materi terapi modalitas keperawatan jiwa

25
MATERI TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN JIWA A. Teknik Relaksasi Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatetis dan parasimpatetis ini. Teknik relaksasi semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan (Jacobson & Wolpe dalam Utami, 2002), membantu orang yang mengalami insomnia (Friedman et.al. 1991), dan asma (Huntley, et.al., 2002). 1. Definisi Relaksasi adalah suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya gangguan (Oxford-University,1998). Tujuan dari teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaks menyeluruh, mencakup keadaan relaks secara fisiologis, secara kognitif dan secara behavioral, secara fisiologis, keadaan relaks ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan non- epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan frekuensi napas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan

Upload: djoefrei

Post on 30-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

profesi ners

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

MATERI TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN JIWA

A. Teknik Relaksasi

Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan

pada cara kerja sistem syaraf simpatetis dan parasimpatetis ini. Teknik relaksasi

semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengurangi ketegangan dan

kecemasan (Jacobson & Wolpe dalam Utami, 2002), membantu orang yang

mengalami insomnia (Friedman et.al. 1991), dan asma (Huntley, et.al., 2002).

1. Definisi

Relaksasi adalah suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan

dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya

gangguan (Oxford-University,1998). Tujuan dari teknik relaksasi adalah

mencapai keadaan relaks menyeluruh, mencakup keadaan relaks secara fisiologis,

secara kognitif dan secara behavioral, secara fisiologis, keadaan relaks ditandai

dengan penurunan kadar epinefrin dan non-epinefrin dalam darah, penurunan

frekuensi denyut jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan

frekuensi napas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan otot,

metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada ekstremitas

(Townsend, 1977).

Manifestasi kognitif pada keadaan relaks adalah perubahan status

kesadaran dari beta dimana kondisi mental berada dalam keadaan siaga penuh

menjadi alfa yang menunjukkan status kesadaran, kemampuan menganalisa,

konsentrasi, kreativitas, dan proses meningkat. Sedangkan manifestasi behavioral

pada keadaan relaks adalah distraksi pada stimulus lingkungan menurun,

merespon pertanyaan yang diajukan walau tidak berniat melakukan interaksi

verbal, tenang, tanpa tanda-tanda kelelahan; tingkah laku umum seperti mata

menutup, rahang menegang, jari-jari membuka, dan kepala menyandar atau jatuh

kesamping (Townsend, 1977).

Page 2: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

2. Jenis-Jenis Teknik Relaksasi

Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi

respon internal individu terhadap nyeri. Lemone, et.all, 1996 menyebutkan bahwa

tindakan relaksasi mencakup 1) latihan pernapasan diafragma; 2) teknik relaksasi

progresif; 3) guided imagery; 4) meditasi. Beberapa contoh teknik relaksasi :

a. Teknik relaksasi pernapasan dalam (deep breathing)

Teknik pernapasan dalam merupakan teknik dasar dari

perkembangan teknik relaksasi lainnya. Dasar konsep teknik pernapasan

adalah semakin banyak paru terpenuhi oleh oksigen maka semakin turun

derajat ketegangan. Teknik relaksasi pernapasan bermanfaat karna efektif

mereduksi kecemasan (misal karena operasi), depresi, iritabilitas

(sensitif, cepat tersinggung ) ketegangan, kelelahan (Davis et.all,1995).

Teknik relaksasi dengan latihan nafas dalam sangat mudah

dilakukan kapan saja dan dimana saja yang dibutuhkan hanya posisi

paling nyaman (bisa duduk, berbaring, berdiri) taruh satu tangan diatas

perut yang lainya diatas dada kemudian ambil nafas sampai terasa

memenuhi seluruh kapasitas paru, tahan nafas sesaat keluarkan perlahan

melalui bibir seperti anda mau bersiul agar aliran udarah terkontrol,

rasakan perubahan kontur abdomen sewaktu dikosongkan, ulangi siklus

inspirasi-ekspirasi sambil terus fokuskan seluruh kesadaran pada suara

nafas, jalani latihan ini selama 5 sampai 10 menit (Townsend, 1977 ).

b. Guided imagery

Guided imagery adalah sebuah proses yang menggunakan

kekuatan pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri

memelihara kesehatan atau relaks melalui komunikasi dalam tubuh

melibatkan semua indra (visual, sentuhan, penciuman, penglihatan dan

pendengaran). Dengan begitu terbentuklah keseimbangan antara pikiran,

tubuh dan jiwa.

Page 3: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

Tujuan dari guided imagery adalah mengarahkan secara lembut

seseorang ke dalam keadaandimana pikiran mereka tenang dan tetap.

Teknik guided imageri dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya

yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan

fokus pada nafas mereka. Klien didorong untuk relaks, mengosongkan

pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan yang membuat damai

dan tenang.

Klien dibawa menuju tempat spesial dalam imajinasi mereka

(misal: sebuah pantai tropis, air terjun, lereng pegunungan, dll), mereka

dapat merasa aman dan bebas dari segala gangguan (interupsi).

Pendegaran difokuskan pada semua detail dari pemandangan tersebut,

pada apa yang terlihat, terdengar dan tercium dimana mereka berada di

tempat special tersebut.

Dalam melakukan teknik ini,dapat juga digunakan uadiotape

dengan musik yang lembut atau suara-suara alam sebagai background,

waktu yang digunakan 10-20 menit. Manfaat guided imagery diantaranya

mengurangi stress dan kecemasan, mengurangi nyeri, mengurangi efek

samping, mengurangi tekanan darah tinggi, mengurangi level gula darah

(diabetes), mengurangi alergi dan gejala pernapasan, mengurangi sakit

kepala, mengurangi biaya rumah sakit, meningkatkan penyembuhan luka

dan tulang, dan lain-lain (Townsend, 1977).

c. Teknik relaksasi Progresif

Teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang

tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti.

1. Definisi relaksasi Progresif

Edmund Jacobson (1929) dalam bukunya menjelaskan

bahwa teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam

yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti.

Berdasarkan kenyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada

Page 4: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan

ketegangan otot (Davis, dkk, 1995).

Teknik relaksasi progresif adalah memusatkan perhatian

pada suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang

kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik

relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Murphy, 1996).

2. Pengunaan Teknik Relaksasi Progresif Mempunyai Keuntungan

a. Bagi individu yang mengunakan latihan relaksasi progresif akan

memberikan kesempatan yang baik untuk latihan, dengan

demikian akan meningkatkan keterampilan dasar relaksasi;

b. Bagi individu yang mengalami ketegangan kronis akan

menolong untuk mengelolah melemahkan rangsangan sehari –

hari;

c. Bagi individu yang menjadi tegang dalam situasi – situasi

khusus, (Bernstein dan Borkovic, 1973).

d. Sedangkan menurut Townsend, 1996 menjabarkan keuntungan

dari teknik ini adalah menurunkan ketegangan otot, kecemasan,

insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasma otot, nyeri

leher – punggung, tekanan darah tinggi, fobi ringan, dan gagap

ringan.

3. Posisi Dalam Melakukan Teknik Relaksasi Progresif

Posisikan tubuh secara nyaman yaitu dengan berbaring dengan

bantal dibawah kepala dan lutut, atau duduk dikursi dengan kepala

ditopang.

4. Cara Melakukan Teknik Relaksasi Progresif

Cara melakukan teknik relaksasi progresif adalah:

a) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan bisep dan lengan

bawah (sikap Charles Atlas) selama lima sampai tujuh detik.

Page 5: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan tegangkan otot

sepenuhnya kemudian relaks.selama 12 sampai 30 detik.

b) Kerutkan dahi ke atas, pada saat yang sama tekan kepala

sejauh mungkin ke belakang, putar searah jarum jam dan

kebalikannya selanjutnya relaks; kemudian kerutkan otot

muka seperti menari: cemberut, mata dikedipkan, bibir

dimonyongkan kedepan lidah ditekan di langit-langit, dan

bahu dibungkukkan. Di lanjutkan selama lima sampai tujuh

detik. Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan tegangkan

otot sepenuhnya kemudian relaks.selama 12 sampai 30 detik;

c) Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik napas

dalam masuk, tekan keluar lambung, ditahan. Relaks. Nafas

dalam, tekan keluar perut, tahan, relaks; d) Tarik kaki dan ibu

jari ke belakang mengarah ke muka,tahan, relaks. Lipat ibu

jari, secara serentak kencangkan betis, paha, dan pantat

selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk

memikirkan rasanya dan tegangkan otot sepenuhnya

kemudian relaks.selama 12 sampai 30 detik. Selama

melakukan teknik relaksasi catat respon non verbal klien, jika

klien menjadi agitasi atau tidak nyaman, hentikan latihan ,

dan jika klien terlihat kesulitan relaxing hanya sebagian

tubuh,perawat melambatkan kecepatan latihan dan

berkonsentrasi pada bagian tubuh yang tegang. (Greenberg,

2002).

Berikut adalah langkah awal yang dilakukan adalah sebuah ruang

(dapat tertutup atau terbuka) yang memungkinkan udara bebas keluar

masuk sangat dianjurkan dalam latihan relaksasi. Kursi yang dapat

fleksibel naik dan turun (lihat gambar 1) lebih diutamakan daripada

tempat tidur sehingga dapat diletakkan di tempat-tempat yang

diinginkan.

Page 6: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai

otot otot yang dilatih:

1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang

dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat

suatu kepalan. Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat,

sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan

dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik.

Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat

membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks

yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian

belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan

ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan

bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke

langit-langit.

3. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps

adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan.

Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga

menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak

sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.

4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi

untuk  mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan

cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu

akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian

gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung

atas, dan leher.

5. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang

ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang

dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk

dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai

ototototnya  terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk

Page 7: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras

mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-

otot yang mengendalikan gerakan mata.

6. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang

dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang,

diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar

otot-otot rahang.

7. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot

sekitar mulut. Bibir  dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan

dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

8. Gerakan kesembilandan gerakan kesepuluh ditujukan untuk

merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan

diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher

bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat

beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada

permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat

merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.

Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher

bagian depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke

muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya.

Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.

9. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.

Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari

sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan

dada sehingga tampak seperti pada gambar 6. Kondisi tegang

dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks,

letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot

menjadi lemas.

10.Gerakan berikutnya adalah gerakan keduabelas, dilakukan untuk

melemaskan otototot dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk

menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara

Page 8: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil

merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada

saat ketegangan dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega.

Sebagaimana dengan gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali

lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan

rileks.

11.Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketigabelas bertujuan untuk

melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik

kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut

menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas,

kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

Gerakan 14 dan 15 adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki.

Gerakan ini dilakukan secara berurutan.

12.Gerakan keempatbelas bertujuan untuk melatih otot-otot paha,

dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah  telapak kaki (lihat

gambar delapan) sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini

dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar delapan), sedemikian

sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur

relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru

setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing

dua kali.

B. Restrain

           Pengekangan atau pengikatan fisik (restrain) pada klien gangguan jiwa dilakukan disaat berbahaya baik pada diri sendiri atau orang lain atau strategi yang lainnya sudah tidak dapat dijalankan secara efektif.

             Adapun langkah-langkah pelaksanaan pengekangan fisik (restrain) pada

klien gangguan jiwa, adalah sebagai berikut:

1. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena

harga diri klien berkurang karena pengekangan.

Page 9: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

2. Siapkan jumlah staf yang cukup dengan alat pengekangan yang aman dan

nyaman.

3. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.

4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti

dan bukan hukuman.

5. Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.

6. Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur, ikat dengan posisi anatomis,

ikatan tidak terjangkau oleh klien.

7. Lakukan supervisi dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa

nyaman.

8. Perawatan pada daerah pengikatan (Pantau kondisi kulit: warna,

temperatur, sensasi; Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara

bergantian setiap 2 jam; Lakukan perubahan posisi tidur dan periksa tanda-

tanda vital setiap 2 jam)

9. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminaqsi, hidrasi dan kebersihan

diri.

10. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka

secara bertahap.

11. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu

persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak

kemudian kembali ke lingkungan semula.

12. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien.

C. Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan

keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang

pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat.

Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah

mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar.

Page 10: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman

pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok

sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas.

1. Tujuan

Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi

psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk

memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.

Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah

meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan

balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan

kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau

perilaku denfensif, dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi

kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah meningkatkan

identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan

ketrampilan hubungan interpersonal atau social.

Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan

ketrampilan ekspresi diri, social, meningkatkan kepercayaan diri,

empati, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan

masalah.

2. Karakteristik Pasien

Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik

klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien

dengan masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri,

isolasi social : menarik diri, dan perubahan persepsi sensori.

3. Landasan Teori

a. Model Terapi Aktivitas Kelompok

1. Focal conflic model

Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan

berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah

Page 11: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

membantu kelompok memahami konflik dan membantu

penyelesaian masalah. Misal ; adanya perbedaan pendapat antar

anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader

mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.

2. Model komunikasi

Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi,

bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok

menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan

ketrampilan interpersonal dan social anggota kelompok. Tugas

leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar

anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya

komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab

terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis :

verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang

disampaikan harus dipahami orang lain.

3. Model interpersonal

Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan

melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model

ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota

merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist

bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari

interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah

laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.

4. Model psikodrama

Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk

berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau

peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota

Page 12: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang

pernah dialami.

b. Metoda

1. Kelompok didaktik

2. Kelompok social terapeutik

3. Kelompok insipirasi represif

4. Psikodrama

5. Kelompok interaksi bebas

c. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok

1. Orientasi realitas

Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang

mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan

tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus

internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus

eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat

membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien

sesuai realitas, klien mampu mengenal diri sendiri dan klien

mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik

klien : gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham,

ilusi dan depersonalisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan

orang lain, klien kooperatif, dapat berkomunikasi verbal

dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.

2. Sosialisasi

Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau

dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan

terhadap orang lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi

dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.

Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota

kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan

tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta

Page 13: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

menerima stimulus eksternal. Karakteritistik klien : kurang

berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan

ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak

social kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan

cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab

seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina

trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.

3. Stimulasi persepsi

Maksudnya adalah membantu klien yang mengalami

kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya

memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi

perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan

orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual,

mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain

dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien :

gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai,

menarik diri dari realita, inisiati atau ide – ide yang negatif,

kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan

mengikuti kegiatan.

4. Stimulasi sensori

Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang

mengalami kemunduran sensoris. Tujuan meningkatkan

kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran

jasmani, dan mengekspresikan perasaan.

5. Penyaluran energy

Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara

konstruktif. Tujuan menyalurkan energi dari destruktif menjadi

konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan

hubungan interpersonal.

Page 14: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

d. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase –

fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

1. Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang

menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok

tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan

kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan

kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan

keuangan.

2. Fase awal

Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi

yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.

a. Orientasi.

Anggota mulai mengembangkan system social masing –

masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan

mengambil kontrak dengan anggota.

b. Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota

mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,

bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling

ketergantungan yang akan terjadi.

c. Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,

anggota mulai menemukan siapa dirinya.

3. Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif

dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang

Page 15: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah

disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan

realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan

dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.

4. Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota

kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak

sukses atau sukses.

e. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.

1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.

2. Sebagai leader dan co leader

3. Sebagai fasilitator

4. Sebagai observer

5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

f. Pelaksanaan

Pelaksanaan dan uraian kegiatan sesuai macam terapi aktivitas

kelompok

Page 16: Materi Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa

DAFTAR PUSTAKA

Lilik Ma'rifatul Azizah. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu