makalah neuro wiwik

34
BAB 1 PENDAHULUAN .1.1. LATAR BELAKANG Epidural hematoma dalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural hematom. (1,2,3 ) 1

Upload: ayu-ayu-ayu

Post on 03-Dec-2015

284 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dddddd

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Neuro Wiwik

BAB 1

PENDAHULUAN

.1.1. LATAR BELAKANG

Epidural hematoma dalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang

paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang

tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna

sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak,

menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna. Ketika

seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk

suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau

robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh

darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura

dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural

hematom.(1,2,3 )

Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency

dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang

lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom

berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan.

Arterial hematom terjadi pada middle meningeal arteri yang terletak di bawah

tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi

perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.(1,5)

1

Page 2: Makalah Neuro Wiwik

Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan

hematoma epidural dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Secara Internasional

frekuensi kejadian hematoma epidural hampir sama dengan angka kejadian di

Amerika Serikat.Orang yang beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang

memiliki masalah berjalan dan sering jatuh.(2,9)

60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan

jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian

meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun.

Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan

4:1. (9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

2

Page 3: Makalah Neuro Wiwik

Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang

paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang

tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna

sebagai pembungkus yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak,

menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna. Ketika

seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk

suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau

robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh

darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura

dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural

hematom.(1,2,3 )

Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency

dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang

lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom

berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan.

Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah

tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi

perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.(15)

2.2. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan

hematoma epidural dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Secara Internasional

frekuensi kejadian hematoma epidural hampir sama dengan angka kejadian di

3

Page 4: Makalah Neuro Wiwik

Amerika Serikat.Orang yang beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang

memiliki masalah berjalan dan sering jatuh.(2,9)

60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan

jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian

meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun.

Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan

4:1. (9)

Tipe- tipe :

1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri.

2. Subacute hematoma ( 31 % ).

3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena.(6)

2.3. Etiologi

Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja,

beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya

benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat

trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan

laserasi pembuluh darah.(2,9)

2.4. ANATOMI

2.4.1. Kulit Kepala

4

Page 5: Makalah Neuro Wiwik

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu: skin,

atau kulit, conective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau

galea aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar

dan pericranium.

2.4.2. Tulang Tengkorak

Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.

Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal,

temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya di regio temporal adalah tipis,

namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata

sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses

akselarasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi 3 fossa yaitu:

5

Page 6: Makalah Neuro Wiwik

fossa anterior tempat lobus frontalis, fossa media tempat temporalis dan

fossa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan cerebellum.

2.4.3. Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari

3 lapisan yaitu:

1. Duramater

Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu

lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput

yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada

permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat erat pada selaput

arachnoid dibawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang

subdura) yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana sering

dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena

6

Page 7: Makalah Neuro Wiwik

yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis

tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan

menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan

darah vena ke sinus transvesus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-

sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri meningea terletak

antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural).

Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-

arteri ini dan menyebabkan perdaraha epidural. Yang paling sering

mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fossa

temporalis (fossa media).

2. Selaput arakhhnoid

Selaput arachnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus

pandang. Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan

dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura

mater oleh ruang potencial, disebut spatium subdural dan dari pia mater

oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebraspinal. Perdarahan

subarakhnoid umumnya disebabkan oleh cedera kepala.

3. Piamater

Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater

adalah membran vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi

gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membran ini

membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri

yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater.

7

Page 8: Makalah Neuro Wiwik

2.5. PATOFISIOLOGI

Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan

dura meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu

cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang

tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal

atau oksipital.(8)

Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen

spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale.

Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma

akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom

bertambah besar. (8)

8

Page 9: Makalah Neuro Wiwik

Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada

lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian

medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini

menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim

medis.(1)

Tekanan dari herniasi unkus pda sirkulasi arteria yang mengurus formation

retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini

terdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini

mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan

kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan kelemahan

respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda

babinski positif.(1)

Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan

terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar.

Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan

deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.(1)

Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus

keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur

mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu

beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif memberat,

kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini

selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena

9

Page 10: Makalah Neuro Wiwik

lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural hematom.

Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hampir selalu berat atau epidural

hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien

langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar. (8)

Sumber perdarahan : (8)

Arteri meningea ( lucid interval : 2 – 3 jam )

Sinus duramatis

Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi arteri diploica

dan vena diploica

Hematom epidural akibat perdarahan arteri meningea media,terletak antara

duramater dan lamina interna tulang pelipis. Os Temporale (1), Hematom Epidural

(2), Duramater (3), Otak terdorong kesisi lain (4)

(Dikutip dari kepustakaan 8)

Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf

karena progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura

10

Page 11: Makalah Neuro Wiwik

sehingga langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans

dan infra tentorial.Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala yang

mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat, harus

segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.(8,10)

2.6. GEJALA KLINIS

Gejala yang sangat menonjol adalah kesadaran menurun secara progresif.

Pasien dengan kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di

belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau

telinga. Pasien seperti ini harus di observasi dengan teliti. (3)

Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dari

cedera kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera

kepala.(3,8)

Gejala yang sering tampak :

Penurunan kesadaran, bisa sampai koma

Bingung

Penglihatan kabur

Susah bicara

Nyeri kepala yang hebat

Keluar cairan darah dari hidung atau telinga

Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.

Mual

Pusing

11

Page 12: Makalah Neuro Wiwik

Berkeringat

Pucat

Pupil anisokor

Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese

atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalannya, pelebaran pupil akan mencapai

maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah

tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan

bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma, pupil kontralateral

juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi

cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Gejala-gejala respirasi yang bisa

timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal batang otak.(11)

2.7. DIAGNOSIS

2.7.1 Anamnesis

Dari anamnesis di nyatakan adanya riwayat trauma kepala baik

dengan jejas di kepala atau tidak, jika terdapat jejas perlu diteliti ada tidaknya

kehilangan kesadaran atau pingsan. Jika pernah apakah tetap sadar seperti semula

atau turun lagi kesadarannya, dan diperhatikan lamanya periode sadar atau lucid

interval.(2)

Untuk tambahan informasi perlu ditanyakan apakah disertai

muntah dan kejang setelah terjadinya trauma kepala. Kepentingan mengetahui

muntah dan kejang adalah untuk mencari penyebab utama penderita tidak sadar

apakah karena inspirasi atau sumbatan jalan nafas atas, atau karena proses

12

Page 13: Makalah Neuro Wiwik

intrakranial yng masih berlanjut. Pada penderita sadar perlu ditanyakan ada

tidaknya sakit kepala dan mual, adanya kelemahan anggota gerak dan munta-

muntah yang tidak bisaditahan. (2)

2.7.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan primer (primary survey) yang

mencakup jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan tekanan darah atau nadi

(circulation) yang dilanjutkan dengan resusitasi. Jalan nafas harus dibersihkan

apabila terjadi sumbatan atau obstruksi, bila perlu dipasang orofaring tube atau

endotrakeal tube lalu diikuti dengan pemberian oksigen. Hal ini bertujuan untuk

mempertahankan perfusi dan oksigenasi jaringan tubuh. Pemakaian pulse oksimetri

sangat bermanfaat untuk memonitor saturasi oksigen. Secara bersamaan juga

diperiksa nadi dan tekanan darah untuk memantau apakah terjadi hipotensi, syok,

atau terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Jika terjadi hipotensi atau, syok

harus segera dilakukan pemberian cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang

hilang. Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ditandai reflex cushing yaitu

peningkatan tekanan darah, bradikardi dan bradipnea.(5)

Pemeriksaan neurologi yang meliputi kesadaran penderita dengan

menggunakan Glasgow Coma Scale, pemeriksaan diameter kedua pupil dan tanda-

tanda deficit neurologis fokal. Pemeriksaan kesadaran dengan GCS menilai

kemampuan membuka mata, respon verbal dan respon motorik pasien terdapat

stimulasi verbal atau nyeri. Pemeriksaan diameter kedua pupil dan adanya deficit

13

Page 14: Makalah Neuro Wiwik

neurologis fokal menilai apakah telah tejadi herniasi di dalam otak dan

terganggunya sistem kortikospinal di sepanjang kortex menuju medulla spinalis.(5)

2.8 DIAGNOSIS BANDING

1. Hematoma subdural

Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara dura mater

dan arachnoid. Secara klinis hematoma subdural akut sukar dibedakan dengan

hematoma epidural yang berkembang lambat. Bisa di sebabkan oleh trauma hebat

pada kepala yang menyebabkan bergesernya seluruh parenkim otak mengenai

tulang sehingga merusak areteri kortikalis. Biasanya di sertai dengan perdarahan

jaringan otak. Gambaran CT-Scan hematoma subdural, tampak penumpukan cairan

ekstraaksial yang hiperdens berbentuk bulan sabit. (10)

Hematoma Subdural Akut

(Dikutip dari kepustakaan 4)

2. Hematoma Subarachnoid

Perdarahan subarakhnoid terjadi karena robeknya pembuluh-pembuluh

darah di dalamnya. (10)

14

Page 15: Makalah Neuro Wiwik

Kepala panah menunjukkan hematoma subarachnoid, panah hitam

menunjukkan hematoma subdural dan panah putih menunjukkan pergeseran garis

tengah ke kanan

(Di kutip dari kepustakaan 4)

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.9.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium minimal meliputi pemeriksaan darah rutin, dan

elektrolit.

2.9.2 Gambaran Radiologi

Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala

lebih mudah dikenali. (2)

Pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti sebagai epidural

hematoma. Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi yang

mengalami trauma pada film untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong

sulcus arteria meningea media. (10)

15

Page 16: Makalah Neuro Wiwik

Fraktur impresi dan linier pada tulang parietal, frontal dan temporal

(Dikutip dari kepustakaan 7)

1. Computed Tomography (CT-Scan)

Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan

potensi cedara intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja

(single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks,

paling sering di daerah temporoparietal. Densitas darah yang homogen (hiperdens),

berbatas tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral. Terdapat pula garis fraktur

pada area epidural hematoma, Densitas yang tinggi pada stage yang akut ( 60 – 90

HU), ditandai dengan adanya peregangan dari pembuluh darah. (6,8,16)

Gambar 1. Gambaran CT-Scan Hematoma Epidural di Lobus Fronal kanan.

16

Page 17: Makalah Neuro Wiwik

(Di kutip dari kepustakaan 9)

Gambar 2. Gambaran CT-Scan fraktur tulang frontal kanan di anterior sutura

coronalis (Di kutip dari kepustakaan 9)

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser

posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat

menggambarkan batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis

pemeriksaan yang dipilih untuk menegakkan diagnosis.(9,10,16)

Gambar 3. Gambaran MRI Hematoma Epidural.

17

Page 18: Makalah Neuro Wiwik

(Di kutip dari kepustakaan 4)

2.10 PENATALAKSANAAN

1. Memperbaiki/mempertahan fungsi vital

Usahakan agar jalan nafas selalu bebas, bersihkan lendir dan darah yang

dapat menghalangi aliran udara pernafasan. Bila perlu dipasang pipa

naso/faringeal dan pemberian oksigen.

2. Mengurangi edema otak

Cairan intravena

Cairan intravaena diberikan secukupnya untuk resusitasi agar penderita

tetap dalam keadaan normovolemia. Keadaan hipovolemia sangat

berbahaya. Namun harus diperhatikan untuk tidak memberikan cairan yang

berlebihan. Penggunaan cairan yang mengandung glukosa dapat

menyebabkan hiperglikemia yang berakibat buruk pada otak yang cedera.

Karena itu cairan yang digunakan adalah garam fisiologis atau ringer laktat.

Kadar natrium serum juga harus dipertahankan untuk mencegah terjadinya

edema otak.

Hiperventilasi

Bertujuan untuk PCO2 darah sehingga mencegah vasodilatasi pembuluh

darah. Selain itu suplai oksigen yang terjaga dapat membantu menekan

metabolisme anaerob, sehingga dapat mengurangi kemungkinan asidosis.

Cairan hiperosmolar

Umumnya digunakan manitol 10-15% per infus untuk menarik air dari

ruang intersel ke dalam ruang intravaskular untuk kemudian dikeluarkan

18

Page 19: Makalah Neuro Wiwik

melalui diuresis. Untuk memperoleh efek yang dikendaki, manitol umunya

diberikan 0,50 gr/KgBB.

Barbiturat

Digunakan untuk membius pasien sehingga metabolisme otak dapat ditekan

serendah mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan menurun karena

kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih terlindung dari kemungkinan

kerusakan akibat hipoksia, walaupun suplai oksigen berkurang. Cara ini

hanya dapat digunakan dengan pengawasan yang ketat.

Terapi Medikamentosa

Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera

spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan

intracranial dan meningkakan drainase vena.(9)

Obat-obat Neuropatik

1. Piritinol

Piritinol merupakan senyawa mirip piridoksin (vitamin B6) yang dikatakan

mengaktivasi metabolism otak dan memperbaiki struktur serta fungsi

membrane sel. Pada fase akut diberika dalam dosis 800-4000 mg/hari lewat

infus. Tidak dianjurkan pemberian intravena karena sifatnya asam sehingga

mengiritasi vena.

2. Piracetam

19

Page 20: Makalah Neuro Wiwik

Piracetam adalah senyawa mirip GABA suatu neurotransmitter penting di

otak. Diberikan dalam dosis 4-12 gr/hari IV.a

3. Citicholin

Disebut sebagai koenzim pembentukan lecithin di otak. Lecithin sendiri

diperlukan untuk sintesis membrane sel dan neurotransmitter di dalam otak.

Diberikan dalam dosis 100-500 mg/hari IV.

Terapi Operatif

Operasi di lakukan bila terdapat : (15)

Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml)

Keadaan pasien memburuk

Pendorongan garis tengah > 3 mm

Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk

fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi

operasi emergenci. Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak

ruang.(8)

Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :

> 25 cc desak ruang supra tentorial

> 10 cc desak ruang infratentorial

> 5 cc desak ruang thalamus

Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :

Penurunan klinis

20

Page 21: Makalah Neuro Wiwik

Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan

penurunan klinis yang progresif.

Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan

penurunan klinis yang progresif.

2.11 PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada : (8)

Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )

Besarnya

Kesadaran saat masuk kamar operasi.

Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik,

karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar

antara 7-15% dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada

pasien yang mengalami koma sebelum operasi. (2,14)

BAB III

KESIMPULAN

Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur

tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media

yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara

durameter dan tulang di permukaan dalam os temporale.

Tanda diagnostik klinik epidural hematoma:

1. Lucid interval (+)

21

Page 22: Makalah Neuro Wiwik

2. Kesadaran makin menurun

3. Late hemiparese kontralateral lesi

4. Pupil anisokor

5. Babinsky (+) kontralateral lesi

6. Fraktur daerah temporal

Diagnosis epidural hematoma didasarkan gejala klinis serta

pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen kepala dan CT Scan kepala.

Prognosis epidural hematoma biasanya baik. Mortalitas pasien dengan

epidural hematoma yang telah dievakuasi mulai dari 16%-32%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson S. McCarty L., Cedera Susunan Saraf Pusat, Patofisiologi, edisi

4, Anugrah P. EGC, Jakarta,1995, 1014-1016

2. Anonym,Epiduralhematoma,www.braininjury.com/epidural-subdural-

hematoma.html.

3. Anonym,Epidural hematoma,www.nyp.org

4. Anonym, Intracranial Hemorrhage, www.ispub.com

22

Page 23: Makalah Neuro Wiwik

5. Buergener F.A, Differential Diagnosis in Computed Tomography, Baert

A.L. Thieme Medical Publisher, New York,1996.

6. Dahnert W, MD, Brain Disorders, Radioogy Review Manual, second

edition, Williams & Wilkins, Arizona, 1993.

7. Ekayuda I., Angiografi, Radiologi Diagnostik, edisi kedua, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta, 2006.

8. Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong

W.D. EGC, Jakarta, 2004.

9. Mc.Donald D., Epidural Hematoma, www.emidicine.com

10. Markam S, Trauma Kapitis, Kapita Selekta Neurologi, Edisi kedua,

Harsono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005.

11. Mardjono M. Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, Neurologi

Kilinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2003.

12. Price D., Epidural Hematoma, www.emidicine.com

13. Paul, Juhl’s, The Brain And Spinal Cord, Essentials of Roentgen

Interpretation, fourth edition, Harper & Row, Cambridge, 1981, 402-404

14. Sain I, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Trauma Kapitis,

http://iwansain.com/2007.

23

Page 24: Makalah Neuro Wiwik

15. Soertidewi L. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranio Serebral,

Updates In Neuroemergencies, Tjokronegoro A., Balai Penerbit FKUI,

Jakarta, 2002.

16. Sutton D, Neuroradiologi of The Spine, Textbook of Radiology and

Imaging, fifth edition, Churchill Living Stone, London,1993.

24