dx prosto lap

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi ‘ADA’ (American Dental Association), prostodonsi adalah ilmu dan seni pembuatan suatu penggantian yang padan (sesuai) bagi hilangnya bagian koronal gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar supaya fungsi, penampilan, rasa nyaman dan kesehatan yang terganggu karenanya, dapat dipulihkan. Istilah ini sangat luas artinya dan dapat digunakan untuk semua bagian restorative dalam ilmu kedokteran gigi.Dalam hal ini, alat tiruannya sendiri disebut Geligi Tiruan (atau protesa, protesis, restorasi).Jadi dapat dikatakan bahwa gigi tiruan adalah protesa yang menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya. Gigi mempunyai banyak fungsi, di antaranya untuk mengunyah makanan, selain untuk mengunyah, terutama gigi depan untuk keindahan atau estetika dan agar dapat berbicara dengan jelas atau fungsi fonetik. Jika seseorang kehilangan gigi karena tanggal atau dicabut, maka seseorang itu harus memasang gigi palsu untuk mengembalikan fungsi pengunyahan. Dan seiringbertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang.Jika seseorang kehilangan gigi, alternatifnya adalah dengan memasang gigi palsu atau gigi tiruan. 1

Upload: ega-sofianna

Post on 01-Jan-2016

208 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dx Prosto Lap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut definisi ‘ADA’ (American Dental Association), prostodonsi adalah ilmu dan

seni pembuatan suatu penggantian yang padan (sesuai) bagi hilangnya bagian koronal gigi,

satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar supaya fungsi, penampilan,

rasa nyaman dan kesehatan yang terganggu karenanya, dapat dipulihkan. Istilah ini sangat

luas artinya dan dapat digunakan untuk semua bagian restorative dalam ilmu kedokteran

gigi.Dalam hal ini, alat tiruannya sendiri disebut Geligi Tiruan (atau protesa, protesis,

restorasi).Jadi dapat dikatakan bahwa gigi tiruan adalah protesa yang menggantikan gigi yang

hilang serta jaringan sekitarnya.

Gigi mempunyai banyak fungsi, di antaranya untuk mengunyah makanan, selain

untuk mengunyah, terutama gigi depan untuk keindahan atau estetika dan agar dapat

berbicara dengan jelas atau fungsi fonetik. Jika seseorang kehilangan gigi karena tanggal atau

dicabut, maka seseorang itu harus memasang gigi palsu untuk mengembalikan fungsi

pengunyahan.

Dan seiringbertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang untuk

kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi

mempunyai banyak peran pada seseorang.Jika seseorang kehilangan gigi, alternatifnya adalah

dengan memasang gigi palsu atau gigi tiruan.

Terdapat dua macam tipe gigi tiruan yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat.

Gigi tiruan lepasan dibagi lagi menjadi gigi tiruan lengkap lepasan dan gigi tiruan sebagian

lepasan.Gigi tiruan sebagian lepasan yaitu geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih,

tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan

dibawahnya, serta dapat keluar-masukkan ke dalam mulut oleh pemakainya.Sedangkan gigi

tiruan lengkap lepasan, dibuat suatu restorasi bila satu atau kedua lengkung rahang sudah

tidak ada giginya.Gigi tiruan cekat merupakan gigi tiruan yang menyangkut penggantian

dan perbaikan geligi dengan suatu penggantian tiruan yang tidak dapat dilepas-lepas dari

tempatnya oleh si pemakai.Untuk membuat gigi tiruan harus didahului dengan proses

pencetakan gigi. Apabila sudah melalui proses pencetakan, maka maksimal 1-2 minggu gigi

palsu yang sudah selesai dibuat harus segera dipasang. Letak gigi tiap hari

1

Page 2: Dx Prosto Lap

bergeser.Pemasangan gigi ini tergantung pada kasusnya.Gigi palsu cekat, biasanya hanya

untuk beberapa gigi yang hilang dan dilekatkan pada gigi-gigi yang membatasi daerah yang

ompong. Cara perawatan gigi tiruan cekat sama seperti gigi biasa, harus disikat dengan benar.

Selain menggunakan sikat gigi, sebaiknya disertai dengan dental floss dan obat kumur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiman cara menganamnesa pasien prostodonsia secara tepat?

2. Bagaimana pemeriksaan klinis pasien prostodonsia?

3. Bagaimana rencana perawatan pada pasien prostodonsia?

1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan cara menganamnesa pasien prostodonsia secara tepat.

2. Mampu menjelaskan pemeriksaan klinis pasien prostodonsia.

3. Mampu menjelaskan rencana perawatan pada pasien prostodonsia.

2

Page 3: Dx Prosto Lap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian dari pada gigi asli

yang hilang dan dapat dilepas sendiri oleh sang pasien dari mulutnya. Menurut Glossary of

Prosthodontics (1999) gigi tiruan sebagian adalah bagian prostodonsia yang menggantikan

satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau

kombinasi gigi-mukosa yang dipasang dan dilepas oleh pasien.

Dalam bidang Kedokteran Gigi bagian seni dan ilmu yang berseangkutan dengan

pekerjaan memperbaiki serta mempertahankan fungsi mulut dengan suatu penggantian tiruan

bagi satu atau lebih gigi yang hilang serta jaringan di sekitarnya, termasuk jaringan orofasial,

dinamakan prostodontia atau prostodonti. (Aryanto, 1991:12)

Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian adalah :

1. Migrasi dan Rotasi Gigi

Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan

pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi

yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan

mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit

dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat. (Aryanto, 1991:31)

2. Erupsi berlebih

Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi

berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan

tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka

struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila

terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan

menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan

lengkap. (Aryanto, 1991:31)

3. Penurunan Efisiensi Kunyah

Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan

merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang dietnya

cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada masa kini

banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan

saja. (Aryanto, 1991:31)

3

Page 4: Dx Prosto Lap

4. Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure),

hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan

gangguan pada struktur sendi rahang. (Aryanto, 1991:32)

5. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung

Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih

ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan

berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama kelamaan

gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut. (Aryanto, 1991:32)

6. Kelainan bicara

Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan

bicara, karerna gigi – khususnya yang depan – termasukbagian organ fonetik.

(Aryanto, 1991:32)

7. Memburuknya Penampilan

Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan megurangi

daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern. (Aryanto,

1991:32)

8. Terganggunya Kebersihan Mulut

Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan

tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya.Adanya ruang

interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi

makanan.Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi

plak.Tahap berikutnya terjadi karies gigi.Pada tahap berikut terjadinya karies gigi

dapat meningkat. (Aryanto, 1991:32)

9. Atrisi

Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima

beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi

terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga dalam jangka

waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat keadaan

gigi beroklusi sentrik. (Aryanto, 1991:32)

10. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut

Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan

lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran

adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali

4

Page 5: Dx Prosto Lap

jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian

geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.

Tujuan Pemakaian Gigi Tiruan :

Fungsi Geligi tiruan

Dengan maksud menghindari akibat-akibat yang tidak diinginkan seperti tersebut di

atas, biasanya dibuat gigi tiruan sebagai pengganti gigi yang sudah hilang, antara lain sebagi

berikut:

1. Pemulihan Fungsi Estetik

Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya

karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan,

warna maupun berjejalnya gigi geligi.Nampaknya banyak sekali pasien yang

dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun,

sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu.

Mereka yang kehilangan gigi depan, biasanya memperlihatkan wajah

dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajah menjadi depresi pada dasar hidung

dan dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu, timbul garis yang berjalan

dari lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia penderita.

Akibatnya, sulcus labio-nasalis menjadi lebih dalam.

Hilangnya gigi depan dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal,

ruda paksa (trauma) atau gigi yang mengalami malposisi dan karenanya dicabut.

Pada anak-anak, kehilangan gigi depan sering terjadi karena kecelakaan, dengan

akibat dicabutnya gigi tadi. Kehilangan gigi seperti ini kemudian

mengakibatkan migrasi gigi tetangga ke arah gigi yang hilang. Pada usia

muda, gigi depan biasanya hilang karena kecelakaan atau karies. Bila karies

sebagai penyebab maka penderita itu tidak menjaga kesehatan mulutnnya dengan

baik. Gigi depan juga hilang karena perawatan saraf, penambalan atau pembuatan

mahkota tiruan. Pada usia tua, kehilangan gigi depan lebih banyak disebabkan

oleh penyakit periodontal.

Penderita dengan gigi depan malposisi, protrusif atau berjejal dan tak

dapat diperbaiki dengan perawatan ortodontik, tetapi tetap ingin memperbaiki

penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruan imidiat yang

dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi. (Aryanto, 1991:33)

5

Page 6: Dx Prosto Lap

2. Peningkatan Fungsi Bicara

Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis,

yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah,

bibir, vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap

dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara penderita, misalnya

pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat

timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan

dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu

kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi

lawan bicaranya. (Aryanto, 1991:35)

3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan

Sudah menjadi pendapat umum bahwa makanan haruslah dikunyah

terlebih dahulu, supaya pencernaan berlangsug dengan baik. Sebaliknya,

pencernaan yang tidak sempurna dapat menyebabkan kemunduran kesehaatan

secara keseluruhan.

Bila demikian halnya, lalu timbul pertanyaan: “Apa gunanya geligi

tiruan?” Jawaban yang dijumpai dalam banyak kasus, ternyata menunjukkan

betapa bermanfaatnya geligi tiruan dalam membantu pengunyahan.

Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya

mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi pada kedua rahang,

tetapi pada sisi sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin

oleh geligi asli pada sisi lainnya. Dalam hal ini, tekanan kunyah akan dipikul satu

sisi atau bagian saja. Setelah pasien memakai protesa, ternyata ia merasakan

perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan

secara lebih merata keseluruh bagian jaringan pendukung.Dengan demikian

protesa ini berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah.

(Aryanto, 1991:37)

4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal

Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek

yang timbul karena kehilangan gigi. (Aryanto, 1991:38)

5. Pencegahan Migrasi Gigi

Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak

memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya

menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengandemikian terbukalah kesempatan

6

Page 7: Dx Prosto Lap

makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal

ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal serta dekalsifikasi

permukaan proksimal gigi.

Membiarkan ruang bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula

terjadinya overerupsi gigi antagonis dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini

sudah demikian hebat sehingga menyentuh tulang alveolar pada rahang lawanya,

maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan protesa di kemudian hari. (Aryanto,

1991:38)

6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah

Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban

oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi

periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya

gigi jadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila

perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan menyebabkan

abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau merusak restorasi yang

dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu

lama. Overerupsi gigi pada

keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature

atau interferensi oklusal. Pola kunyah jdi berubah, karena pasien berusaha

menghindari kontak premature ini. Walaupun bebanoklusal sekarang berkurang.

Perubahan pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah. (Aryanto,

1991:39)

Macam dari Gigi Tiruan

Didalam bidang kedokteran gigi istilah gigi tiruan atau dental prosthetis

meliputi :

I. Gigi tiruan sebagian lepasan atau partial denture

Pembagian gigi tiruan sebagian lepasan

1. Berdasarkan bahan yang dipakai :

a. Vulcanite denture, gigi tiruan yang dibuat dari vukanit

b. Acrylic denture, gigi tiruan yang dibuat dari akrilik

c. Frame denture, gigi tiruan yang dibuat dari logam

2. Berdasarkan lepasan :

a. Removable partil denture, gigi tiruan sebagian lepasan

b. Fixen denture/bridge, gigi tiruan jembatan

7

Page 8: Dx Prosto Lap

3. Berdasarkan saat pemasangan :

a. Convesional, gigi tiruan yang dipasang setelah gigi hilang

b. Immediate, gigi tiruan yang dipasang segera setelah gigi hilang atau dicabut

4. Berdasarkan jaringan pendukung :

a. Tooth borne, didukung oleh gigi

b. Mucosa/tissue borne, didukung oleh mukosa

c. Mucosa and tooth, didukung oleh gigi dan mukosa

5. Berdasarkan letak daerah tak bergigi :

a. Anterior tooth supported case

b. All tooth supported case

c. Free and supported case

6. Berdasarkan pemakaian wing bagian bukal/labial atau tidak :

a. Open face, gigi tiruan sebagian yang dibuat tanpa gusi tiruan labial, gigi tiruan

tersebut dibuat apabila :

a. Keadaan prosessus alveolaris masih baik

b. Biasanya pada gigi anterior

c. Pasien mempunyai lebar mulut terlalu lebar

b. Close face, gigi tiruan sebagian yang dibuat dengan gusi tiruan bagian labial, gigi

tiruan tersebut dibuat apabila :

a. Prosessus alveolaris telah mengalami absorbsi

b. Perbaikan profil

II. Gigi tiruan cekat atau fixed denture

Pembagian gigi tiruan cekat/pemanen

a. Mahkota jaket(crown), gigi tiruan untuk merestorasi struktur gigi yang rusak dengan

cara membungkusnya.

b. Mahkota jembatan(bridge), gigi tiruan untuk mengganti gigi yang hilang dengan

membungkus gigi tetangga.

c. Veneer non-direct, untuk merestorasi sebagian permukaan gigi yang rusak.

Bahan gigi tiruan permanen meliputi logam, emas, akrilik, dan porselen.

a. Logam dan emas

Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai kekuatan

yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun, keuntungan yang

8

Page 9: Dx Prosto Lap

lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat. Tetapi gigi tiruan dari

bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi asli.

b. Akrilik

Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket sementara

(menunggu mahkota jaket permanen).Bahan akrilik biasanya dikombinasikan dengan

logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan beban kunyah.Kelebihan dari

bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, namun mudah berubah

warnanya.

c. Porselen

Bahan porselen adalah bahan yang paling popular saat ini.Kelebihannya

adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya mengkilap.Bahan

porselen sulit dibedakan dengan gigi asli.Kekuatannya lebih tinggi daripada bahan

akrilik, tetapi tidak sekuat logam.Kekurangan dari bahan porselen bersifat

rapuhsehingga tidak dapat diasah dan tidak dapatdiletakkan pada permukaan kunyah

gigi belakang.( drg. Donna pratiwi, Sp. Prosto; 2007)

III. Gigi tiruan lengkap atau full denture

IV. Implant

Dampak dari pemakaian gigi tiruan:

Dari berbagai penelitian yang selama ini dilakukan, ternyata pemasangan

geligi tiruan semacam ini, bila dilakukan tidak hati-hati dan desain kurang sempurna dapat

pula mengakibatkan kerusakan jaringan-jaringan organ pengunyahan. Demikian merisaukan

hal ini, sehingga ada suatu pomeo yang berbunyi : “a partial denture is a device for losing

one theet slowly, painfully and expensively”. (Aryanto, 1991:41)

1. Peningkatan Akumulasi Plak

Banyak hasil penelitian yang mengungkapkan hubungan pemakaian

protesa sebagian dengan meningkatnya akumulasi plak dalam segi kualitas, tetapi

yang pasti dalam segi kuantitas.Akumulasi ini tidak hanya terjadi disekitar gigi-

gigi disekitar protesa, tetapi juga pada geligi antagonisnya, kecuali pada pasien

yang telah mengikuti intruksi pemeliharaan kebersihan mulut dengan betul.

Sudah dipahami bahwa penimbunan plak yang dibiarkan akan

menyebabkan inflamasi, yang pada tahap lanjut menyebabkan periodontitis

kronis. Dengan sendirinya perlekatan periodontal akan cepat rusak, timbul poket

dan akhirnya reasorbi tulang alveolar berlebih. (Aryanto, 1991:40)

9

Page 10: Dx Prosto Lap

2. Trauma Langsung

Mukosa mulut amat renatan terhadap traumalangsung yang diterimanya

dari komponen protesa. Bar lingual yang diletakkan terlalu dekat pada tepi

gingival, cengkraman kontinu yang kurang mendapat dukungan gigi, terbenamnya

protesa pada gusi, merupakan beberapa contohyang sering dijumpai. Demikian

pula, lengan cengkram yang terlalu menekan email gigi.Sehingga seolah-olah

sengaja dikikis.(Aryanto, 1991:40)

3. Penyaluran Gaya Kunyah

Gaya-gaya fungsional disalurkan oleh protesa ke jaringan yang berkontak

dan berada dibawahnya. Pada geligi tiruan dukungan gigi, hampir seluruh gaya ini

diteruskan ke tulang alveolar melalui ligament periodontal. Mengingat

karakteristik serat-serat ini, sebaiknya selalu diusahakan agar semua gaya bersifat

renggang (tensile) dan disebarkan seluas mungkin yang dapat menerimanya.

Masalahnya menjadi lebih sulit pada geligi tiruan dukungan jaringan atau

kombinasi, sebab dalam hal ini gaya-gaya lebih bersifat kompresif dan permukaan

yang dapat menahannya relatif kurang luas.(Aryanto, 1991:40)

4. Permukaan Oklusal

Pada geligi tiruan sebagian lepasan yang permukaan oklusalnya tidak

didisain dengan betul, gerak penutupan rahang mungkin terhalang oleh adanya

kontak oklusi premature. (Aryanto, 1991:41)

Hal ini dapat mengakibatkan:

1. Kerusakan pada gigi atau jaringan periodontalnya, bila kontak premature itu

mengenai gigi tadi atau jaringan periodontalnya.

2. Terjadinya peradangan mukosa dan resorbsi tulang di bawahnya, bila kontak

premature diterima oleh sadel protesa

3. Disfungsi otot kunyah dan wajah, bila pasien berusaha menghindari kontak,

dengan cara mengubah pola gerak kunyahnya.

10

Page 11: Dx Prosto Lap

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Anamnesis

Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan

ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic/dental.Melalui

anamnesis, dokter harus berusaha mengetahui sebanyak mungkin data fisik maupun

psikologik pasien.Mengenai pola psikologik ini, dikenal beberapa macam klasifikasi, tetapi

yang banyak dipakai adalah yang dikemukakan M.M. House (1937).Ia membagi orang dalam

empat kelompok watak berikut ini.

Philosophical Mind

Sifat orang yang termasuk kelompok ini biasanya rasional, tenng dan seimbang.Ia

berkeyakinan penuh akan kemampuan dokter giginya. Prinsipnya adalah: “Buatkan untuk

saya, dan saya akan memakainya!”.Prognosis untuk penderita semacam ini naik dan hanya

membutuhkan sedikit saja perlakuan khusus.Untunglah bahwa sebagian besar pasien

termasuk dalam kelompok ini.

Exacting or Critical Mind

Hidup orang-orang dari kelompok ini serba teratur, terlalu hati-hati, ingin segala

sesuatu secara tepat dan kadang-kadang kesehatannya jelek. Untuk segi estetik dan fungsi

protesa yang akan dipakainya, golongan ini mengharap terlalu banyak. Mereka sukar

menerima pendapat atau nasihat, bahkan mungkin ingin turut mengatur perawatan; tidak

mustahil pula ia minta suatu jaminan tertulis!

Untuk kelompok ini prognosis bias baik bila tendensi ingin sempurna dan sikap

kritisnya sepadan dengan pengertian dan kecerdasannya. Bagi pasien semacam ini, dokter

gigi harus mampu menunjukkan bahwa ia memang punya kemampuan merawat dengan

cermat dan tepat. Orang-orang kritis ini amat peka terhadap hal-hal yang menurut

keyakinannya tidak baik, bahkan untuk hal-hal yang sepele sekalipun.

Hysterical Mind

Sikap dan tingkah laku kelompok pasien ini biasanya gugup, selain tidak

memperdulikan kesehatan mulutnya sendiri.Pada umumnya pengambilan keputusannya

11

Page 12: Dx Prosto Lap

relative meragukan.Selain tidak kooperatif, mereka juga sulit menerima alas an. Dalam hal

ini, sekali lagi pribadi dan kemmpuan dokter gigi dalam meyakinkan pasien yang dirawatnya

amat berperan.Untuk kasus-kasus seperti ini, sukses hanyalah sesuatu yang relative, karena si

penderita selalu cenderung mengeluh dan mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya.

Indifferent Mind

Penderita yang masuk kelompok ini tidak perduli dengan penampilan dirinya dan

tidak merasakan pentingnya masalah mastikasi.Mereka tidak ulet dan biasanya tidak mau

merepotkan dirinya sendiri dalam membiasakan pemakaian protesa.Upaya dokter gigi yang

merawatnya juga kurang dihargainya.Dietnya biasanya buruk, mungkin peminum dan kalau

mau berobat, aering kali karena bujukan relasi atau kawannya.Prognosis perawatan biasanya

tidak menguntungkan, kecuali bila penerangan dan instruksi kepadanya berhasil.(A. Gunadi,

1991: 44)

Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis:

1. Auto anamnesis, cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien.

2. Allo anamnesis, keadaan dimana cerita mengenai panyakit ini tidak disampaikan oleh

pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain. Keadaan seperti ini

dijumpai seperti pada pasien bisu, kesulitan bahasa, penderita yang mengalami

kecelakaan atau pada anak-anak kecil.

Dari segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal dua tipe:

1) Anamnesis pasif, pasien sendiri yang menceritakan keadaan kepada si pemeriksa.

2) Anamnesis aktif, penderita perlu dibantu dengan pertanyaan-pertanyaan dalam

menyampaikan ceritanya.

Pada saat anamnesis, biasanya ditanyakan hal-hal berikut:

a) Nama Penderita.Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari

yang lainnya, disamping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting,

karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang

Eropa (ras Kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan Asia (ras Mongoloid)

cembung.

b) Alamat.Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi

sesuatu yang tidak diharapkan, umpamnya kekliruan pemberian obat. Pemanggilan

12

Page 13: Dx Prosto Lap

kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu

kita mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula

diketahui status sosialnya.

c) Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan social ekonominya juga

dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar

tuntutannya terhadap factor estetik.

d) Jenis Kelamin. Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang

berlaku untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini sebaiknya

diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan factor estetik

disbanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka

menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa

enak/nyaman, disamping factor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.

Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak lengkungan/bulatannya,

disbanding ria yang member kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan

penderita wanita dalam masa menopause membutuhkan pertimbangan lebih

teliti.Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa seperti

terbakar.

e) Usia. Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi

bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan

mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang mahkota

klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.

Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi

disbanding penderita usia lanjut. Pada penderita usia lebih dari empat puluh tahun,

adaptasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia enampuluhan.

f) Pencabutan Terakhir Gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir

perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal

sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara pencabutan

terakhir dengan saat dimulainya pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil

perawatan.

g) Pengalaman Memakai Geligi Tiruan. Seorang penderita yang pernah memakai geligi

tiruan sudah mempunyai pengalaman, sehingga adaptasinya terhadap geligi tiruan

baru akan lebih mudah dan cepat. Ia juga sudah mengalami prosedur pembuatannya.

Sebaliknya, penderita semacam ini juga sering membanding-bandingkan protesa

barunya dengan yang pernah dipakai sebelumnya.

13

Page 14: Dx Prosto Lap

Mereka yang belum pernah memakai geligi tiruan, biasanya membutuhkan masa

adatasi lebih panjang karena kesulitannya menyesuaikan diri.Kelompok ini belum

berpengalaman dalam prsedur pembuatan protesa; seperti pada waktu pencetakan,

penentuan gigitan, maupun pada saat awal pemakaian, yang sering kali menimbulkan

rasa sakit.Itulah sebabnya penerangan yang diberikan kepada penderita sebelum

pembuatan geligi tiruan dilaksanakan menjadi penting sekali.

h) Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan. Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan

pembuatan geligi tiruannya, apakah dia lebih mementingkan pemenuhan factor estetik

atau fungsional. Biasanya konstruksi disesuaikan dengan kebutuhan penderita.

i) Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan buruk

dsb. Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan tanpa suatu pengamatan yang

intensif. (Lusiana K Burhan, 1991: 106)

3.2 Pemeriksaan Klinis

3.2.1 Pemeriksaan Status Umum

Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang

berada dalam perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang

diminum. Hal ini perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat

mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, umpamnya diabetes mellitus,

penyakit kardiovaskular, tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol, dsb.

1. Diabetes Mellitus

Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah

menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan

mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan

hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal.Infeksi

monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang

khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol.Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama

dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-

gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan.Hal pertama yang harus

dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan mulut.

14

Page 15: Dx Prosto Lap

Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat

dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut.Pertama, hindari tindakan

pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan.Gunakan bahan cetak yang bisa

mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan,

serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan

dukungan.Lalu, susunlah oklusi yang harmonis.Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air

liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat.Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya

pemeliharaan kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam

bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan kesehatan

mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110).

2. Penyakit Kardiovaskular

Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi.Hindari pemakaian

anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini dapat

mempengaruhi tekanan darah.

3. Depresi Mental

Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai

efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya

retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu

sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.

Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara

realistic.Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/

remaja serta mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa

yang akan dibuat.

4. Anemia

Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat.Untuk

kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol (cusp).

5. Alkoholisme

Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan, pecandu alcohol biasanya

mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alcohol,

tremor, mata dan kulit pada bagian tengah wajah memerah, gugup, dan kurus.

15

Page 16: Dx Prosto Lap

Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik menuntut pemenuhan faktor

estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama

dengan penderita ini dapat dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal

ini gagal, bisa membawa akibat yang buruk.

Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari sampai

kebutuhan ini sudah begitu mendesak, supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk jangka

waktu cukup panjang.Di samping semua problem di atas, seorang penderita alkoholik

cenderung mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh atau

kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi

6. Riwayat alergi atau hipersensitivitas

7. Riwayat penyakit umum (sedang berada dalam perawatan dokter atau konsumsi

obat)

8. Arteriosclerosis

Secara klinis penyakit ini dapat terjadi dalam banyak cara (angina pectoris, infark

jantung, hipertensi, dan gagal jantung kongestive). Pada pasien dengan penyakit ini sering

berkurangnya keahlian motorik dan bisa terjadi kebingungan dan pikiran kosong sehingga

sukar untuk dirawat.Arterial hipertensi sering dirawat dengan obat anti hipertensi yang efek

sampinganya dapat mengurangi laju saliva.Pasien penyakit symptomatik arteriosclerotik

vascular, perawatan prostodontik tidak boleh tanpa adanya konsultasi terlebih dahulu dengan

dokter umum.

9. Endocarditis

Penyakit ini biasanya disebabkan oleh dua kondisi predisposisi:

1. suatu peningkatan kerusakan kardiak

2. penurunan daya immunocompeten

Pada pasien ini harus diberikan antibiotik profilaksis yang dikombinasikan dengan

intervensi yang dapat menimbulkan bakteremia sebagai suatu pencegahan (pengoptimalan

OH).

10. Respiratory Disorder

16

Page 17: Dx Prosto Lap

Sebagai contoh, asma atau bronchitis secara khusus memilki pernapasan yang

hiperaktive, sesak napas, dyspenea dan batuk. Pasien i ni harus selalu dirawat dengan posisi

duduk  yang tegak pada dental chair. Hal ini penting bagi pasien agar terhindar dari

semprotan  air dan partikel girborne seperti resin komposit saat penempatan gigi tiruan

penuh.

3.2.2 Pemeriksaan Status Lokal

1. Kepala

Cara pemeriksaan kepala dilakukan dengan meminta pasien duduk tegak, kemudian

dilihat dari arah belakang atas.Perhatikan bentuk kepala sampai batas Trichion. Dikenal

macam-macam bentuk kepala, yaitu Persegi (square), Lonjong (oval) dan Lancip (tapering).

2. Muka

Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagittal) merupakan indikasi

hubungan rahang atas dan bawah.Dikenal tiga macam profil muka, yaitu lurus (straight),

cembung (convex) dan cekung (concave). Bentuk profil ini perlu diketahui untuk

penyesuaian bentuk labial gigi depan dilihat arah proksimal.

Cara pemeriksaan profil wajah dilakukan sebagai berikut: ambillah tiga buah titik

pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung dan puncak dagu. Bila ketiga

titik ini berada pada satu garis lurus, maka profil disebut lurus. Bila titik-titik pada glabella

dan puncak dagu berada lebih ke depan daripada titik pada dasar hidung, profil menjadi

cekung. Profil cembung tetjadi dalam hal sebaliknya.

3. Mata

Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata

memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetri atau tidak. Selnjutnya, bila

bla mata penderita dapat mengikuti gerakan sebuah instrument yang kita gerakkan ke segala

arah, hal ini disebut movable in all direction.Bila hal ini tidak terlaksana, keadaan ini disebut

unmovable in all direction.

Guna mata dalam pemeriksaan untuk menentukan:

a) Garis inter pupil, untuk menentukan tinggi gigit secara Sorenson dan kesejajaran

galengan gigit rahang ataas bagian anterior.

b) Bidang horizontal frrankfrut (FHP), melalui titik-titik infra-orbita dan tragus. Bidang

ini untuk proses pencetakan rahang drngan bahan cetak yang cair.

c) Garis tragus-canthus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang terletak lebih

kurang setengah inchi didepan tragus pada garis ini.

17

Page 18: Dx Prosto Lap

d) Garis tengah wajah penderita

4. Hidung

Cara : kaca mulut nomer 3 diletakkan didepan hidung pasien,jika kaca buram,berarti

pasien bernafas menggunakan hidung.

5. Telinga

Cara : pasien didudukkan tegak,lalu operator melihat simetri atau tidak telinganya.

6. Bibir

Manfaat : untuk menentukan panjang atau tinggi galengan gigit RA dan unruk menentukan ukuran atau lebar gigi depan atas.

Cara : pasien didudukkan tegak,lalu operator melihat tebal atau tipis kah bibir pasien

7. Kelenjar getah bening

Yang diperiksa adalah kelenjar submandibularis dan kelenjar submaksilaris.

Cara : pasien duduk dengan posisi kepala agak menunduk dan kedua jari-jari dari kedua tangan meraba bagian leher atas.

a. Normal : kelenjar hamper tidak terabab. Peradangan : bangkak dan sakitc. Peradangan akut : perabaan lunak dan sakitd. Peradangan kronis dan terdapat neoplasma : perabaan keras dan tidak sakite. Peradangan kronis dengan ekserbasi akut : perabaan keras dan sakit

8. Sendi rahang / TMJ

Untuk mengetahui adanya pergerakan seperti clicking ataupun crepitasi.Kelainan pada sendi rahang sering terjadi karena tidak sesuainya dimensi vertical, interfensi oklusal, disfungsi karena perubahan neuromuscular otot-otot yang terkait, atau perubahan-perubahan artririk dalam sendi sendiri.

3.2.3 Dalam Mulut (intra Oral)a) Keadaan Umum

Kebersihan Mulut (Oral Hygiene)Pemeriksaan meliputi adanya kalkulus, debris, plak, stai, dan halitosis.Kebersihan

mulut yang buruk menyebabkan timbulnya berbagai penyakit periodontal, karena itu perawatan periodontal sebaiknya mendahului perawatan prostodontik.Berdasarkan adanya kalkulus, halitosis dsb tadi, oral hygiene ditetapkan sebagai baik, sedang dan buruk.

Mukosa Mulut Adanya kelainan, iritasi atau keadaan patologik pada jaringan mukosa mulut

sebaiknya diperiksa dengan seksama. Frekuensi Karies

18

Page 19: Dx Prosto Lap

Setiap gigi yang masih ada, diteliti keadaannya. Tinggi rendahnya frekuensi karies mempengaruhi pemilihan desain geligi tiruan yang akan dibuat.

b) Oklusi

Hubungan gigi-gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutroklusi dan distoklusi.Hubungan gigi 6 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila tonjol mesiobukal gigi 6 atas terletak pada groove bukal gigi 6 bawah.Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila tonjol gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak dengan lereng distal dari tonjol gigi 3 bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal gigi 4 bawah.

Hubungan gigi-gigi depan dapat berupa:

Dalam arah horizontal: normal, edge to edge atau cross bite Dalam arah vertical: open bite, deep bite atau step bite

c) Artikulasi

Diperiksa untuk mengetahui adanya hambatan. Saranya dengan meminta pasien untuk oklusi, kemudian rahang diartikulasikan ke kiri dan kanan, serta ke depan dan belakang. Jika ada gigi yang tidak kontak, berarti ada gigi yang mengalami hambatan.

d) Vestibulum

Dalam atau dangkalnya vestibulum mempengaruhi retensi dan stabilisasi geligi

tiruan.Pemeriksaan vestibulum dilakukan dengan kaca mulut nomor tiga dan disebut dalam

bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya.Vestibulum sedang dijumpai bila kaca mulut

terbenam setengahnya dan menjadi dangkal bila bagian kaca yang terbenam kurang dari

setengahnya.Pemeriksaan dilakukan pada regio posterior dan anterior, terutama pada bagian

yang tak bergigi.Pengukuran dimulai dari dasar fornix sampai puncak ridge, sedangkan pada

daerah yang masih ada giginya, dasar fornix sampai ke tepi gingival.

e) Tuber Maksilaris

Tuber mempunyai perananpenting dalam memberikan retensi kepada suatu geligi

tiruan. Dengan sebuah kaca mulut nomer 3, yang diletakkan tegak lurus pada bagian

vestibulum, diamati :

- Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, hal ini dikatakan memiliki tuber

yang dalam.

- Bila kaca mulut yang terbenam hanya setengahnya maka dikatakan kedalaman tuber

sedang.

- Tuber dapat dikatakan rendah bila kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya.

19

Page 20: Dx Prosto Lap

Tuber maksilaris kadang- kadang sedemikian besarnya sehingga merupakan gerong

yang sama sekali tidak menguntungkan. Bila kecil gangguan ini dapat diatasi dengan

mengubah- ubah arah pemasangan protesa atau dengan pembuatan rilif. Sebaliknya, pada

tuber yang besar dan bilateral biasanya suatu koreksi dengan tindakan bedah menjadi pilihan.

Kadang- kadang tindakan bedah ini cukup dilakukan hanya pada satu sisi saja.

f) Exostosis

Merupakan tonjolan tulang yang tajam pada prosesus alveolaris dan menyebabkan

rasa sakit pada pemakaian protesa.Pada tonjolan yang tajam dan besar, sehingga rilif tidak

dapat mengatasinya, maka perlu tindakan bedah.

g) Bentuk palatum

Bentuk palatum keras dibagi menjadi bentuk Quadaratic, Ovoid, dan

Taperring.Bentuk palatum seperti “U”/ kuadratik adalah yang paling menguntungkan.Bentuk

ini memberikan stabilitas dalam jurusan vertical maupun horizontal, sebaliknya bentuk

tapering atau ‘V’ memberikan retensi yang kurang baik.

B

A = Palatum Kuadratik, paling menguntungkan stabilitas

B = Palatum Ovoid

C = Palatum Tapering, memberikan stabilitas paling buruk

h) Frenulum

Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi rendahnya perlekatan masing-masing.Frenulum

lingualis pada rahang bawah dan frenulum labialis pada rahang atas atau bawah merupakan

struktur yang perlekatannya sering kali dekat dengan puncak residual ridge.Perlekatan

20

Page 21: Dx Prosto Lap

semacam ini akan mengganggu penutup tepi ( seal ) dan stabilitas geligi tiruan. Letak

perlekatan frenulum dapat digolongkan sebagai berikut :

Tinggi :bila perlekatan hampir sampai ke puncak residual ridge

Sedang:bila perlekatan kira-kira ditengah antara puncak ridge dan fornix

Rendah:bila perlekatannya dekat dengan fornix.

i) Torus Palatinus dan Mandibula

Tonjolan ini merupakan kelainan konginetal dengan permukaan licin dan tidak begitu

sakit seperti pada exostosis. Torus terletak pada tempat-tempat tertentu dan terletak secara

simetris, seperti pada garis tengah palatum sehingga disebut torus palatinus. Kelainan ini

juga dapat dijumpai pada region lingual premolar bawah dan disebut torus mandibularis.

Penonjolan tulang seperti ini merupakan hambatan utama bagi kenyamanan

pemakaian geligi tiruan, karena mukosa yang terdapat di atas torus pada umumnya tipis dan

mudah kena trauma. Pada rahang atas, daerah torus biasanya dirilif atau bila hal ini tidak

mungkin dilakukan, bagian ini di bebaskan dari penutupan plat protesa. Sedangkan

torusmandibularis biasanya bilateral, pada permukaan lingual dari rahang bawah di daerah

bicuspid/ premolar dan molar.Rilif pada palatum bertujuan sebagai stabilisasi (pertahanan

kedudukan dari arah horizontal).Rilif dapat dibagi menjadi dua yaitu rilief of pain

(menghindari rasa sakit) dan rilief of chumber (sebagai stabilisasi).

j) Tuber Maksilaris

Tuber mempunyai perananpenting dalam memberikan retensi kepada suatu geligi

tiruan. Dengan sebuah kaca mulut nomor 3, yang diletakkan tegak lurus pada bagian

vestibulum, diamati :

- Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, hal ini dikatakan memiliki tuber

yang dalam.

- Bila kaca mulut yang terbenam hanya setengahnya maka dikatakan kedalaman tuber

sedang.

- Tuber dapat dikatakan rendah bila kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya.

Tuber maksilaris kadang- kadang sedemikian besarnya sehingga merupakan gerong

yang sama sekali tidak menguntungkan. Bila kecil gangguan ini dapat diatasi dengan

21

Page 22: Dx Prosto Lap

mengubah- ubah arah pemasangan protesa atau dengan pembuatan rilif. Sebaliknya, pada

tuber yang besar dan bilateral biasanya suatu koreksi dengan tindakan bedah menjadi pilihan.

Kadang- kadang tindakan bedah ini cukup dilakukan hanya pada satu sisi saja.

k) Retromylohyoid

Daerah ini penting untuk retensi geligi tiruan.Pemeriksaannya dilakukan pada daerah

lingual di belakang gigi-gigi molar 2 dan 3 rahang bawah dengan kaca mulut nomor 3.Kaca

mulut yang terbenam lebih dari setengahnya menunjukkan daerah retro yang dalam;

sebaliknya pada retro yang dangkal, dimana kaca mulut terbenam kurang dari

setengahnya.Bila kaca mulut terbenam kira-kira setengahnya, maka retronya sedang.

l) Lidah

Pemeriksaan lidah meliputi ukuran dan aktivitasnya.Ukuran lidah bisa normal,

mikroglosia atau makroglosia.Ada lidah yang pasif dan ada juga yang luar biasa aktif.

Lidah normal cukup besar tetapi tidak berlebihan mengisi dasar mulut, dengan

ujungnya yang berada sedikit dibawah tepi insisal gigi-gigi anterior bawah. Tepi

lateral lidah normal biasanya berkontak dengan permukaan gigi-gigi posterior. Besar

dan posisi lidah seperti ini paling menguntungkan untuk penutupan tepi protesa.

Makroglossia: menutupi dasar mulut dan juga prosesus alveolar yang telah

ditinggalkan geligi. Pada rahang bawah yang masih bergigi \, makroglossia mudah

dikenal karena adanya indentesi gigi pada permukaan lateral lidah. Pencetakkan sukar

dilakukan pada penderita dengan tipe lidah seperti ini. Stabilisasi protesa sulit pula

dicapai, karena lidah yang besar akan cenderung menggerakkan geligi tiruan pada

setiap gerakannya.

Mikroglossia lidah yang kecil juga tidak memberikan penutup tepi yang memadai

untuk protesa rahang bawah. Aktivitas lidah diperiksa dengan cara menyentuh sebuah

alat ke salah satu bagiannya. Pada lidah yang aktif, sentuhan ringan saja sudah akan

menyebabkan gerakan yang aktif. Aktifitas lidah biasanya mempengaruhi retensi

geligi tiruan.

m) Kedudukan Prosesus Alveolaris

Kedudukan prosesus alveolaris rahang atas dan bawah dilihat dalam jurusan sagital

dan transversal (Haryanto, A.G., dkk.1991.).

22

Page 23: Dx Prosto Lap

Dalam jurusan sagital adalah apabila sudut antara garis inter alveolaris dengan bidang

horizontal:

- 800 – 900 : hubungan normal

- Kurang dari 800 : hubungan Klas II

- Lebih dari 900 : hubungan Klas III

(Haryanto, A.G., dkk. 1991.).

Dalam jurusan transversal; klasifikasinya sama seperti untuk jurusan sagital, tetapi

pengukuran dilakukan pada region Molar dan rahang pasien berada dalam keadaan posisi

istirahat (rest position). (Haryanto, A.G., dkk. 1991.).

n) Selaput lendir mulut

Pengamatan ditunjukkan pada selaput lendir diatas prosesus alveolaris.Selaput lendir

mulut atau mukosa ini memberikan dukungan bagi geligi tiruan dan bertindak sebagai

bantalan antara geligi tiruan dan tulang.

Yang diperiksa disini adalah bergerak atau tidaknya bagian ini terhadap jaringan

dibawahnya. Bila selaput ini bergerak, maka protesa tidak akan stabil dan

menyebabkan rasa sakit, selain kesulitan pada waktu mencetak. Mukosa kendur yang

meliputi permukaan yang luas, biasanya perlu suatu tindakan pembedahan.

23

Page 24: Dx Prosto Lap

24

Page 25: Dx Prosto Lap

3.3 Rencana Perawatan

Perencanaan perawatan merupakan tahap yang tidakbisa dilepaskan dari proses

diagnostik. Sebelum menentukan langkah perawatan prostodontik, sebaiknya semua aspek

ditinjau dan dipertimbangkan.

Preparasi Mulut

Ada dua tahapan preparasi mulut:

Pertama, dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan

bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontic, bahkan ortodontik perlu

dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima geligi tiruan yang akan

dipakainya. Tahapan pertama ini ditunjukkan untuk menciptakan lingkungan mulut yang

sehat.

Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan

dibuat. Dalam tahapan ini dilakukan proses pengubahan kontur gigi untuk mengurangi

hambatan, mencari bidang bombing, membuat sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan

daerah-daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai

25

Page 26: Dx Prosto Lap

pada model diagnostic. Model diapakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan

perubahan-perubahan.

Tindakan bedah pra prostetik

Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang

atau jaringan sebaiknya dilakuka secepat mungkin. Prosedur bedah harus diselesaikan jauh

sebelum pembuatan protesa dilakukan,agar penyembuhan optimal dapat tercapai. Semakin

lama jarak antara pembedahan dan prosedur pencetakan, penyembuhan luka semakin mantap,

sehingga jaringan pendukung protesa jadi semakin stabil pula.

Setiap gigi yang masih ada sebaiknya dievaluasi secara cermat dan diteliti apakah

mungkin dipakai sebagai gigi penahan.Sedapat mungkin gigi tetap dipertahankan dupaya

tulang alveolar dapat lebih bertahan lama. Gigi yang rusak tinggal sisa akar atau impaksi

dicabut jauh sebelum geligi tiruan dibuat, kecuali bila tindakan bedah menimbulkan keadaan

patologik lain yang ditemukan pada foto Rontgen harus diperiksa, didiagnosa dan dirawat.

Perawatan Konservatif

Dalam bidang ini, kiranya dokter gigi tidak terpaku dengan pembuatan inlay saja i-

untuk memperbaiki gigi pendukung yang sudah karies.Tumpatan amalgam pun dapat

diterima, sepanjang tumpatan ini dipersiapkan sesuai prinsip-prinsip dasar yang berlaku.

Untuk perawatan jangka panjang, perawatan endodontic biasanya harus diperkuat

dengan pasak tuang atau dikembalikan fungsinya dengan mahkota tiruan atau modifikasi

untuk perawatan overdenture.

Perawatan konservatif atau restorative dengan demikian tidak terbatas hanya kepada

perawatan karies saja, tetappi juga harus:

1. Memberikan kekuatan yang cukup serta cukup tebal untuk preparasi sandaran oklusal

2. Mengurangi ruangan interproksimal yang berlebihan

3. Memberikan ruang oklusal yang cukup luas

4. Membentuk daerah gerong untuk retensi, bila daerah ini memang tidak ada

5. Mendukung terpenuhinya factor estetik

6. Memberikan kontur gigi yang sesuai

Perawatan Ortodontik

26

Page 27: Dx Prosto Lap

Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruang kosong yang makin lama

makin sempit karena terjadinya migrasi gigi tetangga. Hal seperti ini menyebabkan gigi

menjadi malposisi, sehingga kurang menguntungkan bila akan dipakai sebagai gigi penahan

protesa. Memaksakan gigi miring menahan beban juga akan menyebabkan kerusakan

jaringan periodontal. Jalan keluar bagi kasus seperti ini sebaiknya dengan melakukan sedikit

pergeseran gigi, sehingga gigi akan kembali ke posisi yang diharapkan.

Perawatan Periodontik

Pembersihan karang gigi, pernaikan tepi restorasi yang berlebihan atau sudah rusak

sangat bermanfaat untuk mengontrol plak. Sebagai tambahan bagi proses fisioterapi mulut,

seperti scalling, root palnning, kuretase dna pengasahan selektif, dapat pula dilakukan

tindakan bedah periodontal untuk meningkatkan kesehatan jaringan lunak mulut sebagai

pendukung geligi tiruan. Prosedur ini meliputi gingivektomi, bedah mukogingival,

augmentasi, grafting, bahkan bedah tulang.

Gigi yang sudah goyang perlu mendapatkan perhatian, karena dapat menimbulkan

masalah.Disharmoni oklusal, peradangan jaringan periodontium atau kombinasi keduanya

mungkin merupakan penyebabnya. Control dari factor-faktor loakal atau adanya kontak

premature biasanya dpat membantu mengatasi masalah ini. Bila dianggap perlu, splinting

geligi goyang ini dapt dipertimbangkan.

PEMBAHASAN SKENARIO

DIAGNOSIS

Diagnosis kasus prostodonsi pada scenario:

Partial edentulous ridge pada gigi:

- 11, 14 15, 16, 17, 1

- 21, 26, 27

- 31, 33, 34, 35, 36, 38

Pulpitis reversible:

- 23

Pulpitis irreversible dan sisa akar

- 24

Gingivitis Marginalis Kronis/Periodontitis

- 12 dan 13

- 22, 25 dan 28

27

Page 28: Dx Prosto Lap

- 32 dan 37

- 42, 43, 44, 45, 46, 47 dan 48

Gigi goyang 03 dan resesi gingiva:

- 12 dan 13

- 32 dan 37

- 42 dan 48

RENCANA PERAWATAN

1. Bedah Mulut

a. Sisa Akar

Ekstraksi (pencabutan gigi)

2. Bidang Konservatif

a. Pulpitis Reversibel

Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung untuk

perawatan pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium untuk merangsang

pembentukan dentin reparative.

Menghilangkan etiologinya

b. Pulpitis Irreversibel

Pulpektomi adalah pembuangan pulpa vital di bagian mahkota gigi agar vitalitas

pulpa dibagian akar tetap terpelihara.

c. Nekrosis Pulpa

Endo Intrakanal

3. Bidang Periodontologi

a. Gingivitis

Scalling dan root planning dilakukan untuk membersihakan sementum nekrosis

dan kalkulus di permukaan akar serta menghaluskan permukaan akar.

b. Periodontitis

Scalling dan root planning dilakukan untuk membersihakan sementum nekrosis

dan kalkulus di permukaan akar serta menghaluskan permukaan akar.

Kuretase dilakukan untuk membersihkan permukaan dalam dinding jaringan lunak

poket yang tujuannya untuk mengembalikan perlekatannya.

4. Prostodontik

GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)

28

Page 29: Dx Prosto Lap

HAL HAL PENTING UNTUK MENCAPAI KEMANTAPAN GELIGI TIRUAN

1. Bentuk Lengkung Rahang

Kegunaan bentuk lengkung rahang menyangkut kemantapan dan kekokohan geligi

tiruan.Bentuk persegi dan lonjong lebih mantap dibandingkan dengn bentuk lancip.

Bntuk lengkung rahang ada 3 macam yaitu

a. bentuk persegi (square)

b. bentuk lancip (tapering)

c. bentuk lonjong (ovoid)

2. Besar Lengkung Rahang

Dapat dicatat besar/sedang/kecil. Makin besar lengkung rahang makin baik karena

geligi tiruan akan makin mantap. Besar lengkung rahang atas dan rahang bawah dapat

bervariasi, biasanya hamper sama sehingga geligi tiruan mantap. Besar lengkung rahang yang

tak sama, rahang bawah lebih besar dari rahang atas atau sebalikny, akan menjadi masalah

dalam penyusunan gigi. Cara mengatasinya ialah dengan menyusun gigi sedemikian rupa

sehingga dicapai geligi tiruan yang mantap.Biasanya gigi disusun dengan gigitan silang atau

menggunakan gigi buatan yang tidak bertonjol.

3. Bentuk Linggir

Dapat dicatat tinggi/sedang/ atau cukup/rendah/datar.Keadaan ini tergantung dengan

tulang dan ada tidaknya resorpsi.Makin tinggi linggir makin kokoh dan mantap geligi tiruan

yang kita buat. Namun ketinggian linggir akan mempengaruhi besar ruang antar rahang,

terutama daerah tuber maksilaris yang kadang kadang sampai kena pada linggir bawah.

Bentuk linggir ada tiga macam yaitu

- Bentuk “U” bila permukaan labial/ bukal sejajar permukaan lingual/palatal. Bentuk

ini paling menguntungkan dibandingkan dengan bentuk lainnya.makin lebar puncak

linggir makin dapat menahan daya kunyah.

- Bentuk “V” berpuncak sempit, kadang-kadang tajam seper pisau. Bentuk ini kurang

menguntungkan dibandingkan bentu “U” karena tajam seperti pisau. Geligi tiruan

yang dipasang akan menimbulkan rasa sakit karena mukoperiosteum sekitar linggir

29

Page 30: Dx Prosto Lap

akan terasa terjepit. Untuk mengatasinya dapat kita lakukan peredaan pada bagian

anatomi landasan di daerah sekitar sendi.

- Bentuk “jamur” bentuknya membesar atau melebar di puncaknya. Bentuk jamur,

berleher dan menimbulkan gerong. Bentu ini mempunyai keuntungan yang sama

seperti bentuk “U” tetapi adanya gerong akan menyulitkan dan menimbulkan rasa

sakit pada saat geligi tiruan dipakai atau dilepas

4. Kesejajaran Linggir Rahang Atas dan Rahang Bawah

Dapat dicatat sejajar/konvergen/divergen

Jaraknya kira kira antara 10-15 mm

Bila jarak kesejajaran linggir

> 15 mm atau 10 mm akan menimbulkan masalah saat menyusun gigi

<10 mm tidak dapat menggunakan gigi porselen, pilihlah gigi akrilik

BAB IV

PENUTUP

30

Page 31: Dx Prosto Lap

KESIMPULAN

1) Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan

ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic/dental.

Anamnesis meliputi: Nama Penderita, alama, pekerjaan, jenis kelamin, usia,

Pencabutan Terakhir Gigi, Pengalaman Memakai Geligi Tiruan dan Tujuan

Pembuatan Geligi Tiruan.

2) Pemeriksaan klinis pasien meliputi: pemeriksaan status umum dan status local pasien

(anatomi landmark rongga mulut).

3) Rencana perawatan pada paien prostodonsia dimulai dari perawatan yang

membutuhkan proses penyembuhan yang cukup lama yaitu dimulai dari tindakan

bedah pra prostetik, perawatan konservatif, perawatan ortodontik, perawatan

periodonsia kamudian perawatan prostodonsia.

DAFTAR PUSTAKA

31

Page 32: Dx Prosto Lap

Aryanto, Gunadi H., dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.

Jakarta: Hipokrates

Aryanto,Gunadi H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II.

Jakarta: Hipokrates

Harshanur, Itjingningsih Wangudjaja. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta: EGC

32