gambaran kualitas pelayanan antenatal pada ibu...
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2017
Skripsi
Oleh:
Achmad Fauzan Maulana
1113101000025
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2017
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
v
Gambaran Kualitas Pelayanan Antenatal Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Achmad Fauzan Maulana
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Abstrak Latar Belakang : Standar pelayanan antenatal sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan
antenatal. Pelayanan antenatal yang berkualitas harus memenuhi standar minimal 10T dengan jenis
pelayanan mulai dari anamnesa, pemeriksaan, penanganan dan tindak lanjut kasus, pencatatan serta KIE
efektif. Cakupan K4 di Puskesmas Pagedangan merupakan cakupan terendah se-Kabupaten Tangerang
dengan jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi yaitu 20% dari jumlah ibu hamil di Pagedangan.
Tujuan : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas pelayanan antenatal
di Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang.
Metode : Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Teknik yang dilakukan dalam pengambilan data yaitu wawancara mendalam,
observasi dan telaah dokumen. Informan penelitian berjumlah 7 informan yaitu 5 bidan, 1 dokter dan 1
ahli kesehatan masyarakat yang terdiri dari 4 orang bidan, 1 orang penanggungjawab KIA, 1 orang
Kepala Puskesmas dan 1 orang Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bidan, kompetensi dan sumber dana yang
digunakan untuk pelayanan antenatal sudah mencukupi dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI. Masih terdapat kekurangan dalam alat-alat dalam pelayanan antenatal.
SOP pelayanan antenatal masih dalam proses pembuatan. Pelaksanaan pelayanan antenatal (anamnesa,
pemeriksaan, intervensi dan implementasi, konseling KIE) belum dilaksanakan sesuai standar
Kementerian Kesehatan sehingga tingkat kepatuhan bidan hanya 70,3% dan cakupan deteksi risiko
kehamilan masih dibawah target.
Kesimpulan : Terdapat alat yang tidak tersedia untuk pelayanan antenatal dan beberapa bidan tidak
melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dengan standar sehingga kualitas pelayanan antenatal masih
rendah di Puskesmas Pagedangan.
Kata kunci : kualitas, pelayanan antenatal, standar, tenaga bidan
vi
Quality of Antenatal Care Services on Pregnancy Women in Primary Health Care of
Pagedangan 2017
Achmad Fauzan Maulana
Public Health Undergraduate Student, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstract
Background: ANC standard is essential in improving quality of ANC services. The quality of ANC
has to meet minimum standard of ANC services (10T), including anamneses, pregnancy check-up,
recording the result, and effective counseling. Coverage of 4th antenatal visit in Primary Health Care of
Pagedangan is the lowest in Tangerang regency with number of high risk pregnant women is 20% of
total pregnant woman in Tangerang regency.
Objectives: The objectives of this study was to know the quality of antenatal care in Primary Health
Care of Pagedangan in Tangerang regency.
Methods: Qualitative research with a case study were conducted. The data was collected by performing
in depth interview with 7 informants, involving 5 midwives; 1 doctor and; 1 public health specialist,
consist of 4 midwives; 1 head of mother and child health department; 1 head of Pagedangan Primary
Health Care and; 1 head of Family health sections Tangerang Public Health Office, the data was also
collected by observation and reviewing document.
Results: The study revealed that the number and competency of midwives in Primary Health Care of
Pagedangan was adequate for delivering antenatal care according to the standard of ANC services.
There were still unavailability of ANC tools. ANC has not been implemented according to ANC
services standard so that the midwives obedience score is 70,30% and coverage of high risk on pregnant
women is still below the target.
Conclution: The unavailability of ANC tools and the fact that still some midwives did not implement
antenatal care according to standard has made the quality of antenatal care services considered as low
quality.
Keywords: antenatal care, midwives, quality, standard
vii
RIWAYAT PENULIS
Nama : Achmad Fauzan Maulana
NIM : 1113101000025
Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 22 April 1996
Alamat : Jalan Margonda Raya No.79 Rt.013/009, Depok, Jawa Barat
Telepon : +62812-8039-8098
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2013-2017 (expected) : Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-2013 : MAN 13 Jakarta
2007-2010 : SMPN 242 Jakarta
2001-2007 : MIN 8 Jakarta
Pengalaman Organisasi dan Pencapaian
2014 - sekarang : Kepala Departemen Kajian dan Program Global Cigarettes Movement
2013 – 2015 : Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta
2014 – 2015 : Anggota Kemahasiswaan HMPS Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta
2015 – 2016 : Ketua HMPS Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta
2017 : Delegasi sebagai Egypt Ambassador di Malaysia World Health
Assembly Simulation 2017 di Malaysia
2017 : Lolos seleksi presentasi abstrak poster di acara Forum Ilmiah Tahunan
3 IAKMI di Manado
2017 : Lolos seleksi abstrak presentasi oral di 2nd International Symposium on
Public Health di Surabaya
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji, syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “GAMBARAN KUALITAS PELAYANAN
ANTENATAL DI PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN
2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata
satu (S1) pada program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat wal afiat, nikmat rezeki, kelancaran
dan kemsudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan baik.
2. Kedua orang tua saya, Mama dan Papa, adik – adik tercinta. Terima kasih atas semua
doa, kasih saying, dorongan, dukungan moril maupun materil serta kesabaran yang
tiada henti dalam penyusunan skripsi penulis.
3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, dan meluangkan waktu sehingga proposal skripsi ini dapat
disusun dengan baik dan tepat waktu.
6. Riastuti Kusuma W., MKM, Baequni, M.Kes, Ph.D, Fajar Ariyanti, Ph.D, Narila
Mutia Natsir, Ph.D, Susanti Tungka, MARS selaku penguji skripsi mulai dari sidang
proposal, sidang hasil sampai sidang skripsi yang telah memberikan saran dan kritik
yang membangun bagi penulis.
7. Bu Purnawati, Bu Asnawati, Bu Renny, Bu Fitra, dr. Indri, Bu Retno, Bu Tuti, Om
Said yang telah meluangkan waktunya bagi penulis dan membantu penulis agar dapat
mengetahui banyak informasi terkait penelitian penulis sehingga penelitian dapat
terlaksana dengan lancar.
8. Sofiyulloh dan Wihdaturrahmah yang ikut mendukung dan menyemangati penulis
agar menyelesaikan studi ini dengan semangat. Semoga banyak tempat lagi yang
akan kita jelajahi kedepannya.
9. Agung, anril, piyul, dara, sarah, dinda, nanda, desty, mia, faza, wiwid, septi, arinda,
tami, amyk, finni selaku rekan-rekan MPK 2013 yang selalu menyemangati dan
memberi dukungan bagi penulis.
10. Rati, mira, anya, nindy, Nabila, narita, ridho, aini, abidah, lintang, selvi, saras, annisa
dwi, wardatul, septi, indah, jilan, ariya, viqha, riska, maul, ajeng, ina, filah, widya,
syifa r, memes, Julius,wulan, marwa, qeis, pipit, dayyu, lutfi, Ignace, zasmi, husnia,
hasnah, lathifah, esma, mutia, dewi, thoriq, syiput, lifa, dea, unuy, della, fathiya,
ix
capcin, FM, zaujah, amel, ayyun, syifaul selaku keluarga HMPS Kesehatan
Masyarakat 2016 yang telah memberi banyak pelajaran dan pengalaman yang sangat
berharga bagi penulis.
11. Mira, Mia, Dinda, Dini, Ware, Lulu, Aji, dan Aqil selalu grup Basis Belakang yang
membawa kegembiraan jika berkumpul. Semoga kita bisa terus menjalani
silaturahim sampai tua nanti.
12. Azzam, yudis, abay, satya, ryan, adi, kiki, bagus, ipul, irpan selaku sahabat semasa
MAN sampai sekarang yang telah memberikan banyak hiburan dan pelajaran bagi
penulis.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun dengan berbagai
keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan proposal skripsi ini. Atas perhatian dan dukungannya, penulis menyampaikan
terima kasih.
Jakarta, September 2017
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................................... iv
Abstrak ....................................................................................................................................... v
RIWAYAT PENULIS ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xvi
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 6
1.4.1. Tujuan Umum ...................................................................................................... 6
1.4.2. Tujuan Khusus ..................................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 6
1.5.1. Bagi Peneliti ......................................................................................................... 6
1.5.2. Bagi Puskesmas terkait dan Dinkes Kabupaten Tangerang ................................. 6
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ........................................................ 6
1.6. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................................... 7
BAB II ........................................................................................................................................ 8
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 8
xi
2.1. Mutu Pelayanan Kesehatan ............................................................................................. 8
2.2. Kualitas Pelayanan Antenatal.................................................................................... 12
2.3. Konsep Puskesmas .................................................................................................... 25
2.4. Puskesmas Mampu PONED...................................................................................... 28
2.4.1. Pelayanan yang Diberikan Puskesmas Mampu PONED ................................... 28
2.4.2. Persyaratan Komponen Bangunan dan Material Puskesmas ............................. 29
2.4.3. Persyaratan Prasarana Puskesmas ...................................................................... 30
2.4.4. Persyaratan Peralatan Pelayanan Kesehatan Ibu ................................................ 31
2.4.5. Sumber Daya Manusia Puskesmas .................................................................... 35
2.4.6. Fasilitas dan Sarana Prasarana ........................................................................... 35
2.4.7. Penganggaran ..................................................................................................... 36
2.4.8. Pedoman ............................................................................................................. 37
2.4.9. Kepatuhan Bidan ................................................................................................ 37
2.5. Kerangka Teori .......................................................................................................... 38
BAB III .................................................................................................................................... 39
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ............................................................... 39
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................................... 39
3.2 Definisi Istilah ........................................................................................................... 41
BAB IV .................................................................................................................................... 45
METODOLOGI PENELITIAN............................................................................................... 45
4.1 Desain Penelitian ....................................................................................................... 45
xii
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................... 45
4.3 Informan Penelitian ................................................................................................... 45
4.4 Sumber Data Penelitian ............................................................................................. 45
4.5 Metode Pengumpulan Data ....................................................................................... 46
4.6 Validasi Data ............................................................................................................. 49
4.7 Pengolahan Data ........................................................................................................ 51
4.8 Analisis Data ............................................................................................................. 52
BAB V ..................................................................................................................................... 53
HASIL PENELITIAN ............................................................................................................. 53
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Pagedangan ............................................................... 53
5.1.1 Letak Geografis Puskesmas Pagedangan ........................................................... 53
5.2 Karakteristik Informan .............................................................................................. 53
5.2.1. Karakteristik Informan Utama ........................................................................... 53
5.2.2. Karakteristik Informan Pendukung .................................................................... 54
5.3 Gambaran Struktur Pelayanan Antenatal Puskesmas Pagedangan ........................... 55
5.3.1. Gambaran SDM Pelayanan Antenatal ............................................................... 55
5.3.2. Gambaran Penganggaran Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang ....................................................................................................... 59
5.3.3. Gambaran Fasilitas dan Sarana Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang ....................................................................................................... 60
5.3.4. Gambaran Pedoman Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan Kabupaten
Tangerang ......................................................................................................................... 65
xiii
5.4 Gambaran Proses Pelayanan Antenatal Puskesmas Pagedangan .............................. 67
5.4.1. Pelayanan anamnesa .......................................................................................... 67
5.4.2. Pemeriksaan, Intervensi dan Implementasi Pelayanan Antenatal ...................... 69
5.4.3. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal ............................................................. 76
5.4.4. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) ....................................................... 79
5.5 Gambaran Output Pelayanan Antenatal Puskesmas Pagedangan ............................. 85
5.5.1. Kepatuhan Bidan ................................................................................................ 85
5.5.2. Status Kesehatan ................................................................................................ 86
BAB VI .................................................................................................................................... 88
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 88
6.1. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................. 88
6.2. Struktur Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan ......................................... 88
6.2.1. Sumber Daya Manusia di Puskesmas Pagedangan ............................................ 88
6.2.2. Penganggaran Program Pelayanan Antenatal .................................................... 90
6.2.3. Fasilitas dan Sarana Pelayanan Antenatal.......................................................... 92
6.2.4. Pedoman Pelayanan Antenatal ........................................................................... 94
6.3. Proses Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan ........................................... 95
6.3.1. Pelayanan Anamnesa ......................................................................................... 95
6.3.2. Pemeriksaan, Intervensi, dan Implementasi Pelayanan Antenatal ..................... 96
6.3.3. Pencatatan Pemeriksaan ................................................................................... 100
6.3.4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) ..................................................... 101
xiv
6.4. Output Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan ......................................... 102
6.4.1. Kepatuhan Bidan .............................................................................................. 102
6.4.2. Status Kesehatan .............................................................................................. 104
BAB VII ................................................................................................................................. 107
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 109
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 114
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ......................................................................... 19
Tabel 2. 2 Anamnesa Pemeriksaan Tindak Lanjut Kasus ..................................................................... 21
Tabel 2. 3 Materi KIE efektif dalam Pelayanan Antenatal Terpadu ..................................................... 22
Tabel 2. 4 Persyaratan Peralatan Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas ........................................... 31
Tabel 3. 1 Definisi Istilah ...................................................................................................................... 41
Tabel 5. 1 Karakteristik Informan Utama ............................................................................................. 54
Tabel 5. 2 Karakteristik Informan Pendukung ...................................................................................... 54
Tabel 5. 3 Pendidikan Terakhir dan Surat Izin Kerja Bidan Puskesmas Tangerang ............................ 57
Tabel 5. 4 Alat - Alat Penunjang Pelayanan Antenatal ......................................................................... 61
Tabel 5. 5 Fasilitas dan Sarana dalam Pelayanan Antenatal ................................................................. 64
Tabel 5. 6 Pelayanan Anamnesa pada Trimester Pertama .................................................................... 67
Tabel 5. 7 Pelayanan Anamnesa pada Trimester Kedua ....................................................................... 68
Tabel 5. 8 Pelayanan Anamnesa pada Trimester Ketiga ....................................................................... 69
Tabel 5. 9 Pemeriksaan, Intervensi dan Implementasi Pelayanan Antenatal pada Trimester Pertama . 72
Tabel 5. 10 Pemeriksaan, Intervensi dan Implementasi Pelayanan Antenatal pada Trimester Kedua . 73
Tabel 5. 11 Pemeriksaan, Intervensi dan Implementasi Pelayanan Antenatal pada Trimester Ketiga . 75
Tabel 5. 12 Pencatatan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Antenatal pada Trimester Pertama .................. 77
Tabel 5. 13 Pencatatan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Antenatal pada Trimester Kedua ..................... 78
Tabel 5. 14 Pencatatan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Antenatal pada Trimester Ketiga ..................... 78
Tabel 5. 15 Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pelayanan Antenatal pada Trimester Pertama ......... 81
Tabel 5. 16 Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pelayanan Antenatal pada Trimester Kedua ............ 82
Tabel 5. 17 Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pelayanan Antenatal pada Trimester Ketiga ........... 84
Tabel 5. 18 Kepatuhan Bidan Dalam Melaksanakan Pelayanan Antenatal .......................................... 85
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep (Donabedian) ...................................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDG’s) merupakan paradigma pembangunan
global yang salah satunya berfokus di kesehatan well being dan salah satu tujuannya
adalah menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian anak. Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan di suatu Negara dan menjadi salah satu tolak ukur kesejahteraan suatu bangsa.
Sampai tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebanyak 359 per 100.000
kelahiran hidup, jauh dari yang ditargetkan oleh Unicef dalam MDG’s yaitu pada tahun
2012 sebanyak 110 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2030 diharapkan
Indonesia dapat menurunkan angka kematian ibu menjadi 70 per 100.000 kelahiran
hidup (UNDP, 2016). Berdasarkan data SDKI, Untuk Angka Kematian Bayi (AKB)
pada tahun 2012 sebanyak 19 per 1.000 kelahiran hidup dan target pada tahun 2020
yaitu sebanyak 12 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2014a).
Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi Angka
Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu yang masih tinggi. Pada tahun 2011, angka
kematian bayi sebanyak 29.5 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu
sebanyak 168.5 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya yaitu 191 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi
Banten, 2011). Di Kabupaten Tangerang sendiri, jumlah kematian ibu yaitu sebanyak
52 kasus kematian pada tahun 2016 dan mengalami peningkatan kasus dari tahun
sebelumnya dengan kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera
setelah persalinan serta keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan atau dirujuk
selama masa kehamilan. Sedangkan, jumlah kematian bayi mengalami peningkatan
2
dari tahun sebelumnya yaitu 334 kasus kematian dan penyebab terbanyak kematian bayi
adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Hal ini juga tidak lepas karena ibu hamil
dengan anemia dan Kekurangan Energi Kronik (KEK) (Dinas Kesehatan Kab.
Tangerang, 2016).
Salah satu upaya yang dilakukan Depkes RI dalam mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan masalah risiko pada
ibu hamil tersebut adalah dengan melaksanakan pelayanan antenatal. Pelayanan
antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan sekaligus
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun bayi (Depkes, 2007).
Pelayanan antenatal merupakan program terencana berupa observasi, edukasi, dan
penanganan medik pada ibu hamil, dengan tujuan menjaga agar ibu sehat selama
kehamilan; persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat; proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan; memantau kemungkinan adanya
risiko-risiko kehamilan; merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap
kehamilan risiko tinggi; dan menurunkan morbilitas dan mortalitas ibu dan janin
perinatal (Mufdilah, 2009).
Indikator yang menunjukkan akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu
cakupan K1 (kunjungan pertama) yaitu kontak pertama kali ibu hamil dengan tenaga
kesehatan dan K4 yaitu kontak 4 kali ibu hamil atau lebih dengan tenaga kesehatan
yang terampil sesuai standar serta PK (penanganan komplikasi) yaitu penanganan
komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang
terjadi pada masa kehamilan. Pada K1 harus dilakukan sedini mungkin pada trimester
pertama sebelum minggu ke-8. Sedangkan pada K4 dilakukan minimal satu kali pada
trimester pertama (0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (>12 – 24
minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga (>24 minggu sampai dengan
3
kelahiran) dengan kunjungan antenatal bisa lebih dari empat kali sesuai kebutuhan dan
jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Cakupan K1 dan K4 di Indonesia
cenderung stagnan dari tahun ke tahun. Kenaikan cakupan K1 dari tahun ke tahun relatif
lebih stabil. Hal itu sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang tidak selalu mengalami
kenaikan dan hanya stagnan pada angka 86 persen dalam kurun waktu dua tahun
terakhir di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2014a).
Berdasarkan data laporan Antenatal Care Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang didapatkan cakupan indikator pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
pada tahun 2016 diketahui bahwa Puskesmas Pagedangan merupakan satu dari 44
Puskesmas dengan capaian cakupan K4 terendah se-Kabupaten Tangerang dengan
cakupan sebesar 85.6%. Pencapaian di Puskesmas Pagedangan tersebut masih dibawah
standar minimal yaitu 95% untuk cakupan K4. Cakupan K4 yang rendah juga dapat
mempengaruhi cakupan deteksi risiko tinggi pada ibu hamil.
Sebanyak 20% ibu hamil di Pagedangan yaitu ibu hamil dengan risiko tinggi
dengan total ibu hamil sebanyak 2.754 ibu hamil pada tahun 2017. Kelompok ibu hamil
dengan risiko tinggi tersebut sangat rentan mendapatkan masalah – masalah selama
kehamilan maupun kelahiran. Adapun risiko tinggi pada ibu hamil meliputi anemia,
tekanan darah tinggi, edema nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah
dini, letak lintang dan sungsang, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Masalah risiko tersebut dapat dicegah dan
ditanggulangi dengan meningkatkan kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas sebagai
ujung tombak kesehatan masyarakat. Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat
mendeteksi secara dini dan akurat risiko - risiko yang kemungkinan di derita oleh ibu
hamil. Deteksi risiko yang ditemukan secara dini sangat penting bagi ibu hamil agar
risiko kehamilan yang ada dapat ditangani secepat mungkin sehingga risiko kematian
4
ibu dapat diminimalisir. Hal tersebut dapat dilakukan apabila tenaga kesehatan
khususnya tenaga bidan dapat melaksanakan pelayanan antenatal sesuai standar
pelayanan antenatal terpadu. Oleh karena itu, Kabupaten Tangerang khususnya
Puskesmas Pagedangan memfokuskan pelayanan antenatal terhadap pemeriksaan
pelayanan antenatal dengan standar pelayanan minimal 10T. Dalam pelayanan tersebut,
tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
pelayanan antenatal terpadu. Standar tersebut dapat dilakukan di Puskesmas sebagai
tombak pelayanan masyarakat. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Dalam
hal ini, prinsip paradigma sehat yang dimiliki puskesmas berperan penting dalam
mewujudkan pembangunan kesehatan, salah satunya untuk menurunkan AKI dan AKB
di wilayah kerjanya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Marniyati et al., 2016) di
Puskesmas Kota Palembang menyatakan bahwa masih ada bidan yang belum
melaksanakan kegiatan antenatal secara optimal dikarenakan kendala membutuhkan
waktu yang cukup lama. Menurut (Crosby, 1980) menyatakan bahwa kualitas adalah
kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan dan merupakan kesesuaian terhadap
kebutuhan. Studi yang dilakukan oleh (Fitrayeni et al., 2015) menyatakan bahwa peran
bidan sangat berhubungan dalam kelengkapan kunjungan pelayanan antenatal pada ibu
hamil. Selain itu, masih ada sarana dan prasarana yang belum memadai untuk
melakukan pelayanan antenatal sesuai standar. Studi yang dilakukan (Solang et al.,
2012) menyatakan bahwa kurangnya fasilitas yang tersedia di Puskesmas dapat
mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk datang berkunjung memeriksa kehamilannya.
Studi yang dilakukan oleh (Naariyong et al., 2012) menunjukkan bahwa lemahnya
hubungan antara pemanfaatan pelayanan antenatal terhadap kesehatan ibu disebabkan
5
karena pelayanan kesehatan kurang memperhatikan konten dan kualitas dari pelayanan
antenatal.
1.2. Rumusan Masalah
Cakupan indikator pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan merupakan
cakupan terendah pada tahun 2014 dan 2016 masing - masing adalah 63.4 % dan 85.6%.
cakupan tersebut masih dibawah standar minimal yaitu 95% pada cakupan K4. Selain
itu, 20% ibu hamil dengan risiko tinggi sangat membutuhkan pelayanan antenatal yang
berkualitas. Ketersediaan SOP pelayanan antenatal di Puskesmas sangat penting
sebagai bahan acuan yang digunakan oleh bidan dalam melaksanakan pelayanan
antenatal, namun SOP Puskesmas Pagedangan belum terdokumentasikan dan masih
dalam proses pembuatan. Berdasarkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa peran
bidan sangat penting dalam melaksanakan pelayanan antenatal yang berkualitas secara
optimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kualitas pelayanan
antenatal di Puskesmas Pagedangan.
1.3. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana gambaran kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan
tahun 2017?
2. Bagaimana gambaran kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan
tahun 2017 berdasarkan komponen masukan (structure)?
3. Bagaimana gambaran kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan
tahun 2017 berdasarkan komponen proses pelayanan antenatal?
4. Bagaimana hasil pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan tahun 2017?
6
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya stuktur kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas
Pagedangan Kabupaten Tangerang tahun 2017
2. Diketahuinya proses pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang tahun 2017
3. Diketahuinya output pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang tahun 2017
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh selama masa
perkuliahan terkait manajemen pelayanan kesehatan terkhusus di bidang mutu
pelayanan kesehatan
1.5.2. Bagi Puskesmas terkait dan Dinkes Kabupaten Tangerang
Hasil penelitian dapat menjadi rekomendasi dan masukan kepada
puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam menjaga atau meningkatkan kualitas
pelayanan antenatal pada ibu hamil guna mencapai target cakupan.
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Terbinanya suatu jaringan kerjasama yang berkelanjutan dan menambah
koleksi penelitian
7
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang berjudul “Gambaran Kualitas Pelayanan Antenatal di
Puskesmas Pagedangan Kabupaten Tangerang Tahun 2017” dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta semester VIII. Peneliti ingin mengetahui masukan, proses
pelaksanaan, serta keluaran pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan. Penelitian
ini bersifat kualitatif dengan pengambilan data primer dan sekunder. Pengambilan data
primer dilakukan dengan teknik observasi terhadap fasilitas dan sarana, pedoman, serta
proses pelayanan antenatal dan wawancara mendalam kepada Seksi Kesehatan
Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Kepala Puskesmas Puskesmas
Pagedangan, pemegang program KIA serta bidan Puskesmas Pagedangan.
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan telaah dokumen yang didapatkan dari
Puskesmas Pagedangan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan
Agustus 2017.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mutu Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
diperlukan setiap orang. Era globalisasi, yang sudah semakin maju adalah sudah
seharusnya bahwa pendekatan mutu yang paripurna yang berorientasi kepada pasien
atau pelanggan diterapkan bagi organisasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini
dilakukan agar organisasi pelayanan kesehatan mampu bersaing, tidak hanya dengan
sesama pelayanan kesehatan dalam negeri, namun juga mampu bersaing dengan negara
lain. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
untuk mempertahankan kualitas hidup, maka pelanggan akan semakin kritis dalam
menerima produk jasa pelayanan keperawatan maupun kebidanan sesuai harapan
pelanggan (“Naskah Pelatihan Manajerial SPMK,” 2003). Oleh karena itu pelayanan
kesehatan sebagai pelayan masyarakat perlu memiliki mutu pelayanan prima yang
sesuai dengan harapan pasien, selain diharapkan memberikan pelayanan medis yang
bermutu.
1. Pengertian mutu
Mutu menurut ISO 8402 adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat (Wijono, 2000).
Mutu adalah fitur – fitur produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan
dengan memberikan kepuasan pelanggan. Mutu berarti kebebasan dari
kekurangan, yaitu kebebasan dari kesalahan yang mengharuskan pengerjaan
ulang secara terus-menerus atau yang mengakibatkan kegagalan kerja,
ketidakpuasan pelanggan, klaim pelanggan, dan sebagainya. Dalam hal ini
9
pengertian mutu diorientasikan kepada biaya dan mutu yang lebih baik
biasanya membutuhkan biaya yang rendah (Juran and Godfrey, 1998).
Pelayanan prima sangat baik bila diterapkan karena dapat menmbentuk
pelanggan yang loyal, yaitu pelanggan yang dengan bangga memilih
organisasi pelayanan kesehatan yang telah dirasakan setelah menerima
pelayanan, pelanggan akan memilih untuk menerima pelayanan di tempat
yang sama dan memasarkan ke orang lain dengan suka rela (Zeithaml et al.,
1990).
2. Dimensi Mutu Pelayanan
Menurut (Zeithaml et al., 1990) mengelompokkan mutu menjadi 10 dimensi
yaitu:
a. Tangibles, yaitu sesuatu yang terlihat seperti fasilitas, alat, karyawan
dan alat-alat komunikasi.
b. Reliability, yaitu kemampuan untuk melaksanakan pelayanan sesuai
dan akurat.
c. Responsiveness, yaitu kemauan untuk menolong pelanggan dan
menyediakan jasa pelayanan secara cepat dan tepat.
d. Competence, yaitu memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk melakukan pelayanan.
e. Courtesy, yaitu sopan, menghormati, mempertimbangkan, dan
ramah terhadap berkomunikasi dengan karyawan atau pelanggan.
f. Credibility, yaitu kepercayaan, kejujuran dari provider pelayanan.
g. Security, yaitu kebebasan dari resiko, bahaya, atau keraguan.
h. Access, yaitu kedekatan dan kemsudahan kontak.
10
i. Communication, yaitu menjaga agar pelanggan diberikan informasi
dengan Bahasa yang bisa di dengar dan di mengerti oleh mereka.
j. Understanding the Costumer, yaitu berusaha mengetahui pelanggan
dan kebutuhan pelanggan.
Dalam dimensi yang dikelompokkan terdapat dimensi yang tidak
diperlukan berdiri sendiri terhadap yang lainnya. Seperti dimensi
credibility dengan security dapat menyebabkan tumpang tindih.
Selanjutnya oleh A. Parasuraman dalam (Zeithaml et al., 1988)
memfokuskan menjadi 5 dimensi mutu jasa/ pelayanan, yaitu terdiri
dari:
a. Tangibles, yaitu sesuatu yang terlihat seperti fasilitas, alat,
karyawan dan alat-alat komunikasi.
b. Reliability, yaitu kemampuan untuk melaksanakan pelayanan
sesuai dan akurat.
c. Responsiveness, yaitu kemauan untuk menolong pelanggan dan
menyediakan jasa pelayanan secara cepat dan tepat.
d. Assurance, yaitu penggabungan antara dimensi competence,
courtesy, credibility dan security mencakup pengetahuan dan
keramahan karyawan dan kemampuan mereka untuk
menciptakan kepercayaan dan keyakinan pelanggan, sopan dan
dapat dipercaya, serta bebas dari bahaya, resiko, dan keraguan.
e. Empathy, yaitu mencakup pemahaman pemberian perhatian,
kemsudahan dalam melakukan komunikasi yang baik dan
mengetahui kebutuhan pelanggan.
11
3. Pendekatan dalam Pengukuran Mutu
Informasi dimana kesimpulan dapat ditarik tentang mutu suatu
pelayanan kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu
“structure,” “process,” dan “outcome.” (Donabedian, 1980). Pendekatan
dalam pengukuran mutu dijelaskan sebagai berikut (Graham, 1995):
a. Structure
Struktur menunjukkan perlengkapan atau peralatan dari keadaan
dimana pelayanan terjadi. Perlengkapan tersebut ini termasuk
diantaranya material sumber (fasilitas, alat-alat, dan uang), material
sumber daya manusia (jumlah dan kualifikasi karyawan) dan
masukan organisasi (staf medis, metode tinjau rekan kerja, dan
metode pembayaran pengganti).
b. Process
Pendekatan proses menunjukkan apa yang telah dilakukan dalam
pemberian dan penerimaan pelayanan. Hal ini mencakup aktifitas
pasien dalam mencari pengobatan dan mengeksekusikannya juga
mencakup aktifitas praktisi kesehatan dalam mendiagnosis dan
merekomendasikan atau mengimplementasikan pengobatan atau
pelayanan.
c. Outcome
Pendekatan outcome atau keluaran menunjukkan dampak dari
pelayanan kesehatan pada status kesehatan pasien ataupun populasi.
Peningkatan pengetahuan dan perubahan yang bermanfaat dalam
perilaku pasien serta termasuk kepuasan pasien. Pendekatan
12
keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasil atau
tidak.
Dalam hal ini peneliti memilih teori pengukuran mutu menurut
Donabedian karena dalam pengukuran ini lebih menekankan ke pemberi
pelayanan jasa secara lebih jelas dan terstruktur melalui komponen structure,
process serta output dalam pemberian pelayanan.
2.2. Kualitas Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan kesehatan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil selama masa
kehamilan sesuai dengan standar. Pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis,
pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi
tertentu serta indikasi dasar dan khusus (Imbalo, 2006). Selain itu, jenis pelayanan yang
diberikan adalah pencatatan hasil pemeriksaan serta komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) yang efektif. Pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas dapat mendeteksi
terjadinya resiko pada kehamilan semenjak dini yaitu dengan mendapatkan akses
perawatan maupun informasi terkait kehamilan secara berkualitas, memperoleh
kesempatan dalam deteksi dini terhadap komplikasi atau gangguan atau penyakit yang
mungkin timbul sehingga kematian pada ibu maupun bayi dapat dicegah (Mufdilah,
2009)
Tujuan pelayanan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu
hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat
(Kemenkes RI, 2013b).
Menurut (Manuaba, 1998) tujuan pelayanan antenatal yaitu memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,
13
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi,
mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin selama
kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,
mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga
dalam menerimakelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal serta
optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar. Keuntungan layanan
antenatal sangat besar karena dapat mengetahui resiko dan komplikasi sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Layanan antenatal
dilakukan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang lebih intensif, pengobatan agar
resiko dapat dikendalikan, serta melakukan rujukan untuk mendapat tindakan yang
adekuat.
Menurut (Yulaikhah, 2006), tujuan pengawasan antenatal adalah mengenal dan
menangani penyulit yang dapat terjadi saat kehamilan, persalinan, dan nifas; mengenal
dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan kala nifas; memberi
nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi,
dan aspek keluarga berencana; serta menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal.
2.2.1 Standar Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan
meliputi hal-hal sebagai berikut (Kemenkes RI, 2013b):
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat;
14
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan;
c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
waktu bila diperlukan.
f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit/komplikasi.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar dikenal dengan standar minimal (10T) terdiri
dari:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur (Tekanan) darah
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas/LiLA)
4. Ukur (Tinggi) fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imuninasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan
7. Beri tablet tambah darah (tablet besi)
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana/penanganan kasus
10. Temu wicara (konseling)
15
2.2.2. Jenis Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari (Kemenkes RI,
2013b):
a. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa ha
yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat
ini.
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
- Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda
terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang
setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu
dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga
tidak dapat makan dan berat badan menurun terus.
- Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu
diwaspadai.
- Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin
dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
16
- Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah
merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
- Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu
dan janinnya.
- Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan
berlebihan dari liang rahim dan kadang-kadang berbau
merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.
- Batuk lama
Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan
lanjut. Dapat dicurigai ibu menderita TBC.
- Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu
masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.
- Cepat Lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya
timbul rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing,
yang biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu
menderita kurang darah.
- Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit
sesak bila bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu.
17
Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu
diwaspadai.
- Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya
pada ibu hamil.
- Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir
bulan ke empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada
usia kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau
tidak ada gerakan maka ibu hamil harus waspada.
- Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah,
menarik diri, bicara sendiri, tidak mandi, dsb. Selama
kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini
disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang
mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan
dikonsulkan ke psikiater.
- Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama
kehamilan Informasi mengenai kekerasan terhadap
perempuan terutama ibu hamil seringkali sulit untuk digali.
Korban kekerasan tidak selalu mau berterus terang pada
kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa
takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya
kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam
keadaan ini, petugas kesehatan diharapkan dapat mengenali
korban dan memberikan dukungan agar mau membuka diri.
18
3. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu.
4. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
5. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
6. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,
diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan
sebagainya.
7. Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat
pemakaian obat Malaria.
8. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat
penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk
langkahlangkah penanggulangan penyakit menular seksual.
9. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan
gizinya.
10. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai
jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan
psikologis (kejiwaan) ibu hamil.
19
Tabel 2. 1 Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No Jenis Pemeriksaan Trimester
I II III
1 Keadaan Umum √ √ √
2 Suhu Tubuh √ √ √
3 Tekanan darah √ √ √
4 Berat badan √ √ √
5 LiLA √
6 Tinggi Fundus Uteri √ √
7 Presentasi Janin √ √
8 Denyut Jantung Janin √ √
9 Pemeriksaan Hb √ √
10 Golongan darah √
11 Protein urin * *
12 Gula darah/reduksi * * *
13 Darah Malaria √* * *
14 BTA * * *
15 IMS/Sifilis * * *
16 Serologi HIV √** * *
17 USG * * *
Sumber: Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu
Keterangan:
√ : rutin (dilakukan pemeriksaan rutin)
* : khusus (dilakukan pemeriksaan atas indikasi
√* : pada daerah endemis akan menjadi pemeriksaan rutin
√** : pada daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil
dengan IMS dan TB akan menjadi pemeriksaan rutin
20
c. Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/penunjang lainnya, dokter menetidakkan diagnose
kerja atau diagnosa banding, sedangkan perawat/bidan dapat
mengenali keadaan normal dan keadaan bermasalah pada ibu hamil.
Berikut adalah penanganan dan tindak lanjut kasus pada pelayanan
antenatal terpadu.
21
Tabel 2. 2 Anamnesa Pemeriksaan Tindak Lanjut Kasus
22
d. Pencatatan Hasil Pemeriksaan Antenatal Terpadu
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar
pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali
pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam
medis, Kartu Ibu dan Buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil
pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya
tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal.
Dengan menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar
pelayanan, maka kualitas pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.
e. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang efektif
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama
untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya. Berikut
materi KIE efektif dalam pelayanan antenatal:
Tabel 2. 3 Materi KIE efektif dalam Pelayanan Antenatal
Terpadu
No Materi KIE Isi Pesan
1 Persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi
komplikasi
• Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,
persalinan dan nifas
• Tabulin
• Tempat persalinan
• Transportasi rujukan
• Penolong persalinan
• Calon donor darah
• Pendamping persalinan
• Suami SIAGA (siap antar jaga)
2 Inisiasi menyusu dini dan
ASI eksklusif • Skin to skin contact untuk IMD
• Kolostrum
23
• Rawat gabung
• ASI saja 6 bulan
• Tidak diberi susu formula
• Keinginan untuk menyusui
• Penjelasan pentingnya ASI
• Perawatan putting susu
3 KB paska persalinan Metode yang sesuai dalam masa nifas
4 Masalah gizi • Suplementasi tablet gizi
• Mengkonsumsi garam beryodium
• Mengkonsummsi makanan padat kalauri
dan kaya zat besi
• Pemberian makanan tambahan
5 Imunisasi TT pada ibu
hamil
Pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil
sebagai upaya pencegahan dan perlindungan
ibu dan bayi terhadap tetanus
6 Masalah penyakit kronis
dan penyakit menular • Upaya pencegahan
• Mengenali gejala penyakit
• Menerapkan PHBS
• Kepatuhan minum obat
7 Kelas ibu • Setiap ibu hamil menggunakan buku KIA
• Bertukar pengalaman diantara ibu hamil
• Senam hamil
8 Brain booster • Berkomunikasi dengan janin
• Musik untuk menstimulasi janin
• Nutrisi gizi seimbang bagi ibu hamil
9 Informasi HIV/AIDS dan
IMS • Definisi HIV, AIDS dan IMS
• Penularan HIV dan IMS
• Pentingnya tes HIV
10 Informasi KtP • Pengertian kekerasan terhadap
perempuan
• Bentuk – bentuk KtP
• Akibat KtP
• Pencegahan dan penanganan KtP
Sumber: Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu
24
2.2.3. Indikator Pelayanan Antenatal
Berdasarkan pedoman pelayanan antenatal terpadu terdapat tiga
indikator yang dapat digunakan untuk melihat pelayanan antenatal terpadu yaitu
kunjungan pertama (K1), kunjungan keempat (K4), dan penanganan komplikasi
(PK).
1. Kunjungan Pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini
mungkin pada trimester pertama dan sebaiknya sebelum minggu ke-8.
2. Kunjungan Keempat (K4)
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kunjungan antenatal
dapat dilakukan lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan/indikasi dan jika ada
keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kontak empat kali dilakukan
sebagai berikut:
a. Trimester I (0 - 12 minggu): minimal satu kali
b. Trimester II (>12 – 24 minggu): minimal satu kali
c. Trimester III (>24 minggu – kelahiran): minimal dua kali
3. Penanganan Komplikasi (PK)
Penanganan komplikasi adalah komplikasi kebidanan, penyakit menular
maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada masa kehamilan,
bersalin dan nifas.
25
2.3. Konsep Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal.
c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggung jawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
26
puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Tujuan dan Fungsi Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2010.
Adapun fungsi puskesmas, yaitu :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. disamping itu Puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah
mengutamakan tujuh pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
27
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetapkan,menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat penyelenggaraan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab puskesmas meliputi :
i. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan peorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
ii. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara
28
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.
2.4. Puskesmas Mampu PONED
Puskemas mampu PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu
menyelenggarakan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi atau komplikasi tingkat
dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (Kemenkes RI, 2013a).
2.4.1. Pelayanan yang Diberikan Puskesmas Mampu PONED
Dalam penanganan kasus kesehatan dibutuhkan kepatuhan dalam
penggunaan Standard Operating Procedure (SOP). Pada dasarnya SOP adalah
pedoman yang berisi prosedur operasional standar yang digunakan untuk
memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan serta penggunaan fasilitas
proses yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Terdapat batasan
kewenangan dalam kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang dapat
ditangani oleh Puskesmas mampu PONED, yaitu (Kemenkes RI, 2013a):
1. Maternal
a. Perdarahan pada kehamilan muda
b. Perdarahan post Partum
c. Hipertensi dalam Kehamilan
d. Persalinan macet
e. Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis
29
f. Infeksi Nifas
2. Neonatal
a. Asfiksia pada neonatal
b. Gangguan nafas pada bayi baru lahir
c. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
d. Hipotermi pada bayi baru lahir
e. Hipoglikemi dari ibu dengan diabetes millitus
f. Ikterus
g. Kejang pada Neonatus
h. Infeksi Neonatus
2.4.2. Persyaratan Komponen Bangunan dan Material Puskesmas
a. Atap
Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angina putting beliung,
gempa, dan lain-lain), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat
perindukan vektor. Selain itu, atap bangunan harus anti korosif dan tidak
msudah terbakar.
b. Langit – langit
Langit-langit bangunan harus kuat, berwarna terang dan msudah
dibersihkan, tanpa profil dan terlihat tanpa sambungan (seamless).
Ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 meter.
c. Dinding
Material dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau,
kedap air, msudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan agar msudah
dibersihkan. Material dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah setempat.
Selain itu dinding untuk kamar mandi/WC harus kedap air dan dilapisi
30
dengan keramik setinggi 150 cm. Dinding laboratorium juga harus tahan
bahan kimia, msudah dibersihkan serta tidak berpori.
d. Lantai
Material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang, msudah dibersihkan, dan dengan sambungan seminimal mungkin.
2.4.3. Persyaratan Prasarana Puskesmas
a. Sistem penghawaan (Ventilasi)
Ventilasi merupakan proses untuk mensuplai udara segar ke dalam
bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan, bertujuan
menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan, meghilangkan uap air
yang berlebih dan membantu mendapatkan kenyamanan termal. Ventilasi
pada bangunan puskesmas dapat berupa ventilasi alami dan/ atau ventilasi
mekanis. Jumlah bukaan ventilasi alami tidak kurang dari 15% terhadap luas
lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi. Sedangkan ventilasi mekanis
diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak memadai.
Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan
di Puskesmas yaitu minimal 12x pertukaran udara per jam. Ventilasi dalam
ruang perlu memperhatikan tiga elemen dasar, yaitu:
- Jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk dalam ruang pada
waktu tertentu.
- Arah umum aliran udara dalam gedung yang seharusnya dari area
bersih ke area terkontaminasi serta distribusi udara luar ke setiap bagian
dari ruangan dengan cara yang efisien dan kontaminan airborne yang
ada dalam ruangan dialirkan ke luar dengan cara yang efektif.
31
- Setiap ruang diupayakan proses udara di dalam ruangan bergerak dan
terjadi pertukaran antara udara di dalam ruang dengan udara dari luar.
b. Sistem Pencahayaan
Puskesmas harus mempunyai pencahayaan alami dan/ atau pencahayaan
buatan. Pencahayaan harus terdistribusikan rata dalam ruangan. Dalam
penggunaan pencahayaan dengan lampu-lampu, Puskesmas diusahakan
menggunakan lampu dari jenis hemat energi. Terdapat standar tingkat
pencahayaan di Puskesmas yang direkomendasikan. Menurut Permenkes
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas untuk ruangan KIA dan KB
tingkat pencahayaan yang direkomendasikan yaitu sebesar 200 lux, untuk
laboratorium yaitu sebesar 300 lux dan ruang tunggu sebesar 100 lux.
2.4.4. Persyaratan Peralatan Pelayanan Kesehatan Ibu
Dalam memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas, peralatan
yang digunakan harus lengkap dan berfungsi dengan baik. Standar persyaratan
peralatan dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu sudah ditentukan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
(Kementerian Kesehatan RI, 2014b). Berikut adalah persyaratan minimal
peralatan yang harus tersedia dalam pelayanan kesehatan ibu di Puskesmas
dapat dilihat di tabel 2.4:
Tabel 2. 4 Persyaratan Peralatan Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas
No Jenis Peralatan
Jumlah Minimum Peralatan
Puskesmas Non
Rawat Inap
Puskesmas
Rawat Inap
Set Pemeriksaan Kesehatan Ibu
32
1 ½ klem korcher 1 buah 1 buah
2 Anuskop 3 buah 3 buah
3 Bak instrument dengan tutup 1 buah 1 buah
4 Baki logam tempat alat steril
bertutup 1 buah 1 buah
5 Doppler 1 buah 1 buah
6 Gunting benang 1 buah 1 buah
7 Gunting verband 1 buah 1 buah
8 Korcher tang 1 buah 1 buah
9 Mangkok larutan 1 buah 1 buah
10 Meja periksa ginekologi dan
kursi periksa 1 buah 1 buah
11 Palu reflex 1 buah 1 buah
12 Pen lancet 1 buah 1 buah
13 Pinset anatomi panjang 1 buah 1 buah
14 Pinset anatomi pendek 1 buah 1 buah
15 Pinset bedah 1 buah 1 buah
16 Silinder korentang steril 1 buah 1 buah
17 Sonde mulut 1 buah 1 buah
18 Speculum vagina besar 3 buah 3 buah
19 Speculum vagina kecil 2 buah 2 buah
20 Speculum vagina sedang 5 buah 5 buah
21 Sphygmomanometer dewasa 1 buah 1 buah
33
22 Stetoskop dewasa 1 buah 1 buah
23 Stetoskop janin / fetoskope 1 buah 1 buah
24 Stand lamp untuk tindakan 1 buah 1 buah
25 Tempat tidur periksa 1 buah 1 buah
26 Thermometer dewasa 1 buah 1 buah
27 Timbangan dewasa 1 buah 1 buah
Set imunisasi
1 Vaccine carrier 1 buah 1 buah
2 Vaccine refrigator 1 buah 1 buah
Bahan Habis Pakai
1 Alcohol Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
2 Disposable Syringe, 1 cc Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
3 Disposable Syringe, 2,5-3 cc Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
4 Disposable Syringe, 5 cc Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
5 Kain steril Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
6 Kapas Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
7 Kasa steril dan non steril Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
8 Masker Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
9 Antiseptic Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
10 Sarung tangan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
Perlengkapan
1 Bantal 1 buah 1 buah
34
2 Kasur 1 buah 1 buah
3 Kotak penyimpanan jarum
bekas 1 buah 1 buah
4 Lemari alat 1 buah 1 buah
5 Lemari obat 1 buah 1 buah
6 Meteran (untuk mengukur
tinggi fundus) 1 buah 1 buah
7 Pita pengukur LiLa 1 buah 1 buah
8 Tirai 1 buah 1 buah
Pencatatan & Pelaporan
1 Buku KIA
Sejumlah ibu
hamil yang
dilayani
Sejumlah ibu
hamil yang
dilayani
2 Buku kohort ibu 1 buah 1 buah
3 Buku register ibu 1 buah 1 buah
4
Formulir dan surat
keterangan lain sesuai
kebutuhan pelayanan yang
diberikan
Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
5 Formulir informed consent Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
6 Formulir laporan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
7 Formulir rujukan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014
35
2.4.5. Sumber Daya Manusia Puskesmas
Pembangunan dan Kesuksesan pelayanan antenatal tergantung kepada
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di Puskesmas. Adam Smith (1776)
dalam (Konradus, 2012) mengatakan keterampilan masyarakat sebagai unsur modal
yang tetap. Robert Owen memandang SDM sebagai mesin vital, sehingga investasi
terbaik adalah investasi pada SDM. Dalam hal ini Sumber Daya Manusia yang
dimaksud adalah tenaga bidan.
Dalam menyelenggarakan sebuah pelayanan, tenaga bidan di Puskesmas
harus berjumlah sesuai dengan standar dan memiliki kompetensi dan kewenangan
sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan guna meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2014c). Menurut Spencer dan
Spencer (1993) dalam (Borkowski, 2011) mendeskripsikan kompetensi sebagai apa
yang pelaku menakjubkanlakukan dengan lebih sering, dalam situasi lebih banyak,
dengan hasil lebih baik, dibandingkan pelaku rata-rata. Kompetensi meliputi
keterampilan, kemampuan dan kinerja tenaga bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang telah disepakati.
2.4.6. Fasilitas dan Sarana Prasarana
Fasilitas adalah sarana atau peralatan yang digunakan dalam melaksanakan
pelayanan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, fasilitas yang ada harus sesuai
baik dari segi jumlah maupun kualitas. Fasilitas merupakan salah satu faktor yang
mendukung untuk melaksanakan suatu tindakan atau kegiatan pelayanan. Fasilitas
meliputi ruangan pemeriksaan ibu hamil yang memenuhi kriteria standar yang telah
ditetapkan yaitu memenuhi syarat fisik, kimia dan bakteriologi komponen dan
material bangunan, pencahayaan yang cukup, ventilasi yang cukup serta terjamin
keamanannya (Kementerian Kesehatan RI, 2002).
36
2.4.7. Penganggaran
Penganggaran merupakan besarnya dana yang disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan. Dalam hal ini
dapat ditinjau dari sudut penyedia pelayanan kesehatan (Azwar, 2010). Sumber
pendanaan yang bisa didapatkan oleh Puskesmas yaitu bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN) serta sumber – sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Terdapat lima pendekatan yang luas untuk pengumpulan dana menurut
(Green, 2007), yaitu:
a) User fees mengumpulkan pembayaran dari pasien pada saat pelayanan
diberikan. Perbedaan mekanisme user fees dapat terjadi, diantaranya melalui
jenis utama kasus yang dilayani; durasi (contohnya per hari-kamar); dan per
jenis pelayanan (contohnya per konsultasi).
b) Private insurance, yaitu pelengkap user fees dan menyediakan mekanisme
pengumpulan risiko diantara sebuah kelompok.
c) Social insurance yaitu sistem asuransi publik dengan pengumpulan risiko sama
seperti ansuransi swasta. Perbedaan yang ada diantara keduanya yaitu
pembayaran premi bergantung kepada pemasukan pekerja.
d) Taxation, yaitu mengumpulkan pendapatan melalui sistem perpajakan
pemerintah. Kelebihan dari pendekatan ini adalah pembayaran pajak
merupakan suatu hal yang wajib dan biasanya bukan menjadi tanggung jawab
sektor kesehatan untuk mengurus administrasi dan pengambilan pajak.
e) Community-based financing lebih disukai dan sistem yang digunakan
merupakan kombinasi diantara pendekatan lainnya, namun diimplementasikan
pada tingkat komunitas.
37
2.4.8. Pedoman
Pedoman adalah suatu standar atau acuan yang digunakan guna
menunjukkan bagaimana tata cara dalam melakukan suatu pekerjaan atau
pelayanan. Menurut Utari, et al standar adalah pernyataan yang dapat diterima dan
disepakati tentang sesuatu berupa produk, proses, kegiatan, barang yang digunakan
untuk mengukur atau menilai efektifitas suatu sistem pelayanan (A. et al., 1999).
Sedangkan standar menurut Donabedian adalah rentang variasi yang dapat diterima
dari norma atau kriteria (Manuaba, 1998).
Standar menurut PP Nomor 102 Tahun 2000 yaitu spesifikasi teknis atau
sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan
konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat – syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa
yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar – besarnya.
Dilihat dari teori – teori yang ada, pengertian standar menurut PP Nomor
102 Tahun 2000 sangat cocok sebagai pedoman atau bahan acuan yang digunakan
Puskesmas dalam memberikan pelayanan.
2.4.9. Kepatuhan Bidan
Kepatuhan adalah sikap untuk mau mentaati dan mengikuti suatu standar
atau aturan yang ditetapkan dengan jelas oleh suatu organisasi (Azwar, 1996).
Menurut (Azwar, 1996) seseorang dikatakan patuh jika ia dapat memahami,
menyadari dan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan tanpa paksaan dari
siapapun.
38
2.5. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pendekatan
untuk mengukur mutu oleh (Donabedian, 1980) yang mengukur structure, process,
dan outcome. Berikut adalah kerangka teori Donabedian.
STRUCTURE
Material
• Fasilitas
• Peralatan
• Dana/anggaran
Sumber Daya
Manusia
• Jumlah
• Kualifikasi
Metode
• Pedoman
pelaksanaan
• Sistem
informasi
PROCESS
Proses pelayanan
antenatal
OUTPUT
Kepatuhan bidan
Kepuasan pasien
Status kesehatan
Sumber: (Donabedian, 1980)
39
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Konsep
Dalam mempermsudah pemahaman dalam mengambarkan pelayanan antenatal
di Puskesmas Pagedangan maka disusunlah sebuah kerangka konsep berdasarkan teori
Donabedian. Berdasarkan kerangka teori Donabedian, terdapat tiga komponen yaitu
structure, proses, serta output, peneliti menggunakan metode pengukuran mutu
berdasarkan standar Pelayanan antenatal untuk mengetahui gambaran kualitas
pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan.
Pada komponen structure (masukan), peneliti melihat sumber daya manusia,
pendanaan yang digunakan untuk pelayanan antenatal, sarana dan fasilitas yang
digunakan dalam melakukan pelayanan antenatal, sumber dana yang digunakan dalam
melaksanakan pelayanan antenatal dan pedoman pelaksanaan. Dalam melihat
komponen proses, peneliti melihat proses pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas,
mulai dari anamnesa pasien ibu hamil tiap trimester, pemeriksaan kehamilan pada ibu
hamil tiap trimester, intervensi dan implementasi, pemberian konseling komunikasi,
informasi dan edukasi pelayanan antenatal serta pencatatan hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh bidan. Sedangkan dalam komponen output (keluaran), peneliti akan
melihat bagaimana kepatuhan bidan terhadap pelaksanaan proses sesuai standar
pelayanan antenatal dan status kesehatan meliputi bagaimana deteksi risiko kehamilan
yang ada di Puskesmas Pagedangan dalam pelayanan antenatal.
Berikut adalah gambar kerangka konsep yang peneliti kembangkan:
40
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep (Donabedian, 1980))
Structure:
Sumber daya
manusia
Penganggaran
Sarana dan
fasilitas
Pedoman
pelaksanaan
Proses:
Proses pelayanan
antenatal
Ouput:
Kepatuhan bidan
Status kesehatan
41
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3. 1 Definisi Istilah
No. Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur
Sumber
Informasi
1. Structure
(masukan)
Sediaan berupa sumber daya,
metode, dan material yang
digunakan Puskesmas untuk
melakukan pelayanan antenatal
Wawancara
mendalam,
telaah
dokumen,
observasi
Pedoman
wawancara,
daftar
dokumen,
dan
pedoman
observasi
Kepala
seksi Kesga
Dinas
Kesehatan
Kab.
Tangerang;
Pemegang
Program
Antenatal
Puskesmas;
Kepala
Puskesmas
Pagedangan
2. Sumber Daya
Manusia
Tenaga kerja bidan dari segi
jumlah dan kompetensi bidan
dalam melaksanakan pelayanan
antenatal di Puskesmas
Pagedangan sesuai dengan
Permenkes No.75 Tahun 2014
dalam segi jumlah dan
Wawancara
mendalam
dan telaah
dokumen
Pedoman
wawancara
dan daftar
dokumen
Kesga
Dinas
Kesehatan
Kab.
Tangerang;
PJ Bikoor;
Kepala
42
Permenkes No.97 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan
Kehamilan dari segi
kompetensi bidan.
Puskesmas;
Profil
Puskesmas
3. Penganggaran Sumber daya keuangan berupa
adanya penyusunan dan
dukungan serta penggunaan
anggaran tingkat pusat
(APBN), provinsi dan
kabupaten (APBD) dan dana
penunjang lainnya (JKN) untuk
penyelenggaraan pelayanan
antenatal di Puskesmas
Pagedangan yang sesuai dengan
Permenkes No. 97 Tahun 2014
Wawancara
mendalam
dan telaah
dokumen
Pedoman
wawancara
Kepala
Puskesmas
dan
Pemegang
Program
KIA
Puskesmas
4. Sarana dan
Fasilitas
Fasilitas yang mendukung
untuk melaksanakan pelayanan
antenatal. Sarana berupa
ruangan pemeriksaan ibu hamil
yang memenuhi standar
kesehatan, alat-alat untuk
mendukung melaksanakan
pelayanan antenatal di
Puskesmas Pagedangan sesuai
Wawancara
mendalam,
telaah
dokumen,
observasi
Pedoman
wawancara,
daftar
dokumen,
dan
pedoman
observasi
Kesga
Dinas
Kesehatan
Kab.
Tangerang;
Kepala
Puskesmas;
Pemegang
Program
43
dengan Permenkes No.75
Tahun 2014 tentang Puskesmas
KIA
Puskesmas;
profil
Puskesmas
5. Pedoman
Pelaksanaan
Merupakan standar atau acuan
yang dibuat Puskesmas dan
dilaksanakan oleh Puskesmas
untuk menjalankan program
pelayanan antenatal, dalam hal
ini dapat berupa kebijakan
tertulis, undang-undang.
Wawancara
mendalam
dan
Observasi
Pedoman
wawancara
dan
pedoman
observasi
Bidan
Koordinator
di
Puskesmas,
Kepala
Puskesmas
6. Proses
Pelayanan
Antenatal
Kegiatan pelayanan antenatal
yang dilakukan oleh bidan
kepada ibu hamil sesuai dengan
standar pelayanan antenatal
menurut Permenkes No. 97
tahun 2014 mulai dari
anamnesa pada trimester
pertama, kedua dan ketiga,
pemeriksaan, intervensi dan
implementasi kehamilan pada
trimester I, II dan III,
pencatatan hasil pemeriksaan di
register ibu, kohort ibu, kartu
Wawancara
mendalam,
observasi
Pedoman
wawancara
dan
pedoman
observasi
Kepala
Puskesmas,
Pemegang
Program
KIA (Bidan
koordinator)
Puskesmas,
bidan
Puskesmas
44
ibu dan buku KIA, serta temu
wicara (konseling) yang
dilakukan oleh bidan di tiap
trimester
7. Kepatuhan
bidan
Merupakan hasil dari penilaian
pemeriksaan yang dilakukan
oleh bidan dalam proses
pelayanan antenatal
Observasi
8. Status
kesehatan
Merupakan cakupan deteksi
risiko ibu hamil yang
ditemukan dalam
melaksanakan pelayanan
antenatal dan cakupan
komplikasi maternal yang
ditangani atau dirujuk oleh
Puskesmas serta faktor – faktor
risiko yang dialami oleh ibu
hamil di Puskesmas
Pagedangan
Telaah
dokumen,
wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara,
daftar
telaah
dokumen
Form ANC
Puskesmas
Pagedangan
45
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Penggunaan pendekatan studi kasus dikarenakan penelitian ini
mengeksplorasi gambaran kualitas program pelayanan antenatal di Puskesmas
Pagedangan
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Puskesmas Pagedangan di Kabupaten
Tangerang pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2017.
4.3 Informan Penelitian
Informan penelitian terdiri dari dua jenis informan. Informan utama terdiri dari
Pemegang Program pelayanan antenatal (Bidan Koordinator) di Puskesmas, serta
bidan Puskesmas Pagedangan sedangkan informan pendukung adalah Kepala
Puskesmas Pagedangan dan Kepala seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang. Adapun informan ditentukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel sumber data dengan perimbangan tertentu
(Sugiyono, 2011).
4.4 Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dengan informan yang telah ditentukan maupun yang muncul saat
melakukan pengambilan data, juga diperoleh dari hasil observasi yang
dilakukan. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi
46
terkait komponen masukan (structure) yang terdiri dari SDM, pendanaan,
pedoman serta sarana dan fasilitas yang berkaitan dengan pelayanan antenatal
di Puskesmas Pagedangan, komponen proses (process) pelayanan antenatal.
Wawancara mendalam akan dilakukan kepada Pemegang Program KIA di
Puskesmas Pagedangan, bidan Puskesmas Pagedangan, Seksi Kesehatan
Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, serta Kepala Puskesmas
Pagedangan.
Adapun kegiatan observasi yang dilakukan yaitu untuk memastikan
fasilitas dan sarana, pedoman sebagai komponen masukan (structure) tersedia
dan dilaksanakan sesuai standar, juga untuk memastikan pelaksanaan pelayanan
antenatal dilaksanakan sesuai standar.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang akan
ditelaah, yaitu:
- Profil Puskesmas Pagedangan
- Surat Izin Kerja Bidan
- Form ANC terpadu Puskesmas Pagedangan
4.5 Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpul Data
a. Alat Pengumpul data dalam Teknik wawancara
Alat pengumpul data yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman
wawancara yang digunakan sebagai acuan yang akan ditanyakan kepada
informan. Adapun pedoman wawancara terdiri dari pertanyaan terstruktur
yang diberikan kepada informan untuk mendapatkan informasi gambaran
kualitas program pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan dan
47
dipergunakan untuk membantu pengumpulan data dengan teknik wawancara
mendalam (indepth interview). Pada umumnya wawancara dengan
menggunakan pedoman dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang
lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang
menjadi pokok dari minat penelitian (Pawito, 2007). Selain itu peneliti juga
menggunakan tape recorder untuk merekam hasil wawancara dan alat tulis
serta buku catatan untuk mencatat hal penting selama proses wawancara.
b. Alat Pengumpul data dalam Teknik observasi
Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan lembar observasi
fasilitas dan sarana penunjang pelayanan antenatal serta lembar observasi
proses pelayanan antenatal agar memsudahkan peneliti dalam melakukan
pengamatan, alat tulis yang akan digunakan untuk mencatat hasil observasi,
serta kamera untuk memotret pengamatan peneliti.
c. Alat Pengumpulan data dalam Teknik telaah dokumen
Peneliti menggunakan data Profil Puskesmas Pagedangan untuk
mengetahui gambaran umum Puskesmas Pagedangan, Surat Izin Kerja Bidan
(SIKB) untuk mengetahui izin bidan dan kompetensi bidan dalam
melaksanakan pelayanan antenatal dan data biografi bidan di Puskesmas
Pagedangan.
48
2. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara
Terdapat tiga macam wawancara yang dilakukan dalam penelitian
kualitatif, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak struktur.
Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah tenaga
bidan dan kompetensinya dalam melaksanakan pelayanan antenatal,
bagaimana fasilitas dan sarana yang ada, anggaran yang dikeluarkan untuk
pelayanan antenatal, pelaksanaan SOP pelayanan antenatal, dan proses
pelayanan antenatal meliputi anamnesis serta pemeriksaan yang sesuai standar
10T. Proses wawancara dilakukan kepada kepala puskesmas, pemegang
program KIA (bidan koordinator), bidan pelaksana dan kepala seksi kesehatan
keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
b. Observasi
Sanafiah Faisal (1990) dalam (Sugiyono, 2011) mengklasifikasikan
observasi menjadi tiga macam, yaitu observasi berpartisipasi, obsevasi yang
secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi yang tak berstruktur.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi yang tak
berstruktur. Cara pengumpulan data dengan teknik observasi digunakan untuk
memastikan fasilitas dan sarana penunjang pelayanan antenatal tersedia dan
berfungsi dengan baik, pedoman pelayanan antenatal tersedia dan
dilaksanakan, serta proses pelayanan antenatal dilaksanakan sesuai standar
atau tidak.
c. Telaah dokumen
Telaah dokumen yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui
data sekunder yang berhubungan dengan penelitian. Data yang dikumpulkan
49
melalui telaah dokumen adalah data biografi bidan mencakup nama, usia,
Pendidikan terakhir, serta lama kerja informan puskesmas. Selain itu juga
mengumpulkan data dari form ANC terpadu terkait deteksi risiko kehamilan
di Puskesmas Pagedangan.
4.6 Validasi Data
Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Triangulasi sumber yaitu upaya menemukan sumber yang lebih bervariasi untuk
membandingkan informasi yang diperoleh dari antar sumber sehingga
memungkinkan data yang diperoleh konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan
(Pawito, 2007).
Triangulasi akan dilakukan dengan cara melakukan pengecekan ulang terhadap
data yang ada dari sumber lainnya. Selanjutnya mencari informan lain yang masih
dalam kriteria yang sama. Adapun triangulasi sumber dilakukan kepada Kepala
Puskesmas dan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang.
Triangulasi metode juga dilakukan untuk konfirmasi kebenaran informasi yang
didapatkan. Triangulasi metode dilakukan pada komponen input meliputi fasilitas
dan sarana serta pedoman pelayanan antenatal, komponen proses pelayanan
antenatal serta komponen output dalam penelitian ini meliputi kepatuhan bidan dan
status kesehatan (deteksi risiko, komplikasi yang ditangani).
50
Triangulasi Data
Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Wawancara
mendalam Observasi
Telaah
dokumen Informan utama Informan pendukung
Sumber Daya Manusia √ - √ √ √
Fasilitas dan Sarana √ √ - √ √
Penganggaran √ - - √ √
Pedoman √ √ - √ √
Proses anamnesa √ √ - √ √
Proses pemeriksaan, intervensi dan implementasi √ √ - √ √
Proses KIE √ √ - √ √
Proses pencatatan √ √ - √ √
Kepatuhan bidan √ √ - √ -
Deteksi risiko √ - √ √ -
51
4.7 Pengolahan Data
Miles dan Huberman (1994) menawarkan suatu teknik analisis yang biasa
disebut dengan interactive model. Punch (1998) menjelaskan bahwa teknik analisis
ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing
and verifying conclusions) (Pawito, 2007). Adapun penjelasannya menurut Miles
dan Huberman (Lisa et al., 2010) yaitu:
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemlihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transkip, dan transformasi dan
pengklasifikasian data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan.
2. Penyajian data yang dimaksudkan adalah sebagai sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian, kita dapat memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan serta mengambil tindakan
berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut. Penyajian
yang dimaksud dapat berupa matriks, grafik, dan bagan.
3. Menarik dan menguji kesimpulan. Kesimpulan penelitian ditarik dan ditinjau
ulang. Hal tersebut dilakukan sebagai uji kebenaran, kekokohan, dan
kecocokannya agar hasil terukur secara valid.
52
4.8 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu content analysis, yaitu
menguraikan materi peristiwa sosial secara rinci guna memsudahkan interpretasi dalam
pembahasan (Iskandar, 2009).
1. Wawancara
Dalam pengumpulan data pada analisis data kualitatif dibagi menjadi 4 tahapan
menurut Lacey dan Luff, yaitu (Patilima, 2007):
1. Transkripsi
Hasil wawancara dan diskusi serta catatan-catatan peneliti ditransfer ke dalam
bentuk lain.
2. Pengorganisasian data
3. Pengenalan, dan
4. Koding
2. Observasi
Dalam daftar tilik ini peneliti harus memberikan tanda centang “√” pada kolom
jika kegiatan atau pada item pengamatan jika dikerjakan atau tersedia, memberikan
tanda (-) jika kegiatan atau item pengamatan tidak dilakukan maupun tidak ada.
Dalam mengukur tingkat kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal
dilakukan perhitungan. Adapun perhitungannya sebagai berikut:
Skor = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑌𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ (𝑌𝑎+𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘) x 100%
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Pagedangan
5.1.1 Letak Geografis Puskesmas Pagedangan
Puskesmas Pagedangan terletak di Desa Pagedangan Kecamatan
Pagedangan yang terletak di bagian Timur Kabupaten Tangerang dengan luas
wilayah 4.802,16 km2. Puskesmas Pagedangan memiliki 11 wilayah kerja,
yaitu: Desa Pagedangan, Desa Lengkong Kulon, Desa Cihuni, Desa Medang,
Desa Cijantra, Desa Cicalengka, Desa Situ Gadung, Desa Kadu Sirung, Desa
Jatake, Desa Malang Nengah dan Desa Karang Tengah. Sebelah utara
berbatasan dengan Desa Pakulonan Barat Kecamatan Curug, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Sampora Kecamatan Cisauk, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Bojong Nangka Kecamatan Legok dan sebelah barat
berbatasan dengan Desa Cisauk Kecamatan Cisauk.
5.2 Karakteristik Informan
5.2.1. Karakteristik Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini berjumlah lima orang yang terdiri
dari satu orang bidan koordinator, dan empat orang bidan pelaksana pelayanan
antenatal di Puskesmas Pagedangan. Wawancara dan pengamatan dilakukan
untuk mendapatkan data dan informasi terkait penelitian ini. Karakteristik
Informan Utama dapat dilihat dalam tabel 5.1 sebagai berikut:
54
Tabel 5. 1 Karakteristik Informan Utama
No Informan Umur
(tahun)
Pendidikan
Terakhir Jabatan
Masa
Kerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 U-1 46 D3 Bidan
Koordinator
2 tahun
2 U-2 39 D3 Bidan Pelaksana 3 tahun
3 U-3 43 D3 Bidan Pelaksana 3 tahun
4 U-4 31 D3 Bidan Pelaksana 3 tahun
5 U-5 34 D3 Bidan Pelaksana 6 tahun
5.2.2. Karakteristik Informan Pendukung
Informan pendukung penelitian berjumlah dua orang meliputi satu orang
dokter dan satu orang ahli kesehatan masyarakat yang terdiri dari Kepala
Puskesmas Pagedangan, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang. Karakteristik informan pendukung dapat dilihat dalam
tabel 5.2 sebagai berikut:
Tabel 5. 2 Karakteristik Informan Pendukung
No Informan Umur
(tahun)
Pendidikan
Terakhir Jabatan
Masa
Kerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 P-1 53 S2 Kepala Puskesmas 7 bulan
2 P-2 42 S1 Kepala Seksi Kesga
Dinkes Kab Tangerang
4 tahun
55
5.3 Gambaran Struktur Pelayanan Antenatal Puskesmas Pagedangan
5.3.1. Gambaran SDM Pelayanan Antenatal
A. Jumlah Tenaga Bidan Puskesmas Pagedangan
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan jumlah tenaga bidan
yang bekerja di poli KIA dan KB Puskesmas Pagedangan berjumlah 23
bidan yang terdiri dari 10 bidan PNS, 11 bidan desa, dan 2 bidan
penguatan PONED. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan
utama sebagai berikut:
“Kalau kami sekarang di Puskesmas Pagedangan, bidan
sudah banyak, kita mempunyai 23 bidan. Ada bidan desa
berjumlah 11 bidan, bidan PNS berjumlah ada 10 bidan
ditambah 2 bidan penguatan PONED, tapi untuk bidan PNS
yang aktif hanya 8, karena yang satu sakit, yang satu lagi sudah
masuk masa purna karena bidannya akan pensiun. Ada
penambahan dari yang dulu, kalau dulu bidan desanya ada
sembilan.…” (U-1)
“…kalau jumlah sudah cukup, kalau bidan di Puskesmas
banyak, sudah diatas standar minimalnya yang di puskesmas.
Kita banyak bidannya karena memang banyak desanya. Jadi
kalau bidan sendiri yang tidak pegang desa ada 12 bidan,
selebihnya bidan desa ada 11.” (U-3)
Berdasarkan wawancara didapatkan bahwa jumlah bidan yang
ada di Puskesmas Pagedangan sudah cukup, tetapi akan menjadi kurang
ketika ada jadwal tidak terduga sehingga petugas yang melakukan
pelayanan di poli KIA terbatas hanya satu bidan untuk melakukan
pelayanan antenatal sekaligus pelayanan KB. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari informan U-2 dan U-5:
“…kalau jumlah sudah cukup, sudah sesuai standar,
kalau menurut standar akreditasi sudah melebihi” (U-2)
56
“Kalau untuk SDM sebenarnya mencukupi, tapi
terkadang kita ada jadwal diluar dugaan, seperti imunisasi MR
sekarang, MR itu program nasional, jadi kadang kita susah
untuk mencari yang jaga di ruangan, terkadang hanya satu
bidan saja yang tugas, dia melayani ibu hamil sekaligus pasien
KB. Jika yang tugas jaga di ANC sedikit, kita yang di PONED
bantu kalau tidak ada pasien. Saling membantu saja.” (U-5)
B. Kompetensi Tenaga Bidan Puskesmas Pagedangan
Kompetensi berupa pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
oleh bidan merupakan hal yang harus dimiliki seorang bidan dalam
melakukan pelayanan antenatal. Berdasarkan hasil wawancara
didapatkan hasil sebagai berikut:
“Bidan-bidan kompetensinya baik, sudah ikut banyak
pelatihan. Seperti kemarin pelatihan PONED, terus sekarang
ada bidan saya lagi pelatihan KB. Jadi dalam satu tahun itu bisa
4 kali atau 5 kali. Kalau untuk antenatal itu sendiri sudah 2 kali
pelatihan, terakhir bulan Mei kemarin oleh Dinas.” (U-1)
“kalau kompeten, sudah kompeten semua bidan di
Puskesmas, sudah punya STR” (U-2)
“…Menurut saya bidan disini sudah bagus. Kalau
kompetensi in sya allah sudah bagus…” (U-3)
“Kalau menurut saya hampir rata-rata sudah mulai
kompeten, mungkin ada beberapa saja bidan yang belum
kompeten karena memang mungkin bidan baru. Untuk saat ini
hampir semua bidan bisa melakukan pelayanan sesuai standar.
Kalau saya sendiri terakhir pelatihan sudah lama, terakhir
sekitar tahun 2012.” (U-4)
Hal tersebut juga didukung oleh Kepala Seksi Kesehatan
Keluarga Dinas Kabupaten Tangerang. Berikut hasil wawancara dengan
P-2:
“satu, untuk kompetensi melaksanakan antenatal care
sesuai standar seorang bidan pada saat dia lulus seharusnya
sudah kompeten. Kemudian sekarang setelah menjadi staff di
Puskesmas, Dinas Kesehatan berkali-kali sudah sosialisasi
57
terkait apa itu antenatal care yang sesuai standar, bagaimana
melakukan antenatal care yang sesuai standar, antenatal care
yang berkualitas...” (P-2)
Kompetensi tenaga bidan sendiri dapat dilihat dengan melihat
Surat Izin Kerja Bidan dan Pendidikan terakhir bidan. Berdasarkan
telaah dokumen daftar kepegawaian Puskesmas Pagedangan diketahui
bahwa semua bidan berpendidikan minimal DIII kebidanan. SIKB
beberapa tenaga bidan puskesmas Pagedangan dapat dilihat dalam tabel
5.3 sebagai berikut:
Tabel 5. 3 Pendidikan Terakhir dan Surat Izin Kerja Bidan
Puskesmas Tangerang
No Nama Pendidikan
Terakhir
Nomor SIKB
1 Purnawati DIII 446.4/0079/BD/5204-Dinkes/2015
2 Fitrawati DIII 446.4/0094/BD/5613-Dinkes/2015
3 Tuti Herawati DIII 446.4/0082/bd/5200-Dinkes/2015
4 Renny DIII 446.4/0120/BD/6810-Dinkes/2015
5 Asnawati DIII -
Sumber: Data Pendidikan bidan Puskesmas Pagedangan
Dalam penelitian ini, semua bidan memiliki Pendidikan terakhir
yaitu DIII dan memiliki SIKB yang masih berlaku pada tahun 2017.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kompetensi bidan adalah dengan melakukan pelatihan kepada bidan.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa semua bidan telah
mengikuti pelatihan pelayanan antenatal yang diselenggarakan oleh
58
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang seperti yang diungkapkan oleh
informan U-1 :
“… Jadi dalam satu tahun, kita bisa melakukan 4 kali
atau 5 kali ikut pelatihan. Kalau untuk antenatal itu sendiri
sudah 2 kali mengikuti pelatihan, terakhir bulan Mei oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang”. (U-1)
Hal ini didukung oleh Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang, dapat dilihat dari wawancara sebagai
berikut:
“…satu tahun sekali kita ada pelatihan namanya bimtek,
bimbingan tekhnis. Kita sosialisasikan terkait ANC, kemudian
buku, buku terkait pelaksanaan antenatal care sudah kita
berikan semua puskesmas. Jadi kalau dari sisi kompetensi
seharusnya sudah berkompeten.” (P-2)
Tetapi, pelatihan kepada bidan tidak selalu didapatkan tenaga
bidan Puskesmas Pagedangan setiap tahun-nya. Hal ini disebabkan
karena pelatihan tergantung pada ketersediaan anggaran di Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Kepala Puskesmas Pagedangan:
“…kalau untuk pelatihan bidan itu setiap tahun ada
tetapi belum tentu kita mendapatkan jatah pelatihan karena di
Kabupaten Tangerang ada 44 puskesmas, jadi belum tentu kita
yang dipilih untuk mengikuti pelatihannya, semua tergantung
anggaran di Dinas, sanggup apa tidak untuk mengadakan
pelatihan untuk 44 puskesmas”. (P-1)
59
5.3.2. Gambaran Penganggaran Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang
Puskesmas Pagedangan memiliki berbagai sumber dana untuk
pelaksanaan pelayanan antenatal yaitu Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
serta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), serta Anggaran Pengeluaran Belanja
Daerah (APBD).
Dana untuk pelayanan antenatal yang berasal dari APBD yaitu
pengadaan rapid test HIV, HBSAg, pengadaan buku KIA, pengadaan tablet Fe,
serta leaflet bahaya kehamilan. Dana Jaminan Kesehatan Nasional digunakan
untuk pembelian bahan habis pakai seperti reagent Hb, golongan darah dan
protein urin. Sedangkan dana BOK digunakan untuk kegiatan penjaringan ibu
hamil, kegiatan posyandu dan juga pembelian bahan habis pakai. Berikut adalah
kutipan wawancara dari informan utama dan pendukung:
“Sumber dana berasal dari JKN seperti kita tadi penjaringan
ibu hamil, kita cek golongan darah, periksa Hb, tes air kencing. Kalau
dari provinsi,mereka memberikan rapid test untuk HIV/AIDS, HBSAg,
terus Fe. Terus kalau ANC itu kan seperti leaflet leaflet bahaya
kehamilan, seperti buku-buku ANC dari mereka. Bukunya dari provinsi
turun ke Dinas terus turun ke kita. JKN itu untuk biaya sendiri di
Puskesmas, pembelian-pembelian bahan habis pakai. Kalau Dinkes
memberikan seperti buku KIA, poster-poster, rapid-rapid.” (U-1)
“Kita antenatal berasal dari BOK, ada promotif dan preventif.
Dananya dipakai untuk transport bidan desa, kalau mereka posyandu
atau penjaringan penyuluhan, serta untuk pembelian logistik seperti stik
protein urin. Kalau untuk pemeriksaan HIV/AIDS sama HBSAg itu
anggarannya dari dinas. Dana yang ada kurang sedikit, tapi bisa
ketutup kalau dinas memberikan.” (P-1)
Hal tersebut juga didukung oleh Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang. Berikut kutipan wawancara dengan Informan.
“Kalau Dinas sendiri kita memberikan, di laboratorium dan
tablet Fe. Puskesmas banyak menganggarkan sendiri menggunakan
60
dana JKN. Untuk proteinuria, tahun kemarin ada, saat ini saya tidak
tahu ketersediaannya, tapi tahun ini tidak ada lagi penganggaran,
dikembalikan ke puskesmas, membeli sendiri dari dana APBD, tetapi
kebanyakan dari dana JKN, itu untuk proteinurin. Golongan darah
juga sama. Puskesmas mengadakan sendiri, baru nanti di tahun 2018
saya sudah mengajukan untuk kebutuhan. Sebenarnya setiap tahun
mengajukan kebutuhan untuk ANC, tetapi kan tidak selalu diakomodir,
dilihat ketersediaan anggarannya dan urgensitasnya serta dipilah juga
oleh farmasi kalau puskesmasnya bisa mengadakan sendiri, dinkes
tidak menganggarkan, begitu”. (P-2)
5.3.3. Gambaran Fasilitas dan Sarana Pelayanan Antenatal di Puskesmas
Pagedangan Kabupaten Tangerang
Berdasarkan hasil wawancara dengan lima informan utama terkait
dengan fasilitas dan sarana menyatakan tidak mengalami kekurangan dalam
sarana penunjang dalam melakukan pelayanan antenatal. Berikut hasil
wawancara kepada informan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung
pelayanan antenatal.
“Sudah mencukupi untuk sarana, kalau tahun-tahun kemarin
kita masih punya kendala di prasarananya. Tapi kalau tahun ini,
semuanya sudah terpenuhi, seperti sterilisator kita sudah punya. Kalau
sekarang karena kita sudah punya dana JKN di Puskesmas ini jadi
sudah terpenuhi sih. Kalau untuk saat ini cukup ya fasilitas, kalau kita
disini ruangannya gabung KIA sama KB. Karena memang yang
membangun Pemda jadi sesuai rancangan mereka, bukan rancangan
kita. Itu saja kendalanya.” (U-1)
“Kalau kata saya, karena ini digabung dengan pelayanan KB,
kadang-kadang kita kekurangan tempat tidur, kalau ruangannya sendiri
sebenernya sudah cukup, sarana dan prasarananya sudah bagus, tapi
kalau saat pelayanan KB, kadang ada yang pasang implant, spiral,
kalau ada yang periksa hamil juga, kadang-kadang kita kekurangan
tempat tidur. Kalau dilihat, saya mau ruangannya terpisah antara KIA
sama KB, tapi kita sudah tidak ada ruangannya lagi. Ini gedungnya
baru 2015 dibuatnya oleh pemerintah, jadi kita tidak bisa bangun sesuai
kemauan kita.” (U-3)
“Kalau ruangan di pagedangan ini masih menyatu dengan poli
KB. Seperti ruangan ini, digabung berdasarkan tirai saja, kalau
seharusnya terpisah, KB sendiri, KIA sendiri tapi tidak menjadi
61
masalah banget karena memang ruangannya juga besar, kalau untuk
sekarang ini tidak masalah ya…” (U-5)
Alat-alat yang dibutuhkan dalam menunjang pelayanan antenatal sudah
cukup walaupun terdapat satu alat kurang baik kondisinya, seperti hal yang
disampaikan oleh informan U-2, U-3, U-4 dan U-5
“baik kondisinya, kalau menurut Permenkes nomor 75 masih
ada yang kurang, tapi kalau standar di Puskesmas sudah” (U-2)
“Kalau untuk alat-alat sudah bagus, sudah cukup kita. Kalau
untuk ANC, kita punya doppler, sebenernya doppler itu kita baru, tapi
saya kurang tahu apakah alatnya yang rusak atau memang kita tidak
tahu cara pemakaiannya, kita sebelumnya tidak ada pelatihan cara
penggunaannya, jadi itu tidak terlalu canggih, alatnya gresek-gresek,
sebenernya itu baru. Entah alatnya yang bermasalah, entah kitanya
yang belum mengerti pemakaiannya” (U-3)
“… kalau menurut saya semua alat sudah ada, pengukur tinggi
badan sudah ada, pengukur LiLA sudah ada, doppler sudah ada,
apalagi tes lab kita sudah lengkap. Sifilis, HIV sudah ada semua, karena
memang starter kita memang yang 10T ya ...” (U-4)
“… kalau kondisi alat-alatnya sudah memadai semua, kalau
menurut saya semua alat sudah ada, pengukur tinggi badan sudah ada,
pengukur LiLA sudah ada, doppler sudah ada, tapi dopplernya memang
sedikit gresek-gresek suaranya kalau kita pakai. (U-5)
Setelah dilakukan wawancara kepada bidan, peneliti melakukan
pengamatan terhadap sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Pagedangan
agar informasi yang didapatkan lebih valid. Komponen item dan kecukupan alat
dalam ruangan KIA dan KB mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014.
Berikut adalah hasil pengamatan gambaran alat penunjang pelayanan antenatal
di Puskesmas Pagedangan tahun 2017:
Tabel 5. 4 Alat - Alat Penunjang Pelayanan Antenatal
Alat – Alat Ketersediaan Kecukupan
Register kohort ibu √ √
62
Peralatan
dasar
Buku KIA √ √
Formulir rujukan √ √
Sphygmomanometer (tensimeter) √ √
Termometer - -
Fetoskop - -
Stetoskop √ √
Reflek hammer √ √
Timbangan dewasa √ √
Hb meter √ √
Stetoskop janin (doppler) √ √
Metline √ √
Sabun/ antiseptic √ √
Handuk/tissue √ √
Gestogram √ √
Sarung tangan √ √
Suntikan √ √
Jumlah (%) 88.2 88.2
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa alat-alat yang ada di
Puskesmas Pagedangan sudah 88.2% terpenuhi dan mencukupi. Dari hasil
pengamatan, diketahui jumlah register kohort ibu sebanyak 1 buah, buku KIA
sejumlah sasaran ibu hamil, 2 buah sphygmomanometer, 3 buah stetoskop, 1
buah reflek hammer, 2 buah timbangan dewasa, 2 buah doppler, 2 buah metline,
1 buah gestogram, satu set alat cuci tangan, 1 pak sarung tangan, dan beberapa
suntikan. Masih terdapat kekurangan alat di poli KIA yaitu thermometer dan
fetoskop janin.
63
Ruangan yang digunakan dalam melakukan pelayanan antenatal yaitu
ruangan KIA dan KB menjadi satu ruangan. Berikut adalah kutipan wawancara
dengan informan utama.
“… kalau untuk saat ini cukup dari segi fasilitas, kalau kemaren
kita ke Balaraja mereka mempunyai ruangan KIA tersendiri, ruangan
KB tersendiri, kalau kita gabung ruangan KIA sama KB nya. Karena
memang yang bangun Pemda jadi sesuai rancangan mereka, bukan
rancangan kita. Maunya puskesmas itu PONEDnya tersendiri, Nifasnya
tersendiri, KIA nya tersendiri.” (U-1)
“Kalau kata saya karena pelayanan KIA dibarengi dengan
pelayanan KB, kadang-kadang kita kekurangan tempat tidur, kalau
ruangannya sendiri sebenernya sudah cukup, sarana dan prasarananya
sudah bagus, tapi kalau saat pelayanan KB, kadang ada yang pasang
implant, spiral, dan ada yang periksa hamil juga, kadang-kadang kita
kekurangan tempat tidur. Kalau dilihat untuk ruangan saya inginnya
ruangannya terpisah antara KIA sama KB, tapi kita sudah tidak ada
ruangannya lagi…” (U-3)
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dapat diketahui bahwa
masih terdapat kekurangan kesediaan alat – alat dalam menunjang pelayanan
antenatal menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014. Ruangan yang digunakan
dalam melaksanakan pelayanan antenatal masih bersatu dengan ruangan dalam
pelayanan KB.
Hasil observasi fasilitas dan sarana yang ada di Puskesmas Pagedangan
dalam melakukan pelayanan antenatal dapat dilihat pada tabel 5.5 Terkait
gambaran fasilitas dan sarana pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan.
Berikut hasil observasi terkait fasilitas dan sarana pelayanan antenatal
di puskesmas Pagedangan:
64
Tabel 5. 5 Fasilitas dan Sarana dalam Pelayanan Antenatal
Fasilitas dan Sarana Ketersediaan Kelayakan
Tempat
praktik
d. Dinding terbuat dari tembok √ √
e. Lantai dari ubin/plester √ √
f. Atap melindungi √ √
g. Pencahayaan √
h. Ventilasi √ √
Area tempat
tunggu
a. Kursi √ √
b. Ventilasi √ √
c. Fasilitas cuci tangan
i. Air √ √
ii. Sabun √ √
iii. Tissue √ √
Kamar
mandi
a. Air mengalir √ √
b. Handuk kecil/tissue √ √
c. Jamban (WC) √ √
d. Tempat sampah √ √
e. Ventilasi √ √
Tempat obat
a. Bersih √ √
b. Kering √ √
c. Ventilasi √ √
a. Meja √ √
65
Ruang
konseling
b. Tempat duduk pasien √ √
c. Tempat duduk Pengantar √ √
d. Tempat duduk bidan √ √
Ruang
pemeriksaan
a. Meja √ √
b. Tempat duduk √ √
c. Tempat tidur pasien √ √
SKOR 100 100
Kriteria pengamatan meliputi tempat praktik, area tempat tunggu, kamar
mandi, tempat obat, ruang konseling dan ruang pemeriksaan dengam mengacu
kepada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang puskesmas. Berdasarkan
tabel 5.5 diketahui bahwa fasilitas dan sarana ruangan dalam menunjang
pelayanan antenatal sudah 100% tersedia dan layak untuk digunakan.
5.3.4. Gambaran Pedoman Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program KIA diketahui
bahwa pedoman pelayanan antenatal di Puskesmas belum terdokumentasikan dan
masih dalam tahap pembuatan, berikut adalah kutipan wawancara dengan
pemegang program KIA:
“Kalau untuk SOP ANC kita sedang proses pembuatan, lagi akreditasi.
Kalau selama ini kita menggunakan SOP puskesmas. Puskesmas membuat
SOP sendiri tanpa bantuan Dinkes. Sekarang kita mengerjakan semua SOP
yang dibutuhkan, setelah nanti selesai baru diimplementasikan semua.
Mbak Prima lagi diajari cara membuat SOP seperti apa di Puskesmas Jalan
Emas.” (U-1)
66
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama juga sesuai dengan
hasil wawancara informan triangulasi dari kepala puskesmas bahwa standar
operasional pelayanan antenatal masih dalam proses pembuatan, berikut adalah
kutipan wawancara dengan informan pendukung:
“Kita kan sedang menyusun SOP SOP akreditasi, salah satunya SOP ANC,
sepertinya sudah ada, tapi saya belum tanda tangan, SOP itu nanti di SK-
kan akhirnya nanti SOP itu. Sampai saat ini belum ada yang konsultasi ke
saya, jadi masih dalam proses pembuatan.” (P-1)
Namun pada pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas
Pagedangan, bidan mengacu kepada pedoman pelayanan antenatal terpadu
milik Kementerian Kesehatan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang. Berikut hasil wawancara dengan informan U-1:
“…iya kami disini menggunakan buku pedoman
antenatal terpadu, yang warnanya ungu, buku pedoman ini
dikasih sama Dinas” (U-1)
Hal tersebut juga sesuai dengan informan pendukung 2 (P-2) yang
menyatakan bahwa semua Puskesmas sudah diberikan buku pelayanan
antenatal yang dijadikan SOP. Berikut hasil wawancara:
“sudah ada di buku, sudah kita berikan. Jadi SOP yang
dilakukan anak-anak kami di lapangan berdasarkan buku yang
diberikan. Itu sudah ada di pedomannya.” (P-2)
Kesimpulan dari hasil wawancara dengan informan utama dan informan
pendukung adalah Puskesmas Pagedangan mengacu kepada pedoman
pelayanan antenatal terpadu dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2013 dalam pelaksanaan antenatal oleh bidan.
67
5.4 Gambaran Proses Pelayanan Antenatal Puskesmas Pagedangan
5.4.1. Pelayanan anamnesa
5.4.1.1. Pelayanan Trimester Pertama
Anamnesa yang dilakukan oleh bidan meliputi menanyakan keluhan ibu
hamil, menanyakan tanda-tanda penting terkait dengan masalah kehamilan,
status imunisasi TT, riwayat kehamilan, menanyakan jumlah tablet Fe dan obat
yang dikonsumsi, pola makan serta menanyakan kesiapan menghadapi
persalinan. Berikut gambaran anamnesa pelayanan antenatal pada ibu hamil
trimester pertama.
Tabel 5. 6 Pelayanan Anamnesa pada Trimester Pertama
Anamnesa
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Keluhan ibu hamil √ √ √ √ √ √ √
Menanyakan
tanda penting
kehamilan
√ √ √ √ √ √ √
Riwayat
kehamilan √ √ √ √ √ √ √
Status imunisasi
TT √ - - √ √ √ √
Menanyakan
jumlah tablet Fe
dan obat yang
dikonsumsi
√ √ √ √ √ √ √
Pola makan ibu √ √ √ √ √ √ √
Skor (%) 100 83.3 83.3 100 100 100 100
Rata – rata 95.2
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa skor terendar yang didapatkan
oleh bidan sebesar 83.3% dan skor tertinggi sebesar 100% dengan rata – rata skor
68
95.2%. terdapat beberapa bidan yang tidak menanyakan status imunisasi TT
kepada ibu hamil.
5.4.1.2. Pelayanan Trimester Kedua
Anamnesa yang dilakukan oleh bidan meliputi melihat pencatatan
sebelumnya di buku KIA dan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh ibu
hamil. Berikut gambaran anamnesa pelayanan antenatal pada trimester kedua :
Tabel 5. 7 Pelayanan Anamnesa pada Trimester Kedua
Anamnesa
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Melihat pencatatan
sebelumnya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Menanyakan
keluhan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Skor (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata – rata 100
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa semua kegiatan anamnesa
dilakukan oleh bidan saat pelayanan antenatal kepada ibu hamil. Skor pada item
anamnesa trimester kedua yaitu 100% lengkap.
5.4.1.3. Pelayanan Trimester Ketiga
Anamnesa yang dilakukan oleh bidan pada trimester ketiga sama seperti
trimester kedua yaitu meliputi melihat pencatatan sebelumnya di buku KIA dan
menanyakan keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Berikut gambaran
anamnesa pelayanan antenatal pada trimester kedua:
69
Tabel 5. 8 Pelayanan Anamnesa pada Trimester Ketiga
Anamnesa
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Melihat pencatatan
sebelumnya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Menanyakan
keluhan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Skor (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata – rata 100
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa skor semua bidan dalam
melakukan anamnesa yaitu 100%. Semua item anamnesa meliputi melihat
catatan sebelumnya dan menanyakan keluhan pada pasien ibu hamil dilakukan
oleh bidan saat melaksanakan pelayanan antenatal pada trimester ketiga.
5.4.2. Pemeriksaan, Intervensi dan Implementasi Pelayanan Antenatal
Berdasarkan wawancara dengan bidan terdapat perbedaan hasil
wawancara yang menyebutkan bahwa semua bidan sudah melaksanakan
pelayanan sesuai dengan 10T. Berikut hasil wawancara dengan bidan
puskesmas pagedangan:
“Kalau bidan sebenarnya sudah melaksanakan sesuai standar.
Setiap ibu hamil datang ditimbang berat badan, kalau tinggi badan
sekali saja karena dia pemeriksaan pertama, pemeriksaan awal, kalau
berat badan iya, tensi iya, terus untuk lab nya juga iya, kan dilihat oleh
bidannya apa saja yang belum diperiksa, lalu konseling juga
dilaksanakan, jadi memang dilakukan. Oleh karena itu, kalau di KIA
memeriksa pasien 1 dengan di BP umum beda, lebih lama kita karena
kita masih ada konseling.” (U-1)
“Ya bidan melaksanakan sudah sesuai 10T, kalau disini, kalau
datang selalu ditimbang, ukur tinggi badan, ukur tensi, setelah itu
periksa laboratorium dan wawancara, skrining imunisasi juga” (U-2)
70
“..iya selalu ditimbang, tensi, tinggi badan pas di ANC, tidak
mungkin tinggi badan tiap bulan nambah, lalu juga berat badan, tinggi
fundus uteri kita ukur di umur 24 minggu ke atas dengan pengukur.
Kalau skrining sama imunisasi juga dilakukan karena pelayanan itu
selalu masuk standar 10T, jadi sekalian kita wawancara, kita
anamneses, kita tanya status skriningnya, itu pasti, kalau misalnya
pelaksanaannya tidak dilaksanakan itu berarti 10T-nya hilang, nanti
jadi 9T. kalau suhu badan kita tidak setiap periksa, kecuali dalam
keadaan kalau pasien merasa panas, dingin, kalau dalam keadaan
khusus saja karena juga pengukur suhu tidak dalam 10T, kita yang
penting 10T dilaksanakan. Kalau konseling dilihat dulu, dia datang di
usia hamil ke berapa, kita sampaikan sekilas, nanti kita suruh ibunya
baca di buku KIA.” (U-4)
Terdapat perbedaan hasil wawancara yang dilakukan oleh salah satu
bidan yang menyatakan bahwa terdapat beberapa bidan yang masih belum
memenuhi standar dalam melaksanakan pelayanan antenatal di Puskesmas.
Berikut hasil wawancara dengan informan bidan:
“Kalau pelayanan, kadang-kadang ada saja yang kelewat satu
atau dua kalau lagi ramai. Seperti tadi, imunisasi tidak ada atau lab nya
tutup atau analisnya tidak masuk, jadi tidak bisa lengkap 10T,
seharusnya diperiksa karena sudah trimester akhir, paling tidak
trimester pertama diperiksa Hbnya dengan trimester ketiga. Trimester
kedua periksa protein, kalau trimester ketiga kalau ada bengkak, ada
keluhan pusing kita cek protein kita cek Hb juga. Tapi kalau suhu badan
tidak masuk 10T, jadi kita tidak periksa, di ANC kita ada, tapi kita tidak
semua melaksanakan, tergantung kondisi. Kalau pasiennya ada keluhan
demam, atau kita pegang badannya panas, baru kita periksa suhunya.
Jadi suhu mah bukan wajib.” (U-3)
“iya, selalu ditimbang berat badannya, ukur tekanan darah,
kalau untuk LiLA kita ukur, kalau misal sudah beberapa kali kesini
sudah tidak diukur, kalau fundus uteri juga diukur, kalau skrining
imunisasi TT sebenarnya di skrining, tapi tidak diimunisasi, soalnya
untuk imunisasi dilakukan hari selasa, kalau sekarang tadi cek Hb tidak
karena bagian lab-nya tutup. Kita kalau untuk penyuluhan selalu
diarahkan, misal mendekati lahiran kita arahkan kelahiran bagaimana
persiapannya. Kita tidak penyuluhan semua, kita melihat usia
kehamilannya, kalau trimester 3 otomatis persiapan persalinan, KB,
IMD, ASI eksklusif.” (U-5)
71
Selain melakukan wawancara kepada bidan, peneliti juga melakukan
observasi kepada bidan saat melaksanakan pelayanan antenatal terhadap semua
ibu hamil yang diperiksa. Setiap bidan dilakukan observasi dengan kisaran
kasus 9 ibu hamil. Item yang dinilai pada observasi meliputi anamnesis,
pemeriksaan kehamilan, serta kegiatan konseling komunikasi, informasi dan
edukasi. Berikut gambaran observasi yang dilakukan:
5.4.2.1. Pelayanan Trimester Pertama
Pemeriksaan umum dan kehamilan pada trimester pertama meliputi
pemeriksaan keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi
badan, LiLA, pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan Hb, golongan darah,
serta HIV), skrining imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT, pemberian
suplemen gizi (tablet Fe, asam folat, dan kalsium). Pemeriksaan yang
dilakukan pada trimester pertama hanya melibatkan 7 pasien ibu hamil yang
diperiksa oleh bidan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan ibu hamil yang
jarang datang ke Puskesmas jika masih dalam usia kehamilan muda. Berikut
hasil wawancara dengan informan bidan:
“..biasanya kalau masih satu atau dua bulan belum periksa, nanti
kalau sudah ada perasaan gerak – gerak baru periksa kesini. Tapi kalau
yang sudah mengerti biasanya langsung periksa”. (U-1)
“… disini mah jarang ibu hamil TM1 karena biasanya periksanya
ke posyandu, atau klinik deket rumah. Kalau ada, memang ada, tapi
memang sedikit, biasanya kalau sudah perutnya besar baru periksa
kesini” (U-3)
Berikut gambaran hasil observasi pemeriksaan, intervensi dan
implementasi yang dilaksanakan oleh bidan terhadap ibu hamil di
Puskesmas Pagedangan:
72
Tabel 5. 9 Pemeriksaan, Intervensi dan Implementasi Pelayanan
Antenatal pada Trimester Pertama
No Item yang diamati
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Timbang berat badan √ √ √ √ √ √ √
2 Ukur tinggi badan √ √ - √ √ - √
3 Ukur tekanan darah √ √ √ √ √ √ √
4 Nilai LiLA √ √ - √ √ - √
5 Suhu tubuh - - - - - - -
6 Skrining imunisasi dan
berikan imunisasi TT - - - √ √ - -
7 Beri suplemen gizi (Fe
dan asam folat) √ √ √ √ √ √ √
8 Pemeriksaan lab (rutin
dan khusus) √ √ √ - √ √ √
Skor (%) 75 75 50 75 87.5 62.5 75
Rata – rata 71.4
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa skor terendah yang didapat oleh
bidan yaitu 50% dan skor tertinggi sebesar 87.5% dengan rata – rata 71.4%.
Semua bidan tidak melakukan pengukuran suhu tubuh kepada ibu hamil,
beberapa bidan juga tidak melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan
dan LiLA kepada beberapa ibu hamil. Selain itu beberapa bidan juga tidak
melakukan skrining imunisasi TT dan memberikan imunisasi TT kepada
beberapa ibu hamil dan juga ada satu orang bidan yang tidak melakukan
pemeriksaan laboratorium rutin kepada satu orang ibu hamil.
5.4.2.2. Pelayanan Trimester Kedua
Pemeriksaan umum dan kehamilan serta intervensi dan implementasi
pada trimester kedua meliputi timbang berat badan, suhu tubuh, tekanan
73
darah, tinggi fundus uteri, presentasi janin, denyut jantung janin, skrining
imunisasi TT, pemberian suplemen gizi (tablet Fe, asam folat, dan kalsium),
dan pemeriksaan laboratorium khusus (protein urin, HIV, hepatitis).
Berikut gambaran hasil observasi pemeriksaan, intervensi dan
implementasi yang dilaksanakan oleh bidan terhadap ibu hamil di
Puskesmas Pagedangan.
Tabel 5. 10 Pemeriksaan, Intervensi dan Implementasi Pelayanan Antenatal pada
Trimester Kedua
No Item yang
diamati
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Timbang
berat
badan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Suhu
tubuh - - - - - - - - - - - -
3 Tekanan
darah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Tinggi
fundus
uteri
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Presentasi
janin √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Denyut
jantung
janin
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 Skrining
imunisasi
TT dan
berikan
imunisasi
bila perlu
- √ - - - - - - - √ - -
8 Beri
suplemen
gizi (Fe
dan asam
folat)
- √ - - √ - - - - √ - √
9 Pemeriksa
an lab
(rutin dan
khusus)
√ - √ √ - √ √ √ √ - - -
74
SKOR (%) 66.
7 77.8 66.7 66.7 66.7 66.7 66.7 66.7 66.7 77.8 55.5 66.7
Rata – rata 62.6
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa skor bidan terendah yaitu
sebesar 55.5 % dan skor tertinggi sebesat 77.8%. Diketahui skor rata-rata
bidan dalam melaksanakan pelayanan antenatal pada trimester kedua
sebesar 62.6%. Semua bidan juga tidak melakukan pengukuran suhu badan
kepada ibu hamil. Beberapa bidan juga tidak melakukan skrining dan
imunisasi TT, pemberian tablet gizi, serta pemeriksaan laboratorium kepada
beberapa ibu hamil.
5.4.2.3. Pelayanan Trimester Ketiga
Pemeriksaan umum dan kehamilan serta intervensi dan implementasi
pada trimester ketiga sama seperti pemeriksaan pada pelayanan trimester
kedua, meliputi timbang berat badan, suhu tubuh, tekanan darah, berat
badan, tinggi fundus uteri, presentasi janin, denyut jantung janin, skrining
imunisasi TT, pemberian suplemen gizi (tablet Fe, asam folat, dan kalsium),
dan pemeriksaan laboratorium khusus (protein urin, HIV, hepatitis).
Berikut gambaran hasil observasi pemeriksaan, intervensi dan
implementasi yang dilaksanakan oleh bidan terhadap ibu hamil trimester
ketiga di Puskesmas Pagedangan tahun 2017:
75
Tabel 5. 11 Pemeriksaan, Intervensi dan Implementasi Pelayanan Antenatal
pada Trimester Ketiga
No Item yang
diamati
Hasil Pengamatan
U-3 U-4 U-5 U-6
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Timbang
berat badan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Suhu tubuh
- - - - - - - - - - - -
3 Tekanan
darah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Tinggi
fundus uteri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Presentasi
janin √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6
Denyut
jantung
janin
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7
Skrining
imunisasi
TT dan
imunisasi
bila perlu
- - - - √ √ √ √ - - √ -
8
Beri
suplemen
gizi (Fe dan
asam folat)
√ √ √ - - √ √ - - - √ √
9
Pemeriksaan
lab (rutin
dan khusus)
- - √ √ - √ √ √ - - - -
SKOR (%) 66.7 66.7 77.8 66.7 66.7 88.9 88.9 77.8 55.5 62.5 77.8 66.7
Rata – rata (%) 71.9
Berdasarkan hasil observasi pemeriksaan antenatal pada pelayanan
trimester ketiga pada tabel 5.11 diketahui bahwa skor terendah pelayanan yang
dilaksanakan oleh bidan sebesar 55.5% dan tertinggi sebesar 88.9% dengan rata
– rata skor bidan yaitu sebesar 71.9%. Pengukuran suhu badan tidak diukur oleh
semua bidan kepada ibu hamil. Beberapa bidan juga tidak melaksanakan
skrining dan pemberian imunisasi TT, memberikan tablet gizi, serta
pemeriksaan laboratorium kepada beberapa ibu hamil saat pemeriksaan.
76
5.4.3. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama didapatkan
informasi bahwa semua bidan melakukan pencatatan dalam pelaksanaan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil. Berikut kutipan wawancara dengan bidan
Puskesmas.
“iya, banyak pencatatan. Apalagi kalau akreditasi, sistemnya
pencatatan tidak boleh lupa. Harus. Langsung dicatat saat ibu hamil
lagi periksa” (U-2)
“Iya harus dicatat, kalau di KIA pasti diisi, terus kita punya
kohort juga, namanya kartu ibu itu harus diisi. Makannya kadang-
kadang kita melayani pasien satu agak lama. Jadi hasil pemeriksaan
kita pake SOAP gitu. Jadi, di buku rekam mediknya kita tulis sesuai
SOAP, tapi nanti di kartu KIA nya kita tulis semuanya itu anamnesa,
penyuluhan itu ditulis di buku KIA, di registernya kita biasa mengisi
untuk menilai dia itu K1, K2, kunjungan nya dia itu sudah sesuai sama
yang ditetapkan tidak” (U-3)
“Oh iya harus di catat, kalau tidak itu apalagi di puskesmas, di
puskesmas banyak pencatatannya, ada kartu ibu, register karena kita
mau akreditasi juga jadi memang harus punya, harus diadakan.
Catatnya saat itu juga, pasien diperiksa, sambil ditanya. Hari itu juga,
tidak bisa pasien dulu dilayani, terus terakhir catatnya, nanti lupa,
karena pasiennya banyak.” (U-4)
“..iya kita catat di register kartu ibu, semuanya dicatat karena
itu buat akreditasi juga” (U-5)
Selain melakukan wawancara mendalam terhadap tenaga bidan, peneliti
juga melakukan pengamatan kepada bidan selama pemeriksaan antenatal di
Puskesmas Pagedangan. Berikut hasil pengamatan gambaran pencatatan hasil
pemeriksaan pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan:
6.3.2.1. Pelayanan Trimester Pertama
Item pengamatan yang diamati oleh peneliti yaitu mencakup
tenaga bidan melakukan pencatatan di register ibu, kohort ibu, kartu
77
ibu dan buku KIA. Berikut gambaran hasil pencatatan pemeriksaan
pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan:
Tabel 5. 12 Pencatatan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Antenatal pada Trimester
Pertama
No Item
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Register
ibu √ √ √ √ √ √ √
2 Kohort
ibu √ √ √ √ √ √ √
3 Kartu ibu √ √ √ √ √ √ √
4 Buku
KIA √ √ √ √ √ √ √
Skor (%) 100 100 100 100 100 100 100
Rata – rata (%) 100
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa semua bidan mendapatkan skor
100% dalam melakukan pencatatan hasil pelayanan antenatal di register ibu,
kohort ibu, kartu ibu serta buku KIA ibu hamil.
6.3.2.2. Pelayanan Trimester Kedua
Item yang diamati pada trimester kedua sama halnya degan
trimester pertama yaitu bidan melakukan pencatatan pada register ibu,
kohort ibu, kartu ibu serta buku KIA yang dibawa ibu hamil saat
pemeriksaan pelayanan antenatal. Berikut gambaran pencatatan hasil
pemeriksaan pelayanan antenatal pada ibu hamil trimester kedua di
Puskesmas Pagedangan:
78
Tabel 5. 13 Pencatatan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Antenatal pada Trimester Kedua
No Item
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Register
ibu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Kohort
ibu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Kartu
ibu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Buku
KIA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Skor (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata -rata (%) 100
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa semua bidan
mendapatkan skor 100% dan rata – rata skor 100% dalam melakukan
pencatatan hasil pelayanan antenatal di register ibu, kohort ibu, kartu ibu
serta buku KIA ibu hamil.
6.3.2.3. Pelayanan Trimester Ketiga
Berikut gambaran pencatatan hasil pemeriksaan pelayanan
antenatal pada ibu hamil trimester ketiga di Puskesmas Pagedangan
meliputi register ibu, kohort ibu, kartu ibu dan buku KIA:
Tabel 5. 14 Pencatatan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Antenatal pada Trimester Ketiga
No Item
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
79
1 Register
ibu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Kohort
ibu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Kartu ibu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Buku KIA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Skor (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata – rata (%) 100
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa semua bidan mendapatkan skor
100% dalam melakukan pencatatan hasil pelayanan antenatal di register ibu,
kohort ibu, kartu ibu serta buku KIA ibu hamil.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan terhadap
bidan dapat disimpulkan bahwa semua bidan melakukan pencatatan hasil
pemeriksaan di register ibu, kohort ibu dan kartu ibu.
5.4.4. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
Konseling komunikasi, informasi, dan edukasi yang efektif merupakan
bagian dari pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama
untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya. Tujuan pemberian
konseling kesehatan reproduksi yaitu membantu pasien untuk memahami
peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan risiko yang mungkin dihadapi
sehingga dapat dilakukan upaya pencegahannya, membantu pasien dan
keluarganya untuk menentukan kebutuhan asuhan kehamilan, pertolongan
persalinan yang bersih dan aman, untuk membuat pilihan salah satu metode
80
kontrasepsi, serta membantu mengenali gejala atau tanda – tanda suatu risiko
reproduksi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai (Saifuddin et al., 2009).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan
diketahui bahwa pelaksanaan konseling KIE oleh bidan tidak semua materi
diberikan pada ibu hamil, namun melihat usia kehamilan pada ibu hamil.
Berikut hasil wawancara dengan bidan:
“…kalau konseling dilihat dulu dia datang di usia hamil ke
berapa, misal hamil muda berarti kita penyuluhan tentang keluhan
hamil muda, sudah ada tertera, kita sampaikan sekilas nanti kita suruh
ibunya baca di buku KIA, kemarin saat pertemuan di Dinas Kesehatan
disuruh dikasih tanda rumput sama ibunya, jadi ibu baca atau tidak,
kalau sudah baca diberikan tanda rumput di bukunya, nanti evaluasi
bulan depan, ibunya mengerti atau tidak, lihat usia kehamilan juga
kalau penyuluhan, kalau misal dia usianya masih muda kita tidak kasih
tentang persiapan persalinan, ya melihat usia kehamilan juga.” (U-4)
“…kita kalau misal untuk penyuluhan selalu diarahkan, misal
mendekati lahiran kita arahkan kelahiran bagaimana persiapannya.
Kita tidak penyuluhan semua, kita lihat trimesternya, untuk trimester 1
apa, trimester 2 apa, trimester 3 kita apa, kalau trimester 3 kan otomatis
persiapan persalinan, KB, IMD, ASI eksklusif.” (U-5)
Adapun temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan
antenatal yang meliputi: persiapan persalinan dan kesiagaan menghadapi
komplikasi meliputi tanda – tanda bahaya dalam kehamilan, persalinan dan
nifas, tubulin, tempat persalinan, transportasi rujukan, penolong persalinan,
calon donor darah, pendamping persalinan dan suami SIAGA (siap antar jaga),
inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif meliputi skin to skin contact untuk IMD,
kolostrum, ASI saja selama 6 bulan, tidak diberi susu formula, keinginan untuk
menyusui, penjelasan pentingnya ASI dan perawatan putting susu, KB paska
persalinan, masalah gizi meliputi suplementasi tablet besi, mengkonsumsi
garam beryodium, mengkonsumsi makanan padat kalauri dan kaya zat besi,
81
pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil, masalah penyakit kronis dan penyakit
menular yang meliputi upaya pencegahan, menerapkan PHBS, mengenali gejala
penyakit dan kepatuhan minum obat, kelas ibu meliputi setiap ibu hamil
menggunakan buku KIA, bertukar pengalaman diantara ibu hamil, brain
booster meliputi berkomunikasi dengan janin, musik untuk menstimulasi janin,
dan nutrisi gizi seimbang bagi ibu hamil, informasi tentang definisi, cara
penularan HIV/AIDS dan IMS dan pentingnya tes HIV serta informasi
Kekerasan terhadap perempuan (KtP).
5.4.4.1. Pelayanan Antenatal Trimester Pertama
Berikut gambaran hasil pengamatan KIE yang dilakukan bidan saat
melaksanakan pelayanan antenatal pada trimester pertama dalam tabel
5.15:
Tabel 5. 15 Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pelayanan Antenatal pada
Trimester Pertama
No Item yang diamati
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
Persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi
komplikasi
- - - - - - -
2 Inisiasi menyusu dini dan ASI
Eksklusif - - - - - - -
3 KB paska persalinan - - - - - - -
4 Masalah gizi √ √ √ - - √ -
5 Imunisasi TT pada ibu hamil - - - - - - -
6 Masalah penyakit kronis dan
penyakit menular √ - √ √ √ - √
7 Kelas ibu - - - - - - -
82
8 Brain booster - - - - - - -
9 Informasi HIV/AIDS dan IMS - - - - - - -
10 Informasi KtP - - - - - - -
SKOR (%) 20 10 10 10 10 10 10
Rata – rata (%) 11.4
Berdasarkan tabel 5.15 Diketahui bahwa tenaga bidan hanya
menyampaikan sedikit konseling materi KIE pelayanan antenatal kepada ibu
hamil dengan rata-rata skor sebesar 11.4% ssaja. Diketahui hanya satu atau
dua materi saja yang diberikan kepada ibu hamil yang meliputi masalah gizi
dan masalah penyakit kronis dan penyakit menular.
5.4.4.2. Pelayanan Antenatal Trimester Kedua
Gambaran hasil pengamatan KIE yang dilakukan bidan saat
melaksanakan pelayanan antenatal pada trimester kedua dalam tabel
5.16 sebagai berikut:
Tabel 5. 16 Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pelayanan Antenatal
pada Trimester Kedua
No Item yang diamati
Hasil Pengamatan
U-2 U-3 U-4 U-5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
Persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi
komplikasi
- - - √ - √ √ - - - - -
83
2 Inisiasi menyusu dini dan
ASI Eksklusif - - - - - - - - - - - √
3 KB paska persalinan - - - - - - - - - - - -
4 Masalah gizi √ - √ √ √ √ √ - - √ - -
5 Imunisasi TT pada ibu hamil - - - - √ - - - - - - -
6 Masalah penyakit kronis dan
penyakit menular √ √ √ - √ - √ - - - √ -
7 Kelas ibu - - - - - - - - - - - -
8 Brain booster - - - - - - - - - - - -
9 Informasi HIV/AIDS dan
IMS - - - - - - - - - - - -
10 Informasi KtP - - - - - - - - - - - -
SKOR (%) 20 10 20 20 30 20 30 0 0 10 10 10
Rata – rata 15
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa skor terendah yaitu 0%
dan tertinggi yaitu 30% dengan rata-rata bidan menyampaikan materi
KIE kepada ibu hamil sebesar 15%. Materi yang paling banyak
disampaikan adalah materi tentang masalah gizi dan masalah penyakit
kronis dan penyakit menular seputar PHBS ibu hamil serta persiapan
kehamilan dan kewaspadaan komplikasi.
5.4.4.3. Pelayanan Antenatal Trimester Ketiga
Berikut gambaran hasil pengamatan KIE yang dilakukan oleh
bidan saat melaksanakan pelayanan antenatal pada trimester ketiga
dalam tabel 5.17 sebagai berikut:
84
Tabel 5. 17 Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pelayanan Antenatal pada Trimester
Ketiga
No Item yang diamati
Hasil Pengamatan
U-3 U-4 U-5 U-6
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Persiapan persalinan dan kesiagaan
menghadapi komplikasi - √ √ - - - - - √ - - √
2 Inisiasi menyusu dini dan ASI
Eksklusif - - - - - - - - √ - - -
3 KB paska persalinan - - - - - - - √ - - - -
4 Masalah gizi √ √ - √ - - √ √ - √ √ √
5 Imunisasi TT pada ibu hamil - - - - - - - - - - - -
6 Masalah penyakit kronis dan
penyakit menular √ - - √ - √ √ - - - - √
7 Kelas ibu - - - - - - - - - - - -
8 Brain booster - - - - - - - - - - - -
9 Informasi HIV/AIDS dan IMS - - - - - - - - - - - -
10 Informasi KtP - - - - - - - - - - - -
SKOR (%) 20 20 10 20 0 10 20 20 20 10 10 30
Rata – rata (%) 15.8
Berdasarkan tabel 5.17 diketahui bahwa pemberian konseling
KIE pelayanan antenatal oleh bidan masih sangat rendah dengan skor
rata-rata bidan yaitu 15.8%. Materi yang paling sering diberikan kepada
ibu hamil oleh bidan yaitu masalah gizi, masalah penyakit kronis dan
penyakit menular seputar PHBS ibu hamil, persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi komplikasi, serta satu kali penyampaian materi
KB paska hamil kepada satu ibu hamil. Selain materi tersebut, materi
tidak disampaikan oleh bidan saat pelayanan antenatal.
85
5.5 Gambaran Output Pelayanan Antenatal Puskesmas Pagedangan
5.5.1. Kepatuhan Bidan
Kepatuhan bidan merupakan output yang menunjukkan kualitas
pelayanan antenatal di Puskesmas. Kepatuhan bidan dalam penelitian ini
mencakup proses yang dilakukan oleh bidan dalam melaksanakan pelayanan
antenatal yaitu anamnesa, pemeriksaan umum dan kehamilan, intervensi dan
implementasi, pemberian konseling KIE serta pencatatan pelayanan antenatal
oleh bidan. Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Puskesmas diketahui
bahwa kepatuhan bidan di Puskesmas Pagedangan masih rendah. Berikut hasil
wawancara dengan informan P-1:
“Nah ini saya juga permasalahkan terkait kepatuhan bidan
terhadap 10Tnya, kalau pemeriksaan di luar juga. Seperti pemeriksaan
laboratorium salah satunya, harus ambil darah di masyakarat, di
posyandu, itu yang biasanya tidak dilakukan, padahal itu bisa
diendapkan. Kita juga terbentur kemarin tidak menganggarkan tabung
yang bisa dibawa di masyarakat. Jadi kalo di masyakarakat agak sulit
lab yang HBSAg sama HIV.” (P-1)
Selain wawancara kepada Kepala Puskesmas, dilakukan skoring hasil
penilaian pada komponen proses pelayanan antenatal. Berikut hasil kepatuhan
bidan terhadap pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan:
Tabel 5. 18 Kepatuhan Bidan Dalam Melaksanakan Pelayanan Antenatal
No Uraian Tugas Rata – rata skor nilai (%)
1 Anamnesa 98.4
2 Pemeriksaan, intervensi dan implementasi 68.6
3 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) 14.1
4 Pencatatan Pelayanan 100
5 Rata-rata nilai 70.3
Sumber: Data Primer Terolah 2017
86
Rata – rata skor nilai didapat dari penjulahan rata – rata skor item uraian
tugas dari pelayanan pada trimester pertama, trimester kedua dan trimester
ketiga. Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa kepatuhan bidan dalam
melakukan anamnesa sudah baik yaitu sebesar 98.4 % dan semua bidan patuh
dalam melakukan pencatatan hasil pemeriksaan kehamilan dengan nilai 100%.
Dalam melaksanakan pemeriksaan, intervensi dan implementasi kepatuhan
bidan masih tergolong rendah yaitu 68.6%, begitu juga dengan kepatuhan bidan
dalam memberikan konseling KIE hanya sebesar 14.1%.
5.5.2. Status Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan U-1 diketahui bahwa
kategori risiko tinggi yang biasa dialami oleh ibu hamil di Puskesmas
Pagedangan meliputi anemia, kekurangan energi kronik (KEK), multigravida,
riwayat SC, kelahiran prematur, pre-eklampsia, abortus, dan riwayat Kepala
Panggul Disproporsi (KPD).
Berikut dapat dilihat pada tabel 6.1 tentang kasus risiko tinggi yang
terdeteksi di Puskesmas Pagedangan sampai Agustus 2017:
Tabel 6. 1 Kasus Risiko pada Ibu Hamil di Puskesmas Pagedangan Sampai
Agustus 2017
Kasus Jumlah Kasus
Anemia 368
KEK 120
Pre Eklampsia 68
Gula darah > 140g/dl 2
HBSAg positif 2
Sumber: Laporan ANC Puskesmas Pagedangan Agustus 2017
87
Berdasarkan tabel 6.1 diketahui bahwa terdapat 368 kasus anemia, 120
kasus KEK, 68 kasus pre-eklampsia, 2 kasus gula darah >140g/dl, serta 2 kasus
hepatitis B pada ibu hamil. Hal tersebut merupakan hasil deteksi risiko yang
ditemukan pada pelaksanaan pelayanan antenatal oleh bidan di Puskesmas
Pagedangan sampai dengan bulan Agustus 2017.
Berdasarkan hasil telaah dokumen pelayanan antenatal Puskesmas
Pagedangan diketahui bahwa cakupan deteksi risiko kehamilan sampai bulan
Agustus 2017 sebanyak 341 ibu hamil dari 1757 ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Pagedangan. Terdapat perbedaan jumlah
deteksi risiko ibu hamil dengan jumlah kasus di Puskesmas Pagedangan
disebabkan oleh kemungkinan ibu hamil mendapat dua risiko atau lebih dalam
penemuan kasus. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan utama 1:
“Iya itu lebih banyak kasusnya dapat dari hasil laboratorium.
Kalau kasus memang banyak tetapi yang dideteksi itu yang sudah
ditemukan oleh petugas kesehatan dan sudah dapat penanganan. Ada
ibu yang KEK dan anemia, jadi satu ibu ada dua kasus” (U-1)
Sampai dengan bulan Agustus 2017, pencapaian K1 di Puskesmas
Pagedangan sebanyak 1757 (63,8%) dan K4 sebanyak 1580 (54,5%). Risiko
yang terdeteksi oleh tenaga bidan di Puskesmas Pagedangan selanjutnya
ditangani oleh bidan atau di rujuk jika Puskesmas tidak dapat menangani pasien
ibu hamil tersebut. Adapun jumlah kasus komplikasi maternal yang ditangani
(PK) yaitu sebanyak 324 kasus dan sebanyak 302 kasus di rujuk ke Rumah Sakit
terdekat.
88
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak lepas dari faktor keterbatasan dan kelemahan. Adapun
faktor keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dalam komponen proses dilakukan dengan teknik wawancara
dan pengamatan bidan dalam melakukan pelayanan, namun pengamatan yang
dilakukan pada trimester pertama tidak lengkap dikarenakan ibu hamil usia
trimester pertama hanya sedikit yang berkunjung ke Puskesmas.
2. Telaah dokumen untuk melihat sumber penganggaran pelayanan antenatal tidak
dapat dilakukan dikarenakan data di Puskesmas masih belum terdokumentasikan
dengan rapih. Selain itu untuk melihat DPA bersifat terbatas yang dapat melihat
nya.
6.2. Struktur Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan
Struktur pelayanan antenatal meliputi sumber daya manusia, penganggaran
untuk pelayanan antenatal, fasilitas dan sarana dalam menunjang pelayanan antenatal
serta pedoman pelayanan antenatal.
6.2.1. Sumber Daya Manusia di Puskesmas Pagedangan
A. Jumlah tenaga bidan di Puskesmas Pagedangan
Salah satu unsur yang harus ada dalam melaksanakan pelayanan
antenatal adalah tenaga kesehatan. Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas disebutkan bahwa standar ketenagaan bidan di
puskesmas untuk Puskesmas kawasan perkotaan non rawat inap yaitu
89
minimal 4 bidan tetap Puskesmas. Standar tersebut belum termasuk tenaga
bidan di Puskesmas Pembantu dan bidan desa. Standar tersebut merupakan
kondisi minimal yang diharapkan agar Puskesmas dapat terselenggara
dengan baik (Kementerian Kesehatan RI, 2014b).
Puskesmas Pagedangan merupakan Puskesmas PONED. Tenaga
kesehatan yang bertugas dalam pelayanan antenatal di Puskesmas
Pagedangan adalah tenaga bidan. Setelah dilakukan wawancara dengan
informan utama dan telaah dokumen data petugas kesehatan di Puskesmas
Pagedangan, tenaga kesehatan bidan yang dimiliki Puskesmas Pagedangan
sudah memenuhi standar tenaga kesehatan berdasarkan Permenkes Nomor
75 Tahun 2015 tentang Puskesmas yaitu minimal empat orang bidan dan
berdasarkan pedoman Puskesmas PONED yaitu tenaga bidan minimal lima
orang bidan dengan Pendidikan minimal DIII.
B. Kompetensi Tenaga Bidan di Puskemas Pagedangan
Pembangunan dan Kesuksesan pelayanan antenatal tergantung kepada
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di Puskesmas. Adam Smith
(1776) dalam (Konradus, 2012) mengatakan keterampilan masyarakat
sebagai unsur modal yang tetap. Robert Owen memandang SDM sebagai
mesin vital, sehingga investasi terbaik adalah investasi pada SDM.
Dalam pelayanan antenatal, tenaga bidan harus dapat memastikan
bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat
sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal. Setiap
perkembangan kehamilan, ibu hamil mempunyai risiko mengalami penyulit
90
atau komplikasi. Oleh karena itu, agar dapat mendeteksi dini dan memastikan
ibu hamil sehat selama masa kehamilannya, pelayanan antenatal harus
dilakukan oleh tenaga bidan yang berkompeten.
Pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan sudah
dilakukan oleh tenaga bidan yang memiliki kompetensi Pendidikan minimal
yaitu DIII. Hal ini sesuai dengan pedoman Puskesmas PONED yang
mewajibkan bidan memiliki Pendidikan minimal DIII. Selain itu tenaga
kesehatan bidan Puskesmas wajib memiliki Surat Izin Kerja Bidan (SIKB)
dan Surat Tanda Registrasi sebagai salah satu syarat bekerja melaksanakan
pelayanan antenatal dan sebagai salah satu bukti bahwa bidan tersebut
memiliki kompetensi yang baik.
Tenaga bidan di Puskesmas Pagedangan telah melakukan pelatihan
ANC untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi bidan dalam
memberikan pelayanan antenatal, salah satunya yaitu pelatihan APN kepada
bidan.
6.2.2. Penganggaran Program Pelayanan Antenatal
Fungsi penganggaran untuk pelayanan antenatal sangat vital fungsinya
dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal di Puskesmas. Sumber dana yang
digunakan oleh Puskesmas Pagedangan dalam melaksanakan pelayanan
antenatal yaitu dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan JKN serta
bantuan pemerintah kabupaten Tangerang dalam pemberian tes hepatitis dan
HIV/AIDS.
Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
diketahui bahwa terdapat tiga sumber pendanaan di Puskesmas, antara lain:
91
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN); dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Hal ini sesuai dengan Puskesmas Pagedangan yang memiliki sumber dana dari
APBD berasal dari pemerintah Kabupaten Tangerang untuk tes laboratorium
Hepatitis dan HIV/AIDS, dana BOK dari APBN, dan JKN dari sumber-sumber
lain yang sah dan tidak mengikat.
Terdapat lima pendekatan yang luas untuk menghasilkan sumber dana
menurut (Green, 2007) yaitu: user fees (biaya pengguna didapatkan dari
pembayaran pasien saat menerima pelayanan); asuransi swasta; asuransi sosial;
pajak serta; pembayaran berbasis kelompok. Di banyak negara yang
menerapkan sistem user fees, kelompok populasi miskin sering kali memiliki
akses yang rendah dalam pelayanan KIA (WHO, 2006).
Ketersediaan sumber dana di Puskesmas sangat penting guna
mendukung pelayanan antenatal secara berkualitas. Dana yang ada di
Puskesmas Pagedangan digunakan untuk melaksanakan pelayanan antenatal
seperti pengadaan tablet Fe untuk diberikan ke ibu hamil guna mencegah
anemia pada ibu hamil, tes laboratorium guna mendeteksi risiko yang mungkin
diderita oleh ibu hamil. Selain itu dana yang tersedia juga diberikan untuk
memberikan insentif kepada bidan desa. Dengan begitu pelayanan antenatal
yang diberikan oleh bidan kepada ibu hamil dapat berjalan secara optimal dan
sesuai standar 10T.
Studi yang dilakukan oleh (Ubra, 2006) menunjukkan korelasi antara
variabel sistem imbalan dengan kinerja bidan. Hal ini menunjukkan bahwa
92
apabila sistem imbalan semakin baik maka kinerja bidan akan semakin tinggi,
demikian sebaliknya.
6.2.3. Fasilitas dan Sarana Pelayanan Antenatal
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Fasilitas yang ada di
Puskesmas Pagedangan sudah mencukupi dan layak digunakan dalam
menunjang pelayanan antenatal. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas dan
sarana merupakan suatu faktor yang harus dipenuhi oleh setiap pemberi
pelayanan jasa kesehatan. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas dan sarana
dapat memberikan suatu pelayanan secara maksimal dan terlaksana dengan baik.
Menurut (Goddard, 2009) terdapat empat kebijakan yang dapat
meningkatkan akses masyarakat ke pelayanan kesehatan yang diterapkan di
Inggris yaitu meningkatkan persediaan pada pelayanan, perubahan organisasi
pelayanan, desain target untuk memperbaiki akses, serta pemberdayaan
masyarakat. Menurut (Mcintyre and Birch S, 2009) berpendapat bahwa akses
merupakan konsep multidimensi yang berdasarkan pada 3 dimensi akses, yaitu
ketersediaan (akses fisik); keterjangkauan (akses finansial) serta akseptibilitas
(akses budaya).
Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas dan sarana memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pelayanan antenatal. Puskesmas Pagedangan memiliki
nilai skor 100% sudah terpenuhi terkait fasilitas dan prasarana ruangan.
Puskesmas Pagedangan memiliki ruangan praktek dengan ventilasi dan
93
pencahayaan yang cukup, langit-langit berwarna terang, msudah dibersihkan
dan terlihat tanpa sambungan, dinding yang keras dan msudah dibersihkan serta
lantai dengan permukaan rata, tidak licin, berwarna terang dan msudah
dibersihkan.
Ketersediaan alat-alat dalam menunjang pelayanan antenatal mendapat
skor sebesar 88.2% memenuhi kriteria yang ada. Terdapat alat yang tidak
tersedia di poli KIA dan KB, yaitu termometer dan fetoskop. Tidak tersedianya
termometer di poli KIA dan KB menyebabkan semua bidan tidak melakukan
pemeriksaan suhu tubuh kepada ibu hamil di Puskesmas Pagedangan.
Sedangkan penggunaan fetoskop digantikan dengan doppler yang berfungsi
sama hal nya dengan fetoskop yaitu untuk mengetahui detak jantung janin. Hal
ini tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
bahwa dalam poli KIA dan KB harus memiliki minimal masing-masing satu
buah termometer dan fetoskop. Upaya yang dilakukan saat tidak ada
termometer yaitu tenaga bidan meminjam alat tersebut ke poli lain seperti poli
umum dan poli anak.
Ketiadaan alat pelayanan antenatal terkait pemeriksaan suhu tubuh dan
detak janin dapat menjadi salah satu faktor hambatan dalam menegakkan
diagnosis dan deteksi dini pada ibu hamil di Puskesmas Pagedangan. Ketiadaan
termometer mengakibatkan bidan tidak melakukan pemeriksaan suhu tubuh
kepada seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal di Puskesmas
Pagedangan. Hal tersebut selaras dengan penelitian (Mikrajab and Rachmawati,
2015) yang menyatakan bahwa ketiadaan alat pendukung pelayanan antenatal
dapat menghambat dalam penegakkan diagnosis dan sistem rujukan untuk
94
deteksi dini kasus kehamilan di Puskesmas. Ketidaktersediaan alat termometer
juga menyebabkan kinerja kepatuhan bidan rendah. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Ubra, 2006) menunjukkan bahwa kinerja bidan
dalam melakukan pelayanan antenatal meningkat diikuti dengan ketersediaan
alat yang ada.
6.2.4. Pedoman Pelayanan Antenatal
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan
pendukung dapat disimpulkan bahwa puskesmas Pagedangan belum
mendokumentasikan SOP (Standar Operasional Prosedur) terkait pelaksanaan
pelayanan antenatal. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi KIA yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang diketahui bahwa SOP
yang dimiliki Puskesmas belum sesuai dengan yang seharusnya.
Belum terdokumentasikannya SOP di Puskesmas Pagedangan
menyebabkan pelaksanaan pemeriksaan pelayanan antenatal yang dilakukan
oleh bidan belum sesuai dengan standar karena masih ada beberapa item yang
tidak dilaksanakan saat pemeriksaan intervensi dan implementasi kepada ibu
hamil, seperti pemeriksaan suhu tubuh, skrining status imunisasi TT dan
pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe serta pemeriksaan laboratorium
rutin maupun khusus.
Puskesmas Pagedangan menggunakan pedoman antenatal terpadu dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai acuan untuk bidan dalam
melaksanakan pelayanan antenatal sesuai standar. Selain prosedur tetap
diharapkan Puskesmas juga memiliki buku-buku standar pelayanan antenatal
95
terbaru yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan
pelayanan antenatal.
6.3. Proses Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan
Proses pelayanan antenatal merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
dalam pelayanan antenatal mulai dari anamnesa ibu hamil, pemeriksaan ibu hamil,
intervensi dan implementasi, pencatatan hasil pemeriksaan, dan komunikasi, informasi
dan edukasi oleh bidan.
6.3.1. Pelayanan Anamnesa
Pada setiap kunjungan antenatal, tenaga bidan wajib mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis (Saifuddin et al.,
2009). Berdasarkan buku acuan nasional pelayanan maternal dan neonatal,
anamnesis yang dilakukan oleh tenaga bidan kepada ibu hamil meliputi riwayat
kehamilan, riwayat obstetri lalu, riwayat penyakit serta riwayat sosial ekonomi.
Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama juga diinformasikan bahwa
pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali (Kementerian Kesehatan
RI, 2014c).
Pelayanan anamnesa yang dilakukan oleh bidan di Puskesmas
Pagedangan sudah 100% dilaksanakan dan sesuai dengan standar dari
Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Kehamilan.
Dalam memberikan pelayanan antenatal, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu menanyakan keluhan yang
dirasakan oleh ibu, menanyakan tanda-tanda penting terkait kehamilan, status
kunjungan, riwayat kehamilan, status imunisasi TT ibu hamil, jumlah tablet Fe
96
dan obat-obat yang dikonsumsi, pola makan serta kesiapan menghadapi
kehamilan (Kemenkes RI, 2013b).
6.3.2. Pemeriksaan, Intervensi, dan Implementasi Pelayanan Antenatal
Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana tindak-
lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Pemeriksaan
umum dan pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan setiap kali ibu hamil
berkunjung. Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menentukan pelayanan yang efektif, memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibu hamil, menyiapkan ibu hamil untuk menjalani persalinan normal.
6.3.2.1. Pelayanan Trimester Pertama
Pasien ibu hamil dengan usia kehamilan trimester pertama Pada
pemeriksaan kehamilan trimester pertama, semua bidan tidak melakukan
pengukuran suhu badan ibu hamil. Hal ini disebabkan oleh tidak tersedianya
alat termometer di poli KIA dan bukan merupakan standar 10T dan prioritas
pemeriksaan pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan.
Semua bidan tidak mengukur suhu badan ibu hamil dikarenakan
pengukuran suhu tubuh hanya diukur jika ada indikasi dan tidak memiliki
alat termometer di poli KIA. Berikut hasil wawancara
“…kalau suhu badan itu kendalanya. Kita tidak punya termometer,
kalau ada indikasi saja baru diukur” (U-2)
97
Berdasarkan pedoman pelayanan antenatal, suhu tubuh wajib diukur
setiap pemeriksaan. Suhu tubuh termasuk pemeriksaan vital bagi ibu hamil
(Saifuddin et al., 2009).
Beberapa bidan juga tidak mengukur tinggi badan dan menilai status
LiLA dikarenakan sudah pernah diukur pada pemeriksaan pertama kali ibu
hamil dan sudah tercatat di buku KIA ibu. Selain itu, pelaksanaan skrining
imunisasi TT juga tidak dilakukan. Pelaksanaan skrining dan imunisasi TT
tidak dilakukan karena hasil skrining dan imunisasi sudah dilakukan oleh
bidan kepada beberapa ibu hamil saat pemeriksaan sebelumnya di posyandu
atau bidan swasta.
“ … kalau sudah di imunisasi, kita tidak imunisasi lagi. Biasanya
sudah diimunisasi ibu hamilnya saat periksa di posyandu atau periksa
ke klinik bidan” (U-2)
Pemeriksaan laboratorium (khusus dan rutin) juga tidak dilakukan. Hal
ini disebabkan oleh sudah tutupnya pelayanan laboratorium. Jadwal
pelayanan laboratorium hanya sampai pukul 12.00 saja sedangkan
terkadang tenaga bidan belum selesai melakukan pelayanan antenatal
kepada ibu hamil melebihi pukul 12.00. Pemeriksaan laboratorium pada ibu
hamil sangat penting dilakukan karena dapat mendeteksi dini masalah,
penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2013b)
sehingga masalah tersebut dapat ditangani atau dirujuk dengan cepat dan
tepat.
6.3.2.2. Pelayanan Trimester Kedua
Pada pemeriksaan kehamilan trimester kedua, semua bidan juga tidak
melakukan pengukuran suhu tubuh ibu hamil. Hal ini juga dikarenakan
pengukuran suhu tubuh bukan menjadi prioritas dan poli KIA tidak
98
memiliki alat termometer. Selain itu tidak dilakukan skirining status
imunisasi TT pada ibu hamil oleh beberapa bidan. Skrining imunisasi TT
bertujuan untuk mengetahui status imunisasi TT pada ibu hamil, dengan
begitu bidan dapat memberikan imunisasi TT kepada ibu hamil dengan
status belum imunisasi TT atau hanya TT1 guna mencegah terjadinya
tetanus neonatorum. Pelaksanaan skrining dan imunisasi TT tidak dilakukan
karena pada saat itu, ruangan imunisasi dikunci dan pemegang kunci juga
sedang bertugas imunisasi MR di sekolah – sekolah. Pelaksanaan imunisasi
juga terbatas pada jadwal hanya pada hari selasa. Selain itu, tenaga bidan
ada yang lupa dalam melaksanakan skrining imunisasi TT dan pemberian
imunisasi TT. Berikut kutipan wawancara:
“…kalau skrining imunisasi TT sebenernya di skrining, tapi
tidak diimunisasi, soalnya hari selasa kalau untuk lab rutin…” (U-5)
“ …oh iya saya lupa mas hehe, soalnya ruangan imunisasinya
juga dikunci, yang bertugas jaga sedang imunisasi MR di luar jadi kita
juga tidak bisa imunisasi ibunya..” (U-2)
6.3.2.3. Pelayanan Trimester Ketiga
Pada pemeriksaan kehamilan trimester ketiga pemeriksaan suhu badan
ibu hamil tidak diperiksa oleh semua bidan. Hal ini tidak sejalan dengan
intruksi Kementerian Kesehatan yaitu pemeriksaan suhu termasuk item
yang harus diperiksa saat melakukan pelayanan antenatal (Kementerian
Kesehatan RI, 2014c). Ketersediaan alat pendukung antenatal sangat
menghambat penegakkan diagnosis dan pemeriksaan ibu hamil.
Selain itu, beberapa bidan tidak melakukan skrining status imunisasi TT
pada beberapa ibu hamil. Hal ini dikarenakan beberapa bidan lupa saat
99
pemeriksaan antenatal dan ruangan imunisasi terkunci dikarenakan
pemegang kunci ruangan sedang melakukan kegiatan lapangan.
Berdasarkan pedoman pelayanan antenatal terpadu, ibu hamil harus
mendapatkan imunisasi TT pada saat pemeriksaan untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,
disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal
memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap
infeksi tetanus selama 3 tahun. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT
Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
Studi yang dilakukan oleh (Djaja and Soemantri, 2003) menunjukkan
bahwa kematian neonatal 8 hari – 28 hari lebih banyak disebabkan karena
infeksi tetanus (31,4%) dengan jumlah kematian neonatal sebanyak 26
kematian dialami oleh ibu yang melakukan imunisasi TT satu kali, sebanyak
96 kematian neonatal dialami oleh ibu yang melakukan imunisasi TT dua
kali dan sebanyak 59 kematian neonatal dialami oleh ibu yang tidak pernah
melakukan imunisasi TT sama sekali.
Beberapa ibu hamil juga tidak diberikan tablet Fe dari Puskesmas. Hal
ini dikarenakan ibu hamil masih memiliki tablet Fe, asam folat dan atau
kalsium dari bidan pada saat pemeriksaan sebelumnya dan tidak
mengkonsumsinya. Hal ini dipengaruhi oleh pemberian konseling tentang
pemberian tablet Fe yang penting bagi ibu hamil oleh bidan. Pemberian
materi konseling antenatal sangat rendah di Puskesmas Pagedangan. Oleh
karena itu masih ada ibu hamil yang tidak meminum asupan Fe. Pemberian
100
tablet Fe kepada ibu hamil penting untuk meningkatkan sel darah ibu dan
untuk darah janin.
Setelah persalinan dan perdarahan ibu akan kehilangan zat besi sekitar
900 mgr. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatab jasmani yang
optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat
dilaksanakan dengan baik (Manuaba, 1998).
6.3.3. Pencatatan Pemeriksaan
Pada setiap kunjungan, tenaga bidan di Puskesmas melakukan
pencatatan di kartu ibu, rekam medis dan buku KIA. Hal ini sesuai dengan
pedoman pelayanan antenatal terpadu yang mewajibkan tenaga kesehatan untuk
mencatat hasilnya pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA. Pencatatan hasil
pemeriksaan pelayanan antenatal penting dilakukan agar data-data yang ada
dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan
menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas
pelayanan antenatal dapat ditingkatkan (Kemenkes RI, 2013b).
Pencatatan di register ibu, kohort ibu, serta buku KIA ibu sangat penting
agar data yang ada dapat diolah dan dianalisis. Selain itu ibu hamil juga bisa
membaca hasil pemeriksaan dalam buku KIA yang telah dicatat oleh bidan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Baequni and Nakamura, 2012)
menunjukkan bahwa penggunaan buku KIA memiliki dampak yang signifikan
terhadap pengetahuan ibu akan kunjungan antenatal dan berkaitan dengan
pelaksanaan imunisasi TT selama kehamilan
101
6.3.4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Pada setiap kunjungan antenatal, tenaga bidan diwajibkan untuk
memberikan konseling komunikasi, informasi dan edukasi terkait masalah
kehamilan yang mungkin dialami oleh ibu hamil. Penyampaian konseling
merupakan salah satu standar 10T yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
Dari 10 materi KIE yang ada, hanya sedikit item yang melakukan konseling
kepada ibu hamil oleh bidan.
Pada trimester pertama hanya terdapat beberapa ibu hamil yang
mendapatkan konseling terkait masalah gizi. Pelayanan konseling yang tidak
dilakukan meliputi materi persiapan persalinan dan kesiagaan menghadapi
komplikasi, inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif, KB paska persalinan,
masalah penyakit kronis dan penyakit menular, kelas ibu, brain booster,
informasi HIV/AIDS dan IMS, serta informasi KtP. Tenaga bidan di Puskesmas
menyatakan bahwa tidak semua materi KIE pelayanan antenatal disampaikan,
penyampaian konseling KIE hanya disampaikan sesuai usia kehamilan ibu
hamil.
Pada pelayanan trimester kedua hanya sedikit materi yang disampaikan
oleh bidan kepada ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal. Begitu juga dengan
pelayanan pada trimester ketiga. Hal ini mengakibatkan masih ada beberapa ibu
hamil yang tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe, mengkonsumsi
makanan yang tidak bergizi bagi ibu hamil. Ibu hamil perlu diberikan informasi
konseling terkait kehamilan agar pengetahuan ibu meningkat. Menurut
(Purbowati, 2016) dalam penelitiannya terkait pengaruh konseling terhadap
kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe menyatakan bahwa terdapat
102
hubungan antara pemberian konseling dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian (Solihah et al.,
2010) menyatakan bahwa faktor pengetahuan ibu menjadi salah satu faktor
dominan yang berpengaruh pada ibu dalam pemberian ASI dalam 1 jam kepada
bayinya.
Materi KIE dalam pelayanan antenatal sangat penting untuk diberikan
kepada ibu hamil untuk membantu mengatasi masalah yang dialami atau akan
dialami ibu hamil (Kemenkes RI, 2013b), contohnya pemberian materi kelas
ibu hamil. Penelitian yang dilakukan oleh (Natsir et al., 2017) menunjukkan
bahwa kelas ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan pelaksanaan
perawatan bayi baru lahir dan memperkuat interaksi antara ibu dengan penyedia
pelayanan kesehatan.
6.4. Output Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan
6.4.1. Kepatuhan Bidan
Dalam melaksanakan pelayanan antenatal, tenaga bidan wajib
melakukannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di pedoman maupun
peraturan perundang-undangan. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu
yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan
konsensus semua pihak yang terkait dalam memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pegetahuan dan teknologi (Presiden Republik Indonesia, 2000). Dalam
melaksanakan pelayanan sesuai standar diharapkan mutu pelayanan kesehatan
dapat meningkat.
103
Dalam memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas tentu tidak
terlepas dari peran tenaga bidan yang ada. Tenaga kesehatan, dalam hal ini
bidan wajib memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
(Kementerian Kesehatan RI, 2014c). Standar dalam melaksanakan pelayanan
antenatal sudah diatur dalam pedoman pelayanan antenatal terpadu, tenaga
kesehatan wajib melaksanakan kegiatan sesuai standar dimulai dari
melaksanakan anamnesa, pemeriksaan umum dan kehamilan sesuai standar tiap
trimester, penanganan dan tindak lanjut kasus, pencatatan hasil pemeriksaan
antenatal serta pemberian konseling KIE yang efektif kepada ibu hamil sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
Kepatuhan bidan di Puskesmas Pagedangan yang sudah sesuai dengan
standar yaitu komponen pencatatan hasil pemeriksaan pelayanan antenatal
terpadu. Pencatatan menjadi penting sebagai panduan bagi bidan maupun ibu
hamil dan dapat berdampak positif bagi ibu hamil. Studi yang dilakukan oleh
(Baequni et al., 2016) menunjukkan bahwa dampak dari pencatatan berbasis
rumah yaitu ibu hamil yang menggunakan buku KIA lebih mengetahui tentang
kehamilannya dan lebih baik dalam pelaksanaan selama kehamilan, kelahiran
serta pelayanan anak.
Pelayanan kesehatan antenatal harus dilakukan secara sistematis
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan obstetrik sesuai standar
(Saifuddin et al., 2009). Tenaga bidan dalam melaksanakan pelayanan antenatal
yang belum sesuai standar adalah dalam pelaksanaan yaitu anamnesa,
pemeriksaan, intervensi dan implementasi serta pemberian konseling KIE.
104
Rata- rata kepatuhan bidan yang diperoleh yaitu 70,3%. Tingkat
kepatuhan bidan di Puskesmas Pagedangan masih dibawah standar minimal
yang ditetapkan yaitu 80% (Guspianto, 2012). Tingkat kepatuhan bidan yang
rendah akan mempengaruhi penemuan deteksi risiko tinggi pada ibu hamil
karena terdapat beberapa pelayanan yang tidak dilaksanakan oleh bidan seperti
pengukuran suhu tubuh, skrining status imunisasi, dan pemeriksaan
laboratorium. Hal ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menemukan tingkat kepatuhan bidan dalam menerapkan pelayanan antenatal
sesuai standar masih rendah yaitu 74,28% (Guspianto, 2012) dan 65,85%
(Ariyanti, 2010).
Rendahnya tingkat kepatuhan bidan juga menggambarkan bahwa
kemampuan teknis bidan di Puskesmas Pagedangan dalam pelayanan antenatal
masih rendah sedangkan kemampuan teknis tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan merupakan salah satu bagian dari dimensi mutu
pelayanan (Imbalo, 2006).
6.4.2. Status Kesehatan
Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat mendeteksi gejala dan tanda
risiko bahaya yang berkembang selama kehamilan. Dalam pelayanan antenatal,
tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung
normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan normal. Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai
risiko mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan
105
antenatal harus dilakukan secara ruti, sesuai standar dan terpadu untuk
pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2013b).
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menetidakkan diagnosa kerja atau
diagnosa banding, sedangkan bidan/ perawat dapat mengenali keadaan normal
dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2013b).
Penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa semua bidan mengetahui
apa saja faktor risiko yang dapat membahayakan kehamilan.
Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat meningkatkan deteksi dini
risiko tinggi kehamilan pada ibu hamil dan mencegah bahaya risiko atau
komplikasi terjadi pada ibu. Hal ini sejalan dengan penelitian (Novitasari, 2017)
yang menyatakan kinerja deteksi dini risiko tinggi kehamilan melalui
pelaksanaan pelayanan antenatal memberikan kontribusi besar dalam upaya
penurunan AKI secara signifikan di Puskesmas Imogiri I Yogyakarta.
Tingkat deteksi risiko kehamilan yang tinggi dapat membantu
penanganan secara tepat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Ketika ibu hamil
memiliki risiko tinggi anemia, maka penanganan yang harus dilakukan yaitu
rujuk ibu hamil untuk penanganan anemia sesuai standar serta memberikan
konseling gizi serta diet makanan kaya zat besi dan protein (pemberian tablet
Fe). Cakupan komplikasi yang ditangani di Puskesmas Pagedangan sampai
dengan bulan Agustus 2017 masih belum memenuhi target yang ditetapkan
yaitu 60% sampai bulan Agustus.
Terdapat beberapa item pelayanan yang tidak dilaksanakan oleh bidan
dalam melaksanakan pelayanan antenatal kepada ibu hamil di Puskesmas
Pagedangan seperti LiLA, suhu tubuh, tes laboratorium (tes HIV, tes HBSAg,
106
tes protein urin, tes Hb, tes gula darah, tes golongan darah). Hal ini dapat
menyebabkan deteksi risiko kehamilan rendah dan tidak mencapai target yang
telah ditetapkan. Studi yang dilakukan oleh (Marniyati et al., 2016)
menunjukkan pemberian pelayanan antenatal yang sesuai standar oleh bidan
akan berdampak terhadap peningkatan deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil.
Pelayanan antenatal yang diberikan sesuai dengan standar asuhan
kebidanan sangat mempengaruhi kondisi ibu dan janin, baik pada masa
kehamilan, persalinan, maupun masa nifas dan neonatus. Pemeriksaan antenatal
yang dilakukan tidak sesuai standar dapat mengakibatkan rendahnya deteksi
faktor risiko sehingga penanganan dan tindak lanjut tidak dapat dilakukan
secara dini. Faktor risiko dapat terdeteksi apabila pelayanan antenatal diberikan
sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga penanganan dan rujukan dapat
dilakukan sedini mungkin (USAID and Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Pre-eklampsia dan eklampsia menjadi tiga besar penyebab kematian
menurut hasil Riskesdas 2007 dan Surkesnas 2001 (Djaja and Afifah, 2011).
Sedangkan ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai risiko
kesakitan yang lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya
mereka mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat
bayi lahir rendah (BBLR), kematian saat persalinan, perdarahan (Depkes RI,
1996) padahal perdarahan juga menjadi salah satu dari tiga besar penyebab
kematian maternal (Djaja and Afifah, 2011). Hal ini dapat dicegah apabila ibu
hamil diperiksa kehamilan sesuai standar dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi seperti RS sehingga faktor risiko tersebut dapat ditemukan dan
ditangani sedini mungkin.
107
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Pelayanan antenatal yang dilaksanakan oleh bidan di Puskesmas Pagedangan masih
belum dilakukan sesuai standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dan tergolong berkualitas rendah dengan tingkat kepatuhan
bidan dalam melaksanakan pelayanan antenatal sebesar 70,3% dan masih dibawah
standar yaitu 80%.
2. Jumlah tenaga bidan dan kompetensi bidan, anggaran untuk pelayanan antenatal
sudah sesuai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 dan
Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 97 tahun 2014.
3. Masih terdapat kekurangan dalam ketersediaan alat untuk menunjang pelayanan
antenatal, yaitu termometer dan fetoskop menyebabkan semua bidan tidak
melakukan pemeriksaan suhu badan pada ibu hamil. Hal ini tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 bahwa poli KIA
minimal memiliki masing-masing satu buah termometer dan fetoskop.
4. Puskesmas Pagedangan masih belum mendokumentasikan SOP secara tertulis
dalam pelayanan antenatal, namun Puskesmas Pagedangan menggunakan buku
pedoman antenatal terpadu 2013 milik Kementerian Kesehatan. Hal ini
menyebabkan pelaksanaan pemeriksaan pelayanan antenatal yang dilakukan oleh
bidan belum sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
5. Pelaksanaan pemeriksaan, intervensi dan implementasi oleh bidan di Puskesmas
Pagedangan masih rendah. Skor yang diperoleh pada pelayanan trimester pertama
108
yaitu 71,4%, pada trimester kedua sebesar 62,6% serta pada trimester ketiga sebesar
71,9%.
6. Pelaksanaan KIE kepada ibu hamil oleh bidan masih sangat rendah dalam
pelayanan antenatal di Puskesmas Pagedangan dengan skor rata-rata sebesar 14,1%.
Hal ini tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan
RI dalam pedoman pelayanan antenatal yang mewajibkan tenaga bidan
memberikan 10 materi konseling antenatal kepada ibu hamil.
7. Tingkat kepatuhan bidan diperoleh skor rata – rata sebesar 70,3% dan masih
dibawah standar yaitu 80%. Cakupan deteksi risiko ibu hamil juga masih rendah,
hanya 62%, cakupan komplikasi yang ditangani sebesar 58% dan dibawah target
yang ditetapkan untuk bulan Agustus 2017 yaitu 60%.
7.2.Saran
1. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sebaiknya melakukan konfirmasi
setelah dilakukannya monitoring dan evaluasi KIA agar tahu perkembangan
Puskesmas setelah dilakukan monitoring dan evaluasi.
2. Pihak puskesmas sebaiknya melakukan penganggaran untuk pembelian alat
termometer dan fetoskop agar ketersediaan alat pelayanan antenatal sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
3. Pihak puskesmas sebaiknya membuat SOP secara rinci dan tepat agar tenaga bidan
memiliki acuan yang jelas dalam melaksanakan pelayanan antenatal di Puskesmas
Pagedangan dengan cara mengikuti pelatihan pembuatan SOP dan meminta saran
dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sehingga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal dan meningkatkan kepatuhan bidan dalam
melaksanakan pelayanan antenatal.
109
DAFTAR PUSTAKA
A., U., Kristin, E., Dwiprahasto, I., Hendrartini, Y., Trisnantoro, L., 1999. Jaminan Mutu
Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan Aplikasi. Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan, Jakarta.
Ariyanti, D.F., 2010. Analisis Kualitas Pelayanan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas di
Kabupaten Purbalingga.
Azwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, ketiga. ed. Binarupa Aksara, Jakarta.
Azwar, A., 1996. Sikap Manusia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Baequni, Nakamura, Y., 2012. Is Maternal and Child Health Handbook effective? : Meta-
Analysis of the Effect of MCH Handbook. J. Int. Health 27, 121–127.
Baequni, Nakamura, Y., Badriah, F., 2016. The Effect of Home-Based Records on Maternal
and Child Health Knowledge and Practices in Indonesia: Meta-analysis from the
Indonesian Demographic and Health Surveys. J. Int. Health 31.
Borkowski, N., 2011. Organizational Behavior In Health Care, 2nd ed. Jones and Barlett
Learning, Miami, Florida.
Crosby, P.B., 1980. Quality is Free : The Art of Making Quality Certain. McGraw- Hill Higher
Education, New York.
Depkes RI, 1996. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Direktorat
Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang 2015.
Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2011. Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2011. Banten.
Djaja, S., Afifah, T., 2011. Pencapaian dan Tantangan Status Kesehatan Maternal di Indonesia.
J. Ekol. Kesehat. 10, 10–20.
110
Djaja, S., Soemantri, S., 2003. Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem
Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2001. Bul. Penelit. Kesehat. 31, 155–165.
Donabedian, A., 1980. Exploration in Quality Assesment and Monitoring: The Definition of
Quality and Approaches to Its Management. Health Administration Press, Ann Arbor,
Michigan.
Fitrayeni, Suryati, Faranti, R.M., 2015. Penyebab Rendahnya Kelengkapan Kunjungan
Antenatal Care Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pegambiran. J. Kesehat. Masy.
Andalas.
Goddard, M., 2009. Access to Health Care Services-an English Policy Perspective, 2nd ed.
Health Economics.
Graham, N.O., 1995. Quality in Health Care: Theory, Application, and Evolution. Aspen
Publishers, Gaithersburg, Maryland.
Green, A., 2007. An Introduction to Health Planning for Developing Health Systems, 3rd ed.
Oxford University Press, Oxford.
Guspianto, 2012. Determinan Kepatuhan Bidan di Desa terhadap Standar Antenatal Care. J.
Kesehat. Masy. Nas. 7, 69–75.
Imbalo, P.S., 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. EGC, Jakarta.
Iskandar, D., 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi untuk Penelitian Pendidikan,
Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik, Agama dan Filsafat. GP
Press, Jakarta.
Juran, J.M., Godfrey, A.B., 1998. Jurans’s Quality Handbook, fifth. ed. McGraw- Hill Higher
Education.
Kemenkes RI, 2013a. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED.
111
Kemenkes RI, 2013b. PEDOMAN PELAYANAN ANTENATAL TERPADU, kedua. ed.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2015. Permenkes Nomor 54 Tahun 2015 tentang Kalibrasi Alat
Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI, 2014a. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2014b. Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
Kementerian Kesehatan RI, 2014c. Permenkes Nomor 97 tentang Pelayanan Kesehatan
Kehamilan.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan (Pedoman bagi Tenaga Kesehatan), 1st ed. Kementerian Kesehatan
RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak.
Konradus, D., 2012. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Membangun SDM Pekerja Yang Sehat,
Produktif dan Kompetitif, kedua. ed. Bangka Adinatha Mulia, Jakarta.
Lisa, R., Maschandra, Iskandar, R., 2010. Analisis Data Kualitatif Model Miles dan Huberman
(Sebuah Rangkuman dari Buku Analisis Data Qualitatif, Mathew B. Miles dan A.
Michael Huberman). Universitas Negeri Padang, Padang.
Manuaba, I.B., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan.
EGC, Jakarta.
Marniyati, L., Saleh, I., Soebyakto, B.B., 2016. Pelayanan Antenatal Berkualitas dalam
Meningkatkan Deteksi Risiko Tinggi pada Ibu Hamil oleh Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang. J. Kedokt.
Dan Kesehat. 3, 8.
112
Mcintyre, T.M., Birch S, 2009. Access as a Policy-Relevant Concept in Low-and Middle
Income Countries. pp. 179–193.
Mikrajab, M.A., Rachmawati, T., 2015. Analisis Kebijakan Implementasi Antenatal Care
Terpadu Puskesmas di Kota Blitar. Bul. Penelit. Sist. Kesehat. 19, 41–53.
Mufdilah, 2009. ANC Pemeriksaan Kehamilan Fokus. Mulia Medika, Jakarta.
Naariyong, S., Poudel, K.C., Rahman, M., Yasuoka, J., Otsuka, K., Jimba, M., 2012. Quality
of Antenatal Care Services in the Birim North District of Ghana: Contribution of the
Community-Based Health Planning and Services Program. Matern. Child Health J.
doi:10.1007/s10995-011-0880-z
Naskah Pelatihan Manajerial SPMK, 2003.
Natsir, N.M., Amran, Y., Nakamura, Y., 2017. Changing Knowledge and Practices of Mothers
on Newborn Care through Mother Class: An Intervention Study in Indonesia. Oxf. Univ.
Press.
Novitasari, R., 2017. Analisis Pelaksanaan ANC Terpadu dalam Ketepatan Deteksi Dini
Penyakit Penyerta Kehamilan di Puskesmas Imogiri 1 Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Patilima, H., 2007. Metode Penelitian Kualitatif, kedua. ed. Alfabeta, Bandung.
Pawito, 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. PT LKiS Pelangi Aksara., Yogyakarta.
Presiden Republik Indonesia, 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102
Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional.
Purbowati, N., 2016. Pengaruh Konseling Menggunakan Lembar Balik dan Leaflet Terhadap
Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Besi. Tunas-Tunas Ris. Kesehat. VI.
Saifuddin, A.B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G.H., Waspodo, D., 2009. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 1st ed. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
113
Solang, S.L., P, A., Atik, 2012. Hubungan Kepuasan Pelayanan Antenatal Care Dengan
Frekuensi Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas Kombos Kecamatan Singkil Kota
Manado. GIZIDO 4, 349–357.
Solihah, I., Lindawati, Miradwiyana, B., Taufiqurrahman, Suryati, B., Suryani, Widagdo, W.,
Nurhaeni, H., 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Dalam
Satu Jam Pertama Setelah Lahir di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Media
Litbang Kesehat. XX, 79–90.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Ubra, M., 2006. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Puskesmas
Kabupaten Fakfak Dalam Memberikan Pelayanan Antenatal. Airlangga Univ Press.
UNDP, 2016. SDG’s [WWW Document]. SustainableDevelopmentKnowledgePlatform. URL
https://sustainabledevelopment.un.org/sdg3
USAID, Kementerian Kesehatan RI, 2012. Petunjuk Kerja Pelayanan Antenatal Terpadu,
Persalinan, dan Paska Persalinan Terpadu. Maternal and Child Health Integrated
Program-USAID.
WHO, 2006. World Health Report 2006 - Working Together for Health. Geneva.
Wijono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan Aplikasi.
Airlangga Univ Press, Surabaya.
Yulaikhah, L., 2006. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. EGC, Jakarta.
Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., Berry, L.L., 1990. Delivering Quality Service: Balancing
Costumer Perceptions and Expectations. The Free Press, New York.
Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., Berry, L.L., 1988. Communication and Control Processes in
the Delivery of Service Quality. Journal of Marketing, American Marketing
Association, New York.
114
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
GAMBARAN KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL DI PUSKESMAS
PAGEDANGAN TAHUN 2017
Assalamu’allaiku.Wr.Wb.
Saya, Achmad Fauzan Maulana , Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan
Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran
Kualitas Pelayanan Antenatal di Puskesmas Pagedangan Tahun 2017”.
Kerahasiaan dan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjawab
pertanyaan wawancara dengan objektif sesuai fakta yang ada, peneliti juga memohon untuk
diperkenenkan merekam pembicaraan selama proses wawancara berlangsung.
Bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i akan sangat membantu dan besar manfaatnya dalam penelitian
ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i dalam menjawab pertanyaan wawancara, saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
Tangerang, 2017
(……………………………)
INFORM CONCENT
No :
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Jabatan/Pekerjaan :
Hari/Tanggal :
Dengan ini saya bersedia menjadi informan dalam penelitian mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Gambaran Kualitas Pelayanan Antenatal di
Puskesmas Pagedangan Tahun 2017”.
Tangerang, 2017
(...........................................)
Daftar pertanyaan yang akan diajukan ke Kepala Puskesmas
1. Structure (masukan)
a. Sumber daya manusia pelayanan antenatal
a. Menurut Ibu/Bapak, bagaimana sumber daya manusia yang
tersedia dalam melakukan pelayanan antenatal di Puskesmas
mulai dari awal pelayanan sampai akhir pelayanan? (Probing:
siapa saja yang terlibat dalam melakukan pelayanan, kompetensi
dan kemampuan yang dimiliki mendukung atau belum
mendukung. Jika belum, upaya apa yang sudah atau akan
dilakukan).
b. Pendanaan program pelayanan antenatal
a. Menurut Ibu/Bapak, sebagai puskesmas mampu PONED,
bagaimana dengan sumber dana dalam melaksanakan pelayanan
antenatal di Puskesmas? (probing: sumber dana dari mana saja,
siapa yang mengelola, berapa jumlah dananya, penggunaannya
untuk apa saja. Apakah dana tersebut cukup untuk melaksanakan
pelayanan antenatal di Puskesmas. Jika tidak cukup, upaya apa
yang sudah atau akan dilakukan).
c. Sarana dan Fasilitas dalam melaksanakan pelayanan antenatal
a. Menurut Ibu/Bapak, sebagai Puskesmas mampu PONED
bagaimana sarana dan fasilitas di Puskesmas? (Probing: sarana
dan fasilitas sudah mendukung atau belum untuk melaksanakan
pelayanan antenatal di Puskesmas. Jika belum, upaya apa yang
sudah dan akan dilakukan).
d. Pedoman dalam melaksanakan pelayanan antenatal
a. Menurut Ibu/Bapak, Bagaimana pedoman yang digunakan di
Puskesmas PONED untuk melaksanakan pelayanan antenatal?
(apa saja pedoman yang digunakan untuk melaksanakan
pelayanan antenatal. Jika tidak ada yang tertulis, apakah ada
pedoman tidak tertulisnya. Apakah pedoman tersebut
dilaksanakan setiap bidan dalam melakukan pelayanan antenatal)
b. Menurut Ibu/ Bapak, apa saja tujuan pedoman tersebut di
Puskesmas PONED dalam melakukan pelayanan antenatal?
2. Process
a. Menurut Ibu/ Bapak, bagaimana pelaksanaan pelayanan antenatal yang
dilaksanakan di Puskesmas dimana Puskesmas ini sebagai Puskesmas
PONED? (Probing: apakah jadwal buka dan tutup pelayanan sudah tepat
waktu. Jika belum, apa yang sudah dan akan dilakukan? Keramahan
bidan dalam memberikan pelayanan? kepatuhan bidan dalam
melakukan pelayanan antenatal (anamnesa, 10T) sesuai pedoman? Jika
belum, upaya apa yang sudah dan akan dilakukan?).
3. Output
a. Bagaimana dengan kepatuhan bidan di Puskesmas Pagedangan?
(Probing: pelaksanaan pelayanan antenatal nya seperti apa?)
Daftar Pertanyaan yang akan diajukan kepada Pemegang Program KIA di Puskesmas
1. Structure (masukan)
a. SDM
a. Bagaimana SDM yang tersedia di Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
KIA? (Probing: apakah sudah sesuai pedoman? Apakah sumber daya hanya
menjadi pemegang program KIA saja?)
b. Bagaimana kompetensi SDM di Puskesmas? (Probing: Bagaimana mengetahui
kompetensi tersebut? Apakah Dinas Kesehatan menyelenggarakan pelatihan
terkait pelayanan KIA? Pelatihan apa saja yang diberikan?)
b. Pendanaan
a. Bagaimana dukungan dana yang diberikan untuk melaksanakan pelayanan KIA?
(Probing: Apakah sudah cukup untuk melaksanakan pelayanan antenatal? Kalau
belum, upaya apa yang sudah dan akan dilakukan?)
c. Sarana dan Fasilitas
a. Bagaimana sarana dan fasilitas dalam mendukung pelayanan antenatal di
Puskesmas PONED? (Probing: Apa saja fasilitas yang dibutuhkan? Apakah
tersedia? Kalau belum tersedia, mengapa dan upaya apa yang sudah dan akan
dilakukan?)
b. Bagaimana peran Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dalam memenuhi sarana
dan fasilitas untuk pelayanan antenatal? (Probing: Apakah termasuk dalam
membimbing pembuatan prosedur, tata laksana, dan alur pelayanan? Apakah
membantu dalam distribusi sarana dan fasilitas untuk pelayanan antenatal?)
d. Pedoman
a. Apakah sudah ada pedoman untuk pelayanan antenatal? (Probing: Jika belum ada,
mengapa?)
b. Apakah pedoman tersebut sudah dilaksanakan setiap bidan dalam melaksanakan
pelayanan antenatal? (Probing: Jika belum, mengapa? Dan upaya apa yang sudah
atau akan dilakukan?)
c. Bagaimana peran Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dalam pembuatan
pedoman pelayanan? (Probing: apakah Dinas Kesehatan membantu dalam
membimbing pembuatan pedoman pelayanan? Seperti apa cara Dinas Kesehatan
membimbing? Apakah termasuk dalam mendistribusikan dan mensosialisasikan
pedoman pelayanan antenatal? Seperti apa cara yang dilakukan dalam
medistribusi dan sosialisasi pedoman?)
2. Proses
a. Bagaimana pelaksanaan pelayanan antenatal yang dilakukan? (Probing: Kapan
jadwal pelayanan antenatal buka dan tutup? Apakah bidan melakukan semua tata
laksana pelayanan antenatal mulai dari anamnesa sampai pemeberian pelayanan
standar 10T?
b. Bagaimana sikap bidan dalam menangani pasien? (apakah selalu senyum dan ramah
dalam menangani pasien? Apakah bicara dengan lemah lembut?)
3. Output
a. Bagaimana dengan capaian deteksi risiko pada ibu hamil? (Probing: jumlah kasus
dan jumlah cakupan deteksi risiko?)
b. Bagaimana dengan capaian komplikasi yang ditangani? (Probing: apakah semua
tertangani? Berapa jumlah kasus yang dirujuk oleh Puskesmas? Kasus seperti apa
yang perlu dirujuk?)
Daftar pertanyaan yang diajukan kepada Seksi Kesga
1. Structure (masukan)
a. SDM
a. Adakah SDM yang menjadi pemegang program KIA (pelayanan antenatal)
di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang?
(Probing: Berapa jumlah pemegang program di masing-masing Puskesmas?
Apakah dia hanya memegang 1 program atau juga memegang program lain?
Ada SK? Siapa yang memberikan SK tersebut?)
b. Bagaimana kompetensi SDM yang ada dalam melaksanakan pelayanan
antenatal? (Probing: bagaimana mengetahui kompetensi tersebut?)
c. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang menyelenggarakan
pelatihan untuk SDM terkait pelayanan antenatal?(Probing: Pelatihan apa
saja? Apakah termasuk bimbingan untuk puskesmas? Kapan saja
dilaksanakan pelatihan?)
b. Pendanaan
a. Apakah Dinas Kesehatan menganggarkan dana untuk Puskesmas dalam
membantu pelayanan antenatal? (Probing: berapa jumlah yang disediakan?
Apakah sudah mencukupi untuk setiap Puskesmas yang ada?)
b. Bagaimana Dinas Kesehatan mengawasi dana tersebut agar penggunaannya
sesuai untuk pelayanan antenatal? ((Probing: adakah monitoring dan
evaluasi terkait dana? Jika tidak, upaya apa yang sudah dan akan dilakukan
Dinas Kesehatan?)
c. Sarana dan fasilitas
a. Apa saja fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan
pelayanan antenatal?
b. Apakah Puskesmas sudah menyediakan fasilitas dan sarana tersebut?
(Probing: Jika belum, mengapa? Puskesmas apa saja yang sudah dan
belum?)
c. Bagaimana Dinas Kesehatan memberikan dukungan sarana dan fasilitas
untuk Puskesmas dalam melakukan pelayanan antenatal? (Probing: apakah
memberikan sarana dan fasilitas untuk Puskesmas? seperti apa cara
pendistribusiannya? Sarana dan fasilitas apa saja yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan kepada Puskesmas?)
d. Pedoman
a. Bagaimana dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dalam
memberikan atau membimbing Puskesmas dalam menyediakan pedoman
antenatal? (Probing: apakah Dinas Kesehatan membantu dalam perumusan
pedoman? Apakah Dinas Kesehatan membantu dalam sosialisasi
pedoman?)
b. Bagaimana peran Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dalam
mengawasai pedoman yang ada di Puskesmas sudah dilaksanakan?
(Probing: upaya apa saja yang dilakukan Dinas Kesehatan? Kapan upaya
tersebut dilakukan?)
2. Proses
a. Bagaimana Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang membantu dalam pelayanan
antenatal di Puskesmas? (Probing: Apakah membantu dalam menyediakan
pedoman? Apakah membantu dalam penyediaan kebutuhan lainnya, apa saja? Jika
belum, mengapa dan upaya apa yang akan dilakukan?)
Daftar pertanyaan yang diajukan kepada Bidan Puskesmas
1. Structure
a. SDM
a. Menurut ibu, bagaimana jumlah bidan yang bekerja untuk pelayanan
antenatal di Puskesmas Pagedangan? (Probing: Kurang atau cukup? Jika
kurang, upaya apa yang akan dan telah dilakukan?)
b. Menurut ibu, bagaimana kompetensi setiap bidan untuk melaksanakan
pelayanan antenatal? (Probing: Apakah Pendidikan terakhir bidan? Apakah
pernah dilakukan pelatihan? Jika pernah, pelatihan apa saja dan siapa
penyelenggaranya?)
b. SOP
a. Adakah SOP untuk pelayanan antenatal di pkm? (probing: kalau tidak ada,
apa acuan bidan untuk melaksanakan pelayanan? Sudahkah diberikan
sosialisasi jika SOP sedang dibuat?)
b. Menurut Ibu, jika SOP belum ada apakah berpengaruh dalam memberikan
pelayanan antenatal?
c. Sarana dan Fasilitas
a. Menurut Ibu, bagaimana dengan kondisi ruangan pelayanan antenatal saat
ini?
b. Menurut Ibu, bagaimana dengan kondisi alat-alat untuk pelayanan antenatal
saat ini di Puskesmas? (Probing: Jika kondisi kurang bagus, apa upaya yang
akan / sudah dilakukan?)
2. Proses
a. Apakah berat badan dan tinggi badan ibu ditimbang setiap pemeriksaan? (Probing:
Jika tidak, mengapa?)
b. Apakah tekanan darah ibu rutin diperiksa setiap pemeriksaan? (Probing: Jika tidak,
mengapa?)
c. Apakah status gizi (lingkar lengan antas) ibu dukur setiap pemeriksaan? (Probing:
Jika tidak, mengapa?)
d. Apakah dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri setiap pemeriksaan dengan
meteran? (Probing: Jika tidak, kenapa?)
e. Apakah pada saat usia kehamilan 36 minggu ibu dan keluarga dilakukan presentasi
janin (keadaan janin, letak janin dan denyut jantung janin setiap pemeriksaan?
( Probing: Jika tidak, mengapa?)
f. Apakah setiap pemeriksaan dilakukan skrining status imunisasi TT dan pemberian
imunisasi TT? (Probing: Jika tidak, mengapa?)
g. Apakah ibu hamil dilakukan pemeriksaan lab rutin maupun khusus selama
kehamilan? (Probing: Jika tidak, mengapa?)
h. Apakah ibu hamil dilakukan pemeriksaan Hb? (Probing: Jika tidak, mengapa? Jika
ya, apakah ibu hamil diberikan tablet Fe?)
i. Apakah dilakukan pemeriksaan penyakit infeksi HIV/AIDS, sifilis, TBC,
hipertensi DM?
j. Apakah setiap pemeriksaan kehamilan diberikan penjelasan tentang persiapan
persalinan dan kesiagaan menghadapi komplikasi, ASI ekslusif dan menyusu dini,
masalah gizi, KB paska persalinan, imunisasi TT, masalah penyakit kronis dan
penyakit menular, kelas ibu, brain booster, informasi HIV/AIDS, serta informasi
KtP? ( Probing: Jika tidak, mengapa?)
k. Apakah ibu selalu melakukan pencatatan? (Probing: kalau ya, apa saja? Kalau
tidak, kenapa?)
LEMBAR OBSERVASI ALAT
No. Alat Ketersediaan Kecukupan Kelayakan
Ada Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Kartu pencatatan hasil pemeriksaan
a. Register kohort ibu
b. Buku KIA
2 Surat rujukan
3 Sphygmomanometer (tensimeter)
4 Thermometer
5 Stetoskop
6 Fetoskop
7 Reflek hamer
8 Timbangan dewasa
9 Hb meter
10 Stetoskop janin (Doppler)
11 Metline/meteran
12 Alat cuci tangan
a. Sabun
b. Handuk/tissue
13 Gestogram (diagram untuk
menghitung usia kehamilan)
14 Sarung tangan sekali pakai
PEDOMAN OBSERVASI PROSES PELAYANAN ANTENATAL
DI PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG
Nama bidan :
Waktu :
Nama pasien :
TRIMESTER I
Proses
Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1) Timbang berat badan dan ukur
tinggi badan
2) Ukur (Tekanan) darah
3) Nilai status Gizi (Ukur lingkar
lengan atas/LiLA)
4) Ukur Suhu tubuh
5) Skrining status imuninasi
tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan
6) Beri tablet tambah darah dan
asam folat (tablet besi)
7) Periksa laboratorium (rutin dan
khusus)
8) Tatalaksana/penanganan kasus
9) Temu wicara (konseling)
a. Persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi
komplikasi
b. Inisiasi menyusu dini dan ASI
Eksklusif
c. KB paska persalinan
d. Masalah gizi
e. Imunisasi TT pada ibu hamil
f. Masalah penyakit kronis dan
penyakit menular
g. Kelas ibu
h. Brain booster
i. Informasi HIV/AIDS dan
IMS
j. Informasi KtP
PEDOMAN OBSERVASI PROSES PELAYANAN ANTENATAL DI
PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG
Nama bidan :
Waktu :
Nama pasien :
TRIMESTER II
Proses
Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1) Timbang berat badan
2) Ukur (Tekanan) darah
3) Ukur (Tinggi) fundus uteri
4) Tentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin (DJJ)
5) Ukur Suhu tubuh
6) Beri tablet tambah darah dan
asam folat (tablet besi)
7) Periksa laboratorium (rutin dan
khusus)
8) Tatalaksana/penanganan kasus
9) Temu wicara (konseling)
a. Persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi
komplikasi
b. Inisiasi menyusu dini dan ASI
Eksklusif
c. KB paska persalinan
d. Masalah gizi
e. Imunisasi TT pada ibu hamil
f. Masalah penyakit kronis dan
penyakit menular
g. Kelas ibu
h. Brain booster
i. Informasi HIV/AIDS dan
IMS
j. Informasi KtP
PEDOMAN OBSERVASI PROSES PELAYANAN ANTENATAL
DI PUSKESMAS PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG
Nama bidan :
Waktu :
Nama pasien :
TRIMESTER III
Proses
Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1) Timbang berat badan
2) Ukur (Tekanan) darah
3) Ukur (Tinggi) fundus uteri
4) Tentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin (DJJ)
5) Ukur Suhu tubuh
6) Beri tablet tambah darah dan
asam folat (tablet besi)
7) Periksa laboratorium (rutin dan
khusus)
8) Tatalaksana/penanganan kasus
9) Temu wicara (konseling)
a. Persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi
komplikasi
b. Inisiasi menyusu dini dan ASI
Eksklusif
c. KB paska persalinan
d. Masalah gizi
e. Imunisasi TT pada ibu hamil
f. Masalah penyakit kronis dan
penyakit menular
g. Kelas ibu
h. Brain booster
i. Informasi HIV/AIDS dan
IMS
j. Informasi KtP
Lembar Observasi Fasilitas Dan Sarana
No Fasilitas Ketersediaan Kecukupan Kelayakan
Ada Tidak Cukup Tidak Layak Tidak
1 Tempat praktik
c. Dinding terbuat dari tembok
d. Lantai dari ubin/plester
e. Atap melindungi
f. Pencahayaan
g. Ventilasi
2 Area tempat tunggu
a. Kursi
b. Meja pendaftaran
c. Fasilitas cuci tangan
i. Air
ii. Sabun
iii. Tissue
3 Kamar kecil
a. Air mengalir
b. Handuk kecil/tissue
c. Jamban (WC)
d. Tempat sampah
e. Bak air, ember
penampung
4 Tempat obat
a. Bersih
b. Kering
c. Ventilasi udara
5 Ruang konseling
a. Meja
b. Tempat duduk pasien
c. Tempat duduk Pengantar
d. Tempat duduk bidan
6 Ruang pemeriksaan
a. Meja
b. Tempat duduk
c. Tempat tidur pasien
No Domain
Jawaban
Kesimpulan
P-1 U-1 U-2 U-3 U-4 U-5 P-2
Sumber Daya Manusia (SDM)
1 Jumlah
tenaga
kesehatan
(bidan)
Kalau kami
sekarang ada bidan
desa berjumlah 11
bidan, bidan PNS
nya ada 10 bidan
ditambah 3 bidan
penguatan
PONED, tapi
untuk bidan PNS
yang aktif itu
Cuma 8, karena
yang satu sakit,
yang satu lagi
sudah masuk masa
purna karena
sudah mau
pensiun. Ada
penambahan sih
dari yang dulu,
“Kalo jumlah
sih cukup,
udah sesuai
kan kalo
menurut
standar
akreditasi
sudah
melebihi”
Kalo jumlah
sih cukup,
kalo bidan
disini banyak
mas, sudah
diatas standar
minimalnya.
Kita banyak
bidannya
karena kan
banyak
desanya. Jadi
kalau bidan
sendiri gak
pegang desa
ada 12 bidan,
selebihnya
bidan desa
ada 11.
Iya bidan
disini udah
banyak si ya,
nah kalau
untuk
jadwalnya
juga
menurut
saya sih ga
berat ya
karena kan
emang udah
dibagi-bagi,
gak ada yang
terbentur sih
jadwalnya.
Kalo untuk
SDM
sebenernya
mencukupi
ya, cuman
kadang kita
kan ada
jadwal di luar
dugaan, kan
kayak MR
jadi kadang
kita susah
untuk nyari
yang jaga.
Kalo misal
yang jaga di
ANC sedikit,
kita yang di
PONED
Ada. Jumlahnya tiap
puskesmas bervariasi
tetapi yang wajib ada,
yang pasti ya ada bidan
koordinator,
penanggungjawab ibu,
kemudian bidan
pelaksana di puskesmas
dan bidan desa. SDM
Dinas kesehatan juga
memenuhi kebutuhan
bidan antara lain di 2014
kita ada rekrutmen waktu
itu ada bidan desa kosong,
ya kita harus penuhi.
Tahun 2016, dinas
kesehatan juga rekrutmen
lagi bidan PTT karna
masih ada bidan desa
Jumlah
SDM di
puskesmas
Pagedangan
sudah
mencukupi
dan melebihi
standar yang
diberikan
oleh
Kementerian
Kesehatan
RI
kalau dulu bidan
desanya ada
Sembilan.
bantu kalo
gak ada
pasien.
Saling bantu
aja.
kosong dan untuk
menguatkan puskesmas
mampu PONED jadi dari
sisi ketenagaan dinas
kesehatan sudah
memenuhi ya.
Kompetensi
bidan
Kalo kita sih,
untuk
pemeriksaan
ANC sudah
dilakukan oleh
bidan, jadi gak
ada yang bukan
bidan yang
ngelakuin
ANC. Jadi
memang sudah
kompeten lah.
Kalau untuk
pelatihan bidan
itu tiap tahun
ada tapi belum
tentu kita
kebagian
Bidan-bidan
kompetensinya
baik, sudah ikut
banyak pelatihan.
Kayak kemarin nih
pelatihan PONED,
terus sekarang ada
bidan saya lagi
pelatihan KB. Jadi
dalam setahun itu
bisa 4 kali atau 5
kali. Kalau untuk
antenatal itu
sendiri sudah 2 kali
sih kita, terakhir
bulan Mei oleh
Dinas.
“kalo
kompeten,
udah
kompeten
semua lah,
udah punya
STR”
Oh, menurut
saya sudah
bagus ya.
Kalo
kompetensi si
in sya allah
sudah bagus.
Kalo
menurut
saya sih
hampir rata-
rata udah
mulai
kompeten
sih, mungkin
ada beberapa
aja bidan
karena
emang
mungkin
baru. Untuk
saat ini sih
hampir
semua bidan
bisa
Kalo untuk
kompetensi
udah bagus
sih, udah
punya semua
STR-nya.
satu, untuk kompetensi
melaksanakan antenatal
care sesuai standard
seorang bidan pada saat
dia lulus harusnya
kompeten. Kemudian
sekarang setelah menjadi
staff di Puskesmas, Dinas
Kesehatan berkali-kali
sudah sosialisasi terkait
apa itu antenatal care yang
sesuai standard,
bagaimana melakukan
antenatal care yang sesuai
standard, antenatal care
yang berkualitas. setahun
sekali kita ada namanya
bimtek, bimbingan
tekhnis. Kita share kan itu,
kita sosialisasikan itu,
kemudian buku, buku
terkait pelaksanaan
antenatal care sudah kita
Kompetensi
yang
dimiliki oleh
bidan di
Puskemas
Pagedangan
sudah baik
karena kan di
Kabupaten
Tangerang ada
44 puskesmas,
jadi belum tentu
kita kebagian,
tergantung
anggaran di
Dinas.
melakukan
pelayanan
sesuai
standar.
Kalo saya
terakhir
pelatihan
terakhir
tahun
2012an deh
ya.
berikan semua puskesmas.
Jadi kalo dari sisi
kompetensi seharusnya
sudah ada.
Anggaran
Kita nih
antenatal di
BOK ada
promotive dan
preventif.
Dananya
dipake untuk
transport bidan
desa, stik
protein urin.
Kalau untuk
“Sumber dana nya
dari JKN kayak
kita tadi
penjaringan ibu
hamil, kita cek
golongan darah,
periksa Hb, tes air
kencing. Kalo dari
provinsi itu kasih
rapid test untuk
HIV/AIDS, HBS
ANC ada 10T, dari 10T itu
tentu tidak semua
memerlukan biaya, yang di
dinas kesehatan support
adalah di laboratorium dan
pemberian Fe, terutama
pemberian Fe, kita
support. Jadi pemberian Fe
eee ada, tapi bukan di saya,
di farmasi kerjasama sama
temen-temen gizi untuk
Sumber
anggaran
yang ada di
Puskesmas
Pagedangan
yaitu berasal
dari BOK,
Dinas
Kesehatan
dan JKN.
pemeriksaan
HIV/AIDS
sama HBSAg
itu anggarannya
dari dinas.
Dana yang ada
agak kurang lah
ya sedikit, tapi
bisa ketutup
kalo dinas
ngasih.
Ag, terus Fe. Terus
kalau ANC itu kan
kayak leaflet
leaflet bahaya
kehamilan, kayak
buku-buku ANC
dari mereka. Itu
kan dari provinsi
turun ke Dinas
terus turun ke kita.
JKN itu untuk
biaya sendiri di
Puskesmas,
pembelian-
pembelian bahan
habis pakai. Kalau
Dinkes itu ngasih
kayak buku KIA,
poster-poster,
rapid-rapid.”
hitungan kebutuhan tablet
Fe-nya, pengadaan di
bagian farmasi, seperti itu.
Itu untuk eee tablet Fe.
Yang kedua untuk
laboratorium. Untuk
laboratorium mungkin ee
karena memang bukan di
saya pengadaan seperti
rapid tes HIV itu ada di
P2P yang memang
digunakan untuk selain ibu
hamil juga untuk pasien
umum. Dan saya rasa
jumlahnya tidak akan
memenuhi seluruh sasaran
ibu hamil. Sasaran ibu
hamil di Kabupaten
Tangerang 70an ribu,
saangat banyak. Jadi, P2p
tetap menyediakan, Dinas
kesehatan menyediakan
walaupun gak sesuai
dengan ee target yang
seharusnya karena sangat
banyak, itu untuk rapid.
Untuk Hb sendiri tahun
2017 ini dinkes tidak ada.
Puskesmas banyak
menganggarkan sendiri
memakai dana JKN ya.
Untuk proteinuria, tahun
kemarin ada, di farmasi
cek untuk proteinurin jadi
DPA Kabupaten
Tangerang ada. Saat ini
saya gatau
ketersediaannya, tapi
tahun ini ga ada lagi
penganggaran,
dikembalikan ke
puskesmas, membeli
sendiri dari dana APBD a
dana JKN, kebanyakan ya,
itu untuk proteinurin.
Golongan darah juga sama
ee puskesmas mengadakan
sendiri, baru nanti di tahun
2018 saya si sudah
mengajukan ya untuk
kebutuhan.. sebenernya
setiap tahun mengajukan
kebutuhan untuk ANC itu,
cuman kan ga selalu
diakomodir dilihat
ketersediaan anggaran
Pedoman “Kita kan lagi
nyusun SOP
SOP akreditasi
ya, salah
satunya SOP
ANC, kayaknya
si udah ada kali
ya tapi saya
belum tanda
tangan, itu kan
di SK-kan
akhirnya ntar si
SOP itu.
Kayaknya
belom ada yang
“Kalau untuk SOP
kita lagi buat nih
kan lagi akreditasi,
kalo selama ini kita
pake SOP
puskesmas masih
dibuat. Puskesmas
membuat sendiri
sih tanpa bantuan
Dinkes. Sekarang
kita dikerjain
semua sekarang,
setelah nanti itu
baru
diimplementasikan
semua. Mbak
sudah ada di buku, sudah
kita berikan. Jadi SOP
yang dilakukan ee anak-
anak kami di lapangan
berdasarkan buku yang
diberikan. Itu udah ada di
situ.
Pedoman di
Puskesmas
Pagedangan
masih dalam
proses
penyusunan
konsul udah
jadi ke saya.”
Prima lagi diajarin
cara buat SOP
seperti apa di Jalan
Emas.”
Fasilitas
dan sarana
Kita selain dari
dinas kita juga
ada beli
kemaren beli
doppler,
terusnya itu
dianggarkan
juga lah, tapi
yang murah-
murah ya. Tapi
kalo itu mahal
misal sekarang
butuh kita
anggarkan di
tahun
berikutnya.
Kemarin sih
temen-temen
butuh USG,
tapi saya balik
“Udah mencukupi
sih, kalo tahun-
taun kemaren sih
kita masih punya
kendala di
prasarananya. Tapi
kalo tahun ini sih
smeuanya sudah
terpenuhi, kayak
sterilisator kita
udah punya. Kalo
tahun kemarin
mungkin bukan
kendala juga sih,
dari kitanya
petugas yang
kurang memberi
masukan untuk
usulan anggaran.
Karena kan kalo
Dina situ kan
begitu, kalo
mereka mau
menganggarkan
anggaran itu
mendadak. Jadi
“Kalo
ruangan sini
ya sesuai,
tempat tidur
ada, kursi
ada, meja
ada. Semua
cukup, “baik
kondisinya,
kalo menurut
Permenkes
75 sih masih
ada yang
kurang, tapi
kalo standar
di Puskesmas
sudah”
“Kalo kata
saya si
karena ini
kan
dibarengin
dengn
pelayanan
KB, kadang-
kaadng kita
kekurangan
tempat tidur,
kalo
ruangannya
sendiri si
sebenernya
udah cukup
ya, sarana
dan
prasarananya
udah
bagus.cuman
kalo pas
pelayanan
KB tuh,
kadang kan
ada yang
“Kalo
ruangan
sebenernya
si enaknya
misah ya,
kayak
puskesmas
lain kan
misah.
Cuman kalo
pagedangan
ini kan
masih nyatu
sama poli
KB, jadi
agak kurang
nyaman
menurut
saya. Kayak
ini kan
digabung
berdasarkan
tirai aja,
kalo
seharusnya
kan misah,
“Kalo
ruangan
sebenernya si
sebenernya
udah
memenuhi
semuanya,
alat-alat
juga.”
melalui monitoring
evaluasi ee saya dan tim
sudah memastikan untuk
alat standar minimal
terkait pelaksanaan
antenatal care yang sesuai
standard sudah ada di
puskesmas tinggal
biasanya yang menjadi
kendala adalah
ketersediaan jumlah, dari
sisi jumlah reagen itu tadi,
golongan darah, Hb, ee
proteinurin, ee kemudian
ee rapid tes itu ga semua
puskesmas jumlahnya dari
sisi kuantitasnya banyak
itu berbeda-beda
variasinya… Kemudian
dari sarana prasarana yang
Fasilitas dan
sarana yang
ada di
Puskesmas
Pagedangan
dalam
menunjang
pelayanan
antenatal
sudah
cukup.
nanya apakah
kompeten bidan
meriksa USG,
kalo cuman
ngeliat itu aja
katanya boleh,
jadi kita
anggarkan itu
tahun 2018.
Yang lain-lain
si udah lengkap
ya karena kan
programnya
udah tua ya,
jadi fokus
kesitu lah ya.
Kalo ruangan
KIA sama KB
digabung, anak
dipisah,
imunisasi
dipisah.”
bendahara kami
itu belum sempat
nanya-nanya kami
di bawah apasih
yang kurang di
unit ni, jadi belum
sempat mereka
jadi langsung
dikirim ke dinas.
Tapi kalau
sekarang karena
kita sudah punya
dana JKN di
Puskesmas ini jadi
udah terpenuhi si.
Kalau untuk
pemeliharaan kita
kan punya kayak
rekanan gitu, kita
tinggal lapor,
mereka datang
diberesin gitu.
Kalo teorinya kan
kayak AC 3 bulan
sekali Cuma kan
tergantung
anggaran. Jadi
bendahara punya
protap nya mereka
kayak ini AC
berpa kali, kalo
perawatan kayak
pasang
implant,
spiral, kalo
ada yang
periksa hamil
juga, kadang-
kadang kita
kekurangan
tempat tidur.
Kalo dilihat
si saya
inginnya
ruangannya
misah ya
antara KIA
sama KB,
tapi kita udah
ga ada
ruangannya
lagi. Ini kan
gedungnya
baru 2015
dibuatnya
sama
pemerintah,
jadi kita
gabisa bikin
sesuai
kemauan
kita.”
KB sendiri,
KIA sendiri
cuman ga
masalah
banget si
karena
emang
ruangannya
juga besar
ya, kalo saat
ini ga
bermasalah
banget si,
kalo ”
lain, untuk ANC ini
dibutuhkan antara lain
buku KIA, buku KIA kita
mendapatkan droping full
dari kementerian
kesehatan sesuai dengan
jumlah ibu hamil yang ada
di kabupaten Tangerang,
sesuai dengan jumlah
sasaran, kita dapatkan
penuh dari… dan kita
distribusikan ke
puskesmas sesuai dengan
sasaran yang ada di
Puskesmas. Jadi ya
harusnya semua ibu hamil
mendapatkan buku KIA,
dari sarana itu sudah kita
berikan. Kemudian untuk
pelaksanaan yang lain,
yang 10T. kalo yang lain
itukan gak perlu dana dan
prasarana, Cuma kemauan,
ya gak? Berat badan, tinggi
sterilisator, atau
alat-alat lain
berapa kali harus
di kalibrasi. Kalo
untuk saat ini
cukup ya fasilitas,
kalo kemaren kita
ke Balaraja
mereka kan KIA
tersendiri, KB
tersendiri, kalo
kita kan gabung
KIA sama KB
nya. Karena
memang yang
bangun kan Pemda
jadi sesuai
rancangan mereka,
bukan rancangan
kita. Maunya
puskesmas itu
maunya
PONEDnya
tersendiri,
Nifasnya
tersendiri, KIA
nya tersendiri.
Terus ada ruangan
yang bener-bener
kita itu nyaman
disitu jadi
seumpama gak ada
badan di puskesmas sudah
ada lah, gak mungkin kita
setiap tahun memberikan.
pasien kita bisa
ngerjain gitu kan
karena itu adalah
ruangan kita.
Kayak saya nih,
saya kan
pemegang
program ibu
ruangan ku kan
disini, tapi kalo
ada pasien setiap
hari kan saya gak
bisa disini. Itu
doang sih
kendalanya.”
Proses “Nah ini dia
yang saya juga
agak ini ya kalo
kepatuhan
terkait 10Tnya,
kalo dia dateng
ke klinik saya
yakin bisa 10T,
tapi kalo yang
di luar nih yang
enggak. Kayak
misal
pemeriksaan
lab salah
satunya, kayak
kemaren pas
“Kalau bidan
sebetulnya sudah.
Yakan datang
timbang berat
badan, kalau
tinggi kan sekali
saja kan karena
dia pemeriksaan
pertama kan awal
kan, kalau berat
badan iya, tensi
iya, terus untuk
lab nya juga iya,
kan diliat sama
bidannya apa si
yang belum yak
“Ya sesuai
10T lah, kalo
disini kalo
datang selalu
ditimbang
lah, tinggi
badan, tensi,
terus diukur,
setelah itu
lab dan
wawancara,
“Ya kayak
tadi, kadang-
kadang ada
aja yang
kelewat satu
atau dua kalo
lagi rame ya.
Kayak tadi
imunisasi gak
ada atau lab
nya tutup
atau
“iya selalu
ditimbang,
tensi, tinggi
badan pas di
ANC,
gamungkin
kan tinggi
badan tiap
bulan
nambah, trus
juga berat
badan, tinggi
fundus uteri
kita ukur di
umur 24
minggu ke
“iya selalu
ditimbang
berat
badannya,
ukur tekanan
darah, kalo
untuk LiLA
kita ukur ya,
kalo misalkan
udah
beberapa kali
kesini sih
evaluasi kan
harus ambil
darah ya di
masyakarat
kayak di
posyandu, itu
yang suka gak
dilakukan,
padahal itu bisa
diendapkan.
Nah kita juga
terbentur
kemarin gak
menganggarkan
tabung yang
bisa dibawa di
masyarakat.
Jadi kemarin
udah masukin
usulan, baru
kita tahu
ternyata boleh
diperiksa di
masyarakat,
selama ini tuh
pasien disuruh
kesini untuk
periksa lab nya.
Jadi kalo di
masyakarakat
agak sulit lab
an, terus konseling
juga iya, jadi
memang
dilakukan.
Makannya kalo di
KIA itu meriksa
pasien 1 dengan di
BP umum beda,
lebih lama kita
kan karena kita
masih ada
konseling.”
skrining
imunisasi
juga.
“Biasanya si
kalo
konseling
satu per satu,
suruh baca
buku KIA
nya, tanda
bahaya
kehamilan,
kalo udah
bulannya
disuruh baca
bukunya,
“Kalo suhu
badan itu
kendalanya.
Kita nggak
punya
thermometer,
analisnya ga
masuk, jadi
gabisa
lengkap 10T,
biasanya kita
bikin janji
lagi sama
pasiennya
ya,kita si
buka kan
senen sampe
sabtu, kayak
misal ni kan
hari ini sabtu,
trus kita
suruh dateng
lagi senin
atau selasa.
Tapi pasti
diperiksa,
paling tidak
kan trimester
pertama
diperiksa
atas ya
dengan
pengukur,
Cuma kalo
umur 0-24
minggu kita
palpasi aja,
di buku
biasanya
jarang
ditulis Cuma
kalo umur
24 minggu
baru bisa
ditulis. Kalo
skrining
sama
imunisasi
juga
dilakukan
karena kan
itu selalu
masuk
standar 10T,
jadi sekalian
kita
wawancara,
kita
anamneses,
kita tanya
nih
skriningnya,
udah nggak,
kalo fundus
uteri juga
diukur, kalo
skrining
imunisasi TT
si sebenernya
di skrining,
tapi ga
diimunisasi,
soalnya kan
hari selasa,
kalo untuk
lab rutin, kalo
sekarang tadi
cek Hb gak
ya soalnya
bagian labnya
tutup. Tadi
karena lab
nya kan
tutup, jadi ga
di cek lab sih.
Kita kalo
yang HBSAg
sama HIV.”
kalo ada
indikasi aja
baru diukur,
…oh iya saya
lupa mas hehe,
ya abis
soalnya kan
ruangan
imunisasinya
juga dikunci,
yang jaga lagi
MR di luar
jadi kita juga
gabisa
imunisasi
ibunya..”
Hbnya
dengan
trimester
ketiga.
Trimester
kedua periksa
protein, kalo
trimester
ketiga kalo
ada bengkak,
ada keluhan
pusing kita
cek protein
kita cek Hb
juga. Kan
sekarang ada
program
Hepatitis ya,
pemeriksaan
HbSAg jadi
ibu hamil
disini wajib
diperiksa
hepatitis
itu pasti lah,
kalo
misalnya itu
gak
dilaksanakan
itu berarti
10Tnya
ilang dong
jadi 9T. kalo
suhu badan
kita ga
setiap
periksa sih,
kecuali
dalam
keadaan
kalo pasien
ngerasa
panas,
dingin, ya
kalo dalam
keadaan
khusus aja
karena juga
pengukur
suhu ga
dalam 10T,
kita yang
penting 10T
itu kita
laksanakan.
Kalo
misal untuk
penyuluhan
selalu
diarahkan,
missal
mendekati
lahiran kita
arahkan
kelahiran
gimana
persiapannya.
Kita gak
penyuluhn
semua, kita
liat
trimesternya,
untuk
trimester 1
apa, trimester
2 apa,
trimester 3
kita apa, kalo
trimester 3
kan otomatis
karena
kebetulan
kita daerah
dekat dengan
Legok daerah
pandemik
hepatitis jadi
karena
berdekatan
jadi kita
wajib ibu
hamil
diperiksa
HbSAg sama
HIV karena
kita
kebetulan
kita di
pagedangan
ada ibu hamil
yang
teridentifikasi
HIV, jadi
kasusnya ada.
konseling
dilihat dulu
dia datang di
usia hamil
ke berapa,
misal hamil
muda berarti
kita
penyuluhan
tentang
keluhan
hamil
muda,kan
udah ada
tertera, kita
sampaikan
sekilas ntar
kita suruh
ibunya baca
di buku
KIA, kalo
sekarang sih
kita kemaren
pas
pertemuan
di Dinas
Kesehatan
disuruh
dikasih
tanda
rumput ya
sama
persiapan
persalinan,
KB, terus
kayak IMD,
ASI
eksklusif.”
Tapi kalo
suhu badan si
kan gamasuk
10T ya, ini
kita ga, di
ANC kita
ada, tapi kita
ga semua
laksanain,
tergantung
kondisi. Kalo
pasiennya
ada keluhan
demam, atau
kita pegang
badannya
panas, baru
kita periksa
suhunya. Jadi
suhu mah
bukan
wajib.”
ibunya, jadi
ibunya baca
ga nih, kalo
udah baca
dikasih
rumput di
bukunya,
ntar evaluasi
bulan depan,
ibunya
ngerti nggak
sih, lihat
usia
kehamilan
juga kalo
penyuluhan,
kalo missal
dia usianya
masih muda
kita gak
kasih
tentang
persiapan
persalinan,
ya liat-liat
usia
kehamilan
juga.”
Pencatatan “iya, banyak
pencatatan
banyak.
Apalagi kalo
akre,
sistemnya
pencatatan
gak boleh
lupa. Harus.
Langsung
dicatet pas
ibu hamil
lagi periksa
“Oh iya
harus, kalo
di KIA pasti
diisi, terus
kita punya
kohort juga,
namanya
kartu ibu itu
harus diisi.
Makannya
kadang-
kadang kita
melayani
pasien satu
itu agak
lama.
Nyatetnya
pas saat itu
juga, kalo
ntar-ntar
nanti kita
lupa. Jadi
“Oh iya
harus di…
kalo gak itu
mah
apalagi di
puskesmas,
di
puskesmas
kan banyak
tuh, ada
kartu ibu,
register
karena kan
kita mau
akreditasi
juga nih
jadi emang
harus
punya,
harus
diadain.
Catetnya
hasil
pemeriksaan
kita kan
pake SOAP
gitu ya, jadi
di buku
rekam
mediknya
kita tulis
sesuai
SOAP, tapi
nanti di
kartu KIA
nya kita tulis
semuanya
itu
anamnesa,
penyuluhan
itu ditulis di
buku KIA,
di
registernya
saat itu
juga, pasien
diperiksa,
sembari
ditanya,
SOP. Hari
itu juga,
gabisa
pasien dulu
nih
dilayanin,
terus
terakhir
catetnya,
nanti lupa,
kan
pasiennya
banyak.”
kita biasa
ngisi untuk
menilai dia
itu K1, K2,
kunjungan
nya dia itu
udah sesuai
sama yang
ditetapin
gak. Kan
kita k4 ya.”