laporan sistem pendukung keputusan

Upload: fridayantitkub

Post on 04-Jun-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    1/26

    Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    AHP UNTUK PEMODELAN SPK PEMILIHAN

    SEKOLAH TINGGI KOMPUTER

    Disusun Oleh Kelompok 5:

    Afi Muftihul Situmorang (115060807111069)

    Claudio Fresta Suharno (115060800111115)

    Elha Dhanny (115060800111010)

    Arini Indah Permatasari (115060807111096)

    Luki Puspitasari (115060801111051)

    Friska Rusvijayati (115060809111004)

    Program Studi Ilmu Komputer

    Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

    Universtas Brawijaya

    2013

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    2/26

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    1.3 BATASAN MASALAH

    1.4 TUJUAN

    1.5 MANFAAT

    BAB II DASAR TEORI

    2.1 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

    2.1.1 DEFINISI KEPUTUSAN

    2.1.2 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

    2.1.3 DEFINISI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

    2.1.4 TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

    2.2 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

    2.2.1 SEJARAH AHP

    2.2.2 PRINSIP DASAR AHP

    2.2.3 AKSIOMA AHP

    2.2.4 TAHAPAN AHP

    2.2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN AHP

    BAB III PEMBAHASAN

    3.1 KRITERIA YANG DIGUNAKAN

    3.2 PEMODELAN AHP UNTUK PEMILIHAN SEKOLAH TINGGI

    KOMPUTER

    3.3 SKEMA PEMILIHAN SEKKLAH TINGGI KOMPUTER

    3.4 BOBOT PERBANDINGAN BERPASANGAN

    3.5 MATRIK PERBANDINGAN BERPASANGAN

    3.6 MATRIK NILAI KRITERIA

    3.7 MATRIK PENJUMLAHAN SETIAP BARIS

    3.8 RASIO KONSISTENSI

    3.9 MENGHITUNG HASIL

    BAB IV PENUTUP

    KESIMPULAN

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    3/26

    DAFTAR TABEL

    TABEL 3.1

    TABEL 3.2

    TABEL 3.3

    TABEL 3.4

    TABEL 3.5

    TABEL 3.6

    TABEL 3.7

    TABEL 3.8

    TABEL 3.9

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    4/26

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR 2.1

    GAMBAR 3.1

    GAMBAR 3.2

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    5/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1LATAR BELAKANGPerkembangan teknologi informasi semakin hari semakin melesat baik di

    lingkungan perkantoran maupun di lingkungan kehidupan kita sehari-hari. Banyak

    fasilitas-fasilitas yang bisa kita dapatkan dengan mudah karena adanya kemajuan

    teknologi. Dunia kerja saat ini juga menuntut karyawannya untuk bisa mengikuti

    perkembangan teknologi yang ada saat ini, sehingga banyak lulusan sekolah

    menengah atas atau sekolah menengah kejuruan yang memilih kuliahnya di jurusan

    teknologi informasi.Banyaknya sekolah tinggi komputer yang ada di Indonesia membuat lulusan

    sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan bingung dalam menentukan

    sekolah tinggi mana yang akan dipilih. Dari permasalahan tersebut dibutuhkan suatu

    sistem yang dapat menunjang pengambilan keputusan. Sistem diharapkan mampu member

    keputusan secara obyektif.

    Model yang lebih cocok digunakan dalam penentuan sekolah tinggi komputer adalah

    MADM. Salah satu metode penyelesaian MADM adalah yaitu Analytical Hierarchy Process

    (AHP). Metode AHP ini adalah teori umum mengenai pengukuran [YUL-12]. Metode ini

    cocok digunakan dalam penentuan sekolah tinggi komputer. Karena metode ini nantinya

    akan membantu mendapatkan skala rasio dari hal- hal yang semula sulit diukur . diharapkan

    metode AHP ini dapat menjadi sebuah sistem yang mendukung lulusan sekolah menengah

    atas atau sekolah menengah kejuruan dapat menentukan sekolah tinggi komputer.

    1.2RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka masalah yang ada dapat dirumuskan

    sebagai berikut :

    1. Bagaimana rancangan dari sistem pendukung keputusan untuk penentuansekolah tinggi komputer?

    2. Bagaimana implementasi dari sistem pendukung keputusan untuk penetuansekolah tinggi komputer menggunakan metode AHP?

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    6/26

    1.3BATASAN MASALAH

    1. Metode yang digunakan dalam penelitian AHP2. Kriteria yang dijadikan parameter dalam sistem ini adalah fasilitas, biaya dan kualitas.

    1.4TUJUANTujuan penelitian ini adalah membangun sebuah aplikasi AHP untuk

    pemodelan SPKpemilihan sekolah tinggi komputer menggunakan metode Analytical

    Hierarchy Process (AHP), yang diharapkan dapat memberikan informasi sekolah

    tinggi komputer dandapat memberikan alternatif untuk menyelesaikan

    permasalahan dalam pemilihan sekolah tinggi komputer berdasarkan kriteria

    fasilitas, biaya dan kualitas.

    1.5MANFAATManfaat yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah:

    a. Bagi penulis :1. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari Teknik Informatika

    Universitas Brawijaya.2. Memahami penerapan metode AHP dalam perancangan dan

    pengembangan sistem pendukung keputusan penentuan sekolah tinggi

    komputer.

    b. Bagi pengguna :1. Mendapatkan sistem pendukung keputusan yang berguna untuk membantu

    menentukan sekolah tinggi komputer.

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    7/26

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 Sistem Pendukung Keputusan

    2.1.1 Definisi Keputusan

    Keputusan dibuat diantara alternative tindakan dalam situasi ketidak pastian.

    Meskipun ketidakpastian terlalu banyak tidak diinginkan, pengelolaan ketidakpastian

    menyediakan pembuat keputusan yang kreatif [BUS-12]. Menurut Simon dalam bukunya

    pada tahun 1977, keputusan dibagi menjadi 2 yaitu keputusan terprogram dan keputusan tak

    terprogram. Keputusan terprogram merupakan keputusan yang berulang0ulang dan rutin.

    Sedangkan keputusan tak terprogram bersifat baru, tidak terstruktur dan biasanya tidak urut

    [ABD-12].

    2.1.2 Teori Pengambilan keputusan

    Merupakan suatu kegiatan untuk memberikan pedoman kepada orang atau organisasi

    dalam mengambil keputusan, sekaligus memperbaiki proses pengambilan keptusan yang

    sudah dilakukan dalam kondisi tidak pasti [PRA-02].

    Menurut Arief Andy Soebroto dalam modul pengajaran menyebutkan bahwa

    pengambilan keputusan terbagi atas 3 kondisi, yaitu kondisi pasti, kondisi tidak pasti dan

    kondisi beresiko. Pengambilan keputusan saat kondisi pasti dilakukan jika factor-faktor yang

    mempengaruhi proses pengambilan keputusannya diketahui secara pasti ukuran serta

    parameter yang terlibat. Pengambilan keputusan saat kondisi tidak pasti dilakukan jika factor

    yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan tidak diketahui secara pasti. Sedangkan

    pengambilan keputusan saat kondisi beresiko dilakukan saat semua alternative keputusan

    yang ada memiliki resiko masing-masing, baik dalam kondisi pasti maupun tidak, sehingga

    kalkulasi menjadi dasar yang penting [SOE-12].

    Masih dalam sumber yang sama, beliau menyebutkan bahwa terdapat tiga unsure

    pengambilan keputusan, baik dalam kondisi pasti, tidak pasti, maupun kondisi dibawah

    resiko, diantaranya :

    a. Available alternativesPengambil keputusan dihadapkan pada beberapa alternative pilihan, dan proes

    pengambilan keputusan menghasilkan hasil akhir yang menguntungkan suatu institusi

    maupun organisasi.

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    8/26

    b. State of natureMerupakan unsure-unsur yang berada diluar tanggung jawab pengambil keputusan,

    biasanya berhubungan dengan musin dn perilaku pasar yang tidak dapat diprediksi.

    c. PayoffMerupakan unsure perpaduan antara available alternativesdanstate of nature

    Dalam modulnya beliau juga menarik kesimpulan bahwa Setiap masalah harus dapat

    diselesaikan dalam dengan langkah strategis sehingga diperoleh hasil yang optimum, yaitu

    keuntungan yang maksimum atau kerugian yang minimum.

    2.1.3 Definisi Sistem Pendukung Keputusan

    Sistem pendukung keputusan adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer

    (termasuk sistem berbasis pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan

    keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem

    komputer yang mengolah data informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi-

    terstruktur yang spesifik [HAN-07]. Sistem pendukung keputusan memiliki beberapa

    karakteristik, meliputi :

    a. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk membantu pemecahan masalah yangsifatnya terstruktur maupun tidak dengan menambahkan kebijakan manusia dankomputerisasi.

    b. Proses dalam sistem pendukung keputusan mengkombinasikan penggunaan modelanalisis.

    c. Sistem pendukung kelutusan dirancang sedemikuan rupa agar mudahdiimplementasikan dan menekankan aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi

    yang tinggi.

    Sistem Pendukung Keputusan adalah system berbasis computer yang membantu parapengambil keoutusan mengatasi berbagai masalah melalui interaksi langsung dengan

    sejumlah databasedan perangkat lunak analitik. Tujuan dari system adalah untuk menyimpan

    data dan mengubahnya ke informasi yang terorganisir yang dapat diakses dengan mudah,

    sehingga keputusan-keputusan yang diambil dapat dilakukan dengan cepat, akurat dan murah

    [WIB-04].

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    9/26

    2.1.4 Tahap Pengambilan Keputusan

    Pengambilan keputusan idealnya terbagi atas 2 fase yaitu pradesain dan desain. Untuk

    tahapan pradesain itu sendiri terbagi atas tiga fase, yaitu perencanaan, penyelidikan dan

    analisis. Pada fase perencanaan dibutuhkan diagnose masalah yang ada, poin-poin yang

    berguna dalam pengambilan keputusan, serta perkiraan masalah, solusi sera kebutuhan. Fase

    penyelidikan membutuhkan analisis tentang bagaimana menempatkan kebutuhan user, apa

    sajakah sumberdaya yang tersedia dan lingkungan pengambilan keputusan. Fase terakhir dari

    tahap pradesain adalah analisis, yaitu mencari pendekatan terbaik untuk pengembangan, apa

    saja sumberdaya yang diperlukan serta mencari model normatif.

    Tahapan desain dikelompokkan dalam empat level yang setara, diantaranya yaitu

    mendesain antar muka pengguna dan dialog yang diperlukan untuk mempermudah

    penggunaan serta pemahaman dalam menjalankan aplikasi dan keputusan. Membuat desain

    sistem yang berguna sebagai pemroses masalah, mendesain basis data pengambilan

    keputusan, serta mendesain komponen pengetahuan. Dari keempat level tersebut

    digabungkan menjadi satu sebagai tahap konstruksi yang menggabungkan level-level tersebut

    untuk diuji.

    Tahapan ideal dari tahapan pengambilan keputusan adalah dua unser tadi, yaitu

    pradesain dan desain. Namu dari keduanya dapat dikembangkan lagi menjadi fase-fasepenyempurnaan yang lebih spesifik. Fase selanjutnya adalah impelemntasi. Pada fase ini

    dilakukan pengujian serta evaluasi, demonstrasi, orientasi, pembelajaran serta penyebaran

    terhadap sistem yang sudah dibuat.

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    10/26

    Gambar 2.1Tahapan DSS (Sumber : [SOE-12])

    Fase selanjutnya adalah Maintenanceyang dilakuakn berulang-ulang secara kontinu

    dan dilakukan dokumentasi. Fase terakhir adalah mengulang proses secara berulang untuk

    meningkatkan kinerja sistem. Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam DSS kurang lebihseperti gambar 2.1.

    2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)

    2.2.1 Sejarah AHP

    MetodeAnalytic Hierarchy Process(AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty

    sekitar tahun 1970 ketika di Warston School. Metode AHP memproses masalah

    multikriteria yang kompleks menjadi suatu model hirarki.

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    11/26

    Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah

    permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama

    adalah tujuan, yang diikuti level kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga

    level terakhir yaitu level alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks

    dapat diuraikan sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis

    [ANS-12].

    Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan

    atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan

    cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan

    darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding

    tindakan lain.

    Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang

    tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua,

    menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya

    perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya.

    Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh

    sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas [BAA-11].

    2.2.2 Prinsip Dasar AHP

    Seperti halnya metode pengambilan keputusan yang lain, metode analytical Hierarchy

    Processini memiliki prinsip-prinsip dasar, antara lain :

    1. DekomposisiDengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian

    secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk

    yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif.

    Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang

    lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain.

    Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level

    berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut

    bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki

    perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level

    yang baru.

    2. Perbandingan penelitian/pertimbangan (comparative judgements)

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    12/26

    Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang

    ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian

    menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam

    bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.

    3. Sintesa prioritasSintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari

    kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam

    level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan

    prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari

    elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.

    2.2.3 Aksioma AHP

    Metode AHP memiliki aksioma dasar. Aksioma merupakan aturan-aturan yang

    berlaku dalam operasi AHP. Berikut aksiomanya [BAA-11]:

    1. Aksioma ResiprokalAksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan

    antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent,

    menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B,

    maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B,

    maka B=1/5 A.

    2. Aksioma HomogenitasAksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh.

    Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang

    tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar

    elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi

    tinggi.

    3. Aksioma KetergantunganAksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada

    elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip

    komposisi hirarki

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    13/26

    2.2.4 Tahapan AHP

    Tahapan-tahapan proses sederhana dalam metode AHP adalah [APR-08] :

    a) Mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan yang diinginkan.

    b) Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

    kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihan.

    c) Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh

    setiap elemen terhadap masing-masing kriteria.

    d) Menguji konsistensi hirarki. Jika nilai konsistensi rasio yang dihasilkan tidak

    memenuhi standar yang ditetapkan yaitu Consistency Ratio (CR) < 0,1 maka

    penilaian harus diulang kembali.

    2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan AHP

    Seperti halnya metode analisis, AHP juga memiliki kelebihan dan kelemahan dalam

    analisanya. Kelebihannya meliputi [SYA-08] :

    Kesatuan (unity)AHP membuat permasalahan yang luas dan tisak terstruktur menjadi suatu model

    yang fleksibel dan mudah dipahami.

    Kompleksitas (complexity)AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan

    pengintegrasian secara deduktif.

    Saling Ketergantungan (inter independence)AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak

    memerlukan hubungan linier.

    Struktur Hierarki (hierarchy structuring)AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem

    ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.

    Pengukuran (measurement)AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan sintesis.

    Konsistensi (consistency)AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk

    menentukan prioritas.

    Sintesis (syntesis)

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    14/26

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    15/26

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1. Kriteria Yang Digunakan

    Kriteria yang digunakan untuk pemilihan sekolah tinggi computer menggunakan

    metode AHP yaitu : fasilitas, biaya, dan kualitas untuk alternative sekolah tinggi komputer

    A, B, C, D, E.

    3.2. Pemodelan AHP Untuk Pemilihan Sekolah Tinggi KomputerPemodelan AHP untuk pemilihan sekolah tinggi komputer dapat dilihat pada

    Gambar 3.1 sebagai berikut :

    Gambar 3.1 Pemodelan AHP Untuk Pemilihan Sekolah Tinggi Komputer

    Level paling atas yaitu pemilihan sekolah tinggi komputer sebagai tujuan padapenelitian ini. Pada level tengah pada hirarki ini yaitu menunjukkan kriteria yaitu

    fasilitas, biaya dan kualitas sedangkan pada level paling bawah pada hirarki ini yaitu

    menunjukkan alternaatif pilihan sekolah tinggi computer.

    3.3. Skema Pemilihan Sekolah Tinggi Komputer

    Skema atau bagan dalam pemilihan sekolah tinggi komputer dapat dilihat pada

    gambar 3.2

    3.2 sebagai berikut :

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    16/26

    Gambar 3.2 Skema Pemilihan Sekolah Tinggi Komputer

    Pada gambar 3.2 menunjukkan :

    1. Data calon mahasiswa yaitu biodata calon mahasiswa yang akan

    memilih sekolah tinggi komputer.

    2. Data kriteria yaitu nilai-nilai yang ada dikriteria fasilitas, biaya.

    3. Data alternatif yaitu sekolah tinggi yang akan dipilih misalnya A,B,C,D,E4. Metode AHP yaitu proses perhitungan manual menggunakan metode

    AHP sebelum diterapkan dalam aplikasi.

    5. Aplikasi AHP untuk pemodelan SPK pemilihansekolah tinggi

    komputer yaitu aplikasi yang dibangun oleh penulis berdasarkan metode

    AHP.

    3.4. Bobot Perbandingan Berpasangan

    Perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan aturan penilaian bobot

    kriteria pada tabel 3.1berikut :

    Tabel 3.1Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan (Saaty, 2004)

    Tingkat Defini

    1 Kedua elemen sangat penting

    3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    17/26

    5

    Elemen yang satu esensial atau sangat penting

    dibandin elemen an 7 Elemen yang satu benar-benar lebih penting dari yang

    9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibanding

    2, 4, 6, 8 Nilai tengah diantara dua penilaian berurutan

    Kebalikan

    Jika aktivitas I mendapat satu angka dibandingkan

    den an aktivitas

    3.5. Matrik Perbandingan BerpasanganMatrik perbandingan berpasangan dilakukan untuk penilaian perbandingan

    antara satu kriteria dengan kriteria yang lain, yaitu kriteria fasilitas dengan

    kriteria biaya, kriteria fasilitas dengan kriteria kualitas dan kriteria biaya

    dengan kriteria kualitas. Hasil penilaian ada pada table 3.1.

    Tabel 3.2 Matrik Perbandingan Berpasangan

    Keterangan

    Perbandingan berpasangan untuk kriteria fasilitas, biaya dan kualitas. Untuk

    perbandingan dengan kriteria yang sama akan bernilai 1 karena keduanya sama penting.

    Untuk kriteria fasilitas dengan kriteria biaya bernilai 2 artinya bahwa kriteria biaya

    sedikit lebih penting dari kriteria fasilitas. Kriteria fasilitas dengan kriteria kualitas

    bernilai 3 artinya bahwa kriteria kualitas lebih penting dari kriteria fasilitas.

    Kriteria biaya dengankriteria kualitas bernilai 4 artinya kriteria biaya dan kriteriakualitas sama pentingnya tetapi lebih penting kualitas.

    3.6. Matrik Nilai Kriteria

    Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis

    untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini

    adalah:

    a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom matrik

    KRITERIA Fasilita

    Biaya Kualita

    Fasilitas 1 2 3

    Biaya 0,

    1 4

    Kualitas 0,3

    0,25 1

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    18/26

    b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk

    memperoleh normalisasi matrik.

    c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan memb ginya dengan jumlah

    elemen untuk mendapat nilai rata-rata.

    Tabel 3.3 Matrik Nilai Kriteria

    KRITERIA Fasilitas Biaya Kualitas Jumlah Prioritas

    Fasilitas 0,545 0,615 0,375 1,536 0,512

    Biaya 0,273 0,308 0,500 1,080 0,360

    Kualitas 0,182 0,077 0,125 0,384 0,128

    Pada matrik ini kolom fasilitas dan baris fasilitas 0,545 didapatkan dari nilai kolom

    fasilitas baris fasilitas dibagi dengan nilai baris jumlah dan kolom fasilitas pada tabel

    3.2, proses ini dikerjakan sampai pada kolom kualitas baris kualitas. Sedangkan

    jumlah merupakan penjumlahan dari 0,545+ 0,615 + 0,375. Untuk nilai pada kolom

    prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria, dalam

    penelitian ini ada 3 kriteria.

    3.7. Matrik Penjumlahan Setiap Baris

    Matrik penjumlahan setiap baris didapatkan dari perkalian nilai prioritas

    pada tabel 3.3 dengan matrik perbandingan berpasangan pada tabel 3.2

    Tabel 3.4

    KRITERIA Fasilitas Biaya Kualitas Jumlah

    Fasilitas 0,512 1,024 1,536 3,072

    Biaya 0,256 0,512 2,048 2,816

    Kualitas 0,171 0,128 0,512 0,811

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    19/26

    Nilai 0,512 pada baris fasilitas kolom fasilitas didapat dari nilai prioritas tertinggi

    yang ada pada tabel 3.3 dikalikan dengan nilai baris fasilitas kolom fasilitas pada tabel

    3.2. Nilai 0,256 pada baris biaya kolom fasilitas didapat dari nilai prioritas tertinggi

    yang ada pada tabel 3.3 dikalikan dengan nilai baris biaya kolom fasilitas pada tabel

    3.2. Nilai 0,171 pada baris kualitas kolom fasilitas didapat dai nilai prioritas

    tertinggi yang ada pada tabel 3.3 dikalikan dengan nilai baris biaya kolom

    fasilitas pada tabel 3.2. Nilai 1,024 pada baris fasilitas kolom biaya didapat dari

    nilai prioritas tertinggi yang ada pada tabel 3.3 dikalikan dengan nilai baris fasilitas

    kolom biaya pada tabel 3.2.Proses perhitungan tersebut dilakukan sampai pada nilai0,512 pada baris kualitas kolom kualitas. Sedangkan kolom jumlah pada tabel 3.4

    diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing baris pada tabel

    tersebut. Seperti 3,072 pada kolom jumlah adalah hasilpenjumlahan dari 0,512

    + 1,024 + 1,536.

    3.8. Rasio Konsistensi

    Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) 0,1 maka matrik perbandingan berpasangan harus dihitung ulang.

    Tabel 3.5 Matrik Rasio Konsistensi

    JUMLAH/BARIS PRIORITAS HASIL

    FASILITAS 3.071678322 0.511946387 3.583624709

    BIAYA 2.815705128 0.36013986 3.175844988

    KUALITAS 0.810581779 0.127913753 0.938495532JUMLAH 7.697965229

    Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada tabel 3.4, sedangkan kolom

    prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada tabel 3.3.

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    20/26

    Dari tabel 3.5 diperoleh nilai-nilai :

    Jumlah (jumlah dari nilai-nilai hasil) : 7,698 n (jumlah kriteria) : 3

    maks (jumlah/n) : 2,566

    CI ((maks-n)/n) : -0,145

    CR (CI/IR) : -0,249

    Dari perhitungan di atas hasilkan nilai CR < 0,1, sehingga perhitungan rasio

    konsistensi tersebut bisa diterima.Untuk perhitungan sub kriteria dari masing-masing

    kriteria dilakukan dengan cara yang sama seperti menghitung kriteria yaitu menghitungperbandingan berpasangan, menghitung matrik nilai kriteria, menjumlahkan setiap baris

    dan menentukan rasio konsistensinya, kemudian langkah selanjutnya yaitu menghitung

    hasil.

    3.9. Menghitung Hasil

    Prioritas hasil perhiyungan pada langkah sebelumnya kemudian dituangkan dalam matrik

    hasil yang ada pada tabel 3.6.

    Nilai 0,512 pada kolom fasilitas, 0,360 pada kolom biaya, 0,128 pada kolom

    kualitas diperoleh dari tabel 3.3 kolom prioritas. Nilai 1,000 pada baris memadai kolom

    fasilitas, 0,384 pada baris kurang memadai kolom fasilitas dan 0,439 pada baris tidak

    memadai kolom fasilitas diperoleh dari perhitungan sub kriteria fasilitas.

    Nilai 1,000 pada baris mahal kolom biaya, 0,806 pada baris sedang kolom biaya dan

    0,335 baris murah kolom biaya diperoleh dari perhitungan sub kriteria biaya. Sedangkan

    nilai 1,000 pada baris baik kolom kualitas, 0,581 pada baris cukup kolom kualitas dan

    0,329 pada baris buruk kolom kualitas diperoleh dari perhitungan sub kriteria kualitas.

    Tabel 3.6 Matrik Hasil

    FASILITAS BIAYA KUALITAS

    0,512 0,360 0,128

    Memadai Mahal Baik

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    21/26

    1,000 1,000 1,000

    Kurang Memadai Sedang Cukup

    0,384 0,806 0,581

    Tidak Memadai Murah Buruk

    0,439 0,335 0,329

    Misalkan diberikan data nilai dari 5 sekolah tinggi komputer, maka hadil akhirnya

    sebagai berikut :

    Tabel 3.7 Matrik Contoh Sekolah Tinggi Komputer Yang Akan Dipilih

    Sekolah tinggi komputer Fasilitas Biaya Kualitas

    A Memadai Mahal Baik

    B Kurang Memadai Sedang Baik

    C Tidak Memadai Murah Cukup

    D Memadai Sedang Baik

    E Tidak Memadai Mahal Cukup

    Data pada tabel 3.7 maka dapat diberikan bobot nilai berdasarkan nilai pada tabel 3.7

    sehingga hasilnya dituangkan pada tabel 3.8 sebagai berikut:

    Tabel 3.8 Matrik Pemilihan Sekolah Tinggi Komputer

    Sekolah tinggi komputer Fasilitas Biaya Kualitas Total

    A 0,512 0,360 0,128 1,000

    B 0,197 0,290 0,128 0,615

    C 0,225 0,121 0,074 0,420

    D 0,512 0,290 0,128 0,930

    E 0,225 0,360 0,074 0,659

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    22/26

    Nilai 0,512 pada kolom fasilitas baris A diperoleh dari nilai sekolah tinggi

    komputer A untuk fasilitas, yaitu memadai dengan prioritas 1,000 (tabel 3.6) dikalikandengan prioritas fasilitas sebesar 0,512 (tabel 3.6).

    Nilai 0,97 pada kolom fasilitas baris B diperoleh dari nilai perguruan tinggi

    komputer swasta B untuk fasilitas, yaitu kurang memadai dengan prioritas 0,384

    dikalikan dengan prioritas fasilitas sebesar 0,512.

    Nilai 0,225 pada kolom fasilitas baris C diperoleh dari nilai perguruan tinggi

    komputer swasta C untuk fasilitas, yaitu tidak memadai dengan prioritas 0,439 dikalikan

    dengan prioritas fasilitas sebesar 0,512.

    Nilai 0,360 pada kolom biaya baris A diperoleh dari nilai perguruan tinggi swasta A

    untuk biaya, yaitu mahal dengan prioritas 1,000 dikalikan dengan prioritas biaya sebesar

    0,360.

    Nilai 0,290 pada kolom biaya baris B diperoleh dari nilai perguruan tinggi swasta B

    untuk biaya, yaitu sedang dengan prioritas 0,806 dikalikan dengan prioritas biaya sebesar

    0,360.

    Nilai 0,121 pada kolom biaya baris C diperoleh dari nilai perguruan tinggi swasta C

    untuk biaya, yaitu murah dengan prioritas 0,335 dikalikan dengan prioritas biaya sebesar

    0,360.

    Nilai pada kolom kualitas baris A diperoleh dari nilai perguruan tinggi komputer

    swasta A untuk kualitas, yaitu baik dengan prioritas 1,000 dikalikan dengan prioritas

    kualitas sebesar 0,128.

    Nilai pada kolom kualitas baris B diperoleh dari nilai perguruan tinggi komputer

    swasta B untuk kualitas, yaitu baik dengan prioritas 1,000 dikalikan dengan prioritas

    kualitas sebesar 0,128.

    Nilai 0,074 pada kolom kualitas baris C diperoleh dari nilai perguruan tinggi

    komputer swasta A untuk kualitas, yaitu cukup dengan prioritas 0,581 dikalikan dengan

    prioritas kualitas sebesar 0,128.

    Kolom total pada tabel 3.8 diperoleh dari penjumlahan pada masing-masing

    barisnya. Nilai total ini digunakan untuk merangking perguruan tinggi komputer swasta

    yang direkomendasikan. Semakin besar nilai yang didapat maka semakin besar prioritas

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    23/26

    untuk disarankan.

    Tabel 3.9 Hasil Akhir

    A Sekolah tinggi komputer A

    B Sekolah tinggi komputer B

    C Sekolah tinggi komputer C

    D Sekolah tinggi komputer D

    E Sekolah tinggi komputer E

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    24/26

    BAB IV

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Dari hasil perhitungan contoh kasus di atas maka disimpulkan bahwa sekolah tinggi

    komputer A yang layak untuk dipilih berdasarkan metode AHP dengan penilaian fasilitas

    yang memadai,biaya mahal dan kualitas baik.

    Aplikasi AHP untuk pemodelan SPK pemilihan sekolah tinggi komputer dapat

    menghasilkan pengambilan keputusan yang rasional dan optimal.

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    25/26

  • 8/14/2019 Laporan Sistem Pendukung Keputusan

    26/26