fakultas farmasi yogyakarta 2007 - … pdf/f. farmasi/farmasi/038114120_full.pdf · granul...
TRANSCRIPT
OPTIMASI NATRIUM BIKARBONAT DAN
CAMPURAN ASAM TARTRAT-ASAM FUMARAT
SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT
EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
SECARA GRANULASI BASAH DENGAN
METODE DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh:
Made Dwi Rantiasih
NIM : 038114120
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Tanggal 6 Februari 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hidup adalah perjuangan....... berjuanglah
Hidup adalah roh/atma....... sadarilah
Hidup adalah teka-teki....... pecahkanlah
(Sabda Gita tentang Hidup)
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:
Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang senantiasa melimpahkan rahmatnya untukku
Ayah- Ibuku, keluargaku tercinta
Sebagai ungkapan rasa hormat dan baktiku
Adex atas cinta dan kasih sayangnya selama ini
Sahabat-sahabatku selama berjuang.......
Serta almamaterku......
iiii
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan dan berkat-Nyalah skripsi yang
berjudul “Optimasi Natrium Bikarbonat dan Campuran Asam Tartrat-Asam
Fumarat sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) secara Granulasi Basah
dengan Metode Desain Faktorial” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
dipersembahkan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terma kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung,
terutama kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si.,Apt., selaku Pembimbing yang telah
membantu membimbing serta memberikan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, S.Si.,Apt., selaku pemimpin proyek
penelitian yang telah membantu, membimbing serta memberikan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt., selaku Penguji yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Penguji yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan masukan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.Si., Apt., atas sumbangan kurkumin
síntesis yang digunakan dalam penelitian ini serta masukan-masukan yang
telah diberikan kepada penulis.
7. Bapak Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., dan Bapak Yohanes Dwiatmaka,
M.Si., yang telah meluangkan waktu untuk memberi pengarahan kepada
penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibuku yang tercinta, seluruh keluargaku yang selalu
memberikan semangat, motivasi dan kasih sayang serta doanya
9. Tyas Ayu Puspita dan Lucia Esti Purwandari, teman-teman yang selalu
berjuang bersama dalam suka dan duka, semangat kalian menjadi motivasi
bagi penulis
10. Mas Wagiran, Pak Musrifin, Mas Otok, Mas Agung, yang telah membantu
dalam menyelesaikan penelitian di Laboratorium
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang optimasi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien dalam formula granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya efek faktor natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat serta interaksi keduanya, yang bersifat dominan terhadap sifat fisik granul effervescent, serta mengetahui area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien untuk menghasilkan granul effervescent yang sesuai dengan persyaratan. Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor (natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat) dan dua level (level rendah dan level tinggi) untuk menentukan efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Respon yang dikehendaki yaitu kecepatan alir, waktu larut dan kandungan lembab granul. Dari hasil yang diperoleh kemudian dibuat contour plot sifat fisik granul yang dikehendaki. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa efek interaksi natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat diprediksi dominan berpengaruh terhadap kecepatan alir dan waktu larut. Efek campuran asam tartrat-asam fumarat diprediksi dominan berpengaruh terhadap kandungan lembab granul. Dari contour plot super imposed yang terbentuk diperoleh area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat terbatas pada level yang diteliti. Kata kunci: natrium bikarbonat, asam tartrat, asam fumarat, granul effervescent,
ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), desain faktorial
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Have been done research about the optimization between sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination as excipients in effervescent granules formulation of Tumeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) extract. This research represent to know the effect of the factor of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination or their interaction that dominant to influence physical properties of granules, and also to know the optimal composition area of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination as excipients which can be make the physical properties of effervescent granules desired. This research represent the pure research experimental use designed factorial, with two factor (sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination) and two level (low level and high level) to specify effect from several significant factor and interaction. Categorize repon desired that is flow rate, disintegration time, and moisture content of granules. Then make the contour plot of the physical properties of granules desired. From the result of the research known that interaction effect between sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination dominantly predicted in determine flow rate and disintegration time of granules. Tartaric acid-fumaric acid combination effect dominantly predicted in determine moisture content of granules. From contour plot super imposed formed obtained a optimum composition of sodium bicarbonate and tartaric acid-fumaric acid combination finite at level which have been determined. Keyword : sodium bicarbonate, tartaric acid, fumaric acid, effervescent granules,
Tumeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) extract, design factorial
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. v
KATA PENGANTAR.............................................................................. vi
INTISARI ................................................................................................ viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix
BAB I. PENGANTAR............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
1. Permasalahan ................................................................................. 3
2. Keaslian Penelitian ........................................................................ 3
3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
B. Tujuan Penelitian................................................................................. 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...................................................... 5
A. Temulawak ………............................................................................... 5
1. Klasifikasi ............……………………………………………….. 5
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Nama daerah ............…………………………………….............. 5
3. Ciri-ciri morfologi ............……………………………….............. 5
4. Kandungan kimia ............………………………………............... 6
5. Khasiat temulawak ............………………………………………. 6
B. Kurkumin ...........……………………………………………............. 7
C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri ................................... 8
D. Maserasi ...........…………................................................................... 10
E. Ekstrak ...........…………….................................................................. 12
F. Granul Effervescent ...........………………………………………...... 13
G. Metode Pembuatan Granul Effervescent ...........…………………….. 13
1. Metode granulasi basah ………………………………………….. 14
2. Metode granulasi kering ............………………………………… 15
H. Uji Sifat Fisik Granul .......................................................................... 15
1. Sifat alir ............………………………………………………….. 15
2. Kandungan lembab ............………………………………............ 16
3. Waktu larut ………………………………………......................... 16
I. Bahan-Bahan Pembuatan Granul Effervescent……………….............. 16
1. Sumber karbonat ............…………………………………............ 17
2. Sumber asam ............…………………………………….............. 17
3. Bahan pengisi ............……………………………………............. 18
4. Bahan pengikat ....…………………………………....................... 18
5. Bahan tambahan .…………………………………………............ 19
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
J. Pemerian Bahan ...……………………………………............……… 19
1. Natrium bikarbonat anhidrat .......................................................... 19
2. Asam tartrat anhidrat ...................................................................... 20
3. Asam fumarat anhidrat ................................................................... 20
4. Laktosa ........................................................................................... 20
5. Polivinilpirolidon (PVP) ................................................................ 21
6. Aspartam ........................................................................................ 21
K. Desain Faktorial ...........……………………………………............... 22
L. Landasan Teori ...........………………………………………............. 24
M. Hipotesis ...........………….................................................................. 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……...……………………............... 28
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……………………….. 28
1. Variabel penelitian ………………………………………………. 28
2. Definisi operasional ……………………………………............... 29
C. Bahan dan Alat Penelitian …………………………………………… 31
D. Skema Kerja Penelitian ……………………………………………… 33
E. Tata Cara Penelitian …………………………………………………. 34
1. Determinasi tanaman temulawak …………………………..…… 34
2. Penyiapan simplisia dan pembuatan serbuk rimpang
temulawak ……………………………………………………… 34
3. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak ……………………… 35
4. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak ………………………... 35
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Penetapan dosis ekstrak rimpang temulawak ….......……………. 38
6. Penentuan level natrium bikarbonat dan campuran
asam tartrat-asam fumarat ………..……………………………… 38
7. Pembuatan granul effervescent……….. ………………………….. 40
8. Uji kualitas granul effervescent …………………………………. 41
9. Penentuan efek …………………………………………………... 42
10.Penentuan prof i l s i fa t f i s ik granul dan area
optimum …………………………………………………..…… 42
F. Analisis Hasil ………………………………………………………… 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………. 43
A. Hasil Determinasi Rimpang Temulwak …………………………….. 43
B. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan serbuk
Rimpang Temulwak ………………………………………………… 43
C. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak .............................................. 45
D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak ...........…………… 46
1. Uji organoleptik ............…………………………………………. 46
2. Uji daya lekat ............……………………………………………. 46
3. Uji viskositas ............…………………………………….............. 47
4.Uji kandungan lembab ............……………………………............ 48
5. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak ……………………….. 49
6. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak ……....……………… 52
E. Penetapan Dosis Ekstrak Rimpang Temulawak ................................. 53
F. Formulasi Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak ...... 54
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Effervescent Ekstrak
Rimpang Temulawak .......................................................................... 55
1. Kecepatan alir ................................................................................ 55
2. Waktu larut ..................................................................................... 58
3. Kandungan lembab ........................................................................ 61
H. Prediksi Formula Optimum Granul ..................................................... 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 69
A. Kesimpulan ......................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 70
LAMPIRAN .............................................................................………… 74
BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………. 104
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Notasi formula desain faktorial……………………………….. 23
Tabel II. Formula granul effervescent………………………….. ............ 40
Tabel III. Hasil uji sifat fisik ekstrak rimpang temulawak ...…............... 46
Tabel IV. Hasil uji KLT ekstrak rimpang temulwak …………............... 49
Tabel V. Hubungan kadar kurkumin baku dengan AUC ....……............. 52
Tabel VI. Penetapan Recovery dan nilai CV ........................................... 53
Tabel VII. Hasil uji sifat fisik granul……………………………………. 55
Tabel VIII. Efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-
asam fumarat terhadap sifat fisik granul……………………… 55
Tabel IX. Data recovery 0, 12 µg/µl …………………………………… 75
Tabel X. Data recovery 0, 14 µg/µl .....………………………………… 75
Tabel XI. Data recovery 0, 18 µg/µl ….………………………………… 76
Tabel XII. Data recovery 0, 23 µg/µl ....………………………………… 76
Tabel XIII. Data recovery 0, 35 µg/µl ………………………………….. 77
Tabel XIV. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang
temulawak ……………………….......................................... 78
Tabel XV. Uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak ........................... 80
Tabel XVI. Uji viskositas ekstrak rimpang temulawak ........................... 80
Tabel XVII.Uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak ……… 81
Tabel XVIII. Nilai Rf kurkumin standar, bercak 1, dan bercak 2............ 82
Tabel XIX. Uji kecepatan alir granul ....................................................... 87
Tabel XX. Uji waktu larut granul ............................................................ 87
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXI. Uji kandungan lembab granul .............................................. 88
Tabel XXII. Nilai efek kecepatan alir granul .......................................... 89
Tabel XXIII. Nilai efek waktu larut granul ............................................. 91
Tabel XXIV. Nilai efek kandungan lembab granul ................................. 94
Tabel XXV.Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan
alir granul ........................................................................... 97
Tabel XXVI. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap
kecepatan alir granul .…………………………………… 97
Tabel XXVII. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut
granul .............................................................................. 98
Tabel XXVIII. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap
waktu larut granul .............................................................. 98
Tabel XXIX. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan
lembab granul ..................................................................... 99
Tabel XXX. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap
kandungan lembab granul .................................................. 99
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur kurkumin………………………………………….. 7
Gambar 2. Skema kerja penelitian……………………………………… 33
Gambar 3a. Foto uji KLT UV 254 nm………………………………..... 50
Gambar 3b. Foto uji KLT UV 365 nm………………………………..... 51
Gambar 4. Kurva baku hubungan antara kadar kurkumin standar
dengan AUC .......................................................................... 52
Gambar 5a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir…….. 56
Gambar 5b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap
kecepatan alir……………………………………………...... 56
Gambar 6a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut......….... 59
Gambar 6b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap
waktu larut……………………………………………….... 59
Gambar 7a. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan
lembab….............................................................................. 62
Gambar 7b. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap
kandungan lembab………………………………………….. 62
Gambar 8. Contour plot kecepatan alir granul…………………………. 65
Gambar 9. Contour plot waktu hancur granul………………………..… 66
Gambar 10. Contour plot kandungan lembab granul…………………… 67
Gambar 11. Contour Plot Super Imposed...……………………………. 68
Gambar 12. Kromatogram kurva baku ………………………………… 74
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 13. Kromatogram sampel ……………………………………... 78
Gambar 14. Tanaman temulawak …………………………………….... 101
Gambar 15. Rimpang temulawak ……………………………………… 101
Gambar 16. Ekstrak rimpang temulawak untuk granul effervescent …... 101
Gambar 17. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak …………. 102
Gambar 18. Larutan dan granul effervescent …………………………... 102
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hubungan antara kadar kurkumin standar dengan
area kromatogram untuk pembuatan kurva baku ... ............ 74
Lampiran 2. Data recovery ...................................................................... 75
Lampiran 3. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang
Temulawak ..……………………………………………… 78
Lampiran 4. Perhitungan dosis ekstrak rimpang temulawak …............... 79
Lampiran 5. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak ..…….…………. 80
Lampiran 6. Perhitungan level tinggi dan level rendah campuran
asam tartrat-asam fumarat ……………………………... 83
Lampiran 7. Perhitungan level tinggi dan level rendah
natrium bikarbonat ……………………………………… 84
Lampiran 8. Uji sifat fisik granul effervescent ………………………… 87
Lampiran 9. Perhitungan desain faktorial ..…………………….............. 89
Lampiran 10. Perhitungan kecuraman kurva …………………............... 97
Lampiran 11. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ……………. 101
Lampiran 12. Larutan dan granul effervescent ekstrak rimpang
temulawak ……………………………………………… 102
Lampiran 13. Surat determinasi tanaman temulawak …………. ……… 103
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Temulawak merupakan salah satu bahan obat tradisional yang sudah
sering digunakan untuk pengobatan karena memiliki banyak khasiat. Penelitian
mengenai manfaat temulawak sebagai obat tradisional serta pengembangan
bentuk sediaan yang berasal dari temulawak telah banyak dilakukan. Termasuk
penelitian yang dilakukan oleh Chrystyani (2005), yang berjudul Optimasi
Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat sebagai Eksipien pada Pembuatan
Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak Secara Granulasi Basah
Aplikasi Desain Faktorial. Dalam penelitian tersebut dikembangkan bentuk
sediaan granul effervescent dari ekstrak rimpang temulawak, dengan melakukan
optimasi pada campuran asam tartrat dan asam fumarat sebagai sumber asam.
Keuntungan dari pemilihan bentuk sediaan berupa granul effervescent
dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain adalah proses penyajian yang
cepat dengan dosis yang tepat, serta adanya gas CO2 yang dihasilkan dari reaksi
asam dan basa akan memberikan sensasi menyegarkan saat digunakan. Selain itu
keberadaan gas CO2 dapat menutupi rasa pahit dan pedas dari temulawak hal
tersebut dapat menambah kenyamanan konsumen saat menggunakan sediaan obat.
Penelitian Chrystyani (2005), menghasilkan campuran optimum asam
tartrat dan asam fumarat, penggunaan campuran asam lebih dipilih dibandingkan
dengan menggunakan asam tunggal karena pada penggunaan asam tunggal akan
menimbulkan kesukaran yaitu akan menghasilkan granul yang menggumpal
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(Ansel,1989). Kemudian dicoba dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi
antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai
sumber basa dan sumber asam dalam sediaan granul effervescent. Campuran asam
dan basa perlu dioptimasi karena campuran asam dan basa inilah yang jika
bereaksi dengan adanya air akan melepaskan gas CO2, yang berfungsi sebagai
penghancur dalam granul effervescent.
Untuk mendapatkan perbandingan jumlah natrium bikarbonat dan
campuran asam tartrat-asam fumarat yang tepat sehingga dapat menghasilkan
sediaan granul effervescent yang berkualitas, maka penulis merasa perlu untuk
melakukan optimasi formula granul effervescent berikut kontrol kualitasnya yaitu
uji sifat fisik meliputi kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab granul
effervescent. Optimasi formula dalam penelitian ini menggunakan metode desain
faktorial. Dipilih metode optimasi desain faktorial karena metode ini lebih
sederhana dibandingkan metode optimasi yang lain, selain itu metode ini juga
dapat menggambarkan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau
lebih variabel bebas. Persamaan umumnya: Y= bo + b1(A) + b2 (B) + b12 (A)(B).
Melalui desain faktorial akan didapat efek dan interaksi yang dominan dari
natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat dalam menentukan
masing-masing sifat fisik granul pada berbagai perbedaan jumlah komposisi
natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat, terbatas pada level
yang diteliti. Area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam
tartrat-asam fumarat ditentukan berdasarkan kurva contour plot super imposed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1. Permasalahan
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. manakah efek yang diprediksi memberikan pengaruh dominan terhadap sifat-
sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak, natrium bikarbonat,
campuran asam tartrat-asam fumarat, atau interaksi?
2. apakah dapat ditemukan area komposisi optimum natrium bikarbonat dan
campuran asam tartrat-asam fumarat yang dikehendaki dalam contour plot
super imposed pada pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang
temulawak?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan sumber informasi yang diperoleh, penelitian ilmiah tentang
ekstrak rimpang temulawak dan formulasi granul effervescent ekstrak rimpang
temulawak sudah pernah dilakukan. Namun penelitian tentang optimasi natrium
bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai eksipien dalam
pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak secara granulasi basah
dengan metode desain faktorial belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memperkaya ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian, pada
khususnya tentang penggunaan natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
asam fumarat sebagai eksipien dalam formula pembuatan granul effervescent
ekstrak rimpang temulawak.
2. Manfaat Praktis.
Memperkenalkan kepada masyarakat sediaan granul effervescent ekstrak
rimpang temulawak yang dapat dikonsumsi dengan aman, manjur, dan
nyaman, serta dapat diterima oleh masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang :
1. pengaruh natrium bikarbonat, campuran asam tartrat-asam fumarat serta
interaksi keduanya dalam menentukan kecepatan alir, waktu larut, dan
kandungan lembab granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
2. komposisi optimum natrium bikarbonat dengan campuran asam tartrat-asam
fumarat yang dapat menghasilkan granul effervescent ekstrak rimpang
temulawak dengan sifat fisik yang memenuhi persyaratan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAAN PUSTAKA
A. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
1. Klasifikasi :
Suku : zingiberaceae (Dalimartha, 2000).
2. Nama daerah
Sumatera: temulawak. Jawa: koneng gede, temu raya, temu besar, aci
koneng, koneng tegel, temulawak. Madura: temolabak. Bali: tommo. Sulawesi
Selatan: tommon. Ternate: karbanga (Dalimartha, 2000)
3. Ciri-ciri morfologi
Terna tahunan (perennial) ini tumbuh merumpun dengan batang semu
yang tumbuh dari rimpangnya. Batang semu berasal dari pelepah-pelepah daun
yang saling menutup membentuk batang. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2
meter. Tiap tanaman berdaun 2-9 helai, berbentuk bulat memanjang atau lanset,
panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, berwarna hijau, pada sisi kiri dan kanan ibu
tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah keunguan.
Perbungaan termasuk termasuk tipe exantha, yaitu jenis temu yang bunganya
keluar langsung dari rimpang yang panjangnya mencapai 40-60 cm. Bunganya
majemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga
muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dan
beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah,
bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu pada sore hari. Sejauh ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
temulawak belum pernah dilaporkan menghasilkan buah atau biji. Rimpang
dibedakan atas rimpang induk (empu) dan rimpang cabang. Rimpang induk
bentuknya jorong atau gelendong, berwarna kuning tua atau coklat kemerahan,
bagian dalam berwarna jingga coklat. Rimpang cabang keluar dari rimpang induk,
ukurannya lebih kecil, tumbuh ke arah samping, bentuknya bermacam-macam,
dan warnanya lebih muda. Akar-akar di bagian ujung membengkak, membentuk
umbi yang kecil. Rimpang temulawak termasuk yang paling besar diantara semua
rimpang marga Curcuma (Dalimartha, 2000).
4. Kandungan kimia
Rimpang temulawak mengandung 48-64% zat tepung, 1,6-2,2%
kurkumin dan 1,48-1,63% minyak atsiri (Karden, 2003). Fraksi pati merupakan
kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara 48-54% tergantung dari ketinggian
tempat tumbuh. Makin tinggi tempat tumbuh maka kadar pati makin rendah dan
kadar minyak atsiri makin tinggi (Dalimartha, 2000).
5. Khasiat temulawak
Khasiat temulawak adalah sebagai kholeretik, kholagoga, anti inflamasi,
dan antipiretik (Afifah, 2003). Rimpang temulawak juga dapat digunakan untuk
mengatasi radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice), radang ginjal, radang
kronis kandung empedu (kolesistitis kronik), meningkatkan aliran empedu ke
saluran cerna, perut kembung, tidak nafsu makan (anoreksia) akibat kekurangan
cairan empedu, demam, pegal linu, rematik, memulihkan kesehatan setelah
melahirkan, sembelit, diare, batu empedu (kolelitiasis), kolesterol darah tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(hiperkolesterolemia), haid tidak lancar, flek hitam di muka, jerawat, wasir, dan
produksi ASI yang sedikit (Dalimartha, 2000).
B. Kurkumin
O O
HO
H3CO OCH3
OH
(Kurkumin)
1,7-Bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,6-diene-3,5-dione
Gambar 1. Struktur kurkumin
Kurkumin (C21H20O6), titik didih 184-185°C diisolasi pertama kali pada
tahun 1815. Pada tahun 1910 Daube telah berhasil menemukan bentuk kristal dari
kurkumin (Majeed, Badmaev, Shivakumar, and Rajendran, 1995).
Kurkumin merupakan zat warna kuning utama (0,5-6%) yang terdapat
dalam beberapa spesies Curcuma seperti Curcuma longa L atau Curcuma
domestica Val. Kurkumin beserta turunan demetoksinya yaitu demetoksi
kurkumin dan bis demetoksi kurkumin dikenal dengan nama kurkuminoid
(Martono, 1996).
Warna larutan kurkumin tidak selalu konstan, terkait dengan degradasi
kurkumin atau perubahan kurkumin dalam pelarut. Pada suasana asam, warna
larutan kurkumin adalah kuning namun warnanya berubah menjadi orange
kemerahan dalam suasana basa. Pada suasana basa, kurkumin akan terdegradasi
menjadi asam ferulat dan feruloylmethane (Tonnesen and Karlsen, 1985).
Kurkumin juga dapat terdegradasi dengan adanya cahaya (Tonnesen, Vries,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Henegouwen, Gerard, and Karlsen, 1986). Kurkumin adalah senyawa yang sukar
larut air dengan kelarutan 0,1 mg/ml (Anonim, 2006), larut dalam etanol dan
aseton. (Tonnesen and Karlsen, 1985). Kurkuminoid di dalam rimpang temulawak
merupakan campuran dari kurkumin dan demetoksikurkumin (Paris and Moyse,
1981).
Kurkumin dan analognya mempunyai aktivitas biologi antara lain
sebagai antiinflamasi, antioksidan dan kolagen. Di samping itu kurkumin
mempunyai aktivitas biologi spektrum luas yaitu sebagai hipokolesteremik,
antiinflamasi, antireumatik, antibakteri, antihepatotoksik, menurunkan glukosa
darah dan hipotensif (Tonnesen and Karlsen, 1985).
C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri
Pemakaian kurkumin sebagai bahan obat atau campuran obat harus
diberikan dengan dosis yang tepat, untuk itu harus diketahui kadar kurkumin
dalam sediaan yang diberikan. Untuk mengetahui kadar dengan tepat, diperlukan
metode analisis yang tepat, mengingat kurkumin dalam sediaan obat atau
makanan umumnya bukan kurkumin murni, namun sebagai kurkuminoid. Apabila
kurkumin merupakan zat aktif utama dalam sediaan maka harus dipilih metode
penetapan yang dapat memisahkan kurkumin dari turunan demetoksinya
(Martono, 1996).
KLT-Densitometri merupakan salah satu metode analisis KLT
kuantitatif dengan cara kerja yang sederhana dan cepat. Pada metode ini
diperlukan adsorben dan fase gerak yang murni. Untuk memperoleh hasil yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
baik lazimnya digunakan adsorben siap pakai yang telah mengalami pra
pencucian (Gritter, Bobit, dan Schwarting, 1991).
Menurut Hardjono (1985), penetapan suatu kadar dengan metode
densitometri dilakukan dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang
dipisahkan dengan cara KLT. Pada umumnya pengukuran kerapatan bercak
tersebut dibandingkan dengan kerapatan bercak senyawa standar yang dielusi
secara bersama-sama.
Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometri. Pertama, setiap
kali ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan dielusi bersama-
sama dalam satu lempeng, kemudian Area Under Curve (AUC) sampel
dibandingkan dengan harga AUC baku. Yang kedua, dengan membuat kurva baku
hubungan jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku diperoleh dengan membuat
totolan zat baku pada KLT dengan bermacam-macam konsentrasi (minimal tiga
macam konsentrasi). Bercak yang diperoleh dicari nilai AUC nya dengan alat
densitometer. Dari kurva baku diperoleh persamaan Y = bX + a, X adalah
banyaknya zat yang ditotolkan dan Y adalah AUC (Supardjan, 1987).
Alat KLT Scanner memiliki sumber sinar yang dapat digerakkan di atas
bercak-bercak pada lempeng KLT atau lempeng KLT dapat digerakkan menyusuri
berkas sinar yang berasal dari sumber sinar. Teknik pengukurannya dapat
didasarkan atas sinar yang diserap (absorbansi), sinar yang dipantulkan
(reflaktansi), atau sinar yang difluoresensikan (fluoresensi). Sinar yang datang
sebagian diserap dan sebagian lagi dipantulkan. Banyaknya sinar yang diserap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sebanding dengan jumlah zat pada bercak yang terkena sinar tersebut (Wardani,
2003).
Penelusuran bercak dapat pula dilakukan secara horisontal maupun
vertikal (scanning horizontal atau scanning vertical). Penelusuran bercak secara
horisontal dapat dilakukan satu per satu atau apabila bercak yang diperoleh pada
pelat segaris, dapat dilakukan penelusuran semua bercak sekaligus (Wardani,
2003).
Berdasarkan jalannya sinar, penelusuran dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu penelusuran lurus dan zig-zag (naik turun). Pada penelusuran lurus,
sinar yang mengenai bercak berjalan lurus dari kiri ke kanan. Sedangkan pada
penelusuran zig-zag, sinar mengenai bercak berjalan zig-zag dari kiri ke kanan.
Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada
panjang gelombang maksimum (Wardani, 2003).
D. Maserasi
Menurut Voigt (1994), maserasi (macerare = mengairi, melunakkan)
adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan jamu yang dihaluskan sesuai
syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau diserbukkasarkan) disatukan
dengan bahan ekstraksi. Maserasi merupakan proses paling tepat dimana obat
yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai
meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan
melarut (Ansel, 1989). Penyarian dalam proses maserasi berdasarkan pada prinsip
osmolalitas. Penyarian ini dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif ini akan terlarut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel, maka larutan encer
akan masuk ke dalam sel. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi di dalam dengan konsentrasi di luar sel
(Anonim,1986).
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat
aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan
dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari
digunakan air, maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan
bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian. Keuntungan cara penyarian
dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana
(Anonim, 1986). Dibandingkan dengan proses perkolasi pada maserasi tidak
memerlukan keahlian tertentu dalam pengoperasiannya, perkolasi juga lebih
mahal karena memerlukan peralatan yang khusus dan menghabiskan lebih banyak
waktu (Ansel, 1989).
Di satu sisi, banyak proses ekstraksi menggunakan metode maserasi,
terutama untuk bahan-bahan yang mengandung mukus dan memiliki sifat
mengembang yang kuat. Metode maserasi dapat dibuat dalam skala laboratorium
dan dapat dilakukan dengan proses yang sama secara teknik dan untuk produk
dengan batch yang sama (List and Schdmit, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
E. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau campuran
etanol dan air (Anonim, 1979).
Menurut Voigt (1994), pada ekstrak tumbuhan (umumnya konsentrasi
etanolnya berbeda-beda), jika bahan pengekstraksinya diuapkan sebagian atau
seluruhnya, maka diperoleh ekstrak yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya
menjadi :
1. ekstrak cair (extractum fluidum), merupakan suatu ekstrak yang dibuat
sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sebanding dengan dua
(kadang – kadang lebih) bagian ekstrak cair.
2. ekstrak encer (extractum tenue), sediaan seperti itu memiliki konsistensi madu
dan dapat dituang.
3. ekstrak kental (extractum spissum), sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan
tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya
kandungan air menyebabkan suatu instabilitas sediaan obat (kontaminasi
bakteri) dan bahkan instabilitas bahan aktifnya (penguraian secara kimia).
Selain itu, ekstrak kental sulit untuk ditakar (penimbangan dan sebagainya) .
4. ekstrak kering (extractum siccum), ekstrak ini memiliki konsistensi kering dan
mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan
terbentuk suatu produk yang memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
F. Granul Effervescent
Granul effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali
dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari unsur
asam (asam sitrat, asam tartrat, asam fumarat) dan unsur basa (natrium karbonat,
natrium bikarbonat) bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya bereaksi
membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1989).
Keuntungan granul effervescent sebagai bentuk sediaan adalah
penyiapan larutan dalam waktu yang cepat dan mengandung dosis obat yang
tepat. Menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu
memperbaiki rasa obat tertentu, mudah dan nyaman untuk digunakan oleh
konsumen (Lindberg, et al., 1992). Kerugian dari granul effervescent adalah
harganya yang relatif mahal, hal ini disebabkan karena jumlah yang besar dari
eksipien yang harganya mahal dan fasilitas produk yang khusus (Lindberg, et al.,
1992). Menurut Lachman dan Liebermann (1989), untuk menjaga kualitas granul
effervescent pada penyimpanan perlu pengemasan secara khusus ke dalam
kantong lembaran aluminium kedap udara.
G. Metode Pembuatan Granul Effervescent
Proses pembuatan granul effervescent memerlukan penanganan yang
sangat hati-hati terutama untuk faktor lingkungannya (Lindberg, Engfors, and
Ericsson, 1992). Proses pembuatan produk effervescent memerlukan batas
maksimum lembab sebesar 25% pada suhu 25oC. Hal ini untuk menghindari
pengaruh kelembaban terhadap reaksi asam basanya (Mohrle, 1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Metode granulasi basah
Menurut Mohrle (1980), pada prinsipnya proses granulasi untuk granul
effervescent memiliki dasar yang sama dengan granulasi pada granul
konvensional. Teknik-teknik granulasi basah melibatkan pencampuran bahan-
bahan kering dengan cairan penggranul untuk membuat massa (adonan) yang
dapat dibentuk. Granulasi basah pada effervescent dapat dilakukan dengan tiga
metode, yaitu dengan penggunaan panas, dengan cairan non reaktif, dan cairan
reaktif.
a. Penggunaan panas. Metode ini meliputi pelepasan air dari bahan-
bahan hidrat dalam formulasi pada suhu tinggi membentuk massa yang
dapat dibentuk. Proses ini sulit untuk dikontrol agar mendapatkan hasil
yang reprodusibel (Mohrle, 1980). Pengulangan pengadukan diperlukan
untuk menghasilkan keseragaman komponen dalam formulasi (Lindberg,
et al., 1992).
b. Dengan cairan nonreaktif. Metode ini lebih sering digunakan dan
memiliki cara yang sama dengan granulasi pada granul konvensional.
Cairan granulasi secara perlahan-lahan ditambahkan dalam campuran
komponen formula hingga cairan granulasi terdistribusi merata. Bahan
pengikat larut alkohol seperti PVP dilarutkan ke dalam cairan granulasi
kemudian ditambahkan ke dalam campuran komponen. Massa yang
terbentuk dikeringkan ke dalam oven. Setelah granul kering kemudian
diayak untuk mendapatkan ukuran partikel yang diperlukan dan dapat
langsung ditablet (Mohrle, 1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
c. Dengan cairan reaktif. Cairan atau pelarut yang sering digunakan
dalam metode ini adalah air. Proses ini sulit dikendalikan saat massa
granul yang terbentuk harus dengan cepat dikeringkan guna
menghentikan reaksi effervescent yang terjadi (Mohrle, 1980).
2. Metode granulasi kering
Granulasi dengan metode slugging atau dengan mengkompresi masa
tablet yang berukuran besar menggunakan heavy-duty mesin atau roller
compactor cocok digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat diproses secara
granulasi basah. Slug dan bahan dari roller compactor akan mengalami
pengurangan ukuran. Bahan pelicin sangat diperlukan selama proses slugging,
komponen asam dan basa dapat digranulasi secara terpisah ataupun secara
bersama-sama (Lindberg, et al., 1992).
H. Uji Sifat Fisik Granul
1. Sifat alir
Sifat alir bahan dihasilkan dari beberapa gaya, antara lain gaya gesekan,
tegangan permukaan, mekanik, elektrostatik, dan Van der Waals. Pengujian sifat
alir dengan metode langsung adalah mengukur kecepatan alir. Menurut Guyot,
granul sebanyak 100 gram dengan waktu alir lebih dari 10 detik atau dengan
kecepatan alir kurang dari 10 gram/detik akan mengalami kesulitan dalam packing
dan dalam proses pentabletan, jika granul hendak dicetak dengan mesin pembuat
tablet (Cit., Fudholi, 1983).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Kandungan lembab
Kandungan lembab dapat mempengaruhi sifat fisika kimia sediaan
padat. Keseimbangan kandungan lembab dapat mempengaruhi aliran dan
karakteristik kompresi serbuk, kekerasan granul, serta stabilitas obat (Lachman
dan Liebermann, 1989). Kandungan lembab granul effervescent perlu diketahui
untuk melihat apakah ada reaksi effervescent yang prematur sehingga dapat
mengakibatkan jumlah gas karbondioksida yang dihasilkan berkurang sehingga
berpengaruh terhadap kenyamanan orang yang mengkonsumsi sediaan granul
effervescent. Menurut Dash (2000), persyaratan kandungan lembab untuk granul
effervescent antara 0,4%-0,7% dan mudah larut dalam air.
3. Waktu larut
Menurut Wehling and Fred (2004), granul effervescent yang baik
diharapkan larut dalam waktu kurang dari 2,5 menit (< 150 detik) menggunakan
200 ml air membentuk larutan jernih, dengan kata lain residu yang tidak larut
harus seminimal mungkin.
I. Bahan-Bahan Pembuatan Granul Effervescent
Pemilihan bahan dalam pembuatan granul effervescent lebih rumit
dibandingkan dengan bahan dalam pembuatan granul konvensional. Hal ini terkait
dengan kandungan lembab. Sumber asam dan sumber karbonat dalam granul
effervescent dengan adanya air akan bereaksi membebaskan CO2, hal ini akan
menyebabkan granul hancur. Reaksi ini dapat berlangsung dengan adanya
sejumlah kecil air yang terikat atau diserap oleh bahan penyusun granul. Jika hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
ini terjadi setelah pembuatan granul, akan menyebabkan produk menjadi tidak
stabil. Oleh karena itu, bahan penyusun granul dipilih dalam bentuk anhidrat yang
sedikit atau tidak menyerap lembab atau bentuk hidrat (mengikat air dalam
molekulnya) yang stabil dianjurkan untuk dipakai. Kelarutan bahan merupakan
sifat lain yang penting dalam pembuatan granul effervescent. Jika bahan tidak
larut, maka reaksi effervescent tidak akan terjadi dan granul tidak akan larut secara
cepat (Mohrle, 1980).
1. Sumber karbonat
Sumber karbonat digunakan sebagai sumber timbulnya gas
karbondioksida pada produk effervescent. Sumber karbonat yang biasa digunakan
dalam produk effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium
karbonat (Na2CO3) (Mohrle, 1980).
2. Sumber asam
Dalam pembuatan sediaan effervescent pada umumnya diolah dengan
kombinasi dua jenis sumber asam, mengingat penggunaan asam tunggal dalam
sediaan effervescent akan menimbulkan kesukaran, yaitu akan menghasilkan
granul yang menggumpal (Ansel, 1989). Menurut Mohrle (1980) asam yang
dibutuhkan dalam reaksi effervescent berasal dari 3 jenis sumber asam yaitu food
acid (soda kue), asam anhidrat, dan garam-garam asam. Sumber asam yang paling
sering digunakan adalah dari jenis food acid. Yang termasuk food acid antara lain
asam tartrat, asam sitrat, asam suksinat, asam malat dan asam fumarat.
Bentuk anhidrat dari food acid dapat digunakan dalam produk
effervescent. Ketika dicampur dengan air, asam anhidrat akan terhidrolisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menjadi bentuk asamnya, yang kemudian dapat bereaksi dengan sumber karbonat
untuk menghasilkan reaksi effervescent (Mohrle, 1980).
3. Bahan pengisi
Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil diperlukan bahan
pengisi, untuk memungkinkan suatu pengempaan. Bahan pengisi ini menjamin
granul memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1994). Pengisi juga
dapat ditambah karena alasan yang lain yaitu untuk memperbaiki daya kohesi
sehingga dapat dikempa langsung jika ingin dibuat menjadi tablet atau untuk
memacu aliran (Banker and Anderson, 1986).
4. Bahan pengikat
Bahan pengikat yaitu bahan yang dapat membantu untuk mengikat
bahan-bahan lain menjadi satu biasanya digunakan untuk mengikat serbuk
menjadi granul. Kebanyakan bahan pengikat yang digunakan sama untuk
pembuatan tablet maupun granul. Penggunaan bahan pengikat pada granul
effervescent dibatasi karena dapat menimbulkan reaksi karbonasi. Bahan pengikat
seperti gom selulosa, gelatin dan pasta tidak banyak digunakan karena larutnya
lama dan meninggalkan residu. Pengikat kering seperti laktosa, dekstrosa dan
manitol sering digunakan tetapi tidak efektif pada konsentrasi rendah.
Sifat bahan pengikat yang digunakan untuk granul effervescent adalah
memiliki kelarutan yang baik dalam air (water soluble), contohnya adalah
polyvinylpyrrolidone atau polyvinylpyrrolidone-poly (vinyl acetate)-copolymer
(Lindberg, et al., 1992). Polyvinylpyrolydone (PVP) merupakan bahan pengikat
yang paling efektif untuk granul effervescent (Mohrle,1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
5. Bahan tambahan
Dalam tablet effervescent biasanya sering ditambahkan bahan pemanis
dan pewarna untuk memperbaiki penampilan dan rasa tablet. Tetapi yang paling
penting untuk diperhatikan adalah bahan tersebut harus mudah larut dalam air
agar tidak meninggalkan residu (Mohrle, 1980).
J. Pemerian Bahan
1. Natrium bikarbonat anhidrat
Natrium bikarbonat merupakan sumber utama penghasil karbon
dioksida pada sistem effervescent. Bersifat mudah larut dalam air, tidak
higroskopis, murah, jumlahnya banyak, dan dalam perdagangan terdapat dalam
lima tingkatan berdasarkan ukuran partikelnya dari yang berbentuk serbuk halus
sampai dengan bentuk granul yang free-flowing. Penggunaan yang lain yaitu
sebagai antasida ataupun sebagai salah satu komponen dalam produk antasida.
Dalam produksi makanan digunakan sebagai baking soda. Merupakan basa
natrium yang paling ringan, memiliki pH 8,3 pada larutan berair dengan
konsentrasi 0,85%. Reaksi natrium bikarbonat dengan asam dapat menghasilkan
52% karbon dioksida (Mohrle, 1980).
Natrium bikarbonat berupa serbuk hablur putih, stabil di udara kering,
tetapi dalam udara lembab secara perlahan-lahan terurai. Larutan segar dalam air
dingin, tanpa dikocok, bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan bertambah bila
larutan dibiarkan, digoyang kuat atau dipanaskan. Larut dalam air, tidak larut
dalam etanol (Anonim, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2. Asam tartrat anhidrat
Asam tartrat merupakan sumber asam yang selalu digunakan dalam
pembuatan produk effervescent karena mudah didapatkan di pasaran, lebih mudah
larut dibandingkan asam sitrat, dan juga lebih higroskopis dibandingkan asam
sitrat. Kekuatan asamnya sama dengan asam sitrat (Mohrle, 1980).
Asam tartrat yang dikeringkan di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam
mengandung tidak kurang dari 99,7% dan tidak lebih dari 100,5% C4H6O6. Berat
molekul dari asam tartrat adalah 150,9. Asam berupa hablur tidak berwarna atau
serbuk hablur halus sampai granul, aroma tidak berbau, rasa asam, dan stabil di
udara. Kelarutan sangat mudah larut air dan mudah larut etanol (Anonim, 1995).
3. Asam fumarat anhidrat
Kekuatan asam dari asam fumarat sama kuat dengan asam sitrat, hanya
saja asam fumarat jarang digunakan dalam pembuatan produk effervescent karena
kelarutannya yang rendah dalam air. Asam fumarat bersifat tidak higroskopis
dibandingkan sumber asam lain. Kelarutan asam fumarat dapat meningkat jika
ditambahkan 0,3% dioctyl sodium sulfosuccinate (Mohrle, 1980).
Asam fumarat berwarna putih, berbau atau sedikit berbau, serbuk
kristal, kelarutan dalam air 4,5 g/L, dalam etanol (100%) sebesar 36 g/L pada
suhu 20°C (Lindberg, et al., 1992).
4. Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu, dalam bentuk anhidrat
atau mengandung satu molekul hidrat. Laktosa berupa serbuk atau masa hablur,
putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menyerap bau. Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut
dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam klorofom
dan dalam eter (Anonim, 1995).
5. Polivinilpirolidon (PVP)
PVP adalah bahan pengikat yang efektif dalam pembuatan granul
effervescent. Bahan ini biasa ditambahkan pada serbuk untuk digranulasi basah
yang kemudian dibasahkan dengan cairan penggranul. Penambahan air harus
sangat hati-hati dan dikontrol untuk mencegah terjadinya reaksi effervescent dini
(Mohrle, 1980).
Polivinilpirolidon (PVP) merupakan polimerisasi dari 1-vinilpirolid-2-
on. Bentuknya berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau
tidak berbau dan higroskopis. PVP mudah larut dalam air, etanol (95%), dan
dalam kloroform P. Kelarutan tergantung dari bobot rata-rata dan tidak larut
dalam ester P (Anonim, 1995).
6. Aspartam
Aspartam merupakan pemanis yang kekuatannya dua ratus kali lebih
manis dibandingkan sukrosa dan penggunaannya sangat luas di masyarakat. Stabil
ketika kering, tetapi dapat terhidrolisis pada saat ada lembab. Dapat terdegradasi
selama pemanasan, menggunakan suhu yang tinggi dalam jangka waktu pendek,
diikuti oleh pendinginan yang cepat dapat memperkecil kemungkinan aspartam
terdegradasi. Aspartam dapat digunakan bersama-sama dengan sakarin, sukrosa,
glukosa dan siklamat, rasanya dapat ditingkatkan jika digunakan dengan natrium
bikarbonat, garam-garam glukosa, dan laktosa. Tidak menimbulkan rasa pahit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
setelah dimakan, akan tetapi stabilitasnya tergantung pada pH dan suhu. Stabil
pada pH antara 3,4-5 dan pada suhu pendingin (Allen, 2002).
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, penggunaan
aspartam masih diperbolehkan tetapi wajib mencantumkan peringatan
fenilketonuria: mengandung fenilalanin, yang ditulis dan terlihat jelas pada label
makanan atau minuman atau sediaan lain yang menggunakan pemanis buatan
aspartam (Anonim, 2004). Menurut PerMenKes RI No: 208/Men.Kes/PER/IV/85
tentang Pemanis Buatan, ADI (Acceptable Daily Intake) atau penggunaan
aspartam yang diperbolehkan dalam 1 hari adalah 0-40 mg/kg BB (Anonim,
1985). Sejak tahun 1980, WHO dan FDA menyarankan penggunaan aspartam
(dibandingkan sakarin dan siklamat) sebagai pengganti sukrosa bagi yang diet
kalori (penderita diabetes), dan aspartam tidak menyebabkan kanker (Muchtaridi,
2006).
K. Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan
secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan
(Bolton, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan
(2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor), yaitu (1)
A dan B masing-masing pada level rendah, (a) A pada level tinggi dan B pada
level rendah, (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, (ab) A dan B
masing-masing pada level tinggi.
Respon yang ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1990).
Rancangan percobaannya termuat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel I. Notasi formula desain faktorial
Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + +
Besarnya interaksi dapat dihitung dengan mengurangkan rata-rata respon
pada level maksimum dengan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1990).
Konsep dari perhitungan efek adalah sebagai berikut:
Efek A = 2
1}{ba}{ab +−+
Efek B = 2
1}{ab}{ab +−+
Interaksi A dan B = 2
b}{aab}{1 +−+
Menurut Bolton (1990), adanya interaksi dapat juga diketahui dengan cara
membuat grafik hubungan respon dan level faktor. Jika kurva menunjukkan garis
sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antar eksipien dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis tidak sejajar atau berpotongan,
maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam menentukan
respon.
Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1(A) + b2(B) + b12 (A)(B)
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
(A),(B) = level bagian A dan B, yang nilainya antara -1 sampai +1
b0,b1,b2,b12 = koefisien, dapat dihitung dari hail percobaan
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan, metode ini memiliki
efisiensi yang maksimal untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon. Keuntungan utamanya bahwa metode ini memungkinkan
untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar
faktor. Metode ini ekonomis dalam arti mampu mengurangi jumlah penelitian jika
dibandingkan dengan meneliti 2 efek faktor secara terpisah (Muth, 1999).
L. Landasan Teori
Temulawak merupakan salah satu tanaman berkhasiat yang terdapat di
Indonesia. Khasiat temulawak untuk mengobati berbagai macam penyakit
mengakibatkan munculnya berbagai jenis sediaan obat yang mengandung
temulawak utamanya kurkumin. Kurkumin pada temulawak berkisar antara
1,6-2,2%.
Ekstrak rimpang temulawak yang digunakan diperoleh dengan metode
maserasi. Keunggulan metode maserasi dibandingkan metode ekstraksi yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
adalah lebih mudah dalam pengoperasiannya sehingga tidak membutuhkan suatu
keahlian khusus, lebih murah karena tidak memerlukan peralatan yang khusus dan
dapat menghemat waktu.
Bentuk granul effervescent dari temulawak memiliki beberapa keuntungan
yaitu menghasilkan gas CO2 yang memberikan sensasi menyegarkan saat
digunakan serta dapat menutupi rasa pahit dan pedas dari temulawak sehingga
bentuk sediaan ini menjadi satu pilihan untuk meningkatkan minat konsumen.
Kerugian dalam granul effervescent ialah kesulitan untuk menghasilkan produk
yang stabil secara kimia karena sistem effervescent tidak stabil dengan adanya
lembab. Keberadaan lembab akan menghasilkan reaksi asam dan basa yang terlalu
awal sehingga terjadi reaksi effervescent prematur. Untuk mengurangi keberadaan
lembab maka semua pekerjaan untuk pembuatan granul effervescent termasuk uji
sifat fisik granul dilakukan di dalam ruangan dengan kelembaban relatif maksimal
25% pada suhu ruangan 25°C.
Metode yang digunakan dalam pembuatan granul effervescent adalah
metode granulasi basah dengan penambahan cairan non reaktif. Keuntungan dari
granulasi dengan cairan non reaktif adalah tidak semua bahan dalam formula
perlu kontak dengan cairan penggranul atau panas pada proses pengeringan.
Namun metode ini masih memerlukan beberapa proses setelah granul dikeringkan
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses yang cukup rumit.
Selain itu uap dari cairan penggranul, biasanya etanol atau isopropanol, seringkali
berbahaya sehingga harus dihilangkan dan dikumpulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak
diperlukan bahan-bahan yang dapat menghasilkan reaksi effervescent. Natrium
bikarbonat dan asam tartrat-asam fumarat dipilih sebagai sumber basa dan sumber
asam karena diharapkan campuran antara basa dan asam ini jika bereaksi dengan
adanya air akan menghasilkan gas CO2 sebagai hasil reaksi effervescent. Gas CO2
ini yang kemudian berfungsi sebagai penghancur dalam granul effervescent.
Campuran asam lebih dipilih dibandingkan dengan menggunakan asam
tunggal karena pada penggunaan asam tunggal dalam sediaan effervescent akan
menimbulkan kesukaran, yaitu akan menghasilkan granul yang menggumpal
sehingga akan mempengaruhi kualitas granul effervescent yang dihasilkan. Asam
tartrat bersifat higroskopis, mudah larut dalam air, kekuatan asamnya cukup baik.
Dengan sifat asam tartrat yang sangat higroskopis akan menyulitkan dalam
pembuatan granul effervescent, sehingga asam tartrat kemudian dikombinasikan
dengan asam fumarat yang bersifat kurang higroskopis dibandingkan sumber
asam yang lain sehingga jumlah lembab yang masuk ke dalam bahan dapat
dikurangi. Untuk bagian basa dipilih natrium bikarbonat karena memiliki sifat
mudah larut dalam air serta dapat menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah
besar yaitu sebanyak 52% dibandingkan dengan sumber basa yang lain.
Metode desain faktorial digunakan untuk menentukan contour plot sifat
fisik tablet dengan rumus Y = b0 +b1(A) + b2(B) + b12(A)(B). Persamaan tersebut
dapat digunakan untuk mengetahui komposisi natrium bikarbonat dan campuran
asam tartrat-asam fumarat tertentu untuk menghasilkan granul effervescent ekstrak
rimpang temulawak dengan sifat fisik yang dikehendaki, selain itu dengan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
desain faktorial dapat juga dicari eksipien yang mempunyai pengaruh dominan
terhadap sifat fisik granul effervescent serta ada tidaknya interaksi antar eksipien
yang mempengaruhi sifat fisik granul effervescent yaitu kecepatan alir, waktu
larut, dan kandungan lembab granul.
M. Hipotesis
1. Diduga antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat
serta interaksinya ada yang merupakan faktor dominan yang menentukan sifat
fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
2. Diduga dapat ditemukan area optimum natrium bikarbonat dan campuran asam
tartrat-asam fumarat pada komposisi tertentu untuk menghasilkan granul
effervescent ekstrak rimpang temulawak dengan sifat-sifat fisik yang dikehendaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan penelitian menggunakan desain faktorial.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas :
1). Level tinggi dan level rendah natrium bikarbonat yaitu:
i. Level tinggi : 900 mg
ii. Level rendah : 563 mg
2). Level tinggi dan level rendah campuran asam tartrat-asam
fumarat yaitu, level tinggi : 800 mg (496 mg asam tartrat dan
304 mg asam fumarat) dan level rendah : 500 mg (310 mg asam
tartrat dan 190 mg asam fumarat).
b. Variabel tergantung. Sifat fisik granul yaitu: kecepatan alir, waktu
larut granul, dan kandungan lembab granul.
c. Variabel pengacau terkendali. Sifat fisik ekstrak, kadar ekstrak
rimpang temulawak, suhu, lama pengeringan, dan kelembaban ruangan penelitian.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Definisi operasional
a. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak adalah sediaan padat dalam
bentuk granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung
kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebagai bahan obat dengan
kombinasi sumber basa (natrium bikarbonat) dan sumber asam (asam tartrat-
asam fumarat) sebagai eksipien, bila ditambah dengan air, asam dan basanya
bereaksi membebaskan CO2 sehingga menghasilkan buih.
b. Ekstrak rimpang temulawak adalah ekstrak yang diperoleh dari maserasi
serbuk rimpang temulawak dalam pelarut etanol 96%, yang kemudian
dipurifikasi dengan heksan dan diuapkan pada suhu 50-60o C sampai 1/9 berat
serbuk kering rimpang temulawak yang digunakan.
c. Eksipien adalah bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan granul
effervescent ekstrak rimpang temulawak.
d. Komposisi sumber basa dan asam adalah banyaknya natrium bikarbonat dan
campuran asam tartrat-asam fumarat yang digunakan dalam formula granul
effervescent ekstrak rimpang temulawak, dapat dinyatakan dalam level rendah
sampai level tinggi.
e. Faktor adalah besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon (Voigt,
1994). Dalam penelitian ini digunakan dua faktor yaitu natrium bikarbonat
sebagai faktor pertama dan campuran asam tartrat-asam fumarat sebagai faktor
kedua.
f. Level adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya (Bolton, 1990).
Nilainya dinyatakan secara numerik, dalam penelitian ini ada 2 level, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
level rendah natrium bikarbonat sebesar 563 mg dan level tinggi sebesar 900
mg. Level rendah dengan notasi untuk campuran asam tartrat-asam fumarat
dinyatakan dalam jumlah bahan 500 mg dan level tinggi dengan notasi sebesar
800 mg.
g. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dari faktor
(Bolton, 1990). Dalam penelitian ini terdapat 3 efek yaitu efek natrium
bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi
antara natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat.
h. Interaksi adalah peristiwa berubahnya hasil pengaruh suatu faktor karena
keberadaan faktor lain. Nilainya dapat ditentukan oleh perhitungan efek rata-
rata atau dapat diamati dengan terjadinya perpotongan garis atau dua garis
yang tidak pararel pada grafik hubungan respon-natrium bikarbonat dan grafik
hubungan respon-campuran asam tartrat-asam fumarat.
i. Kecepatan alir adalah kecepatan granul effervescent dengan bobot 100 gram
untuk mengalir melewati hopper. Kandungan lembab adalah jumlah lembab
yang terdapat dalam granul effervescent. Waktu larut adalah waktu yang
dibutuhkan granul effervescent untuk larut atau meninggalkan residu tidak
larut seminimal mungkin dalam 200 ml air dengan pengadukan ringan
sebanyak 20 kali.
j. Formula optimum adalah formula yang memiliki komposisi natrium
bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat dalam jumlah tertentu
sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang
temulawak yang menghasilkan sifat fisik granul yang memenuhi persyaratan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kecepatan alir granul lebih dari 10 gram/detik, kandungan lembab granul
antara 0,4% - 0,7%, dan waktu larut granul dengan waktu kurang dari 2,5
menit (< 150 detik).
k. Contour plot : grafik yang memuat nilai respon sifat fisik granul effervescent
berdasarkan pada persamaan desain faktorial.
l. Contor plot super imposed : gabungan dari masing-masing contour plot sifat
fisik granul effervescent yang digunakan untuk menentukan area komposisi
optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat.
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
Serbuk rimpang temulawak, etanol 96% (kualitas teknis), etanol 96%
(kualitas pro analisis, E.Merck), aquadest, toluen (kualitas teknis), chloroform
(kualitas pro analisis, E.Merck), kurkumin baku (hasil sintesis Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada Yogyakarta), TLC Aluminium sheets precoated silica gel
60 F254 (20x20 cm) dan tebal 0,2 mm (E.Merck), asam tartrat (kualitas farmasetis,
Brataco), asam fumarat (kualitas farmasetis, Brataco), natrium bikarbonat
(kualitas farmasetis, Brataco), laktosa (kualitas farmasetis, Brataco), aspartam
(kualitas farmasetis, Brataco), PVP (kualitas farmasetis, Brataco).
2. Alat penelitian
Alat-alat gelas (Pyrex), neraca analitik (Metler Toledo 603002),
stopwatch (Alba), termometer (Celcius), waterbath (Memmert), bejana stainless,
pengayak granul (Laboratory Sieve Mesh 12, 16, 30, 40), oven (Memmert),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
viscosimeter (Type Stromer), alat pengukur waktu alir granul (Modifikasi
Laboratorium Teknologi Sediaan Padat), stopwatch (Alba), dual wavelength
chromatoscanner (Shimadzu CS-930) digabungkan dengan data recorder
(Shimadzu DR-2), direct reading microbalance (Shimadzu Type LM-20), pipet
volume 0,2-2µl (Gilson P2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Skema Kerja Penelitian
Pengumpulan dan determinasi rimpang temulawak
Penyiapan simplisia dan pembuatan serbuk
Pembuatan ekstrak rimpang temulawak dengan proses maserasi menggunakan pelarut etanol 96 %
Standarisasi ekstrak rimpang temulawak: - uji organoleptis - uji kandungan lembab - uji daya lekat - uji kualitatif ekstrak - uji viskositas - uji kuantitatif ekstrak
Pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang
temulawak
granul asam granul basa
Uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak:
- uji kecepatan alir - uji waktu larut - uji kandungan lembab
Penentuan profil sifat fisik granul dengan metode desain faktorial
Penentuan area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat dalam contour plot super
imposed
Kesimpulan
Gambar 2. Skema kerja penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman temulawak
Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menurut buku acuan
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (Dalimartha, 2000) untuk memastikan bahwa
tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar Curcuma
xanthorrhiza Roxb.
2. Penyiapan simplisia dan pembuatan serbuk rimpang temulawak
Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) berumur ± 2 tahun
sebanyak 200 kg diperoleh dari Samigaluh, Kulon Progo. Rimpang dicuci dengan
air mengalir untuk menghilangkan kotoran kemudian dilakukan sortasi basah
untuk memisahkan rimpang temulawak dari kemungkinan adanya campuran
rimpang lain atau dari bagian tanaman lain. Rimpang dikupas kulitnya lalu diiris
tipis-tipis dengan ketebalan ± 3 mm. Pengeringan dilakukan di bawah sinar
matahari dengan ditutup kain hitam, untuk menyempurnakan pengeringan maka
dilakukan pengeringan dengan oven sebelum simplisia diserbuk, menggunakan
suhu 50oC sampai simplisia kering ditandai dengan mudah dipatahkan atau hancur
bila diremas. Setelah simplisia kering, dilakukan sortasi kering untuk memisahkan
kemungkinan pengotor yang masih tertinggal dan simplisia yang rusak.
Setelah simplisia cukup kering ditandai dengan mudah patah/hancur saat
diremas, simplisia tersebut diserbuk dengan menggunakan mesin penyerbuk.
Selanjutnya diayak dengan pengayak no 8/24 (Anonim, 1986). Serbuk yang
diperoleh kemudian ditempatkan dalam wadah plastik yang diluarnya ditutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dengan kertas aluminium foil agar cahaya tidak dapat tembus, serta diberi silica
gel sebagai pengawet.
3. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak
Perbandingan pelarut dan serbuk yang digunakan adalah 1 bagian serbuk
dengan 5 bagian pelarut (Voigt, 1994), menggunakan pelarut etanol 96%. Serbuk
yang ditimbang sebanyak 12 kg dilarutkan dengan 60 liter pelarut, lalu dimaserasi
selama 4 hari (Ansel, 1989). Setelah 4 hari maserat disaring dengan
menggunakan kain penyaring tambahkan etanol pada ekstrak ad 200 ml kemudian
didiamkan selama 2 hari lalu didekantasi sehingga diperoleh cairan ekstrak yang
terpisah dari endapan hasil pendiaman. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya
dipurifikasi atau pemurnian ekstrak temulawak dengan metode ekstraksi pelarut
menggunakan pelarut heksan. Perbandingan untuk proses purifikasi adalah 1
bagian ekstrak cair dengan 1 bagian heksan diamkan selama 10 menit untuk
memaksimalkan pemisahan. Bagian ekstrak (bagian bawah pada corong pisah)
diambil lalu diuapkan di atas waterbath pada suhu 50-60oC sampai 1/9 bagian
berat serbuk temulawak kering (±1,33 kg), ekstrak yang diperoleh kemudian
ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat.
4. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak
a. Pemeriksaaan organoleptis. Pemeriksaan ini meliputi warna, bau, rasa,
dan konsistensi ekstrak.
b. Uji daya lekat. Uji ini dilakukan menggunakan dua buah gelas objek.
Gelas objek ditandai seluas 2,5 x 2,5 cm, kemudian dicari titik tengahnya. Kurang
lebih 50 mg ekstrak diletakkan di titik tengah luasan tersebut, kemudian ditutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dengan gelas objek yang lain dan ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5
menit. Kedua objek gelas yang saling berlekatan itu dipasang pada alat uji dengan
beban 80 gram. Dicatat waktu yang diperoleh sampai terpisahnya kedua objek
gelas tersebut (Voigt, 1994).
c. Uji viskositas. Uji ini menggunakan viscotester. Ekstrak dimasukkan
ke dalam bejana stainless steel dan dipilih rotor yang sesuai dengan konsistensi
ekstrak. Rotor dipasang pada alat uji dan diatur sehingga rotor tercelup dalam
ekstrak dan alat uji dihidupkan. Dicatat skala yang ditunjukkan oleh jarum sesuai
nomor rotor yang dipakai (Voigt, 1994).
d. Uji kandungan lembab. Uji ini menggunakan metode gravimetri,
ekstrak rimpang temulawak ditimbang seberat 10 g, dikeringkan dalam oven pada
suhu 105º C selama 5 jam. Setiap 60 menit ekstrak rimpang temulawak ditimbang
hingga mencapai bobot konstan yakni sampai perbedaan kadar air antara dua
penimbangan berturut – turut tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 1995).
Berikut rumus kadar air menurut Voigt (!994) :
e. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak. Uji ini dilakukan dengan
menimbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak secara seksama kemudian larutkan
dalam etanol sampai volume 5,0 ml, ditotolkan sebanyak 1µl pada lempeng silica
gel 60 F254 kemudian segera dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah
dijenuhi fase gerak. Setelah dikembangkan segera keluarkan lempeng silica gel,
dikeringkan kemudian dideteksi dengan UV 254 nm dan UV 365 nm.
MC = %100 x akhirekstrak Bobot
akhirekstrakBobotawalekstrakBobot −
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Fase diam : Lempeng silica gel 60 F254
Fase gerak : Kloroform : etanol : air suling (25 : 0,96 : 0,04)
Pendeteksi : Sinar UV 254 nm dan UV 365 nm
Sampel : Ekstrak rimpang temulawak
Baku : Kurkumin hasil sintesis Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
Jarak pengembangan yang digunakan adalah 6,5 cm. (Martono, 1996).
Ukur nilai Rf dari sampel kemudian dibandingkan dengan nilai Rf baku.
Rf =
cm) (an pengembangjarak (cm)bercak rambatan jarak
f. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak.
1). Pembuatan kurva baku, penetapan recovery dan koefisien variasi (CV)
Timbang kurkumin sintesis lebih kurang 25,0 mg secara seksama,
larutkan dalam etanol ad 25,0 ml (larutan induk = 1,0 g/l). Buat pengenceran
larutan induk dengan etanol hingga diperoleh seri larutan baku (masing-masing 4
kali) yang mengandung kurkumin 0,12; 0,14; 0,18; 0,23; dan 0,35 μg/μl dengan
volume pengambilan sebanyak 1,2 ml; 1,4 ml; 1,8 ml; 2,3 ml; dan 3,5 ml ad
etanol sampai 10,0 ml. Semua larutan baku harus terlindung dari cahaya. Larutan
ditotolkan sebanyak 1μl pada lempeng silica-gel 60 F254 kemudian segera
dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan campuran
kloroform : etanol : aquadest (25:0,96:0,04). Pengembangan dilakukan setinggi
6,5 cm, segera dikeringkan dan secepatnya discanning dengan densitometer pada
λ 420 nm. Kemudian dipilih salah satu dari 4 seri larutan baku untuk digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sebagai kurva baku. Selanjutnya dihitung nilai perolehan kembali dan koefisien
variasinya dari 3 seri larutan baku yang lain.
2). Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak
Timbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak temulawak secara seksama
kemudian larutkan dalam 5,0 ml etanol. Ulangi sebanyak 6 kali, lakukan
pemisahan secara kromatografi lapis tipis diikuti scanning densitometri seperti
pada larutan baku.
Kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak dihitung berdasarkan
kromatogram yang memiliki Rf sama dengan Rf kurkumin baku menggunakan
persamaan regresi linier dari kurkumin baku. Selanjutnya dihitung kadar rata-rata
dan standar deviasinya (SD) (Martono, 1996)
5. Penetapan dosis ekstrak rimpang temulawak
Khasiat yang diharapkan dalam sediaan granul effervescent ekstrak
temulawak ini adalah sebagai penciutan volume kandung empedu. Dosis
kurkumin sebagai penciutan volume kandung empedu untuk 1 kali minum adalah
sebesar 20 mg (Lelo, Rasyid, Zain, 1998). Perhitungan dosis kurkumin
berdasarkan kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak yang ditetapkan secara
KLT-Densitometri. Dosis ekstrak temulawak dihitung sebagai dosis kurkumin
dalam ekstrak.
6. Penentuan level natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam
fumarat
Pada penelitian ini metode granulasi yang digunakan adalah metode
granulasi basah. Bahan aktif yang digunakan adalah ekstrak temulawak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dosis 327 mg (sekali minum) dengan asam tartrat dan asam fumarat sebagai
sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa.
Formula optimum diperoleh berdasarkan penelitian Chrystyani (2005), yang
berjudul Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat sebagai Eksipien
pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak Secara
Granulasi Basah Aplikasi Desain Faktorial, didapatkan perbandingan optimum
untuk asam tartrat : asam fumarat = 425: 260.
Jumlah asam yang digunakan untuk pembuatan sediaan effervescent
berkisar antara 25%-40% (Wehling and Fred, 2004). Asam sejumlah 25%
merupakan asam level rendah dan 40% sebagai asam level tinggi.
Jumlah asam level rendah yang digunakan = 500 mg
- asam tartrat = 310 mg
- asam fumarat=190 mg
Jumlah asam level tinggi yang digunakan = 800 mg
- asam tartrat = 496 mg
- asam fumarat= 304 mg
Perhitungan level rendah dan level tinggi natrium bikarbonat yang
digunakan berdasarkan pada jumlah asam yang digunakan melalui perhitungan
secara stokiometri.
Jumlah total natrium bikarbonat level rendah= 563 mg
Jumlah total natrium bikarbonat level tinggi = 900 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
7. Pembuatan granul effervescent
Tabel II. Formula granul effervescent
Bahan Formula 1 a b ab
Ekstrak temulawak (mg) 327 327 327 327 NaHCO3 (mg) 563 900 563 900
Asam tartrat (mg) 310 310 496 496 Asam fumarat (mg) 190 190 304 304
Laktosa (mg) 816 816 816 816 Larutan PVP 3% (mg) 9 9 9 9
Aspartam (mg) 90 90 90 90 Bobot total granul tiap
sajian (mg) 2304 2641 2604 2941
Berikut tahapan granulasi effervescent (masing-masing formula
dibuat untuk 100 sajian) dengan metode granulasi basah dengan cairan non
reaktif:
a. granul yang dibuat ada 2 macam yaitu granul asam dan granul basa. Granul
asam dibuat dengan mencampur ekstrak temulawak, sumber asam (asam
tartrat–asam fumarat), laktosa (616 mg), dan larutan PVP 3% sebagai cairan
pengikat. Granul basa dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, laktosa
(200 mg), aspartam, dan larutan PVP 3% sebagai pengikat. Adonan lembab
tersebut kemudian diayak pada ayakan no. 12 hingga terbentuk massa granul,
lalu granul dikeringkan.
b. granul asam dan basa dikeringkan dalam oven dengan suhu 45oC selama 3
hari. Setelah kering, granul diayak dengan ayakan ukuran mesh no. 30/40.
Granul diayak dengan ayakan yang derajat kehalusannya cukup untuk
menghindari kemungkinan terjadinya penggumpalan (Ansel, 1989). Sebelum
diuji sifat fisik nya granul asam dan basa dicampurkan terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
8. Uji kualitas granul effervescent
a. Kecepatan alir. Granul ditimbang 100 gram kemudian dituang
perlahan-lahan ke dalam corong pengukur lewat tepi corong, biarkan granul
mengalir keluar. Waktu mengalirnya granul sampai granul berada di corong
keluar semua dicatat dengan menggunakan stopwatch (Voigt,1994).
b. Waktu larut. Sejumlah granul (sesuai bobot tiap formula) dilarutkan
ke dalam 200 ml air. Dilakukan pengadukan sebanyak 20 kali dengan bantuan
stopwatch dicatat waktu yang dibutuhkan oleh granul sampai terbentuk larutan
dengan residu tidak larut seminimal mungkin. Menurut Wehling and Fred (2004),
syarat waktu larut granul kurang dari 2,5 menit (< 150 detik). Untuk
menyempurnakan kelarutan dan mempercepat terjadinya reaksi effervescent
terkadang diperlukan suatu pengadukan yang ringan (Mohrle, 1980).
c. Kandungan lembab granul. Pemantauan kandungan lembab granul
dilakukan secara langsung menggunakan oven. Alat dipanaskan pada suhu 105oC
selama 15 menit. Ditimbang granul seberat 5 gram dimasukkan ke dalam alat
untuk masing-masing formula dalam cawan petri yang tersedia yang sebelumnya
sudah ditara (Ansel, 1989). Atur waktu pengeringan hingga bobot konstan yakni
sampai perbedaan bobot antara dua penimbangan berturut–turut tidak lebih dari
0,25% (Anonim,1995).
% 100 x akhirbobot
akhirbobot - awalbobot granul lembabKandungan =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
9. Penentuan efek
Penentuan eksipien natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam
fumarat yang dominan mempengaruhi sifat fisik granul menurut Bolton (1990)
dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
Efek faktor = rata-rata respon level tinggi – rata-rata respon level rendah
10. Penentuan profil sifat fisik granul dan area optimum
Respon untuk semua kombinasi dapat dihitung dengan persamaan:
Y = b0 + b1 (A) + b2 (B) + b12 (AB)
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
(A), (B) = level bagian A, bagian B, yang nilainya antara -1 sampai +1
b0,b1, b2, b12= koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan (Bolton,1990)
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara matematis menggunakan
desain factorial. Dari persamaan didapatkan contour plot dari masing-masing sifat
fisik granul. Dari masing-masing contour plot disatukan menjadi contour plot
super imposed dan dapat ditentukan area komposisi optimum natrium bikarbonat
dan campuran asam tartrat-asam fumarat, terbatas pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Rimpang Temulawak
Sebelum menggunakan sediaan herbal sebagai obat, harus dipastikan
bahwa tidak menggunakan bahan tanaman yang salah. Menggunakan sediaan
herbal yang salah dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan atau keracunan.
Oleh karena itulah perlu dilakukan determinasi terhadap tanaman yang akan
digunakan untuk membuat sediaan obat. Determinasi dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, dengan
cara membuat herbarium basah dari rimpang temulawak kemudian disesuaikan
dengan buku acuan “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia” (Dalimartha, 2000). Dari
hasil determinasi dapat dipastikan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benar-benar tumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.).
B. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Serbuk Rimpang Temulawak
Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) berumur ± 2 tahun
diperoleh dari Samigaluh, Kulon Progo, yang diambil pada bulan Oktober 2005.
Rimpang temulawak yang digunakan sebanyak 200 kg kemudian rimpang dicuci
dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
masih melekat pada bahan simplisia. Selanjutnya dilakukan sortasi basah untuk
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
memisahkan rimpang temulawak dari kemungkinan adanya campuran rimpang
lain atau dari bagian tanaman lain.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan
dikeringkan, semakin cepat penguapan airnya sehingga mempercepat waktu
pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan
berkurang atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga
mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan
simplisia seperti temulawak dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk
mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri dan zat aktif lainnya.
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kandungan lembab dan menghentikan reaksi enzimatik akan
mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Setelah simplisia kering,
dilakukan sortasi kering untuk memisahkan kemungkinan pengotor yang masih
tertinggal dan simplisia yang rusak.
Penyerbukan simplisia bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel
rimpang temulawak. Ekstraksi akan dipermudah dengan pengecilan ukuran
partikel. Waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi juga dipersingkat dengan
menaikkan luas permukaan kontak antara pelarut dan zat padat karena jarak
tembus oleh pelarut ke dalam zat padat diperkecil (Parrot, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
C. Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak
Serbuk rimpang temulawak yang diperoleh dimaserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 96 % selama 4 hari. Sifat kurkumin yang kurang
polar serta larut dalam etanol mendasari penggunaan etanol 96% sebagai cairan
penyari. Diharapkan dengan menggunakan etanol 96% kurkumin dapat tersari
secara optimum. Pemilihan metode maserasi dibandingkan dengan metode
ekstraksi yang lain karena metode maserasi dapat menyari bahan dalam jumlah
besar sekaligus. Selain itu proses maserasi dapat untuk menstandarisasi ekstrak
berdasarkan pada prinsip osmolalitas atau kelarutan jenuh. Dengan demikian
diharapkan jumlah kurkumin yang tersari dapat ditentukan sehingga menjamin
reprodusibilitas ekstrak yang dihasilkan.
Ekstrak yang diperoleh didiamkan selama 2 hari dengan tujuan untuk
mengendapkan amilum yang terdapat di dalam ekstrak sehingga diperoleh ekstrak
yang lebih murni (Anonim, 2000). Amilum perlu dihilangkan karena keberadaan
amilum dalam ekstrak akan mempengaruhi waktu larut granul effervescent yang
dihasilkan. Selain itu dengan adanya amilum dalam ekstrak, maka amilum akan
terikut saat menimbang ekstrak yang akan digunakan untuk membuat granul
effervescent. Hal ini tentunya mengakibatkan dosis kurkumin yang digunakan
menjadi tidak seragam.
Untuk menghilangkan resin dan senyawa lain dalam ekstrak yang tidak
dapat dipisahkan melalui pengendapan maka dilakukan proses purifikasi dengan
menggunakan heksan dengan perbandingan 1 bagian ekstrak dipurifikasi dengan 1
bagian heksan dalam corong pisah. Proses selanjutnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menguapkan/memekatkan ekstrak cair sampai diperoleh ekstrak dengan berat 1/9
berat serbuk kering yang digunakan. Pemekatan berarti peningkatan jumlah
parsial solut (senyawa terlarut) melalui proses penguapan pelarut sampai menjadi
kondisi kering atau ekstraknya menjadi lebih kental (Anonim, 2000).
D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak
Tabel III. Hasil uji sifat fisik ekstrak rimpang temulawak
Uji X ±SD Daya lekat (detik) 0,34 ± 0,01 Kekentalan (d.Pas) 1,68 ± 0,06
Kandungan lembab (%) 32,88 ± 7,56 Keterangan: X = Rata-rata dari 6 kali replikasi SD = Standar Deviasi 1. Uji organoleptik
Konsistensi : cairan agak kental dan lengket
Bau : khas aromatis
Warna : coklat kehitaman
Rasa : pahit
2. Uji daya lekat
Uji daya lekat dilakukan untuk mengkarakterisasi sifat fisik ekstrak
rimpang temulawak agar kualitas bahan yang digunakan seragam. Standarisasi
terhadap daya lekat ekstrak kental rimpang temulawak dilakukan karena daya
lekat dapat mempengaruhi daya ikat terhadap serbuk. Kelengketan ekstrak
rimpang temulawak dalam formulasi dapat berperan sebagai bahan pengikat pada
pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Daya lekat ekstrak diukur menggunakan parameter waktu lekat. Waktu
lekat adalah waktu yang diperlukan untuk memisahkan 2 gelas objek yang telah
dilekatkan dengan ekstrak rimpang temulawak. Semakin besar waktu lekat maka
daya lekat semakin tinggi, dan kekentalan ekstrak semakin tinggi.
Untuk uji daya lekat berat ekstrak yang digunakan adalah 50 mg, berat
ini dibuat sama untuk tiap kali uji, dengan tujuan agar tidak terjadi variasi hasil
akibat perbedaan berat. Berdasarkan data yang diperoleh seperti yang tertera pada
tabel VI, hasil rata-rata uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak sebesar 0,34 ±
0,01 detik, dihitung dari rata-rata yang dibutuhkan untuk melepaskan gelas objek.
3. Uji viskositas
Uji viskositas ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan ekstrak yang
diperoleh. Alat yang digunakan adalah viscotester tipe VT-04 dengan mekanisme
kerja berdasarkan hambatan pemutaran rotor, semakin kental bahan yang diuji
hambatan putar rotornya juga semakin besar sehingga rotor yang digunakan
adalah rotor dengan nomor yang semakin besar. Pengujian viskositas ekstrak
rimpang temulawak yang dihasilkan menggunakan rotor nomor 3, berdasarkan
dari hasil uji (tabel VI) didapatkan viskositas ekstrak rimpang temulawak sebesar
1,68 ± 0,06 d.Pas.
Kekentalan ekstrak utamanya berpengaruh terhadap formulasi sediaan
granul effervescent, jika ekstrak yang digunakan terlalu kental maka akan
menyulitkan dalam penuangan ekstrak dan pada saat dicampur dengan bahan-
bahan lain saat granulasi. Jika terlalu encer maka granul yang dihasilkan akan
terlalu lembek. Viskositas menggambarkan kemampuan ekstrak untuk mengikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
bahan menjadi granul, sehingga kekentalan ekstrak secara tidak langsung
berpengaruh terhadap waktu larut sediaan.
4. Uji kandungan lembab
Sediaan dari bahan alam perlu diketahui kadar airnya untuk menjaga
stabilitasnya dalam penyimpanan. Kadar air yang tinggi dalam suatu ekstrak dapat
mengaktifkan enzim-enzim dalam bahan alam sehingga bahan tersebut tidak stabil
dalam penyimpanan. Selain itu, keberadaan air didalam ekstrak yang terlalu tinggi
dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi jamur, bakteri, dan
mikroorganisme lainnya. Salah satu cara untuk menjaga stabilitas bahan alam
adalah dengan cara menghilangkan air atau pelarut sampai kandungan lembab
tertentu melalui proses pemanasan menggunakan suhu di atas 60ºC. Suhu ini
mampu merusak enzim dalam bahan alam secara irreversible, sehingga mampu
menjamin stabilitasnya (Voigt, 1994).
Pengujian kandungan lembab disini bertujuan untuk menstandarisasi
ekstrak rimpang temulawak yang digunakan. Uji kandungan lembab ekstrak
rimpang temulawak dilakukan dengan cara menimbang berak ekstrak rimpang
temulawak sebelum dan sesudah pemanasan 105oC sampai perbedaan bobot dua
kali penimbangan tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 1995). Tetapi pada ekstrak
rimpang temulawak yang dihasilkan tidak dapat mencapai bobot konstan dan
perbedaan bobot dua kali penimbangan berturut-turut tidak bisa mencapai 0,25%.
Hal ini disebabkan karena pengaruh pemanasan yang terlalu tinggi mengakibatkan
bahan organik terutama yang mengandung rantai karbon akan terurai menjadi
H2O dan CO2 yang ikut menguap sehingga bobot ekstrak tidak pernah konstan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Oleh karena itu pemanasan dihentikan pada saat perbedaan bobot dua kali
penimbangan berturut-turut mendekati 0,25% atau pada saat perbedaannya paling
kecil. Berdasarkan hasil perhitungan (tabel VI) didapatkan kandungan lembab
pada ekstrak rimpang temulawak sebesar 24,56 ± 4,01 %.
5. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak
Tabel IV. Hasil uji KLT ekstrak rimpang temulawak Warna bercak Rf
Visible UV 254 nm UV 365 nm Kurkumin
baku 0,54 kuning
kuning kecoklatan
putih kekuningan
Bercak 1 0,54 kuning
kuning kecoklatan
putih kekuningan
Bercak 2 0,39 kuning
kuning kecoklatan
putih kekuningan
Uji kualitatif kurkumin bertujuan untuk memastikan bahwa di dalam
ekstrak rimpang temulawak terkandung senyawa kurkumin. Selain itu
keberhasilan metode densitometri sangat dipengaruhi keberhasilan teknik
pemisahan. Pemisahan dilakukan dengan KLT menggunakan fase gerak yang
dapat memisahkan senyawa dari sampel yang ditotolkan sehingga dihasilkan
bercak kurkumin yang utuh dan mempermudah dalam scanning. Pengukuran
dilakukan terhadap bercak yang mempunyai warna dan harga Rf yang sama
dengan kurkumin baku. Untuk dapat melihat bercak dengan jelas dan untuk
memastikan bahwa bercak tersebut tunggal maka dilakukan deteksi dengan
menggunakan sinar UV 254 nm dan UV 365 nm.
Berdasarkan hasil pengukuran (tabel VII) didapatkan nilai Rf untuk
kurkumin baku sebesar 0,54 dengan warna kuning (visible), kuning kecoklatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(UV 254 nm), dan putih kekuningan (UV 365 nm). Sedangkan pada sampel
ditemukan 2 bercak yang diduga merupakan kurkumin serta turunannya yaitu
demetoksikurkumin. Nilai Rf bercak 1 sebesar 0,54, dan nilai Rf bercak kedua
sebesar 0,39 warna yang dihasilkan oleh kedua bercak tersebut sama dengan
warna kurkumin baku, dari hasil Rf maka dapat disimpulkan bahwa bercak 1
adalah kurkumin karena nilai Rf nya sama dengan Rf kurkumin baku sedangkan
bercak 2 diduga sebagai bercak demetoksikurkumin.
Hasil uji kualitatif kurkumin ekstrak rimpang temulawak tersaji dalam
gambar berikut:
B B B X X X B B B
Gambar 3a. Foto uji KLT UV 254 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
1 1 1
2 2 2
B B B X X X B B B
Gambar 3b. Foto uji KLT UV 365 nm
Keterangan gambar KLT B = baku X = sampel 1 = bercak 1 (kurkumin) 2 = bercak 2 (demetoksikurkumin) Fase diam : silica gel 60 F254 nm Fase gerak : Kloroform : etanol : aquadest (25 : 0,96 : 0,04)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
6. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak
a. Pembuatan kurva baku, penetapan recovery, dan koefisien variasi
(CV) .
Tabel V.Hubungan kadar kurkumin baku dengan AUC
Kadar kurkumin (µg/µl) AUC (x 105)
0,12 0,27107 0,14 0,32107 0,18 0,50799
0,23 0,70440 0,35 1,20423
a = -0,2369 b = 4,1110 r = 0,9995
Hasil analisis hubungan antara kadar kurkumin vs kromatogram dengan
persamaan regresi korelasi, diperoleh persamaan garis regresi untuk kurva baku Y
= 4,1110X-0,2369 dengan nilai koefisien korelasi r = 0,9995. Hal ini
menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara kadar kurkumin dengan
kromatogram karena nilai r > 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003). Kurva hubungan
antara kadar kurkumin dengan AUC dapat digambarkan sebagai berikut:
0.1
0.3
0.5
0.7
0.9
1.1
1.3
0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Are
aK
rom
atog
ram
x10
5
Y = 4.1110X -0.2369
Kadar Kurkumin (µg/µl)
Gambar 4. Kurva baku hubungan antara kadar kurkumin
dengan AUC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel VI.Penetapan recovery dan nilai CV
Kadar (µg/µl)
Rata-rata Recovery (%)
CV (%)
0,12 98,67 0,34 0,14 101,38 0,35 0,18 99,65 1,62
0,23 99,48 0,74 0,35 100,94 0,96
Berdasarkan tabel VI menunjukkan bahwa metode analisis ini cukup
valid dan dapat digunakan untuk analisis kadar kurkumin dalam suatu sampel. Hal
ini didasarkan pada koefisien variasi kurang dari 2 %, nilai perolehan kembali
masuk rentang 98-102 %, dan r > 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003).
b. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak. Zat
aktif yang berperan dalam temulawak adalah senyawa kurkumin. Untuk
mengetahui berapa banyak ekstrak rimpang temulawak yang harus ditimbang,
maka perlu untuk mengetahui kadar kurkumin yang terdapat dalam ekstrak
yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kadar kurkumin
dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 %.
E. Penetapan Dosis Ekstrak Rimpang Temulawak
Berdasarkan hasil KLT-Densitometri didapatkan kadar rata-rata
kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 % (tabel VIII).
Dosis kurkumin sebagai penciut volume kandung empedu untuk 1 x minum
sebesar 20 mg (Lelo,A., Rasyid,A., Zain-Hamid,R., 1998). Sehingga berat ekstrak
rimpang temulawak yang digunakan adalah 327 mg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
F. Formulasi Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak
Studi formulasi suatu sediaan obat mempunyai cakupan yang cukup
luas, meliputi pemilihan bahan-bahan obat baik bahan aktif sampai bahan
tambahannya. Pada formulasi ini digunakan bahan baku berupa ekstrak rimpang
temulawak dan bentuk sediaan yang dipilih adalah granul effervescent. Proses
pembuatan granul effervescent memerlukan penanganan yang sangat hati-hati
terutama untuk faktor lingkungannya (Lindberg, Engfors, and Ericsson, 1992).
Proses pembuatan produk effervescent memerlukan batas maksimum lembab
sebesar 25% pada suhu 25oC. Hal ini untuk menghindari pengaruh kelembaban
terhadap reaksi asam basanya (Mohrle, 1980).
Pembuatan granul effervescent perlu memperhatikan interaksi antara
asam dan basa sehingga dalam pembuatannya dilakukan pemisahan antara granul
asam dan granul basa. Tujuan melakukan pemisahan ini untuk meminimalkan
terjadinya interaksi antara asam dan basa, karena kelembaban ruangan hanya
berkisar 50-53 % dan suhu 25oC sehingga dikhawatirkan air dari lingkungan dapat
masuk ke granul yang dapat mengakibatkan terjadinya reaksi effervescent dini.
Masing-masing granul yang sudah kering diayak dengan pengayak no
30/40. Ukuran ini masih dikategorikan sebagai granul karena menurut Allen
(2002), suatu sediaan masih merupakan granul effervescent jika granul tersebut
berukuran dari 5 sampai 40.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
G. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Effervescent
Ekstrak Rimpang Temulawak
Tabel VII. Hasil uji sifat fisik granul
Uji granul Formula 1 Formula a Formula b Formula ab
Kecepatan alir
(gram/detik)70,44 ± 2,83 57,63 ± 2,71 63,35 ± 2,03 67,04 ± 2,53
Waktu larut (detik) 129,66 ± 5,24 148,97 ± 4,94 146,54± 4,78 146,32± 3,54
Kandungan lembab (%) 0,81 ± 0,08 0,70 ± 0,06 0,60 ± 0,07 0,50 ± 0,06
Berdasarkan perhitungan desain faktorial sifat fisik granul, besarnya efek
natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi
terhadap sifat fisik granul adalah sebagai berikut :
Tabel VIII.Efek natrium bikarbonat, campuran asam tartrat-asam fumarat, dan efek interaksi terhadap sifat fisik
granul
Uji granul Natrium bikarbonat
Campuran asam tartrat-asam
fumarat Interaksi
Kecepatan alir | -4,56 | 1,16 8,25
Waktu larut 9,54 7,11 | -10,77 |
Kandungan lembab | - 0,11 | | - 0,21 | | 0,005 |
1.Kecepatan alir
Pengukuran sifat alir granul pada penelitian ini dilakukan secara
langsung yaitu dengan mengukur waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mengalir keluar dari corong pengukur waktu alir. Waktu alir untuk 100 gram
granul sebaiknya tidak melebihi 10 detik, atau dengan kata lain kecepatan alir
granul sebaiknya tidak kurang dari 10 gram/detik. Tabel VII di atas menunjukkan
kecepatan alir granul untuk mengalir keluar dari corong pengukur waktu alir.
Keempat formula dalam percobaan memiliki kecepatan alir yang memenuhi
persyaratan, yaitu lebih dari 10 gram/detik. Sifat alir granul ini digunakan sebagai
parameter baik atau tidaknya granul mengalir saat packaging dan saat akan
dikempa jika ingin dibuat menjadi tablet.
Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level eksipien terhadap
kecepatan alir granul, dibuat grafik :
Uji Kecepatan Alir
40
50
60
70
80
500 600 700 800 900
Natrium Bikarbonat (mg)
Kec
epat
an A
lir (g
/s)
LR camp.asam LT camp.asam
Uji Kecepatan Alir
40
50
60
70
80
450 550 650 750 850Campuran Asam Tartrat-Asam
Fumarat (mg)
Kec
epat
an A
lir (g
/dtk
)
LR Basa LT Basa (a) (b) Gambar 5. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam
tartrat-asam fumarat (b) terhadap kecepatan alir
Berdasarkan gambar 5a dapat dilihat bahwa dengan semakin
meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi,
kecepatan alir granul akan semakin menurun pada penggunaan campuran asam
tartrat-asam fumarat level rendah dan kecepatan alir granul akan semakin
meningkat pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kurva kecepatan alir granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam
fumarat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar ׀ 0,04– ׀ dibandingkan
dengan kurva kecepatan alir granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam
fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat pada level rendah lebih
mempengaruhi perubahan kecepatan alir granul dibandingkan penggunaan
campuran asam tartrat-asam fumarat pada level tinggi.
Berdasarkan gambar 5b dapat dilihat bahwa dengan semakin
meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke
level tinggi, kecepatan alir granul akan semakin menurun pada penggunaan
natrium bikarbonat level rendah dan kecepatan alir granul akan semakin
meningkat pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi. Kurva kecepatan alir
granul pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi lebih curam dengan nilai
b sebesar 0,03 dibandingkan dengan kurva kecepatan alir granul pada penggunaan
natrium bikarbonat level rendah dengan nilai b sebesar ׀ 0,02- ׀. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada level tinggi lebih
mempengaruhi perubahan kecepatan alir granul dibandingkan penggunaan
natrium bikarbonat pada level rendah.
Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam
fumarat, dan efek interaksi terhadap kecepatan alir granul dapat dilihat dari
perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan
bahwa efek natrium bikarbonat sebesar | -4,56 | yang berperan dalam menurunkan
kecepatan alir, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar 1,16 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
berperan dalam meningkatkan kecepatan alir, dan efek interaksi sebesar 8,25 yang
berperan dalam meningkatkan kecepatan alir. Tetapi efek yang diprediksi lebih
dominan dalam mempengaruhi kecepatan alir adalah efek interaksi karena efek
interaksi menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan efek natrium
bikarbonat dan efek campuran asam asam tartrat-asam fumarat. Gambar 5a dan
gambar 5b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar atau berpotongan, hal ini juga
dapat memperlihatkan bahwa antara natrium bikarbonat dan campuran asam
tartrat-asam fumarat ada interaksi dalam menentukan kecepatan alir granul.
2. Waktu larut
Waktu larut granul effervescent menggambarkan cepat atau lambatnya
granul effervescent larut dalam air. Proses larutnya granul effervescent diawali
oleh penetrasi air ke dalam granul effervescent. Digunakannya bahan pengikat
berupa PVP 3% yang bersifat hidrofilik akan mempermudah penetrasi air ke
dalam granul sehingga granul effervescent mudah larut dalam air.
Pengamatan waktu larut granul dilakukan dengan melarutkan sejumlah
granul sesuai dengan formula ke dalam 200 ml air. Pada pengujian ini juga
dilakukan pengadukan ringan sebanyak 20 kali untuk mempercepat terjadinya
reaksi effervescent. Waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk larut dihitung
dengan bantuan stopwatch dan dicatat sebagai waktu larut granul dalam air. Hasil
pengamatan waktu larut granul dalam air dapat dilihat pada tabel VII.
Menurut Wehling and Fred (2004), waktu larut granul sebaiknya kurang
dari 2,5 menit (<150 detik). Tabel VII di atas menunjukkan waktu larut granul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dalam air, dan dapat dilihat bahwa dari keempat formula di atas memiliki waktu
larut granul yang memenuhi persyaratan, yaitu kurang dari 2,5 menit (<150 detik)
Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level eksipien terhadap
waktu larut granul, dibuat grafik :
Uji Waktu Larut Granul
125
130
135
140
145
150
500 600 700 800 900Natrium Bikarbonat (mg)
Wak
tu L
arut
Gra
nul
(det
ik)
LR camp. asam LT camp.Asam
Uji Waktu Larut Granul
125130135140145150155
400 500 600 700 800 900Campuran Asam Tartrat-Asam
Fumarat (mg)
Wak
tu L
arut
Gra
nul
(det
ik)
LR Basa LT Basa
(a) (b) Gambar 6. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam
tartrat-asam fumarat (b) terhadap waktu larut
Berdasarkan gambar 6a dapat dilihat bahwa dengan semakin
meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi, waktu
larut granul akan semakin lama pada penggunaan campuran asam tartrat-asam
fumarat level rendah dan waktu larut granul akan semakin cepat pada penggunaan
campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi. Kurva perubahan waktu larut
granul lebih curam pada penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level
rendah dengan nilai b sebesar 0,05 dibandingkan dengan penggunaan campuran
asam tartrat-asam fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar ׀ 0,01- ׀.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan campuran asam
tartrat-asam fumarat level rendah lebih mempengaruhi perubahan waktu larut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
granul dibandingkan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level
tinggi.
Berdasarkan gambar 6b dapat dilihat bahwa dengan semakin
meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke
level tinggi, waktu larut granul akan semakin lama pada penggunaan natrium
bikarbonat level rendah dan waktu larut granul akan semakin cepat pada
penggunaan natrium bikarbonat level tinggi. Kurva waktu larut granul pada
penggunaan natrium bikarbonat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar
0,06 dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level tinggi dengan nilai b
sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada
level rendah lebih mempengaruhi perubahan waktu larut granul dibandingkan
penggunaan natrium bikarbonat level tinggi.
Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam
fumarat, dan efek interaksi terhadap waktu larut granul dapat dilihat dari
perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan
bahwa efek natrium bikarbonat sebesar 9,54 yang berperan dalam meningkatkan
waktu larut granul, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar 7,11 yang
berperan dalam meningkatkan waktu larut granul, dan efek interaksi sebesar
| -10,77 | yang berperan dalam menurunkan waktu larut granul. Tetapi efek yang
diprediksi lebih dominan dalam mempengaruhi waktu larut granul adalah efek
interaksi karena efek interaksi menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan
efek natrium bikarbonat dan efek campuran asam asam tartrat-asam fumarat.
Gambar 6a dan gambar 6b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar, hal ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dapat memperlihatkan bahwa antara natrium bikarbonat dan campuran asam
tartrat-asam fumarat ada interaksi dalam menentukan kecepatan alir granul.
3. Kandungan lembab
Pengukuran kandungan lembab dilakukan untuk mengetahui kandungan
air pada granul kering. Kandungan lembab granul dapat mempengaruhi sifat alir
granul, dan stabilitas granul selama penyimpanan. Kandungan lembab yang terlalu
rendah akan menghasilkan granul yang sangat rapuh, sedangkan kandungan
lembab yang terlalu tinggi menyebabkan granul sulit mengalir dan tidak stabil
dalam penyimpanan (Voigt, 1984). Tetapi untuk granul effervescent kandungan
lembab yang rendah justru memberikan keuntungan. Karena dalam granul
effervescent kandungan lembab yang cukup tinggi dapat mengakibatkan terjadi
reaksi effervescent dini.
Granul effervescent yang baik memiliki kandungan lembab 0,4%-0,7%
(Dash, 2000). Pengukuran kandungan lembab pada penelitian ini menggunakan
oven. Proses pemanasan dilakukan pada suhu 105º C, sampai bobot granul
konstan atau dalam penimbangan dua kali berturut-turut perbedaan kedua
penimbangan tidak lebih dari 0,25%. Hasil pengukuran kandungan lembab granul
dapat dilihat pada tabel VI. Dari hasil pengukuran tersebut hanya formula 1 yang
kandungan lembabnya lebih dari 0,7%, sedangkan ketiga formula (a, b, dan ab)
kandungan lembabnya berada pada range 0,4-0,7%.
Untuk melihat hubungan level eksipien dan respon kandungan lembab
granul, dibuat grafik sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Uji Kandungan Lembab Granul
0.40.50.60.70.80.9
500 600 700 800 900Natrium Bikarbonat (mg)
Kan
dung
an
Lem
bab
Gra
nul
(%)
LR camp.Asam LT camp.Asam
Uji Kandungan Lembab Granul
0.40.50.60.70.80.9
450 550 650 750 850Campuran Asam Tartrat-Asam
Fumarat (mg)
Kan
dung
an L
emba
b G
ranu
l (%
)
LR Basa LT Basa
(a) (b) Gambar 7. Pengaruh natrium bikarbonat (a) dan campuran asam
tartrat-asam fumarat (b) terhadap kandungan lembab
Berdasarkan gambar 7a dapat dilihat bahwa dengan semakin
meningkatnya level natrium bikarbonat dari level rendah ke level tinggi,
kandungan lembab granul akan semakin menurun baik pada penggunaan
campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah maupun pada level tinggi.
Kurva kandungan lembab granul pada penggunaan campuran asam tartrat-asam
fumarat level rendah lebih curam dengan nilai b sebesar 3,4- ׀x10-4 ׀
dibandingkan dengan kurva kandungan lembab granul pada penggunaan
campuran asam tartrat-asam fumarat level tinggi dengan nilai b sebesar ׀ -
3,1x10-4 ׀. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan campuran asam tartrat-asam
fumarat pada level rendah lebih mempengaruhi perubahan kandungan lembab
granul dibandingkan penggunaan campuran asam tartrat-asam fumarat level
tinggi.
Berdasarkan gambar 7b dapat dilihat bahwa dengan semakin
meningkatnya level campuran asam tartrat-asam fumarat dari level rendah ke
level tinggi, kandungan lembab granul akan semakin menurun pada penggunaan
natrium bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Kurva kandungan lembab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
granul pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah lebih curam dengan nilai
b sebesar 7,0x10-4 dibandingkan dengan kurva kandungan lembab granul pada
penggunaan natrium bikarbonat level tinggi dengan nilai b sebesar 6,7x10-4. Hal
ini menunjukkan bahwa penggunaan natrium bikarbonat pada level rendah lebih
mempengaruhi perubahan kandungan lembab granul dibandingkan penggunaan
natrium bikarbonat pada level tinggi.
Besarnya efek natrium bikarbonat, efek campuran asam tartrat-asam
fumarat, dan efek interaksi terhadap waktu larut granul dapat dilihat dari
perhitungan desain faktorial (tabel VIII). Hasil perhitungan memperlihatkan
bahwa efek natrium bikarbonat sebesar | - 0,11 | yang berperan dalam menurunkan
kandungan lembab granul, efek campuran asam tartrat-asam fumarat sebesar
| - 0,21 | yang berperan dalam menurunkan kandungan lembab granul, dan efek
interaksi sebesar | 0,005 | yang berperan dalam meningkatkan kandungan lembab
granul. Tetapi efek yang diprediksi lebih dominan dalam mempengaruhi
kandungan lembab granul adalah efek campuran asam tartrat-asam fumarat karena
menunjukkan efek yang lebih besar dibandingkan efek natrium bikarbonat dan
efek interaksi.
Prinsip perhitungan kandungan lembab granul berdasarkan pada jumlah
lembab yang dilepaskan oleh bahan-bahan dalam granul dalam hal ini natrium
bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat. Bentuk hidrat dan anhidrat
berpengaruh terhadap jumlah air yang terikat pada bahan, oleh karena itu natrium
bikarbonat, asam tartrat, dan asam fumarat yang digunakan adalah dalam bentuk
anhidrat. Lembab yang terdapat dalam bahan tersebut diperkirakan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kandungan lembab awal (sebelum formulasi) dari bahan-bahan tersebut.
Kemungkinan kandungan lembab awal campuran asam tartrat-asam fumarat lebih
kecil dibandingkan kandungan lembab awal dari natrium bikarbonat sehingga
dalam pengujian kandungan lembab granul ini efek campuran asam tartrat-asam
fumarat lebih dominan dalam menurunkan kandungan lembab granul.
H. Prediksi Formula Optimum Granul
Granul effervescent sebelum dipasarkan harus melalui serangkaian uji
kontrol kualitas untuk melihat apakah granul tersebut layak untuk dipasarkan atau
tidak dan sudah memenuhi persyaratan sifat fisik yang baik. Uji sifat fisik granul
yang sering dilakukan adalah kecepatan alir granul, waktu larut granul, dan
kandungan lembab granul. Sifat fisik granul ini akan mempengaruhi kualitas
granul yang diperoleh. Kecepatan alir granul yang memenuhi persyaratan adalah
lebih dari 10 gram/detik. Kandungan lembab granul yang memenuhi persyaratan
untuk granul effervescent adalah 0,4% - 0,7%. Untuk sediaan effervescent harus
memenuhi waktu larut kurang dari 2,5 menit (< 150 detik).
Dari hasil pengukuran sifat fisik granul yang meliputi kecepatan alir
granul, waktu larut granul, dan kandungan lembab granul dibuat contour plot.
Dari masing-masing contour plot hasil uji sifat fisik granul ditentukan area
optimum dari masing-masing respon eksipien. Contour plot yang terbentuk
kemudian digabungkan menjadi satu menjadi contour plot super imposed sifat
fisik granul. Dari contour plot super imposed diprediksi area komposisi optimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
eksipien yang diprediksi sebagai formula optimum granul, terbatas pada level
yang diteliti.
Dari perhitungan respon dengan desain faktorial didapatkan contour plot
yang dapat memperkirakan area optimum dari masing-masing kecepatan alir
granul, waktu larut granul, kandungan lembab granul yang dikehendaki. Dari
persamaan kecepatan alir granul Y = 149,5680 – 0,1196 (A) – 0,1155 (B)
+1,632x10-4 (A)(B). Y adalah kecepatan alir granul (gram/detik) , (A) adalah level
natrium bikarbonat, dan (B) adalah level campuran asam tartrat-asam fumarat.
Berdasarkan persamaan kecepatan alir granul, didapatkan contour plot kecepatan
alir granul sebagai berikut:
Gambar 8. Contour plot kecepatan alir granul
Dari contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum
granul, terbatas pada level yang diteliti. Dari contour plot dapat dilihat bahwa dari
keempat formula untuk setiap 100 gram granul memiliki kecepatan alir lebih dari
10 gram/detik, berarti granul effervescent yang diperoleh sudah memenuhi kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
mudah mengalir. Dapat diamati pada contour plot bahwa dari percobaan diperoleh
area untuk kecepatan alir granul yang memenuhi persyaratan pada level yang
diteliti. Kurva kecepatan alir yang terbentuk semua memenuhi persyaratan
kecepatan alir granul, sehingga semua area yang berwarna biru diprediksi sebagai
area kecepatan alir granul yang optimal.
Dari persamaan desain faktorial respon waktu larut granul Y = 14,9267 +
0,1538 (A) + 0,1650 (B) –1,931x10-4 (A)(B). Y adalah waktu larut granul (detik),
(A) adalah level natrium bikarbonat, dan (B) adalah level campuran asam tartrat-
asam fumarat. Dari persamaan tersebut didapatkan contour plot waktu larut granul
sebagai berikut:
Gambar 9. Contour plot waktu larut granul
Dari contour plot tersebut dapat ditentukan area optimum waktu larut
granul yang dikehendaki, terbatas pada level yang diteliti. Dari percobaan yang
dilakukan diperoleh waktu larut yang memenuhi persyaratan untuk keempat
formula yang diteliti yaitu kurang dari 2,5 menit (<150 detik). Berarti granul yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diperoleh telah memenuhi persyaratan sebagai sediaan effervescent yang baik.
Dapat diamati dari contour plot yang terbentuk, bahwa dari perhitungan desain
faktorial didapatkan area yang memenuhi persyaratan pada level yang diteliti.
Area yang berwarna oranye dipilih sebagai area optimum untuk waktu larut granul
yang dikehendaki.
Persamaan desain faktorial dari respon kandungan lembab granul Y =
1,3817 – 3,850 x10-4 (A) –7,576 x 10-4(B) + 1,008 x10-7 (A)(B).Y adalah
kandungan lembab granul (%), (A) adalah level natrium bikarbonat, dan (B)
adalah level campuran asam tartrat-asam fumarat. Dari persamaan desain faktorial
kandungan lembab granul dapat dibuat contour plot untuk kandungan lembab
granul sebagai berikut:
Gambar 10. Contour plot kandungan lembab granul
Dari percobaan diperoleh granul dari formula 1 tidak memenuhi
persyaratan kandungan lembab untuk granul effervescent yaitu 0,4% - 0,7%,
sedangkan ketiga formula yang lain sudah memenuhi syarat. Dapat diamati dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
area yang memenuhi persyaratan pada level yang diteliti. Area yang berwarna
hijau dipilih sebagai area optimum untuk waktu larut granul yang dikehendaki.
Optimasi terhadap formula dilakukan untuk mendapatkan formula
optimum granul effervescent terbatas pada level yang diteliti. Formula optimum
granul effervescent dapat diperkirakan dengan cara menggabungkan contour plot
dari seluruh uji sifat fisik granul effervescent yang dilakukan. Grafik pada area
optimum dari masing-masing uji yang telah dipilih digabungkan menjadi satu
dalam contour plot super imposed sebagai berikut:
Gambar 11. Contour plot super imposed
Melalui contour plot super imposed sifat fisik granul effervescent
(Gambar 11), dapat diperkirakan area komposisi optimum eksipien untuk
mendapatkan formula granul effervescent dengan respon sifat fisik granul
effervescent yang dikehendaki dalam batas level bahan yang diteliti, yaitu pada
area yang berwarna merah muda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Campuran asam tartrat-asam fumarat diprediksi dominan dalam menentukan
kandungan lembab granul effervescent, sedangkan efek interaksi diprediksi dominan
dalam menentukan kecepatan alir granul, dan waktu hancur granul effervescent
ekstrak rimpang temulawak.
2. Berdasarkan contour plot super imposed diperoleh area komposisi optimum
natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat terbatas pada level yang
diteliti.
B. Saran
Perlu dikembangkan sediaan tablet effervescent berdasarkan komposisi
optimum formula granul effervescent yang dihasilkan dari penelitian ini.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, E., 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak: Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit, 1-3, 12-13, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Allen, L., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Compounding, 2nd Ed, 99, American Pharmaceutical Association, Washington DC.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-9, 400, 782, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1985, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 722/
Men.Kes/PER/ IX/1988 tentang Pemanis Buatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1-6, 10-11, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-6,53, 354, 400, 510, 601,782,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cet. Pertama,
8-11, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor : HK.00.05.5.1.4547, tentang Persyaratan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, Available from: http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan, accessed on April, 20, 2006.
Anonim, 2006, Product Information, Available from:
http://www.caymanchem.com, accessed on January, 15, 2007. Ansel., H., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, diterjemahkan
oleh Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 214, 244-245, 249, 255, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Aulton, M. E., 2002, Pharmaceuticals the Science of Dosage Form Design, 2nd
Edition, 307-312, 618-619, 662-666, ECBS, Philadelphia. Banker and Anderson, 1986, Tablet, in Lachman, L., The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, terjemahan Siti Suyatmi, Edisi 3, 647-677, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd Ed., 308-553, Marcell Dekker, Inc., New York.
Chrystyani, N. B., 2005, Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat
sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, 182-186, Trubus
Agriwidyo, Jakarta. Dash, Alekha, K., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating Calcium Carbonate
Tablets, Available from: http://www.pharmscitech.com, Accessed on April,15,2006.
Fassihi, A. K., and Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow
Properties on Tablet Weight Variation in Drug Development and Industrial Pharmacy, 22, 1947-1968, Marcell Dekker, New York.
Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direk, Medika 7, 9,
586-593. Gritter, R.J., Bobit, J.M., dan Schwarting, A.G., 1991, Pengantar Kromatografi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 107-155, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Hardjono, S., 1985, Kromatografi, 23-34, Laboratorium Analisis Kimia Fisika
Pusat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Karden, M., 2003, Temulawak, Available from: http://warintek.progressio.or.id,
accessed April, 20, 2006. Lachman, dan Liebermann, A., 1989., Teori dan Praktek Farmasi Industri,
terjemahan Soendani Noerono, Bagian II, Edisi III, 646-647, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Lelo, A., Rasyid, A., Zain-Hamid, 1998, Efek Kurkumin Pada Kandung Empedu
Manusia: dalam Bentuk Sediaan Tablet, Kapsul, dan Bubuk, Majalah Kedokteran Unibraw, Volume XIV, No.3, Desember 1998.
Lindberg, N., Engfors, H., Ericsson, T., 1992, Effervescent Pharmaceuticals, in
Swarbricck, J., Boylan, J.C., (e d s.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol 5, 45-71, Marcell Dekker, Inc., New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
List, P.H., and Schdmit, P.C., 1989, Phytopharmaceutical Technology, CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida, U.S.A.
Majeed, Muhammed, Vladimir, B., Uma, S., Rajendran, M. S., 1995,
Curcuminoids Antioxidant Phytonutrients, Nutriscience Publishers, New Jersey.
Martono, S., 1996, Penentuan Kadar Kurkumin Secara Kromatografi Lapis Tipis-
Densitometri, Buletin ISFI Yogyakarta, 2, 4, 11-21. Mohrle, R., 1980, Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Volume 1, 284-362,
Penerbit Warner Lambert Company, Morris Planis, New Jeresy. Muchtaridi, 2006, Klarifikasi Mengenai Bahaya Bahan Tambahan Dalam
Makanan, Available from: http://www.pikiran-rakyat.com, accessed on April, 20, 2006.
Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yang
Baik, Majalah Farmasi Airlangga, III (2), 72. Muth, J.E, De., 1999, Basic Statistica and Pharmaceutical Statistical Application,
265-294, Marcel Dekker, Inc. New York. Paris, R.R., and Moyse, M.H., 1981, Precis De Matiere Medicale, 775-779,
Deuxieme Edition, Revises Masson, Paris. Parrot, E.L., 1989, Penggerusan, In Lieberman, H.A., Lachman, L., J.L., (Eds),
The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, terjemahan Siti Suyatmi, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Ed.2, Jilid I, 41-100, UI Press, Jakarta.
Supardjan, A.M.,1987, Pemisahan Tetrasiklin dan Hasil Uraiannya dalam Sediaan
Tetrasiklin secara KLT Densitometri, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian, Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tonnesen, H.H., and Karlsen, Jan., 1985, Studies on Curcumin and Curcuminoids,
Alkaline Degradation of Curcumin, Original Papers, Departement of Galenical Pharmacy, Institute of Pharmacy, University of Oslo, Norway.
Tonnesen, Vries, de Henk., Henegouwen, Gerard, and Karlsen, J., 1986, Studies
on Curcumin and Curcuminoid, Investigation of the Photobiological Activity of Curcumin Using Bacterial Indicator System, Journal of Pharmaceutical Sciences, 76, 5, 371-373.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani Noerono, Edisi 5, 165-167, 179, 202, 206-208, 223, 564, 568, 577-578, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wardani, T., 2003, Pengaruh Penambahan EM-4 (Effective Microorganism-4)
Terhadap Kadar Kurkumin Pada Maserasi Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wedke, D.A., Serajudin, A.T.M., and Jacobson, H., 1989, Preformulation Testing,
in Lieberman, H. A., Lachman, L., and Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dossage Form : Tablets, Vol 1, 2nd Edition, 53-57, Marcell Dekker, Inc., New York.
Wehling and Fred, 2004, Effervescent Composition Including Stevia, Available
from: http://www.pharmcast.com, Accessed April, 16, 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 1. Hubungan antara kadar kurkumin standar dengan area
kromatogram untuk pembuatan kurva baku
Gambar 12. Kromatogram kurva baku
Tabel V. Kadar kurkumin Baku dengan AUC
Kadar kurkumin (µg/µl)
AUC (x 105)
0,12 0,27107 0,14 0,32107 0,18 0,50799
0,23 0,70440 0,35 1,20423
A= -0,2369
B = 4,1110
r = 0,9995
Persamaan garis regresi Y = 4,1110X-0,2369
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 2. Data recovery
- Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,12 µg/µl
Tabel IX. Data recovery 0,12 µg/µl
Replikasi AUC
(105)
Kadar
(µg/µl)
X
(µg/µl)SD
CV
(%)
Recovery
(%)
Rata-rata
Recovery
(%)
1 0,25323 0,1192 99,33
2 0,25030 0,1185 98,75
3 0,25113 0,1187
0,1188 0,0004 0,34
98,92
98,67
Keterangan:
X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi SD = Simpangan Deviasi
CV = Koefisien Variasi
- Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,14 µg/µl
Tabel X. Data recovery 0,14 µg/µl
Replikasi AUC
(105)
Kadar
(µg/µl)
X
(µg/µl)SD
CV
(%)
Recovery
(%)
Rata-rata
Recovery
(%)
1 0,34572 0,1417 101,21
2 0,34675 0,1420 101,43
3 0,34986 0,1427
0,1421 0,0005 0,35
101,93
101,38
Keterangan:
X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi SD = Simpangan Deviasi
CV = Koefisien Variasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
- Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,18 µg/µl
Tabel XI. Data recovery 0,18 µg/µl
Replikasi AUC
(105)
Kadar
(µg/µl)
X
(µg/µl)SD
CV
(%)
Recovery
(%)
Rata-rata
Recovery
(%)
1 0,50084 0,1795 99,72
2 0,51193 0,1822 101,22
3 0,48841 0,1764
0,1794 0,0029 1,62
98,00
99,65
Keterangan:
X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi SD = Simpangan Deviasi
CV = Koefisien Variasi
- Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,23 µg/µl
Tabel XII. Data recovery 0,23 µg/µl
Replikasi AUC
(105)
Kadar
(µg/µl)
X
(µg/µl)SD
CV
(%)
Recovery
(%)
Rata-rata
Recovery
(%)
1 0,71065 0,2305 100,22
2 0,70359 0,2288 99,48
3 0,69668 0,2271
0,2288 0,0017 0,74
98,74
99,48
Keterangan:
X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi SD = Simpangan Deviasi
CV = Koefisien Variasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
- Larutan kurkumin baku dengan kadar 0,35 µg/µl
Tabel XIII. Data recovery 0,35 µg/µl
Replikasi AUC
(105)
Kadar
(µg/µl)
X
(µg/µl)SD
CV
(%)
Recovery
(%)
Rata-rata
Recovery
(%)
1 1,20151 0,3499 99,97
2 1,21533 0,3533 100,94
3 1,22949 0,3567
0,3533 0,0034 0,96
101,91
100,94
Keterangan:
X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi SD = Simpangan Deviasi
CV = Koefisien Variasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 3. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak
Tabel XIV. Kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak
Replikasi
AUC (105)
Kadar (%)
X
(%) SD
CV (%)
1 1,13544 6,23 2 1,04244 6,04 3 1,04803 5,98 4 0,98238 5,50 5 1,09248 6,22 6 1,16177 6,70
6,11
0,39
6,38
Keterangan:
X = Kadar rata-rata 6 kali replikasi
SD = Simpangan Deviasi
CV = Koefisien Variasi
Gambar 13. Kromatogram sample
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 4. Perhitungan dosis ekstrak rimpang temulawak
Berdasarkan hasil KLT-densitometri didapatkan kadar rata-rata kurkumin
dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 %. Dalam 40 gram serbuk
rimpang temulawak menjadi 1/9 berat serbuk mula-mula, sehingga kadar
kurkumin dalam rimpang kering temulawak sebesar:
%68,0serbuk gram 900
kurkumin 6,11gram= .
Dosis kurkumin untuk penciutan volume kandung empedu 1 x minum
sebesar 20 mg (Lelo,A., Rasyid,A., Zain-Hamid,R., 1998). Dari hasil tersebut,
maka berat ekstrak rimpang temulawak yang digunakan adalah:
327,33mg mg1006,11mg20mg
=x ~ 327 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 5. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak
1. Uji daya lekat
Tabel XV. Uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak
Pengulangan uji Kelengketan (detik) 1 0,34 2 0,35 3 0,34 4 0,35 5 0,34 6 0,32 X 0,34
SD 0,01 Keterangan
X = Rata-rata
SD = Standar Deviasi
2. Uji Viskositas
Tabel XVI. Uji viskositas ekstrak rimpang temulawak
Pengulangan uji Kelengketan (dPa.S) 1 1,75 2 1,70 3 1,70 4 1,70 5 1,60 6 1,60 X 1,68
SD 0,06
Keterangan
X = Rata-rata
SD = Standar Deviasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3. Uji kandungan lembab
Tabel XVII. Uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak
Penimbangan (gram)
1 2 3 4 5 6
Cawan (C) 84,3736 85,4820 76,4438 87,1474 96,2843 89,8713 Ekstrak (E) 10,0651 10,0358 10,0336 10,0094 10,0150 10,0270
C+E 94,4387 95,5178 86,4774 97,1568 106,2993 99,8983 Stlh 5 jam 92,2311 93,9559 85,1770 NA NA NA
1 jam 91,9894 93,7800 85,0150 NA NA NA 2 jam 91,7317 93,6401 84,8546 NA NA NA 3 jam 91,6044 93,5560 84,7600 NA NA NA 4 jam 91,5218 93,4804 84,6592 NA NA NA 5 jam 91,4527 93,4076 84,5980 NA NA NA 6 jam 91,3528 93,3212 84,4858 NA NA NA 7 jam 91,2880 93,2639 84,4305 NA NA NA 8 jam 91,2281 93,1907 84,3698 NA NA NA 9 jam 91,1986 93,1683 84,3429 94,6349 104,1386 97,5226
% 47,47 30,57 27,02 33,68 27,51 31,05 X 32,88 %
SD 7,56 Keterangan
X = Rata-rata
SD = Standar Deviasi
NA = Not Available
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4. Uji kualitatif ekstrak
Tabel XVIII. Nilai Rf kurkumin standar,bercak 1,dan bercak 2
Kurkumin standar Bercak 1 Bercak 2
3,5 3,5 2,6 3,5 3,6 2,5 3,5 3,6 2,6 3,5 3,5 2,5 3,5 3,5 2,5
Panjang rambatan (cm)
3,5 3,5 2,5 0,54 0,54 0,40 0,54 0,55 0,39 0,54 0,55 0,40 0,54 0,54 0,39 0,54 0,54 0,39
Nilai Rf
0,54 0,54 0,39 Rata-rata Rf 0,54 0,54 0,39
Rf = cm) (6,5an pengembangjarak
bercakrambatan jarak
Contoh perhitungan Rf
- Rf Standar Kurkumin = 54,0cm 6,5cm 3,5
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 6. Perhitungan level tinggi dan level rendah campuran
asam tartrat-asam fumarat
Formula optimum diperoleh berdasarkan penelitian Natalya Betty
Chrystyani didapatkan perbandingan optimum untuk asam tartrat : asam fumarat =
425: 260. Asam sejumlah 25 % merupakan level rendah dan 40% sebagai level
tinggi dengan perhitungan sebagai berikut:
Level Rendah
Jumlah asam yang digunakan = mg 500 mg 2000x 10025
=
- asam tartrat
mg 310,22 mg x500685425
= ~ 310 mg
- asam fumarat
mg 189,78 mg x500685260
= ~ 190 mg
Level Tinggi
Jumlah asam yang digunakan = mg 800 mg 2000x 10040
=
- asam tartrat
mg 496,35 mg x800685425
= ~ 496 mg
- asam fumarat
mg 303,65 mg x800685260
= ~ 304 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 7. Perhitungan level tinggi dan level rendah natrium bikarbonat
Perhitungan level rendah dan level tinggi natrium bikarbonat yang
digunakan berdasarkan pada jumlah asam yang digunakan, melalui perhitungan
secara stokiometri.
Jumlah level tinggi campuran asam tartrat-asam fumarat
= jumlah level tinggi (asam tartrat + asam fumarat)
= (496 + 304)mg
= 800 mg
Jumlah level rendah campuran asam tartrat-asam fumarat
= jumlah level rendah (asam tartrat + asam fumarat)
= (310 + 190)mg
= 500 mg
Reaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat:
2 NaHCO3 + C4H6O6 C4H4O6Na2 + 2 CO2 + 2 H2O
Reaksi antara asam fumarat dan natrium bikarbonat
2 NaHCO3 + C4 H4O6 C4H2O6Na2 + 2CO2 + 2 H2O
Berdasarkan kedua reaksi diatas maka dapat dihitung jumlah natrium bikarbonat
yang digunakan sebagai level rendah dan level tinggi
a. Natrium bikarbonat untuk campuran asam level rendah
1). Jumlah natrium bikarbonat untuk 310 mg asam tartrat adalah
1 mol asam tartrat = ½ mol natrium bikarbonat
tartratasamBMberatgram = ½ ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bikarbonatnatriumBMberatgram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
150,09gram0,31 = ½ ⎟
⎠
⎞⎜⎝
⎛84,01
gramX
2,065 x 10-3 = 168,02
gramX
X = 2,065 x 10-3 gram x 168,02 = 0,347 gram = 347 mg
2) Jumlah natrium bikarbonat untuk 190 mg asam fumarat adalah
1 mol asam fumarat = ½ mol natrium bikarbonat
fumaratasamBMberatgram = ½ ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bikarbonatnatriumBMberatgram
148
gram0,19 = ½ ⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛84,01
gramX
1,284 x 10-4 = 168,02
gramX
X = 1,284 x 10-3 gram x 168,02 = 0,216 gram = 216 mg
Jumlah total natrium bikarbonat untuk campuran asam level rendah adalah
= 347 mg + 216 mg
= 563 mg (digunakan sebagai level rendah)
a. Natrium bikarbonat untuk campuran asam level tinggi
1). Jumlah natrium bikarbonat untuk 496 mg asam tartrat adalah
1 mol asam tartrat = ½ mol natrium bikarbonat
tartratasamBMberatgram = ½ ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bikarbonatnatriumBMberatgram
150,09gram0,496 = ½ ⎟
⎠
⎞⎜⎝
⎛84,01
gramX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
3,305 x 10-3 = 168,02
gramX
X = 3,305 x 10-3 gram x 168,02 = 0,555gram = 555 mg
2) Jumlah natrium bikarbonat untuk 304 mg asam fumarat adalah
½ mol asam fumarat = 1 mol natrium bikarbonat
1 mol asam fumarat = ½ mol natrium bikarbonat
fumaratasamBMberatgram = ½ ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bikarbonatnatriumBMberatgram
148
gram0,304 = ½ ⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛84,01
gramX
2,054 x 10-3= 168,02
gramX
X = 2,054 x 10-3 gram x 168,02 = 0,345 gram = 345 mg
Jumlah total natrium bikarbonat untuk campuran asam level tinggi adalah
= 555 mg + 345 mg
= 900 mg (digunakan sebagai level tinggi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 8. Uji sifat fisik granul effervescent
1. Uji kecepatan alir
Tabel XIX. Uji kecepatan alir granul
Kecepatan alir granul (gram/detik)
Pengulangan uji
Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 72,46 54,05 66,67 71,43 2 68,03 55,25 62,50 66,67 3 74,63 60,61 62,50 65,36 4 68,03 60,61 63,69 64,10 5 68,03 57,14 60,61 68,03 6 71,43 58,14 64,10 66,67 X 70,44 57,63 63,35 67,04
SD 2,83 2,71 2,03 2,53 Keterangan
X = Rata-rata
SD = Standar Deviasi
2. Uji waktu larut granul
Tabel XX. Uji waktu larut granul
Waktu larut granul (detik)
Pengulangan uji
Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 121,63 145,44 140,96 146,69 2 130,69 141,27 142,35 147,50 3 131,22 148,15 152,31 144,09 4 125,96 152,27 144,47 140,72 5 131,61 152,88 151,78 147,86 6 136,87 153,79 147,37 151,06 X 129,66 148,97 146,54 146,32
SD 5,24 4,94 4,78 3,54 Keterangan
X = Rata-rata
SD = Standar Deviasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
3. Uji kandungan lembab
Tabel XXI. Uji kandungan lembab granul
Kandungan lembab granul (%)
Pengulangan uji
Formula 1 Formula a Formula b Formula ab 1 0,9006 0,6778 0,6119 0,6012 2 0,8289 0,7727 0,5833 0,4932 3 0,8873 0,6650 0,6419 0,5193 4 0,7382 0,7439 0,5855 0,4936 5 0,8319 0,6094 0,7030 0,4638 6 0,6954 0,7338 0,4952 0,4313 X 0,81 0,70 0,60 0,50
SD 0,08 0,06 0,07 0,06
Keterangan
X = Rata-rata
SD = Standar Deviasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 9. Perhitungan desain faktorial
1. Uji kecepatan alir
Tabel XXII. Nilai efek kecepatan alir granul
Formula (A) (B) (A)(B) Respon (1) - 1 - 1 + 1 70,44 (a) + 1 - 1 - 1 57,63 (b) - 1 + 1 - 1 63,35 (ab) + 1 + 1 + 1 67,04
Persamaan : Y = b0 +b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)
(1). 70,44 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
(a). 57,63 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12
(b). 63,35 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
(ab). 67,04= b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12
Efek Interaksi
Efek A = (ab + a) - (b + 1) / 2 = -4,52
Efek B = (ab + b) – (a + 1) / 2 = 1,16
Interaksi A dan B = (1 + ab) – (a + b) / 2 = 8,25
Eliminasi persamaan (1) dan (a)
70,44 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
57,63 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12
12,81 = -337 b1 – 168500 b12 …………. ( I )
Eliminasi persamaan (b) dan (ab)
63,35 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
67,04 = b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12
- 3,69 = -337 b1 – 269600 b12 …………. ( II )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Eliminasi persamaan (I) dan (II)
12,80 = -337 b1 – 168500 b12
- 3,69 = -337 b1 – 269600 b12
16,49 = 101100 b12
b12 = 1,631804316 x 10-4
Substitusi nilai b12 ke persamaan ( I )
12,81 = -337 b1 – 168500 b12
12,81 = -337 b1 – 168500 (1,631804316 x 10-4)
12,81 = -337 b1 – 27,49590272
12,81 + 27,49590272 = -337 b1
40,30590272 = -337 b1
b1 = -0,119574217
Eliminasi persamaan (1) dan (b)
70,44 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
63,35 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
7,09 = -300 b2 – 168900 b12 ………… (III)
Substitusi nilai b12 ke persamaan (III)
7,09 = -300 b2 – 168900 b12
7,09 = -300 b2 – 168900 (1,631804316 x 10-4)
7,09 = -300 b2 – 27,5611749
7,09 + 27,5611749 = -300 b2
34,6511749 = -300 b2
b2 = - 0,115499071
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Substitusi nilai b1, b2, dan b12 ke persamaan (1)
70,44= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
70,44=b0 + 563 (-0,119574217)+ 500 (-0,11549907) + 281500 (1,63180432x10-4)
70,44= b0 – 67,32028023 – 57,74953566 + 45,9352915
70,44= b0 – 79,13452439
b0 = 149,5679974
Persamaan Umum
Y =149,5679974 – 0,119574217(A) – 0,11549907 (B) + 1,631804316x10-4 (A)(B)
Y – 149,5679974 + 0,119574217(A)=(B)(- 0,11549907 + 1,631804316x10-4 (A))
B = (A))10 x 61,63180431 071(-0.115499
7(A))0,11957421 4149,567997 - (Y4-+
+
2. Uji waktu larut granul
Tabel XXIII. Nilai efek waktu larut granul
Formula (A) (B) (A)(B) Respon (1) - 1 - 1 + 1 129,66 (a) + 1 - 1 - 1 148,97 (b) - 1 + 1 - 1 146,54 (ab) + 1 + 1 + 1 146,32
Persamaan : Y = b0 +b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)
(1). 129,66= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
(a). 148,97= b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12
(b). 146,54= b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
(ab). 146,32= b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Efek Interaksi
Efek A = (ab + a) - (b + 1) / 2 = 9,54
Efek B = (ab + b) – (a + 1) / 2 = 7,12
Interaksi A dan B = (1 + ab) – (a + b) / 2 = -9,76
Eliminasi persamaan (1) dan (a)
129,66 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
148,97 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12
-19,31 = -337 b1 – 168500 b12 …………. ( I )
Eliminasi persamaan (b) dan (ab)
146,54 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
146,32 = b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12
0,22 = -337 b1 – 269600 b12 …………. ( II )
Eliminasi persamaan (I) dan (II)
-19,31 = -337 b1 – 168500 b12
0,22 = -337 b1 – 269600 b12
-19,53 = 101100 b12
b12 = -1,931091335 x 10-4
Substitusi nilai b12 ke persamaan ( I )
-19,31 = -337 b1 – 168500 b12
-19,31 = -337 b1 – 168500 (-1,931091335 x 10-4)
-19,31 = -337 b1 + 32,538889
-19,31- 32,538889 = -337 b1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
-51,848889 = -337 b1
b1 = 0,153834487
Eliminasi persamaan (1) dan (b)
129,66 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
146,54 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
-16,88 = -300 b2 – 168900 b12 ………… (III)
Substitusi nilai b12 ke persamaan (III)
-16,88 = -300 b2 – 168900 b12
-16,88 = -300 b2 – 168900 (-1,931091335 x 10-4)
-16,88 = -300 b2 + 32,61613265
-16,88- 32,61613265= -300 b2
-49,49613265 = -300 b2
b2 = 0,164975997
Substitusi nilai b1, b2, dan b12 ke persamaan (1)
129,66= b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
129,66= b0 + 563(0,153834487)+500 (0,164975997)+ 281500 (-1.93109134x10-4)
129,66= b0 + 86,60881618 + 82,4879985 -54,36022108
129,66= b0 + 114,7365936
b0 = 14,9267397
Persamaan Umum
Y =14,9267397+0,153834487 (A) + 0,164975997 (B) – 1,93109134 x10-4 (A)(B)
Y – 14,9267397 – 0,153834487 (A) = (B)(0,164975997 – 1,93109134 x10-4 (A))
B = (A) x101,93109134 - 70,16497599
) (A) 70,15383448 - 14,9267397 - (Y4-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
3. Uji kandungan lembab granul
Tabel XXIV. Nilai efek kandungan lembab granul
Formula (A) (B) (A)(B) Respon (1) - 1 - 1 + 1 0,81 (a) + 1 - 1 - 1 0,70 (b) - 1 + 1 - 1 0,60 (ab) + 1 + 1 + 1 0,50
Persamaan : Y = b0 +b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)
(1). 0,81 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
(a). 0,70 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12
(b). 0,60 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
(ab). 0,50 = b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12
Efek Interaksi
Efek A = (ab + a) - (b + 1) / 2 = -0,10
Efek B = (ab + b) – (a + 1) / 2 = -0,21
Interaksi A dan B = (1 + ab) – (a + b) / 2 = 0,005
Eliminasi persamaan (1) dan (a)
0,81 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
0,70 = b0 + 900b1 + 500 b2 + 450000 b12
0,11 = -337 b1 – 168500 b12 …………. ( I )
Eliminasi persamaan (b) dan (ab)
0,60 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
0,50 = b0 + 900b1 + 800 b2 + 720000 b12
0,10 = -337 b1 – 269600 b12 …………. ( II )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Eliminasi persamaan (I) dan (II)
0,11 = -337 b1 – 168500 b12
0,10 = -337 b1 – 269600 b12
0,01 = 101100 b12
b12 = 1,008347379 x 10-7
Substitusi nilai b12 ke persamaan ( I )
0,11 = -337 b1 – 168500 b12
0,11 = -337 b1 – 168500 (1,008347379 x 10-7)
0,11 = -337 b1 – 0,016990635
0,11+ 0,016990635 = -337 b1
0,126990635 = -337 b1
b1 = -3,864949802 x 10-4
Eliminasi persamaan (1) dan (b)
0,81 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
0,60 = b0 + 563b1 + 800 b2 + 450400 b12
0,21 = -300 b2 – 168900 b12 ………… (III)
Substitusi nilai b12 ke persamaan (III)
0,21 = -300 b2 – 168900 b12
0,21 = -300 b2 – 168900 (1,008347379 x 10-7)
0,21 = -300 b2 – 0,017030987
0,21+ 0,017030987= -300 b2
0,227030987 = -300 b2
b2 = - 7,576186008 x 10-4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Substitusi nilai b1, b2, dan b12 ke persamaan (1)
0,81 = b0 + 563b1 + 500 b2 + 281500 b12
0,81 = b0 + 563 (-3,864949802 x 10-4) + 500 (-7,576186008 x 10-4)
+281500(1,008347379 x 10-7)
0,81 = b0 – 0,217596673 – 0,3788093 + 0,028384978
0,81 = b0 – 0,568020995
b0 = 1,381727325
Persamaan Umum
Y = 1,381727325 – 3,864949802 x 10-4(A) -7,576186008 x 10-4 (B)
+1,008347379 x10-7 (A) (B)
Y-1,381727325+3,864949802x10-4(A) = (B) (-7,576186008x10-4
+1,008347379x10-7 (A))
B = (A)) 9x101,00834737 008x10(-7,576186
(A))2x103,8649498051,38172732-(Y7-4-
-4
++
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 10. Perhitungan kecuraman kurva
1. Kecepatan alir
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul
Tabel XXV. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul
Campuran asam tartrat-asam fumarat Natrium bikarbonat
LR (500) LT (800)
LR (563) 70,44 63,35 LT (900) 57,63 67,04
a 91,82 57,17 b -0,04 0,01 r 0,99 0,99
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam
dan berpengaruh dominant terhadap perubahan kecepatan alir, dari data dapat
dilihat bahwa campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih dominan
berpengaruh terhadap perubahan kecepatan alir.
Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir granul
Tabel XXVI. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir granul
Natrium bikarbonat Campuran asam tartrat-asam
fumarat LR (563) LT (900)
LR (500) 70,44 57,63 LT (800) 63,35 67,04
a 82,25 41,95 b -0,02 0,03 r -0,99 0,99
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan
berpengaruh dominant terhadap kecepatan alir granul dari data dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
bahwa natrium bikarbonat level tinggi lebih dominan berpengaruh terhadap
perubahan kecepatan alir.
2. Waktu larut
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul
Tabel XXVII. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul
Campuran asam tartrat-asam fumarat Natrium bikarbonat
LR (500) LT (800)
LR (563) 129,66 148,97 LT (900) 146,54 146,32
a 101,47 153,39 b 0,05 -0,007 r 0,99 -1
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam
dan berpengaruh dominant terhadap perubahan waktu larut granul, dari data dapat
dilihat bahwa campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih dominan
berpengaruh terhadap perubahan waktu larut granul.
Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap waktu larut granul
Tabel XXVIII. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap waktu larut granul
Natrium bikarbonat Campuran asam tartrat-asam
fumarat LR (563) LT (900)
LR (500) 129,66 146,54 LT (800) 148,97 146,32
a 97,49 146,91 b 0,06 0,0007 r 0,99 -1
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan
berpengaruh dominant terhadap waktu larut granul, dari data dapat dilihat bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
natrium bikarbonat level rendah lebih dominan berpengaruh terhadap perubahan
waktu larut granul.
3. Kandungan lembab
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul
Tabel XXIX. Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul
Campuran asam tartrat-asam fumarat Natrium bikarbonat
LR (500) LT (800)
LR (563) 0,81 0,60 LT (900) 0,70 0,50
a 1,00 0,78 b -0,0003 -0,0003 r -1 -1
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam
dan berpengaruh dominant terhadap perubahan kandungan lembab granul, dari
data dapat dilihat bahwa campuran asam tartrat-asam fumarat level rendah lebih
dominan berpengaruh terhadap perubahan kandungan lembab granul.
Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kecepatan alir
Tabel XXX. Pengaruh campuran asam tartrat-asam fumarat terhadap kandungan lembab granul
Natrium bikarbonat Campuran asam tartrat-asam
fumarat LR (563) LT (900)
LR (500) 0,81 0,70 LT (800) 0,60 0,50
a 1,16 1,03 b 0,0007 0,0006 r -1 -1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Semakin besar nilai b maka kurva yang terbentuk akan semakin curam dan
berpengaruh dominant terhadap perubahan kandungan lembab granul, dari data
dapat dilihat bahwa natrium bikarbonat level rendah lebih dominan berpengaruh
terhadap perubahan kandungan lembab granul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 11. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Gambar 20. Tanaman temulawak
Gambar 21. Rimpang temulawak
Gambar 22. Ekstrak rimpang temulawak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 12. Larutan dan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak
Gambar 23. Granul effervescent ekstrak rimpang temulawak
Gambar 24. Larutan dan granul effervescent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Made Dwi Rantiasih
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir di
Singaraja, Bali pada tanggal 15 Juni 1985 dari
pasangan Bapak Drs. I Nyoman Sukarma dan Ibu Ketut
Ariasih, S.Sos. Pendidikan yang telah ditempuh yaitu
pada tahun 1991 lulus dari Taman Kanak - Kanak (TK)
Mutiara Singaraja. Tahun 1991-1997 melanjutkan di
SD 1.6 Banjar Jawa, Singaraja. Tahun 2000 lulus dari SLTP Negeri 1 Singaraja.
Pada tahun 2003 lulus dari SMU Negeri 1 Singaraja dan penulis langsung
melanjutkan studinya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis pernah menjadi asisten Praktikum Farmasetika, asisten Praktikum Sedian
Solid, dan asisten Praktikum Sediaan Cair Semi Solid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI