materi3 makalah agis.pdf

7
Konsep Manusia Dalam Agama di Dunia 1. Konsep Manusia dalam Agama Yahudi Agama Yahudi dianggap sebagai salah satu agama monotheis, yang menyatakan dirinya sebagai agama tertua di dunia ini dan berasal dari Nabi Ibrahim AS. Bangsa Yahudi dikenal juga dengan Bani Israel. Definisi yang paling tepat untuk agama Yahudi adalah agama yang dihasilkan oleh proses perkembangan sejarah Bani Israel yang sudah melalui masa sekian lama, ditumbuhkan dari ide Taurat, Talmud, dan watak pembawaan bangsa Israel itu sendiri.” Ada dua prinsip utama yang dijadikan patokan oleh agama ini, yaitu: pertama, agama Yahudi mempercayai keesaan Tuhan. Kedua, Yahudi menyakini bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Agama Yahudi juga memberikan penghargaan yang tinggi pada hukum yang tertulis dan hukum yang tidak tertulis. Maksud hukum tertulis adalah hukum yang diturunkan Tuhan kepada Musa di Gunung Sinai yang berisi perintah dan larangan yang tidak terperinci. Agama Yahudi mempunyai pemikiran yang penting mengenai manusia, yaitu bukan hanya mengenai fakta keberadaannya tetapi juga mengenai keadaan hidup manusia agar dapat mengarahkan kemampuan kereatifnya sehingga memperoleh hasil optimal yang dapat dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu, pengungkapan mengenai manusia bukan hanya mengungkapkan sisi-sisi kelemahannya tetapi juga keunggulan dan keterbatasannya. Manusia hidup di muka Bumi sangat singkat. Ibarat rumput yang tumbuh dan berbunga di waktu pagi lalu ia dibabat dan layu di waktu sore (Maz. 90:7). Bahkan usia yang singkat ini saling berkaitan dengan kesusahan yang menyebabkan kita menjalani hidup ini ibarat keluhan panjang belaka (Maz. 90:9). Namun manusia juga memiliki keunggulan yang merupakan unsur kebesaran manusia, sebagaimana disebutkan, “ karena engkau telah menciptakannya sedikit lebih rendah derajatnya di bawah para malaikat’ (Maz. 8:6). “manusia adalah makhluk Tuhan yang dimahkotai dengan keunggulan dan kegemilangan” (Maz. 8:6). Selain itu manusia juga penuh dengan dosa ‘sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanak, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Maz. 51:7). Kata “dosa” di sini berarti menyimpang dari tujuannya. Jadi, walaupun dari segi asal-usul manusia itu luhur, bersifat

Upload: nauvalaudia

Post on 18-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: materi3 makalah agIs.pdf

Konsep Manusia Dalam Agama di Dunia

1. Konsep Manusia dalam Agama Yahudi

Agama Yahudi dianggap sebagai salah satu agama monotheis, yang

menyatakan dirinya sebagai agama tertua di dunia ini dan berasal dari Nabi Ibrahim AS.

Bangsa Yahudi dikenal juga dengan Bani Israel. Definisi yang paling tepat untuk agama

Yahudi adalah “agama yang dihasilkan oleh proses perkembangan sejarah Bani Israel

yang sudah melalui masa sekian lama, ditumbuhkan dari ide Taurat, Talmud, dan watak

pembawaan bangsa Israel itu sendiri.”

Ada dua prinsip utama yang dijadikan patokan oleh agama ini, yaitu: pertama,

agama Yahudi mempercayai keesaan Tuhan. Kedua, Yahudi menyakini bahwa bangsa

Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Agama Yahudi juga memberikan penghargaan yang

tinggi pada hukum yang tertulis dan hukum yang tidak tertulis. Maksud hukum tertulis

adalah hukum yang diturunkan Tuhan kepada Musa di Gunung Sinai yang berisi perintah

dan larangan yang tidak terperinci.

Agama Yahudi mempunyai pemikiran yang penting mengenai manusia, yaitu

bukan hanya mengenai fakta keberadaannya tetapi juga mengenai keadaan hidup manusia

agar dapat mengarahkan kemampuan kereatifnya sehingga memperoleh hasil optimal

yang dapat dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu, pengungkapan mengenai manusia bukan

hanya mengungkapkan sisi-sisi kelemahannya tetapi juga keunggulan dan

keterbatasannya.

Manusia hidup di muka Bumi sangat singkat. Ibarat rumput yang tumbuh dan

berbunga di waktu pagi lalu ia dibabat dan layu di waktu sore (Maz. 90:7). Bahkan usia

yang singkat ini saling berkaitan dengan kesusahan yang menyebabkan kita menjalani

hidup ini ibarat keluhan panjang belaka (Maz. 90:9). Namun manusia juga memiliki

keunggulan yang merupakan unsur kebesaran manusia, sebagaimana disebutkan, “ karena

engkau telah menciptakannya sedikit lebih rendah derajatnya di bawah para malaikat’

(Maz. 8:6). “manusia adalah makhluk Tuhan yang dimahkotai dengan keunggulan dan

kegemilangan” (Maz. 8:6).

Selain itu manusia juga penuh dengan dosa ‘sesungguhnya, dalam kesalahan

aku diperanak, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Maz. 51:7). Kata “dosa” di sini berarti

menyimpang dari tujuannya. Jadi, walaupun dari segi asal-usul manusia itu luhur, bersifat

Page 2: materi3 makalah agIs.pdf

mulia, lebih tinggi dari hewan, namun dalam kehidupan sehari-hari seringkali manusia

jauh dari sifar seperti itu, manusia merosot, sehingga tidak lebih dari hewan.

Penyimpangan tersebut berasal dari manusia, bukan dari luar yang dipaksakan

terhadap diri manusia. Bagi orang Yahudi, adanya kebebasan tidak pernah dipersoalkan.

Perbuatan manusia yang tercatat dalam sejarah adalah perbuatan yang dilakukannya atas

kehendaknya sendiri. Manusia yang diciptakan memiliki kebebasan untuk membangun

dan mengembangkan ataupun merusak dirinya sendiri. Ia menciptakan nasibnya sendiri

melalui kemampuannya untuk melakukan pilihan. “Berhentilah berbuat jahat belajarlah

berbuat baik.” Demikian bunyi ayat yang hanya berlaku untuk manusia.

2. Konsep Manusia dalam Agama Kristen (Katolik)

Agama Katolik yang dimaksudkan adalah sebutan untuk agama Kristen yang

berpusat di Vatikan, Roma. Disebut katolik ( katholikos: Yunani) karena ajarannya

tersebar ke seluruh dunia atau dapat diterima di seluruh dunia.

Menurut agama katolik, manusia adalah makhluk Tuhan yang pada mulanya

diciptakan sesuai dengan gambar Allah. Tubuh dan jiwa manusia diciptakan pula oleh

Tuhan. Dengan jiwa itu manusia memperoleh kehidupan. Jiwa manusia itu berakal, dapat

mengetahui, berkehendak dan dapat memilih dengan bebas seperti malaikat. Karena jiwa

itu berwujud ruh, maka tidak dapat mati. Ruh manusia sebagai ciptaan Tuhan lebih tinggi

kedudukannya daripada ciptaan-ciptaan lainnya. Ruh manusia menyerupai Tuhan.

Makna perbuatan Adam dan Hawa dari kisahnya ialah bahwa manusia ingin

menyamai Tuhan, bukan semata-matadalam arti mereka melanggar larangan Tuhan,

tetapi manusia ingin membuktikan bahwa ia mempunyai kebebasan, kemampuan dan

kekuasaan. Akibat dari perbuatannya, Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Firdaus

dan memiliki kecenderungan berbuat jahat. Namun sekalipun manusia telah melakukan

dosa besar, tuhan masih mengasihi manusia dengan memberi rahmat berupa kemampuan

untuk mengakui dan menyesali dosanya, dan kalau kemampuan ini dilaksanakan oleh

manusia maka Tuhan akan mengampuni kesalahannya. Bagaimanapun juga Tuhan

menanggungkan “beban hidup di dunia” sebagai karunia, ujian, sekaligus sebagai

hukuman bagi manusia.

Page 3: materi3 makalah agIs.pdf

3. Konsep Manusia dalam Agama Islam

Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti

manusia dengan berbagai implikasinya yaitu kata al- insane atau an-nas jamaknya unas,

al-basyar dan bani adam.

A. al-Insan

Arti kata al-Insan adalah makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah

dari Allah SWT dengan merujuk pada surat al-Ahzab [33]:72.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan

mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Kata insan terulang dalam al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai konteksnya,

yaitu:

a) Menjelaskan tentang manusia

1) Asal kejadian manusia dari tanah terdapat dalam surat: al-Hijr [15]:26,

al-Mu’minun [23]:12, as-Sajadah [32]:7, al-Rahman [55]:14.

2) Kejadian manusia dari setetes mani, terdapat dalam surat: an-nahl

[16]:4, Yasin [35]:77, al-Qiyamah [75]:36, al-Insan [76]:1-2, Abasa

[80]:17, at-Tariq [86]:5.

3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam surat al-Alaq

[96]:2.

4) Kejadian manusia dalam susah payah terdapat dalam surat al-Balad

[90]:4 dan at-Tin [95]:4.

5) Kejadian manusia dalam sebaik-baiknya bentuk terdapat dalam surat

at-Tin [95]:4.

b) Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia

3. Konsep Manusia dalam Agama Islam

Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti

manusia dengan berbagai implikasinya yaitu kata al- insane atau an-nas jamaknya unas,

al-basyar dan bani adam.

A. al-Insan

Arti kata al-Insan adalah makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah

dari Allah SWT dengan merujuk pada surat al-Ahzab [33]:72.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan

mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Kata insan terulang dalam al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai konteksnya,

yaitu:

a) Menjelaskan tentang manusia

1) Asal kejadian manusia dari tanah terdapat dalam surat: al-Hijr [15]:26,

al-Mu’minun [23]:12, as-Sajadah [32]:7, al-Rahman [55]:14.

2) Kejadian manusia dari setetes mani, terdapat dalam surat: an-nahl

[16]:4, Yasin [35]:77, al-Qiyamah [75]:36, al-Insan [76]:1-2, Abasa

[80]:17, at-Tariq [86]:5.

3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam surat al-Alaq

[96]:2.

4) Kejadian manusia dalam susah payah terdapat dalam surat al-Balad

[90]:4 dan at-Tin [95]:4.

5) Kejadian manusia dalam sebaik-baiknya bentuk terdapat dalam surat

at-Tin [95]:4.

b) Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia

3. Konsep Manusia dalam Agama Islam

Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti

manusia dengan berbagai implikasinya yaitu kata al- insane atau an-nas jamaknya unas,

al-basyar dan bani adam.

A. al-Insan

Arti kata al-Insan adalah makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah

dari Allah SWT dengan merujuk pada surat al-Ahzab [33]:72.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan

mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Kata insan terulang dalam al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai konteksnya,

yaitu:

a) Menjelaskan tentang manusia

1) Asal kejadian manusia dari tanah terdapat dalam surat: al-Hijr [15]:26,

al-Mu’minun [23]:12, as-Sajadah [32]:7, al-Rahman [55]:14.

2) Kejadian manusia dari setetes mani, terdapat dalam surat: an-nahl

[16]:4, Yasin [35]:77, al-Qiyamah [75]:36, al-Insan [76]:1-2, Abasa

[80]:17, at-Tariq [86]:5.

3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam surat al-Alaq

[96]:2.

4) Kejadian manusia dalam susah payah terdapat dalam surat al-Balad

[90]:4 dan at-Tin [95]:4.

5) Kejadian manusia dalam sebaik-baiknya bentuk terdapat dalam surat

at-Tin [95]:4.

b) Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia

Page 4: materi3 makalah agIs.pdf

1) Tidak pandai bersyukur dan putus asa atas nikmat Allah terdapat dalam

surat: az_zumar [39]:49, Hud [11]:9, al-Isra [17]:67 dan yang lainnya.

2) Pragmatis terhadap Allah, seperti dalam surat Yunus [10]:12, az-

Zumar {39]:8, 49 dan Fushshilat [41]:51.

3) Kikir, suka berkeluh-kesah dan tergesa-gesa, seperti dalam surat: al-

isra [17]:11,100 dan al-Ma’arij [70]:19, al-Anbiya [21]:37.

4) Suka membantah, dzalim dan melampaui batas, seperti dalam surat: al-

Kahfi [18]:54, al-Ahzab [33]:72, al-Qiyamah [75]:5, al-Alaq [96]:6.

Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkan

adanya kaitan dengan kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadap suatu

hal, disebabkan karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Sedangkan kata

insan yang berasal dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis,

karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan

lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk

dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya.

Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun dan sebagai makhluk yang

berbudaya, ia tidak liar baik secara social maupun alamiah.

B. al-Basyar

Kata al-basyar mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung,

kulit, tampak luar. Kata al-basyar disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali

dalam berbagai konteksnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1) Sebagai manusia biasa yang memerlukan makan, minum, pakaian,

tempat dan diakhiri dengan kematian, seperti yang terdapat dalam

surat: al-Maidah [5]:18, Yusuf [12]:31, al-Anbiya [21]:34, Ali Imran

[3]:47, Hud [11]:27 dan yang lainnya. Sebagai contoh dalam surat

Hud [11]:27:

M

1) Tidak pandai bersyukur dan putus asa atas nikmat Allah terdapat dalam

surat: az_zumar [39]:49, Hud [11]:9, al-Isra [17]:67 dan yang lainnya.

2) Pragmatis terhadap Allah, seperti dalam surat Yunus [10]:12, az-

Zumar {39]:8, 49 dan Fushshilat [41]:51.

3) Kikir, suka berkeluh-kesah dan tergesa-gesa, seperti dalam surat: al-

isra [17]:11,100 dan al-Ma’arij [70]:19, al-Anbiya [21]:37.

4) Suka membantah, dzalim dan melampaui batas, seperti dalam surat: al-

Kahfi [18]:54, al-Ahzab [33]:72, al-Qiyamah [75]:5, al-Alaq [96]:6.

Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkan

adanya kaitan dengan kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadap suatu

hal, disebabkan karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Sedangkan kata

insan yang berasal dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis,

karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan

lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk

dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya.

Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun dan sebagai makhluk yang

berbudaya, ia tidak liar baik secara social maupun alamiah.

B. al-Basyar

Kata al-basyar mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung,

kulit, tampak luar. Kata al-basyar disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali

dalam berbagai konteksnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1) Sebagai manusia biasa yang memerlukan makan, minum, pakaian,

tempat dan diakhiri dengan kematian, seperti yang terdapat dalam

surat: al-Maidah [5]:18, Yusuf [12]:31, al-Anbiya [21]:34, Ali Imran

[3]:47, Hud [11]:27 dan yang lainnya. Sebagai contoh dalam surat

Hud [11]:27:

M

1) Tidak pandai bersyukur dan putus asa atas nikmat Allah terdapat dalam

surat: az_zumar [39]:49, Hud [11]:9, al-Isra [17]:67 dan yang lainnya.

2) Pragmatis terhadap Allah, seperti dalam surat Yunus [10]:12, az-

Zumar {39]:8, 49 dan Fushshilat [41]:51.

3) Kikir, suka berkeluh-kesah dan tergesa-gesa, seperti dalam surat: al-

isra [17]:11,100 dan al-Ma’arij [70]:19, al-Anbiya [21]:37.

4) Suka membantah, dzalim dan melampaui batas, seperti dalam surat: al-

Kahfi [18]:54, al-Ahzab [33]:72, al-Qiyamah [75]:5, al-Alaq [96]:6.

Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkan

adanya kaitan dengan kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadap suatu

hal, disebabkan karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Sedangkan kata

insan yang berasal dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis,

karena manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan

lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk

dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya.

Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun dan sebagai makhluk yang

berbudaya, ia tidak liar baik secara social maupun alamiah.

B. al-Basyar

Kata al-basyar mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung,

kulit, tampak luar. Kata al-basyar disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali

dalam berbagai konteksnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1) Sebagai manusia biasa yang memerlukan makan, minum, pakaian,

tempat dan diakhiri dengan kematian, seperti yang terdapat dalam

surat: al-Maidah [5]:18, Yusuf [12]:31, al-Anbiya [21]:34, Ali Imran

[3]:47, Hud [11]:27 dan yang lainnya. Sebagai contoh dalam surat

Hud [11]:27:

M

Page 5: materi3 makalah agIs.pdf

Artinya: “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:

"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)

seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu,

melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya

saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas

kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".

2) Sebagai penerima wahyu dan penyampai agma Allah, dalam surat: al-

Kahfi [18]:110, al-Syura [42]:51, Ali Imran [3]:79 dan lainnya.

Sebagai contoh dalam surat al-Kahfi [18]:110:

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti

kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan

kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan

dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh

dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat

kepada Tuhannya".

3) Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air dalm surat: Shad

[38]:71, ar-Rum [30]:20, al-Furqan [25]:54. Sebagai contoh dalam

surat al-Fruqan [25]:54:

Artinya: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia

jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah

Tuhanmu Maha Kuasa.”

Artinya: “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:

"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)

seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu,

melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya

saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas

kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".

2) Sebagai penerima wahyu dan penyampai agma Allah, dalam surat: al-

Kahfi [18]:110, al-Syura [42]:51, Ali Imran [3]:79 dan lainnya.

Sebagai contoh dalam surat al-Kahfi [18]:110:

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti

kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan

kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan

dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh

dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat

kepada Tuhannya".

3) Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air dalm surat: Shad

[38]:71, ar-Rum [30]:20, al-Furqan [25]:54. Sebagai contoh dalam

surat al-Fruqan [25]:54:

Artinya: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia

jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah

Tuhanmu Maha Kuasa.”

Artinya: “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:

"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)

seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu,

melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya

saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas

kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".

2) Sebagai penerima wahyu dan penyampai agma Allah, dalam surat: al-

Kahfi [18]:110, al-Syura [42]:51, Ali Imran [3]:79 dan lainnya.

Sebagai contoh dalam surat al-Kahfi [18]:110:

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti

kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan

kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan

dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh

dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat

kepada Tuhannya".

3) Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air dalm surat: Shad

[38]:71, ar-Rum [30]:20, al-Furqan [25]:54. Sebagai contoh dalam

surat al-Fruqan [25]:54:

Artinya: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia

jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah

Tuhanmu Maha Kuasa.”

Page 6: materi3 makalah agIs.pdf

Manusia dalam pengertian basyar tergantung sepenuhnya pada alam,

pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan.

Sedangkan manusia dalam pengertian insan mempunyai pertumbuhan dan

perkembangan yang sepenuhnya tergantung pada kebudayaan pendidikan, penalaran,

kesadaran, dan sikap hidupnya. Karena itu penggunaan kedua kata tersebut untuk

menyebut manusia mempunyai pengertian yang berbeda. Insan digunakan untuk

menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran (aspek ruhaniyah), sedangkan

basyar untuk menunjukkan pada dimensi alamiahnya (aspek jasmaniyah) yang

menjadi cirri pokok manusia pada umumnya.

Dari pengertian insan dan basyar, dapat disimpulkan bahwa manusia

merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik dan psikis untuk

berkembang. Allah menetapkan bahwa manusia dijadikanNya sebagai makhluk yang

paling sempurna keadaannya dibandingkan makhluk-makhluk lain.

C. Bani adam

Bani adam terdiri dari kata bani yang berarti anak cucu atau keturunan dan

kata adam yang berarti Adam, manusia pertama yang diciptakan Allah. Jadi Bani

adam mengandung arti manusia sebagai keturunan Adam yang diciptakan dari

campuran unsure tanah dan air. Kata bani adam terulang sebanyak 8 kali dalam

konteks berikut:

1) Manusia memerlukan makan, minum dan berpakaian, seperti dalam

surat: al-Araf [7]:26,27 dan 31.

2) Makhluk yang dimuliakan daripada ciptaan Allah yang lain

sebagaimana terdapat dalam surat al-Isra [17]:70.

3) Manusia sebagai makhluk yang bersyahadat sejak di alam ruh dank

arena itu ia sanggup menerima risalah agama yang dibawa oleh para

rasul, sperti dalam surat al-A’raf [7]:35 dan 172 serta al-Maidah [5]:27.

Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan, manusia menurut pandangan Islam

meliputi:

1) Manusia sebagai makhluk yang dimuliakan, artinya Islam tidak

memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan atau tidak berharga

seperti binatang, benda mati atau makhluk lainnya. (QS. Al-Isra [17]:70

dan al-Hajj [22]:65.

Page 7: materi3 makalah agIs.pdf

2) Manusia sebagai makhluk istimewa dan terpilih. Salah satu anugerah yang

diberikan Allah kepada manusia adalah menjadikannya mampu

membedakan kebaikan dan kejahatan atau kedurhakaan dan ketakwaan.

Sehingga manusia mampu memilih antara jalan yang menjerumuskannya

pada kebinasaan atau jalan yang menuju ketakwaan.

3) Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik. Allah telah melengkapi

manusia dengan kemampuan untuk belajar. Allah telah menganugerahi

manusia sarana untuk belajar, seperti penglihatan, pendengaran dan hati.

Oleh karena itu Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.

http://quran-terjemah.org/al-ahzab/72.html diakses 7 September 2014, 11.50

http://beta.quran.com/id/11/1-12#1/ diakses 7 September 2014, 11.51

http://beta.quran.com/id/18/1-15#1/ diakses 7 September 2014, 11.54