kajian terhadap implementasi peraturan gubernur daerah ... · penalaran induksi. penelitian ini...

13
Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 31 Tahun 2010 Tentang Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Kota Yogyakarta Diajukan oleh : Yedija Eka Bella Bertty NPM : 120510907 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2016

Upload: hoangphuc

Post on 15-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 31 Tahun 2010 Tentang Pekerja Rumah Tangga

(PRT) di Kota Yogyakarta

Diajukan oleh :

Yedija Eka Bella Bertty

NPM : 120510907

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM

2016

Page 2: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan
Page 3: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 31 Tahun 2010 Tentang Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Kota Yogyakarta

Yedija Eka Bella Bertty

Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogyakarta

Email : [email protected]

Abstract

Special Region of Yogyakarta is one of the few provinces that passed a law on domestic workers . The emergence of the Governor of Special Region of Yogyakarta No 31 Year 2010 on

Domestic Workers is responded by passing the Mayor’s Regulation No 48 Year 2011 on Domestic

Workers. The purpose of this research is to find out the implementation of Governor of Special Region of Yogyakarta No 31 Year 2010 on Domestic Workers in Yogyakarta after the government

of Yogyakarta passed the Mayor’s Regulation No 48 Year 2011 on Domestic Workers. This

research uses empirical method. Data sources used are primary data through research done in the

Yogyakarta community and secondary data which is regulation. Data collection techniques are by interview and questionnaires. The result of this research is the Governor of Special Region of

Yogyakarta No 31 Year 2010 on Domestic Workers in Yogyakarta after the government of

Yogyakarta passed the Mayor’s Regulation No 48 Year 2011 on Domestic Workers has not been implemented well so socialization to the community need to be held, and a change and

content/material addition in Mayor’s Regulation No 48 Year 2011 on Domestic is needed.

Keywords : Domestic worker, governor regulation.

1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang’

Sebagai bentuk penghargaan atas

pekerjaan seseorang, hak bekerja

menjadi sangat penting untuk diakui

dan diatur sesuai dengan nilai dan

norma dalam hak-hak asasi manusia

sehingga pemerintah mempunyai

kewajiban untuk memberikan

pengakuan terhadap hak bekerja dan

memberikan perlindungan terhadap

setiap warga Negara untuk dapat

menjalankan pekerjaannya dengan

layak termasuk juga kepada para

tenaga kerja dan mereka yang bekerja

dalam sektor kerumahtanggaan. Demi

menghargai martabat dan harga diri

para Pekerja Rumah Tangga dan

Pemberi Kerja diperlukan produk

hukum berupa peraturan perundang-

undangan yang mengatur segala hal

berkaitan dengan kinerja, upah,

tunjangan, dan berbagai pendapatan

lainnya bagi Pekerja Rumah Tangga

dan hak dan kewajiban bagi Pemberi

Kerja.1

Sejak Oktober 2010 Gubernur

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

telah mengeluarkan Peraturan

Gubernur No.31 Tahun 2010 Tentang

Pekerja Rumah Tangga. Tujuan

pembentukan Peraturan Gubernur No

31 Tahun 2010 Tentang Pekerja

Rumah Tangga dijelaskan dalam Pasal

3 yaitu :

a. Memberikan pengakuan

secara hukum terhadap jenis

pekerjaan kerumahtanggaan.

b. Memberikan pengakuan

bahwa pekerjaan

kerumahtanggaan mempunyai

1R. Joni Bambang S.,S.H.,M.M, 2013, Hukum

Ketenagakerjaan, Cetakan I, CV Pustaka Setia, Bandung, hlm.6

Page 4: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

nilai ekonomis dan nilai

sosiologis.

c. Mengatur hubungan kerja

yang harmonis, produktif serta

menjunjung nilai-nilai moral,

kemanusiaan dan

kekeluargaan.

d. Mewujudkan kesempatan

kerja dan penyediaan tenaga

kerja di bidang

kerumahtanggaan.

e. Memberikan perlindungan

kepada Pekerja Rumah

Tangga dan Pemberi Kerja.

Ketidakberdayaan Pekerja

Rumah Tangga membuat hak-hak

seorang Pekerja Rumah Tangga tidak

diperhatikan oleh Pemberi Kerja

maupun Agen Penyalur yang

menyalurkan Pekerja Rumah Tangga.

Hak-hak seorang Pekerja

Rumah Tangga pada dasarnya diatur

di dalam suatu perjanjian kerja.

Keberadaan perjanjian kerja yang

seharusnya mampu memberikan

jaminan bagi Pekerja Rumah Tangga

dan memberikan perlindungan bagi

Pemberi Kerja tidak mendapatkan

respon positif dari sebagian

masyarakat sehingga banyak

masyarakat yang menggunakan

perjanjian lisan. Hal ini terjadi

dimungkinkan karena kurangnya

sosialisasi mengenai pentingnya

perjanjian kerja dalam penggunaan

jasa Pekerja Rumah Tangga sehingga

masyarakat lebih banyak

menghiraukan pemakaian Perjanjian

Kerja dan lebih sering menggunakan

Perjanjian Lisan.

Dalam tradisi Jawa sendiri

dikenal budaya ngenger, dimana

sebuah keluarga mengajak kerabatnya

atau masih satu keluarga yang kurang

mampu (miskin) untuk tinggal di

rumahnya. Tradisi ini menyebabkan

pemakaian Perjanjian Kerja tidak

diperlukan. Tradisi ini memungkinkan

pula tidak dipenuhinya hak-hak

Pekerja Rumah Tangga seperti upah

yang layak, meskipun dalam Peraturan

Gubernur tentang Pekerja Rumah

Tangga secara formal tidak

mengatur/menyeragamkan besaran

atau berapa nominal upah yang harus

diberikan Pemberi Kerja kepada

Pekerja Rumah Tangga namun dalam

Peraturan Gubernur tentang Pekerja

Rumah Tangga tetap diberikan

semacam rambu atau nominal yang

harus diberikan oleh Pemberi Kerja

kepada Pekerja Rumah Tangga agar

dapat menjadi panduan untuk

menentukan besaran upahnya di

masing-masing wilayah.

Penggunaan Pekerja Rumah

Tangga yang sangat banyak di Daerah

Istimewa Yogyakarta dan

penggunaannya yang tersebar

diseluruh kabupaten yang ada di

Yogyakarta membuat Peraturan

Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 31 Tahun 2010

Tentang Pekerja Rumah Tangga

diharapkan dapat memberikan dampak

yang positif bagi Pekerja Rumah

Tangga maupun Pemberi Kerja.

Munculnya Peraturan Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta yang

mengatur mengenai Pekerja Rumah

Tangga kemudian ditanggapi oleh

pemerintah Kota Yogyakarta dengan

dikeluarkannya Peraturan Walikota

Nomor 48 Tahun 2011 Tentang

Pekerja Rumah TanggaKeberadaan

Peraturan Walikota Kota Yogyakarta

ini merupakan bukti bahwa Kota

Yogyakarta merupakan satu-satunya

Kabupaten yang menindaklanjuti

adanya Peraturan Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor 31

Page 5: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

Tahun 2010 Tentang Pekerja Rumah

Tangga.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

masalah yang telah diuraikan di atas,

maka penulis merumuskan pokok

permasalahan yang akan dibahas

adalah Bagaimana Implementasi

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 31 Tahun 2010

Tentang Pekerja Rumah Tangga

(PRT) di Kota Yogyakarta pasca

diterbitkannya Peraturan Walikota

Nomor 48 Tahun 2011 Tentang

Pekerja Rumah Tangga?

c. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana

implementasi Peraturan Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

31 Tahun 2010 Tentang Pekerja

Rumah Tangga (PRT) di Kota

Yogyakarta pasca diterbitkannya

Peraturan Walikota Nomor 48 Tahun

2011 Tentang Pekerja Rumah Tangga.

d. Tinjauan Pustaka

1) Kajian Terhadap Implementasi

Peraturan Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta

Affan Gaffar mendefenisikan

Implementasi adalah suatu

rangkaian aktifitas dalam rangka

menghantarkan kebijakan kepada

masyarakat sehingga kebijakan

tersebut dapat membawa hasil

sebagaimana yang diharapkan

(Affan Gaffar, 2009;295).

Peraturan perundang-undangan

memiliki jenis dan hierarki yang

dijelaskan pada Pasal 7 ayat (1)

Undang-undang Nomor 12 Tahun

2011. Jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar

Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis

Permusyawaratan

Rakyat;

c. Undang-

Undang/Peraturan

Pemerintah Pengganti

Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah

Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Jenis Peraturan Perundang-

undangan selain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

Undang-undang Nomor 10 Tahun

2011 mencakup peraturan yang

ditetapkan oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Mahkamah

Agung, Mahkamah Konstitusi,

Badan Pemeriksa Keuangan,

Komisi Yudisial, Bank Indonesia,

Menteri, badan, lembaga, atau

komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang

atau Pemerintah atas perintah

Undang-Undang, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi, Gubernur, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten/Kota,Bupati/Walikota,

Kepala Desa atau yang setingkat.

Peraturan Perundang-

undangan sebagaimana dimaksud

pada Pasal 8 ayat (1) diakui

keberadaannya dan mempunyai

kekuatan hukum mengikat

sepanjang diperintahkan oleh

Peraturan Perundang-undangan

yang lebih tinggi atau dibentuk

berdasarkan kewenangan.

Page 6: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

2) Tinjauan Mengenai Pekerja

Rumah Tangga (PRT)

Pekerja Rumah Tangga dalam

Peraturan Walikota Yogyakarta

Nomor 48 Tahun 2011 tentang

pekerja rumah tangga, pasal 1

angka 8 menerangkan bahwa

Pekerja Rumah Tangga yang

selanjutnya disingkat dengan PRT

adalah orang yang bekerja pada

rumah tangga untuk melakukan

pekerjaan kerumahtanggaan

dengan menerima upah.

Istilah Pekerja Rumah Tangga

(PRT) dijelaskan juga dalam

Peraturan Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta pasal 1

Nomor 31 Tahun 2010 tentang

Pekerja Rumah Tangga yaitu

orang yang bekerja pada rumah

tangga untuk melakukan

pekerjaan kerumahtanggaan

dengan memperoleh upah.2

Pekerja Rumah Tangga sendiri

berhak atas :

a. Hari libur;

b. Upah;

c. Kerja yang layak tanpa

kekerasan;

d. Beban kerja dan jenis

kerja yang jelas;

e. Waktu istirahat yang

cukup;

f. Cuti baik karena alasan

kesehatan maupun alasan

lainnya.

2. METODE

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian hukum

yang dipergunakan adalah jenis

2Ketentuan Umum tentang Pekerja Rumah Tangga dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 31 Tahun 2010 tentang Pekerja Rumah Tangga, Berita Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010 Nomor 31.

penelitian hukum empiris yang

bertitik fokus pada perilaku

masyarakat yang hasilnya berupa

fakta sosial dan menggunakan

penalaran induksi. Penelitian ini

dilakukan secara langsung kepada

responden sebagai data utamanya

yang didukung dengan data

sekunder yang terdiri dari bahan

hukum primer dan bahan hukum

sekunder.

b. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan

dengan cara :

1) Studi kepustakaan, yaitu

dengan mempelajari bahan

hukum primer berupa peraturan

perundang-undangan dan

peraturan yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti dan

sekunder berupa buku-buku

yang berkaitan.

2) Studi lapangan

a) Wawancara dilakukan

terhadap Pekerja Rumah

Tangga dan Pemberi Kerja

atau masyarakat pengguna

jasa Pekerja Rumah

Tangga di Kota

Yogyakarta.

b) Kuesioner dengan

mengajukan pertanyaan

kepada responden

berdasarkan kuesioner

yang telah disusun

sebelumnya tentang obyek

yang diteliti (baik bersifat

terbuka atau tertutup).

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah

menetapkan tempat/wilayah

terjadinya permasalahan hukum yang

diteliti. Lokasi dari penelitian ini di

Kota Yogyakarta.

d. Populasi dan Sampel

Page 7: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

a. Populasi dari penelitian ini adalah

Pekerja Rumah Tangga dan

Pemberi Kerja atau masyarakat

pengguna jasa Pekerja Rumah

Tangga di Kota Yogyakarta.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini

adalah Pekerja Rumah Tangga

dan Pemberi Kerja atau

masyarakat yang menggunakan

jasa Pekerja Rumah Tangga di

Kota Yogyakarta. Sampel dalam

penelitian ini dipilih secara acak.

e. Analisis Data

Analisis data yang

digunakan dalam penelitian empiris

ini adalah dengan metode Analisis

secara deskriptif kualitatif. Analisis

Deskriptif Kualitatif adalah suatu

metode analisis data yang dilakukan

dengan mengolah dan menganalisis

secara sistematis, kemudian disajikan

dalam bentuk uraian kalimat yang

logis selanjutnya untuk memperoleh

kesimpulan yag dimulai dari

pernyataan atau fakta-fakta khusus

menuju pada kesimpulan yang

bersifat umum kemudian ditarik

suatu kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Tinjauan Umum Terkait

Implementasi Peraturan Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebagai negara hukum, negara

berkewajiban melaksanakan

pembangunan hukum nasional yang

dilakukan secara terencana, terpadu,

dan berkelanjutan dalam sistem

hukum nasional yang menjamin

perlindungan hak dan kewajiban

segenap rakyat Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat atas peraturan

perundang-undangan yang baik,

perlu dibuat peraturan mengenai

pembentukan peraturan perundang-

undangan yang dilaksanakan dengan

cara dan metode yang pasti, baku,

dan standar yang mengikat semua

lembaga yang berwenang

membentuk peraturan perundang-

undangan. Pasal 56 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2004 menyatakan

bahwa semua Keputusan Presiden,

Keputusan Menteri, Keputusan

Gubernur,Keputusan

Bupati/Walikota, atau keputusan

pejabat lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 54 yang

sifatnya mengatur, yang sudah ada

sebelum undang-undang ini berlaku,

harus dibaca peraturan , sepanjang

tidak bertentangan dengan undang-

undang ini.3

Peraturan perundang-undangan

memiliki jenis dan hierarki yang

dijelaskan pada Pasal 7 ayat (1)

Undang-undang Nomor 12 Tahun

2011. Jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan terdiri atas:

1) Undang-Undang Dasar

Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2) Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat;

3) Undang-Undang/Peraturan

Pemerintah Pengganti

Undang-Undang;

4) Peraturan Pemerintah;

5) Peraturan Presiden;

6) Peraturan Daerah

Provinsi; dan

7) Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota

3Prof. Dr, Jimly Asshiddiqie,S.H, 2012, Pengantar

Ilmu Hukum Tata Negara, Cetakan ke-4, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.181.

Page 8: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

viii

Peraturan Daerah Provinsi

adalah Peraturan Perundang-

undangan yang dibentuk oleh

Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi dengan

persetujuan bersama Gubernur

(Pasal 1 angka 7 UU 12/2011).

Materi muatan Peraturan Daerah

Provinsi berisi materi muatan

dalam rangka penyelenggaran

otonomi daerah dan tugas

pembantuan serta menampung

kondisi khusus daerah dan/atau

penjabaran lebih lanjut Peraturan

Perundang-undangan yang lebih

tinggi (Pasal 14 UU 12/2011).

Pada sisi lain, Peraturan

Gubernur juga merupakan jenis

peraturan perundang-undangan,

akan tetapi Peraturan Gubernur

baru diakui keberadaannya dan

mempunyai kekuatan hukum

mengikat sepanjang

diperintahkan oleh Peraturan

Perundang-undangan yang lebih

tinggi atau dibentuk berdasarkan

kewenangan (Pasal 8 ayat (2)

UU 12/2011).

Perbedaan paling mendasar

antara Peraturan Daerah Provinsi

dengan Peraturan Gubernur

terletak pada kewenangan

pembentukan. Peraturan Daerah

Provinsi dibentuk dengan cara

membuat Rancangan Peraturan

Daerah terlebih dahulu,

kemudian Rancangan Peraturan

Daerah yang telah disetujui

bersama oleh DPRD Provinsi

dan Gubernur disampaikan oleh

Pimpinan DPRD Provinsi

kepada Gubernur untuk

ditetapkan menjadi Peraturan

Daerah Provinsi (Pasal 78 ayat

(1) UU 12/2011). Sedangkan,

kewenangan pembentukan

Peraturan Gubernur ada pada

Gubernur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang lebih

tinggi (dalam hal ini juga

termasuk Peraturan Daerah

Provinsi), atau dibentuk

berdasarkan kewenangan

Gubernur. Berdasarkan

penjelasan tersebut, diketahui

bahwa secara hierarki,

kedudukan Peraturan Daerah

Provinsi lebih tinggi daripada

Peraturan Gubernur.

Peraturan Gubernur juga

dapat diterbitkan tanpa adanya

Peraturan Daerah Provini

dengan syarat hal yang diatur

oleh Peraturan Gubernur

merupakan urusan wajib yang

menjadi kewenangan pemerintah

daerah Provinsi.4

b. Tinjauan Umum Terkait

Pekerja Rumah Tangga.

Peraturan Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta pasal 1

Nomor 31 Tahun 2010 tentang

Pekerja Rumah Tangga

menjelaskan bahwa Pekerja

Rumah Tangga adalah orang

yang bekerja pada rumah tangga

untuk melakukan pekerjaan

kerumahtanggaan dengan

memperoleh upah.5

4http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt510e536c2e2e5/perbedaan-pergub-dengan-perda 5Ketentuan Umum tentang Pekerja Rumah Tangga dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 31 Tahun 2010 tentang Pekerja Rumah Tangga, Berita Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010 Nomor 31.

Page 9: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

ix

Pekerja Rumah Tangga dalam

Pasal 1 angka 8 Peraturan

Walikota Yogyakarta Nomor 48

Tahun 2011 tentang pekerja

rumah tangga, diterangkan

bahwa Pekerja Rumah Tangga

yang selanjutnya disingkat

dengan PRT adalah orang yang

bekerja pada rumah tangga

untuk melakukan pekerjaan

kerumahtanggaan dengan

menerima upah.

Pekerjaan kerumahtanggan

adalah suatu pekerjaan yang

dilakukan dalam lingkup rumah

tangga. Klasifikasi pekerjaan

kerumahtanggan berdasarkan

waktu/jam kerja akomodasi

terdiri atas bekerja penuh waktu

dan paruh waktu.Jenis pekerjaan

kerumahtanggan terdiri atas

pekerjaan pokok dan pekerjaan

tambahan. Pekerjaan pokok

adalah pekerjaan

kerumahtanggan pada umumnya

seperti urusan boga, urusan

kebersihan dan lain-lain.

Pekerjaan tambahan adalah

ragam pekerjaan

kerumahtanggan tambahan

sesuai dengan kesepakatan

antara Pemberi Kerja dengan

Pekerja Rumah Tangga.

Pengertian Upah dalam

Peraturan Gubernur DIY Nomor

31 Tahun 2010 tentang Pekerja

Rumah Tangga adalah sejumlah

uang yang diberikan oleh

Pemberi Kerja kepada Pekerja

Rumah Tangga atas prestasi dan

jasa yang telah diberikan oleh

Pekerja Rumah Tangga

danditerima oleh Pemberi Kerja.

Besaran atau berapa nominal

upah yang harus diberikan

Pemberi Kerja kepada Pekerja

Rumah Tangga tidak

diatur/diseragamkan dalam

Peraturan Gubernur Tentang

Pekerja Rumah Tangga dengan

pertimbangan bahwa sangat sulit

dan terkesan tidak realistis untuk

menyamakan upah Pekerja

Rumah Tangga di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta

secara seragam, hal tersebut

dikarenakan letak geografis dan

tingkat kebutuhan hidup yang

berbeda-beda diantara daerah

yang satu dengan yang lain,

antara kabupaten dengan kota

dan lain sebagainya. Namun

Pemerintah telah memberikan

rambu-rambu mengenai upah

minimum yaitu disesuaikan

dengan kemampuan Pemberi

Kerja dengan tetap

mempertimbangkan pada tingkat

upah umum Pekerja Rumah

Tangga yang berlaku di tempat

mereka bekerja.

Dari Hasil Penelitian Pekerja

didapati Majikan (Pemberi

Kerja) sering menunda

pembayaran upah mereka

bahkan ada yang tidak

dibayarkan upahnya. Apabila

Pekerja bekerja melalui Penyalur

resmi mereka akan melaporkan

keterlambatan bahkan gaji yang

tidak dibayar kepada pihak

Penyalur namun bagi Pekerja

yang tidak bekerja melalui

Penyalur mereka tidak tahu

harus melapor kemana karena

urusan hubungan kerja ini

merupakan urusan individu

antara Pekerja dengan

Majikannya (Pemberi Kerja),

beberapa Pekerja merasa

sungkan apabila melapor kepada

ketua RT/RW.

Page 10: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

x

Keputusan pemerintah

untuk tidak menyeragamkan

standar pengupahan ini dinilai

baik dikarenakan masyarakat

banyak yang memakai sistem

kekeluargaan dan masyarakat

juga sudah memberikan

kenaikan gaji setiap 3 bulan

sekali dengan besaran minimal

10%.

Peraturan Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor 31

Tahun 2010 Tentang Pekerja

Rumah Tangga (PRT) juga

mengatur bahwa Agen Penyalur

Pekerja Rumah Tangga dilarang

memungut uang dari Pekerja

Rumah Tangga. Agen Penyalur

Pekerja Rumah Tangga hanya

mendapatkan imbalan dari

Pemberi Kerja dan tidak

diperkenankan sedikitpun

memungut uang dari Pekerja

ataupun memotong upah Pekerja

Rumah Tangga. Kebijakan ini

seringkali dilanggar oleh Agen

Penyalur Pekerja Rumah Tangga

yang nakal karena tidak adanya

sanksi tertulis apabila seorang

Agen Penyalur Rumah Tangga

kedapatan memungut uang dari

Pekerja.

Ketua/Pengurus RT/RW atau

Sebutan Lain di wilayahnya ,

dilibatkan peran dan tanggung-

jawabnya di dalam Peraturan

Gubernur tentang Pekerja

Rumah Tangga ini. Peran dan

tanggung jawab tersebut adalah :

a. Melakukan pencatatan

atas masuknya Pekerja

Rumah Tangga yang

bekerja sebagai Pekerja

Rumah Tangga di wilayah

administrasinya.

b. Menyimpan fotokopi

Perjanjian kerja antara

Pemberi Kerja dan pekerja

Rumah Tangga dalam hal

perjanjian kerja tersebut

dilakukan secara tertulis.

c. Memberikan saran dan

masukan mengenai hal-hal

yang perlu diketahui baik

oleh Pekerja Rumah Tangga

maupun Pemberi Kejra

terkait adanya Perjanjian

Kerja diantara merkea ,

maupun berkaitan dengan

kebiasaan dari tradisi yang

berlaku di wilayahnya.

d. Dalam hal terjadi

perselisihan antara Pekerja

dengan Pemberi Kerja,

maka Ketua/Pengurus

RT/RW atau Sebutan Lain ,

berkewajiban menjadi

mediator bagi kedua belah

pihak untuk dapat dilakukan

penyelesaiannya secara

musyawarah untuk mufakat.

e. Dalam pelaksaanaan

mediasi tersebut,

Ketua/Pengurus RT/RW

atau Sebutan Lain wajib

memberikan

kesempatan/memperbolehka

n kepada pihak Pekerja

Rumah Tangga untuk

didampingi oleh Serikat

Pekerja Rumah Tangga ,

bila hal tersbut

dibutuhkan/dimintakan oleh

pihak Pekerja Rumah

Tangga.

Peran Ketua RT/RW atau

Sebutan Lain ini belum berfungsi

dengan maksimal.Ketua RT/RW

atau Sebutan Lain tidak pernah

melakukan sosialisasi kepada

Pekerja bahkan melakukan

Page 11: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

xi

pendataan Pekerja sehingga

Pekerja yang bekerja tanpa

melalui Agen Penyalur Tenaga

Kerja tidak mengetahui hak dan

kewajiban yang seharusnya

mereka dapatkan ataupun

mengetahui keberadaan Peraturan

Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 31 Tahun

2010 Tentang Pekerja Rumah

Tangga.

4. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan

terhadap pokok permasalahan pada

penelitian ini, penulis mengambil

kesimpulan bahwa implemetasi dari

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 31 Tahun 2010

Tentang Pekerja Rumah Tangga

(PRT) di Kota Yogyakarta pasca

diterbitkannya Peraturan Walikota

Nomor 48 Tahun 2011 Tentang

Pekerja Rumah Tangga belum

terlaksana dengan baik karena :

a. Tidak adanya sosialisasi dari

pihak pemerintah kepada

masyarakat, ketua RT/RW

maupun pejabat pemerintah

terkait sehingga Pekerja Rumah

Tangga yang bekerja di Kota

Yogyakarta tidak mengetahui

adanya Peraturan Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 31 Tahun 2010 Tentang

Pekerja Rumah Tangga (PRT)

dan Peraturan Walikota Nomor

48 Tahun 2011 Tentang Pekerja

Rumah Tangga sehingga Pekerja

Rumah Tangga yang bekerja

tanpa melalui Agen Penyalur

Pekerja Rumah Tangga tidak

mengetahui hak dan kewajiban

mereka dengan jelas.

b. Tidak implementatif karena

muatan materi yang terdapat

dalam Peraturan Walikota

Nomor 48 Tahun 2011 Tentang

Pekerja Rumah Tangga bukan

merupakan tindak lanjut dari

adanya Peraturan Gubernur

Nomor 31 Tahun 2010 Tentang

Pekerja Rumah Tangga

contohnya dalam Peraturan

Walikota Nomor 48 Tahun 2011

Tentang Pekerja Rumah Tangga

(PRT) tidak ada peraturan lebih

lanjut mengenai sanksi bagi

Pemberi Kerja yang tidak

membayarkan upah atupun

Pemberi Kerja yang

memotong/menuda pembayaran

upah.

c. Kesadaran masyarakat akan

pentingnya Perjanjian Kerja

tertulis masih sangat kurang.

5. REFERENSI

Buku :

a. Abdul Rachmad Budiono,

2009, Hukum

Perburuhan, Cetakan

Pertama, PT Indeks,

Jakarta, hlm.8.

b. Balai Pustaka, 2-1, Kamus

Besar Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka, Jakarta,

hlm.545.

c. Bunga-bunga di atas

Padas, Fenomena Pekerja

Rumah Tangga Anak di

Inonesia, ILO-

IPEC,2004, hlm.21.

d. Emmanuel Kurniawan,

2013, Tahukah Anda ?

Hak-Hak Karyawan tetap

dan Kontrak , Cetakan I,

Dunia Cerdas, Jakarta

Timur, hlm.6.

e. Hardijan Rusli, 2004,

Hukum Ketenagakerjaan,

Cetakan II, Penerbit

Ghalia Indonesia, Bogor,

hlm.7.

Page 12: Kajian Terhadap Implementasi Peraturan Gubernur Daerah ... · penalaran induksi. Penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung dengan

xii

f. Imam Soepomo, SH,

1976, Pengantar Hukum

Perburuhan, Cetakan II,

Penerbit Djambatan,

Jakarta Pusat, hlm.58

g. Jimly Asshiddiqie, 2012,

Pengantar Ilmu Hukum

Tata Negara, Cetakan ke-

4, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta,

hlm.181.

h. Joni Bambang S.R, 2013,

Hukum Ketenagakerjaan,

Cetakan I, CV Pustaka

Setia, Bandung, hlm.6

i. KBBI, 1990, Balai

Pustaka, Jakarta, hlm.927.

j. Mian Khurshid A. Nasim,

Interpretation of Statutes,

(Lahore:Mansoor Book

House,1998), hlm.8

k. Saparinah Sadli, Pekerja

Rumah Tangga dan

Pentingnya Pendidikan

Adil Gender,1999.

l. Solichin Abdul Wahad

,2001, Analisis

Kebijaksanaan, Cetakan

II, PT Bumi Aksara,

Jakarta, hlm.64-65.

Jurnal/Majalah :

a. Human Rights Watch

Vol.17, No. 7(C),

Selalu Siap Disuruh

Pelecehan dan

Eksploitasi terhadap

Pekerja Rumah

Tangga Anak di

Indonesia.

b. Kabar PRT Edisi

Agustus 2010, Tunas

Mulia Yogyakarta,

hlm.1

Peraturan Perundang-undangan :

a. Ketentuan Umum

tentang Pekerja

Rumah Tangga

dalam Peraturan

Gubernur Daerah

Istimewa

Yogyakarta

Nomor 31 Tahun

2010 tentang

Pekerja Rumah

Tangga, Berita

Daerah Provinsi

Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun

2010 Nomor 31.

b. Peraturan

Gubernur Daerah

Istimewa

Yogyakarta

Nomor 31 Tahun

2010 tentang

Pekerja Rumah

Tangga.

c. Peraturan

Walikota Nomor

48 Tahun 2011

Tentang Pekerja

Rumah Tangga.

d. Undang-Undang

R.I Nomor 13

Tahun 2003 dan

Peraturan

Pemerintah RI

Tahun 2013

Tentang

Ketenagakerjaan,

Cetakan V, Citra

Umbara, Bandung,

hlm.3.

Website :

a. www.gugustugastrafficking.o

rg

b. http://www.hukumonline.com

/klinik/detail/lt510e536c2e2e

5/perbedaan-pergub-dengan-

perda