Download - Proposal Kelompok 7

Transcript
Page 1: Proposal Kelompok 7

Perbandingan Khloramphenikol Dengan

Antibiotika X Pada Pengobatan Demam Tifoid

1.1 LATAR BELAKANG

Melihat bahwa lama perawatan untuk typhoid fever meningkat dari 3,6 hari menjadi 5,1

hari dengan pengobatan khloramphenikol dan menemukanbahwa dalam suatu literatur

menyebutkan perawatan lebih rendah menggunakan antibiotika lain yaitu antibiotika x, maka

peneliti menganggap bahwa terjadi resistensi/sensitifitas antibiotika terhadap typhoid fever di

setiap daerah yang berbeda. Sehingga untuk membuktikan hal tersebut peneliti membuat suatu

penelitian mengenai perbedaan antibiotika khloramphenikol dengan antibiotika x dan

perbedaan lama perawatan untuk thypoid fever pada pemberian masing-masing antibiotika

tersebut.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

a) Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi resistensi terhadap antibiotika?

b) Apa yang menyebabkan peningkatan perawatan tipus dengan menggunakan khloramphenikol?

c) Mengapa masa rawat lebih rendah dengan menggunakan antibiotika X dibandingkan dengan

khlorampenikol?

d) Apa yang menyebabkan terjadinya resistensi/ sensitifitas antibiotika terhadap typhoid fever di

lain daerah?

1.3TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

a) Mengetahui faktor yang mempengaruhi resistensi antibiotika

b) Mengetahui penyebab peningkatan perawatan tipus dengan menggunakan khloramphenikol

c) Mengetahui penyebab perbedaan masa rawat dengan pasien yang menggunakan khloramphenikol

dan antibiotika X

d) Mengetahui penyebab resistensi/sensitifitas terhadap typhoid fever di lain daerah.

Page 2: Proposal Kelompok 7

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri,

maupun bagi pembaca atau pihak-pihak yang berekepentingan. Penelitian ini erat hubungannya

dengan bidang kesehatan khususnya dalam pembangunan kesehatan atau bagi pengembagan program

kesehatan, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan pihak-pihak yang

berkepentingan dapat memahaminya.

1.5 TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Demam Tifoid / Typhoid fever

Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut

typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama

menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang

selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan

dewasa (http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html).

Menurut David A. Pegues, dan Samuel l. Miller dalam buku ajar Principle of Internal

Medicine Harrison’s, demam tifoid atau Typhoid fever adalah penyakit sistemik yang

dikarakterisasi atau ditandai dengan adanya demam dan nyeri abdomen yang disebabkan oleh

penyebaran S. Typhi atau S. Paratyphi dan menyebabkan pembesaran dari Peyer’s patch dan

nodus limfatikus mesenterikum.

Menurut buku mikrobiologi dasar FKUI, demam tifoid adalah infeksi akut yang

disebabkan oleh kuman S.typhi. dan dapat pula disebabkan oleh S. Enteridis bioserotip

Page 3: Proposal Kelompok 7

paratyphi A dan S. Enteridis serotip paratyphi B yang disebut dengan paratyphoid. Tifoid

berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadinya penguapan panas tubuh

serta gangguan kesadaran disebabkan demam yang tinggi.

2. Kloramfenikol

Menurut buku Farmakologi dan terapi FKUI edisi 4, kloramfenikol adalah

antimikroba golongan antibiotik penghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat

adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk

ikatan peptida pada proses sintesis kuman. Kloramfenikol umumnya bersifat

bakteriostatik.

Pendahuluan

Diproduksi oleh Streptomuces venezuelae.

Pertama kali diisolasi oleh David Gottlieb dari sampel tanah di Venezuela

pada tahun 1947.

Diperkenalkan dalam pengobatan klinis pada tahun 1949.

Penggunaannya cepat meluas setelah diketahui obat ini efektif untuk berbagai

jenis infeksi.

 

Golongan Obat

Berspektrum luas.

Kloramfenikol termasuk ke dalam golongan antibiotik penghambat sintesis

protein bakteri.

Dosis dan Aturan pakai

Dewasa: 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.

Page 4: Proposal Kelompok 7

Anak: 50-75 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.

Bayi < 2 minggu: 25 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi tiap 6 jam. Setelah

umur 2 minggu bayi dapat menerima dosis sampai 50 mg/kgBB/ hari dalam 4

dosis tiap 6 jam.

Farmakokinetik

A. Absorbsi

Diabsorbsi secara cepat di GIT, bioavailability 75% sampai 90%. 

Kloramfenikol oral : bentuk aktif dan inaktif prodrug, 

Mudah berpenetrasi melewati membran luar sel bakteri. 

Pada sel eukariotik menghambat sintesa protein mitokondria sehingga

menghambat perkembangan sel hewan & manusia. 

Sediaan kloramfenikol untuk penggunaan parenteral (IV) adalah water-

soluble.

B. Distribusi

Kloramfenikol berdifusi secara cepat dan dapat menembus plasenta.

Konsentrasi tertinggi : hati dan ginjal 

Konsentrasi terendah : otak dan CSF (Cerebrospinal fluid). 

Dapat juga ditemukan di pleura dan cairan ascites, saliva, air susu, dan

aqueous dan vitreous humors.

C. Metabolisme

Metabolisme : hati dan ginjal 

Half-life kloramfenikol berhubungan dengan konsentrasi bilirubin. 

Kloramfenikol terikat dengan plasma protein 50%; ↓pasien sirosis dan pada

bayi.

D. Eliminasi

Page 5: Proposal Kelompok 7

Rute utama dari eliminasi kloramfenikol adalah pada metabolisme hepar ke

inaktif glukuronida.

Farmakodinamik

Mekanisme:menghambat sintesis protein kuman. 

Masuk ke sel bakteri melalui diffusi terfasilitasi. 

Mekanisme resistensi : inaktivasi obat oleh asetil trensferase yang diperantarai

oleh factor R. Resistensi terhadap P. aeruginosa, Proteus dan Klebsielaterjadi

karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat

ke dalam sel bakteri

Penggunaan Klinis

1. Demam Tifoid

Dosis: 4 kali 500mg /hari sampai 2 minggu bebas demam. Bila terjadi relaps,

biasanya dapat diatasi dengan memberikan terapi ulang 

Anak:dosis 50-100 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis selama 10

hari

2.Meningitis Purulenta

Kloramfenikol+ampisilin

3. Ricketsiosis

Dapat digunakan jika pengobatan dengan tetrasiklin tidak berhasil 

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Page 6: Proposal Kelompok 7

Hanya digunakan untuk infeksi yang sudah jelas penyebabnya kecuali infeksi

berat. 

Pemeriksaan hematologik berkala pada pemakaian lama  

Keamanan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui dengan pasti. 

Penderita dengan gangguan ginjal, bayi prematur dan bayi baru lahir (< 2

minggu). 

Drugs interaction: obat-obatan dimetabolisme enzim mikrosom hati seperti

dikumarol, fenitoin, tolbutamid dan fenobarbital.

Efek Samping

1. Reaksi Hematologik

Terdapat dua bentuk reaksi:

1. Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Berhubungan dengan

dosis, progresif dan pulih bila pengobatan dihentikan. 

2. Prognosisnya sangat buruk karena anemia yang timbul bersifat ireversibel.

Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan. 

2. Reaksi Alergi

Kemerahan pada kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis. 

Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan

demam typhoid.

3. Reaksi Saluran Cerna

Mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.

4. Syndrom Gray

Pada neonatus, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200

mg/kgBB).

Page 7: Proposal Kelompok 7

5. Reaksi Neurologis

Depresi, bingung, delirium dan sakit kepala. Neuritis perifer atau neuropati optik

dapat juga timbul terutama setelah pengobatan lama.

6. Interaksi dengan Obat Lain

Kloramfenikol menghambat enzim sitokrom P450 irreversibel   memperpanjang

T½ (dicumarol, phenytoin, chlorpopamide, dan tolbutamide).

Mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya, merupakan antagonis kerja

bakterisidal penisilin dan aminoglikosida.

Phenobarbital dan rifampin mempercepat eliminasi dari kloramfenikol.

(http://farmainfo.blogspot.com/2011/02/kloramfenikol.html)

3. Salmonella typhi

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif

berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne.[1]

Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen

sulfida.[2] Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika,

walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada

anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonella)

Page 8: Proposal Kelompok 7

4. Data penggunaan antibiotika untuk demam tifoid

jenis antibiotik

frekuensi sensitifitas antibiotik untuk S. Typhi jumlah

prosentase sensitifitas antibiotik untuk S. Typhi jumlah

sensitif intermediet resisten sensitif intermediet resisten Amikasin  13  2  4  19  68.4  10.5  21.1  100 Amoksisilin  6  0  13  19  31.6  0  68.4  100 Asam klavulanat  9  7  3  19  47.4  36.8  15.8  100 Seftriakson  6  0  13 19   31.6  0  68.4  100 Sefotaksim  6  0  13  19  31.6  0  68.4  100 siprofloksasin  19  0  0  19  100  0  0  100 Meropenem  19  0  0  19  100  0  0  100 kloramfenikol  12  1  6  19  63.2  5.3  31.6  100

(Data Primer, 2010)Gambar 1. Diagram Prosentase Respon Sensitivitas Tiap Antiobiotik di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2008-2009

jenis antibiotik

frekuensi sensitifitas antibiotik untuk S. Typhi jumlah

prosentase sensitifitas antibiotik untuk S. Typhi jumlah

sensitif intermediet resisten sensitif intermediet resisten Amikasin 3 3 7 13 23.1 23.1 53.8  100 Amoksisilin 2 0 11 13 15.4 0 84.6  100 Asam klavulanat 5 2 6 13 38.5 15.4 46.2  100 Seftriakson 3 3 7 13 23.1 23.1 53.8  100 Sefotaksim 3 1 9 13 23.1 7.7 69.2  100 siprofloksasin 9 1 3 13 69.2 7.7 23.1  100 Meropenem 12 0 1 13 29.3 0 7.7  100 kloramfenikol 3 0 10 13 23.1 0 76.9  100

( Data Primer,2010)

Gambar 2. Grafik Prosentase Respon Sensitivitas Tiap Antibiotik di RSU Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2008-2009

http://yantosumbersari.blogspot.com/2011/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Page 9: Proposal Kelompok 7

5. PATOGENESIS

Masuknya kuman Salmonella typhi (S. Typhi) dan Salmonella parathypi

(S. Paratyphi) kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang

terkontaminasi kuman. Sebagai kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian

lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Kuman dapat hidup

dan berkembang biak di dalam makrofag, selanjutnya melalui duktus torasikus

kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah

(mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar keseluruh

organ retikuloendotelial tubuh tertama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman

meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau

ruang sinusoid dan selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah lagi

mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan

gejala penyakit infeksi sistemik.

Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kantung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu dieksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan mediator inflamasi yang akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi.

6. GAMBARAN KLINIS Menurut buku IPD FKUI, Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat

bermanfaat agar bisa diberikan terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Walaupun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan diagnosis.

Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan denyut

Page 10: Proposal Kelompok 7

Lamanya masa perawatan thypoid

Sensitivitas

FAKTOR FARMAKOLOGI:

ANTIBIOTIKA Y ANTIBIOTIKA X KLORAMPHENIKOL

nadi 8x permenit), hepatomegali, slenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, tupor, koma, delirium, atau psikosis.

1.6 KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESA, DEFINISI OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati melalui penelitian yang

dimaksud. Konsep konsep yang terkait pada penelitian ini adalah resistensi,

sensitivitas dan faktor-faktor dari obatnya itu sendiri. Jadi bisa dikatakan

kerangkanya seperti ini:

Resistensi

Page 11: Proposal Kelompok 7

B. HIPOTESA

Hipotesa merupakan jawaban atau kesimpulan sementara pada

penelitian. Hipotesa pada penelitian ini adalah:

1.Ada hubungan antara sensitivitas kuman dengan lamanya pengobatan

2. Ada hubungan antara resistensi kuman dengan lamanya pengobatan

3. Ada hubungan antara kandungan obat antibiotika X yang diberikan

dengan lamanya pengobatan

4. Ada hubungan antara kandungan obat antibiotika Y yang diberikan

dengan lamanya pengobatan

5. Ada hubungan antara kandungan klorampheniklol yang diberikan

dengan lamanya pengobatan

C. DEFINISI OPERASIONAL

Berikut ini adalah penjelasan secara lebih operasional tentang variabel-

variabel, indikator maupun item-item yang ada dalam penelitian ini:

Variabel bebas:

A. RESISTENSI

Resistensi adalah kekebalan suatu bakteri terhadap suatu antibiotik

B. SENSITIVITAS

Sensitivitas adalah suatu kepekaan bakteri terhadap suatu antibiotik atau obat-

obatan lainnya

C. FAKTOR FARMAKOLOGI

Faktor farmakologi adalah suatu faktor yang membahas tentang obat, efektivitas

obat, farmakodinamik obat, dan farmakokinetikk obat. Adapun indikator-indikator

yang diteliti adalah sebagai berikut:

a. Antibiotika X

Antibiotika X pada penelitian ini adalah obat yang dijadikan

sebagai pembanding oleh kloramphenikol sehingga penelitian bisa

Page 12: Proposal Kelompok 7

dijalankan

b.Antibiotika Y

Antibiotika Y pada penelitian ini sama dengan antibiotika X, dia

dijadikan sebagai pembanding dengan kloramphenikol

c. Kloramphenikol

Kloramphenikol adalah suatu antibiotik lini pertama pada kasus

tifoid.

1.7 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian.Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional, di mana data menyangkut variable bebas atau resiko dan variable terikat atau akibat akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan.

Sasaran, waktu dan lokasi penelitian.Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah pasien demam tifoid yang diobati dengan kloramfenikol ataupun antibiotic lain (x). Rencana dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah 1 bulan. Penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Umum UKI,Cawang,Jakarta Timur.

Populasi dan sample.a. Populasi merupakan keseluruhan subyek sebagai sumber data yang memiliki

ciri-ciri atau karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Karakteristik dalam penelitian ini adalah A. Pasien yang diobati dengan kloramfenikol, B. Pasien yang diobati dengan antibiotic X, C. Pasien yang tidak diobati dengan kloramfenikol atau antibiotic X. Berdasarkan karakteristik tersebut maka jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

Tabel 1.1Pasien Demam Tifoid Di Rumah Sakit Umum UKI

NO. JENIS OBAT POPULASI1 A 102 B 103 C 10

TOTAL 30

b. Sample adalah untuk menentukan besarnya sample, peneliti akan menggunakan rumus jumlah sampel dengan estimasi proporsi. Dengan tingkat kesalahan 5 %. Dengan rumus :

Page 13: Proposal Kelompok 7

Keterangan : n = besar sample minimumZ 1-a/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1,96)P = Proporsi suatu kasus terhadap populasi, bila tidak diketahui

ditetapkan 50% (0,50)d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10%

(0,10), 5% (0,05), 1% (0,01)

Rumus : n = Z 1-a/2 . P(1-P) d

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh sample sebesar 30. Untuk menentukan sample pada masing-masing kelas, peneliti menggunakan presentase yang lebih lengkap yang dapat dilihat dalam table berikut :

NO. JENIS OBAT POPULASI SAMPLE1 A 10 102 B 10 103 C 10 10

TOTAL 30 30

Tehnik sampling yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling. Tehnik ini tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi hanya berdasarkan sisi kepraktisan belaka. Kemudian untuk penentuan sample yang digunakan adalah tehnik purposive sampling. Tehnik ini sangat cocok untuk study kasus atau case study.

Cara pengumpulan data :Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pengobatan demam tifoid, maka peneliti akan menggunakan tehnik langsung yang berupa observasi dan kuesioner, karena peneliti merasa data yang akan dikumpulkan lebih akurat bila kita mengamati sendiri apa yang terjadi di lapangan tersebut.

Instrumen PenelitianDalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrument yaitu berupa kuesioner untuk mendapatkan hasil yang akurat. Adapun contoh kuesionernya yaitu :

Page 14: Proposal Kelompok 7

Apakah anda minum obatnya teratur ?a. Ya b. Tidak c. Lupa

Berapa kalikah anda minum obat dalam 1 hari ?a. 2 b. 3 c. 4

Apa yang anda rasakan setelah minum obat ini ?a. Membaik b. sama saja c. memburuk

Rencana Pengelolaan dan Analisis Data.

Pertama, kita akan melakukan penyusunan dan klasifikasi data. Kedua, melakukan pengolahan data yang terdiri atas 4 tahap :

a. Editing : hasil kuesioner atau pengamatan akan dilakukan penyuntingan.

b. Coding : menyusun hasil kuesioner dalam bentuk data angka.c. Data entry : memasukkan data dalam program computer.d. Pembersihan data : melihat ada tidaknya kemungkinan kesalahan-kesalahan

kode, ketidaklengkapan, atau dsb. Lalu dilakukan koreksi.

Ketiga, melakukan analisis data yang terdiri atas 5 tahap, yaitu :a. Analisis Univariate : menjelaskan atau mendeskripsikan setiap

karakteristik variable penelitian.b. Analisis Bevariate : untuk menduga apakah ada hubungan antar 2

variabel atau tidak.c. Analisis Multivariate: untuk mengetahui hubungan lebih dari 1 variabel

independent dan dependent.d. Pengujian Hipotesis : untuk menguji hipotesis dalam penelitian kualitatif apakah

sesuai atau tidak.e. Penafsiran dan penyimpulan : dilakukan hanya untuk mencari pengertian

terhadap hasi pengolahan data dan hasil dari proses berpikir serta pembuktian hipotesis.

1.8JADWAL KEGIATAN

Page 15: Proposal Kelompok 7

Kegunaan Bulan ke1 2 3 4 5 6

1. Penyusunan proposal2. Penyusunan instrumen3. Persiapan lapangan4. Uji coba instrumen5. Pengumpulan data6. Pengolahan data7. Analisis data8. Penyusunan laporan

xxxx

xxxx

xxxxx

1.9 ORGANISASI

KETUA : Toby Hadinata Wiranegara (1061050015) SEKRETARIS : Aldens Magdalena Tualaka (1061050160) ANGGOTA :

- Stephanie Talilah (1061050001) - Reinaldi Octabiano (1061050034) - Paula Ameta Karina (1061050061) - Lusitania Ayu Widyastuti (1061050062) - I Gede Bungas Arisudana (1061050067) - Mikha Tiar Ida (1061050077) - Handini Rahmi Dewi (1061050128) - Angeline Patricia (1061050138) - Dina Astri Permatasari (1061050163) - Damar Nirwan Alby (1061050172)

1.10 DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Proposal Kelompok 7

Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: Interna Publishing.2009.

Gunawan. Sulistia Gan, Rianto Setidabudy, Nafrialdi, Elysabeth.Farmakologi dan Terapi Edisi 5.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.2009.

Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:PT RINEKA CIPTA.2010.

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4.Jakarta: CV Sagung Seto.2011.


Top Related