manfaat perilaku meminta maaf ke pada anak bagi ayah ... · dilakukan melalui wawancara mendalam...
TRANSCRIPT
Manfaat Perilaku Meminta Maaf kepada Anak
Bagi Ayah Bersuku Jawa
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Vincentius Yoshua WM
NIM : 109114020
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“From error to error, one discovers the entire truth.”
(Sigmund Freud)
“Even if you're on the right track, you'll get run over if you just sit there.”
(Will Rogers)
“Open your mind to new experiences, particularly to the study of other people.
Nothing that happens to a writer, however happy, however tragic Is ever wasted.”
(P.D. James)
“Whats the point in being clever if you can’t prove it.”
(Sherlock Holmes)
“Life is too short to focus on the things you hate.
Focus on the things you love to do instead”
(Pewdiepie)
Untuk seorang Kakak, yang sama-sama sedang berjuang
menyelesaikan studi di perguruan tinggi.
even most of the time we’ve made enemy of us . Yet, someone still loves you
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya yang bertanda tangan dibawah ini sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi
yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, terkecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan maupun dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Agustus 2015
Penulis,
Vincentius Yoshua Wisnumurti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Manfaat Perilaku Meminta Maaf kepada Anak
Bagi Ayah yang bersuku Jawa
Vincentius Yoshua Wisnumurti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi manfaat perilaku meminta
maaf pada anak di mata ayah yang bersuku Jawa. Pertanyaan penelitian yang
diajukan adalah bagaimana manfaat dibalik perilaku meminta maaf kepada anak
bagi ayah yang bersuku Jawa apabila telah melakukan kesalahan. Dalam
penelitian eksploratif ini, peneliti menggunakan pendekatan dengan metode
kualitatif. Penelitian ini melibatkan tiga orang responden yakni tiga orang Ayah
bersuku Jawa yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan data
dilakukan melalui wawancara mendalam atau tidak terstruktur. Proses validasi
yang dilalui dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan member checking,
dimana data dari hasil wawancara yang diperoleh dapat dipakai jika responden
merasa hasil tersebut menggambarkan pengalaman dari responden. Hasil
penelitian menunjukan bahwa bagi ayah bersuku Jawa, terdapat banyak manfaat
perilaku meminta maaf kepada anak. Pada dasarnya, ayah yang bersuku Jawa
menyadari banyak manfaat dari perilaku meminta maaf kepada anak, namun nilai
dan ajaran budaya Jawa menekan mereka sehingga cenderung sulit untuk
melakukan perilaku meminta maaf.
Kata kunci : Perilaku Meminta Maaf, Ayah kepada anak, Ayah bersuku Jawa,
Budaya Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
The Benefits of Apologizing towards Children from
the Fathers perspective in Javanese Culture
Vincentius Yoshua Wisnumurti
ABSTRACT
This research is aimed to explore the benefits of apologizing towards
Children from fathers perspective in Javanese Culture. The main question from
this research is how fathers from javanese culture interpret the behavior of
apologizing towards children if they had made a mistake. In this exploration
research, qualitative method is applied as an approach. Three Javanese ethnic
fathers who lived in Yogyakarta were involved as a respondents during this
research. The data was collected by using deep and semi-structured interview.
Credibility in this research was built by applying member checking methods,
which applied when the data can portray the respondents experience correctly.
The result shows that apologizing towards children from the fathers perspective in
Javanese Culture it has many benefits. Some of Javanese ethnic fathers feel that
apologizing towards children is nothing more than words. However, some of the
rest feel that doing apologizing towards children is not quite simply with words.
In essence, Javanese ethnic fathers aware of the many benefits from apologizing
towards children’s behavior, but the values and teachings of Javanese culture that
are less likely to suppress them to perform the behavior of apologizing.
Keyword : Apologizing, Father towards children, Javanese ethnic fathers,
Javanese culture
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata
Dharma
NAMA : VINCENTIUS YOSHUA WISNUMURTI
NIM : 109114020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
Manfaat Perilaku Meminta Maaf kepada Anak
Bagi Ayah Bersuku Jawa
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya
memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Dengan pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 25 Agustus 2015
Yang menyatakan,
Vincentius Yoshua Wisnumurti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Walaupun halangan selalu ada, dan waktu yang dibutuhkan lebih lama dari yang
penulis perkirakan, namun dengan kuasa-Nya penulis bersyukur dapat
menuntaskan skripsi yang telah disusun sejak pertengahan tahun 2014 lalu.
Banyak berbagai cara untuk memandang esensi dari sebuah tugas akhir dari suatu
proses perkuliahan ini. Apabila dipandang dari akademis secara formal, tugas
akhir berupa tulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana psikologi (S.Psi) dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Namun, dari sudut pandang penulis, secara personal tulisan ini
merupakan sebuah langkah awal menuju tujuan yang lebih besar dan mulia.
Tulisan ini dapat terlaksana tentunya dengan adanya ilmu dan pengetahuan
yang diterima selama tidak hanya proses perkuliahan baik itu dari dosen namun
juga dari masyarakat luas sejak penulis membuka mata dan telinga di dunia ini.
Maka dari itu, diharapkan tulisan ini dapat kembali memberi kontribusi berupa
inspirasi, referensi atau apapun yang membantu pada khalayak luas. Semoga
pengetahuan yang tertulis pada penelitian ini memberi sumbangsih kepada siapa
saya yang membutuhkannya.
Dalam proses penyusunan, tulisan ini tidaklah lepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu terhadap mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
yang berjasa baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
terselesaikannya tulisan ini, dalam kesempatan ini dengan senang hati penulis
ucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada :
1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. selaku dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas dedikasinya
dalam menjalankan roda fakultas. Tanpa disadari beliau telah memberikan
motivasi sekaligus penyemangat selama penulis aktif dalam BEMF.
2. Bapak Carolus Wijoyo Adinugroho, M.Psi. selaku pembimbing skripsi.
Terima kasih atas pengetahuan dan sudut pandang berbeda yang sangat
penulis butuhkan ketika proses penulisan skripsi ini. Selamanya beliau
akan menjadi salah satu panutan penulis dalam menghadapi dunia kerja
terkhusus di bidang psikologi dan konseling nantinya.
3. Bapak Siswa Widyatmoko S.Psi. juga yang pernah menjadi dosen
pembimbing skripsi penulis. Terima kasih atas perhatian dan pengetahuan
secara meluas yang diberikan pada penulis ketika dalam proses pengerjaan
skripsi. Tanpa disadari beliau telah membuka pikiran penulis untuk selalu
mengejar kesempurnaan dan melawan batasan.
4. Ibu Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti Dian Sabbati, S.Psi., M.A.
selaku dosen pembimbing akademik yang kerap kali penulis panggil Mbak
Etta. Terima kasih atas pendampingan yang diberikan sejak awal
perkuliahan hingga akhir. Rasa kepedulian dan saran-saran dari beliau
yang tidak dapat tergantikan telah membantu penulis melewati masa-masa
sulit selama masa perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Semua staf Fakultas Psikologi; Pak Gie, Mas Muji, Mas Doni, Mas
Gandung dan Bu Nanik. Terimakasih atas dedikasi dan keramahan yang
diberikan tanpa balasan dari penulis. Semuanya secara tidak langsung
menginspirasi penulis untuk menjadi orang yang lebih baik.
6. Orang tua penulis, yang selalu memfasilitasi tidak hanya materi namun
juga spiritual. Terimakasih karena tidak hentinya memberikan
kepercayaan kepada penulis sejak awal hingga penulis dewasa saat ini.
Bantuan dari Ayah dan Ibu, lebih besar dari segalanya yang pernah penulis
terima selama hidup sehingga ucapan terimakasihpun tidak cukup untuk
membayarnya. Semoga dengan terselesaikannya tugas akhir ini semakin
mendewasakan penulis yang akhirnya dapat membanggakan kedua
orangtua. Perjuangan penulis yang tiada akhir adalah bentuk rasa cintaku
kepada kalian berdua.
7. Ketiga responden dalam penelitian ini, Y, S, dan B. Terima kasih atas
kesediaan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan kebijaksanaan
yang merupakan hal terpenting dalam penelitian ini.
8. Para sahabat sejak lama, yang identitas grupnya membuat penulis enggan
untuk menulisnya (Maya, Changcut, Reni, Enggar, Pras, Wisnu, Hendi).
Terimakasih atas dukungan, hiburan serta semangatnya yang membuat
penulis bahagia menjalani hidup. Setiap momen yang ada bersama kalian
semakin membuat penulis menyadari pentingnya kebersamaan dan tidak
ada yang lebih berharga dari companion for life. Karena ada saatnya kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
kehilangan sesuatu namun kita juga menyadari kita tidak akan kehilangan
sesuatu, dan itu adalah kalian.
9. Para sahabat di kampus, yang kerap kali memberikan pengalaman
berharga dan selalu menjadikan hal tersebut semangat di hari baru ketika
kuliah. Terima kasih tidak lupa kuucapkan kepada kalian sahabat tercinta
Iwan, Erga, Dion, Gustav, Yus, Bayu, Brandan atas canda tawa,
kebersamaan yang selalu ada ketika sulit maupun bahagia. Interaksi
dengan kalian semua merupakan sebuah momen yang sangat
mendewasakan dan penulis harap itu tidak akan berakhir. Selamanya
pengalaman itu akan terjaga dalam ingatan penulis.
10. Teman-teman di kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Beberapa diantaranya memberikan pengalaman indah, namun terima kasih
juga kuucapkan kepada mereka yang memberikan kesulitan. Pengalaman
indah dan sulit, penulis percaya semakin mendewasakan penulis agar
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, better person, better
leader, and better lover.
11. Teman-teman relawan FSG TUNAS BANGSA yang selalu anti mati gaya
ketika bertemu. Tidak memandang jarak dan usia, tidak lupa kuucapkan
untuk kalian semua yang membantu penulis menjadi psikolog yang lebih
baik. Bersama teman-teman pasien di RS. Sardjito, penulis mempelajari
harta karun yang berharga yaitu rasa empati dan rasa ingin memberi. Tiap
hari yang menjadi kebersamaan kita telah menjadikan penulis semaikin
mencintai sesama tanpa melihat kekurangan diantara semua mahkluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
hidup. Semoga semuanya menjadi talenta yang berguna untuk tujuan
penulis nantinya.
Demikian kata pengantar yang dapat disampaikan. Penulis selalu
membuka mata, telinga dan pikiran terhadap segala kritik dan saran yang ada
terkait dengan tulisan ini. Sekali lagi penulis ucapkan terimakasih.
Yogyakarta, ___________ 2015
Penulis
Vincentius Yoshua Wisnumurti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. v
ABSTRAK ........................................................................................ vi
ABSTRACT ...................................................................................... vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. .... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... .... 8
C. Tujuan Penelitian .......................................................... .... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................... ..... 9
1. Manfaat teoritis ........................................................... 9
2. Manfaat praktis .......................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................... 10
A. Definisi Perilaku Meminta Maaf ..................................... 10
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Meminta Maaf ..... 12
C. Fungsi dan Manfaat Perilaku Meminta Maaf ..................... 14
D. Orang Jawa ....................................................................... 16
1. Pengertian Orang Jawa .................................................. 16
2. Karakteristik Orang Jawa .............................................. 17
E. Orang Jawa dalam Kehidupan Berkeluarga ....................... 21
1. Nilai nilai yang dianut keluarga Jawa ............................ 22
2. Peran tiap anggota keluarga Jawa .................................. 22
F. Hubungan Orang Tua Jawa dengan Anaknya ..................... 25
G. Perilaku Meminta Maaf pada Ayah bersuku Jawa
Kepada anak ............................................................................. 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 29
A. Jenis Penelitian .................................................................. 29
B. Fokus Penelitian ................................................................. 30
C. Subyek Penelitian ............................................................... 30
D. Metode Penelitian ............................................................... 30
1. Metode ....................................................................... ........ 30
2. Alat Pengumpulan Data .................................................. 31
E. Prosedur Pengumpulan Data ........................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
F. Analisis Data ................................................................... 36
G. Kredibilitas Penelitian ..................................................... 39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... ..... 38
A. Proses Penelitian .............................................................. 40
1. Pelaksanaan Wawancara .............................................. 40
B. Profil Responden .............................................................. 42
1. Responden I ...................................................... 42
2. Responden II .................................................... 44
3. Responden III .................................................... 45
C. Analisis Data ................................................................. 46
1. Responden I (Y) ................................................. 47
2. Responden II (S) ................................................. 67
3. Responden III (B) ................................................ 83
D. Kesimpulan Aspek Meminta Maaf .................................. 100
E. Kesimpulan Faktor Perilaku Meminta Maaf .................... 106
F. Kesimpulan Fungsi dan Manfaat dari Perilaku Meminta Maaf
kepada Anak ................................................................... 111
G. Kesimpulan Umum ..................................................... 113
H. Pembahasan ................................................................... 117
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 125
A. Kesimpulan ..................................................................... 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
B. Keterbatasan Penelitian ..................................................... 126
C. Saran ............................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 129
LAMPIRAN ........................................................................................ 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Alur Berfikir .................................................................................. 28
TABEL 2 Daftar Pertanyaan Wawancara ..................................................... 34
TABEL 3 Tabel Coding .................................................................................. 37
TABEL 4 Tabel Aspek Meminta Maaf ......................................................... 97
TABEL 5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Meminta Maaf
kepada Anak ...................................................... ........................... 103
TABEL 6 Tabel Fungsi atau Manfaat dari Perilaku Meminta Maaf
kepada Anak .................................................... ............................. 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap budaya yang ada pada muka bumi ini memiliki keunikan
tersendiri, salah satunya adalah budaya dari orang Jawa. Keunikan dari
budaya tersebut dapat dilihat dari tradisi dan nilai-nilai yang dilestarikan
secara turun temurun. Budaya Jawa terkenal dengan nilai tentang
kerukunan dan rasa hormat oleh satu orang dengan yang lain (Bratawijaya,
1997).
Nilai dari budaya Jawa untuk saling menghormati adalah dasar dari
sikap kerukunan. Hal tersebut ditunjukkan oleh orang adat Jawa yang
dalam kesehariannya selalu berbicara dan membawa dirinya selalu hormat
terhadap orang lain sesuai dengan tingkat dan kedudukannya masing-
masing (Bratawijaya, 1997). Orang Jawa memiliki suatu sistem bahasa
yang digunakan untuk menunjukan rasa hormat yang disebut tata krama
yang berarti “aturan dalam berbahasa” (Sukarno, 2010).
Bentuk dari tata krama sendiri ditunjukkan dengan penggunaan
bahasa yaitu bahasa ngoko dan bahasa krama dalam pola interaksinya
(Uhlenbeck, 1970). Sukarno (2010) menyebutkan bahwa penggunaan
bahasa krama pada orang Jawa memungkinkan mereka untuk tampil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
rendah hati dan tampil hormat pada orang yang lebih tua atau orang yang
memiliki jabatan lebih tinggi, contohnya seperti anak kepada orang tua.
Sebaliknya, bahasa ngoko digunakan oleh orang Jawa kepada orang yang
lebih muda atau memiliki jabatan yang lebih rendah, contohnya seperti
ayah kepada anak.
Berdasarkan pola interaksinya, dapat terlihat adanya jarak antara
orang yang memiliki jabatan tinggi kepada yang rendah atau orang yang
lebih tua kepada yang muda pada orang Jawa. Hal tersebut menurut Ki
Ageng Soeryamentaram menuai dampak negatif bagi orang tersebut
karena mereka secara tidak langsung dipaksa untuk mengakui kedudukan
orang lain dan menunjukan sikap hormat. Paul Grice (1981) menggunakan
istilah “implicature”, untuk sebuah kasus ketika seseorang mengatakan hal
yang tidak sesuai dengan maksud dan pemikiran oleh orang tersebut. Hal
tersebut menurut Paul Grice (1981) dapat menuai perguncangan batin bagi
orang yang berbicara. Di lain sisi, bagi orang Jawa, tidak menggunakan
bahasa krama kepada orang yang lebih tua atau memiliki jabatan yang
lebih tinggi bisa menyakiti hati mereka karena merasa tidak dihargai dan
tidak dihormati. Menurut Suseno (1983), situasi yang menuntut untuk
memberi rasa hormat terkadang memberikan tekanan emosional. Hal
tersebut terwujud dalam kasus yang pernah terjadi di kabupaten Demak.
Bermula dari dendam lama, seorang anak membunuh ayah kandungnya.
Heri Widiyanto, 24 tahun tega membunuh ayah kandungnya, Tarmudi (44)
karena sejak kelas 4 SD hingga dewasa sering dimarahi dan ditampar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Pelaku mengaku bahwa dirinya membunuh ayahnya ketika beliau tidur,
dengan alasan karena selalu kalah jika berkelahi. (Ari Widodo, Kompas;
Jumat, 9 Januari 2015)
Geertz (1961) menjelaskan bahwa ternyata semua hubungan sosial
orang Jawa adalah bersifat hierarkis dan semakin orang Jawa menghormati
seseorang semakin tinggi kedudukannya. Pada tahun 1994, Niels Mulder
memunculkan faham tentang “Bapakisme” dimana faham tersebut
berpendapat bahwa kedudukan atas seperti ayah memiliki fungsi sebagai
pelimpah anugerah atau nafkah sedangkan kedudukan bawah seperti istri
dan anak adalah pemohon. Hal tersebut bersifat satu arah atau tidak
berlaku sebaliknya.
Dalam kesehariannya, orang Jawa tentu tidak luput dari kesalahan
dan membutuhkan pola interaksi untuk setidaknya memunculkan perilaku
meminta maaf pada orang yang disakiti. Seperti yang kita ketahui bahwa
kesalahan dapat datang dari mana saja bahkan seperti orang tua yang
berbuat salah kepada anaknya. Hal yang menarik disini adalah bagaimana
orang tua khususnya ayah yang bersuku Jawa dalam memahami manfaat
dari perilaku meminta maaf kepada anaknya dengan adanya jarak di antara
keduanya (ayah dengan anak) dan nilai hormat-menghormati yang sangat
kuat ditekankan pada Budaya Jawa sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa ayah yang
bersuku Jawa tidak dituntut untuk memohon atau meminta maaf kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
anak karena bentuk kehormatan yang tinggi diajarkan oleh budaya Jawa
sendiri. Oleh sebab itu, karena hormat hanya bersifat satu arah pada
budaya Jawa, maka jarang sekali orang tua yang bersuku Jawa meminta
maaf kepada anaknya. Hal tersebut dapat disebabkan karena pada budaya
Jawa orang tua adalah figur yang harus selalu dihormati oleh anaknya
karena dianggap selalu benar dan tidak pernah salah dalam mendidik.
Terkait dengan perilaku meminta maaf, orang Jawa dalam
budayanya memiliki sebuah tradisi yang juga menanamkan nilai tersebut.
Pada setiap tahunnya, orang Jawa memiliki tradisi ‘lebaran’ yang
dimeriahkan dengan acara kumpul bersama trah (keluarga besar). Dalam
acara tersebut, umumnya dikalangan keluarga orang Jawa sering sekali
mengadakan sungkeman, yakni tradisi ketika orang Jawa menyampaikan
bentuk permintaan maaf dan memohon doa restu dengan cara menyembah
orang yang lebih tua. Pada umumnya, orang yang lebih muda akan
mengatakan “ngaturaken sugeng riyadi, nyuwun pangapunten sadaya
kalepatan kula, nyuwun pangestunipun” (saya mengucapkan selamat hari
raya, mohon maaf atas segala kesalahan saya, dan minta doa restunya)
sembari bersimpuh lutut pada orang yang lebih tua. Tradisi sungkeman ini
pada orang Jawa semakin menguatkan bahwa perilaku meminta maaf pada
umumnya selalu dilakukan terlebih dahulu oleh orang yang lebih muda
kepada orang yang lebih tua seperti anak kepada orangtua.
Pada dasarnya, perilaku meminta maaf merupakan sebuah bentuk
ekspresi yang diungkapkan dengan perkataan maupun penulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menunjukan perasaan bersalah, kesedihan, kenestapaan dan rasa
penyesalan terhadap perbuatan sebelumnya yang sifatnya menghina,
menyakiti, atau menganiyaya (Jean-Marc Coicaud, 2009). Menurut Jean-
Marc Couicaud (2009), perilaku meminta maaf dimulai dengan kemauan
dari orang tersebut (pelaku) untuk mengakui kesalahan atau tanggung
jawabnya dan meminta pengampunan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perilaku meminta maaf
dapat memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak (pelaku-korban).
Berdasarkan penelitian Jean-Marc Couicaud (2009), perilaku meminta
maaf memberikan dampak positif dalam dua aspek yaitu interpersonal dan
intrapersonal pada orang yang melakukannya. Pada aspek interpersonal,
perilaku meminta maaf memungkinkan seseorang untuk mendapatkan
komunikasi terbuka dengan orang lain, meningkatkan kemampuan
komunikasi, dan memunculkan perasaan saling mengerti seperti dalam
keluarga. Kemudian dalam aspek intrapersonal, hal ini berkaitan dengan
penerimaan diri yang lebih baik pada orang tersebut karena pada umumnya
setelah melakukan perilaku meminta maaf orang akan merasakan adanya
kelegaan.
Penelitian lain juga menyebutkan adanya dampak positif yang
dialami oleh pihak orang yang disakiti (korban). Hoffman (1975)
menemukan bahwa dalam lingkup keluarga, orang tua yang menerapkan
teknik VCT (Victim-Centered Therapy) yakni dengan sering memunculkan
perilaku meminta maaf dan mengekspresikan afeksi kepada anaknya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
membentuk kepribadian anak yang altruis. Selain itu, Fitzgerald (et al,
2003) juga melakukan penelitian yang sama tentang orang tua yang
menerapkan teknik VCT. Fitzgerald dkk menemukan bahwa orang tua
yang sering meminta maaf dan mengekspresikan afeksi kepada anaknya
menimbulkan penurunan terhadap perspektif negatif seperti agresi serta
menimbulkan peningkatan terhadap perspektif positif seperti perilaku
prososial pada anak.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
meminta maaf memberikan dampak positif pada kedua belah pihak baik
kepada orang tua dan pada anak. Jika berdasarkan penelitian menunjukan
berbagai manfaat dari perilaku meminta maaf, mengapa orang tua Jawa
dapat dikatakan jarang untuk memunculkan perilaku meminta maaf kepada
anaknya. Berdasarkan argumen diatas, peneliti merasa penting untuk
menggali lebih dalam mengenai manfaat perilaku meminta maaf kepada
anak bagi ayah yang bersuku Jawa.
Banyaknya studi yang dilakukan dari budaya lain seperti Jepang-
Amerika menambah daftar yang panjang akan pentingnya untuk meneliti
manfaat dari perilaku meminta maaf yang dimiliki oleh budaya yang
berbeda. Perbandingan dilakukan antara Jepang dengan masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai sosial harmoni, dan Amerika dengan masyarakat
yang menjunjung tinggi nilai penghargaan diri (Barnlund dan Yoshioka,
1990). Barnlund dan Yoshioka (1990) menemukan adanya perbedaan
dalam bentuk perilaku meminta maaf di antara negara Jepang dan Amerika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang dipengaruhi dari perilaku komunikasi dari dua nilai sosial yang
berbeda. Hasil yang ditemukan dari studi ini adalah bahwa orang Jepang
kebanyakan akan memunculkan perilaku meminta maaf secara langsung
(dengan kata-kata) dibandingkan orang Amerika. Orang di negara
Amerika cenderung menggunakan sebuah penjelasan di dalam situasi yang
menuntut perilaku meminta maaf muncul.
Pendekatan secara sosiologis terhadap perilaku meminta maaf juga
dapat mempengaruhi perbedaan terkait manfaat dari perilaku meminta
maaf. Wagatsuma dan Rosett (1986) menemukan bahwa perilaku meminta
maaf yang tulus memiliki perbedaan makna yang dianut bagi orang Jepang
dan Amerika dilihat dari manfaat perilaku meminta maaf itu sendiri.
Dalam konteks Jepang, perilaku meminta maaf dapat dilakukan tanpa
adanya sebuah pengakuan atas kesalahannya karena perilaku meminta
maaf dibutuhkan oleh pembicara sebagai bentuk tunduk terhadap otoritas
dan tatanan sosial dalam kaitannya dengan keharmonisan kelompok. Di
sisi lain, orang Amerika melakukan perilaku meminta maaf sebagai bentuk
pengakuan atas tindakan dan ditafsirkan sebagai bentuk pengakuan atas
kesalahan.
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan
perspektif yang lebih luas termasuk didalamnya nilai dan norma sosial dari
budaya Jawa untuk memahami manfaat dan tujuan dari perilaku meminta
maaf kepada anak bagi ayah yang bersuku Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dari berbagai penjelasan diatas, peneliti bermaksud ingin menggali
informasi lebih dalam mengenai perilaku meminta maaf bagi orang tua
yang bersuku Jawa. Berdasarkan penjelasan diatas didapatkan bahwa
dampak dari perilaku meminta maaf dapat berupa hal yang positif baik
dalam aspek interpersonal dan intrapersonal. Walaupun berdasarkan
penelitian sebelumnya juga mengatakan bahwa perilaku meminta maaf
dari orang tua berpengaruh secara positif dalam pertumbuhan karakter
pada anak, orang tua yangbersuku Jawa cenderung tidak begitu
memperhatikan hal ini. Dari argumen tersebut, timbul beberapa pertanyaan
yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena diatas yakni “mengapa
perilaku meminta maaf kepada anak jarang atau sulit dilakukan oleh ayah
yang bersuku Jawa?” dan “apakah yang mendasari ayah yang bersuku
Jawa untuk tidak melakukan perilaku meminta maaf kepada anak dengan
mudahnya?”. Maka berangkat dari fenomena tersebut, pertanyaan yang
difokuskan pada penelitian ini adalah, “Bagaimana manfaat dibalik
perilaku meminta maaf kepada anak bagi ayah yang bersuku Jawa apabila
telah melakukan kesalahan?”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka dirumuskan
pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian yaitu : “Bagaimana
manfaat dibalik perilaku meminta maaf kepada anak bagi ayah yang
bersuku Jawa apabila telah melakukan kesalahan?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan
menjelaskan manfaat perilaku meminta maaf kepada anak bagi ayah yang
bersuku Jawa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
informasi bagi lingkup psikologi, terutama berupa pemahaman
konsep dalam konteks psikologi budaya dan psikologi sosial
mengenai manfaat perilaku meminta maaf kepada anak bagi ayah
yang bersuku Jawa.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai manfaat dibalik ayah yang bersuku Jawa
melakukan perilaku meminta maaf kepada anak. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua
pihak baik ayah dan anak, berupa :
a. Bagi Ayah
Ayah yang bersuku Jawa dapat lebih memahami
dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pentingnya melakukan atau tidak melakukan perilaku
meminta maaf setelah melakukan kesalahan kepada anak
didasarkan konteks budaya Jawa.
b. Bagi Anak
Anak yang bersuku Jawa dapat lebih memahami
dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai alasan
dibalik mengapa orang tua melakukan atau tidak melakukan
perilaku meminta maaf apabila telah melakukan kesalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Perilaku Meminta Maaf
Perilaku meminta maaf dapat didefinisikan menurut teori dari
Fraser (1981) yang mengatakan bahwa perilaku meminta maaf dapat
dilakukan apabila memenuhi dua kondisi. Kondisi tersebut adalah yang
pertama pelaku menyadari perasaan tanggung jawab akan kesalahannya
dan kedua, pelaku mengaku atas penyesalannya akan kesalahannya kepada
korban. Apabila dijabarkan lebih detail, maka menurut Fraser didapatkan
bahwa individu yang melakukan perilaku meminta maaf, harus memiliki :
1. Tindakan yang telah dilakukan sebelum melakukan perilaku
meminta maaf
2. Telah menyerang atau menyakiti pendengar
3. Pembicara sedikitnya menanggung rasa tanggung jawab
terhadap tindakan yang bersifat menyerang
4. Pembicara memiliki rasa menyesal atas tindakan
sebelumnya.
Menurut Searle (1969), perilaku meminta maaf merupakan bagian
dari bentuk “ungkapan” dalam teori speech act. Teori tersebut mengatakan
bahwa dalam perilaku meminta maaf terdapat keadaan psikologis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
perasaan yang turut serta terlibat oleh diri seseorang yang mengatakannya.
Bach dan Harnish (1979) mengklasifikasikan perilaku meminta maaf
sebagai bentuk “pengakuan” atau acknowledgements. Kategori ini
didefinisikan sebagai ungkapan tentang “perasaan tertentu” kepada
pendengarnya. Hickson (1979) mendefinisikan perilaku meminta maaf
sebagai sebuah ekspresi yang menunjukkan perasaan penyesalan pelaku
atas kesalahannya kepada orang lain yang dilakukan dalam bentuk ucapan
atau tulisan. Pada studi perbandingannya antara Jepang-Amerika,
Barnlund dan Yoshioka (1990) mengkarakteristikan perilaku meminta
maaf sebagai bentuk pengakuan atas pertanggung jawaban akan perilaku
yang telah menyakiti orang lain secara fisik, sosial dan psikologis.
Menurut Searle (1976), ketika orang memunculkan perilaku
meminta maaf terdapat keadaan dan perasaan psikologis yang turut terlibat
didalam diri orang tersebut. Fraser (1981) menyebutkan salah satu keadaan
psikologis berupa kesadaran dan perasaan bertanggung jawab atas perilaku
sebelumnya yang turut terlibat ketika orang memunculkan perilaku meminta
maaf. Dalam kasus seperti di Negara non-western yakni Jepang, orang
membutuhkan rasa self-humiliation atau rasa malu untuk mengakui
kesalahan dan memunculkan perilaku meminta maaf (Nishiyama, 1973).
Pada beberapa kasus seperti dalam penelitian oleh Jaworski (1994)
di Negara Polandia, perilaku meminta maaf terkadang muncul dengan tidak
melibatkan kata kata yang merupakan strategi kesopanan seperti
memenangkan simpati pendengar, membenarkan tindakan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
menyinggung, atau menggunakan sumpah serapah. Hal tersebut didukung
oleh penelitian dari Fraser (1981) yang mengatakan bahwa perilaku
meminta maaf dapat dilakukan tidak hanya dengan kata-kata.
Berdasarkan banyak penjelasan diatas, peneliti dapat menarik
benang merah mengenai definisi dari perilaku meminta maaf. Dapat
disimpulkan bahwa perilaku meminta maaf merupakan sebuah ungkapan
yang dilakukan dengan bentuk tulisan atau diucapkan dengan ekspresi yang
turut serta melibatkan keadaan psikologis dan perasaan oleh individu yang
sadar dan merasa bertanggung jawab atas perbuatan sebelumnya yang telah
melukai orang lain secara fisik, sosial atau psikologis.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Meminta Maaf
Pada tahun 1987, Brown dan Levinson menyebutkan ada 3 faktor
yang dapat mempengaruhi orang dalam memunculkan perilaku meminta
maaf. Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Jarak sosial. Holmes (1990) dalam hasil dari penelitiannya
menyebutkan bahwa perilaku meminta maaf yang memakan waktu
paling lama dan paling rumit adalah hubungan sosial dalam
pertemanan. Sedangkan perilaku meminta maaf yang lebih
membutuhkan waktu singkat adalah jarak sosial yang diwujudkan
dalam hubungan intim seperti pasangan (Fraser, 1981).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2. Kekuatan sosial. Hal ini terwujud dalam keseharian terdapat
hierarki sosial seperti patrineal. Tannen (2001) dan Fraser (1981)
menemukan hasil bahwa dalam kehidupan berkeluarga, suami atau
kepala rumah tangga dalam budaya patrineal cenderung
menghindari perilaku meminta maaf pada lingkup pembicaraan
sehari-hari.
3. Faktor jenis kelamin. Berangkat dari data etnografi, Holmes (1989)
menemukan bahwa perempuan memunculkan perilaku meminta
maaf lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal yang sama juga
ditemukan oleh peneliti bernama Marquez Reiter (2000) yang
meneliti di Negara Inggris dan Uruguay.
Terkait dengan cara atau bentuk perilaku meminta maaf, penelitian
dari Barlund dan Yoshioka (1990) menyebutkan bahwa hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh nilai sosial dari budaya negara tersebut. Barlund dan
Yoshioka dalam studinya menemukan bahwa kebanyakan pada orang
Jepang akan memunculkan perilaku meminta maaf secara langsung (dengan
kata-kata) dibandingkan orang Amerika. Sedangkan orang di negara
Amerika cenderung menggunakan sebuah penjelasan di dalam situasi yang
menuntut perilaku meminta maaf muncul. Hasil dari penelitian ini juga turut
serta didukung oleh Marquez Reiter (2000) yang menyebutkan bahwa sulit-
mudahnya orang memunculkan perilaku meminta maaf itu berbeda di tiap
negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Berangkat dari berbagai penjelasan diatas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa ada 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi orang
dalam memunculkan perilaku meminta maaf yakni; (1) jarak sosial, (2)
kekuatan sosial, dan (3) faktor jenis kelamin (Brown & Levinson, 1987).
Disamping itu pendapat dari Barlund dan Yoshioka (1990), serta Marquez
Reiter (2000) semakin menegaskan bahwa bentuk dan sulit mudahnya
meminta maaf pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh budaya yang
berbeda di tiap negara.
C. Fungsi dan Manfaat Perilaku Meminta Maaf
Berangkat dari banyak penelitian yang ada, dikumpulkan beberapa
fungsi dan manfaat dari perilaku meminta maaf itu sendiri. Salah satu fungsi
yang disebutkan oleh Leech (1983) adalah perilaku meminta maaf
merupakan sebuah upaya yang dapat digunakan untuk memperbaiki relasi
yang dirusak akibat perbuatan sebelumnya. Menurut Brown dan Levinson
(1987), perilaku meminta maaf juga dapat digunakan sebagai bentuk dari
kesopanan negatif. Dalam teori FTA (Face-Threatening Act) dan Speech
act-nya, Brown dan Levinson menyebutkan bahwa kesopanan negatif
adalah suatu ujaran untuk menghargai keinginan seseorang untuk bebas
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dari lawan bicara. Brown dan
Levinson (1987) juga berpendapat bahwa perilaku meminta maaf juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang lain dan
menunjukkan rasa kesetia-kawanan.
Penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Tannen (2001) juga
menambah pentingnya sebuah perilaku meminta maaf itu sendiri. Menurut
Tannen (2001), pasangan suami istri yang jarang memunculkan perilaku
meminta maaf berkorelasi dengan seringnya konflik percakapan diantara
pasangan tersebut. Penelitian dari Tannen tersebut menyebutkan bahwa
kurangnya perilaku meminta maaf dapat menjadi sumber konflik
percakapan diantara suami dan istri.
Terkait fungsi dari perilaku meminta maaf sendiri, Aijmer (1996)
menemukan adanya 2 fungsi yaitu sebagai bentuk ‘remedial’ dan
‘disarming’. Fungsi yang pertama yaitu ‘remedial’ disebutkan oleh
Goffman (1971) muncul atau terjadi setelah bentuk penyerangan.
Sedangkan fungsi satunya yaitu disarming’ (Edmondson, 1981) yang terjadi
sebelum menghadapi ancaman. Istilah dari ‘disarming’ memiliki arti
sebagai bentuk perilaku meminta maaf yang digunakan untuk sebuah
antisipasi terhadap tindakan menghadapi masalah (“Saya meminta maaf
tetapi saya sedang terburu-buru”).
Berdasarkan banyaknya penjelasan dari berbagai pendapat dari ahli
diatas, didapatkan bahwa fungsi dan manfaat dari perilaku meminta maaf
ada bermacam-macam. Fungsi yang disebutkan oleh Brown dan Levinson
(1987) adalah bahwa perilaku meminta maaf dapat digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
memperbaiki relasi. Menurut Tannen (2001), perilaku meminta maaf juga
dapat digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang lain.
Disamping itu terdapat 2 fungsi khusus dari perilaku meminta maaf seperti
yang telah disampaikan oleh Aijmer (1996) yaitu sebagai bentuk ‘remedial’
atau sebuah perbaikan dari suatu masalah dan ‘disarming’ atau sebuah
antisipasi terhadap tindakan menghadapi masalah.
D. Orang Jawa
1. Pengertian Orang Jawa
Menurut Suseno (1996) yang disebut orang Jawa adalah orang
yang mendiami atau merupakan penduduk asli bagian tengah dan
timur pulau Jawa. Sedangkan Koentjaraningrat (1984) menyebutkan
bahwa orang Jawa adalah orang yang mendiami bagian tengah dan
timur dari seluruh pulau Jawa. Daerah asal orang Jawa merupakan
provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari kedua pernyataan itu
kemudian dapat disimpulkan bahwa pengertian orang Jawa
merupakan penduduk asli dari pulau Jawa khususnya provinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Karakteristik Orang Jawa
Menurut Handayani (2004) orang Jawa memiliki dua buah
prinsip dalam interaksi sosialnya dalam masyarakat Jawa itu sendiri.
Prinsip pertama yakni adalah prinsip kerukunan menyebutkan bahwa
dalam setiap situasi manusia bersikap sedemikian rupa agar tidak
memunculkan sebuah konflik dalam berinteraksi. Prinsip kedua yakni
adalah prinsip hormat yang menuntut agar masyarakat Jawa
menunjukkan sikap hormat kepada orang lain dalam berbicara dan
membawa diri. Suseno (1996) mengatakan bahwa kedua prinsip
tersebut merupakan kerangka normatif yang menentukan segala
bentuk konkret dari interaksi sosial yang juga disadari oleh
masyarakat Jawa itu sendiri.
a. Prinsip Kerukunan
Menurut Suseno (1996) prinsip kerukunan pada
masyarakat Jawa bertujuan untuk membangun dan
mempertahankan hubungan masyarakat dalam keadaan yang
harmonis. Keadaan rukun adalah dimana ketika semua pihak
berada dalam keadaan damai antara satu dengan yang lain,
saling bekerja sama, saling menerima, dalam suasana tenang dan
sepakat.
Selain itu Suseno (1996) juga menyebutkan bahwa prinsip
kerukunan memungkinkan masyarakat jawa memiliki kerelaan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kerelaan tertentu dari bentuk menerima kompromi akibat dalam
mencegah konflik. Hal ini juga terkadang mengakibatkan orang
Jawa tidak mendapatkan haknya dengan sepenuhnya. Bagi
orang Jawa mengusahakan keuntungan pribadi tanpa
memperhatikan persetujuan masyarakat atau berusaha sendiri
tanpa melibatkan kelompok dianggap kurang baik. Disamping
itu, membuka perasaan suasana hati atau menampilkan ekspresi-
ekspresi yang menunjukkan kekacauan batin juga dinilai negatif
bagi orang Jawa. Selain itu, suatu permintaan atau tawaran bagi
orang Jawa tidak boleh langsung ditolak (Magnis-Suseno, 1985)
Sedangkan menurut Bratawijaya (1997) rukun dapat
berarti sebagai kondisi ketika merasa dalam keadaan selaras,
penuh kedamaian, tanpa adanya pertentangan dan perselisihan.
Aktivitas masyarakat Jawa seperti gotong royong merupakan
bentuk konkret interaksi sosial yang dilandasi dari adanya
kerukunan hidup
Kerukunan menurut Endraswara (2003) adalah kondisi
dimana keseimbangan sosial tercapai. Hal ini terwujud karena
terjalin saling menghormati, sopan santun yang dapat
dipertahankan, dan saling menghargai satu dengan yang lain.
Suseno (1996) juga menyatakan bahwa orang Jawa sangat
menghargai kemampuan untuk memperkatakan hal yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
enak secara langsung. Seperti kemampuan untuk ethok-ethok
atau dalam bahasa Indonesianya berarti berpura-pura adalah
suatu seni yang dianggap memiliki nilai positif bagi masyarakat
Jawa. Contoh dari hal ini adalah ketika seseorang diliput
kesedihan, dia diharapkan tersenyum. Selain itu juga ketika
seseorang kunjungan dari orang yang dia benci, seseorang
tersebut diharapkan tetap tersenyum. Disamping itu bagi orang
Jawa, menentang kehendak orang lain secara langsung dan
menunjukkan permusuhan sangatlah bertentangan dengan
perasaannya. Sehingga setiap terdapat perilaku yang
menyimpang dari norma masyarakat Jawa terkait prinsip
kerukunan, orang Jawa akan mengalami tekanan psikis yang
kuat.
b. Prinsip Hormat
Saling hormat adalah dasar dari sikap kerukunan. Hal ini
ditunjukan oleh masyarakat Jawa dalam berbicara dan
membawa dirinya selalu hormat terhadap orang lain sesuai
dengan tingkat dan kedudukannya masing-masing (Bratawijaya,
1997).
Menurut Suseno (1996) prinsip hormat mengatakan bahwa
setiap orang dalam berbicara dan membawa dirinya harus
menunjukkan sikap hormat kepada orang lain, sesuai derajat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kedudukannya. Prinsip ini juga berpendapat bahwa semua
hubungan dalam masyarakat diatur secara hierarkis, sehingga
setiap orang haruslah mengenal tempat dan tugasnya dan
demikian ikut menjaga agar seluruh masyarakat tetap menjadi
satu kesatuan yang selaras.
Geertz (dalam Suseno 1996) mengatakan bahwa semasa
anak, orang Jawa diajarkan tiga perasaan dalam situasi tertentu
yang menuntut anak Jawa untuk menunjukkan sikap hormatnya,
yaitu :
1) Wedi
Wedi atau dalam bahasa Indonesianya berarti takut,
sebagai reaksi terhadap suatu ancaman fisik maupun rasa
takut akibat tidakan yang tidak membuat nyaman.
2) Isin
Isin atau berarti malu, juga dapat berarti malu-malu,
merasa bersalah dan sebagainya. Perasaan ini dapat muncul
dalam segala situasi sosial kecuali di dalam lingkaran
keluarga inti. Namun sebaliknya, segala hubungan keluar
memiliki ancaman akan perasaan malu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
3) Sungkan
Sungkan merupakan malu dalam artian yang positif.
Sungkan digambarkan sebagai rasa hormat yang sopan
kepada seseorang yang memiliki jabatan lebih tinggi atau
sesama yang belum dikenal. Disamping itu rasa sungkan
dapat digambarkan sebagai bentuk pengendalian diri
terhadap kepribadian untuk menunjukkan rasa hormat
kepada orang lain.
Dari kedua prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
interaksi sosialnya orang Jawa menjunjung tinggi prinsip
kerukunan dan hormat. Kedua prinsip tersebut bagi orang Jawa
merupakan sebuah landasan dalam bentuk konkret berinteraksi
seperti berbicara dan membawa diri agar tidak sampai
menimbulkan sebuah konflik.
E. Orang Jawa dalam Kehidupan Berkeluarga
Dalam bukunya, Taryati dkk (1995) menyebutkan bahwa keluarga
yang ideal menurut masyarakat dekat kraton adalah keluarga yang mampu
menyelesaikan segala persoalan, hidup tenteram, dan menjalankan ibadat
agama dengan baik serta menjauhi sikap yang materialistis. Selanjutnya,
masyarakat yang jauh dari kraton seperti kalangan keluarga guru, pegawai
negri, dan pedagang mempunyai persepsi bahwa keluarga yang ideal adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
keluarga yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dan dapat
mendidik anaknya dengan baik. Sedangkan keluarga buruh mengatakan
bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga yang tidak pernah bertengkar
dan selalu bermusyawarah.
1. Nilai nilai yang dianut keluarga Jawa
Nilai tentang kerukunan, rasa hormat dan ketaatan merupakan 3
nilai utama yang di ajarkan dalam kehidupan keluarga di lingkungan
kraton. Gambaran kerukunan di wujudkan dalam keluarga ketika anak
di didik untuk rukun dengan sesamanya. Begitu pula rasa hormat yang
diajarkan melalui pembinaan pada anak. Nilai kehormatan menurut
Taryati dkk (1995) pada keluarga kraton adalah hormat yang berdasar
pada tempat yang jelas dan di prioritaskan dalam hierarki keluarga.
Ketaatan anak pada norma keluarga, merupakan bentuk manifestasi
dari rasa hormat dan ketakutan tehadap figur otoritas atau orang tua.
2. Peran tiap anggota keluarga Jawa
Terkait peran pada tiap anggota, orang tua pada keluarga Jawa
sendiri secara garis besar bertugas memberikan nasehat-nasehat
kepada anaknya (Taryati dkk, 1995). Disisi lain orang tua juga
memiliki tugas untuk mencontohkan tingkah laku dan tata krama
kepada anaknya didalam pergaulan, hormat pada orang yang lebih tua
dalam hal bertutur kata dan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Peran suami atau ayah pada keluarga Jawa secara garis
besar dituliskan didalam buku Taryati dkk (1995) adalah
sebagai pelindung bagi istri dan anak yang diwujudkan
seperti dalam hal mencari nafkah demi kehidupan sehari-
hari. Disamping itu, suami juga memiliki peran sebagai
figur yang bertugas membimbing seluruh anggota keluarga
agar berkembang sesuai dengan keinginannya, sehingga
terkadang dalam keluarga Jawa mengenal suami dengan
sebutan kepala rumah tangga.
b. Peran seorang istri atau ibu menurut Taryati dkk (1995)
ada beberapa hal. Salah satu peran istri didalam keluarga
adalah menjadi pusat kedamaian bagi keluarga dan menjadi
teman berbincang untuk suaminya. Pusat kedamaian disini
diwujudkan dalam tugas kesehariannya yang berupa
menjaga kerukunan rumah tangga dan kesehatan di tiap
anggotanya.
c. Peran anak dalam keluarga Jawa diharuskan untuk
mengutamakan pendidikan atau belajar pada kesehariannya.
Selain itu menurut Taryati dkk (1995), anak juga harus
hormat dan patuh pada orang tua serta mendengar segala
nasehat yang ada. Dalam kehidupan keseharian, anak dalam
keluarga Jawa juga di didik untuk membantu menyelesaikan
pekerjaan rumah. Pada konsep “serat wulangreh” anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dalam budaya Jawa diharuskan taat dan patuh tanpa syarat
kepada orang tuanya. Konsep ini mengibaratkan bahwa
orang tua adalah wakil Tuhan, sehingga anak harus takut
pada larangan dan tunduk pada nasehat orang tua.
Disamping itu semua, Taryati dkk (1995) juga menyebutkan
bahwa keluarga Jawa memiliki dinamika yang khas terkait hubungan
antar anggota keluarga dan cara pandang pada tiap anggota. Didalam
keluarga Jawa, anak atau anggota keluarga dapat saling memberi dan
menerima berbagai pengetahuan dan saling mengingatkan untuk
menghindari perbuatan yang tidak diharapkan. Akan tetapi, dalam
budaya Jawa anak seringkali dianggap masih kecil dan hanya dapat
memperoleh bimbingan dan petunjuk dari orang yang lebih tua atau
dewasa (Taryati dkk, 1995).
F. Hubungan Orang Tua Jawa dengan Anaknya
Dalam budaya Jawa, seperti yang dikatakan oleh Taryati dkk (1995)
proses membina anak yang ideal adalah orang tua harus mempunyai
pengaruh dan harus sayang kepada anaknya. Disamping itu orang tua juga
harus mengetahui bakat anak dalam pendidikan formalnya. Pada penelitian
yang telah dilakukan oleh Taryati dkk, komunikasi timbal balik antara orang
tua dengan anak sangat diperlukan dalam keluarga pegawai negeri dan guru,
sedangkan pada keluarga buruh lebih mengutamakan ajaran kerohanian dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
keagamaan sejak anak berusia dini. Menurut keluarga buruh dari situlah
anak dapat belajar mengenai sikap hormat, kasih sayang dan mampu
menerima nasehat dari orang tua.
Hubungan antara orang tua dengan anak pria atau anak wanita berbeda
dalam budaya Jawa (Taryati dkk, 1995). Pada budaya Jawa, orang tua
memanggil anak pria dengan sebutan le (dari kata tole), sedangkan anak
wanita dipanggil dengan sebutan nok (dari kata denok). Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Taryati (1995), perlakuan ke anak pria
dari orang tua Jawa bervariasi antara lain bersikap keras, ngemong, dan
melindungi. Dalam pola interaksinya, ayah dalam budaya Jawa cenderung
memandang permasalahan sebagai hal yang harus dibicarakan secara
terbuka antara ayah dan anak pria. Disisi lain, interaksi antara ibu kepada
anak prianya cukup terbatas karena pada umumnya pada budaya Jawa ibu
merupakan perpanjangan lengan dari ayah sehingga jika ada permasalahan
ibu akan cenderung meminta pertimbangan suami terlebih dahulu. Taryati
dkk (1995) juga berpendapat bahwa orang tua yang tidak jujur atau tidak
dapat membina anak dalam menepati janjinya dianggap sebagai orang tua
yang tidak mau bertanggung jawab dan tidak mau menanggung resiko
karena orang tua tersebut tidak mau mengakuinya.
Budaya Jawa memandang bahwa baik atau buruknya tingkah laku
anak merupakan cermin tingkah laku dari orang tuanya sendiri. Berdasarkan
hasil penelitian yang ada, orang tua Jawa pada umumnya merasa malu jika
anaknya bersikap kasar dan berani pada orang yang lebih tua atau dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tumbuhnya rasa malu yang dialami oleh orang tua tersebut menimbulkan
tugas yang secara instingtif dilakukan oleh para orang tua untuk
memberikan contoh baik kepada anaknya. Hal tersebut disebabkan karena
orang tua Jawa sangat memperdulikan pandangan masyarakat luar kepada
keluarganya termasuk anaknya.Jika anak berani, maka masyarakat Jawa
memandang hal tersebut sebagai ketidak tahuan terhadap adat istiadat dan
tidak sopan apabila membangkang orang tua.
Sartono (1998) menyebutkan bahwa sikap orang tua dalam mendidik
anak bergantung pada tingkatan umur dari sang anak. Menurut Sartono,
terdapat 4 tingkatan, yaitu (1) ketika anak berusia 5 tahun, anak di ibaratkan
sebagai pengabdi raja dan ayah atau ibu adalah rajanya, (2) ketika anak
berusia 10 tahun, anak harus di didik keras seperti prajurit, (3) ketika anak
berusia 16 tahun, anak di ibaratkan sebagai seorang sahabat bagi kedua
orang tuanya, dan (4) ketika anak sudah berkeluarga dan memiliki anak
sendiri, orang tua Jawa hanya sebatas mendidik dengan perumpamaan.
G. Perilaku Meminta Maaf pada Ayah Jawa kepada Anak
Terkait dengan karakteristik orang Jawa, Handayani (2004)
menyebutkan adanya dua prinsip dasar yang ditekankan dalam budaya Jawa
yaitu prinsip kerukunan dan prinsip kehormatan. Bagi orang Jawa, prinsip
kerukunan dipahami dengan tujuan agar orang Jawa tidak memunculkan
sebuah konflik, bahkan dalam hal berinteraksi dengan sesamanya. Atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dasar prinsip kerukunan tersebut, orang Jawa secara sengaja menjauhkan
diri dari konflik dengan menjaga diri dalam hal berbicara. Maka seringkali
orang jawa menggunakan perilaku meminta maaf dengan tujuan dalam
bentuk antisipasi atau ‘disarming’. Disamping itu bagi orang Jawa,
membuka perasaan suasana hati atau menampilkan ekspresi-ekspresi yang
menunjukkan kekacauan batin juga dinilai negatif. Maka dari itu karena
sebuah alasan perilaku meminta maaf merupakan suatu tindakan yang
membutuhkan ekspresi dan juga melibatkan perasaan bersalah, malu serta
bertanggung jawab, perilaku meminta maaf dapat dianggap hal yang negatif
bagi orang Jawa.
Suseno (1985) juga menyebutkan bahwa berpura-pura adalah suatu
seni yang dianggap memiliki nilai positif bagi masyarakat Jawa. Atas sebab
orang Jawa meyakini bahwa perilaku berpura-pura dalam budaya Jawa
dinilai positif, maka jarang sekali perilaku meminta maaf dinilai tulus
karena perilaku meminta maaf yang dimunculkan hanyalah sebatas kata-
kata namun tidak melibatkan perasaan seperti rasa bersalah, rasa malu dan
rasa akan bertanggung jawab.
Terkait dengan prinsip kedua yang disebutkan oleh Handayani
(2004) diatas, prinsip yang diluhurkan bagi orang Jawa yang kedua adalah
prinsip kehormatan. Hal ini diwujudkan oleh orang Jawa dalam berbicara
dan membawa dirinya harus menunjukkan sikap hormat kepada orang lain,
sesuai derajat dan kedudukannya. Prinsip ini juga berpendapat bahwa semua
hubungan dalam masyarakat diatur secara hierarkis. Oleh karena prinsip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
hormat yang ditekankan pada budaya Jawa, maka sering kali orang Jawa
memunculkan perilaku meminta maaf untuk menunjukkan dirinya hormat
dan tunduk kepada orang diatasnya, namun sebaliknya karena prinsip
hormat ini juga hanya bersifat hierarkis maka jarang sekali ditemukan orang
tua Jawa memunculkan perilaku meminta maaf kepada orang yang lebih
muda.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dibuat alur berpikir sebagai berikut,
Tabel 1
Alur Berpikir
Ayah yang Bersuku Jawa
Perilaku meminta maaf kepada anak
Fungsi atau Manfaat:
1. Memperbaiki relasi
2. Menunjukan rasa
hormat
3. Memperbaiki
masalah
4. antisipasi masalah
Aspek Meminta maaf :
1. Perkataan minta
maaf
2. Kesadaran akan
perasaan bersalah
3. Perasaan malu atas
perasaan bersalah
Faktor yang
mempengaruhi :
1. Kekuatan
Sosial
2. Jarak Sosial
3. Jenis Kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dilihat dari tujuannya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian
eksploratori. Penelitian eksploratori adalah penelitian yang bertujuan untuk
menggali dan lebih mengeksplorasi lagi mengenai topik atau masalah yang
diteliti karena topik tersebut merupakan topik yang belum banyak diteliti
atau masih baru (Neuman, 2003). Penelitian eksploratori ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan serta mengolah data yang
sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara.
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan metode
pengumpulan data berupa wawancara. Wawancara merupakan teknik yang
sering kali digunakan untuk menggali persepsi, pendapat atau opini,
keyakinan dan sikap para partisipan terkait topik yang diteliti (Poerwandari,
1998), dalam hal ini manfaat dari perilaku meminta maaf kepada anak bagi
ayah yang bersuku Jawa. Secara umum metode wawancara memungkinkan
responden yang dimana adalah ayah suku Jawa untuk dapat mengemukakan
segala pendapatnya tentang perilaku meminta maaf kepada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang manfaat dari
perilaku meminta maaf kepada anak bagi ayah yang bersuku Jawa.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang menjadi sumber utama
penelitian, mereka akan memiliki data penelitian dan dikenai kesimpulan
penelitian (Azwar, 1997). Subyek yang diambil dari penelitian ini adalah
para ayah yang bersuku Jawa yang memiliki darah asli suku Jawa dan
tinggal menetap di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah
dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang
didasarkan ciri – ciri tertentu yang dipandang memiliki sangkut paut erat
dengan sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004).
Oleh karena itu, subyek yang dipilih memiliki karakteristik seperti yang
ditetapkan peneliti.
D. Metode Pengambilan Data
1. Metode
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode Wawancara. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi
dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2011).
Menurut Kerlinger (dalam Hassan, 2000), pemilihan
metode penelitian kualitatif dengan metode wawancara memiliki 3
kelebihan. Kelebihan yang pertama, metode ini mampu mendeteksi
kadar pengertian responden terhadap pertanyaan yang diajukan.
Sehingga jika responden kurang bisa memahami pertanyaan yang
diajukan, hal tersebut dapat diantisipasi oleh interviewer dengan
memberikan beberapa penjelasan. Kelebihan yang kedua Kerlinger
menyebutkan bahwa metode wawancara cenderung fleksibel dalam
hal waktu pelaksanaan yang dapat disesuaikan dengan masing-
masing responden. Kelebihan yang terakhir adalah bahwa metode
wawancara merupakan metode yang umum dan menjadi satu-
satunya metode yang dapat dilakukan disaat metode lain tidak bisa
dilakukan.
Dalam mempersiapkan pengambilan data yaitu wawancara,
peneliti melakukan beberapa langkah terlebih dahulu. Pertama-
tama, peneliti mencari berbagai referensi dari skripsi dan jurnal
terdahulu yang dapat dijadikan pedoman untuk memberikan
gambaran umum. Dari gambaran umum yang telah diperoleh,
peneliti langsung mencoba langsung terjun ke salah satu responden
yang sejak awal sudah bersedia untuk terlibat dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Wawancara percobaan akhirnya dilakukan pada tanggal 13 Juni
2014 dengan responden pertama. Sesudah wawancara, peneliti
langsung membuat verbatim dan menganalisis data untuk segera
didiskusikan. Sesudah mendiskusikan hasil wawancara percobaan
tersebut, akhirnya diputuskan menggunakan wawancara tersebut
sebagai raport awal dari responden satu. Hal ini disepakati bersama
karena data yang didapat belum representatif dan masih perlu digali
lebih dalam, selain itu karena sifat dari wawancara tersebut adalah
tertutup maka tidak akan mengganggu proses wawancara
selanjutnya.
2. Alat Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode wawancara sebagai alat
pengumpulan data pada penelitian ini. Menurut Poerwandari
(1998), dalam pengumpulan data penelitian membutuhkan
instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3
instrumen, yaitu :
a. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam merupakan wawancara personal
yang bersifat langsung dan tidak terstruktur. Sesuai saran
Endraswara (2006), peneliti menggunakan teknik
wawancara mendalam yang dilakukan dengan santai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
informal, dan masing-masing pihak seakan tidak memiliki
beban psikologis sehingga kedalaman data yang diperoleh
bersifat menyeluruh. Didalamnya responden digali untuk
dapat mengungkapkan tentang perasaan, kepercayaan, sikap
dan pendapat tentang manfaat perilaku meminta maaf
kepada anak bagi ayah yang bersuku Jawa. Pedoman
wawancara yang digunakan tidak hanya berdasar pada
tujuan penelitian, namun juga berdasar pada teori yang
terkait dengan manfaat perilaku meminta maaf kepada anak
bagi orang tua Jawa.
b. Alat perekam
Alat perekam dibutuhkan sebagai alat bantu ketika
wawancara berlangsung, agar peneliti dapat berkonsentrasi
penuh pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti
untuk mencatat jawaban responden. Alat perekam sangat
berguna karena dengan alat perekam tidak ada hasil yang
terlewatkan atau hilang. Dalam penggunaan, alat perekam
baru akan digunakan apabila mendapatkan ijin dari
responden untuk mempergunakan alat perekam pada saat
proses wawancara berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel. 2 Daftar Pertanyaan Wawancara
JenisPertanyaan Pertanyaan
Opening Pernahkah anda melakukan suatu
hal ke anak anda yang akhirnya anda
sesali?
Transition Bagaimana cara anda untuk
menghilangkan penyesalan anda
kepada anak Anda?
Key Menurut anda, apa tujuan anda
ketika anda meminta maaf kepada
anak anda?
Key Apa yang anda rasakan ketika anda
meminta maaf kepada anak anda?
Menurut anda, apa faktor yang
menyebabkan terkadang ayah sulit
untuk berkata minta maaf kepada
anaknya?
Ending Peneliti membacakan rangkuman
dari hasil wawancara.
Daftar pertanyaan dalam tabel diatas digunakan hanya sebagai
panduan wawancara karena dalam pengambilan data dilapangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pertanyaan yang peneliti ajukan bersifat mengalir dan tidak terlalu
mengacu pada pertanyaan-pertanyaan diatas.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
pola zig-zag (Creswell, 1998). Prosedur dengan pola ini tidak lain adalah
dengan mengumpulkan data dari lapangan, menganalisisnya, kemudian
kembali mengumpulkan data dari lapangan lagi jika data yang didapatkan
ternyata belum mencukupi. Hal tersebut dilakukan secara berulang hingga
data yang didapatkan mencukupi.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data
dengan beberapa langkah berikut :
1. Peneliti menentukan dan mencari responden penelitian
yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Responden dalam penelitian ini adalah para Ayah suku
Jawa yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Peneliti melakukan pendekatan secara personal untuk
membina raport dan menciptakan suasana yang nyaman
untuk dilakukannya wawancara dengan responden
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara
yang direkam dengan alat perekam.
4. Data kemudian, dikelola dan menguji apakah data yang
didapatkan sudah mencukupi. Apabila belum mencukupi,
peneliti menentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada responden saat wawancara kedua untuk
menggali informasi lebih dalam.
5. Peneliti kemudian kembali ke lapangan untuk melakukan
wawancara kedua dengan responden. Hal ini dilakukan
berulang hingga data yang dibutuhkan dirasa sudah cukup.
F. Analisis Data
Strategi yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data
dalam penelitian ini adalah dengan Content Analysis. Menurut Payne &
Payne (dalam Sarosa, 2012) Content Analysis dapat didefinisikan sebagai
suatu cara untuk mencari makna materi tertulis atau visual dengan cara
mengalokasi isi sistematis ke dalam kategori terinci yang telah ditentukan
sebelumnya dan kemudian setelah itu menghitung dan menginterpretasikan
hasilnya.
Dengan Content analysis yang digunakan dalam penelitian ini
nantinya dapat memungkinkan peneliti mengkuantifikasikan isi teks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kualitatif dan interpretative secara sistematis (McNabb dalam Sarosa, 2012).
Menurut Samiaji Sarosa (2012), Content analysis merupakan alat yang tepat
untuk menganalisis teks yang mengandung makna tersurat. Teknik ini juga
dapat melihat frekuensi dari penggunaan kata atau data dengan mencari
beberapa kali kategori atau kode tersebut tertulis dalam suatu teks dan
digunakan sebagai indikasi tingkat kemunculan kode.
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data penelitian
kualitatif ini adalah dengan coding. Coding merupakan kegiatan membuat
kode. Kode yang dimaksud dapat berupa kata atau frase yang digunakan
peneliti untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan meringkas kalimat,
paragraf, maupun sekumpulan teks (Richard dalam Sarosa, 2012). Tujuan
dari penggunaan Coding dalam penelitian ini dijelaskan dalam Sarosa
(2012) adalah:
1. Merefleksikan makna dan kategori segmen data yang
diwakili oleh suatu kode
2. Mempertanyakan hubungan suatu kategori dengan data dan
kategori lain serta membangun teori
3. Menyempurnakan kategori dengan mengintegrasikan
temuan yang diperoleh dari berbagai dimensi data
4. Mengkombinasikan berbagai kategori untuk menemukan
pola data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dalam penelitian ini, coding dibuat menjadi sedemikian rupa :
Tabel. 3 Tabel Coding
Aspek Kode Arti/makna
1. Aspek meminta maaf
1.1) Perkataan minta maaf
1.1 + Mengatakan minta maaf
1.1 - Tidak mengatakan minta maaf
1.2) Kesadaran akan perasaan
bersalah
1.2 + Sadar akan perasaan bersalah
1.2- Tidak sadar akan perasaan
bersalah
1.3) Perasaan malu atas
perasaan bersalah
1.3 + Merasa malu atas perasaan
bersalah
1.3 – Merasa tidak malu atas
perasaan bersalah
2 Faktor yang berpengaruh
2.1) Jarak Sosial 2.1 + Jarak sosial berpengaruh
2.1 – Jarak sosial tidak berpengaruh
2.2) Kekuatan Sosial 2.2 + Kekuatan sosial berpengaruh
2.2 - Kekuatan sosial tidak
berpengaruh
2.3) Jenis Kelamin 2.3 + Jenis kelamin berpengaruh
2.3 - Jenis kelamin berpengaruh
3 Fungsi atau manfaat meminta maaf
3.1) Memperbaiki relasi 3.1 Ada manfaat memperbaiki
relasi
3.2) Menunjukan rasa hormat 3.2 Ada manfaat menunjukan rasa
hormat
3.3) Perbaikan masalah 3.3 Ada manfaat perbaikan
masalah
3.4) Antisipasi masalah 3.4 Ada manfaat antisipasi
masalah
3.5) Lainnya 3.5 Manfaat lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Kredibilitas Penelitian
Pada metode penelitian kualitatif, terdapat beberapa cara untuk
meningkatkan kredibilitas suatu penelitian. Maka dari itu peneliti
menggunakan cara sebagai berikut (Sugiyono, 2011) :
1. Member checking. Member checking adalah proses
pengecekan data kepada sumber pemberi data oleh peneliti.
Tujuan dari cara ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh
para sumber pemberi data, maka dikatakan data tersebut
valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya. Sedangkan
apabila data yang ditemukan oleh peneliti tidak disepakati
oleh sumber pemberi data, maka peneliti harus melakukan
diskusi pada pemberi data.
2. Peneliti mengajukan pertanyaan yang telah disesuaikan
dengan prosedur wawancara dan indikator tanpa ada bagian
yang terlewatkan.
3. Bahan referensi. Alat perekam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. PROSES PENELITIAN
1. Pelaksanaan Wawancara
Berikut ini adalah tahap pengambilan data dengan metode
wawancara yang dilakukan peneliti. Sebelum melakukan
wawancara, peneliti membaca berbagai sumber informasi seperti
jurnal, buku dan skripsi terdahulu dengan tujuan untuk memperluas
informasi mengenai strategi wawancara dan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi keefektifan wawancara. Sumber-sumber
tersebut peneliti temukan di perpustakaan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta dan beberapa di perpustakaan kota
Yogyakarta. Selain menggali informasi mengenai keefektifan
wawancara, peneliti juga mencari gambaran umum dari responden
penelitian yaitu ayah yang bersuku Jawa. Setelah mendapatkan
berbagai informasi, peneliti kemudian mendiskusikannya dengan
dosen pembimbing skripsi. Diskusi yang dilakukan seputar teknik
wawancara yang sesuai dan mengenai berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi wawancara seperti pencitraan dari responden dan
sifat responden yang tertutup. Setelah kedua tahap dilakukan, tahap
berikutnya adalah percobaan wawancara. Dari wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
percobaan peneliti menemukan teknik wawancara yang cocok
adalah sifat wawancara yang mengalir serta tidak memojokan
responden.
Wawancara pertama dengan responden Y dilakukan pada
hari selasa tanggal 14 Oktober 2014. Wawancara peneliti lakukan
dengan responden bertempat di kediaman responden Y, yang
berlokasi di daerah jalan Godean. Peneliti mencatat waktu
wawancara berlangsung dari pukul 13.30 WIB – 14.50 WIB.
Wawancara pertama dengan responden S dilakukan pada
hari rabu tanggal 22 Oktober 2014. Wawancara bertempat di
kediaman responden S, yang berlokasi di daerah Monjali. Peneliti
melakukan wawancara dengan responden S dari pukul 10.15 WIB
– 11.00 WIB.
Wawancara kedua dengan responden Y peneliti lakukan
hari selasa pada tanggal 16 Desember 2014. Sama dengan
wawancara pertama, wawancara kedua dilakukan di kediaman
responden Y, yaitu yang berlokasi di daerah jalan Godean. Kali ini
peneliti melakukan wawancara dengan responden Y dari pukul
10.15 WIB – 11.10 WIB.
Wawancara pertama dengan responden B dilakukan pada
hari senin tanggal 20 April 2015. Wawancara ini dilaksanakan di
kediaman responden B, yang berlokasi di daerah Godean. Pada sesi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
wawancara kali ini peneliti melakukan wawancara dengan
responden B dari pukul 12.00 WIB – 13.15 WIB.
B. PROFIL RESPONDEN
Berikut ini adalah profil dari kedua responden yang terlibat di
dalam penelitian ini :
Responden Y Responden S Responden B
Tempat Tinggal Godean Monjali Godean
Usia 58 tahun 56 tahun 59 tahun
Pendidikan
akhir
SMA SMA SMK
Profesi Distributor
majalah
Abdi dalem
kraton dan
pengusaha
katering
Pensiunan PNS
1. Responden I
Responden pertama dalam penelitian ini adalah pria
berinisial Y, berusia berusia 58 tahun. Pria kelahiran provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kesehariannya berprofesi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sebagai distributor majalah. Dalam kehidupan berkeluarga, Y
memiliki seorang istri dan dua orang anak. Istri Y merupakan ibu
rumah tangga. Anak pertama dari Y adalah seorang mahasiswi
berinisial M, dan anak kedua adalah seorang pria yang masih
duduk di bangku SMA berinisial L. Responden Y bertubuh relatif
gemuk dengan kulit berwarna coklat sawo matang. Setiap kali
terlibat dalam sesi wawancara, responden Y berpenampilan santai
dengan berpakaian kaos polos, celana pendek dan berkaca mata.
Dalam menjawab pertanyaan, responden Y cenderung menjawab
secara spontan, lugas dan terkadang memberikan banyak informasi
walaupun tidak diminta oleh peneliti. Sikap yang ditunjukan oleh
responden Y selama wawancara adalah sikap yang santai dan
terkadang responden Y menunjukan sikap sensitif dengan
menangis pada pertanyaan tertentu.
Dalam kesehariannya, Y sering memiliki kebiasaan pergi
ketempat beribadah untuk berdoa, Y juga terlibat sebagai anggota
koor Gereja. Dalam kehidupan berkeluarga Y juga mendidik anak
dan istrinya untuk menjadi orang yang taat beragama. Hal tersebut
juga dapat ditunjukan dari ornamen-ornamen yang Y gunakan
untuk menghias rumahnya seperti Salib, lukisan religius dan patung
tokoh Agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2. Responden II
Responden kedua dalam penelitian ini berinisial S.
Responden S adalah pria kelahiran Yogyakarta tanggal 13 Oktober
1959. Dalam kehidupan berkeluarga, responden S merupakan Ayah
dari 3 orang anakdan seorang istri. Anak yang pertama berinisial P,
saat ini berusia 35 tahun dan telah memiliki pekerjaan dan tidak
lagi tinggal bersama S. Anak kedua berinisial B yang juga tidak
lagi tinggal bersama Ayahnya (S) karena telah memiliki pekerjaan
diluar Yogyakarta. S saat ini hanya tinggal bertiga yaitu bersama
istri dan anak bungsunya yang berinisial A, mahasiswi berusia 22
tahun. Dalam kesehariannya S berprofesi sebagai penjaga
kebersihan di Gereja dan memiliki usaha katering bersama istrinya.
Sebelum berprofesi sebagai penjaga kebersihan di Gereja, S pernah
berprofesi sebagai pegawai negeri hingga masa pensiunnya.
Disamping itu, responden S juga terlibat sebagai abdi dalem Kraton
Yogyakarta sejak 4 April 2013 hingga sekarang. Abdi dalem
Kraton merupakan orang orang yang mengabdikan dirinya untuk
menjaga kerajaan Kraton, yakni tempat tinggal Sri Sultan
Hamengkubuwono, yang merupakan Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Responden S bertubuh relatif gemuk dengan kulit berwarna
coklat sawo matang. Dalam sesi wawancara, responden S kerap
kali berpenampilan santai dengan berpakaian kaos dan celana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pendek. Dalam menjawab pertanyaan S cenderung menjawab
dengan singkat, padat dan ringkas. Disamping itu, sepanjang sesi
wawancara S selalu menunjukan sikap yang santai dan sering
tertawa.
3. Responden III
Responden ketiga pada penelitian ini berinisial B.
Responden B adalah ayah bersuku Jawa yang lahir pada tanggal 19
Maret 1956 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini responden B
telah memasuki masa pensiunnya. Sebelum memasuki masa
pensiunnya responden B berprofesi sebagai PNS. Semasa kecilnya,
responden B merupakan anak ke 6 dari 8 bersaudara. Orang tua
responden B berasal dari Magelang (ayah) dan Solo (Ibu).
Saat ini, responden B telah memiliki keluarga sendiri yang
terdiri dari dua orang anak dan seorang istri. Istri dari responden B
berprofesi sebagai guru SMA dan masih aktif hingga saat ini. Anak
tertua dari responden B berinisial KP yang telah berusia 28 tahun
dan sedang menjalani masa kuliah.Sama halnya dengan anak kedua
dari responden B, YV yang berusia 23 tahun juga sedang menjalani
masa kuliahnya.
Dalam kesehariannya, responden B secara rutin mengantar
jemput istri yang masih bekerja sebagai guru SMA.Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
responden B juga berperan menggantikan istrinya dalam hal
membersihkan rumah ketika istrinya bekerja. Responden B
memiliki figur badan yang tegap dan tidak terlalu gemuk.Selama
sesi wawancara, responden B menggunakan kaos polo berwarna
hijau dan celana pendek berwarna coklat. Dalam menjawab
pertanyaan peneliti, responden B merupakan orang yang cukup
informatif dan terbuka pada segala pertanyaan yang diajukan.Selain
itu, sepanjang sesi wawancara responden B selalu menunjukan
sikap yang santai dan murah senyum.
C. ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua responden yang terlibat
dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan beberapa tema yang dapat
menjelaskan jawaban dari pertanyaan penelitian ini. Analisis akan
dilakukan secara terpisah antar satu responden dan responden kedua. Hal
ini peneliti lakukan agar analisis dapat secara fokus dilakukan setiap
responden.
Dalam tahap analisis ini, terdapat beberapa proses yang dilakukan
oleh peneliti. Meskipun telah memiliki panduan analisis, peneliti tetap
akan memperhatikan dan berfikiran secara terbuka terhadap kemungkinan
munculnya tema yang baru, yang merupakan keunikan tersendiri dari tiap
responden. Selain itu, peneliti juga akan memperhatikan tema yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
terulang pada kedua responden. Dengan proses tersebut, maka pola yang
memiliki kesamaan maupun perbedaan akan terlihat jelas pada tiap
responden.
Setelah analisis dari kedua responden didapatkan secara individual,
peneliti kemudian merangkum tema yang muncul menjadi hasil analisis
lebih lanjut. Terdapat beberapa alasan, hal tersebut menjadi pertimbangan
peneliti dalam memutuskan tema tersebut dapat dijadikan fokus analisis
dan pembahasan. Alasan tersebut antara lain adalah kesesuaian dengan
fokus penelitian, frekuensi kemunculan dan hubungan yang muncul dari
satu tema dengan tema yang lain.
Berikut adalah hasil analisis dari kedua responden secara
individual.
a. Reponden I (Y)
1. Aspek meminta maaf
1.1 Perkataan “minta maaf”
Sebagai seorang ayah, Y pernah memiliki
penyesalan kepada anaknya. Ketika M (anaknya pertama)
duduk dibangku SD, Y pernah memarahi sekaligus
mengancing M diluar rumah. Hal tersebut dipicu oleh
perilaku M yang tidak berpamitan kepada orang tuanya
ketika ingin main kerumah temannya. Y hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menyesalkan perilakunya tersebut ternyata membuat M
menangis dan menjadi trauma. Y berkata bahwa dirinya
berharap ada alternatif lain selain perilakunya tersebut.
Walaupun Y menyesalkan perilakunya tersebut, Y
berkata bahwa tidak terlintas di pikirannya untuk berkata
minta maaf kepada anaknya. Hal tersebut disebabkan
kurangnya kesadaran responden terhadap kesalahannya.
Seperti yang dikatakan oleh responden Y:
“Tidak ada ya ungkapan maaf, pengertiannya
karena maaf itukan mengucapkan kata maaf itukan
orang itu bersalah, kan gitu to? Kalau mereka
bersalah, dengan kesadarannya dia akan
mengucapkan maaf.“(responden Y, B210-211).
RespondenY merasa bahwa alasan mengapa dirinya
memarahi dan tidak memperbolehkan M masuk ke dalam
rumah ketika malam hari pada saat itu adalah karena
kesalahan M sendiri.Secara tidak langsung, responden Y
berkeyakinan bahwa hal yang membuat dia marah dan
mengunci M diluar rumah pada malam hari itu adalah
karena kesalahan dari anaknya, yang tidak berpamitan
kepada orang tuanya terlebih dahulu. Lama kemudian
responden Y sadar bahwa dirinya menyesali perbuatannya
tersebut, dan berharap ada cara lain selain perilaku
menghukum yang menyebabkan anaknya (M) menangis
dan ketakutan tersebut. Akan tetapi, ternyata setelah dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
menyesali perbuatannya itu, tidak terlintas di pikiran
responden Y untuk mengatakan minta maaf karena telah
membuat M menangis dan ketakutan pada saat itu. Terkait
hal tersebut, responden mengutarakan alasan utama dirinya
tidak mengatakan minta maaf adalah karena untuk
mengatakan minta maaf dibutuhkan kesadaran.
“Tapi saat saat tertentu ya namanya manusia tidak
ambil pusing, tapi dimana ada kesadaran minta
maaf ya minta maaf. “(responden Y,B229-231).
Dari perkataan responden Y diatas membuktikan
bahwa pada saat responden Y menghukum anaknya adalah
reaksi spontan dan responden Y tidak ingin ambil pusing
untuk mengatakan maaf karena telah memarahi sekaligus
menghukum anaknya yang sedang berusia 7 tahun.
Pernyataan tersebut diatas juga menunjukan bahwa menurut
responden Y sebagai ayah yang bersuku Jawa, untuk
mengatakan minta maaf harus memiliki kesadaran akan
rasa bersalah terlebih dahulu. Selain itu, responden Y
melakukan perilaku menghukum adalah dengan alasan
untuk memberikan efek jera kepada anaknya yang masih
berusia 7 tahun berupa melarangnya masuk ke dalam
rumah, agar M tidak melakukan perilakunya lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Hal tersebut dinyatakan responden Y dalam wawancara :
“Tidak teringat, kalau seperti itu ... harus ngomong
seperti itu, saya anggap itu sudah pemahaman saya
waktu itu lo, sudah sewajarnya lah memberi suatu
..eee .. apa, bukan pendidikan ya tapi memberikan
suatu peringatan pada anak itu supaya tidak
melakukan dengan cara tidak melukai“(responden
Y, B104-106).
Dari pernyataan diatas, respondenY
berpendapatbahwa setelah responden Y memberikan efek
jera kepada anaknya, dirinya tidak tahu dirinya harus
berkata maaf.Hal tersebut karena menurut responden Y,
sudah sewajarnya orang tua memberikan efek jera kepada
anaknya dalam batasan tidak melukai.Perkataan responden
Y diatas juga membuktikan bahwa perkataan tersebut
merupakan pembenaran dari perilaku menghukum yang
dilakukan oleh responden Y sebagai seorang Ayah bersuku
Jawa kepada anaknya (M). Hal tersebut membuat
responden Y merasa perilaku menghukum anaknya ketika
itu adalah perbuatan yang benar dan tidak salah. Walaupun
setelah kejadian tersebut M tidak pernah melakukan
perbuatannya lagi, responden Y tidak dapat melupakan
tangisan dan badan M yang gemetar karena merasa sangat
ketakutan ketika dirinya memarahi M.
Akan tetapi, hanya dengan ingatan tersebut tidak
cukup untuk responden Y mengatakan minta maaf kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
M karena telah membuatnya menangis dan ketakutan.
Akhirnya daripada mengatakan minta maaf, responden Y
memilih untuk mengingatkan kembali M agar dirinya tidak
melakukan perilaku yang membuat responden Y marah lagi
kepadanya, seperti yang dikatakan oleh responden Y dalam
wawancara dibawah ini :
“Ya kembali lagi, orang tua memberi tahu yang
seperti itu jangan dilakukan lagisupaya bapak ibu
tidak marah, untuk diingatkan kembali agar jangan
melakukan lagi.“(responden Y, B95-96)
Dari perkataan responden Y diatas sekaligus
menyatakan bahwa menurut responden Y, sebagai orang
tua lebih mementingkan melakukan tindakan preventif pada
perilaku anak yang dapat menyebabkan orang tua berbuat
kesalahan daripada orang tua sendiri mengakui
kesalahannya dan meminta maaf.
Meskipun responden merasa mengatakan minta
maaf itu baik, Y sebagai seorang ayah merasa hal tersebut
dapat digantikan dengan cara melupakan dan melakukan
perubahan perilaku seperti tidak melakukan kesalahan yang
sama. Hal tersebut tercantum dari pernyataan responden Y:
“Ya biasa dengan anak ya terus kembali ..eee .. rasa
kasih sayang, itu ya sudah terus dilupakan lah ...
dan itu sudah tidak terulang lagi, anak-anak ya
sudah kapok.“(responden Y, B82-83)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Selain itu, responden Y sebagai ayah yang bersuku
Jawa berpendapat bahwa perilaku minta maaf kepada anak
dapat digantikan dengan perilaku lain seperti pelukan dan
gendongan. Pendapat responden Y tersebut tertulis dalam
wawancara dibawah ini :
“Tidak kepikiran sampai kesitu ya, tidak ada ... ya
tidak tahu, tidak ada suatu pemikiran sampai kesitu
memang itu baik sebetulnya. Tapi pada saat itu saya
anggap selesai lah dengan saya memberikan suatu
pelukan saya gendong, pemahaman yang seperti
itu.“(responden Y, B129-131)
Perkataan responden Y diatas sekaligus
memberikan fakta bahwa responden Y lebih sering
melakukan perilaku melupakan dan perubahan perilaku
seperti memberikan pelukan atau gendongan dibandingkan
mengatakan kata minta maaf kepada anaknya setelah
dirinya melakukan kesalahan. Fakta tersebut dikuatkan
dengan pendapat yang dinyatakan oleh responden Y :
“Saya kira identik ya, artinya minta maaf dengan
memberikan kasih sayang jauh lebih mengena kalau
diberi kasih sayang, karena ini ada suatu ikatan
batin, kalau dengan suatu ... apa ... tindakan kita
itukan lebih mengena, jadi hubungan batin lebih
dekat daripada bilang maaf.“(responden Y, B204-
206).
Pendapat dari responden Y tersebut diatas semakin
memperlihatkan secara jelas bahwa menurut Y yang
merupakan seorang ayah bersuku Jawa, pelukan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
unggul dari pada berkata minta maaf setelah berbuat
kesalahan dalam hal pemberian efek kasih sayang. Dirinya
sekaligus mengakui bahwa responden Y lebih sering
melakukan perilaku memeluk anak daripada meminta maaf
kepada anak setelah dirinya melakukan kesalahan.
1.2 Sadar akan perasaan bersalah
Dari berbagai perkataan responden Y diatas
memperlihatkan diri Y merupakan orang yang sulit
menyadari kesalahan. Hal tersebut juga didukung dari
pernyataan responden Y yang mengatakan :
“Saat itu saya memang ada kesalahan apa yang
menurut saya itu sebetulnya tidak salah, ternyata
setelah dijelaskan oleh anak ya itu salah. Saya
mengatakan maaf .. bapak melakukan kayak gitu
terhadap M.”(responden Y, B226-228)
Dari perkataan respondenY diatas menunjukan
bahwa dirinya membutuhkan orang lain untuk menunjukan
letak kesalahan yang pada awalnya menurut responden Y
adalah perilaku yang tidak salah. Dalam kasus tersebut,
orang lain yang dibutuhkan responden Y untuk menunjukan
letak kesalahannya adalah anaknya sendiri (M). Responden
Y ingat dirinya berkata minta maaf setelah anaknya
menjelaskan dan memberitahu letak kesalahannya ketika
saat sesi sharing setelah berdoa bersama. Dengan kata lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dari pernyataan tersebut juga dapat memiliki arti bahwa
responden Y tidak mengatakan minta maaf apabila tidak
dijelaskan oleh anaknya terkait letak kesalahan responden
Y kepada anaknya.Hal ini menunjukan bahwa Y sebagai
seorang ayah bersuku Jawa kurang memiliki kesadaran
akan kesalahannya. Namun, responden Y sebagai seorang
ayah bersuku Jawa juga memiliki sifat yang terbuka kepada
anaknya, dirinya tidak segan-segan menerima masukan dari
anaknya sendiri.
Menurut respondenY, dirinya sadar bahwa selama
dia hidup kesalahan itu selalu ada dan terus melekat didiri
tiap manusia. Hal tersebut seperti yang dinyatakan
responden Y dalam wawancara :
“Kalau saya pribadi tidak, tidak ada yang aneh. Itu sudah suatu hal yang wajar, jangan mentang-
mentang kamu sebagai orang tua, yang muda itu
selalu minta maaf atau selalu salah. Bahwa selama
kamu masih hidup, kesalahan itu selalu ada, maka
kita harus selalu menyadari kalau kita merasa
salah, ya kita harus minta maaf, dengan siapapun ..
gitulo” (responden Y, B139-142)
Perkataan responden Y diatas juga menyebutkan
bahwa responden Y sebagai seorang ayah bersuku Jawa
merasa tidak ada yang aneh ketika orang tua meminta maaf
kepada anaknya setelah melakukan kesalahan. Selain itu,
dari pernyataan responden Y tersebut juga menyebutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
bahwa kesalahan tidak selalu berasal dari yang muda.
Pernyataan tersebut juga didukung dari perkataan
responden Y dalam wawancaranya :
“Bahwa kesalahan itu terjadi hanya pada manusia,
tidak itu memilahkan dia itu bapak, ibu, simbah,
anak, cucu tidak ... semuanya bisa melakukan
kesalahan, jadi kalau bapak itu salah minta maaf
pada anak itu sudah hal yang wajar”(responden Y,
B149-151).
Perkataan responden Y tersebut menunjukan bahwa
Y sebagai seorang ayah sekaligus manusia tidak dapat jauh
dari kesalahan. Selain itu, responden Y berpendapat bahwa
berkata minta maaf kepada anak itu sudah hal yang wajar.
Namun pada kenyataannya, kembali lagi bahwa sulit bagi
responden Y untuk menyadari letak kesalahannya, yang
menyebabkan bahwa cukup jarang responden Y
mengatakan minta maaf kepada anaknya apabila dirinya
melakukan kesalahan.
1.3 Rasa malu atas perasaan bersalah
Di tengah sesi wawancara Y sempat mengeluarkan
air mata ketika bercerita tentang penyesalannya. Hal ini
menunjukan bahwa Y merasa malu atas kesalahannya.
Walaupun setelah itu juga Y merasa bahwa kesalahannya
tersebut sebagian disebabkan juga karena kesalahan dari
anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Faktor yang mempengaruhi
2.1 Jarak sosial
Terkait dengan faktor jarak sosial yang
mempengaruhi perilaku meminta maaf kepada anak,
sebagai seorang ayah, responden Y berpendapat bahwa
tidak ada perasaan yang berbeda antara meminta maaf
dengan teman dan meminta maaf dengan anak. Hal tersebut
muncul ketika responden Y ditanyai tentang adakah
perasaan yang berbeda dalam meminta maaf antara dengan
teman dan anak, jawab responden Y :
“Sama saja, artinya kalau diri memang salah.
Intinya salah, saya minta maaf”(responden Y,
B239).
Hal tersebut diatas menunjukan bahwa menurut
responden Y, tidak ada perasaan yang berbeda antara
meminta maaf dengan teman dan anak. Dengan kata lain
menurut responden Y, faktor jarak sosial tidak
mempengaruhi seorang ayah untuk meminta maaf kepada
anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2.2 Kekuatan sosial
Terkait pengaruh faktor kekuatan sosial pada
perilaku meminta maaf kepada anak, terdapat beberapa
argumen dari responden Y yang kontradiktif.Diawal
wawancara, Y mengatakan bahwa sebagai kepala rumah
tangga, orang tua tidak seharusnya egois, menang sendiri
serta menggunakan kekuasaannya apabila orang tua
tersebut memiliki kesalahan kepada anaknya. Seperti yang
dikatakan oleh responden Y dalam wawancara :
“hanya ucapan “maaf ya”, tapi kadang-kadang
orang tua itu egois, merasa dirinya berkuasa, lebih-
lebih bapak.”(B114-115).
Pernyataan diatas menyatakan bahwa menurut
responden Y, para ayah disekitarnya terkadang ada yang
egois dan diri merasa berkuasa. Dari perkataan tersebut
juga membuktikan bahwa faktor kekuatan sosial memiliki
pengaruh pada perilaku meminta maaf kepada anak bagi
ayah bersuku Jawa. Kekuatan sosial dalam hal tersebut
adalah sifat ayah yang egois dan merasa berkuasa dalam
keluarga.
Selain itu, responden Y memiliki pendapat yang
mengatakan bahwa apabila ada seorang ayah yang menjadi
egois dan berkuasa didalam keluarga, Y menganggap hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
itu merupakan sebuah kekeliruan. Hal tersebut terlihat
dalam perkataan responden Y dalam wawancara :
“Kebanyakan bapak, itu merasa dirinya sebagai
kepala keluarga, jika sudah menjadi kepala
keluarga merasa memiliki kuasa penuh, na itu
keliru.”(B115-116)
Pendapat tersebut memiliki arti bahwa menurut
responden Y, seorang ayah sebagai kepala keluarga tidak
seharusnya memiliki kuasa penuh. Responden Y juga
menambahkan pendapatnya bahwa didalam berkeluarga
seharusnya kedudukan suami dan istri adalah setara,
keduanya sama sama berkuasa dirumahnya. Hal tersebut
tercantum dalam wawancara dengan responden Y :
“Na dalam keluarga itu yang paling berperan
adalah suami dan istri, bapak dan ibu, mereka yang
sebetulnya memiliki kekuasaan yang sama. Bukan
sebagai laki-laki yang merasa dirinya kuat itu yang
menjadi berkuasa penuh itu bukan. Suami istri ini
berkuasa dirumah itu, untuk mendidik anak-anaknya
menjadi baik, makanya dalam keluarga itu,
terapkanlah suatu komunikasi dengan selalu
sharing, doa bersama dalam keluarga”(responden
Y, B116-121).
Pendapat responden Y diatas, membuktikan bahwa
menurut responden Y suami istri adalah orang yang
memiliki kuasa didalam rumah. Dari pendapat tersebut
semakin membuktikan bahwa kekuatan sosial memiliki
ambil bagian dalam kehidupan berkeluarga. Akan tetapi,
walaupun dirinya bersama seorang istri memiliki kuasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
didalam keluarga, responden Y mengatakan bahwa sudah
wajar apabila orang tua memiliki kesalahan kepada anak,
untuk meminta maaf kepada anaknya. Seperti yang
dikatakan oleh responden Y dalam wawancara :
“Kalau saya pribadi tidak, tidak ada yang aneh. Itu
sudah suatu hal yang wajar, jangan mentang-
mentang kamu sebagai orang tua, yang muda itu
selalu minta maaf atau selalu salah.”(responden Y,
B139-140).
Dari perkataan responden diatas sekaligus
membuktikan bahwa kekuatan sosial tidak mempengaruhi
perilaku meminta maaf kepada anak, walaupun seorang
ayah dan istri memiliki kuasa didalam keluarga untuk
mendidik anak. Seperti yang dikatakan responden Y
sebelumnya.
Akan tetapi, ada satu ketika Y mengatakan bahwa
anak masih kecil dengan kata lain Y berpendapat bahwa
anak adalah figur yang masih belum tahu banyak tentang
perilaku meminta maaf ketika salah. Hal tersebut
dinyatakan oleh responden Y dalam wawancara :
“Karena ini juga kategori anak ini masih kecil. Dia
sendiri belum tau kalau saya itu salah saya harus
mengucapkan maaf”(responden Y, B213-214).
Dari pernyataan tersebut, secara langsung responden
Y menyatakan bahwa seorang anak adalah figur yang masih
kecil, yang belum mengerti kapan dan seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mendengar kata maaf. Bagi responden Y, ketika anak masih
kecil yang dibutuhkan adalah sebuah peringatan yang
digunakan agar anaknya tidak berbuat sesuatu yang
menyebabkan responden Y berbuat kesalahan seperti marah
dan menghukum yang pada akhirnya disesali oleh
responden Y sendiri. Hal tersebut tercantum dalam
perkataan responden Y :
“Ya kembali lagi, orang tua memberi tahu yang
seperti itu jangan dilakukan lagisupaya bapak ibu
tidak marah, untuk diingatkan kembali agar jangan
melakukan lagi. “(responden Y, B95-96)
Perkataan responden Y diatas semakin meyakinkan
bahwa dalam diri responden Y, fokus dalam hidupnya
adalah anaknya, terlihat dari berbagai perkataannya yang
menyebutkan alasan dirinya marah atau melakukan
kesalahan adalah dari sebab perilaku anaknya. Dari hal
tersebut, kekuatan sosial seorang ayah yang bersuku Jawa
kepada anak ternyata dapat mempengaruhi dalam hal
meminta maaf kepada seorang anak.
Sehingga dari beberapa alasan tersebut, disimpulkan
bahwa terdapat kontradiksi terhadap apa yang dikatakan
oleh Y. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa
responden Y merupakan orang yang idealis terkait hal ini,
Y berpendapat bahwa seorang ayah, kepala keluarga tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
seharusnya egois dan berkuasa di dalam keluarga, namun
dalam kenyataannya, Y menganggap anak kecil adalah
figur yang masih belum tau banyak tentang perilaku
meminta maaf ketika salah.
2.3 Jenis kelamin
Terkait dengan faktor jenis kelamin yang dapat
mempengaruhi perilaku meminta maaf kepada anak,
respondenY sebagai seorang pria sekaligus suami merasa
bahwa kita manusia sudah seharusnya meminta maaf
kepada siapapun ketika merasa salah. Seperti yang
dikatakan oleh responden Y dalam wawancara :
“Bahwa selama kamu masih hidup, kesalahan itu selalu ada, maka kita harus selalu menyadari kalau
kita merasa salah, ya kita harus minta maaf, dengan
siapapun .. gitu lo”(responden Y, B140-142).
Dari pernyataan tersebut diatas membuktikan bahwa
menurut responden Y, faktor jenis kelamin sama sekali
tidak berpengaruh terhadap perilaku meminta maaf kepada
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3. Fungsi atau manfaat
3.1 Memperbaiki relasi
Y tidak menyebutkan perilaku minta maaf kepada
anak dapat berfungsi sebagai perbaikan dari relasi yang
renggang.
3.2 Menunjukan hormat
Dalam wawancara, Y tidak menyebutkan perilaku
minta maaf kepada anak dapat menunjukan rasa hormat.
3.3 Perbaikan masalah
Responden berpendapat bahwa dengan meminta
maaf, responden ingin membuat anaknya sadar walaupun
responden salah, responden masih sayang pada
anaknya.Oleh sebab itu, responden menggunakan perilaku
meminta maaf dengan tujuan memperbaiki masalah dengan
anaknya. Hal tersebut tercantum dalam perkataan
responden Y dalam wawancara :
“Ya biasanya kan nasihat. Nasihat yang diberikan pada perilaku yang kurang baik disampaikan agar
tidak melakukan perilaku itu lagi. Jadi ya untuk
memperbaiki kesalahannya, karena itu juga
mengembalikan kepercayaan diri kalau orang tua
sekalipun marah masih sayang.” (responden Y,
B219-221)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Perkataan responden Y diatas menyebutkan bahwa
dirinya melakukan perilaku meminta maaf kepada anaknya
untuk memperbaiki kesalahannya. Perilaku meminta maaf
tersebut dipercaya oleh responden Y sendiri dapat
menumbuhkan kepercayaan diri seorang anak, yang
sekalipun dirinya sebagai ayah marah kepada anaknya,
responden Y masih memiliki rasa sayang.
3.4 Mengantisipasi masalah
Didalam wawancara, respondenY berpendapat
bahwa terdapat unsur pendidikan didalam perilaku meminta
maaf kepada anak. Hal tersebut menurut responden Y dapat
menjadi bentuk antisipasi dari masalah yang mungkin
terjadi apabila tidak meminta maaf. Seperti yang dikatakan
oleh responden Y ketika diberikan pertanyaan yang
menanyakan pendapatnya tentang ayah yang meminta
maaf kepada anaknya :
“Baik, memang seharusnya seperti itu, jadi itu
jugakan unsur pendidikan juga.”(responden Y,
B110).
Dalam perkataan responden Y diatas, responden Y
mengatakan tentang pendidikan. Pendidikan yang dimaksud
oleh responden Ytersebut adalah, ayah dapat menjadi
contoh bagi anaknya agar berani memunculkan perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
meminta maaf kepada siapapunketika melakukan kesalahan
tidak memandang itu seorang ayah kepada anaknya, atau
anak kepada orang tua. Hal ini juga berkaitan dengan
perkataan responden Y dalam wawancara :
“Otomatis anak akan mengingat bahwa orang tuaku
saja minta maaf pada aku kok, kalau aku salah ....
itu akan otomatis di simpan di memori mereka untuk
bisa diterapkan kalau saya jadi orang tua besok, ini
secara tidak langsung menjadi pendidikan untuk
anak-anak, kan gitu”(responden Y,B151-154).
Perkataan disebut diatas menyimpulkan bahwa
sebagai ayah bersuku Jawa, responden Y berpendapat
bahwa memunculkan perilaku meminta maaf kepada anak
dapat berfungsi untuk mengantisipasi masalah.
Mengantisipasi masalah yang dimaksudkan disini adalah
dengan cara memberikan unsur pendidikan yakni sebagai
contoh kepada anak, untuk berani mengakui kesalahan dan
meminta maaf kepada siapapun itu agar kelak tidak
memunculkan masalah yang lain.
Berkaitan dengan pendidikan, respondenY juga
memberikan sebuah pendapat bahwa, segala fenomena
yang terjadi di remaja seperti tawuran adalah akibat dari
keegoisan orang tua karena tidak mau mengatakan minta
maaf ketika salah kepada anaknya. Hal ini tercantum dalam
perkataan responden Y yang mengatakan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
“Bahwa kita itu dengan anak pun sebagai orang tua
jangan egois. Merasa menang sendiri, merasa
berkuasa .. tidak seperti itu, walaupun dengan anak,
memberikan pendidikan yang baik “Saya minta maaf ya nak, bapak gini, gini, gini” ya itukan sebetulnya kalo keluarga menerapkan hal semacam
itu waa indah, tidak ada kerusuhan, tidak ada
tawuran kayak yang di TV itu”(responden Y,B110-
114).
Pendapat responden Y diatas, semakin menunjukan
bahwa menurut responden Y perilaku meminta maaf
kepada anak dapat digunakan sebagai mengantisipasi
masalah seperti kerusuhan dan tawuran yang dilakukan
oleh para anak-anak. Selain itu, Y mengatakan bahwa
perilaku meminta maaf juga dapat berfungsi untuk
memahami karakter masing- masing dan hingga dapat
sebagai antisipasi akan konflik. Seperti yang dikatakan
responden Y dalam wawancara :
“Ini sebetulnya untuk bisa saling memahami
karakter masing-masing, sedikit tapi karena
rutinitas, tapi kalau jarang ada komunikasi, tidak
pernah bersama-sama memecahkan suatu
permasalahan, akhirnya kalau ada konflik ya
berkepanjangan.”(responden Y,B121-123).
3.5 Lain-lain
Y berpendapat bahwa perilaku meminta maaf
kepada anak memiliki manfaat yang sama dengan perilaku
berterimakasih, keduanya memiliki unsur pujian atau
penghargaan atas perhatian yang telah diberikan. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tersebut munculdari perkatan responden Y dalam
wawancara :
“Iya, sama saja itu. Jadi kalau itu sudah terbiasa dalam keluarga, tidak ada kata-kata yang
membatasi orang tua dengan anak untuk
mengucapkan terimakasih dan maaf. Tinggal
momennya apa, na kalau itu ... eeeee ... perhatian
itu selalu diberikan otomatis anak anak juga
memperhatikan orang tua” (responden Y, B162-
164).
Perkataan responden Y diatas juga memberikan
pendapat lain terkait fungsi dari perilaku meminta maaf
kepada anak yaitu sebagai wujud dari pemberian perhatian
kepada anak. Selain itu, melihat dari perkataan responden Y
diatas sebagai ayah, responden Y merasa apabila dirinya
tanpa batas mengatakan maaf, anaknya akan secara
otomatis memberikan perhatian kepadanya
Responden Ymengatakan bahwa sebagai ayah bagi
anak anaknya, dirinya merasa memiliki kewajiban untuk
menjadi teladan.Salah satu teladan yang dikatakan oleh
responden Y adalah berupa tidak takut untuk mengatakan
minta maaf kepada anak apabila dirinya melakukan
kesalahan.Perilaku meminta maaf kepada anaknya adalah
salah satu hal yang ingin respondenY contohkan kepada
anaknya.Hal tersebut dilakukan oleh responden Y dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tujuan agar anaknya dapat menirunya kelak. Tampak dari
kata-kata respondenY :
“Meminta maaf pada anak itu kan juga suatu
ungkapan dan juga suatu pendidikan buat anak
walaupun orangtua pun kalau salah harus minta
maaf. Inikan suatu juga eeee ... emmm ..
memberikan suatu teladan bagi anak-anak untuk
mencontoh yang baik, yang namanya salah harus
mengakui kesalahannya, na mengakuinya itu dengan
cara minta maaf.”(responden Y, B246-249).
b. Responden II (S)
1. Aspek meminta maaf
1.1 Perkataan “minta maaf”
Sebagai seorang ayah, responden S bercerita bahwa
dirinya pernah memiliki penyesalan kepada anaknya.
Responden S menyesalkan perbuatannya ketika dirinya
meninggalkan anak pertamanya bersepeda seorang diri,
yang pada akhirnya berujung pada anaknya masuk rumah
sakit karena digigit oleh seekor anjing.Ketika berada
dirumah sakit, tidak tahan melihat anaknya menangis
kesakitan, responden S kemudian mengatakan minta maaf
kepada anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dalam wawancara responden S mengatakan :
Ya terus terang waktu itu, kan dia jerit jerit
kesakitan, ya saya minta maaf ...(Responden S,
B33).
Responden S menyadari bahwa munculnya
perkataan minta maaf kepada anaknya tersebut dipicu oleh
rasa iba.Responden S tidak tahan melihat anaknya
kesakitan akibat kesalahannya.
Pada saat anaknya menangis kesakitan tersebut
responden S merasa dengan dirinya mengatakan minta
maaf, itu tidak cukup.Sehingga,selain mengatakan kata
minta maaf kepada anaknya, S juga menyertakan
penjelasan bahwa dirinya meninggalkan anaknya tersebut
bukan karena marah melainkan agar anaknya mengikutinya
dari belakang. Seperti yang dikatakan respondenS :
“Waktu nangis itu kan saya gendong, trus ya saya
bilang “saya minta maaf”. Dia waktu itu kelas 2 SD,
ya pokoknya saya minta maaf untuk .. kejadian ini,
mau tak tinggal maksudnya itu saya ndakmangkel,
biar kamu itu nututi saya maunya, ternyata ... ada
kejadian.”(Responden S, B53-55).
Responden S juga menyatakan bahwa ketika kita
melakukan kesalahan, khususnya kepada anak, sekedar
mengatakan minta maaf pun tidak cukup.Selain perlu untuk
memberikan penjelasan, responden S sebagai salah satu
ayah bersuku Jawa menyebutkan bahwa penting bagi kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
juga melakukan perubahan perilaku.Hal tersebut menurut
pendapat responden S perilaku meminta maaf kepada anak
tidak hanya sebatas dilakukan dengan perkataan, namun
juga harus disertai dengan perubahan perilaku. Responden
S mengatakan :
“.. misalnya minta maaf itu jangan di obraltapi di
lakukan, dihayati dalam setelah minta maaf itu ..
bukan ketulusan .. seperti perubahan hidup didalam
kita itu harus segera minta maaf, la saya harus
berbuat yang seperti apa, itu kan harus dinyatakan
terhadap si anak.”(Responden S, B108-111).
Maka dari kesalahan responden S atas meninggalkan
anaknya dalam bersepeda membuat dirinya belajar untuk
lebih berhati-hati dalam menjaga anaknya.Perubahan yang
dilakukan responden S adalah juga untuk menjadi orang
yang terbuka dan tidak keberatan menerima saran dari
anaknya, seperti sikap apa yang diinginkan oleh anaknya
agar S berubah menjadi figur ayah yang lebih baik bagi
anaknya.Hal tersebut tercantum dari perkataan respondenS :
“kalo saya dipersalahkan itu ya saya maaf, saya tak
merubah, mau sarannya gimana. Ya kalo yang saya
lakukan itu keliru, saya tidak akan mengulanginya
lagi.”(Responden S, B64-66).
Tampak dari perkataan diatas bahwa responden
tidak hanya merupakan figur yang terbuka pada anaknya
tetapi juga membutuhkan saran dari anaknya untuk menjadi
ayah yang dinginkan oleh anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Didalam wawancara, responden S juga mengatakan
bahwa terdapat perasaan yang berbeda antara meminta
maaf dengan anak dan dengan teman, ketika responden
ditanyai tentang adakah perbedaan antara meminta maaf
dengan anak dan teman.Responden S mengatakan bahwa
meminta maaf kepada anak memerlukan sebuah ketulusan,
tidak hanya formalitas, dan tentu hal tersebut dirasa
responden lebih sulit dilakukan daripada meminta maaf
dengan teman. Responden S menjawab demikian dalam
wawancara :
“jika diantara dua tadi cuma yang paling sulit
adalah yang tulus, karena nanti yang tulus itu di
ikuti dengan perubahan, tapi kalo formalitas itu kan
cuma .. aah besok ketemu lagi. Dan mudah
mengatakan jika yang formalitas.”(Responden S,
B151-153).
Perkataan responden diatas, menyatakan bahwa
lebih sulit bagi responden S untuk melakukan perilaku
minta maaf kepada anak.Hal tersebut disebabkan karena
meminta maaf dengan anak membutuhkan ketulusan dan
diikuti dengan perubahan perilaku.Berbeda dengan meminta
maaf kepada teman yang bagi responden S merupakan
bagian dari formalitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
1.2 Sadar akan perasaan bersalah
Terkait dengan kesadaran akan perasaan bersalah,
dalam wawancaranya, responden S mengatakan letak
kesalahannya yang pernah membuat anaknya menangis
kesakitan. Tidak hanya itu, responden S pun juga kecewa
akan kesalahannya tersebut. Muncul dari perkataan
respondenS :
“Pernah, pernah itu mas. Pernah terutama dalam
hal menjaga keselamatan si anak itu. Pernah saya
naik sepeda ontel dengan anak saya lepas, dan saya
tu saya sampai rumah dulu, anak membawa sepeda
sendiri ternyata di got itu di dekat pasar, dia itu di
anu anjing, dia tidak mengginggit tapi anaknya
dilangkahi, dia sampai nangispun tidak bisa, saking
ketakutannya. La itu terus kebetulan dia itu di anu
anjing, jatuhnya itu tulangnya retak. Yang saya
kecewa itu, kenapa koksaya lepas dan tidak saya
awasi, saya tinggal supaya dia kendel gitu lo
mas.”(B22-27).
Walaupun tujuan responden S meninggalkan
anaknya itu baik, yakni agar anaknya berani, namun
kejadian anaknya diterkam seekor anjing membuat
responden S tersadar bahwa dirinya telah berbuat
kesalahan.Dengan perkataan responden S yang bercerita
tentang salah satu kesalahannya kepada anaknya,
membuktikan bahwa dirinya sebagai ayah yang bersuku
Jawa sadar bahwa dirinya pernah melakukan kesalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kepada anaknya, hingga membuat anaknya menangis
kesakitan.
Akan tetapi terkadang responden S tidak menyadari
bahwa dirinya berbuat kesalahan. Responden S merasa
dirinya membutuhkan orang lain untuk menyadarkan
dirinya bahwa responden S telah melakukan kesalahan.
Seperti yang dikatakan responden S dalam wawancara :
“kalo saya dipersalahkan itu ya saya maaf, saya tak
merubah, mau sarannya gimana. Ya kalo yang saya
lakukan itu keliru, saya tidak akan mengulanginya
lagi.”(Responden S, B64-66).
Kata dipersalahkan yang dikatakan responden S
diatas tersebut menyatakan bahwa responden S menyadari
bahwa dirinya telah berbuat kesalahan setelah diberitahu
oleh orang lain.
1.3 Rasa malu atas perasaan bersalah
Didalam wawancaranya, responden S tidak
mengatakan sesuatu atau memperlihatkan perilaku tertentu
yang menunjukan perasaan malu responden terhadap
perasaan bersalahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2. Faktor yang mempengaruhi
2.1 Jarak sosial
Terkait faktor jarak sosial yang mempengaruhi
perilaku meminta maaf kepada anak, responden S
mengatakan bahwa anak kecil adalah figur yang patut
dikasihani ini menyebabkan responden meminta maaf
kepada anaknya dipicu karena rasa kasihan atau rasa
iba.Responden S mengatakan :
“Kalo anak minta maaf ke orang tua ataupun
sebaliknya, rasa iba pasti ada. Kalo saya pernah
merasa hal seperti itu. Rasanya itu tidak kuasa gitu
lo mas, tidak bisa menguasai keadaan begitu
saya”(Responden S,B94-95)
Dengan perkataan responden S diatas menunjukan
bahwa jarak sosial berpengaruh terhadap perilaku meminta
maaf kepada anak dalam hal sesuatu yang dapat memicu
munculnya perilaku meminta maaf kepada anak. Dengan
kata lain, responden S melakukan perilaku meminta maaf
karena iba kepada anaknya.Sesuai dengan perkataan
responden S dalam wawancara :
“Ya saya messakesama anak-anak”(Responden
S,B58)
Tidak hanya itu, responden S berpendapat bahwa
perkataan minta maaf sendiri berbeda antara ke yang tua ke
muda, apabila meminta maaf ke orang yang muda lebih ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menunjukan rasa sayang, sebaliknya dari muda ke yang tua
merupakan rasa hormat
“Meminta maaf sendiri tidak berarti mengurangi
rasa hormat, na to .. kalo yang muda hormat kepada
yang lebih tua, tapi hormatkan tidak harus
mengupas kata maaf. Kalo dari yang tua ke yang
muda itu kan sayang gitu lo nek ... sayang kan
berarti juga eem .. apa .. hormat itu kan bisa
dinyatakan macem macem.”(Responden S,B71-74).
Perkataan responden S tersebut diatas juga sekaligus
menunjukan bahwa faktor jarak sosial berpengaruh
terhadap makna dibalik perilaku meminta maaf.Dengan
kata lain responden S mengatakan bahwa perilaku meminta
maaf kepada anak merupakan bentuk dari makna kasih
sayang.
Petunjuk terakhir yang dapat membuktikan bahwa
faktor jarak sosial dapat berpengaruh terhadap perilaku
meminta maaf kepada anak adalah responden S yang
mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara meminta
maaf kepada anak dan kepada teman, secara tersirat
responden merasa meminta maaf kepada anak lebih sulit
untuk dilakukan
jika diantara dua tadi cuma yang paling sulit adalah
yang tulus, karena nanti yang tulus itu di ikuti
dengan perubahan, tapi kalo formalitas itu kan
cuma .. aah besok ketemu lagi. Dan mudah
mengatakan jika yang formalitas. (Responden
S,B151-153).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Dari berbagai alasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa menurut responden S, faktor jarak sosial
berpengaruhi terhadap perilaku meminta maaf baik itu
terkait dengan makna, ataupun penyebab yang membuat
perilaku meminta maaf kepada anak tersebut sulit
dilakukan.
2.2 Kekuatan sosial
Terkait dengan pengaruh faktor kekuatan sosial
terhadap perilaku meminta maaf kepada anak, responden S
berpendapat bahwa anak kecil memiliki kekuatan sosial
yang lemah, maka dari itu responden S merasa anak kecil
perlu untuk diakui eksistensinya. Dalam artian diakui
eksistensinya disini adalah bahwa anak kecil kadang kala
benar dan sudah seharusnya seorang ayah meminta maaf
apabila berbuat salah. Seperti yang dikatakan oleh
respondenS :
“Meskipun satu, apa ... satu teguk ini seolah-olah
mengakui si anak, eksistensinya si anak”(responden
S, B126).
Perkataan responden S diatas dipicu atas hasil
observasinya kepada ayah lain (tetangganya) yang memiliki
tradisi makan sekeluarga yang harus dimulai dari ayah.
Responden S bercerita bahwa menurut tradisi Jawa, orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
tua harus didahulukan khususnya seorang ayah.Dalam
ceritanya, acara makan malam menurut tradisi Jawa harus
dimulai dari ayah yang mengambil makan terlebih dahulu,
dan setelah itu dilanjutkan oleh ibu dan anak-anak.Hal ini
menurut responden tidak tampak dikeluarganya karena
menurut responden anaknya harus didahulukan dalam arti
jika makanan pada saat itu hanya sedikit, anaknya lah yang
harus makan lebih banyak dari ayahnya.Hal tersebut
menunjukan pengorbanan seorang orang tua kepada
anaknya yang berbeda dalam tradisi Jawa.Oleh karena itu
juga, responden menyadari bahwa tradisi Jawa pada jaman
ini memiliki kekurangan, responden menyebutkan bahwa
tradisi jawa membuat yang muda merasa tertekan karena
dianggap sebagai bawahan yang selalu diperintah dan
dianggap selalu salah. Responden S mengatakan:
“Kalau dijaman ini tidak bisa mas, dalam tradisi-
tradisi gitu kan kiranya lebih tinggi ke bawah-
kebawah .. jadi yang terbawah tertekan, satu ..
biasanya yang terbawah hanya untuk suruhan kan.
Yang terbawah maksudnya yang lebih muda ..
tertekan .. apa apa disuruh, itu yang saya ndakndak
..”(Responden S, B140-142).
Dari perkataan responden S diatas menunjukan
bahwa responden S sebagai ayah yang bersuku Jawa
merasa tidak sesuai dengan budaya Jawa.Budaya Jawa
seperti yang dikatakan responden memiliki kebiasaan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
selalu menghormati orang yang lebih tua, sehingga hal
tersebut menjadikan orang yang lebih muda sebagai figur
yang selalu menerima perintah dan responden S merasa hal
itu tidak sesuai dengan dirinya.Pernyataan tersebut diatas
menunjukan bahwa dalam budaya Jawa, kekuatan sosial
dapat mempengaruhi perilaku meminta maaf kepada anak.
Selain itu, responden S juga berpendapat bahwa
kemampuan untuk mengatakan minta maaf kepada anak
juga dapat dipengaruhi besarnya ego yang dimiliki ayah
saat ini. Berikut pernyataan responden S dalam wawancara:
“Menurut saya itu merupakan salah satu egonya
orang tua, karena apa? Karena orang tua itu
merasa lebih tau, lebih mapan, lebih kuat, disitu
letaknya ... kalosampetrus merasa tidak mampu
minta maaf, bukan tidak mampu, tapi tidak mau,
karena dasarnya dari situ barang kali” (Responden
S, B88-90).
Dari pernyataan responden S diatas tersebut,
semakin menunjukan bahwa menurut responden S faktor
kekuatan sosial dalam hal ini ego para orang tua dapat
mempengaruhi perilaku meminta maaf kepada anak.
2.3 Jenis kelamin
Responden S sebagai seorang ayah maupun kepala
keluarga tidak menyebutkan faktor jenis kelamin yang
dapat mempengaruhi perilaku meminta maaf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
3. Fungsi atau manfaat
3.1 Memperbaiki relasi
Terkait dengan fungsi atau manfaat dari responden
S melakukan perilaku meminta maaf, responden S
mengatakan bahwa dirinya cenderung melakukan perilaku
meminta maaf kepada anaknya dengan tujuan untuk
memperbaiki relasi. Seperti yang dikatakan responden S
dalam wawancara :
“ada to yang minta maaf karena secara sebagai
formalitas, ada yang memang ini untuk memperbaiki
hubungan” (responden S, B146-147).
Perkataan responden S diatas menunjukan bahwa
menurut responden S, meminta maaf dapat berfungsi
sebagai alat untuk memperbaiki hubungan yang renggang.
Responden S mengatakan bahwa tujuan utama S
melakukan perilaku meminta maaf kepada anaknya adalah
agar keduanya memiliki hubungan yang rukun kembali. Hal
ini ditunjukan dari perkataan responden S dalam
wawancara :
“Tujuan yang paling utama agar lekas cair”
(responden S, B156)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Seperti yang dikatakan oleh responden S diatas,
fungsi utama yang dari perilaku meminta maaf menurut
responden S adalah memperbaiki relasi. Selain itu,
responden S mengatakan bahwa tidak ada fungsi negatif
dari perilaku meminta maaf. Hal tersebut dikatakan
responden S dalam wawancara :
“Kok saya, kalau negatifnya kok tidak jelas ya ...
kasarannya memikirkan atau kalau tidak tu cair
kembali kok negatif gitu kan ya tidak mungkin
haha” (responden S, B83-84)
Dari perkataan responden S diatas, menunjukan
responden S berpendapat bahwa tidak ada hal yang negatif
dari seorang ayah yang melakukan perilaku meminta maaf
kepada anaknya.
3.2 Menunjukan hormat
Dalam wawancara, responden S tidak menyebutkan
perilaku meminta maaf kepada anak dapat menunjukan rasa
hormat.
3.3 Perbaikan masalah
Responden S sebagai seorang ayah sekaligus kepala
keluarga tidak menyebutkan tujuannya melakukan perilaku
meminta maaf kepada anak adalah untuk memperbaiki
masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3.4 Mengantisipasi masalah
Berkaitan dengan fungsi atau manfaat melakukan
perilaku meminta maaf sebagai bentuk untuk
mengantisipasi masalah, responden S mengatakan bahwa
dalam dirinya melakukan perilaku meminta maaf kepada
anak, terdapat tujuan untuk mengikis rasa dendam pada
anaknya. Hal tersebut termasuk didalam bentuk
mengantisipasi masalah karena perasaan dendam
merupakan cikal bakal dari masalah baru yang kelak dapat
terjadi. Hal ini terlihat dari perkataan responden dalam
wawancara :
“Karena yang paling mudah untuk membuka rasa dendam, untuk membuka isi hati itukan kalau ada
ungkapan minta maaf. Ya setelah itu kan dendam itu
bisa terkikis, tidak dendam tapi jengkel” (responden
S, B101-102).
Responden S mengatakan bahwa cara paling mudah
untuk membuka rasa dendam adalah dengan melakukan
perilaku meminta maaf. Responden S sebagai seorang ayah
yang bersuku Jawa tidak segan-segan untuk melakukan
perilaku meminta maaf kepada anak hanya karena agar
anaknya tidak memiliki rasa dendam atau jengkel pada
dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3.5 Lain-lain
Didalam wawancaranya, responden S mengatakan
beberapa fungsi lain ketika dirinya melakukan perilaku
meminta maaf kepada anaknya. Fungsi lain yang pertama
responden S meminta maaf kepada anaknya adalah agar
anaknya tersebut merasa diperhatikan oleh responden. Hal
ini muncul dari perkataan dari responden S :
“Nek saya gini, itukan kita ungkapkan biar dia itu
merasa saya perhatikan juga” (responden S, B70-
71).
Responden S mengatakan bahwa dengan melakukan
perilaku meminta maaf kepada anaknya dapat sekaligus
menunjukan rasa perhatian kepada anaknya. Menurut
responden S yang merupakan ayah bersuku Jawa, perilaku
meminta maaf kepada anak dapat berfungsi sebagai bentuk
perhatian kepada anaknya. Hal tersebut berkaitan dengan
menghargai eksitensi seorang anak yang dirasa penting oleh
responden S.
Tujuan lain yang kedua, responden S melakukan
perilaku meminta maaf kepada anaknya adalah untuk
menjaga harmonisasi keluarga. Seperti yang dikatakan
responden S dalam wawancara :
“Ya, mungkin penting juga ya mas, karena kalau
diam saja, ya kayak basa basi seperti kayaksalaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
itu kayak yang basa basi, atau formalitas. Ndak
saya lakukan kan soalnya kesehariannya hidup
bersama, satu keluarga.”(responden S, B78-80).
Responden S mengatakan bahwa jika dirinya tidak
mengatakan kata minta maaf kepada anak, dengan kata lain
hanya basa basi seperti bersalaman, responden S merasa
dapat mengganggu keharmonisan keluarga. Hal tersebut
berkaitan dengan rasa jengkel yang sempat dikatakan oleh
responden S diatas, sehingga responden S sebagai ayah
yang bersuku Jawa memilih untuk tidak hanya basa-basi
dan bersalaman, namun juga melakukan perilaku meminta
maaf kepada anaknya.
Kemudian fungsi lain yang disebutkan oleh
responden S ketika melakukan perilaku meminta maaf
kepada anaknya adalah untuk menunjukan rasa kasih
sayang kepada anaknya. Hal tersebut berbeda dengan
fungsi apabila responden melakukan perilaku meminta
maaf kepada teman atau orang yang lebih tua dari dirinya.
Apabila responden S meminta maaf kepada orang yang
lebih tua cenderung bertujuan untuk menunjukan rasa
hormat. Seperti yang dikatakan oleh responden S :
Meminta maaf sendiri tidak berarti mengurangi rasa
hormat, na to .. kalo yang muda hormat kepada yang
lebih tua, tapi hormatkan tidak harus mengupas kata
maaf. Kalo dari yang tua ke yang muda itu kan
sayang gitu lonek ... sayang kan berarti juga eem ..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
apa .. hormat itu kan bisa dinyatakan
macemmacem.”(responden S, B71-74).
Responden S mengatakan bahwa sebagai seorang
ayah yang bersuku Jawa, ketika dirinya melakukan perilaku
meminta maaf kepada anak memiliki fungsi sebagai bentuk
dari rasa sayang kepada anak.
c. Responden III (B)
1. Aspek meminta maaf
1.1 Perkataan “minta maaf”
Ketika diwawancarai, responden B teringat ketika
dirinya pernah melakukan perbuatan ke anaknya yang
membuat dirinya menyesal. Perbuatan tersebut berupa
perilaku memarahi yang melibatkan unsur kekerasan kepada
anaknya. Perbuatan responden B tersebut terpicu oleh
ketika anaknya menginginkan sesuatu yang tidak bisa
dikabulkan oleh responden B.
Responden B mengatakan reaksi anak waktu itu
adalah bahwa anak menyadari dirinya salah dan kemudian
meminta maaf kepada ayahnya. Setelah responden B sadar
bahwa dirinya telah melakukan kesalahan kepada anaknya
dan melihat anaknya telah meminta maaf, responden B
secara spontan hanya memeluk anaknya dengan perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
terharu. Seperti yang dikatakan responden B didalam
wawancara :
“Setelah itu terjadi ya .. saya orang tua merasa terharu dan saya ... saya peluk itu anak saya itu.
Dan saya merasa terharu dan inilah perasaan yang
saya rasakan.” (responden B, B69-70)
Setelah mendengar anaknya meminta maaf,
responden B yang merupakan ayah bersuku Jawa tidak
teringat apakah dirinya telah meminta maaf kembali kepada
anaknya karena telah memarahi dan turut serta melibatkan
unsur kekerasan. Seperti jawaban responden B ketika
ditanya oleh peneliti apakah dirinya sempat melakukan
perilaku meminta maaf kepada anaknya, berikut ini :
“Yaa .. waktu itu sempat .. ya tidak spontanlah,
waktu itu saya sendiri merasa ... ya sudah .. ya saya
lupa .. haha ..”(responden B, B73-74)
Responden B sebagai seorang ayah yang bersuku
Jawa mengatakan bahwa dirinya lebih memilih untuk
memunculkan perilaku memeluk anaknya setelah
melakukan kesalahan kepada anaknya dibandingkan
mengatakan kata minta maaf kepada anak. Hal tersebut
dirasa oleh responden B karena memeluk anak mengandung
makna yang berbeda dengan melakukan perilaku meminta
maaf kepada anak. Berikut perkataan responden B :
“Ya mungkin ini sifat pribadi masing-masing, ya
kadang kadang dengan cara seperti itu merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
bahwa perasaan yang berjalan .. bukan ucapan ..
jadi menurut saya karena memeluk itu anak menjadi
lebih tentram, dan anak menjadi ... apa ya ...
menjadi merasa terlindungi. Ya seperti itu, lain
misalkan “aku minta maaf ya” tanpa ada sikap, tanpa ada perilaku yang seperti itu menurut saya
lain itu maknanya.”(responden B, B139-142)
Dari perkataan responden B diatas menyebutkan
bahwa menurut responden B perilaku meminta maaf kepada
anak hanyalah sebatas ucapan, sedangkan apabila dengan
pelukan, anak menjadi lebih tentram dan terlindungi.
Selain itu, responden B didalam wawancara juga
menyebutkan pendapat tentang perilaku meminta maaf
kepada anak. Responden B berpendapat bahwa perilaku
meminta maaf kepada anak mengandung makna yang tidak
lebih dari sekedar tradisi atau ceremonial belaka. Seperti
yang dikatakan oleh responden B :
“Ya minta maaf itu ya memang kadang kadang ada
yang minta maaf itu sebagai ceremonial, tradisi ..
kesalahannya itu tidak tidak .. tidak .. tapi yang
mempunyai kesalahan yang mendalam itu
mempunyai makna minta maaf, tergantung dari ...
dari kadar kesalahan itu seperti apa. Itu saya kira.”
(responden B, B159-162)
1.2 Sadar akan perasaan bersalah
Terkait dengan kesadaran akan perasaan bersalah,
responden B sadar bahwa dirinya pernah melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kesalahan yang membuat dirinya menyesal, walaupun sulit
untuk mengingatnya. Berikut perkataan dari reponden B :
“Yaa saya pikir .. saya tidak ada ya yang saya
sesali, karena saya menyayangi mereka dan kadang
kadang terjadi kekerasan tapi setelah itu saya
merasa ya agak merasa menyesal juga. Tapi
kekerasan itu tidak seberapa dengan yang saya
alami waktu kecil, saya pikir itu ya biasa-biasa
saja.” (responden B, B40-43)
Dari perkataan responden B diatas juga didapatkan
bahwa responden B sempat membandingkan kekerasan
yang dirinya lakukan kepada anaknya dengan yang
responden B alami waktu dirinya masih kecil. Salah satu
contoh kekerasan yang pernah responden B lakukan kepada
anaknya adalah bahwa dirinya pernah memarahi dan
memukul anaknya ketika tidak bisa menuruti keinginan
anaknya. Seperti yang dikatakan oleh responden B didalam
wawancara :
“kadang anak anak itu merasa dirinya mempunyai
keinginan yang tidak bisa di turuti, akhirnya karena
emosinya orang tua itu ya kadang kadang sempat
main pukul tapi setelah itu ya saya merasa sedih dan
menyesal” (responden B, B43-45)
Perkataan responden B diatas menunjukan bahwa
responden B sadar akan kesalahan yang telah dirinya
lakukan kepada anaknya. Akan tetapi, dari perkataan
responden B tersebut juga menunjukan bahwa responden B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
merasa bahwa anaknya juga memiliki andil kesalahan. Hal
tersebut juga terlihat dalam perkataan responden B :
“Ya anak saya merasa salah .. salah tentang
perbuatannya itu, terus dia sempat meminta maaf”
(responden B, B49)
Menurut responden B, anaknya memiliki kesalahan
yang dimana anak tersebut meminta suatu hal yang dirinya
tidak bisa kabulkan.
Selain itu, terkait kesadaran akan perasaan bersalah,
responden B mengatakan bahwa dengan adanya undang-
undang perlindungan anak saat ini secara tidak sadar
membantunya mengerti letak kesalahannya. Hal ini muncul
dari perkataan responden B pada wawancara berikut ini :
“Memang pada saat ini memang itu disalahkan,
karena saat ini memang berbeda dengan yang dulu,
sekarang sudah ada undang undang perlindungan
anak, la itu yang sebetulnya harusnya dimengerti
oleh para orang tua, bagaimana mendidik dengan
cara yang paling baik itu seperti apa.” (responden
B, B54-56)
Dari perkataan responden B diatas menunjukan
bahwa terkait dengan kesadaran akan perasaan bersalah,
responden B baru menyadari perbuatannya itu salah setelah
mengerti tentang adanya undang-undang perlindungan anak
saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
1.3 Rasa malu atas perasaan bersalah
Bagi responden B, merupakan suatu kebanggaan
apabila anaknya mengatakan minta maaf terlebih dahulu
atas kesalahan responden B yang ditimbulkan karena
kesalahan anaknya. Seperti yang dikatakan oleh responden
B :
“Dan itu yang menjadi kebanggaan saya, saat dia
masih kecil umur 3 atau 4 tahun sudah merasa salah
dan bertanggung jawab dan dia merasa minta
maaf.” (responden B, B49-51)
Hal tersebut diatas menunjukan bahwa responden B,
merasa tidak malu sedikitpun atas kesalahannya. Terlebih
merasa sebaliknya apabila anaknya melakukan perilaku
meminta maaf terlebih dahulu atas kesalahan dirinya.
Menurut responden B, itu merupakan suatu kebanggaan
apabila anaknya lebih sadar akan kesalahanya dan
bertanggung jawab dengan mengatakan minta maaf.
2. Faktor yang mempengaruhi
2.1 Jarak sosial
Terkait dengan faktor jarak sosial yang
mempengaruhi perilaku meminta maaf kepada anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
responden B mengatakan bahwa dari segi usia dapat
mempengaruhi keleluasan seseorang untuk melakukan
perilaku minta maaf kepada orang yang berbeda usia jauh
seperti hubungan ayah dengan anak. Sesuai dengan
perkataan responden B dalam wawancara :
“Yaaa biasanya orang tua tu lebih sulit dengan
anak ... ya karena merasa ya seperti yang ada yang
waktu .. ya orang tua itu ... yaa memang itu merasa
agak sulit dengan anak daripada dengan orang lain.
Ya memang ada yang berbeda. Kalau pada orang
lain itu dari segi usia selevel, dengan orang lain
bisa lebih leluasa karena kehidupan sosial itu
memang membutuhkan kerukunan yang harus selalu
dibina.” (Responden B, B165-169)
Perkataan responden B diatas juga menunjukan
bahwa dirinya mengalami kesulitan untuk melakukan
perilaku meminta maaf kepada anaknya. Perasaan tersebut
berbeda ketika dirinya melakukan perilaku meminta maaf
dengan orang lain seperti seorang teman yang seusia.
2.2 Kekuatan sosial
Terkait faktor kekuatan sosial yang mempengaruhi
perilaku meminta maaf kepada anak. Faktor kekuatan
sosial disini adalah kekuatan figur ayah kepada seorang
anak pada suku Jawa. Responden B mengatakan bahwa
dirinya tidak akan segan untuk melakukan perilaku
meminta maaf kepada anaknya. Hal ini sekaligus
membuktikan bahwa ada perasaan segan ketika seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
ayah melakukan perilaku meminta maaf kepada anak
menurut responden B. Seperti yang dikatakan oleh
responden B dalam wawancara :
“saya tidak segan segan untuk meminta maaf.”
(Responden B, B83)
Perkataan diatas menunjukan bahwa perasaan segan
itu ada walaupun responden sendiri tidak merasakannya.
Selain itu, responden B berpendapat bahwa orang tua
selalu lebih tahu cara mendidik anak demi kebaikannya.
Hal tersebut menunjukan bahwa kekuatan sosial yang
dimaksudkan adalah perasaan lebih tahu daripada seorang
anak. Penjelasan inilah yang terkadang menurut responden
B, orang tua merasa dirinya selalu benar dan sulit
mengakui kesalahannya untuk kemudian mengatakan kata
minta maaf kepada anak. menurut subjek, orang tua itu
selalu lebih tau cara mendidik anak demi kebaikannya.
Berikut perkataan responden B :
“.. tapi kadang merasa orang tua dulu itu jarang
yang merasakan dirinya itu salah. Laa orang tua
dulu itu berprinsip, dia mendidik anak itu untuk
kebaikan anak, apapun yang dilakukan ya itu untuk
kebaikan anak, ya makanya orang tua dulu itu tidak
pernah salah karena apapun yang dilakukan untuk
kebaikan anak.” (Responden B, B89-92)
Prinsip itu yang kemudian dirasa oleh responden B
bahwa orang tua khususnya ayah memiliki sifat yang
otoriter sehingga sulit melakukan perilaku meminta maaf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kepada anaknya karena jarang merasa bersalah. Hal ini
juga dibuktikan dengan perkataan responden B, berikut ini
:
”Ya itu tadi, kembali yang ... yang .. yang .. anu,
kayak seperti sistem pendidikan anak yang dahulu
itu seperti itu, jadi orang tua seperti ada sifat
otoriter, makanya orang tua dulu itu jarang merasa
bersalah terhadap anak.” (Responden B, B107-109)
Selain itu, responden B juga menyertakan sebuah
peribahasa. Peribahasa tersebut adalah “kebo nyusu
gudel”. Menurut responden B, peribahasa ini dianggap
peribahasa yang negatif pada orang tua jaman dahulu,
karena memiliki arti orang tua yang berguru kepada
anaknya. Responden B berpendapat bahwa peribahasa
tersebut dapat mempengaruhi orang tua melakukan
perilaku meminta maaf kepada anak. Peribahasa itu
dianggap negatif karena dapat menurunkan harga diri
orang tua. Berikut perkataan responden B dalam
wawancara :
“Iyaa, ya kan orang tua jaman dahulu itu ada
tradisi-tradisi khusus ya, orang jawa misalkan ..
orang jawa itu ada istilah ada peribahasa itu ...
“kebonyusugudel” itu istilah kalau orang tua minta
.. minta .. ee minta berguru dengan anak, itu karena
harga diri orang dulu itu masih kuat, jadi orang tua
dahulu itu taunyakalo orang tua harus bisa
mengatur anaknya. La jangan sampai ada istilah
kebo nyusu gudel itu, jadi gimanapun juga orang
dahulu itu merasa harus lebih dari anak.”
(Responden B, B123-127)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Perkataan responden B diatas menunjukan bahwa
kekuatan seorang ayah dalam budaya Jawa sangatlah besar
karena melibatkan harga diri orang tua yang diwujudkan
dalam sebuah peribahasa. Kekuatan sosial yang
dicerminkan bahwa orang tua khususnya seorang ayah
yang harus lebih dari anak tersebut, dirasa oleh responden
B dapat mempengaruhi para ayah untuk melakukan
perilaku meminta maaf kepada anaknya ketika dirinya
memiliki kesalahan.
2.3 Jenis kelamin
Responden B sebagai seorang ayah maupun kepala
keluarga tidak menyebutkan faktor jenis kelamin yang
dapat mempengaruhi perilaku meminta maaf.
3. Fungsi atau manfaat
3.1 Memperbaiki relasi
Responden B sebagai seorang ayah sekaligus kepala
keluarga tidak menyebutkan tujuannya melakukan perilaku
meminta maaf kepada anak adalah untuk memperbaiki
relasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
3.2 Menunjukan hormat
Dalam wawancara, responden B tidak menyebutkan
perilaku meminta maaf kepada anak dapat menunjukan
rasa hormat.
3.3 Perbaikan masalah
Terkait dengan fungsi dan manfaat dari perilaku
meminta maaf kepada anak, responden B mengatakan
bahwa jika seorang ayah meminta maaf kepada anaknya
adalah untuk membuat masalah yang ada mereda dan
terselesaikan dengan cepat. Hal ini dikatakan oleh
responden B dalam wawancara :
“jadi kalau ada permasalahan tidak .. tidak berlarut
larut dan cepat selesai.” (responden B, B150-151)
Perkataan responden B diatas menunjukan bahwa
perilaku meminta maaf kadang kali digunakan atau
dimunculkan oleh ayah bersuku Jawa untuk memperbaiki
masalah yang ada.
3.4 Mengantisipasi masalah
Terkait dengan fungsi dan manfaat dari perilaku
meminta maaf. Salah satu manfaat dari perilaku meminta
maaf yang disampaikan oleh responden B adalah perilaku
meminta maaf kepada anak dapat digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
pendidikan agar anak nantinya meniru dan mengantisipasi
masalah dalam keluarga di masa depannya. Seperti yang
dikatakan oleh responden B dalam wawancara :
“cara seperti itu orang tua juga secara tidak
langsung dapat mendidik anak, agar kebiasaan
meminta maaf itu bisa dilakukan untuk nantinya
kalo dia dewasa dan dia berkeluarga dan dengan
anak-anaknya supaya bisa membina keluarga
dengan penuh keharmonisan dalam keluarganya.”
(Responden B, B175-177)
Dari perkataan responden B diatas menunjukan
bahwa responden B percaya apabila seorang ayah meminta
maaf kepada anaknya, anaknya akan menirunya kelak saat
dirinya dewasa dan dapat mengantisipasi masalah dalam
keluarga nantinya.
3.5 Lain-lain
Selain beberapa manfaat dari perilaku meminta maaf
yang disebutkan diatas, responden B memiliki pendapat
tersendiri terkait fungsi dan manfaat dari perilaku meminta
maaf yang lain. Menurut Responden B, apabila subjek
melakukan perilaku meminta maaf kepada anak, hal itu
bertujuan agar dapat membentuk interaksi dan pola
komunikasi yang baik antar orang tua dan anak serta juga
dapat menunjukan letak kesalahan si anak. Hal ini
ditunjukan dari perkataan responden B berikut ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
“supaya anak tau apa kesalahannya dan orang tua
juga merasa ada interaksi dan komunikasi yang
bagus antara anak dengan orang tua.” (Responden
B, B77-78)
Dari perkataan responden B diatas menunjukan bahwa
dengan melakukan perilaku meminta maaf kepada anak,
anak secara sadar dapat mengerti letak kesalahannya juga
dan dengan begitu akan terjalin sebuah interaksi yang baik
antara seorang ayah dengan anak. Terkait dengan pola
interaksi yang baik antara seorang ayah dengan anak.
Subjek juga berpendapat bahwa meminta maaf kepada anak
dapat berguna untuk membina kedekatan antara orang tua
dengan anak. Berikut perkataan responden B :
“soalnya kedekatan antara orang tua dengan anak
itu emang harus dibina.” (responden B, B149-150)
Perkataan responden B diatas semakin menekankan
bahwa dari banyaknya manfaat perilaku meminta maaf,
responden B mengatakan bahwa penting untuk menjaga
kedekatan antara ayah dan anak yaitu dengan perilaku
meminta maaf. Selain itu, responden B juga berpendapat
bahwa, perilaku meminta maaf dapat memiliki manfaat
untuk menjaga kerukunan dalam keluarga. Seperti yang
dikatakan oleh responden B dalam wawancara :
“Kalau pada orang lain itu dari segi usia selevel,
dengan orang lain bisa lebih leluasa karena
kehidupan sosial itu memang membutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kerukunan yang harus selalu dibina. Sedangkan kalo
anak itukan setiapkali bisa bertemu, orang tua
merasa ya itu tadi pembawaan dari orang tua yang
dulu, itukan kadang kadang ada perasaan seperti
itu.” (Responden, B168-170)
Terkait manfaat perilaku meminta maaf yang
dimana adalah menjaga kerukunan keluarga, responden B
juga menekankan dengan perkataanya dalam wawancara :
“jika meminta maaf kepada anak itukan untuk
mendekatkan diri, untuk saling mengakrabkan
dalam satu keluarga, itu yang paling pokok.”
(Responden B, B173-174)
Perkataan responden B diatas menunjukan bahwa
perilaku meminta maaf bagi responden B juga memiliki
tujuan untuk mendekatkan diri dengan anak dan
mengakrabkan keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tabel 4
Tabel Aspek Meminta Maaf
Responden Y Responden S Responden B
Aspek meminta maaf
Perkataan
meminta
maaf
Mengatakan
Subyek tidak mengatakan
minta maaf.
(B33) Subyek mengatakan minta maaf
setelah anaknya menjerit kesakitan
(B53-55) Subyek menyertakan
penjelasan bahwa dirinya tidak marah
(B64-66) (B108-111) Subyek
menyertakan berubahan sikap yang
disarankan anaknya.
(B151-153) bagi subyek meminta maaf
ke anak perlu ketulusan, tidak hanya
formalitas.
(B159-162) Subyek mengatakan
minta maaf kepada anak yang
dianggap ceremonial belaka.
Tidak
mengatakan
(B82-83) melupakan dan
melakukan perubahan
perilaku dengan tidak
melakukan kesalahannya
lagi sudah cukup
(B95-96) (B99-101)
memberi peringatan
kepada anak lebih penting
Subyek mengatakan minta maaf (B69-70) subyek memunculkan
perilaku pelukan disertai perasaan
terharu.
(B73-74) Subyek tidak ingat
dirinya mengatakan minta maaf
(B139-142) Subyek lebih
memilih untuk memeluk anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Responden Y Responden S Responden B
Aspek meminta maaf
Perkataan
meminta
maaf
Tidak
mengatakan
(B129-131) subyek
memberikan pelukan dan
gendongan.
(B210-211) subyek
kurang sadar akan
kesalahannya.
(B229-231) menurut
subyek untuk mengatakan
minta maaf dibutuhkan
kesadaran.
Subyek mengatakan minta maaf Subyek mengatakan minta maaf
Kesadaran
akan
perasaan
bersalah
Menyadari
(B139-142) (B149-151)
subyek sadar bahwa
semua orang memiliki
kesalahan termasuk
dirinya
(B22-27) Subyek sadar bahwa dirinya
pernah melakukan kesalahan kepada
anaknya dan kecewa terhadap kesalahan
tersebut.
(B40-43) (B43-45) subyek sadar
bahwa dirinya pernah melakukan
kesalahan yang membuat dirinya
menyesal yaitu memarahi dan
memukul anak.
Tidak
menyadari
(B226-228) subyek tidak
merasa salah sebelum
ditunjukan kesalahannya
oleh orang disekitarnya
(anak).
(B64) subyek tidak merasa salah
sebelum ditunjukan kesalahannya oleh
orang disekitarnya.
(B49) Subyek merasa anaknya lah
yang salah.
(B54-56) Subyek tersadarkan
oleh undang-undang perlindungan
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Responden Y Responden S Responden B
Aspek meminta maaf
Rasa malu
atas perasaan
bersalah
Merasa
malu
Tidak mengatakan malu Tidak mengatakan malu Tidak malu
Tidak
merasa
malu
Tidak mengatakan malu Tidak mengatakan malu (B49-51) subyek merasa bangga
apabila anaknya mengatakan
minta maaf apabila dirinya
merasa bersalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
D. Kesimpulan Aspek Meminta Maaf
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa beberapa
responden mengatakan minta maaf kepada anak setelah melakukan
kesalahan, seperti :
responden S mengatakan minta maaf kepada anak setelah
mereka melakukan kesalahan
responden S melakukan perilaku meminta maaf kepada
anak dengan tidak hanya sebatas mengucapkan kata
“maaf”, akan tetapi juga turut menyertakan penjelasan dan
perubahan perilaku. Salah satu perubahan perilaku yang
disebutkan oleh responden S adalah dengan tidak
melakukan kesalahannya lagi
Selain itu, dari tabel 4 dapat dilihat juga bahwa beberapa
responden memilih untuk tidak mengatakan minta maaf dengan
alasan seperti dibawah ini, yaitu :
responden Y dan responden B cenderung untuk tidak
mengatakan minta maaf kepada anak
responden B merasa bahwa dirinya melakukan perilaku
meminta maaf kepada anak hanyalah sebatas kata-kata atau
ceremonial belaka.
Responden Y dan responden B meyakini bahwa perilaku
lain seperti pelukan dan menggendong anak lebih memiliki
efek daripada perilaku meminta maaf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
ketika responden Y dan responden B melakukan kesalahan
kepada anaknya, respon awal yang muncul dari keduanya
adalah memberikan peringatan atau memarahi anak.
Peringatan tersebut dilakukan dengan alasan agar anak
tidak melakukan perbuatan yang dapat memicu munculnya
kesalahan dari ayahnya lagi.
Y dan responden B merasa bahwa peringatan, lebih penting
daripada melakukan perilaku meminta maaf kepada anak.
responden Y merasa melupakan dan melakukan perubahan
perilaku dengan tidak melakukan kesalahannya lagi sudah
cukup mengganti perkataan minta maaf.
Terkait dengan kesadaran akan perasaan bersalah, ketiga
responden memiliki kesulitan yang sama dalam menyadari letak
kesalahan masing masing. Disebutkan dibawah ini :
Untuk menyadari letak kesalahannya, ketiga responden
yakni responden Y, responden S dan responden B
membutuhkan bantuan diluar dari diri mereka.
responden Y dan responden S tidak merasa dirinya bersalah
sebelum orang lain memberitahukan letak kesalahannya.
responden B yang juga merupakan ayah bersuku Jawa
merasa terbantu oleh Undang Undang perlindungan anak
karena dengan alat tersebut, responden B dapat mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
letak kesalahan dan batasan tentang perilaku yang dimiliki
orang tua kepada anaknya.
responden Y dan responden B juga sulit menyadari karena
bagi mereka, anaknya lah yang lebih salah dibanding diri
kedua responden.
Terkait dengan rasa malu akan kesalahan, data dari tabel 4
menunjukan bahwa :
responden B mengatakan dirinya merasa bangga apabila
anaknya meminta maaf terlebih dahulu walaupun letak
kesalahan berada di responden B.
Hal tersebut menunjukan bahwa responden B sebagai ayah
yang bersuku Jawa tidak merasa malu atas perasaan bersalahnya
kepada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tabel 5
Tabel Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Meminta Maaf kepada Anak
Responden Y Responden S Responden B
Faktor yang berpengaruh
Jarak sosial
Berpengaruh
Subjek merasa jarak sosial tidak
berpengaruh
(B94-95) jarak sosial
berpengaruh karena subjek
meminta maaf kepada anak
disertai dengan rasa iba
(B58) Jarak sosial
berpengaruh karena subjek
merasa figur anak patut
dikasihani
(B71-74) (B151-153) jarak
sosial berpengaruh karena
perkataan minta maaf sendiri
menurut subjek berbeda
antara ke yang tua ke muda
dan sebaliknya
(B165-169) Jarak sosial
berpengaruh terhadap
perilaku meminta maaf
kepada anak, karena dapat
mempengaruhi keleluasaan
seseorang.
Tidak
berpengaruh
(B239) Menurut subjek tidak ada
perasaan yang berbeda antara
meminta maaf dengan teman dan
meminta maaf dengan anak.
Subjek merasa jarak sosial
berpengaruh
Subjek merasa jarak sosial
berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Responden Y Responden S Responden B
Faktor yang berpengaruh
Kekuatan
sosial
Berpengaruh
(B213-214) Kekuatan sosial
berpengaruh karena subjek
menganggap anak yang masih kecil.
(B110-114) (B115-116) kekuatan
sosial berpengaruh karena menurut
subjek orang tua memiliki ego.
(B126) (B140-142)
Kekuatan sosial berpengaruh
karena subjek berpendapat
bahwa anak kecil adalah
figur yang perlu diakui
eksistensinya.
(B88-90) kekuatan sosial
berpengaruh karena menurut
subjek orang tua memiliki
ego.
(B83) Kekuatan sosial
berpengaruh karena ada
perasaan segan untuk
meminta maaf kepada anak.
(B89-92) (B107-109)
Kekuatan sosial
berpengaruh karena
menurut subjek, orang tua
selalu merasa benar dan
sulit melakukan perilaku
minta maaf
(B123-127) Kekuatan
sosial berpengaruh karena
terdapat peribahasa “Kebo nyusu gudel”
Tidak
berpengaruh
Subjek merasa kekuatan sosial
berpengaruh
Subjek merasa kekuatan
sosial berpengaruh
Subjek merasa kekuatan
sosial berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Responden Y Responden S Responden B
Faktor yang berpengaruh
Jenis
Kelamin
Berpengaruh Subjek merasa jenis kelamin tidak
berpengaruh
Subjek tidak mengatakan
tentang faktor jenis kelamin
Subjek tidak mengatakan
tentang faktor jenis kelamin
Tidak
berpengaruh
(B140-142) Jenis kelamin tidak
berpengaruh karena menurut subjek
orang itu harus meminta maaf kepada
siapapun korbannya.
Subjek tidak mengatakan
tentang faktor jenis kelamin
Subjek tidak mengatakan
tentang faktor jenis kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
E. Kesimpulan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Meminta
Maaf
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa menurut
responden S dan responden B faktor jarak sosial dapat
mempengaruhi perilaku meminta maaf kepada anak. Seperti yang
didapatkan dibawah ini, yaitu :
Menganggap seorang anak merupakan figur yang lemah
sehingga patut dikasihani. Sehingga respon yang
dimunculkan ketika melakukan perilaku meminta maaf
kepada anak adalah karena rasa iba dan kasihan kepada
anak.
Merasa meminta maaf kepada anaknya adalah untuk
menunjukan rasa sayang. Hal tersebut berbeda apabila
meminta maaf kepada orang yang lebih tua adalah untuk
menunjukan rasa hormat.
Meminta maaf kepada anak lebih sulit untuk dilakukan
dibandingkan dengan meminta maaf kepada teman
seusianya.
Jarak sosial mempengaruhi keleluasaan seseorang untuk
melakukan perilaku meminta maaf contohnya kepada anak.
Terkait dengan faktor kekuatan sosial, ketiga responden
yaitu responden Y, responden S dan responden B berpendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
bahwa faktor tersebut dapat mempengaruhi perilaku meminta maaf
kepada anak. Seperti yang didapatkan dibawah ini, yaitu :
ayah yang bersuku Jawa memiliki ego yang akhirnya
membuat mereka merasa otoriter dan kemudian merasa
segan untuk meminta maaf kepada anak.
Terdapat Peribahasa “Kebo nyusu gudel” yang berarti
orang tua yang berguru kepada anak muda. Peribahasa
tersebut dinilai negatif oleh suku Jawa sehingga seringkali
orang tua menghindari peribahasa tersebut. Hal tersebut
menunjukan bahwa kekuatan sosial yang dimaksud adalah
perasaan lebih tahu yang dimiliki oleh ayah yang bersuku
Jawa dari anak-anaknya.
Menganggap orang tua adalah orang yang lebih tahu cara
mendidik anak demi kebaikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tabel 6
Tabel Fungsi atau Manfaat dari Perilaku Meminta Maaf kepada Anak
Responden Y Responden S Responden B
Fungsi atau manfaat meminta maaf
Memperbaiki relasi
Subjek tidak mengatakan manfaat
tentang memperbaiki relasi
(B83-84) (B146-147) (B156)
Tujuan perilaku minta maaf kepada
anak adalah untuk memperbaiki
relasi, hubungan yang kembali
rukun, dan mencairkan kembali
relasi
Subjek tidak mengatakan
manfaat tentang memperbaiki
relasi
Menunjukan rasa
hormat
Subjek tidak mengatakan manfaat
tentang menunjukan rasa hormat
Subjek tidak mengatakan manfaat
tentang menunjukan rasa hormat
Subjek tidak mengatakan
manfaat tentang menunjukan
rasa hormat
Perbaikan masalah
(B219-221) dengan meminta
maaf, subjek ingin membuat
anaknya sadar walaupun subjek
salah, subjek masih sayang pada
anaknya.
Subjek tidak mengatakan manfaat
tentang memperbaiki masalah
(B150-151) jika ayah meminta
maaf kepada anaknya tersebut
bertujuan untuk meredakan atau
menyelesaikan masalah dengan
cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Responden Y Responden S Responden B
Fungsi atau manfaat meminta maaf
Antisipasi masalah
(B110) (B151-154) (B246-249)
Subjek berpendapat bahwa
didalam perilaku meminta maaf
terdapat unsur pendidikan yakni
sebagai teladan.
(B110-114) mencegah fenomena
tawuran
(B121-123) untuk memahami
karakter masing- masing dan
dapat sebagai antisipasi akan
konflik.
(B101-102) tujuan lain meminta
maaf kepada adalah untuk mengikis
rasa dendam, hal ini masuk dalam
tujuan untuk mengantisipasi
masalah.
(175-177) perilaku meminta
maaf dapat digunakan sebagai
pendidikan agar anak nantinya
meniru dan mengantisipasi
masalah dalam keluarga di masa
depannya.
Lainnya
(B162-164) subjek merasa
apabila dirinya tanpa batas
mengatakan maaf, anaknya secara
otomatis akan memberikan
perhatian kepadanya.
(B70-71) tujuan subjek meminta
maaf adalah agar anak merasa
diperhatikan oleh subjek
(B78-80) Tujuannya adalah karena
menjaga harmonisasi keluarga
(B71-74) menurut subjek berbeda
antara ke yang tua ke muda lebih ke
menunjukan rasa sayang, sebaliknya
dari muda ke yang tua merupakan
(B77-78) Menurut subjek,
apabila subjek melakukan
perilaku meminta maaf kepada
anak, hal itu bertujuan agar
dapat membentuk interaksi dan
pola komunikasi yang baik antar
orang tua dan anak serta juga
dapat menunjukan letak
kesalahan si anak.
(B149-150) Menurut subjek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
rasa hormat.
meminta maaf kepada anak
dapat berguna untuk membina
kedekatan antara orang tua
dengan anak.
(B168-170) perilaku meminta
maaf dapat memiliki manfaat
untuk menjaga kerukunan dalam
keluarga.
(B173-174) Perilaku meminta
maaf bagi subjek memiliki
tujuan untuk mendekatkan diri
dengan anak dan mengakrabkan
keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
F. Kesimpulan Manfaat dari Perilaku Meminta Maaf kepada
Anak
Berdasarkan tabel 6, dapat terlihat bahwa manfaat yang
sering kali dikatakan oleh ketiga responden adalah fungsi antisipasi
masalah. Antisipasi masalah menurut ketiga responden memiliki
bermacam bentuk, yaitu :
unsur pendidikan yakni sebagai teladan yang dapat
dicontoh oleh anaknya kelak terkait perilaku meminta maaf.
sebagai alat untuk memahami karakter sesama.
sebagai alat untuk untuk mengikis rasa dendam.
Dari tabel 6, peneliti juga menemukan beberapa manfaat
lain dari perilaku meminta maaf kepada anak yang disampaikan
oleh ketiga responden. Manfaat tersebut diantaranya :
sebagai bentuk perhatian.
sebagai alat yang digunakan agar seorang anak juga tahu
letak kesalahan mereka.
sebagai alat untuk membina interaksi dan komunikasi,
sarana untuk mendekatkan dan saling mengakrabkan dalam
keluarga khususnya hubungan ayah dengan anak.
Berdasarkan tabel 6, hanya dua responden (responden Y
dan B) yang mengatakan bahwa perilaku meminta maaf dapat
berfungsi sebagai alat untuk memperbaiki masalah. Menurut
mereka, dengan melakukan perilaku meminta maaf kepada anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
masalah yang ada dengan anak tidak akan berlarut-larut dan cepat
selesai.
Fungsi yang terakhir dari perilaku meminta maaf dari
kelima fungsi diatas adalah fungsi memperbaiki relasi. Dari ketiga
responden, hanya seorang responden yang mengatakan bahwa
perilaku meminta maaf kepada anak dapat berfungsi sebagai alat
untuk memperbaiki relasi antara ayah dengan anak. Responden S
mengatakan bahwa dirinya melakukan perilaku meminta maaf
kepada anak adalah untuk memperbaiki hubungan dan agar lekas
cair.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
G. Kesimpulan Umum
Berdasarkan berbagai kumpulan hasil wawancara diatas,
kesimpulan umum yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
Terkait dengan aspek meminta maaf, terdapat dua tipe ayah yang
bersuku Jawa dalam melakukan perilaku meminta maaf :
Beberapa ayah merasa perlu untuk tidak hanya sekedar
mengatakan kata “maaf” namun juga menyertakan
penjelasan dan diikuti dengan perubahan perilaku.
Beberapa ayah yang bersuku Jawa merasa bahwa perilaku
meminta maaf kepada anak hanyalah sekedar kata-kata.
Hasil didapatkan bahwa kebanyakan ayah yang bersuku
Jawa memilih untuk tidak mengatakan kata minta maaf kepada
anak. Alasan mengapa ayah yang bersuku Jawa memilih untuk
tidak mengatakan kata minta maaf kepada anak adalah sebagai
berikut :
Beberapa ayah merasa perilaku lain seperti menggendong
dan memeluk anak lebih efektif daripada mengatakan kata
minta maaf kepada anak.
Ketika ayah melakukan kesalahan kepada anak, mereka
merasa anaknya lah yang menjadi penyebabnya. Sehingga
beberapa ayah cenderung merasa anak lebih memiliki andil
kesalahan dari mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Karena anak lebih memiliki kesalahan, maka beberapa ayah
yang bersuku Jawa merasa memberi peringatan dan
memarahi anak untuk tidak melakukan perbuatannya lagi
lebih penting untuk dilakukan daripada mengatakan kata
minta maaf kepada anak.
Karena kebanyakan ayah yang bersuku Jawa sulit untuk
menyadari letak kesalahannya dan sebagian kecil diantara
mereka tidak merasa malu ketika memiliki kesalahan
kepada anak.
Terkait faktor yang mempengaruhi perilaku meminta maaf
kepada anak. Bagi ayah bersuku Jawa terdapat dua faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku meminta maaf kepada anak, yaitu :
Faktor pertama yang dianggap oleh kebanyakan ayah
bersuku Jawa paling berpengaruh adalah faktor kekuatan
sosial. Sebagian besar ayah merasa diri lebih kuat secara
sosial daripada seorang anak. Hal ini menyebabkan
sebagian besar ayah selalu merasa lebih tau dan lebih benar
dari anak mereka. Timbulnya kekuatan sosial yang
diwujudkan oleh otoritas seorang ayah menyebabkan ayah
yang bersuku Jawa cenderung merasa segan untuk
melakukan perilaku meminta maaf kepada anak.
Faktor kedua adalah faktor jarak sosial. Sebagian besar ayah
merasa secara jarak, lebih sulit untuk melakukan perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
meminta maaf kepada anak dibanding dengan teman yang
seusia. Sebagian ayah merasa bahwa hal tersebut
dipengaruhi oleh rasa keleluasaan. Disamping itu sebagian
ayah merasa bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh persepsi
yang mengatakan bahwa anak adalah figur yang lemah.
Sehingga terkadang melakukan perilaku meminta maaf
kepada anak dipicu oleh rasa kasihan.
Hasil didapatkan bahwa terdapat berbagai manfaat dari
perilaku meminta maaf kepada anak menurut ayah yang bersuku
Jawa. Manfaat tersebut diantaranya
Sebagai bentuk antisipasi masalah. Bentuk antisipasi
masalah yang disampaikan oleh ayah bersuku Jawa adalah
sebagai unsur pendidikan, menjadikan diri teladan dan
untuk memahami karakter serta mengikis rasa dendam.
Sebagai bentuk perhatian kepada anak.
Sebagai alat untuk memberi tahu letak kesalahan dari anak.
Sebagai alat untuk membina interaksi dan komunikasi,
mendekatkan dan saling mengakrabkan dalam keluarga
khususnya hubungan ayah dengan anak.
Sebagai alat untuk memperbaiki masalah. Sebagian ayah
merasa bahwa dengan melakukan perilaku meminta maaf,
masalah yang ada saat itu antara ayah dengan anak dapat
terselesaikan dengan cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Sebagai alat untuk memperbaiki hubungan atau relasi.
Beberapa ayah mempercayai bahwa dengan melakukan
perilaku meminta maaf kepada anak dapat menyembuhkan
relasi yang rusak sebelumnya antara ayah dengan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
H. PEMBAHASAN
Dalam melakukan perilaku meminta maaf kepada anak, beberapa
ayah yang bersuku Jawa merasa perlu untuk tidak hanya sekedar
mengatakan kata “maaf” namun juga menyertakan penjelasan dan diikuti
dengan perubahan perilaku. Hal ini sejalan dengan teori Bach dan Harnish
(197) yang mengatakan bahwa perilaku meminta maaf merupakan sebuah
bentuk “pengakuan” atau acknowledgements. Menurut teori ini, terkadang
orang melakukan perilaku meminta maaf dengan menyertakan pengakuan
atas kesalahan sebelumnya. Oleh karena itu beberapa ayah yang bersuku
Jawa merasa mengatakan “maaf” tidak cukup dan harus disertakan sebuah
penjelasan yang merupakan sebuah bentuk pengakuan.
Beberapa ayah yang bersuku Jawa merasa bahwa perilaku meminta
maaf kepada anak tidaklah lebih dari kata-kata. Pernyataan tersebut sesuai
dengan teori dari Suseno (1985) yang menyebutkan bahwa seringkali
perilaku meminta maaf dimunculkan hanyalah sebatas kata-kata, dan tidak
melibatkan perasaaan bersalah, rasa malu serta rasa tanggung jawab. Hal
tersebut menurut Suseno menyebabkan jarang sekali perilaku meminta
maaf dinilai tulus. Barlund dan Yoshioka (1990) menyebutkan bahwa hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh nilai sosial dari budaya negara tersebut.
Barlund dan Yoshioka dalam studinya menemukan bahwa kebanyakan
pada orang Jepang akan memunculkan perilaku meminta maaf secara
langsung (dengan kata-kata) dibandingkan orang Amerika. Sedangkan
orang di negara Amerika cenderung menggunakan sebuah penjelasan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
dalam situasi yang menuntut perilaku meminta maaf muncul. Maka, hal
tersebut menunjukan bahwa budaya Jawa memiliki beberapa kemiripan
dengan budaya Jawa yang cenderung memunculkan perilaku meminta
maaf dengan kata-kata. Akan tetapi tidak hanya itu, ada beberapa ayah dari
suku Jawa yang merasa bahwa melakukan perilaku meminta maaf perlu
disertai dengan sebuah penjelasan. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa
ada beberapa ayah dari suku Jawa yang menerima dampak dari
westernisasi, dimana budaya barat seperti Amerika turut mempengaruhi
orang dalam berperilaku. Dalam hal ini perilaku meminta maaf kepada
anak yang bagi ayah bersuku Jawa perlu untuk menyertakan penjelasan.
Berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa terdapat beberapa hal
yang menjadikan alasan beberapa ayah bersuku Jawa tidak melakukan
perilaku meminta maaf. Sebagian besar ayah bersuku Jawa mengatakan
tidak melakukan perilaku meminta maaf kepada anak karena merasa
perilaku lain seperti menggendong dan memeluk anak lebih efektif
daripada melakukan perilaku meminta maaf kepada anak. Alasan ini
muncul seperti dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Jaworsky
(1994) di negara Polandia. Penelitian tersebut menemukan bahwa perilaku
meminta maaf terkadang muncul dengan tidak melibatkan kata kata,
namun muncul berupa strategi kesopanan seperti memenangkan simpati
pendengar. Sama halnya dengan pendapat Fraser (1981) yang mengatakan
bahwa perilaku meminta maaf dapat dilakukan secara eksplisit. oleh
karena itu dalam budaya Jawa seperti yang dikatakan oleh sebagian besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
ayah bersuku Jawa, strategi kesopanan terwujud ke dalam perilaku seperti
pelukan dan menggendong anak. Alasan berikutnya yang menjadi
penyebab mengapa beberapa ayah bersuku Jawa tidak melakukan perilaku
meminta maaf adalah karena ketika ayah bersuku Jawa melakukan
kesalahan kepada anak, mereka merasa anaknya lah yang menjadi
penyebabnya. Sehingga beberapa ayah bersuku Jawa cenderung merasa
anak lebih memiliki andil kesalahan dari mereka. Terkait hal tersebut
maka alasan yang muncul berikutnya adalah bahwa beberapa ayah yang
bersuku Jawa merasa memberi peringatan dan memarahi anak untuk tidak
melakukan perbuatannya lagi lebih penting untuk dilakukan daripada
melakukan perilaku meminta maaf kepada anak. Pernyataan tersebut
muncul karena beberapa ayah yang bersuku Jawa merasa letak kesalahan
mereka berada di anaknya, sehingga hal tersebut memicu respon yang
sering muncul ketika ayah bersuku Jawa ketika bersalah adalah memarahi
dan memberi peringatan. Beberapa alasan diatas menunjukan bahwa hal
tersebut berkaitan dengan faktor kesadaran akan perasaan bersalah dan
faktor kekuatan sosial.
Dari hasil wawancara, peneliti menemukan bahwa kebanyakan
ayah yang bersuku Jawa sulit untuk menyadari letak kesalahannya dan
sebagian kecil diantara mereka tidak merasa malu ketika memiliki
kesalahan kepada anak. Hal tersebut menurut Fraser (1981) dapat
menghambat seseorang untuk melakukan perilaku meminta maaf karena
seseorang membutuhkan kesadaran akan kesalahannya untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
melakukan perilaku meminta maaf kepada orang lain. Tidak hanya itu, hal
yang sama juga dikatakan oleh Nishiyama (1973) terkait perasaan malu.
Nishiyama menyebutkan bahwa seseorang membutuhkan rasa self-
humiliation atau perasaan malu untuk mengakui kesalahan dan
memunculkan perilaku meminta maaf. Kurangnya rasa malu dan sulit
menyadari kesalahan inilah yang dipercaya oleh peneliti menjadi salah
satu penyebab mengapa ayah bersuku Jawa tidak melakukan perilaku
meminta maaf kepada anak.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku meminta
maaf kepada anak. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa faktor
pertama yang dianggap oleh kebanyakan ayah bersuku Jawa paling
berpengaruh adalah faktor kekuatan sosial. Sebagian besar ayah yang
bersuku Jawa merasa diri lebih kuat secara sosial daripada seorang anak.
Hal ini menyebabkan sebagian besar ayah bersuku Jawa selalu merasa
lebih tahu dan lebih benar dari anak mereka. Pernyataan tersebut terwujud
dari perilaku ayah yang bersuku Jawa dalam hal seperti bagaimana
persepsi ayah bersuku Jawa ketika memandang anaknya. Sartono (1998)
menyebutkan bahwa sikap orang tua dalam mendidik anak bergantung
pada tingkatan umur dari sang anak. Menurut Sartono, terdapat 4
tingkatan, yaitu (1) ketika anak berusia 5 tahun, anak di ibaratkan sebagai
pengabdi raja dan ayah atau ibu adalah rajanya, (2) ketika anak berusia 10
tahun, anak harus di didik keras seperti prajurit. Konsep yang sama
disampaikan oleh Taryati dkk (1995) pada “serat wulangreh”. Konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
tersebut menyebutkan bahwa anak dalam budaya Jawa diharuskan taat dan
patuh tanpa syarat kepada orang tuanya. Konsep ini mengibaratkan bahwa
orang tua adalah wakil Tuhan, sehingga anak harus takut pada larangan
dan tunduk pada nasehat orang tua. Dari konsep tersebut, dapat dilihat
bahwa dalam kehidupan sehari-hari, anak memiliki hirarki yang berada
dibawah seorang ayah. Selain itu, budaya Jawa menuntut seorang anak
haruslah menyadari ayahnya adalah seseorang yang memiliki kebenaran
absolut karena dianggap merupakan wakil Tuhan. Fenomena tersebut
menurut Tannen (2001) dan Fraser (1981) sering ditemui pada budaya
patrineal.
Tannen dan Fraser menemukan bahwa dalam kehidupan
berkeluarga, suami atau kepala rumah tangga dalam budaya patrineal
cenderung menghindari perilaku meminta maaf pada lingkup pembicaraan
sehari-hari. Sehingga, hal tersebut menyebabkan beberapa ayah Jawa
merasa dirinya memiliki kekuatan sosial yang lebih besar dari anaknya
terwujud dalam perasaan lebih tahu dan lebih benar. Selain itu dapat
terlihat jelas bahwa budaya Jawa dengan segala ajarannya, menuntut para
ayah yang bersuku Jawa untuk menjadi orang tua yang tanpa cela dan
selalu benar bagi anaknya. Faktor lain yang disebutkan oleh sebagian besar
ayah yang bersuku Jawa adalah faktor jarak sosial. Sebagian besar ayah
bersuku Jawa merasa secara jarak, lebih sulit untuk melakukan perilaku
meminta maaf kepada anak dibanding dengan teman yang seusia.
Sebagian ayah merasa bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
keleluasaan. Holmes (1990) dalam hasil dari penelitiannya menyebutkan
bahwa perilaku meminta maaf yang memakan waktu paling lama dan
paling rumit adalah hubungan sosial dalam pertemanan. Berdasarkan
pendapat dari Holmes, peneliti secara berani menyanggah hal tersebut,
karena berdasarkan data yang didapat bagi ayah yang bersuku Jawa
merasa melakukan perilaku meminta maaf kepada anak lebih sulit
dilakukan daripada dengan teman. Dengan kata lain hal itu menunjukan
bahwa bagi ayah yang bersuku Jawa, perilaku meminta maaf yang paling
rumit adalah dengan anak. Pernyataan tersebut dipercaya juga merupakan
bentuk manifestasi dari tuntuntan budaya Jawa yang mengatakan tentang
bagaimana seorang ayah berperilaku kepada anaknya, seperti yang
dikatakan oleh Sartono dan Taryati.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat ditemukan bahwa ayah yang
bersuku Jawa menyadari dampak positif dari perilaku meminta maaf
kepada anak. Fungsi dominan yang pertama dari perilaku meminta maaf
kepada anak bagi ayah yang bersuku Jawa adalah sebagai bentuk antisipasi
masalah. Bentuk antisipasi masalah ini terwujud sebagai unsur pendidikan
yang dimana seorang ayah memberikan teladan kepada anaknya untuk
ditiru kelak kemudian hari. Sebagian besar ayah yang bersuku Jawa
menganggap bahwa mereka melakukan perilaku meminta maaf kepada
anak agar anaknya mencontoh mereka untuk berani melakukan perilaku
meminta maaf kepada siapapun itu. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Taryati (1995) terkait tugas seorang ayah kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
anaknya. Taryati menyebutkan bahwa ayah yang bersuku Jawa memiliki
tugas untuk memberikan contoh kepada anaknya baik itu tingkah laku dan
tata krama. Fungsi sebagai bentuk antisipasi masalah ini juga dipercaya
oleh Suseno (1996) demi menjaga kerukunan. Suseno menyebutkan bahwa
prinsip kerukunan memungkinkan masyarakat jawa memiliki kerelaan-
kerelaan tertentu dari bentuk menerima kompromi akibat dalam mencegah
konflik. Hal yang sama dikatakan oleh Handayani (2004). Handayani
berpendapat bahwa budaya Jawa sangat menekankan pada prinsip
kerukunan, sehingga orang yang bersuku Jawa dalam kasus ini seorang
ayah selalu menjaga dirinya untuk jauh dari konflik atau masalah.
Pernyataan tersebut itulah yang dipercaya oleh peneliti menjadi penyebab
mengapa kebanyakan ayah yang bersuku Jawa merasa perilaku meminta
maaf kepada anak memiliki faktor yang paling dominan yaitu sebagai
bentuk antisipasi masalah. Edmondson (1981) mengatakan bahwa perilaku
meminta maaf memiliki fungsi ‘disarming’. Istilah disarming memiliki
arti sebagai bentuk perilaku meminta maaf yang digunakan untuk sebuah
antisipasi terhadap tindakan menghadapi masalah.
Fungsi lain yang disebutkan dalam hasil wawancara adalah bahwa
perilaku meminta maaf kepada anak dapat digunakan sebagai alat untuk
membina interaksi dan komunikasi, mendekatkan dan saling
mengakrabkan dalam keluarga. Hal tersebut sejalan dengan penelitian dari
Wagatsuma dan Rosett (1986) pada budaya Jepang. Sama halnya dengan
penelitian di Jepang, Wagatsuma dan Rosett menemukan bahwa konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
budaya Jepang seringkali menggunakan perilaku meminta maaf sebagai
alat untuk menjaga keharmonisan kelompok dimana kerukunan sangat
dijunjung tinggi pada budaya Jepang.
Berdasarkan hasil wawancara, beberapa ayah yang bersuku Jawa
juga menyebutkan bahwa perilaku meminta maaf kepada anak dapat
berfungsi sebagai bentuk perhatian. Hal ini menunjukan bahwa terkait
dengan faktor kekuatan sosial, ayah yang bersuku Jawa merasa perlu untuk
memberikan perhatian kepada anaknya. Salah satu cara yang diambil oleh
beberapa ayah yang bersuku Jawa untuk memberikan perhatian kepada
anaknya adalah dengan melakukan perilaku meminta maaf apabila diri
mereka memiliki kesalahan. Masih terkait dengan kekuatan sosial, faktor
tersebut mengatakan bahwa ayah yang bersuku Jawa cenderung memiliki
perasaan lebih tahu dan lebih benar dari pada anak. Kemudian tidak heran
bahwa beberapa ayah yang bersuku Jawa merasa perilaku meminta maaf
kepada anak juga memiliki fungsi untuk memberi letak kesalahan anak.
Hal ini disebabkan karena ketika ayah bersuku Jawa bersalah kepada anak,
mereka merasa anaknya lah yang memiliki kesalahan kepada ayahnya.
Sehingga beberapa ayah bersuku Jawa cenderung turut serta melakukan
perilaku meminta maaf kepada anak agar anak juga mengerti letak
kesalahannya kepada mereka.
Fungsi berikutnya yang turut serta muncul dalam hasil wawancara
adalah fungsi untuk memperbaiki masalah. Sebagian ayah bersuku Jawa
merasa bahwa dengan melakukan perilaku meminta maaf, masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
ada saat itu antara ayah dengan anak dapat terselesaikan dengan cepat. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Aijmer (1996). Aijmer
mengatakan bahwa perilaku meminta maaf memiliki fungsi yaitu sebagai
bentuk ‘remedial’ atau sebuah perbaikan dari suatu masalah. Fungsi
selanjutnya dan yang terakhir adalah fungsi sebagai alat untuk
memperbaiki hubungan atau relasi.. Pernyataan tersebut sejalan dengan
teori dari Leech (1983). Leech menyebutkan bahwa perilaku meminta
maaf merupakan sebuah upaya yang dapat digunakan untuk memperbaiki
relasi yang dirusak akibat perbuatan sebelumnya. Oleh karena itu beberapa
ayah yang bersuku Jawa mempercayai bahwa dengan melakukan perilaku
meminta maaf kepada anak dapat menyembuhkan relasi yang rusak
sebelumnya antara ayah dengan anak
Dari berbagai penjelasan diatas dapat terlihat jelas bahwa ayah
bersuku Jawa menyadari perilaku meminta maaf kepada anak merupakan
hal yang positif karena memiliki banyak fungsi. Akan tetapi tuntutan
budaya Jawa secara tidak langsung menyulitkan mereka untuk melakukan
perilaku meminta maaf karena menuntut mereka menjadi ayah yang tanpa
cela dan selalu benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku meminta maaf
kepada anak bagi ayah yang bersuku Jawa dianggap merupakan hal yang
positif karena dipercayai memiliki banyak manfaat. Bagi ayah yang bersuku
Jawa, perilaku meminta maaf kepada anak memiliki 6 fungsi yakni (1)
sebagai bentuk antisipasi masalah yang terwujud dalam unsur pendidikan, (2)
sebagai alat untuk memberikan perhatian kepada anak, (3) sebagai alat untuk
memberitahu letak kesalahan anak, (4) sebagai alat untuk membina interaksi
dan komunikasi, (5) fungsi untuk memperbaiki masalah, dan (6) memperbaiki
relasi. Akan tetapi disisi lain tuntutan budaya Jawa secara tidak langsung
menyulitkan mereka untuk mengatakan kata minta maaf karena menuntut
mereka menjadi ayah yang tanpa cela dan selalu benar. Tuntutan budaya Jawa
tersebut dalam penelitian ini ditemukan beberapa diantaranya yang menjadi
faktor penyebab dari beberapa ayah yang bersuku Jawa mengalami kesulitan
untuk mengatakan kata minta maaf. Terdapat dua faktor khusus yakni (1)
faktor kekuatan sosial yang dimana ayah yang bersuku Jawa cenderung
merasa lebih kuat (lebih tahu dan lebih benar) dari anak, dan (2) faktor jarak
sosial yang menyebutkan bahwa usia dapat mempengaruhi keleluasaan ayah
bersuku Jawa untuk melakukan perilaku meminta maaf. Disamping itu, salah
satu teori didalam penelitian ini menyebutkan bahwa perilaku meminta maaf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
muncul karena adanya perasaan bersalah dari seseorang (Fraser, 1981). Hal
tersebut terkadang menyebabkan ayah yang bersuku Jawa tidak melakukan
perilaku meminta maaf kepada anak karena mengalami kesulitan untuk
menyadari letak kesalahan mereka khususnya kepada anak.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentunya tidak terlepas dari berbagai keterbatasan.
Kurangnya jumlah responden dan variasi dalam pekerjaan serta pendidikan
akhir responden pada penelitian ini tentunya dapat berpotensi dalam
rendahnya tingkat kredibilitas dari hasil penelitian ini. Disamping itu,
responden sebanyak tiga orang mungkin belum cukup tepat untuk
menggambarkan manfaat dari perilaku meminta maaf kepada anak bagi ayah
yang bersuku Jawa. Selain itu, tempat tinggal antara responden dengan anak
yang sudah terpisah oleh jarak juga menyebabkan peneliti tidak dapat
melakukan observasi lebih jauh terkait hubungan relasi atau situasi alami
dalam keluarga antara responden dengan anaknya yang seharusnya dapat
menguatkan hasil dalam penelitian ini.
C. Saran
1. Bagi Pihak Ayah Bersuku Jawa
Penelitian menunjukan bahwa ayah yang bersuku Jawa menyadari
pentingnya perilaku meminta maaf kepada anak, namun terbelenggu oleh
tekanan dari ajaran dan tradisi budaya Jawa yang mengharuskan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
menjadi figur ayah yang selalu benar dan tanpa cela. Hal tersebut
menyebabkan mereka cenderung memiliki kesulitan dalam menyadari
kesalahan mereka kepada anaknya. Oleh karena itu, apabila ayah yang
bersuku Jawa menyadari perilaku meminta maaf itu baik adanya, maka
alangkah lebih baik jika diri mengatakan kata minta maaf apabila memiliki
kesalahan kepada anak. Sehingga saran yang mampu diberikan oleh
peneliti kepada ayah yang ingin memiliki kemampuan untuk melakukan
perilaku meminta maaf kepada anak adalah untuk memulai menjadi diri
yang lebih peka terhadap perilakunya kepada anak terlebih hal yang dapat
menyakiti keadaan fisik maupun psikis.
2. Bagi Anak
Saran yang mampu peneliti berikan kepada anak dari ayah yang
bersuku Jawa adalah untuk lebih memahami keterbatasan ayah mereka.
Ayah yang bersuku Jawa telah lama terdidik dalam ajaran dan tradisi
budaya Jawa yang sulit untuk diabaikan ataupun ditinggalkan. Dengan
menyadari keterbatasan ayah yang bersuku Jawa dan tidak menuntut
mereka untuk melakukan perilaku meminta maaf ketika bersalah dapat
menjadi awal yang baik dalam membina keluarga harmonis yang didasari
oleh rasa memahami ayah dan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
3. Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian terkait topik
penelitian ini, disarankan untuk menambah jumlah responden yang
representatif. Disamping itu juga ada baiknya melakukan observasi terkait
situasi alami dalam berkeluarga untuk meminimalisasi kemungkinan
responden untuk berpura-pura terhadap hasil wawancara, namun dengan
resiko penelitian yang dilakukan bisa jadi lebih membutuhkan waktu yang
lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Daftar Pustaka
Aijmer, K. (1996). Apologies. In Conversational Routines in English: Convention
and Creativity.
Atlas, J. D. (2004). Logic, meaning, and conversation: Semantical
underdeterminacy, implicature, and their interface.
Atmowiloto, S. P. K. A., & Kurniawan, H. Kajian Strukturalisme Genetik dan
Nilai Pendidikan yang Didasarkan Pada Budaya Jawa dalam Novel.
Azwar, S. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bach, K., & Harnish, R. M. (1979). Linguistic communication and speech
acts(Vol. 4). Cambridge, MA: MIT press.
Barnlund, D. C., & Yoshioka, M. (1990). Apologies: Japanese and American
styles. International Journal of Intercultural Relations.
Bean, J. M., & Johnstone, B. (1994). Workplace reasons for saying you're sorry:
discourse task management and apology in telephone interviews. Discourse
processes.
Bratawijaya, T. W. (1997). Mengungkap dan mengenal budaya Jawa. Pradnya
Paramita.
Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some Universals in Language
Usage (Studies in Interactional Sociolinguistics).
Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some universals in language
usage (Vol. 4). Cambridge University Press.
Coicaud, J. M. (2009). Apology: A small yet important part of justice. Japanese
Journal of Political Science.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Creswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry and research design: choosing among
five traditions. Washington DC: Sage Publications.
Eaton, J., Struthers, C. W., Shomrony, A., & Santelli, A. G. (2007). When
apologies fail: The moderating effect of implicit and explicit self-esteem on
apology and forgiveness. Self and Identity.
Edmondson, W. (1981). Spoken discourse: A model for analysis (Vol. 27).
Addison-Wesley Longman Ltd.
Endraswara, S. (2003). Budi pekerti dalam budaya Jawa. Hanindita Graha Widya.
Endraswara, S. (2003). Falsafah Hidup Jawa.
Endraswara, S. (2003). Falsafah Hidup Jawa: Menggali Mutiara Kebijakan dari
Intisari Filsafat Kejawen.
Epstein, R. (2010). What makes a good parent?. Scientific American MIND.
Fitzgerald, D. P., & White, K. J. (2003). LINKING CHILDRENS SOCIAL
WORLDS: PERSPECTIVETAKING IN PARENT-CHILD AND PEER
CONTEXTS. Social Behavior and Personality: an international journal.
Fraser, B. (1981). On Apologizing dalam: Horian Coulmas (ed) Conversation
Routine.
Fraser, R. F. (2001). Educational Disadvantage Through a Sociolinguistic Lens: A
Critical Analysis of America Reads.
Geertz, H. (1985). Kebudayaan Jawa. Terjemahan. Grfiti Press, Jakarta.
Geertz, H. (1961). The Javanese family: A study of kinship and socialization(Vol.
2). New York: Free Press of Glencoe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Goffman, E. (1971). Remedial interchanges. Relations in public: Microstudies of
the public order.
Grice, H. P. (1981). Presupposition and conversational implicature. In P. Cole
(Ed.), Radical pragmatics. New York: Academic Press.
Hadi, S. (2004). Analisis regresi.
Hahn, J. (2006). Apologizing in Korean (Doctoral dissertation, University of
Hawaii at Manoa).
Handayani, C. S., & Novianto, A. (2004). Kuasa Wanita Jawa. PT LKiS Pelangi
Aksara.
Hasan, T. M., & Subroto, W. (2000). Metode Penelitian Kualitatif, Tinjauan
Teoritis dan Praktis (cetakan I).
Hickson, L. (1979). Hierarchy, conflict, and apology in Fiji. Access to justice, 4.
Holmes, J. (1989). Sex Differences and Apologies: One Aspect of
Communicative Competence1. Applied Linguistics.
Holmes, J. (1990). Apologies in New Zealand English. Language in society.
Hoffman, M. L. (1975). Altruistic behavior and the parent-child
relationship.Journal of personality and social psychology.
Jaworski, A. (1994). Apologies and non-apologies: Negotiation in speech act
realization. TEXT-THE HAGUE THEN AMSTERDAM THEN BERLIN.
Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka.
Leech, G. N. (1983). Principles of pragmatics (No. 30). Taylor & Francis.
Leech, G. N., & Leech, G. (1983). Principles of pragmatics (Vol. 1, No. 9).
London: Longman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Magnis-Suseno, Frans, 1985. Etika Jawa: Sebuah Analisis Secara Filsafat. Bhara-
ta, Jakarta.
Mulder, N.(1994). Individual and Society in Java: A Cultural Analysis.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mulyana, D. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung; PT
Remaja Rosdakarya.
Neuman, W. L., & Kreuger, L. (2003). Social work research methods: Qualitative
and quantitative approaches. Allyn and Bacon.
Nishiyama, K. (1973). The Cultural Meaning of the Apology in Japanese
Rhetoric. Journal of the Communication Association of the Pacific.
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian
psikologi.Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Reiter, R. M. (2000). Linguistic politeness in Britain and Uruguay: A contrastive
study of requests and apologies (Vol. 83). John Benjamins Publishing.
Reiter, R. M., Rainey, I., & Fulcher, G. (2005). A comparative study of certainty
and conventional indirectness: Evidence from British English and
Peninsular Spanish. Applied linguistics.
Riesch, S. K., Gray, J., Hoeffs, M., Keenan, T., Ertl, T., & Mathison, K. (2003).
Conflict and conflict resolution: parent and young teen perceptions. Journal
of Pediatric Health Care.
Sarosa, S. (2012) Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, Jakarta, Penerbit Indeks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Scher, S. J., & Darley, J. M. (1997). How effective are the things people say to
apologize? Effects of the realization of the apology speech act. Journal of
Psycholinguistic Research.
Searle, J. R. (1969). Speech acts: An essay in the philosophy of language (Vol.
626). Cambridge university press.
Searle, J. R. (1976). A classification of illocutionary acts. Language in society.
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Penerbit
Alfabeta
Sukarno, S. (2010). The Reflection of the Javanese Cultural Concepts in the
Politeness of Javanese.
Suseno, S. J. FM 1996. Etika Jawa: sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan
hidup Jawa.
Tannen, D. (2001). Sex, Lies and Conversation: Why is it so Hard for Men and
Women to Talk to Each Other?. Conflict, Order and Action: Readings in
Sociology, 244-248.
Taryati, dkk. (1995). Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penerbit Depdikbud
Uhlenbeck, E. M. (1970). The use of respect forms in Javanese. Pacific linguistic
studies in honour of Arthur Capell, (13), 441.
Wagatsuma, H., & Rosett, A. (1986). The implications of apology: Law and
culture in Japan and the United States. Law and Society Review, 461-498.
Wolff, J. U. (1980). Studies in Javanese Morphology. By EM Uhlenbeck. The
Hague: Martinus Nijhoff (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Volkenkunde Translation Series No. 19). Bibliography. The Journal of
Asian Studies.
http://regional.kompas.com/read/2015/01/09/11514181/Dendam.Lama.Anak.Bun
uh.Ayah.Kandungnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INFORMED CONSENT
Pada kesempatan ini, saya Vincentius Yoshua Wisnumurti, mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang menyelesaikan tugas
akhir memohon bantuan dan kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna perilaku meminta maaf
kepada anak bagi Ayah yang bersuku Jawa.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Peneliti akan
meminta Saudara untuk menjawab beberapa pertanyaan yang terkait dengan
pengalaman dan pendapat anda mengenai perilaku meminta maaf kepada anak,
sehingga di dalam sesi wawancara mungkin saudara akan merasakan suatu emosi
atau perasaan tertentu yang bisa mengganggu anda. Wawancara akan dilakukan di
tempat dan waktu yang disepakati oleh saudara dan peneliti. Proses wawancara akan
direkam dengan menggunakan tape recorder.
Hasil wawancara akan dijaga kerahasiaannya. Nama saudara akan
dirahasiakan dengan menggunakan inisial, sedangkan data diri anda akan disamarkan
jika memungkinkan. Anda berhak menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian kepada peneliti.
Saudara secara sukarela membuat keputusan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Tanda tangan saudara menyatakan bahwa saudara telah memutuskan
akan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Responden Penelitian Peneliti
___________________
Vincentius Yoshua Wisnumurti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KESESUAIAN HASIL PENELITIAN
Pada kesempatan ini, saya sudah mengetahui hasil interpretasi mengenai
makna perilaku meminta maaf kepada anak bagi ayah yang bersuku Jawa yang akan
digunakan sebagai hasil penelitian di dalam penelitian ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa hasil interpretasi
yang peneliti lakukan sesuai dengan maksud yang pernah saya nyatakan disaat proses
wawancara.
Responden Penelitian Peneliti
___________________
Vincentius Yoshua Wisnumurti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VERBATIM RESPONDEN III (B)
No. Verbatim
Subjek B
Kode Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Apa saja yang biasa bapak lakukan dalam hal mengasuh anak?
Ya ... ehm, cara mengasuh anak itu tu sekarang tidak seperti orang tua jaman dulu yang terlalu di
doktrin. Anak anak sekarang saya beri kebebasan, biar mereka memilih jalan hidupnya sendiri, dan
hanya saya ingin anak anak itu dengan pilihan dengan aktivitasnya dia merasa mempunyai tanggung
jawab sendiri masing-masing.
Maksud dengan cara pengasuhan orang dulu?
Kalo pendidikan seperti yang saya alami waktu dulu itu terlalu dipaksakan, orang tua harus mengikuti
apa yang menjadi kehendak orang tua, jadi kalo seandainya tidak sesuai, kadang kadang sampai
sampai kekerasan muncul terhadap anak. Ini yang membuat perbedaan dengan jaman yang saya alami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
sekarang ini. Orang tua saya ... bapak saya asli Magelang, ibu saya asli Solo.
Kenapa bapak merasa penerapan pendidikan orang tua kepada anak dulu tidak sesuai dengan
keadaan sekarang?
Ya memang itu, kalo orang tua dulu itu kalo menyuruh seperti perintah dan itu tidak bisa dibantah.
Ya kadang kadang kalo itu sudah menjadi pola kekerasan ya itu kadang kadang anak-anak yang tertua
itu ikut andil juga membantu mendidik adik-adik dengan keras. Tapi kalo yang sekarang itu ... eee ...
anak-anak tidak terlalu mudah anu ... orang tua melakukan kekerasan, karena pengalaman-
pengalaman yang dulu yaa mungkin ada baiknya ada kurangnya. Kalo penerapan seperti itu
positifnya anak bisa begitu mandiri, dan anak itu merasa dirinya itu kuat dan dia tahan banting dan
kedisiplinannya tinggi terhadap diri pribadi. Kalo anak-anak sekarang diberi kebebasan tapi kadang
kadang kalo tidak ada rasa tanggung jawab dan anak-anak sekarang itu merasa kurang handal, jadi dia
perasaan manja itu masih ada, tidak kuat dengan kondisi yang ... anu apa ya .. yang menurut saya
harus berjuang keras. Negatifnya waktu dulu itu karena pola pendidikan terlalu keras, kalo anak tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
kuat dengan kondisi seperti itu anak menjadi minder tidak bisa berkembang dan akhirnya tidak dapat
meraih sukses, ya kalo yang sekarang itu ya seperti itu. Tadi yang saya bicarakan yang sekarang itu
negatifnya tapi positifnya anak bisa lebih mengerti dengan orang tua dan sekarang itu anak-anak lebih
bijaksana menghadapi pendidikan dari orang tuanya.
Tadi bapak mengatakan kalau orang tua jaman dulu nada bicaranya cenderung memerintah
kepada anak, apakah saat ini bapak masih menerapkan?
Ya kadang kadang karena kehidupan sayakan dari generasi, dan generasi yang lalu itu masih
mempengaruhi, walaupun kadang kadang ya masih ada, tetapi karena berjalannya waktu dan saya
juga berusaha untuk menyesuaikan dengan kondisi yang sekarang.
Disamping itu, pada awal pernikahan dan memiliki anak pasti orang tua manapun memiliki
perilaku yang disesali, apakah bapak pernah mengalami hal tersebut?
Yaa ... kalo sayakan .. ehm .. mengikuti proseslah, jadi hidup saya dari hidup berkeluarga menikah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
dan punya anak itu saya jalani secara mengalir dan mengikuti perkembangan .. mengikuti apa yang
terjadi, hingga sampe sekarang. Yaa saya pikir .. saya tidak ada ya yang saya sesali, karena saya
menyayangi mereka dan kadang kadang terjadi kekerasan tapi setelah itu saya merasa ya agak merasa
menyesal juga. Tapi kekerasan itu tidak seberapa dengan yang saya alami waktu kecil, saya pikir itu
ya biasa-biasa saja. Itu prosesnya masih anak-anak, ya kadang anak anak itu merasa dirinya
mempunyai keinginan yang tidak bisa di turuti, akhirnya karena emosinya orang tua itu ya kadang
kadang sempat main pukul tapi setelah itu ya saya merasa sedih dan menyesal, tapi ... yang terjadi
anak anak pada mengerti kesalahan mereka dan itu tidak menjadikan dendam sampai sekarang.
Kira kira menurut bapak apa yang dirasakan anak bapak saat itu?
Ya anak saya merasa salah .. salah tentang perbuatannya itu, terus dia sempat meminta maaf. Dan itu
yang menjadi kebanggaan saya, saat dia masih kecil umur 3 atau 4 tahun sudah merasa salah dan
bertanggung jawab dan dia merasa minta maaf.
1.2 (+) (B40-43) subjek sadar bahwa dirinya pernah
melakukan kesalahan yang membuat dirinya
menyesal, walaupun sulit untuk mengingatnya.
1.2 (+) (B43-45) Subjek teringat bahwa dirinya pernah
memarahi dan memukul anaknya ketika tidak
bisa menuruti keinginan anaknya.
1.2 (-) (B49) Subjek merasa anaknya lah yang salah.
1.3 (-) (B49-51) Bagi subjek, merupakan suatu
kebanggaan apabila anaknya mengatakan minta
maaf apabila dirinya merasa bersalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
Apakah perilaku bapak tersebut (memarahi dan memukul) bapak sadari jika itu salah?
Memang pada saat ini memang itu disalahkan, karena saat ini memang berbeda dengan yang dulu,
sekarang sudah ada undang undang perlindungan anak, la itu yang sebetulnya harusnya dimengerti
oleh para orang tua, bagaimana mendidik dengan cara yang paling baik itu seperti apa.
Apakah mungkin ada pengalaman lain? Yang membuat bapak merasa menyesal?
Yaa saya kira .. ini proses .. semuanya berjalan, dan saya tidak merasa terbebani.
Apakah pada saat itu, bapak merasakan adakah perilaku yang lebih baik daripada memarahi?
Ya biasanya kalo sesuatu terjadi, orang tua pasti mengevaluasi dan merefleksi apa yang telah
dilakukan. Sebetulnya memang tidak seharusnya terjadi seperti itu, ya memang orang tua harus
mempunyai perasaan yang lebih sabar, dan lebih bijak dalam menghadapi anak. Ya memang kadang
anak membutuhkan perhatian dan kadang mengahadapi kesulitan, itu yang harus dimengerti orang
tua.
1.2 (+) (B54-56) Subjek baru merasa perbuatannya itu
salah setelah mengerti tentang adanya undang-
undang perlindungan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
Setelah bapak memarahi anak dan mendengar anak minta maaf, apa yang bapak lakukan?
Setelah itu terjadi ya .. saya orang tua merasa terharu dan saya ... saya peluk itu anak saya itu. Dan
saya merasa terharu dan inilah perasaan yang saya rasakan.
Pada saat itu apakah bapak sempat mengatakan minta maaf karena telah memarahi anak bapak?
Yaa .. waktu itu sempat .. ya tidak spontanlah, waktu itu saya sendiri merasa ... ya sudah .. ya saya
lupa .. haha ..
Jika bapak kembali ke kejadian itu, apakah menurut bapak perlu untuk meminta maaf?
Yaaa memang perlu itu, supaya anak tau apa kesalahannya dan orang tua juga merasa ada interaksi
dan komunikasi yang bagus antara anak dengan orang tua. Saya kira waktu itu perasaan saya sudah
(mengatakan) .. haha.
1.1 (-) (B69-70) Setelah berbuat kesalahan, subjek
hanya memunculkan perilaku pelukan disertai
perasaan terharu.
1.1 (-) (B73-74) Subjek tidak ingat dirinya mengatakan
minta maaf setelah memarahi anaknya.
3.5 (B77-78) Menurut subjek, apabila subjek
melakukan perilaku meminta maaf kepada anak,
hal itu bertujuan agar dapat membentuk interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
Adakah perasaan yang tidak biasa jika bapak sendiri meminta maaf kepada anak bapak?
Yaaaaa .... ya .. ya itu keliatannya ya, saya berusaha untuk bisa seperti itu, jadi saya kalo merasa salah
saya tidak segan segan untuk meminta maaf.
Jadi ada kesulitan untuk mengucapkan minta maaf ya?
.. ya kadang kadang juga.
Kalau orang tua bapak dahulu pernahkan meminta maaf ke bapak?
Kalau orang tua dulu itu karena apa apa yang dia lakukan itu ya .. kayak kayak apa .. tapi kadang
merasa orang tua dulu itu jarang yang merasakan dirinya itu salah. Laa orang tua dulu itu berprinsip,
dia mendidik anak itu untuk kebaikan anak, apapun yang dilakukan ya itu untuk kebaikan anak, ya
makanya orang tua dulu itu tidak pernah salah karena apapun yang dilakukan untuk kebaikan anak.
Kira-kira apa prinsip orang tua sekarang menurut bapak?
dan pola komunikasi yang baik antar orang tua
dan anak serta juga dapat menunjukan letak
kesalahan si anak.
2.2 (+) (B83) menurut subjek ada perasaan segan untuk
meminta maaf kepada anak, walaupun dirinya
tidak merasakannya
2.2 (+) (B89-92) menurut subjek, orang tua itu selalu
lebih tau cara mendidik anak demi kebaikannya.
Hal tersebut yang membuat para orang tua selalu
merasa benar dan sulit melakukan perilaku minta
maaf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
Yaa kalau pribadi saya ya saya mendidik anak, membesarkan anak sesuai dengan jalan mereka,
pilihan mereka dan orang tua hanya bisa memfasilitasi apa yang mereka butuhkan, hanya saja perlu
itu tanggung jawab yang .. dari anak, itu yang harus .. ada timbal baliknya, itu yang saya harapkan
seperti itu.
Brati prinsip orang tua sekarang menurut bapak cenderung anak tahu apa yang terbaik untuk
dirinya sendiri, apakah seperti itu?
Yaa .. ya maksudnya gitu, karena kalo sudah tau, anak mengerti itukan dia harus menjadi, kalau
menjadi anak yang lebih dewasa kan dia nantinya bisa jadi perkembangan dia jadi orang tua yang
akan datang.
Menurut bapak, apakah yang membuat seorang ayah sulit mengatakan minta maaf kepada anak?
Ya itu tadi, kembali yang ... yang .. yang .. anu, kayak seperti sistem pendidikan anak yang dahulu itu
seperti itu, jadi orang tua seperti ada sifat otoriter, makanya orang tua dulu itu jarang merasa bersalah
.
2.2 (+) (B107-109) Subjek merasa orang tua memiliki
sifat yang otoriter sehingga sulit melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
terhadap anak. Saat ini memang dibutuhkan komunikasi yang lebih baik, jadi ... ya mudah-mudahan
orang tua sekarang bisa lebih baik mendidik anak dengan cara yang benar.
Apakah menurut bapak, orang tua sekarang ini sulit mengatakan minta maaf karena sifat otoriter
yang masih muncul?
Saya kira enggak ya, seharusnya enggak sekarang, soalnya kan sekarang ya ... kedekatan antara anak
dengan orang tua seperti sahabat, seperti teman dan kadang kadang orang tua sekarang seperti ayah
itu merasa dengan perkembangan teknologi itu merasa ketinggalan dengan pola pikir ini yang
membuat orang tua itu ya merasa ya memang ... ya harus .. harus mengakui harus berusaha ada
kedekatan dengan anak dan orang tua terutama, bukan hanya ayah tapi juga ibu.
Apakah maksud bapak, jika dibandingkan orang jaman dahulu, ayah jaman dahulu sering
dianggap paling benar oleh anak-anaknya karena anaknya masih belum tahu apa-apa, (iya) ..
dibanding kan sekarang (he em) karena ada teknologi anak-anak bisa saja lebih pintar dari orang
tuanya. Apakah begitu?
perilaku kepada anaknya karena jarang merasa
bersalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
Iyaa, ya kan orang tua jaman dahulu itu ada tradisi-tradisi khusus ya, orang jawa misalkan .. orang
jawa itu ada istilah ada peribahasa itu ... “kebo nyusu gudel” itu istilah kalau orang tua minta .. minta
.. ee minta berguru dengan anak, itu karena harga diri orang dulu itu masih kuat, jadi orang tua dahulu
itu taunya kalo orang tua harus bisa mengatur anaknya. La jangan sampai ada istilah kebo nyusu
gudel itu, jadi gimanapun juga orang dahulu itu merasa harus lebih dari anak. Dan apa yang terjadi
saat ini, apabila ada orang tua yang masih pola pikir yang dulu itu di kehidupan sosial itu jika ada
anak yang mau maju itu ditentang, itu dia merasa bahwa pengalamannya tu belum apa-apa dibanding
dirinya, la itu yang kadang-kadang kita harus menyikapi secara bijak orang tua jaman dulu.
Pada saat itu, peribahasa tersebut peribahasa yang dianggap negatif ya?
Ya bagi orang tua jaman dahulu ya memang dianggap negatif, ya memang seperti itu, sebetulnya
tidak mau dia minta bantuan ee apa ... minta tolong eeh yaa akibatnya yang terjadi seperti itu, orang
tua tidak merasa dirinya salah dengan anak. Dan bisa saja terjadi disaat ini, ada aja orang orang yang
masih terbawa dengan masa lalu.
2.2 (+) (B123-127) Subjek berpendapat bahwa terdapat
peribahasa yang mempengaruhi orang tua
melakukan perilaku meminta maaf kepada anak.
Peribahasa itu dianggap negatif karena dapat
menurunkan harga diri orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
Kenapa respon spontan yang dikeluarkan bapak lebih mudah pelukan dibanding meminta maaf?
Ya mungkin ini sifat pribadi masing-masing, ya kadang kadang dengan cara seperti itu merasa bahwa
perasaan yang berjalan .. bukan ucapan .. jadi menurut saya karena memeluk itu anak menjadi lebih
tentram, dan anak menjadi ... apa ya ... menjadi merasa terlindungi. Ya seperti itu, lain misalkan “aku
minta maaf ya” tanpa ada sikap, tanpa ada perilaku yang seperti itu menurut saya lain itu maknanya.
Bisa dibilang, orang tua apabila melakukan kesalahan tidak harus meminta maaf tapi cenderung
pelukan?
Ya .. ya ..ya tergantung situasilah
Bagaimana pendapat bapak, terhadap ayah disaat ini yang meminta maaf kepada anaknya?
Secara umum, ya itu hal yang baik, hal yang positif, soalnya kedekatan antara orang tua dengan anak
itu emang harus dibina. Dan anak juga terhadap orang tua harus ada kedekatan, jadi kalau ada
1.1 (-) (B139-142) Subjek lebih memilih untuk
memeluk anak setelah melakukan kesalahan
dibandingkan melakukan perilaku meminta maaf
kepada anak karena mengandung makna yang
berbeda.
3.5 (B149-150) Menurut subjek, meminta maaf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
permasalahan tidak .. tidak berlarut larut dan cepat selesai.
Jadi secara tidak langsung bapak mengatakan meminta maaf itu bisa digunakan sebagai
kedekatan ayah kepada anak?
Iya kalo menurut pribadi saya seperti itu.
Menurut bapak, adakah perasaan yang berbeda, meminta maaf dengan teman dan meminta maaf
kepada anak?
Ya biasanya itu memang ... ya .. saya kira tidak ada bedanya saya kira. Ya minta maaf itu ya memang
kadang kadang ada yang minta maaf itu sebagai ceremonial, tradisi .. kesalahannya itu tidak tidak ..
tidak .. tapi yang mempunyai kesalahan yang mendalam itu mempunyai makna minta maaf,
tergantung dari ... dari kadar kesalahan itu seperti apa. Itu saya kira.
Jika tidak ada yang berbeda, manakah yang menurut bapak lebih sulit?
kepada anak dapat berguna untuk membina
kedekatan antara orang tua dengan anak.
3.3 (B150-151) Subjek juga berpendapat bahwa jika
ayah meminta maaf kepada anaknya tersebut
bertujuan untuk meredakan atau menyelesaikan
masalah dengan cepat.
1.1 (+) (B159-162) Subjek berpendapat bahwa perilaku
meminta maaf kepada anak mengandung makna
yang lebih dari sekedar tradisi atau ceremonial
belaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
Yaaa biasanya orang tua tu lebih sulit dengan anak ... ya karena merasa ya seperti yang ada yang
waktu .. ya orang tua itu ... yaa memang itu merasa agak sulit dengan anak daripada dengan orang
lain. Ya memang ada yang berbeda. Kalau pada orang lain itu dari segi usia selevel, dengan orang
lain bisa lebih leluasa karena kehidupan sosial itu memang membutuhkan kerukunan yang harus
selalu dibina. Sedangkan kalo anak itukan setiapkali bisa bertemu, orang tua merasa ya itu tadi
pembawaan dari orang tua yang dulu, itukan kadang kadang ada perasaan seperti itu.
Apa tujuan bapak jika bapak mengatakan minta maaf kepada anak?
Seperti yang sudah saya katakan tadi, jika meminta maaf kepada anak itukan untuk mendekatkan diri,
untuk saling mengakrabkan dalam satu keluarga, itu yang paling pokok. Ya disamping itu, dengan
cara seperti itu orang tua juga secara tidak langsung dapat mendidik anak, agar kebiasaan meminta
2.1 (+) (B165-169) Jarak sosial berpengaruh terhadap
perilaku meminta maaf kepada anak, karena bagi
subjek dari segi usia dapat mempengaruhi
keleluasaan seseorang.
3.5 (B168-170) perilaku meminta maaf dapat
memiliki manfaat untuk menjaga kerukunan
dalam keluarga.
3.5 (B173-174) Perilaku meminta maaf bagi subjek
memiliki tujuan untuk mendekatkan diri dengan
anak dan mengakrabkan keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176.
177.
maaf itu bisa dilakukan untuk nantinya kalo dia dewasa dan dia berkeluarga dan dengan anak-
anaknya supaya bisa membina keluarga dengan penuh keharmonisan dalam keluarganya.
3.4 (175-177) Bagi subjek, perilaku meminta maaf
juga dapat digunakan sebagai pendidikan agar
anak nantinya meniru dan mengantisipasi
masalah dalam keluarga di masa depannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VERBATIM RESPONDEN II (S)
No. Verbatim
Subjek P
Kode Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Apa saja yang biasa bapak lakukan dalam kehidupan berkeluarga dan mengasuh anak?
Saya tekankan itu, saya bebaskan untuk memilih karena apa, kemampuan saya untuk pengetahuan
masa kini kan terbatas sekali mas, saya monggo. Tapi saya boleh ngontrol. Itu yang utama dalam
pendidikan. Kalau dalam bergaul, berkeluarga, ya pokoknya komunikasi verbal saja, sama ... apa,
tetangga sebelah. Biasanya saya tanya, misalnya hari ini .. “ada acara apa? Nanti pulang jam brapa?”
meskipun saya sudah liat jadwal saya tetap bertanya. Kalau saya itu sebetulnya tidak sepenuhnya
paham tentang pendidikan, tapi apa yang saya yakini saja, dalam hal ini, dalam gelagat anak itu
arahnya mau kemana, tinggal kita berusaha untuk mengikuti, kami akan mengarahkan yang sesuai
dengan kemauan saya, ternyata saya juga tidak mampu melihat lebih jauh apa yang besok terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Pernahkah anak bapak melakukan hal yang kurang sesuai dengan bapak, karena akibat kebebasan
yang bapak berikan?
Pernaaah, si (B) anaknya lebih mbantah. Tapi saya berusaha untuk mendekati dan mengarah ke B,
suatu saat dia itu karena punya pekerja, punya uang, mau kemauan sendiri, na saya tu tidak jadi
bertentangan dengan kemauan saya, saya saat itu juga langsung memberi ..mengingatkan, bukan
memperingatkan supaya manut saya, tidak, tapi arahan, seperti dulu terus beli barang ini, walaupun
berharga tapi tidak urgent. Sekarang sudah lebih baik, dia sudah menerima dan suatu saat memberikan
pembenaran apa yang saya katakan.
Awal pernikahan dan awal memiliki anak, pernahkan bapak memiliki pengalaman yang bapak
sesalkan?
Pernah, pernah itu mas. Pernah terutama dalam hal menjaga keselamatan si anak itu. Pernah saya naik
sepeda ontel dengan anak saya lepas, dan saya tu saya sampai rumah dulu, anak membawa sepeda
sendiri ternyata di got itu di dekat pasar, dia itu di anu anjing, dia tidak mengginggit tapi anaknya
1.2 (+) (B22-27) Subjek sadar bahwa dirinya pernah
melakukan kesalahan kepada anaknya dan
kecewa terhadap kesalahan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
dilangkahi, dia sampai nangispun tidak bisa, saking ketakutannya. La itu terus kebetulan dia itu di anu
anjing, jatuhnya itu tulangnya retak. Yang saya kecewa itu, kenapa kok saya lepas dan tidak saya
awasi, saya tinggal supaya dia kendel gitu lo mas.
Apa yang bapak lakukan setelah kejadian itu?
Ya itu, menyesalnya karena pas uang ga punya, harus bawa kerumah sakit. Terus pinjam pinjam.
Adakah yang bapak katakan kepada anak anda, setelah kejadian itu?
Ya terus terang waktu itu, kan dia jerit jerit kesakitan, ya saya minta maaf ...
Adakah pengalaman lain yang bapak sesalkan?
Kalau si B itu dia lebih bandel kurang penurut. Na waktu itu dia masuk dari kelompok, dia itu punya
geng, na tawur ... setelah tawur itu, kan dipisah orang kampung. Naa terus saya dapat laporan dari
orang kampung itu, kan akan saling mengancam, na terus saya datang ke sekolahan, saya difasilitasi
1.1 (+) (B33) Subjek mengatakan minta maaf setelah
anaknya menjerit kesakitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
orang tua dari anak anak yang terlibat itu dikumpulkan, setelah dikumpulkan, itu kalau tidak bisa
ketemu titik temu mau dibawa kepolisi, dari dua belah pihak, ternyata ada titik temu karena saya tau
ada orang tua yang saudara saya. Jadi si B tidak tau musuhnya anak dari saudara saya. Yang bikin
nyesel itu ..ya kok bisa terlibat gitu, saya dari anak kecil itu nyelentik aja tidak pernah. Saya belum bisa
menemukan kesalahan saya, terus dari anak sendiri, dia merasa benar. Setelah itu, anaknya saya ajak
ketempat saudara saya itu, saya beli oleh oleh di mbok sabar itu terus saya datangi kesana dan saya
suruh minta maaf, dia ngomong ngomong sendiri diluar gini, saya didalam sama ngobrol dengan orang
tuanya. Seselesainya katanya sudah salaman, terus pulangnya salaman sama orang tuanya, dia
ngikutin, akhirnya dengan anaknya juga tetap salaman. Terus paginya juga masih saya pantau, 2-3 hari
ternyata sudah baikan dan dari sekolah itu manggil saya. Suruh me ... motivasi itu di anak anak yang
masih ter cecer yang masih belum bisa menerima tadi, ternyata saya itu tidak bisa memotivasi anak,
saya meminta alamat anak-anak saya datangi sama si B dan istri.
Bagaimana cara bapak untuk meminta maaf kepada anak anda yang jatuh tadi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
Waktu nangis itu kan saya gendong, trus ya saya bilang “saya minta maaf”. Dia waktu itu kelas 2 SD,
ya pokoknya saya minta maaf untuk ..kejadian ini, mau tak tinggal maksudnya itu saya ndakmangkel,
biar kamu itu nututi saya maunya, ternyata ... ada kejadian.
Ketika Bapak mengatakan maaf, apa yang bapak rasakan atau pikirkan?
Ya saya messake sama anak-anak ... saya, apa ... kok saya dulu ninggal itu lo, saja ..ninggal dan
sebetulnya tidak jauh, tapi karena saya ngumpet, dia jadi kebingungan to. Cuman biar dia itu kendel
gitu lo, ukurannya berani pulang.
Sebagai orang tua meminta maaf kepada anaknya, adakah perasaan yang tidak biasa anda
rasakan?
Tidak tu, saya ... spontan kalau anak, apa ..saya spontan, kalo saya dipersalahkan itu ya saya maaf,
saya tak merubah, mau sarannya gimana. Ya kalo yang saya lakukan itu keliru, saya tidak akan
mengulanginya lagi.
1.1 (+) (B53-55) Subjek mengatakan minta maaf dengan
menyertakan penjelasan bahwa dirinya tidak
marah
2.1 (+) (B58) Jarak sosial berpengaruh karena subjek
merasa figur anak patut dikasihani
1.2 (-) (B64) subjek merasa dirinya dipersalahkan.
1.1 (+) (B64-66) Subjek tidak hanya mengatakan minta
maaf, namun juga disertai dengan berubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
Menurut bapak, apakah arti meminta maaf?
Saya itu kan seharusnya menjaga to, tapi suatu saat saya lepas, kalau saya tadi menjaga, tidak akan
terjadi hal seperti itu, ya ..meskipun terjadi saya ikut tau. Nek saya gini, itukan kita ungkapkan biar dia
itu merasa saya perhatikan juga. Meminta maaf sendiri tidak berarti mengurangi rasa hormat, na to
..kalo yang muda hormat kepada yang lebih tua, tapi hormatkan tidak harus mengupas kata maaf. Kalo
dari yang tua ke yang muda itu kan sayang gitu lo nek ... sayang kan berarti juga eem ..apa ..hormat itu
kan bisa dinyatakan macem macem.
Tetapi pelukan juga dapat menunjukan perhatian, apakah sebegitu pentingnya kah meminta maaf
waktu itu?
Ya, mungkin penting juga ya mas, karena kalau diam saja, ya kayak basa basi seperti kayak salaman,
itu kayak yang basa basi, atau formalitas. Ndak saya lakukan kan soalnya kesehariannya hidup
bersama, satu keluarga.
sikap yang disarankan anaknya.
3.5 (B70-71) tujuan subjek meminta maaf adalah
agar anak merasa diperhatikan oleh subjek
2.1 (+) (B71-74) jarak sosial berpengaruh karena
perkataan minta maaf sendiri menurut subjek
berbeda antara ke yang tua ke muda lebih ke
menunjukan rasa sayang, sebaliknya dari muda
ke yang tua merupakan rasa hormat.
3.5 (B78-80) Tujuannya adalah karena menjaga
harmonisasi keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
Adakah hal positif negatif dari meminta maaf, menurut anda?
Kok saya, kalau negatifnya kok tidak jelas ya ... kasarannya memikirkan atau kalau tidak tu cair
kembali kok negatif gitu kan ya tidak mungkin haha ...
Diluar sana ada seorang Ayah yang sulit mengatakan minta maaf jika berbuat salah, menurut Anda
apakah sebabnya?
Menurut saya itu merupakan salah satu egonya orang tua, karena apa? Karena orang tua itu merasa
lebih tau, lebih mapan, lebih kuat, disitu letaknya ... kalo sampe trus merasa tidak mampu minta maaf,
bukan tidak mampu, tapi tidak mau, karena dasarnya dari situ barang kali.
Menurut anda apa yang dirasakan oleh seorang Ayah, hingga sulit mengatakan minta maaf jika
berbuat salah?
Kalo anak minta maaf ke orang tua ataupun sebaliknya, rasa iba pasti ada. Kalo saya pernah merasa hal
3.1 (B83-84) Tujuan lain subjek mengatakan minta
maaf adalah untuk mencairkan kembali relasi
2.2 (+) (B88-90) jarak sosial berpengaruh karena
menurut subjek orang tua memiliki ego yang
dapat mempengaruhi kurangnya kemampuan
untuk mengatakan minta maaf kepada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
seperti itu. Rasanya itu tidak kuasa gitu lo mas, tidak bisa menguasai keadaan begitu saya. Pernah saya
... dan ternyata itu membuahkan hal-hal yang cukup menguntungkan demi kehidupan saya dan anak-
anak saya.
Selain meminta maaf, terdapat cara lain seperti pelukan atau merubah perilaku, menurut Anda
kenapa harus mengatakan minta maaf pada saat Anda berbuat salah?
Karena yang paling mudah untuk membuka rasa dendam, untuk membuka isi hati itukan kalau ada
ungkapan minta maaf. Ya setelah itu kan dendam itu bisa terkikis, tidak dendam tapi jengkel, orang tua
kok kurang ajar haha ..tidak mengganjal tapi cuman tidak cepat terpulihkan.
Bagaimana pendapat Anda pada Ayah yang memiliki ego besar namun tanpa ragu berkata minta
maaf ketika memiliki kesalahan kepada anak?
Itu ya kalo saya ya ... kok ..tolak belakang gitu lo, dengan kenyataan haha ... itu malah keliatan tidak
jujur .. malah mudah minta maaf, saya gini ... saya ... misalnya minta maaf itu jangan di obral tapi di
2.1 (+) (B94-95) jarak sosial berpengaruh karena subjek
meminta maaf kepada anak disertai dengan rasa
iba.
3.4 (B101-102) tujuan lain meminta maaf kepada
anak menurut subjek adalah untuk mengikis rasa
dendam, hal ini masuk dalam tujuan untuk
mengantisipasi masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
lakukan, dihayati dalam setelah minta maaf itu .. bukan ketulusan .. seperti perubahan hidup didalam
kita itu harus segera minta maaf, la saya harus berbuat yang seperti apa, itu kan harus dinyatakan
terhadap si anak.
Apakah maksud Anda minta maaf tidak hanya dikatakan namun juga ada perubahan perilaku
sebagai bentuk timbal balik?
Iya ... iya, seperti itu
Menurut Anda, apa yang dipikirkan seorang Ayah (kepala rumah tangga) ketika mendengar
kekuatan keluarga di Ayah yang berhubungan dengan kata minta maaf?
Begini, hal yang ... bagi saya itu bukan hal yang sudah membuat harmonis bukan, tapi baru mendekati.
Suatu contoh gini, misal saya ... apa namanya ... membuat kesalahan kepada anak, ya setelah minta
maaf ya sayakan harus berubah juga. Na konsep saya menjaga perubahan ini sepanjang saya jalan itu
seperti sayakan tidak punya meja makan, la kalo makan Cuma dilantai ....itu saya tidak pernah antara
1.1 (+) (B108-111) menurut subjek, perilaku meminta
maaf tidak hanya dilakukan dengan perkataan
namun juga harus disertai dengan perubahan
perilaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
ya makan formal gitu ya, bareng-bareng ... tukar-tukaran cerita .. sementara, yaa agak kelihatan disitu,
menurut saya itu cuman keakraban saja. Meskipun itu tidak terasa kalo saya minum itu dia juga merasa
terganggu, itu kan hal-hal yang saya lakukan. Meskipun satu, apa ... satu teguk ini seolah-olah
mengakui si anak, eksistensinya si anak.
Mungkin maksud anda di tradisi jaman dulu, orang tua harus didahulukan?
Iyaaa na iya seperti itu, banyak itu mas yang masih seperti itu. Bapak-bapak itu yang di”formalitaskan”
untuk makan, itu orangnya tidak ... artinya di dalam gerak-gerik, pertama sopan santun, didalam
kehidupan itu agak jahil gitu lo ... jadi mungkin dari awal kok dispesialkan makan oleh ibunya itu
bapaknya, anaknya seadanya, mungkin itu timbul keinginan lain ..disini ada.
Menurut anda Ayah tersebut itu orang jawa yang seperti apa?
Menurut saya kita sadari, kita landasi hal hal yang baik itu belum tentu semua bisa terlaksana. Na itu
ndilalah itu maunya baik tapi sekali waktu saja kita mencoba, jadi rutinitasnya tidak dilaksanakan.
2.2 (+) (B126) Subjek berpendapat bahwa anak kecil
adalah figur yang perlu diakui eksistensi nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
Padahal tradisi Jawa bilang itu terbaik untuk mengutamakan orang tua, tapi di jaman ini apakah
juga terbaik? Bagaimana menurut Anda?
Kalau dijaman ini tidak bisa mas, dalam tradisi-tradisi gitu kan kiranya lebih tinggi ke bawah-kebawah
..jadi yang terbawah tertekan, satu .. biasanya yang terbawah hanya untuk suruhan kan. Yang terbawah
maksudnya yang lebih muda ..tertekan ..apa apa disuruh, itu yang saya ndak ndak ..
Menurut Anda, adakah perasaan yang berbeda ketika meminta maaf dengan teman dan meminta
maaf dengan anak sendiri?
Yaaaa ... ada mas. Jelas. Jadi ....apa ya ... ada to yang minta maaf karena secara sebagai formalitas, ada
yang memang ini untuk memperbaiki hubungan, ada yang untuk karakter kita sendiri. Sebagai
formalitas itu seperti halal bi halah, itu kan teman saja belum tentu ...
Manakah menurut Anda yang lebih sulit?
2.2 (+) (B140-142) Subjek menyadari bahwa tradisi
Jawa pada jaman ini memiliki kekurangan,
subjek menyebutkan bahwa tradisi jawa
membuat yang muda merasa tertekan.
3.1 (B146-147) Tujuan perilaku minta maaf kepada
anak yang disebutkan oleh subjek adalah untuk
memperbaiki relasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
Yang lebih sulit itu menurut saya, itu memaafkan diri saya sendiri hahaha ..jika diantara dua tadi cuma
yang paling sulit adalah yang tulus, karena nanti yang tulus itu di ikuti dengan perubahan, tapi kalo
formalitas itu kan cuma .. aah besok ketemu lagi. Dan mudah mengatakan jika yang formalitas.
Apa tujuan utama dari seorang Ayah untuk meminta maaf?
Tujuan yang paling utama agar lekas cair ..setelah itukan diikuti perubahan sikap, na kan terus keliatan
perubahannya. Terutama saya itu membutuhkan yang lekas kelihatan itu. Kalo sama sama diam itu
biasanya tau- tau marah marahan atau meledak diluar.
1.1 (+) (B151-153) Terdapat perbedaan dalam meminta
maaf kepada anak, seperti yang dikatakan
subjek, bahwa meminta maaf ke anak perlu
ketulusan, tidak hanya formalitas.
2.1 (+) (B151-153) faktor jarak sosial berpengaruh
karena menurut subjek, terdapat perbedaan
antara meminta maaf kepada anak dan kepada
teman, dan secara tersirat subjek merasa
meminta maaf kepada anak lebih sulit untuk
dilakukan.
3.1 (B156) Tujuan utama yang disebutkan oleh
subjek adalah hubungan yang kembali rukun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VERBATIM RESPONDEN I (Y)
No. Verbatim
Subjek Y
Kode Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Apa saja yang biasa Bapak lakukan dalam hal mengasuh anak?
Ya, untuk mendidik anak, memang ternyata tidak gampang, permasalahanan yang dihadapi itu
bertahap waktu masih masa bayi, masa anak, kemudian remaja dan sekarang sudah ada yang dewasa.
Tetapi dalam menerapkan pendidikan anak atau mungkin pemahaman bagi anak-anak kami yang
paling penting satu adalah sekolah, kemudian menerapkan tanggung jawab kepada anak .. masalah, ee
apa .. pekerjaan dirumah, terus kemudian ini untuk tanggung jawab anak, nomer satu adalah
pendidikan, kemudian saya membebaskan anak itu untuk bergaul seluas-luasnya, saya tidak membatasi
justru saya menyarankan pada mereka, kamu harus eee bergaul dan boleh kamu mengenal siapapun,
kamu berkenalan dengan siapapun boleh, dengan latar belakang apapun boleh saya persilahkan, tetapi
harus selektif .. gitu ya, selektif dalam hal pergaulan. Kalau mengenal boleh, tapi kalau bergaul yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
sifatnya negatif, ya jangan. Jadi kalau negatif ya kamu harus hanya sekedar mengenal saja orang gitu
tapi kalau dalam pergaulannya jangan. Jadi harus mencari yang positif dan mendukung untuk eee
pendidikan kamu, pengalaman hidup itu sangat penting .. yaa .. tidak hanya pendidikan didalam studi
maupun pengalaman didalam hidup keluarga dan masyarakat tetap penting karna ini supaya anak
punya bekal menghadapi orang lain nantinya tidak kaku, tidak grogi, tidak merasa minder .. na .. saya
tidak senang dengan anak-anak yang perkembangannya jadi introvert, jadi bergaul dengan sana tidak
berani, sehingga dia itu mati dalam berkreasi, dan saya membebaskan anak-anak itu memilih apapun
yaa .. kamu sekolah, kemudian kuliah, kamu memilih apapun silahkan tetapi bertanggung jawab
dengan pilihan itu. Tanggung jawab pada pilihan itu.
Kemudian dalam hal pendidikan rohani, karena kami itu keluarga katolik yaa secara iman itu saya
membekali dari kecil contohnya memberikan satu pendidikan agama yang sifatnya itu mudah diterima
oleh anak-anak seperti contohnya kegereja setiap minggu kegereja dengan keluarga. Kemudian
memberi pengertian, anak itu kalau digereja harus berdoa, memang anak-anak itu sering menangis,
ingin pergi kemana-mana waktu di gereja boleh saja tetapi harus mengarahkan anak itu, kita mencari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
membawa bekal minum maupun makan diberikan saat dia itu membutuhkan .. gitu lo .. bukan setiap
saat ke gereja diberi makan dan minum, tidak. Saat dia itu membutuhkan makan minum itu baru
diberikan, tapi pemberiannya itu juga harus dibatasi supaya tidak menghilangkan makna dari kita ke
gereja. Mereka di berikan pengetahuan dan pengertian apa yang digereja apa yang ada dalam misa itu.
Kemudian kehidupan berorganisasi baik itu masyarakat maupun keagamaan, kami selalu mendorong
mereka untuk bersosialisasi dan itu berjalan, tetapi pada saat anak anak itu ternyata apa yang pernah
omongkan dengan keluarga-keluarga katolik mbok anak-anakmu itu disuruh keluar untuk beraktifitas
memajukan lingkungan, mudikanya itu bisa maju, waktu itu saat anak-anak masih SMA, saling
memberi komentar-komentar pada bapak ibu lingkungan saya merasakan waktu itu bisa, tapi ternyata
perjalanan waktu itu menjadi lain. Setelah ini kususnya L itu sudah mahasiswa kemudian sudah
semester 2 itu sudah mulai sibuk sekali, semester 3 sudah jarang dia tu dirumah, kalau pagi setengah
delapan jam tujuh sudah berangkat kuliah, pulang mesti malam, jam 9, setengah sepuluh kadang jam
10 baru pulang jadi seolah kampus itu sudah jadi rumah kedua, gitu lo ... la apalagi setelah menginjak
di semester 4 dia itu kegiatan organisasi kampus kemudian berkembang lagi .. BEM .. itu sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
tambah lagi ga pernah dirumah, tetapi saya itu menyarankan jaga kondisi, kesehatan, kemudian eeee
kalau sudah malam hari lebih baik kamu menginap ditempat temennya cewek, kalau memang sudah
malam, tapi kalo ada temennya mau pulang temannya harus cowok dua tiga orang yang mengantar
kamu pulang. Atau kalau memang perlu tak anter, bapak yang anter jemput, na ini sehingga anak-anak
itu berkembang seperti sekarang dan yang paling utama adalah cewek itu sangat riskan sekali masalah
eeee .. hidup berkeluarga, nah itu. Banyak wanita wanita itu yang kuliah sampai dia setelah lulus
sarjana belum dimanfaatkan keilmuannya itu untuk hidup, untuk mencari nafkah, itu mereka itu sudah
menikah, setelah menikah itu punya anak ya sudah, mentok .. bangkit lagi mencari pekerjaan sesuai
dengan latar belakang pendidikannya mereka sudah malas karena sudah mengasuh anak, ya ini yang
saya terapkan kepada anak saya yaitu. Kamu mau belajar terus bekerja atau menikah. Kalau kamu
kuliah dan selesai terus mau menikah lebih baik sekarang saja berhenti dan kamu menikah. Jadi,
seperti kami orang tua itu kami mengantar anak-anak itu menjadi orang yang berhasil itu harus mampu
memanfaatkan keberhasilannya itu, jadi selama ini kamu sekolah dari SD,SMP,SMA sampai kuliah itu
berapa tahun dan berapa cost yang sudah keluar. Kalau ini tidak bisa kamu manfaatkan, percuma, lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
baik kamu sekarang keluar, menikah.
Pengalaman awal menikah, adalah pengalaman pertama Anda, apalagi pertama kali memiliki
anak. Pernahkah Anda melakukan sesuatu yang akhirnya Anda sesali?
... ya semuanya pasti ada ya. Hanya yang itu sifatnya itu menjadi keluarga terus berantakan, ya ada ...
itu waktu saya dulu dari muda kan senang judi. Sampai tua berkeluarga itu masih, tetapi saya memang
sudah berjanji waktu muda itu, besok kalau saya sudah menikah saya akan berhenti berjudi, tetapi
untuk menghentikan itu tidak bisa secara spontan, pasti kadang-kadang itu bermain dengan teman ..
haha, artinya waktu ronda, kecil-kecilan ya akhirnya ibunya ga senang waktu itu, ya itu terus dirumah,
artinya konflik kecil itu biasa ... untuk mencari solusi terbaik.
Dari pengalaman tersebut, apakah berdampak ke anak Anda?
Ya, dampak waktu itu anak masih balita dan kejadiannya itu selalu malam hari .. haha sudah tidur,
tidak mengerti. Anak masih kecil, tiga tahun. Ibu tidak senang ketika saya seperti itu karena pos
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
rondanya didepan rumah, soalnya pas saya lagi main itu diintip dari rumah keliatan, dan kodenya itu
memainkan lampu. Lama-lama teman-teman yang dipos ronda itu mengerti kalau istri saya marah, dan
menyarankan saya pulang saja, atau bubar saja, itu sering terjadi.
Berarti itu merupakan pengalaman pribadi Anda secara personal, jika penyesalan dalam mendidik
anak, apakah Anda memiliki pengalaman itu?
Oh iyaa, iya ... saya itu ... menyesal, itu waktu anak-anak masih SD disini. Itu menyesalnya apa ..
karena saya mendidik anak saya itu tidak dengan main pukul, gitu ya .. seperti bapak-bapak itu di
tempeleng, dihajar itu tidak, saya hanya waktu itu saya maarah sekali, anak itu ... saya lupa masalahnya
apa tapi saya maarah sekali waktu malam hari. M maupun L itu saya kancingi lawang, saya taruh
diluar tak kancingi lawang sampai dia itu ketakutan sampai kapok itu baru saya masukan. Sekali sekali
pernah seperti itu dan selanjutnya kapok tidak pernah lagi melakukan, saya menyesalnya gitu, anak itu
sampai duduk dieeeem aja gitu .. aah gimana saya itu mbrebes mili.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
Apakah yang Anda lakukan setelah itu?
Ya biasa dengan anak ya terus kembali .. eee .. rasa kasih sayang, itu ya sudah terus dilupakan lah ...
dan itu sudah tidak terulang lagi, anak-anak ya sudah kapok.
Kalau anak-anak menurut Anda apakah masih ingat kejadian itu?
Masih, masih ingat .. karena dia SD kan, sampai sekarang saja saya masih nangis apabila saya ingat ..
saya merasa .. waduuuh, tapi saya tidak dengan saya pukul atau saya gebug tidak dengan itu. Cuman
dengan itu supaya anak itu kapok.
Berarti hanya sekedar dilupakan ya? .. tapi sampai sekarang masih ingat?
Masih, masih saya ... ingat gitu saya nangis, kok kayak gitu .. yang menakjubkan itu setelah 5 menit
dari kejadian itu kakak saya yang suster itu bilang “jangan dimarahi anak itu” karena sayang sama M.
Adakah cara yang Anda lakukan untuk menenangkan anak Anda waktu itu?
1.1 (-) (B82-83) subjek merasa tidak memerlukan kata
minta maaf. Menurut subjek sudah cukup dengan
melupakan dan melakukan perubahan perilaku
dengan tidak melakukan kesalahannya lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
Ya kembali lagi, orang tua memberi tahu yang seperti itu jangan dilakukan lagi supaya bapak ibu tidak
marah, untuk diingatkan kembali agar jangan melakukan lagi.
Berarti apakah tidak sampai terucap kata meminta maaf kepada anak Anda?
Nah, kebetulan tidak ya ... sebatas ... eeee, apa .. memberikan efek jera saja, kemudian ya kita pangku,
kita gendong lagi, terus dia diberi peringatan, supaya seperti itu jangan diulangi lagi. Ya cuman itu,
tidak sampai “maaf ya bapak tadi ..” kebetulan tidak sampai waktu itu
Menurut Anda kenapa waktu itu tidak perlu mengucapkan kata minta maaf?
Tidak teringat, kalau seperti itu ... harus ngomong seperti itu, saya anggap itu sudah pemahaman saya
waktu itu lo, sudah sewajarnya lah memberi suatu .. eee .. apa, bukan pendidikan ya tapi memberikan
suatu peringatan pada anak itu supaya tidak melakukan dengan cara tidak melukai .. yaitu sekitar jam
setengah jam 8.
1.1 (-) (B95-96) Subjek merasa memberi peringatan
kepada anak lebih penting daripada meminta
maaf.
1.1 (-) (B99-101) Subjek tidak mengatakan minta maaf
namun memberikan efek jera agar anak tidak
melakukan sesuatu yang dapat membuat subjek
merasa bersalah.
1.1 (-) (B104-106) menurut subjek kata minta maaf
dapat mengurangi unsur peringatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
Bagaimana pendapat Anda kalau ada orang tua yang mengatakan meminta maaf kepada anak?
Baik, memang seharusnya seperti itu, jadi itu jugakan unsur pendidikan juga. Bahwa kita itu dengan
anak pun sebagai orang tua jangan egois. Merasa menang sendiri, merasa berkuasa .. tidak seperti itu,
walaupun dengan anak, memberikan pendidikan yang baik “Saya minta maaf ya nak, bapak gini, gini,
gini” ya itukan sebetulnya kalo keluarga menerapkan hal semacam itu waa indah, tidak ada kerusuhan,
tidak ada tawuran kayak yang di TV itu.. hanya ucapan “maaf ya”, tapi kadang-kadang orang tua itu
egois, merasa dirinya berkuasa, lebih lebih bapak. Kebanyakan bapak, itu merasa dirinya sebagai
kepala keluarga, jika sudah menjadi kepala keluarga merasa memiliki kuasa penuh, na itu keliru. Na
dalam keluarga itu yang paling berperan adalah suami dan istri, bapak dan ibu, mereka yang
sebetulnya memiliki kekuasaan yang sama. Bukan sebagai laki-laki yang merasa dirinya kuat itu yang
menjadi berkuasa penuh itu bukan. Suami istri ini berkuasa dirumah itu, untuk mendidik anak-anaknya
menjadi baik, makanya dalam keluarga itu, terapkanlah suatu komunikasi dengan selalu sharing, doa
bersama dalam keluarga. Ini sebetulnya untuk bisa saling memahami karakter masing-masing, sedikit
tapi karena rutinitas, tapi kalau jarang ada komunikasi, tidak pernah bersama-sama memecahkan suatu
3.4 (B110) Subjek berpendapat bahwa didalam
perilaku meminta maaf terdapat unsur
pendidikan.
2.2 (-) (B110-114) subjek merasa orang tua tidak
seharusnya egois, menang sendiri serta
menggunakan kekuasaannya apabila orang tua
tersebut memiliki kesalahan kepada anaknya.
3.4 (B110-114) menurut subjek segala fenomena
yang terjadi di remaja seperti tawuran adalah
akibat dari keegoisan orang tua karena tidak mau
mengatakan minta maaf ketika salah kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
permasalahan, akhirnya kalau ada konflik ya berkepanjangan. Terus seperti halnya ini keluarga
katolik, kalau keluarga katolik harus selalu akan sakramen perkawinan. Ini harus selalu ingat. Bahwa
disitu ada satu janji perkawinan yang Tuhan Yesus sendiri memberikan suatu penekanan, hidup
berkeluarga satu selamanya dan tidak terpisahkan yang bisa menceraikan hanya maut.
Apakah ada alasan khusus dahulu ketika Anda menyesal tidak mengeluarkan kata minta maaf?
Tidak kepikiran sampai kesitu ya, tidak ada ... ya tidak tahu, tidak ada suatu pemikiran sampai kesitu
memang itu baik sebetulnya. Tapi pada saat itu saya anggap selesai lah dengan saya memberikan suatu
pelukan saya gendong, pemahaman yang sperti itu. Mungkin saat itu dengan kayak gitu itu sudah sama
dengan minta maaf pa ya? Mungkin ya ... hahaha .. Tidak kepikiran saat itu.
kesulitan orang tua umumnya untuk mengatakan meminta maaf kepada anak?
Tidak ada, hanya memang saat itu tidak terpikirkan
anaknya.
2.2 (-) (B115-116) subjek merasa ketika seorang ayah
atau bapak menjadi egois dan berkuasa itu
merupakan sebuah kekeliruan.
2.2 (-) (B116-121) subjek merasa kedudukan suami dan
istri adalah setara, keduanya sama sama berkuasa
dirumahnya.
3.4 (B121-123) subjek merasa perilaku meminta
maaf dapat berfungsi untuk memahami karakter
masing- masing dan dapat sebagai antisipasi
akan konflik.
1.1 (-) (B129-131) walaupun subjek merasa meminta
maaf itu baik, subjek merasa hal tersebut dapat
digantikan dengan cara memberikan pelukan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
Bayangkan Anda sedang di posisi sedang meminta maaf kepada anak, adakah perasaan yang
tidak biasa ketika mengatakan minta maaf?
Kalau saya pribadi tidak, tidak ada yang aneh. Itu sudah suatu hal yang wajar, jangan mentang-
mentang kamu sebagai orang tua, yang muda itu selalu minta maaf atau selalu salah. Bahwa selama
kamu masih hidup, kesalahan itu selalu ada, maka kita harus selalu menyadari kalau kita merasa salah,
ya kita harus minta maaf, dengan siapapun .. gitu lo .. seperti Tuhan sendiri sudah mengatakan y,
berapa kali saya harus mengampuni, itu tujuh puluh tujuh kali, yaa itu sudah tidak ada batasnya. Na
kalo mereka orang orang lain merasa dirinya itu berkuasa dan dia tidak perlu dengan minta maaf, ya
itu hak mereka.
Tadi Anda mengatakan pelukan dapat menggantikan kata minta maaf, menurut Anda apa
makna kata minta maaf yang diucapkan orang tua kepada anak?
Bahwa kesalahan itu terjadi hanya pada manusia, tidak itu memilahkan dia itu bapak, ibu, simbah,
anak, cucu tidak ... semuanya bisa melakukan kesalahan, jadi kalau bapak itu salah minta maaf pada
gendongan.
1.1 (-) (B133) Ketika subjek sadar dirinya memiliki
kesalahan, tidak terlintas dipikiran subjek untuk
meminta maaf kepada anaknya
1.2 (+) (B139-142) subjek sadar bahwa selama dia hidup
kesalahan itu selalu ada
2.2 (-) (B139-140) subjek berpendapat bahwa meminta
maaf kepada yang muda adalah hal yang wajar
2.3 (-) (B140-142) menurut subjek ketika kita sadar
dirinya telah berbuat salah, orang itu harus
meminta maaf kepada siapapun korbannya.
1.1 (+) (B142-145) subjek terinspirasi dengan tokoh
Agamanya yang memberikan contoh akan
pengampunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
anak itu sudah hal yang wajar. Otomatis anak akan mengingat bahwa orang tuaku saja minta maaf
pada aku kok, kalau aku salah .... itu akan otomatis di simpan di memori mereka untuk bisa diterapkan
kalau saya jadi orang tua besok, ini secara tidak langsung menjadi pendidikan untuk anak-anak, kan
gitu .. la sekarang saya pun kalau anak-anak itu membelikan sesuatu pada saya, pada bapak dan ibu,
saya terima kasih kok. Membelikan es, entah saya sebagai bapak atau sebagai ibu, ni dari M, ni dari L,
terima kasih ya. Na inikan suatu pujian, penghargaan pada anak itu bahwa anak itu membahagiakan
juga orang tua, na kebalikannya orang tua berterimakasih karena kamu kan memperhatikan orang tua,
walaupun nilainya tidak seberapa ... nilainya kan tidak seberapa dari es itu cuman 2000, 3000 .. bukan
nilainya tapi ketulusan ingin membelikan untuk orang tuanya.
Berarti maksud Anda, meminta maaf itu sama dengan terimakasih?
Iya, sama saja itu. Jadi kalau itu sudah terbiasa dalam keluarga, tidak ada kata-kata yang membatasi
orang tua dengan anak untuk mengucapkan terimakasih dan maaf. Tinggal momennya apa, na kalau itu
... eeeee ... perhatian itu selalu diberikan otomatis anak anak juga memperhatikan orang tua, tetapi
1.2 (+) (B149-151) Subjek merasa bahwa kesalahan itu
terjadi di diri semua orang.
3.4 (B151-154) subjek merasa orang tua dapat
menjadi contoh bagi anak agar mencontoh
perilaku meminta maaf orang tua kepada anak.
3.5 (B154-159) subjek merasa perilaku meminta
maaf dengan perilaku berterimakasih adalah hal
yang sama, keduanya memiliki unsur pujian atau
penghargaan atas perhatian yang telah diberikan.
3.5 (B162-164) subjek merasa apabila dirinya tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
kalau orang tua itu masa bodoh, dia itu mampu kaya tetapi masa bodo tidak ada suatu untuk intern
keluarga, mengarahkan anak itu yang baik seperti apa tapi secara materi itu dia penuhi terus tanpa
unsur pendidikan yang baik pada anak-anak ya nantikan mereka jadi mencari jalannya sendiri, tidak
ada katakanlah suatu sekat atau batasan antara pantas untuk dikerjakan, dilakukan maupun tidak pantas
untuk dilakukan .. na ini tidak ada batas .. apa to keinginan kamu, ini saya berikan, hanya secara materi
mencukupi tapi unsur didalamnya yang lebih ensensial tidak ada. Sehingga ya, aku butuh sesuatu
minta sesuatu saya beli itu bisa, na setelah beli itu diwujudkan itu nanti akan digunakan apa, itu kan
menurut selera anak sendiri. “Kowe ki tak kei montor, kuwi ra dinggo ngebut” itu kamu gunakan untuk
memudahkan pekerjaan kamu, jadi motor itu tidak diorangi tapi orang itu dimotori. La itu ra karuan
nanti ....
Diwawancara sebelumnya, anda menyesalkan perilaku memarahi anak dengan mengunci diluar
rumah. Bisakah diceritakan secara rinci kejadian tersebut?
Yang terakhir itu anak sudah tidak seperti biasanya, ada kecenderungan anak ini bertambah nakal, kalo
batas mengatakan maaf, anaknya secara otomatis
akan memberikan perhatian kepadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
M itu berbohong. Dia kepengen pulang sekolah waktu SD kepengen ketempat temennya, ngomong ke
bapaknya temennya itu pengen main kesana, katanya M sudah bilang ke bapak (responden) katanya
boleh, padahal belum bilang ... na terus sampai sekolahan saya kan bingung anaknya kok ga ada,
kemana? Saya kan sudah cari cari temannya kemana-kemana, ya sedikit mangkel. Tanya temennya ga
da yang tau ternyata di sebelah, di daerah mbadran (lokasi) situ. Terakhir saya cari ya ternyata disitu.
Katanya tadi ditanya sudah pamit? Ya sampe malem saya mangkel itu, trus gitu. Sekitar jam setengah
delapan tanya tanya tanya, berbohong, mangkel. Daripada anak itu tak tutuk atau diapain itu kurang
baik, ya tak kancingi.
Perasaan anda marah tersebut apakah timbul karena khawatir atau karena yang lain?
Ya karena dia berbohong, tapi setelah itu dengan kejadian itu sudah kapok. Sudah tidak diulangi lagi.
Anda berkata kejadian tersebut bikin anda menyesal, dimana letak penyesalan anda tepatnya?
Ya menyesalnya kenapa waktu itu saya tidak mempunyai eeeee alternatif lain sampai anak itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
menangis diluar, saya kancingi, ya saya menyesalnya seperti itu. Tapi motivasinyakan supaya anak itu
kapok. Ya ternyata memang anak itu kapok. Setelah kejadian itu sekali ya sudah, kalau mau ada apa
apa sekarang bilang, mau kemana mana bilang, karena dikeluarga saya itu tradisi kalo kemanapun
harus pamit. Jadi tidak boleh baik bapak atau anak kalau mau pergi kemana harus pamit, tradisi itu
saya terapkan, na sejak itu kan anak anak selalu bilang mau kemana, seperti mau kesini mau ketempat
ini.
Waktu itu anda berkata anda cenderung bereaksi spontan kepelukan, kenapa waktu itu pelukan
lebih mudah dilakukan daripada berkata minta maaf?
Saya kira identik ya, artinya minta maaf dengan memberikan kasih sayang jauh lebih mengena kalau
diberi kasih sayang, karena ini ada suatu ikatan batin, kalau dengan suatu ... apa ... tindakan kita itukan
lebih mengena, jadi hubungan batin lebih dekat daripada bilang maaf. Hal hal seperti itu, kami lakukan
kalau saat sharing pada doa bersama .. na .. kita sebagai orang tua meminta maaf kepada anak kalau
ada kesalahan-kesalahan juga anak-anak jadi saat berdoa itu kita terbuka.
1.1 (-) (B202-204) subjek merasa pelukan lebih
memiliki efek kasih sayang dari pada berkata
minta maaf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
Apakah pada waktu itu anda tidak mengatakan minta maaf karena anda kurang merasa adanya
kesalahan di diri anda?
Tidak ada ya ungkapan maaf, pengertiannya karena maaf itu kan mengucapkan kata maaf itukan orang
itu bersalah, kan gitu to? Kalau mereka bersalah, dengan kesadarannya dia akan mengucapkan maaf.
Na sekarang antara perbuatan anak dengan orang tua yang salah siapa menurut anda? Apakah itu perlu
diungkapkan dengan kata maaf? Karena ini juga kategori anak ini masih kecil. Dia sendiri belum tau
kalau saya itu salah saya harus mengucapkan maaf. Mungkin pengertian itu di sekolah sudah
diberikan, tapi pada saat itu karena mungkin dia malam hari ketakutan jadi untuk mengatakan maaf dia
tidak terpikirkan. Taunya dia tu duduk nangis diem.
Pesan apa yang ingin anda sampaikan dengan kata minta maaf?
Ya biasanya kan nasihat. Nasihat yang diberikan pada perilaku yang kurang baik disampaikan agar
tidak melakukan perilaku itu lagi. Jadi ya untuk memperbaiki kesalahannya, karena itu juga
1.1 (-) (B210-211) subjek tidak mengatakan minta maaf
karena kurangnya kesadaran akan kesalahannya.
2.2 (+) (B213-214) Subjek menganggap anak yang
masih kecil adalah figur yang masih belum tahu
banyak tentang perilaku meminta maaf ketika
salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
mengembalikan kepercayaan diri kalau orang tua sekalipun marah masih sayang.
Adakah kejadian lain yang terjadi hingga anda mengucapkan minta maaf?
Ooo itu pernah, tapi kejadiannya apa ya .. lupa saya tu. Beberapa kali saya memang sebagai orang tua
bukan terus figur yang otoriter dalam sebuah rumah tangga tidak. Terus berkuasa terhadap istri dan
anak tidak. Saat itu saya memang ada kesalahan apa yang menurut saya itu sebetulnya tidak salah,
ternyata setelah dijelaskan oleh anak ya itu salah. Saya mengatakan maaf .. bapak melakukan kayak
gitu terhadap M. Bahkan pada istripun saya minta maaf. Bukan saya sebagai kepala rumah tangga
selalu merasa benar, bukan seperti itu, itu tidak demokratis ya. Dengan anak pun juga seperti itu. Tapi
saat saat tertentu ya namanya manusia tidak ambil pusing, tapi dimana ada kesadaran minta maaf ya
minta maaf.
Kenapa harus minta maaf?
Na itukan sebagai rasa penyesalan diri merasa intropeksi diri, saya salah. Juga bagian dari iman. Kita
3.3 (B219-221) subjek berpendapat bahwa dengan
meminta maaf, subjek ingin membuat anaknya
sadar walaupun subjek salah, subjek masih
sayang pada anaknya.
1.2 (-) (B226-228) subjek tidak merasa salah sebelum
ditunjukan kesalahannya oleh orang disekitarnya
(anak).
1.1 (-) (B229-231) menurut subjek untuk mengatakan
minta maaf dibutuhkan kesadaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
diajarkan untuk selalu rendah hati, sabar dan mencintai dan memaafkan.
Menurut anda adakah perasaan yang berbeda mungkin antara meminta maaf kepada teman
dengan meminta maaf kepada anak?
Sama saja, artinya kalau dia memang salah. Intinya salah, saya minta maaf.
Apa tujuan anda untuk berkata minta maaf kepada anak?
Sebagai orang tua, itu biasanya memberikan suatu contoh yang baik. Contoh yang baik itu hal
hal yang kecil itu bisa di berikan seperti contohnya sehabis makan cuci piring. Cuci piringnya sendiri.
Ini kan memberikan contoh kepada anak-anak. Tapi ada rasa tanggung jawab untuk membersihkan
kembali. Na, terus seperti hal hal lainnya yang kecil kecil itu diterapkan kepada anak supaya mereka
itu mengerti, termasuk juga masalah minta maaf itu tadi. Meminta maaf pada anak itu kan juga suatu
ungkapan dan juga suatu pendidikan buat anak walaupun orangtua pun kalau salah harus minta maaf.
Inikan suatu juga eeee ... emmm .. memberikan suatu teladan bagi anak-anak untuk mencontoh yang
2.1 (-) (B239) Menurut subjek tidak ada perasaan yang
berbeda antara meminta maaf dengan teman dan
meminta maaf dengan anak.
3.5 (B246-249) subjek mengatakan minta maaf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249.
250.
251.
baik, yang namanya salah harus mengakui kesalahannya, na mengakuinya itu dengan cara minta maaf.
Na ini diantaranya seperti itu, seperti hal hal lain yang orang tua – orang tua begitu sukses mendidik
anaknya, hal hal yang kecil itu diperhatikan oleh anak-anaknya suatu hal yang surprise sekali.
bertujuan untuk memberikan teladan bagi
anaknya untuk ditiru apabila kelak anaknya
memiliki kesalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABEL TEMA UMUM
Aspek Meminta maaf
Perkataan minta maaf Kesadaran akan perasaan bersalah Perasaan malu atas perasaan bersalah
Mengatakan minta maaf (+) Tidak mengatakan
minta maaf (-)
Sadar akan perasaan
bersalah (+)
Tidak sadar akan
perasaan bersalah
(-)
merasa malu (+) Tidak merasa malu (-)
Y “Ya biasa dengan
anak ya terus kembali
..eee .. rasa kasih
sayang, itu ya sudah
terus dilupakan lah ...
dan itu sudah tidak
terulang lagi, anak-
anak ya sudah
kapok.“(responden Y,
B82-83)
“Ya kembali lagi,
orang tua memberi
tahu yang seperti itu
jangan dilakukan
lagisupaya bapak ibu
tidak marah, untuk
diingatkan kembali
agar jangan
melakukan
lagi.“(responden Y,
“Kalau saya pribadi tidak, tidak ada yang
aneh. Itu sudah suatu
hal yang wajar, jangan
mentang-mentang kamu
sebagai orang tua, yang
muda itu selalu minta
maaf atau selalu salah.
Bahwa selama kamu
masih hidup, kesalahan
itu selalu ada, maka kita
harus selalu menyadari
kalau kita merasa salah,
ya kita harus minta
maaf, dengan siapapun
.. gitulo” (responden Y,
B139-142)
“Bahwa kesalahan itu terjadi hanya pada
manusia, tidak itu
“Saat itu saya
memang ada
kesalahan apa
yang menurut saya
itu sebetulnya tidak
salah, ternyata
setelah dijelaskan
oleh anak ya itu
salah. Saya
mengatakan maaf ..
bapak melakukan
kayak gitu
terhadap
M.”(responden Y,
B226-228)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B95-96)
“Tidak teringat,
kalau seperti itu ...
harus ngomong seperti
itu, saya anggap itu
sudah pemahaman
saya waktu itu lo,
sudah sewajarnya lah
memberi suatu ..eee ..
apa, bukan pendidikan
ya tapi memberikan
suatu peringatan pada
anak itu supaya tidak
melakukan dengan
cara tidak
melukai“(responden Y,
B104-106).
“Tidak kepikiran
sampai kesitu ya, tidak
ada ... ya tidak tahu,
tidak ada suatu
pemikiran sampai
kesitu memang itu baik
sebetulnya. Tapi pada
saat itu saya anggap
selesai lah dengan
saya memberikan suatu
pelukan saya gendong,
pemahaman yang
seperti itu.“(responden
Y, B129-131)
memilahkan dia itu
bapak, ibu, simbah,
anak, cucu tidak ...
semuanya bisa
melakukan kesalahan,
jadi kalau bapak itu
salah minta maaf pada
anak itu sudah hal yang
wajar”(responden Y,
B149-151).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Saya kira identik
ya, artinya minta maaf
dengan memberikan
kasih sayang jauh
lebih mengena kalau
diberi kasih sayang,
karena ini ada suatu
ikatan batin, kalau
dengan suatu ... apa ...
tindakan kita itukan
lebih mengena, jadi
hubungan batin lebih
dekat daripada bilang
maaf.“(responden Y,
B204-206).
“Tidak ada ya
ungkapan maaf,
pengertiannya karena
maaf itukan
mengucapkan kata
maaf itukan orang itu
bersalah, kan gitu to?
Kalau mereka
bersalah, dengan
kesadarannya dia akan
mengucapkan
maaf.“(responden Y,
B210-211).
“Tapi saat saat
tertentu ya namanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
manusia tidak ambil
pusing, tapi dimana
ada kesadaran minta
maaf ya minta maaf.
“(responden Y, B229-
231).
S Ya terus terang waktu itu, kan
dia jerit jerit kesakitan, ya
saya minta maaf
...(Responden S, B33).
Waktu nangis itu kan saya
gendong, trus ya saya bilang
“saya minta maaf”. Dia waktu itu kelas 2 SD, ya pokoknya
saya minta maaf untuk ..
kejadian ini, mau tak tinggal
maksudnya itu saya
ndakmangkel, biar kamu itu
nututi saya maunya, ternyata
... ada kejadian. (Responden
S, B53-55).
“.. misalnya minta maaf itu
jangan di obral tapi di
lakukan, dihayati dalam
setelah minta maaf itu .. bukan
ketulusan .. seperti perubahan
hidup didalam kita itu harus
segera minta maaf, la saya
harus berbuat yang seperti
apa, itu kan harus dinyatakan
“Pernah, pernah itu
mas. Pernah terutama
dalam hal menjaga
keselamatan si anak itu.
Pernah saya naik
sepeda ontel dengan
anak saya lepas, dan
saya tu saya sampai
rumah dulu, anak
membawa sepeda
sendiri ternyata di got
itu di dekat pasar, dia
itu di anu anjing, dia
tidak mengginggit tapi
anaknya dilangkahi, dia
sampai nangispun tidak
bisa, saking
ketakutannya. La itu
terus kebetulan dia itu
di anu anjing, jatuhnya
itu tulangnya retak.
Yang saya kecewa itu,
kenapa kok saya lepas
dan tidak saya awasi,
saya tinggal supaya dia
kendel gitu lo
“kalo saya
dipersalahkan itu
ya saya maaf, saya
tak merubah, mau
sarannya gimana.
Ya kalo yang saya
lakukan itu keliru,
saya tidak akan
mengulanginya
lagi.” (Responden
S, B64-66).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap si anak.”
(Responden S, B108-111).
“kalo saya dipersalahkan itu
ya saya maaf, saya tak
merubah, mau sarannya
gimana. Ya kalo yang saya
lakukan itu keliru, saya tidak
akan mengulanginya
lagi.”(Responden S, B64-66).
“jika diantara dua tadi cuma
yang paling sulit adalah yang
tulus, karena nanti yang tulus
itu di ikuti dengan perubahan,
tapi kalo formalitas itu kan
cuma .. aah besok ketemu lagi.
Dan mudah mengatakan jika
yang formalitas.”(Responden
S, B151-153).
mas.”(B22-27).
B “Ya minta maaf itu ya memang kadang kadang ada
yang minta maaf itu sebagai
ceremonial, tradisi ..
kesalahannya itu tidak tidak ..
tidak .. tapi yang mempunyai
kesalahan yang mendalam itu
mempunyai makna minta
maaf, tergantung dari ... dari
kadar kesalahan itu seperti
apa. Itu saya kira.”
(responden B, B159-162)
“Setelah itu terjadi ya .. saya orang tua
merasa terharu dan
saya ... saya peluk itu
anak saya itu. Dan
saya merasa terharu
dan inilah perasaan
yang saya rasakan.”
(responden B, B69-70)
“Yaa .. waktu itu
sempat .. ya tidak
spontanlah, waktu itu
“Yaa saya pikir .. saya tidak ada ya yang
saya sesali, karena saya
menyayangi mereka
dan kadang kadang
terjadi kekerasan tapi
setelah itu saya merasa
ya agak merasa
menyesal juga. Tapi
kekerasan itu tidak
seberapa dengan yang
saya alami waktu kecil,
saya pikir itu ya biasa-
“Ya anak saya
merasa salah ..
salah tentang
perbuatannya itu,
terus dia sempat
meminta maaf”
(responden B,
B49)
“Memang pada saat ini memang itu
disalahkan, karena
saat ini memang
“Dan itu yang menjadi kebanggaan saya, saat dia
masih kecil umur 3 atau 4
tahun sudah merasa salah
dan bertanggung jawab dan
dia merasa minta maaf.”
(responden B, B49-51)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saya sendiri merasa ...
ya sudah .. ya saya
lupa .. haha ..”
(responden B, B73-74)
“Ya mungkin ini sifat pribadi masing-masing,
ya kadang kadang
dengan cara seperti itu
merasa bahwa
perasaan yang berjalan
.. bukan ucapan .. jadi
menurut saya karena
memeluk itu anak
menjadi lebih tentram,
dan anak menjadi ...
apa ya ... menjadi
merasa terlindungi. Ya
seperti itu, lain
misalkan “aku minta maaf ya” tanpa ada sikap, tanpa ada
perilaku yang seperti
itu menurut saya lain
itu maknanya.”
(responden B, B139-
142)
biasa saja.” (responden
B, B40-43)
“kadang anak anak itu merasa dirinya
mempunyai keinginan
yang tidak bisa di
turuti, akhirnya karena
emosinya orang tua itu
ya kadang kadang
sempat main pukul tapi
setelah itu ya saya
merasa sedih dan
menyesal” (responden
B, B43-45)
berbeda dengan
yang dulu,
sekarang sudah
ada undang
undang
perlindungan anak,
la itu yang
sebetulnya
harusnya
dimengerti oleh
para orang tua,
bagaimana
mendidik dengan
cara yang paling
baik itu seperti
apa.” (responden
B, B54-56)
Faktor yang berpengaruh
Jarak sosial Kekuatan sosial Jenis Kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jarak sosial
berpengaruh (+)
Jarak sosial tidak
berpengaruh (-)
Kekuatan sosial
berpengaruh (+)
Kekuatan sosial tidak
berpengaruh (-)
Jenis kelamin
berpengaruh (+)
Jenis kelamin tidak
berpengaruh (-)
Y “Sama saja, artinya
kalau diri memang
salah. Intinya salah,
saya minta
maaf”(responden Y,
B239).
“Ya kembali lagi,
orang tua memberi
tahu yang seperti itu
jangan dilakukan lagi
supaya bapak ibu
tidak marah, untuk
diingatkan kembali
agar jangan
melakukan lagi.
“(responden Y, B95-
96)
“Karena ini juga kategori anak ini
masih kecil. Dia
sendiri belum tau
kalau saya itu salah
saya harus
mengucapkan
maaf”(responden Y,
B213-214).
“hanya ucapan “maaf ya”, tapi kadang-kadang orang tua
itu egois, merasa dirinya
berkuasa, lebih-lebih
bapak.”(B114-115).
“Kebanyakan bapak, itu merasa dirinya sebagai
kepala keluarga, jika sudah
menjadi kepala keluarga
merasa memiliki kuasa penuh,
na itu keliru.”(B115-116)
“Na dalam keluarga itu yang
paling berperan adalah suami
dan istri, bapak dan ibu,
mereka yang sebetulnya
memiliki kekuasaan yang
sama. Bukan sebagai laki-laki
yang merasa dirinya kuat itu
yang menjadi berkuasa penuh
itu bukan. Suami istri ini
berkuasa dirumah itu, untuk
mendidik anak-anaknya
menjadi baik, makanya dalam
keluarga itu, terapkanlah
suatu komunikasi dengan
selalu sharing, doa bersama
dalam keluarga”(responden
“Bahwa selama kamu masih hidup, kesalahan
itu selalu ada, maka
kita harus selalu
menyadari kalau kita
merasa salah, ya kita
harus minta maaf,
dengan siapapun .. gitu
lo”(responden Y,
B140-142).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Y, B116-121).
“Kalau saya pribadi tidak, tidak ada yang aneh. Itu
sudah suatu hal yang wajar,
jangan mentang-mentang
kamu sebagai orang tua, yang
muda itu selalu minta maaf
atau selalu salah.”(responden
Y, B139-140).
S “Kalo anak minta
maaf ke orang tua
ataupun sebaliknya,
rasa iba pasti ada.
Kalo saya pernah
merasa hal seperti itu.
Rasanya itu tidak
kuasa gitu lo mas,
tidak bisa menguasai
keadaan begitu
saya”(Responden S,
B94-95)
“Ya saya messake
sama anak-
anak”(Responden S,
B58)
“Meminta maaf
sendiri tidak berarti
mengurangi rasa
hormat, na to .. kalo
yang muda hormat
“Meskipun satu, apa
... satu teguk ini
seolah-olah mengakui
si anak, eksistensinya
si anak”(responden S,
B126).
“Kalau dijaman ini
tidak bisa mas, dalam
tradisi-tradisi gitu kan
kiranya lebih tinggi ke
bawah-kebawah .. jadi
yang terbawah
tertekan, satu ..
biasanya yang
terbawah hanya untuk
suruhan kan. Yang
terbawah maksudnya
yang lebih muda ..
tertekan .. apa apa
disuruh, itu yang saya
ndakndak
..”(Responden S,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepada yang lebih tua,
tapi hormatkan tidak
harus mengupas kata
maaf. Kalo dari yang
tua ke yang muda itu
kan sayang gitu lo nek
... sayang kan berarti
juga eem .. apa ..
hormat itu kan bisa
dinyatakan macem
macem.”(Responden
S, B71-74).
jika diantara dua tadi
cuma yang paling sulit
adalah yang tulus,
karena nanti yang
tulus itu di ikuti
dengan perubahan,
tapi kalo formalitas itu
kan cuma .. aah besok
ketemu lagi. Dan
mudah mengatakan
jika yang formalitas.
(Responden S, B151-
153).
B140-142).
“Menurut saya itu
merupakan salah satu
egonya orang tua,
karena apa? Karena
orang tua itu merasa
lebih tau, lebih
mapan, lebih kuat,
disitu letaknya ... kalo
sampe trus merasa
tidak mampu minta
maaf, bukan tidak
mampu, tapi tidak
mau, karena dasarnya
dari situ barang kali”
(Responden S, B88-
90).
B “Yaaa biasanya orang
tua tu lebih sulit
dengan anak ... ya
karena merasa ya
seperti yang ada yang
waktu .. ya orang tua
“saya tidak segan segan untuk meminta
maaf.” (Responden
B, B83)
“.. tapi kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
itu ... yaa memang itu
merasa agak sulit
dengan anak daripada
dengan orang lain. Ya
memang ada yang
berbeda. Kalau pada
orang lain itu dari
segi usia se level,
dengan orang lain
bisa lebih leluasa
karena kehidupan
sosial itu memang
membutuhkan
kerukunan yang harus
selalu dibina.”
(Responden B, B165-
169)
merasa orang tua
dulu itu jarang yang
merasakan dirinya itu
salah. Laa orang tua
dulu itu berprinsip,
dia mendidik anak itu
untuk kebaikan anak,
apapun yang
dilakukan ya itu untuk
kebaikan anak, ya
makanya orang tua
dulu itu tidak pernah
salah karena apapun
yang dilakukan untuk
kebaikan anak.”
(Responden B, B89-
92)
”Ya itu tadi, kembali yang ... yang .. yang ..
anu, kayak seperti
sistem pendidikan
anak yang dahulu itu
seperti itu, jadi orang
tua seperti ada sifat
otoriter, makanya
orang tua dulu itu
jarang merasa
bersalah terhadap
anak.” (Responden B,
B107-109)
“Iyaa, ya kan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tua jaman dahulu itu
ada tradisi-tradisi
khusus ya, orang jawa
misalkan .. orang
jawa itu ada istilah
ada peribahasa itu ...
“kebo nyusu gudel” itu istilah kalau orang
tua minta .. minta .. ee
minta berguru dengan
anak, itu karena
harga diri orang dulu
itu masih kuat, jadi
orang tua dahulu itu
taunya kalo orang tua
harus bisa mengatur
anaknya. La jangan
sampai ada istilah
kebo nyusu gudel itu,
jadi gimanapun juga
orang dahulu itu
merasa harus lebih
dari anak.”
(Responden B, B123-
127)
Fungsi atau manfaat meminta maaf
Memperbaiki relasi Menunjukan rasa hormat Perbaikan masalah Antisipasi masalah Lainnya
Y “Ya biasanya kan nasihat. Nasihat yang diberikan pada
“Baik, memang
seharusnya seperti itu, jadi
“Iya, sama saja itu. Jadi kalau itu sudah terbiasa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perilaku yang kurang baik
disampaikan agar tidak
melakukan perilaku itu lagi.
Jadi ya untuk memperbaiki
kesalahannya, karena itu
juga mengembalikan
kepercayaan diri kalau orang
tua sekalipun marah masih
sayang.” (responden Y,
B219-221)
itu jugakan unsur
pendidikan
juga.”(responden Y,
B110).
“Otomatis anak akan mengingat bahwa orang
tuaku saja minta maaf
pada aku kok, kalau aku
salah .... itu akan otomatis
di simpan di memori
mereka untuk bisa
diterapkan kalau saya jadi
orang tua besok, ini
secara tidak langsung
menjadi pendidikan untuk
anak-anak, kan
gitu”(responden Y,B151-
154).
“Bahwa kita itu dengan anak pun sebagai orang
tua jangan egois. Merasa
menang sendiri, merasa
berkuasa .. tidak seperti
itu, walaupun dengan
anak, memberikan
pendidikan yang baik
“Saya minta maaf ya nak,
bapak gini, gini, gini” ya itukan sebetulnya kalo
keluarga menerapkan hal
semacam itu waa indah,
keluarga, tidak ada kata-kata
yang membatasi orang tua
dengan anak untuk
mengucapkan terimakasih dan
maaf. Tinggal momennya apa,
na kalau itu ... eeeee ...
perhatian itu selalu diberikan
otomatis anak anak juga
memperhatikan orang tua”
(responden Y, B162-164).
“Meminta maaf pada anak itu kan juga suatu ungkapan dan
juga suatu pendidikan buat
anak walaupun orangtua pun
kalau salah harus minta maaf.
Inikan suatu juga eeee ...
emmm .. memberikan suatu
teladan bagi anak-anak untuk
mencontoh yang baik, yang
namanya salah harus
mengakui kesalahannya, na
mengakuinya itu dengan cara
minta maaf.”(responden Y,
B246-249).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak ada kerusuhan, tidak
ada tawuran kayak yang di
TV itu”(responden Y,
B110-114).
“Ini sebetulnya untuk bisa
saling memahami karakter
masing-masing, sedikit
tapi karena rutinitas, tapi
kalau jarang ada
komunikasi, tidak pernah
bersama-sama
memecahkan suatu
permasalahan, akhirnya
kalau ada konflik ya
berkepanjangan.”(respond
en Y, B121-123).
S “ada to yang minta
maaf karena secara
sebagai formalitas,
ada yang memang ini
untuk memperbaiki
hubungan” (responden
S, B146-147).
“Tujuan yang paling utama agar lekas
cair” (responden S,
B156)
“Kok saya, kalau
negatifnya kok tidak
“Karena yang paling mudah untuk membuka
rasa dendam, untuk
membuka isi hati itukan
kalau ada ungkapan minta
maaf. Ya setelah itu kan
dendam itu bisa terkikis,
tidak dendam tapi
jengkel” (responden S,
B101-102).
“Nek saya gini, itukan kita
ungkapkan biar dia itu merasa
saya perhatikan juga” (responden S, B70-71).
“Ya, mungkin penting juga ya mas, karena kalau diam saja,
ya kayak basa basi seperti
kayak salaman, itu kayak yang
basa basi, atau formalitas.
Ndak saya lakukan kan
soalnya kesehariannya hidup
bersama, satu
keluarga.”(responden S, B78-
80).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jelas ya ... kasarannya
memikirkan atau kalau
tidak tu cair kembali
kok negatif gitu kan ya
tidak mungkin haha” (responden S, B83-84)
Meminta maaf sendiri tidak
berarti mengurangi rasa
hormat, na to .. kalo yang
muda hormat kepada yang
lebih tua, tapi hormatkan tidak
harus mengupas kata maaf.
Kalo dari yang tua ke yang
muda itu kan sayang gitu lo
nek ... sayang kan berarti juga
eem .. apa .. hormat itu kan
bisa dinyatakan macem
macem.”(responden S, B71-
74).
B “jadi kalau ada permasalahan tidak .. tidak
berlarut larut dan cepat
selesai.” (responden B,
B150-151)
“cara seperti itu orang tua juga secara tidak langsung
dapat mendidik anak, agar
kebiasaan meminta maaf
itu bisa dilakukan untuk
nantinya kalo dia dewasa
dan dia berkeluarga dan
dengan anak-anaknya
supaya bisa membina
keluarga dengan penuh
keharmonisan dalam
keluarganya.” (Responden
B, B175-177)
“supaya anak tau apa
kesalahannya dan orang tua
juga merasa ada interaksi dan
komunikasi yang bagus antara
anak dengan orang tua.”
(Responden B, B77-78)
“soalnya kedekatan antara
orang tua dengan anak itu
emang harus dibina.”
(responden B, B149-150)
“Kalau pada orang lain itu dari segi usia selevel, dengan
orang lain bisa lebih leluasa
karena kehidupan sosial itu
memang membutuhkan
kerukunan yang harus selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibina. Sedangkan kalo anak
itukan setiapkali bisa bertemu,
orang tua merasa ya itu tadi
pembawaan dari orang tua
yang dulu, itukan kadang
kadang ada perasaan seperti
itu.” (Responden, B168-170)
“jika meminta maaf kepada anak itukan untuk
mendekatkan diri, untuk saling
mengakrabkan dalam satu
keluarga, itu yang paling
pokok.” (Responden B, B173-
174)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI