jurnal ilmiah binalita sudama medan
TRANSCRIPT
1
JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA
MEDAN
HUBUNGAN MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
KESEHATAN REPRODUKSI DI SMK TRITECH MEDAN
Widyawati
HUBUNGAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR
RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AEK KANOPAN KABUPATEN
LABUHANBATU UTARA
Suhardiono, Rahma Yenni
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA
PASIEN KANKER NASOPHARING
Eriyani
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN DUKUNGAN KELUARGA LANSIA DENGAN
STADIUM PENYAKIT KATARAK PADA LANSIA DI RUMAH SAKIT MATA M77 MEDAN
Zulianti
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP KESEMBUHAN
POST OPERASI PENDERITA KATARAK DI KLINIK MATA YOSE
Syahru Romadhon
EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN
TEAMWORK SKILLS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK FARMASI APIPSU
Nova Irwan
PENGARUH MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
Dewi Agustina
PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI
RUANG RAWAT BANGSAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA
SUBULUSSALAM
Havija Sihotang, Ratu Wira Putra
VOLUME 3 NOMOR 1 MEI 2018
ISSN: 2541-1039
JURNAL ILMIAH
BINALITA SUDAMA MEDAN
Diterbitkan oleh Yayasan Binalita Sudama Medan
Pelindung
Pembina Yayasan Binalita Sudama Medan
Penasehat
Pengurus Yayasan Binalita Sudama Medan
Penanggung jawab
1. Suhardiono, M.Kes
2. Ns. Widyawati, S.Kep, M.Kes
3. Imnadir, MT
4. Arya Novika Naulista Siregar, RO, M.Pd
Pemimpin Redaksi
Elvi Susanti Lubis, M.Kes
Sekretaris Redaksi
Zulianti, RO, SKM
Bendahara
Havija Sihotang, M.Kep
Tim Editor
1. Teguh Supriyadi, MPH
2. Hj. Eriyani, M.Kep
3. Riny Apriani, M.Kep
4. Roy Chandra Nainggolan, RO, SE
ISSN: 2541-1039
JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN
Diterbitkan oleh Yayasan Binalita Sudama Medan
Jadwal Penerbitan
Terbit dua kali dalam setahun
Penyerahan Naskah
Naskah merupakan hasil penelitian dan kajian pustaka ilmu kesehatan yang belum
pernah dipublikasikan/diterbitkan paling lama 5 (lima) tahun terakhir. Naskah dapat
dikirim melalui e-mail atau diserahkan langsung ke Redaksi dalam bentuk rekaman
Compact Disk (CD) dan Print-out 2 eksemplar, ditulis dalam MS Word atau dengan
program pengolahan data yang kompatibel. Gambar, ilustrasi, dan foto dimasukkan
dalam file naskah.
Penerbitan Naskah
Naskah yang layak terbit ditentukan oleh Dewan Redaksi setelah mendapat
rekomendasi dari Mitra Bestari. Perbaikan naskah menjadi tanggung jawab penulis dan
naskah yang tidak layak diterbitkan akan dikembalikan kepada penulis.
Alamat Redaksi
Akper Binalita Sudama Medan
Jl. Gedung PBSI/ Jl. Pancing No.1 Pasar V Barat
Medan Estate 20371
Telp. (061) 6620661
Fax. (061) 6620661
PENGANTAR REDAKSI
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmatNya sehingga Jurnal Ilmiah Binalita Sudama Volume 3 Nomor 1 ini
dapat kami terbitkan.
Jurnal Ilmiah Binalita Sudama ini diterbitkan dalam rangka memberikan wadah
bagi para dosen/mahasiswa untuk mempublikasikan hasil penelitian dan karya ilmiah
dalam bidang kesehatan. Pada Jurnal volume 3 Nomor 1 ini kami menerbitkan sebelas
karya ilmiah
Sebagai jurnal yang baru diterbitkan, kami menyadari tentunya banyak sekali
kekurangan baik dari segi tampilan maupun isinya. Karena itu kritik dan saran amat
kami butuhkan demi perbaikan jurnal ini dikemudian hari.
Akhir kata semoga jurnal ini dapat memberi manfaat besar bagi dunia pendidikan,
khususnya bidang kesehatan.
Medan, Mei 2018
Redaksi
JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN
VOL. 3 N0. 1 MEI 2018 ISSN 2541-1039
HUBUNGAN MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA
TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMK TRITECH MEDAN
Widyawati ................................................................................................................... 1
HUBUNGAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AEK
KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
Suhardiono, Rahma Yenni ....................................................................................... 13
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN KANKER NASOPHARING
Eriyani ....................................................................................................................... 27
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN DUKUNGAN KELUARGA LANSIA
DENGAN STADIUM PENYAKIT KATARAK PADA LANSIA DI RUMAH
SAKIT MATA M77 MEDAN
Zulianti ...................................................................................................................... 45
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP
KESEMBUHAN POST OPERASI PENDERITA KATARAK DI KLINIK
MATA YOSE
Syahru Romadhon .................................................................................................... 79
EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION DAN TEAMWORK SKILLS TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA SMK FARMASI APIPSU
Nova Irwan ................................................................................................................ 94
PENGARUH MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN TERHADAP
KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT HAJI
MEDAN
Dewi Agustina ........................................................................................................ 135
PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI
NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT BANGSAL DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA SUBULUSSALAM
Havija Sihotang, Ratu Wira Putra ........................................................................ 149
D A F T A R I S I
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD DI LINGKUNGAN X DAN XI
KELURAHAN KARO KOTA PEMATANG SIANTAR KECAMATAN
SIANTAR SELATAN.
Emilia Sari .............................................................................................................. 162
Insidensi Retinopati Diabetik Di RSUD Dr Pirngadi Tahun 2018
Ragil Sekar Kinanti Hutabarat ............................................................................. 170
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DILAKUKAN
PERSALINAN SEKSIO CESAREA DI RUMAH SAKIT UMUMDR.
PIRNGADI KOTA MEDAN
Amidawati .............................................................................................................. 179
HUBUNGAN MOTIVASI BEROBAT PADA PENDERITA TB PARU
DENGAN KESEMBUHAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS BANDAR
KHALIPAH TAHUN 2018
Sharfina Y Aminy, Riny Apriani........................................................................... 187
PEDOMAN PENULISAN NASKAH JURNAL ILMIAH KESEHATAN
BINALITA SUDAMA MEDAN ............................................................................. 195
94
EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION DAN TEAMWORK SKILLS TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA SMK FARMASI
APIPSU
NOVA IRWAN, Ssi, M.Pd
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan model pembelajaran
Direct Instruction. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok siswa
yang memiliki teamwork skills di bawah rata-rata dengan di atas rata-rata. Mengetahui
interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat teamwork skills siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi
eksperimen dengan desain factorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMK Farmasi Apipsu Medan. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
cluster random sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kelas kedua
sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran Direct Instruction. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes hasil belajar fisika dalam
bentuk uraian sebanyak 8 soal dan insrumen observasi teamwok skills yang telah
dinyatakan valid dan reliabel. Data dianalisis menggunakan analisis ANAVA dua jalur.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Hasil belajar fisika pada model
kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dibandingkan model direct interuction.
Hasil belajar fisika pada kelompok siswa yang memiliki tingkat teamwork skills di atas
rata-rata lebih tinggi dibandingkan di bawah rata-rata. Terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan tingkat teamwork skills siswa dalam mempengaruhi hasil belajar
siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sangat baik diterapkan
pada kelompok siswa yang memiliki teamwork skills di atas rata-rata. Sedangkan pada
model direct interuction tidak perlu memperhatikan teamwork skills.
Kata Kunci : Group Investigation, teamwork skills, dan Hasil Belajar
ABSTRACT
This research was aimed to: Know the difference physics student learning outcomes by
cooperative learning model Group Investigation with Direct Instruction learning model.
Know the difference between the physics learning outcomes of students have teamwork
skills below average with above average. Know interaction between learning model
with the level of students' teamwork skills in influencing student learning outcomes. This
study is a quasi experiment with 2x2 factorial design. The population of this study were
all students of class X SMK Farmasi Apipsu Medan. The sample done cluster random
method as much as two classes, first class as experiment class applied cooperative
learning model group investigation and second class as control class applied Direct
Instruction learning model. The instrument used in this study are Physics achievement
95
test in descriptions form as much as 8 questions and Observation teamwok skills
insrumen that have been declared valid and reliable. Analysis data would be using
ANOVA two way. From the results of this study concluded that: The physics learning
outcomes in the cooperative group investigation models higher than direct interuction
models. The physics learning outcomes at group of students had teamwork skills above
average higher than below average. There is interaction between learning model with
the level of students' teamwork skills in influencing student learning outcomes.
Cooperative learning model group investigation very well be applied to groups of
students who have teamwork skills above average. While the direct interuction model
not need to pay attention teamwork skills.
Keywords: Group Investigation, tamwork skills and Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemerintah terus melakukan
usaha untuk meningkatkan kualitas
pendidikan guna meningkatkan sumber
daya manusia. Salah satu usaha yang
dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan
yaitu dengan penyempurnaan
kurikulum menjadi kurikulum 2013.
Sejak diberlakukannya kurikulum 2004
hingga kurikulum 2013 kompetensi
yang dikembangkan pada mata
pelajaran sains di SMA/K adalah
kemampuan melakukan kerja ilmiah
sebagai hasil belajar.
Hasil belajar tampak sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa yang dapat diamati dan
diukur dalam perubahan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Perubahan
dapat diartikan terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
sikap tidak sopan menjadi sopan dan
sebagainya (Hamalik, 2002). Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih
luas, mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik (Sudjana, 2009).
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom
hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah antara lain
kognitif, afektif, psikomotor.
Berdasarkan penelitian IEA
(International Association for the
Evaluation of Educational
Achievement) dalam TIMSS (Trends in
Mathematics and Science Study) yang
diselenggarakan pada tahun 2011. Hasil
penelitian TIMSS 2011 menunjukkan
dua hal yaitu sebagai berikut. Pertama
dalam bidang sains peringkat Indonesia
menurun ke peringkat 36 dari total 42
negara. Kedua, pada bidang fisika,
Indonesia hanya mampu mencapai skor
397 lebih rendah dari skor rata-rata
(513). Indonesia mendapat predikat low
science benchmark. Predikat tersebut
menyatakan bahwa siswa Indonesia
hanya mampu mengenal sebagian fakta-
fakta dasar dari ilmu sains khususnya
dalam mata pelajaran fisika (Gonzales,
2011). Data ini menunjukkan bahwa
siswa di Indonesia belum meraih hasil
belajar yang baik.
Berdasarkan observasi
diperoleh data yang menunjukkan hasil
belajar fisika siswa di sekolah masih
rendah. Hal ini dilihat dari nilai ujian
tengah dan ujian akhir di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70
96
(tujuh puluh). Dari Angket yang
diberikan kepada 80 responden 74%
siswa menjawab belum berhasil
mencapai KKM sebelum melakukan
remedial (ujian ulang/perbaikan). Data
ini menunjukkan hasil belajar siswa di
sekolah rendah.
Berdasarkan hasil wawancara
hasil belajar yang diukur hanya sebatas
pengetahuan saja. Guru belum
mengukur aspek psikomotorik dan
aspek afektif. Hal ini dikuatkan oleh
format penilaian yang memang hanya
memuat hasil belajar dalam aspek
kognitif.
Berdasarkan hasil wawancara
pembelajaran fisika didominasi oleh
metode ceramah dan tanya jawab. Guru
lebih berorientasi pada materi pelajaran
dengan alasan tuntutan kurikulum untuk
mempersiapkan peserta didik dalam
menghadapi ulangan dan ujian. Guru
menginformasikan konsep-konsep yang
terdapat pada buku pelajaran secara
rinci, diselingi dengan tanya jawab.
Berdasarkan sintak yang dilakukan guru
tersebut cenderung mengikuti model
pembelajaran Direct Instruction (DI).
Berdasarkan angket yang diberikan
kepada 80 responden. 85% siswa
menginformasikan bahwa pelajaran
yang dilakukan kelas dilakukan dengan
metode ceramah dan tanya jawab.
Berdasarkan penjelasan diatas
kiranya perlu diterapkan model
pembelajaran sebagai solusi yang
mendukung agar peserta didik mampu
melatih dan memperoleh kemampuan
untuk meraih hasil belajar tinggi. Proses
belajar mengajar yang baik ditandai
dengan adanya interaksi antara siswa
dan guru (Dalyono 2005). Untuk
mewujudkan proses kegiatan belajar
mengajar guru harus dapat merangsang
dan mengarahkan siswa dalam belajar,
dapat mendorong siswa dalam
pencapaian hasil belajar yang optimal.
Berhasil atau tidaknya proses belajar
mengajar dipengaruhi oleh guru yang
berperan sebagai fasilisator, motivator,
atau inspirator. Guru yang dapat
menjalankan suatu model
pembelajaran dengan baik akan
memberi pengaruh yang baik pada
peserta didik termasuk mengasah
keterampilan untuk meraih hasil belajar
yang baik. Guru harus senantiasa
memilih model dan metode yang tepat
agar dapat memberikan kontribusi yang
baik dalam proses belajar mengajar
untuk meningkatkan hasil belajar.
Salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk
meningkatkan aktivitas peserta didik
dan kemampuan kerjasama antara
peserta didik adalah model
pembelajaran kooperatif tipe group
investigation (GI). Peserta didik belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang
heterogen, belajar bersama, saling
membantu, dan melakukan investigasi
untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah. Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation
memerlukan aspek psikomotorik tinggi
yang selanjutnya dapat memberikan
perubahan pada aspek afektif.
Pada penelitian ini, model
kooperatif tipe group investigation
(GI) dipilih untuk meningkatkan
hasil belajara karena dapat melibatkan
peserta didik secara aktif dalam proses
belajar mengajar dan terlibat langsung
menentukan masalah yang akan
diinvestigasi. Kemampuan sosial
seperti menghormati, mematuhi
peraturan, penyelesaian tugas, dan
toleransi menggunakan model
pembelajaran kooperatif lebih baik dari
pada model tradisional (Tavakoli,
2014). Perbedaan yang signifikan akan
diperoleh dari model pembelajaran
kooperatif tipe group investigasi
dibandingkan model pembelajaran
direct intruction terhadap hasil
belajar siswa dimana hasil belajar lebih
baik menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation
97
(Akcay, 2012). Model pembelajaran
group investigtion tetap menawarkan
peserta didik untuk berkesempatan
memiliki pembelajaran mereka sendiri
serta menunjukkan pengetahuan dan
pemahaman mereka (Mitchell, 2008).
Untuk keberhasilan suatu pembelajaran
yang menggunakan kelompok seperti
model pembelajaran koopertif tipe
group investigasi diperlukan
kemampuan bekerja sama dalam
kelompok (teamwork skills) diantara
peserta didik. Kerja sama tim adalah
satu set keterampilan yang digunakan
individu untuk mendorong keberhasilan
kelompok (Hughes, 2011).
Keterampilan kerja sama tim termasuk
campuran interaktif, interpersonal,
pemecahan masalah dan keterampilan
komunikasi yang diperlukan oleh
sekelompok orang yang bekerja pada
tugas bersama, dalam peran yang saling
melengkapi, menuju tujuan bersama
yang hasilnya lebih besar dari yang
dimungkinkan oleh salah satu orang
yang bekerja secara independen (Smith,
2011). Dengan demikian dalam
penelitian ini kerja sama tim dijadikan
sebagai variabel moderat.
Berdasarkan latarbelakang di
atas maka judul penelitian ini adalah
“Efek model pembelajaran kooperatif
tipe group investigation dan teamwork
skills terhadap hasil belajar siswa SMK
Farmasi Apipsu T.A. 2014/2015.”
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi antara
sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode
ceramah.
2. Hasil belajar siswa rendah.
3. Kemampuan bekerja sama siswa
rendah.
4. Siswa kesulitan mengerjakan soal-
soal fisika.
5. Media pembelajaran masih
menggunakan white board tanpa
menggunakan proyektor.
Batasan Masalah
1. Berdasarkan identifikasi masalah di
atas batasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Model Pembelajaran yang digunakan
adalah koooperatif tipe Group
Investigation pada kelas eksperimen
dan model Direct Instruction pada
kelas kontrol.
3. Variabel moderat dalam penelitian
ini adalah teamwork skills yang
dimiliki siswa.
4. Variabel bebas yang diamati adalah
hasil belajar siswa.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada
perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dengan model
pembelajaran direc interuction?
2. Untuk mengetahui apakah ada
perbedaan hasil belajar siswa antara
siswa yang memiliki teamwork skills
diatas rata-rata dengan yang
teamwork skills dibawah rata- rata?
3. Untuk mengetahui apakah ada
interaksi model pembelajaran dengan
teamwork skills dalam meningkatkan
hasil belajar siswa?
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
SMK Farmasi Apipsu Medan pada
siswa Semester I Kelas X Tahun Ajaran
2014/2015.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa Kelas X SMK
98
Farmasi Apipsu Medan yang terdiri dari
4 kelas. Seluruh siswa tersebut memiliki
karakter yang sama.
Sampel adalah sebagian atau
mewakili populasi yang akan diteliti.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan menggunakan
teknik Cluster Random Sampling.
Teknik ini menghendaki adanya
kelompok-kelompok dalam
pengambilan sampel berdasarkan atas
kelompok-kelompok yang ada dalam
populasi. Dalam penelitian ini sampel
yang diambil sebanyak 2 kelas, dari 4
kelas yang ada di SMK Farmasi Apipsu
Medan T.A. 2014/2015. Kelas X-B
sebagai kelas eksperimen dan kelas X-
A sebagai kelas kontrol. Kelas
eksperimen diberi perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dan kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran
Direct Interuction.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri
dari 3 (tiga) jenis, yaitu variabel bebas,
variabel moderator dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah suatu
variabel yang variasinya mempengaruhi
variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model
pembelajaran Kooperatif tipe group
investigation dan model pembelajaran
Direct Instruction.
Variabel moderator adalah
variabel bebas bukan utama yang juga
diamati pada penelitian untuk
menentukan sejauh mana efeknya ikut
mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas utama dan variabel
terikat. Pada penelitian ini yang
menjadi variabel moderat dalam
penelitian ini adalah Teamwork skills.
Variabel terikat adalah suatu keadaan
yang menunjukan pengaruh dan akibat
yang disebabkan oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah hasil belajar siswa.
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperiment (eksperiment semu).
Tujuan eksperimen semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol
semua variabel yang relevan. Hasil
penelitian ini akan menegaskan
bagaimana perbedaan pengaruh
variabel-variabel yang akan diteliti.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh bukti-bukti yang
menyakinkan tentang pengaruh model
pembelajaran terhadap hasil belajar
siswa ditinjau dari tingkat teamwork
skills yang dibedakan atas tinggi dan
rendah. Penelitian ini melibatkan dua
kelas sampel yang diberi perlakuan yang
berbeda. Pada kelas eksperimen dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation sedangkan kelas
kontrol dengan model pembelajaran
Direct Instruction.
Desain penelitian yang
digunakan adalah desain yang
menggunakan pretes dan postes. Desain
ini merupakan yang paling efektif
dalam istilah penunjukan hubungan
sebab akibat. Penelitian ini melibatkan
dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang diberi perlakukan
berbeda. Pada kelas eksperimen diberi
perlakuan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation
sedangkan kelas kontrol diberi
perlakuan model pembelajaran Direct
Instruction
99
Dengan demikian, desain penelitian ini ditunjukan pada Tabel 1 :
Tabel 1. Rancangan Desain Penelitian
Sampel Pretes Perlakuan Postes
Kelas
Eksperi men
T1 X T2
Kelas Kontrol
T1 Y T2
Keterangan :
T1 : Pemberian tes awal (Pretes) T2 : Pemberian Tes akhir (Postes)
X : Perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
Y : Perlakuan berupa model pembelajaran Direct Instruction
Pada akhir eksperimen kedua kelompok diuji dengan alat ukur yang sama dan
menjadi data eksperimen. Berkaitan hal tersebut maka rancangan penelitian dapat
disajikan dengan desain faktorial 2 x 2 dengan teknik analisis varians 2 jalur seperti
disajikan dalam Tabel 2
Tabel 2 Desain Penelitian ANAVA 2 x 2
Teamwork
Skills (TS)
(B)
Model Pembelajaran
(A)
Rata- Rata
Koopetarif
tipe Group
Investigation
(KGI) (1)
Direct
Instruction
(DI)
(2)
Di atas
rata-rata (1)
A1B1
A1B2
µB1
Di bawah
rata-rata (2)
A2B1
A2B2
µB2
Rata-Rata µA1 µA2
Keterangan :
A1B1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
KGI untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di atas rata-
rata. A1B2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
DI untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di atas rata-
rata. A2B1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
KGI untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di bawah rata-rata.
A2B2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model DI untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di bawah rata-
rata. µA1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model KGI.
100
µA2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model DI.
µB1 = Rata-rata hasil belajar siswa untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di atas rata-rata.
µB2 = Rata-rata hasil belajar siswa untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di bawah rata-rata.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga
tahapan, yaitu: Tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap analisis data.
Pada tahap persiapan penelitian ini
dilakukan beberapa kegiatan, yaitu
mengembangkan perangkat
pembelajaran dikonsultasikan kepada
para pembimbing, menyusun instrumen
dan menvalidasi isinya,
mengujicobakan lembar kerja kepada
beberapa siswa diluar sampel,
menyiapkan lembar observasi untuk
mengukur keterampilan/teamwork
skills, melakukan observasi terhadap
aktivitas siswa dalam melakukan
eksperimen, meminta pertimbangan
para pembimbing untuk menvalidasi isi,
merevisi perangkat pembelajaran dan
terakhir memilih sampel secara acak
terhadap seluruh populasi sebanyak dua
kelas untuk dijadikan kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Tahap pelaksanaan diawali
dengan memberikan tes berupa soal-
soal berbentuk uraian yang berhubungan
dengan konsep fisika sebagai tes awal
penelitian. Setelah itu dilanjutkan
dengan kegiatan melaksanakan
pembelajaran di kelas sesuai jadwal
yang telah ditetapkan dengan model
kooperatif tipe group investigation pada
kelas eksperimen dan model direct
intruction pada kelas kontrol. Dalam
penelitian ini peneliti berperan sebagai
guru pengajar dengan pertimbangan
untuk mengurangi bias terjadinya
perbedaan perlakuan pada masing-
masing kelompok. Saat pembelajaran
terjadi dilakuakan obeservasi untuk
mengukur nilai keterampilan sebagai
hasil belajar dan teamwork skills. Postes
dilakukan pada akhir pertemuan untuk
mengukur hasil belajar siswa. Bagan
Prosedur penelitian secara lengkap
dapat dilihat gambar 3.1.
Pengelolaan data diuji dengan
uji normalitas dan homogenitas,
selanjutnya uji hipotesis t dan
perhitungan statistik lainnya
menggunakan bantuan program
komputer SPSS 15 dan program
Microsoft Excel untuk mengetahui
apakah pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan ketentuan-ketentuan
pembelajaran yang ditetapkan pada
kedua pembelajaran
Pada tahap penelitian ini
dilaksanakan analisis terhadap
seperangkat data yang telah
dikumpulkan selama pelaksanaan
penelitian berlangsung. Data-data yang
dikumpulkan tersebut dianalisis melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung rerata total skor dari
tes awal, tes pengetahuan (kognitif)
untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
2) Menghitung simpangan baku total
skor tes hasil belajar untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol
3) Uji normalitas
Pengujian ini digunakan untuk
melihat apakah data tes hasil
belajar fisika yang dilakukan pada
akhir pembelajaran berdistribusi
normal atau tidak.
4) Uji homogenitas dilakukan dengan
tujuan melihat homogenitas atau
kesamaan beberapa bagian sampel
atau seragam tidaknya varians
101
sampel-sampel yaitu apakah sampel
berasal dari populasi yang sama
atau tidak.
Menguji hipotesis dengan
menggunakan SPSS dan microsoft
office excel dengan Analisis Varians
(ANAVA) dua jalur pada taraf
siginifikan α = 0,05
Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul maka
kemudian data tersebut akan diolah
dengan bantuan SPSS. Pada analisis
data penelitian ini yang akan digunakan
adalah analisis secara deskriptif dan
interferensial.
Data penelitian dinyatakan
dengan mendistribusikan data baik
pretes-postes kedua kelas tersebut
kedalam program SPSS pada kolom
descriptive. Dari proses tersebut maka
akan menghasilkan tabel output berupa
diskriptif data, tabel frekuensi dan juga
gambar chart tiap-tiap kelompok.
Uji normalitas dimaksudkan
untuk menetukan normal tidaknya
distribusi
data penelitian, artinya apakah
penyebarannya dalam populasi bersifat
normal. Uji normalitas menggunakan
SPSS 15.00 dengan uji Klomogorov-
Smirnov. Data dikatakan
berdistribusi normal apabila
Asymp.sig(2-tailed) > taraf signifikansi
0,05. (Santoso, 2005:189)
a. Jika Sig. Atau probabilitas > 0,05
maka sampel berdistribusi normal
b. Jika Sig. Atau probabilitas < 0,05
maka sampel berdistribusi normal
Dengan menggunakan rumus
perhitungan statistik, uji normalitas
dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pengamatan X1, X2,… Xn dijadikan
bilangan baku Z1, Z2,….Zn dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
= Rata-rata nilai hasil belajar
siswa
Z = Bilangan baku = Nilai ujian siswa
2. Untuk bilangan baku dihitung
dengan menggunakan daftar
distribusi normal baku dan
kemudian dihitung peluang dengan
rumus:
3. Selanjutnya menghitung
proposisi Z1, Z2,….Zn yang lebih
kecil atau sama dengan Zi. Jika
proposisi ini dinyatakan oleh S(Zi),
maka
4. Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi)
kemudian menentukan harga
mutlaknya
5. Diambil harga yang paling besar
diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Harga terbesar disebut
Lhitung selanjutnya pada taraf
signifikan α = 0.05 dicari harga
Ltabel pada daftar nilai kritis L
menggunakan uji Kolmogorov–
Smirnov dengan Lilliefors
Significance Correction. Kriteria
pengujian ini adalah:
a. Jika Lhitung < Ltabel maka sampel
berdistribusi normal
b. Jika Lhitung > Ltabel maka sampel
tidak berdistribusi normal
Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui
apakah penyebaran
data dalam populasi
bersifat homogen. Uji homogenitas
dilakukan dengan uji Levene’s
menggunakan SPSS 15.0. data bersifat
homogen apabila
Asymp.sig(2-tailed) > taraf signifikansi
0,05.
102
a. Jika Sig. Atau probabilitas > 0,05
maka sampel homogen
b. Jika Sig. Atau probabilitas < 0,05
maka sampel homogen (Santoso,
2005:189)
Dalam perhitungan statistik, digunakan
uji kesamaan varians dengan rumus:
Keterangan:
Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua
sampel tidak berasal dari populasi yang
homogen
1. Jika Fhitung > Ftabel, maka kedua
sampel berasal dari populasi yang
homogen 2. Taraf signifikan (α) = 0.05
Dan uji Barlett digunakan
untuk menguji homogenitas varians
lebih dari dua kelompok sampel. Rumus
uji Barlett yaitu:
Keterangan:
B =
= Varians data untuk setiap
kelompok ke i
dk = Derajat kebebasan Kriteria pengujian:
a. Jika X2 > X2 maka data tidak
homogen
Kriteria Pengujian:
b. Jika X2 homogen
< X2 tabel
maka
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis data dengan
menggunakan Analisis Varians (Anava) pada taraf signifikan = 0,05.
Untuk perhitungan secara manual berikut rumus yang digunakan untuk
pengujian hipotesis ANAVA 2 jalur:
Tabel 3 Rumus Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur
Sumber
Variasi
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat
Kebebas
an (dk)
Kuadrat Tengah
(KT)
Fhitung
Total
bkn – 1
Sub -
Kelompok
bk – 1
Antar
Baris
b – 1
=
Varians
terbesar
=
Varians
terkecil
F = uji F
103
Antar
Kolom
k – 1
Interaksi
(Baris x
Kolom)
(b-1)(k-1)
Dalam
Sel
(Error/Gal
at)
bk(n-1)
Sudjana (2005)
Keterangan:
b = jumlah baris, yaitu jumlah kelompok atau populasi yang dibandingkan pada baris
tabel
k = jumlah kolom, yaitu jumlah kelompok atau populasi yang dibandingkan pada
kolom tabel
k = jumlah anggota sampel (replikat = ulangan) pada masing-masing sel bn =
jumlah seluruh anggota sampel (dari semua kelompok) atau b x k x n T = jumlah
nilai seluruh data dari setiap sampel
= Jumlah keseluruhan dari masing-masing nilai X yang Dikuadratkan
= Jumlah keseluruhan dari jumlah nilai X pada setiap sel yang dikuadratkan
= Jumalah dari jumlah nilai X pada setiap baris yang Dikuadratkan
= Jumlah dari nilai X pada setiap kolom yang dikuadratkan
JKtotal = Jumlah kuadrat total JKsub-kelompok = Jumlah kuadrat sub kelompok JKbaris = Jumlah
kuadrat baris JKkolom = Jumlah kuadrat kolom JKinteraksi = Jumlah kuadrat
interaksi JKdalam sel = Jumlah kuadrat dalam sel
104
HASIL PENELITIAN
Deskripsi data penelitian
meliputi data kemampuan hasil belajar
siswa dan data teamwork skills pada
mata pelajaran fisika materi Gerak dan
gaya di SMK
Farmasi APIPSU Medan. Hasil belajar
merupakan nilai hasil belajar kelas
eksperimen yang diajar dengan
menggunakan model Kooperatif tipe
Group Investigation (KGI) dan kelas
kontrol yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran
Direct Interuction (DI). Teamwork skills
merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi keberhasilan kegiatan
belajar dan hasil belajar yang diukur
dengan metode observasi saat
pembelajaran berlangsung. Dalam
proses pembelajaran, nilai hasil belajar
siswa dikelompokkan menjadi dua
kategori berdasarkan tingkat teamwork
skills dibawah rata-rata atau di atas rata-
rata.
Deskripsi Data Teamwork Skills
(TS)
Berdasarkan data teamwork
skills (TS) siswa yang diperoleh melalui
observasi saat pembelajaran
berlangsung dirangkum dalam Tabel
3. Berdasarkan Tabel 4 terlihat
bahwa rata-rata TS untuk dua kelas
yaitu kelas eksperimen yang diajar
dengan menggunakan model
pembelajaran KGI dan kelas kontrol
yang diajar menggunakan model
pembelajaran DI sebesar 81,53.
Berdasarkan nilai rata-rata
keseluruhan TS yang diperoleh
kemudian dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu tingkat TS di atas rata-
rata dan di bawah rata-rata. Nilai TS
yang berada di bawah nilai rata-rata TS
81,53 termasuk dalam kategori di bawah
rata-rata sedangkan nilai TS yang
berada di atas nilai rata-rata TS 81,53
termasuk dalam kategoti di atas rata-
rata. Pengelompokkan tingkat TS
digunakan untuk membagi data tes
hasil belajar menjadi dua kategori pada
masing- masing kelas sampel.
105
Tabel 4.Data Teamwork Skills (TS) Seluruh Sampel
Frequency
Valid 61.00 2 68.00 5 71.00 4 75.00 5 79.00 12 82.00 11 83.00 2 86.00 8 89.00 5 93.00 4 96.00 6 Total 64
Mean 81.53
Std. Deviation 8.66
Minimum 61.00
Maximum 96.00
Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Desain ANAVA 2 2
Berdasarkan desain ANAVA 2 2 akan di deskripsikan data secara
berpasangan. Desain ANAVA 2 2 dapat dilihat pada tabel 5. Pasangan
deskripsi data tesebut adalah; 1) Deskripsi data hasil belajar berdasarkan model
pembelajaran. 2) Deskripsi data hasil belajar berdasarkan tingkat teamwork skills.
3) Deskripsi data hasil belajar pada model pembelajaran KGI berdasarkan tingkat
teamwork skills. 4) Deskripsi data hasil belajar pada model pembelajaran DI
berdasarkan tingkat teamwork skills. 5) Deskripsi data hasil belajar pada teamwork skills
di bawah rata-rata berdasarkan model pembelajaran. 6) Deskripsi data hasil belajar pada
teamwork skills di atas rata-rata berdasarkan model pembelajaran.
Tabel 5. Desain Penelitian ANAVA 2 x 2
Teamwork Skills (TS) (B)
Model Pembelajaran (A)
Rata-
Rata Koopetarif tipe Group
Investigation (K-GI)
(1)
Direct Instruction (DI)
(2)
Di atas rata-rata (1) A1B1 A1B2 µB1
Di bawah rata-rata (2) A2B1 A2B2 µB2
Rata-Rata µA1 µA2
Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran
Tabel 6 menunjukkan rata-rata hasil belajar berdasarkan model pembelajaran
yaitu model KGI dan model DI dengan rata-rata nilai masing- masing 70.25 dan 40.09.
Berdasarkan data yang diperoleh disimpulkan bahwa siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran KGI lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan model DI. Hal ini
106
disebabkan oleh karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
dimana siswa berperan aktif saat melakukan investigasi/penyelidikan untuk
membuktikan suatu fenomena fisika. Siswa terlebih dahulu dipahamkan tentang teori
suatu penomena fisika kemudian membuktikan melalui praktikum/penyelidikan
fenomena yang telah dipahaminya sehingga akan mendatangkan keyakinan akan
kebenaran suatu teori fisika. Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan,
mengumpulkan data, mengolah data, dan menarik kesimpulan akan menguatkan
ingatannya terhadap teori fisika. Dengan demikian pemahaman itu akan menguat dan
mempengaruhi hasil belajar.
Tabel 6 Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran
Model KGI Model DI
Hasil belajar Frekuensi Hasil Belajar Frekuensi
48 1 21 1
58 2 28 1
59 2 29 2
63 1 33 1
64 3 34 3
66 3 36 3
67 1 37 1
68 3 38 3
69 1 39 1
70 2 40 2
72 3 41 1
73 2 42 3
78 1 43 2
80 2 44 2
82 1 49 2
83 1 50 2
85 1 56 1
86 1 68 1
97 1
N 32 N 32
Rata-rata 70.25 Rata-rata 40.09
Std. Deviasi 9.93 Std. Deviasi 8.87
Sedangkan pembelajaran melalui penerapan model direct interuction dimana
kegiatannya terfokus pada aktifitas-aktifitas akademik. Sehingga didalam implementasi
kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar
siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula.
Pemberian arahan dan kontrol secara ketat di dalam pengembangan model pembelajaran
langsung ini terutama sekali dilakukan ketika guru menjelaskan tentang tugas-tugas
belajar, menjelaskan materi pelajaran. Dalam model pembelajaran DI ini siswa tidak
dilibatkan secara langsung dalam melakukan eksperimen namun hanya dimantafkan
materinya. Investigasi dilakukan/diperagakan oleh guru dengan mendemonstrasikan
107
percobaan/penelitian di depan kelas. Dalam hal ini siswa hanya diminta bekerja sama
dalam hal perhitungan data. Karena kurangnya keterlibatan siswa dalam keaktifan
belajar dibandingkan dengan model KGI tentu akan berpengaruh terhadap pemahaman
dan pengalaman siswa dalam mengkonstruk informasi.
Perbedaan hasil belajar berdasarkan Model pembelajaran dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran
Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Tingkat Teamwork Skills
Deskripsi data hasil belajar berdasarkan model pembelajaran disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 7. Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Tingkat Teamwork Skills
TS Di Atas Rata-Rata TS Di Bawah Rata-Rata
Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi
29 2 21 1
34 1 28 1
36 1 33 1
38 2 34 2
39 1 36 2
40 1 37 1
42 2 38 1
49 1 40 1
50 2 41 1
Model Pembelajaran
DI KGI
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Hasil Belajar Berdasarkan Model R
ata
-ra
ta H
asi
l Be
laja
r
108
58 1 42 1
66 2 43 2
67 1 44 2
68 4 48 1
69 1 49 1
70 2 56 1
72 2 58 1
73 2 59 2
78 1 63 1
80 2 64 3
82 1 66 1
83 1 72 1
85 1
86 1
97 1
N 36 N 28
Rata-rata 61.53 Rata-rata 47.00
Std. Deviasi 18.49 Std. Deviasi 13.27
Tabel 7 menunjukkan rata-rata hasil belajar berdasarkan tingkat TS yaitu TS di
atas rata-rata dan TS di bawah rata-rata dengan rata-rata nilai hasil belajar masing-
masing 61,53 dan 47,00. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajara siswa yang memiliki TS di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang
memiliki TS di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan peran teamwork skills dalam
mewujudkan tujuan bersama. Saat sekelompok orang bekerja sama tiap anggota tim
dapat menutupi kelemahan individu lain yang ada dalam kelompok itu.
Dalam proses pembelajaran saat seorang siswa tidak mampu
menyelesaikan/memahami suatu konsep akan dibantu oleh teman sekelompoknya yang
sudah memahami. Saat bekerja sama kemampuan sosial siswa akan lebih menonjol
dibandingkan bekerja sendiri. Saling peduli (kemampuan sosial) akan lebih baik jika
dalam suatu model pembelajaran mengharuskan mereka melakukan presentasi hasil.
Demi mendapatkan nilai yang baik seluruh anggota kelompok harus menguasai materi
dan tugas-tugas yang dikerjakannya dengan alasan mereka harus tampil menjadi yang
terbaik saat melakukan presentasi hasil. Penjelasan ini menjadi jawaban dari hasil
penelitian dimana siswa yang memiliki tingkat TS di bawah rata-rata memiliki nilai
hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan siswa yang memiliki tingkat TS di atas
rata-rata.
Perbedaan hasil belajar berdasarkan Model pembelajaran dapat dilihat pada
gambar berikut:
109
Gambar 2. Perbandingan Hasil Belajar Berdasarkan Teamwork Skills
Deskripsi Data Hasil Belajar pada Model Pembelajaran KGI berdasarkan Tingkat
TS
Berdasarkan data TS pada Tabel 8 nilai rata-rata TS dikelompokkan sesuai
dengan data kelompok tingkat TS untuk melihat perolehan jumlah dan nilai siswa yang
memiliki tingkat TS di bawah rata-rata dan di atas rata-rata pada kelas KGI.
Berdasarkan tabel 4.5 pada model KGI diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa yang
memiliki tingkat TS di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
memiliki tingkat TS di bawah rata-rata yaitu 74,14 dan 61,70. Hasil ini menunjukkan
siswa yang memiliki TS di atas rata-rata lebih baik hasil belajarnya dibandingkan
dengan siswa yang memiliki TS di bawah rata-rata. Ini disebabkan karakteristik model
KGI itu sendiri yang menuntut kemampuan bekerja sama pada siswa. Hal ini tampak
pada fase model KGI yang mengharuskan siswa belajar
secara berkelompok. Dengan demikian pada model GKI siswa yangmemiliki TS yang
lebih baik akan memperoleh hasilbelajar yang lebih baik.
Tabel 8. Deskripsi Data Hasil Belajar pada Model KGI Berdasarkan Tingkat TS
KGI-TS Di Atas Rata-rata KGI-TS Di Bawah Rata-rata
Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi
58 1 48 1
66 2 58 1
67 1 59 2
68 3 63 1
69 1 64 3
70 2 66 1
110
72 2 72 1
73 2
78 1
80 2
82 1
83 1
85 1
86 1
97 1
N 22 N 10
Rata-rata 74.14 Rata-rata 61.70
Std. Deviasi 8.82 Std. Deviasi 6.31
Lebih jelasnya perbandingan hasil belajar pada model KGI antara TS di atas
rata-rata dengan TS di bawah rata-rata dapat dilihat pada gambar diagram berikut:
Gambar 3 Perbandingan Hasil Belajar pada Model Pembelajaran KGI Berdasarkan
Tingkat TS
Deskripsi Data Hasil Belajar pada Model Pembelajaran DI berdasarkan Tingkat
TS
Berdasarkan data TS pada Tabel 9 nilai rata-rata TS dikelompokkan sesuai
dengan data kelompok tingkat TS untuk melihat perolehan jumlah dan nilai siswa yang
memiliki tingkat TS di bawah rata-rata dan di atas rata-rata pada model DI. Berdasarkan
tabel 9 pada model DI diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki tingkat
TS di atas rata-rata sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki
tingkat TS di bawah rata-rata yaitu 41,71 dan 38,83. Perbedaan yang sedikit
menunjukkan siswa yang memiliki TS di atas rata-rata dan siswa yang memiliki TS di
111
bawah rata-rata memiliki hasil belajar yang sama. Ini disebabkan karakteristik model DI
tidak membutuhkan kemampuan kerja sama pada siswa dalam menerapkannya. Model
DI dilakukan dengan metode teacher center yang membuat siswa tidak berperan aktif
dalam belajar. Dengan demikian TS tidak berperan pada model DI dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Tabel 9 Deskripsi Data Hasil Belajar pada Model Pembelajaran DI berdasarkan
Tingkat TS
DI-TS Di Atas Rata-rata DI-TS Di Bawah Rata-rata
Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi
29 2 21 1
34 1 28 1
36 1 33 1
38 2 34 2
39 1 36 2
40 1 37 1
42 2 38 1
49 1 40 1
50 2 41 1
68 1 42 1
43 2
44 2
49 1
56 1
N 14 N 18
Rata-rata 41.71 Rata-rata 38.83
Std. Deviasi 10.13 Std. Deviasi 7.82
Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar berdasarkan tingkat TS di atas rata- rata
dan di bawah rata-rata pada Tabel 9 disajikan dalam Gambar 4 :
112
Gambar 4 Perbandingan Hasil Belajar pada Model Pembelajaran DI berdasarkanTingkat
TS
Deskripsi Data Hasil Belajar pada TS di Bawah Rata-rata berdasarkan Model
Pembelajaran
Berdasarkan tabel 10. pada tingkat TS di bawah rata-rata diperoleh nilai rata-rata
hasil belajar siswa melalui model KGI lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan hasil
belajar siswa melalui model DI, yaitu 61,70 dan 38,83. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada siswa-siswa yang memiliki TS di bawah rata-rata lebih baik
hasil belajarnya dengan menggunakan model KGI. Ini disebabkan oleh pada model KGI
siswa belajar secara aktif dalam bimbingan guru pada saat menjalankan fase yang ada
pada model. Sedangkan pada model DI siswa tidak berperan aktif melainkan guru yang
berperan aktif. Hai tersebut mempengaruhi hasil belajar. Deskripsi data hasil belajar
siswa yang
memiliki TS di bawah rata-rata dapat dilihat pada Tabel 10 dan perbandingannbya dapat
di lihat pada gambar 5 :
Tabel 10. Deskripsi Data Hasil Belajar pada TS di Bawah Rata-rata berdasarkan
Model
KGI-TS Di Bawah Rata-rata DI-TS Di Bawah Rata-rata
Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi
48 1 21 1
58 1 28 1
59 2 33 1
63 1 34 2
64 3 36 2
66 1 37 1
72 1 38 1
40 1
113
41 1
42 1
43 2
44 2
49 1
56 1
N 10 N 18
Rata-rata 61.70 Rata-rata 38.83
Std. Deviasi 6.31 Std. Deviasi 7.82
Gambar 6. Perbandingan Hasil Belajar pada TS di Bawah Rata-rata berdasarkan Model
Pembelajaran
Deskripsi Data Hasil Belajar pada TS di Atas Rata-rata berdasarkan Model
Pembelajaran
Deskripsi data hasil belajar siswa yang memiliki TS di bawah rata-rata dapat
dilihat pada Tabel 11. berikut:
Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Belajar pada TS di Atas Rata-rata berdasarkan
Model Pembelajaran
KGI-TS Di Atas Rata-rata DI-TS Di Atas Rata-rata
Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi
58 1 29 2
66 2 34 1
67 1 36 1
68 3 38 2
114
69 1 39 1
70 2 40 1
72 2 42 2
73 2 49 1
78 1 50 2
80 2 68 1
82 1
83 1
85 1
86 1
97 1
N 22 N 14
Rata-rata 74.14 Rata-rata 41.71
Std. Deviasi 8.82 Std. Deviasi 10.13
Berdasarkan tabel 11 pada tingkat TS di atas rata-rata diperoleh nilai rata- rata
hasil belajar siswa melalui model KGI lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan hasil
belajar siswa melalui model DI, yaitu 74.14 dan 41,71. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada siswa-siswa yang memiliki TS di atas rata-rata lebih baik hasil
belajarnya dengan menggunakan model KGI. Ini disebabkan oleh karakteristik masing-
masing model. Pada model KGI siswa belajar secara aktif dalam bimbingan guru pada
saat menjalankan fase yang ada pada model. Sedangkan pada model DI siswa tidak
berperan aktif melainkan guru yang berperan aktif. Hai tersebut mempengaruhi hasil
belajar. Perbandingan hasil belajar dapat di lihat pada gambar 7 berikut:
Gambar 7. Perbandingan Hasil Belajar pada TS di Atas Rata-rata berdasarkan Model
Pemebelajaran
115
Pengujian Persyaratan Analisis Data
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian
persyaratan data, sebagai syarat untuk pengujian statistik inferensial. Uji persyaratan
terdiri dari uji normalitas data dan uji homogenitas varians pada taraf signifikansi 0.05
yang diukur dengan menggunakan SPSS.
Uji normalitas data digunakan untuk melihat apakah data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
Lilliefors Significance Correctiona. Sedangkan uji homogenitas dipergunakan untuk
mengetahui apakah sampel berasal dari varians yang sama atau homogen dengan
menggunakan Levene’s Test of Equality of Error Variances.
Pengujian Data Pretes
Pengujian persyaratan data untuk data pretes kelas eksperimen dan kontrol
dilakukan dengan uji normalitas dan homogenitas sehingga dapat dilakukan uji
independen t tes untuk melihat perbedaan antara hasil kedua sampel kelas. Deskripsi
data pretes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12 Data Pretes Kelas DI dan KGI
Kelas DI Kelas KGI
Skor Frekuensi Rata-rata Skor Frekuensi Rata-rata
8 2
21.59
8 4
21.25 13 1 10 1
16 6 16 8
17 2 19 2
18 2 20 1
19 3 21 2
22 3 22 4
24 2 26 1
26 1 28 2
27 3 29 1
28 2 32 2
30 1 34 1
32 2 37 2
34 2 39 1
Total 32 Total 32
Uji Normalitas Data Pretes Kelompok Sampel
Melalui uji nomalitas pretes dengan Kolmogorov-Smirnova kedua sampel kelas,
ditemukan bahwa hasil Kolmogorov-Smirnova kelas eksperimen adalah 0.052 dan kontrol adalah 0.087 lebih besar dari taraf signifikan = 0,05. Dari uji
normalitas pada kedua kelas ini menjelaskan bahwa data kedua kelas berdistribusi
normal. Hasil perhitungan uji normalitas data (dapat dilihat pada lampiran 10).
Distribusi data pretes dapat di lihat pada gambar diagram berikut:
116
Gambar 8. Distribusi Data Pretes Sampel Kelas DI
Gambar 9. Distribusi Data Pretes Sampel Kelas KGI
Homogenitas Data Pretes Kelompok Sampel
Setelah menggunakan uji normalitas untuk pretes, selanjutnya dilakukan uji
homogenitas untuk pretes. Dari uji homogenitas pretes terlihat bahwa nilai signifikan
homogenity of variance 0,300 lebih besar dari nilai = 0,05 maka kedua kelas sampel
yaitu eksperimen dan kelas kontrol memiliki distribusi data yang homogen.
Uji Hipotesis Data Pretes Kelompok Sampel
Setelah dilakukan uji persyaratan data maka dapat dilanjutkan dengan uji
hipotesis atau uji beda untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas sampel apakah
sama atau tidak. Untuk menguji kemampuan awal kedua kelompok digunakan
117
perhitungan SPSS dengan uji Levene’s Test. Kriteria pengujian adalah jika sign > α,
maka dinyatakan kedua kelompok
memiliki kemampuan awal yang sama.
Dari hasil uji hipotesis diperoleh kedua sampel kelas memiliki kemampuan yang
sama dengan nilai = 0,300 > 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa kedua kelas sampel
memiliki kemampuan awal yang sama sehingga kedua kelas tersebut dapat diberi
perlakuan model pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan
pembelajaran KGI, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran DI.
Pengujian Data Postes
Pengujian persyaratan data untuk data postes kelas eksperimen dan kontrol
dilakukan dengan uji normalitas dan homogenitas sehingga dapat dilakukan uji
parametrik untuk Anova dua jalur (Two Way Anova). Deskripsi data postes dapat dilihat
pada tabel 4.10.
Uji Normalitas Data Postes Kelompok Sampel
Melalui uji nomalitas postes dengan Kolmogorov-Smirnova kedua sampel kelas,
ditemukan bahwa hasil Kolmogorov-Smirnova kelas eksperimen adalah 0,107 dan kontrol adalah 0,098 lebih besar dari taraf
signifikan = 0,05. Dari uji normalitas pada kedua kelas ini menjelaskan bahwa data
kedua kelas berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas data Distribusi data
postes dapat dilihat pada diagram gambar 10 dan 11
Tabel 13 Data Postes Kelas DI dan KGI
Kelas DI Kelas KGI
Skor Frekuensi Rata- rata
Skor Frekuensi Rata- Rata
21 1
40.09
48 1
70.25
28 1 58 2
29 2 59 2
33 1 63 1
34 3 64 3
36 3 66 3
37 1 67 1
38 3 68 3
39 1 69 1
40 2 70 2
41 1 72 3
42 3 73 2
43 2 78 1
44 2 80 2
49 2 82 1
50 2 83 1
56 1 85 1
68 1 86 1
118
Total 32 97 1
Total 32
Gambar 10. Distribusi Data Postes Sampel Kelas DI
Gambar 11. Distribusi Data Postes Sampel Kelas KGI
Uji Homogenitas Data Postes Kelompok Sampel
Setelah menggunakan uji normalitas untuk postes, selanjutnya dilakukan uji
homogenitas untuk pretes. Dari uji homogenitas pretes diperoleh nilai signifikan
homogenity of variance 0,472 lebih besar dari nilai = 0,05 maka kedua kelas sampel
yaitu eksperimen dan kelas kontrol memiliki distribusi data yang homogen. Hasil
perhitungan uji homogenitas data
119
Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis penelitian untuk data postes digunakan General Linier
Model (GLM) Unvariate dengan menggunakan program SPSS pada taraf signifikansi α
= 0,05. Kelompok sampel diklasifikasikan pada kategori tingkat TS di atas rata-rata dan
dibawah rata-rata. Di mana tingkat TS ditentukan berdasarkan nilai rata-rata TS secara
keseluruhan.
Untuk melihat perbedaan tingkat TS siswa dan hasil belajar fisika siswa
terhadap pembelajaran yang diberikan digunakan uji Two Way Anova dengan General
Linear Model (GLM) Unvariate, sekaligus untuk melihat bagaimana pengaruh tingkat
TS terhadap hasil belajar fisika siswa. Apakah siswa yang memiliki tingkat TS di atas
rata-rata memiliki hasil belajar yang tinggi atau sebaliknya lebih rendah, serta apakah
ada interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat TS dalam memengaruhi hasil
belajar fisika siswa.
Deskriptif statistik output dari ANAVA data TS siswa disajikan dalam Tabel
14.
Tabel 14. Data Jumlah Sampel pada Model dan Tingkat TS Between-Subjects
Factors
Berdasarkan Tabel 14 diperoleh jumlah keseluruhan siswa yang memiliki
tingkat TS di atas rata-rata dan di bawah rata-rata pada kelas kontrol yang diajar dengan
model DI sebanyak 32 orang dan siswa yang memiliki tingkat TS di atas rata-rata dan di
bawah rata-rata di kelas eksperimen yang diajar dengan model KGI sebanyak 32 orang.
Secara keseluruhan siswa yang memiliki tingkat TS diatas rata-rata sebanyak 36 orang
dan siswa yang memiliki tingkat TS di bawah rata-rata sebanyak 28 orang.
Dari data hasil belajar berdasarkan kategori tingkat TS dilakukan pengujian
hipotesis statistik ANAVA 2 jalur dengan General Linear Model (GLM) Univariate.
Hasil uji ANAVA disajikan pada Tabel berikut:
Value Label N
Model 1.00 DI 32 2.00 KGI 32
LevelTS 1.00 Di bawah rata-rata 28
2.00 Di atas rata-rata 36
120
Tabel. 15 Hasil Uji ANAVA Kedua Kelas Tests of Between-
Subjects Effects
Dependent Variable: Postes
Source
Type III Sum of
Df
Mean Square
F
Sig.
Squares
Corrected Model
15679.061( a)
3 5226.354 71.823 .000
Intercept 171862.63 4
1 171862.634 2361.80 6
.000
Model 11220.306 1 11220.306 154.194 .000
LevelTS 861.185 1 861.185 11.835 .001
Model * LevelTS
335.143 1 335.143 4.606 .036
Error 4366.048 60 72.767
Total 214857.00 0
64
Corrected Total
20045.109 63
a R Squared = .782 (Adjusted R Squared = .771)
Berdasarkan Tabel 15 dapat
dilihat bahwa model pembelajaran yang
diterapkan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar fisika
siswa yang ditunjukkan oleh harga
signifikansi 0,000 < 0,05. Tingkat TS
siswa memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar fisika
siswa yang ditunjukkan oleh harga
signifikansi 0,001 < 0,05. Model
pembelajaran yang diterapkan memiliki
interaksi yang signifikan dengan tingkat
TS siswa dalam memengaruhi hasil
belajar fisika siswa yang ditunjukkan
oleh harga signifikansi 0,036 < 0,05.
Ringkasan hasil pengujian
hipotesis dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Hipotesis Pertama :
H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil
belajar siswa melalui model
kooperatif tipe group
investigation dengan direct
interuction dalam pembelajaran
fisika.
Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar
siswa melalui model kooperatif
tipe
group investigation dengan direct
interuction dalam pembelajaran fisika.
Hasil analisis varians pada Tabel
15 diperoleh nilai signifikan model
0,000 lebih kecil dari pada nilai =
0,05 maka dapat dikatakan bahwa hasil
pengujian hipotesis menolak H0 atau
menerima Ha dalam taraf alpha 5 %
artinya terdapat perbedaan hasil belajar
siswa melalui model kooperatif tipe
group investigation dengan direct
interuction dalam pembelajaran fisika.
Dari hipotesis ini dapat disimpulkan
bahwa siswa yang diajar dengan model
kooperatif tipe group investigation
memperoleh nilai rata- rata hasil belajar
siswa yang lebih tinggi dibandingkan
121
siswa yang diajar dengan model direct
interuction.
2. Hipotesis Kedua :
H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil
siswa antara kelompok siswa
yang memiliki TS diatas rata-
rata dengan kelompok siswa
yang memiliki TS dibawah rata-
rata.
Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar
siswa antara kelompok siswa
yang memiliki TS diatas rata-
rata dengan kelompok siswa
yang memili TS dibawah rata-
rata.
Hasil analisis varians pada
Tabel 15 diperoleh nilai signifikan TS
0,001 lebih kecil dari pada nilai
= 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
hasil pengujian hipotesis menolak H0
atau menerima Ha dalam taraf alpha 5
% artinya terdapat perbedaan hasil
belajar antara kelompok siswa yang
memiliki TS diatas rata-rata dengan
kelompok siswa dengan TS dibawah
rata-rata. Dari hipotesis ini dapat
disimpulkan bahwa hasil kelompok
siswa yang memiliki tingkat TS di atas
rata-rata lebih tinggi daripada kelompok
siswa yang memiliki tingkat TS di
bawah rata-rata.
3. Hipotesis Ketiga :
H0 = Tidak terdapat interaksi antara
m
odel
pembelajaran dengan teamwork
skills siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar.
Ha = Terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan teamwork
skills siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar.
Hasil analisis varians pada Tabel 15
diperoleh nilai signifikan Model*
LevelTS 0,036 lebih kecil dari pada
nilai = 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa hasil pengujian hipotesis
menolak H0 atau menerima Ha dalam
taraf alpha 5 % artinya terdapat
interaksi antara model pembelajaran
dengan TS siswa dalam mempengaruhi
hasil belajar
122
Hasil interaksi antara model pembelajaran dan tingkat TS dalam mempengaruhi hasil
belajar disajikan pada Gambar berikut
Gambar 12. Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan tingkat Teamwork skills
Selanjutnya untuk menganalisis interaksi atau perbedaan nilai rata-rata antar
kelompok dilakukan dengan analisis Post Hoc Test dengan uji tukey. Hasil yang
diperoleh disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 16 Jumlah Sampel pada Masing-masing Kelompok
Value Label N
Model 1.00 DI 32
2.00 KGI 32
Interaksi 1.00 DI di bawah rata-rata 18
2.00 DI di atas rata-rata 14
3.00 KGI di bawah rata-rata 10
4.00 KGI di atas rata-rata 22
123
Tabel 17. Hasil Analisis Post Hoc Test dengan Uji Tukey Multiple Comparisons
Dependent Variable: Postes Tukey HSD
(I)
Interaksi
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig.
95% Confidence
Interval
(J) Interaksi Upper
Bound
Lower
Bound
DI di
bawah
rata-rata
DI di atas rata-rata
-2.8810
3.03979
.779
-10.9137
5.1518
KGI di bawah rata-
rata
-22.8667* 3.36443 .000 -31.7572 -13.9761
KGI di atas rata-
rata
-35.3030* 2.71113 .000 -42.4673 -28.1388
DI di atas
rata-
rata
DI di bawah rata- rata
2.8810
3.03979
.779
-5.1518
10.9137
KGI di bawah rata-
rata
-19.9857* 3.53191 .000 -29.3189 -10.6526
KGI di atas rata-
rata
-32.4221* 2.91638 .000 -40.1287 -24.7155
KGI di
bawah
rata-rata
DI di bawah rata- rata
22.8667*
3.36443
.000
13.9761
31.7572
DI di atas rata-rata 19.9857* 3.53191 .000 10.6526 29.3189
KGI di atas rata-
rata
-12.4364* 3.25336 .002 -21.0334 -3.8393
KGI di
atas rata-
rata
DI di bawah rata- rata
35.3030*
2.71113
.000
28.1388
42.4673
DI di atas rata-rata 32.4221* 2.91638 .000 24.7155 40.1287
KGI di bawah rata-
rata
12.4364* 3.25336 .002 3.8393 21.0334
Based on observed means.
* The mean difference is significant at the .05 level.
Tabel 17 merupakan hasil
analisis Post Hoc Test uji Tukey.
Berdasarkan Tabel 17. diperoleh
beberapa perbandingan nilai rata-rata
antar kelompok sebagai berikut :
a. DI di bawah rata-rata (model DI
dengan tingkat TS di bawah rata-
rata) dengan DI di atas rata-rata
(model DI dengan tingkat TS di atas
rata-rata).
Perbedaan antara DI dibawah rata-rata
dibandingkan dengan DI di atas rata-
rata dengan taraf signifikansi 0.779.
Artinya nilai hasil belajar siswa yang
memiliki TS di bawah rata-rata tidak
berbeda hasilnya dengan siswa yang
memiliki TS di atas rata- rata. Hal ini
menjelaskan tidak terdapat pengaruh
TS secara signifikan pada model DI
untuk siswa dengan tingkat TS di
bawah rata-rata dan di atas rata- rata.
b. DI di bawah rata-rata dengan KGI di
bawah rata-rata. Perbedaan antara DI
di bawah rata-rata dibandingkan
dengan KGI di bawah rata-rata
124
dengan taraf signifikansi 0.000.
Artinya nilai hasil belajar siswa pada
DI yang memiliki TS di bawah rata-
rata berbeda dengan siswa pada kelas
KGI yang memiliki TS di bawah
rata-rata. Hal ini
menjelaskan terdapat pengaruh TS
secara signifikan pada model DI di
bawah rata-rata dengan KGI di
bawah rata-rata. Hal ini diakibatkan
oleh penerapan model KGI yang
memang mendorong siswa terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar
dibandingkan dengan model DI.
c. DI di bawah rata-rata dengan KGI di
atas rata-rata.
Perbedaan antara DI di bawah rata-
rata dibandingkan dengan KGI di
atas rata-rata dengan taraf
signifikansi 0.000. Artinya nilai hasil
belajar siswa pada DI yang memiliki
TS di bawah rata-rata berbeda
dengan siswa pada kelas KGI yang
memiliki TS di atas rata-rata. Hal ini
menjelaskan terdapat pengaruh TS
secara signifikan pada model DI di
bawah rata dengan KGI di atas rata-
rata. Hal ini diakibatkan oleh
penerapan model KGI yang memang
mendorong siswa terlibat aktif dalam
proses belajar mengajar
dibandingkan dengan model DI.
d. DI di atas rata-rata dengan KGI di
bawah rata-rata.
Perbedaan antara DI di atas rata- rata
dibandingkan dengan KGI di bawah
rata-rata dengan taraf signifikansi
0.000. Artinya nilai
hasil belajar siswa pada DI yang
memiliki TS di atas rata-rata berbeda
dengan siswa pada kelas KGI yang
memiliki TS di bawah rata-rata. Hal
ini menjelaskan terdapat pengaruh
TS secara signifikan pada model DI
di atas rata-rata dengan KGI di
bawah rata-rata. Hal ini diakibatkan
oleh penerapan model KGI yang
memang mendorong siswa terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar
dibandingkan dengan model DI.
e. DI di atas rata-rata dengan KGI di
atas rata-rata.
Perbedaan antara DI di atas rata- rata
dibandingkan dengan KGI di atas
rata-rata dengan taraf signifikansi
0.000. Artinya nilai hasil belajar
siswa pada DI yang memiliki TS di
atas rata-rata berbeda dengan siswa
pada kelas KGI yang memiliki TS di
atas rata-rata. Hal ini menjelaskan
terdapat pengaruh TS secara
signifikan pada model DI di atas
rata-rata dengan KGI di atas rata-
rata. Hal ini diakibatkan oleh
penerapan model KGI yang memang
mendorong siswa terlibat aktif dalam
proses belajar mengajar
dibandingkan dengan model DI.
f. KGI di bawah rata-rata dengan KGI
di atas rata-rata.
Perbedaan antara KGI di bawah rata-
rata dibandingkan dengan KGI di
atas rata-rata dengan taraf
signifikansi 0.002. Artinya nilai hasil
belajar siswa pada KGI yang
memiliki TS di bawah rata- rata
berbeda dengan siswa pada kelas
KGI yang memiliki TS di atas rata-
rata. Hal ini menjelaskan terdapat
pengaruh TS secara signifikan pada
KGI di atas rata-rata dengan KGI di
bawah rata-rata. Dengan demikian
tingkat TS mempengaruhi hasil
belajar pada model KGI.
125
Secara ringkas perbedaan antar tiap kelompok dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 18. Perbedaan antar kelompok siswa berdasarkan tingkat teamwork skills
No Pasangan antar kelompok berdasarkan tingka TS
Sig. Kesimpulan
1. DI di bawah rata-rata dengan DI di atas rata-rata
0.779 Sama
2. KGI di bawah rata-rata dengan KGI di atas rata-rata
0.002 Berbeda
3. KGI di bawah rata-rata dengan DI di bawah rata-rata
0.000 Berbeda
4. KGI di atas rata-rata dengan DI di atas rata-rata
0.000 Berbeda
5. KGI di bawah rata-rata dengan DI di atas rata-rata
0.000 Berbeda
6. KGI di atas rata-rata dengan DI di bawah rata-rata
0.000 Berbeda
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil-hasil
penelitian yang diperoleh, maka dapat
diuraikan pembahasan hasil penelitian
tentang perbedaan model pembelajaran
KGI dengan model pembelajaran DI
dengan melibatkan faktor Teamwork
Skills (TS) siswa pada pada mata
pelajaran fisika. Dalam pembahasan ini,
data yang dianalisis adalah hasil belajar
fisika siswa.
Perbedaan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Group Investigation
dengan Model Pembelajaran Direct
Instruction.
Merujuk pada hasil penelitian
yang diperoleh bahwa siswa yang
belajar dengan menggunakan model
pembelajaran KGI memperoleh nilai
rata-rata hasil belajar fisika sebesar
70.25 sedangkan siswa yang belajar
dengan menggunakan model
pembelajaran DI memperoleh nilai rata-
rata hasil belajar fisika sebesar 40.29.
Berdasarkan Tabel 4.12 hasil analisis
varians nilai signifikan kelas 0.000
lebih kecil daripada nilai = 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar fisika siswa yang
diajar dengan menggunakan model
pembelajaran KGI dengan model
pembelajaran DI. Perbedaan hasil
belajar antarkelas dengan model KGI
dengan model pembelajaran DI dapat
dijelaskan meninjau karakteristik model
pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif dapat
menguntungkan bagi siswa berprestasi
rendah maupun tunggi yang
mengerjakan tugas akademik bersama-
sama. Mereka yang berprestasi tinggi
mengajarkan teman-temannya yang
berprestasi rendah. Selanjutnya efek
penting dari pembelajaran kooperatif
adalah toleransi dan penerimaan yang
lebih luas terhadap orang-orang yang
berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau
kemampuannya. Selanjutnya tujuan
penting dari model pembelajaran
kooperatif adalah mengajarkan
keterampilan kerja sama (teamwork
skills) dan kolaborasi kepada siswa.
Model pembelajaran kooperatif
meningkatkan kerja sama karena
126
menghargai dan mendukung
perkembangan intelengensi
interpersonal.
Ketika menjalankan
pembelajaran kooperatif group
investigation. Siswa berperan aktif
untuk melakukan
investigasi/penyelidikan untuk
membuktikan suatu fenomena fisika.
Siswa terlebih dahulu dipahamkan
tentang materi dari suatu penomena
fisika kemudian membuktikan melalui
praktikum/penyelidikan fenomena yang
telah dipahaminya sehingga akan
mendatangkan keyakinan akan
kebenaran suatu teori fisika.
Keterlibatan siswa mulai dari
merencanakan, mengumpulkan data,
mengolah data, dan menarik kesimpulan
akan menguatkan ingatannya terhadap
teori fisika. Dengan demikian
pemahaman itu akan menguat dan
mempengaruhi hasil belajar.
Sedangkan pembelajaran
melalui penerapan model direct
interuction dimana kegiatannya terfokus
pada aktifitas-aktifitas akademik.
Sehingga didalam implementasi
kegiatan pembelajaran guru melakukan
kontrol yang ketat terhadap kemajuan
belajar siswa, pendayagunaan waktu
serta iklim kelas yang dikontrol secara
ketat pula. Pemberian arahan dan
kontrol secara ketat di dalam
pengembangan
model pembelajaran langsung ini
terutama sekali dilakukan ketika guru
menjelaskan tentang tugas-tugas belajar,
menjelaskan materi pelajaran. Dalam
model pembelajaran DI ini siswa tidak
dilibatkan secara langsung dalam
melakukan eksperimen
namun hanya dimantafkan
materinya. Investigasi
dilakukan/diperagakan oleh guru
dengan mendemonstrasikan
percobaan/penelitian di depan kelas.
Dalam hal ini siswa hanya diminta
bekerja sama dalam hal perhitungan
data. Karena kurangnya keterlibatan
siswa dalam keaktifan belajar
dibandingkan dengan model KGI tentu
akan berpengaruh terhadap pemahaman
dan pengalaman siswa dalam
mengkonstruk informasi. Dengan
demkian pada model DI penguasaan
terhadap suatu materi akan lebih rendah
dari pada model KGI sehingga akan
menghasilkan hasil belajar yang
berbeda puda dimana model KGI hasil
belajarnya lebih tinggi.
Dengan demikian terdapat
perbedaan yang signifikan antara model
group investigasi dibandingkan
model direct intruction terhadap
prestasi akademik siswa (Akcay, 2012).
Selain itu dalam model pembelajaran
kooperatif hasil belajar siswa lebih
tinggi dikarenakan adanya
pengembangan kemampuan sosial
seperti teamwork skill disamping
kemampuan sosial seperti menghormati,
mematuhi peraturan, penyelesaian
tugas, dan toleransi menggunakan
model pembelajaran kooperatif lebih
baik dari pada model tradisional
(Tavakoli, 2014). Selain itu kelompok
siswa investigasi memiliki masalah
terkecil untuk membangun kemampuan
apresiasi siswa yang membuat siswa
lebih aktif dalam
melakukan proses belajar mengajar
(Purwadi, 2013). Selanjutnya model
pembelajaran group investigasi lebih
efektif dibandingkan pembelajaran
konvensional dalam mempelajari sains
dan dapat berfungsi untuk memperbaiki
masalah instruksional yang terkait
dengan pembelajaran sains yang sulit
(Kiboss, 2013). Group investigtion
tetap menawarkan peserta didik untuk
berkesempatanmemiliki pembelajaran
mereka sendiri serta menunjukkan
pengetahuan dan pemahaman mereka.
(Mitchel, 2008)
Perbedaan hasil belajar antara siswa
yang memiliki teamwork skills di atas
127
rata-rata dan teamwork skills
dibawah rata-rata.
Merujuk pada hasil penelitian
yang dilakukan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar fisika siswa
antara kelompok siswa yang memiliki
TS di atas rata-rata dengan kelompok
siswa dengan TS dibawah rata-rata.
Perbedaan ini berdasarkan hasil analisis
varians nilai signifikan TS 0.000 lebih
kecil daripada nilai
= 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar fisika kelompok
siswa yang memiliki tingkat TS di atas
rata-rata lebih tinggi daripada kelompok
siswa yang memiliki tingkat TS di
bawah rata-rata.
Perbedaaan hasil belajar terjadi
akibat peran teamwork skills dalam
mewujudkan tujuan bersama. Saat
sekelompok orang bekerja sama tiap
anggota tim dapat menutupi kelemahan
individu lain yang ada dalam kelompok
itu. Dalam proses pembelajaran saat
seorang siswa tidak mampu
menyelesaikan/memahami suatu konsep
akan dibantu oleh teman sekelompoknya
yang sudah memahami. Saat bekerja
sama kemampuan sosial siswa akan
lebih menonjol dibandingkan bekerja
sendiri. Saling peduli (kemampuan
sosial) akan lebih baik jika dalam suatu
model pembelajaran mengharuskan
mereka melakukan presentasi hasil.
Demi mendapatkan nilai yang baik
seluruh anggota kelompok harus
menguasai materi dan tugas-tugas yang
dikerjakannya dengan alasan mereka
harus tampil menjadi yang terbaik saat
melakukan presentasi hasil. Penjelasan
ini menjadi jawaban dari hasil
penelitian dimana siswa yang memiliki
tingkat TS di bawah rata-rata memiliki
nilai hasil belajar yang lebih rendah
dibandingkan siswa yang memiliki
tingkat TS di atas rata-rata. Hasil
penelitian juga sesuai dengan teori
dimana outpun dari model pembelajaran
kooperatif adalah menjadikan siswa
meningkatkan prestasi akademik,
menerima keragaman, meningkatkan
kinerja dalam tugas-tugas akademik, dan
mengembangkan keterampilan sosial
khususnya kerja sama (Arends, 2007).
Teori lain mengungkapkan model
pemebelajaran kooperatif memuat
prestasi siswa tinggi (Slavin, 1995).
Dengan demikian kerja sama yang baik
akan meningkatkan hasil belajar yang
baik.
Kemampuan bekerjasama dalam
tim (teamwork skills) yang diperlukan
dalam model pembelajaran
kooperatif akan memberikan pelajaran
yang bermakna bagi siswa. Semakin
baik siswa bekerja sama semakin baik
pula proses belajarnya dan tentunya
memberikan hasil yang baik. Sebuah
kelompok belajar yang baik kerja sama
teamnya berarti bagus managemennya.
Managemen yang baik akan menjadikan
proses berjalan dengan baik sehingga
akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian kemampuan
sosial yang baik termasuk bekerja sama
dalam kelompok (teamwork skills) akan
menjadikan siswa memiliki hasil belajar
yang lebih baik dibandingkan siswa
yang kemampuan sosialnya kurang baik
(Tavakoli, 2014). Kerja sama yang baik
berhasil meningkatkan hasil belajar.
Kerja sama mengefisienkan penggunaan
waktu. Kerja sama menghilangkan
masalah penjadwalan dan kontribusi
(Garcia, 2013). Siswa yang bekerja
sama akan menjaga prioritas masing-
masing ke arah tujuan dan bekerja untuk
kepentingan tim. Siswa belajar
keterampilan seperti komunikasi,
partisipasi, negosiasi, kerja sama tim
dan presentasi (Kadavakollu, 2013).
Dengan demikian siswa yang memiliki
tingkat TS di atas rata-rata memiliki
hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan siswa yang memiliki
tingkat TS di bawah rata- rata.
128
Interaksi Antara Model
Pembelajaran dengan Tingkat
Teamwork Skills dalam
Mempengaruhi Hasil Belajar.
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis yang tersaji pada Tabel 4.12,
nilai signifikan Model*LevelTS 0,036
lebih kecil dari pada nilai = 0,05
artinya terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan tingkat teamwork
skills (TS) siswa dalam mempengaruhi
hasil belajar. Intereksi ini ditinjau secara
keseluruhan dan selanjutnya dibahas
interaksi antara kelompok berpasangan
tingkat TS di atas rata- rata dengan
tingkat TS di bawah rata- rata setiap
model.
Hasil analisis varians pada Tabel
4.12 diperoleh nilai signifikan Model *
LevelTS 0,036 lebih kecil dari pada
nilai = 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa hasil pengujian hipotesis
menolak H0 atau menerima Ha dalam
taraf alpha 5 % artinya terdapat
interaksi antara model pembelajaran
dengan TS siswa dalam mempengaruhi
hasil belajar. Hal ini terjadi akibat
dalam model pembelajaran DI
teamwork skills secarasignifikan tidak
mempengaruhi hasil belajar bila
dibandingkan dengan model
pembelajaran KGI.
Berdasarkan hasil uji lanjut
dengan analisis Post Hoc Test
menggunakan uji tukey dari empat
kelompok siswa (DI dengan TS di
bawah rata-rata, DI dengan TS di atas
rata-rata, KGI dengan TS di bawah
rata-rata, KGI dengan TS di atas rata-
rata) terdapat enam pasangan yang
dapat dibandingkan. Dari enam
pasangan tersebut terdapat lima
pasangan yang menunjukkan ada
perbedaan hasil belajar dan satu
pasangan lain menunjukkan tidak
terdapat perbedaan hasil belajar.
Pasangan yang tidak menunjukkan
adanya perbedaan nilai hasil belajar
adalah pasangan DI yang memiliki TS
di bawah rata-rata dipasangkan dengan
DI yang memiliki TS di atas rata-rata.
Hal ini dapat dijelaskan dengan
teori bahwa dalam mempengaruhi hasil
belajar, teamwork skills mendukung
pada penerapan fase model
pembelajaran KGI dibandingkan pada
model pembelajaran DI. Model
pembelajaran DI adalah model
pembelajaran dengan penjelasan
langsung dari guru (Joice, 2009).
Dengan demikian siswa tidak dilibatkan
dalam bekerja sama secara penuh
kecuali guru menginstruksikan siswa
untuk menyelesaikan suatu tugas secara
berkelompok. Hal ini menjelaskan tidak
terdapat pengaruh TS secara signifikan
pada model DI untuk siswa dengan
tingkat TS di bawah rata-rata dan di atas
rata-rata. Tidak adanya perbedaan ini
terjadi akibat karakteristik model DI itu
sendiri. Model DI merupakan model
yang berpusat pada guru. Guru berperan
aktif melakukan instruksi untuk
mengajarkan siswa yang mengakibatkan
siswa tidak membutuhkan kemampuan
sosial seperti bekerja sama dalam
kelompok. Berdasarkan penjelasan ini
peran teamwork skills tidak dibutuhkan
dalam model pembelajaran DI kecuali
sedikit ketika guru menginstruksikan
siswa untuk menyelesaikan suatu tugas
secara berkelompok. Sehingga
teamwork skills dalam model
pembelajaran DI tidak akan
berpengaruh secara signifikan. Dengan
demikian teamwork skills pada model
DI tidak mempengaruhi hasil belajar.
Dalam penelitian ini pada kelas DI ada
kelompok siswa yang memiliki TS di
bawah rata-rata dan ada kelompok
siswa yang memiliki TS di atas rata-rata
dan hasil belajarnya sama dengan sig.
0.779 lebih bedas dari 0.05 yang berarti
tidak terdapat perbedaan. Walhasil pada
penerapan model DI tidak perlu
diperhatikan teamwork skills siswa.
129
Selanjutnya perbedaan antara
KGI di bawah rata-rata dibandingkan
dengan KGI di atas rata-rata dengan
taraf signifikansi 0.002. Artinya nilai
hasil belajar siswa pada KGI yang
memiliki TS di bawah rata-rata berbeda
dengan siswa pada kelas KGI yang
memiliki TS di atas rata- rata. Hal ini
menjelaskan terdapat
pengaruh TS secara signifikan pada
KGI di atas rata-rata dengan KGI di
bawah rata-rata. Hal ini terjadi akibat
kebutuhan model KGI itu sendiri yang
mengharuskan siswa mampu
menyelesaikan tugas secara
berkelompok. Semakin baik teamwork
skillsnya semakin baik pula proses
pembelajaran berlangsung
sehingga memberikan hasil belajar yang
lebih baik. Dengan demikian tingkat TS
mempengaruhi hasil belajar pada model
KGI. Model pembelajaran group
investigasi lebih efektif dibandingkan
pembelajaran konvensional dalam
mempelajari sains dan dapat berfungsi
untuk memperbaiki masalah
instruksional yang terkait dengan
pembelajaran sains yang sulit (Kiboss,
2013). Keefektifan itu terjadi karena
model KGI menjadikan siswa terlibat
secara langsung dalam memahami
fenomena fisika. Keterlibatan siswa
akan meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep fisika yang mereka
pelajari. Keterlibatan siswa dalam
sebuah percobaan dan didukung oleh
teamwork skills yang tinggi akan
menghasilkan hasil belajar yang baik.
Siswa akan mampu menuliskan semua
yang telah dipahaminya dalam proses
belajar mengajar. Tingkat kemampuan
menulis siswa yang belajar dengan
model investigasi kelompok lebih baik
daripada siswa yang belajar dengan
model konvensional (Piyoto, 2014).
Secara teori perbedaan tingkat
teamwork skills akan mempengaruhi
hasil belajar dimana semakin baik
kemampuan kerja sama tim seseorang
akan mempengaruhi hasil perolehan
dari tujuan kelompok (Hughes, 2011).
Kemampuan kerja sama berhasil dalam
meningkatkan pemahaman siswa.
Dengan demikian pemahaman siswa
dipengaruhi oleh seberapa besar
kemampuan kerja sama siswa (Garsia,
2013). Keterampilan individu dalam tim
seperti komunikasi, partisipasi,
kerjasama akan mempengaruhi hasil
belajar (Kadavakollu, 2013). Walhasil
pada penerapan model KGI perlu
memperhatikan tingkat teamwork skills
siswa.
Selanjutnya perbedaan antara DI
di bawah rata-rata dibandingkan dengan
KGI di bawah rata-rata dengan taraf
signifikansi 0.000. Artinya nilai hasil
belajar siswa pada DI yang memiliki TS
di bawah rata- rata berbeda dengan
siswa pada kelas KGI yang memiliki TS
di bawah rata-rata. Dengan demikian
terdapat pengaruh TS secara signifikan
pada model DI di bawah rata-rata
dengan KGI di bawah rata-rata. Hal ini
diakibatkan oleh penerapan model KGI
yang memang mendorong siswa terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar
dibandingkan dengan model DI. Model
KGI menuntut kerja sama kelompok
yang maksimal dan melibatkan siswa
dalam setiap fase pembelajaran sehingga
kemampuan kerja sama tim sangat
dibutuhkan. Berbeda dengan DI yang
preses belajar mengajarnya terfokus
pada guru. Dengan demikian terdapat
perbedaan yang signifikan antara model
group investigasi dibandingkan model
direct intruction terhadap prestasi
akademik siswa (Ackay, 2012).
Selanjutnya DI di atas rata- rata
dengan KGI di bawah rata-rata.
Perbedaan antara DI di atas rata-rata
dibandingkan dengan KGI di bawah
rata-rata dengan taraf signifikansi
0.000. Artinya nilai hasil belajar siswa
pada DI yang memiliki TS di atas rata-
rata berbeda dengan siswa pada kelas
KGI yang memiliki TS di
130
bawah rata-rata. Hal ini menjelaskan
terdapat pengaruh TS secara signifikan
pada model DI di atas rata-rata dengan
KGI di bawah rata- rata. Hal ini
diakibatkan oleh penerapan model KGI
yang memang mendorong siswa terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar
dibandingkan dengan model DI. Model
KGI menuntut kerja sama kelompok
yang maksimal dan melibatkan siswa
dalam setiap fase pembelajaran
sehingga kemampuan kerja sama tim
sangat dibutuhkan. Berbeda dengan DI
yang preses belajar mengajarnya
terfokus pada guru. Dengan demikian
terdapat perbedaan yang signifikan
antara model group investigasi
dibandingkan model direct intruction
terhadap prestasi akademik siswa
(Ackay, 2012)
Selanjutnya DI di atas rata- rata
dengan KGI di atas rata-rata. Perbedaan
antara DI di atas rata-rata dibandingkan
dengan KGI di atas rata-rata dengan
taraf signifikansi
0.000. Artinya nilai hasil belajar siswa
pada DI yang memiliki TS di atas rata-
rata berbeda dengan siswa pada kelas
KGI yang memiliki TS di atas rata-rata.
Hal ini menjelaskan terdapat pengaruh
TS secara signifikan pada model DI di
atas rata-rata dengan KGI di atas rata-
rata. Hal ini diakibatkan oleh penerapan
model KGI yang memang mendorong
siswa terlibat aktif dalam proses
belajar mengajar dibandingkan
dengan model DI. Model KGI menuntut
kerja sama kelompok yang maksimal
dan melibatkan siswa dalam setiap fase
pembelajaran sehingga kemampuan
kerja sama tim sangat dibutuhkan.
Berbeda dengan DI yang preses belajar
mengajarnya terfokus pada guru.
Dengan demikian kemampuan
sosial seperti menghormati, mematuhi
peraturan, penyelesaian tugas, dan
toleransi menggunakan model
pembelajaran kooperatif lebih baik dari
pada model tradisional (Tavakoli, 2014)
Berdasarkan penjelasan di atas
rekomendasi peneliti yang disandarkan
pada hasil penelitian. Untuk siswa yang
memiliki teamwork skills di atas rata-
rata sangat cocok diajarkan dengan
model KGI. Sedangkan siswa yang
memiliki teamwork skills di bawah rata-
rata sebaiknya diajarkan dengan model
KGI karena hasil belajarnya masih lebih
tinggi di bandingkan model DI. Pada
penerapan model DI tidak perlu
memerhatikan teamwork skills siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data
dan pembahasan hasil penelitian yang
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :
1. Terdapat perbedaan hasil belajar
siswa melalui model kooperatif tipe
group investigation dengan direct
interuction dalam pembelajaran
fisika. Nilai rata- rata hasil belajar
fisika pada model kooperatif tipe
group investigation lebih tinggi
dibandingkan model direct
interuction. Dengan
perbandingan 70.25 dan 40.09.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar
siswa antara kelompok siswa yang
memiliki teamwork skills diatas rata-
rata dengan kelompok siswa yang
memiliki teamwork skills dibawah
rata-rata. Hasil belajar fisika pada
kelompok siswa yang memiliki
tingkat teamwork skills di atas rata-
rata lebih tinggi dibandingkan
kelompok siswa yang memiliki
tingkat teamwork skills di bawah
rata-rata. Dengan perbandingan
61.53 dan 47.00.
3. Terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan teamwork skills
dalam mempengaruhi hasil belajar
fisika siswa. Model
SARAN
Berdasarkan simpulan yang
telah dikemukakan diatas, sesuai
131
dengan hasil penelitian yang diperoleh,
maka peneliti memberikan saran :
1. Memilih sampel yang sudah terbiasa
belajar dengan menggunakan
kelompok.
2. Memilih sampel yang memiliki
kemampuan awal tinggi.
3. Buatlah video kegiatan siswa setiap
kelompok saat melakukan investigasi
untuk dicek kembali dengan memutar
video tersebut secara berulang-ulang
sebagai pertimbangan observasi
penilian teamwork skills.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R.
(2001). Taxonomy for learning,
teaching and assessing: A
revision of Bloom's taxonomy of
educational objectives. New
York, NY: Longman.
pembelajaran kooperatif
tipe group
investigation dapat diterapkan
pada kelompok siswa yang
memiliki teamwork skills di atas
rata-rata maupun kelompok
siswa yang memiliki teamwork
(Terjemahan: Prihantoro. A) (2010).
Kerangkan Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar
skills di bawah rata-rata. Sedangkan
pada model direct interuction tidak
perlu memerhatikan teamwork skills.
Akcay, N. O., Doymus, K. (2012). The Effects of Group
Arends, R. (2007). Learning to teach.
Penerjemah: Soetjipto, H.P dan
Soetjipto, S.M. Belajar untuk
Mengajar. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya.
Astuti, R. Sunarno, W., Sudirman, S.
(2012). Pembelajaran IPA dengan
Pendekatan Keterampilan
Proses Sains Menggunakan
Metode
Eksperimen Bebas
Termodifikasi dan Eksperimen
Terbimbing Ditinjau dari Sikap
Ilmiah dan Motivasi belajar
Siswa. Jurnal pasca UNS. 1(1):51-
59.
Bloom. B. S. (1985). Taxonomy of
education objective. Semarang:
Semarang Press
Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied
in Teaching Force and Motion
Subjects on Students’ Academic
Achievements. Jurnal. Educational
Sciences research, Vol 2, No 1
(1956). Taxonomy of
educational objectives:
Handbook 1: Cognitive Domain.
New York: David McKay Co.
Inc.
Dalyono, M. 2005. Psikologi
Pendididkan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta
132
Devi, P. K. (2013). Keterampilan
Proses dalam Pembelajaran IPA.
Jakarta: Pusat Pengembangan
dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam
Dimyati, Mudjiono, (2006). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Garcia, A. C. (2013). Helping
Undergraduate Students Learn
from Each Other: A Pedagogical
Process for in- Class
Collaborative Research Projects.
Jurnal. Journal of Education and
Practice. Vol.4, No.2, 2013
Gonzales, P., Leslie, J., Stephen, R.,
David, K., & Summer, B. (2011).
Highlight from TIMSS 2011:
Mathematics and science
achievement of u.s. fourthand
eighth-grade students in an
international context. Institute of
Education Science.
Hamalik, (2006). Proses Belajar
Mengajar, Bandung: Bumi
Aksara
Haris, A., Jihad, A. (2012). Evaluasi
Pembelajaran, Multi Presindo,
Yogyakarta.
Hughes, R. L., Jones, S. K. (2011).
Developing and Assessing College
Student Teamwork Skills. Wiley
Periodicals, Inc.Published online
in Wiley Online Library
(wileyonlinelibrary.com)
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2009).
Model’s of Teaching (Model–
Model Pengajaran), Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kadavakollu, T. (2013). Team Work as
a Path to Employability – A Case
Study. Jurnal. Journal of
Education and Practice. Vol.4,
No.5, 2013
Kiboss, J. K., Tanui, E. K. (2013).
Effectiveness of e–Learning
Investigation Model on Students’
Understanding of Classification of
Organisms in School Biology.
Journal of Education and Practice.
Vol.4, No.7.
Maxwell, J. C. (2002). 17 Hukum
Kerjasama Tim yang Efektif.
Batam: Penerbit Interaksa.
Mitchell, M, G., Monthgomery H.,
Holder M. (2008). Group
Investigation as a Cooperative
Learning Strategy: An Integrated
Analysis of the Literature. Jurnal.
The Alberta Journal of
Educational Research Vol. 54,
No. 4.
133
Pitoyo, A., Waluyo, H., Suwandi, S.
(2014). The Effect of Group
Investigation Learning Model,
Accelerated Learning Team and
Role Playing on Elementary
School Students’ Writing Skills
Viewed from Cognitive Style.
Journal of Education and Practice.
Vol.5, No.1, 2014.
Purwadi, Suwandi, S., Slamet. (2013).
The Effect of the Contextual, the
Problem-Based, and the Group
Investigation Learning Models on
the Short Story Appreciation
Ability Viewed from the Verbal
Linguistic Intelligences. Jurnal.
Education and Practice, Vol 4,
No. 12
Reiss, F. (2000). History of Physics in
Science Teacher Training in
Oldenburg. Science & Education,
9, 399-402
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung:
Alpabeta
Sani, R. A. (2013). Inovasi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara (2012). Pengembangan
Laboratorium Fisika. Medan:
Unimed Press
Sanjaya, W. (2008). Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Kencana Prenada Media Group.
Jakarta
Santoso, S. (2005). Masalah Statistik
dengan SPSS. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Slavin, R.E. (1995). Co-operative
Learning: Theory, Research, and
Practice. (2nd edition), Boston:
Allyn and Bacon.
curriculum/graduate-attributes (diakses
30 Januari 2014)
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil
Proses Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sudjana. (2005). Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito
Sudjiono, A. (2011). Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo
Pustaka, Jakarta.
Tavakoli, Y., Soltani, A., (2014). The
effect of cooperative learning on
students' social skills in the
experimental science course.
Journal of Education and Practice.
ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN
2222-288X
(Online).Vol.5, No.7.
West, J. (2002). Team Work. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
134
Winataputra, Udin, Tita, R. (1996).
Belajar Dan Pembelajaran.
Jakarta: Depdikbud
Yinger, N. (2012). Teamwork skills.
http://photos.state.gov/libraries
/vietnam/8621/ppts/softskills07
0612teamwork_skills.pdf (diakses
pada tanggal 30 Januari 2014)
(2008). Cooperative Learning.
Teori, Riset dan praktek.
Bandung: Nusa Media.
Smith, C. (2011). Teamwork Skills
Toolkit. Grifith University.
http://www.griffith.edu.au/gihe
/teaching-learning-
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA
Tujuan Penulisan
Penerbitan Jurnal Ilmiah Keperawatan ditujukan untuk menginformasikan hasil-
hasil penelitian dalam bidang kesehatan.
Jenis Naskah
Naskah yang diajukan untuk diterbitkan dapat berupa: penelitian, tinjauan kasus,
dan tinjauan pustaka. Naskah merupakan karya ilmiah asli dalam lima tahun terakhir
dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Ditulis dalam bentuk baku (MS Word)
dan gaya bahasa ilmiah , tidak kurang dari 20 halaman, tulisan times new roman ukuran
12 font, ketikan 1 spasi dan ukuran kertas A4. Naskah yang telah diterbitkan menjadi
hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa
persetujuan redaksi. Pernyataan dalam naskah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis.
Format Naskah
Naskah diserahkan dalam bentuk compact disk (CD) dan print-out 2 eksemplar.
Naskah disusun sesuai format baku terdiri dari: judul naskah, nama penulis, abstrak,
latar belakang, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka.
Judul Naskah
Judul ditulis secara jelas dan singkat dalam bahasa Indonesia yang
menggambarkan isi pokok/variabel, maksimum 20 kata.
Nama Penulis
Meliputi nama lengkap penulis utama tanpa gelar dan anggota (jika ada), disertai
nama institusi/instansi, alamat institusi/instansi, kode pos, PO Box, e-mail penulis, dan
no telp.
Abstrak
Ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dibatasi 200-300 kata dalam
satu paragraph, bersifat utuh dan mandiri, tidak boleh ada referensi. Abstrak terdiri
dari:latar belakang, tujuan , metode, hasil analisa statistik, dan kesimpulan, disertai kata
kunci/keywords.
Latar Belakang
Berisi informasi secara sistematis/urut tentang:masalah penelitian, skala
masalah, kronologis masalah, dan konsep solusi yang disajikan secara ringkas dan jelas.
Metode Penelitian
Berisi tentang: jenis penelitian, desain, teknik sampling dan jumlah sampel,
karakteristik responden, waktu, tempat penelitian, instrument yang digunakan, serta uji
analisis statistik disajikan dengan jelas.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara berkesinambungan dari mulai hasil
penelitian utama hingga hasil penelitian penunjang yang dilenkapi dengan pembahasan.
Hasil dan pembahasan dapat dibuat dalam suatu bagian yang sama atau terpisah. Jika
ada penemuan baru, hendaknya tegas dikemukakan dalam pembahasan. Nama
tabel/diagram/gambar/skema, isi beserta keterangannya ditulis dalam bahasa Indonesia
dan diberi nomor sesuai dengan urutan penyebutan teks. Satuan pengukuran yang
digunakan dalam naskah hendaknya mengikuti sistem internasional yang berlaku.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan hasil penelitian dikemukakan secara jelas. Saran dicantumkan
setelah kesimpulan yang disajikan secara teoritis dan secara praktis yang dapat
dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
Daftar Pustaka
Sumber pustaka yang dikutip meliputi: jurnal ilmiah, tesis, disertasi, dan sumber
pustaka lain yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Sumber pustaka disusun
berdasarkan alfabetis, secara berurutan yaitu: nama, marga, tahun penerbitan pustaka,
judul pustaka, edisi (jika ada), kota penerbit, dan nama penerbit, jumlah acuan minimal
10 pustaka.
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN
KEPADA :
Selaku Penelaah (Mitra Bestari) dari Jurnal Ilmiah
Binalita Sudama Medan
JURNAL ILMIAH
BINALITA SUDAMA MEDAN