identifikasi senyawa inhibitor α-glukosidase dan ... · enzim α-glukosidase dan senyawa...

83
IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ANTIOKSIDAN DARI KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth) DENGAN PENDEKATAN METABOLOMIK BERBASIS FTIR DAN NMR JULIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: trinhkien

Post on 08-Mar-2019

280 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE

DAN ANTIOKSIDAN DARI KUMIS KUCING (Orthosiphon

stamineus Benth) DENGAN PENDEKATAN METABOLOMIK

BERBASIS FTIR DAN NMR

JULIANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier
Page 3: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Identifikasi Inhibitor α-

Glukosidase dan Senyawa Antioksidan dari Kumis Kucing (Orthosiphon

Stamineus Benth) dengan Pendekatan Metabolomik Berbasis FTIR dan NMR adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Juliani

F251130081

Page 4: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

RINGKASAN

JULIANI. Identifikasi Inhibitor α-Glukosidase dan Senyawa Antioksidan dari Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus Benth) dengan Pendekatan Metabolomik Berbasis FTIR dan NMR. Dibimbing oleh NANCY DEWI YULIANA dan SLAMET BUDIJANTO.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi sebagai penanda senyawa aktif menggunakan pendekatan metabolomik berbasis spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR) dan Nuclear Magnetic

Resonance (1H NMR). Pada penelitian ini, metode metabolomik digunakan untuk mengidentifikasi senyawa aktif dengan aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase dan antioksidan pada ekstrak dan fraksi tanaman kumis kucing (OS). Ekstrak dan fraksi OS menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase dengan nilai IC50 berkisar 0,15±0,03-0,47±0,09 mg/mL dan aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 berkisar 7,41±0,02-19,35±0,09 µg/mL. Fraksi butanol adalah fraksi dengan aktivitas penghambatan α-glukosidase tertinggi dan aktivitas antioksidan menengah dengan nilai IC50 berturut-turut 0,15±0,03 mg/mL dan 10,84±0,54 µg/mL.

Profil kimia ekstrak metanolik, fraksi heksana, kloroform, butanol, dan air OS dianalisis dengan FTIR dan 1H NMR. Korelasi antara data aktivitas biologis dan komposisi kimia dianalisis dengan orthogonal projections to latent structures

(OPLS). Berdasarkan nilai VIP (variable influence on projection) dan nilai koefisien dari model OPLS yang dihasilkan dari data FTIR, beberapa gugus fungsi seperti, karbonil (1708 cm-1), metoksi (2924, 2854 cm-1), hidroksil dan C-O (1000-1300 cm-1) diketahui berkorelasi positif dengan aktivitas penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase sedangkan gugus fungsi hidroksil (>3000 cm-1) dan C=C aromatik (1500-1600 cm-1) diketahui berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan serta ditemukan dalam jumlah besar pada fraksi aktif. Data yang diperoleh dibandingkan dengan spektrum IR senyawa yang telah teridentifikasi pada OS. Metoksi flavonoid (sinensitin dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon), diterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton), triterpena (asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) diduga merupakan senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase sedangkan fenolik (asam rosmarinat), flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hidroksi-6,7,3’,4’-tetrametoksiflavon, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon), diterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton), triterpena (asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) diduga sebagai senyawa antioksidan.

Pada model OPLS yang dihasilkan dari data NMR, identifikasi dilakukan secara semi-otomatis menggunakan aplikasi MetaboHunter. Oleh karena keterbatasan pangkalan data, hanya asam rosmarinat diidentifikasi sebagai senyawa inhibitor α-glukosidase dan antioksidan. Identifikasi kemudian dilanjutkan secara manual dengan membandingkan hasil analisis OPLS data NMR dengan senyawa yang telah diidentifikasi pada OS, δ 0.94-1.82 dan δ 6.62-8.26

Page 5: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

berturut-turut merupakan karakteristik pergeseran kimia senyawa diterpena/triterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton/asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) dan fenolik/flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hidroksi-6,7,3’,4’ tetrametoksiflavon, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon, dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon) yang berkorelasi positif dengan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase sedangkan δ 2.82-4.41 dan δ 6.22-7.02 berturut-turut merupakan karakteristik pergeseran kimia diterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton), triterpena (asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) dan fenolik atau flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hidroksi-6,7,3’,4’ tetrametoksiflavon, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon, dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon) yang berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan. Dengan demikian data analisis metabolomik berbasis 1H NMR sejalan dengan hasil analisis metabolomik berbasis FTIR.

Kata kunci: Antioksidan, FTIR, metabolomik, 1H NMR, Orthosiphon stamineus, dan inhibitor α-glukosidase

Page 6: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

SUMMARY

JULIANI. Identification of α-Glucosidase Inhibitor and Antioxidant Compounds from Orthosiphon stamineus Benth Using FTIR and NMR Based Metabolomics. Supervised by NANCY DEWI YULIANA and SLAMET BUDIJANTO.

This study aimed at identify α-glucosidase inhibitor and antioxidant compounds through identification of functional groups as the marker of active compounds using FTIR and NMR based metabolomics approach. In this research, metabolomics method was used to identify active compounds with α-glucosidase inhibitory and antioxidant activity in aerial parts of Orthosiphon stamineus (OS) extract and its fractions. OS extracts and fractions showed inhibitory activity against α-glucosidase enzymes with IC50 value 0.15±0.03-0.47±0.09 mg/mL and antioxidant activity with IC50 value 7.41±0.02-19.35±0.09 µg/mL. Butanol fraction was the fraction with the highest α-glucosidase inhibitory activity and moderate antioxidant activity with IC50 value between 0.15±0.03 mg/mL and 10.84±0.54 µg/mL, respectively.

Chemical profile of OS methanolic extracts and hexane, chloroform, butanol, and water fractions were analyzed using infrared and 1H NMR spectroscopy. The correlation between the biological activity and chemical composition data were analyzed using Orthogonal Projections to Latent Structures (OPLS). Based on the VIP (variable influence on projection) and the coefficient value of FTIR based OPLS model, several functional groups such as carbonyl (1708 cm-1), methoxy (2924, 2854 cm-1) and hidroxyl dan C-O (1000-1300 cm-1) groups were found positively correlate with α-glucosidase inhibitory activity while hydroxyl (>3000 cm-1) and aromatic ring or phenyl (1500-1600 cm-1) groups were found positively correlate with antioxidant activity and they were abundant in the active fractions. The data was compared with IR spectral of compounds previously identified in OS. It was suggested that methoxy flavonoid (sinensitin and 5,6,7,3’-tetramethoxy-4’-hydroxy-8-C-prenylflavone), diterpenes (orthosiphols, ortho-arisins, neoorthosiphols, staminols, and staminolactones) and triterpenes (ursolic acid, oleanolic acid, betulinic acid, hydroxybetulinic acid, maslinic acid, α-amyrin and β-amyrin) might be the responsible compounds for the α-glucosidase inhibitory activity while phenolic (rosmarinic acid), flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hydroxy-6,7,3’,4’-tetramethoxyflavone, salvigenin, 6-hydroxy-5,7,3’-trimethoxyflavone and 5,6,7,3’-tetramethoxy-4’-hydroxy-8-C-prenyl-flavone), diterpenes (orthosiphols, orthoarisins, neoorthosiphols, staminols, and staminolactones) and triterpenes (ursolic acid, oleanolic acid, betulinic acid, hydroxybetulinic acid, maslinic acid, α-amyrin and β-amyrin) might be the responsible compounds for the antioxidant activity.

From NMR based OPLS analysis, the identification is done semi-automatically using MetaboHunter application. Because of the limitations of the database, rosmarinic acid is the only compound identified as a α-glucosidase inhibitor and antioxidant. Therefore, identification resumed manually by comparing the results of the OPLS analysis of NMR data with compounds that have been identified in OS, δ 0.94-1.82 and 6.62-8.26 respectively are chemical shift characteristic of diterpenes/triterpenes (orthosiphols, orthoarisins, neoorthosiphols, staminols, and staminolactones/ursolic acid, oleanolic acid,

Page 7: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

betulinic acid, hydroxybetulinic acid, maslinic acid, α-amyrin and β-amyrin) and phenolic/flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hydroxy-6,7,3’,4’-tetramethoxy-flavone, salvigenin, 6-hydroxy-5,7,3’-trimethoxyflavone and 5,6,7,3’-tetramethoxy-4’-hydroxy-8-C-prenylflavone) respectively compounds known to correlate with the activity of the enzyme α-glucosidase inhibition while δ 2.82-4.41 and δ 6.22-7.02 respectively are characteristic δ of diterpenes (orthosiphols, orthoarisins, neoorthosiphols, staminols, and staminolactones), triterpenes (ursolic acid, oleanolic acid, betulinic acid, hydroxybetulinic acid, maslinic acid, α-amyrin and β-amyrin), phenolic or flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hydroxy-6,7,3’,4’-tetramethoxyflavone, salvigenin, 6-hydroxy-5,7,3’-trimethoxyflavone and 5,6,7,3’ tetramethoxy-4’-hydroxy-8-C-prenylflavone) known to correlate with antioxidant activity. Thus 1H NMR-based metabolomics is used to confirm the predicted results by FTIR-based metabolomics. In addition, metabolomics also provide information on the functional group chemical structures which correlate positively or negatively with bioactivity tested.

Keywords: Antioxidants, FTIR, metabolomics, NMR, orthosiphon stamineus, and α-glucosidase inhibitors

Page 8: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pangan

IDENTIFIKASI INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN

SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI KUMIS KUCING

(Orthosiphon stamineus Benth) DENGAN PENDEKATAN

METABOLOMIK BERBASIS FTIR DAN NMR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

JULIANI

Page 10: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sukarno, MSc

Page 11: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier
Page 12: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 hingga Februari 2016 ini ialah Identifikasi Inhibitor α-Glukosidase dan Senyawa Antioksidan dari Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus Benth) dengan Pendekatan Metabolomik Berbasis FTIR dan NMR.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Nancy Dewi Yuliana STP MSc dan Bapak Prof Dr Ir Slamet Budijanto MAgr selaku tim komisi pembimbing yang telah memberikan arahan, bantuan, motivasi dan saran selama proses penyusunan tesis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Sukarno, MSc sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis. Di samping itu, ucapan terima kasih tak terhingga disampaikan kepada Ibunda Ramlah Abdullah, Ayahanda Ismail Yahya, Kakanda Dahniar, Adinda Nova Andriani dan beserta seluruh keluarga besar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Pascasarjana IPB Dr Ir Dahrul Syah MSc dan Kepala Program Studi Ilmu Pangan Dr Ir Harsi Dewantari Kusumaningrum dan mantan Kepala Program Studi Ilmu Pangan Prof Dr Ir Ratih Dewanti-Hariyadi MSc yang telah memberikan izin untuk penelitian dan penulisan tesis. Terima kasih kepada para staf peneliti dan teknisi Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB Teh Ella, Teh Ina, Teh Wiwi, dan Mas Nio

yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga besar Ilmu Pangan angkatan 2013, staff Program Studi Ilmu Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan yang telah banyak membantu terutama Mb May dan Mb Fatimah, keluarga Wisma Gardenia dan Az-Zukhruf yang selalu memberikan support selama kuliah, penelitian hingga penyelesaian tesis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada DIKTI yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi program magister dengan beasiswa BPPDN 2013.

Ucapan terima kasih penulis kepada Riset Inovatif Produktif (RISPRO) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bekerja sama dengan PT Soho Industri Farmasi yang telah membiayai sebagian dari penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 30 Agustus 2016

Juliani

Page 13: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Hipotesis 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3 Kumis Kucing 3 Komponen Bioaktif Antidiabetes dari Kumis Kucing 4 Inhibitor α-Glukosidase 5 Antioksidan 6 Metabolomik 7 Teknik Spektroskopi pada Penelitian Berbasis Metabolomik 8 METODOLOGI PENELITIAN 12 Waktu dan Tempat Penelitian 12 Alat dan Bahan 12 Metode 12 Pra-perlakuan 12 Ekstraksi dan Fraksinasi Kumis Kucing 14

Uji Penghambatan Aktivitas Enzim α-glukosidase 14 Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH 15 Uji Profil Kimia Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing dengan FTIR 15 Uji Profil Kimia Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing dengan 1H NMR 15 Analisis Data 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing 17 Aktivitas Penghambatan α-Glukosidase Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing 17

Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing 18 Hubungan Aktivitas Antioksidan dengan Penghambatan Enzim α-Glukosidase 19

Profil Kimia Senyawa Penghambat Aktivitas Enzim α-Glukosidase

Berbasis FTIR 19

Penanda Senyawa Penghambat Aktivitas Enzim α-Glukosidase Berbasis FTIR 21 Profil Kimia Senyawa Penghambat Aktivitas Enzim α-Glukosidase

Berbasis NMR 24

Penanda Senyawa Penghambat Aktivitas Enzim α-Glukosidase Berbasis NMR 25 Profil Kimia Senyawa Antioksidan Berbasis FTIR 32

Penanda Senyawa Antioksidan Berbasis FTIR 33 Profil Kimia Senyawa Antioksidan Berbasis NMR 35 Penanda Senyawa Antioksidan Berbasis NMR 36

SIMPULAN DAN SARAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 49

RIWAYAT HIDUP 67

Page 14: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

DAFTAR TABEL

1 Penelitian aktivitas antidiabetes dari tanaman kumis kucing 10 2 Perbandingan aktivitas antioksidan oleh ekstrak dan fraksi kumis kucing

yang diperoleh pada penelitian ini dengan literatur 19 3 Deretan puncak rosmarinat dari pangkalan data MetaboHunter terhadap

aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase 26 4 Deretan puncak flavonoid diidentifikasi memiliki aktivitas penghambatan

terhadap enzim α-glukosidase 26 5 Deretan puncak diterpena diidentifikasi memiliki aktivitas penghambatan

terhadap enzim α-glukosidase 28

6 Deretan puncak triterpena diidentifikasi memiliki aktivitas penghambatan

terhadap enzim α-glukosidase 29 7 Deretan puncak rosmarinat dari pangkalan data MetaboHunter terhadap

antioksidan 37 8 Deretan puncak flavonoid diidentifikasi memiliki aktivitas antioksidan 37 9 Deretan puncak diterpena diidentifikasi memiliki aktivitas antioksidan 38 10 Deretan puncak triterpena diidentifikasi memiliki aktivitas antioksidan 39

DAFTAR GAMBAR

1 Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) 3

2 Mekanisme antidiabetes dari tanaman 5 3 Skema kerja penelitian 14 4 Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase oleh ekstrak dan fraksi

kumis kucing. 18 5 OPLS score plot aktivitas penghambatan α-glukosidase oleh ekstrak

dan fraksi kumis kucing berbasis FTIR 20 6 Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis

FTIR 20 7 Spektrum FTIR fraksi kloroform kumis kucing 22

8 OPLS score plot aktivitas penghambatan α-glukosidase oleh ekstrak

dan fraksi kumis kucing berbasis NMR 24 9 Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis

NMR 25 10 Spektrum 1H NMR fraksi kloroform kumis kucing 27 11 Spektrum FTIR fraksi butanol kumis kucing 30 12 Spektrum 1H NMR fraksi aktif butanol kumis kucing 30

13 Sinyal δ 3.345 pada Y-related coefficient diduga sebagai pengotor 31 14 OPLS score plot antioksidan ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis

FTIR 32 15 Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis

FTIR 33

16 OPLS score plot antioksidan ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis

NMR 35 17 Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis

NMR 36

Page 15: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

LAMPIRAN

1 Hasil analisis korelasi antara aktivitas antioksidan dengan aktivitas

penghambatan enzim α-glukosidase 50 2 Karakteristik IR senyawa aktif terhadap aktivitas penghambatan enzim α-

glukosidase berdasarkan nilai Y-related coefficient dan VIP 50 3 Pergeseran kimia (δ) senyawa aktif terhadap aktivitas penghambatan

enzim α-glukosidase berdasarkan nilai Y-related coefficient dan VIP 53 4 Karakteristik IR senyawa aktif terhadap aktivitas antioksidan berdasarkan

nilai Y-related coefficient dan VIP 62 5 Pergeseran kimia (δ) senyawa aktif terhadap aktivitas antioksidan

berdasarkan nilai Y-related coefficient dan VIP 64

Page 16: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier
Page 17: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diabetes merupakan penyakit akibat kesalahan metabolisme glukosa yang

disebabkan oleh kekurangan sekresi insulin, resistensi terhadap insulin maupun keduanya. Indonesia menempati posisi ke tujuh negara dengan penderita diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah penderita diabetes sekitar 10 juta jiwa (International Diabetes Federation 2015).

Diabetes dikelompokkan menjadi beberapa tipe. Diabetes tipe 1 terjadi karena akibat autoimun atau β-cell pankreas rusak sehingga ketergantungan pada insulin. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi terhadap insulin dan ditandai dengan keadaan hipergikemia dan hiperinsulinemia (tingginya kadar insulin di dalam darah). Diabetes tipe 3 diasosiasikan dengan penyakit alzheimer yang ditandai dengan resisten insulin kronis dan defisiensi insulin pada otak. Selain itu, terdapat tipe diabetes yang diasosiasikan dengan kehamilan (diabetes gestasional) yang ditandai oleh defisiensi insulin dan hiperglikemia (de la Monte dan Wands

2008). Dari banyaknya kasus diabetes, 87-97 persen penderita diabetes termasuk kelompok diabetes tipe 2 (International Diabetes Federation 2015).

Kadar gula darah normal puasa berkisar 70-105 mg/dl (Warade et al. 2014) sedangkan kadar gula darah puasa yang mencapai 126 mg/dl dikategorikan dalam keadaan hiperglikemia (Umpierrez et al. 2002). Keadaan hiperglikemia dapat menginduksi kerusakan jaringan dan produksi radikal bebas berlebih. Jika jumlah antioksidan di dalam tubuh tidak mencukupi, tubuh akan mengalami stres oksidatif yang merupakan awal terjadinya komplikasi diabetes (Rolo dan Palmeira

2006). Retinopati, nefropati, neuropati, jantung koroner, hipertensi, periferal vaskular merupakan penyakit yang terjadi akibat komplikasi diabetes (Amos et al. 1997).

Akarbosa, metformin dan voglibose merupakan obat-obatan yang selama ini digunakan untuk mengontrol gula darah melalui penghambatan kerja enzim pencernaan pada penderita diabetes tipe 2. Penggunaan obat-obatan antidiabetes seperti akarbosa, metformin, atau voglibose memiliki efek samping seperti gangguan gastrointestinal (diare dan flatulensi), gangguan hati, pusing, mual dan muntah (van de Laar 2008; Dabhi et al. 2013) sehingga diperlukan obat alternatif yang lebih aman misalnya melalui pemanfaatan komponen bioaktif dari bahan alami.

Kumis kucing merupakan tanaman obat Indonesia yang secara tradisional digunakan untuk mengobati diabetes. Kemampuan mengontrol gula darah (antihiperglikemik) oleh ekstrak kumis kucing salah satunya dengan cara menghambat aktivitas enzim α-glukosidase (Mohamed et al. 2011; Mohamed et

al. 2012). Selain antihiperglikemik, tanaman kumis kucing kaya akan senyawa antioksidan sehingga kumis kucing berpotensi pula untuk menurunkan resiko komplikasi diabetes akibat stres oksidatif (Akowuah et al. 2005; Baynes dan Thorpe 1999). Sejumlah penelitian melaporkan sifat antidiabetes kumis kucing akan tetapi penelitian terhadap senyawa aktif yang yang bertanggung jawab atas aktivitas antidiabetes dari kumis kucing masih sangat terbatas. Kumis kucing mengandung berbagai senyawa aktif dari kelompok monoterpena, diterpena,

Page 18: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

2

triterpena, saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan asam organik (Adnyana et al.

2013). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mempercepat proses

identifikasi komponen aktif dari ekstrak tanaman adalah metoda metabolomik (Yuliana et al. 2011). Metabolomik merupakan analisis metabolit baik primer maupun sekunder secara menyeluruh di dalam suatu tanaman baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Verpoorte et al. 2007). Pada metode metabolomik ini, ekstrak tanaman dibagi dua; untuk uji bioaktifitas dan untuk uji profil kimia. Hasil uji kemudian dianalisis dengan teknik analisis multivariat data (MVDA), misalnya Orthogonal Projections to Latent Structures (OPLS). OPLS dipilih pada penelitian ini karena teknik ini secara efektif mampu memisahkan variasi yang berkorelasi dengan aktivitas dengan variasi yang tidak berkorelasi dengan aktifitas bilogis sehingga memudahkan intepretasi data (Worley dan Powers 2013).

Data profil metabolit dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi maupun spektroskopi. NMR memiliki kelebihan antara lain preparasi sampel mudah dan cepat, waktu pengukuran yang singkat, serta memungkinkannya elusidasi senyawa aktif, bahkan untuk senyawa baru menggunakan 2D NMR. Selain itu reprodusibilitas tinggi yang merupakan syarat penting dalam memililih instrumen dalam metabolomik. Hal ini membuat NMR menjadi instrument yang paling menunjang untuk digunakan pada saat ini (Yuliana et al. 2011; Verpoorte et al. 2008). Analisis menggunakan NMR relatif mahal oleh sebab itu sebagai alternatif teknik Fourier transform infrared (FTIR) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang juga berpotensi digunakan untuk memperoleh data profil kimia pada penelitian ini. Metabolomik berbasis FTIR digunakan untuk mengevaluasi perubahan metabolit buah pada berbagai musim dan waktu panen serta mengevaluasi komposisi kimia secara kuantitatif untuk membedakan enam kultivar beri ((Hussain et al. 2009, Yusof et al. 2015; Pop et

al. 2013). Teknik ini memiliki keunggulan antara lain persiapan sampel yang cepat dan mudah, robust dan non-destruktif (Pop et al. 2014). Metabolomik berbasis NMR kemudian digunakan juga untuk mengkonfirmasi data dari OPLS berbasis FTIR.

Rumusan Masalah

Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) merupakan tanaman yang secara tradisional digunakan untuk mencegah maupun mengobati diabetes. Namun demikian penelitian terhadap senyawa-senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antidiabetes masih sangat terbatas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi senyawa aktif yang memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase dan antioksidan dari ekstrak dan fraksi kumis kucing menggunakan metabolomik berbasis FTIR dan NMR.

Hipotesis

Senyawa aktif yang dapat menghambat aktivitas α-glukosidase dan senyawa aktif antioksidan dapat teridentifikasi baik dengan metabolomik berbasis NMR maupun FTIR dari kstrak dan fraksi tanaman kumis kucing.

Page 19: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aktif inhibitor α-glukosidase dan senyawa antioksidan dengan pendekatan metabolomik berbasis NMR dan mengidentifikasi gugus fungsional yang merupakan penanda dari senyawa aktif inhibitor α-glukosidase dan senyawa antioksidan dengan menggunakan pendekatan metabolomik berbasis FTIR.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi ekstrak atau fraksi OS yang aktif dalam menghambat

aktivitas α-glukosidase dan senyawa antioksidan 2. Senyawa aktif yang diketahui berperan sebagai inhibitor α-glukosidase dan

antioksidan pada ekstrak tersebut dapat digunakan sebagai senyawa marker pada ekstrak terstandar (standardized extracts).

3. Teridentifikasinya senyawa aktif dengan pendekatan metabolomik dapat membantu mempercepat proses isolasi senyawa aktif bila diperlukan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kumis Kucing

Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) adalah tanaman yang berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Berdasarkan morfologi dan anatominya kumis kucing didefinisikan sebagai tanaman semak dengan akar merambat, berdaun sederhana berpasangan berlawanan yang teratur. Batang dengan panjang 28 cm pada umur 12 hari dan memiliki benang sari tipis panjang ungu pucat pada bunga (Almatar et al. 2013).

Terdapat dua jenis kumis kucing yang umumnya tumbuh di Indonesia.

Kedua tanaman ini sangat mirip, perbedaan yang menonjol hanya pada warna bunga sehingga sulit untuk dibedakan pada saat belum bunga. Menurut Keng dan

Gambar 1 Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth)

Page 20: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

4

Siong (2006) dua varietas kumis kucing tersebut memiliki perbedaan pada bentuk daun dan bunga. Daun kumis kucing bunga ungu berbentuk bulat telur sedangkan untuk kumis kucing bunga putih berbentuk jajar genjang. Karakter bunga berbeda pada warna daun mahkota (corolla) dan kumpulan mahkota (calyx). Pada bunga ungu terdapat bintik ungu pada corolla dan calyx berwarna merah tua sedangkan pada bunga putih corolla putih tanpa bintik dan calyx berwarna hijau.

Kumis kucing tumbuh baik pada dataran rendah dan tinggi. Ketinggian optimum pertumbuhan tanaman kumis kumis kucing adalah 500-1.200 m dari permukaan laut dengan curah hujan 3.000 mm/tahun. Kumis kucing baik ditanam di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh dan dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah. Panen tanaman kumis kucing dilakukan ketika tanaman telah berumur 3 bulan dan selanjutnya berselang 4–5 bulan. Produktifitas tanaman kumis kucing mencapai 4–6 ton/ha/tahun (Kementerian Negara Riset dan Teknologi 2014). Klasifikasi dari tanaman kumis kucing adalah sebagai berikut. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Magnoliophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Orthosiphon Spesies : Orthosiphon stamineus Benth.

Komponen Bioaktif Antidiabetes dari Kumis Kucing

Pengobatan dengan metode kimia memiliki efek samping sehingga diperlukan penelitian metode pengobatan yang lebih sesuai (Abdulazeez 2015). Obat tradisional yang merupakan obat-obatan herbal telah digunakan dan akan terus digunakan dalam kapasitas tertentu di setiap negara di seluruh dunia. Sekitar 70-95 persen dari populasi disebagian besar negara berkembang bergantung pada obat-obat tradisional untuk perawatan kesehatan utama. Pada tahun 2008 pasar global mencatat sebesar US $ 83 miliar per tahun diperoleh dari obat tradisional dan terus meningkat secara eksponensial (Robinson dan Zhang 2011).

Penelitian terhadap tanaman yang memiliki aktivitas antidiabetes telah banyak dilaporkan (Rao et al. 2014; Rao et al. 2012; Luo et al. 2008). Mekanisme antidiabetes dari tanaman (Gambar 2) umumnya terjadi dengan cara meningkatkan penyerapan glukosa oleh jaringan, meningkatkan sekresi insulin, menghambat produksi glukosa dan menghambat penyerapan glukosa di usus (Hui et al. 2009). Studi antidiabetes in vivo kumis kucing (Tabel 1) menunjukkan penurunan glukosa plasma oleh ekstrak air tanaman (aerial part) dan menurunkan level glukosa darah oleh ekstrak ekstrak EtOH akar kumis kucing. Ekstrak kumis kucing tidak berpengaruh terhadap level insulin darah (Rao et al. 2014; Mohamed et al. 2011; Mohamed et al. 2013). Hasil berbeda dilaporkan Sriplang et al. (2007) yang menyatakan ekstrak kumis kucing berpotensi meningkatkan sekresi insulin. Aktivitas antidiabetes kumis kucing juga diamati melalui penurunan glukosa-6-fosfatase dan peningkatan glukosa-6-fosfat dehidrogenase dan level glikogen (Rao et al. 2014).

Page 21: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

5

Gambar 2 Mekanisme antidiabetes dari tanaman Studi in vitro menunjukkan peningkatan asupan glukosa oleh otot

diafragma tikus dan penurunan penyerapan glukosa di jejunum oleh fraksi kloroform kumis kucing (Mohamed et al. 2013). Menurunnya penyerapan glukosa dapat diakibatkan oleh penghambatan aktivitas enzim α-amilase dan α-glukosidase (Mohamed et al. 2012). Studi in vivo terhadap aktivitas penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase mengkonfirmasi mekanisme ini sebagai salah satu mekanisme aktivitas antidiabetes dari kumis kucing (Mohamed et al. 2015).

Ekstrak dan fraksi aktif kumis kucing dilaporkan mengandung senyawa fenolik, terpenoid dan flavonoid (Sriplang et al. 2007; Mohamed et al. 2011). Senyawa metoksi flavonoid seperti 3’hidroksi-5,6,7,4’tetrametoksiflavon, sinensitin dan eupatorin merupakan komposisi utama fraksi aktif kloroform. Sinensitin merupakan satu-satunya senyawa pada kumis kucing yang telah diidentifikasi memiliki aktifitas antidiabetes dengan menghambat aktivitas enzim α-amilase dan α-glukosidase (Mohamed et al. 2012).

Inhibitor α-Glukosidase

Pati setelah konsumsi oral dicerna menjadi oligosakarida oleh α-amilase dalam air liur dan pankreas, hingga mencapai usus kecil. Disakarida seperti maltose dengan ikatan α-1,4-glikosidik, isomaltose dengan α-1,6- ikatan glikosidik, dan sukrosa dengan ikatan alpha-1,2-glikosidik dicerna menjadi monosakarida oleh α-glukosidase yang terletak pada membran sikat pembatas usus kecil (Nakamura et al. 2012). Beberapa penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa penyakit diabetes dikontrol dengan menghambat kerja enzim α-glukosidase. Beberapa senyawa fenolik dari kelompok flavonoid, terpen, saponin, dan tanin diketahui memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase (Phan et al. 2013; Uddin et al. 2012; Luo et al. 2008; Xiou et

al. 2015) Baohuosida I yang diisolasi dari ekstrak air daun Epimedium brevicornum

menunjukkan aktivitas penghambatan yang kuat terhadap α-glukosidase yang

Page 22: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

6

diisolasi dari khamir (IC50 28.9 mmol/L). Dari kinetika reaksi enzim diketahui bahwa penghambatan oleh senyawa ini memiliki karakteristik tipe campuran (reaksi berada diantara kompetitif dan kompetitif) dengan demikian baohuosida I dapat berikatan dengan α-glukosidase bebas maupun glukosidase yang membentuk kompleks dengan substrat. Dari kinetika inhibisi juga diketahui bahwa nilai K1 (12.47 µmol/L) lebih rendah dari K2 (31.7 µmol/L) yang menunjukkan bahwa Baohuosida I lebih mudah berikatan dengan enzim bebas dibandingkan dengan kompleks enzim-substrat dimana pada kondisi substrat melimpah Baohuosida I akan cenderung membentuk berikatan dengan kompleks enzim-substrat. Dari strukturnya, baohuosida I memiliki cincin C7-OH sedangkan icariin yang merupakan senyawa flavonol dari tanaman yang sama menunjukkan aktivitas lemah dengan struktur C40-OH (Phan et al. 2013). Asam pistagremik (PA) dari tanaman Pistacia integerrima Stewart memiliki aktivitas kuat terhadap α-glukosidase dari khamir (IC50 89.12 μM), intestinal tikus (IC50 62.47 μM). Studi docking menunjukkan penghambatan kemungkinan terjadi melalui ikatan hidrogen antara PA dengan residu sisi aktif katalitik enzim (Asp60, Arg69 dan Asp70) (Uddin et al. 2012).

7 dari 12 senyawa triterpenoid saponin merupakan senyawa triterpenoid saponin yang pertama kali berhasil diisolasi dan dieludasi dari akar Gypsophila

oldhamiana. Dari 3 kelompok triterpenoid saponin (3-O-monoglukosida, 28-O-monoglukosida dan 3, 28-O-bidesmosida) golongan 28-O-monoglukosida merupakan kelompok inhibitor kuat terhadap α-glukosidase dengan IC50 berkisar 15.2 -78.5 µM. Salah satu senyawa dari kelompok 28-O-monoglukosida yaitu gipsogenin 28-O-α-D-galaktopiranosil-(1→6)-β-D-glukopiranosil-(1→6)-[β-D-glukopiranosil-(1→3)]-β-D-glukopiranosil ester memiliki aktivitas penghambatan terkuat (IC50 15.2 µM) dibandingkan dengan akarbosa (IC50 388 µM). Senyawa tersebut merupakan monosakarida α anomerik α-galaktosa sehingga strukturnya mirip dengan akarbosa yang memiliki monosakarida α anomerik α-glukosa. Dari hubungan struktur senyawa dengan aktivitas diketahui posisi ikatan gula dengan aglikon menentukan tingkat penghambatan (Luo et al. 2008).

Penghambatan α-glukosidase oleh tannin jugatelah dilaporkan. Asam tanat merupakan salah satu tannin spesifik komersil penghambat α-glukosidase kuat (IC50 = 0.44 μg/mL), lebih kuat dibanding obat anti α-glukosidase komersil akarbosa (IC50 > 0.60 μg/mL). Asam tanat bekerja dengan membentuk kompleks dengan enzim. Reaksi penghambatan terjadi dengan melibatkan interaksi hidrofobik dan elektrostatik antara asam tanat dengan enzim (Xiou et al. 2015).

Antioksidan

Keadaan hiperglikemia merupakan gejala diabetes yang dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas reaktif. Hipergikemia secara langsung meningkatkan produksi ROS (Reactive Oxigen Species). Glukosa mengalami autooksidasi menghasilkan radikal •OH. Glukosa juga dapat bereaksi dengan protein dalam reaksi non enzimatik menghasilkan produk AGE (advanced glycation end products) dan ROS dapat dihasilkan dari berbagai tahap pada proses ini. Selain itu, metabolisme glukosa melalui jalur poliol (sorbitol) menghasilkan produksi •O2-. Kondisi stres oksidatif yang disebabkan oleh ketidaksetimbangan antara antioksidan dengan radikal bebas menyebabkan gangguan fungsi vaskular,

Page 23: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

7

kerusakan protein selular, membran lipid, dan asam nukleat (Johansen et al. 2005). Stres oksidatif memperparah diabetes melalui dua mekanisme yaitu resistensi insulin yang terjadi akibat kerusakan pemberi sinyal insulin dan menurunnya sekresi insulin akibat kerusakan sel beta pankreas (Lazo-de-la-Vega-Monroy and Fernández-Mejía 2013).

Antioksidan pada tanaman di dalam tubuh dapat berfungsi sebagai penghambat dan menurunkan stress oksidatif dengan menjadi pemburu radikal dan mengubahnya menjadi senyawa yang lebih stabil. Stres oksidatif pada tikus diabetes diinduksi streptozotocin (STZ) dapat diamati dari peningkatan aktivitas peroksidasi lipid (LPO) dan penurunan aktivitas enzim antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan glutation peroksidase (GPx) di hati. Ekstrak metanolik dari Rhinacanthus nasutus (R. nasutus) dapat meringankan stres oksidatif dengan menurunkan level LPO dan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan (Rao et al. 2012).

Beragam jenis antioksidan alami membuat senyawa antioksidan sulit untuk dipisahkan, dideteksi dan dikuantifikasi dari kompleks makanan maupun matriks biologis. Namun demikian manfaat menyehatkan senyawa antioksidan dapat diketahui dari kemampuan antioksidan. Metode pengukuran antioksidan dibagi menjadi dua yaitu metode transfer atom hidrogen (HAT assay) yang meliputi Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC), 2.2’-azobis(2-

amidinopropane) hydrochloride (AAPH), dan Total peroxyl radical-Trapping

Antioxidant Parameter (TRAP). Metode transfer elektron (ET assay) meliputi Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP), Cupric Reducing Antioxidant

Capacity (CUPRAC), Trolox-Equivalent Antioxidant Capacity (TEAC), dan 2.2-

diphenyl-1-pycrilhidrazil (DPPH) (Apak et al. 2013). DPPH adalah radikal stabil berwarna ungu gelap. DPPH dapat bereaksi

dengan senyawa yang mampu mentransfer atom hidrogen menyebabkan warna ungu menghilang pada panjang gelombang 515 nm. DPPH terbukti sebagai metode analisis antioksidan termudah, murah, dan cepat. Reaksi reduksi senyawa radikal DPPH (Re) oleh senyawa antioksidan (AH) adalah sebagai berikut; DPPH +AH DPPH-A+A DPPH +R

DPPH-R ........ (Brand-Williams et al. 1995)

Metabolomik

Makhluk hidup menghasilkan zat kimia yang disebut metabolit. Metabolit ini terdiri dari dua jenis yaitu metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer dihasilkan untuk untuk memenuhi kebutuhan sel hidup dan umumnya sama untuk setiap makhluk hidup (protein, karbohidrat) sedangkan metabolit sekunder digunakan untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan (penyakit atau hama) dan biasanya spesies spesifik (Verpoorte et al. 2007). Metabolomik merupakan salah satu teknologi “omics” yang digunakan untuk menganalisis berbagai metabolit secara bersamaan. Herbal merupakan campuran kompleks dimana sebagian besar komponen senyawa-senyawa penyusunnya belum diketahui. Metode eksploratif komponen secara keseluruhan (holistik) dapat digunakan untuk mengeksplorasi potensi suatu suatu herbal (Pelkonen et al. 2012).

Page 24: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

8

Menurut Yuliana et al. (2010) aplikasi metabolomik memungkinkan untuk mempelajari suatu campuran kompleks secara sistematis dengan menghubungkan hasil pengamatan yang diperoleh dengan serangkaian tes biologis. Aplikasi metabolomik menggunakan NMR yang diintegrasikan dengan metode ekstraksi komprehensif mempercepat identifikasi dua senyawa metoksi flavonoid yaitu tetrametilskutellarein dan sinensetin pada tanaman kumis kucing (Orthosiphon

stamineus Benth) yang memiliki aktivitas terhadap reseptor Adenosin A1 (Yuliana et al. 2009). Selain itu, Yuliana et al. (2013) juga menggunakan aplikasi metabolomik untuk mengidentifikasi flavonoid dari Boesenbergia rotunda Linn (Zingiberaceae) yang aktif terhadap reseptor Adenosin A1.

Javadi et al. (2015) menggunakan pendekatan metabolomik berbasis GC-MS untuk mempelajari lama waktu penyimpanan daun Cosmos caudatus terhadap profil metabolit dan aktivitas penghambatan α-glukosidase. Semakin lama penyimpanan aktivitas penghambatan α-glukosidase oleh ekstrak tanaman semakin berkurang dan aktivitas terkuat diperoleh dari ekstrak tanaman segar (penyimpanan 0 jam) dengan komposisi kimia pembeda pada penyimpanan waktu singkat terdiri dari α-tokoferol, katekin, siklohexen-1-asam karboksilat, asam benzoat, mio-inositol, stigmasterol, dan likopen. Selain itu, matabomik dapat digunakan untuk memprediksi umur tanaman dengan aktivitas penghambatan terkuat. Tanaman Ipomoea aquatic memiliki aktivitas penghambatan terkuat pada umur 5-6 minggu dimana pada umur ini tanaman tersebut tinggi akan kandungan asam maleat, epikatekin, kolin dan rutin (Lawal et al. 2015).

Data metabolomik merupakan data multidimensi sehingga membutuhkan analisis data multivariat (MVD). Salah satu metode MDV yang dapat digunakan untuk mengkorelasikan data komposisi kimia suatu ekstrak dengan profil aktivitas biologisnya Orthogonal Projection to Latent Structure (OPLS) (Yuliana et al., 2011). OPLS merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode Projection to

Latent Structure (PLS) yang menggunakan dua variabel berupa matriks X dan matriks Y. Data profil metabolit dilambangkan dengan X dan matriks data bioaktivitas dilambangkan dengan Y. Korelasi X (profil metabolit) dengan Y (bioaktivitas) pada OPLS diamati dari besaran-besaran seperti koefisien korelasi. Pembacaan dan intepretasi data metabolomik dengan OPLS dilakukan dengan memisahkan data yang berkolerasi dan tidak berkolerasi secara orthogonal (Trygg dan Wold 2002).

Teknik Spektroskopi pada Penelitian Berbasis Metabolomik

Teknik analisis kromatografi dan spektroskopi berperan penting dalam penelitian terkait senyawa aktif tanaman yang berbasis metabolomik. Dalam metabolomik dibutuhkan metode yang tidak hanya memiliki produsibilitas tinggi namun kemudahan dalam mengidentifikasi senyawa yang diukur dan kemampuannya dalam mendeteksi sebanyak mungkin metabolit dalam waktu yang singkat menjadi kriteria penting dari teknis analisis yang dipilih (Yuliana et

al. 2011; Liang et al. 2006). Beberapa teknik spektroskopi yang dapat digunakan untuk mendapatkan data profil kimiawi ekstrak tanaman dengan pendekatan metabolomik yaitu Nuclear Magnetic Resonance (NMR), MS (Mass

Spectroscopy) dan Fourier Transform Infrared (FTIR).

Page 25: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

9

Diantara sejumlah teknologi yang tersedia untuk analisis metabolom MS dan NMR dianggap sebagai pendekatan primer yang paling universal untuk saat ini. Walaupun sensitifitas MS lebih tinggi dibandingkan NMR namun MS memiliki masalah pada reprodusibilitas. Pada analisis dengan MS, senyawa terlebih dahulu dionisasi sebelum diukur. Perbedaan tipe MS dengan cara ionisasi molekul berbeda, berbagai perangkat keras dan kondisi yang digunakan serta keberadaan matriks mempengaruhi efisiensi ionisasi sehingga memungkinkan diperoleh hasil yang berbeda (Verpoorte et al. 2007; Verpoorte et al. 2008).

Reprodusibilitas merupakan kriteria utama dalam pengembangan teknologi metabolomik membuat NMR menjadi pilihan utama dalam pendekatan metabolomik. NMR merupakan salah satu teknik spektroskopi yang memanfaatkan sifat magnet dari inti atom. Inti akan beresonansi ketika ditempatkan pada medan magnet yang kuat, frekuensi yang dihasilkan dalam rentang frekuensi radio dari spektrum elektromagnet. Dari perbedaan resonasi dapat diketahui struktur molekul dimana atom tersebut berada (Jacobsen 2007). Menurut Verpoorte et al. (2007) masing-masing senyawa memiliki spektrum yang sangat spesifik sehingga dapat ditentukan dengan NMR spektroskopi dengan menvariasikan pelarut dan kekuatan medan magnet yang digunakan. Selain itu, konsentrasi mutlak dari masing-masing metabolit dapat diperoleh dari analisis 1H NMR dengan menggunakan standar internal yang sesuai (Verpoorte et al. 2008).

NMR satu dimensi memiliki resolusi yang relatif rendah dan terjadinya pengelompokan sinyal ketika menganalisis campuran (Viant (2003). Metode NMR dua dimensi (2D) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil analisis dan untuk mengelusidasi struktur senyawa baru dalam campuran (Verpoorte et al. 2007). Metode spektroskopi umumnya memberikan informasi sebagian unsur dalam suatu senyawa. Hasil spectra NMR 2D memberikan informasi setiap atom dalam suatu molekul (Verpoorte et al. 2008).

Ikatan molekuler dengan elektrik momen dipol yang dapat berubah oleh perpindahan atom akibat vibrasi alami merupakan aktif IR. Mode vibrasi tersebut yang kemudian diukur oleh spektroskopi IR (Baker et al. 2014). Keberadaan metabolit dalam sampel ditentukan berdasarkan nilai absorbansi puncak dari grup fungsional (Cozzolino 2015). FTIR terbukti cepat, murah dan merupakan teknik analisis langsung dengan keuntungan tanpa perlu persiapan sampel (Yusof et al. 2015).

Dibandingkan NMR, FTIR memiliki kelebihan diantaranya dapat digunakan untuk sampel berbagai bentuk dengan sedikit atau bahkan tanpa preparasi sampel sama sekali, lebih murah, cepat dan cepat. Akan tetapi kondisi ruangan sekeliling instrumen FTIR dapat menyebabkan perbedaan spektra yang dihasilkan, kemungkinan membutuhkan standardisasi, pengumpulan data yang banyak, dan kemampuan analisis yang baik dan tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur senyawa secara spesifik (Davis dan Mauer 2010; Emwas 2010).

Page 26: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

Tabe

l 1 P

enel

itian

akt

ivita

s ant

idia

bete

s dar

i tan

aman

kum

is k

ucin

g Je

nis E

kstra

k

Has

il Pe

ngam

atan

In

vit

ro/

In

vitr

o

Kom

posi

si K

imia

Se

nyaw

a Te

riden

ti-

fikas

i

Ekst

rak

air

dari

tana

man

(S

ripla

ng e

t a

l.

2007

)

- Pe

nuru

nan

gluk

osa

plas

ma

pada

tik

us n

orm

al d

an t

ikus

diin

duks

i ST

Z*

diam

ati p

ada

kons

entra

si e

kstra

k 1.

0 g/

kg b

b da

n ha

sil y

ang

sam

a di

pero

leh

pada

kon

sent

rasi

0.5

g/k

g bb

dib

erik

an se

tiap

hari

sela

ma

14 h

ari

- B

erpo

tens

i men

ingk

atka

n se

kres

i ins

ulin

pad

a ko

nsen

trasi

eks

trak

100

µg/m

l.

In v

ivo

-

Flav

onoi

d -

Feno

lik

-

Ekst

rak

etan

ol

dari

akar

(Rao

et

al.

201

4)

- Pe

ngam

atan

sel

ama

0.5-

12 j

am t

ikus

diin

duks

i ST

Z m

enun

jukk

an p

enur

unan

le

vel g

luko

sa g

ula

dara

h se

tela

h 2

jam

pad

a ko

nsen

trasi

eks

trak

200-

800

mg/

kg

deng

an e

fekt

ivita

s ek

stra

k pa

da k

onse

ntra

si 8

00 m

g/kg

seb

andi

ng d

enga

n gl

iben

klam

ida

(600

µg/

kg)

- Pe

nguj

ian

sela

ma

4 m

ingg

u tik

us d

iindu

ksi S

TZ m

enun

jukk

an p

enur

unan

leve

l gl

ukos

a gu

la d

arah

set

elah

sem

ingg

u pa

da k

onse

ntra

si e

kstra

k 20

0-80

0 m

g/kg

da

n ef

ektiv

itas

ekst

rak

pada

ko

nsen

trasi

40

0 m

g/kg

se

band

ing

deng

an

glib

enkl

amid

a (6

00 µ

g/kg

). -

Sete

lah

4 m

ingg

u pe

rlaku

an ti

dak

ada

peru

baha

n si

gnifi

kan

dari

leve

l ins

ulin

, te

rjadi

pe

nuru

nan

gluk

osa-

6-fo

sfat

ase

dan

peni

ngka

tan

gluk

osa-

6-fo

sfat

de

hidr

ogen

ase

dan

leve

l glik

ogen

yan

g si

gnifi

kan.

In v

ivo

-

-

Ekst

rak

petro

leum

et

er,

CH

CL 3

, m

etan

olik

da

n ai

r da

ri da

un

(Moh

amed

et

al.

20

11)

- M

engh

amba

t ke

naik

an g

ula

dara

h tik

us y

ang

dibe

ri 15

0 m

g/kg

bb

gluk

osa

seca

ra su

bkut

an o

leh

1 g/

kg b

b ek

stra

k C

HC

L 3

- Pe

mur

nian

be

rdas

arka

n uj

i bi

olog

is

(bio

ass

ay-

gu

ided

p

uri

fica

tio

n)

men

unju

kkan

CH

CL 3

frak

si 2

B (C

ƒ2B

) seb

agai

frak

si a

ktif

- su

bfra

ksi C

ƒ2-B

tida

k m

emili

ki e

fek

hipo

glik

emik

terh

adap

tiku

s dia

bete

s aku

t -

Cƒ2

-B t

idak

mem

iliki

efe

k st

imul

an t

erha

dap

sekr

esi

insu

lin a

tau

pada

lev

el

gula

dar

ah ti

kus d

iabe

tes

In v

ivo

Terp

enoi

d •

Flav

onoi

d

Ekst

rak

etan

ol

50 p

erse

n da

un

(Moh

amed

et

al.

20

12)

Men

gham

bat k

erja

enz

im α

-glu

kosi

dase

: -

IC50

ekt

rak

etan

ol 5

0 p

erse

n 4.

63 m

g/m

l -

IC50

sin

ense

tin 0

.66

mg/

ml

- IC

50 ac

arbo

se 1

.93

mg/

ml

In v

itro

• 3

hidr

oksi

-5,6

,7,4

’ te

tram

etok

sifla

von

• Si

nens

itin

• Eu

pato

rin

Sine

nsiti

n

10

Page 27: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

11

Men

gham

bat k

erja

enz

im α

-am

ilase

: -

IC50

eks

trak

etan

ol 5

0 p

erse

n 36

.70

mg/

ml

- IC

50 s

inen

setin

1.1

3 m

g/m

l -

IC50

acar

bose

4.8

9 m

g/m

l

Ekst

rak

CH

CL 3

(Cf2

-b)

daun

(M

oham

ed e

t a

l.

2013

)

- St

udi

in vi

vo m

enun

jukk

an p

embe

rian

ekst

rak

CH

CL 3

sub

frak

si 2

(C

f2-b

) pa

da k

onse

ntra

si 1

g/k

g (b

b) d

ua k

ali p

ada

tikus

dia

bete

s m

enur

unka

n le

vel

gula

dar

ah a

khir

tapi

tida

k ad

a pe

ruba

han

leve

l pla

sma

insu

lin d

iban

ding

kan

sebe

lum

per

laku

an.

- St

udi

in

vitr

o

men

unju

kkan

C

f2-b

pa

da

kons

entra

si

2 m

g/m

L se

cara

si

gnifi

kan

men

ingk

atka

n as

upan

glu

kosa

ole

h ot

ot d

iafr

agm

a tik

us d

an

men

urun

kan

peny

erap

an g

ula

di j

ejun

um p

ada

kons

entra

si e

kstra

k 0.

5-2

mg/

mL.

In

vivo

da

n in

vitr

o

• Te

rpen

oid

• Fl

avon

oid

3’hi

drok

si 5

,6,7

,4’-

tetra

met

oksi

flavo

n (0

.58

pers

en)

Sine

nsiti

n (1

.48

pers

en)

Eupa

torin

(2.2

6 pe

rsen

)

Ekst

rak

etan

ol

50 p

erse

n da

un

(Moh

amed

et

al.

20

15)

Peng

ham

bata

n ak

tivita

s en

zim

α-g

luko

sida

se d

iam

ati p

ada

tikus

nor

mal

set

elah

di

beri

pati

dan

sukr

osa

dan

tikus

dia

bete

s di

indu

ksi s

trepz

otoc

in (

STZ)

set

elah

pe

mbe

rian

pati

pada

kon

sent

rasi

100

0 m

g/kg

.

In v

ivo

3’hi

drok

si-5

,6,7

,4’-

tetra

met

oksi

flavo

n (1

.02

pers

en),

• Si

nens

etin

(3.7

6 pe

rsen

) •

Eupa

torin

(3.0

3 pe

rsen

)

-

Page 28: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 hingga Februari 2016 di Laboratorium Technopark, Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengering cabinet, blender, freezer, ultrasonic bath (Bransonic Ultrasonic Cleaner model 8510E

MTH, Branson Ultrasonic Corporation, USA), rotary evaporator (Butchi Rotavapor R-210, BÜCHII Labortechnik, Switzerland), dengan pompa vakum (Buchi B-169 vacum system, BÜCHII Labortechnik, Switzerland), labu pemisah, pengering beku (Gamma 2-16 LSC, Martin Christ Gefriertrocknungsanlagen GmbH, Germany), microplate reader (Epoch Microplate Spectrophotometer, BioTek® Instruments Inc., USA), inkubator, FTIR (Tensor 37, Bruker Optik GmbH, Germany) dilengkapi detektor DTGS (deuterated triglycine sulphate), peralatan kempa manual (Shimadzu, Tokyo, Jepang), peranti lunak OPUS versi 4.2 (Bruker Optik GmbH, Karlsruhe, Jerman), peranti lunak XLSTAT versi 2012 (Addinsoft, New York, Amerika Serikat), 500 MHz 1H NMR (Varian INOVA NMR Spectrometer, Varian Inc., USA), perangkat lunak Chenomx software (v. 5.1, Alberta, Canada) dan 2D NMR (1H–1H J-resolved, Homonuclear Correlation

Spectroscopy (COSY) dan heteronuclear multiple bond correlation (HMBC)), perangkat lunak SIMCA-P versi 13.0 (v. 13.0, Ulmetrics, Umeá, Swedia) dan peralatan lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kumis kucing yang terdiri dari daun, ranting dan bunga diperoleh dari daerah Nagrak, Sukabumi. Bahan untuk ekstraksi dan fraksinasi yaitu metanol (Merck, USA), heksana (Merck, USA), kloroform (Merck, USA) dan n-butanol (Merck, USA). Bahan untuk uji bioaktivitas yaitu KH2PO4 (Sigma Aldrich P0662), K2HPO4 (Sigma Aldrich P3786), p-nitrofenill-α-D-glukopiranosida (Sigma Aldrich N1377), DMSO (Merck, USA), akarbosa (Glucobay®, PT. Bayer Indonesia), enzim α-glukosidase Bacillus stearothermophilus (Sigma Aldrich G3651), natrium karbonat (Sigma Aldrich 223530), DPPH (Sigma Aldrich D9132), Etanol (Merck, USA), kuersetin (Sigma Aldrich 337951). Bahan untuk uji profil kimia berupa KBr dan MeOD.

Metode

Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu 1) persiapan sampel, 2) ekstraksi dan fraksinasi dan 3) analisis. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 3

Pra-perlakuan

Sebanyak 3 kg kumis kucing segar disortir dan dikeringkan dengan pengering kabinet pada suhu 45 °C selama 8 jam. Tanaman kumis kucing kering

Page 29: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

13

ditepungkan menggunakan blender. Sebanyak 531 g tepung tanaman kumis kucing dikemas dalam 3 plastik tertutup untuk 3 kali ekstraksi. Sampel disimpan di dalam freezer pada suhu -20 °C sampai dilakukan proses ekstraksi.

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Pemekatan (rotavapor)

Sonikasi 30 menit, Truang

Bubuk kumis kucing ditambahkan metanol 80 persen 1:3 (v/v)

Ekstrak metanolik pekat dilarutkan di dalam air

Penyaringan

Ekstrak pekat

Kumis kucing segar

Pengecilan ukuran sampel (blender) menjadi bubuk

Pengemasan dalam kemasan plastik tertutup

Penyimpanan dalam freezer (-20 0C) sebelum

diproses lebih lanjut

Bubuk kumis kucing dalam kemasan

Pengeringan dengan pengering kabinet pada suhu 45 ⁰C selama 8 jam

Tahap 2.

Ekstraksi dan

fraksinasi

Tahap 1. Persiapan Sampel

100 ml metanol 80 persen

Penyaringan

Metanolik (M)

Residu Heksana (H)

Fraksinasi cair-cair, heksana sinasi cair-cair, heksana

Penambahan Penambahan

Fraksinasi cair-cair, kloroform sinasi cair-cair, heksana

Penambahan Penambahan

Fraksinasi cair-cair, butanol sinasi cair-cair, heksana

Penambahan Penambahan

Kloroform (K) Residu Kloroform (K) Residu

Butanol (B) Air (A)

Page 30: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

14

Gambar 3 Skema kerja penelitian ………………………………………………………………………………………

Ekstraksi dan Fraksinasi Kumis Kucing

Ekstraksi kumis kucing (177 g) dilakukan dengan menambahkan metanol 80 persen sebanyak dua kali volume bubuk kumis kucing, kemudian disonikasi dengan Ultrasonic bath selama 30 menit pada suhu ruang, disaring dan diambil filtratnya. Proses ekstraksi ini diulang dua kali. Hasil ekstraksi disatukan dan dikeringkan dengan rotary evaporator, dengan pompa vakum pada suhu 40⁰C sampai 1/3 volume awal (500 mL), sebanyak 100 mL dipisahkan (ekstrak ini selanjutnya disebut ekstrak metanolik). Sisa larutan ekstrak sebanyak 400 mL dikeringkan untuk kemudian difraksinasi sebagai berikut; ekstrak kering dilarutkan dalam 250 mL air, dimasukkan ke dalam labu pemisah dan ditambahkan 250 mL pelarut organik (1:1 v/v). Pelarut organik yang ditambahkan berturut-turut adalah heksana, kloroform dan n-butanol. Tahapan proses ekstraksi dan fraksinasi ini diulang sebanyak 3 kali ulangan. Ekstrak dan fraksi dipekatkan dengan rotary evaporator dan dikeringkan dengan pengering beku.

Uji Penghambatan Aktivitas Enzim α-glukosidase

Uji ini mengacu pada Sancheti et al. (2007). Sebanyak 50 µL buffer fosfat 0.1 M pH 6,9, 25 µL larutan p-nitrofenill-α-D-glukopiranosida (dilarutkan dalam 0,1 M larutan buffer fosfat pH 6,9), ekstrak kumis kucing sebanyak 10 µL dilarutkan dalam DMSO dan akarbosa sebagai kontrol positif dilarutkan dalam aquabides, 25 µL α-glukosidase Bacillus stearothermophilus 0,04 U/mL dalam larutan buffer 0,1 M pH 6,9 dicampurkan. Reaksi ini diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 100 µL larutan natrium karbonat 0,2 M. Reaksi hidrolisis enzimatis diukur pada panjang gelombang 410 nm menggunakan microplate reader. Pengujian dilakukan

Tahap 3. Analisis Ekstrak dan fraksi kering

Uji aktivitas biologis; DPPH dan penghambatan enzim α-

glukosidase

Uji profil kimia; FTIR dan 1H NMR

OPLS

Plot VIP Plot Skor Plot Y-related coeffisien

Identifikasi senyawa aktif

Konfirmasi aktivitas dengan literatur

Page 31: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

15

sebanyak 3 kali. Aktivitas inhibisi α-glukosidase dinyatakan sebagai persen inhibisi dan dihitung sebagai berikut:

persen inhibisi = [(AB − AKB) − (AS − AKS]

(AB − AKB)x 100 persen

Diketahui, AB = absorbansi blanko, AKB = absorbansi kontrol blanko, AS = absorbansi sampel, AKS = absorbansi kontrol sampel. Hasil perhitungan diekspresikan dalam IC50.

Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH

Uji ini mengacu pada Salazar-Aranda et al. (2011). Sebanyak 500 µL larutan ekstrak ditambahkan ke dalam 500 µL larutan DPPH 125 µM dalam EtOH, diaduk dan didiamkan pada suhu ruang selama 30 menit. Penurunan absorbansi diukur menggunakan microplate reader pada gelombang 517 nm. Kuersetin digunakan sebagai kontrol positif.

persen aktivitas antioksidan = [(AB − AKB) − (AS − AKS]

(AB − AKB)x 100 persen

Diketahui, AB = absorbansi blanko, AKB = absorbansi kontrol blanko, AS = absorbansi sampel, AKS = absorbansi kontrol sampel. Hasil perhitungan diekspresikan dalam IC50.

Uji Profil Kimia Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing dengan FTIR

Spektrum FTIR diukur menggunakan spektrofotometer FTIR Tensor 37 dengan detektor DTGS (deuterated triglycine sulphate). Sebanyak 5 mg sampel dicampurkan dengan 200 mg KBr. Campuran tersebut kemudian dibuat menjadi pelet menggunakan peralatan kempa manual. Pelet tersebut ditempatkan pada tempat sampel untuk direkam spektrum FTIR-nya di daerah inframerah 4000-400 cm-1 dengan resolusi 4 cm-1 dan jumlah cuplikan 32.

Spektra yang diperoleh kemudian diproses dengan peranti lunak OPUS versi 4.2. Perlakuan pendahuluan berupa pemrosesan sinyal dilakukan pada area puncak spektra FTIR ekstrak dan fraksi yang diperoleh dari hasil pengukuran yang diskalakan terhadap puncak total dan dikurangi menjadi daerah terintegrasi dengan lebar sama (bilangan gelombang 2 cm-1) menggunakan peranti lunak XLSTAT versi 2012.

Uji Profil Kimia Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing dengan 1H NMR

20 mg ekstrak dan fraksi kumis kucing kering dilarutkan dalam pelarut terdeuterasi mengandung 0.375 ml pelarut CH3OH-d4 dan 0.375 ml bufer KH2PO4 dalam D2O (pH 6.0) yang mengandung 0.1 persen (TSP) dimasukkan ke dalam tabung ependorf. Tabung tersebut kemudian divorteks selama 1 menit pada suhu ruang dan diultrasonikasi 30 menit pada suhu ruang, disentrifugasi pada 16000 g selama 15 menit untuk memisahkan endapan dengan supernatan. Supernatant sebanyak 0.6 ml dipindahkan ke dalam tabung NMR untuk dianalisis.

Pengukuran dengan 1H NMR dilakukan menggunakan 500 MHz Varian INOVA NMR spectrometer yang dioperasikan 499.887 MHz dan dipertahankan pada suhu 26⁰C. Pada semua sampel dilakukan pengaturan presaturasi. Waktu akuisisi untuk masing-masing spektra 1H NMR adalah 3.53 menit terdiri dari 64 payar terhadap spektra dengan lebar 20 . Koreksi terhadap pentahapan (phasing) dan garis dasar (baseline) dilakukan terhadap 15 spektra

Page 32: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

16

sampel menggunakan perangkat lunak Chenomx. Sebanyak 0.2 persen TMS (Tetrametilsilan) dalam CD3OD digunakan sebagai standar internal untuk pergeseran kimia dan peskalaan intensitas sinyal NMR.

Analisis Data

Pada penelitian ini spektra FTIR dan 1NMR merepresentasikan profil kimia ekstrak yang kemudian digunakan sebagai matriks data X sedangkan aktivitas biologis merupakan matriks data Y. Data komposisi kimia diperoleh hasil pengukuran dengan FTIR sebanyak 30 sampel dan yang diperoleh hasil pengukuran dengan NMR sebanyak 15 sampel. Data aktivitas biologis terdiri dari data aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dan data aktivitas antioksidan. Data kemudian dinormalisasi dan diskalakan berdasarkan metode Pareto untuk FTIR dan Ctr untuk NMR . Data dianalisis dengan orthogonal projection to latent

structures (OPLS) menggunakan perangkat lunak SIMCA-P versi 13.0. Model dideskripsikan dengan kriteria ketepatan model (R2Y) dan ketepatan prediksi (Q2). Model diuji validasi dengan CV ANOVA dan test permutasi. Terdapat beberapa keluaran OPLS yang dapat digunakan untuk mengintepretasi data diantaranya score plot, plot Y-related coefficient dan plot VIP (Variable Influence on

Projection). Untuk mengidentifikasi gugus fungsi senyawa aktif, plot VIP digunakan sebagai parameter sinyal x penting terhadap data Y sedangkan plot Y-

related coefficient digunakan untuk mempelajari sinyal yang berkorelasi positif dengan mariks data Y (aktivitas biologis). VIP hanya memberikan nilai korelasi positif untuk semua sinyal sedangkan plot Y-related coefficient dapat memberikan nilai korelasi baik positif dan negatif (Eriksson et al. 2006). Sinyal yang dipilih adalah sinyal yang berkorelasi positif dan bernilai VIP tinggi (>0,5) dengan diagram batang kesalahan (error bar) tidak menyentuh sumbu X.

Secara manual identifikasi senyawa aktif dilakukan dengan dengan membandingkan hasil analisis OPLS (Y-related coefficient dan VIP) dengan spektrum hasil analisis dan pangkalan data berupa jurnal-jurnal yang memberikan informasi sinyal penanda senyawa aktif yang telah diisolasi sebelumnya. selain itu secara semi-otomatis identifikasi juga dilakukan menggunakan layanan web MetaboHunter pada http://www.nrcbioinformatics.ca/MetaboHunter/. Dua kolom deretan puncak dan intensitas diunggah dalam bentuk berkas atau dikopi di dalam kotak teks. Keluaran berupa search result view deretan ID metabolit, nama, dan asal taksonomik yang terhubung pada halaman web deskriptif asli, informasi skor, dan terhubung pada plot spektrum dan visualisasi peta kecocokan puncak (peaks

hit map visualization) dari dua pangkalan data yaitu Madison Metabolomics

Consortium Database (MMCD) dan Human Metabolome Database (HMDB). Hasil dapat diunduh dalam bentuk teks (Tulpan et al. 2011). Untuk mempelajari hubungan aktivitas antioksidan dengan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dilakukan analisis korelasi pearson menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0.

Page 33: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing

Penggunaan metanol 80 persen sebagai pelarut pada ekstraksi awal bertujuan untuk mengekstraksi sebanyak mungkin senyawa aktif dari kumis kucing sedangkan penggunaan untuk berbagai jenis pelarut pada fraksinasi bertujuan untuk mendapatkan penyebaran senyawa aktif pada masing-masing fraksi sehingga memudahkan dalam pembacaan spektra. Dari hasil ekstraksi dengan metanol 80 persen diperoleh ekstrak sebanyak 52.47 g yang terdiri dari ekstrak metanolik (M) sebesar 10.97 g, fraksi heksana (H) sebesar 4.2 g, fraksi kloroform (K) sebesar 16.16 g, fraksi butanol (B) sebesar 4.23 g, dan fraksi air (A) sebesar 16.92 g. Aktivitas Penghambatan α-Glukosidase Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing

Dari hasil ekstraksi kumis kucing menggunakan Hasil uji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase oleh ekstrak OS dapat dilihat pada Gambar 4. Aktivitas penghambatan terkuat diperoleh dari fraksi B akan tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif akarbosa. Ekstrak etanol daun kumis kucing dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase dengan IC50 sebesar 4.63 mg/mL (Mohamed et al. 2012) lebih besar dibandingkan dengan nilai IC50 yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu sebesar 0.46 mg/mL.Perbedaan asal geografis tempat tumbuh, jenis pelarut dan bagian tanaman yang yang digunakan mempengaruhi kandungan bioaktif sehingga dapat menyebabkan perbedaan aktifitas biologis dari tanaman kumis kucing (Rafi et al. 2015; Akowuah et al. 2005). Penggunaan metanol dan air (aquaeos methanol) sebagai pelarut untuk ekstraksi tanaman kumis kucing diketahui mampu mengekstrak lebih banyak senyawa aktif dan memiliki kandungan total fenolik lebih tinggi dibandingkan pelarut lainnya (Abdelwahab et al. 2011). Tanaman kumis kucing kaya akan kandungan senyawa fenolik termasuk flavonoid (Sriplang et al. 2007). Beberapa literatur menyatakan senyawa penghambat aktivitas α-glukosidase termasuk dalam kelompok ini (Kwon et al. 2008; Shobana et al. 2009).

Fraksi kloroform diketahui mengandung senyawa-senyawa kelompok terpenoid dan flavonoid termasuk sinensitin (Mohammed et al. 2011). Sinensitin adalah salah satu senyawa flavonoid langka karena memiliki gugus metoksi pada C-5 (Sumaryono et al. 1999). Senyawa ini memiliki aktivitas anti α-glukosidase kuat dengan IC50 sebesar 0.66 mg/ml (Mohammed et al. 2012). Selain itu kumis kucing mengandung senyawa glikosida termasuk saponin (Sumaryono et al.1999; Siddiqui et al. 2009). Yang et al. (2013) mengisolasi senyawa glikosida dan flavonoid dengan aktivitas anti α-glukosidase kuat dari fraksi butanol herbal Gynostemma pentaphyllum. Son et al. (2011) melaporkan bahwa fraksi butanol kumis kucing memiliki aktivitas antiobesitas akan tetapi komposisi kimia maupun senyawa aktif fraksi tersebut belum diketahui.

Page 34: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

18

Keterangan: * Tidak aktif pada konsentrasi tertinggi diujikan yaitu 476 µg/mL

Gambar 4 Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase oleh ekstrak dan fraksi kumis kucing.

Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Kumis Kucing

Pada Tabel 2 dapat diamati aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi OS. Aktivitas antioksidan pada penelitian ini lebih tinggi pada fraksi dan ekstrak yang cenderung polar dan polar (A, B, dan M) dibandingkan fraksi non polar (K dan H) akan tetapi aktivitas yang diperoleh lebih rendah dibandingkan kuersetin sebagai kontrol positif. Perbedaan polaritas pelarut ekstraksi digunakan yaitu metanol 80 persen dengan metanol 60 persen dapat menjadi salah satu penyebab perbedaan nilai IC50 yang diperoleh dari penelitian ini dengan Abdelwahab et al. (2011). Aktivitas ekstrak akan berbeda walaupun dari material yang sama. Hal ini tergantung dari kemampuan solven yang digunakan dalam melarutkan senyawa fenolik. Senyawa marker terpolar yaitu asam rosmarinat dilaporkan tertinggi kandungannya pada solven metanol 50 persen secara signifikan dibandingkan metanol 100 persen. Asam rosmarinat merupakan antioksidan terkuat dibandingkan marker lainnya (Akowuah et al. 2005). Khamsah et al. (2006) melaporkan perbedaan tempat tumbuh tanaman kumis kucing yang juga dapat menjadi penyebab perbedaan kandungan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan. Fenolik merupakan salah satu kelompok penting senyawa aktif kumis kucing yang berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan (Akowuah et al. 2004).

Dari 4 marker yaitu sinensetin (SEN), eupatorin (EUP) and 3’-hidroksi-5,6,7,4’-tetrametoksiflavon (TMF) dan asam rosmarinik (RA), fraksi kloroform tinggi akan kandungan SEN dan EUP (Akouwah et al. 2005). Oleh karena gugus O-metil pada SEN, EUP dan TMF senyawa-senyawa ini bersifat lipofilik sehingga memungkinkan terkandung dalam jumlah besar dalam ekstrak non polar. Fraksi kloroform dan heksan tinggi akan kandungan total flavonoid (Abdelwahab et al. 2011). Mengingat diantara solven-solven yang digunakan kloroform dan heksan merupakan solven paling tidak polar sehingga memungkinkan melarutkan sebagian besar senyawa flavonoid lipofilik. Aktivitas antioksidan tinggi pada fraksi dan ekstrak cenderung polar dapat disebabkan salah satunya oleh senyawa

465,83±85,34

TA*

250,69±51,89

154,07±30,60

TA* 0,02±0,000,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

Metanolik Heksana Kloroform Butanol Air Akarbosa

Nila

i IC

50 (µ

g/m

L)

Page 35: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

19

RA yang diketahui merupakan senyawa polar. Tidak hanya itu senyawa gula diduga juga dapat berperan sebagai antioksidan mengingat penstabilan aktivitas radikal bebas oleh antioksidan disebabkan oleh kemampuannya mendonorkan hidrogen (Akowuah et al. 2005). Tabel 2 Perbandingan aktivitas antioksidan oleh ekstrak dan fraksi kumis kucing

yang diperoleh pada penelitian ini dengan literatur Sampel IC50 (µg/ml)

Hasil Penelitian Abdelwahab et al. 2011 Metanolik (M) 7.41±0.02 16.66 Heksan (H) TA* 126.2 Kloroform (K) TA* 31.25 Butanol (B) 10.84±0.54 13.56 Air (A) 19.35±0.09 23.0 Kuersetin** 5.46±0.00 -

Keterangan: *Tidak aktif pada konsentrasi tertinggi diujikan yaitu 25 µg/ml, ** kontrol positif Hubungan Aktivitas Antioksidan dengan Penghambatan Enzim α-

Glukosidase

Pada Lampiran 1 dapat dilihat terdapat korelasi yang lemah antara aktivitas antioksidan dengan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dengan nilai R sebesar 0.23. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan jenis dan kuantitas dari senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi. Sinensitin yang merupakan senyawa yang teridentifikasi memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase diisolasi dari fraksi etil asetat yang diperoleh dari ekstrak etanol 50 persen sedangkan senyawa asam rosmarinat yang berkontribusi tinggi terhadap aktivitas antioksidan merupakan senyawa polar dan diketahui larut air (Mohamed et al. 2012; Sumaryono et al. 1999). Selain itu, pelarut dengan polaritas yang optimal untuk ekstraksi senyawa aktif penghambat α-glukosidase dari tanaman sulit diprediksikan dan diduga tergantung spesies atau sampel (Chai et al. 2015).

Profil Kimia Senyawa Penghambat Aktivitas Enzim α-Glukosidase Berbasis

FTIR

Score plot pada OPLS digunakan untuk mengelompokkan sampel berdasarkan karakteristik data matriks Y (aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase). Pemisahan yang baik antara sampel dengan aktivitas rendah dan sampel dengan aktivitas tinggi menunjukkan bahwa OPLS dapat digunakan lebih lanjut untuk identifikasi gugus fungsi senyawa aktif. Pada Gambar 2 terlihat fraksi aktif (M, K, dan B) dan fraksi tidak aktif (H dan A) terpisah dengan baik sehingga proses identifikasi gugus fungsi senyawa aktif dengan OPLS dapat dilakukan lebih lanjut.

Untuk mengetahui ketepatan model OPLS dapat dilihat dari nilai R2Y dan Q2Y. Nilai R2Y merupakan jumLah variabel Y yang dapat dijelaskan oleh model dan peninjauan kecocokan model. Q2Y adalah hasil validasi silang dan pengukuran kuantitatif antara hasil prediksi dengan data yang sebenarnya. Nilai R2Y diperoleh pada model ini sebesar 0.76 sedangkan nilai Q2Y sebesar 0.59. Pada model OPLS ini kedua nilai tersebut mendekati 1 sehingga tergolong model yang baik (Eriksson et al. 2006).

Page 36: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

20

B C

D

Tidak Aktif Aktif

E

Gambar 6 Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis FTIR. Area A (2845 - 2977 cm-1), Area B (1676 - 1755 cm-1), Area C (1162 - 1301 cm-1), Area D (935 - 979 cm-1), dan Area E (480 – 399 cm-1) adalah puncak-puncak yang menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas penghambatan α-glukosidase.

A

Gambar 5 OPLS score plot aktivitas penghambatan α-glukosidase oleh ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis FTIR. Tiap sampel diwakili oleh lingkaran dengan variasi warna kuning ke merah mewakili sampel dengan aktivitas rendah ke aktivitas tinggi. Sumbu dan ordinat plot menunjukkan skor OPLS untuk setiap sampel.

Page 37: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

21

OPLS cenderung memaksakan kecocokan model dengan data (over-fit)

sehingga dibutuhkan tahapan validasi untuk memastikan keandalan (reliability) dari model (Worley and Powers 2013). Nilai p yang menjadi patokan pada metode validasi CV ANOVA yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 0.03, lebih kecil dari nilai maksimum yang diterima yaitu p<0,05 sehingga model dianggap memiliki reabilitas yang baik (Eriksson et al. 2008). Selain itu, test permutasi juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar terjadinya korelasi yang tidak disengaja akibat jumlah sampel yang kecil dengan variabel yang berjumlah besar (Lindgren et al. 1996). Model yang valid seharusnya memiliki nilai intersep R2 dan Q2 pada sumbu Y berturut-turut tidak lebih dari 0.3-0.4 (Eriksson et al. 2006). Nilai intersep R2 dan Q2 yang diperoleh pada model ini berturut-turut adalah 0.26 dan -0.94.

Dari Gambar 6 diketahui ada lima area puncak bilangan gelombang yang berkorelasi positif terhadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase yaitu Area A (2845 - 2977 cm-1), Area B (1676 - 1755 cm-1), Area C (1162 - 1301 cm-1), Area D (935 - 979 cm-1), dan Area E (480 – 399 cm-1). Area Puncak A, B, C dan D dipilih untuk diidentifikasi lebih lanjut karena pada puncak tersebut terdapat sinyal penanda senyawa aktif penting terhadap aktivitas penghambatan terhadap α-glukosidase. Pita serapan Area A (2845 - 2977 cm-1) mengindikasikan vibrasi ulur asimetri dan simetri gugus fungsi dari grup metilena (CH2 dan CH3), turunan metoksi dan C-H (aldehid) termasuk cis ikatan rangkap dan hidroksil (Saidan et al. 2015). Area B (1676 - 1755 cm-1) mengindikasikan gugus karbonil (C=O)) sedangkan Area C (1162 - 1301 cm-1) mengindikasikan gugus ulur C-O dan OH. Area D (935 - 979 cm-1) mengindikasikan keberadaan vinil atau pita tekuk C-H dari senyawa aromatik (Silva et al. 2014; Pop et al. 2014). Kelima area ini kemudian dibandingkan dengan data IR senyawa-senyawa yang telah diidentifikasi pada ekstrak kumis kucing dari literatur.

Penanda Senyawa Penghambat Aktivitas Enzim α-Glukosidase Berbasis

FTIR

Pita serapan serapan sempit dan tajam pada bilangan gelombang 2924 cm-1 dan 2854 cm-1 mencirikan senyawa metoksi flavonoid (Rafi et al. 2015). Dari hasil analisis OPLS mengindikasikan senyawa sinensitin dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon (Hossain dan Rahman 2015) memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase. Flavonoid kumis kucing umumnya larut kloroform, bilangan gelombang penanda gugus fungsi aktif flavonoid seperti OCH3 (2928 cm-1 dan 2857 cm-1), C=O (1690-1729 cm-1), C-O (1234-1284 cm-1), C-O dan C-OH (1173-1176 cm-1) dan dan pita tekuk C-H dari senyawa aromatik (913-997 cm-1) pada penelitian ini dapat diamati pada spektrum fraksi aktif kloroform (Gambar 7). Perbedaan antara bilangan gelombang yang diperoleh pada literatur dengan pada spektra kemungkinan disebabkan oleh senyawa yang diukur pada literatur merupakan senyawa murni. Pengukuran contoh dalam bentuk campuran memungkinkan terjadi tumpang tindih puncak gugus fungsi penanda senyawa aktif dalam spektra ekstrak maupun fraksi (Stehfest et al. 2004). Rangkuman hasil analisis karakteristik IR seluruh senyawa yang diidentifikasi memiliki aktivitas penghambatan terhadap α-glukosidase berupa nilai VIP berkisar 0.00-1.63 dan memiliki nilai Y-related coefficient positif

Page 38: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

22

dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai VIP≥0.5 dianggap relevan sedangkan nilai VIP>1 sangat relevan (Galindo-Prieto et al. 2014).

Sinensitin dengan gugus fungsi dari grup metoksi, asam karboksilat, cincin fenil dan heteroaromatik, metil, hidroksi fenolik, C-O, dan ujung metilena merupakan salah satu senyawa yang diketahui memiliki aktivitas penghambatan terhadap α-glukosidase (Hossain dan Rahman 2015; Mohamed et al. 2012). Hasil berbeda dikemukakan oleh Damsud et al. (2014) yang mengisolasi 4 flavonoid yaitu sinensetin, salvigenin, tetrametilskutellarein dan 3,7,4'-tri-O-metilkaempferol. Dari empat flavonoid tersebut tetrametilskutellarein dan 3,7,4'-tri-O-metilkaempferol dilaporkan menghambat a-glukosidase khamir dengan IC50 berturut-turut sebesar 6.34 mM dan 0.75 mM. Subtitusi gugus metoksil pada flavonoid diketahui dapat menurunkan aktivitas penghambatan α-glukosidase (Gao et al. 2004; Asghari et al. 2015). Sinensetin memiliki lima gugus metoksi dan merupakan senyawa flavonoid dengan subtitusi gugus metoksi terbanyak yang diisolasi dari tanaman kumis kucing (Sumaryono et al. 1991). Selain itu keberadaan gugus OH dan C=O diduga memiliki kecenderungan meningkatkan aktivitas penghambatan α-glukosidase oleh flavonoid. Kemampuan gugus fungsi C=O diduga lebih baik dibandingkan gugus fungsi OH dalam membentuk ikatan hidrogen pada sisi aktif enzim yang merupakan salah satu mekanisme penghambatan enzim α-glukosidase oleh senyawa bioaktif (Asghari et al. 2015; Uddin et al. 2012).

Senyawa isopimaran diterpena diindikasikan dari pita IR 910-980 cm-1

(Pinto et al. 1991). Pada plot Y-related coeffiicient pita IR ini dapat diamati pada bilangan gelombang 935-979 cm-1 (Area D). Pada spektrum FTIR pita ini dapat diamati pada spektrum fraksi kloroform yang merupakan fraksi dimana senyawa diterpena kumis kucing umumnya diisolasi pada bilangan gelombang 913-996

C-O

OCH3 C=O C=O/ OH

CH3

Gambar 7 Spektrum FTIR fraksi kloroform kumis kucing

Page 39: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

23

cm-1. Pada spektrum aktif fraksi kloroform dapat diamati gugus fungsi aktif penanda diterpena yaitu hidroksil pada bilangan gelombang 3396-3420 cm-1 dan ester karbonil pada bilangan gelombang 1113-1284 cm-1. Berdasarkan hasil identifikasi gugus fungsi penanda senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase mengindikasikan senyawa dari kelompok diterpena tipe isopimaran yaitu Ortosifol F-J (Tezuka et al. 2000), ortoarisin A, ortoarisin B, ortoarisin C, ortoarisin D, ortoarisin E, ortoarisin F, ortoarisin G (Di et al. 2013) sebagai senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Walaupun belum ada laporan aktivitas senyawa isopimaran diterpena dari kumis kucing tetapi isopimaran diterpena baru 5R, 6S, 10S, 11R, 13R and 14S dan isopimaran diterpena teridentifikasi 11-deoksidiaportein A dari kapang laut Epicoccum sp. HS-1 dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase dengan nilai IC50 berturut-turut 4.6 μM dan 11.9 μM (Xia et al. 2015).

Senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase juga diidentifikasi dari kelompok diterpena tipe isopimaran teroksigenasi yaitu ortosifol O, ortosifol P, ortosifol Q, dan noortosifonolida A (Awale et al. 2002), kelompok diterpena tipe isopimaran teroksigenasi tinggi ortosifol A, ortosifol B, ortosifol U, ortosifol V, ortosifol W, ortosifol X, ortosifol Y dan ortosifol Z (Masuda et al. 1992; Awale et al. 2003), kelompok diterpena tipe isopimaran termigrasi yaitu neoortosifol A dan neoortosifol B (Ohashi et al. 2000), dan senyawa ortoarisin H dari kelompok diterpena tipe sekoisopimaran (Di et al. 2013). Diterpena tipe isopimaran teroksigenasi tinggi ortosifol A dikarakterisasi berdasarkan data spektroskopi secara selektif menghambat enzim maltase dengan nilai IC50 sebesar 6.54 mM. Studi lebih lanjut ortosifol A menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan fungsi maltase terjadi secara tidak kompetitif (Damsud et al. 2014). Diterpena tipe sekoisopimaran dari Salvia cinnabarina diketahui memiliki aktivitas antipasmodik (Capasso et al. 2004) dan mutagenik (Di Sotto et al. 2009) akan tetapi aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase belum pernah dilaporkan. Senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase diidentifikasi dari kelompok diterpena tipe staminan adalah staminol A, staminol B, staminolakton A, staminolakton B, norstaminol A (Tezuka et al. 2000) dan ortoarisin I (Di et al. 2013).

Gugus hidroksil (3410 cm-1), ester dan asam karbonil (1735 dan 1688 cm-1) dan tiga ikatan rangkap tersubtitusi (1628 and 812 cm-1) merupakan karakteristik triterpenoid (Ali et al. 2015). Asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, α-amirin, β-amirin, asam maslinat (Hossain dan Ismail 2013) merupakan senyawa triterpena yang diidentifikasi dari gugus fungsi penanda senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase yang diduga berkontribusi terhadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase. Asam maslinat dan asam oleanolat dari ekstrak etil asetat daun Lagerstroemia speciosa dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase dengan IC50 berturut-turut 5.52 g/mL dan 6.29 g/mL (Hou et al. 2009). Lebih lanjut senyawa triterpena penghambat aktivitas enzim α-glukosidase asam ursolat (IC50 47.6 μM) dan asam betulinat (IC50 14.0 μM) diisolasi dari dari apel emas-merah (Malus domestica) (He et al. 2014). Asam ursolat dan asam oleanolat sebagai senyawa yang menghambat aktivitas enzim α-glukosidase secara tidak kompetitif dengan nilai IC50 berturut-turut 39.0 dan 35.0 mM juga dilaporkan dari bunga Punica granatum L. (Salah El Dine et al. 2014). Asam hidroksibetulinat

Page 40: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

24

belum pernah dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase akan tetapi pentasiklik triterpena asetat 3β-asetoksi-16β-asam hidroksibetulinat dari tanaman Fagara tessmannii Engl. menunjukkan aktivitas penghambatan yang signifikan terhadap enzim α-glukosidase (IC50 7.6 μM) (Mbaze et al. 2007). Secara in vivo α-amirin dan β-amirin menunjukkan aktivitas antihiperglikemik pada konsentrasi 10, 30 dan 100 mg/kg terhadap mencit (Santos et al. 2012). Aktivitas antihiperglikemik ini dapat diakibatkan salah satunya oleh aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase. β-amirin dari Memecylon

umbellatum Burm. F dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase yang signifikan pada konsentrasi 10.0 mM (Sridevi et al. 2015).

Profil Kimia Senyawa Penghambat Aktivitas Enzim α-Glukosidase Berbasis

NMR

Score plot pada OPLS digunakan untuk mengelompokkan sampel berdasarkan karakteristik data matriks Y (aktivitas antioksidan). Pada Gambar 8 terlihat fraksi aktif dan fraksi tidak aktif terpisah dengan baik sehingga memungkinkan penggunaan OPLS dalam mengidentifikasi gugus fungsi senyawa aktif lebih lanjut. Nilai R2Y dan Q2Y diperoleh berturut-turut sebesar 0.84 dan 0.80. Dari hasil permutasi diperoleh nilai intersep R2 dan Q2 berturut-turut adalah 0.034 dan -0.338 sehingga dapat disimpulkan bahwa model OPLS ini cukup valid (Eriksson et al. 2006).

Pada Gambar 9 terdapat lima area puncak dengan bilangan gelombang yang berkorelasi positif terhadap aktivitas antioksidan yaitu Area A (δ 8.26-6.62), Area B (δ 1.82-1.46), Area C (δ 1.26-0.94). Puncak-puncak yang korelasi positif dengan aktivitas antioksidan tersebut digunakan sebagai sinyal penanda untuk identifikasi senyawa aktif lebih lanjut. Area A (δ 8.26-6.62) merepresentasikan

Aktif Tidak Aktif Aktif Tidak Aktif

Gambar 8 OPLS score plot aktivitas penghambatan α-glukosidase oleh ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis NMR. Tiap sampel diwakili oleh lingkaran dengan variasi warna kuning ke merah mewakili sampel dengan aktivitas rendah ke aktivitas tinggi. Sumbu dan ordinat plot menunjukkan skor OPLS untuk setiap sampel.

Page 41: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

25

sinyal tipikal flavonoid (Hossain et al. 2015). Sinyal pada δ 6-8 mengindikasikan daerah aromatik dari flavonoid aglikon (Lenny et al. 2013) dan daerah aromatik dari diterpena (Awale et al. 2002; Nacoulma et al. 2013). Area B (δ 1.82-1.46) dan C (δ 1.26-0.94) merepresentasikan daerah sinyal metil dari senyawa kelompok terpenoid maupun steroid (Hossain et al. 2013; Awale et al. 2003; Nacoulma et al. 2013) sedangkan δ 1.2–1.4 merupakan sinyal metil dari senyawa lemak (Nacoulma et al. 2013).

Gambar 9 Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis

NMR. Area A (δ 8.26-6.62), Area B (δ 1.82-1.46), Area C (δ 1.26-0.94) adalah puncak-puncak dengan pergeseran kimia (δ) yang menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase.

Penanda Senyawa Penghambat Aktivitas Enzim α-Glukosidase Berbasis

NMR

Menggunakan cara semi-otomatis pada MetaboHunter, puncak-puncak tinggi yang berkorelasi positif dengan aktivitas penghambatan α-glukosidase dari plot Y-related coefficient dianalisis menggunakan plot Xvar. Hasilnya menunjukkan bahwa sinyal-tinggi pada δ 1.14-1.22, δ 0.94-1.02, δ 0.82 dan δ 0.78 terdapat dalam jumlah besar pada fraksi kloroform terutama kloroform 1 (K1) dan 3 (K3). Dari hasil unggahan deretan puncak spektra K1 dan K3 pada MetaboHunter diperoleh sebanyak berturut-turut 435 dan 439 senyawa dari pangkalan data. Dari sejumlah senyawa tersebut hanya rosmarinat yang merupakan senyawa yang diketahui telah diisolasi dari kumis kucing. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatas pangkalan data pada MetaboHunter. Selain itu senyawa aktif-senyawa aktif seperti terpenoid yang terdapat pada kumis kucing merupakan senyawa khas tanaman tersebut sehingga mungkin tidak umum ditemukan pada tanaman lain dapat menyebabkan sedikitnya senyawa yang teridentifikasi berasal dari tanaman kumis kucing.

B A

C

Page 42: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

26

Hasil unduhan deretan puncak senyawa rosmarinat yang telah dicocokan dengan hasil OPLS ditunjukkan pada Tabel 3. Dari nilai VIP sinyal-sinyal penanda senyawa asam rosmarinat yang berkorelasi positif dengan aktivitas α-glukosidase memiliki nilai VIP<0.5. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa penghambatan aktivitas α-glukosidase oleh asam rosmarinat bersifat lemah. Asam rosmarinat merupakan salah satu senyawa penanda biologis (biomarker) dari kumis kucing terutama terkait aktivitas antioksidan. Temuan ini pertama kalinya rosmarinat sebagai senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase dari kumis kucing akan tetapi dari tanaman lain senyawa ini telah dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase. Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase oleh asam rosmarinat dari daun Perilla frutescens bernilai IC50 sebesar 0.23 mg/ml dan asam rosmarinat yang diisolasi dari ekstrak metanol P.

madagascariensis memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase dengan IC50 sebesar 33.0 mol/l (Zhu et al. 2014; Kubínová et al. 2014). Tabel 3 Deretan puncak rosmarinat dari pangkalan data MetaboHunter terhadap

aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase Pergeseran kimia (δ) Y-related coefficients VIP Sumber data

2.9 + 0.06

Madison Metabolomics

Consortium Database

(MMCD)

3.0 - - 3.1 - - 5.0 - - 6.1 - - 6.7 + 0.15 6.8 + 0.23 6.9 + 0.13 7.3 + 0.16

Tabel 4 Deretan puncak flavonoid diidentifikasi memiliki aktivitas penghambatan

terhadap enzim α-glukosidase Pergeseran kimia (δ) bernilai Y-related

coefficient positif

Senyawa Referensi VIP

6.76-7.68 5,3’-dihidroksi-6,7,4’-trimetoksiflavon (eupatorin)

Hossain dan Rahman 2015

0.11-0.27

6.78-7.68 5,6,7,3’,4’-pentametoksiflavon (sinensetin)

0.06-0.27

5.29-7.29 5-hidroksi-6,7,3’,4’-tetrametoksiflavon

0.04-0.16

6.67-7.74 Salvigenin 0.02-0.11 6.65-7.45 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon 0.10-0.14 1.60-7.44 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-

C-prenilflavon 0.11-0.28

Senyawa dari hasil OPLS diidentifikasi berkontribusi terhadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dapat dilihat pada Lampiran 3. Flavonoid terutama metoksi flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa aktif dominan pada kumis kucing. Dari hasil analisis OPLS mengindikasikan senyawa dari kelompok metoksi flavonoid dan flavonoid terprenilasi merupakan senyawa-

Page 43: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

27

senyawa yang memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase (Tabel 4).

Keberadaan flavonoid pada kumis kucing umumnya dalam bentuk termetoksilasi akan tetapi pada daerah δ 3.30-4.30 yang merupakan area pergeseran kimia tipikal gugus metoksi flavonoid tidak aktif (Gambar 10). Jika dilihat dari hasil analisis OPLS sinyal senyawa metoksi flavonoid dari bernilai Y-

related coefficients positif namun memiliki nilai VIP rendah. Hal ini mungkin berarti aktivitas penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase oleh metoksi flavonoid sangat rendah atau aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase kuat dari kumis kucing disebabkan oleh senyawa flavonoid yang tidak termetoksilasi. Selain itu, pada penelitian ini ekstrak dan fraksi kumis kucing diukur dalam bentuk campuran sehingga memungkinkan beberapa sinyal pada flavonoid aktif bertumpang tindih dengan flavonoid tidak aktif. Temuan ini didukung sejumlah penelitian sebelumnya yang menunjukkan penurunan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase oleh flavonoid dengan semakin banyaknya gugus metoksi (Gao et al. 2004; Tadera et al. 2006; Asghari et al. 2014).

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa senyawa metoksi flavonoid

terprenilasi 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon bernilai VIP relatif lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa metoksi flavonoid lainnya. Prenilasi flavonoid hirtakoumaroflavonosida dan hirtaflavonosida B diketahui meningkatkan aktivitas penghambatan dibandingkan flavonoid tidak terprenilasi kuersetrin dan metoksi flavonoid dimetoksikuersetrin (Sheliya et al. 2015). Peningkatan prenilasi pada flavonoid menunjukkan peningkatan aktvitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase (Tabopda et al. 2008).

Keberadaan diterpena diindikasikan oleh keberadaan sinyal metil umumnya berupa puncak singlet pada daerah δ 0.66-1.82 (Awale et al. 2002). Rangkuman senyawa-senyawa dari hasil analisis OPLS diindikasikan sebagai senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase dari hasil analisis OPLS dapat

Gambar 10 Spektrum 1H NMR fraksi kloroform kumis kucing

Fenolik/flavonoid

Terpenoid

Gula/ asam amino

Metoksi

Page 44: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

28

dilihat pada Tabel 5. Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dari diterpena dari kumis kucing maupun tanaman lain telah dilaporkan sebelumnya (Damsud et

al. 2014; Xia et al. 2015). Dari hasil analisis OPLS sinyal senyawa ortoarisin F memiliki nilai VIP<0.5 yang menunjukkan bahwa sinyal dari senyawa tersebut kurang signifikan terhadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase. Selain itu terdapat kemungkinan area aktif ortoarisin F yaitu δ 0.66-7.87 walaupun berada pada daerah sinyal tipikal senyawa fenolik namun dapat berhimpit dengan senyawa fenolik yang tidak aktif dalam menghambat aktivitas enzim α-glukosidase.

Tabel 5 Deretan puncak diterpena diidentifikasi memiliki aktivitas penghambatan

terhadap enzim α-glukosidase Pergeseran kimia (δ) bernilai Y-

related coefficient positif Senyawa Referensi VIP

1.02-8.05 Neoortosifol A Ohashi et al.

2000 0.00-1.53

1.07-8.06 Neoortosifol B 0.03-0.52 1.16-8.08 Ortosifol O Awale et al.

2002 0.02-0.76

1.18-7.55 Ortosifol P 0.05-0.73 1.12-7.52 Ortosifol Q 0.03-0.76 1.19-8.08 Noortosifonolida A 0.03-0.73 1.04-7.60 Ortosifol A Masuda et al.

1992 0.01-1.53

0.87-7.84 Ortosifol B 0.01-0.76 1.12-8.09 Ortosifol U Awale et al.

2003 0.03-0.76

1.09-8.11 Ortosifol V 0.03-0.76 1.04-8.02 Ortosifol W 0.01-1.53 1.03-8.05 Ortosifol X 0.02-1.53 1.14-7.53 Ortosifol Y 0.03-0.76 1.17-7.60 Ortosifol Z 0.03-0.73 0.99-7.59 Ortosifol F Tezuka et al.

2006 0.01-0.76

1.00-8.09 Ortosifol G 0.03-1.53 1.13-7.70 Ortosifol H 0.03-0.76 0.98-8.11 Ortosifol I 0.05-1.46 1.11-8.11 Ortosiphol J 0.01-0.76 1.09-8.26 Staminol A 0.00-0.52 1.00-8.16 Staminol B 0.03-1.53 1.03-8.06 Staminolakton A 0.03-1.53 1.04-7.86 Staminolakton B 0.03-1.53 1.04-7.68 Norstaminol A 0.01-1.53 1.14-8.15 Ortoarisin A Di et al. 2013 0.02-0.76 1.00-8.01 Ortoarisin B 0.02-1.53 1.19-8.03 Ortoarisin C 0.04-0.73 0.71-8.04 Ortoarisin D 0.03-0.73 1.04-7.69 Ortoarisin E 0.03-1.53 0.66-7.87 Ortoarisin F 0.03-0.48 0.96-8.09 Ortoarisin G 0.05-1.53 1.18-8.05 Ortoarisin H 0.03-0.73 0.97-8.02 Ortoarisin I 0.00-1.46

Senyawa triterpenoid kumis kucing diindikasikan oleh lima sinyal metil

tersier daerah δ 0.86-1.68 (Hossain et al. 2013 dan Ali et al. 2015). Beberapa senyawa triterpenoid dari tanaman kumis kucing yang diduga memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase dirangkum dalam Tabel 6. Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dari senyawa terpenoid ini sudah banyak diteliti (Hou et al. 2009; Salah El Dine et al. 2014; He et al. 2014). Berdasarkan

Page 45: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

29

studi docking dan 2D-QSAR (2D-Quantitative structure-activity relationships) bioaktivitas anti α-glukosidase dari asam ursolat menunjukkan bahwa asam ursolat bekerja dengan membentuk ikatan hidrogen antara hidroksil C-3 dengan wilayah hidrofobik dari kantung aktif dan untuk meningkatkan ikatan afinitas dari ligan (Wu et al. 2015). Pada Tabel 6 dapat diamati sinyal-sinyal senyawa β-amirin memiliki nilai VIP rendah (<0.5) yang dapat mengindikasikan senyawa tersebut kurang aktif akan tetapi senyawa β-amirin dari Memecylon umbellatum Burm. F dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase yang signifikan pada konsentrasi 10.0 mM (Sridevi et al. 2015). Rendahnya nilai VIP dari sinyal β-amirin dapat disebabkan oleh beberapa sinyal senyawa tersebut berada pada daerah δ 1.5–3.0 dan δ 5.0–5.5 yang juga merupakan daerah tipikal asam lemak (Nacoulma et al. 2013) dan kemungkinan tidak aktif terhadap penghambatan enzim α-glukosidase.

Tabel 6 Deretan puncak triterpena diidentifikasi memiliki aktivitas penghambatan

terhadap enzim α-glukosidase Pergeseran kimia (δ) bernilai Y-related coefficient positif

Senyawa Referensi VIP

0.73-3.17 Asam ursolat Hossain dan Ismail 2013

0.01-1.53 0.79-3.17 Asam oleanolat 0.01-1.46 0.65-3.17 Asam betulinat 0.04-1.46 0.81-3.18 Asam hidroksibetulinat 0.33-1.53 1.08-2.17 α-amirin 0.01-0.52 1.08-5.14 β-amirin 0.03-0.48 0.95-3.26 Asam maslinat 0.06-1.46

Hasil analisis OPLS berbasis FTIR dan 1H NMR menghasilkan senyawa

penghambat enzim α-glukosidase dari kelompok senyawa dan jumlah senyawa yang sama terkecuali dari kelompok flavonoid yang mana jumlah senyawa flanonoid teridentifikasi berbeda. Dari hasil analisis menggunakan FTIR menghasilkan dua senyawa flavonoid sedangkan menggunakan 1H NMR diperoleh enam senyawa yang teridentifikasi memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase. Perbedaan ini dapat disebabkan perbedaan tingkat resolusi kedua instrumen dimana FTIR hanya mampu memberikan data berupa gugus fungsi yang menjadi penciri suatu senyawa, sedangkan NMR mampu memberikan informasi struktral suatu senyawa secara lebih detail. Satu puncak bilangan gelombang FTIR mewakili satu gugus fungsi yang terdiri dari beberapa atom sedangkan satu puncak δ mewakili satu atom sehingga hasil analisis menggunakan 1H NMR lebih spesifik dibandingkan dengan FTIR menyebabkan senyawa yang diidentifikasi akan lebih banyak. Sebaliknya hasil analisis menggunakan 1H NMR senyawa yang kurang aktif dalam kelompok senyawa aktif terhadap penghambatan enzim α-glukosidase akan dapat terdeteksi sedangkan menggunakan FTIR hasil ini sulit dicapai dikarenakan puncak gugus fungsi senyawa aktif bertumpang tindih dengan senyawa tidak aktif.

Senyawa yang diidentifikasi aktif merupakan senyawa-senyawa yang diidentifikasi dari fraksi kloroform. Selain fraksi kloroform, fraksi butanol memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase bahkan aktivitasnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase oleh fraksi kloroform. Son et al. (2011) melaporkan bahwa

Page 46: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

30

Gambar 11 Spektrum FTIR fraksi butanol kumis kucing

Gambar 12 Spektrum 1H NMR fraksi aktif butanol kumis kucing

fraksi butanol kumis kucing memiliki aktivitas antiobesitas tetapi identifikasi senyawa-senyawa aktif dari fraksi butanol belum pernah dilaporkan.

Gugus OH bilangan gelombang 3413 cm-1 dan gugus C-O-C pada bilangan

gelombang 1077 cm-1 mengindikasikan sifat glikosidik (Rossakutty & Roslin 2012; Almutairi & Ali 2014). Pada Gambar 11 ikatan glikosidik diindikasikan oleh bilangan gelombang 3405 cm-1 dan 1074 cm-1 dapat diamati pada spektrum FTIR dari fraksi butanol kumis kucing. Adanya ikatan glikosidik memungkinkan adanya senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri karbohidrat (glikon) dan non karbohidrat (aglikon) (Hong et al. 2002). Adanya kandungan

Fenolik/flavonoid

Terpenoid

Gula/asam amino

Metoksi

Page 47: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

31

Gambar 13 Sinyal δ 3.345 pada Y-related coefficient diduga sebagai pengotor

δ 3.345

glikosaponin dan flavonol glikosida pada ekstrak kumis kucing telah dilaporkan sebelumnya (Siddiqui et al. 2009; Sumaryono et al. 1991).

Pada spektrum 1H NMR fraksi butanol (Gambar 12) dapat dideteksi

keberadaan flavonol pada δ 6.0–8.5, gula pada δ 3.0–5.0 dan sinyal doublet anomerik proton pada δ 5.09 mengindikasikan keberadaan gugus β glukopiranosil (Ma et al. 2015) yang menguatkan dugaan keberadaan senyawa flavonol glikosida. Fraksi butanol diketahui kaya akan kandungan saponin dan flavonol glikosida (Deng et al. 2012; Tang et al. 2001). Sumaryono et al. (1991) untuk mengindentifikasi dua senyawa flavonol glikosida dari ekstrak polar kumis kucing yaitu kaempferol 3-O-β glikosida dan quercetin 3-O-β glikosida menggunakan HPLC. Oleh karena keterbatasan pangkalan data senyawa aktif berbasis spektroskopi dari kumis kucing maka pada penelitian ini senyawa aktif tersebut tidak dapat diidentifikasi. Flavonol glikosida sebagai penghambat aktivitas enzim α-glukosidase telah banyak dilaporkan sebelumnya (Habtemariam 2011).

Selain itu, pada Gambar 12 diamati keberadaan triterpenoid dan gula. Tujuh senyawa triterpenoid saponins diisolasi dan dielusidasi dari fraksi butanol akar tanaman Gypsophila oldhamiana memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase. Hasil analisis SAR (Structure–Activity Relationships) menunjukkan bahwa perbedaan posisi gula yang berikatan pada aglikon menentukan perbedaan tingkat penghambatan oleh senyawa-senyawa tersebut (Luo et al. 2008). Selain itu dari pengamatan hasil analisis OPLS, sinyal δ 3.345 pada plot Y-related coefficient diduga sebagai sinyal pengotor D2O dan MeOD (Yuliana et al. 2013) dengan nilai VIP 13.90. Dari Plot Xvar diketahui sinyal ini dalam jumlah besar pada fraksi butanol. Nilai VIP yang sangat tinggi dapat mengindikasikan sinyal tersebut sebagai kesalahan positif yang mungkin berkontribusi terhadap aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase yang kuat oleh fraksi butanol.

Page 48: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

32

Gambar 14 OPLS score plot antioksidan ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis FTIR. Tiap sampel diwakili oleh lingkaran dengan variasi warna ungu ke biru mewakili sampel dengan aktivitas rendah ke aktivitas tinggi. Sumbu dan ordinat plot menunjukkan skor OPLS untuk setiap sampel.

Profil Kimia Senyawa Antioksidan Berbasis FTIR

Score plot pada OPLS digunakan untuk mengelompokkan sampel berdasarkan karakteristik data matriks Y (aktivitas antioksidan). Pada Gambar 11 terlihat fraksi aktif (M, B, dan A) dan fraksi tidak aktif (H dan K) terpisah dengan baik sehingga memungkinkan penggunaan OPLS dalam mengidentifikasi gugus fungsi senyawa aktif lebih lanjut. Nilai R2Y dan Q2Y diperoleh berturut-turut sebesar 0.82 dan 0.59. Hasil validasi silang CV ANOVA diperoleh 0.03 sehingga secara statistik metode ini tergolong valid (Eriksson et al. 2008). Dari hasil permutasi diperoleh nilai intersep R2 dan Q2 berturut-turut adalah 0.29 dan -0.95 sehingga dapat disimpulkan bahwa model OPLS ini cukup valid.

Pada Y-related coefficient plot (Gambar 12) terdapat lima area puncak dengan bilangan gelombang yang berkorelasi positif terhadap aktivitas antioksidan yaitu Area A (3020–3649 cm-1), Area B (1600-1635 cm-1), Area C (1519–1598 cm-1), Area D (1380-1409 cm-1), dan Area E (408–430 cm-1). Selain Area E (408–430 cm-1), puncak-puncak lain yang berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan digunakan untuk identifikasi senyawa aktif lebih lanjut karena berdasarkan nilai sinyal penanda senyawa aktif penting (VIP>0.5). Gugus fungsi OH direpresentasikan oleh bilangan gelombang pada Area A (3020–3649 cm-1) sedangkan Area B (1600-1635 cm-1), Area C (1519–1598 cm-1) mengindikasikan vibrasi ulur gugus C=C pada cincin fenil. Area D (1380-1409 mengindikasikan pita tekuk CH3 (Pop et al. 2014; Saidan et al. 2015). Pita-pita tersebut kemudian dicocokkan dengan data IR senyawa-senyawa yang diidentifikasi ada pada kumis kucing dari literatur.

Tidak Aktif

Aktif

Page 49: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

33

Penanda Senyawa Antioksidan Berbasis FTIR

Pita ulur dari grup fenil (C=C) pada bilangan gelombang 1609-1608 cm-1 dan bilangan gelombang 1516-1516 cm-1 merupakan karakteristik IR tipikal senyawa aromatik yang dapat mengindikasikan keberadaan senyawa fenolik (Silva et al. 2014). Pada spektra karakteristik IR senyawa fenolik berupa pita ulur dari grup fenil (C=C) berada pada bilangan gelombang 1602-1608 dan 1522-2527 cm-1. Asam rosmarinat yang merupakan senyawa fenolik polar turunan asam kafeat dengan gugus fungsi cincin fenil, C-H aromatik, grup fenol dan karboksilat diketahui memiliki kontribusi kuat terhadap aktivitas antioksidan (Stehfest et al. 2004; Hunaefi et al. 2012).

Rangkuman hasil analisis karakteristik IR seluruh senyawa yang diidentifikasi memiliki aktivitas antioksidan berupa nilai VIP berkisar 0.01-0.67 dan memiliki nilai Y-related coefficient positif dapat dilihat pada Lampiran 4. VIP merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur secara kumulatif pengaruh variabel X pada model yang mana nilai VIP≥0.5 dianggap relevan (Galindo-Prieto et al. 2014). Gugus fungsi OH (>3000 cm-1) dan cincin fenil (>1500-1600 cm-1) bernilai VIP berturut-turut 0.15-0.67 dan 0.09-0.33 memiliki peranan penting terhadap aktivitas antioksidan. Rendahnya nilai VIP dari kedua gugus fungsi ini kemungkinan karena sampel sangat umum ditemukan terutama jika contoh yang diukur dalam bentuk campuran sehingga terjadinya tumpang tindih antara gugus fungsi OH dan cincin fenil senyawa aktif dengan senyawa tidak aktif sangat mungkin terjadi.

Kumis kucing diketahui kaya akan kandungan senyawa fenolik dan

flavonoid. Hasil identifikasi gugus fungsi penanda senyawa yang berkorelasi dengan aktivitas antioksidan mengindikasikan senyawa-senyawa metoksi

A B C D E

Gambar 15 Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis FTIR. Area A (3020–3649 cm-1), Area B (1600-1635 cm-1), Area C (1519–1598 cm-1), Area D (1380-1409 cm-1), dan Area E (408–430 cm-1) adalah puncak-puncak yang menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas antioksidan.

Page 50: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

34

flavonoid dan flavonoid terprenilasi berikut memiliki aktivitas antioksidan antara lain eupatorin, sinensitin, 5-hidroksi-6,7,3’,4’-tetrametoksflavon, salvegenin, 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon, dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon (Hossain dan Rahman 2015). Eupatorin dan 3’-hidroksi-5,6,7,4’-tetrametoksiflavon (TMF) diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang relatif sama dengan butylated hydroxylanisole (BHA) sedangkan aktivitas antioksidan sinensitin lebih rendah dari BHA pada konsentrasi yang sama (0,05 mg/mL) (Akowuah et al. 2005). Aktivitas antioksidan oleh flavonoid dan senyawa fenol lainnya sebagian besar disebabkan oleh gugus hidroksil aromatik sehingga radikal fenolik menjadi lebih stabil langsung setelah radikal terbentuk ketika satu hidrogen radikal didonorkan untuk DPPH (de Souza et al. 2013). Semakin banyak gugus hidroksi pada struktur kimia semakin tinggi aktivitas antioksidan oleh senyawa tersebut (Liu et al. 2010). Selain itu, flavonoid yang disubtitusi dengan sejumlah OMe menunjukkan penurunan aktivitas antioksidan (Jeong et al. 2007).

Senyawa diterpena ditandai dengan adanya pita serapan gugus hidroksil pada bilangan gelombang 3500-3480 cm-1, ester karbonil pada bilangan gelombang 1270-1150 cm-1, serta fenil pada bilangan gelombang 1600 cm-1 dan 1420 cm-1 (Sim et al. 2004). Senyawa diterpena dapat diisolasi dari fraksi kloroform (Awale et al. 2002; Awale et al. 2003). Berdasarkan hasil identifikasi gugus fungsi penanda senyawa antioksidan (Lampiran 4) mengindikasikan senyawa dari kelompok diterpena tipe isopimaran yaitu ortosifol F, ortosifol G, ortosifol H, ortosifol I, ortosifol J (Tezuka et al. 2000), ortoarisin A, ortoarisin B, ortoarisin C, ortoarisin D,ortoarisin E, ortoarisin F dan ortoarisin G (Di et al. 2013). Diterpena tipe isopimaran teroksigenasi antara lain ortosifol O, ortosifol P, ortosifol Q, dan noortosifonolida A (Awale et al. 2002), diterpena tipe isopimaran teroksigenasi tinggi antara lain ortosifol A, ortosifol B, ortosifol U, ortosifol V, ortosifol W, ortosifol X, ortosifol Y, dan ortosifol Z (Masuda et al. 1992; Awale et al. 2003), diterpena tipe isopimaran termigrasi Neoortosifol A dan Neoortosifol B (Ohashi et al. 2000) dan diterpena tipe sekoisopimaran ortoarisin H (Di et al. 2013). Delapan belas senyawa diterpena (ortosifol U-Z, ortosifol A, B, D, F, G, I, J, O, R, T, ortosifonon A dan sekoortosifol B) diisolasi dari ekstrak metanol kumis kucing menujukkan aktivitas penghambatan yang signifikan terhadap produksi nitrit oksida (NO) pada sel serupa mikrofag J774.1 teraktivasi lipopolisakarida (LPS). Namun demikian ortosifol A, B, D, dan X menunjukkan aktivitas penghambatan kuat melebihi kontrol positif NG-monometil-L-arginin (L-NMMA). Ortosifol U menunjukkan aktivitas terkuat dengan nilai IC50 sebesar 6.4 µM (Awale et al. 2003).

Senyawa yang berkorelasi dengan aktivitas antioksidan juga diduga dari kelompok diterpena tipe staminan. Beberapa senyawa diterpena tipe staminan diidentifikasi yaitu staminol A, staminol B, staminolakton A, staminolakton B, norstaminol A (Tezuka et al. 2000) dan ortoarisin I (Di et al. 2013). Aktivitas antioksidan diterpena tipe staminan terhadap produksi nitrit oksida (NO) pada sel serupa mikrofag J774.1 teraktivasi lipopolisakarida (LPS) dilaporkan dari senyawa staminol C dan D yang diisolasi dari ekstrak metanol kumis kucing dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 61.1 µM dan 92.0 µM (Ngunyen et al. 2004).

Berdasarkan hasil identifikasi gugus fungsi penanda senyawa antioksidan (Lampiran 4) mengindikasikan senyawa dari kelompok triterpena yaitu asam

Page 51: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

35

ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, α-amirin, β-amirin, dan asam maslinat (Hossain dan Ismail 2013) sebagai senyawa antioksidan. Asam ursolat yang diisolasi dari ekstrak Sambucus australis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap senyawa DPPH dengan nilai IC50 sebesar 5.97 x 10-2 mg/ml, asam maslinat yang diisolasi dari kulit buah Ziziphus

jujuba Mill. menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH setara standar BHT dengan nilai dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 39.6 µg/ml 28.12 µg/ml (do Nascimento et al. 2014; Rajopadhye dan Upadhye 2016). Aktivitas antioksidan juga dilaporkan dari triterpena β-amirin dari daun Symplocos

cochinchinensis Moore. yang menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH (IC50 89.63 g/ml), hidroksil (IC50 76.41 g/ml), nitrit oksida (IC50 87.03 g/ml) dan superoksida (IC50 81.28 g/ml) sekaligus aktivitas mereduksi radikal yang tinggi dan kuat dalam menekan pengaruh peroksidasi lipid (Sunil et al. 2014). Selain itu, senyawa triterpena α-amirin, asam ursolat, dan asam oleanolat dyang diisolasi dari F. pseudopalma merupakan pendonor proton dengan nilai IC50>333.33 µM dan kemampuan mereduksi sebessar RC50>909.09 µM. asam ursolat merupakan penghambat NO• tertinggi (IC50>166.67 µM) yang disusul asam oleanolat dan kemudian α-amirin. Asam ursolat juga merupakan penghambat radikal •O2 tertinggi. Tidak hanya itu, α-amirin, asam oleanolat dan asam ursolat menujukkan kemampuan menghambat peroksidasi lipid dengan nilai IC50 <15 µM (Santiago et al. 2014). Profil Kimia Senyawa Antioksidan Berbasis NMR

Score plot pada OPLS digunakan untuk mengelompokkan sampel berdasarkan karakteristik data matriks Y (aktivitas antioksidan). Pada Gambar 13 terlihat fraksi aktif (M, B, dan A) dan fraksi tidak aktif (H dan K) terpisah dengan baik sehingga memungkinkan penggunaan OPLS dalam mengidentifikasi gugus fungsi senyawa aktif lebih lanjut. Nilai R2Y dan Q2Y diperoleh berturut-turut sebesar 0.84 dan 0.80. Dari hasil permutasi diperoleh nilai intersep R2 dan Q2 berturut-turut adalah 0.03 dan -0.34 sehingga dapat disimpulkan bahwa model OPLS ini cukup valid (Eriksson et al. 2006).

Aktif Tidak Aktif

Gambar 16 OPLS score plot antioksidan ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis NMR. Tiap sampel diwakili oleh lingkaran dengan variasi warna ungu ke biru mewakili sampel dengan aktivitas rendah ke aktivitas tinggi. Sumbu dan ordinat plot menunjukkan skor OPLS untuk setiap sampel.

Page 52: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

36

Pada Gambar 14 terdapat lima area puncak dengan bilangan gelombang yang berkorelasi positif terhadap aktivitas antioksidan yaitu Area A (δ 7.02-6.22) dan Area B (δ 4.41-2.82). Pada Area A (δ 7.02-6.22) dan Area B (δ 4.41-2.82) puncak-puncak yang korelasi positif dengan aktivitas antioksidan digunakan untuk identifikasi senyawa aktif lebih lanjut. Area A (δ 7.02-6.22) dapat merepresentasikan daerah aromatik dari flavonoid aglikon dan daerah aromatik dari diterpena (Lenny et al. 2013; Nacoulma et al. 2013). Area B (δ 4.41-2.82) dapat merepresentasikan metoksi flavonoid (Yuliana et al. 2013), gula (Kutyshenko et al. 2015) dan alifatik metilen dari diterpena (Awale et al. 2004).

Penanda Senyawa Antioksidan Berbasis NMR

MetaboHunter merupakan keluaran komprehensif untuk mengidentifikasi metabolit dalam bentuk input spektrum ataupun deretan puncak dalam bentuk campuran. Untuk proses identifikasi semi-otomatis menggunakan MetaboHunter sinyal berkorelasi positif tertinggi pada plot Y-related coefficient diantaranya δ 3.62 -3.82 dipilih menggunakan plot Xvar sehingga diketahui bahwa sinyal-sinyal tersebut terdapat dalam jumlah banyak pada fraksi A1 dan A3. Dari hasil unggahan deretan puncak spektra fraksi A1 dan A3 pada MetaboHunter diperoleh senyawa aktif berturut-turut sebanyak 387 dan 439 senyawa dari pangkalan data. Salah satu senyawa yang teridentifikasi dan berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan adalah asam rosmarinat (Tabel 5). Aktivitas antioksidan dari asam rosmarinat telah dilaporkan sebelumnya bahkan senyawa ini diduga merupakan senyawa paling berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dari tanaman kumis kucing (Hunaefi et al. 2012).

Gambar 17 Plot Y-related coefficient ekstrak dan fraksi kumis kucing berbasis

NMR. Area A (δ 7.02-6.22) dan Area B (δ 4.41-2.82) adalah puncak-puncak dengan pergeseran kimia (δ) yang menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas antioksidan.

B

A

Page 53: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

37

Dengan menggunakan pangkalan data berupa jurnal-jurnal yang memuat karakteristik data NMR senyawa yang pernah diidentifikasi dari kumis kucing, senyawa dari kelompok flavonoid, diterpena dan triterpena diduga sebagai senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa dari hasil OPLS diidentifikasi berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari hasil analisis OPLS data NMR mengindikasikan bahwa senyawa dari kelompok metoksi flavonoid dan flavonoid terprenilasi berkorelasi positif terhadap aktivitas antioksidan (Tabel 8). Aktivitas antioksidan dari metoksi flavonoid telah dilaporkan sebelumnya (Akouwah et al. 2004; Akouwah et al. 2005) sedangkan aktivitas antioksidan dari flavonoid terprenilasi kumis kucing belum pernah dilaporkan. Flavonoid terprenilasi diindikasikan dari sinyal singlet tajam pada δ 1.67. Dari plot Y-related coefficient sinyal tersebut tidak aktif. Flavonoid terprenilasi 5,7,3’,5’-tetrametoksi-8-C-prenilflavon dan 5,7,3’,5’-tetrametoksi-6-C-prenilflavon kumis kucing diketahui memiliki aktivitas toksik terhadap sel liver metastatic murine colon 26-L5 carsinoma cells pada ED60 sekitar 10-90 µg/ml (Hossain dan Ismail 2011). Isolat lima flavonoid terprenilasi dari Cudrania tricuspidata tidak aktif terhadap radikal DPPH (IC50>300 μM) namun aktif terhadap radikal ABTS (IC50<10 μM) (Lee et al. 2006).

Tabel 7 Deretan puncak rosmarinat dari pangkalan data MetaboHunter terhadap antioksidan

Tabel 8 Deretan puncak flavonoid diidentifikasi memiliki aktivitas antioksidan

Pergeseran kimia (δ) bernilai Y-related coefficient positif

Senyawa Referensi VIP

3.72-6.88 5,3’-dihidroksi-6,7,4’-trimetoksiflavon (eupatorin)

Hossain dan Rahman 2015

0.30-2.19

3.76-7.18 5,6,7,3’,4’-pentametoksiflavon (sinensetin)

0.02-0.90

3.41-6.97 5-hidroksi-6,7,3’,4’-tetrametoksiflavon

0.00-2.52

3.91-6.67 Salvigenin 0.17-0.66 3.91-6.65 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon 0.10-0.14 3.51-6.99 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-

8-C-prenilflavon 0.02-0.70

Keberadaan diterpena diindikasikan oleh keberadaan sinyal metil umumnya

berupa puncak singlet pada daerah δ 0.66-1.82 (Awale et al. 2002). Senyawa-senyawa diterpena yang diprediksikan sebagai senyawa penghambat aktivitas

Pergeseran kimia (δ)

Y-related

coefficients VIP Sumber data

2.9 + 0.26 Madison Metabolomics

Consortium Database

(MMCD) 3.0 + 0.55 3.1 + 0.55 5.0 - - 6.1 - - 6.7 + 0.4 6.8 + 0.43 6.9 + 0.30 7.3 + 0.01

Page 54: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

38

antioksidan dari hasil analisis OPLS dapat dilihat pada Tabel 9. Senyawa-senyawa diterpena khas dari kumis kucing ini dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan (Ngunyen et al. 2004: Awale et al. 2003) akan tetapi aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH belum pernah dilaporkan. Sinyal-sinyal senyawa ortosifol Q, ortosifol U, ortosifol V, ortosifol X, ortosifol G, ortoarisin D dan F memiliki nilai VIP kurang dari 0.5. VIP<0.5 mengindikasikan bahwa sinyal dari senyawa tersebut tidak signifikan (Galindo-Prieto et al. 2014) akan tetapi sinyal 1H NMR yang digunakan pada penelitian ini tidak mengikutsertakan sinyal OH (≥10 ) sedangkan penetralan radikal bebas DPPH oleh senyawa aktif terjadi dengan mendonorkan proton dari gugus OH (Akowuah et al. 2005).

Tabel 9 Deretan puncak diterpena diidentifikasi memiliki aktivitas antioksidan Pergeseran kimia (δ) bernilai Y-related coefficient positif

Senyawa Referensi VIP

2.94-6.30 Neoortosifol A Ohashi et al. 2000 0.06-3.57 2.52-6.27 Neoortosifol 0.07-1.61 2.95-6.86 Ortosifol O Awale et al. 2002 0.02-0.76 1.94-3.49 Ortosifol P 0.09-0.70 1.90-3.14 Ortosifol Q 0.02-0.37 2.50-5.12 Noortosifonolida A 0.34-0.76 1.94-3.49 Ortosifol A Masuda et al.

1992 0.55-0.70

1.90-3.39 Ortosifol B 0.02-0.81 4.46 Ortosifol U Awale et al. 2003 0.07 2.86 Ortosifol V 0.10 3.55 Ortosifol W 3.57 2.82-4.50 Ortosifol X 0.02-0.09 1.90-6.14 Ortosifol Y 0.02-0.76 2.84-3.11 Ortosifol Z 0.10-0.70 1.50-6.99 Ortosifol F Tezuka et al. 2006 0.01-1.16 5.87 Ortosifol G 0.05 2.48-3.18 Ortosifol H 0.76-1.77 2.47-6.39 Ortosifol I 0.09-0.70 2.69-3.52 Ortosiphol J 0.01-3.57 1.88-6.29 Staminol A 0.06-0.70 1.38-5.38 Staminol B 0.05-0.55 1.89-5.13 Staminolakton A 0.02-1.13 1.86-7.18 Staminolakton B 0.00-0.65 3.69-3.81 Norstaminol A 1.69-2.52 1.93-3.89 Ortoarisin A Di et al. 2013 0.17-0.90 1.90-7.34 Ortoarisin B 0.01-2.19 2.88-5.38 Ortoarisin C 0.24-1.13 2.14-3.90 Ortoarisin D 0.01-0.23 2.50-3.51 Ortoarisin E 0.70-0.76 2.38 Ortoarisin F 0.00 2.14-6.39 Ortoarisin G 0.01-1.26 3.06-3.77 Ortoarisin H 0.49-2.52 1.94-6.29 Ortoarisin I 0.06-1.77

Daerah δ 0.86-1.68 mengindikasikan lima sinyal metil tersier yang

merupakan karakteristik senyawa triterpenoid (Hossain et al. 2013 dan Ali et al. 2015). Beberapa senyawa triterpenoid dari tanaman kumis kucing yang diduga memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α-glukosidase dapat dilihat pada Tabel 10. Aktivitas antioksidan isolat senyawa triterpena dari kumis kucing ini terhadap radikal DPPH belum pernah dilaporkan. Dari tanaman lain senyawa

Page 55: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

39

triterpenoid tersebut dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH (do Nascimento et al. 2014; Sunil et al. 2014; Rajopadhye dan Upadhye 2016).

Tabel 10 Deretan puncak triterpena diidentifikasi memiliki aktivitas antioksidan

Pergeseran kimia (δ) dengan nilai Y-related coefficient positif

Senyawa Referensi VIP

0.94-3.38 Asam ursolat Hossain dan Ismail 2013

0.34-2.51 1.38-3.38 Asam oleanolat 0.34-1.77 1.38-3.38 Asam betulinat 0.34-1.77 2.14-4.50 Asam hidroksibetulinat 0.01-1.77 3.53-5.13 α-amirin 0.05-3.57 1.86-5.14 β-amirin 0.02-0.55 3.26-4.10 Asam maslinat 0.06-1.36

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Metode metabolomik berbasis FTIR memungkinkan identifikasi secara

cepat gugus fungsional penanda senyawa yang berkorelasi positif dengan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dan antioksidan dari ekstrak kasar dan fraksi kumis kucing. Hasil analisis menunjukkan bahwa gugus fungsi karbonil, metoksi, hidroksil dan C-O yang mengindikasikan keberadaan senyawa-senyawa dari kelompok metoksi flavonoid (sinensitin dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon), diterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton), triterpena (asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) yang berkorelasi positif dengan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase sedangkan gugus fungsi hidroksil dan cincin fenil mengindikasikan keberadaan senyawa-senyawa dari kelompok fenolik (asam rosmarinat), flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hidroksi-6,7,3’,4’-tetrametoksiflavon, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon), diterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton), triterpena (asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) yang diduga berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan. δ 0.94-1.82 dan δ 6.62-8.26 berturut-turut mengindikasikan senyawa-senyawa dari kelompok diterpena/triterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton/asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-amirin) dan fenolik/flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hidroksi-6,7,3’,4’ tetrametoksiflavon, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon, dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon) yang berkorelasi positif dengan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase sedangkan δ 2.82-4.41 dan δ 6.22-7.02 berturut-turut mengindikasikan senyawa-senyawa dari kelompok diterpena (ortosifol, ortoarisin, neoortosifol, staminol, dan staminolakton), triterpena (asam ursolat, asam oleanolat, asam betulinat, asam hidroksibetulinat, asam maslinat, α-amirin dan β-

Page 56: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

40

amirin) dan fenolik atau flavonoid (eupatorin, sinensetin, 5-hidroksi-6,7,3’,4’ tetrametoksiflavon, salvigenin, 6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon, dan 5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon) yang berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan. Dengan demikian, metabolomik berbasis 1H NMR yang digunakan berhasil mengkonfirmasi senyawa hasil prediksi metabolomik berbasis FTIR. Pada penelitian ini, konfirmasi aktivitas senyawa aktif yang diprediksi oleh OPLS dilakukan dengan penelusuran literatur mengenai aktivitas α-glukosidase atau antioksidan senyawa tersebut.

Saran

Studi lebih lanjut fraksi butanol diperlukan untuk memastikan komponen

yang berkontribusi terhadap aktivitas biologis oleh fraksi tersebut. Selain itu, konfirmasi lebih lanjut senyawa-senyawa hasil prediksi yang telah diidentifikasi pada penelitian ini menggunakan 2D NMR sangat disarankan mengingat senyawa aktif diukur dalam bentuk campuran. Untuk memastikan tingkat keaktivan masing-masing senyawa teridentifikasi, senyawa-senyawa tersebut dapat diisolasi dan diuji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase atau antioksidannya. Dengan adanya informasi dari analisis OPLS ini, maka proses isolasi dan identifikasi akan jauh lebih mudah dan terarah.

Page 57: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

DAFTAR PUSTAKA

Abdelwahab SI, Mohan S, Elhassan MM, Al-Mekhlafi N, Mariod AA, Abdul

AB, Abdulla MA. Alkharfy KH. 2011. Antiapoptotic and antioxidant

properties of Orthosiphon stamineus Benth (cat’s whiskers): intervention

in the Bcl-2-mediated apoptotic pathway. Evid-Based Compl Alt

2011:01-11. doi:10.1155/2011/156765.

Abdulazeez SS. 2015. Diabetes treatment: A rapid review of the current and

future scope of stem cell research. Saudi Pharm J. 23:333-40.

Abedini A, Roumy V, Mahieux S, Biabiany M, Standaert-Vitse A, Rivière C,

Sahpaz S, Bailleul F, Neut C, Hennebelle T. 2013. Rosmarinic Acid and

Its Methyl Ester as Antimicrobial Components of the Hydromethanolic

Extract of Hyptis atrorubens Poit. (Lamiaceae). Evid-Based Compl Alt

2013:01-011. doi: 10.1155/2013/604536.

Adnyana IK, Setiawan F, Insanu M. 2013. From ethnopharmacology to clinical

study of Orthosiphon stamineus benth. Int J Pharm Sci 5:63-66.

Akowuah GA, Zhari I, Norhayati I, Sadikun A, Khamsah SM. 2004a. Sinensetin,

eupatorin, 3’-hydroxy-5, 6, 7, 4’-tetramethoxyflavone and rosmarinic acid

contents and antioxidative effect of Orthosiphon stamineus from Malaysia.

Food Chem 87: 559–566. doi:10.1016/j.foodchem.2004.01.00.

Akowuah GA, Zhari I, Norhayati I, Sadikun A. 2004b. Radical Scavenging

Activity of Methanol Leaf Extracts of Orthosiphon stamineus. Pharm Biol

42: 629–635. doi: 10.1080/13880200490902572.

Akowuah GA, Ismail Z, Norhayati I, Sadikun A. 2005. The effects of different

extraction solvents of varying polarities on polyphenols of Orthosiphon

stamineus and evaluation of the free radical-scavenging activity. Food

Chem 93:311–317. doi : 10.1016/j.foodchem.2004.09.028.

Almatar M, Rahmat Z, Salleh FM. 2013. Preliminary morphological and

anatomical study of Orthosiphon stamineus. Indian J. Pharm. Biol. Res.

1:1-6.

Apak R, Gorinstein S, Böhm V, Schaich KM, Özyürek M, Güçlü K. 2013.

Methods of measurement and evaluation of natural antioxidant

capacity/activity (IUPAC Technical Report). Pure Appl. Chem 85: 957–

998. doi: 10.1351/PAC-REP-12-07-15.

Asghari B, Salehi P, Sonboli A, Nejad Ebrahimi S. 2015. Flavonoids from Salvia

chloroleuca with α-Amylsae and α-Glucosidase Inhibitory Effect. Iran J

Pharm Res. 14:609-15.

Awale S, Tezuka Y, Banskota AH, Kouda K, Tun KM, Kadota S. 2002. Four

Highly Oxygenated Isopimarane-Type Diterpenes of Orthosiphon

stamineus. Planta Med 68: 286-288. doi: 10.1055/s-2002-23137.

Awale S, Tezuka Y, Banskota AH, I Ketut Adnyana, Kadota S. 2003. Nitric

Oxide Inhibitory Isopimarane-type Diterpenes from Orthosiphon

stamineus of Indonesia. J Nat Prod. 66:255-8. doi: 10.1021/np020455x.

Baker MJ, Trevisan J, Bassan P, Bhargava R, Butler HJ, Dorling KM, Fielden PR,

Fogarty SW, Fullwood NJ, Heys KA, Hughes C, Lasch P, Martin-Hirsch

PL, Obinaju B, Sockalingum GD, Sulé-Suso J, Strong RJ, Walsh MJ,

Wood BR, Gardner P, Martin FL. 2014. Using Fourier transform IR

Page 58: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

42

spectroscopy to analyze biological materials. Nat Protoc. 9:1771-91. doi:

10.1038/nprot.2014.110.

Baynes JW, Thorpe SR. 1999. Perspectives in diabetes: Role of oxidative stress in

diabetic complications a new perspective on an old paradigm. Diabetes

48:01-07.

Brand-Williams, W. Cuvelier ME, Berset C. 1995. Use of a Free Radical Method

to Evaluate Antioxidant Activity. Lebensm.-Wiss.u-Technol 28:25-30.

Capasso R, Izzo AA, Romussi G, Capasso F, De Tommasi N, Bisio A, Mascolo

N. 2004. A secoisopimarane diterpenoid from Salvia cinnabarina inhibits

rat urinary bladder contractility in vitro. Planta Med.70:185-8. doi:

10.1055/s-2004-815501.

Cozzolino D. 2015. Infrared Spectroscopy as a Versatile Analytical Tool for the

Quantitative Determination of Antioxidants in Agricultural Products,

Foods and Plants. Antioxidants (Basel). 4: 482–497. doi:

10.3390/antiox4030482.

Dabhi AS, Bhatt NR, Shah MJ. 2013. Voglibose: An Alpha Glucosidase Inhibitor.

J Clin Diagn Res. 7: 3023–3027. doi: 10.7860/JCDR/2013/6373.3838.

Damsud T, Grace MH, Adisakwattana S, Phuwapraisirisan P. 2014. Orthosiphol

A from the aerial parts of Orthosiphon aristatus is putatively responsible

for hypoglycemic effect via alpha-glucosidase inhibition. Nat Prod

Commun. 9:639-41.

de la Monte SM, Wands JR. 2008. Alzheimer's Disease Is Type 3 Diabetes–

Evidence Reviewed. J Diabetes Sci Technol. 2: 1101–1113.

de Souza RF, Marinho VHS, da Silva GA, Costa-Jr. LM, da Silva JKR, Bastos

GNT, Arruda AC, da Silva MN, Arruda MSP. 2013. New Isoflvones from

the Leaves of Vatairea guianensis Aublé. J. Braz. Chem. Soc. 24:1857-

1863. doi: 10.5935/0103-5053.20130231.

Di Sotto A, Mastrangelo S, Romussi G, Bisio A, Mazzanti G. 2009.

Antimutagenic activity of a secoisopimarane diterpenoid from Salvia

cinnabarina M. Martens et Galeotti in the bacterial reverse mutation assay.

Food Chem Toxicol. 47:2092-6. doi: 10.1016/j.fct.2009.05.030. 2.

do Nascimento PG, Lemos TL, Bizerra AM, Arriaga ÂM, Ferreira DA, Santiago

GM, Braz-Filho R, Costa JG. 2014. Antibacterial and antioxidant activities

of ursolic acid and derivatives. Molecules. 19:1317-27. doi:

10.3390/molecules19011317.

Eriksson L, Johansson E, Wold N, Trygg J, Wikstrom C, Wold S. 2006.

Multi- and Megavariate Data Analysis: Advanced Applications and

Method Extensions. 1st ed. Umea: Umetrics AB.

Eriksson L, Trygg J, Wold S. 2008. CV-ANOVA for significance testing of PLS

and OPLS models. J Chemometrics 22:594–600. doi: 10.1002/cem.1187.

Galindo-Prieto B, Eriksson L, Trygg J. 2014. Variable influence on projection

(VIP) for orthogonal projections to latent structures (OPLS). J

Chemometrics 28: 623-632. doi: 10.1002/cem.2627.

Gao H, Nishioka T, Kawabata J, Kasai T. 2004. Structure-activity relationships

for alpha-glucosidase inhibition of baicalein, 5,6,7-trihydroxyflavone: the

effect of A-ring substitution. Biosci Biotechnol Biochem. 68:369-75.

Habtemariam S. 2011. α-glucosidase inhibitory activity of kaempferol-3-O-

rutinoside. Nat Prod Commun. 6:201-3.

Page 59: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

43

He QQ, Yang L, Zhang JY, Ma JN, Ma CM. 2014. Chemical constituents of gold-

red apple and their α-glucosidase inhibitory activities. J Food Sci.

79:C1970-83. doi: 10.1111/1750-3841.12599.

Hossain MA, Rahman SMM. 2015. Isolation and characterisation of flavonoids

from the leaves of medicinal plant Orthosiphon stamineus. Arab J Chem

8:218-221. doi: 10.1016/j.arabjc.2011.06.016.

Hossain MA, Ismail Z. 2013. Isolation and characterizati on of triterpenes from

the leaves of Orthosiphon stamineus. Arab J Chem 6: 295–298.

doi:10.1016/j.arabjc.2010.10.009.

Hou W, Li Y, Zhang Q, Wei X, Peng A, Chen L, Wei Y. 2009. Triterpene acids

isolated from Lagerstroemia speciosa leaves as alpha-glucosidase

inhibitors. Phytother Res. 23:614-8. doi: 10.1002/ptr.2661.

Hui H, Tang G, Go VLW. 2009. Hypoglycemic herbs and their action

mechanisms. Chin Med 2009; 4-11.

Hunaefi D, Akumo DN, Riedel H,

Smetanska

I. 2012. The Effect of Lactobacillus

plantarum ATCC 8014 and Lactobacillus acidophilus NCFM

Fermentation on Antioxidant Properties of Selected in vitro Sprout Culture

of Orthosiphon aristatus (Java Tea) as a Model Study. Antioxidants

(Basel). 1: 4–32. doi: 10.3390/antiox1010004.

Hussain K, Ismail Z, Sadikun A, Ibrahim P. 2009. Evaluation of Metabolic

Changes in Fruit of Piper Sarmentosum in Various Seasons by

Metabolomics Using Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy. Int

J Clin Pharm Res 1: 68-71.

Jacobsen, NE. 2007. Nmr Spectroscopy Explained : Simplified Theory,

Applications and Examples for Organic Chemistry and Structural Biology.

John Wiley & Sons.

Javadi N, Abas F, Abd Hamid A, Simoh S, Shaari K, Ismail IS, Mediani A,

Khatib A. 2014. GC-MS-based metabolite profiling of Cosmos caudatus

leaves possessing alpha-glucosidase inhibitory activity. J Food Sci.

79:C1130-6. doi: 10.1111/1750-3841.12491.

Jeong JM, Choi CH, Kang SK, Lee IH, Lee JY, Jung H. 2007. Antioxidant and

chemosensitizing effects of flavonoids with hydroxy and/or methoxy

groups and structure-activity relationship. J Pharm Pharm Sci. 10:537-46.

Johansen JC, Harris AK, Rychly DJ, Ergul A. 2005. Oxidative stress and the use

of antioxidants in diabetes: Linking basic science to clinical practice.

Cardiovasc Diabetol. 4: 5. doi: 10.1186/1475-2840-4-5.

Kementerian Negera Riset dan Teknologi RI. 2014. www.warintek.ristek.go.id.

[28 Februari 2014].

Keng CL, Siong LP. 2006. Morphological Similarities and Differences between

the Two Varieties of Cat`s Whiskers (Orthosiphon stamineus Benth.)

grown in Malaysia. Int J Bot 2:1-6. doi: 10.3923/ijb.2006.1.6.

Khamsah SM, Akowah G, Zhari I. 2006. Antioxidant activity and phenolic

content of Orthosiphon stamineus benth from different geographical

origin. J Sustain Sci Manage 1:14-20.

Kwon YI, Apostolidis E, Shetty K. 2008. In vitro studies of eggplant (Solanum

melongena) phenolics as inhibitors of key enzymes relevant for type 2

diabetes and hypertension. Bioresour Technol. 99:2981-8. doi

10.1016/j.biortech.2007.06.035.

Page 60: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

44

Kubínová R, Pořízková R, Navrátilová A, Farsa O, Hanáková Z, Bačinská A,

Cížek A, Valentová M. 2014. Antimicrobial and enzyme inhibitory

activities of the constituents of Plectranthus madagascariensis (Pers.)

Benth. J Enzyme Inhib Med Chem. 29:749-52. doi:

10.3109/14756366.2013.848204.

Kutyshenko VP, Budantsev AY, Uversky VN. 2015. Analysis of seasonal changes

in plants by high-resolution NMR spectroscopy: Looking at the aqueous

extracts from different plant tissues. J Nat Sci 1: 1-4.

[IDF] International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas.

http://www.idf.org/diabetesatlas [28 Februari 2014].

Lawal U, Mediani A, Maulidiani H, Shaari K, Ismail IS, Khatib A, Abas F. 2015.

Metabolite profiling of Ipomoea aquatica at different growth stages

incorrelation to the antioxidant and α glucosidase inhibitory activities

elucidated by 1H NMR-based metabolomics. Sci. Hortic 192: 400–408.

Lazo de la Vega-Monroy ML, Larrieta E, German MS, Baez-Saldana A,

Fernandez-Mejia C. 2013. Effects of biotin supplementation in the diet on

insulin secretion, islet gene expression, glucose homeostasis and beta-cell

proportion. J Nutr Biochem. 24:169-77.doi:10.1016/j.jnutbio.2012.03.020.

Lee BW, Lee JH, Gal SW, Moon YH, Park KH. 2006. Selective ABTS radical-

scavenging activity of prenylated flavonoids from Cudrania tricuspidata.

Biosci Biotechnol Biochem. 70:427-32.

Lenny S, Barus T, Marpaung, ML.Pandapotan Nasution. 2013. Structure

elucidation of flavonoid compound from the leaves of coleus

atropurpureus benth using 1D- and 2D-NMR techniques. Malays J Anal

Sci 17: 255 – 261.

Liang YS, Choi YH, Kim HK, Linthorst HJM, Verpoorte R. 2006. Metabolomic

analysis of methyl jasmonate treated Brassica rapa leaves by 2-

dimensional NMR spectroscopy. Phytochem. 67: 2503–2511.

Lindgren F, Hansen B, Karcher W. 1996. Model validation by permutation tests:

applications to variable selection. J. Chemometrics 10:521-532.

Liu W, Yu Y, Yang R, Wan C, Xu B, Cao S. 2010.

Optimization of Total

Flavonoid Compound Extraction from Gynura medica Leaf Using

Response Surface Methodology and Chemical Composition Analysis. Int J

Mol Sci. 11: 4750–4763. doi: 10.3390/ijms11114750.

Luo JG, Ma L, Kong LY. 2002. New triterpenoid saponins with strong alpha-

glucosidase inhibitory activity from the roots of Gypsophila oldhamiana.

Bioorg Med Chem. 16:2912-20. doi: 10.1016/j.bmc.2007.

Ma YY, Zhao DG, Zhou AY, Zhang Y, Du Z, Zhang K. 2015. α-Glucosidase

Inhibition and Antihyperglycemic Activity of Phenolics from the Flowers

of Edgeworthia gardneri. J Agric Food Chem. 63:8162-9. doi:

10.1021/acs.jafc.5b03081.

Mbaze LM, Poumale HM, Wansi JD, Lado JA, Khan SN, Iqbal MC, Ngadjui BT,

Laatsch H. 2007. alpha-Glucosidase inhibitory pentacyclic triterpenes

from the stem bark of Fagara tessmannii (Rutaceae). Phytochemistry.

68:591-5. doi: 10.1016/j.phytochem.2006.12.015

Mohamed EAH, Mohamed AJ, Asmawi MZ, Sadikun A, Ebrika OS, Yam MF.

2011. Antihyperglycemic effect of Orthosiphon stamineus Benth leaves

Page 61: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

45

extract and its bioassay-guided fractions. Molecules 16:3787-3801. doi:

10.3390/molecules16053787.

Mohamed EAH, Siddiqui MJA, Ang LF, Sadikun A, Chan SH, Tan SC, Asmawi

MZ and Yam MF. 2012. Potent α-glucosidase and α-amylase inhibitory

activities of standardized 50 persen ethanolic extracts and sinensetin from

Orthosiphon stamineus Benth as anti-diabetic mechanism. BMC Complem

Altern M 12:01-07. doi: 10.1186/1472-6882-12-176.

Mohamed EA, Yam MF, Ang LF, Mohamed AJ, Asmawi MZ. 2013. Antidiabetic

properties and mechanism of action of Orthosiphon stamineus Benth

bioactive sub-fraction in streptozotocin-induced diabetic rats. J Acupunct

Meridian Stud. 6:31-40. doi: 10.1016/j.jams.2013.01.005.

Mohamed EA, Ahmad M, Ang LF, Asmawi MZ, Yam MF.2015. Evaluation of α-

Glucosidase Inhibitory Effect of 50 persen Ethanolic Standardized Extract

of Orthosiphon stamineus Benth in Normal and Streptozotocin-Induced

Diabetic Rats. Evid Based Complement Alternat Med. 2015:754931. doi:

10.1155/2015/754931.

Nacoulma AP, Vandeputte OM, De Lorenzi M, El Jaziri M, Duez P. 2013.

Metabolomic-Based Study of the Leafy Gall, the Ecological Niche of the

Phytopathogen Rhodococcus Fascians, as a Potential Source of Bioactive

Compounds. Int. J. Mol. Sci. 14: 12533-12549;

doi:10.3390/ijms140612533

Ohashi K, Bohgaki T, Matsubara T, Shibuya H. 2000. Indonesian medicinal

plants. XXIII. Chemical structures of two new migrated pimarane-type

diterpenes, neoorthosiphols A and B, and suppressive effects on rat

thoracic aorta of chemical constituents isolated from the leaves of

Orthosiphon aristatus (Lamiaceae). Chem Pharm Bull (Tokyo) 48:433-5.

Pelkonen O, Pasanen M, Lindonc JC, Chand K, Zhaof L, Dealg G, Xuh Q, Fan T.

2012. Omics and its potential impact on R and D and regulation of

complex herbal products. J Ethnopharmacol. 140: 587– 593.

Phan MAT, Wang J, Tang J, Lee YZ, Ng K. 2013. Evaluation of a-glucosidase

inhibition potential of some flavonoids from Epimedium brevicornum.

Lwt-Food Sci Technol 53: 492-498.

Pinto AC, Queiroz PPS, Garcez W. 1991 Diterpenes from Vellozia bicolor. J Braz

Chem Soc. 2: 25-30. 10.5935/0103-5053.19910006.

Pop RM, Buzoianu AD, Raţi IV, Socaciu C. 2014. Untargeted metabolomics for

sea buckthorn (Hippophae rhamnoides ssp. carpatica) berries and leaves:

fourier transform infrared spectroscopy as a rapid approach for evaluation

and discrimination. Not. Bot. Horti Agrobo. 42:545-550. doi:

10.1583/nbha4229654

Rafi M, Purwakusumah ED, Ridwan T, Barus B, Sutandi A, Darusman LK. 2015.

Geographical classification of Java Tea (Orthosiphon stamineus) from

Java Island by FTIR spectrocopy combined with canonical variate analysis.

JSM 23: 25-31.

Rajopadhye A, Upadhye AS. 2016. Estimation of Bioactive Compound, Maslinic

Acid by HPTLC, and E valuation of Hepatoprotective Activity on Fruit

Pulp of Ziziphus jujuba Mill. Cultivars in India. Evid-Based Compl Alt

2016: 1-8. doi:10.1155/2016/4758734.

Page 62: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

46

Rao PV, Sujana P, Vijayakanth T, Naidu MD. 2012. Rhinacanthus nasutus - Its

protective role in oxidative stress and antioxidant status in streptozotocin

induced diabetic rats. Asian Pac J Trop Dis. 2012: 327-330. doi:

10.1016/S2222-1808(12)60071-1.

Rao NK, Bethala K, Sisinthy SP, Rajeswari KS. 2014. Antidiabetic activity of

Orthosiphon stamineus benth roots in streptozotocin induced type 2

diabetic rats. Asian J. Pharm. Clin. Res. 7: 149–153.

Robinson MM, Zhang X. 2011. Traditional Medicine: Global situation, Issues and

challenges. Geneva: World Health Organization.

Rolo AP1, Palmeira CM. 2006. Diabetes and mitochondrial function: role of

hyperglycemia and oxidative stress. Toxicol Appl Pharmacol. 212:167-78.

Saidan NH, Hamil MSR, Memon AH, Abdelbari MM, Hamdan MR, Mohd KS,

Majid AMSA, Ismail Z. 2015. Selected metabolites profiling of

Orthosiphon stamineus Benth. leaves extracts combined with

chemometrics analysis and correlation with biological activities. BMC

Complem Altern M 15:12-30. doi: 10.1186/s12906-015-0884-0.

Salah El Dine R, Ma Q, Kandil ZA, El-Halawany AM. 2014. Triterpenes as

uncompetitive inhibitors of α-glucosidase from flowers of Punica

granatum L. Nat Prod Res. 28: 2191-4. doi:

10.1080/14786419.2014.928292.

Salazar-Aranda R, P´erez-L´opez LA, L´opez-Arroyo J, Alan´ıs-Garza BA, de

Torres NW. 2011. Antimicrobial and antioxidant activities of plants from

Northeast of Mexico. Evid-Based Compl Alt 2011:01-06. doi:

10.1093/ecam/nep127.

Sancheti S, Sancheti S, Seo SY. 2007. Chaenomeles Sinensis: A potent α-and β-

glucosidase inhibitor. Am J Pharm dan Toxicol 4:8-11.

doi:10.3844/ajptsp.2009.8.11.

Santiago LA, Dayrit KC, Correa PCB, Mayor ABR. 2014. Comparison of

antioxidant and free radical scavenging activity of triterpenes α-amyrin,

oleanolic acid and ursolic acid. J Nat Prod 7:29-36.

Santos FA, Frota JT, Arruda BR, de Melo TS, de Carvalho Almeida da Silva AA,

de Castro Brito GA, Chaves MH, Rao VS. 2012. Antihyperglycemic and

hypolipidemic effects ofα , β -amyrin, a triterpenoid mixture from Protium

heptaphyllum in mice. Lipids Health Dis 11 1:8.

Siddiqui M, Hafizoh S, Zhari I, Sahib H, Helal M, Majid AA. 2009. Analysis of

total proteins, polysaccharides and glycosaponins contents of Orthosiphon

stamineus Benth. in spray and freeze dried methanol: water (1:1) extract

and its contribution to cytotoxic and antiangiogenic activities.

Pharmacognosy Res 1:320-326.

Silva SD, Feliciano RP, Boas LV, Bronze MR. 2014. Application of FTIR-ATR

to Moscatel dessert wines for prediction of total phenolic and flavonoid

contents and antioxidant capacity. Food Chem 150:489–493. Doi::

10.1016/j.foodchem.2013.11.028.

Sim CO, Hamdan MR, Ismail Z , Ahmad MN. 2004. Assessment of herbal

medicines by chemometrics-assisted interpretation of FTIR spectra. J.

Anal. Chim. Acta 570: 116-123.

Page 63: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

47

Sheliya MA, Rayhana B, Ali A, Pillai KK, Aeri V, Sharma M, Mir SR. 2015.

Inhibition of α-glucosidase by new prenylated flavonoids from euphorbia

hirta L. herb. J Ethnopharmacol. 176:1-8. doi: 10.1016/j.jep.2015.10.018.

Shobana S, Sreerama YN, Malleshi NG. 2009. Composition and enzyme

inhibitory properties of finger millet (Eleusine coracana L.) seed coat

phenolics: Mode of inhibition of α-glucosidase and pancreatic amylase.

Food Chem. 115: 1268–1273. doi:10.1016/j.foodchem.2009.01.042.

Sridevi H, Jayaraman P, Pachaiyappan P. 2015. Evaluation of α-Glucosidase

Inhibitory Action of Isolated Compound beta Amyrin from Memecylon

umbellatum Burm. Int J Pharmacogn Phytochem Res 7: 1033-1038.

Sriplang K, Adisakwattana S, Rungsipipat A, Yibchok-anun S. 2007. Effects of

Orthosiphon stamineus aqueous extract on plasma glucose concentration

and lipid profile in normal and streptozotocin-induced diabetic rats. J

Ethnopharmacol. 109: 510–514.

Stehfest K, Boese M, Kerns G, Piry A, Wilhelm C. 2004. Fourier transform

infrared spectroscopy as a new tool to determine rosmarinic acid in situ. J

Plant Physiol 161:151–156. doi:10.1078/0176-1617-01099.

Sunil C, Irudayaraj SS, Duraipandiyan V, Al-Dhabi NF, Agastian P, Ignacimuthu

S. 2014. Antioxidant and free radical scavenging effects of β-amyrin

isolated from S. cochinchinensis Moore. Leaves. Ind Crop Prod 61: 510–

516. doi: 10.1016/j.indcrop.2014.07.005.

Tabopda TK, Ngoupayo J, Awoussong PK, Mitaine-Offer AC, Ali MS, Ngadjui

BT, Lacaille-Dubois MA. 2008. Triprenylated flavonoids from Dorstenia

psilurus and their alpha-glucosidase inhibition properties. J. Nat. Prod. 71,

2068–2072.

Tadera K, Minami Y, Takamatsu K, Matsuoka T. 2006. Inhibition of alpha-

glucosidase and alpha-amylase by flavonoids. J Nutr Sci Vitaminol

(Tokyo). 52:149-53.

Tezuka Y, Stampoulis P, Banskota AH, Awale S, Tran KQ, Saiki I, Kadota S.

2000. Constituents of the Vietnamese medicinal plant Orthosiphon

stamineus. Chem Pharm Bull (Tokyo) 48:1711-9.

doi:10.1248/cpb.48.1711.

Trygg J, Wold S. 2002. Orthogonal projection to latent structures (O-PLS). J

Chemometr 16: 119-128.

Tulpan D, Léger S, Belliveau L, Culf A, Cuperlović-Culf M. 2011.

MetaboHunter: an automatic approach for identification of metabolites

from 1H-NMR spectra of complex mixtures. BMC Bioinformatics.

14;12:400. doi: 10.1186/1471-2105-12-400.

Uddin G, Rauf A, Al-Othman AM, Collina S, Arfan M, Ali G, Khan I. 2012.

Pistagremic acid, a glucosidase inhibitor from Pistacia integerrima.

Fitoterapia. 83:1648-52. doi: 10.1016/j.fitote.2012.09.017.

Umpierrez GE, Isaacs SD, Bazargan N, You X, Thaler LM, Kitabchi AE. 2002.

Hyperglycemia: an independent marker of in-hospital mortality in patients

with undiagnosed diabetes. J Clin Endocrinol Metab. 87:978-82.

van de Laar FA1. 2008. Alpha-glucosidase inhibitors in the early treatment of

type 2 diabetes. Vasc Health Risk Manag. 4:1189-95.

Verpoorte R, Choi YH, Kim HK. 2007. NMR-based metabolomics at work in

phytochemistry. Phytochem Rev 6:3–14. doi: 10.1007/s11101-006-9031-3.

Page 64: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

48

Verpoorte, R, Choi YH, Mustafa NR, Kim HK. 2008. Metabolomics: back to

basics. Phytochem Rev 7: 525. doi:10.1007/s11101-008-9091-7.

Viant, MR. 2003. Improved methods for the acquisition and interpretation of

NMR metabolomic data. Biochem. Biophys. Res. Commun. 310: 943–948.

Warade JP, Pandey A. 2014. Fasting Blood Glucose Level Higher Than Post-

Meal in Healthy Subjects: A Study of 738 Subjects. World J Pharm Res 3;

1121-1128.

Worley B, Powers R. 2013. Multivariate analysis in metabolomics. Curr

Metabolomics 1:92-107. DOI: 10.2174/2213235X11301010092.

Wu P, Zheng J, Huang T, Li D, Hu Q, Cheng A, Jiang Z, Jiao L, Zhao S, Zhang K.

2015. Synthesis and Evaluation of Novel Triterpene Analogues of Ursolic

Acid as Potential Antidiabetic Agent. PLoS One. 10:e0138767. doi:

10.1371/journal.pone.0138767.

Xia X, Qi J, Liu Y, Jia A, Zhang Y, Liu C, Gao C, She Z. 2015. Bioactive

isopimarane diterpenes from the fungus, Epicoccum sp. HS-1, associated

with Apostichopus japonicus. Mar Drugs. 13:1124-32. doi:

10.3390/md13031124.

Xiao H, Liu B, Mo H, Liang G. Comparative evaluation of tannic acid inhibiting

α-glucosidase and trypsin. Food Res Int. 76:605–10.

Yang F, Shi H, Zhang X, Yang H, Zhou Q, Yu L. 2013. Two new saponins from

tetraploid jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum), and their anti-

inflammatory and a-glucosidase inhibitory activities. Food Chem 141:

3606–3613. doi: 10.1016/j.foodchem.2013.06.015.

Yuliana ND1, Khatib A, Link-Struensee AM, Ijzerman AP, Rungkat-Zakaria F,

Choi YH, Verpoorte R.2009. Adenosine A1 receptor binding activity of

methoxy flavonoids from Orthosiphon stamineus. Planta Med. 75:132-6.

doi: 10.1055/s-0028-1088379.

Yuliana ND, Khatib A, Verpoorte R, Choi YH. 2011. Comprehensive extraction

method integrated with NMR metabolomics: a new bioactivity screening

method for plants, adenosine A1 receptor binding compounds in

Orthosiphon stamineus Benth. Anal Chem 83:6902–6906. doi:

10.1021/ac201458n.

Yuliana ND1, Khatib A, Choi YH, Verpoorte R. 2011. Metabolomics for

bioactivity assessment of natural products. Phytother Res. 25:157-69. doi:

10.1002/ptr.3258.

Yuliana ND1, Budijanto S, Verpoorte R, Choi YH. 2013. NMR metabolomics for

identification of adenosine A1 receptor binding compounds from

Boesenbergia rotunda rhizomes extract. J Ethnopharmacol.150:95-9. doi:

10.1016/j.jep.2013.08.012.

Yusof NA, Isha A, Ismail IS, Khatib A, Shaari K, Abas F, Rukayadi Y. 2015.

Infrared-metabolomics approach in detecting changes in Andrographis

paniculata metabolites due to different harvesting ages and times. J Sci

Food Agric. 95 :2533-43. doi: 10.1002/jsfa.6987.

Zhu F, Asada T, Sato A, Koi Y, Nishiwaki H, Tamura H. 2014. Rosmarinic acid

extract for antioxidant, antiallergic, and α-glucosidase inhibitory activities,

isolated by supramolecular technique and solvent extraction from Perilla

leaves. J Agric Food Chem. 62:885-92. doi: 10.1021/jf404318j.

Page 65: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

LAMPIRAN

Page 66: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

50

Lampiran 1 Hasil analisis korelasi antara aktivitas antioksidan dengan aktivitas

penghambatan enzim α-glukosidase

Lampiran 2 Karakteristik IR senyawa aktif terhadap aktivitas penghambatan

enzim α-glukosidase berdasarkan nilai Y-related coefficient dan VIP Senyawa Bilangan

gelombang (cm-1

)

Y-related

coefficients

VIP Referensi

Sinensitin 2850 + 0.72 Hossain dan

Rahman

2015 1215 + 0.67

1189 + 0.72

5,6,7,3’-tetrametoksi-

4’-hidroksi-8-C-

prenilflavon

2964 + 0.69

2936 + 1.13

1271 + 0.93

1200 + 0.77

Neoortosifol A 1720 + 1.01 Ohashi et al.

2000 1267 + 0.88

Neoortosifol B 1720 + 1.01

1250 + 0.75

Ortosifol O 1725 + 0.94 Awale et al.

2002 1280 + 0.98

Ortosifol P 1720 + 1.01

1275 + 0.96

Ortosifol Q 1725 + 0.94

1265 + 0.86

Noortosifonolida A 1720 + 1.01

1285 + 0.94

Ortosifol A 2967 + 0.60 Masuda et al.

1992 1723 + 0.98

1287 + 0.89

1240 + 0.69

Ortosifol B 2970 + 0.40

1717 + 1.12

1289 + 0.82

1240 + 0.69

Ortosifol U 1720 + 1.01 Awale et al.

2003 1210 + 0.72

Correlations

Aktivitas_antioks

idan_DPPH

Aktivitas_pengha

mbatan_enzim_

alfa_glukosidase

Aktivitas_antioksidan_DPPH Pearson Correlation 1 .226

Sig. (2-tailed) .229

N 30 30

Aktivitas_penghambatan_en

zim_alfa_glukosidase

Pearson Correlation .226 1

Sig. (2-tailed) .229

N 30 30

Page 67: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

51

1180 + 0.80

Ortosifol V 1720 + 1.01

1210 + 0.72

1180 + 0.80

Ortosifol W 1725 + 0.94

1210 + 0.72

1180 + 0.80

Ortosifol X 1720 + 1.01

1210 + 0.72

1175 + 0.81

Ortosifol Y 1735 + 0.66

1210 + 0.72

Ortosifol Z 1725 + 0.94

1265 + 0.86

Ortosifol F 1725 + 0.94 Tezuka et al.

2000 1280 + 0.98

Ortosifol G 1720 + 1.01

1280 + 0.98

Ortosifol H 1725 + 0.94

1280 + 0.98

1240 + 0.69

Ortosifol I 1725 + 0.94

1270 + 0.91

Ortosiphol J 1725 + 0.94

1270 + 0.91

1230 + 0.63

Staminol A 1725 + 0.94

1200 + 0.77

1270 + 0.91

Staminol B 1725 + 0.94

1200 + 0.77

1270 + 0.91

Staminolakton A 1730 + 0.83

1200 + 0.77

1240 + 0.67

Staminolakton B 1730 + 0.83

1270 + 0.91

1200 + 0.77

1240 + 0.67

Norstaminol A 1725 + 0.94

1280 + 0.98

1200 + 0.77

1240 + 0.67

Ortoarisin A 1716 + 1.12 Di et al. 2013

1275 + 0.96

Ortoarisin B 1716 + 1.12

1279 + 0.98

Ortoarisin C 1720 + 1.01

1276 + 0.93

Ortoarisin D 1712 + 1.19

1238 + 0.67

Ortoarisin E 2972 + 0.32

2944 + 0.77

2883 + 0.04

1729 + 0.86

Page 68: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

52

1276 + 0.93

Ortoarisin F 2970 + 0.42

2938 + 1.02

2881 + 0.06

1725 + 0.94

1283 + 0.78

1235 + 0.65

1174 + 0.81

Ortoarisin G 2970 + 0.42

2938 + 1.02

2881 + 0.06

1725 + 0.94

1283 + 0.78

1235 + 0.65

1174 + 0.81

Ortoarisin H 1731 + 0.79

1277 + 0.97

1244 + 0.71

Ortoarisin I 1718 + 1.06

1271 + 0.93

Asam ursolat 1293 + 0.62 Hossain dan

Ismail 2013 1216 + 0.65

963 + 0.07

Asam oleanolat 2876 + 0.18

1265 + 0.86

1227 + 0.62

964 + 0.06

Asam betulinat 2953 + 0.78

2887 + 0.04

1682 + 0.57

1221 + 0.63

1194 + 0.73

980 + 0.00

Asam hidroksibetulinat 2926 + 1.63

1742 + 0.46

1254 + 0.77

975 + 0.07

α-amirin 2969 + 0.51

2931 + 1.36

2849 + 0.61

1254 + 0.77

969 + 0.07

β-amirin 2964 + 0.69

2920 + 1.67

1753 + 0.08

1260 + 0.81

Asam maslinat 2926 + 1.63

1742 + 0.46

1254 + 0.77

975 + 0.07

Page 69: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

53

Lampiran 3 Pergeseran kimia (δ) senyawa aktif terhadap aktivitas penghambatan

enzim α-glukosidase berdasarkan nilai Y-related coefficient dan VIP Senyawa Pergeseran

kimia (δ)

Y-related

coefficients

VIP Referensi

5,3’-dihidroksi-6,7,4’-

trimetoksiflavon (eupatorin)

6.76 s + 0.27 Hossain dan

Rahman 2015 6.88 s + 0.13

7.10 d + 0.10

7.45 s + 0.14

7.68 dd + 0.11

5,6,7,3’,4’-pentametoksiflavon

(sinensetin)

6.78 s + 0.23

7.12 d + 0.11

7.18 s + 0.06

7.52 s + 0.27

7.68 d + 0.11

5-hidroksi-6,7,3’,4’-

tetrametoksiflavon

5.29 s + 0.04

6.97 s + 0.11

7.10 s + 0.10

7.29 d + 0.16

Salvigenin 6.67 s + 0.10

7.13 d + 0.11

7.74 d + 0.02

6-hidroksi-5,7,3’-

trimetoksiflavon

6.65 s + 0.10

7.05 d + 0.12

7.45 d + 0.14

5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-

hidroksi-8-C-prenilflavon

1.60 s + 0.17

6.96 s + 0.28

6.99 d + 0.11

7.44 m + 0.14

Neoortosifol A 1.02 s + 1.53 Ohashi et al.

2000 1.08 s + 0.48

1.66 s + 0.52

2.02 s + 0.16

2.18 s + 0.19

2.61 d + 0.01

5.82 d + 0.03

6.30 dd + 0.00

7.48 dd + 0.27

7.61 dd + 0.14

8.24 d + 0.01

7.42 dd + 0.03

7.57 dd + 0.14

8.05 d + 0.03

Neoortosifol B 1.07 s + 0.48

1.46 s + 0.22

1.54 s + 0.33

1.65 s + 0.52

5.28 ddd + 0.04

6.27 dd + 0.04

7.43 dd + 0.03

7.59 dd + 0.14

7.60 dd + 0.14

8.06 d + 0.03

Ortosifol O 1.16 s + 0.76 Awale et al.

2002 1.20 s + 0.73

1.52 s + 0.33

Page 70: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

54

1.82 d + 0.16

1.96 s + 0.22

2.02 m + 0.16

2.11 s + 0.05

2.55 dd + 0.34

6.86 t + 0.12

7.29 t + 0.16

7.41 t + 0.03

7.60 t + 0.14

7.75 d + 0.02

8.08 d + 0.07

Ortosifol P 1.18 s + 0.73

1.22 s + 0.60

1.76 s + 0.42

1.94 s + 0.22

2.11 d + 0.05

2.68 dd + 0.07

5.54 d + 0.04

7.09 t + 0.11

7.23 t + 0.06

7.39 tt + 0.13

7.50 tt + 0.27

7.54 dd + 0.24

7.55 dd + 0.24

Ortosifol Q 1.12 s + 0.76

1.46 s + 0.22

1.55 s + 0.33

1.56 m + 0.33

1.90 dt + 0.38

1.99 s + 0.03

2.85 s + 0.04

5.15 d + 0.03

7.52 s + 0.27

Noortosifonolida A 1.19 s + 0.73

1.20 s + 0.73

1.20 s + 0.73

1.62 s + 0.16

1.78 br d + 0.42

1.96 m + 0.22

1.99 s + 0.03

3.14 d + 0.08

5.19 d + 0.11

7.45 t + 0.14

7.57 t + 0.14

8.08 br d + 0.07

Ortosifol A 5.30 br d + 0.04 Masuda et al.

1992 1.99-2.12 m + 0.16

1.99-2.12 m + 0.16

3.11 br d + 0.06

2.57 dd + 0.16

1.96 dd + 0.22

1.14 s + 0.76

1.04 s + 1.53

1.07 s + 0.48

1.49 s + 0.01

Page 71: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

55

1.94 s + 0.22

2.17 s + 0.19

7.29 t + 0.16

7.54 t + 0.24

7.60 d + 0.14

7.11 t + 0.10

7.41 t + 0.03

7.58 d + 0.14

Ortosifol B 4.95 br s + 0.02

4.41 br s + 0.01

2.01-2.15 m + 0.16-0.40

2.01-2.15 m + 0.16-0.40

3.39 d + 0.05

5.93 br t + 0.03

2.59 dd + 0.16

1.90 br d + 0.38

5.82 dd + 0.03

4.94 d + 0.02

1.15 s + 0.76

1.09 s + 0.33

1.52 s + 0.33

7.48 t + 0.27

7.64 t + 0.14

7.84 d + 0.05

7.16 t + 0.11

7.41 t + 0.03

7.59 d + 0.14

Ortosifol U 1.12 s + 0.76 Awale et al.

2003 1.14 s + 0.76

1.48 s + 0.22

1.63 s + 0.16

1.80 dd + 0.42

1.93 td + 0.22

1.99 s + 0.03

5.85 dd + 0.29

7.40 t + 0.13

7.57 t + 0.14

8.09 d + 0.07

Ortosifol V 1.09 s + 0.76

1.14 s + 0.76

1.62 s + 0.16

1.81 d + 0.16

1.96 m + 0.22

2.86 d + 0.04

5.30 br s + 0.04

5.84 dd + 0.29

7.43 t + 0.03

7.60 t + 0.14

8.11 d + 0.07

Ortosifol W 1.04 s + 1.53

1.07 s + 0.48

1.11 s + 0.33

1.77 dd + 0.42

1.98 m + 0.03

2.10 s + 0.05

Page 72: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

56

4.41 br t + 0.01

7.42 t + 0.03

7.57 tt + 0.14

8.02 dd + 0.05

Ortosifol X 1.03 s + 1.53

1.21 s + 0.60

1.23 s + 0.60

1.51 s + 0.01

1.76 m + 0.42

1.95 s + 0.22

1.95 s + 0.22

2.82 d + 0.03

4.94 d + 0.02

5.91 dd + 0.06

6.89 t + 0.13

7.29 t + 0.16

7.40 t + 0.13

7.56 t + 0.24

7.77 d + 0.02

8.05 d + 0.03

Ortosifol Y 1.14 s + 0.76

1.16 s + 0.76

1.24 s + 0.60

1.90 dt + 0.38

1.98 s + 0.03

5.19 d + 0.11

7.53 s + 0.24

Ortosifol Z 1.17 s + 0.73

1.21 s + 0.60

1.76 td + 0.42

2.84 d + 0.03

5.15 d + 0.03

5.25 d + 0.04

7.60 s + 0.14

Ortosifol F 0.99 s + 0.46 Tezuka et al.

2006 1.12 s + 0.76

1.26 s + 0.06

1.47 s + 0.22

1.50 s + 0.01

1.82 s + 0.16

2.69 dd + 0.07

5.29 d + 0.04

5.54 t + 0.04

6.99 t + 0.11

7.21 t + 0.06

7.31 dt + 0.16

7.44 dt + 0.14

7.49 dd + 0.27

7.59 dd + 0.14

Ortosifol G 1.00 s + 1.53

1.13 s + 0.76

1.23 s + 0.60

1.66 s + 0.52

1.73 dd + 0.40

1.82 m + 0.16

Page 73: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

57

1.95 m + 0.22

1.97 s + 0.03

2.58 m + 0.16

2.60 d + 0.16

5.87 dd + 0.29

7.43 t + 0.03

7.55 t + 0.24

8.09 d + 0.07

Ortosifol H 1.13 s + 0.76

1.14 s + 0.76

1.52 s + 0.33

1.95 dd + 0.22

2.02 m + 0.16

2.58 dd + 0.16

3.18 d + 0.34

5.16d + 0.11

7.12 t + 0.11

7.32 t + 0.16

7.42 tt + 0.03

7.54 tt + 0.24

7.60 dd + 0.14

7.70 dd + 0.03

Ortosifol I 0.98 s + 1.46

1.12 s + 0.76

1.14 s + 0.76

1.77 s + 0.42

1.95 s + 0.22

2.66 d + 0.05

7.46 t + 0.14

7.58 tt + 0.14

8.11 dd + 0.07

Ortosiphol J 1.11 s + 0.33

1.12 s + 0.76

1.76 s + 0.42

1.95 s + 0.22

1.98 m + 0.03

2.63 d + 0.01

2.69 d + 0.07

5.28 dd + 0.04

7.43 t + 0.03

7.58 t + 0.14

8.11d + 0.07

Staminol A 1.09 s + 0.33

1.60 s + 0.17

1.68 s + 0.52

1.93 s + 0.22

2.63 dd + 0.01

5.15 dt + 0.03

6.29 dd + 0.00

7.42 t + 0.03

7.48 t + 0.27

7.58 tt + 0.14

7.61 tt + 0.14

8.26 dd + 0.01

Staminol B 1.00 s + 1.53

Page 74: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

58

1.09 s + 0.33

1.59 s + 0.17

1.67 s + 0.52

1.98 s + 0.03

1.99 br d + 0.03

2.85 br d + 0.04

5.14 dt + 0.03

7.42 d + 0.03

7.42 d + 0.03

7.48 t + 0.27

7.55 t + 0.24

8.04 d + 0.05

8.16 d + 0.06

Staminolakton A 1.03 s + 1.53

1.11 s + 0.33

1.57 s + 0.17

1.75 s + 0.40

2.02 br d + 0.16

7.33 t + 0.06

7.52 t + 0.27

7.53 t + 0.24

7.63 t + 0.14

7.72 d + 0.03

8.06 d + 0.03

Staminolakton B 1.04 s + 1.53

1.15 s + 0.76

1.59 s + 0.17

1.74 s + 0.40

1.93 br d + 0.22

1.99 s + 0.03

4.40 s + 0.05

5.19 d + 0.11

5.30 d + 0.04

7.10 t + 0.10

7.18 t + 0.06

7.21 t + 0.06

7.37 t + 0.13

7.52 d + 0.27

7.86 d + 0.05

Norstaminol A 1.04 s + 1.53

1.12 s + 0.76

1.66 s + 0.52

1.70 s + 0.42

1.82 s + 0.16

1.82 br t + 0.16

1.91 br d + 0.38

2.62 br d + 0.01

5.29 br s + 0.04

7.07 t + 0.12

7.29 t + 0.16

7.41 t + 0.03

7.53 t + 0.24

7.58 d + 0.14

7.68 d + 0.11

Ortoarisin A 1.14 s + 0.76 Di et al. 2013

Page 75: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

59

1.93 dt + 0.22

2.13 dd + 0.40

2.15 dd + 0.40

2.18 s + 0.19

2.55 dd + 0.34

5.84 ddd + 0.29

7.28 t + 0.16

7.38 t + 0.13

7.42 t + 0.03

7.55 + 0.24

7.77 d + 0.02

8.15 d + 0.03

Ortoarisin B 1.00 s + 1.53

1.00 s + 1.53

1.20 s + 0.73

1.90 d + 0.38

2.00 m + 0.16

2.12 m + 0.40

2.12 d + 0.40

2.55 dd + 0.34

5.24 d + 0.18

7.34 t + 0.06

7.34 t + 0.06

7.50 t + 0.27

7.50 t + 0.27

7.80 d + 0.02

8.01 d + 0.05

Ortoarisin C 1.19 s + 0.73

1.95 m + 0.22

2.00 s + 0.16

2.88 d + 0.07

5.29 d + 0.04

5.85 dd + 0.29

7.32 t + 0.16

7.45 t + 0.14

7.52 t + 0.27

7.61 t + 0.14

7.90 d + 0.67

8.03 d + 0.05

Ortoarisin D 0.71 s + 0.19

1.11 s + 0.33

1.11 s + 0.33

1.18 s + 0.73

1.98 m + 0.03

2.14 d + 0.40

2.68 d + 0.07

5.20 d + 0.18

7.48 t + 0.27

7.60 t + 0.14

8.04 d + 0.05

Ortoarisin E 1.04 s + 1.53

1.06 s + 0.48

1.08 s + 0.48

1.46 s + 0.22

1.48 m + 0.22

Page 76: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

60

1.52 m + 0.33

2.15 s + 0.40

5.83 br t + 0.03

7.16 t + 0.11

7.31 t + 0.16

7.44 t + 0.14

7.54 t + 0.24

7.69 d + 0.03

7.69 d + 0.03

Ortoarisin F 0.66 t + 0.04

1.06 s + 0.48

1.08 s + 0.48

1.48 s + 0.22

1.57 s + 0.17

1.72 s + 0.42

1.82 d + 0.16

7.13 t + 0.11

7.41 t + 0.03

7.48 t + 0.27

7.58 d + 0.14

7.63 t + 0.14

7.87 t + 0.05

Ortoarisin G 0.96 s + 1.46

1.03 s + 1.53

1.18 m + 0.73

1.20 s + 0.73

1.48 s + 0.22

2.14 s + 0.40

2.66 d + 0.05

7.08 t + 0.11

7.37 t + 0.13

7.56 t + 0.24

7.56 t + 0.24

7.89 d + 0.67

8.09 d + 0.07

Ortoarisin H 1.18 s + 0.73

1.19 s + 0.73

1.20 s + 0.73

1.20 t + 0.73

1.21 s + 0.60

1.99 dt + 0.03

2.57 dd + 0.16

5.15 d + 0.03

5.94 dd + 0.03

7.47 t + 0.14

7.58 t + 0.14

8.05 d + 0.03

Ortoarisin I 0.97 s + 1.46

1.07 s + 0.48

1.62 s + 0.16

1.94 m + 0.22

2.60 dd + 0.16

3.18 d + 0.34

5.19 dt + 0.11

6.29 dd + 0.00

Page 77: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

61

7.40 t + 0.13

7.47 t + 0.14

7.58 t + 0.14

7.60 t + 0.14

8.02 d + 0.05

8.02 d + 0.05

Asam ursolat 0.73 s + 0.17 Hossain dan

Ismail 2013 0.77 s + 0.73

0.79 s + 0.73

0.94 s + 0.62

1.00 s + 1.53

1.51 m + 0.01

2.13 m + 0.40

3.17 t + 0.34

Asam oleanolat 0.79 s + 0.73

0.97 s + 1.46

1.08 s + 0.48

1.51 m + 0.01

3.17 t + 0.34

Asam Betulinat 0.65 s + 0.04

0.77 s + 0.73

0.98 s + 1.46

1.14 s + 0.76

2.13 m + 0.40

3.17 t + 0.34

Asam Hidroksibetulinat 0.81 s + 0.62

1.01 s + 1.53

1.18 s + 0.73

1.55 m + 0.33

2.14 m + 0.40

2.16 m + 0.40

3.18 t + 0.34

α-amirin 1.08 d + 0.48

1.51 m + 0.01

1.60 d + 0.17

1.68 s + 0.52

1.80 m + 0.42

2.01 d + 0.16

2.17 d + 0.19

β-amyrin 1.08 d + 0.48

1.48 m + 0.22

1.52 d + 0.33

1.69 s + 0.42

1.90 m + 0.38

5.14 s + 0.03

Asam maslinat 0.95 s + 0.62

0.97 s + 1.46

0.99 s + 1.46

1.03 s + 1.53

1.23 s + 0.60

1.25 s + 0.06

3.26 dd + 0.18

Page 78: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

62

Lampiran 4 Karakteristik IR senyawa aktif terhadap aktivitas antioksidan

berdasarkan nilai Y-related coefficient dan VIP Senyawa Bilangan

gelombang

(cm-1

)

Y-related

coefficients

VIP

Referensi

Asam rosmarinat 3382 + 0.66 Abedini et al.

2013 1606 + 0.21

1522 + 0.11

Eupatorin 3470 + 0.44 Hossain dan

Rahman 2015 3250 + 0.55

1605 + 0.22

1599 + 0.31

Sinensitin 1600 + 0.27

1590 + 0.23

5-hidroksi-6,7,3’,4’-

tetrametoksflavon

3415 + 0.52

1600 + 0.27

1590 + 0.23

Salvegenin 3450 + 0.52

1600 + 0.27

1590 + 0.23

6-hidroksi-5,7,3’-

trimetoksiflavon

3470 + 0.44

1595 + 0.33

1590 + 0.23

5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-

hidroksi-8-C-prenilflavon

3435 + 0.43

1610 + 0.19

1595 + 0.33

Neoortosifol A 3420 + 0.61 Ohashi et al. 2000

3080 + 0.51

Neoortosifol B 3410 + 0.55

3080 + 0.51

Ortosifol O 3550 + 0.19 Awale et al. 2002

3400 + 0.50

Ortosifol P 3550 + 0.19

3450 + 0.52

Ortosifol Q 3550 + 0.19

3450 + 0.52

Noortosifonolida A 3550 + 0.19

3450 + 0.52

Ortosifol A 3425 + 0.62 Masuda et al.

1992 Ortosifol B 3420 + 0.61

Ortosifol U 3450 + 0.52 Awale et al. 2003

1605 + 0.22

1590 + 0.23

Ortosifol V 3450 + 0.52

1605 + 0.22

1590 + 0.23

Ortosifol W 3400 + 0.50

1605 + 0.22

1590 + 0.23

Ortosifol 3450 + 0.52

1605 + 0.22

1585 + 0.09

OrtosifolY 3450 + 0.52

Ortosifo Z 3450 + 0.52

Ortosifl F 3550 + 0.19 Tezuka et al.

Page 79: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

63

3450 + 0.52 2000

Ortosifol G 3550 + 0.19

3400 + 0.50

Ortosol H 3550 + 0.19

3400 + 0.50

Ortoifol I 3550 + 0.19

3400 + 0.50

Ortosifol J 3550 + 0.19

Staminol A 3550 + 0.19

3430 + 0.61

3300 + 0.53

1600 + 0.27

Staminol B 3550 + 0.19

3430 + 0.61

3300 + 0.53

1600 + 0.27

Staminolakton A 3570 + 0.44

1600 + 0.27

Staminolakton B 3570 + 0.44

1600 + 0.27

Norstaminol A 3550 + 0.19

1600 + 0.27

Ortoarisin A 3580 + 0.15 Di et al. 2013

1602 + 0.24

Ortoarisin B 3439 + 0.45

1602 + 0.24

Ortoarisin C 3430 + 0.61

1601 + 0.27

Ortoarisin D 3460 + 0.56

1601 + 0.27

Ortoarisin E 3519 + 0.32

1601 + 0.27

Ortoarisin F 3425 + 0.62

1601 + 0.27

Ortoarisin G 3425 + 0.62

1601 + 0.27

Ortoarisin H 3363 + 0.58

1601 + 0.27

Ortoarisin I 3438 + 0.45

1601 + 0.27

Asam ursolat 3435 + 0.43 Hossain dan

Ismail 2013 3243 + 0.67

1621 + 0.12

1600 + 0.27

1528 + 0.12

1380 + 0.01

Asam oleanolat 3331 + 0.54

3161 + 0.65

3095 + 0.54

1616 + 0.16

Asam betulinat 3473 + 0.38

3063 + 0.46

Asam hidroksibetulinat 3435 + 0.43

1380 + 0.01

α-amirin 3446 + 0.48

Page 80: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

64

3035 + 0.34

β-amirin 3452 + 0.52

3035 + 0.34

Asam maslinat 3435 + 0.43

1380 + 0.01

Lampiran 5 Pergeseran kimia (δ) senyawa aktif terhadap aktivitas antioksidan

berdasarkan nilai Y-related coefficient dan VIP Senyawa Pergeseran

kimia (δ) Y-related coefficients

VIP Referensi

5,3’-dihidroksi-6,7,4’-trimetoksiflavon (eupatorin)

3.72 s + 2.19 Hossain dan Rahman 2015 3.88 s + 0.61

3.96 s + 0.34

6.76 s + 0.81

6.88 s + 0.30

5,6,7,3’,4’-pentametoksiflavon (sinensetin)

3.76 s + 2.52

3.78 s + 2.52

3.84 s + 0.61

3.88 s + 0.61

3.96 s + 0.34

6.78 s + 0.43

7.18 s + 0.00

5-hidroksi-6,7,3’,4’-tetrametoksiflavon

3.41 s + 0.90

6.97 s + 0.02

Salvigenin 3.91 s + 0.17

3.94 s + 0.34

3.99 s + 0.33

6.67 s + 0.66

6-hidroksi-5,7,3’-trimetoksiflavon 3.91 + 0.17

3.94 + 0.34

3.97 + 0.33

6.45 + 0.05

6.65 + 0.66

5,6,7,3’-tetrametoksi-4’-hidroksi-8-C-prenilflavon

3.51 d + 0.70

3.90 s + 0.17

3.94 s + 0.34

3.99 s + 0.33

4.00 s + 1.13

6.96 s + 0.30

6.99 d + 0.02

Neoortosifol A 2.94 dd + 0.70 Ohashi et al. 2000 2.98 d + 0.43

3.52 d + 3.57

4.45 d + 0.07

6.30 dd + 0.06

Neoortosifol B 2.52 d + 0.76

2.99 dd + 0.43

3.24 d + 1.61

4.47 d + 0.07

6.27 dd + 0.29

Ortosifol O 2.95 d + 0.70 Awale et al. 2002 5.38 t + 0.24

6.86 t + 0.06

Ortosifol P 1.94 s + 0.65

2.46 d + 0.55

2.68 dd + 0.09

Page 81: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

65

2.95 d + 0.70

3.49 d + 0.70

Ortosifol Q 1.90 dt + 0.02

2.85 s + 0.10

3.14 s + 0.37

Noortosifonolida A 2.50 m + 0.76

2.52 dd + 0.76

3.14 d + 0.37

5.12 s + 0.34

Ortosifol A 3.49 m + 0.70 Masuda et al. 1992 3.11 br d + 0.55

1.94 s + 0.65

Ortosifol A 3.39 d + 0.81

1.90 br d + 0.02

Ortosifol U 4.46 br t + 0.07 Awale et al. 2003 Ortosifol V 2.86 d + 0.10

Ortosifol W 3.55 d + 3.57

Ortosifol X 2.82 d + 0.09

4.50 br t + 0.02

Ortosifol Y 1.90 dt + 0.02

2.50 dd + 0.76

4.47 br t + 0.07

6.14 dd + 0.01

Ortosifol Z 2.84 d + 0.10

2.95 d + 0.70

3.11 s + 0.55

Ortosifol F 1.50 s + 1.16 Tezuka et al. 2006 2.69 dd + 0.01

3.04 d + 0.49

6.99 t + 0.02

Ortosifol G 5.87 dd + 0.05

Ortosifol H 2.48 dd + 0.76

3.18 d + 1.77

Ortosifol I 2.47 dd + 0.55

2.66 d + 0.09

3.49 s + 0.70

6.39 d + 0.01

Ortosiphol J 2.69 d + 0.01

3.52 s + 3.57

Staminol A 1.88 br t + 0.55

1.93 s + 0.65

2.96 dd + 0.70

3.11 d + 0.55

5.38 dd + 0.24

6.29 dd + 0.06

Staminol B 1.38 s + 0.34

2.85 br d + 0.10

3.05 dd + 0.49

3.10 d + 0.55

5.14 dt + 0.05

5.38 br s + 0.24

Staminolakton A 1.89 br t + 0.02

3.10 d + 0.55

4.00 br s + 1.13

5.13 br s + 0.05

Staminolakton B 1.86 br t + 0.55

1.93 br d + 0.65

7.18 t + 0.00

Page 82: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

66

Norstaminol A 3.69 br d + 1.93

3.80 br s + 2.52

3.81 br d + 1.69

Ortoarisin A 1.93 dt + 0.65 Di et al. 2013

3.43 d + 0.90

3.89 d + 0.17

Ortoarisin B 1.90 d + 0.02

3.21 d + 1.61

3.69 br s + 1.93

3.75 br s + 2.19

7.34 t + 0.01

7.34 t + 0.01

Ortoarisin C 2.88 d + 0.26

4.01 s + 1.13

5.38 d + 0.24

Ortoarisin D 2.14 d + 0.01

2.53 dd + 0.23

2.68 d + 0.09

3.90 s + 0.17

Ortoarisin E 2.50 d + 0.76

2.95 d + 0.70

3.51 s + 0.70

Ortoarisin F 2.38 d + 0.00

Ortoarisin G 2.14 s + 0.01

2.50 br t + 0.76

2.66 d + 0.09

3.59 s + 1.26

6.39 s + 0.01

Ortoarisin H 3.06 dd + 0.49

3.77 t + 2.52

Ortoarisin I 1.94 m + 0.65

2.92 dd + 0.70

3.18 d + 1.77

3.51 d + 0.70

6.29 dd + 0.06

Asam ursolat 0.94 s + 2.51 Hossain dan Ismail 2013 1.38 m + 0.34

3.17 t + 1.77

3.38 s + 0.81

Asam oleanolat 1.38 m + 0.34

3.17 t + 1.77

3.38 s + 0.81

Asam Betulinat 1.38 m + 0.34

3.17 t + 1.77

3.38 s + 0.81

Asam Hidroksibetulinat 2.14 m + 0.01

3.19 t + 1.77

3.48 s + 1.13

4.50 s + 0.02

α-amirin 3.53 s + 3.57

3.67 m + 1.62

5.11 s + 0.34

5.13 s + 0.05

β-amyrin 1.86 m + 0.55

1.90 m + 0.02

5.14 s + 0.05

Asam maslinat 3.26 dd + 1.36

4.10 ddd + 0.53

Page 83: IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR α-GLUKOSIDASE DAN ... · enzim α-glukosidase dan senyawa antioksidan melalui identifikasi gugus fungsi ... spektroskopi inframerah transformasi Fourier

67

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aceh Besar pada tanggal 19 Januari 1989

sebagai anak kedua dari ayah bernama Ismail Yahya dan

Ramlah Abdullah. Pendidikan sekolah dasar hingga sarjana

ditempuh di Banda Aceh dari tahun 1995-2007. Penulis

menyelesaikan pendidikan sarjana di Program Studi Teknologi

Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

dari tahun 2007 dan lulus pada bulan April 2011. Pada tahun

2013 penulis mendapatkan beasiswa program pendidikan

dalam negeri (BPPDN) dari Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi (DIKTI) Kemdiknas dan melanjutkan pendidikan program magister di

Program Studi Ilmu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian

Bogor.

Penulis memiliki minat keilmuan di bidang Kimia Pangan dan Biokimia

pangan. Sebagian dari tesis ini dengan judul Inhibitor α-Glukosidase dan Senyawa

Antioksidan dari Kumis Kucing Dengan Pendekatan Metabolomik Berbasis FTIR

berstatus editing akhir pada Jurnal Teknologi dan Industri Pangan dan telah

dipresentasikan pada International Conference Food Ingredient Asia 2016.