makalah ctl
DESCRIPTION
model pembelajaranTRANSCRIPT
MODEL PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran semester 5
Disusun Oleh:
1. Anisa Puji Hidayati ( H1A0801057 )
2. Bunga Astria Fazrin ( H1A0801033 )
3. Chandra Febrian ( H1A0801017 )
4. Leni Susilawati ( H1A0801003)
5. Ratna Novianingsih ( H1A0801026 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SUKABUMI
2010
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, masih terdapat sistem pembelajaran yang bersifat teoritis.
Sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka
peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal
ini sesuai dengan kenyataan bahwa “pada umumnya siswa tidak dapat
menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan
pengetahuan tersebut di kemudian hari“ (Gafur, 2003 : 1). Oleh sebab itu, dalam
kondisi seperti ini guru atau pendidik harus mampu merancang sebuah
pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara
teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan
kondisi belajar yang memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan
menghubungkan materi pelajaran yang mereka pelajari. Salah satu alternatif
jawaban permasalahan di atas, guru dapat memilih model pembelajaran
kontekstual.
Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang
dapat mengurangi verbalisme dan teoritis. Di samping itu, pembelajaran ini dapat
memberikan penguatan pemahaman secara komprehensif melalui penghubungan
makna atau maksud dari ilmu pengetahuan yang dipelajari siswa dengan
pengalaman langsung dalam kehidupan yang nyata.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang
cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna,
dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-
hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak
hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat
disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan
dalam tugas pekerjaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL)?
2.2. Apa saja komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)?Apa saja komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)?
3.3. Bagaimana penerapan model pembelajaran CTL?Bagaimana penerapan model pembelajaran CTL?
4.4. Apa kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)?Apa kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)?
C. TujuanC. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Model Pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL).
2.2. Mengetahui komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL).komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL).
3.3. Mengetahui penerapan model pembelajaran CTL.penerapan model pembelajaran CTL.
4.4. Mengetahui kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and LearningMengetahui kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning
(CTL).(CTL).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Kontekstual (contextual) berasal dari kata konteks (contex). Konteks (contex)
berarti “bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah
kejelasan makna; situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian “
(Depdiknas, 2001: 591). Kontekstual (contextual) diartikan “sesuatu yang
berhubungan dengan konteks (contex)” (Depdiknas, 2001 : 591). Sesuai dengan
pengertian konteks maupun kontekstual tersebut, pembelajaran kontekstual
(contextual learning) merupakan sebuah pembelajaran yang dapat memberikan
dukungan dan penguatan pemahaman siswa dalam menyerap sejumlah materi
pembelajaran serta mampu memperoleh makna dari apa yang mereka pelajari dan
mampu menghubungkannya dengan kenyataan hidup sehari hari. Hal ini juga
sejalan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Secara alamiah proses berpikir dalam menemukan makna sesuatu itu bersifat
kontekstual dalam arti ada kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang
telah mereka miliki (siswa) memiliki (ingatan), pengalaman, respon ), oleh
karenanya berpikir itu merupakan proses mencari hubungan untuk menemukan
makna dan manfaat pengetahuan tersebut “ ( Gafur, 2003 : 1 ).
Menurut kerangka berpikir atau asumsi di atas pembelajaran kontekstual
merupakan proses belajar yang menghubungkan alam pikiran (pengetahuan dan
pengalaman) dengan keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan. Jika siswa
mampu menghubungkan kedua hal tersebut, pengetahuan dan pengalaman yang
mereka miliki dari hasil belajar akan lebih bermakna dan dapat dirasakan
manfaatnya. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kontekstual pada prinsipnya
sebuah pembelajaran yang berorientasi pada penekanan makna pengetahuan dan
pengalaman melalui hubungan pemanfaatan dalam kehidupan yang nyata serta
merupakan konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkankonsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswaantara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalammembuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. kehidupan mereka sehari-hari. Akuisisi pengetahuan tidak terbatas pada informasi
yang diberikan oleh guru, namun siswa diberi kebebasan untuk membaca
kehidupan nyata dan menyesuaikan diri dengan materi belajar.
B. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)B. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yangPembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang
mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya (Trianto, 2007 dan Sanjaya, 2006).pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya (Trianto, 2007 dan Sanjaya, 2006).
Ketujuh komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut: Ketujuh komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1.1. Konstruktivisme (constructivisme)Konstruktivisme (constructivisme)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yaitu bahwaKontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnyapengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. yang menekankan bahwa belajardiperluas melalui konteks yang terbatas. yang menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakantidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan
suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mentalsuatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yangmebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang
dimilikinya.dimilikinya.
Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan
inti, yaitu :
a) Mengandung pengalaman nyata (Experience);
b) Adanya interaksi sosial (Social interaction);
c) Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
d) Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah
yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada
pernyataan tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:6).
Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan
dalam otak. Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-
beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-
beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan
dengan kotak yang sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat
dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan
melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
2.2. Menemukan (Inquiry)Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagain inti dari kegiatan pembelajaran berbasisMenemukan merupakan bagain inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswaCTL Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil daridiharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuahmenemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah
siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
penyimpulan (conclusion). Melalui proses berpikir yang sistematis,penyimpulan (conclusion). Melalui proses berpikir yang sistematis,
diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untukdiharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk
pembentukan kreativitas siswa.pembentukan kreativitas siswa.
3. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan
bertanya berguna untuk:
a) menggali informasi,
b) menggali pemahaman siswa,
c) membangkitkan respon kepada siswa,
d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
f) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar
teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat
belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih
yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa
yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran
kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau
dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model
yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi:
a) Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau
orang lain.
b) Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan,
tertulis atau dalam bentuk gambar.
c) Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan
menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru
dipelajari aTau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan
dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu
sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung
tentang apa yang diperoleh hari itu.
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada
akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat
melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa:
a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada
pembelajaran yang baru saja dilakukan.
b) Catatan atau jurnal di buku siswa.
c) Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian Autentik; harus guru untuk menilai hasil belajar dalam
Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (CTL) dengan penilaian nyata,
dilakukan melalui observasi langsung kejadian di kelas, tetapi tidak hanya
melalui penilaian dengan ujian tertulis
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru
agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar.
Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan
kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya:
dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan
sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan,
terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment
biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi
atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan
karya tulis.
Dengan memperhatikan langkah-langkah dan tahapan pembelajaran CTL
seperti yang telah dikemukakan di atas, maka guru dapat mengembangkan
komponen-komponen tersebut ke dalam proses pembelajaran di kelas dengan
menyusunnya ke dalam skenario pembelajaran atau langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
C. Penerapan Model CTL
Seperti diketahui bersama bahwa pada prinsipnya kegiatan pembelajaran
meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Demikian pula pada pembelajaran dengan menerapkan model CTL, terlebih dahulu
harus mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau satuan pelajaran (Satpel) yang
dikembangkan dari silabus pembelajaran. Komponen-komponen RPP model CTL
sama halnya dengan RPP pada umumnya, hanya pada langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dikembangkan asas-asas CTL. Pada tahap ini, dipersiapkan pula
media atau alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi
pelajaran dan tahap perkembangan siswa.
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan atau proses pembelajaran yang
merupakan aplikasi dari rencana pembelajaran. Di sinilah dituntut peran guru yang
profesional dalam menerapkan seluruh isi pesan rencana pembelajaran. Peran guru
dalam CTL adalah sebagai manajer yang berperan menciptakan iklim belajar yang
kondusif, sebagai konselor yang senantiasa memberi bimbingan, sebagai motivator
yang selalu memberi semangat dan dorongan kepada siswa untuk berkembang
dalam belajar, mediator sebagai perantara atau menjembatani untuk menemukan
keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya, dan sebagai
fasilitator yaitu memberikan fasilitas atau kemudahan bagi siswa dalam
mempelajari konsep-konsep yang sedang dibahasnya (Rostiawati, 2008).
Penilaian dalam model CTL menurut Sanjaya (2006) dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus
selama kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan
oleh perkembangan kemampuan kognitif saja, tetapi perkembangan seluruh aspek
termasuk aspek afektif dan psikomotor. Dengan demikian tahap penilaian pada
model CTL tidak saja hanya dalam bentuk tes, juga dalam bentuk non tes seperti
skala sikap, observasi, wawancara, catatan anekdot, dan sebagainya untuk
mengetahui perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Contoh Penerapan Model CTL pada Materi Geometri dan Pengukuran di
Kelas Rendah
Kelas/ Semester : II/I
Standar Kompetensi : Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat
dalam pemecahan
masalah.
Kompetensi Dasar : Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam.
Indikator : Mengukur waktu dengan menggunakan jam analog.
Tujuan Pembelajaran :
- Menunjukkan waktu pada jam analog berdasarkan kegiatan siswa sehari-hari.
-Membaca jam analog yang ditunjukkan siswa.
- Menyatakan lama kegiatan yang dilakukan siswa sehari-hari.
Media Pembelajaran : - 5 buah model jam analog (sesuai dengan jumlah
kelompok siswa).
- Lembar Kerja Siswa (sesuai dengan banyaknya
siswa).
Prosedur Kegiatan :
a. Kegiatan Awal:
1. Mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif.
2. Mengadakan apersepsi dengan menyanyikan lagu yang berjudul Bangun
Tidur.
b. Kegiatan Inti:
1) Mengembangkan materi pelajaran dengan mengkonstruksi pengetahuan baru
siswa berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya melalui tanya-jawab serta
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Dari lagu bangun tidur,
siswa didorong dengan pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan dan
menceritakan pengalaman sehari-harinya waktu bangun tidur.
2) Siswa dimotivasi untuk melakukan pemodelan dengan cara demonstrasi
untuk menunjukkan pada model jam analog yang dipasang di papan tulis, waktu
mereka bangun tidur, berangkat sekolah, pulang sekolah, dan aktivitas rutin
siswa lainnya. Siswa lain diminta untuk membaca jam analog yang ditunjukkan
temannya. Guru membimbing siswa jika ada yang melakukan kesalahan dan
terus memotivasi siswa untuk memperbaiki kesalahannya.
3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang.
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa yaitu secara
berkelompok siswa melakukan kegiatan untuk menunjukkan, membaca, dan
menghitung waktu pada jam analog sesuai aktivitas siswa yang tertera pada
LKS. Diharapkan jawaban setiap anggota kelompok akan berbeda sesuai dengan
kebiasaan mereka masing-masing. Bagi sebagian siswa, kegiatan ini mungkin
merupakan hal yang baru baginya.
4) Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok siswa dan model jam
analog pada setiap kelompok siswa.
5) Siswa terus dibimbing, difasilitasi, dan dimotivasi selama melakukan
kegiatan kelompok. Guru berkeliling pada setiap kelompok siswa.
6) Dengan bimbingan guru, masing-masing kelompok ke depan kelas untuk
melaporkan hasil kegiatannya. Siswa lain didorong untuk mengungkapkan hasil
kegiatan temannya apakah sesuai dengan kebiasannya.
7) Melakukan wawancara informal pada beberapa siswa tentang pembelajaran
yang telah dilakukannya, apakah menyenangkan atau sebaliknya. Selain itu,
dapat juga dilakukan dengan cara mendorong siswa untuk menceritakan
kegiatan belajar yang telah dilakukannya, apakah siswa menyukainya atau siswa
tidak suka dengan kegiatan pembelajaran seperti ini. Hal ini dimaksudkan
sebagai bahan refleksi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran siswa.
c. Kegiatan Akhir:
1. Melakukan pengamatan pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berupa catatan lapangan.
2. Mengadakan penilaian tes akhir.
3. Mengadakan tindak lanjut.
D. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)D. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)
1.1. Kelebihan Kelebihan
a)a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, Artinya siswa dituntut untukPembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengandapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapatkehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukanmengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapisaja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihinggamateri yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga
tidak akan mudah dilupakan.tidak akan mudah dilupakan.
b)b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsepPembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut alirankepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukankonstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswapengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”
2.2. KekuranganKekurangan
a)a) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. GuruGuru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolatidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukankelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandangpengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorangsebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalamanakan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagaiyang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guruinstruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahapadalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannyaperkembangannya
b)b) Guru-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atauGuru-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadarimenerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untukdan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian danbelajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuaibimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang diterapkan semuladengan apa yang diterapkan semula
BAB III
KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanA. Kesimpulan
1. Model pembelajaran CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang
mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa melalui
proses berpengalaman secara langsung. Dengan demikian, melalui proses
berpengalaman secara langsung diharapkan perkembangan siswa terjadi secara
utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga pembelajaran
lebih bermakna.
2.2. Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yangPembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang
mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
3. Peran siswa dalam CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang membangun,
menemukan, dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajarinya melalui
proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Materi pelajaran ditemukan
oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian orang lain. Sehingga guru hanya
berperan sebagai fasilitator, motivator, konselor, dan mediator pembelajaran.
4. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model CTL, guru harus
mempersiapkan dengan matang tahap kegiatan yang meliputi: perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, selain membuat RPP juga
dipersiapkan media, alat bantu pembelajaran, dan sumber belajar yang relevan.
Selanjutnya pelaksanaan atau proses pembelajaran adalah aplikasi dari
perencanaan yang telah disiapkan, sedangkan penilaian terintegrasi dengan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada penilaian proses
belajar siswa.
5.5. Kelebihan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah PembelajaranKelebihan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil serta pembelajaran lebih produktif danmenjadi lebih bermakna dan riil serta pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa.mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa.
6.6. Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah guru lebihKekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah guru lebih
intensif dalam membimbing dan guru memerlukan perhatian dan bimbinganintensif dalam membimbing dan guru memerlukan perhatian dan bimbingan
yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yangyang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.diterapkan semula.
B. SaranB. Saran
Penerapan model pembelajaran CTL, diharapkan menjadi inspirasi yangPenerapan model pembelajaran CTL, diharapkan menjadi inspirasi yang
dapat diterapkan pada mata pelajaran lain. Guru dapat mengembangkan lagi dengandapat diterapkan pada mata pelajaran lain. Guru dapat mengembangkan lagi dengan
beragam pendekatan dan metode, serta sumber belajar yang bervariasi sesuaiberagam pendekatan dan metode, serta sumber belajar yang bervariasi sesuai
dengan karakteristik mata palajaran dan tahap perkembangan siswa. dengan karakteristik mata palajaran dan tahap perkembangan siswa.
DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA