identifikasi senyawa flavonoid

14
Identifikasi Senyawa Flavonoid, Tanin, Steroid, Triterpenoid dan Saponin pada Kulit Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr). Winda Amelia *1 , Habibati 2 1 Mahasiswa Prodi Kiimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 2 Dosen Prodi Kiimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Email: [email protected] Abstrak. Identifikasi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin pada kulit buah nanas (Ananas comosus (L) Merr) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan senyawa metabolite sekunder yaitu senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin pada kulit buah nanas. Analisis senyawa-senyawa tersebut menggunakan metode skrining fitokimia. Dalam skrining fitokimia tersebut meliputi uji flavonoid, uji tanin, uji steroid dan triterpenoid dan uji saponin. Uji Positif dari metode tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan warna. Untuk memperoleh ekstrak dari kulit buah nanas dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80% selama 2 jam. Hasil ekstraksi sampel dari kulit buah nanas tersebut kemudian diuji secara skrining fitokimia menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu. Uji flavonoid menggunakan pereaksi H 2 SO 4 pekat menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung senyawa tersebut. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari kuning menjadi merah. Pada uji tanin menggunakan pereaksi FeCl 3 1%. Hasil uji positif pada tanin ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau kehitaman. Hasil percobaan menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung senyawa tanin. Uji steroid dan triterpenoid menggunakan pereaksi yang sama yaitu pereaksi Lieberman Burchard. Hasil uji positif dari uji tersebut ditunjukan dengan perubahan warna hijau atau biru untuk steroid dan warna merah atau ungu untuk senyawa yang mengandung triterpenoid. Hasil percobaan menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung triterpenoid. Uji saponin menggunakan pereaksi air. Uji positif dari saponin tersebut ditandai dengan terbentuknya busa pada larutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kulit buah nanas tidak mengandung senyawa saponin. Berdasarkan hasil penelitian dengan skrining fitokimia tersebut, kulit buah nanas positif mengandung senyawa flavonoid, triterpenoid dan tanin. Sedangkan pada uji steroid dan saponin, kulit buah nanas negatif mengandung senyawa-senyawa tersebut. 1

Upload: syahputraaji

Post on 22-Jan-2016

135 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

senyawa flavonoid adalah suatu senyawa banyak terdapat pada semua jenis tanaman

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Identifikasi Senyawa Flavonoid, Tanin, Steroid, Triterpenoid dan Saponin pada Kulit Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr).

Winda Amelia*1, Habibati2

1Mahasiswa Prodi Kiimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111

2Dosen Prodi Kiimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111

*Email: [email protected]

Abstrak.

Identifikasi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin pada kulit buah nanas (Ananas comosus (L) Merr) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan senyawa metabolite sekunder yaitu senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin pada kulit buah nanas. Analisis senyawa-senyawa tersebut menggunakan metode skrining fitokimia. Dalam skrining fitokimia tersebut meliputi uji flavonoid, uji tanin, uji steroid dan triterpenoid dan uji saponin. Uji Positif dari metode tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan warna. Untuk memperoleh ekstrak dari kulit buah nanas dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80% selama 2 jam. Hasil ekstraksi sampel dari kulit buah nanas tersebut kemudian diuji secara skrining fitokimia menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu. Uji flavonoid menggunakan pereaksi H2SO4 pekat menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung senyawa tersebut. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari kuning menjadi merah. Pada uji tanin menggunakan pereaksi FeCl 3 1%. Hasil uji positif pada tanin ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau kehitaman. Hasil percobaan menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung senyawa tanin. Uji steroid dan triterpenoid menggunakan pereaksi yang sama yaitu pereaksi Lieberman Burchard. Hasil uji positif dari uji tersebut ditunjukan dengan perubahan warna hijau atau biru untuk steroid dan warna merah atau ungu untuk senyawa yang mengandung triterpenoid. Hasil percobaan menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung triterpenoid. Uji saponin menggunakan pereaksi air. Uji positif dari saponin tersebut ditandai dengan terbentuknya busa pada larutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kulit buah nanas tidak mengandung senyawa saponin. Berdasarkan hasil penelitian dengan skrining fitokimia tersebut, kulit buah nanas positif mengandung senyawa flavonoid, triterpenoid dan tanin. Sedangkan pada uji steroid dan saponin, kulit buah nanas negatif mengandung senyawa-senyawa tersebut.

Kata kunci: kulit buah nanas, skrining fitokimia, flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid, saponin

Pendahuluan

Nanas (Ananas comosus (L) Merr) merupakan buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Buah nanas selain dapat dimakan secara langsung, juga dapat diawetkan dengan cara direbus dan diberi gula, dibuat selai atau sirup. Buah nanas juga

1

Page 2: Identifikasi Senyawa Flavonoid

dapat digunakan untuk memberi cita rasa asam manis, sekaligus sebagai pengempuk daging (Dalimartha dan Felix, 2013). Selain dapat dikonsumsi, buah nanas dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Buah nanas kaya akan sumber vitamin dan mineral. Kandungan pada buah nanas terdiri dari vitamin (A, B1, B2 dan C), mineral (kalium, mangan, tembaga, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium), glukosa, fruktosa, sukrosa, enzim bromelain, karoten, asam nikotinik, asam organik dan serat. Ekstrak buah nanas berkhasiat mengurangi keluarnya asam lambung yang berlebihan, membantu mencernakan makanan di lambung, antiradang, peluruh kencing (diuretik), membersihkan jaringan kulit yang mati, mengganggu pertumbuhan sel kanker, menghambat penggumpalan trombosit (agregasi platelet), mempunyai aktifitas fibrinolitik, mengurangi rasa sakit pada sendi dan memiliki sifat anti penuaan. Kandungan serat nanas dapat mempermudah buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi) (Dalimartha dan Felix, 2013).

Nanas memiliki bagian-bagian yang bersifat buangan yaitu kulitnya yang memiliki tekstur yang tidak rata dan berduri kecil. Sama seperti halnya pada buah nanas, kulit buah nanas juga bermanfaat bagi kesehatan. Kulit buah nanas memberikan efek sebagai tabir surya (Viondy, 2013). Ekstrak kulit buah nanas tersebut memiliki aktivitas antioksidan sebagai penangkal radikal bebas pada kulit (Sri dkk, 2013). Dalam ilmu pengobatan Cina, kulit nanas banyak dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi batuk dan diare (Syariefa, 2013). Oleh sebab itu, kulit buah nanas diduga memiliki senyawa metabolite sekunder. Untuk menganalisis senyawa metabolite sekunder tersebut perlu dilakukan skrining fitokimia. Analisis fitokimia secara kualitatif ini merupakan suatu metode analisis awal untuk meneliti kandungan senyawa-senyawa kimia yang ada pada tumbuhan obat yang diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi dalam mencari senyawa dengan efek farmakologi tertentu dan dapat memacu penemuan obat baru (Sangi, 2008).

Kandungan metabolite sekunder yang terdapat pada kulit buah nanas dapat digunakan sebagai obat herbal dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Senyawa metabolite sekunder yang diuji meliputi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin. Senyawa Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik dalam menghambat reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun nonenzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida yang melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas antioksidan pada flavonoid dapat mengobati gangguan fungsi hati secara tradisional. Beberapa flavonoid oligomer dalam makanan mampu memberikan efek antihipertensi (Robinson, 1995). Berikut dibawah ini struktur umum dari senyawa flavonoid:

2

Page 3: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Gambar 1. Senyawa flavonoid

(sumber : www.wikipedia.org )

Selain senyawa flavonoid, saponin merupakan senyawa metabolite sekunder yang terdapat pada tumbuhan. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Beberapa senyawa saponin bertindak sebagai antimikroba. Senyawa saponin digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995). Berikut dibawah ini struktur umum dari senyawa saponin:

Gambar 2. Senyawa saponin

(Sumber: www.wikipedia.org)

Senyawa tanin merupakan senyawa aktif dalam tumbuhan tertentu. Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor dan menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase (Robinson, 1995). Kandungan senyawa tanin tersebut yang dapat digunakan sebagai obat herbal untuk mengobati penyakit disentri. Senyawa Tanin melindungi dinding mukosa usus terhadap rangsangan isi usus atau mengendapkan racun, ini dapat membantu daya antidiare secara keseluruhannya (Winarno dan dian, 1996). Sedangkan senyawa steroid dan triterpenoid merupakan senyawa aktif dalam mengobati malaria (Sangi, 2008). Berikut dibawah ini struktur umum dari senyawa tanin, steroid dan triterpenoid:

3

Page 4: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Gambar 3. Senyawa tanin

(Sumber: www.wikipedia.org)

Gambar 4. Senyawa steroid

(Sumber: www.wikipedia.org)

Gambar 5. Senyawa triterpenoid

(Sumber: http://pemula-awaliharimu.blogspot.com/)

Metode Penelitian

Tempat dan Waktu

4

Page 5: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh pada tanggal 18 November 2014 s/d 25 November 2014.

Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas pyrex yang umum digunakan di laboratorium, cawan petri, blender, rotary evaporator, timbangan analitik, penjepit tabung reaksi, pembakar spirtus, batang pengaduk, spatula, pisau dan pipet tetes.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak kulit nanas, aquades, etanol 80%, etanol 30%, metanol 30%, asam sulfat pekat, besi(III) klorida, kertas saring dan asam asetat anhidrat.

Prosedur Penelitian

Preparasi Sampel

Buah nanas yang sudah matang dikupas kulitnya kemudian dicuci bersih. Kulit nanas yang sudah bersih tersebut dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil lagi. Setelah itu, potongan-potongan kulit buah nanas tersebut dihaluskan dengan cara diblender (Sri dkk, 2013).

Ekstraksi Sampel

Ekstraksi kulit nanas dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80%. 50 gram kulit nanas halus dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan pelarut etanol 80% sebanyak 150 ml. Proses ekstraksi kulit nanas tersebut dilakukan selama 2 jam kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat dari kulit nanas tersebut diuapkan menggunakkan rotari evaporator sampai diperoleh ekstrak kulit nanas (Sri dkk, 2013).

Skrining Fitokimia

Uji Flavonoid

Sebanyak 2 ml sampel ekstrak kulit nanas ditambahkan 5 ml metanol 30% kemudian dipanaskan selama 5 menit. Filtrat dari ekstrak sampel ditambahkan 5 tetes H2SO4 pekat.

5

Page 6: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Terbentuknya warna merah menunjukkan sampel mengandung senyawa flavonoid (Sangi, 2008).

Uji Tanin

Sampel ekstrak kulit nanas sebanyak 2 ml ditambahkan dengan 5 ml akuades kemudian dipanaskan selama 5 menit sampai mendidih. Filtrat ekstrak sampel tersebut ditambahkan dengan 5 tetes FeCl3 1%. Jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Sangi, 2008).

Uji Steroid dan Triterpenoid

2 ml sampel ekstrak kulit nanas ditambahkan dengan 5 ml etanol 30% kemudian dipanaskan. Filtrat ekstrak sampel ditambahkan dengan pereaksi Lieberman Burchard (3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat). Jika terbentuk warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid dan warna merah atau unggu menunjukkan adanya senyawa triterpenoid (Sangi, 2008).

Uji Saponin

2 ml ekstrak sampel kulit nanas ditambahkan dengan 5 ml akuades kemudian dipanaskan sampai 1000C selama 5 menit. Setelah dipanaskan, sampel dikocok selama 5 menit kemudian didiamkan selama 15 menit. Jika terbentuk busa menunjukkan sampel terdapat senyawa saponin (Sangi, 2008).

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini dilakukan proses ekstraksi kulit buah nanas terlebih dahulu. Ekstraksi pada kulit buah nanas dilakukan secara maserasi selama 2 jam. Maserasi adalah teknik perendaman terhadap bahan yang akan diekstraksi. Sampel yang telah dihaluskan direndam dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu. Ekstraksi secara maserasi pada kulit buah nanas, sesuai dengan sifat kimia yang terkandung didalamnya (Ibrahim dan Marham, 2013). Proses penghalusan kulit buah nanas bertujuan untuk menghancurkan dinding sel tumbuhan yang kaku, sehingga senyawa metabolite sekunder yang terdapat didalamnya dapat dengan mudah terambil. Pelarut yang digunakan dalam maserasi kulit buah nanas adalah etanol 80% yang bersifat polar. Pelarut etanol dalam ektraksi dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel sampel sehingga lebih efisiens dalam menarik sampel polar maupun semi polar. Berdasarkan kepolaran maka senyawa hasil alam dikategorikan menjadi polar, semi polar dan non polar. untuk skrining fitokimia dilakukan fraksinasi berdasarkan kepolaran (Sitorus, 2010). Ekstrasi dari kulit buah nanas yang telah dihasilkan dipisahkan antara filtrat dan residunya. Filtrat ekstrak kulit nanas diuapkan menggunakan rotary evaporator yang bertujuan untuk menguapkan pelarutnya.

6

Page 7: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8.

Maserasi kulit nanas Penguapan filtrat ekstrak kulit nanas Sampel ekstrak buah nanas

Uji Kualitatif Skrining Fitokimia

Sampel ekstrak kulit nanas tersebut kemudian dianalisis keberadaan senyawa kimianya meliputi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Table 1. Uji positif kualitatif skrining fitokimia kulit buah nanas

No. Uji Warna positif menurut rujukan Hasil percobaan Kesimpulan

1. Flavonoid Warna merah Merah (+)

2. Tanin Warna biru tua atau hijau kehitaman

Hijau kehitaman (+)

3. Triterpenoid Warna merah atau unggu Merah (+)

Keterangan: (+)= mengandung senyawa yang dimaksud.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, kulit buah nanas mengandung senyawa flavonoid, tanin dan triterpenoid. Kandungan zat kimia yang terdapat pada kulit buah nanas adalah senyawa flavonoid dan tanin (Menurut Nuraini dalam Viondy: 2013). Hasil percobaan tersebut terhadap teori yang ada terdapat penyimpangan, seharusnya senyawa triterpenoid tidak terkandung pada kulit buah nanas. Penyimpangan hasil percobaan tersebut disebabkan oleh kesalahan-kesalahan pada saat meneliti. Berikut gambar hasil percobaan dari skrining fitokimia:

7

Page 8: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Tabel 2. Hasil percobaan melalui analisis fitokimia

No. Skrining Fitokimia Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

1. Uji flavonoid

2. Uji tanin

3. Uji Steroid

8

Page 9: Identifikasi Senyawa Flavonoid

4. Uji Triterpenoid

5. Uji Saponin

Pada uji flavonoid menggunakan pelarut metanol 30 %. Flavonoid pada umumnya bersifat polar karena memiliki ikatan glikosida, sehingga dapat larut pada metanol yang bersifat semipolar. Metanol pada uji tersebut berfungsi sebagai pembebas flavonoid dari bentuk

9

Page 10: Identifikasi Senyawa Flavonoid

garamnya. Pereaksi yang digunakan dalam uji ini adalah asam sulfat pekat. Asam sulfat pekat berfungsi untuk protonasi flavonoid sehingga terbentuk garam flavonoid. Uji flavonoid pada kulit buah nanas menunjukan hasil positif, ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi merah. Warna orange hingga merah mengindikasikan adanya flavonoid (Sitorus, 2010). Warna merah yang terbentuk tersebut merupakan garam benzopirilium. Berikut dibawah ini reaksi uji positif senyawa flavonoid:

Gambar 8. Reaksi uji positif senyawa flavonoid

(Sumber: www.journal.unpar.ac.id)

Pada uji tanin, hasil percobaan menghasilkan warna hijau kehitaman. Hal tersebut menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung senyawa tanin. Tanin dibagi menjadi dua golongan dan masing-masing golongan memberikan reaksi warna yang berbeda terhadap FeCI3 1 %. Golongan tanin hidrolisis akan menghasilkan warna biru kehitaman dan tanin kondensasi akan menghasilkan warna hijau kehitaman. Perubahan warna tersebut terjadi karena penambahan FeCI3 yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin membentuk senyawa kompleks (Sangi, 2008).

Berikut dibawah ini reaksi yang terjadi antara senyawa tanin dengan FeCI3 :

Gambar 9. Reaksi senyawa tanin dengan FeCI3

(Sumber: www.journal.unpar.ac.id)

Uji steroid dan triterpenoid menggunakan pereaksi Lieberman Burchad. Hasil percobaan pada uji tersebut menunjukkan bahwa kulit buah nanas negatif mangandung senyawa steroid dan positif mengandung triterpenoid. Hal tersebut dapat terlihat dari perubahan

10

Page 11: Identifikasi Senyawa Flavonoid

warna yang dihasilkan. Warna yang terbentuk dari percobaan ini adalah merah. Uji positif dari steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau atau biru, sedangkan bila timbul warna merah atau ungu mengindikasi adanya keberadaan triterpenoid (Sitorus, 2010). Berikut dibawah ini reaksi antara triterpenoid dengan pereaksi Lieberman Burchad:

Gambar 10. Reaksi triterpenoid dengan pereaksi Lieberman Burchad

(Sumber: http://download.portalgaruda.org/)

Kesimpulan

Dari hasil penelitian identifikasi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin pada kulit buah nanas menggunakan metode skrining fitokimia diperoleh hasil bahwa kulit buah nanas positif mengandung senyawa flavonoid, triterpenoid dan tanin.

Ucapan terima kasih

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan rasa syukur sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT, yang telah memberi kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan meyiapkan artikel ini. Namun penyelesaian artikel ini tidak lepas dari bimbingan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Habibati S.Pd. M.Sc sebagai dosen pembimbing, bapak Prof. Dr. Adlim, M.Sc sebagai dosen mata kuliah Seminar Pendidikan Kimia. ibu Dra Erlidawati, M.Si sebagai kepala Laboratorium Kimia Prodi Pendidikan Kimia. Orang tua dan kakak - kakak tercinta yang tidak henti-hentinya memberi dukungan. Para laboran Laboratorium Kimia Prodi Pendidikan Kimia yang telah membantu berjalannya penelitian. Dan kepada teman-teman seperjuangan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah.

Referensi

Dalimartha & Felix. 2013. Fakta Ilmiah Buah dan Sayur. Jakarta: Rapha publishing.

Ibrahim dan Marham. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta: Graha ilmu.

Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB.

11

Page 12: Identifikasi Senyawa Flavonoid

Sangi M., Runtuwene M. R. J., Simbala H. M. I., & Makang V. M. A. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat Di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog, 1( 1):47-53.

Sirait, Midian.2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB.

Sitorus, Marham. 2010. Kimia Organik Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sri F. H., Edi S. & Jemmy A. 2013. Aktivitas Antioksidan Dari Kulit Nanas. Pharmacon jurnal ilmiah farmasi-UNSRAT, 2 (1): 8-10.

Syariefa, dkk. 2013. 100 Plus Herbal Indonesia. Depok: PT trubus swadaya.

Viody D., Hosea J. E & Hamidah S. 2013. Formulasi Krim Tabir surya Ekstrak Kulit Nanas. Pharmacon jurnal ilmiah farmasi-UNSRAT, 2(2): 39-43.

Winarno dan Dian. 1996. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare di Indonesia. Jakarta: DEPKES RI.

www.journal.unpar.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Desember 2014, jam 19:03 WIB.

www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 19 Desember 2014, jam 20:15 WIB.

http://pemula-awaliharimu.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 19 Desember 2014, jam 20:19 WIB.

http://download.portalgaruda.org/. Diakses pada tanggal 8 Januari 2015, jam 08:24 WIB.

12