laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat...
TRANSCRIPT
PROFIL PASIEN LOW BACK PAIN POLIKLINIK
ORTHOPAEDI RSUP FATMAWATI TAHUN 2013
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Memeroleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh
RASYAD WICAKSONO
NIM: 111103000072
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
iii
PROFIL PASIEN LOW BACK PAIN POLIKLINIK ORTHOPAEDI RSUP
FATMAWATI TAHUN 2013
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan penelitian ini dengan judul “Profil Pasien Low Back
Pain Poliklinik Orthopaedi RSUP Fatmawati Tahun 2013”. Dalam pelaksanaan
penulisan hasil penelitian ini, peneliti telah banyak memperoleh bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,
DR. Arif Sumantri, S.K.M, M. Kes, Dr. Dra. Delina Hasan, Apt, M. Kes,
selaku Dekan dan Wakil Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakart serta dr.
Witri Ardini, M. Gizi, Sp. GK selaku Kaprodi PSPD UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. dr.Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT dan dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT selaku
Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yang telah memberikan banyak dukungan,
motivasi, semangat, masukan, dan nasihat serta telah mencurahkan banyak
waktu, pikiran, dan segenap tenaga untuk membimbing saya hingga mampu
menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.
3. dr. Risahmawati Ph.D, dr. Marita Fadhilah, Ph.D, dan dr. Ayat Rahayu,
Sp.Rad yang telah bersedia hadir untuk memberi masukan dan nasihat dalam
presentasi proposal penelitian saya, serta dr. Dwi Tyastuti, MPH, Ph.D dan dr.
Lucky Briliantina, M.Biomed selaku penguji dalam sidang akhir yang
memberi banyak masukan untuk perbaikan laporan ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab Modul Riset yang selalu
mengingatkan dan memotivasi peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian.
5. Seluruh anggota keluarga kandung saya yang namanya tidak dapat saya
sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk kasih sayang dan doa yang terus
menerus dipanjatkan, pengorbanan dengan penuh keikhlasan, serta ridho yang
memberi kemudahan dalam setiap langkah kehidupan saya.
vi
6. Ayah tiri saya, almarhum Rusdian Rahman, yang senantiasa menghibur saya
di kala kejenuhan semasa menjalani masa pendidikan dan meyakinkan diri
untuk pantang menyerah mengejar cita-cita sampai akhir hayatnya.
7. dr. Zainal Adhim, SpTHT-KL, Ph.D selaku Ketua Komisi Etik RSUP
Fatmawati Jakarta yang telah memberikan izin untuk pengambilan data, dr.
Endang Poedjiningsih, M. Epid selaku Sekretaris Komisi Etik RSUP
Fatmawati Jakarta yang telah memberi bimbingan dan arahan dalam
memahami metodologi penelitian, serta drg. Danik Hariyani, SpKG selaku
pegawai Diklit RSUP Fatmawati Jakarta yang telah membantu proses
perizinan pengambilan data di IRMIK RSUP Fatmawati Jakarta.
8. Ibu Adiany Biring dan Ibu Dewi selaku pegawai IRMIK RSUP Fatmawati
Jakarta, dan teman sejawat saya, Diana Nurmalasari, yang sangat sabar dalam
membantu peneliti dalam mengumpulkan data rekam medis yang dibutuhkan.
9. Ibu Pipit dan Bapak Ajip selaku pegawai administrasi FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam proses pembuatan surat
perizinan penelitian dan persetujuan komisi etik.
10. Teman-teman kelompok riset, Yofara Maulidiah Muslihah dan Cut Neubi
Getha. Semoga petualangan kita menjadi awal kesuksesan kita selanjutnya.
11. Teman-teman PSPD 2011.Terima kasih banyak atas kebersamaannya selama
ini..
Akhir kata, peneliti bersedia menerima saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini.
Ciputat, 9 September 2014
Rasyad Wicaksono
vii
ABSTRAK
Rasyad Wicaksono. Program Studi Pendidikan Dokter. Profil Pasien Low
Back Pain di Poliklinik Orthopaedi RSUP Fatmawati pada Tahun 2013.
Low back pain (LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal
yang sering terjadi. Meski umumnya bersifat tidak letal, LBP dapat menyebabkan
penurunan produktivitas pengidapnya. Penelitian ini dilakukan untuk mencari
tahu faktor-faktor predisposisi pasien LBP berupa jenis kelamin, usia, indeks
massa tubuh (IMT), dan tingkat pendidikan. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah potong lintang. Data diperoleh dari rekam medis pasien LBP
yang mengunjungi poliklinik orthopaedi RSUP Fatmawati pada tahun 2013.
Sebanyak 43 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan
dalam penelitian ini. Pada tahun 2013, LBP mencakup 3,2% dari seluruh kasus
yang ditangani poliklinik orthopaedi RSUP Fatmawati. Berdasarkan karakteristik
yang diteliti, ditemukan bahwa kelompok dengan jumlah pasien terbanyak
masing-masing adalah jenis kelamin wanita (62,8%), usia di atas 64 tahun
(34,9%), kriteria IMT obesitas 1 25,0 - 30,0 (34,9%), dan tingkat pendidikan
tamat SMA (44,2%).
Kata kunci : low back pain, jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, tingkat
pendidikan.
viii
ABSTRACT
Rasyad Wicaksono. Medical Education Study Programme. Profile of Patients
with Low Back Pain in Fatmawati General Hospital Orthopaedics Center in
2013.
Low back pain (LBP) is one of the most prevalent musculoskeletal
disorder. Although most cases are considered as not lethal, LBP could impair
patients productivity. This study is conducted to depict the predisposition factors
of patients with LBP, such as sex, age, BMI, and education level. Data were
collected from medical history of patients diagnosed with LBP consulting to
orthopaedics center of Fatmawati General Hospital in 2013. Forty three medical
history matching the inclusion criteria were included in this study. LBP comprises
3,2% of the total case presented at orthopaedic center of Fatmawati General
Hospital. The group with the largest prevalence of each characteristic were
female (58,1%), age above 64 years old (34,9%), BMI 25,0-30,0 (34,9%), and
senior highschool education (44,2%).
Keywords: low back pain, sex, age, body mass index, education level.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1. Landasan Teori ......................................................................................... 4
2.1.1. Definisi Low Back Pain .................................................................... 4
2.1.2. Anatomi Tulang Belakang ................................................................ 4
2.1.2.1. Columna vertebralis ................................................................... 4
2.1.2.2. Diskus intervertebralis ............................................................... 6
2.1.2.3. Sendi Facet ................................................................................. 8
2.1.3. Etiologi dan Klasifikasi ................................................................... 10
2.1.4. Epidemiologi ................................................................................... 15
2.1.5. Faktor-Faktor Risiko ....................................................................... 15
2.1.5.1. Jenis Kelamin ........................................................................... 15
2.1.5.2. Usia .......................................................................................... 16
x
2.1.5.3. Indeks Massa Tubuh (IMT) ..................................................... 18
2.1.5.4. Tingkat Pendidikan .................................................................. 18
2.2. Kerangka Konsep ................................................................................... 20
2.3. Kerangka Teori ....................................................................................... 21
2.4. Definisi Operasional ............................................................................... 22
BAB III ................................................................................................................. 23
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 23
3.1. Desain Penelitian .................................................................................... 23
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 23
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 23
3.3.1. Populasi Subjek Penelitian .............................................................. 23
3.3.2. Besar Sampel ................................................................................... 24
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 24
3.3.4. Kriteria Sampel ............................................................................... 25
3.3.4.1. Kriteria Inklusi ......................................................................... 25
3.3.4.2. Kriteria Eksklus ....................................................................... 25
3.4. Cara Kerja Penelitian .............................................................................. 25
3.5. Alur Penelitian ........................................................................................ 26
3.6. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 26
3.7. Etika Penelitian ....................................................................................... 26
BAB IV ................................................................................................................. 27
4.1. Karakteristik Data Penelitian .................................................................. 27
4.2. Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 28
4.2.1. Prevalensi LBP di Poliklinik Orthopaedi RSUP Fatmawati tahun
2013 28
4.2.2. Jenis Kelamin .................................................................................. 28
4.2.3. Usia ................................................................................................. 30
4.2.4. Indeks Massa Tubuh ....................................................................... 31
4.2.5. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 32
4.3. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 34
BAB 5 ................................................................................................................... 35
4.4. Kesimpulan ............................................................................................. 35
xi
5.1. Saran ....................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
LAMPIRAN .......................................................................................................... 43
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Persentase Low Back Pain Berdasarkan Jenis Kelamin di Amerika Serikat
............................................................................................................................... 16
Tabel 2 Persentase Low Back Pain Berdasarkan Usia di Amerika Serikat........... 17
Tabel 3 Persentase Low Back Pain Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Amerika
Serikat ................................................................................................................... 20
Tabel 4 Prevalensi LBP dari semua kasus orthopaedi .......................................... 28
Tabel 5 Prevalensi LBP Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 28
Tabel 6 Prevalensi LBP Berdasarkan Kelompok Usia ......................................... 30
Tabel 7 Prevalensi LBP Berdasarkan IMT ........................................................... 31
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ruas-ruas tulang belakang .................................................................... 5
Gambar 2. Potongan sagittal persendian vertebra lumbal ....................................... 6
Gambar 3. Persendian tulang vertebra cervical ....................................................... 8
Gambar 4. Persendian tulang vertebra thoracal ...................................................... 9
Gambar 5. Persendian tulang vertebra lumbar ...................................................... 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu keluhan yang sering kali menjadi penyebab pasien berkunjung
ke pusat pelayanan kesehatan maupun berusaha mengobati diri sendiri adalah
nyeri.1 Nyeri dapat didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman, resah, atau derita
yang timbul akibat stimulasi ujung saraf nociceptor.2 Tergantung pada lokasi dan
jenisnya, nyeri dapat menganggu pelaksanaan aktivitas sehari-hari3 atau bahkan
perilaku seseorang.4 Secara umum, nyeri berfungsi untuk memicu perilaku
protektif atau menghindari bahaya agar bagian tubuh yang terkait tidak
mengalami kerusakan lebih lanjut.5
Salah satu jenis nyeri terkait sistem muskuloskeletal yang paling sering
terjadi adalah low back pain (LBP). LBP adalah nyeri yang dirasakan pada
punggung bagian bawah. LBP bukanlah sebuah diagnosis akhir, melainkan
sebuah manifestasi klinis dari kelainan yang menimbulkan sensasi nyeri pada
daerah punggung di bawah garis costae ke-12 dan di atas lipatan gluteal dengan
atau tanpa nyeri pada tungkai bawah.6
Prevalensi LBP semasa hidup diperkirakan mencapai 84% dengan 23%
pasien mengalami LBP secara kronik. Derajat nyeri yang dirasakan dapat
bervariasi dari ringan sampai cukup parah sehingga dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari individu, sekitar 11-12% pasien mengalami gangguan dalam
beraktivitas akibat gejala LBP yang mereka alami.7
Tergantung dari tingkat keparahan kasus LBP yang dialami pasien, beban
ekonomi yang ditanggung dapat berbeda-beda. Dari hasil sebuah systematic
review terhadap berbagai studi terkait hal LBP, beban ekonomi yang ditimbulkan
oleh LBP terdiri dari biaya terapi fisik (17%), rawat inap (17%), konsultasi (13%),
dan obat (13%). Sisa beban ekonomi yang ditanggung oleh pasien berasal dari
2
kerugian akibat berkurangnya kemampuan untuk beraktivitas secara
optimal dalam menjalani pekerjaannya.8
LBP dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan. Berdasarkan
etiologinya, LBP dapat digolongkan menjadi viserogenik, vaskulogenik,
neurogenik, spondilogenik, dan psikogenik.9Namun, pada sekitar 84% kasus,
penyebab yang spesifik tidak dapat ditemukan sehingga LBP tersebut
digolongkan sebagai non spesifik.10
Meski penyebab yang spesifik sulit untuk diidentifikasi, terdapat berbagai
macam faktor yang terkait dengan peningkatan risiko terjadinya LBP. Informasi
mengenai faktor-faktor tersebut dapat ditemukan di dalam rekam medis. Namun,
di Indonesia, penyusunan laporan secara deskriptif mengenai profil pasien LBP di
pusat-pusat pelayanan kesehatan belum banyak dilakukan.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimanakah profil pasien LBP di poli orthopaedi RSUP Fatmawati?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui profil pasien LBP di poliklinik orthopaedi RSUP
Fatmawati berdasarkan faktor-faktor risiko.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui profil jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, dan tingkat
pendidikan di poliklinik orthopaedi RSUP Fatmawati.
3
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai profil jenis
kelamin, usia, indeks massa tubuh, dan tingkat pendidikan pasien LBP
di poli orthopaedi RSUP Fatmawati.
Institusi
Menambah literatur kesehatan khususnya mengenai profil jenis
kelamin, usia, indeks massa tubuh, dan tingkat pendidikan pasien LBP
di poli orthopaedi RSUP Fatmawati.
Peneliti
Menambah pengetahuan peneliti mengenai profil jenis kelamin, usia,
indeks massa tubuh, dan tingkat pendidikan pasien LBP di poli
orthopaedi RSUP Fatmawati, sekaligus menjadi referensi untuk
penelitian yang lebih lanjut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
2.1.1. Definisi Low Back Pain
Salah satu bagian tubuh yang sering mengalami nyeri adalah punggung.
Secara anatomis, nyeri pada punggung dapat diklasifikasikan menjadi neck pain
(nyeri pada regio servikal), upper back pain (nyeri pada regio torakal), dan low
back pain (LBP, nyeri pada regio lumbosakral).11
Berdasarkan International
Classification of Disease, LBP dilambangkan dengan kode M54.5 dan
didefinisikan sebagai nyeri akut atau kronik di regio lumbal atau sakral yang
mungkin terkait dengan sprain pada otot, strain pada ligamen, pergeseran diskus
intervertebralis, maupun kondisi lainnya.12
Definisi tersebut juga digunakan untuk
mendiagnosis LBP yang bersifat non spesifik, yaitu LBP dengan etiologi tanpa
etiologi yang jelas. 10
Salah satu penyebab sulitnya menemukan etiologi LBP adalah banyaknya
struktur yang dapat berkontribusi menimbulkan nyeri, seperti tulang vertebra,
diskus intervertebralis, sendi faset, maupun jaringan lunak disekitarnya. 11
LBP
tidak selalu disebabkan oleh gangguan pada sistem muskuloskeletal saja. Sebagai
penghubung antara sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat, nyeri alih yang timbul
akibat gangguan organ viseral seringkali ikut dialihkan ke punggung. 5
2.1.2. Anatomi Tulang Belakang
2.1.2.1.Columna vertebralis
Columna vertebralis adalah salah satu komponen penyusun trunkus tubuh
yang berada di bagian posterior tubuh. Columna vertebrata memanjang dan
menyokong bagian di antara kepala hingga pelvis. Pada orang dewasa, panjang
columna vertebralis adalah sekitar dua per lima dari panjang tubuh.13
5
Persendian columna vertebralis tergolong sendi synarthrosis, yakni sendi
yang memungkinkan sedikit atau bahkan tidak ada gerakan sama sekali. Jaringan
yang menghubungkan antara masing-masing tulang vertebra adalah kartilago
hialin. Hal ini memungkinkan columna vertebra untuk digerakkan ke arah depan,
belakang, samping, maupun rotasi.13
Gambar 2.1. Ruas-ruas tulang belakang14
Jumlah tulang vertebra penyusun columna vertebralis pada anak-anak
adalah 33. Ketika beranjak dewasa, beberapa ruas di daerah sacral dan coccygeal
bergabung sehingga pada umumnya orang dewasa hanya memiliki 26 ruas tulang
vertebra yang terpisah. Distribusi jumlah ruas dari setiap daerah columna vertebra
adalah:
7 ruas vertebra cervicales (leher)
12 ruas vertebra thoracales (punggung)
5 ruas vertebra lumbares (pinggang)
1 ruas vertebra sacrales (kelangkang) yang terdiri dari 5 ruas yang
bergabung
1 ruas vertebra coccygeals (tungging) yang terdiri dari 4 ruas yang
bergabung
6
2.1.2.2.Diskus intervertebralis
Diskus intervertebralis merupakan jaringan fibrokartilago yang berfungsi
untuk menyerap dan menyebarkan beban yang ditanggung oleh tulang punggung
secara merata serta memungkinkan pergerakan pada tulang belakang. Manusia
memiliki 23 diskus interverterbralis yang menghubungkan masing-masing tulang
vertebrae. Tinggi dan diameter diskus intervertebralis mengalami peningkatan
dari vertebra servikal ke vertebra lumbar.14
Gambar 2.2. Potongan sagittal persendian vertebra lumbal14
Meski ukuran dari masing-masing diskus intervertebralis tidaklah sama,
seluruh diskus intervertebralis memiliki struktur dasar dan komposisi biokimia
yang sama. Secara makroskopis, diskus intervertebralis terbagi menjadi bagian
dalam dan bagian luar. Bagian dalam diskus intervertebralis terdiri dari nukleus
pulposus yang bersifat gelatin dan bagian luarnya terdiri dari annulus fibrosus.
Sifat gelatin nukleus pulposus disebabkan oleh aktivitas transport ion dan sifat
mekanik matriks kolagen-aggrecan yang menyusunnya. Annulus fibrosus terdiri
dari lapisan-lapisan jaringan kolagen yang tersusun secara konsentrik dan sel-sel
mirip kondrosit yang dapat mensistesis matriks dengan kandungan kolagen yang
tinggi dan proteoglikan yang rendah.14
Tipe jaringan kolagen yang banyak ditemukan dalam diskus
intervertebralis adalah kolagen tipe I dan II. Kolagen tipe I terdapat dalam
konsentrasi tinggi di annulus fibrosus dan kolagen tipe II di nukleus pulposus.
7
Kolagen tipe V terdapat dalam konsentrasi rendah di annulus fibrosus dan kolagen
tipe XI di nukleus pulposus. Kolagen tipe VI dan IX dapat ditemukan pada
annulus fibrosus dan nukleus pulposus, sedangkan kolagen tipe XII hanya
ditemukan di annulus fibrosus.14
Pada diskus intervertebralis yang sehat, komponen vaskular dan neural
hanya terdapat pada bagian perifer annulus fibrosus. Pada bagian superior dan
inferior diskus terdapat end-plates yang merupakan lapisan-lapisan kartilago
hyalin berpori-pori. End-plates berperan sebagai saluran utama untuk difusi nutrisi
yang diperlukan diskus intervertebralis. Konsentrasi sel di dalam diskus
intervertebralis berkisar antara 1% hingga 5%. Jenis sel yang dominan di dalam
nukleus pulposus adalah kondrosit.14
Jaringan kolagen annulus fibrosus berfungsi untuk menahan regangan dan
membatasi penyebaran molekul proteoglikan aggrecan dalam nukleus. Molekul-
molekul ini membuat annulus fibrosus kaku ketika mengalami kompresi dan
memungkinkan perubahan bentuk yang reversibel. Nukleus pulposus memiliki
kandungan proteoglikan yang tinggi dan air sebanyak 70%-80% yang berfungsi
untuk mempertahankan tinggi diskus intervertebralis dan menyebarkan beban
secara merata. Viskoelastisitas nukleus pulposus dan bagian dalam annulus
fibrosa bersifat bifasik dan terkait dengan perubahan volume yang terjadi akibat
penyerapan dan pengeluaran cairan interstitial. Ketika badan dalam posisi
membungkuk, terjadi kompresi diskus intervertebralis oleh tulang vertebra yang
berada pada bagian superior dan inferiornya sehingga terjadi penonjolan pada
diskus intervertebralis, perubahan bentuk end-plate, dan perubahan volume.
Ketika badan dalam posisi berpilin, posisi annulus fibrosus mengalami perubahan
namun volumenya tidak berubah.14
Sifat-sifat fungsional diskus intervertebralis bergantung pada komposisi dan
integritas matriks ekstraselulernya. Metabolisme diskus intervertebralis diduga
diatur oleh sebuah sistem aktivator-inhibitor yang kompleks, kelainan regulasi
sistem ini dapat menyebabkan degenerasi. Hilangnya homeostasis antara
katabolisme dan sintesis matriks dapat menyebabkan perubahan biokimia dan
8
struktur mikro diskus yang akan berlanjut pada perubahan morfologi secara
makroskopis.14
2.1.2.3.Sendi Facet
Gambar 2.3. Persendian tulang vertebra cervical15
Sendi facet (facet joint), atau disebut juga sendi zygoapofisis
(zygoapophyseal joint), adalah sepasang sendi diarthrodial yang menghubungkan
bagian posterior dua tulang vertebrata yang berseberangan. Sendi facet
menghubungkan processus articularis inferior sebuah tulang vertebra dan prosesus
articularis superior tulang vertebra di bawahnya. Sendi faset merupakan sendi
sinovial yang permukaannya dilapisi kartilago artikular, membran synovial,
kapsula fibrosa, dan jaringan ikat longgar areolar.14
Pada bagian ventral, kapsula fibrosa memiliki ketebalan yang tipis dan
sendi berhubungan dengan ligamentum flavum. Kapsula fibrosa pada bagian
superior dan inferior sendi bersifat lebih tebal daripada kapsula fibrosa di bagian
sentral. Recessus superior dan inferior yang dilapisi oleh kapsula fibrosa terisi
oleh membran synovial dan bantalan lemak. Bantalan lemak yang terdapat di pada
recessus superior berhubungan langsung dengan bantalan lemak pada saraf
spinalis.16
9
Gambar 2.4. Persendian tulang vertebra thoracal15
Sendi facet banyak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang berasal dari cabang
medial ramus dorsalis saraf spinalis. Setiap facet memiliki dua sumber persarafan,
dari ramus dorsalis tingkat yang sama dan dari tingkat di atasnya. Setiap radiks
saraf spinalis mempersarafi dua facet, pada bagian keluarnya dan pada bagian
bawahnya. Pengecualiannya adalah persarafan sendi atlanto-oksipital, sendi
atlanto-aksial, dan sendi antara C2 dan C3, yang masing-masing dipersarafi oleh
saraf C1, C2, dan C3. Kapsula fibrosa sendi facet dipersarafi oleh banyak ujung
saraf bebas. Oleh karena itu, sendi facet dapat mendeteksi informasi proprioceptif
dan nociceptif.16
Sendi facet berfungsi untuk mendistribusikan beban secara merata dan
mencegah mobilitas yang berlebihan. Variasi bentuk dan orientasi susunannya
mencegah terjadinya dislokasi memutar dan dislokasi ke arah anterior. Processus
articularis memungkinkan kedua permukaan tulang dalam persendian untuk
bergeser sepanjang 5-7 mm. Sendi facet vertebra servikal umumnya tersusun pada
arah sumbu oblik koronal dengan kemiringan superior-inferior ke arah posterior.
10
Sendi facet torakal tersusun pada arah sumbu koronal dan hampir vertikal. Bagian
superior sendi facet lumbar tersusun hampir sejajar dengan sumbu sagittal dan
bagian inferiornya memutar ke arah luar menuju sumbu koronal sehingga
persendian tersusun sagittal-coronal secara oblique pada tautan lumbosacral.16
Gambar 2.5. Persendian tulang vertebra lumbar15
2.1.3. Etiologi dan Klasifikasi
LBP pada dasarnya bukanlah merupakan sebuah entitas penyakit tertentu,
melainkan sebuah gejala yang dapat diakibatkan oleh banyak sebab. LBP dapat
ditimbulkan oleh proses patologis seperti rematik, infeksi, neoplasma, trauma,
atau proses degeneratif.17
Bila etiologi yang jelas dapat ditemukan, LBP tersebut
digolongkan menjadi LBP spesifik. Namun, pada sebagian besar kasus LBP, tidak
dapat ditemukan penyebab yang jelas sehingga disebut LBP non spesifik.18
Berdasarkan hasil sebuah studi, didapatkan bahwa sekitar 84% kasus LBP bersifat
non spesifik, yakni tanpa penyebab yang jelas.10
11
Sebagian klinisi berpendapat bahwa LBP non spesifik dapat digolongkan
lebih lanjut karena diyakini memiliki etiologi spesifik dan dapat diidentifikasi.
Klasifikasi LBP non spesifik yang dimaksud adalah facetogenik, diskogenik, dan
sakroiliak. Dalam sebuah studi, didapatkan hasil bahwa 93% klinisi memberikan
tatalaksana yang berbeda-beda berdasarkan diagnosis masing-masing.19
Namun,
belum terdapat bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pendapat bahwa
karakteristik dari masing-masing golongan LBP non spesifik dapat diidentifikasi
dengan akurasi tinggi, atau tatalaksana yang spesifik untuk masing-masing
golongan tersedia.10
Penyebab utama dari LBP yang bersifat mekanis antara lain adalah tarikan
dan regangan yang dapat terjadi pada aktivitas berat, spondylosis lumbal, hernia
diskus intervertebralis, dan stenosis spinalis. Etiologi LBP yang bersifat
nonmekanis antara lain adalah gangguan inflamasi seperti ankylosing spondylitis,
infeksi, neoplasma primer dan sekunder, serta gangguan metabolik tulang seperti
osteoporosis.20
Sebuah studi menunjukkan bahwa 1% pasien LBP mengalami
neoplasma, 4% mengalami fraktur kompresi, dan 1-3% mengalami prolaps diskus
intervertebralis.21
LBP juga dapat timbul sebagai bentuk dari peralihan nyeri
berbagai kondisi medis seperti kehamilan ektopik, pankreatitis akut, ulkus
duodenum, pelvic inflamatory disease, prostatitis, batu ginjal, dan batu empedu.22
Stress mekanik terhadap tulang belakang, seperti aktivitas kerja, diduga
memiliki pengaruh besar dalam patogenesis LBP. Namun timbul atau tidaknya
LBP juga dipengaruhi oleh kondisi predisposisi struktur tulang belakang individu
masing-masing. Dari sebuah penelitian pada pekerja-pekerja di Amerika Serikat,
ditemukan bahwa angka kejadian LBP lebih banyak terjadi pada kelompok
dengan aktivitas kerja yang lebih lama, diakui bahwa terdapat keterbatasan karena
tidak melibatkan faktor-faktor lain sehingga hubungan antara lama aktivitas kerja
dan LBP tidak bersifat linier.23
Dari penelitian lain, didapatkan hasil yang
meragukan pada peran aktivitas kerja seperti posisi duduk saat kerja, postur yang
tidak tepat, berdiri dan berjalan, mendorong atau menarik, membungkuk dan
membengkokkan badan, mengangkat, dan membawa beban, sebagai penyebab
LBP secara independen.24
12
Faktor genetik diduga memiliki peran dalam timbulnya gejala LBP.
Terdapat kemungkinan 30%-46% gejala LBP diturunkan kepada generasi
berikutnya. Seperempat dari kasus LBP yang diturunkan berkaitan dengan
penyempitan diskus intervertebralis.25
Selain itu, faktor genetik juga dapat
memengaruhi persepsi terhadap nyeri, kecepatan transmisi impuls nyeri, proses
psikologis, dan imunitas.10
Polimorfisme gen yang mengkode interleukin-1 (IL-1)
juga memiliki peran dalam proses patogenesis LBP.10
Proses inflamasi telah lama diasumsikan memiliki peran dalam
pathogenesis LBP, hal ini terlihat dari berkurangnya nyeri yang dirasakan pasien
setelah menggunakan obat-obat anti inflamasi nonsteroidal (AINS) atau injeksi
glukokortikoid lokal. Berdasarkan uji coba yang dilakukan pada tikus, tanda-tanda
respons inflamasi yang timbul pada ganglion radiks dorsalis yang timbul antara
lain adalah aktivasi sel glia, infiltrasi makrofag, peningkatan sitokin pro-inflamasi,
dan aktivasi jaras sinyal inflamasi. Selain dapat menekan persarafan yang ada di
sekitarnya, nukleus pulposus dari diskus intervertebralis yang mengalami ruptur
juga dapat menjadi sumber inflamasi.26
Dalam proses inflamasi, dihasilkan berbagai jenis sitokin yang dapat
menimbulkan sensasi nyeri, seperti interleukin-1 β (IL-1β), interleukin-6 (IL-6),
dan tumour necrosis factror alpha (TNFα). Sitokin-sitokin proinflamasi dapat
meningkatkan aktivitas transient receptor potential subtype V1 (TRPV1),
menginduksi ekspresi gen pronosiseptif dan meningkatkan kecepatan
penghantaran impuls nyeri di neuron-neuron dorsal root ganglion.27
Dalam
sebuah studi prospective case-control selama 6 bulan, terlihat bahwa kadar TNFα
secara signifikan lebih tinggi pada kelompok penderita LBP daripada kelompok
kontrol.26
Sitokin lain, seperti neuron growth factor (NGF), diduga juga memiliki
peran dalam memicu terjadinya LBP. Dari sebuah studi eksperimental, ditemukan
bahwa NGF terdapat pada nukleus pulposus yang telah mengalami proses
degeneratif. Selain dapat memicu pertumbuhan akson, NGF dapat memicu
produksi substansi P yang berperan dalam penghantaran impuls nyeri.10
13
Untuk membantu penegakan diagnosis, terdapat berbagai macam cara
untuk mengklasifikasikan LBP. Berdasarkan durasinya, LBP dapat
diklasifikasikan sebagai akut, subakut, dan kronik, dengan masing-masing
memiliki rentang waktu kurang dari 6 pekan, 6-12 pekan, dan lebih dari 12
pekan.28
Salah satu klasifikasi LBP berdasarkan etiologinya menurut Macnab9:
1. Viserogenik
Lesi pada saluran genitourinaria dan organ-organ pada daerah pelvis, lesi
intraperitoneal, maupun lesi retroperitoneal yang mengiritasi bagian
posterior dari peritoneum dapat menyebabkan LBP. Ciri khas dari LBP
jenis ini adalah tidak mereda pada saat istirahat dan tidak semakin parah
pada saat beraktivitas.
2. Vaskulogenik
Kelainan yang melibatkan aorta descendens dan arteri iliaka, seperti oklusi
vaskular dan pelebaran atau pecahnya aneurisma, dapat menyebabkan
nyeri yang dialihkan ke punggung.
3. Neurogenik
Tanda dan gejala yang timbul akibat infeksi dan neoplasma yang terjadi
pada chorda spinalis atau pada cauda equina serupa dengan herniasi
diskus vertebrae.
4. Spondilogenik
Penyebab tersering tersering dari LBP, dengan atau tanpa sciatica, adalah
kelainan pada komponen tulang columna vertebralis (osseus lesions) dan
struktur-struktur terkait (soft tissue lesions).
a. Osseus Lesions
Trauma
Efek residual dari fraktur dan dislokasi
Infeksi
Osteomyelitis pyogenik, osteomyelitis tuberkulosa
Inflamasi non spesifik
Spondilitis ankilosa
14
Neoplasma
Primer dan sekunder
Kelainan tulang yang menyebar
Granuloma eosinofilik, Paget’s disease
Penyakit tulang metabolik
Osteoporosis, osteomalasia, ochronosis
Deformitas tulang
Spondylolysis, spondylolisthesis, skoliosis, kyphosis remaja
b. Soft Tissue Lesions
Lesi myofascial
Ketegangan otot, tendinitis
Ketegangan pada daerah sakroiliaka
Biasanya berhubungan dengan proses melahirkan
Lesi diskus intervertebralis
Instabilitas segmental, hiperekstensi segmental, penyempitan
segmental, herniasi diskus intervertebralis.
Lesi sendi facet
Penyakit sendi degeneratif (osteoarthritis)
5. Psikogenik
Meski pasien dengan keluhan LBP biasanya memiliki kondisi emosional
yang tidak stabil ataupun neurotik, tidak berarti nyeri yang dideritanya
hanyalah hasil dari imajinasinya. Seringkali, pada pasien seperti ini
terdapat kelainan organik yang merupakan dasar timbulnya nyeri dan
kondisi psikologis yang memperparah nyerinya. Oleh karena itu, meski
terkadang LBP merupakan gejala yang timbul akibat penyakit
psikosomatik, kelainan organik yang mendasarinya harus tetap dicari dan
pemulihan kondisi kejiwaan pasien harus diperhatikan.
15
2.1.4. Epidemiologi
LBP adalah keluhan utama yang paling sering dialami sebagian besar
orang semasa hidupnya. Terdapat hasil yang berbeda-beda dari berbagai studi
epidemiologis mengenai LBP. LBP seringkali terjadi pada usia 30 dan pada
umumnya prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia sampai usia 60-65
dan setelah itu mulai berkurang.29
Prevalensi LBP dari berbagai studi dapat bervariasi tergantung pada
definisi operasional LBP yang digunakan oleh penelitinya. Ozguler dkk.
melakukan penelitian tentang perbandingan prevalensi LBP berdasarkan
definisinya. Ketika LBP didefinisikan sebagai nyeri punggung yang menyebabkan
cuti kerja, didapatkan prevalensi sebesar 8%. Namun, ketika LBP didefinisikan
hanya sebagai nyeri punggung yang berlangsung dalam satu hari atau lebih,
didapatkan prevalensi sebesar 45%.30
Meski tidak mengancam nyawa, LBP memiliki dampak yang signifikan
terhadap permasalahan finansial. Dari sebuah studi yang dilakukan di Britania
Raya, beban finansial yang dikeluarkan secara langsung untuk menangani LBP
mencapai 1632 juta poundsterling dengan rincian: 37% biaya fisioterapis dan ahli
kesehatan terkait, 31% biaya rumah sakit, 14% biaya pelayanan primer, 7% biaya
obat, 6% biaya pelayanan komunitas, dan 5% biaya radiologi. Namun, jumlah
tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
pelayanan informal dan keterbatasan produktivitas, yakni sebesar 10668 juta
poundsterling.31
2.1.5. Faktor-Faktor Risiko
2.1.5.1.Jenis Kelamin
Berdasarkan studi retrospektif selama 1 tahun yang dilakukan di RS
Dokter Saiful Anwar pada tahun 2002, didapatkan angka kejadian LBP pada
wanita sebanyak 45,2% dengan rata-rata usia 46±14,1 tahun dan pada pria 54,8%
dengan rata-rata usia 45±13,9 tahun.17
16
Namun, berdasarkan systematic review yang dilakukan pada tahun 2012,
didapatkan bahwa prevalensi LBP lebih besar pada populasi wanita daripada laki-
laki. Beberapa penjelasan mengenai hal ini antara lain: LBP terkait fraktur
osteoporosis, menstruasi, kehamilan, dan. kecenderungan wanita untuk lebih
sering berkunjung ke pelayanan kesehatan daripada pria32
.
Tabel 1 Persentase Low Back Pain Berdasarkan Jenis Kelamin di Amerika
Serikat33
Persentase Low Back Pain
Jenis Kelamin Tahun
1997 2010 2011
Pria 26,5% 26,3% 26,8%
18-44 Tahun 24,8% 23,2% 22,7%
45-54 Tahun 29,4% 29,6% 31,4%
55-64 Tahun 30,7% 32,8% 34,2%
65-74 Tahun 29,0% 28,4% 30,7%
>75 Tahun 22,5% 27,4% 28,5%
Wanita 29,6% 30,3% 29,9%
18-44 Tahun 27,3% 27,1% 26,2%
45-54 Tahun 33,1% 33,0% 33,0%
55-64 Tahun 31,7% 34,7% 34,7%
65-74 Tahun 31,1% 36,1% 35,5%
>75 Tahun 32,4% 33,2% 34,6%
2.1.5.2.Usia
LBP dapat terjadi pada seluruh usia. Dulu, anak-anak dan remaja dianggap
tidak rentan terhadap LBP, tetapi berdasarkan sebuah systematic review yang
dilakukan pada tahun 2007, didapatkan hasil bahwa prevalensi LBP pada remaja
serupa dengan pada orang dewasa.32
17
Dari sebuah studi lain yang dilakukan di Hungaria, terlihat bahwa
prevalensi LBP berbanding lurus dengan peningkatan usia. Masing-masing
kelompok usia memiliki prevalensi sebesar 12,5% (14-19 tahun); 26,3% (20-29
tahun); 39% (30-39 tahun); 50% (40-49 tahun); 56,7% (50-59 tahun); 59,1% (60-
65 tahun).34
Dari survei yang dilakukan di Britania Raya, ditemukan prevalensi LBP
per tahun mencapai 417 per 10.000 pasien. Angka terkecil didapatkan pada
kelompok usia 0-14 tahun (sebanyak 30 per 10.000) dan angka terbesar
didapatkan pada kelompok usia 45-64 tahun (536 per 10.000).35
Pada kelompok usia remaja, LBP tidak terlalu memengaruhi kualitas hidup
mereka.36
Hal ini berkebalikan dengan LBP yang terjadi pada kelompok usia
lanjut. Dari sebuah studi yang dilakukan pada kelompok lansia di Belanda, skor
kualitas hidup pada penderita LBP lebih rendah daripada yang tidak
mengalaminya.10
Tabel 2 Persentase Low Back Pain Berdasarkan Usia di Amerika Serikat33
Persentase Low Back Pain
Usia Tahun
1997 2010 2011
18-24 Tahun 21,9% 19,4% 18,0%
24-44 Tahun 27,3% 27,2% 26,8%
45-54 Tahun 31,3% 31,3% 32,2%
55-64 Tahun 31,2% 33,8% 34,5%
65-75 Tahun 30,2% 32,5% 33,2%
>75 Tahun 28,6% 30,9% 32,1%
18
2.1.5.3.Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat badan yang berlebih dapat meningkatkan beban yang ditanggung
oleh tulang punggung. Peningkatan beban pada tulang punggung dapat
menyebabkan perubahan postur tubuh dan kompresi pada diskus intervertebralis.
Dalam posisi berdiri, vertebra lumbar individu dengan obesitas tampak
mengalami hiperekstensi serupa dengan translasi pusat massa tubuh pada wanita
hamil.37,38
Dari sebuah penelitian yang dilakukan di Perancis mengenai prevalensi
LBP berdasarkan berbagai macam definisi, prevalensi tertinggi LBP yang
berlangsung selama satu hari atau lebih terdapat pada kelompok IMT >24,92
kg/m2 (OR 1,58 ; 95% CI 0,94-2,55). Namun, prevalensi tertinggi LBP yang
berlangsung selama 30 hari atau lebih terdapat pada kelompok IMT 22,60-24,92
kg/m2 (OR 1,98 ; 95% CI 1,02-3,84). Kelompok IMT 22,60-24,92 kg/m
2 juga
memiliki kecenderungan tertinggi untuk berkonsultasi ke tenaga kesehatan
profesional (OR 2,10 ; 95% CI 1,19-3,69).30
Dari sebuah studi yang dilakukan pada siswa kelas 8 dan 9 di Norwegia
(rerata usia 14,7 tahun), didapatkan hasil bahwa prevalensi LBP cenderung
berbanding lurus dengan peningkatan IMT.39
Hal yang serupa ditemukan pada
studi yang dilakukan di Uni Emirat Arab. Dari populasi sebesar 1304 dengan usia
15-70 tahun, didapatkan prevalensi LBP sebesar 64,6% dengan IMT sebagai salah
satu faktor risiko yang signifikan (OR 2,54; CI 2,30-2,81; P<0,001).40
2.1.5.4.Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah merupakan faktor risiko berbagai macam
kondisi dan penyakit. Gangguan sistem muskuloskeletal yang seringkali terkait
dengan tingkat pendidikan yang rendah adalah LBP. Mekanisme yang
menghubungkan antara tingkat pendidikan dan kondisi kesehatan belum diketahui
secara pasti dan dapat bervariasi tergantung pada jenis penyakitnya.41
19
Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung memiliki
gaya hidup yang berisiko seperti, merokok dan obesitas.42
Merokok dapat
menghambat penyerapan nutrisi oleh sel-sel diskus intervertebralis dengan cara
menimbulkan anoksia yang dipicu pembentukan karboksihemoglobin dan/atau
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah. Diskus intervertebralis yang
mengalami malnutrisi akan mengalami proses degenerasi yang lebih cepat.
Berbagai toksik yang masuk ke dalam ketika merokok dapat merusak dinding
interior pembuluh darah sehingga kemampuannya untuk mengangkut oksigen
berkurang. Jaringan-jaringan yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut dapat
mengalami kekurangan nutrisi, degenerasi, dan kematian. Nikotin diduga terkait
dengan peningkatan aktivitas enzim-enzim proteolitik di dalam serum dan proses
degenerasi diskus intervertebralis dengan merusak nukleus pulposus dan annulus
fibrosus.43
Tingkat pendidikan yang rendah juga dikaitkan dengan yang stress lebih
tinggi, baik secara umum maupun terkait lingkungan kerja. Prevalensi LBP lebih
tinggi pada penderita dengan beban psikologis.44
Mekanisme pasti yang
menghubungkan antara faktor psikologis dan LBP belum jelas. Namun, terdapat
kecenderungan pada penderita yang berada dalam kondisi cemas maupun depresi
untuk lebih sensitif terhadap nyeri sehingga cenderung lebih segera berkonsultasi
ke pelayanan kesehatan daripada menahan nyeri yang dialami.45
Faktor pemicu stress dalam lingkungan kerja, seperti pekerjaan yang
monoton, kondisi lingkungan kerja yang panas, dan nyeri pada bagian tubuh lain,
secara signifikan terkait dengan LBP.46
Penderita LBP dengan tingkat pendidikan
yang rendah cenderung memiliki kompensasi sakit akibat kerja yang kecil dan
khawatir kehilangan pekerjaannya sehingga lebih memilih melanjutkan aktivitas
kerja daripada beristirahat. Hal ini meningkatkan risiko cedera yang lebih parah
dan memperlama durasi gejala.24
Tingkat pendidikan juga dikaitkan dengan faktor risiko LBP lainnya
seperti tinggi badan, IMT, dan aktivitas kerja. Tingkat pendidikan cenderung
berbanding lurus dengan tinggi badan, namun berbanding terbalik dengan IMT.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung memiliki
20
keterbatasan dalam memilih pekerjaan dan cenderung menggeluti pekerjaan
dengan beban fisik tinggi.47
Tabel 3 Persentase Low Back Pain Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Amerika Serikat33
Persentase Low Back Pain
Tingkat
Pendidikan
Tahun
1997 2010 2011
Tidak lulus SMA
atau sederajat 33,6% 34,5% 37,1%
Lulus SMA atau
sederajat 30,2% 31,9% 33,0%
Pendidikan Tinggi 26,9% 28,0% 27,4%
2.2.Kerangka Konsep
21
2.3.Kerangka Teori
22
2.4.Definisi Operasional
Istilah Definisi Skala
Pengukuran Kategori
Low Back Pain Nyeri pada daerah punggung di bawah garis
costae ke-12 dan di atas lipatan gluteal dengan
atau tanpa nyeri pada tungkai bawah. Nominal 1. Mengidap LBP
2. Tidak mengidap LBP
Usia Usia pasien ketika didiagnosis mengalami
LBP. Ordinal
1. 18-24 tahun
2. 25-34 tahun
3. 35-44 tahun
4. 45-54 tahun
5. 55-54 tahun
6. >64 tahun
Jenis Kelamin Jenis kelamin pasien Nominal
1. Pria
2. Wanita
Indeks Massa
Tubuh (IMT)
Indeks masa tubuh yang dihitung dengan
membagi berat badan (kilogram) dengan
tinggi badan (meter) kuadrat.48
Ordinal
1. Berat Badan Kurang : IMT < 18,50 kg/m2
2. Kisaran Normal : IMT 18,50 – 22,9 kg/m2
3. Berat Badan Lebih : IMT 23,0 – 24,99 kg/m2
4. Obesitas I : IMT ≥ 25,00 kg/m2
5. Obesitas II : IMT ≥ 30 kg/m2
Tingkat
pendidikan Tingkat pendidikan terakhir pasien Ordinal
1. Tanpa pendidikan formal/tidak lulus pendidikan dasar
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat Akademi/Universitas
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan
data secara potong-lintang/cross sectional. Data-data yang telah terkumpul akan
disusun dalam bentuk profil jenjang pendidikan, indeks massa tubuh, usia, dan
jenis kelamin pasien rawat jalan dengan diagnosis LBP di poliklinik orthopaedi
RSUP Fatmawati dalam periode Januari 2013 – Desember 2013.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa rekam
medis pasien rawat jalan dengan diagnosis LBP di poliklinik orthophaedi RSUP
Fatmawati dalam periode Januari 2013 – Desember 2013. Pengambilan data
dilakukan selama Agustus 2014 – September 2014.
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Subjek Penelitian
Populasi target penelitian adalah pasien rawat jalan dengan diagnosis LBP
di poliklinik orthopaedi RSUP Fatmawati dalam periode Januari 2013 – Desember
2013. Populasi terjangkau adalah rekam medis pasien rawat jalan dengan
diagnosis LBP di poliklinik orthopaedi RSUP Fatmawati dalam periode Januari
2013 – Desember 2013. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria penelitian.
24
3.3.2. Besar Sampel
Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus penelian analisis
deskriptif.49
n = Jumlah sampel
Zα = Deviat baku alfa
P = Proporsi kategori variabel yang diteliti
Q = 1 – P
d = Nilai presisi
Dengan menetapkan kesalahan tipe I (α) pada penelitian ini sebesar 5%,
didapatkan nilai deviat baku alfa (Zα) sebesar 1,96. Nilai P yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 0,5 agar didapatkan nilai Q sebesar 0,5 dan didapatkan
jumlah perkalian P dan Q yang terbesar (0,25). Nilai presisi ditetapkan oleh
peneliti sebesar 10%. Berdasarkan nilai-nilai variabel yang telah ditetapkan,
didapatkan nilai n sebesar 96.
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan metode conscutive sampling, yakni
pengambilan sampel penelitian secara berurutan dari populasi terjangkau.
25
3.3.4. Kriteria Sampel
3.3.4.1.Kriteria Inklusi
Rekam medis pasien pasien rawat jalan yang didiagnosis mengalami LBP
di poliklinik orthopaedi RSUP Fatmawati dalam periode Januari 2013 –
Desember 2014.
3.3.4.2.Kriteria Eksklusi
Rekam medis pasien yang mengalami gejala LBP dengan etiologi spesifik
Rekam medis pasien dengan informasi yang kurang lengkap mengenai
jenjang pendidikan, tinggi badan, berat badan, usia, atau jenis kelamin.
3.4.Cara Kerja Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan data sekunder berupa rekam medis
pasien yang mencakup informasi sebagai berikut:
Informasi diri pasien termasuk jenjang pendidikan, usia, dan jenis
kelamin.
Diagnosis LBP.
Pemeriksaan fisik meliputi tinggi badan, berat badan, dan nyeri
punggung.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengumpulkan data rekam medis
pasien LBP pada Agustus 2014 – September 2014. Rekam medis yang
dikumpulkan akan diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Rekam
medis yang memenuhi kriteria inklusi akan digunakan untuk membuat profil
pasien LBP, dan rekam medis yang sesuai dengan kriteria eksklusi akan
dilaporkan jumlahnya.
26
3.5.Alur Penelitian
3.6.Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan software
SPSS for Windows 21.0, dianalisis secara deskriptif, dan disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik.
3.7.Etika Penelitian
Ethical clearance untuk penelitian ini diajukan ke Panitia Etik Penelitian
Kedokteran FKIK UIN Syarif Hidayatullah dan RSUP Fatmawati. Semua data
yang didapat dari rekam medis yang dipergunakan akan dijaga kerahasiaannya
Rekam medis pasien rawat jalan
dengan diagnosis LBP di poliklinik
orthopaedi RSUP Fatmawati
Kriteria Inklusi
Tidak sesuai kriteria inklusi Sesuai kriteria inklusi
Tidak disertakan dalam
penelitian
Disertakan dalam penelitian
Pengumpulan data
Analisis dan pengolahan
data
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Karakteristik Data Penelitian
Dari 7585 kasus pada poliklinik orthopaedi pada tahun 2013, terdapat 245
kasus LBP. Selama periode pengumpulan data, didapatkan 106 rekam medis
pasien LBP. Namun, sebanyak 66 rekam medis tidak memenuhi kriteria
penelitian, 52 di antaranya karena tidak memiliki data yang lengkap dan 14 karena
terdapat etiologi spesifik. Pada akhirnya, hanya 43 rekam medis yang dapat
dilibatkan dalam penelitian ini.
28
4.2.Hasil dan Pembahasan
4.2.1. Prevalensi LBP di Poliklinik Orthopaedi RSUP Fatmawati tahun 2013
Tabel 4 Prevalensi LBP dari semua kasus orthopaedi
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Low Back Pain 245 3,2
Bukan Low Back Pain 7340 96,8
Total 7585 100.0
Pada tahun 2013, jumlah kasus rawat yang ditangani oleh bagian
orthopaedi mencapai 7585 dengan kasus LBP mencakup 245 di antaranya.
4.2.2. Jenis Kelamin
Tabel 5 Prevalensi LBP Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Pria 16 37,2
Wanita 27 62,8
Total 43 100,00
Pada penelitian ini ditemukan jumlah pasien LBP wanita lebih banyak
dibandingkan jumlah pasien pria, yakni 62,8% dan 37,2%. Hal ini serupa dengan
temuan pada survei kesehatan nasional CDC pada tahun 2011, LBP lebih sering
terjadi pada wanita dengan prevalensi sebesar 29,9% dari jumlah populasi wanita,
sedangkan pada pria sebesar 26,8% dari jumlah populasi pria.33
Temuan ini
berbeda dari hasil penelitian Djais (2002) di RS Dokter Saiful Anwar, dalam
penelitian tersebut didapatkan persentase pasien laki-laki 54,8%, lebih banyak
daripada wanita 45,2%.17
29
Secara fisiologis, pria dan wanita memiliki perbedaan dalam sensitivitas
terhadap nyeri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan modulasi rasa nyeri akibat
pengaruh hormon godad dan proses di sistem saraf pusat. Dalam hal ini, wanita
memiliki risiko lebih tinggi untuk merasakan nyeri daripada pria.50
Meski mekanisme pastinya belum diketahui, kadar hormon gonad diduga
memiliki pengaruh terhadap sensitivitas nyeri. Hormon estrogen dapat
meningkatkan respons inflamasi. Meski bermanfaat dalam mempercepat
penyembuhan dan respons terhadap infeksi, derajat inflamasi yang lebih kuat
dapat meningkatkan rasa nyeri yang timbul akibat berbagai kondisi, termasuk
LBP. Estrogen juga dapat memicu serabut saraf spinal untuk memproduksi N-
metil-D-aspartat (NMDA) yang dapat menurunkan ambang rangsang saraf
nociceptor sehingga sensitivitas terhadap nyeri meningkat.50
Perbedaan modulasi sensasi nyeri juga ditemukan pada sistem saraf pusat
pria dan wanita. Dengan menggunakan PET scan, pada pria ditemukan jumlah
reseptor u-opioid yang lebih banyak daripada wanita di beberapa bagian otak yang
berperan dalam mendeteksi rasa nyeri seperti thalamus anterior, ganglia basalis
ventral, dan amygdala. Aktivasi reseptor u-opioid dapat menginhibisi transmisi
stimulus nyeri.51
Kecenderungan wanita untuk memiliki risiko LBP yang lebih tinggi juga
didukung oleh systematic review yang dilakukan oleh Hoy (2012).32
Namun, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Djais (2002) menimbulkan sebuah pertanyaan
karena menunjukkan bahwa jumlah pasien LBP pria lebih banyak daripada
wanita. Berdasarkan data dari BKKBN, pada tahun 2000, jumlah penduduk
Malang berdasarkan jenis kelamin adalah pria sebanyak 17.193.272 dan wanita
17.572.726. Berdasarkan angka tersebut, didapatkan perbandingan sebesar 97,8
pria per 100 wanita. Pada tahun 2010 perbandingan pria dan wanita menurun
mencapai 97,5 pria per 100 wanita.52
Perbedaan temuan ini dapat dijadikan
landasan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai LBP di Indonesia
untuk memastikan apakah hal ini disebabkan oleh kebetulan belaka atau memang
terdapat perbedaan faktor risiko LBP di Indonesia.
30
4.2.3. Usia
Tabel 6 Prevalensi LBP Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia Median (Min – Max) Frekuensi (n) Persentase (%)
18 – 24 23 (22 – 24) 3 7,0
25 – 34 31,5 (29 – 34) 2 4,7
35 – 44 41 (34 – 45) 5 11,6
45 – 54 50 (45 – 53) 7 16,3
55 – 64 62 (58 – 64) 11 25,6
>64 69 (65 – 77) 15 34,9
Total 61 (22 – 77) 43 100,00
Dalam penelitian ini, usia pasien dikelompokkan menjadi 18-24 tahun
sebanyak 7,0%; 25-34 sebanyak 4,7%; 35-44 tahun sebanyak 11,6%; 45-54 tahun
sebanyak 16,3%; 55-64 tahun sebanyak 25,6%; dan di atas 64 tahun sebanyak
34,9%.
Peningkatan prevalensi LBP seiring bertambahnya usia dalam penelitian ini
serupa dengan peningkatan persentase LBP pada penelitian yang dilakukan CDC.
Dalam penelitian tersebut, masyarakat dibagi menjadi 18-24 tahun, 24-44 tahun,
45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-75 tahun, dan >75 Tahun. Masing-masing kelompok
memiliki prevalensi sebesar 18,0%, 26,8%, 32,2%, 34,5%, 33,2%, dan 32,1%.33
Seiring bertambahnya usia, diskus intervertebralis dapat mengalami
degenerasi. Proses degenerasi umumnya terjadi setelah sistem muskuloskeletal
telah mencapai maturitas. Degenerasi diskus intervertebralis dapat memengaruhi
timbulnya nyeri melalui tiga mekanisme, yakni perubahan struktur diskus,
pelepasan mediator yang dapat mensensitisasi ujung saraf bebas, dan inervasi
serta angiogenesis ke dalam diskus yang mengalami degenerasi.
Perubahan pada struktur diskus intervertebralis dapat menyebabkan
penyebaran beban pada permukaan tulang vertebra menjadi terganggu. Hal ini
dapat memengaruhi struktur lain yang berada di sekitar tulang vertebra seperti
sendi faset, ligamen vertebra, dan otot. Penekanan ujung-ujung saraf bebas pada
struktur-struktur tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri.
31
Proses degenerasi yang terjadi pada sel dan matriks penyusun diskus
intervertebra dapat menimbulkan necrosis sel dan debris dari matriks. Kedua hal
tersebut dapat memicu pelepasan sitokin-sitokin yang memicu sensitisasi ujung-
ujung saraf bebas sehingga timbul nyeri.
Pada umumnya diskus intervertebralis tidak memiliki persarafan pada
bagian yang lebih profundal daripada lamella pertama annulus fibrosus. Namun,
pada diskus yang mengalami degenerasi, persarafan ditemukan pada bagian dalam
annulus. Perubahan yang diduga dipengaruhi sitokin-sitokin yang dilepaskan oleh
sel dan matriks yang mengalami degenerasi ini diduga berkaitan dengan
peningkatan rasa nyeri.14
4.2.4. Indeks Massa Tubuh
Tabel 7 Prevalensi LBP Berdasarkan IMT
Klasifikasi IMT Median (Min – Max) Frekuensi (n) Persentase (%)
BB Kurang 16,60 (14,98-18,22) 2 4,7
Kisaran Normal 21,74 (19,22-22,99) 10 23,3
BB Lebih 24,05 (23,26-24,98) 12 27,9
Obesitas I 26,95 (25,00-28,34) 15 34,9
Obesitas II 32,64 (30,02-39,04) 4 9,3
Total 24,75 (14,98 – 39,04) 43 100,00
Dalam penelitian ini, IMT pasien dibagi menjadi lima klasifikasi
berdasarkan kriteria WHO untuk penduduk Asia - Pasifik, yakni berat badan
kurang, kisaran nornal, berat badan lebih, obesitas I, dan obesitas II. Berdasarkan
klasifikasi tersebut, didapatkan masing-masing kelompok memiliki persentase
sebanyak 4,7%; 23,3%; 27,9%; 34,9%; dan 9,3%.
Meski terkesan menurun pada kelompok dengan kriteria IMT obesitas II,
pada penelitian ini terlihat bahwa jumlah pasien LBP meningkat seiring
bertambahnya IMT. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Leclerc
(2009) di mana prevalensi kelompok pasien dengan IMT kurang dari 24 kg/m2,
32
24-27 kg/m2, dan lebih dari 27 kg/m
2 masing-masing adalah 12,99%, 16,27%, dan
18,05%.48
Adiposit adalah sel yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan energi
dalam bentuk lemak. Kapasitas adiposit dalam menyimpan cadangan energi yang
berbentuk lemak lebih besar daripada hepar dan otot yang menyimpan cadangan
energi dalam bentuk glikogen. Adiposit merupakan salah satu penyusun jaringan
adiposa, salah satu jenis jaringan ikat yang terletak pada bebagai bagian tubuh.53
Ketika mengalami kenaikan berat badan, bagian tubuh yang paling awal
mengalami penambahan volume adalah abdomen, diikuti oleh femur, gluteus, dan
bagian tubuh lainnya. Orang dengan IMT yang tinggi cenderung memiliki beban
yang lebih pada vertebra, terutama bagian lumbar. Kelebihan beban ini dapat
menyebabkan tekanan dan regangan yang dialami oleh komponen-komponen
tulang vertebra meningkat sehingga lebih rentan terhadap kerusakan. 53
Selain memiliki pengaruh mekanik terhadap tulang vertebra, peningkatan
jumlah sel adiposit berkaitan dengan peningkatan produksi adipokin. Adipokin
adalah sitokin yang dihasilkan oleh sel adiposit, beberapa di antaranya adalah
leptin, resistin, TNFa, dan IL-6. Adipokin-adipokin tersebut dapat memicu
kondrosit untuk melepaskan senyawa-senyawa seperti IL-8, matrix
metalloproteinase (MMP), dan NO sehingga terjadi apoptosis kondrosit, degradasi
matriks, dan sensitisasi ujung saraf bebas. 53
4.2.5. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Tanpa pendidikan formal/Tidak tamat SD 3 7,0
Tamat SD 4 9,3
Tamat SMP 2 4,7
Tamat SMA 19 44,2
Tamat Akademi/Universitas 15 34,9
Total 43 100,00
33
Berdasarkan klasifikasi tingkat pendidikan yang digunakan dalam rekam
medis RSUP Fatmawati, terdapat lima klasifikasi tingkat pendidikan, yakni tidak
sekolah/tidak tamat SD sebanyak 3 orang (7,0%); tamat SD sebanyak 4 orang
(16,3%); tamat SLTP sebanyak 2 orang (4,7%); tamat SMA sebanyak 19 orang
(44,2%); dan tamat akademi/universitas sebanyak 15 orang (34,9%).
Meski tingkat pendidikan cenderung berbanding terbalik dengan risiko
LBP33,48
, pada studi ini ditemukan bahwa mayoritas pasien berasal dari tingkat
pendidikan menengah, bukan dari pendidikan dasar maupun tanpa pendidikan
formal. Hal ini mungkin dapat dikaitkan dengan jumlah penduduk Jakarta yang
mayoritas berpendidikan SMA maupun sederajat.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Stastistik (BPS) pada
tahun 2013, angkatan kerja mencakup 68,08% dari jumlah penduduk Jakarta yang
berusia 15 tahun ke atas, yakni 5.180.010 dari 7.607.880 jiwa. Dari jumlah
tersebut, penduduk dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah mencakup 37,58%;
SMA dan sederajat 51,27%; dan pendidikan tinggi 20,17%.54
Hal yang serupa ditemukan pada pasien-pasien LBP di RS Dokter Saiful
Anwar. Dari 456 pasien LBP yang berkunjung pada tahun 2002, 16,4% memiliki
pendidikan tinggi; 31,1% tamat SMA; 14,5% tamat SMP; 18% tamat SD; dan
19,5% tanpa informasi mengenai tingkat pendidikan. Pada penelitian tersebut,
terlihat bahwa mayoritas pasien memiliki pendidikan SMA.17
34
4.3.Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, ditemukan keterbatasan-keterbatasan seperti:
Bentuk penelitian cross sectional
Meski dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik pasien, bentuk
penelitian ini tidak dapat digunakan untuk mencari tahu hubungan kausatif
antara karakteristik pasien (sebagai variabel independen) dan prevalensi LBP
(sebagai variabel dependen).
Kesulitan akses ke rekam medis.
Setiap rekam medis harus diambilkan oleh satu orang petugas IRMIK yang
bertanggungjawab atas banyak permintaan peminjaman rekam medis.
Kesulitan dalam mengumpulkan rekam medis yang sesuai dengan
kriteria penelitian.
Terdapat berbagai macam ketidaklengkapan informasi yang ada di dalam
rekam medis sehingga banyak yang mesti dieksklusi dari penelitian.
Ketidaklengkapan yang dimaksud meliputi kurangnya informasi mengenai
berat badan dan tinggi badan terkini, serta nomor telepon pasien yang dapat
dihubungi.
35
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
4.4.Kesimpulan
1. Angka kejadian kasus LBP mencakup 3,2% dari seluruh kasus yang ditangani
poliklinik orthopaedi di RSUP Fatmawati Jakarta dalam periode Januari 2012
– Desember 2013.
2. Jenis kelamin terbanyak dari pasien LBP yang ditangani poliklinik orthopaedi
di RSUP Fatmawati Jakarta dalam periode Januari 2012 – Desember 2013
adalah wanita, mencakup 58,1% dari total pasien.
3. Kelompok usia terbanyak dari pasien LBP yang ditangani poliklinik
orthopaedi di RSUP Fatmawati Jakarta dalam periode Januari 2012 –
Desember 2013 adalah >64 tahun, mencakup 34,9% total pasien.
4. Kelompok IMT terbanyak dari pasien LBP yang ditangani poliklinik
orthopaedi di RSUP Fatmawati Jakarta dalam periode Januari 2012 –
Desember 2013 adalah obesitas I, mencakup 34,9% total pasien.
5. Kelompok tingkat pendidikan terbanyak dari pasien LBP yang ditangani
poliklinik orthopaedi di RSUP Fatmawati Jakarta dalam periode Januari 2012
– Desember 2013 adalah tamat SMA, mencakup 44,2% dari total pasien.
36
5.1.Saran
1. Untuk penelitian berikutnya sebaiknya jumlah sampel yang dipakai lebih
besar. Dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar, tidak hanya
terbuka kemungkinan untuk melihat profil pasien secara lebih akurat, namun
bentuk penelitian dapat diteruskan menjadi case control agar dapat melihat
hubungan kausatif antara variabel dependen dan independen.
2. Mempertimbangkan sulitnya mengakses dan membaca rekam medis,
sekiranya memungkinkan, dalam melakukan penelitian yang serupa sebaiknya
penggunaan data primer lebih diprioritaskan.
3. Meski sudah terdapat criteria International Classification of Disease untuk
LBP non pesifik, sebaiknya penelitian selanjutnya difokuskan LBP spesifik
agar hasil penelitian lebih bermakna.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Fishman SM, Young HM, Lucas AE, Chou R., Herr K, Murinson BB,
Strassels S. Core competencies for pain management: results of an
interprofessional consensus summit. Pain Medicine 2013; 14(7): 971–81
2. Dorland. 2011. Dorland's Illustrated Medical Dictionary. 32nd Edition.
Saunders. p.1363
3. Williams K, Frei A, Vetsch A, Dobbels F, Puhan M, & Rüdell K. Patient-
reported physical activity questionnaires: a systematic review of content
and format. Health and Quality of Life Outcomes 2012; 10(1): 28
4. Stephen B, Xiaoxia L, John WB, Melissa C, & Robert NJ. Associations
between daily chronic pain intensity, daily anger expression, and trait
anger expressiveness: An ecological momentary assessment study. Pain.
2012 December; 153(12): 2352–2358.
5. John EH. 2010. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th
Edition. Saunders Elsevier
6. Woolf AD, Pfleger B. Burden of major musculoskeletal conditions.
Bulletin of the World Health Organization 2003; 81: 646–656.
7. Airaksinen O, Brox JI, Cedraschi C, et al. Chapter 4. European guidelines
for the management of chronic nonspecific low back pain. Eur Spine J
2006; 15 (suppl 2): S192–300.
8. Dagenais S, Caro J, Haldeman S. A systematic review of low back pain
cost of illness studies in the United States and internationally. The Spine
Journal. Jan 2008; 8(1): 8-20.
9. Salter RB. 1984. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal
system. 2nd Edition. Williams & Wilkins. p.280
10. Balagué F, Mannion AF, Pellisé F, Cedraschi C. Non-specific low back
pain. Lancet 2012; 379(9814): 482–91
11. Walker J. Back pain: pathogenesis, diagnosis and management. Nursing
Standard 2012; 27(14): 49-56
38
12. Anthony D, Steven ZG, Linda VD, Julie MW, Gwendolyn S, Paul S,
Thomas RD, Joseph JG. Low Back Pain: Clinical Practice Guidelines. J
Orthop Sports Phys Ther 2012; 42(4): A1-A57
13. Tortora GJ & Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
12th Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc
14. Buckwalter JA, Mow VC, Boden SD, Eyre DR, Weidenbaum M. In:
Buckwalter JA, Einhorn TA, Simon SR, editors. Orthopaedic Basic
Science. 2nd Edition. American Academy of Orthopaedic Surgeon; 2000.
p.547-566
15. Richard LD, Wayne V, Adam WM, Richard T, Paul R. 2007. Gray's Atlas
of Anatomy. 1st Edition. Churchill Livingstone
16. Peh, W. Image-guided facet joint injection. Biomedical Imaging and
Intervention Journal 2011; 7:e4.
17. Djais N, Kalim H. Profile of patients with lower back pain in Dr Saiful
Anwar Hospital, Malang, Indonesia. APLAR Journal of Rheumatology
2002; 5(1): 11-16
18. Anderson GBJ, Fine LJ, Silverstein BA. Musculoskeletal disorders. In:
Levy BS, Wegman DH, editors. Occupational Health: Recognizing and
Preventing Work Related Injury. 4th edition. Lippincot Williams &
Williams; 2000. p.503-35
19. Kent P, Keating JL, Leboeuf YC. Research methods for subgrouping low
back pain. BMC Medical Research Methodology 2010; 10:62
20. Ehrlich GE. Low back pain. Bulletin of the World Health Organization
2003; 81(9):671–6.
21. Speed C. ABC of rheumatology: Low back pain. BMJ 2004; 329: 1119-21
22. Klineberg E, Mazanec D, Orr D, Demicco R, Bell G, McLain R.
Masquerade: medical causes of back pain. Cleveland Clinic Journal of
Medicine 2007;74:905–913
23. Guo HR. Working hours spent on repeated activities and prevalence of
back pain. Occupational and Environmental Medicine 2002; 59(10): 680–
8.
39
24. Griffith LE, Shannon HS, Wells RP, Walter SD, Cole DC, Côté P,
Langlois LE. Individual participant data meta-analysis of mechanical
workplace risk factors and low back pain. American Journal of Public
Health 2012, 102(2): 309–318
25. Battie MC, Videman T, Levalahti E, Gill K, Kaprio J. Heritability of low
back pain and the role of disc degeneration. Pain 2007; 131: 272–80.
26. Strong, J, Xie W, Bataille FJ, Zhang JM. Preclinical studies of low back
pain. Molecular Pain 2013; 9: 17.
27. Kawasaki Y, Zhang L, Cheng, J.K, et al. Cytokine Mechanisms of Central
Sensitization: Distinct and Overlapping Role of Interleukin-1, Interleukin-
6, and Tumor Necrosis Factor in Regulating Synaptic and Neuronal
Activity in the Superficial Spinal Cord. J. Neurosci 2008; 28(20): 5189–
5194
28. van Tulder M, Becker A, Bekkering T, et al. Chapter 3. European
guidelines for the management of acute nonspecific low back pain in
primary care. Eur Spine J 2006; 15: S169–91.
29. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The Epidemiology of low back
pain. Best Pract Res Clin Rheumatol. 2010 Dec;24(6):769-81
30. Ozguler A, Leclerc A, Landre MF, Pietri-Taleb F, Niedhammer I.
Individual and occupational determinants of low back pain according to
various definitions of low back pain. J Epidemiol Community Health
2000; 54: 215–20.
31. Maniadakis N, Alastair G. The economic burden of back pain in the UK.
Pain. 2000;84(1):95-103
32. Hoy D, Bain C, Williams G, March L, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R.
A systematic review of the global prevalence of low back pain. Arthritis
and Rheumatism 2012;64(6):2028–37.
33. National Center for Health Statistics. Health, United States, 2012: With
Special Feature on Emergency Care. Hyattsville, MD. 2013.
34. Horváth G, Koroknai G, Acs B, Than P, Illés T. Prevalence of low back
pain and lumbar spine degenerative disorders. Questionnaire survey and
40
clinical-radiological analysis of a representative Hungarian population.
International Orthopaedics 2010;34(8):1245–9.
35. Jordan KP, Kadam UT, Hayward R, Porcheret M, Young C, Croft P.
Annual consultation prevalence of regional musculoskeletal problems in
primary care: an observational study. BMC Musculoskelet Disord 2010;
11: 144.
36. Pellise F, Balague F, Rajmil L, et al. Prevalence of low back pain and its
effect on health-related quality of life in adolescents. Arch Pediatr Adolesc
Med 2009; 163: 65–71.
37. Fabris de Souza, SA, Faintuch J, Valezi AC, Sant’Anna AF, Gama-
Rodrigues JJ, de Batista Fonseca IC, de Melo RD. Postural changes in
morbidly obese patients. Obesity Surgery 2005; 15:1013–1016.
38. Vismara L, Menegoni F, Zaina F, Galli M, Negrini S, Capodaglio P. Effect
of obesity and low back pain on spinal mobility: a cross sectional study in
women. Journal of Neuroengineering and Rehabilitation 2010; 7:3
39. Sitthipornvorakul E, Janwantanakul P, Purepong N, Pensri P, van der Beek
AJ. The association between physical activity and neck and low back pain:
a systematic review. European Spine Journal : Official Publication of the
European Spine Society, the European Spinal Deformity Society, and the
European Section of the Cervical Spine Research Society 2011; 20(5):
677–89
40. Bener A, El-Rufaie OF, Siyam A, Abuzeid MSO, Toth F, Lovasz G.
Epidemiology of low back pain in the United Arab Emirates. APLAR
Journal of Rheumatology 2004; 7(3):189-195
41. Bopp M. Mortality by education in German speaking Switzerland, 1990-
1997: results from the Swiss National Cohort. International Journal of
Epidemiology 2003; 32:346–354.
42. Power C, Frank J, Hertzman C, Schierhout G, Li L. Predictors of low back
pain onset in a prospective British study. Am J Public Health 2001;
91(10): 1671–1678
41
43. Joseph WD, Thomas HB, Emily LZ, Mary MM. Pain, Nicotine, and
Smoking: Research Findings and Mechanistic Considerations. Psychol
Bull 2011l 137(6): 1065-1093
44. Dionne CE, Korff MV, Koepsell TD, Deyo RA, Barlow WE, Checkoway
H. Formal education and back pain: a review. Journal of Epidemiology
and Community Health 2001; 55(7): 455-468
45. Mathew DG, Robyn LB, & Ming C. Depressive symptoms and bodily
pain: The role of physical disability and social stress. Stress Health. 2011
February; 27(1): 52–53
46. Harkness EF, Macfarlane GJ, Nahit ES, Silman J, McBeth J. Risk factors
for new-onset low back pain amongst cohorts of newly employed workers.
Rheumatology 2003; 42(8): 959–68.
47. Leclerc A, Gourmelen J, Chastang JF, Plouvier S, Niedhammer I, Lanoë
JL. Level of education and back pain in France: the role of demographic,
lifestyle and physical work factors. International Archives of Occupational
and Environmental Health 2009; 82(5): 643–52.
48. WHO expert consultation. Appropriate body-mass index for Asian
populations and its implications for policy and intervention strategies. The
Lancet 2004; 157-163.
49. Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, Lwanga SK. 1993. Adequacy of
Sample Size in Health Studies. John Wiley & Sons
50. Roger BF, Christopher DK, Margarete C, Bridgett RW, Joseph LR. Sex,
Gender, and Pain: A Review of Recent Clinical and Experimental
Findings. J Pain 2009; 10(5): 447-485
51. Channing JP, Claudia MC, Robert RE, Adrian SD. Sex-Based Differences
in Pain Perception and Treatment. Pain Med. 2009; 10(2): 289-299
52. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Profil
Pengendalian Kuantitas Pendudukan Jawa Timur. 2013. Surabaya: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
53. Samartzis D, Karppinen J, Cheung JPY, Lotz J. Disk degeneration and low
back pain: are they fat-related conditions? Global Spine Journal 2013;
3(3): 133–44
42
54. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Keadaan Ketenagakerjaan di
DKI Jakarta Agustus 2013. Berita Resmi Statistik No. 53/11/31/Th. XV.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1
Etik Penelitian
44
45
Lampiran 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rasyad Wicaksono
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Juni 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl. Banjarsari II No. 3 RT 08 RW 08
Cilandak Barat, Jakarta Selatan, 12430
Nomor Telepon/HP : +62 888 0990 7581
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD Islam Al-Ikhlas Cipete (1998 – 2004)
2. SMP Labschool Kebayoran (2004 – 2007)
3. SMA Labschool Kebayoran (2007 – 2010)
4. Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2011 – Sekarang)