adalah makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah
dari Allah SWT dengan merujuk pada surat al-Ahzab [33]:72.
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
Kata insan terulang dalam al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai konteksnya,
yaitu:
a) Menjelaskan tentang manusia
1) Asal kejadian manusia dari tanah terdapat dalam surat: al-Hijr [15]:26,
al-Mu’minun [23]:12, as-Sajadah [32]:7, al-Rahman [55]:14.
2) Kejadian manusia dari setetes mani, terdapat dalam surat: an-nahl
[16]:4, Yasin [35]:77, al-Qiyamah [75]:36, al-Insan [76]:1-2, Abasa
[80]:17, at-Tariq [86]:5.
3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam surat al-Alaq
[96]:2.
4) Kejadian manusia dalam susah payah terdapat dalam surat al-Balad
[90]:4 dan at-Tin [95]:4.
5) Kejadian manusia dalam sebaik-baiknya bentuk terdapat dalam surat
at-Tin [95]:4.
b) Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia
3. Konsep Manusia dalam Agama Islam
Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti
manusia dengan berbagai implikasinya yaitu kata al- insane atau an-nas jamaknya unas,
al-basyar dan bani adam.
A. al-Insan
Arti kata al-Insan adalah makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah
dari Allah SWT dengan merujuk pada surat al-Ahzab [33]:72.
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
Kata insan terulang dalam al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai konteksnya,
yaitu:
a) Menjelaskan tentang manusia
1) Asal kejadian manusia dari tanah terdapat dalam surat: al-Hijr [15]:26,
al-Mu’minun [23]:12, as-Sajadah [32]:7, al-Rahman [55]:14.
2) Kejadian manusia dari setetes mani, terdapat dalam surat: an-nahl
[16]:4, Yasin [35]:77, al-Qiyamah [75]:36, al-Insan [76]:1-2, Abasa
[80]:17, at-Tariq [86]:5.
3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam surat al-Alaq
[96]:2.
4) Kejadian manusia dalam susah payah terdapat dalam surat al-Balad
[90]:4 dan at-Tin [95]:4.
5) Kejadian manusia dalam sebaik-baiknya bentuk terdapat dalam surat
at-Tin [95]:4.
b) Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia
1) Tidak pandai bersyukur dan putus asa atas nikmat Allah terdapat dalam
surat: az_zumar [39]:49, Hud [11]:9, al-Isra [17]:67 dan yang lainnya.
2) Pragmatis terhadap Allah, seperti dalam surat Yunus [10]:12, az-
Zumar {39]:8, 49 dan Fushshilat [41]:51.
3) Kikir, suka berkeluh-kesah dan tergesa-gesa, seperti dalam surat: al-
isra [17]:11,100 dan al-Ma’arij [70]:19, al-Anbiya [21]:37.
4) Suka membantah, dzalim dan melampaui batas, seperti dalam surat: al-
Kahfi [18]:54, al-Ahzab [33]:72, al-Qiyamah [75]:5, al-Alaq [96]:6.
Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkan
adanya kaitan dengan kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadap suatu
hal, disebabkan karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Sedangkan kata
insan yang berasal dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis,
karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan
lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya.
Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun dan sebagai makhluk yang
berbudaya, ia tidak liar baik secara social maupun alamiah.
B. al-Basyar
Kata al-basyar mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung,
kulit, tampak luar. Kata al-basyar disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali
dalam berbagai konteksnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1) Sebagai manusia biasa yang memerlukan makan, minum, pakaian,
tempat dan diakhiri dengan kematian, seperti yang terdapat dalam
surat: al-Maidah [5]:18, Yusuf [12]:31, al-Anbiya [21]:34, Ali Imran
[3]:47, Hud [11]:27 dan yang lainnya. Sebagai contoh dalam surat
Hud [11]:27:
M
1) Tidak pandai bersyukur dan putus asa atas nikmat Allah terdapat dalam
surat: az_zumar [39]:49, Hud [11]:9, al-Isra [17]:67 dan yang lainnya.
2) Pragmatis terhadap Allah, seperti dalam surat Yunus [10]:12, az-
Zumar {39]:8, 49 dan Fushshilat [41]:51.
3) Kikir, suka berkeluh-kesah dan tergesa-gesa, seperti dalam surat: al-
isra [17]:11,100 dan al-Ma’arij [70]:19, al-Anbiya [21]:37.
4) Suka membantah, dzalim dan melampaui batas, seperti dalam surat: al-
Kahfi [18]:54, al-Ahzab [33]:72, al-Qiyamah [75]:5, al-Alaq [96]:6.
Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkan
adanya kaitan dengan kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadap suatu
hal, disebabkan karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Sedangkan kata
insan yang berasal dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis,
karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan
lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya.
Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun dan sebagai makhluk yang
berbudaya, ia tidak liar baik secara social maupun alamiah.
B. al-Basyar
Kata al-basyar mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung,
kulit, tampak luar. Kata al-basyar disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali
dalam berbagai konteksnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1) Sebagai manusia biasa yang memerlukan makan, minum, pakaian,
tempat dan diakhiri dengan kematian, seperti yang terdapat dalam
surat: al-Maidah [5]:18, Yusuf [12]:31, al-Anbiya [21]:34, Ali Imran
[3]:47, Hud [11]:27 dan yang lainnya. Sebagai contoh dalam surat
Hud [11]:27:
M
1) Tidak pandai bersyukur dan putus asa atas nikmat Allah terdapat dalam
surat: az_zumar [39]:49, Hud [11]:9, al-Isra [17]:67 dan yang lainnya.
2) Pragmatis terhadap Allah, seperti dalam surat Yunus [10]:12, az-
Zumar {39]:8, 49 dan Fushshilat [41]:51.
3) Kikir, suka berkeluh-kesah dan tergesa-gesa, seperti dalam surat: al-
isra [17]:11,100 dan al-Ma’arij [70]:19, al-Anbiya [21]:37.
4) Suka membantah, dzalim dan melampaui batas, seperti dalam surat: al-
Kahfi [18]:54, al-Ahzab [33]:72, al-Qiyamah [75]:5, al-Alaq [96]:6.
Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkan
adanya kaitan dengan kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadap suatu
hal, disebabkan karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Sedangkan kata
insan yang berasal dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis,
karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan
lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya.
Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun dan sebagai makhluk yang
berbudaya, ia tidak liar baik secara social maupun alamiah.
B. al-Basyar
Kata al-basyar mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung,
kulit, tampak luar. Kata al-basyar disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali
dalam berbagai konteksnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1) Sebagai manusia biasa yang memerlukan makan, minum, pakaian,
tempat dan diakhiri dengan kematian, seperti yang terdapat dalam
surat: al-Maidah [5]:18, Yusuf [12]:31, al-Anbiya [21]:34, Ali Imran
[3]:47, Hud [11]:27 dan yang lainnya. Sebagai contoh dalam surat
Hud [11]:27:
M
Artinya: “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:
"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)
seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu,
melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya
saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas
kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".
2) Sebagai penerima wahyu dan penyampai agma Allah, dalam surat: al-
Kahfi [18]:110, al-Syura [42]:51, Ali Imran [3]:79 dan lainnya.
Sebagai contoh dalam surat al-Kahfi [18]:110:
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".
3) Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air dalm surat: Shad
[38]:71, ar-Rum [30]:20, al-Furqan [25]:54. Sebagai contoh dalam
surat al-Fruqan [25]:54:
Artinya: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia
jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah
Tuhanmu Maha Kuasa.”
Artinya: “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:
"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)
seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu,
melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya
saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas
kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".
2) Sebagai penerima wahyu dan penyampai agma Allah, dalam surat: al-
Kahfi [18]:110, al-Syura [42]:51, Ali Imran [3]:79 dan lainnya.
Sebagai contoh dalam surat al-Kahfi [18]:110:
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".
3) Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air dalm surat: Shad
[38]:71, ar-Rum [30]:20, al-Furqan [25]:54. Sebagai contoh dalam
surat al-Fruqan [25]:54:
Artinya: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia
jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah
Tuhanmu Maha Kuasa.”
Artinya: “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:
"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)
seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu,
melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya
saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas
kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".
2) Sebagai penerima wahyu dan penyampai agma Allah, dalam surat: al-
Kahfi [18]:110, al-Syura [42]:51, Ali Imran [3]:79 dan lainnya.
Sebagai contoh dalam surat al-Kahfi [18]:110:
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".
3) Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air dalm surat: Shad
[38]:71, ar-Rum [30]:20, al-Furqan [25]:54. Sebagai contoh dalam
surat al-Fruqan [25]:54:
Artinya: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia
jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah
Tuhanmu Maha Kuasa.”
Manusia dalam pengertian basyar tergantung sepenuhnya pada alam,
pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan.
Sedangkan manusia dalam pengertian insan mempunyai pertumbuhan dan
perkembangan yang sepenuhnya tergantung pada kebudayaan pendidikan, penalaran,
kesadaran, dan sikap hidupnya. Karena itu penggunaan kedua kata tersebut untuk
menyebut manusia mempunyai pengertian yang berbeda. Insan digunakan untuk
menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran (aspek ruhaniyah), sedangkan
basyar untuk menunjukkan pada dimensi alamiahnya (aspek jasmaniyah) yang
menjadi cirri pokok manusia pada umumnya.
Dari pengertian insan dan basyar, dapat disimpulkan bahwa manusia
merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik dan psikis untuk
berkembang. Allah menetapkan bahwa manusia dijadikanNya sebagai makhluk yang
paling sempurna keadaannya dibandingkan makhluk-makhluk lain.
C. Bani adam
Bani adam terdiri dari kata bani yang berarti anak cucu atau keturunan dan
kata adam yang berarti Adam, manusia pertama yang diciptakan Allah. Jadi Bani
adam mengandung arti manusia sebagai keturunan Adam yang diciptakan dari
campuran unsure tanah dan air. Kata bani adam terulang sebanyak 8 kali dalam
konteks berikut:
1) Manusia memerlukan makan, minum dan berpakaian, seperti dalam
surat: al-Araf [7]:26,27 dan 31.
2) Makhluk yang dimuliakan daripada ciptaan Allah yang lain
sebagaimana terdapat dalam surat al-Isra [17]:70.
3) Manusia sebagai makhluk yang bersyahadat sejak di alam ruh dank
arena itu ia sanggup menerima risalah agama yang dibawa oleh para
rasul, sperti dalam surat al-A’raf [7]:35 dan 172 serta al-Maidah [5]:27.
Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan, manusia menurut pandangan Islam
meliputi:
1) Manusia sebagai makhluk yang dimuliakan, artinya Islam tidak
memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan atau tidak berharga
seperti binatang, benda mati atau makhluk lainnya. (QS. Al-Isra [17]:70
dan al-Hajj [22]:65.
2) Manusia sebagai makhluk istimewa dan terpilih. Salah satu anugerah yang
diberikan Allah kepada manusia adalah menjadikannya mampu
membedakan kebaikan dan kejahatan atau kedurhakaan dan ketakwaan.
Sehingga manusia mampu memilih antara jalan yang menjerumuskannya
pada kebinasaan atau jalan yang menuju ketakwaan.
3) Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik. Allah telah melengkapi
manusia dengan kemampuan untuk belajar. Allah telah menganugerahi
manusia sarana untuk belajar, seperti penglihatan, pendengaran dan hati.
Oleh karena itu Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
http://quran-terjemah.org/al-ahzab/72.html diakses 7 September 2014, 11.50
http://beta.quran.com/id/11/1-12#1/ diakses 7 September 2014, 11.51
http://beta.quran.com/id/18/1-15#1/ diakses 7 September 2014, 11.54