jurding mata henny.docx
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
JOURNAL READINGCATARACT AND QUALITY OF LIFE IN PATIENTS WITH GLAUCOMA
Disusun untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarwa
Diajukan Kepada :
Pembimbing Klinik : dr. Retno Wahyuningsih, Sp. M
Disusun Oleh :
Eka Henny Suryani 1420221123
Kepaniteraan Klinik Departemen MataFAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA
Rumah Sakit Umum Daerah AmbarawaPERIODE 18 APRIL-21 MEI 2016
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
MATA
Journal Reading dengan Judul :
CATARACT AND QUALITY OF LIFE IN PATIENTS WITH GLAUCOMA
Diajukan untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Departemen Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Disusun Oleh:
Eka Henny Suryani 1420221123
Telah disetujui pada tanggal ....................................... oleh :
Mengesahkan:Koordinator Kepaniteraan Mata
dr. Retno Wahyuningsih, Sp. MNIP. 19620721 199010 2 001
Katarak dan kualitas hidup pada pasien dengan glaukomaSimon E Skalicky FRANZCO,1,2,4,7 Keith R Martin FRCOphth,2,3 Eva Fenwick PhD,4 Jonathan G Crowston FRANZCO,4 Ivan Goldberg FRANZCO AM1,5,6 and Peter McCluskey FRANZCO1,6 1Discipline of Ophthalmology, University of Sydney, 5Eye Associates, 6Sydney Eye Hospital, Sydney, New South Wales, and 4Centre for Eye Research Australia, University of Melbourne, Melbourne, Victoria, Australia; 2Department of Ophthalmology, Addenbrooke’s Hospital and 3Cambridge NIHR Biomedical Research Centre, University of Cambridge, Cambridge, UK; 7Departments of Ophthalmology and Surgery, Royal Melbourne Hospital, University of Melbourne
ABSTRAK
Latar Belakang: Untuk menilai dampak katarak pada kualitas hidup pasien dengan
glaukoma.
Desain: Penelitian cross-sectional.
Peserta: Dua ratus empat puluh dua pasien glaukoma ringan (n = 67), penyakit
glaukoma sedang (n = 80) atau penyakit glaukoma berat (n = 45) dan 50 kontrol
(dugaan glaukoma). Pasien dengan berbagai tingkat keparahan katarak dilibatkan.
Metode: Data berikut dikumpulkan: informasi sosiodemografi, status
fakik/pseudofakia, tingkat katarak menurut tingkat kekeruhan lensa atau Lens
Opacities Classification System (LOCs) III, ketajaman visual dan parameter uji
lapang pandang. Keparahan glaukoma dibuat tingkatannya berdasarkan kehilangan
lapang pandang binokuler. Katarak yang tampak didefinisikan sebagai: kriteria LOCs
III katarak nuclear ≥3/6.9, katarak kortikal ≥3/5.9 atau katarak subkapsular posterior
≥2 / 5.9.
Pengukur Hasil Utama: Kualitas hidup pasien diukur dengan menggunakan skor
Rasch yang diubah dari kuesioner Glaucoma Activity Limitation (GAL-9). Model
regresi linear multivariat digunakan untuk menentukan hubungan antara katarak dan
skor GAL-9 (logit).
Hasil: Lima puluh enam (23,1%) pasien memiliki setidaknya satu katarak yang
tampak. Setidaknya satu katarak yang tampak (standar koefisien [β] 1,19, 95%
interval kepercayaan 1,04-1,34, P = 0,011) dan indeks lapang pandang lemah (mata
yang lebih baik) (β 1,47, 95% interval kepercayaan 1,36-1,88, P <0,001) terhubung
secara bebas dengan skor GAL-9 yang lebih buruk.
Kesimpulan: Katarak mempengaruhi kualitas hidup pasien glaukoma pada pasien
glaukoma di berbagai tingkat keparahannya dan merupakan penyebab utama dari
kerusakan pandang yang dapat diperbaiki pada pasien glaukoma. Kuesioner GAL-9
analisis Rasch adalah ukuran yang berguna untuk mengukur kecacatan pandang
terkait dengan katarak pada pasien glaukoma.
Kata kunci: katarak, glaukoma, kualitas hidup, analisis Rasch.
PENDAHULUAN
Beban penyakit yang disebabkan oleh glaukoma besar dan cenderung meningkat.
Pada tahun 2010, 60,5 juta orang di seluruh dunia memiliki glaukoma, pada tahun
2020, diprediksi mencapai 79,6 juta.
Penilaian kualitas hidup atau quality of life (QoL) sangat penting dalam penanganan
pasien glaukoma. Kualitas hidup mencerminkan kesehatan individu dan kemampuan
mereka untuk mendapatkan kehidupan yang yang lebih baik. Glaukoma memiliki
dampak besar pada kualitas hidup pasien, terutama karena berkurangnya fungsi visual
dan keterbatasan dalam beraktivitas mereka. Namun, banyaknya penyakit mata yang
berkontribusi pada kualitas hidup pasien dengan glaukoma saat ini belum sepenuhnya
diketahui secara pasti.
Katarak pada umumnya terkait dengan glaukoma, kedua kondisi ini mengalami
peningkatan prevalensi yang berkaitan dengan faktor umur, etiologi dan iatrogenik.
Katarak mengurangi kualitas tajam penglihatan dengan menyebabkan penglihatan
kabur, silau, diplopia monokuler, perubahan persepsi warna dan sensitivitas kontras.
Hal ini mempengaruhi kegiatan seperti menulis, membaca, dan menonton televisi.
Disfungsi saraf optik pada penderita glaukoma ditandai dengan berkurangnya
sensitivitas kontras, sensitivitas terhadap cahaya dan defek lapang pandang yang
terbatas. Katarak telah terbukti memengaruhi tajam penglihatan terkait dengan
kualitas hidup pasien glaukoma, namun, dampak dari katarak belum pernah dianalisis
sebelumnya dengan menggunakan kuesioner Rash. Selain itu, tidak diketahui apakah
katarak memiliki pengaruh yang lebih besar atau lebih kecil pada morbiditas visual
pada berbagai tingkat keparahan glaukoma. Informasi ini dapat digunakan dalam
praktik klinis untuk membantu dokter untuk melihat pengaruh dari katarak pada
kualitas hidup pasien glaukoma dan menentukan waktu yang optimal untuk operasi
katarak pada pasien glaukoma. Hal ini juga dapat berguna dalam studi klinis untuk
mengevaluasi beban visual yang berhubungan dengan glaukoma dan katarak.
Oleh karena itu, kami meneliti hubungan antara adanya dan tingkat keparahan
katarak, fungsi visual dan kualitas hidup pada pasien glaukoma sudut terbuka
menggunakan kuesioner Glaucoma Activity Limitation-9 (GAL-9).
METODE
Pasien dan Peserta populasi penelitian
Peserta diambil dari klinik subspesialisasi glaukoma di rumah sakit pendidikan
universitas besar di Cambridge, UK, pada tahun 2013. Peserta yang diambil tersebut
ditemui berturut-turut selama kunjungan reguler dan diundang untuk berpartisipasi
dalam penelitian. Izin kerjasama penelitian diperoleh dari setiap peserta, dan
persetujuan kode etik diberikan oleh rumah sakit pada bagian Penelitian dan Komite
Kode Etik. Studi berpegang pada prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki.
Penilaian glaukoma, katarak dan gangguan tajam penglihatan
Kelayakan untuk penelitian ini termasuk usia lebih dari 40 tahun dengan kemampuan
berbicara, membaca dan memahami bahasa Inggris dengan lancar. Agar memenuhi
syarat kelompok glaukoma, peserta harus didiagnosis glaukoma sudut terbuka kronis
pada satu atau kedua matanya. Glaukoma sudut terbuka didiagnosis berdasarkan
perubahan karakteristik optik disc dan/atau kehilangan lapang pandang visual dengan
glaukoma berdasarkan Analis Lapang Pandang Humphrey atau Humphrey Visual
Field Analyzer (Humphrey Instruments, Inc., Zeiss Humphrey, San Leandro, CA,
USA) dan sudut bilik anterior terbuka pada genioskopi. Sebagai kontrolnya adalah
pasien datang ke klinik dengan hipertensi okular atau dugaan tanpa kehilangan lapang
glaukoma atau perubahan saraf optik untuk didiagnosis dengan glaukoma.
Standar The Humphrey Visual Field Analyzer Swedish Interactive Threshold
Algorithm uji 24-2 digunakan untuk melakukan perimeter akromatik. Untuk semua
parameter visual yang diukur, mata yang lebih baik ditentukan berdasarkan indeks
lapang pandang atau visual field index (VFI), ketika mata seimbang, selisih rata-rata
atau mean deviasi (MD) digunakan. Ketajaman penglihatan Snellen atau Snellen
visual acuity (VA) dicatat dan dikonversi ke logaritma sudut minimum resolusi
(logMAR).
Nilai klinis fungsi visual yang baik dan buruk mata memengaruhi kualitas
hidup, namun nilai mata yang lebih baik lebih berpengaruh. Untuk alasan ini, kami
menggunakan nilai klinis fungsi visual (VA, MD, selisish pola standar atau pattern
standard deviation [PSD] dan VFI) dari mata yang lebih baik dalam model regresi.
Tingkat keparahan glaukoma ditentukan berdasarkan derajat stadium glaukoma
menurut Nelson. Sistem ini melibatkan tiga kelompok pasien yaitu 'ringan' (defisit
unilateral kurang dari setengah dari lapang pandang), 'sedang' (defisit unilateral lebih
dari setengah dari lapang pandang, atau defisit kurang dari setengah dari lapang
pandang pada setiap mata) atau 'berat' (kehilangan lebih dari setengah lapang
pandang pada mata). Derajat stadium glaukoma ini berhubungan dengan parameter
MD dan PSD yang dihitung dari data kesatuan binokuler.
Pasien dengan katarak di berbagai tingkat keparahannya dilibatkan dalam
penelitian ini. Pasien dengan kondisi non-glaukoma yang mempengaruhi fungsi
visual seperti optik neuropati non glaukoma, patologi retina atau makula, atau laser
mata atau operasi dalam 3 bulan sebelumnya tidak masuk dalam kriteria dari
penelitian ini, seperti pasien tanpa indeks uji lapang pandang (berdasarkan kriteria
yang telah dijelaskan sebelumnya).
Kekeruhan lensa diklasifikasikan dan dinilai oleh pemeriksaan biomikroskopik
berdasarkan Lens Opacities Classification System III (LOCs III). Setiap fitur (katarak
nuklear atau nuclear cataract [NC], katarak kortikal atau cortical cataract [CC] dan
katarak subkapsular posterior atau posterior subcapsular catarak [PSC]) telah dinilai
melalui perbandingan dengan skala keparahan fotografi berbasis warna. Nilai LOCs
untuk NC, CC dan PSC masing-masing antara 0,0-6,9, 0,1-5,9 dan 0,1-5,9. Konsisten
dengan penelitian sebelumnya, setiap tingkat LOCs ≥ 3, atau PSC ≥ 2 dianggap
sebagai katarak yang tampak. Status lensa (fakia vs pseudofakia) untuk setiap mata
dicatat. Kriteria berikut ini digunakan sebagai variabel pencahayaan yaitu adanya
katarak yang tampak setidaknya pada salah satu mata, di kedua bola mata dan nilai
rata-rata NC, CC, PSC binokuler dan total nilai LOCs.
Penilaian kualitas hidup
Kualitas hidup dinilai oleh GAL-9 yang diperoleh dari kuesioner kualitas hidup
pasien glaukoma. Kualitas hidup pasien glaukoma dirancang sebagai 15 item
pertanyaan kuesioner di mana pasien mengevaluasi kemampuan mereka untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Lima belas item pada kuisioner ini selanjutnya
kembali dianalisis dengan menggunakan analisis Rasch dan dimasukkan ke dalam
kriteria kuesioner GAL-9 dengan peningkatan psikometri. GAL-9 terdiri dari
sembilan item yang berhubungan dengan tingkat kehilangan tajam penglihatan.
Setiap tingkatan item diberi kode skala 1-5 dengan penafsiran skala satu menandakan
tidak ada kesulitan dan skala lima menandakan sangat mengalami kesulitan.
Penilaian faktor risiko lain
Detil sosiodemografi diperoleh dari data pribadi seperti usia (tahun), jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, dan etnis.
Analisis Rasch
Analisis Rasch digunakan untuk menilai sifat psikometrik dari GAL-9 dengan
menggunakan model skala Andrich dengan software Winsteps (versi 3,81, Winsteps
(R), Chicago, IL, USA). Pada saat analisis Rasch, skor kuesioner ordinal diubah
menjadi nilai interval (dinyatakan dalam log dari unit odds, atau logits) untuk
menjadikan analisis parametrik ditampilkan pada data. Untuk GAL-9, meningkatnya
ukuran per orang (dalam logits) menunjukkan kualitas hidup yang lebih buruk.
Analisis Rasch memeriksa apakah skala tersebut 'cocok' pada model Rasch
melalui penilaian dari parameter psikometri berikut ini: (i) penggunaan yang tepat
dari kategori respon; (ii) pengukuran ketelitian; (iii) Item 'cocok' pada sifat pokok;
(iv) unidimensionality (ketidakmatraan); (v) target kesulitan item dengan kemampuan
pasien; (vi) fungsi item yang berbeda, yang terjadi ketika subkelompok peserta yang
merespon secara berbeda terhadap item tertentu walaupun memiliki tingkat
kemampuan dasar yang sama; dan (vii) orang yang cocok.
Pada awalnya, GAL-9 menampilkan kesesuian yang baik dengan model Rasch,
dengan permulaan yang dilakukan, tidak ada bukti multidimensionality
(multidimentionalitas) dan tidak ada perbedaan fungsi item untuk kelompok umur,
jenis kelamin, keparahan glaukoma atau adanya katarak yang tampak untuk setiap
itemnya. Namun, ketelitian dan penargetan suboptimal (pemisahan index per orang
1,69 dan perbedaan antara orang dan rata-rata item 2,34). Setelah penghapusan
beberapa orang dengan tanggapan 'ekstrim' (yaitu mereka yang menanggapi 'tidak ada
kesulitan' untuk semua item, n = 52), ketelitian meningkat ke tingkat yang dapat
diterima (indeks pemisahan per orang 2,25) dan penargetan juga meningkat (-1,57).
Analisis statistik
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan statistik untuk ilmu sosial
(SPSS, Inc, Chicago, IL, USA) untuk Mac (versi 21.0, Microsoft Corporation,
Redmond, WA, USA). Variabel demografi, parameter visual mata yang lebih baik
(VA, VFI, MD, PSD), nilai rata-rata LOCs binokuler dan nilai GAL-9 (logit)
dibandingkan dengan empat keparahan glaukoma (glaukoma kontrol, ringan, sedang
dan berat). Penilaian antar kelompok dinilai dengan menggunakan analisis Kruskall-
Wallis non parametrik dan analisis varians untuk data parametrik. Nilai P disesuaikan
dengan usia dengan menggunakan analisis kovarians untuk data parametrik dan
analisis Kruskall-Wallis pada data non-parametrik untuk usia (kurang dari 60, 60-69,
70-79 dan 80 atau lebih tua). Kehomogenan antar kelompok regresi dinilai sebelum
analisis kovarians.
Analisis regresi linear univariat dilakukan untuk menguji hubungan antara
GAL-9 dan variabel-variabel berikut: usia, skor LOCs, adanya katarak yang tampak
pada satu atau kedua mata, parameter lapang pandang viual mata yang baik (MD,
PSD, VFI dan VA) dan tingkat keparahan glaukoma. Semua variabel dianalisis untuk
hubungan dengan menggunakan uji Pearson untuk uji hubungan parametrik dan
Spearman dan Kendal tau b untuk data non-parametrik. Variabel hubungan yang kuat
dengan yang lainnya (> 0,8) dididentifikasi, dan satu dari pasangan yang
berhubungan tidak dilibatkan dari model regresi. Faktor yang berhubungan dengan
GAL-9 (logit) dan nilai (P <0,05) kemudian dimasukkan dalam model regresi linear
multivariat. Statistik koefisien regresi individual diuji menggunakan statistik Wald
chi-square. Semua variabel dinilai untuk normalitas dan linearitas serta dapat berubah
apabila diperlukan, dan analisis residual juga dilakukan.
HASIL
Dua ratus empat puluh dua peserta terdaftar dalam penelitian ini: 50 (20,7%) subjek
kontrol, 67 (27,7%) ringan, 80 (33,1%) sedang dan 45 (16,6%) pasien glaukoma yang
berat. Seratus tiga puluh (53,7%) adalah laki-laki; usia rata-rata adalah 70,8 tahun
(standar deviasi 10,3).
Parameter lapang pandang mata yang baik (MD, PSD dan VFI) memburuk ketika
keparahan glaukoma meningkat (Tabel 1, semua P <0,001). Mata yang baik VA juga
memburuk secara signifikan akibat keparahan glaukoma meningkat: signifikansi
tetap pada usia sub stratifikasi pada pasien berusia kurang dari 60 dan 70-79 (P
<0,05). Skor GAL-9 (logit) meningkat seiring dengan meningkatnya keparahan
glaukoma; signifikansi dipertahankan untuk usia (P <0,001).
Lima puluh enam pasien (23,2%) setidaknya memiliki katarak yang tampak.
Penyebarannya tidak berbeda secara signifikan di antara empat kelompok pasien
dengan glaukoma. Individu dengan katarak yang tampak memiliki GAL-9 (logit)
skor lebih besar daripada mereka yang tidak menderita katarak (Gambar. 1). Hal ini
tetap pada kontrol dan setiap tingkatan keparahan glaukoma.
MD dikeluarkan dari analisis regresi berdasarkan korelasi yang tinggi dengan VFI
(koefisien korelasi = 0,836). Analisis univariat menjelaskan bahwa glaukoma yang
berat, usia, parameter lapang pandang visual yang baik (VA, PSD dan VFI), skor
binokuler CC, jumlah skor binocular LOCs, katarak yang tampak setidaknya pada
satu mata dan pada kedua mata berhubungan dengan skor GAL-9 (logit) (P <0,05,
Tabel 2). Variabel-variabel berikut tidak memiliki hubungan yang signifikan:
glaukoma ringan, glaukoma moderat, NC, PSC, jenis kelamin, status perkawinan,
tingkat pendidikan, etnis dan status pekerjaan.
Analisis multivariat menunjukkan bahwa adanya katarak yang tampak setidaknya
pada satu mata (koefisien regresi [β]: 1,19, 95% Interval kepercayaan diri: 1.04-
1.34, P = 0,011) dan mata yang lebih baik VFI (β: 1,47, 95% Interval kepercayaan
diri: 1.36 -1,88, P <0,001) adalah prediktor independen dari skor GAL-9 (logit).
Pembahasan
Penelitian ini menemukan bahwa adanya katarak secara signifikan terkait dengan
nilai GAL-9 (logit) yang rendah pada pasien dengan glaukoma, independen
keparahan glaukoma, dan parameter klinis lainnya. Katarak merupakan penyebab
kebutaan yang berpotensi pada pasien glaukoma dan harus ditangani dengan tepat
untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan mereka.
Penglihatan pada pasien katarak menggunakan LOCs III secara independen terkait
dengan kualitas hidup pada penelitian kami, setelah mengendalikan parameter klinis
lainnya. Secara khusus, pada LOCs III penglihatan pada katarak lebih kuat yang
behubungan dengan nilai GAL-9 dari VA. Hal ini berhubungan pengaruh tajam
penglihatan lainnya (mis silau, sensitivitas kontras dan diplopia monokuler) yang
memperburuk kualitas penglihatan. LOCs III pada pasien katarak lebih berguna
daripada VA dalam menentukan waktu yang optimal untuk menghilangkan katarak
pada pasien glaukoma.
Pengaruh katarak pada skor GAL-9 (logit) relatif konsisten pada semua tingkatan
glaukoma (Gbr. 1). Hal ini menunjukkan bahwa pasien glaukoma dari semua
tingkatan keparahan dengan katarak harus melakukan pengobatan untuk
mengoptimalkan fungsi penglihatan mereka.
VFI merupakan faktor risiko independen untuk nilai GAL-9 (logit) yang rendah.
Namun, meskipun penanda lain dari fungsi penglihatan seperti VA dan PSD dalam
GAL-9 (logit) pada nilai analisis regresi univariat, mereka tidak menjadi prediktor
independen pada analisis multivariat. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
ketajaman penglihatan dikendalikan oleh VFI dan / atau tajam penglihatan pada
pasien katarak. Sebagai ukuran fungsi penglihatan yang lluas, VFI berhubungan
dengan MD, kurang dipengaruhi oleh katarak. Pentingnya VFI dalam menentukan
fungsi tajam penglihatan menyeluruh pada pasien glaucoma adalah untuk menilai
sejaun mana disfungsi dari tajam penglihatan mereka.
Ketika dievaluasi sebagai variabel lanjutan, skor LOCs pada katarak nuclear dan PSC
tidak prediksi dari nilai GAL-9 (logit) pada analisis regresi, dan CC diprediksi pada
model univariat. Ini mendukung studi yang dilakukan oleh Chew dan rekannya, yang
menemukan bahwa meskipun setiap bentuk katarak berkontribusi menyebabkan
gangguan penglihatan, faktor kombinasilah yang memiliki pengaruh dan fungsi dari
penglihatan. Analisis univariat bentuk katarak kortikal dibandingkan dengan bentuk
lain bertentangan dengan pengalaman klinis. Hal ini dapat palsu atau mungkin
mencerminkan bahwa katarak nuklear dan PSC akan dihapus dalam studi kelompok
ini, yang di antaranya 63 orang (26%) menjalani operasi katarak.
Kekuatan dari penelitian kami termasuk penggunaan analisis Rasch untuk
memastikan analisis kami kualitas hidup secara statistik yang kuat, kuantifikasi dari
pengaruh katarak pada kualitas hidup pada tingkat glaukoma keparahan yang berbeda
dan koleksi ketat tanda-tanda klinis tujuan yang saling melengkapi dan parameter
fungsi visual klinis. Penelitian kami memiliki keterbatasan potensial. Desain non-
acak tidak melindungi terhadap beberapa pembaur untuk kualitas hidup; ini bisa
menarik temuan dari atau menuju hipotesis nol. Banyak data yang subjektif, seperti
hasil tes lapangan visual yang fi dan survei yang dilaporkan sendiri; yang terakhir
khususnya dapat dipengaruhi oleh suasana hati, mengingat bias dan non-klinis di fl
uences. Untuk meminimalkan ini pengaruh-pengaruh, analisis Rasch dilakukan.
Untuk mencapai presisi skala memuaskan, lebih dari 50 pasien dengan skor
'sempurna' telah dihapus dari analisis. Ini adalah membenarkan fi mampu sebagai
orang unanchored dengan skor ekstrim tidak memberikan informasi untuk
memperkirakan tindakan item, dan penghapusan mereka secara substansial
ditingkatkan pengukuran precision. Bahkan setelah menghapus mereka dengan skor
'sempurna', menargetkan item Kesulitan dengan kemampuan orang tetap suboptimal,
menunjukkan bahwa peserta kami terlalu mampu untuk item dalam skala. Hal ini
mungkin karena sebagian besar sampel kami termasuk kontrol dan pasien dengan
glaukoma keparahan ringan yang tidak memiliki atau disfungsi visual yang ringan.
Meskipun penargetan miskin GAL-9 dalam sampel kami, semua 'fi t' lainnya statistik
yang baik, dan hasil kami tetap kuat.
Pasien kami dengan lebih glaukoma maju lebih tua. Meskipun ulang ini proyek-fl
sejarah alam kondisi, memperkenalkan usia sebagai faktor pengganggu ketika
membandingkan kualitas hidup antara kelompok keparahan. Untuk meminimalkan
efek ini, analisis kovarians dilakukan untuk usia; tren yang signifikan antara
kelompok-kelompok yang dipertahankan. Selain itu, usia termasuk dalam pemodelan
multivariat tapi tidak prediktor independen kualitas hidup.
Operasi katarak memiliki risiko yang mungkin memiliki efek yang merugikan pada
QoL.40 terkait visi-Dalam studi ini, pasien dengan patologi okular tidak termasuk
katarak dan glaukoma tidak terdaftar; oleh karena itu, beberapa pasien yang
menderita komplikasi yang signifikan dari operasi katarak mungkin telah
dikeluarkan. Untuk alasan ini, hasil penelitian ini harus ditafsirkan dengan hati-hati,
dan keputusan untuk melakukan operasi katarak di antara pasien glaukoma harus
melibatkan apresiasi yang tepat dari risiko dan manfaat.
Meskipun keterbatasan potensial, katarak harus dilihat sebagai penting, penentu
berpotensi reversibel fungsi visual antara pasien dengan glaukoma dari semua
tingkatan keparahan. The pengaruh katarak visi untuk pasien glaukoma dapat quanti
fi ed menggunakan Rasch-dianalisis glaucomarelated visual yang fungsi kuesioner.
LOCs III criteria NC ≥ 3 / 6.9, CC ≥ 3 / 5.9 atau PSC ≥ 2 / 5.9 dapat dianggap sebagai
panduan untuk waktu operasi katarak untuk pasien dengan glaukoma.
REFERENCES
1. Quigley H, Broman AT. The number of people with glaucoma worldwide in 2010 and 2020. Br J Ophthalmol 2006; 90: 262–7.
2. Jampel H, Schwartz A, Pollack I, Abrams D, Weiss H, Miller R. Glaucoma patients’ assessment of their visual function and quality of life. J Glaucoma 2002; 11: 154– 63.
3. Elliott DB, Pesudovs K, Mallinson T. Vision-related quality of life. Optom Vis Sci 2007; 84: 656–8.
4. Spaeth G, Walt J, Keener J. Evaluation of quality of life for patients with glaucoma. Am J Ophthalmol 2006; 141: S3–14.
5. Altangerel U, Spaeth GL, Rhee DJ. Visual function, disability, and psychological impact of glaucoma. Curr Opin Ophthalmol 2004; 14: 100–5.
6. Goldberg I, Clement CI, Chiang TH et al. Assessing quality of life in patients with glaucoma using the Glaucoma Quality of Life-15 (GQL-15) questionnaire. J Glaucoma 2009; 18: 6–12.
7. McKean-Cowdin R, Wang Y, Wu J et al. Impact of visual field loss on health-related quality of life in glaucoma: the Los Angeles Latino Eye Study. Ophthalmology 2008; 115: 941–8.
8. Nelson P, Aspinall P, Papasouliotis O, Worton B, O’Brien C. Quality of life in glaucoma and its relationship with visual function. J Glaucoma 2003; 12: 139–50.
9. Skalicky S, Goldberg I. Depression and quality of life in patients with glaucoma: a cross-sectional analysis using the Geriatric Depression Scale-15, assessment of function related to vision, and the Glaucoma Quality of Life-15. J Glaucoma 2008; 17: 546–51.
10. Skalicky SE, Goldberg I, McCluskey P. Ocular surface disease and quality of life in patients with glaucoma. Am J Ophthalmol 2012; 153: 1–9.
11. Foran S, Wang JJ, Mitchell P. Causes of visual impairment in two older population cross-sections: the Blue Mountains Eye Study. Ophthalmic Epidemiol 2003; 10: 215–25.
12. Wu S, Hennis A, Nemesure B, Leske MC, Barbados Eye Studies Group. Impact of glaucoma, lens opacities, and cataract surgery on visual functioning and related quality of life: the Barbados Eye Studies. Invest Ophthalmol Vis Sci 2008; 49: 1333–8.
13. Lai JS, Tham CC, Chan JC. The clinical outcomes of cataract extraction by phacoemulsification in eyes with primary angle-closure glaucoma (PACG) and co-existing cataract: a prospective case series. J Glaucoma 2006; 15: 47–52.
14. Chandrasekaran S, Cumming RG, Rochtchina E, Mitchell P. Associations between elevated intraocular pressure and glaucoma, use of glaucoma medications, and 5-year incident cataract: the Blue Mountains Eye Study. Ophthalmology 2006; 113: 417–24.
15. Patel H, Danesh-Meyer HV. Incidence and management of cataract after glaucoma surgery. Curr Opin Ophthalmol 2013; 24: 15–20.
16. Xu Y, Cosmas N, Gartaganis S. Statistical analysis of pseudoexfoliation syndrome prevalence, glaucoma and coronary artery disease of the patients with cataract. Int J Biomed Sci 2011; 7: 35–43.
17. Lahav K, Levkovitch-Verbin H, Belkin M, Glovinsky Y, Polat U. Reduced mesopic and photopic foveal contrast sensitivity in glaucoma. Arch Ophthalmol 2011; 129: 16–22.
18. Ramulu P. Glaucoma and disability: which tasks are affected, and at what stage of disease? Curr Opin Ophtalmol 2009; 20: 92–8.
19. Musch DC, Gillespie BW, Niziol LM et al. Cataract extraction in the collaborative initial glaucoma treatment study: incidence, risk factors, and the effect of cataract progression and extraction on clinical and quality-of-life outcomes. Arch Ophthalmol 2006; 124: 1694–700.
20. Sawada H, Yoshino T, Fukuchi T, Abe H. Assessment of the Vision-specific quality of life using clustered visual field in glaucoma patients. J Glaucoma 2014; 23: 81–7.
21. Dev MK, Paudel N, Joshi ND, Shah DN, Subba S. Impact of visual impairment on vision-specific quality of life among older adults living in nursing home. Curr Eye Res 2014; 39: 232–8.
22. Jampel H, Friedman DS, Quigley H, Miller R. Correlation of the binocular visual field with patient assessment of vision. Invest Ophthalmol Vis Sci 2002; 43: 1059–67.
23. Zhou C, Qian S, Wu P, Qiu C. Quality of life of glaucoma patients in China: sociodemographic, clinical, and psychological correlates-a cross-sectional study. Qual Life Res 2014; 23: 999–1008.
24. Arora KS, Boland MV, Friedman DS, Jefferys JL, West SK, Ramulu PY. The relationship between better-eye and integrated visual field mean deviation and visual disability. Ophthalmology 2013; 120: 2476–84.
25. Keltner JL, Johnson CA, Cello KE et al. Visual field quality control in the Ocular Hypertension Treatment Study (OHTS). J Glaucoma 2007; 16: 665–9.
26. Davison JA, Chylack LT. Clinical application of the lens opacities classification system III in the performance of phacoemulsification. J Cataract Refract Surg 2003; 29: 138–45.
27. Richter GM, Chung J, Azen SP, Varma R, Los Angeles Latino Eye Study Group. Prevalence of visually significant cataract and factors associated with unmet need for cataract surgery: Los Angeles Latino Eye Study. Ophthalmology 2009; 116: 2327–35.
28. Stifter E, Sacu S, Benesch T, Weghaupt H. Impairment of visual acuity and reading performance and the relationship with cataract type and density. Invest Ophthalmol Vis Sci 2005; 46: 2071–5.
29. Khadka J, Pesudovs K, McAlinden C, Vogel M, Kernt M, Hirneiss C. Reengineering the glaucoma quality of life-15 questionnaire with Rasch analysis. Invest Ophthalmol Vis Sci 2011; 52: 6971–7.
30. Linacre JM. A User’s Guide to Winsteps/Ministeps RaschModel Programs. Chicago, IL: MESA Press, 2005.
31. Mallinson T. Why measurement matters for measuring patient vision outcomes. Optom Vis Sci 2007; 84: 675– 82.
32. Lamoureux E, Pesudovs K. Vision-specific quality-oflife research: a need to improve the quality. Am J Ophthalmol 2011; 151: 195–7 e2.
33. Artes PH, O’Leary N, Hutchison DM et al. Properties of the statpac visual field index. Invest Ophthalmol Vis Sci 2011; 52: 4030–8.
34. Bengtsson B, Heijl A. A visual field index for calculation of glaucoma rate of progression. Am J Ophthalmol 2008; 145: 343–53.
35. Gutierrez PWM, Johnson C, Gordon M et al. Influence of glaucomatous visual field loss on healthrelated quality of life. Arch Ophthalmol 1997; 115: 777– 84.
36. Kulkarni K, Mayer JR, Lorenzana LL, Myers JS, Spaeth GL. Visual field staging systems in glaucoma and the activities of daily living. Am J Ophthalmol 2012; 154: 445–51.
37. Lin JC, Yang MC. Correlation of visual function with health-related quality of life in glaucoma patients. J Eval Clin Pract 2010; 16: 134–40.
38. Chew M, Chiang PP, Zheng Y et al. The impact of cataract, cataract types, and cataract grades on visionspecific functioning using Rasch analysis. Am J Ophthalmol 2012; 154: 29–38 e2.
39. Warrian KJ, Spaeth GL, Lankaranian D, Lopes JF, Steinmann WC. The effect of personality on measures of quality of life related to vision in glaucoma patients. Br J Ophthalmol 2009; 93: 310–5.
40. Lundstrom M, Barry P, Henry Y, Rosen P, Stenevi U. Visual outcome of cataract surgery; study from the European Registry of Quality Outcomes for Cataract and Refractive Surgery. J Cataract Refract Surg 2013; 39: 673–9.
41. Hayashi K, Hayashi H, Nakao F, Hayashi F. Influence of cataract surgery on automated perimetry in patients with glaucoma. Am J Ophthalmol 2001; 132: 41–6.
42. Koucheki B, Nouri-Mahdavi K, Patel G, Gaasterland D, Caprioli J. Visual field changes after cataract extraction: the AGIS experience. Am J Ophthalmol 2004; 138: 1022–8.
43. Rao HL, Jonnadula GB, Addepalli UK, Senthil S, Garudadri CS. Effect of cataract extraction on Visual Field Index in glaucoma. J Glaucoma 2013; 22: 164–8.