makalah biokimia fix
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN
Menentukan Kadar Gula, Protein dan Lemak dalam Susu UHT
Disusun Oleh :
Nusaibah Askariyah (111096000001)
Dea Justina (1111096000025)
Achmad Latiful Qolby (1111096000031)
Fitri Fajriani (1111096000039)
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Menentukan Kadar Gula,
Protein dan Lemak dalam Susu UHT. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Penelitian pada mata kuliah Praktikum Biokimia II.
Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak
bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan Do’a dan
dukungan dalam berbagai hal.
2. Ibu Nur Ernita, S.Si dan Ibu Nurlela, S.Si selaku Dosen Pembimbing
sekaligus Dosen pada mata kuliah Praktikum Biokimia II.
3. Asisten Laboratorium yang senatiasa mendampingi penelitian ini.
4. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan,
masukan, kritikan dan saran-saran.
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
ibadah bagi keluarga, bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang
lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya.
Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai
sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya dibidang
Biokimia.
Ciputat, Desember 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu
mamalia dan manusia. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka
dapat mencerna makanan padat. Manusia mengambil susu dari hewan yang
memiliki kelenjar susu, seperti sapi, kuda dan domba (wikipedia).
Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina sebagai
sumber gizi bagi anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan mamalia betina
bervariasi sehingga kandungan susu yang dihasilkan juga tidak sama pada hewan
mamalia yang berbeda (potter, 1976). Menurut Winarno (1993), susu adalah
cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mamae (ambing) pada binatang
mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya.
Kandungan air didalam susu tinggi sekali yaitu sekitar 87,5 %. Meskipun
kandungan gulanya juga cukup tinggi yaitu sekitar 5% tetapi rasanya tidak manis.
Daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa). Kandungan
laktosa bersama garam bertanggungjawab terhadap rasa susu yang spesifik
(winarno, 1993).
Pada penelitian ini susu yang akan dianalisa kadar karbohidrat, lemak dan
protein nya adalah susu olahan. Susu olahan yang digunakan adalah susu UHT.
Susu UHT adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar atau susu
rekonstitusi atau susu rekombinasi yang disterilkan pada suhu tidak kurang dari
135oC selama 2 detik dan dikemas segera dalam kemasan yang steril dan aseptis.
Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 3% dan total padatan bukan
lemak tidak kurang dari 8%.
Ultra high temperature atau lebih dikenal UHT adalah metode pengawetan
minuman, kebanyakan digunakan pada susu. Ini adalah sebuah alternatif untuk
pasteurisasi. Susu terlebih dahulu dipanaskan selama 2-3 detik di suhu 135 sampai
150° C dan segera didinginkan sampai 4-5° C . Waktu pemanasan yang singkat

dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan
warna, aroma da rasa yang relatif tidak berubah seperti aslinya. Semua kuman
atau mikroorganisme termasuk bakteri patogen (patogen) dihancurkan oleh suhu
ultra tinggi. Susu ini dapat disimpan setidaknya enam minggu (Wikipedia)
Pemilihan susu UHT dalam analisa ini karena dalam susu termasuk susu
UHT mengandung kadar karbohidrat, lemak dan protein yang telah tertera pada
kemasan sehingga dengan begitu penentuan kadar yang tertera dapat di
bandingkan dengan kadar pada uji penelitian dan kadar Standar Nasional
Indonesia terhadap produk susu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapakah persentase kadar protein yang terdapat pada susu UHT ?
2. Berapakah persentase kadar lemak yang terdapat pada susu UHT ?
3. Apakah ada atau tidak kandungan karbohidrat dalam susu UHT ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein, kadar lemak dan
ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam susu UHT yang akan diuji. Hasil uji
terhadap susu UHT dibandingkan dengan SNI produk susu dan komposisi yang
tertera. Sehingga dari ketiga sumber dapat diketahui ketepatan kandungan dari
ketiga kadar tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Mengetahui persentase kadar protein dalam susu UHT
2. Mengetahui persentase kadar lemak dalam susu UHT
3. Mengetahui ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam susu UHT

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu UHT
Susu UHT (Ultra High Temperature) merupakan susu yang diproses dengan
panas tinggi dalam waktu singkat (135-145o C) selama 2-5 detik (Amanatidis,
2002). Sistem UHT sendiri merupakan salah satu cara pengolahan yang
berlangsung secara kontinyu dengan pemanasan yang tinggi dan dalam waktu
singkat serta diikuti dengan pendinginan secara cepat untuk menghasilkan produk
yang steril secara komersial (Von Bockelmann, 1998).
Tabel 1. Syarat mutu Susu UHT berdasarkan SNI
2.2 Kandungan Zat Gizi
Zat gizi adalah substansi pangan yang memberikan energi, diperlukan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan atau pemeliharaan kesehatan, serta bila
terjadi kekurangan maka dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia
sehingga terjadi perubahan fisiologi tubuh (BPOM, 2004). Susu sebagai salah satu
pangan bergizi, memiliki beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
seperti lemak, protein dan karbohidrat.

a. Lemak
Lemak terdapat di dalam susu dalam bentuk jutaan bola kecil yang
bergaris tengah antara 1 – 20 mikron dengan rata-rata garis tengah 3 mikron
(Buckle et al, 2009). Biasanya terdapat sekitar 1000 x 106 butiran lemak
dalam setiap ml susu. Butiran inilah yang menyebabkan susu mudah
menyerap flavor asing. Lemak susu berkontribusi terhadap 48% total kalori
pada susu. Lemak susu mengandung sekitar 66 % lemak jenuh, 30 % lemak
tak jenuh rantai tunggal, serta 4 % lemak tak jenuh rantai banyak (Chandan,
1997). Komponen mikro dari lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol,
tokoferol (vitamin E), karoten, vitamin A, serta vitamin D.
b. Protein
Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-
asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida, berbobot molekul tinggi
dari 5000 sampai berjuta-juta. Secara garis besar, protein susu terbagi menjadi
dua kelompok utama yaitu kasein dan protein whey. Kasein merupakan
protein utama susu yang jumlahnya mencapai 80% dari total protein susu sapi.
Kasein dapat diendapkan oleh asam dan enzim rennin.
2.3 Analisis Kandungan Gula Pereduksi
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi
yang disebabkan oleh adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-
senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam
oksidator seperti Cu(II). Dalam metode Luff Schoorl ini didasarkan pada
reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2 + → R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- → Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 → S4O6
2- + 2 I-
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi
Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.

2.4 Analisis Kadar Protein
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Ion Cu+
akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat
phosphotungstat (phosphormolybdotungstate), menghasilkan heteropoly
molybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping
asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat
dideteksi secara kolorimetri. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang
bisa dibaca di antara 500 - 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan.
Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan
dan tyrosine-nya.
2.5 Kasein
Kasein merupakan proteida fosfor yang dijumpai dalam endapan
koloida air susu. Protein yang terdapat dalam susu terdiri dari sebagian besar
kasein, sampai mencapai sekitar 80%, sehingga kasein sering disebut sebagai
protein susu. Kasein yang merupakan partikel yang besar dan senyawa yang
kompleks tersebut dinamakan juga kasein misel (casein micell). Buda dkk.
(1980) menjelaskan, bahwa kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rennet
dan alkohol.
2.6 Bilangan Penyabunan
Penyabunan adalah proses pemutusan lemak netral menjadi gliserol dan
asam lemak dengan adanya alkali. Bilangan penyabunan merupakan jumlah
basa yang diperlukan untuk menyabunkan sejumlah lemak atau minyak,
dinyatakan sebagai miligram KOH yang dibutuhan untuk menyabunkan 1
gram sampel. Bilangan penyabunan merupakan indeks rata-rata berat
molekul triasilgliserol dalam sampel. Semakin kecil bilangan saponifikasi,
semakin panjang rata-rata rantai asam lemak.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu Pelaksanaan : 3 minggu (minggu pertama sampai pertengahan bulan
Desember 2013)
Tempat Pelaksanaan : Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas berupa : tabung
reaksi, gelas Beckker, labu ukur, gelas Erlemeyer, gelas ukur, piper tetes, pipet
ukur. Alat instrumen berupa : spektrofotometer UV-VIS, sentrifuge dan vortex.
Hotplat, mikro pipet, kertas saring, corong bucher, pendingin tegak, buret dan
mortar
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel susu UHT, H2SO4 4
N, Alkohol 70%, Na2S2O3 0,1%, Amilum 1%, Larutan Luff Schoorl, KI 30%,
asam asetat 1 N, asam asetat 0,5 N, NaOH 0,1%, kalium natrium tartrat, Na2CO3
2%, CuSO4, 1%,
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Uji Kadar Gula Dalam Susu
Ekstraksi Gula Pereduksi
Ditimbang sampel susu UHT sebanyak 10 gram, kemudian dihancurkan
dengan mortar. Selanjutnya dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ekstraksi
dan tambahkan 75 mL alkohol 70%. Dididihkan suspensi dalam labu ekstraksi
selama 1 jam kemudian disentrifuge atau disaring. Ditepatkan volume filtrat

hingga 100 mL dalam labu ukur 100mL. larutan tersebut merupakan larutan
ekstrak gula yang siap dianalisis/ditetapkan kadarnya.
Penetapan Kadar Gula Pereduksi
Dimasukkan 25 mL larutan luff-schoorl dan 10 mL larutan ekstrak gula
pereduksi ke dalam labu erlenmeyer 250 mL lalu ditambahkan air hingga volume
total 50 mL. Selanjutnya campuran dipanaskan dengan menggunakan pendingin
tegak hingga mendidih dan diteruskan selama 10 menit lagi. Setelah pemanasan
selesai, didinginkan campuran dengan menggunakan es. Di tambahkan kedalam
campuran 10mL larutan KI 30% & 25mL H2SO4 4N. Lalu dititrasi dengan
Na2S2O3 0.1 N dan indikator amilum 1ml sampai warna biru hilang. Dicatat
volume titran (V1, mL) dan dilakukan titrasi blanko (sama seperti untuk ekstrak
gula pereduksi tetapi tanpa penambahan ekstrak. Dicatat volume blanko (V2, mL).
dihitung kadar gula pereduksi dengan persamaan rumus
% gula pereduksi =
3.3.2 Uji kadar protein dengan metode Lowry
Mula-mula disiapkan larutan protein standar (BSA) dan protein sampel dalam
tabung reaksi yang bersih dan kering dengan volum total protein + air = 1 ml
Penambahan (mL)No tabung reaksi
1 2 3 4 5 6
Standar BSA (200µg/mL) - 0.2 0.4 0.6 0.8 -
Sampel protein - - - - - X
H2O 1 0.8 0.6 0.4 0.2 (1-x)
Setelah itu diaduk hingga merata, lalu ditambahkan dengan 5 mL larutan biuret
yang telah disiapkan kedalam masing-masing tabung. Kemudian diinkubasi
selama 10 menit pada suhu kamar. Digunakan stopwatch ketika menambahkan
larutan biuret pada masing-masing tabung. Setelah itu ditambahkan 0.5 mL

reagen Folin-Ciocalteu kedalam masing-masing tabung. Lalu dikocok dengan
vorteks. Kemudian diinkubasi selama 30 menit dalam suhu kamar. Selanjutnya
dibaca absorbansi pada panjang gelombang 700 nm dengan spektrofotometri UV-
VIS. Dibuat kurva standar BSA dan tentukan konsentrasi protein dari sampel.
3.3.3 Pemisahan Kasein
20 mL sampel dimasukkan kedalam beacker glass, lalu dipanaskan
dipenanggas air pada suhu 40 oC. Kemudian ditambahkan 1.5 mL asam asetat 1 N
dan diaduk sampai homogen dan didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya
ditambahakna 4.5 mL asam asetat 0.25 N diaduk dan didiamkan selama 1 jam.
Setelah itu disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan aquades, kemudian
kertas saring dan endapan dimasukkan kedalam beacker glass dan ditambahakan
dengan aquades sebanyak 20 mL, NaOH 0.1 M sebanyak 4 mL. Setelah itu,
dipanaskan diatas penangas air dengan suhu 40 oC hingga larut. Kemudian
didinginkan dan diteteskan dengan PP. Setelah terbentuk warna merah muda
ditambahkan 4 mL formaldehid 40 % ditandai dengan warna merah muda yang
menghilang. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna
merah muda kembali.
3.3.4 Uji Bilangan Saponifikasi
Ditimbang secara akurat 5 gram sampel dan ditambahkan 50 mL larutan
alkoholik Kalium Hidroksida 0,7 N. Kemudian dididihkan secara perlahan diatas
hot plate atau water bath hingga sampel homogen sampai proses saponifikasi
berjalan sempurna (membutuhkan kira-kira 30-60 menit). Selanjutnya sampel
didinginkan dalam temperature ruang. Kemudian ditambahkan 1 mL indicator
phenolftalein dan sampel dititrasi dengan HCl 0,5 N yang telah distandarisasi
sampai warna pink hilang. Lalu, dicatat volume titran yang digunakan.
Nilai dari bilangan penyabunan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Bilangan Penyabunan (mg KOH/g):

Dengan: Vo: jumlah mL HCL yang digunakan sebagai blanko
V1: jumlah mL HCl yang digunakan pada sampel
N: Normalitas dari larutan HCL
m: Bobot sampel
56,1: Mr dari KOH (mg/mmol)

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional – Bsn. Jakarta : Gedung Manggala Wanabakti Blok
IV Lt. 3-4Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270Telp: 021- 574
7043; Faks: 021- 5747045; e-mail : [email protected]
Baltusnikiene, Aldona. Food Chemistry and Alalysis: Metodical book of Practical
course. Dept. of Biochemistry Lithuanian University.
Hermanto, Sandra,M.Si dan Nur Ernita,S.Si. 2013. SOP Pedoman Praktikum
Biokimia II. Jakarta : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hermanto, Sandra. 2008. Diktat Perkuliahan Biokimia II. Jakarta : Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mawadda, Nur. 2010. Skripsi: Pengaruh Cara Pengolahan Terhadap Kadar
Protein dan Kolestrol pada Berbagai Jenis Telur. Yogyakarta : Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.