makalah ctl

21
MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran semester 5 Disusun Oleh: 1. Anisa Puji Hidayati ( H1A0801057 ) 2. Bunga Astria Fazrin ( H1A0801033 ) 3. Chandra Febrian ( H1A0801017 ) 4. Leni Susilawati ( H1A0801003) 5. Ratna Novianingsih ( H1A0801026 )

Upload: dhaska-limitless

Post on 24-Apr-2015

106 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

model pembelajaran

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah CTL

MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran semester 5

Disusun Oleh:

1. Anisa Puji Hidayati ( H1A0801057 )

2. Bunga Astria Fazrin ( H1A0801033 )

3. Chandra Febrian ( H1A0801017 )

4. Leni Susilawati ( H1A0801003)

5. Ratna Novianingsih ( H1A0801026 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SUKABUMI

2010

Page 2: Makalah CTL

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, masih terdapat sistem pembelajaran yang bersifat teoritis.

Sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka

peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal

ini sesuai dengan kenyataan bahwa “pada umumnya siswa tidak dapat

menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan

pengetahuan tersebut di kemudian hari“ (Gafur, 2003 : 1). Oleh sebab itu, dalam

kondisi seperti ini guru atau pendidik harus mampu merancang sebuah

pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara

teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan

kondisi belajar yang memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan

menghubungkan materi pelajaran yang mereka pelajari. Salah satu alternatif

jawaban permasalahan di atas, guru dapat memilih model pembelajaran

kontekstual.

Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang

dapat mengurangi verbalisme dan teoritis. Di samping itu, pembelajaran ini dapat

memberikan penguatan pemahaman secara komprehensif melalui penghubungan

makna atau maksud dari ilmu pengetahuan yang dipelajari siswa dengan

pengalaman langsung dalam kehidupan yang nyata.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang

cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna,

dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-

hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak

hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat

disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan

dalam tugas pekerjaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL)?

Page 3: Makalah CTL

2.2. Apa saja komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)?Apa saja komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)?

3.3. Bagaimana penerapan model pembelajaran CTL?Bagaimana penerapan model pembelajaran CTL?

4.4. Apa kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)?Apa kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

C. TujuanC. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Model Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL).

2.2. Mengetahui komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL).komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL).

3.3. Mengetahui penerapan model pembelajaran CTL.penerapan model pembelajaran CTL.

4.4. Mengetahui kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and LearningMengetahui kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning

(CTL).(CTL).

Page 4: Makalah CTL

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Kontekstual (contextual) berasal dari kata konteks (contex). Konteks (contex)

berarti “bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah

kejelasan makna; situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian “

(Depdiknas, 2001: 591). Kontekstual (contextual) diartikan “sesuatu yang

berhubungan dengan konteks (contex)” (Depdiknas, 2001 : 591). Sesuai dengan

pengertian konteks maupun kontekstual tersebut, pembelajaran kontekstual

(contextual learning) merupakan sebuah pembelajaran yang dapat memberikan

dukungan dan penguatan pemahaman siswa dalam menyerap sejumlah materi

pembelajaran serta mampu memperoleh makna dari apa yang mereka pelajari dan

mampu menghubungkannya dengan kenyataan hidup sehari hari. Hal ini juga

sejalan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.

Secara alamiah proses berpikir dalam menemukan makna sesuatu itu bersifat

kontekstual dalam arti ada kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang

telah mereka miliki (siswa) memiliki (ingatan), pengalaman, respon ), oleh

karenanya berpikir itu merupakan proses mencari hubungan untuk menemukan

makna dan manfaat pengetahuan tersebut “ ( Gafur, 2003 : 1 ).

Menurut kerangka berpikir atau asumsi di atas pembelajaran kontekstual

merupakan proses belajar yang menghubungkan alam pikiran (pengetahuan dan

pengalaman) dengan keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan. Jika siswa

mampu menghubungkan kedua hal tersebut, pengetahuan dan pengalaman yang

mereka miliki dari hasil belajar akan lebih bermakna dan dapat dirasakan

manfaatnya. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kontekstual pada prinsipnya

sebuah pembelajaran yang berorientasi pada penekanan makna pengetahuan dan

pengalaman melalui hubungan pemanfaatan dalam kehidupan yang nyata serta

merupakan konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkankonsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan

antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswaantara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalammembuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam

Page 5: Makalah CTL

kehidupan mereka sehari-hari. kehidupan mereka sehari-hari. Akuisisi pengetahuan tidak terbatas pada informasi

yang diberikan oleh guru, namun siswa diberi kebebasan untuk membaca

kehidupan nyata dan menyesuaikan diri dengan materi belajar.

B. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)B. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yangPembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang

mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,

pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya (Trianto, 2007 dan Sanjaya, 2006).pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya (Trianto, 2007 dan Sanjaya, 2006).

Ketujuh komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut: Ketujuh komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1.1. Konstruktivisme (constructivisme)Konstruktivisme (constructivisme)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yaitu bahwaKontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yaitu bahwa

pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnyapengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas. yang menekankan bahwa belajardiperluas melalui konteks yang terbatas. yang menekankan bahwa belajar

tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakantidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan

suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mentalsuatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental

mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yangmebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang

dimilikinya.dimilikinya.

Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan

inti, yaitu :

a) Mengandung pengalaman nyata (Experience);

b) Adanya interaksi sosial (Social interaction);

c) Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);

d) Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah

yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan

itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada

pernyataan tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses

“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:6).

Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan

dalam otak. Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti

kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-

beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-

Page 6: Makalah CTL

beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan

dengan kotak yang sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat

dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan

melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.

2.2. Menemukan (Inquiry)Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagain inti dari kegiatan pembelajaran berbasisMenemukan merupakan bagain inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

CTL Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswaCTL Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil daridiharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuahmenemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah

siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),

mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),

penyimpulan (conclusion). Melalui proses berpikir yang sistematis,penyimpulan (conclusion). Melalui proses berpikir yang sistematis,

diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untukdiharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk

pembentukan kreativitas siswa.pembentukan kreativitas siswa.

3. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya

merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan

bertanya berguna untuk:

a) menggali informasi,

b) menggali pemahaman siswa,

c) membangkitkan respon kepada siswa,

d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,

e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,

f) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,

g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk

menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari

hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar

Page 7: Makalah CTL

teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat

belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih

yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi

bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa

yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran

kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan

melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau

dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model

yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi:

a) Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau

orang lain.

b) Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan,

tertulis atau dalam bentuk gambar.

c) Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan

menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru

dipelajari aTau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan

dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu

sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung

tentang apa yang diperoleh hari itu.

Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada

akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat

melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa:

a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh  pada

pembelajaran yang baru saja dilakukan.

b) Catatan atau jurnal di buku siswa.

c) Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

Page 8: Makalah CTL

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian Autentik; harus guru untuk menilai hasil belajar dalam

Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (CTL) dengan penilaian nyata,

dilakukan melalui observasi langsung kejadian di kelas, tetapi tidak hanya

melalui penilaian dengan ujian tertulis

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi

gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran

berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru

agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar.

Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan

kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya:

dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa

digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang  diukur keterampilan dan

sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan,

terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment

biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi

atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan

karya tulis.

Dengan memperhatikan langkah-langkah dan tahapan pembelajaran CTL

seperti yang telah dikemukakan di atas, maka guru dapat mengembangkan

komponen-komponen tersebut ke dalam proses pembelajaran di kelas dengan

menyusunnya ke dalam skenario pembelajaran atau langkah-langkah kegiatan

pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

C. Penerapan Model CTL

Seperti diketahui bersama bahwa pada prinsipnya kegiatan pembelajaran

meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Demikian pula pada pembelajaran dengan menerapkan model CTL, terlebih dahulu

harus mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau satuan pelajaran (Satpel) yang

Page 9: Makalah CTL

dikembangkan dari silabus pembelajaran. Komponen-komponen RPP model CTL

sama halnya dengan RPP pada umumnya, hanya pada langkah-langkah kegiatan

pembelajaran dikembangkan asas-asas CTL. Pada tahap ini, dipersiapkan pula

media atau alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi

pelajaran dan tahap perkembangan siswa.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan atau proses pembelajaran yang

merupakan aplikasi dari rencana pembelajaran. Di sinilah dituntut peran guru yang

profesional dalam menerapkan seluruh isi pesan rencana pembelajaran. Peran guru

dalam CTL adalah sebagai manajer yang berperan menciptakan iklim belajar yang

kondusif, sebagai konselor yang senantiasa memberi bimbingan, sebagai motivator

yang selalu memberi semangat dan dorongan kepada siswa untuk berkembang

dalam belajar, mediator sebagai perantara atau menjembatani untuk menemukan

keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya, dan sebagai

fasilitator yaitu memberikan fasilitas atau kemudahan bagi siswa dalam

mempelajari konsep-konsep yang sedang dibahasnya (Rostiawati, 2008).

Penilaian dalam model CTL menurut Sanjaya (2006) dilakukan secara

terintegrasi dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus

selama kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan

oleh perkembangan kemampuan kognitif saja, tetapi perkembangan seluruh aspek

termasuk aspek afektif dan psikomotor. Dengan demikian tahap penilaian pada

model CTL tidak saja hanya dalam bentuk tes, juga dalam bentuk non tes seperti

skala sikap, observasi, wawancara, catatan anekdot, dan sebagainya untuk

mengetahui perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Contoh Penerapan Model CTL pada Materi Geometri dan Pengukuran di

Kelas Rendah

Kelas/ Semester : II/I

Standar Kompetensi : Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat

dalam pemecahan

masalah.

Kompetensi Dasar : Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam.

Indikator : Mengukur waktu dengan menggunakan jam analog.

Tujuan Pembelajaran :

- Menunjukkan waktu pada jam analog berdasarkan kegiatan siswa sehari-hari.

Page 10: Makalah CTL

-Membaca jam analog yang ditunjukkan siswa.

- Menyatakan lama kegiatan yang dilakukan siswa sehari-hari.

Media Pembelajaran : - 5 buah model jam analog (sesuai dengan jumlah

kelompok siswa).

- Lembar Kerja Siswa (sesuai dengan banyaknya

siswa).

Prosedur Kegiatan :

a. Kegiatan Awal:

1. Mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif.

2. Mengadakan apersepsi dengan menyanyikan lagu yang berjudul Bangun

Tidur.

b. Kegiatan Inti:

1) Mengembangkan materi pelajaran dengan mengkonstruksi pengetahuan baru

siswa berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya melalui tanya-jawab serta

mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Dari lagu bangun tidur,

siswa didorong dengan pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan dan

menceritakan pengalaman sehari-harinya waktu bangun tidur.

2) Siswa dimotivasi untuk melakukan pemodelan dengan cara demonstrasi

untuk menunjukkan pada model jam analog yang dipasang di papan tulis, waktu

mereka bangun tidur, berangkat sekolah, pulang sekolah, dan aktivitas rutin

siswa lainnya. Siswa lain diminta untuk membaca jam analog yang ditunjukkan

temannya. Guru membimbing siswa jika ada yang melakukan kesalahan dan

terus memotivasi siswa untuk memperbaiki kesalahannya.

3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang.

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa yaitu secara

berkelompok siswa melakukan kegiatan untuk menunjukkan, membaca, dan

menghitung waktu pada jam analog sesuai aktivitas siswa yang tertera pada

LKS. Diharapkan jawaban setiap anggota kelompok akan berbeda sesuai dengan

kebiasaan mereka masing-masing. Bagi sebagian siswa, kegiatan ini mungkin

merupakan hal yang baru baginya.

4) Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok siswa dan model jam

analog pada setiap kelompok siswa.

Page 11: Makalah CTL

5) Siswa terus dibimbing, difasilitasi, dan dimotivasi selama melakukan

kegiatan kelompok. Guru berkeliling pada setiap kelompok siswa.

6) Dengan bimbingan guru, masing-masing kelompok ke depan kelas untuk

melaporkan hasil kegiatannya. Siswa lain didorong untuk mengungkapkan hasil

kegiatan temannya apakah sesuai dengan kebiasannya.

7) Melakukan wawancara informal pada beberapa siswa tentang pembelajaran

yang telah dilakukannya, apakah menyenangkan atau sebaliknya. Selain itu,

dapat juga dilakukan dengan cara mendorong siswa untuk menceritakan

kegiatan belajar yang telah dilakukannya, apakah siswa menyukainya atau siswa

tidak suka dengan kegiatan pembelajaran seperti ini. Hal ini dimaksudkan

sebagai bahan refleksi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran siswa.

c. Kegiatan Akhir:

1. Melakukan pengamatan pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berupa catatan lapangan.

2. Mengadakan penilaian tes akhir.

3. Mengadakan tindak lanjut.

D. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)D. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)

1.1. Kelebihan Kelebihan

a)a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, Artinya siswa dituntut untukPembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, Artinya siswa dituntut untuk

dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengandapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapatkehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat

mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukanmengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan

saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapisaja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi

materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihinggamateri yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga

tidak akan mudah dilupakan.tidak akan mudah dilupakan.

b)b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsepPembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut alirankepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran

konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukankonstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan

Page 12: Makalah CTL

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswapengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”

2.2. KekuranganKekurangan

a)a) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. GuruGuru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru

tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolatidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola

kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukankelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan

pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandangpengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang

sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorangsebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang

akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalamanakan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman

yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagaiyang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai

instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guruinstruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru

adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahapadalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap

perkembangannyaperkembangannya

b)b) Guru-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atauGuru-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadarimenerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari

dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untukdan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk

belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian danbelajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan

bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuaibimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai

dengan apa yang diterapkan semuladengan apa yang diterapkan semula

Page 13: Makalah CTL

BAB III

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanA. Kesimpulan

1. Model pembelajaran CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang

mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa melalui

proses berpengalaman secara langsung. Dengan demikian, melalui proses

berpengalaman secara langsung diharapkan perkembangan siswa terjadi secara

utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga pembelajaran

lebih bermakna.

2.2. Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yangPembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang

mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,

pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

3. Peran siswa dalam CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang membangun,

menemukan, dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajarinya melalui

proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Materi pelajaran ditemukan

oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian orang lain. Sehingga guru hanya

berperan sebagai fasilitator, motivator, konselor, dan mediator pembelajaran.

4. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model CTL, guru harus

mempersiapkan dengan matang tahap kegiatan yang meliputi: perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, selain membuat RPP juga

dipersiapkan media, alat bantu pembelajaran, dan sumber belajar yang relevan.

Selanjutnya pelaksanaan atau proses pembelajaran adalah aplikasi dari

perencanaan yang telah disiapkan, sedangkan penilaian terintegrasi dengan

pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada penilaian proses

belajar siswa.

5.5. Kelebihan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah PembelajaranKelebihan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah Pembelajaran

menjadi lebih bermakna dan riil serta pembelajaran lebih produktif danmenjadi lebih bermakna dan riil serta pembelajaran lebih produktif dan

mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa.mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa.

6.6. Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah guru lebihKekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah guru lebih

intensif dalam membimbing dan guru memerlukan perhatian dan bimbinganintensif dalam membimbing dan guru memerlukan perhatian dan bimbingan

Page 14: Makalah CTL

yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yangyang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang

diterapkan semula.diterapkan semula.

B. SaranB. Saran

Penerapan model pembelajaran CTL, diharapkan menjadi inspirasi yangPenerapan model pembelajaran CTL, diharapkan menjadi inspirasi yang

dapat diterapkan pada mata pelajaran lain. Guru dapat mengembangkan lagi dengandapat diterapkan pada mata pelajaran lain. Guru dapat mengembangkan lagi dengan

beragam pendekatan dan metode, serta sumber belajar yang bervariasi sesuaiberagam pendekatan dan metode, serta sumber belajar yang bervariasi sesuai

dengan karakteristik mata palajaran dan tahap perkembangan siswa. dengan karakteristik mata palajaran dan tahap perkembangan siswa.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA