jurnal ilmiah binalita sudama medan

51
1 JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN HUBUNGAN MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMK TRITECH MEDAN Widyawati HUBUNGAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA Suhardiono, Rahma Yenni HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KANKER NASOPHARING Eriyani HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN DUKUNGAN KELUARGA LANSIA DENGAN STADIUM PENYAKIT KATARAK PADA LANSIA DI RUMAH SAKIT MATA M77 MEDAN Zulianti HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP KESEMBUHAN POST OPERASI PENDERITA KATARAK DI KLINIK MATA YOSE Syahru Romadhon EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN TEAMWORK SKILLS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK FARMASI APIPSU Nova Irwan PENGARUH MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT HAJI MEDAN Dewi Agustina PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT BANGSAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SUBULUSSALAM Havija Sihotang, Ratu Wira Putra VOLUME 3 NOMOR 1 MEI 2018 ISSN: 2541-1039

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

1

JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA

MEDAN

HUBUNGAN MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG

KESEHATAN REPRODUKSI DI SMK TRITECH MEDAN

Widyawati

HUBUNGAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR

RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AEK KANOPAN KABUPATEN

LABUHANBATU UTARA

Suhardiono, Rahma Yenni

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA

PASIEN KANKER NASOPHARING

Eriyani

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN DUKUNGAN KELUARGA LANSIA DENGAN

STADIUM PENYAKIT KATARAK PADA LANSIA DI RUMAH SAKIT MATA M77 MEDAN

Zulianti

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP KESEMBUHAN

POST OPERASI PENDERITA KATARAK DI KLINIK MATA YOSE

Syahru Romadhon

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN

TEAMWORK SKILLS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK FARMASI APIPSU

Nova Irwan

PENGARUH MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI

RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

Dewi Agustina

PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI

RUANG RAWAT BANGSAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA

SUBULUSSALAM

Havija Sihotang, Ratu Wira Putra

VOLUME 3 NOMOR 1 MEI 2018

ISSN: 2541-1039

Page 2: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

JURNAL ILMIAH

BINALITA SUDAMA MEDAN

Diterbitkan oleh Yayasan Binalita Sudama Medan

Pelindung

Pembina Yayasan Binalita Sudama Medan

Penasehat

Pengurus Yayasan Binalita Sudama Medan

Penanggung jawab

1. Suhardiono, M.Kes

2. Ns. Widyawati, S.Kep, M.Kes

3. Imnadir, MT

4. Arya Novika Naulista Siregar, RO, M.Pd

Pemimpin Redaksi

Elvi Susanti Lubis, M.Kes

Sekretaris Redaksi

Zulianti, RO, SKM

Bendahara

Havija Sihotang, M.Kep

Tim Editor

1. Teguh Supriyadi, MPH

2. Hj. Eriyani, M.Kep

3. Riny Apriani, M.Kep

4. Roy Chandra Nainggolan, RO, SE

ISSN: 2541-1039

Page 3: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

Diterbitkan oleh Yayasan Binalita Sudama Medan

Jadwal Penerbitan

Terbit dua kali dalam setahun

Penyerahan Naskah

Naskah merupakan hasil penelitian dan kajian pustaka ilmu kesehatan yang belum

pernah dipublikasikan/diterbitkan paling lama 5 (lima) tahun terakhir. Naskah dapat

dikirim melalui e-mail atau diserahkan langsung ke Redaksi dalam bentuk rekaman

Compact Disk (CD) dan Print-out 2 eksemplar, ditulis dalam MS Word atau dengan

program pengolahan data yang kompatibel. Gambar, ilustrasi, dan foto dimasukkan

dalam file naskah.

Penerbitan Naskah

Naskah yang layak terbit ditentukan oleh Dewan Redaksi setelah mendapat

rekomendasi dari Mitra Bestari. Perbaikan naskah menjadi tanggung jawab penulis dan

naskah yang tidak layak diterbitkan akan dikembalikan kepada penulis.

Alamat Redaksi

Akper Binalita Sudama Medan

Jl. Gedung PBSI/ Jl. Pancing No.1 Pasar V Barat

Medan Estate 20371

Telp. (061) 6620661

Fax. (061) 6620661

Page 4: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

PENGANTAR REDAKSI

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmatNya sehingga Jurnal Ilmiah Binalita Sudama Volume 3 Nomor 1 ini

dapat kami terbitkan.

Jurnal Ilmiah Binalita Sudama ini diterbitkan dalam rangka memberikan wadah

bagi para dosen/mahasiswa untuk mempublikasikan hasil penelitian dan karya ilmiah

dalam bidang kesehatan. Pada Jurnal volume 3 Nomor 1 ini kami menerbitkan sebelas

karya ilmiah

Sebagai jurnal yang baru diterbitkan, kami menyadari tentunya banyak sekali

kekurangan baik dari segi tampilan maupun isinya. Karena itu kritik dan saran amat

kami butuhkan demi perbaikan jurnal ini dikemudian hari.

Akhir kata semoga jurnal ini dapat memberi manfaat besar bagi dunia pendidikan,

khususnya bidang kesehatan.

Medan, Mei 2018

Redaksi

Page 5: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

VOL. 3 N0. 1 MEI 2018 ISSN 2541-1039

HUBUNGAN MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA

TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMK TRITECH MEDAN

Widyawati ................................................................................................................... 1

HUBUNGAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT

BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AEK

KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Suhardiono, Rahma Yenni ....................................................................................... 13

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA PASIEN KANKER NASOPHARING

Eriyani ....................................................................................................................... 27

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN DUKUNGAN KELUARGA LANSIA

DENGAN STADIUM PENYAKIT KATARAK PADA LANSIA DI RUMAH

SAKIT MATA M77 MEDAN

Zulianti ...................................................................................................................... 45

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP

KESEMBUHAN POST OPERASI PENDERITA KATARAK DI KLINIK

MATA YOSE

Syahru Romadhon .................................................................................................... 79

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION DAN TEAMWORK SKILLS TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA SMK FARMASI APIPSU

Nova Irwan ................................................................................................................ 94

PENGARUH MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN TERHADAP

KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT HAJI

MEDAN

Dewi Agustina ........................................................................................................ 135

PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI

NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT BANGSAL DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KOTA SUBULUSSALAM

Havija Sihotang, Ratu Wira Putra ........................................................................ 149

D A F T A R I S I

Page 6: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENCEGAHAN

DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD DI LINGKUNGAN X DAN XI

KELURAHAN KARO KOTA PEMATANG SIANTAR KECAMATAN

SIANTAR SELATAN.

Emilia Sari .............................................................................................................. 162

Insidensi Retinopati Diabetik Di RSUD Dr Pirngadi Tahun 2018

Ragil Sekar Kinanti Hutabarat ............................................................................. 170

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DILAKUKAN

PERSALINAN SEKSIO CESAREA DI RUMAH SAKIT UMUMDR.

PIRNGADI KOTA MEDAN

Amidawati .............................................................................................................. 179

HUBUNGAN MOTIVASI BEROBAT PADA PENDERITA TB PARU

DENGAN KESEMBUHAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS BANDAR

KHALIPAH TAHUN 2018

Sharfina Y Aminy, Riny Apriani........................................................................... 187

PEDOMAN PENULISAN NASKAH JURNAL ILMIAH KESEHATAN

BINALITA SUDAMA MEDAN ............................................................................. 195

Page 7: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

94

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION DAN TEAMWORK SKILLS TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA SMK FARMASI

APIPSU

NOVA IRWAN, Ssi, M.Pd

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan model pembelajaran

Direct Instruction. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok siswa

yang memiliki teamwork skills di bawah rata-rata dengan di atas rata-rata. Mengetahui

interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat teamwork skills siswa dalam

mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi

eksperimen dengan desain factorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas X SMK Farmasi Apipsu Medan. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

cluster random sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kelas kedua

sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran Direct Instruction. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes hasil belajar fisika dalam

bentuk uraian sebanyak 8 soal dan insrumen observasi teamwok skills yang telah

dinyatakan valid dan reliabel. Data dianalisis menggunakan analisis ANAVA dua jalur.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Hasil belajar fisika pada model

kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dibandingkan model direct interuction.

Hasil belajar fisika pada kelompok siswa yang memiliki tingkat teamwork skills di atas

rata-rata lebih tinggi dibandingkan di bawah rata-rata. Terdapat interaksi antara model

pembelajaran dengan tingkat teamwork skills siswa dalam mempengaruhi hasil belajar

siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sangat baik diterapkan

pada kelompok siswa yang memiliki teamwork skills di atas rata-rata. Sedangkan pada

model direct interuction tidak perlu memperhatikan teamwork skills.

Kata Kunci : Group Investigation, teamwork skills, dan Hasil Belajar

ABSTRACT

This research was aimed to: Know the difference physics student learning outcomes by

cooperative learning model Group Investigation with Direct Instruction learning model.

Know the difference between the physics learning outcomes of students have teamwork

skills below average with above average. Know interaction between learning model

with the level of students' teamwork skills in influencing student learning outcomes. This

study is a quasi experiment with 2x2 factorial design. The population of this study were

all students of class X SMK Farmasi Apipsu Medan. The sample done cluster random

method as much as two classes, first class as experiment class applied cooperative

learning model group investigation and second class as control class applied Direct

Instruction learning model. The instrument used in this study are Physics achievement

Page 8: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

95

test in descriptions form as much as 8 questions and Observation teamwok skills

insrumen that have been declared valid and reliable. Analysis data would be using

ANOVA two way. From the results of this study concluded that: The physics learning

outcomes in the cooperative group investigation models higher than direct interuction

models. The physics learning outcomes at group of students had teamwork skills above

average higher than below average. There is interaction between learning model with

the level of students' teamwork skills in influencing student learning outcomes.

Cooperative learning model group investigation very well be applied to groups of

students who have teamwork skills above average. While the direct interuction model

not need to pay attention teamwork skills.

Keywords: Group Investigation, tamwork skills and Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pemerintah terus melakukan

usaha untuk meningkatkan kualitas

pendidikan guna meningkatkan sumber

daya manusia. Salah satu usaha yang

dilakukan pemerintah dalam

meningkatkan kualitas pendidikan

yaitu dengan penyempurnaan

kurikulum menjadi kurikulum 2013.

Sejak diberlakukannya kurikulum 2004

hingga kurikulum 2013 kompetensi

yang dikembangkan pada mata

pelajaran sains di SMA/K adalah

kemampuan melakukan kerja ilmiah

sebagai hasil belajar.

Hasil belajar tampak sebagai

terjadinya perubahan tingkah laku pada

diri siswa yang dapat diamati dan

diukur dalam perubahan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan. Perubahan

dapat diartikan terjadinya peningkatan

dan pengembangan yang lebih baik

dibandingkan dengan sebelumnya,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,

sikap tidak sopan menjadi sopan dan

sebagainya (Hamalik, 2002). Hasil

belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil

belajar dalam pengertian yang lebih

luas, mencakup bidang kognitif, afektif,

dan psikomotorik (Sudjana, 2009).

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom

hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah antara lain

kognitif, afektif, psikomotor.

Berdasarkan penelitian IEA

(International Association for the

Evaluation of Educational

Achievement) dalam TIMSS (Trends in

Mathematics and Science Study) yang

diselenggarakan pada tahun 2011. Hasil

penelitian TIMSS 2011 menunjukkan

dua hal yaitu sebagai berikut. Pertama

dalam bidang sains peringkat Indonesia

menurun ke peringkat 36 dari total 42

negara. Kedua, pada bidang fisika,

Indonesia hanya mampu mencapai skor

397 lebih rendah dari skor rata-rata

(513). Indonesia mendapat predikat low

science benchmark. Predikat tersebut

menyatakan bahwa siswa Indonesia

hanya mampu mengenal sebagian fakta-

fakta dasar dari ilmu sains khususnya

dalam mata pelajaran fisika (Gonzales,

2011). Data ini menunjukkan bahwa

siswa di Indonesia belum meraih hasil

belajar yang baik.

Berdasarkan observasi

diperoleh data yang menunjukkan hasil

belajar fisika siswa di sekolah masih

rendah. Hal ini dilihat dari nilai ujian

tengah dan ujian akhir di bawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70

Page 9: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

96

(tujuh puluh). Dari Angket yang

diberikan kepada 80 responden 74%

siswa menjawab belum berhasil

mencapai KKM sebelum melakukan

remedial (ujian ulang/perbaikan). Data

ini menunjukkan hasil belajar siswa di

sekolah rendah.

Berdasarkan hasil wawancara

hasil belajar yang diukur hanya sebatas

pengetahuan saja. Guru belum

mengukur aspek psikomotorik dan

aspek afektif. Hal ini dikuatkan oleh

format penilaian yang memang hanya

memuat hasil belajar dalam aspek

kognitif.

Berdasarkan hasil wawancara

pembelajaran fisika didominasi oleh

metode ceramah dan tanya jawab. Guru

lebih berorientasi pada materi pelajaran

dengan alasan tuntutan kurikulum untuk

mempersiapkan peserta didik dalam

menghadapi ulangan dan ujian. Guru

menginformasikan konsep-konsep yang

terdapat pada buku pelajaran secara

rinci, diselingi dengan tanya jawab.

Berdasarkan sintak yang dilakukan guru

tersebut cenderung mengikuti model

pembelajaran Direct Instruction (DI).

Berdasarkan angket yang diberikan

kepada 80 responden. 85% siswa

menginformasikan bahwa pelajaran

yang dilakukan kelas dilakukan dengan

metode ceramah dan tanya jawab.

Berdasarkan penjelasan diatas

kiranya perlu diterapkan model

pembelajaran sebagai solusi yang

mendukung agar peserta didik mampu

melatih dan memperoleh kemampuan

untuk meraih hasil belajar tinggi. Proses

belajar mengajar yang baik ditandai

dengan adanya interaksi antara siswa

dan guru (Dalyono 2005). Untuk

mewujudkan proses kegiatan belajar

mengajar guru harus dapat merangsang

dan mengarahkan siswa dalam belajar,

dapat mendorong siswa dalam

pencapaian hasil belajar yang optimal.

Berhasil atau tidaknya proses belajar

mengajar dipengaruhi oleh guru yang

berperan sebagai fasilisator, motivator,

atau inspirator. Guru yang dapat

menjalankan suatu model

pembelajaran dengan baik akan

memberi pengaruh yang baik pada

peserta didik termasuk mengasah

keterampilan untuk meraih hasil belajar

yang baik. Guru harus senantiasa

memilih model dan metode yang tepat

agar dapat memberikan kontribusi yang

baik dalam proses belajar mengajar

untuk meningkatkan hasil belajar.

Salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan untuk

meningkatkan aktivitas peserta didik

dan kemampuan kerjasama antara

peserta didik adalah model

pembelajaran kooperatif tipe group

investigation (GI). Peserta didik belajar

dalam kelompok-kelompok kecil yang

heterogen, belajar bersama, saling

membantu, dan melakukan investigasi

untuk menemukan dan menyelesaikan

masalah. Dalam model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation

memerlukan aspek psikomotorik tinggi

yang selanjutnya dapat memberikan

perubahan pada aspek afektif.

Pada penelitian ini, model

kooperatif tipe group investigation

(GI) dipilih untuk meningkatkan

hasil belajara karena dapat melibatkan

peserta didik secara aktif dalam proses

belajar mengajar dan terlibat langsung

menentukan masalah yang akan

diinvestigasi. Kemampuan sosial

seperti menghormati, mematuhi

peraturan, penyelesaian tugas, dan

toleransi menggunakan model

pembelajaran kooperatif lebih baik dari

pada model tradisional (Tavakoli,

2014). Perbedaan yang signifikan akan

diperoleh dari model pembelajaran

kooperatif tipe group investigasi

dibandingkan model pembelajaran

direct intruction terhadap hasil

belajar siswa dimana hasil belajar lebih

baik menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation

Page 10: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

97

(Akcay, 2012). Model pembelajaran

group investigtion tetap menawarkan

peserta didik untuk berkesempatan

memiliki pembelajaran mereka sendiri

serta menunjukkan pengetahuan dan

pemahaman mereka (Mitchell, 2008).

Untuk keberhasilan suatu pembelajaran

yang menggunakan kelompok seperti

model pembelajaran koopertif tipe

group investigasi diperlukan

kemampuan bekerja sama dalam

kelompok (teamwork skills) diantara

peserta didik. Kerja sama tim adalah

satu set keterampilan yang digunakan

individu untuk mendorong keberhasilan

kelompok (Hughes, 2011).

Keterampilan kerja sama tim termasuk

campuran interaktif, interpersonal,

pemecahan masalah dan keterampilan

komunikasi yang diperlukan oleh

sekelompok orang yang bekerja pada

tugas bersama, dalam peran yang saling

melengkapi, menuju tujuan bersama

yang hasilnya lebih besar dari yang

dimungkinkan oleh salah satu orang

yang bekerja secara independen (Smith,

2011). Dengan demikian dalam

penelitian ini kerja sama tim dijadikan

sebagai variabel moderat.

Berdasarkan latarbelakang di

atas maka judul penelitian ini adalah

“Efek model pembelajaran kooperatif

tipe group investigation dan teamwork

skills terhadap hasil belajar siswa SMK

Farmasi Apipsu T.A. 2014/2015.”

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang

masalah di atas, terdapat beberapa

masalah yang dapat diidentifikasi antara

sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan metode

ceramah.

2. Hasil belajar siswa rendah.

3. Kemampuan bekerja sama siswa

rendah.

4. Siswa kesulitan mengerjakan soal-

soal fisika.

5. Media pembelajaran masih

menggunakan white board tanpa

menggunakan proyektor.

Batasan Masalah

1. Berdasarkan identifikasi masalah di

atas batasan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

2. Model Pembelajaran yang digunakan

adalah koooperatif tipe Group

Investigation pada kelas eksperimen

dan model Direct Instruction pada

kelas kontrol.

3. Variabel moderat dalam penelitian

ini adalah teamwork skills yang

dimiliki siswa.

4. Variabel bebas yang diamati adalah

hasil belajar siswa.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah

diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada

perbedaan hasil belajar siswa

menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe group

investigation dengan model

pembelajaran direc interuction?

2. Untuk mengetahui apakah ada

perbedaan hasil belajar siswa antara

siswa yang memiliki teamwork skills

diatas rata-rata dengan yang

teamwork skills dibawah rata- rata?

3. Untuk mengetahui apakah ada

interaksi model pembelajaran dengan

teamwork skills dalam meningkatkan

hasil belajar siswa?

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di

SMK Farmasi Apipsu Medan pada

siswa Semester I Kelas X Tahun Ajaran

2014/2015.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa Kelas X SMK

Page 11: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

98

Farmasi Apipsu Medan yang terdiri dari

4 kelas. Seluruh siswa tersebut memiliki

karakter yang sama.

Sampel adalah sebagian atau

mewakili populasi yang akan diteliti.

Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini dengan menggunakan

teknik Cluster Random Sampling.

Teknik ini menghendaki adanya

kelompok-kelompok dalam

pengambilan sampel berdasarkan atas

kelompok-kelompok yang ada dalam

populasi. Dalam penelitian ini sampel

yang diambil sebanyak 2 kelas, dari 4

kelas yang ada di SMK Farmasi Apipsu

Medan T.A. 2014/2015. Kelas X-B

sebagai kelas eksperimen dan kelas X-

A sebagai kelas kontrol. Kelas

eksperimen diberi perlakuan model

pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation dan kelas kontrol

menggunakan model pembelajaran

Direct Interuction.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri

dari 3 (tiga) jenis, yaitu variabel bebas,

variabel moderator dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah suatu

variabel yang variasinya mempengaruhi

variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah model

pembelajaran Kooperatif tipe group

investigation dan model pembelajaran

Direct Instruction.

Variabel moderator adalah

variabel bebas bukan utama yang juga

diamati pada penelitian untuk

menentukan sejauh mana efeknya ikut

mempengaruhi hubungan antara

variabel bebas utama dan variabel

terikat. Pada penelitian ini yang

menjadi variabel moderat dalam

penelitian ini adalah Teamwork skills.

Variabel terikat adalah suatu keadaan

yang menunjukan pengaruh dan akibat

yang disebabkan oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah hasil belajar siswa.

Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi

eksperiment (eksperiment semu).

Tujuan eksperimen semu adalah untuk

memperoleh informasi yang merupakan

perkiraan bagi informasi yang dapat

diperoleh dengan eksperimen yang

sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol

semua variabel yang relevan. Hasil

penelitian ini akan menegaskan

bagaimana perbedaan pengaruh

variabel-variabel yang akan diteliti.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

memperoleh bukti-bukti yang

menyakinkan tentang pengaruh model

pembelajaran terhadap hasil belajar

siswa ditinjau dari tingkat teamwork

skills yang dibedakan atas tinggi dan

rendah. Penelitian ini melibatkan dua

kelas sampel yang diberi perlakuan yang

berbeda. Pada kelas eksperimen dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

group investigation sedangkan kelas

kontrol dengan model pembelajaran

Direct Instruction.

Desain penelitian yang

digunakan adalah desain yang

menggunakan pretes dan postes. Desain

ini merupakan yang paling efektif

dalam istilah penunjukan hubungan

sebab akibat. Penelitian ini melibatkan

dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas

eksperimen yang diberi perlakukan

berbeda. Pada kelas eksperimen diberi

perlakuan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation

sedangkan kelas kontrol diberi

perlakuan model pembelajaran Direct

Instruction

Page 12: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

99

Dengan demikian, desain penelitian ini ditunjukan pada Tabel 1 :

Tabel 1. Rancangan Desain Penelitian

Sampel Pretes Perlakuan Postes

Kelas

Eksperi men

T1 X T2

Kelas Kontrol

T1 Y T2

Keterangan :

T1 : Pemberian tes awal (Pretes) T2 : Pemberian Tes akhir (Postes)

X : Perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

Y : Perlakuan berupa model pembelajaran Direct Instruction

Pada akhir eksperimen kedua kelompok diuji dengan alat ukur yang sama dan

menjadi data eksperimen. Berkaitan hal tersebut maka rancangan penelitian dapat

disajikan dengan desain faktorial 2 x 2 dengan teknik analisis varians 2 jalur seperti

disajikan dalam Tabel 2

Tabel 2 Desain Penelitian ANAVA 2 x 2

Teamwork

Skills (TS)

(B)

Model Pembelajaran

(A)

Rata- Rata

Koopetarif

tipe Group

Investigation

(KGI) (1)

Direct

Instruction

(DI)

(2)

Di atas

rata-rata (1)

A1B1

A1B2

µB1

Di bawah

rata-rata (2)

A2B1

A2B2

µB2

Rata-Rata µA1 µA2

Keterangan :

A1B1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

KGI untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di atas rata-

rata. A1B2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

DI untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di atas rata-

rata. A2B1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

KGI untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di bawah rata-rata.

A2B2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model DI untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di bawah rata-

rata. µA1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model KGI.

Page 13: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

100

µA2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model DI.

µB1 = Rata-rata hasil belajar siswa untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di atas rata-rata.

µB2 = Rata-rata hasil belajar siswa untuk kelompok siswa yang mempunyai TS di bawah rata-rata.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga

tahapan, yaitu: Tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap analisis data.

Pada tahap persiapan penelitian ini

dilakukan beberapa kegiatan, yaitu

mengembangkan perangkat

pembelajaran dikonsultasikan kepada

para pembimbing, menyusun instrumen

dan menvalidasi isinya,

mengujicobakan lembar kerja kepada

beberapa siswa diluar sampel,

menyiapkan lembar observasi untuk

mengukur keterampilan/teamwork

skills, melakukan observasi terhadap

aktivitas siswa dalam melakukan

eksperimen, meminta pertimbangan

para pembimbing untuk menvalidasi isi,

merevisi perangkat pembelajaran dan

terakhir memilih sampel secara acak

terhadap seluruh populasi sebanyak dua

kelas untuk dijadikan kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

Tahap pelaksanaan diawali

dengan memberikan tes berupa soal-

soal berbentuk uraian yang berhubungan

dengan konsep fisika sebagai tes awal

penelitian. Setelah itu dilanjutkan

dengan kegiatan melaksanakan

pembelajaran di kelas sesuai jadwal

yang telah ditetapkan dengan model

kooperatif tipe group investigation pada

kelas eksperimen dan model direct

intruction pada kelas kontrol. Dalam

penelitian ini peneliti berperan sebagai

guru pengajar dengan pertimbangan

untuk mengurangi bias terjadinya

perbedaan perlakuan pada masing-

masing kelompok. Saat pembelajaran

terjadi dilakuakan obeservasi untuk

mengukur nilai keterampilan sebagai

hasil belajar dan teamwork skills. Postes

dilakukan pada akhir pertemuan untuk

mengukur hasil belajar siswa. Bagan

Prosedur penelitian secara lengkap

dapat dilihat gambar 3.1.

Pengelolaan data diuji dengan

uji normalitas dan homogenitas,

selanjutnya uji hipotesis t dan

perhitungan statistik lainnya

menggunakan bantuan program

komputer SPSS 15 dan program

Microsoft Excel untuk mengetahui

apakah pelaksanaan pembelajaran

sesuai dengan ketentuan-ketentuan

pembelajaran yang ditetapkan pada

kedua pembelajaran

Pada tahap penelitian ini

dilaksanakan analisis terhadap

seperangkat data yang telah

dikumpulkan selama pelaksanaan

penelitian berlangsung. Data-data yang

dikumpulkan tersebut dianalisis melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung rerata total skor dari

tes awal, tes pengetahuan (kognitif)

untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

2) Menghitung simpangan baku total

skor tes hasil belajar untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol

3) Uji normalitas

Pengujian ini digunakan untuk

melihat apakah data tes hasil

belajar fisika yang dilakukan pada

akhir pembelajaran berdistribusi

normal atau tidak.

4) Uji homogenitas dilakukan dengan

tujuan melihat homogenitas atau

kesamaan beberapa bagian sampel

atau seragam tidaknya varians

Page 14: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

101

sampel-sampel yaitu apakah sampel

berasal dari populasi yang sama

atau tidak.

Menguji hipotesis dengan

menggunakan SPSS dan microsoft

office excel dengan Analisis Varians

(ANAVA) dua jalur pada taraf

siginifikan α = 0,05

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka

kemudian data tersebut akan diolah

dengan bantuan SPSS. Pada analisis

data penelitian ini yang akan digunakan

adalah analisis secara deskriptif dan

interferensial.

Data penelitian dinyatakan

dengan mendistribusikan data baik

pretes-postes kedua kelas tersebut

kedalam program SPSS pada kolom

descriptive. Dari proses tersebut maka

akan menghasilkan tabel output berupa

diskriptif data, tabel frekuensi dan juga

gambar chart tiap-tiap kelompok.

Uji normalitas dimaksudkan

untuk menetukan normal tidaknya

distribusi

data penelitian, artinya apakah

penyebarannya dalam populasi bersifat

normal. Uji normalitas menggunakan

SPSS 15.00 dengan uji Klomogorov-

Smirnov. Data dikatakan

berdistribusi normal apabila

Asymp.sig(2-tailed) > taraf signifikansi

0,05. (Santoso, 2005:189)

a. Jika Sig. Atau probabilitas > 0,05

maka sampel berdistribusi normal

b. Jika Sig. Atau probabilitas < 0,05

maka sampel berdistribusi normal

Dengan menggunakan rumus

perhitungan statistik, uji normalitas

dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Pengamatan X1, X2,… Xn dijadikan

bilangan baku Z1, Z2,….Zn dengan

menggunakan rumus:

Keterangan:

= Rata-rata nilai hasil belajar

siswa

Z = Bilangan baku = Nilai ujian siswa

2. Untuk bilangan baku dihitung

dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku dan

kemudian dihitung peluang dengan

rumus:

3. Selanjutnya menghitung

proposisi Z1, Z2,….Zn yang lebih

kecil atau sama dengan Zi. Jika

proposisi ini dinyatakan oleh S(Zi),

maka

4. Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi)

kemudian menentukan harga

mutlaknya

5. Diambil harga yang paling besar

diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Harga terbesar disebut

Lhitung selanjutnya pada taraf

signifikan α = 0.05 dicari harga

Ltabel pada daftar nilai kritis L

menggunakan uji Kolmogorov–

Smirnov dengan Lilliefors

Significance Correction. Kriteria

pengujian ini adalah:

a. Jika Lhitung < Ltabel maka sampel

berdistribusi normal

b. Jika Lhitung > Ltabel maka sampel

tidak berdistribusi normal

Uji homogenitas bertujuan untuk

mengetahui

apakah penyebaran

data dalam populasi

bersifat homogen. Uji homogenitas

dilakukan dengan uji Levene’s

menggunakan SPSS 15.0. data bersifat

homogen apabila

Asymp.sig(2-tailed) > taraf signifikansi

0,05.

Page 15: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

102

a. Jika Sig. Atau probabilitas > 0,05

maka sampel homogen

b. Jika Sig. Atau probabilitas < 0,05

maka sampel homogen (Santoso,

2005:189)

Dalam perhitungan statistik, digunakan

uji kesamaan varians dengan rumus:

Keterangan:

Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua

sampel tidak berasal dari populasi yang

homogen

1. Jika Fhitung > Ftabel, maka kedua

sampel berasal dari populasi yang

homogen 2. Taraf signifikan (α) = 0.05

Dan uji Barlett digunakan

untuk menguji homogenitas varians

lebih dari dua kelompok sampel. Rumus

uji Barlett yaitu:

Keterangan:

B =

= Varians data untuk setiap

kelompok ke i

dk = Derajat kebebasan Kriteria pengujian:

a. Jika X2 > X2 maka data tidak

homogen

Kriteria Pengujian:

b. Jika X2 homogen

< X2 tabel

maka

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis data dengan

menggunakan Analisis Varians (Anava) pada taraf signifikan = 0,05.

Untuk perhitungan secara manual berikut rumus yang digunakan untuk

pengujian hipotesis ANAVA 2 jalur:

Tabel 3 Rumus Analisis Varians (ANAVA) Dua Jalur

Sumber

Variasi

Jumlah Kuadrat (JK)

Derajat

Kebebas

an (dk)

Kuadrat Tengah

(KT)

Fhitung

Total

bkn – 1

Sub -

Kelompok

bk – 1

Antar

Baris

b – 1

=

Varians

terbesar

=

Varians

terkecil

F = uji F

Page 16: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

103

Antar

Kolom

k – 1

Interaksi

(Baris x

Kolom)

(b-1)(k-1)

Dalam

Sel

(Error/Gal

at)

bk(n-1)

Sudjana (2005)

Keterangan:

b = jumlah baris, yaitu jumlah kelompok atau populasi yang dibandingkan pada baris

tabel

k = jumlah kolom, yaitu jumlah kelompok atau populasi yang dibandingkan pada

kolom tabel

k = jumlah anggota sampel (replikat = ulangan) pada masing-masing sel bn =

jumlah seluruh anggota sampel (dari semua kelompok) atau b x k x n T = jumlah

nilai seluruh data dari setiap sampel

= Jumlah keseluruhan dari masing-masing nilai X yang Dikuadratkan

= Jumlah keseluruhan dari jumlah nilai X pada setiap sel yang dikuadratkan

= Jumalah dari jumlah nilai X pada setiap baris yang Dikuadratkan

= Jumlah dari nilai X pada setiap kolom yang dikuadratkan

JKtotal = Jumlah kuadrat total JKsub-kelompok = Jumlah kuadrat sub kelompok JKbaris = Jumlah

kuadrat baris JKkolom = Jumlah kuadrat kolom JKinteraksi = Jumlah kuadrat

interaksi JKdalam sel = Jumlah kuadrat dalam sel

Page 17: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

104

HASIL PENELITIAN

Deskripsi data penelitian

meliputi data kemampuan hasil belajar

siswa dan data teamwork skills pada

mata pelajaran fisika materi Gerak dan

gaya di SMK

Farmasi APIPSU Medan. Hasil belajar

merupakan nilai hasil belajar kelas

eksperimen yang diajar dengan

menggunakan model Kooperatif tipe

Group Investigation (KGI) dan kelas

kontrol yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran

Direct Interuction (DI). Teamwork skills

merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi keberhasilan kegiatan

belajar dan hasil belajar yang diukur

dengan metode observasi saat

pembelajaran berlangsung. Dalam

proses pembelajaran, nilai hasil belajar

siswa dikelompokkan menjadi dua

kategori berdasarkan tingkat teamwork

skills dibawah rata-rata atau di atas rata-

rata.

Deskripsi Data Teamwork Skills

(TS)

Berdasarkan data teamwork

skills (TS) siswa yang diperoleh melalui

observasi saat pembelajaran

berlangsung dirangkum dalam Tabel

3. Berdasarkan Tabel 4 terlihat

bahwa rata-rata TS untuk dua kelas

yaitu kelas eksperimen yang diajar

dengan menggunakan model

pembelajaran KGI dan kelas kontrol

yang diajar menggunakan model

pembelajaran DI sebesar 81,53.

Berdasarkan nilai rata-rata

keseluruhan TS yang diperoleh

kemudian dikelompokkan dalam dua

kategori yaitu tingkat TS di atas rata-

rata dan di bawah rata-rata. Nilai TS

yang berada di bawah nilai rata-rata TS

81,53 termasuk dalam kategori di bawah

rata-rata sedangkan nilai TS yang

berada di atas nilai rata-rata TS 81,53

termasuk dalam kategoti di atas rata-

rata. Pengelompokkan tingkat TS

digunakan untuk membagi data tes

hasil belajar menjadi dua kategori pada

masing- masing kelas sampel.

Page 18: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

105

Tabel 4.Data Teamwork Skills (TS) Seluruh Sampel

Frequency

Valid 61.00 2 68.00 5 71.00 4 75.00 5 79.00 12 82.00 11 83.00 2 86.00 8 89.00 5 93.00 4 96.00 6 Total 64

Mean 81.53

Std. Deviation 8.66

Minimum 61.00

Maximum 96.00

Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Desain ANAVA 2 2

Berdasarkan desain ANAVA 2 2 akan di deskripsikan data secara

berpasangan. Desain ANAVA 2 2 dapat dilihat pada tabel 5. Pasangan

deskripsi data tesebut adalah; 1) Deskripsi data hasil belajar berdasarkan model

pembelajaran. 2) Deskripsi data hasil belajar berdasarkan tingkat teamwork skills.

3) Deskripsi data hasil belajar pada model pembelajaran KGI berdasarkan tingkat

teamwork skills. 4) Deskripsi data hasil belajar pada model pembelajaran DI

berdasarkan tingkat teamwork skills. 5) Deskripsi data hasil belajar pada teamwork skills

di bawah rata-rata berdasarkan model pembelajaran. 6) Deskripsi data hasil belajar pada

teamwork skills di atas rata-rata berdasarkan model pembelajaran.

Tabel 5. Desain Penelitian ANAVA 2 x 2

Teamwork Skills (TS) (B)

Model Pembelajaran (A)

Rata-

Rata Koopetarif tipe Group

Investigation (K-GI)

(1)

Direct Instruction (DI)

(2)

Di atas rata-rata (1) A1B1 A1B2 µB1

Di bawah rata-rata (2) A2B1 A2B2 µB2

Rata-Rata µA1 µA2

Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran

Tabel 6 menunjukkan rata-rata hasil belajar berdasarkan model pembelajaran

yaitu model KGI dan model DI dengan rata-rata nilai masing- masing 70.25 dan 40.09.

Berdasarkan data yang diperoleh disimpulkan bahwa siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran KGI lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan model DI. Hal ini

Page 19: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

106

disebabkan oleh karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

dimana siswa berperan aktif saat melakukan investigasi/penyelidikan untuk

membuktikan suatu fenomena fisika. Siswa terlebih dahulu dipahamkan tentang teori

suatu penomena fisika kemudian membuktikan melalui praktikum/penyelidikan

fenomena yang telah dipahaminya sehingga akan mendatangkan keyakinan akan

kebenaran suatu teori fisika. Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan,

mengumpulkan data, mengolah data, dan menarik kesimpulan akan menguatkan

ingatannya terhadap teori fisika. Dengan demikian pemahaman itu akan menguat dan

mempengaruhi hasil belajar.

Tabel 6 Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran

Model KGI Model DI

Hasil belajar Frekuensi Hasil Belajar Frekuensi

48 1 21 1

58 2 28 1

59 2 29 2

63 1 33 1

64 3 34 3

66 3 36 3

67 1 37 1

68 3 38 3

69 1 39 1

70 2 40 2

72 3 41 1

73 2 42 3

78 1 43 2

80 2 44 2

82 1 49 2

83 1 50 2

85 1 56 1

86 1 68 1

97 1

N 32 N 32

Rata-rata 70.25 Rata-rata 40.09

Std. Deviasi 9.93 Std. Deviasi 8.87

Sedangkan pembelajaran melalui penerapan model direct interuction dimana

kegiatannya terfokus pada aktifitas-aktifitas akademik. Sehingga didalam implementasi

kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar

siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula.

Pemberian arahan dan kontrol secara ketat di dalam pengembangan model pembelajaran

langsung ini terutama sekali dilakukan ketika guru menjelaskan tentang tugas-tugas

belajar, menjelaskan materi pelajaran. Dalam model pembelajaran DI ini siswa tidak

dilibatkan secara langsung dalam melakukan eksperimen namun hanya dimantafkan

materinya. Investigasi dilakukan/diperagakan oleh guru dengan mendemonstrasikan

Page 20: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

107

percobaan/penelitian di depan kelas. Dalam hal ini siswa hanya diminta bekerja sama

dalam hal perhitungan data. Karena kurangnya keterlibatan siswa dalam keaktifan

belajar dibandingkan dengan model KGI tentu akan berpengaruh terhadap pemahaman

dan pengalaman siswa dalam mengkonstruk informasi.

Perbedaan hasil belajar berdasarkan Model pembelajaran dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran

Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Tingkat Teamwork Skills

Deskripsi data hasil belajar berdasarkan model pembelajaran disajikan dalam

tabel berikut:

Tabel 7. Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Tingkat Teamwork Skills

TS Di Atas Rata-Rata TS Di Bawah Rata-Rata

Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi

29 2 21 1

34 1 28 1

36 1 33 1

38 2 34 2

39 1 36 2

40 1 37 1

42 2 38 1

49 1 40 1

50 2 41 1

Model Pembelajaran

DI KGI

80

70

60

50

40

30

20

10

0

Hasil Belajar Berdasarkan Model R

ata

-ra

ta H

asi

l Be

laja

r

Page 21: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

108

58 1 42 1

66 2 43 2

67 1 44 2

68 4 48 1

69 1 49 1

70 2 56 1

72 2 58 1

73 2 59 2

78 1 63 1

80 2 64 3

82 1 66 1

83 1 72 1

85 1

86 1

97 1

N 36 N 28

Rata-rata 61.53 Rata-rata 47.00

Std. Deviasi 18.49 Std. Deviasi 13.27

Tabel 7 menunjukkan rata-rata hasil belajar berdasarkan tingkat TS yaitu TS di

atas rata-rata dan TS di bawah rata-rata dengan rata-rata nilai hasil belajar masing-

masing 61,53 dan 47,00. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajara siswa yang memiliki TS di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang

memiliki TS di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan peran teamwork skills dalam

mewujudkan tujuan bersama. Saat sekelompok orang bekerja sama tiap anggota tim

dapat menutupi kelemahan individu lain yang ada dalam kelompok itu.

Dalam proses pembelajaran saat seorang siswa tidak mampu

menyelesaikan/memahami suatu konsep akan dibantu oleh teman sekelompoknya yang

sudah memahami. Saat bekerja sama kemampuan sosial siswa akan lebih menonjol

dibandingkan bekerja sendiri. Saling peduli (kemampuan sosial) akan lebih baik jika

dalam suatu model pembelajaran mengharuskan mereka melakukan presentasi hasil.

Demi mendapatkan nilai yang baik seluruh anggota kelompok harus menguasai materi

dan tugas-tugas yang dikerjakannya dengan alasan mereka harus tampil menjadi yang

terbaik saat melakukan presentasi hasil. Penjelasan ini menjadi jawaban dari hasil

penelitian dimana siswa yang memiliki tingkat TS di bawah rata-rata memiliki nilai

hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan siswa yang memiliki tingkat TS di atas

rata-rata.

Perbedaan hasil belajar berdasarkan Model pembelajaran dapat dilihat pada

gambar berikut:

Page 22: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

109

Gambar 2. Perbandingan Hasil Belajar Berdasarkan Teamwork Skills

Deskripsi Data Hasil Belajar pada Model Pembelajaran KGI berdasarkan Tingkat

TS

Berdasarkan data TS pada Tabel 8 nilai rata-rata TS dikelompokkan sesuai

dengan data kelompok tingkat TS untuk melihat perolehan jumlah dan nilai siswa yang

memiliki tingkat TS di bawah rata-rata dan di atas rata-rata pada kelas KGI.

Berdasarkan tabel 4.5 pada model KGI diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa yang

memiliki tingkat TS di atas rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

memiliki tingkat TS di bawah rata-rata yaitu 74,14 dan 61,70. Hasil ini menunjukkan

siswa yang memiliki TS di atas rata-rata lebih baik hasil belajarnya dibandingkan

dengan siswa yang memiliki TS di bawah rata-rata. Ini disebabkan karakteristik model

KGI itu sendiri yang menuntut kemampuan bekerja sama pada siswa. Hal ini tampak

pada fase model KGI yang mengharuskan siswa belajar

secara berkelompok. Dengan demikian pada model GKI siswa yangmemiliki TS yang

lebih baik akan memperoleh hasilbelajar yang lebih baik.

Tabel 8. Deskripsi Data Hasil Belajar pada Model KGI Berdasarkan Tingkat TS

KGI-TS Di Atas Rata-rata KGI-TS Di Bawah Rata-rata

Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi

58 1 48 1

66 2 58 1

67 1 59 2

68 3 63 1

69 1 64 3

70 2 66 1

Page 23: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

110

72 2 72 1

73 2

78 1

80 2

82 1

83 1

85 1

86 1

97 1

N 22 N 10

Rata-rata 74.14 Rata-rata 61.70

Std. Deviasi 8.82 Std. Deviasi 6.31

Lebih jelasnya perbandingan hasil belajar pada model KGI antara TS di atas

rata-rata dengan TS di bawah rata-rata dapat dilihat pada gambar diagram berikut:

Gambar 3 Perbandingan Hasil Belajar pada Model Pembelajaran KGI Berdasarkan

Tingkat TS

Deskripsi Data Hasil Belajar pada Model Pembelajaran DI berdasarkan Tingkat

TS

Berdasarkan data TS pada Tabel 9 nilai rata-rata TS dikelompokkan sesuai

dengan data kelompok tingkat TS untuk melihat perolehan jumlah dan nilai siswa yang

memiliki tingkat TS di bawah rata-rata dan di atas rata-rata pada model DI. Berdasarkan

tabel 9 pada model DI diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki tingkat

TS di atas rata-rata sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki

tingkat TS di bawah rata-rata yaitu 41,71 dan 38,83. Perbedaan yang sedikit

menunjukkan siswa yang memiliki TS di atas rata-rata dan siswa yang memiliki TS di

Page 24: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

111

bawah rata-rata memiliki hasil belajar yang sama. Ini disebabkan karakteristik model DI

tidak membutuhkan kemampuan kerja sama pada siswa dalam menerapkannya. Model

DI dilakukan dengan metode teacher center yang membuat siswa tidak berperan aktif

dalam belajar. Dengan demikian TS tidak berperan pada model DI dalam

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Tabel 9 Deskripsi Data Hasil Belajar pada Model Pembelajaran DI berdasarkan

Tingkat TS

DI-TS Di Atas Rata-rata DI-TS Di Bawah Rata-rata

Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi

29 2 21 1

34 1 28 1

36 1 33 1

38 2 34 2

39 1 36 2

40 1 37 1

42 2 38 1

49 1 40 1

50 2 41 1

68 1 42 1

43 2

44 2

49 1

56 1

N 14 N 18

Rata-rata 41.71 Rata-rata 38.83

Std. Deviasi 10.13 Std. Deviasi 7.82

Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar berdasarkan tingkat TS di atas rata- rata

dan di bawah rata-rata pada Tabel 9 disajikan dalam Gambar 4 :

Page 25: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

112

Gambar 4 Perbandingan Hasil Belajar pada Model Pembelajaran DI berdasarkanTingkat

TS

Deskripsi Data Hasil Belajar pada TS di Bawah Rata-rata berdasarkan Model

Pembelajaran

Berdasarkan tabel 10. pada tingkat TS di bawah rata-rata diperoleh nilai rata-rata

hasil belajar siswa melalui model KGI lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan hasil

belajar siswa melalui model DI, yaitu 61,70 dan 38,83. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa pada siswa-siswa yang memiliki TS di bawah rata-rata lebih baik

hasil belajarnya dengan menggunakan model KGI. Ini disebabkan oleh pada model KGI

siswa belajar secara aktif dalam bimbingan guru pada saat menjalankan fase yang ada

pada model. Sedangkan pada model DI siswa tidak berperan aktif melainkan guru yang

berperan aktif. Hai tersebut mempengaruhi hasil belajar. Deskripsi data hasil belajar

siswa yang

memiliki TS di bawah rata-rata dapat dilihat pada Tabel 10 dan perbandingannbya dapat

di lihat pada gambar 5 :

Tabel 10. Deskripsi Data Hasil Belajar pada TS di Bawah Rata-rata berdasarkan

Model

KGI-TS Di Bawah Rata-rata DI-TS Di Bawah Rata-rata

Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi

48 1 21 1

58 1 28 1

59 2 33 1

63 1 34 2

64 3 36 2

66 1 37 1

72 1 38 1

40 1

Page 26: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

113

41 1

42 1

43 2

44 2

49 1

56 1

N 10 N 18

Rata-rata 61.70 Rata-rata 38.83

Std. Deviasi 6.31 Std. Deviasi 7.82

Gambar 6. Perbandingan Hasil Belajar pada TS di Bawah Rata-rata berdasarkan Model

Pembelajaran

Deskripsi Data Hasil Belajar pada TS di Atas Rata-rata berdasarkan Model

Pembelajaran

Deskripsi data hasil belajar siswa yang memiliki TS di bawah rata-rata dapat

dilihat pada Tabel 11. berikut:

Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Belajar pada TS di Atas Rata-rata berdasarkan

Model Pembelajaran

KGI-TS Di Atas Rata-rata DI-TS Di Atas Rata-rata

Hasil belajar Frekuensi Hasil belajar Frekuensi

58 1 29 2

66 2 34 1

67 1 36 1

68 3 38 2

Page 27: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

114

69 1 39 1

70 2 40 1

72 2 42 2

73 2 49 1

78 1 50 2

80 2 68 1

82 1

83 1

85 1

86 1

97 1

N 22 N 14

Rata-rata 74.14 Rata-rata 41.71

Std. Deviasi 8.82 Std. Deviasi 10.13

Berdasarkan tabel 11 pada tingkat TS di atas rata-rata diperoleh nilai rata- rata

hasil belajar siswa melalui model KGI lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan hasil

belajar siswa melalui model DI, yaitu 74.14 dan 41,71. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa pada siswa-siswa yang memiliki TS di atas rata-rata lebih baik hasil

belajarnya dengan menggunakan model KGI. Ini disebabkan oleh karakteristik masing-

masing model. Pada model KGI siswa belajar secara aktif dalam bimbingan guru pada

saat menjalankan fase yang ada pada model. Sedangkan pada model DI siswa tidak

berperan aktif melainkan guru yang berperan aktif. Hai tersebut mempengaruhi hasil

belajar. Perbandingan hasil belajar dapat di lihat pada gambar 7 berikut:

Gambar 7. Perbandingan Hasil Belajar pada TS di Atas Rata-rata berdasarkan Model

Pemebelajaran

Page 28: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

115

Pengujian Persyaratan Analisis Data

Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian

persyaratan data, sebagai syarat untuk pengujian statistik inferensial. Uji persyaratan

terdiri dari uji normalitas data dan uji homogenitas varians pada taraf signifikansi 0.05

yang diukur dengan menggunakan SPSS.

Uji normalitas data digunakan untuk melihat apakah data yang digunakan

berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan

Lilliefors Significance Correctiona. Sedangkan uji homogenitas dipergunakan untuk

mengetahui apakah sampel berasal dari varians yang sama atau homogen dengan

menggunakan Levene’s Test of Equality of Error Variances.

Pengujian Data Pretes

Pengujian persyaratan data untuk data pretes kelas eksperimen dan kontrol

dilakukan dengan uji normalitas dan homogenitas sehingga dapat dilakukan uji

independen t tes untuk melihat perbedaan antara hasil kedua sampel kelas. Deskripsi

data pretes dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12 Data Pretes Kelas DI dan KGI

Kelas DI Kelas KGI

Skor Frekuensi Rata-rata Skor Frekuensi Rata-rata

8 2

21.59

8 4

21.25 13 1 10 1

16 6 16 8

17 2 19 2

18 2 20 1

19 3 21 2

22 3 22 4

24 2 26 1

26 1 28 2

27 3 29 1

28 2 32 2

30 1 34 1

32 2 37 2

34 2 39 1

Total 32 Total 32

Uji Normalitas Data Pretes Kelompok Sampel

Melalui uji nomalitas pretes dengan Kolmogorov-Smirnova kedua sampel kelas,

ditemukan bahwa hasil Kolmogorov-Smirnova kelas eksperimen adalah 0.052 dan kontrol adalah 0.087 lebih besar dari taraf signifikan = 0,05. Dari uji

normalitas pada kedua kelas ini menjelaskan bahwa data kedua kelas berdistribusi

normal. Hasil perhitungan uji normalitas data (dapat dilihat pada lampiran 10).

Distribusi data pretes dapat di lihat pada gambar diagram berikut:

Page 29: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

116

Gambar 8. Distribusi Data Pretes Sampel Kelas DI

Gambar 9. Distribusi Data Pretes Sampel Kelas KGI

Homogenitas Data Pretes Kelompok Sampel

Setelah menggunakan uji normalitas untuk pretes, selanjutnya dilakukan uji

homogenitas untuk pretes. Dari uji homogenitas pretes terlihat bahwa nilai signifikan

homogenity of variance 0,300 lebih besar dari nilai = 0,05 maka kedua kelas sampel

yaitu eksperimen dan kelas kontrol memiliki distribusi data yang homogen.

Uji Hipotesis Data Pretes Kelompok Sampel

Setelah dilakukan uji persyaratan data maka dapat dilanjutkan dengan uji

hipotesis atau uji beda untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas sampel apakah

sama atau tidak. Untuk menguji kemampuan awal kedua kelompok digunakan

Page 30: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

117

perhitungan SPSS dengan uji Levene’s Test. Kriteria pengujian adalah jika sign > α,

maka dinyatakan kedua kelompok

memiliki kemampuan awal yang sama.

Dari hasil uji hipotesis diperoleh kedua sampel kelas memiliki kemampuan yang

sama dengan nilai = 0,300 > 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa kedua kelas sampel

memiliki kemampuan awal yang sama sehingga kedua kelas tersebut dapat diberi

perlakuan model pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan

pembelajaran KGI, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran DI.

Pengujian Data Postes

Pengujian persyaratan data untuk data postes kelas eksperimen dan kontrol

dilakukan dengan uji normalitas dan homogenitas sehingga dapat dilakukan uji

parametrik untuk Anova dua jalur (Two Way Anova). Deskripsi data postes dapat dilihat

pada tabel 4.10.

Uji Normalitas Data Postes Kelompok Sampel

Melalui uji nomalitas postes dengan Kolmogorov-Smirnova kedua sampel kelas,

ditemukan bahwa hasil Kolmogorov-Smirnova kelas eksperimen adalah 0,107 dan kontrol adalah 0,098 lebih besar dari taraf

signifikan = 0,05. Dari uji normalitas pada kedua kelas ini menjelaskan bahwa data

kedua kelas berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas data Distribusi data

postes dapat dilihat pada diagram gambar 10 dan 11

Tabel 13 Data Postes Kelas DI dan KGI

Kelas DI Kelas KGI

Skor Frekuensi Rata- rata

Skor Frekuensi Rata- Rata

21 1

40.09

48 1

70.25

28 1 58 2

29 2 59 2

33 1 63 1

34 3 64 3

36 3 66 3

37 1 67 1

38 3 68 3

39 1 69 1

40 2 70 2

41 1 72 3

42 3 73 2

43 2 78 1

44 2 80 2

49 2 82 1

50 2 83 1

56 1 85 1

68 1 86 1

Page 31: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

118

Total 32 97 1

Total 32

Gambar 10. Distribusi Data Postes Sampel Kelas DI

Gambar 11. Distribusi Data Postes Sampel Kelas KGI

Uji Homogenitas Data Postes Kelompok Sampel

Setelah menggunakan uji normalitas untuk postes, selanjutnya dilakukan uji

homogenitas untuk pretes. Dari uji homogenitas pretes diperoleh nilai signifikan

homogenity of variance 0,472 lebih besar dari nilai = 0,05 maka kedua kelas sampel

yaitu eksperimen dan kelas kontrol memiliki distribusi data yang homogen. Hasil

perhitungan uji homogenitas data

Page 32: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

119

Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian untuk data postes digunakan General Linier

Model (GLM) Unvariate dengan menggunakan program SPSS pada taraf signifikansi α

= 0,05. Kelompok sampel diklasifikasikan pada kategori tingkat TS di atas rata-rata dan

dibawah rata-rata. Di mana tingkat TS ditentukan berdasarkan nilai rata-rata TS secara

keseluruhan.

Untuk melihat perbedaan tingkat TS siswa dan hasil belajar fisika siswa

terhadap pembelajaran yang diberikan digunakan uji Two Way Anova dengan General

Linear Model (GLM) Unvariate, sekaligus untuk melihat bagaimana pengaruh tingkat

TS terhadap hasil belajar fisika siswa. Apakah siswa yang memiliki tingkat TS di atas

rata-rata memiliki hasil belajar yang tinggi atau sebaliknya lebih rendah, serta apakah

ada interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat TS dalam memengaruhi hasil

belajar fisika siswa.

Deskriptif statistik output dari ANAVA data TS siswa disajikan dalam Tabel

14.

Tabel 14. Data Jumlah Sampel pada Model dan Tingkat TS Between-Subjects

Factors

Berdasarkan Tabel 14 diperoleh jumlah keseluruhan siswa yang memiliki

tingkat TS di atas rata-rata dan di bawah rata-rata pada kelas kontrol yang diajar dengan

model DI sebanyak 32 orang dan siswa yang memiliki tingkat TS di atas rata-rata dan di

bawah rata-rata di kelas eksperimen yang diajar dengan model KGI sebanyak 32 orang.

Secara keseluruhan siswa yang memiliki tingkat TS diatas rata-rata sebanyak 36 orang

dan siswa yang memiliki tingkat TS di bawah rata-rata sebanyak 28 orang.

Dari data hasil belajar berdasarkan kategori tingkat TS dilakukan pengujian

hipotesis statistik ANAVA 2 jalur dengan General Linear Model (GLM) Univariate.

Hasil uji ANAVA disajikan pada Tabel berikut:

Value Label N

Model 1.00 DI 32 2.00 KGI 32

LevelTS 1.00 Di bawah rata-rata 28

2.00 Di atas rata-rata 36

Page 33: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

120

Tabel. 15 Hasil Uji ANAVA Kedua Kelas Tests of Between-

Subjects Effects

Dependent Variable: Postes

Source

Type III Sum of

Df

Mean Square

F

Sig.

Squares

Corrected Model

15679.061( a)

3 5226.354 71.823 .000

Intercept 171862.63 4

1 171862.634 2361.80 6

.000

Model 11220.306 1 11220.306 154.194 .000

LevelTS 861.185 1 861.185 11.835 .001

Model * LevelTS

335.143 1 335.143 4.606 .036

Error 4366.048 60 72.767

Total 214857.00 0

64

Corrected Total

20045.109 63

a R Squared = .782 (Adjusted R Squared = .771)

Berdasarkan Tabel 15 dapat

dilihat bahwa model pembelajaran yang

diterapkan memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar fisika

siswa yang ditunjukkan oleh harga

signifikansi 0,000 < 0,05. Tingkat TS

siswa memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar fisika

siswa yang ditunjukkan oleh harga

signifikansi 0,001 < 0,05. Model

pembelajaran yang diterapkan memiliki

interaksi yang signifikan dengan tingkat

TS siswa dalam memengaruhi hasil

belajar fisika siswa yang ditunjukkan

oleh harga signifikansi 0,036 < 0,05.

Ringkasan hasil pengujian

hipotesis dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Hipotesis Pertama :

H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil

belajar siswa melalui model

kooperatif tipe group

investigation dengan direct

interuction dalam pembelajaran

fisika.

Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar

siswa melalui model kooperatif

tipe

group investigation dengan direct

interuction dalam pembelajaran fisika.

Hasil analisis varians pada Tabel

15 diperoleh nilai signifikan model

0,000 lebih kecil dari pada nilai =

0,05 maka dapat dikatakan bahwa hasil

pengujian hipotesis menolak H0 atau

menerima Ha dalam taraf alpha 5 %

artinya terdapat perbedaan hasil belajar

siswa melalui model kooperatif tipe

group investigation dengan direct

interuction dalam pembelajaran fisika.

Dari hipotesis ini dapat disimpulkan

bahwa siswa yang diajar dengan model

kooperatif tipe group investigation

memperoleh nilai rata- rata hasil belajar

siswa yang lebih tinggi dibandingkan

Page 34: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

121

siswa yang diajar dengan model direct

interuction.

2. Hipotesis Kedua :

H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil

siswa antara kelompok siswa

yang memiliki TS diatas rata-

rata dengan kelompok siswa

yang memiliki TS dibawah rata-

rata.

Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar

siswa antara kelompok siswa

yang memiliki TS diatas rata-

rata dengan kelompok siswa

yang memili TS dibawah rata-

rata.

Hasil analisis varians pada

Tabel 15 diperoleh nilai signifikan TS

0,001 lebih kecil dari pada nilai

= 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

hasil pengujian hipotesis menolak H0

atau menerima Ha dalam taraf alpha 5

% artinya terdapat perbedaan hasil

belajar antara kelompok siswa yang

memiliki TS diatas rata-rata dengan

kelompok siswa dengan TS dibawah

rata-rata. Dari hipotesis ini dapat

disimpulkan bahwa hasil kelompok

siswa yang memiliki tingkat TS di atas

rata-rata lebih tinggi daripada kelompok

siswa yang memiliki tingkat TS di

bawah rata-rata.

3. Hipotesis Ketiga :

H0 = Tidak terdapat interaksi antara

m

odel

pembelajaran dengan teamwork

skills siswa dalam

mempengaruhi hasil belajar.

Ha = Terdapat interaksi antara model

pembelajaran dengan teamwork

skills siswa dalam

mempengaruhi hasil belajar.

Hasil analisis varians pada Tabel 15

diperoleh nilai signifikan Model*

LevelTS 0,036 lebih kecil dari pada

nilai = 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa hasil pengujian hipotesis

menolak H0 atau menerima Ha dalam

taraf alpha 5 % artinya terdapat

interaksi antara model pembelajaran

dengan TS siswa dalam mempengaruhi

hasil belajar

Page 35: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

122

Hasil interaksi antara model pembelajaran dan tingkat TS dalam mempengaruhi hasil

belajar disajikan pada Gambar berikut

Gambar 12. Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan tingkat Teamwork skills

Selanjutnya untuk menganalisis interaksi atau perbedaan nilai rata-rata antar

kelompok dilakukan dengan analisis Post Hoc Test dengan uji tukey. Hasil yang

diperoleh disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 16 Jumlah Sampel pada Masing-masing Kelompok

Value Label N

Model 1.00 DI 32

2.00 KGI 32

Interaksi 1.00 DI di bawah rata-rata 18

2.00 DI di atas rata-rata 14

3.00 KGI di bawah rata-rata 10

4.00 KGI di atas rata-rata 22

Page 36: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

123

Tabel 17. Hasil Analisis Post Hoc Test dengan Uji Tukey Multiple Comparisons

Dependent Variable: Postes Tukey HSD

(I)

Interaksi

Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error

Sig.

95% Confidence

Interval

(J) Interaksi Upper

Bound

Lower

Bound

DI di

bawah

rata-rata

DI di atas rata-rata

-2.8810

3.03979

.779

-10.9137

5.1518

KGI di bawah rata-

rata

-22.8667* 3.36443 .000 -31.7572 -13.9761

KGI di atas rata-

rata

-35.3030* 2.71113 .000 -42.4673 -28.1388

DI di atas

rata-

rata

DI di bawah rata- rata

2.8810

3.03979

.779

-5.1518

10.9137

KGI di bawah rata-

rata

-19.9857* 3.53191 .000 -29.3189 -10.6526

KGI di atas rata-

rata

-32.4221* 2.91638 .000 -40.1287 -24.7155

KGI di

bawah

rata-rata

DI di bawah rata- rata

22.8667*

3.36443

.000

13.9761

31.7572

DI di atas rata-rata 19.9857* 3.53191 .000 10.6526 29.3189

KGI di atas rata-

rata

-12.4364* 3.25336 .002 -21.0334 -3.8393

KGI di

atas rata-

rata

DI di bawah rata- rata

35.3030*

2.71113

.000

28.1388

42.4673

DI di atas rata-rata 32.4221* 2.91638 .000 24.7155 40.1287

KGI di bawah rata-

rata

12.4364* 3.25336 .002 3.8393 21.0334

Based on observed means.

* The mean difference is significant at the .05 level.

Tabel 17 merupakan hasil

analisis Post Hoc Test uji Tukey.

Berdasarkan Tabel 17. diperoleh

beberapa perbandingan nilai rata-rata

antar kelompok sebagai berikut :

a. DI di bawah rata-rata (model DI

dengan tingkat TS di bawah rata-

rata) dengan DI di atas rata-rata

(model DI dengan tingkat TS di atas

rata-rata).

Perbedaan antara DI dibawah rata-rata

dibandingkan dengan DI di atas rata-

rata dengan taraf signifikansi 0.779.

Artinya nilai hasil belajar siswa yang

memiliki TS di bawah rata-rata tidak

berbeda hasilnya dengan siswa yang

memiliki TS di atas rata- rata. Hal ini

menjelaskan tidak terdapat pengaruh

TS secara signifikan pada model DI

untuk siswa dengan tingkat TS di

bawah rata-rata dan di atas rata- rata.

b. DI di bawah rata-rata dengan KGI di

bawah rata-rata. Perbedaan antara DI

di bawah rata-rata dibandingkan

dengan KGI di bawah rata-rata

Page 37: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

124

dengan taraf signifikansi 0.000.

Artinya nilai hasil belajar siswa pada

DI yang memiliki TS di bawah rata-

rata berbeda dengan siswa pada kelas

KGI yang memiliki TS di bawah

rata-rata. Hal ini

menjelaskan terdapat pengaruh TS

secara signifikan pada model DI di

bawah rata-rata dengan KGI di

bawah rata-rata. Hal ini diakibatkan

oleh penerapan model KGI yang

memang mendorong siswa terlibat

aktif dalam proses belajar mengajar

dibandingkan dengan model DI.

c. DI di bawah rata-rata dengan KGI di

atas rata-rata.

Perbedaan antara DI di bawah rata-

rata dibandingkan dengan KGI di

atas rata-rata dengan taraf

signifikansi 0.000. Artinya nilai hasil

belajar siswa pada DI yang memiliki

TS di bawah rata-rata berbeda

dengan siswa pada kelas KGI yang

memiliki TS di atas rata-rata. Hal ini

menjelaskan terdapat pengaruh TS

secara signifikan pada model DI di

bawah rata dengan KGI di atas rata-

rata. Hal ini diakibatkan oleh

penerapan model KGI yang memang

mendorong siswa terlibat aktif dalam

proses belajar mengajar

dibandingkan dengan model DI.

d. DI di atas rata-rata dengan KGI di

bawah rata-rata.

Perbedaan antara DI di atas rata- rata

dibandingkan dengan KGI di bawah

rata-rata dengan taraf signifikansi

0.000. Artinya nilai

hasil belajar siswa pada DI yang

memiliki TS di atas rata-rata berbeda

dengan siswa pada kelas KGI yang

memiliki TS di bawah rata-rata. Hal

ini menjelaskan terdapat pengaruh

TS secara signifikan pada model DI

di atas rata-rata dengan KGI di

bawah rata-rata. Hal ini diakibatkan

oleh penerapan model KGI yang

memang mendorong siswa terlibat

aktif dalam proses belajar mengajar

dibandingkan dengan model DI.

e. DI di atas rata-rata dengan KGI di

atas rata-rata.

Perbedaan antara DI di atas rata- rata

dibandingkan dengan KGI di atas

rata-rata dengan taraf signifikansi

0.000. Artinya nilai hasil belajar

siswa pada DI yang memiliki TS di

atas rata-rata berbeda dengan siswa

pada kelas KGI yang memiliki TS di

atas rata-rata. Hal ini menjelaskan

terdapat pengaruh TS secara

signifikan pada model DI di atas

rata-rata dengan KGI di atas rata-

rata. Hal ini diakibatkan oleh

penerapan model KGI yang memang

mendorong siswa terlibat aktif dalam

proses belajar mengajar

dibandingkan dengan model DI.

f. KGI di bawah rata-rata dengan KGI

di atas rata-rata.

Perbedaan antara KGI di bawah rata-

rata dibandingkan dengan KGI di

atas rata-rata dengan taraf

signifikansi 0.002. Artinya nilai hasil

belajar siswa pada KGI yang

memiliki TS di bawah rata- rata

berbeda dengan siswa pada kelas

KGI yang memiliki TS di atas rata-

rata. Hal ini menjelaskan terdapat

pengaruh TS secara signifikan pada

KGI di atas rata-rata dengan KGI di

bawah rata-rata. Dengan demikian

tingkat TS mempengaruhi hasil

belajar pada model KGI.

Page 38: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

125

Secara ringkas perbedaan antar tiap kelompok dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 18. Perbedaan antar kelompok siswa berdasarkan tingkat teamwork skills

No Pasangan antar kelompok berdasarkan tingka TS

Sig. Kesimpulan

1. DI di bawah rata-rata dengan DI di atas rata-rata

0.779 Sama

2. KGI di bawah rata-rata dengan KGI di atas rata-rata

0.002 Berbeda

3. KGI di bawah rata-rata dengan DI di bawah rata-rata

0.000 Berbeda

4. KGI di atas rata-rata dengan DI di atas rata-rata

0.000 Berbeda

5. KGI di bawah rata-rata dengan DI di atas rata-rata

0.000 Berbeda

6. KGI di atas rata-rata dengan DI di bawah rata-rata

0.000 Berbeda

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil-hasil

penelitian yang diperoleh, maka dapat

diuraikan pembahasan hasil penelitian

tentang perbedaan model pembelajaran

KGI dengan model pembelajaran DI

dengan melibatkan faktor Teamwork

Skills (TS) siswa pada pada mata

pelajaran fisika. Dalam pembahasan ini,

data yang dianalisis adalah hasil belajar

fisika siswa.

Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Group Investigation

dengan Model Pembelajaran Direct

Instruction.

Merujuk pada hasil penelitian

yang diperoleh bahwa siswa yang

belajar dengan menggunakan model

pembelajaran KGI memperoleh nilai

rata-rata hasil belajar fisika sebesar

70.25 sedangkan siswa yang belajar

dengan menggunakan model

pembelajaran DI memperoleh nilai rata-

rata hasil belajar fisika sebesar 40.29.

Berdasarkan Tabel 4.12 hasil analisis

varians nilai signifikan kelas 0.000

lebih kecil daripada nilai = 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil belajar fisika siswa yang

diajar dengan menggunakan model

pembelajaran KGI dengan model

pembelajaran DI. Perbedaan hasil

belajar antarkelas dengan model KGI

dengan model pembelajaran DI dapat

dijelaskan meninjau karakteristik model

pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran kooperatif dapat

menguntungkan bagi siswa berprestasi

rendah maupun tunggi yang

mengerjakan tugas akademik bersama-

sama. Mereka yang berprestasi tinggi

mengajarkan teman-temannya yang

berprestasi rendah. Selanjutnya efek

penting dari pembelajaran kooperatif

adalah toleransi dan penerimaan yang

lebih luas terhadap orang-orang yang

berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau

kemampuannya. Selanjutnya tujuan

penting dari model pembelajaran

kooperatif adalah mengajarkan

keterampilan kerja sama (teamwork

skills) dan kolaborasi kepada siswa.

Model pembelajaran kooperatif

meningkatkan kerja sama karena

Page 39: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

126

menghargai dan mendukung

perkembangan intelengensi

interpersonal.

Ketika menjalankan

pembelajaran kooperatif group

investigation. Siswa berperan aktif

untuk melakukan

investigasi/penyelidikan untuk

membuktikan suatu fenomena fisika.

Siswa terlebih dahulu dipahamkan

tentang materi dari suatu penomena

fisika kemudian membuktikan melalui

praktikum/penyelidikan fenomena yang

telah dipahaminya sehingga akan

mendatangkan keyakinan akan

kebenaran suatu teori fisika.

Keterlibatan siswa mulai dari

merencanakan, mengumpulkan data,

mengolah data, dan menarik kesimpulan

akan menguatkan ingatannya terhadap

teori fisika. Dengan demikian

pemahaman itu akan menguat dan

mempengaruhi hasil belajar.

Sedangkan pembelajaran

melalui penerapan model direct

interuction dimana kegiatannya terfokus

pada aktifitas-aktifitas akademik.

Sehingga didalam implementasi

kegiatan pembelajaran guru melakukan

kontrol yang ketat terhadap kemajuan

belajar siswa, pendayagunaan waktu

serta iklim kelas yang dikontrol secara

ketat pula. Pemberian arahan dan

kontrol secara ketat di dalam

pengembangan

model pembelajaran langsung ini

terutama sekali dilakukan ketika guru

menjelaskan tentang tugas-tugas belajar,

menjelaskan materi pelajaran. Dalam

model pembelajaran DI ini siswa tidak

dilibatkan secara langsung dalam

melakukan eksperimen

namun hanya dimantafkan

materinya. Investigasi

dilakukan/diperagakan oleh guru

dengan mendemonstrasikan

percobaan/penelitian di depan kelas.

Dalam hal ini siswa hanya diminta

bekerja sama dalam hal perhitungan

data. Karena kurangnya keterlibatan

siswa dalam keaktifan belajar

dibandingkan dengan model KGI tentu

akan berpengaruh terhadap pemahaman

dan pengalaman siswa dalam

mengkonstruk informasi. Dengan

demkian pada model DI penguasaan

terhadap suatu materi akan lebih rendah

dari pada model KGI sehingga akan

menghasilkan hasil belajar yang

berbeda puda dimana model KGI hasil

belajarnya lebih tinggi.

Dengan demikian terdapat

perbedaan yang signifikan antara model

group investigasi dibandingkan

model direct intruction terhadap

prestasi akademik siswa (Akcay, 2012).

Selain itu dalam model pembelajaran

kooperatif hasil belajar siswa lebih

tinggi dikarenakan adanya

pengembangan kemampuan sosial

seperti teamwork skill disamping

kemampuan sosial seperti menghormati,

mematuhi peraturan, penyelesaian

tugas, dan toleransi menggunakan

model pembelajaran kooperatif lebih

baik dari pada model tradisional

(Tavakoli, 2014). Selain itu kelompok

siswa investigasi memiliki masalah

terkecil untuk membangun kemampuan

apresiasi siswa yang membuat siswa

lebih aktif dalam

melakukan proses belajar mengajar

(Purwadi, 2013). Selanjutnya model

pembelajaran group investigasi lebih

efektif dibandingkan pembelajaran

konvensional dalam mempelajari sains

dan dapat berfungsi untuk memperbaiki

masalah instruksional yang terkait

dengan pembelajaran sains yang sulit

(Kiboss, 2013). Group investigtion

tetap menawarkan peserta didik untuk

berkesempatanmemiliki pembelajaran

mereka sendiri serta menunjukkan

pengetahuan dan pemahaman mereka.

(Mitchel, 2008)

Perbedaan hasil belajar antara siswa

yang memiliki teamwork skills di atas

Page 40: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

127

rata-rata dan teamwork skills

dibawah rata-rata.

Merujuk pada hasil penelitian

yang dilakukan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar fisika siswa

antara kelompok siswa yang memiliki

TS di atas rata-rata dengan kelompok

siswa dengan TS dibawah rata-rata.

Perbedaan ini berdasarkan hasil analisis

varians nilai signifikan TS 0.000 lebih

kecil daripada nilai

= 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar fisika kelompok

siswa yang memiliki tingkat TS di atas

rata-rata lebih tinggi daripada kelompok

siswa yang memiliki tingkat TS di

bawah rata-rata.

Perbedaaan hasil belajar terjadi

akibat peran teamwork skills dalam

mewujudkan tujuan bersama. Saat

sekelompok orang bekerja sama tiap

anggota tim dapat menutupi kelemahan

individu lain yang ada dalam kelompok

itu. Dalam proses pembelajaran saat

seorang siswa tidak mampu

menyelesaikan/memahami suatu konsep

akan dibantu oleh teman sekelompoknya

yang sudah memahami. Saat bekerja

sama kemampuan sosial siswa akan

lebih menonjol dibandingkan bekerja

sendiri. Saling peduli (kemampuan

sosial) akan lebih baik jika dalam suatu

model pembelajaran mengharuskan

mereka melakukan presentasi hasil.

Demi mendapatkan nilai yang baik

seluruh anggota kelompok harus

menguasai materi dan tugas-tugas yang

dikerjakannya dengan alasan mereka

harus tampil menjadi yang terbaik saat

melakukan presentasi hasil. Penjelasan

ini menjadi jawaban dari hasil

penelitian dimana siswa yang memiliki

tingkat TS di bawah rata-rata memiliki

nilai hasil belajar yang lebih rendah

dibandingkan siswa yang memiliki

tingkat TS di atas rata-rata. Hasil

penelitian juga sesuai dengan teori

dimana outpun dari model pembelajaran

kooperatif adalah menjadikan siswa

meningkatkan prestasi akademik,

menerima keragaman, meningkatkan

kinerja dalam tugas-tugas akademik, dan

mengembangkan keterampilan sosial

khususnya kerja sama (Arends, 2007).

Teori lain mengungkapkan model

pemebelajaran kooperatif memuat

prestasi siswa tinggi (Slavin, 1995).

Dengan demikian kerja sama yang baik

akan meningkatkan hasil belajar yang

baik.

Kemampuan bekerjasama dalam

tim (teamwork skills) yang diperlukan

dalam model pembelajaran

kooperatif akan memberikan pelajaran

yang bermakna bagi siswa. Semakin

baik siswa bekerja sama semakin baik

pula proses belajarnya dan tentunya

memberikan hasil yang baik. Sebuah

kelompok belajar yang baik kerja sama

teamnya berarti bagus managemennya.

Managemen yang baik akan menjadikan

proses berjalan dengan baik sehingga

akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan demikian kemampuan

sosial yang baik termasuk bekerja sama

dalam kelompok (teamwork skills) akan

menjadikan siswa memiliki hasil belajar

yang lebih baik dibandingkan siswa

yang kemampuan sosialnya kurang baik

(Tavakoli, 2014). Kerja sama yang baik

berhasil meningkatkan hasil belajar.

Kerja sama mengefisienkan penggunaan

waktu. Kerja sama menghilangkan

masalah penjadwalan dan kontribusi

(Garcia, 2013). Siswa yang bekerja

sama akan menjaga prioritas masing-

masing ke arah tujuan dan bekerja untuk

kepentingan tim. Siswa belajar

keterampilan seperti komunikasi,

partisipasi, negosiasi, kerja sama tim

dan presentasi (Kadavakollu, 2013).

Dengan demikian siswa yang memiliki

tingkat TS di atas rata-rata memiliki

hasil belajar yang lebih tinggi

dibandingkan siswa yang memiliki

tingkat TS di bawah rata- rata.

Page 41: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

128

Interaksi Antara Model

Pembelajaran dengan Tingkat

Teamwork Skills dalam

Mempengaruhi Hasil Belajar.

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis yang tersaji pada Tabel 4.12,

nilai signifikan Model*LevelTS 0,036

lebih kecil dari pada nilai = 0,05

artinya terdapat interaksi antara model

pembelajaran dengan tingkat teamwork

skills (TS) siswa dalam mempengaruhi

hasil belajar. Intereksi ini ditinjau secara

keseluruhan dan selanjutnya dibahas

interaksi antara kelompok berpasangan

tingkat TS di atas rata- rata dengan

tingkat TS di bawah rata- rata setiap

model.

Hasil analisis varians pada Tabel

4.12 diperoleh nilai signifikan Model *

LevelTS 0,036 lebih kecil dari pada

nilai = 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa hasil pengujian hipotesis

menolak H0 atau menerima Ha dalam

taraf alpha 5 % artinya terdapat

interaksi antara model pembelajaran

dengan TS siswa dalam mempengaruhi

hasil belajar. Hal ini terjadi akibat

dalam model pembelajaran DI

teamwork skills secarasignifikan tidak

mempengaruhi hasil belajar bila

dibandingkan dengan model

pembelajaran KGI.

Berdasarkan hasil uji lanjut

dengan analisis Post Hoc Test

menggunakan uji tukey dari empat

kelompok siswa (DI dengan TS di

bawah rata-rata, DI dengan TS di atas

rata-rata, KGI dengan TS di bawah

rata-rata, KGI dengan TS di atas rata-

rata) terdapat enam pasangan yang

dapat dibandingkan. Dari enam

pasangan tersebut terdapat lima

pasangan yang menunjukkan ada

perbedaan hasil belajar dan satu

pasangan lain menunjukkan tidak

terdapat perbedaan hasil belajar.

Pasangan yang tidak menunjukkan

adanya perbedaan nilai hasil belajar

adalah pasangan DI yang memiliki TS

di bawah rata-rata dipasangkan dengan

DI yang memiliki TS di atas rata-rata.

Hal ini dapat dijelaskan dengan

teori bahwa dalam mempengaruhi hasil

belajar, teamwork skills mendukung

pada penerapan fase model

pembelajaran KGI dibandingkan pada

model pembelajaran DI. Model

pembelajaran DI adalah model

pembelajaran dengan penjelasan

langsung dari guru (Joice, 2009).

Dengan demikian siswa tidak dilibatkan

dalam bekerja sama secara penuh

kecuali guru menginstruksikan siswa

untuk menyelesaikan suatu tugas secara

berkelompok. Hal ini menjelaskan tidak

terdapat pengaruh TS secara signifikan

pada model DI untuk siswa dengan

tingkat TS di bawah rata-rata dan di atas

rata-rata. Tidak adanya perbedaan ini

terjadi akibat karakteristik model DI itu

sendiri. Model DI merupakan model

yang berpusat pada guru. Guru berperan

aktif melakukan instruksi untuk

mengajarkan siswa yang mengakibatkan

siswa tidak membutuhkan kemampuan

sosial seperti bekerja sama dalam

kelompok. Berdasarkan penjelasan ini

peran teamwork skills tidak dibutuhkan

dalam model pembelajaran DI kecuali

sedikit ketika guru menginstruksikan

siswa untuk menyelesaikan suatu tugas

secara berkelompok. Sehingga

teamwork skills dalam model

pembelajaran DI tidak akan

berpengaruh secara signifikan. Dengan

demikian teamwork skills pada model

DI tidak mempengaruhi hasil belajar.

Dalam penelitian ini pada kelas DI ada

kelompok siswa yang memiliki TS di

bawah rata-rata dan ada kelompok

siswa yang memiliki TS di atas rata-rata

dan hasil belajarnya sama dengan sig.

0.779 lebih bedas dari 0.05 yang berarti

tidak terdapat perbedaan. Walhasil pada

penerapan model DI tidak perlu

diperhatikan teamwork skills siswa.

Page 42: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

129

Selanjutnya perbedaan antara

KGI di bawah rata-rata dibandingkan

dengan KGI di atas rata-rata dengan

taraf signifikansi 0.002. Artinya nilai

hasil belajar siswa pada KGI yang

memiliki TS di bawah rata-rata berbeda

dengan siswa pada kelas KGI yang

memiliki TS di atas rata- rata. Hal ini

menjelaskan terdapat

pengaruh TS secara signifikan pada

KGI di atas rata-rata dengan KGI di

bawah rata-rata. Hal ini terjadi akibat

kebutuhan model KGI itu sendiri yang

mengharuskan siswa mampu

menyelesaikan tugas secara

berkelompok. Semakin baik teamwork

skillsnya semakin baik pula proses

pembelajaran berlangsung

sehingga memberikan hasil belajar yang

lebih baik. Dengan demikian tingkat TS

mempengaruhi hasil belajar pada model

KGI. Model pembelajaran group

investigasi lebih efektif dibandingkan

pembelajaran konvensional dalam

mempelajari sains dan dapat berfungsi

untuk memperbaiki masalah

instruksional yang terkait dengan

pembelajaran sains yang sulit (Kiboss,

2013). Keefektifan itu terjadi karena

model KGI menjadikan siswa terlibat

secara langsung dalam memahami

fenomena fisika. Keterlibatan siswa

akan meningkatkan pemahaman siswa

terhadap konsep fisika yang mereka

pelajari. Keterlibatan siswa dalam

sebuah percobaan dan didukung oleh

teamwork skills yang tinggi akan

menghasilkan hasil belajar yang baik.

Siswa akan mampu menuliskan semua

yang telah dipahaminya dalam proses

belajar mengajar. Tingkat kemampuan

menulis siswa yang belajar dengan

model investigasi kelompok lebih baik

daripada siswa yang belajar dengan

model konvensional (Piyoto, 2014).

Secara teori perbedaan tingkat

teamwork skills akan mempengaruhi

hasil belajar dimana semakin baik

kemampuan kerja sama tim seseorang

akan mempengaruhi hasil perolehan

dari tujuan kelompok (Hughes, 2011).

Kemampuan kerja sama berhasil dalam

meningkatkan pemahaman siswa.

Dengan demikian pemahaman siswa

dipengaruhi oleh seberapa besar

kemampuan kerja sama siswa (Garsia,

2013). Keterampilan individu dalam tim

seperti komunikasi, partisipasi,

kerjasama akan mempengaruhi hasil

belajar (Kadavakollu, 2013). Walhasil

pada penerapan model KGI perlu

memperhatikan tingkat teamwork skills

siswa.

Selanjutnya perbedaan antara DI

di bawah rata-rata dibandingkan dengan

KGI di bawah rata-rata dengan taraf

signifikansi 0.000. Artinya nilai hasil

belajar siswa pada DI yang memiliki TS

di bawah rata- rata berbeda dengan

siswa pada kelas KGI yang memiliki TS

di bawah rata-rata. Dengan demikian

terdapat pengaruh TS secara signifikan

pada model DI di bawah rata-rata

dengan KGI di bawah rata-rata. Hal ini

diakibatkan oleh penerapan model KGI

yang memang mendorong siswa terlibat

aktif dalam proses belajar mengajar

dibandingkan dengan model DI. Model

KGI menuntut kerja sama kelompok

yang maksimal dan melibatkan siswa

dalam setiap fase pembelajaran sehingga

kemampuan kerja sama tim sangat

dibutuhkan. Berbeda dengan DI yang

preses belajar mengajarnya terfokus

pada guru. Dengan demikian terdapat

perbedaan yang signifikan antara model

group investigasi dibandingkan model

direct intruction terhadap prestasi

akademik siswa (Ackay, 2012).

Selanjutnya DI di atas rata- rata

dengan KGI di bawah rata-rata.

Perbedaan antara DI di atas rata-rata

dibandingkan dengan KGI di bawah

rata-rata dengan taraf signifikansi

0.000. Artinya nilai hasil belajar siswa

pada DI yang memiliki TS di atas rata-

rata berbeda dengan siswa pada kelas

KGI yang memiliki TS di

Page 43: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

130

bawah rata-rata. Hal ini menjelaskan

terdapat pengaruh TS secara signifikan

pada model DI di atas rata-rata dengan

KGI di bawah rata- rata. Hal ini

diakibatkan oleh penerapan model KGI

yang memang mendorong siswa terlibat

aktif dalam proses belajar mengajar

dibandingkan dengan model DI. Model

KGI menuntut kerja sama kelompok

yang maksimal dan melibatkan siswa

dalam setiap fase pembelajaran

sehingga kemampuan kerja sama tim

sangat dibutuhkan. Berbeda dengan DI

yang preses belajar mengajarnya

terfokus pada guru. Dengan demikian

terdapat perbedaan yang signifikan

antara model group investigasi

dibandingkan model direct intruction

terhadap prestasi akademik siswa

(Ackay, 2012)

Selanjutnya DI di atas rata- rata

dengan KGI di atas rata-rata. Perbedaan

antara DI di atas rata-rata dibandingkan

dengan KGI di atas rata-rata dengan

taraf signifikansi

0.000. Artinya nilai hasil belajar siswa

pada DI yang memiliki TS di atas rata-

rata berbeda dengan siswa pada kelas

KGI yang memiliki TS di atas rata-rata.

Hal ini menjelaskan terdapat pengaruh

TS secara signifikan pada model DI di

atas rata-rata dengan KGI di atas rata-

rata. Hal ini diakibatkan oleh penerapan

model KGI yang memang mendorong

siswa terlibat aktif dalam proses

belajar mengajar dibandingkan

dengan model DI. Model KGI menuntut

kerja sama kelompok yang maksimal

dan melibatkan siswa dalam setiap fase

pembelajaran sehingga kemampuan

kerja sama tim sangat dibutuhkan.

Berbeda dengan DI yang preses belajar

mengajarnya terfokus pada guru.

Dengan demikian kemampuan

sosial seperti menghormati, mematuhi

peraturan, penyelesaian tugas, dan

toleransi menggunakan model

pembelajaran kooperatif lebih baik dari

pada model tradisional (Tavakoli, 2014)

Berdasarkan penjelasan di atas

rekomendasi peneliti yang disandarkan

pada hasil penelitian. Untuk siswa yang

memiliki teamwork skills di atas rata-

rata sangat cocok diajarkan dengan

model KGI. Sedangkan siswa yang

memiliki teamwork skills di bawah rata-

rata sebaiknya diajarkan dengan model

KGI karena hasil belajarnya masih lebih

tinggi di bandingkan model DI. Pada

penerapan model DI tidak perlu

memerhatikan teamwork skills siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data

dan pembahasan hasil penelitian yang

dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar

siswa melalui model kooperatif tipe

group investigation dengan direct

interuction dalam pembelajaran

fisika. Nilai rata- rata hasil belajar

fisika pada model kooperatif tipe

group investigation lebih tinggi

dibandingkan model direct

interuction. Dengan

perbandingan 70.25 dan 40.09.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar

siswa antara kelompok siswa yang

memiliki teamwork skills diatas rata-

rata dengan kelompok siswa yang

memiliki teamwork skills dibawah

rata-rata. Hasil belajar fisika pada

kelompok siswa yang memiliki

tingkat teamwork skills di atas rata-

rata lebih tinggi dibandingkan

kelompok siswa yang memiliki

tingkat teamwork skills di bawah

rata-rata. Dengan perbandingan

61.53 dan 47.00.

3. Terdapat interaksi antara model

pembelajaran dengan teamwork skills

dalam mempengaruhi hasil belajar

fisika siswa. Model

SARAN

Berdasarkan simpulan yang

telah dikemukakan diatas, sesuai

Page 44: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

131

dengan hasil penelitian yang diperoleh,

maka peneliti memberikan saran :

1. Memilih sampel yang sudah terbiasa

belajar dengan menggunakan

kelompok.

2. Memilih sampel yang memiliki

kemampuan awal tinggi.

3. Buatlah video kegiatan siswa setiap

kelompok saat melakukan investigasi

untuk dicek kembali dengan memutar

video tersebut secara berulang-ulang

sebagai pertimbangan observasi

penilian teamwork skills.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., Krathwohl, D. R.

(2001). Taxonomy for learning,

teaching and assessing: A

revision of Bloom's taxonomy of

educational objectives. New

York, NY: Longman.

pembelajaran kooperatif

tipe group

investigation dapat diterapkan

pada kelompok siswa yang

memiliki teamwork skills di atas

rata-rata maupun kelompok

siswa yang memiliki teamwork

(Terjemahan: Prihantoro. A) (2010).

Kerangkan Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan

Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar

skills di bawah rata-rata. Sedangkan

pada model direct interuction tidak

perlu memerhatikan teamwork skills.

Akcay, N. O., Doymus, K. (2012). The Effects of Group

Arends, R. (2007). Learning to teach.

Penerjemah: Soetjipto, H.P dan

Soetjipto, S.M. Belajar untuk

Mengajar. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar.

Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan, Bandung :

PT. Remaja Rosda Karya.

Astuti, R. Sunarno, W., Sudirman, S.

(2012). Pembelajaran IPA dengan

Pendekatan Keterampilan

Proses Sains Menggunakan

Metode

Eksperimen Bebas

Termodifikasi dan Eksperimen

Terbimbing Ditinjau dari Sikap

Ilmiah dan Motivasi belajar

Siswa. Jurnal pasca UNS. 1(1):51-

59.

Bloom. B. S. (1985). Taxonomy of

education objective. Semarang:

Semarang Press

Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied

in Teaching Force and Motion

Subjects on Students’ Academic

Achievements. Jurnal. Educational

Sciences research, Vol 2, No 1

(1956). Taxonomy of

educational objectives:

Handbook 1: Cognitive Domain.

New York: David McKay Co.

Inc.

Dalyono, M. 2005. Psikologi

Pendididkan. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta

Page 45: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

132

Devi, P. K. (2013). Keterampilan

Proses dalam Pembelajaran IPA.

Jakarta: Pusat Pengembangan

dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan Ilmu

Pengetahuan Alam

Dimyati, Mudjiono, (2006). Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.

Garcia, A. C. (2013). Helping

Undergraduate Students Learn

from Each Other: A Pedagogical

Process for in- Class

Collaborative Research Projects.

Jurnal. Journal of Education and

Practice. Vol.4, No.2, 2013

Gonzales, P., Leslie, J., Stephen, R.,

David, K., & Summer, B. (2011).

Highlight from TIMSS 2011:

Mathematics and science

achievement of u.s. fourthand

eighth-grade students in an

international context. Institute of

Education Science.

Hamalik, (2006). Proses Belajar

Mengajar, Bandung: Bumi

Aksara

Haris, A., Jihad, A. (2012). Evaluasi

Pembelajaran, Multi Presindo,

Yogyakarta.

Hughes, R. L., Jones, S. K. (2011).

Developing and Assessing College

Student Teamwork Skills. Wiley

Periodicals, Inc.Published online

in Wiley Online Library

(wileyonlinelibrary.com)

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2009).

Model’s of Teaching (Model–

Model Pengajaran), Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Kadavakollu, T. (2013). Team Work as

a Path to Employability – A Case

Study. Jurnal. Journal of

Education and Practice. Vol.4,

No.5, 2013

Kiboss, J. K., Tanui, E. K. (2013).

Effectiveness of e–Learning

Investigation Model on Students’

Understanding of Classification of

Organisms in School Biology.

Journal of Education and Practice.

Vol.4, No.7.

Maxwell, J. C. (2002). 17 Hukum

Kerjasama Tim yang Efektif.

Batam: Penerbit Interaksa.

Mitchell, M, G., Monthgomery H.,

Holder M. (2008). Group

Investigation as a Cooperative

Learning Strategy: An Integrated

Analysis of the Literature. Jurnal.

The Alberta Journal of

Educational Research Vol. 54,

No. 4.

Page 46: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

133

Pitoyo, A., Waluyo, H., Suwandi, S.

(2014). The Effect of Group

Investigation Learning Model,

Accelerated Learning Team and

Role Playing on Elementary

School Students’ Writing Skills

Viewed from Cognitive Style.

Journal of Education and Practice.

Vol.5, No.1, 2014.

Purwadi, Suwandi, S., Slamet. (2013).

The Effect of the Contextual, the

Problem-Based, and the Group

Investigation Learning Models on

the Short Story Appreciation

Ability Viewed from the Verbal

Linguistic Intelligences. Jurnal.

Education and Practice, Vol 4,

No. 12

Reiss, F. (2000). History of Physics in

Science Teacher Training in

Oldenburg. Science & Education,

9, 399-402

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung:

Alpabeta

Sani, R. A. (2013). Inovasi

Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara (2012). Pengembangan

Laboratorium Fisika. Medan:

Unimed Press

Sanjaya, W. (2008). Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan.

Kencana Prenada Media Group.

Jakarta

Santoso, S. (2005). Masalah Statistik

dengan SPSS. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo

Slavin, R.E. (1995). Co-operative

Learning: Theory, Research, and

Practice. (2nd edition), Boston:

Allyn and Bacon.

curriculum/graduate-attributes (diakses

30 Januari 2014)

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil

Proses Belajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Sudjana. (2005). Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito

Sudjiono, A. (2011). Pengantar

Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo

Pustaka, Jakarta.

Tavakoli, Y., Soltani, A., (2014). The

effect of cooperative learning on

students' social skills in the

experimental science course.

Journal of Education and Practice.

ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN

2222-288X

(Online).Vol.5, No.7.

West, J. (2002). Team Work. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Page 47: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

134

Winataputra, Udin, Tita, R. (1996).

Belajar Dan Pembelajaran.

Jakarta: Depdikbud

Yinger, N. (2012). Teamwork skills.

http://photos.state.gov/libraries

/vietnam/8621/ppts/softskills07

0612teamwork_skills.pdf (diakses

pada tanggal 30 Januari 2014)

(2008). Cooperative Learning.

Teori, Riset dan praktek.

Bandung: Nusa Media.

Smith, C. (2011). Teamwork Skills

Toolkit. Grifith University.

http://www.griffith.edu.au/gihe

/teaching-learning-

Page 48: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA

Tujuan Penulisan

Penerbitan Jurnal Ilmiah Keperawatan ditujukan untuk menginformasikan hasil-

hasil penelitian dalam bidang kesehatan.

Jenis Naskah

Naskah yang diajukan untuk diterbitkan dapat berupa: penelitian, tinjauan kasus,

dan tinjauan pustaka. Naskah merupakan karya ilmiah asli dalam lima tahun terakhir

dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Ditulis dalam bentuk baku (MS Word)

dan gaya bahasa ilmiah , tidak kurang dari 20 halaman, tulisan times new roman ukuran

12 font, ketikan 1 spasi dan ukuran kertas A4. Naskah yang telah diterbitkan menjadi

hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa

persetujuan redaksi. Pernyataan dalam naskah sepenuhnya menjadi tanggung jawab

penulis.

Format Naskah

Naskah diserahkan dalam bentuk compact disk (CD) dan print-out 2 eksemplar.

Naskah disusun sesuai format baku terdiri dari: judul naskah, nama penulis, abstrak,

latar belakang, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka.

Judul Naskah

Judul ditulis secara jelas dan singkat dalam bahasa Indonesia yang

menggambarkan isi pokok/variabel, maksimum 20 kata.

Nama Penulis

Meliputi nama lengkap penulis utama tanpa gelar dan anggota (jika ada), disertai

nama institusi/instansi, alamat institusi/instansi, kode pos, PO Box, e-mail penulis, dan

no telp.

Abstrak

Ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dibatasi 200-300 kata dalam

satu paragraph, bersifat utuh dan mandiri, tidak boleh ada referensi. Abstrak terdiri

dari:latar belakang, tujuan , metode, hasil analisa statistik, dan kesimpulan, disertai kata

kunci/keywords.

Latar Belakang

Berisi informasi secara sistematis/urut tentang:masalah penelitian, skala

masalah, kronologis masalah, dan konsep solusi yang disajikan secara ringkas dan jelas.

Metode Penelitian

Berisi tentang: jenis penelitian, desain, teknik sampling dan jumlah sampel,

karakteristik responden, waktu, tempat penelitian, instrument yang digunakan, serta uji

analisis statistik disajikan dengan jelas.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian hendaknya disajikan secara berkesinambungan dari mulai hasil

penelitian utama hingga hasil penelitian penunjang yang dilenkapi dengan pembahasan.

Page 49: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

Hasil dan pembahasan dapat dibuat dalam suatu bagian yang sama atau terpisah. Jika

ada penemuan baru, hendaknya tegas dikemukakan dalam pembahasan. Nama

tabel/diagram/gambar/skema, isi beserta keterangannya ditulis dalam bahasa Indonesia

dan diberi nomor sesuai dengan urutan penyebutan teks. Satuan pengukuran yang

digunakan dalam naskah hendaknya mengikuti sistem internasional yang berlaku.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan hasil penelitian dikemukakan secara jelas. Saran dicantumkan

setelah kesimpulan yang disajikan secara teoritis dan secara praktis yang dapat

dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.

Daftar Pustaka

Sumber pustaka yang dikutip meliputi: jurnal ilmiah, tesis, disertasi, dan sumber

pustaka lain yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Sumber pustaka disusun

berdasarkan alfabetis, secara berurutan yaitu: nama, marga, tahun penerbitan pustaka,

judul pustaka, edisi (jika ada), kota penerbit, dan nama penerbit, jumlah acuan minimal

10 pustaka.

Page 50: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN

KEPADA :

Selaku Penelaah (Mitra Bestari) dari Jurnal Ilmiah

Binalita Sudama Medan

Page 51: JURNAL ILMIAH BINALITA SUDAMA MEDAN

JURNAL ILMIAH

BINALITA SUDAMA MEDAN