jurusan ilmu ekonomi fakultas ekonomi dan bisnis...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA DALAM RANGKA
PENINGKATAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(Studi : Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra)
Oleh :
WA ODE MIRANA
STB : B1A1 12 114
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR – BENAR
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN. APABILA DIKEMUDIAN HARI TELAH TERBUKTI
ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL
JIBLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI
PERATURAN YANG BERLALU.
KENDARI, JANUARI 2017
WA ODE MIRANA B1A1 12 114
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis Panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Strategi
Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Dam Sosial
Masyarakat Di kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara (studi kasus :
Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra)” dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesemprnaan, sehingga dengan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan
memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi
ini.
Penyusun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ( S-I ) pada Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Halu Oleo.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna sebagai panduan dalam melakukan
penelitian.
Kendari, Desember 2017
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya
sehingga skripsi dengan judul “Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka
Peningkatan Ekonomi Dam Sosial Masyarakat Di kabupaten Konawe Propinsi
Sulawesi Tenggara (studi kasus : Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra)”
dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT semata.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis
menyampaikan rasa hormat dan ungkapan terimah kasih.
Rasa terima kasih dengan penuh cinta dan sayang, penulis curahkan kepada
kedua orang tua tercinta Ayahanda La ode Wou dan Ibunda Wa Oda yang
senantiasa bersabar mengasuh, mendidik, memberi semangat dan selalu mendoakan
penulis agar selalu menjadi yang terbaik sehingga tak henti- hentinya dengan ikhlas
mengorbankan materi dan tenaga dalam memberikan kesempatan kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan studi dan tak lupa pula penulis ucapkan banyak
terimah kasih kepada Kakak kandung saya La Ode Dina dan La Ode Muhidin,
serta adik-adik saya Wa ode Nilangga dan Wa ode Sitti Suwarni, Om dan Tante
yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Studi.
vii
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan arahan dari Bapak Prof. Dr. La Ode Muh. Harafah, SE., M.SI.
Selaku pembimbing 1 dan Ibu Dr. Irmawatty P. Tamburaka, SE., MP. Selaku
pembing II. Penulis mengucapkan banyak terima Kasih atas kesediaanya
membimbing, mengarahkan serta memotivasi penulis.
Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada :
1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse,
M.Si.,
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo, Ibu Dr. Hja. Rostin,
SE., M.Si.,
3. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu
Oleo, Bapak Dr. La Ode Suriadi, SE., M.Si.,
4. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, fasilitas dan memudahkan dalam pengurusan
administrasi selama masa perkuliahan.
5. Kepada perpustakaan Universitas Halu Oleo dan Fakultas Ilmu Ekonomi dan
Bisnis yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi.
6. Saudara-saudara se-angkatan di Ekonomi Pembangunan 2012 : Wa ode
Fatmawati SE, Rahmawati Najamuddin SE, James Masora SE, Neneng Cahyani
SE, Anisa Saviera SE, Ni Ketut Lidyanti SE, Erna, Wa Ode Fatwati Manempa,
Desri Halisa, La Pemilu, Sriminda Sari, Indri, Mutmainah, Anggun Dwi Ningsih,
viii
Sugriono, Reski, Muh. Eki Prasetyo, Rosmania Oktavina, Valen Varansina,
Rahmat, Naiim, Irma Sangka, Astoni Ilmu, Agustina Purnama, Andi Ilsa Sulastri,
Riska dan semua sahabat IESP yang telah menjadi saudara, sahabat terbaik,
selalu ada disaat susah dan senang, serta telah banyak membantu penulis selama
menjalani studi.
7. Pimpinan TPL Bintang Samudra beserta karyawan yang tidak bisa saya sebutkan
namanya satu persatu telah membantu memberikan informasi dan data - data
dalam penelitian ini.
8. Sahabat – sahabat saya di Lambelu Diving Club Kendari , LSM Bintang
Samudra kendari, serta di Copi Center Kendari dan juga komunitas lain yang
tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu telah membantu memberikan
semangat dan motivasi dalam penelitian ini.
Akhir kata penulis ucapkan semoga Allah SWT membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu penulis dengan pahala yang setimpal dan semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Aamiin.
ABSTRAK
WA ODE MIRANA (B1A112114), Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka
Peningkatan Ekonomi dan Sosial Masyarakat di Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara (Studi: Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra).Skripsi SI
Jurusan Ekonomi, Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo. Dibimbing
oleh : H. La Ode Muh. Harafah, (1) dan Irmawatty P. Tamburaka.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui strategi pengelolaan wisata
bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra. 2) Mengetahui dampak pengelolaan
wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra terhadap kondisi ekonomi
masyarakat Kabupaten Konawe. Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Konawe
Propinsi Sulawesi Tenggara dengan melihat strategi pengelolaan pariwisata dalam
rangka peningkatan ekonomi dan sosial masyarakat. Adapun jenis penelitian ini
adalah deskriptif. Sampel penelitian ini sebanyak 41 kepala keluarga yang dipilih
dengan cara purposive sampling. Jenis dan sumber data terdiri dari data primer dan
data sekunder. Analisis data menggunakan analisis SWOT dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Strategi yang dapat digunakan
dalam pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra adalah pertumbuhan agresif (SO)
yaitu menggunakan kekuatan berupa: Potensi daya tarik wisata berupa keindahan
alam (pantai, bukit dan hutan/kebun), terdapat disekitar obyek wisata Bintang
Samudra yaitu 421 jiwa atau 70 kepala keluarga, hanya sebagian kecil penduduk yang
mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Bintang Samudra. Melalui
kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa: Masyarakat setempat
memahami kebutuhan wisatawan dan menyadari pentingnya kehadiran wisatawan
serta mengetahui lapangan usaha dan lapangan kerja tercipta dari kedatangan
wisatawan, masyarakat mampu mengambil peluang untuk berusaha dan mengisi
lapangan di bidang pariwisata, sarana dan prasarana untuk kebutuhan wisatawan
memadai, wisatawan dapat menikmati berbagai macam kegiatan wisata sebagai
kebutuhannya, promosi desa wisata oleh masyarakat Lalano. 2) Adanya pengelolaan
obyek wisata Bintang Samudra memberikan dampak positif bagi perbaikan kondisi
ekonomi (pendapatan, konsumsi, tabungan) dan sosial masyarakat di Desa Lalano
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe (perolehan mata pencaharian sampingan,
perbaikan kondisi perumahan dan kesehatan).
Kata Kunci : Strategi Pengelolaan Pariwisata, Ekonomi Dan Sosial Masyarakat.
ii
ABSTRACT
WA ODE Mirana (B1A1 12 114), Tourism Management Strategies in the Context
of the Economic and Social Improvement Society in Konawe Sulawesi Tenggara
(Study: Ocean Star Seafood Wildlife Education). Scription Departement in
Economic, Faculty of Economic and Business University Halu Oleo Guided by :
H. La Ode Muh. Harafah, (1) and Irmawatty P. Tamburaka.
This study aims to: 1) Determine the marine tourism management strategies
Education Park Ocean Star Seafood. 2) Examine the impact of the management of
marine tourism Ocean Star Seafood Wildlife Education to economic conditions
Konawe. Research will be conducted in Konawe Southeast Sulawesi province to see
tourism management strategies in order to improve the economic and social
community. The type of research is descriptive. The study sample as many as 41
heads of families chosen by purposive sampling. The types and sources of data
consist of primary data and secondary data. Data analysis using SWOT analysis and
descriptive analysis.
The study concluded that: 1) strategies that can be used in the management of a
tourist attraction Star of the Sea is the aggressive growth (SO) that uses the power of
the form: The potential tourist attraction in the form of natural beauty (beaches, hills
and woods / garden), there are around the sights Stars Samudra is 421 people or 70
head of the family, only a minority of the population who benefit from the presence
of a tourist attraction at Star of the Sea. Through the forces can take advantage of
opportunities such as: Local people understand the needs of travelers and realize the
importance of the presence of tourists and to know the field of business and
employment opportunities created by the arrival of tourists, people were able to take
the opportunity to try and fill the field in tourism, infrastructure and facilities to
travelers' needs adequately , tourists can enjoy a wide range of tourist activities as
needs, promotion of rural tourism by the community Lalano. 2) The management of
Star of the Sea tourism had a positive effect for the improvement of economic
conditions (income, consumption, savings) and social community in the village of the
District Lalano Soropia Konawe (acquisition livelihood sideline, improving housing
conditions and health).
Keywords: Tourism Management Strategies, Economic and Social community
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritik ......................................................................... 7
2.1.1. Konsep Strategi ............................................................... 7
2.1.2. Strategi Pengelolaan Pariwisata ...................................... 8
2.1.3. Konsep Pariwisata ............................................................ 12
2.1.4. Jenis-Jenis Pariwisata ...................................................... 15
2.1.5. Faktor Pendorong Dan Penarik ........................................ 16
2.1.6. Implikasi Pengelolaan Pariwisata Terhadap Peningkatan
Ekonomi Dan Sosial Masyarakat ..................................... 18
2.2. Kajian Empirik ............................................................................. 28
2.3. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 32
xii
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 35
3.2. Rancangan Penelitian .................................................................. 35
3.3. Populasi Dan Sampel .................................................................. 35
3.4. Jenis Dan Sumber Data ................................................................ 36
3.5. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel .............................. 37
3.6. Analisis Data ............................................................................... 38
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ................................... 39
4.2. Hasil Penelitian ............................................................................ 40
4.2.1. Strategi Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra............................................................................ 51
4.2.2. Dampak Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan
Laut Bintang Samudra...................................................... 51
4.3. Pembahasan................................................................................... 65
4.3.1. Strategi Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra.............................................................................. 65
4.3.2. Dampak Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan
Laut Bintang Samudra ...................................................... 67
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 70
5.2. Saran ............................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Jumlah Pengunjung Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra Tahun 2011 s/d
2015 ................................................................................................................... 3
4.1. Internal Strategy Factors Analysis Summary (IFAS) ........................................... 41 4.2. Eksternal Strategy Factors Analysis Summary (IFAS) ......................................... 44 4.3. Matriks Space Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra ............................................................................................................. 45 4.4. Matrik SWOT Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra ............................................................................................................ 48 4.5. Pendapatan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya
Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra .............. 50 4.6. Tingkat Konsumsi Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya
Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra .............. 52 4.7. Tabungan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya
Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra .............. 53 4.8. Mata Pencaharian Sampingan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan
Setelah Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra 4.9. Mata Pencaharian Utama Responden di Desa Lalano, Sebelum Adanya
Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ..................................... 56 4.10. Status Tempat Tinggal Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah
Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ......................... 57 4.11. Cara Berobat Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya
Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ..................................... 58 4.12. Sumber Air Minum Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya
Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ..................................... 60 4.13. Pemilikan Jamban Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya
Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ..................................... 61 4.14. Rekapitulasi Keadaan Ekonomi dan Sosial Masyarakat di Desa Lalano Sebelum
dan Setelah Pengelolaan Obyek Wisata Bintang Samudra ................................ 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Pikir Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka Peningkatan
Ekonomi dan Sosial Masyarakat Di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara (Studi Kasus: Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra) ........................ 34
4.1. Diagram Hasil Analisis SWOT Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan
Laut Bintang Samudra .......................................................................................... 47
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner (untuk masyarakat di sekitar Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra).
2. Pedoman Wawancara (Direktur Taman pendidikan laut Bintang Samudra).
3. Kondisi Penelitian Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk menjadikan sub sektor pariwisata
sebagai andalan dalam mendukung perekonomian nasional makin ditegaskan posisi
dan perannya bahkan menjadi penggerak utama perekonomian bangsa. Dalam rangka
mengemban dan menjalankan misi pembangunan nasional tersebut, maka
pengembangan sub sektor pariwisata makin dikembangkan lagi perannya secara lebih
luas sampai kepada ekonomi wilayah pedesaan. Sektor pariwisata bukanlah sektor
yang berdiri sendiri, tetapi merupakan industri multi sektor. Karena itu dampak
ekonomi yang ditimbulkan pariwisata juga berdimensi multi sektor. Dampak ekonomi
tersebut dapat berupa pertumbuhan industri/usaha yang terkait dengan pariwisata,
peningkatan pendapatan penduduk, konsumsi dan tabungan. Dalam rangka
menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor pendorong pembangunan ekonomi, maka
diperlukan suatu strategi dalam pengelolaannya.
Strategi pengelolaan pariwisata Indonesia telah tercermin dalam strategi yang
dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni:
(1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan berusaha
dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang pariwisata;
(2) mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga
memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan daerah, serta
terpeliharanya mutu lingkungan hidup; (3) meningkatkan kepuasan wisatawan dan
2
memperluas pangsa pasar; dan (4) menciptakan iklim yang kondusif bagi
pembangunan pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif dan transparan
untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat dalam institusi yang
merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan/accountable (Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, 2013).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengelolaan obyek wisata merupakan
salah satu bentuk pembangunan yang dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi
penduduk, sehingga perekonomian daerah dapat ditingkatkan. Hal tersebut telah
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Konawe dengan mengelola beberapa obyek
wisata yang memiliki potensi dan daya tarik wisata. Salah satu obyek wisata
dimaksud adalah Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra yang terletak di
Kabupaten Konawe.
Potensi obyek dan daya tarik wisata pada Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra yang menonjol adalah potensi alam pantai dan karakteristik fisik wilayah
dengan kondisi pantai yang bersih dan jernih serta cukup teduh untuk tempat
peristirahatan serta pengembangan kegiatan/atraksi wisata pantai dan perairan
sehingga sangat menarik baik bagi wisatawan untuk berkunjung dan menikmati
suasana alam yang cukup indah. Dalam upaya meningkatkan daya tarik Taman
Pendidikan Laut Bintang Samudra, pada tahun 2005 telah dilakukan pengembangan
oleh pemerintah Kabupaten Konawe, selanjutnya pada tahun 2007 oleh pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan pengembangan secara besar-besaran dengan
membangun berbagai fasilitas pelayanan di kawasan obyek wisata. Investasi dalam
pengembangan obyek wisata tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang
3
optimal baik bagi pengelola, pemerintah maupun masyarakat khususnya yang
berdiam di sekitar Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra.
Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra hingga kini terus dilakukan
pemeliharaan berbagai fasilitas obyek wisata. Investasi yang dilakukan dalam
pengembangan obyek wisata tersebut tentunya bertujuan untuk memberikan
pelayanan yang memadai dan meningkatkan daya tarik obyek wisata, sehingga dapat
menarik lebih banyak wisatawan. Dilihat dari aktivitas sehari-hari, masyarakat di
sekita Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra sebagian besar terdiri dari nelayan
dan petani dengan keadaan ekonomi yang relatif rendah dengan pekerjaan sampingan
sebagai pelayan jasa kepariwisataan bagi pengunjung obyek wisata.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, jumlah pengunjung yang datang di
Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra terlihat ramai pada hari libur. Hal ini
disebabkan karena kondisi obyek wisata tersebut telah dikembangkan sekalipun
belum sesuai yang diharapkan. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:
Tabel 1.1. Jumlah Pengunjung Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra Tahun
2011 s/d 2015
Tahun Jumlah Pengunjug
(Jiwa)
Persentase
Perkembangan
(%)
2011
2012
2013
2014
2015
480
576
720
816
768
-
20,00
25,00
13,33
-5,88
Sumber: Tamana Pendidikan Laut Bintang Samudra
4
Tabel 1.1 menunjukkan jumlah pengunjung Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra pada tahun 2011 sebanyak 480 jiwa dan pada tahun 2012 meningkat
menjadi 576 jiwa (20,00%). Pada tahun 2013 sebanyak 720 jiwa atau meningkat
(25,00%). Pada tahun 2014 jumlah pengunjung sebanyak 816 jiwa atau meningkat
(13,33%). Sedangkan tahun 2015 jumlah pengunjung mencapai 768 jiwa atau terjadi
penurunan (5,88%). Dengan demikian bila diperhitungkan secara keseluruhan sejak
tahun 2011-2015 maka, jumlah pengunjung Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra mengalami peningkatan pertahun rata-rata (13,11%).
Peningkatan pengunjung yang terjadi sejak tahun 2011-2015 relatif masih
sangat rendah, sehingga dibutuhkan upaya peningkatan pengunjung yang lebih besar
dengan melakukan pengelolaan obyek wisata. Dengan dilakukannya pengelolaan
obyek wisata tentunya diharapkan ekonomi masyarakat setempat semakin meningkat.
Berkaitan dengan pengelolaan obyek wisata membutuhkan strategi pengelolaan,
antara lain yang harus diidentifikasi adalah faktor-faktor yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Tujuan dilakukannya pengelolaan
obyek wisata pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan (perbaikan
ekonomi) segenap anggota masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar obyek wisata.
Keberadaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra telah memberikan
kontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja, baik yang terserap secara langsung
sebagai karyawan dalam usaha pariwisata maupun aktivitas ekonomi lainnya oleh
masyarakat sekitar obyek wisata sehingga memperbaiki perekonomian masyarakat.
Pada survey awal diketahui bahwa keberadaan Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra memiliki keterkaitan dengan aktivitas ekonomi masyarakat. Dengan adanya
5
pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra dapat menambah lapangan
kerja yang diharapkan dapat memberikan sumber penghidupan yang layak bagi
masyarakat. Namun demikian, hingga kini belum teridentifikasi secara jelas tentang
penyerapan tenaga kerja dan jenis kegiatan yang terkait dengan Taman Pendidikan
Laut Bintang Samudra. Sehingga belum dapat memberikan gambaran apakah strategi
pengelolaan pariwisata berimplikasi positif terhadap kondisi ekonomi masyarakat di
Kabupaten Konawe atau tidak.
Berdasarkan latar belakang, perlu dilakukan penelitian dengan judul: Strategi
Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Di
Kabupaten Konawe (Studi Pada Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana strategi pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra.
2. Bagaimana dampak pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra terhadap kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui strategi pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra.
6
2. Mengetahui dampak pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra terhadap kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Konawe.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari aspek
pengembangan ilmu maupun secara praktis.
1. Manfaat Pengembangan Ilmu
a. Dapat memberikan sumbangan teoritik tentang ekonomi pariwisata dalam
kaitannya dengan peningkatan ekonomi masyarakat.
b. Dapat memberikan informasi ilmiah sebagai referensi bagi penelitian yang
relevan dengan hasil penelitian ini.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai masukan bagi
pemerintah Kabupaten Konawe dalam menentukan strategi pengelolaan Taman
Pendidikan Laut Bintang Samudra guna meningkatkan kondisi ekonomi
masyarakat.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi sesuai tujuan penelitian sebagai berikut:
(1) Strategi pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra dibatasi pada
exiting pengelolaan obyek wisata (SWOT). (2) Dampak pengelolaan Taman
Pendidikan Laut Bintang Samudra terhadap kondisi ekonomi dan sosial masyarakat
yaitu lapangan kerja dan pendapatan di Kabupaten Konawe.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritik
2.1.1. Konsep Strategi
Menurut Webter’s New World Dictionary sebagaimana dikutip oleh Suyanto
(2010), definisi strategi ádalah ilmu perencanaan dan penentuan arah operasi-operasi
militer berskala besar. Strategi adalah bagaimana menggerakkan pasukan ke posisi
paling menguntungkan sebelum pertempuran aktual dengan musuh. Sedangkan Jack
Trout dalam bukunya Trout On Stategy, inti dari strategi adalah bertahan hidup,
persepsi, menjadi berbeda, persaingan, spesialisasi, kesederhanaan, kepemimpinan
dan realitas. Menggunakan strategi yang baik adalah bagaimana bertahan hidup
dalam dunia kompetitif.
Konsep strategi ini secara historis memang berasal dari militer, seperti yang
diungkapkan oleh Von Neumon dan Morgenstren (1953) dalam tulisannya Theory of
Games yang mengandung teori dan konsep strategi. Dari sinilah konsep tersebut
kemudian diaplikasikan kedalam dunia bisnis dan dunia kehidupan lainnya seperti
politik. Thomas Schelling mengembangkan studi dengan judul The Strategy of
Conflict yang mengungkapkan berbagai unsur strategi yang umum ditemui dalam
berbagai aspek kehidupan dalam situasi kompetitif. Unsur-unsur umum ini adalah
prinsip-prinsip dalam bargaining, threats, mutual distrusts, dan balance antara
kerjasama dan conflict. Dalam perkembangan selanjutnya terutama dalam era
globalisasi strategi merupakan management instrument yang ampuh dan tidak dapat
7
8
dihindari, tidak hanya untuk survival dan memenangkan persaingan tapi juga untuk
tumbuh dan berkembang (Portal Wirausaha Indonesia, 2013).
Menetapkan strategi yang tepat dicari melalui dua tahapan yaitu:
1) Mengembangkan strategi pemilihan produk, yang dalam hal ini akan menetapkan
apa yang akan dilakukan terhadap berbagai produk yang telah ada;
2) Mengembangkan strategi perluasan pasar dan produk, yang dalam hal ini akan
memutuskan produk baru apa dan fokus pasar mana yang perlu digarap di masa
mendatang (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2013:16). Berdasarkan uraian
tersebut, tampak dengan jelas bahwa masalah pendanaan merupakan masalah yang
sering menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata.
2.1.2. Strategi Pengelolaan Pariwisata
Dewasa ini pariwisata sudah dianggap sebagai suatu komoditi atau produk
yang diperdagangkan di seluruh dunia dan oleh karena itu sektor pariwisata
merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki posisi strategis dalam
mendorong laju pembangunan suatu negara ataupun daerah. Winardi (2011:390)
mengemukakan bahwa produksi adalah proses untuk memperbesar kapasitas benda-
benda, memenuhi kebutuhan manusia, atau untuk menyelenggarakan jasa-jasa yang
dapat memenuhi keinginan manusia. Dalam pengembangan produk diperlukan
keputusan produk. Rewoldt, Scott dan Warshaw (2011:89) mengemukakan bahwa:
“Keputusan produk menyangkut perubahan produk atau bidang produk (atau
jasa-jasa) suatu perusahaan. Untuk ini, istilah produk dianggap meliputi semua
yang diterima konsumen pada waktu melakukan suatu pembelian. Produk itu
tidak hanya merupakan kesatuan fisik, tetapi juga suatu kompleks dari sifat-
sifat yang nyata dan tidak nyata, termasuk hal-hal seperti jaminan, pengepakan,
warna, disain, dan bahkan rangsangan psikis, di samping jasa-jasa. Kebijakan
9
produk meliputi penyesuaian kompleks berbagai variabel ini dengan kebutuhan
pasar di satu pihak, dan kemampuan perusahaan pada pihak lainnya, bersamaan
dengan kegiatan prosedur dan pengawasan yang mengikutinya”.
Berdasarkan uraian tersebut, produk tidak hanya kesatuan fisik yang nyata,
tetapi juga tidak nyata. Berkaitan dengan produk wisata, Suwantoro (2012:69)
mengemukakan bahwa :
“Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan suatu
rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis,
tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun produk wisata
itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Produk
wisata merupakan: a) jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa
angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya”.
Produk wisata memiliki ciri yang berbeda dengan produk pada umumnya,
oleh karena itu pengembangan produk wisata juga akan berbeda dengan
pengembangan produk pada umumnya. Tetapi yang jelas bahwa pengembangan
obyek wisata adalah untuk melakukan perubahan produk dalam rangka memenuhi
kepuasan konsumen (wisatawan) dalam melakukan aktivitas wisata. Perubahan yang
dimaksud di sini bersifat positif yaitu meningkatkan daya tarik wisata. Musanef
(2010:67) mengemukakan bahwa :
“Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang
terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan
sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan
wisatawan. Segala kegiatan dan pengembangan pariwisata mencakup segi-segi
yang amat luas dan menyangkut berbagai segi kehidupan dalam masyarakat,
mulai dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksi wisata, makanan dan
minuman, cinderamata, pelayanan, suasana kenyamanan dan lain-lain”.
Suwantoro (2012:91) mengemukakan bahwa :
“Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Daya
tarik obyek wisata merupakan salah satu faktor yang menarik wisatawan untuk
berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, sehingga pengembangan daya tarik
10
obyek wisata mutlak diperlukan dengan mengusahakan adanya pembangunan
daya tarik obyek wisata”.
Pengembangan obyek wisata menurut Suwantoro (2012:82) bahwa :
“Daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada: 1) Adanya sumber daya yang
dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih. 2) Adanya
aksebilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3) Adanya ciri
khusus/spesifikasi yang bersifat langka. 4) Adanya sarana/prasarana penunjang
untuk melayani para wisatawan yang hadir. 5) Obyek wisata alam mempunyai
daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir,
hutan, dan sebagainya. 6) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi
karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara
adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada
masa lampau”.
Suwantoro (2012:83) lebih lanjut mengemukakan bahwa pengembangan suatu
obyek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki
obyek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi
berbagai kelayakan, yaitu :
“(1) Kelayakan finansial, yaitu perhitungan secara komersial yang menyangkut
untung rugi, dan tenggang waktu pengembalian modal, (2) Kelayakan sosial
ekonomi regional, yaitu apakah investasi yang ditanamkan akan memiliki
dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan kerja,
dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan sektor
lain, serta dampak yang lebih luas, (3) Layak teknis, yaitu harus dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada,
(4) Layak lingkungan yaitu analisis dampak lingkungan menjadi acuan dalam
kegiatan pembangunan obyek wisata”.
Musanef (2010:185) mengemukakan kriteria lain sebagai syarat minimal yang
harus dipenuhi dalam pengembangan obyek wisata yaitu, kriteria umum dan kriteria
khusus. Adapun kriteria umum adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan pencapaian (aksesibilitas), yaitu suatu kondisi tentang mudah tidaknya
2. suatu obyek wisata dicapai oleh wisatawan dari tempat asalnya.
11
3. Potensi pasar (pengunjung), yaitu apakah terdapat potensi pasar dilihat dari aspek
jumlah dan kepadatan penduduk sekitar obyek wisata, jarak obyek dengan
pelabuhan udara, pelabuhan laut, stasiun keretra api, dan terminal umum, dan
selera pasar (demand).
4. Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan suatu obyek wisata pada dasarnya
bersifat timbal balik, artinya pengaruh lingkungan wisatawan terhadap lingkungan
obyek (lingkungan sosial budaya, lingkungan membudaya, yang hanya dapat
dilakukan melalui AMDAL. Pengaruh lingkungan terhadap wisatawan seperti
keamanan, kesehatan, keindahan, dan sebagainya.
5. Prasarana dasar, yaitu sarana jalan, ketersediaan listrik, air bersih, serta sarana pos
dan telekomunikasi.
6. Pengelolaan/pengusahaan, meliputi: organisasi pengelola, tingkat mutu pelayanan,
fasilitas bagi wisatawan dan pelaksanaan perawatan dari fasilitas yang ada.
7. Sarana wisata, yang meliputi sarana akomodasi dan jumlah kamar pada radius 75
km atau lebih, sarana restoran dan rumah makan.
8. Daya tarik pendukung, yaitu ada tidaknya atau jumlah obyek wisata lain dalam
radius 75 km atau lebih.
9. Kondisi iklim. Iklim yang baik akan lebih mengundang wisatawan dan kepuasan
wisatawan pada suatu obyek wisata budaya tertentu dan sebagai suatu gejala alam
di luar jangkauan manusia, yang meliputi: pengaruh iklim terhadap waktu
kunjungan, suhu udara pada musim kemarau, jumlah bulan kering per tahun,
jumlah bulan hujan per tahun.
12
Untuk kriteria khusus pengembangan didasarkan pada jenis obyek wisata,
yaitu: (1) Daya tarik obyek wisata peninggalan sejarah/purbakala harus memiliki
unsur-unsur, antara lain meliputi: keaslian, keunikan/langka/muskil, nilai
sejarah/arkeologi, keutuhan, variasi kegiatan/motivasi, keindahan kenyamanan,
kebersihan, dan luas kawasan obyek daya tarik wisata, (2) Daya tarik obyek wisata
alam bentuk pantai, harus memiliki unsur-unsur minimal antara lain meliputi:
keindahan, keselamatan laut, jenis pasir, variasi kegiatan, kebersihan air, kejernihan
air, lebar pantai dan kebersihan dan kenyamanan, (3) Daya tarik obyek wisata agro
bentuk perburuan, harus memiliki unsur-unsur minimal, antara lain: historis,
keindahan lokasi, cara-cara tradisional pola bertanam, pemeliharaan, pengelolaan,
memetik hasil (pada musim panen) dan proses lebih lanjut, tingkat teknik pengelolaan
yang ada, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya
pengembangan obyek wisata adalah melakukan inovasi pengembangan produk
wisata, sehingga obyek wisata sebagai suatu produk memiliki nilai tambah yang
tinggi baik dari aspek ekonomi, di mana dalam pengembangan tersebut dibutuhkan
investasi untuk membangun berbagai prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam
kegiatan kepariwisataan.
2.1.3. Konsep Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansakerta, yang terdiri dari dua suku
kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan
wisata berarti perjalanan atau bepergian. Dengan demikian secara harfiah pariwisata
13
berarti perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang atau berkali-kali. Menurut
Yoeti (2013:103) kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yang masing-masing kata
terdiri dari kata Pari dan Wisata. Kata pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-
putar, lengkap. Kata wisata berarti perjalanan, bepergian, yang mana kata tersebut
sesuai dengan kata travel dalam bahasa Inggris.
Pendit (2011:32) mengatakan bahwa pariwisata merupakan gejala zaman
sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan penggantian hawa,
penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada
khususnya disebabkan karena bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
masyarakat sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, perdagangan dan
sarana transportasi. Selanjutnya menurut Musanef (2010:11) bahwa pariwisata adalah
suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari
suatu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan tersebut, guna
bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi wisata di tempat lain untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam, yaitu: a) keseluruhan fenomena alam
maupun buatan manusia yang dimanfaatkan untuk kepentingan wisatawan; b)
kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama
melakukan aktivitas perjalanan. Dengan memperhatikan faktor-faktor: (1) perjalanan
itu dilakukan untuk sementara waktu; (2) perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat
ke tempat lain; (3) perjalanan itu walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan
dengan bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi-atraksi wisata; (4)
orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat/daerah
14
yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut, dengan
mendapat pelayanan.
Suwantoro (2012:3) mengemukakan bahwa istilah pariwisata berhubungan
erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat
tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan
untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan
memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang
berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan
keperluan usaha yang lainnya.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pada
hakikatnya pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lain untuk sementara waktu dengan
tujuan utama untuk bertamasya dan rekreasi atau untuk mengetahui sesuatu, dan
bukan untuk mencari nafkah.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2013:89) mengemukakan bahwa
wisata adalah kegiatan perjalanan dan sebagian dari kegiatan tersebut yang yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata. Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
15
2.1.4. Jenis-Jensi Pariwisata
Yoeti (2013:111) menjelaskan bahwa jenis-jenis pariwisata sebagai berikut:
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan
Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat
tinggal untuk berlibur, untuk memenuhi kehendak keingintahuannya mengenai
sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, ingin mengetahui hikayat rakyat
setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota atau
sebaliknya ingin menikmati liburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta
dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.
2. Pariwisata untuk rekreasi
Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki
pemanfaatan hari liburnya untuk istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran
jasmani dan rohani, dan lain-lain. Biasanya mereka tinggal selama mungkin di
tempat-tempat yang dianggap benar-benar menjamin tujuan rekreasi.
3. Pariwisata untuk kebudayaan
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar
di pusat-pusat pengajaran riset, untuk mempelajari adat istiadat kelembagaan cara
hidup rakyat negara lain, monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu
atau sebaliknya penemuan-penemuan besar masa kini, pusat kesenian,
keagamaan dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk berolahraga yaitu pariwisata bagi mereka yang ingin berlatih
dan mempraktekkan sendiri, seperti: mendaki gunung, memancing, berenang,
dan lain-lain.
16
5. Pariwisata untuk usaha bisnis tujuan maupun pilihan waktu perjalanan tetapi juga
mencakup semua kunjungan kepameran, kunjungan ke instansi teknis dan lain-
lain. Jenis ini dalam bentuk perjalanan profesional karena ada kaitannya dengan
perjalanan atau jabatan yang tidak memberikan pelakunya baik pilihan daerah.
6. Pariwisata untuk berkonferensi.
Jenis ini misalnya dalam mengikuti konferensi internasional pada berbagai
badan-badan atau organisasi internasional yang dihadiri oleh ribuan orang dan
biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.
2.1.5. Faktor Pendorong dan Penarik
Menurut Richardson (2010:67) untuk melakukan perjalanan wisata, seseorang
dipengaruhi kuat oleh faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor-faktor
penarik (pull factors). Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan
faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan dalam mengambil
keputusan untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat sosial-
psikologis atau merupakan person specific motivation, sedangkan faktor penarik
merupakan destination specific atributes.
a. Faktor Pendorong
Menurut Dann dalam Ross (2013) faktor pendorong utama seseorang
dalam melakukan perjalanan wisata adalah untuk melepaskan diri dari tekanan
psikis dalam kehidupan sehari-hari di negara industri, yang dijelaskan sebagai
berikut:
17
Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan
perjalanan wisata, tetapi belum jelas daerah mana yang akan dituju. Dengan
demikian berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata (DTW)
akan menyebabkan orang tersebut memilih DTW tertentu untuk memenuhi need
and wants-nya. Sejalan dengan hal dimaksud, Jackson (2009) juga telah
mengidentifikasi berbagai faktor pendorong. Menurutnya ada 8 faktor pendorong
yang dapat diidentifikasi, yaitu: (1) ego enhancement, (2) itual inversion, (3)
pilgrimage, (4) religion, (5) health, (6) education, (7) perceived authenticity, dan
(8) conventions /conferences.
Menurut Ryan (2011), dari kajian literaturnya menemukan berbagai faktor
pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti:
(1) Escape, (2) Relaxation, (3) Play, (4) Strengthening family bonds, (5) Prestige,
(6) Social interaction, (7) Educational opportunity, (8) Self-fulfilment, dan
(9) Wish-fulfilmen.
b. Faktor Penarik
Menurut Jackson (2009) ada 11 faktor penarik seseorang melakukan
perjalanan wisata, yaitu: (1) location climate, (2) national promotion, (3) retail
advertising, (4) wholesale marketing, (5) special events, (6) incentive schemes,
(7) visiting friends, (8) visiting relatives, (9) tourist attractions, (10) culture, dan
(11) natural environment man-made environment.
18
2.1.6. Dampak Pengelolaan Pariwisata Terhadap Peningkatan Ekonomi dan
Sosial Masyarakat
Sektor pariwisata dapat dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan.
pariwisata sebagai suatu industri dapat menimbulkan dampak yang berdimensi multi
sektor, sehingga dapat mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dengan
menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan di mana obyek wisata terletak. Dampak
yang ditimbulkan sektor pariwisata dapat dibagi menjadi tiga (Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata, 2013), yaitu dampak langsung (direct effect), dampak tak
langsung (indirect effect) dan dampak ikutan (induced effect). Pada dampak langsung,
dampak outputnya akan sama dengan nilai perubahan pada permintaan akhir.
Pentingnya pariwisata dalam mendorong aktivitas perekonomian dikemukakan
oleh Yoeti (2013) yang mengatakan bahwa pariwisata merupakan faktor penting
dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena mendorong perkembangan
beberapa sektor perekonomian nasional, misalnya:
a. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan
sarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orang-orang
melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam
suatu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional sekalipun.
b. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata
seperti misalnya: transportation, accomodation (hotel, motel, holiday, village,
camping, sites, dll) yang juga akhirnya menciptakan permintaan baru seperti
tourist transportation, hotel equipment, (lift, escalator, china ware, linens,
furniturest, dll).
19
c. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan
restoran, seperti sayur, buah-buahan, bunga, telur, daging, dan lain-lain karena
semakin banyaknya orang yang melalukan perjalanan wisata.
d. Meningkatkan permintaan terhadap handicrafts, sovenir good, art painting, dan
lain-lain.
e. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional
termasuk makanan dan minuman.
f. Meningkatkan perolehan devisa negara, sehingga dapat mengurangi beban defisit
neraca pembayaran.
g. Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan
pajak bagi pemerintah dan peningkatan pendapatan nasional.
h. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak tersentuh
pembangunan.
i. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima kunjungan
wisatawan (tourist receiving countries).
j. Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga
memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata yang dikunjungi
wisatawan.
Peran pariwisata dalam pembangunan juga dapat memberikan manfaat dalam
beberapa aspek (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2013) yaitu:
a. Manfaat ekonomi (kesejahteraan). Meningkatkan arus wisatawan baik nusantara
maupun mancanegara ke suatu daerah menuntut macam-macam pelayanan dan
fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi manfaat
20
ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun pemerintah setempat seperti:
penerimaan devisa, kesempatan berusaha, terbukanya lapangan kerja dan
mendorong pembangunan daerah.
b. Manfaat sosial budaya. Pembangunan dan pengembangan pariwisata dapat
memberikan manfaat dalam bidang sosial budaya, seperti: pelestarian budaya dan
adat istiadat, meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan kesehatan dan
kesegaran jasmani ataupun rohani serta mengurangi konflik sosial.
c. Manfaat berbangsa dan bernegara, yaitu: mempercepat persatuan dan kesatuan,
menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan mempertahankan
negara yang ujungnya tumbuh rasa cinta terhadap tanah air serta memelihara
hubungan baik internasional dalam pengembangan wisata.
d. Manfaat bagi lingkungan, pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan
agar dapat memenuhi keinginan wisatawan, seperti hidup tenang, bersih, jauh
dari polusi, santai, dapat mengembalikan kesehatan fisik dan mental. Dengan
demikian, pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan
lingkungan, di samping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari
lingkungan yang ada.
Peran pariwisata bagi pembangunan secara lebih luas dikemukakan oleh
Suwantoro (2012:26) yang menyatakan bahwa pariwisata dapat memberikan manfaat
dalam beberapa aspek sebagai berikut :
a. Bidang ideologi. Pariwisata sebagai wahana efektif untuk memupuk dan
menanamkan rasa cinta tanah air, semangat pembangunan yang didasari nilai-nilai
perjuangan 1945.
21
b. Pariwisata dalam negeri dengan kegiatan saling mengunjungi akan lebih
mengenalkan daerah satu dengan yang lain sebagai sarana membina dan
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkan kunjungan wisatawan
mancanegara akan memupuk rasa cinta damai dan kerja sama antara negara di
dunia.
c. Bidang ekonomi
1. Meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
2. Meningkatkan devisa. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sebagai penghasil devisa
yang diandalkan, pembangunan pariwisata dapat mendukung kelanjutan
pembangunan nasional.
3. Meningkatkan penerimaan devisa, yaitu: (a) pajak langsung berupa pajak
penjualan dan penghasilan dari perusahaan pariwisata serta pajak wisatawan
yang menggunakan fasilitas umum; (b) pajak tak langsung, berupa bea masuk
dan bea cukai dari penghasilan barang dan jasa.
4. Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat. Belanja wisatawan di
daerah tujuan wisata akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada
masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
dampak berganda (effect multiplier).
5. Meningkatkan ekspor. Dengan semakin banyaknya wisatawan mancanegara
yang berkunjung berarti akan ikut memperkenalkan barang-barang produksi
dalam negeri yang dinikmati wisatawan yang kemudian akan membuka
peluang untuk ekspor.
22
6. Menunjang pembangunan daerah. Pembangunan pariwisata cenderung untuk
tidak berpusat di kota, melainkan ke daerah pedalaman dan pantai yang bebas
dari kebisingan kota.
7. Bidang sosial budaya. Keanekaragaman kekayaan sosial budaya Indonesia
merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata. Oleh sebab itu
pengembangan kepariwisataan harus mampu melestarikan dan
mengembangkan budaya yang ada.
8. Bidang Hankam. Pengembangan pariwisata di daerah akan mengekang arus
urbanisasi, sementara kondisi pertahanan daerah-daerah yang akan dikunjungi
oleh para wisatawan harus terjamin. Oleh karena itu dalam bidang Hankam,
sektor pariwisata berperan sebagai salah satu kondisi yang diperlukan bagi
pembinaan pertahanan dan keamanan.
9. Bidang lingkungan hidup. Pada dasarnya pengembangan pariwisata
memanfaatkan kondisi lingkungan yang menarik. Dalam pengembangan
wisata alam dan lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan
lingkungan hidup, yaitu dengan perencanaan yang teratur dan terarah.
Dampak pengelolaan pariwisata dapat pula dilihat dari aspek pembangunan
wilayah. Pariwisata sebagai suatu industri dapat menjadi motor penggerak
pertumbuhan bagi suatu wilayah. Berdasarkan teori pertumbuhan regional jangka
pendek yang bersumber dari dalam (Glasson, 2010:70) yang menjelaskan model
multiplier regional dengan menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat
dalam perekonomian regional dan kekuatan-keuatan pendorong yang berasal dari
salah satu sektor ke semua sektor lainnya. Multiplier ini dilandaskan pada kenyataan
23
bahwa penginjeksian sejumlah tertentu uang ke dalam perekonomian regional akan
menaikkan pendapatan regional yang mengakibatkan bertambahnya pengeluaran
konsumen. Bagian pendapatan yang dibelanjakan ini akan menjadi pendapatan bagi
pihak lain yang selanjutnya membelanjakannya sebahagian, dan demikian seterusnya.
Berdasarkan teori pertumbuhan regional jangka panjang sebagai sumber
pertumbuhan dari luar (Glasson, 2010:91) mengemukakan bahwa teori basis ekspor
(export base theory) merupakan salah satu pendekatan dalam menjelaskan faktor
permintaan dari luar dalam pertumbuhan regional. Menurut teori ini, pertumbuhan
sesuatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan
basis ekspor daerah yang bersangkutan, hal mana selanjutnya dipengaruhi oleh
tingkat permintaan ekstern dari daerah-daerah dan negeri-negeri lain. Pendapatan
yang diperoleh dari penjualan ekspor akan mengakibatkan berkembangnya kegiatan-
kegiatan penduduk setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan-
keuntungan eksternal dan pertumbuhan regional lebih lanjut. Jadi, teori ini
memandang tingkat permintaan luar terhadap produk dari industri-industri ekspor
suatu daerah sebagai penentu yang strategik bagi pertumbuhan regional.
Pada teori titik pertumbuhan yang secara implisit bersumber pada konsep basis
ekspor tetapi dengan memberi dimensi ruang (Richardson, 2010:86) bahwa industri
penggerak sebagai industri inti (key industry) merupakan industri yang melayani
pasar ekstra regional, sedangkan industri-industri pensuplay tenaga kerja, bahan-
bahan mentah dan pelayanan-pelayanan dependen dapat terpencar di seluruh daerah
pengaruh. Pendapatan yang diterima di daerah pengaruh berasal dari penerimaan
faktor, terutama upah yang diperoleh para pekerja yang tinggal di daerah pengaruh
24
tetapi bekerja di titik pertumbuhan. Jadi titik pertumbuhan merupakan pasar tenaga
kerja, sedangkan daerah pengaruhnya sebagai daerah sumber tenaga kerja.
Dampak positif pengelolaan pariwisata dikemukakan Adisasmita (2010:127)
bahwa kawasan diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai fungsi atau aspek
fungsional tertentu. Pada kawasan yang akan dikembangkan itu memiliki sektor atau
lapangan usaha yang potensial dan strategis untuk menunjang pembangunan.
Kawasan yang dimaksud disebut sebagai kawasan andalan, dan sektornya adalah
sektor unggulan. Sektor unggulan yang dimaksud adalah: (1) sektor yang
menghasilkan produksi yang mempunyai kontribusi besar terhadap nilai produksi
bruto (PDRB), misalnya sektor pertanian; (2) sektor yang memberikan lapangan kerja
yang besar, dengan demikian menciptakan pendapatan bagi masyarakat; (3) sektor
yang mempunyai tingkat keterkaitan yang kuat terhadap pengembangan sektor-sektor
lainnya baik ke depan maupun ke belakang; (4) sektor yang berpotensi meningkatkan
ekspor non migas (menghasilkan devisa); (5) sektor yang pada saat sekarang
meskipun kontribusinya terhadap PDRB masih relatif kecil tetapi sektor tersebut
memiliki prospek pengembangan yang menjanjikan pada masa mendatang (misalnya
sektor pariwisata).
Sejalan yang dikemukakan oleh Mubyarto dalam Yoeti (2013:15) bahwa
pariwisata merupakan sektor ekonomi yang terbukti mampu mengentaskan
kemiskinan pada suatu daerah. Pembangunan industri pariwisata yang mampu
mengentaskan kemiskinan adalah industri pariwisata yang mempunyai trickle down
effect bagi masyarakat setempat. Pemilihan sektor pariwisata sebagai sektor ekonomi
alternatif dalam pengentasan kemiskinan cukup beralasan. Pariwisata bagaimanapun
25
juga, memiliki andil dan memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat kecil di pedesaan maupun di perkotaan di mana proyek
pariwisata dikembangkan.
Kegiatan pariwisata tidak hanya menimbulkan dampak positif, akan tetapi
dapat pula menimbulkan dampak negatif. Yoeti (2013:22) mengemukakan beberapa
dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata, antara lain misalnya
“1) Harga tanah menjadi mahal, pantai-pantai dikaveling, sehingga sering
terjadi spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga tanah di
sekitarnya. 2) Di pusat-pusat konsentrasi kegiatan pariwisata harga-harga bahan
makanan menjadi mahal yang dapat meningkatkan inflasai tiap tahunnya. 3)
Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia kehilangan
daya tariknya untuk jangka panjang. 4) Terjadi urbanisasi, pencari kerja dari
desa ke kota-kota besar. 5) Ramainya lalulintas wisatawan, ternyata ditumpangi
oleh penyelundupan obat bius dan narkotika”.
Kegiatan pariwitasa dapat berpotensi memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan, baik terhadap lingkungan obyek wisata maupun terhadap lingkungan
sosial budaya setempat. Aryanto (2008:7) mengutip beberapa dampak negatif
pariwisata pada lingkungan budaya yang dibagi dalam 6 komponen lingkungan yang
akan rusak/berubah, yaitu :
“(1) nilai dan kepercayaan, (2) moral, (3) perilaku, (4) seni dan kerajinan, (5)
hukum dan ketertiban, dan (6) sejarah. Hartanto (1997), menambahkan daftar
dampak negatif lainnya yang akan terjadi pada Lingkungan Binaan dan
Lingkungan Alam, yaitu pada: (1) flora dan fauna, (2) polusi, (3) erosi, (4)
sumber daya alam, 5) pemandangan”.
Pengelolaan obyek wisata juga dapat memberikan implikasi bagi kondisi
ekonomi masyarakat. Sumaatmadja (2011:73) mengemukakan bahwa variabel-
variabel yang terkait dengan masalah ekonomi adalah mata pencaharian, pendapatan,
pengeluaran dan investasi (tabungan). Jadi jelaslah bahwa sumberdaya di permukaan
26
bumi tersebar tidak merata, bahkan di wilayah-wilayah tertentu sumberdaya tertentu
dapat dikatakan langka atau sama sekali tidak ada. Melalui pemanfaatan pranata-
pranata yang diciptakan manusia di dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi,
sumberdaya tadi diusahakan dapat memenuhi kebutuhan.
Istilah ekonomi yang dikemukakan oleh Winardi (2011:76) mempunyai makna
sebagai berikut : sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan setiap tindakan
atau proses yang bersangkut paut penciptaan barang-barang atau jasa-jasa yang dibuat
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Secara lebih spesifik istilah tersebut
digunakan untuk mendirikan produksi barang-barang serta jasa-jasa yang dihasilkan
dengan pengetahuan teknis yang berlaku. Di samping pengertian tersebut, oleh
Sukirno (2011:68) memberikan pengertian tentang istilah ekonomi sebagai berikut :
“Ekonomi bersumber dari dua kata yang dalam bahasa Yunani yaitu “oikos” dan
“nomos” yang berarti aturan-aturan dalam rumah tangga. Pada dasarnya ia
menerangkan tentang prinsip-prinsip di dalam menggunakan pendapatan rumah
tangga, sehingga menciptakan kepuasan maksimum kepada rumah tangga.
Todaro (2010:78) mendefinisikan ilmu ekonomi adalah ilmu sosial. Ia
berkepentingan dengan manusia dan sistem sosial dimana manusia
mengorganisasikan aktivitas-aktivitasnya dalam rangka pemuasan kebutuhan dasar
(makan, tempat tinggal dan pakaian) serta kebutuhan-kebutuhan non materil
(pendidikan, pengetahuan, keindahan, spritual dan sebagainya). Lebih lanjut Todaro
(2010:79) memberikan pengertian tentang ekonomi sebagai sistem ekonomi perlu
ditinjau secara lebih luas dalam konteks keseluruhan sistem sosial suatu negara atau
27
dengan perkataan lain adanya hubungan yang saling bergantung antara faktor-faktor
yang dinamakan ekonomi dan non ekonomi.
Adapun faktor ekonomi dan non ekonomi yang dimaksud di atas menurut
Todaro (2010:80) tidak lain adalah faktor ekonomi yang mempersoalkan pendapatan
atau income, harga dan alokasi sumberdaya, persyaratan produksi, taraf hidup dan
alternatif sistem ekonomi dimana di dalamnya terdapat variabel-variabel ekonomi
yang prinsipil. Sedangkan faktor non ekonomi meliputi : sikap terhadap kehidupan,
pekerjaan dan kesesuaian, struktur administrasi dan birokrasi pemerintah dan swasta,
pola pertalian agama dan keluarga, tradisi dan budaya masyarakat, sistem pemilikan
dan pengolahan tanah, kewenangan atau otoritas dan integrasi badan-badan
pemerintah, tingkat partisipasi di dalam aktivitas dan keputusan-keputusan mengenai
pembangunan serta fleksibilitas atau kelakuan stratifikasi sosial dan ekonomi.
Leiper (2010:228) mengemukakan bahwa pendapatan dari usaha atau bisnis
pariwisata, pengeluaran dari wisatawan secara langsung atau tidak langsung
merupakan sumber pendapatan dari beberapa perusahaan, organisasi atau masyarakat
perorongan yang melakukan usaha di sektor pariwisata. Jumlah wisatawan yang
banyak merupakan pasar bagi produk lokal. Masyarakat secara perorangan juga
mendapat penghasilan jika mereka bekerja dan mendapat upah dari pekerjaan
tersebut. Pekerjaan di pariwisata sangat beragam, seperti pengusaha pariwisata,
karyawan hotel dan restoran, karyawan agen perjalanan, penyedia jasa transportasi,
pemandu wisata, penyedia souvenir, atraksi wisata, dan seterusnya.
Faktor-faktor non ekonomi seperti sikap masyarakat menghadapi kebutuhan,
pekerjaan dan kekuasaan serta sistem-sistem pemakaian tanah/lahan secara langsung
28
akan mempengaruhi besarnya penghasilan masyarakat yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pula tingkat kehidupan ekonomi dari masyarakat yang bersangkutan.
Kenyataan menunjukkan pula bahwa kemampuan seseorang dalam bidang ekonomi,
turut pula menentukan besar kecilnya orang tersebut di dalam pengambilan keputusan
pada suatu lembaga/perkumpulan.
Berdasarkan uraian tersebut nampaklah bahwa pembangunan nasional bangsa
Indonesia akan diarahkan pada pembangunan manusia Indonesia. Untuk mencapai hal
tersebut, maka pembangunan yang berhasil dilakukan oleh suatu negara tidak hanya
melibatkan fenomena ekonomi belaka tetapi harus mencakup semua aspek, baik
materi maupun finansial.
2.2. Kajian Empirik
Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dan dijadikan sebagai pembanding
terhadap penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Kamaruddin (2012)
dengan judul: Strategi Pengembangan Obyek Wisata Toronipa Serta Implikasinya
Terhadap Ekonomi dan Sosial Masyarakat Wilayah Kelurahan Toronipa Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Alternatif
strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan obyek wisata Toronipa adalah
pertumbuhan agresif (SO) yaitu menggunakan kekuatan berupa: Potensi daya tarik
wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan hutan/kebun), terdapat disekitar
OWT yaitu 768 jiwa atau 192 kepala keluarga, hanya sebagian kecil penduduk yang
mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Toronipa.
29
Melalui kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa: Masyarakat
setempat memahami kebutuhan wisatawan dan menyadari pentingnya kehadiran
wisatawan serta mengetahui lapangan usaha dan lapangan kerja tercipta dari
kedatangan wisatawan, masyarakat mampu mengambil peluang untuk berusaha dan
mengisi lapangan di bidang pariwisata, sarana dan prasarana untuk kebutuhan
wisatawan memadai, wisatawan dapat menikmati berbagai macam kegiatan wisata
sebagai kebutuhannya, promosi desa wisata oleh masyarakat dan Disparda dan usaha
pariwisata, (2) Adanya pengembangan obyek wisata Toronipa memberikan implikasi
positif bagi perbaikan kondisi ekonomi (pendapatan, konsumsi, tabungan) dan sosial
masyarakat di Kelurahan Toronipa (perolehan mata pencaharian sampingan,
perbaikan kondisi perumahan dan kesehatan). Hal ini diperkuat melalui hasil uji
statistik dengan menggunakan uji tanda (Sign Test) yang menunjukkan bahwa nilai
Zhitung = 2,335> Ztabel yaitu 0,3289, (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan
berkunjung ke obyek wisata Toronipa Kelurahan Toronipa adalah faktor daya
dorong dengan nilai persentase rata-rata 76,47% yang meliputi kegiatan promosi,
kelancaran sarana transportasi dan jarak dari pusat Kota Kendari yang sangat dekat.
Sedangkan faktor daya tarik dengan nilai persentase rata-rata 63,40% yang meliputi
adanya penyediaan sarana prasarana, adanya perubahan obyek wisata dan
terjaminnya keamanan, (4) Prospek pengembangan obyek wisata Toronipa akan lebih
baik dimasa yang akan datang, hal ini didasarkan pada analisis trend yang
menunjukkan bahwa jumlah pengunjung obyek wisata Toronipa diprediksi akan
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,49% rata-rata per tahun.
30
Muhammad Yamin (2008) dengan judul: Studi Pengembangan Wisata Alam
Pantai Toronipa Terhadap Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarat Kelurahan
Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat mengalami peningkatan atau menjadi lebih
baik setelah pantai toronipa menjadi obyek wisata. Sedangkan, kondisi keamanan
biasa saja, atau tetap dalam kondisi aman walaupun OWT telah berkembang menjadi
daerah tujuan wisata. Pengembangan OWT belum mencapai tarap yang baik,
melainkan masih tarap kategori sedang. Hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan lahan
hanya (0,22%), jalan dalam kawasan obyek wisata 75 persen masih merupakan jalan
tanah, penginapan yang ada hanya dapat menampung 24 orang wisatawan, kondisi
fasilitas mandi, cuci dan kakus yang ada masih berstatus darurat (76,19%), dan
ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana OWT masih terbatas atau berada pada
kategori sedang. Pengelolaan OWT menggunakan sistem partisipatif murni dari
masyarakat pemilik lahan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Aryanto (2008) dengan judul
“Environmental Marketing Pada Ekowisata Pesisir: Menggerakkan Ekonomi Rakyat
Daerah Otonom (Studi di Kawasan Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi), dengan
menggunakan analisis input-ouput menyimpulkan bahwa industri pariwisata
memberikan sumbangan yang signifikan pada perekonomian daerah dan dampak
ekonomi lainnya yang bersifat langsung maupun tak langsung, misalnya dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat dan terbukanya kesempatan kerja. Model ini
telah memperlihatkan keseimbangan secara keseluruhan, bukan keseimbangan satu
proses produksi saja, di mana sebagian output suatu kegiatan digunakan sebagai input
31
bagi kegiatan lainnya. Hasil penelitian Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sleman,
di simpulkan bahwa sebagai tindak lanjut atas investasi yang dilakukan dalam
pengembangan pariwisata Kabupaten Sleman adalah dibangunnya berbagai fasilitas
pelayanan sebagai produk wisata sehingga berdampak pada beberapa hal yaitu: 1)
pengembangan dengan konsep “Technopark” yang mengangkat tema kekayaan dan
keunikan geofisik, goekultur, sosial, budaya, lingkungan, ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), rekreasi dan lain-lainnya. Kawasan ini merupakan fasilitas
pembelajaran bagi masyarakat secara edukatif dan informatif, atraktif, rekreatif dan
inovatif. 2) Pengembangan Water Park. Konsep pengembangan wisata Water Park
sangat sesuai dengan kondisi di Kabupaten Sleman, di mana sebagian besar wilayah
Sleman dipertahankan sebagai daerah pertanian dan tangkapan/resapan air untuk
menjaga keseimbangan alam, sehingga Kabupaten Sleman merupakan kota
penyangga Daerah Istimewa Yogyakarta yang sangat vital dan potensial dari berbagai
segi yang didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi. 3) Kegiatan
ilmiah yang mampu mengundang terlaksananya pertemuan maupun seminar; adanya
pembukaan jaringan antar produsen dan pengusaha pameran nasional dan
internasional untuk melaksanakan pameran di Yogyakarta. 4) Pergeseran psikograpis
wisata dari mass tourism ke individual tourism memunculkan peluang untuk
menampilkan keunikan budaya dan kondisi-kondisi alami di pedesaan yang untuk
menikmatinya diperlukan sarana/fasilitas-fasilitas fisik untuk akomodasi bertaraf
internasional. 5) Peluang pengembangan obyek wisata minat khusus untuk : off road,
trakking, camping ground, pemancingan, volly pasir, Olah raga air. Dampak
32
selanjutnya dari berbagai kegiatan tersebut adalah semakin meluasnya lapangan kerja
sebagai sumber pendapatan masyarakat (Pemerintah Kabupaten Sleman, 2008).
Cairns dan Ross (2009) menemukan bahwa dari 30 jenis fasilitas masyarakat,
diketahui: Dampak negatif yang diderita adalah meningkatnya biaya beli tanah dan
rumah, sewa rumah, biaya hidup dan tingkat kejahatan. Dampak positif yang
diperoleh adalah: hotel dan restoran, fasilitas belanja, peluang usaha, taman, kebun,
dan fasilitas hiburan, sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan
masyarakat Hal-hal yang lebih netral adalah: keadaan jalan raya, keramahan
penduduk, pelayanan kesehatan, dan penampilan umum daerah tersebut yang relatif
lebih baik (Aryanto, 2008).
2.3. Kerangka Pemikiran
Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra merupakan salah satu obek wisata
yang perlu dikelola dengan baik. Strategi pengelolaan yang dilakukan perlu
mempertimbangkan adanya aspek-aspek internal berupa kekuatan dan kelemahan
serta aspek-aspek ekternal berupa peluang dan ancaman. Aspek kekuatan yang di
miliki adalah potensi daya tarik wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan
hutan/kebun), adanya penduduk disekitar obek wisata, baru sebagian kecil penduduk
yang mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Taman Pendidikan
Laut Bintang Samudra. Aspek kelemahan adalah transportasi yang terbatas, makan
minum, akomodasi, atraksi wisata, kegiatan wisata, cenderamata juga masih sangat
terbatas, sarana wisata lainnya seperti: toilet, kamar bilas dan lain-lain belum
memadai.
33
Pada aktivitas pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra tentunya
diharapkan dapat memberikan dampak positif teradap sosial ekonomi masyarakat
yaitu diharapakan adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Apabila keadaan
ekonomi masyarakat disekitar obyek wisata menjadi baik, maka diharapkan akan
semakin menciptakan daya tarik dan daya dorong bagi kunjungan wisatawan ke
Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra. Daya tarik dimaksud adalah akan dapat
menyediakan sarana dan prasarana wisata, menjaga keaslian obyek wisata serta
menjaga keamanan disekitar obyek wisata. Sedangkan daya dorong yaitu akan
melakukan promosi serta berupaya menyediakan sarana transportasi. Dengan adanya
daya tarik dan daya dorong tersebut maka diharapkan jumlah kunjungan wisatawan
akan semakin meningkat dan prospeknya akan lebih baik dimasa yang akan datang.
Kerangka pemikiran tersebut disajikan pada gambar 2.1 berikut.
34
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pimikiran Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam
Rangka Peningkatan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Di Kabupaten
Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara (Studi Pada Taman Pendidikan
Laut Bintang Samudra)
Analisis:
1. SWOT
2. Deskriptif
Kesimpulan dan Saran
Pengelolaan Objek Wisata
Taman Pendidikan Laut
Bintang Samudra
Strategi Dampak Ekonomi dan
Sosial
1. Pendapatan
2. Konsumsi
3. Tabungan
4. Mata Pencaharian
5. Kondisi Perumahan
6. Kesehatan
Faktor Eksternal
Peluang :
1. Pemahaman Masyarakat
tentang kebutuhan wisatawan
2. Peluang untuk berusaha
dibidang pariwisata
3. Sarana dan prasarana
4. Wisatawan dapat menikmati
kegiatan wisata
5. Promosi atraksi wisata
Ancaman :
6. Pencemaran disekitar tempat
7. Berkurangnya nilai keaslian
obyek wisata
Faktor Internal
Kekuatan :
1. Keindahan Alam
2. Penduduk
Kelemahan :
3. Transportasi masih terbatass
4. Makan minum masih terbatas
5. Akomodasi
6. Atraksi wisata masih terbatas
7. Kegiatan wisata masih minim
Peningkatan ekonomi
dan sosial masyarakat
35
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara
dengan melihat strategi pengelolaan pariwisata dalam rangka peningkatan ekonomi
dan sosial masyarakat. Waktu penelitian akan dilaksanakan setelah proposal ini
diseminarkan.
3.2. Rancangan Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif. Yakni menganilisis potensi
eksternal dan potensi internal. Sehingga dapat memberikan penjelasan tentang
bagaiamana “bagaimana strategi pengelolaan pariwisata dalam rangka peningkatan
ekonomi dan sosial masyarakat.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar
obyek wisata Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra sebanyak 70 kepala keluarga.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara penunjukan langsung
(purposive sampling). Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Taro
Yamane dalam Riduwan (2013:249) pada tingkat presisi 10% dengan rumus sebagai
berikut:
2)(1 n
eN
N
35
36
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Presisi yang ditetapkan yaitu 0,10.
Berdasarkan rumus Taro Yamane dalam Riduwan (2013:249), maka jumlah
sampel yang bisa dianggap mewakili populasi adalah sebanyak :
keluarga kepala41
)10.0(701
70 n
2
3.4. Jenis dan sumber Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer adalah data yang diambil langsung dari objek penelitian atau pada
saat kita melakukan penelitian. Data primer ini didapat dari salah satu Pengurus
dan pengunjung wisata melalui wawancara langsung. Dengan melihat dua aspek
yaitu aspek eksternal dan aspek internal.
2. Data sekunder yaitu data yang berupa persepsi tentang strategi pengelolaan
pariwisata.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
37
1. Data primer yaitu :
a. Data tentang kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) serta kondisi
eksternal (peluang dan ancaman) pengelolaan wisata bahari Taman
Pendidikan Laut Bintang Samudra.
b. Data tentang keadaan ekonomi sebelum dan setelah pengelolaan Taman
Pendidikan Laut Bintang Samudra.
2. Data sekunder yaitu :
a. Pengelola Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra dalam bentuk data
pengunjung wisata kurun waktu tahun 2011-2015
b. Kantor Biro Pusat Statistik Konawe
c. Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan penjelasan operasional dari setiap variabel
yang diteliti disertai dengan indikator pengukurannya. Dengan demikian maka
definisi operasional masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Strategi pengelolaan pariwisata adalah upaya mengelola obyek wisata Taman
Pendidikan Laut Bintang Samudra baik dari sisi internal (pendukung dan
penghambat) maupun eksternal guna meningkatkan ekonomi masyarakat.
2. Ekonomi masyarakat adalah perubahan yang mengarah kepada peningkatan
pendapatan, konsumsi dan tabungan masyarakat setelah adanya pengelolaan
obyek wisata Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra.
38
3.6. Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian, maka analisis yang
digunakan sebagai berikut :
1. Permasalahan dan tujuan penelitian pertama dianalisis dengan menggunakan
analisis SWOT, yaitu menganalisa kekuatan dan kelemahan (IFAS), peluang dan
ancaman (EFAS) pada pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra.
Pada konteks penganalisaaan strategi pengelolaan obyek wisata maka dapat
dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Rangkuti (2010:18)
mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness), serta ancaman (threats), sehingga dapat dirumuskan strategi
pengelolaan pariwisata.
2. Permasalahan dan tujuan penelitian kedua dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif, yaitu analisis yang diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)
berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya ( Soejono dan
Abdurrahman, 1999:23). Dalam hal ini menjelaskan apa adanya perubahan yang
terjadi berkaitan dengan pendapatan, pengeluaran, konsumsi, tabungan serta
pekerjaan sampingan setelah adanya pengembangan. Penguatannya menggunakan
uji tanda (sign test).
39
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Lalano merupakan salah satu bagian dari wilayah kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara, Desa ini merupakan daerah pantai yang
berhadapan langsung dengan laut. Secara geografis perairan Sawapudo terletak
03055’49’’-03053’57’’ LS dan 122037’20’’-122035’55’’ BT. Secara administrasi Desa
Sawapudo berbatasan langsung dengan beberapa wilayah dengan batas- batas sebagai
berikut :
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Atowatu
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Soropia
- Sebelah Utara berbatasan denggan Desa Laut Banda
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kawasan Tahura Nipa Nipa
Secara administratif desa ini mempunyai luas wilayah ± 1000 Ha dengan luas
daratan 150 Ha. Desa ini berjarak ± 7 Km dari Kecamatan Soropia yang berkedudukan di
Toronipa dan 27 km dari Ibu Kota propinsi yang dapat ditempuh dengan menggunakan
traprotansi darat selamat ± 1 jam . Secara umum zona intertidal Desa Lalano tergolong
landai dengan tipe perairan pantai berpasir , berlumpur , berbatu dan terdapat pecahan
karang karang mati atau pecahan moluska.
40
4.2. Hasil penelitian
4.2.1 Strategi Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
Strategi pengelolaan obyek wisata merupakan upaya dan cara yang dilakukan
oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe untuk mengelola
wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra. Sehubungan dengan strategi
pengelolaan tersebut, maka perlu dianalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman (SWOT). Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
4.2.1. Kekuatan dan Kelemahan (IFAS)
Kekuatan yang dimiliki wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra, yaitu :
1. Memiliki potensi daya tarik wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan
hutan/kebun)
2. Penduduk sebanyak 421 jiwa atau 70 kepala keluarga
3. Baru sebagian kecil penduduk yang mengambil manfaat dari keberadaan daya
tarik wisata di Bintang Samudra.
Adapun kelemahan yang dimiliki wisata bahari Taman Pendidikan Laut
Bintang Samudra, yaitu :
1. Transportasi, masih sangat terbatas. Transportasi yang dimaksud dalam hal ini
adalah transportasi reguler dengan trayek dari Unaaha ke Desa Lalano pergi dan
pulang secara rutin.
39
41
2. Makan minum masih sangat terbatas, yang dimaksud dalam hal ini adalah
tersediaanya warung-warung makan, dengan berbagai jenis masakan yang dapat
dipilih oleh wisatawan sesuai selera.
3. Akomodasi, sangat terbatas.
4. Atraksi wisata, masih sangat terbatas. Hal ini karena pengelolaan obyek wisata
belum dikelola secara prefesional.
5. Cendera mata, belum ada.
6. Sarana wisata lainnya seperti: toilet, kamar bilas, dan lain-lain, belum memadai.
7. Lapangan usaha, lapangan kerja bidang pariwisata, masih sangat sedikit.
8. Promosi masih sangat terbatas, berupa pelaksanaan event-event yang bersifat
bahari dengan atraksi tradisional masyarakat setempat.
Berdasarkan deskripsi data kekuatan dan kelemahan maka dapat dibuatkan
matriks strategi internalnya dengan cara menyusun kedalam tabel Internal Strategic
Faktor Analysis Summary (IFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuannya.
1. Menyusun beberapa kekuatan dan kelemahan, pada kolom 1
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut, mulai 1,0 (sangat penting) sampai
dengan 0,0 (tidak penting), dalam kolom 2
3. Menghitung rating pada kolom 3 masing-masing tersebut dengan memberikan
masalah untuk kekuatan mulai dari +4 = sangat baik, +3 = baik, +2 = sedang,
+1 = agak baik, sedangkan untuk kelemahan mulai dari - 4 = sangat buruk, -3 =
buruk, -2 = buruknya sedang, -1 = agak buruk.
4. Mengalikan bobot (pada kolom 2) dengan rating (pada kolom 3) untuk
memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasil-hasilnya berupa skor
42
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4,0
(outstanding) sampai 1,0 (poor)
5. Memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan
bagaimana skor pembobotannya dihitung, pada kolom 5
6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan.
Adapun matriks faktor strategi internal pengelolaan Taman Pendidikan Laut
Bintang Samudra ditampilkan melalui tabel berikut.
Tabel 4.1. Internal Strategy Factors Analysis Summary (IFAS)
Faktor-Faktor
Strategi Internal Bobot*) Rating
Bobot
Rating Komentar
1 2 3 4 5
Kekuatan
a. Memiliki potensi daya tarik
wisata berupa keindahan
alam (pantai, bukit dan
hutan/kebun)
b. Penduduk 421 jiwa atau 70
kepala keluarga
c. Baru sebagian kecil penduduk
yang mengambil manfaat dari
keberadaan daya tarik wisata
di Bintang Samudra.
0.15
0.12
0.1
4
4
3
0.6
0.48
0.3
Perlu dijaga kelestarian,
kebersihan, lingkungan
sekitar.
Perlu kerjasama dalam
mengelola obyek wisata
Bintang Samudra.
Perlunya pemberdayaan
penduduk.
Kelemahan :
a. Transportasi, masih sangat
terbatas
b. Makan minum, masih sangat
terbatas
c. Akomodasi, sangat terbatas
0.08
0.08
0.07
-1
-1
-2
-0.08
-0.08
-0.14
Perlunya adanya
kebijakan pemerintah
tentang rute kendaraan
umum
Perlunya ditambah
warung akan minum di
Sekitar obyek wisata
Bintang Samudra
Perlunya dibangun villa
tradisional
43
d. Atraksi wisata, masih sangat
terbatas
e. Kegiatan wisata, masih
sangat minim
f. Cenderamata, belum ada
g. Sarana wisata lainnya :
Toilet, kamar bilas, dll,
belum memadai
h. Lap. Usaha/Lap. Kerja
- Bid. Pariwisata, masih
sangat sedikit
- Promosi, masih sangat
Terbatas
0.06
0.05
0.05
0.07
0.08
0.09
-2
-3
-3
-2
-1
-1
-0.12
-0.15
-0.15
-0.14
-0.08
-0.09
Perlunya pelatihan bagi
pengelola obyek wisata
Perlunya penambahan
aktifitas wisata
Perlunya penyediaan
cederamata bagi
wisatawan
Perlunya penambahan
sarana wisata
Perlunya dibuka
lapangan kerja bidang
pariwisata
Perlunya promosi yang
kontinyu dan intensi
Total 1 -5 0.35
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Keterangan*) : Pemberian bobot didasarkan atas pertimbangan subjektif peneliti
menurut urutan pentingnya item-item yang diamati.
4.2.2. Peluang dan Ancaman (EFAS)
Peluang yang dimiliki wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra,
yaitu:
1. Masyarakat setempat memahami kebutuhan wisatawan dan menyadari
pentingnya kehadiran wisatawan serta mengetahui lapangan usaha dan lapangan
kerja tercipta dari kedatangan wisatawan.
2. Masyarakat mampu mengambil peluang untuk berusaha dan mengisi lapangan
kerja di bidang pariwisata.
3. Sarana dan prasarana untuk kebutuhan wisatawan memadai.
44
4. Wisatawan dapat menikmati berbagai macam kegiatan dan atraksi wisata sebagai
kebutuhannya.
5. Promosi desa wisata oleh masyarakat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Konawe dan pengelola usaha jasa pariwisata.
6. Direncanakan akan diterbitkan sebuah buku sebagai hasil kajian dan telaahan
mengenai peningkatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan desa wisata,
yang salah satu obyek telaahannya adalah Desa Lalano.
Adapun ancaman terhadap wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra, yaitu:
1. Terjadinya pencemaran di sekitar pantai.
2. Berkurangnya nilai keaslian pada obyek wisata.
Berdasarkan deskripsi data peluang dan ancaman, maka dapat dibuatkan
matriks faktor eksternal. Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi
eksternal:
1. Menyusun beberapa peluang dan ancaman, pada kolom 1
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting) dalam kolom 2
3. Menghitung rating pada kolom 3 masing-masing tersebut dengan memberikan
masalah untuk peluang mulai dari +4 = sangat baik, +3 = baik, +2 = baiknya
sedang, +1 = agak baik sedangkan untuk ancaman mulai dari -4 = sangat buruk,
-3 = buruk, -2 = buruknya sedang, -1 = agak buruk
4. Mengalikan bobot (pada kolom 2) dengan rating (pada kolom 3) untuk faktor
pembobotan dalam kolom 4. Hasil-hasilnya berupa skor pembobotan untuk
45
masing-masing faktor yang dinilainya bervariasi dari 4,0 (outstanding) sampai
dengan 1,0 (poor)
5. Memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan
bagaimana skor pembobotannya dihitung pada kolom 5
6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana reaksi terhadap faktor-faktor
strategi eksternal. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:
Tabel 4.2. Eksternal Strategy Factors Analysis Summary (EFAS)
Faktor-Faktor
Strategi Eksternal Bobot*) Rating
Bobot
Rating Komentar
1 2 3 4 5
Peluang :
a. Masyarakat setempat
memahami kebutuhan
wisatawan dan menyadari
pentingnya kehadiran
wisatawan serta mengetahui
lapangan usaha dan lapangan
kerja tercipta dari kedatangan
wisatawan
b. Masyarakat mampu
mengambil peluang untuk
berusaha dan mengisi
lapangan di bidang
pariwisata
c. Sarana dan prasarana untuk
kebutuhan wisatawan
memadai
d. Wisatawan dapat menikmati
berbagai macam kegiatan
wisata sebagai kebutuhannya.
e. Promosi Desa Wisata oleh
masyarakat, Disparda dan
Usaha Pariwisata.
0.20
0.18
0.15
0.10
0.10
4
4
4
3
3
0.8
0.72
0.6
0.3
0.3
Pemahaman tentang
kebutuhan wisatawan
perlu dipertahankan
Perlunya memanfaatkan
peluang yang ada
Perlunya menjaga sarana
dan prasarana yang telah
ada.
Perlunya menambah
jenis atraksi wisata
Perlunya meningkatkan
kuantitas dan kualitas
promosi pariwisata
daerah
46
Faktor-Faktor
Strategi Eksternal Bobot*) Rating
Bobot
Rating Komentar
1 2 3 4 5
Ancaman :
a. Terjadinya pencemaran di
sekitar pantai
b. Berkurangnya nilai
keaslian pada obyek wisata
0.12
0.15
-2
-1
-0.24
-0.15
Bagi masyarakat
maupun wisatawan agar
tidak melakukan
pencemaran
Perlunya menjaga
keaslian obyek wisata
Total 1.00 15 2.33
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Keterangan*) : Pemberian bobot didasarkan atas pertimbangan subjektif peneliti
menurut urutan pentingnya item-item yang diamati.
Setelah seluruh informasi kekuatan dan kelemahan (IFAS) serta peluang dan
ancaman (EFAS) di ketahui, maka tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut ke dalam analisis SWOT dengan menggunakan pendekatan matriks
space seperti dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Matriks Space Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut
Bintang Samudra
No. Kondisi Internal Rating No. Kondisi Eksternal Rating
1 2 3 4 5 6
1
Kekuatan :
a. Memiliki potensi daya tarik
wisata berupa keindahan
alam (pantai, bukit dan
hutan/kebun).
b. Penduduk 421 jiwa 84
kepala keluarga
c. baru sebagian kecil
penduduk yang mengambil
manfaat dari keberadaan
daya tarik wisata di
Bintang Samudra.
4
4
3
1 Peluang :
a. Masyarakat setempat
memahami kebutuhan
wisatawan dan
menyadari pentingnya
kehadiran wisatawan
serta mengetahui
lapangan usaha dan
lapangan kerja tercipta
dari kedatangan
wisatawan.
b. Masyarakat mampu
mengambil peluang
untuk berusaha dan
mengisi lapangan di
bidang pariwisata
4
4
47
c. Sarana dan prasarana
untuk kebutuhan
wisatawan memadai
d. Wisatawan dapat
menikmati berbagai
macam kegiatan wisata
sebagai kebutuhannya.
e. Promosi desa wisata oleh
masyarakat, Disparda
dan Usaha Pariwisata.
4
3
3
Jumlah 11 Jumlah 18
2
Kelemahan :
a. Transportasi, masih
sangat terbatas
b. Makan minum, masih
sangat terbatas
c. Akomodasi, sangat
terbatas
d. Atraksi wisata, masih
sangat terbatas
e. Kegiatan wisata, masih
sangat minim
f. Cenderamata, belum ada
g. Sarana wisata lainnya :
Toilet, kamar bilas, dll,
belum memadai
h. Lap. Usaha/Lap. Kerja
- Bid. Pariwisata, masih
sangat sedikit
- Promosi, masih sangat
Terbatas
-1
-1
-2
-2
-3
-3
-2
-1
-1
2 Ancaman :
a. Terjadinya pencemaran
di sekitar pantai
b. Berkurangnya nilai
keaslian pada obyek
wisata
-2
-1
Jumlah -16 Jumlah -3
Kekuatan : 11/3 = 3,6
Kelemahan : -16/9 = -1,78
Peluang : 18/5 = 3,6
Ancaman : -3/2 = -1,5
Kekuatan + kelemahan = 3,6 + (-1,78) = 1,82
Peluang + ancaman = 3,6 + (-1,5) = 2,1
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Sesuai perhitungan tersebut, selanjutnya dibuatkan diagram SWOT
sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 4.1 berikut.
48
Gambar 4.1. Diagram Hasil Analisis SWOT Pengelolaan Wisata Bahari Taman
Pendidikan Laut Bintang Samudra
Berdasarkan diagram SWOT tersebut, dapat diketahui bahwa pengelolaan
wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra berada dalam posisi kuadrat
I. Artinya bahwa dalam aktifitas pengelolaan obyek wisata, pembangunan fisik
maupun non fisik dapat dilakukan dengan menggunakan strategi agresif, yaitu
memanfaatkan segala kekuatan yang dimiliki berupa: Potensi daya tarik wisata,
keaslian dan keindahan alam (pantai, bukit dan hutan/kebun), jumlah penduduk 421
jiwa atau 70 kepala keluarga, dimana baru sebagian kecil penduduk yang dapat
mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Bintang Samudra. Melalui
(W) (S)
(O)
(T)
Peluang
Kelemahan Kekuatan
Ancaman
III. Stabilisasi
WO I. Strategi
Pertumbuhan
yang agresif
SO
IV. Defensif
WT
II. Difersifikasi ST
2
2,1
1 1,8 3 4 -1 -2 -3 -4
1
2
3
4
-1
-2
-3
-4
49
kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa: Dengan keberadaan
masyarakat setempat, diharapkan upaya dan kemampuan untuk dapat memahami
kebutuhan wisatawan selama berada di obyek wisata dan menyadari sepenuhnya
betapa pentingnya kehadiran wisatawan, serta mengetahui jenis dan macam usaha,
lapangan kerja yang dapat tercipta dari kedatangan wisatawan, masyarakat
diharapkan mampu mengambil peluang untuk berusaha, mengisi lapangan kerja di
bidang usaha pariwisata dengan mengelola usaha sarana dan prasarana untuk
kebutuhan wisatawan sehingga wisatawan dapat menikmati berbagai macam atraksi
wisata sebagai kebutuhannya, promosi desa wisata oleh masyarakat, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe serta pengelola usaha jasa pariwisata.
Untuk lebih jelasnya Matrik SWOT pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan
Laut Bintang Samudra ditampilkan melalui tabel berikut:
Tabel 4.4. Matrik SWOT Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut
Bintang Samudra
Kondisi Internal
Kondisi Eksternal
Kekuatan (S)
a. Memiliki potensi daya
tarik wisata berupa
keindahan alam (pantai,
bukit dan hutan/kebun)
b. Penduduk 421 jiwa 70
kepala keluarga
c. Baru sebagian kecil
penduduk yang
mengambil manfaat
dari keberadaan daya
tarik wisata di Bintang
Samudra
Kelemahan (W)
a. Transportasi, masih
sangat terbatas
b. Makan minum, masih
sangat terbatas
c. Akomodasi, sangat
terbatas
d. Atraksi wisata, masih
sangat terbatas
e. Kegiatan wisata, masih
sangat minim
f. Cenderamata, belum ada
g. Sarana wisata lainnya:
Toilet, kamar bilas, dll,
belum memadai
h. Lap. Usaha/Lap. Kerja
- Bid. Pariwisata, masih
sangat sedikit
- Promosi, masih sangat
terbatas
50
Peluang (O)
a. Masyarakat setempat
memahami kebutuhan
wisatawan dan
menyadari pentingnya
kehadiran wisatawan
serta mengetahui
lapangan usaha dan
lapangan kerja tercipta
dari kedatangan
wisatawan.
b. Masyarakat mampu
mengambil peluang
untuk berusaha dan
mengisi lapangan di
bidang pariwisata
c. Sarana dan pra sarana
untuk kebutuhan
wisatawan memadai
d. Wisatawan dapat
menikmati berbagai
macam kegiatan wisata
sebagai kebutuhannya.
e. Promosi Desa Wisata
oleh masyarakat,
Disparda dan Usaha Jasa
Pariwisata
Strategi SO
Gunakan kekuatan berupa:
keindahan alam pantai,
bukit dan hutan/kebun,
adanya penduduk setempat,
baru sebagian kecil yang
mengambil manfaat dari
keberadaan daya tarik
wisata di Bintang Samudra
untuk meraih peluang
berupa adanya pemahaman
kebutuhan wisatawan,
mengisi lapangan usaha,
tersedianya kegiatan wisata
serta adanya promosi Desa
Wisata oleh masyarakat,
Dinas Kebudayaan dan
pariwata Kabupaten
Konawe dan Usaha Jasa
Pariwisata.
Strategi WO
Atasi kelemahan berupa:
transportasi, makan minum,
akomodasi dan atraksi wisata
masih sangat terbatas,
kegiatan wisata masih sangat
minim, cenderamata belum
ada, sarana wisata lainnya
belum memadai guna meraih
peluang berupa adanya
pemahaman kebutuhan
wisatawan, mengisi lapangan
usaha, tersedianya kegiatan
wisata serta adanya promosi
Desa Wisata oleh
masyarakat, Dinas
Kebudayaan dan Pariwata
Kabupaten Konawe dan
Usaha Jasa Pariwisata.
Ancaman (T)
a. Terjadinya pencemaran
di sekitar pantai
b. Berkurangnya nilai
keaslian pada obyek
wisata
Strategi ST
Gunakan kekuatan berupa:
keaslian, keindahan alam
pantai, bukit dan
hutan/kebun, penduduk
setempat baru sebagian
kecil yang mengambil
manfaat dari keberadaan
daya tarik wisata Bintang
Samudra untuk mengatasi
tantangan berupa:
Terjadinya pencemaran di
sekitar pantai serta
berkurangnya nilai
keaslian dan keunikan pada
obyek wisata Bintang
Samudra.
Strategi WT
Atasi kelemahan berupa:
tansportasi, makan minum,
akomodasi dan atraksi wisata
masih sangat terbatas,
kegiatan wisata masih sangat
minim, cenderamata belum
ada, sarana wisata lainnya
belum memadai sekaligus
ancaman berupa terjadinya
pencemaran di sekitar pantai
serta berkurangnya nilai
keaslian dan keunikan pada
obyek wisata Bintang
Samudra.
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
51
4.3. Dampak Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra Terhadap Kondisi Ekonomi dan Sosial Masyarakat
Untuk mengetahui dampak pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut
Bintang Samudra terhadap kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, terlebih dahulu
dijelaskan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat sebelum dan setelah adanya
pengelolaan obyek wisata. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
4.3.1. Pendapatan
Sesuai dengan hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan terhadap
responden yang mengelola usaha jasa pariwisata di Bintang Samudra dengan
responden sebanyak 41 orang, maka diperoleh temuan bahwa responden yang diteliti
memiliki tingkat pendapatan yang bervariasi, dimana dapat digolongkan kedalam 4
tingkatan, tingkatan pertama adalah besaran sampai dengan Rp.870.000,- kedua
adalah besaran sampai dengan Rp. 1.000.000,- ketiga, besaran sampai dengan
Rp. 1.250.000,- dan ke empat adalah besaran sampai dengan Rp.3.250.000,-. Untuk
lebih jelasnya data dimaksud ditampilkan melalui tabel berikut.
Tabel 4.5. Pendapatan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya
Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
No. Pendapatan Rata-Rata
(Rp/Bulan)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1
2
3
4
650.000
871.000
1.115.000
1.251.000
-
-
-
-
870.000
1.000.000
1.250.000
3.250.000
9
12
13
7
-
-
23
18
21,95
29,27
31,71
17,07
-
-
56,10
43,90
Jumlah 41 41 100,00 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
52
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keberadaan obyek wisata Bintang Samudra
memberikan dampak pada peningkatan pendapatan responden. Sebelum adanya
pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra sebanyak 13 responden (31,71%)
memiliki pendapatan rata-rata antara Rp 1.115.000 s/d Rp 1.250.000 per bulan.
Responden yang pendapatan rata-ratanya antara Rp 871.000 s/d Rp 1.000.000
perbulan terdapat 12 responden (29,27%). Sedangkan yang pendapatan rata-ratanya
antara Rp 1.251.000 s/d Rp 3.250.000 perbulan terdapat 7 responden (17,07%).
Setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra responden yang memiliki
pendapatan rata-rata antara Rp 1.115.000 s/d Rp 1.250.000 per bulan meningkat
menjadi 23 responden (56,10%) dan responden yang pendapatan rata-ratanya antara
Rp 1.251.000 s/d Rp 3.250.000 perbulan meningkat menjadi 18 responden (43,90%).
Terjadinya pergeseran perubahan pendapatan disebabkan karena adanya pendapatan
sampingan dari aktifitas ekonomi di Bintang Samudra seperti penyedia jasa makanan
dan minuman, penyewaan gazebo, sewa tikar, penyewaan ban dalam untuk alat
renang dan penyedia jasa kamar bilas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kondisi ekonomi responden menjadi lebih baik dan mengalami peningkatan setelah
adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra bila ditinjau dari aspek
pendapatan.
4.3.2. Konsumsi
Sesuai dengan hasil penelitian, diperoleh temuan bahwa mayoritas tingkat
konsumsi responden meningkat sehubungan dengan adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel 4.6 berikut:
53
Tabel 4.6. Tingkat Konsumsi Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah
Adanya Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra
No. Konsumsi Rata-Rata
(Rp/Hari)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1
2
3
4
5
20.000 – 24.000
25.000 – 29.000
30.000 – 34.000
35.000 – 40.000
41.000 – 50.000
9
12
13
7
0
1
1
11
17
11
21,95
29,27
31,71
17,07
0
2,44
2,44
26,83
41,46
26,83
Jumlah 41 41 100,00 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa setelah adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra terlihat peningkatan jumlah besaran konsumsi tertinggi perhari
responden adalah sebesar Rp 41.000 s/d Rp 50.000 sebanyak 11 responden (26,83%)
dan besaran terbanyak pengeluaran konsumsi responden adalah pengeluaran sebesar
Rp 35.000 s/d Rp 40.000 per hari yaitu sebanyak 17 responden (41,46%).
Secara umum meningkatnya konsumsi responden setelah pengelolaan obyek
wisata Bintang Samudra menunjukkan adanya perbaikan kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya, namun untuk responden yang
memiliki aktifitas ekonomi kepariwisataan di Bintang Samudra cenderung
mengurangi konsumsi keluarga dan dipergunakan untuk hal-hal yang penting seperti
menambah kualitas kegiatan kepariwisataan di Bintang Samudra dan sebagian untuk
pendidikan keluarga.
54
4.3.3. Tabungan
Sesuai dengan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa mayoritas responden
telah dapat menabung karena adanya pengelolaan Bintang Samudra. Lebih jelasnya,
ditampilkan melalui tabel berikut.
Tabel 4.7. Tabungan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya
Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
No. Tabungan Rata-Rata
(Rp/Bulan)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1 Tidak menabung 25 6 60,98 14,63
2
3
4
5
50.000
101.000
151.000
201.000
-
-
-
-
100.000
150.000
200.000
500.000
12
4
-
-
14
12
7
2
29,27
9,76
-
-
34,15
29,27
17,07
4,88
Jumlah 41 41 100,00 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebelum adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra terdapat 25 responden (60,98%) yang tidak memiliki tabungan dan
12 responden (29,27%) memiliki tabungan antara Rp 50.000 s/d Rp 100.000
perbulan. Responden yang memiliki tabungan perbulan adalah responden yang
pekerjaannya sebagai pedagang, pengumpul hasil-hasil bumi dan hasil laut, nelayan
yang kemudian di jual kembali ke kota. Setelah adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra, masyarakat memiliki peluang untuk memiliki pekerjaan sampingan
yang dapat meningkatkan pendapatan, sehingga bisa menabung.
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah
responden yang memiliki tabungan, responden yang memiliki tabungan adalah
mereka yang memiliki penghasilan sampingan dari aktifitas dan kegiatan ekonomi di
55
Bintang Samudra dan memiliki perencanaan untuk pendidikan anak-anaknya serta
memperbaiki kondisi perumahan, serta yang paling menonjol dengan adanya
pengelolaan obyek wisata dimaksud adalah bahwa sebanyak 85,37% responden telah
dapat menabung setiap bulannya dengan besaran terendah antara Rp 50.000 s/d
Rp 100.000 per bulannya dan besaran tertinggi antara Rp 201.000 s/d Rp 500.000
per bulannya. Setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra, kondisi
ekonomi dan sosial masyarakat di Desa Lalano menjadi lebih baik.
4.3.4. Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama responden di Desa Lalano tidak mengalami
perubahan, akan tetapi dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra
ternyata seluruh responden memperoleh pekerjaan sampingan berupa kegiatan
berjualan makanan dan minuman, penyiapan jasa layanan air bersih dan fasilitas
mandi cuci kakus (MCK), menyewakan tikar, usaha ban dalam untuk alat renang,
penyewaan gazebo, penyewaan vila dan ada juga masyarakat lokal yang diangkat
sebagai pegawai honorer. Lebih jelasnya, ditampilkan melalui tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8. Mata Pencaharian Sampingan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan
Setelah Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
No. Mata Pencaharian
Sampingan
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1
2
Jualan makanan dan
minuman
Pengelola jasa fasilitas
MCK dan air bersih
-
-
12
9
-
-
29,27
21,95
56
3
4
5
6
Usaha penyewaan
tikar dan ban dalam
untuk alat renang
Pengelola gazebo
Pengelola usaha vila
Tenaga honorer
-
-
-
-
6
7
2
5
-
-
-
-
14,63
17,07
4,88
12,20
Jumlah 41 41 100,00 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 41 responden memperoleh pekerjaan
sampingan dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra dan tentu hal
ini sangat menolong dan membantu masyarakat dalam rangka meningkatkan
pendapatan keluarga, karena dengan adanya aktifitas wisata masyarakat di Bintang
Samudra, responden memperoleh lapangan usaha atau kegiatan baru, selain pekerjaan
utama yang telah ada sebelumnya. Dengan dikelolanya Bintang Samudra sebagai
tempat rekreasi dimana setiap hari libur banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara
khususnya dari Kota Kendari, secara tidak langsung berperan serta dalam mendorong
aktifitas masyarakat yang pada gilirannya dapat merubah keadaan ekonomi
masyarakat yang berdomisili di sekitar Bintang Samudra khususnya. Lebih jelasnya,
jenis pekerjaan utama responden sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang
Samudra, ditampilkan melalui tabel 4.9 berikut.
57
Tabel 4.9. Mata Pencaharian Utama Responden di Desa Lalano, Sebelum Adanya
Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
No.
Mata Pencaharian Utama Jumlah
Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
Pedagang hasil bumi dan laut
Pengelola kios campuran
Petani
Nelayan
Tukang kayu dan batu
6
8
7
9
11
14,63
19,51
17,07
21,95
26,83
Jumlah 41 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Tabel 4.9 menunjukkan sebanyak 11 responden (26,83%) memiliki jenis
pekerjaan utama sebagai tukang kayu dan batu. Responden yang jenis pekerjaan
utamanya adalah nelayan terdapat 9 responden (21,95%), sedangkan responden yang
pekerjaan utamanya adalah pedagang hasil bumi dan laut terdapat 6 responden
(14,63%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jenis pekerjaan utama responden
sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra bervariasi antara satu
dengan yang lain dan tidak ada yang dominan bila dilihat dari segi jumlah responden
yang menjadikannya sebagai pekerjaan utama.
4.3.5. Kondisi Perumahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah adanya pengelolaan obyek
wisata Bintang Samudra, responden yang tinggal di rumah sendiri mengalami
peningkatan. Lebih jelasnya data temuan penelitian tersebut ditampilkan melalui tabel
4.10 berikut.
58
Tabel 4.10. Status Tempat Tinggal Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah
Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
No. Status
Tempat Tinggal
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1
2
3
Rumah sendiri
Rumah orang tua/numpang
Rumah sewa
16
22
3
20
20
1
39,02
53,66
7,32
48,78
48,78
2,44
Jumlah 41 41 100,00 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang tinggal di rumah sendiri
sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra sebanyak 16 responden
(39,02%) meningkat menjadi 20 responden (48,78%) setelah adanya pengelolaan
obyek wisata Bintang Samudra. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan
responden semakin baik dan meningkat dengan adanya pekerjaan sampingan selain
pekerjaan utama. Pekerjaan sampingan responden adalah kegiatan dan aktifitas
ekonomi yang dilakukan setiap hari libur di obyek wisata Bintang Samudra, berupa
kegiatan menjual makanan dan minuman, mengelola usaha jasa fasilitas MCK, air
bersih, usaha penyewaan tikar, penyewaan ban dalam untuk alat renang, pengelolaan
usaha jasa gazebo, pengelolaan usaha jasa vila dan juga tenaga honorer Pada kantor
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe, yang ditugaskan pada obyek
wisata Bintang Samudra.
Jumlah responden yang tinggal dirumah sendiri meningkat sebanyak 4 kepala
keluarga, jika dibandingkan dengan sebelum adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra. Sedangkan responden yang tinggal di rumah orang tua atau
menumpang berkurang dari 22 menjadi 20 responden atau mengalami penurunanan
59
dari 53,66% menjadi 48,78%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi
sosial responden mengalami peningkatan setelah adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra bila ditinjau dari status tempat tinggal.
4.3.6. Kesehatan
Sesuai dengan hasil penelitian, kesehatan responden yang diteliti mengalami
peningkatan bila ditinjau dari cara berobat, sumber air minum yang digunakan dan
pemilikan jamban. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :
1. Penggunaan fasilitas kesehatan
Untuk penggunaan fasilitas kesehatan sebelum adanya pengelolaan obyek
wisata Bintang Samudra jumlah responden yang mampu berobat melalui dokter
praktek belum ada. Setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra,
jumlah responden yang dapat berobat melalui dokter terdapat 4 responden. Lebih
jelasnya data temuan tersebut ditampilkan melalui tabel berikut.
Tabel 4.11. Cara Berobat Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah
Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
No. Cara Berobat
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1
2
3
4
Melalui dokter praktek
Melalui puskesmas
Beli obat di toko/kios
Melalui dukun
-
19
21
1
4
34
3
-
0,00
46,34
51,22
2,44
9,76
82,92
7,32
0,00
Jumlah 41 41 100,00 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Tabel 4.11menunjukkan bahwa setelah adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra, jumlah responden yang berobat melalui dokter praktek bila
60
kesehatannya terganggu/sakit sebanyak 4 responden (9,76%). Sebelum adanya
pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra, responden bila kesehatannya
terganggu/sakit tidak ada yang melakukan pengobatan pada dokter praktek dan
umumnya responden hanya melakukan pengobatan pada pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas). Namun, setelah adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra dengan presentase sebesar 46,34% meningkat menjadi 82,92%.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang
Samudra, kemampuan ekonomi responden mengalami peningkatan. Sedangkan
responden yang apabila keadaan kesehatannya terganggu (sakit), membeli obat di
kios/toko mengalami penurunan dari 51,22% berkurang menjadi 7,32%, hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra,
tingkat perbaikan ekonomi dan kesadaran responden tentang pentingnya
kesehatan dalam keluarga semakin meningkat. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kondisi kesehatan responden mengalami peningkatan setelah
adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra.
2. Sumber air minum
Seperti halnya dengan pemanfaatan sarana kesehatan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan sumber air minum
melalui perusahaan daerah air minum (PDAM), semakin meningkat setelah
adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra.Lebih jelasnya ditampilkan
melalui tabel 4.12 berikut.
61
Tabel 4.12. Sumber Air Minum Responden di Desa Lalano, Sebelum dan
Setelah Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra
No. Sumber Air Minum
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1
2
3
PDAM
Sumur pompa
Sumur timba
10
9
22
33
2
6
24,39
21,95
53,66
80,49
4,88
14,63
Jumlah 41 41 100,00 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa jumlah responden yang menggunakan air
bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM) setelah adanya pengelolaan
obyek wisata Bintang Samudra meningkat, dari 10 responden (24,39%) menjadi
33 responden atau (80,49%), peningkatan penggunaan PDAM ini dikarenakan
kualitas air PDAM adalah baik sehingga masyarakat cenderung untuk beralih
menggunakan air PDAM. Responden yang menggunakan air bersih dari sumur
pompa, mengalami peningkatan dengan berkurangnya jumlah responden dari
21,95% menjadi 4,88%. Demikian halnya dengan responden yang menggunakan
air bersih dari sumur timba mengalami peningkatan dengan berkurangnya
responden dari 53,66% menjadi 14,63%. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kondisi kesehatan responden mengalami peningkatan kualitas dari sisi
kesehatan bila ditinjau dari sumber air minum yang digunakan.
3. Pemilikan jamban
Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan informasi bahwa responden yang
menggunakan WC permanen meningkat jumlahnya setelah adanya pengelolaan
62
obyek wisata Bintang Samudra. Lebih jelasnya temuan penelitian tersebut
ditampilkan melalui tabel berikut.
Tabel 4.13. Pemilikan Jamban Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah
Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
No. Pemilikan Jamban
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase
(%)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1
2
WC permanen
WC darurat
16
25
21
20
39,02
60,98
51,22
48,78
Jumlah 41 41 100,00 100,00
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dengan adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra keadaan ekonomi dan sosial responden mengalami peningkatan
dalam hal pemahaman akan kebersihan dan kesehatan dalam lingkungan
kehidupan sehari-sehari. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang
menggunakan WC permanen mengalami peningkatan sebesar 12,20% dari
keadaan sebelumnya oleh karena meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang
hidup sehat dengan penyuluhan dan pertemuan yang diprakarsai oleh Puskesmas
Kecamatan Soropia, hal ini dukung pula dengan meningkatnya kemampuan
ekonomi responden dari sektor pekerjaan sampingan sehingga juga mendorong
kesadaran masyarakat untuk memperbaiki perumahan termasuk penggunaan
jamban yang permanen. Demikian pula dengan keadaan responden yang
menggunakan WC darurat mengalami perubahan dengan menurunnya jumlah
responden sebanyak 12,19%. Angka penurunan ini disebabkan karena sebagian
responden lebih mendahulukan kebutuhannya yang lebih penting terutama untuk
pengembangan investasi usaha di obyek wisata Bintang Samudra dan kebutuhan
63
pendidikan keluarga. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi
kesehatan responden menjadi lebih baik setelah adanya pengelolaan obyek wisata
Bintang Samudra bila ditinjau dari aspek pemilikan jamban.
Berdasarkan kondisi ekonomi dan sosial responden baik sebelum maupun
setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra, selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan uji tanda (sign test) melalui bantuan tabel kerja sebagai berikut:
Tabel 4.14. Rekapitulasi Keadaan Ekonomi dan Sosial Masyarakat di Desa Lalano
Sebelum dan Setelah Pengelolaan Obyek Wisata Bintang Samudra
Variabel
Ekonomi
dan Sosial
Kondisi
Ekonomi dan Sosial
(Sebelum
Pengelolaan)
Kondisi
Ekonomi dan Sosial
(Setelah Pengelolaan)
Perbedaan
(Peningkatan) Sign
A. Ekonomi
1. Pendapatan Antara Rp 1.115.000
s/d Rp 1.250.000 per
bulan (19,51%)
Antara Rp 1.115.000 s/d
Rp. 1.250.000 per bulan
(56,10%), dan bahkan ada
18 responden yang
meningkat penghasilannya
dengan kisaran antara
Rp 1.251.000 s/d
Rp 3.250.000 per bulan
(43,90%)
Ada +
2. Pengeluaran Antara Rp 35.000 s/d
Rp 40.000 per hari
(17,07%)
Antara Rp 35.000 s/d
Rp 40.000 per hari
(41,46%) dan 11 responden
yg memiliki peningkatan
pengeluaran dengan
kisaran antara Rp 41.000
s/d Rp 50.000 per hari
(26,83%)
Ada +
3. Tabungan
Antara Rp 101.000
s/d Rp 150.000
per bulan (9,76%)
Antara Rp 100.000 s/d
Rp 150.000 per bulan
(29,27%) dan 7 responden
yang menabung dengan
kisaran Rp 151.000 s/d Rp
200.000 (17,07) serta 2
responden yang menabung
dengan kisaran Rp 201.000
s/d Rp 500.000 per bulan
(4,88%).
Ada +
64
Variabel
Ekonomi
dan Sosial
Kondisi
Ekonomi dan Sosial
(Sebelum
Pengelolaan)
Kondisi
Ekonomi dan Sosial
(Setelah Pengelolaan)
Perbedaan
(Peningkatan) Sign
B. Sosial
1. Mata
pencaharian
Utama
Pedagang hasil bumi
dan laut pengelola
kios campuran,
petani, nelayan,
tukang kayu dan batu
Tidak ada 0
2. Mata
pencaharian
sampingan
Tidak ada Ada pekerjaan sampingan
berupa (penyewaan
gezebo, tikar, fasilitas
mandi, cuci dan kakus,
ban dalam untuk alat
renang, dan adanya
masyarakat lokal yang
diangkat sebagai pegawai
honorer pada Dinas
Budpar Kabupaten
Konawe .
Ada +
3. Kondisi
perumahan
Rumah sendiri
(39,02%)
Rumah sendiri (48,78%) Ada +
C. Kesehatan
1. Cara
berobat
Melalui dokter
praktek ( - )
Melalui dokter praktek
( 9,76%)
Ada +
2. Sumber
Air minum PDAM (24,39%) PDAM (41,46%) Ada +
3. Pemilikan
Jamban
Jamban permanen
(39,02%)
Jamban permanen
(51,22%) Ada +
Sumber: Data primer, Tahun 2016.
Berdasarkan data pada 4.14 tersebut, diperoleh tanda positif sebanyak 8 dan
tanda nol sebanyak 1, maka nilai P dapat dihitung: .89,09
8P Dengan
diketahuinya nilai P, maka nilai Zhitung dapat dihitung sebagai berikut:
335,20,167
0,39
3,00
0,50
0,39
9
0,50
0,50-0,89
n
50
0,50-PZhitung
65
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Zhitung=2,335 sedangkan
nilai Ztabel pada tingkat signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,3289. Artinya bahwa
pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra memberikan impliksi positif bagi
perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat apabila diamati dari indikator peningkatan
pendapatan, konsumsi, tabungan, mata pencaharian sampingan, kondisi perumahan
dan kesehatan.
4.3 Pembahasan.
4.3.1 Strategi Pengelolaan Pariwisata Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra
Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra merupakan salah satu obek
wisata yang perlu dikelola dengan baik. Strategi pengelolaan yang dilakukan perlu
mempertimbangkan adanya aspek-aspek internal berupa kekuatan dan kelemahan
serta aspek-aspek ekternal berupa peluang dan ancaman. Aspek kekuatan yang di
miliki adalah potensi daya tarik wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan
hutan/kebun), adanya penduduk disekitar obek wisata, baru sebagian kecil penduduk
yang mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Taman Pendidikan
Laut Bintang Samudra. Aspek kelemahan adalah transportasi yang terbatas, makan
minum, akomodasi, atraksi wisata, kegiatan wisata, cenderamata juga masih sangat
terbatas, sarana wisata lainnya seperti: toilet, kamar bilas dan lain-lain belum
memadai.
Dapat diketahui bahwa pengelolaan obyek wisata, pembangunan fisik
maupun non fisik dapat dilakukan dengan menggunakan strategi agresif, yaitu
memanfaatkan segala kekuatan yang dimiliki berupa: Potensi daya tarik wisata,
keaslian dan keindahan alam (pantai, bukit dan hutan/kebun), jumlah penduduk 421
66
jiwa atau 70 kepala keluarga, dimana baru sebagian kecil penduduk yang dapat
mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Bintang Samudra. Melalui
kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa: Dengan keberadaan
masyarakat setempat, diharapkan upaya dan kemampuan untuk dapat memahami
kebutuhan wisatawan selama berada di obyek wisata dan menyadari sepenuhnya
betapa pentingnya kehadiran wisatawan, serta mengetahui jenis dan macam usaha,
lapangan kerja yang dapat tercipta dari kedatangan wisatawan, masyarakat
diharapkan mampu mengambil peluang untuk berusaha, mengisi lapangan kerja di
bidang usaha pariwisata dengan mengelola usaha sarana dan prasarana untuk
kebutuhan wisatawan sehingga wisatawan dapat menikmati berbagai macam atraksi
wisata sebagai kebutuhannya, promosi desa wisata oleh masyarakat, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe serta pengelola usaha jasa
pariwisata.
4.3.2. Dampak Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang
Samudra Terhadap Kondisi Ekonomi Dan Sosial Masyarakat
1. Pendapatan
Berdasarkan presentase pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa keberadaan obyek
wisata Bintang Samudra memberikan dampak pada peningkatan pendapatan
responden. Terjadinya pergeseran perubahan pendapatan disebabkan karena adanya
pendapatan sampingan dari aktifitas ekonomi di Bintang Samudra seperti penyedia
jasa makanan dan minuman, penyewaan gazebo, sewa tikar, penyewaan ban dalam
untuk alat renang dan penyedia jasa kamar bilas. Dengan demikian dapat dikatakan
67
bahwa kondisi ekonomi responden menjadi lebih baik dan mengalami peningkatan
setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra bila ditinjau dari aspek
pendapatan.
2. Konsumsi
Berdasarkan presentase pada Tabel 4.6 menunjukan bahwa setelah adanya
pengelolaan obyek wisata Bintang samudra terlihat adanya peningkatan jumlah
besaran konsumsi. Secara umum meningkatnya konsumsi responden setelah
pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra menunjukkan adanya perbaikan kondisi
ekonomi dan sosial masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya, namun
untuk responden yang memiliki aktifitas ekonomi kepariwisataan di Bintang Samudra
cenderung mengurangi konsumsi keluarga dan dipergunakan untuk hal-hal yang
penting seperti menambah kualitas kegiatan kepariwisataan di Bintang Samudra dan
sebagian untuk pendidikan keluarga.
3. Tabungan
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah responden yang
memiliki tabungan, responden yang memiliki tabungan adalah mereka yang memiliki
penghasilan sampingan dari aktifitas dan kegiatan ekonomi di Bintang Samudra dan memiliki
perencanaan untuk pendidikan anak-anaknya serta memperbaiki kondisi perumahan, serta
yang paling menonjol dengan adanya pengelolaan obyek wisata
4. Mata pencaharian
Mata pencaharian utama responden di Desa Lalano tidak mengalami perubahan, akan
tetapi dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra ternyata seluruh responden
memperoleh pekerjaan sampingan berupa kegiatan berjualan makanan dan minuman,
penyiapan jasa layanan air bersih dan fasilitas mandi cuci kakus (MCK), menyewakan tikar,
usaha ban dalam untuk alat renang, penyewaan gazebo, penyewaan vila dan ada juga
masyarakat lokal yang diangkat sebagai pegawai honorer.
68
5. Kondisi perumahan
Pada presentase Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang tinggal di rumah
sendiri sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra sebanyak 16 responden
(39,02%) meningkat menjadi 20 responden (48,78%) setelah adanya pengelolaan obyek
wisata Bintang Samudra. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan responden semakin
baik dan meningkat dengan adanya pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama. Pekerjaan
sampingan responden adalah kegiatan dan aktifitas ekonomi yang dilakukan setiap hari libur
di obyek wisata Bintang Samudra, berupa kegiatan menjual makanan dan minuman,
mengelola usaha jasa fasilitas MCK, air bersih, usaha penyewaan tikar, penyewaan ban
dalam untuk alat renang, pengelolaan usaha jasa gazebo, pengelolaan usaha jasa vila dan
juga tenaga honorer Pada kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe, yang
ditugaskan pada obyek wisata Bintang Samudra.
Jumlah responden yang tinggal dirumah sendiri meningkat sebanyak 4 kepala keluarga,
jika dibandingkan dengan sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra.
Sedangkan responden yang tinggal di rumah orang tua atau menumpang berkurang dari 22
menjadi 20 responden atau mengalami penurunanan dari 53,66% menjadi 48,78%. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi sosial responden mengalami peningkatan setelah
adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra bila ditinjau dari status tempat tinggal.
6. Kesehatan
Sesuai dengan hasil penelitian, kesehatan responden yang diteliti mengalami
peningkatan bila ditinjau dari cara berobat, sumber air minum yang digunakan dan pemilikan
jamban
69
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Strategi yang dapat digunakan dalam pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra
adalah pertumbuhan agresif (SO) yaitu menggunakan kekuatan berupa: Potensi
daya tarik wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan hutan/kebun),
terdapat disekitar obyek wisata Bintang Samudra yaitu 421 jiwa atau 70 kepala
keluarga, hanya sebagian kecil penduduk yang mengambil manfaat dari
keberadaan daya tarik wisata di Bintang Samudra.
Melalui kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa:
Masyarakat setempat memahami kebutuhan wisatawan dan menyadari
pentingnya kehadiran wisatawan serta mengetahui lapangan usaha dan lapangan
kerja tercipta dari kedatangan wisatawan, masyarakat mampu mengambil
peluang untuk berusaha dan mengisi lapangan di bidang pariwisata, sarana dan
prasarana untuk kebutuhan wisatawan memadai, wisatawan dapat menikmati
berbagai macam kegiatan wisata sebagai kebutuhannya, promosi obyek Taman
PendidikanLaut Bintang Samudra perlu ditingkatkan baik melalui media
elektronik maupun media cetak.
2. Adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra memberikan dampak positif
bagi perbaikan kondisi ekonomi (pendapatan, konsumsi, tabungan) dan sosial
70
masyarakat di Desa Lalano Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe (perolehan
mata pencaharian sampingan, perbaikan kondisi perumahan dan kesehatan). Hal
ini diperkuat melalui hasil uji statistik dengan menggunakan uji tanda (Sign Test)
yang menunjukkan bahwa nilai Zhitung = 2,335> Ztabel yaitu 0,3289.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka disarankan agar kiranya pemerintah
daerah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe) dapat meningkatkan
upaya pengelolaan obyek Wisata Bintang Samudra di masa yang akan datang.
Disamping itu, kiranya masyarakat Desa Lalano dapat berpartisipasi secara aktif
dalam mendukung pengelolaan obyek wisata tersebut dengan cara menjaga,
memelihara kelestarian lingkungan serta sarana dan prasarana obyek wisata yang
telah dibangun. Bahkan bila keadaan memungkinkan keberadaan sarana dan
prasarana yang ada dapat ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, dengan harapan
kunjungan wisatawan akan lebih banyak yang menginap.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita. 2010. Pengembangan Pariwisata Suatu Pendekatan Praktis. Batara
Karya. Jakarta
Aryanto R. 2008. Environmental Marketing Pada Ekowisata: Menggerakkan
Ekonomi Rakyat Daerah Otonom (Studi di Kawasan Wisata Ujung Genteng
Kabupaten Sukabumi), (online), [email protected], diakses pada
tanggal 25 Mei 2016.
Cairns dan Ross. 2009. Dampak Pariwisata Terhadap Fasilitas Masyarakat, (online),
http//www.google.com, diakses pada tanggal 25 Mei 2016.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata R.I, 2013. Buku Pegangan Penatar dan
Penyuluh Kepariwisataan Indonesia. Jakarta.
Glasson J. 2010. Pengantar Perencanaan Regional (Penerjemah:Paul Sitohang).
LPFE-UI. Jakarta.
Jackson Ian. 2009. An Introduction to Tourism. Hospitality Press. Melbourne.
Kamaruddin. 2012. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Toronipa Serta
Implikasinya Terhadap Ekonomi dan Sosial Masyarakat Wilayah Kelurahan
Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Tesis. Universitas Halu
Oleo Kendari.(Tidak Dipublikasikan).
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2013. Pengembangan Pemasaran
Pariwisata di Daerah. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata R.I. Jakarta..
Muhammad Yamin. 2008. Studi Pengembangan Wisata Alam Pantai Toronipa
Terhadap Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan
Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Tesis. Universitas Halu
Oleo Kendari.
Musanef. 2010. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Gunung Agung. Jakarta
Pendit S, Nyoman. 2011. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT Pradya
Paramita. Jakarta.
Portal Wirausaha Indonesia. 2013. Konsep Strategi Bisnis, (online),
http://www.gacerindo.com, diakses pada tanggal 25 Mei 2016.
72
Rangkuti Freddy. 2010. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisinis. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Ross Glenn F. 2013. Psikologi Pariwisata (Terjemahan Marianto Samosir). Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
Ryan Chris. 2011. Recreational Tourism: A Social Science Perspective. Routledge.
London.
Sudjana. 2010. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung.
Sukirno Sadono. 2011. Pengantar Teori Makro Ekonomi. LPFE-UI. Jakarta.
Sumaatmadja Nursid. 2011. Pengantar Studi Sosial. Alumni. Bandung.
Suwantoro G. 2012. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi.Yogyakarta.
Suyanto. 2010. Menciptakan Strategi, (online), http://msuyanto.com, diakses pada
tanggal 25 Mei 2016.
Todaro Michael P. 2010. Ilmu Ekonomi Bagi Negara-Negara Sedang Berkembang.
Akademika Presindo. Jakarta.
Winardi. 2011. Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung.
Yoeti, O.A. 2013. Ekonomi Pariwisata. Kompas Media Nusantara. Jakarta.
67