miko patogen

23
LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI PATOGEN TANAMAN Colletotrichum capsici dan Gloeosporium sp. Disusun oleh : Nama : Yekti Agus S NIM : 125040200111017 Kelompok : Rabu, 13.20 Asisten : Tadzkiroh JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: yekti-rinni

Post on 25-Sep-2015

295 views

Category:

Documents


83 download

DESCRIPTION

mikologi

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    MIKOLOGI

    PATOGEN TANAMAN Colletotrichum capsici dan Gloeosporium sp.

    Disusun oleh :

    Nama : Yekti Agus S

    NIM : 125040200111017

    Kelompok : Rabu, 13.20

    Asisten : Tadzkiroh

    JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Jamur merupakan organisme tak berklorofil, dimana membutuhkan inang

    untuk memperoleh sejumlah nutrisi untuk perkembangbiakannya. Dimana

    memiliki dinding sel yang tersusun atas khitin, yang terdiri dari rangkaian

    molekul N-acetylglocosamina. Bentuk vegetatif dari jamur yaitu berupa thallus,

    yaitu suatu sistem berupa benang yang disebut hifa. Dan kumpulan hifa disebut

    miselium yang dapat tanpa septa (coenocytis) berupa sel panjang dengan banyak

    inti, misal pada Oomycetes dan Zygomycetes. Sedangkan pada kelas lain

    umumnya bersepta, misalnya pada Ascomycetes, Basidiomycetes, dan

    Deuteromycetes (Sastrahidayat, 2010).

    Di lapang seringkali ditemukan gejala penyakit dan intensitas serangan yang

    berbeda. Sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap gejala dan penyebab

    penyakit pada suatu tanaman. Oleh karena hal tersebut, jamur patogen seringkali

    harus diisolasi dan dikulturkan dari spesimen tanaman berpenyakit dalam

    kebutuhannya untuk diidentifikasi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jenis

    patogen penyebab penyakit pada tanaman dengan gejala yang hampir sama, maka

    perlu adanya identifikasi patogen yang diawali dengan proses isolasi dan

    purifikasi. Patogen yang tumbuh sebagai saprobik (parasit fakultatif atau

    nekrotrof), umumnya dapat ditumbuhkan dalam kultur, walaupun beberapa

    diantaranya memerlukan perlakuan khusus. Biasanya isolasi jamur dari dilakukan

    dengan cara menaruh sepotong kecil jaringan ke dalam media agar yang cocok,

    dimana diletakkan dalam cawan petri steril.

    Proses purifikasi merupakan salah satu hal yang penting untuk kebutuhan

    identifikasi guna mengetahui morfologi dan fisiologi patogen tanaman. Prinsip

    dari purifikasi yaitu mengambil sejumlah kecil patogen pada suatu medium

    tertentu dari hasil isolasi sebelumnya, dan ditumbuhkan kembali untuk mendapat

    biakan murni yang mana nantinya untuk mempermudah dalam mengidentifikasi

    jamur. Sehingga isolasi, purifikasi, dan identifikasi patogen tanaman menjadi

    penting bagi mahasiswa, guna mengetahui struktur dari suatu patogen, sebagai

  • dasar dalam pengklasifikasiannya, mengingat patogen berbeda dapat

    menimbulkan gejala yang hampir sama pada inang yang sama.

    1.2 Tujuan

    Praktikum patogen tanaman ini memiliki tujuan diantaranya:

    1. Memahamkan kepada mahasiswa tentang bagaimana cara membuat media

    untuk isolasi maupun perbanyakan jamur, tahap-tahap dalam isolasi

    patogen, dan tahap-tahap dalam purifikasi untuk mendapatkan koloni

    murni, sebelum dilakukan tahap identifikasi patogen.

    2. Mengidentifikasi struktur jamur Collectotrichum capsici patogen

    penyebab penyakit antraknose pada tanaman cabai dan Gloeosporium sp

    patogen penyebab busuk buah apel baik secara makroskopis maupun

    secara mikroskopis.

    1.3 Manfaat

    Praktikum patogen tanaman ini memiliki beberapa manfaat diantaranya:

    1. Mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pembuatan media, isolasi

    patogen, purifikasi, dan identifikasi patogen.

    2. Mahasiswa lebih memahami bagaimana struktur jamur Colletotrichum

    capsici dan Gloeosporium sp.

    3. Mahasiswa dapat membedakan struktur beberapa jamur, dimana pada

    praktikum ini diwakili dengan jamur Collectotrichum capsici dengan

    Gloeosporium sp.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Patogen Tanaman

    a. Patogen merupakan organisme yang mengakibatkan penyakit tanaman,

    dimana menyebabkan perubahan proses fisiologi secara berlanjut dan

    menyebabkan perubahan struktural (Jordan, 1980).

    b. Patogen tanaman adalah suatu jasad saprofit yang mampu menghasilkan

    suatu produk, misalnya toksin yang mampu menyebabkan penyakit pada

    tumbuhan (Taruno, 1993).

    c. Patogen adalah agen biologis yang dapat menyebabkan penyakit pada

    inangnya, dimana sering disebut mikroorganisme parasit. Umumnya

    istilah dapat mengacaukan proses fisiologi dalam tubuh hewan atau

    tumbuhan multiseluler yang normal (Djauhari, 1997).

    2.2 Deskripsi Kelas Jamur yang Berpotensi sebagai Patogen Tanaman

    Dalam sistem klasifikasi jamur, terdapat kelas-kelas utama yang anggotanya

    seringkali menjadi permasalahan karena dapat menimbulkan suatu penyakit pada

    tanaman, Kelas-kelas tersebut menurut Sastrahidayat (2010) antara lain:

    1. Kelas Plasmodiophoromycetes

    Anggota dari kelas ini merupakan parasit pada tanaman hijau dan jamur

    lainnya, berbiak dalam jaringan inangnya, dan dengan beberapa pengecualian

    menyebabkan hypertrophy dan hyperplasia pada tanaman inang dan

    menghasilkan bentuk-bentuk seperti tumor. Struktur somatis dari

    Plasmodiophoromycetes adalah plasmodium yang berkembang didalam sel-sel

    tanaman inang. Plasmodium kemudian membentuk zoosporangia yang berisi

    zoospora, atau langsung membentuk spora istirahat dengan jalan membagi

    plasmodium menjadi beberapa bagian yang berinti satu. Tidak terdapat badan

    buah, tetapi pada beberapa genus spora-spora bersatu membentuk bola spora

    atau cakram. Pada perkecambahan tiap-tiap spora istirahat membebaskan satu

    sel kembara. Baik sel kembara maupun zoospora mempunyai dua flagellum

    yang tidak sama panjang dibagian belakangnya. Salah satu contoh jamur dari

    kelas ini yaitu Spongospora subterranea penyebab penyakit garis bertepung

    pada kentang.

  • 2. Kelas Chytridiomycetes

    Salah satu sifat khusus yang membedakan jamur ini dengan jamur yang

    lain yaitu pembentukan sel-selnya yang dapat bergerak (zoospora atau

    planogamet), masing-masing dengan flagellum tipe cambuk yang letaknya

    posterior. Selain itu, thallusnya coenocytic, kadang zygota membentuk spora

    istirahat, dinding selnya tersusun atas khitin dan beberapa diantaranya

    tersusun atas selulose.

    Anggota kelas ini merupakan jamur yang hidup dalam air akan tetapi

    banyak juga yang hidup ditanah. Beberapa diantaranya menjadi parasit dan

    merusak ganggang yang membentuk mata rantai makanan pada binatang air,

    sehingga secara tidak langsung dapat merugikan manusia. Cara

    perkembangbiakannya dapat dilakukan secara seksual dan aseksual. Secara

    aseksual dilakukan melalui sporangium. Sedangkan secara seksual dapat

    dilakukan melalui kopulasi planogamet yang terbagi menjadi tiga yaitu

    konjugasi dari planogamet yang isogenis, konjugasi dari planogamet yang

    anisoganis, dan pembuahan gamet betina yang tak dapat bergerak (sel telur)

    oleh gamet jantan yang dapat bergerak (anterozoid). Cara seksual lain yaitu

    dengan kopulasi gametangia dan somatogami. Contoh jamur dari kelas ini

    yaitu Synchytrium endobioticum.

    3. Kelas Oomycetes

    Jamur-jamur yang termasuk dalam kelas Oomycetes berkembang biak

    dengan secara aseksual dengan perantara zoozspora yang mempunyai dua

    flagellum. Zoospora tersebut terbentuk didalam sporangia dengan bentuk

    seperti buah pear atau bentuk ginjal. Anggota yang paling tinggi anggotanya

    merupakan parasit obligat bagi tanaman inangnya, infeksi dari suatu tanaman

    lain atau dari satu daerah ke daerah lain banyak dilakukan oleh spora dengan

    perantara angin. Zoospora dibentuk pada semua nggota dalam kelas ini,

    kecuali pada spesies tertinggi dimana sporangiumnya sendiri berfungsi

    sebagai spora yang akan berkecambah menjadi miselium. Perkembangbiakan

    secara seksualnya bersifat heterogametangia. Oospora dibentuk didalam

    oogonia dan masuk didalamnya. Bagian tengah dalam oogonium semngalami

    diferensiasi menjadi satu atau lebih oosit, yang bila masak beriti satu. Salah

  • satu jamur yang termasuk dalam kelas ini yaitu Albugo candida yang

    menyerang cricifera.

    4. Kelas Zygomycetes

    Zygomycetes merupakan kelas jamur yang hidup di darat dan daerah

    lembab, memiliki hifa bersifat cenocytic (berinti banyak) dan bersekat. Sifat

    khusus dari kelas zygomycetes yaitu perkembangbiakan secara seksual

    berlangsung dengan kopulasi gametangia dan menghasilkan zygospora, serta

    perkembangbiakan aseksual berlangsung dengan perantaraan spora yang tidak

    dapat bergerak dalam bentuk sporangiospora atau konidium. Contoh Rhizopus

    stolonifer (Jamur roti), Rhizopus oryzae (jamur tempe), Rizopus nigricans

    (jamur pada tomat), Mucor javanicus (untuk membuat tape).

    5. Kelas Ascomycetes

    Jamur kelas Ascomycetes mempunyai ciri antara lain hifa bersekat,

    berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi miselium atau

    membentuk spora aseksual (konidium), atau bisa juga secara seksual dengan

    membentuk askospora. Beberapa patogen tumbuhan yang termasuk dalam

    kelas Ascomycetes ini antara lain Ceratocystis fimbriata penyebab penyakit

    Mouldy Rot pada bidang sadapat karet, Istulina deusta penyebab penyakit

    leher akar pada teh, Elsinoe iwata penyebab penyakit kudis pada kacang hijau,

    Microcyclus ulei penyebab penyakit hawar daun amerika selatan pada karet

    yang sampai saat ini keberadaanya masih terbatas pada pertanaman karet di

    Amerika Selatan.

    6. Kelas Basidiomycetes

    Kelas ini ditandai dengan adanya septa dan dikaryotik miselium, sering

    membentuk clamp conection, dimana mengandung (2)(-8) basidiospora.

    Basidiomycetes biasanya saprofit, tetapi ada pula beberapa grup penting yang

    menjadi parasit pada tanaman dan membentuk ektomycorhyza.

    Siklus hidupnya yaitu suatu basidiospora haploid berkecambah dan

    membentuk suatu miselium bersepta dengan sel-sel monokaryotik. Organ

    seksual tidak dibentuk, sedang pembuahan terjadi dengan penggabungan dua

    sel unikleat (biasanya dari dua miselium yang berbeda) dan terjadi pertukaran

    inti. Inti asing akan membagi diri segera dan anak inti berpisah dari sel, maka

  • terjadilah miselium dikaryotik secara lengkap. Induk inti masih tetap belum

    bergabung. Sedang untuk menjamin terjadinya inti baru dari pembagian

    konjugasi dikaryotik pada anak-anak sel, dibentuklah clamp connection.

    Basidiomycetes dinding septanya melebar kesekitar lubang, menjadi

    bentuk seperti tong (dolipore) dan ditutupi oleh suatu tutup dari retikulum

    endoplasma. Miselium dikayotik sel ujungnya berkembang menjadi basidium.

    Sedangkan perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh konidium. Contoh dari

    kelas ini yaitu Ustilago maydis yang menyerang pad tanaman jagung.

    7. Forma Kelas Deuteromycetes

    Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak sempurna) terdiri atas

    sejumlah besar genus dan spesies, dimana hanya melakukan

    perkembangbiakan secara aseksual yang dikenal sebagai bentuk konidium,

    oidium, atau klamidospora. Ada pula kemungkinan memasukkan jamur ini

    kedalam kelompok Ascomycetes bila diketahui fase perfectnya (sempurna).

    Kebanyakan jamur dari kelas ini merupakan penyebab penyakit yang serius

    bagi tanaman dan hewan. Klasifikasi deuteromycetes didasarkan dari

    perkembangan konidiumnya. Misalnya ukuran, jumlah sel, dan warna dari

    konidium, piknidium, aservuli atau sinnema. Contoh jamur ini yaitu Marsonina

    fragariae penyebab penyakit hangus pada daun arbei.

    2.3 Peran Jamur (jelaskan+contoh)

    Beberapa peran menguntungkan menurut Kusnadi (1994) antara lain:

    Berperan sangat penting dalam siklus materi terutama siklus karbon, yang

    berperan bagi kelangsungan hidup seluruh organisme.

    Sebagai decomposer, dimana dapat menguraikan sisa-sisa tumbuhan,

    bangkai hewan dan bahan-bahan organic lainnya dan hasil penguraianya

    dikembalikan ketanah sehingga dapat menyuburkan tanah.

    Berperan dalam industri fermentasi tersebut adalah fungi, terutama dari

    kelompok ragi. Contoh hasil fermentasi adalah: bir ,roti., asam sitrat atau

    2-hidroksipropan,1,2,3, asamtrikasboksilat.

    Berperan dalam industri antibiotik, antibiotik ini dihasilkan oleh fungi

    Penicllium notatu.

  • Sumber makanan bagi manusia, contoh: Agaricus campestris, Volvariella

    volvaceae,Lentinus edodes, Pleurotes, Tuber melanosporum, Boletus spp.,

    Cantharellus cibaricus dan lain-lain.

    Sedangkan beberapa merugikan yang dapat ditimbulkan oleh jamur

    menurut Kusnadi (1994) antara lain yaitu:

    Dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas makanan maupun bahan-

    bahan lain yang penting bagi manusia

    Jamur dapat juga menyerang bahan-bahan lain yang bernilai ekonomi

    seperti kulit, kayu, tekstil dan bahan-bahan baku pabrik lainnya.

    Jamur juga dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit. Jamur pada

    umumnya lebih sering menyebabkan penyakit pada tumbuhan dibanding

    pada hewan atau manusia.

    Jamur dapat menghasilkan racun, racun yang dihasilkan beberapa fungi

    seperti seperti Amanita phalloides, A. muscaria maupun Aspergillus flavus

    (menghasilkan aflatoksin), dapat sangat berbahaya bagi manusia karena

    dapat menyebabkan penyakit kronis seperti kanker dan bahkan kematian.

  • III. METODOLOGI

    3.1 Pembuatan Media

    3.1.1 Alat dan Bahan

    a. Alat :

    Pisau : Untuk pengupas dan pemotong kentang

    Beaker glass : Untuk mengukur aquades yang akan

    ditambahkan saat merebus kentang

    Saringan : Sebagai penyaring sari kentang

    Panci : Untuk merebus kentang

    Kompor : Sebagai pemanas

    Spatula : Sebagai pengaduk kentang saat direbus

    b. Bahan:

    Kentang 200gr : Sebagai komponen pembuatan PDA

    Dextrose 20gr : Sebagai sumber nutrisi bagi jamur

    Agar 20 gr : Memadatkan media (mudah dipindahkan)

    Aquades 1000 ml : Sebagai pelarut sari kentang

    Chloram penikol : Sebagai antibakteri

    3.1.2 Cara Kerja

    Kupas kentang dan cuci bersih, kemudian potong-potong menjadi kotak-

    kotak kecil sebesar 2x2cm. Rebus potongan kentang tersebut dalam 1000ml

    aquades hingga mendidih. Saring hasil rebusan dengan kain tipis berlapis kapas,

    sehingga diperoleh cairan ekstrak kentang yang bening. Tambahkan destrosa 20

    gr dan agar 25 gr ke dalam ekstrak tersebut, panaskan kembali dan aduk hingga

    homogen. Kemudian lakukan sterilisasi media dalam autoclave.

    3.2 Isolasi Patogen

    3.2.1 Alat dan Bahan

    a. Alat:

    Gunting : Untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan

    Cutter : Untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan

    Pinset : Untuk memindahkan potongan sampel bagian yang

    bergejala

  • Cawan Petri : Sebagai tempat media, isolasi, alkohol, khloroks dan

    aquades

    Bunsen : Untuk menjaga kondisi agar tetap steril

    Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)

    Wrapping : Untuk meng-cover hasil isolasi di cawan petri

    Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi

    Korek : Untuk menyalakan api pada bunsen

    b. Bahan:

    Media PDA : Untuk isolasi dari tanaman sakit

    Alkohol : Untuk menghilangkan pengaruh khloroks

    Aquades : Untuk menghilangkan pengaruh dari alkohol

    Khlorox : Untuk menghilangkan kotoran pada inokulum

    Spirtus : Untuk bahan bakar bunsen

    Colletotrichum capsici : sebagai bahan isolasi

    Colletotrichum gloeosporioides : sebagai bahan isolasi

    3.2.2 Cara kerja isolasi jamur pada media PDA

    Langkah kerja dalam isolasi patogen ini yang pertama dilakukan adalah

    menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum.

    Kemudian cuci buah apel dan daun teh yang bergejala dengan air bersih (air

    mengalir). Potong buah apel dan buah cabai yang bergejala dengan

    menggunakan gunting atau cutter, potong bagian setengah sehat dan setengah

    sakit. setelah dipotong masukkan dalam khlorox selama 1 menit untuk

    mensterilkan permukaan daun dari mikroorganisme lain, kemudian masukkan

    dalam alkohol selama 1 menit dengan tujuan untuk mensterilkan potongan buah

    apel dan buah cabai yang bergejala. Dan sterilisasi selanjutnya adalah potongan

    tadi dimasukkan dalam aquades untuk menghilangkan pengaruh dari sterilan

    seelumnya. Tiriskan potongan buah apel dan buah cabai bergejala pada cawan

    petri yang berisi tissu agar kering.

    Selanjutnya masukkan pinset dalam alkohol dan panaskan pinset pada

    api bunsen agar tetap steril. Ambil potongan buah apel dan buah cabai bergejala

    dengan pinset dan letakkan dalam cawan petri yang berisi media PDA. Setelah

    langkah tersebut selesai tutup cawan petri dengan didekatkan pada api bunsen,

  • dan kemudian lakukan wrapping cawan petri untuk mengcover hasil isolasi.

    Beri label pada cawan petri dan lakukan pengamatan serta dokumentasi selama

    7 hari untuk melihat perkembangan dari patogen yang diisolasi.

    3.3 Purifikasi Patogen

    3.3.1 Alat dan bahan

    a. Alat:

    Jarum Ose : Untuk mengambil/memindahkan koloni patogen.

    Wrapping : Untuk membungkus media dan cawan petri.

    Bunsen : Untuk sterilisasi alat

    Korek : Untuk menyalakan api pada bunsen

    b. Bahan:

    Alkohol : Digunakan untuk sterilisasi alat dan lingkungan

    Spirtus : Sebagai bahan bakar bunsen

    Isolat jamur : Sebagai bahan yang akan dipurifikasi

    Media PDA : Untuk membiakkan biakan murni yang telah dipurifikasi

    3.3.2 Cara Kerja Purifikasi Pada Media PDA

    Langkah kerja dalam purifikasi, siapkan alat dan bahan yang diguanakan

    untuk purifikasi. Sterilisasi alat yang akan digunakan. Selanjutnya masukkan

    jarum ose pada gelas ukur yang berisi alkohol. Panaskan jarum ose pada api

    Bunsen. Kemudian ambil isolat Colletotrichum gloesporioides dan

    Collectotrichum capsici yang sudah diisolasi dengan didekatkan pada api

    Bunsen agar tidak terjadi kontaminasi. Masukkan isolat Colletotrichum

    gloesporioides dan Ceollectotricum capsici pada cawan petri yang berisi media

    PDA untuk dibiakkan. Tutup cawan petri dan wrapping cawan petri dengan

    plastik wrap. Hasil purifikasi diinkubasi selama 7 hari dan lakukan pengamatan

    untuk perkembangan isolat Colletotrichum gloesporioides dan Collectotricum

    capsici serta dokumentasikan.

    3.4 Pembuatan Preparat dan Identifikasi Patogen

    3.4.1 Alat dan Bahan

    a. Alat

    Mikroskop : Untuk melihat penampakan mikroskopis spesimen

  • Preparat : Sebagai tempat spesimen melekat pada

    pengamatan

    Cover glass : Menutup spesimen pada preparat

    Pipet : Sebaga alat untuk meneteskan air

    Botol : Sebagai wadah air

    Jarum ose : Untuk mengambil koloni jamur

    Bunsen : Sterilisasi alat

    Korek : Menyalakan api pada bunsen

    b. Bahan

    Aquades : Untuk merekatkan koloni jamur anatar preparat

    dan cover glass

    Tissue : Membersihkan preparat dan cover glass

    Alkohol 70% : Sterilisasi alat

    Spirtus : Bahan bakar bunsen

    Biakan murni patogen : spesimen yang diamati

    3.4.2 Cara kerja Identifikasi Jamur Patogen

    Siapkan alat dan bahan, preparat dan cover glass disterilkan dengan

    alkhohol 70% untuk menghindari kontaminasi dari mikroba lain saat pengamatan.

    Setelah disemprot dengan alkhohol 70% dibersihkan dengan tissue kering.Koloni

    jamur yang telah murni berada pada petri diambil dengan jarum ose. Jarum ose

    terlebih dahulu disterilkan dengan memasukkan dalam alkhohol 70% dan

    membakar dengan bunsen. Pengambilan koloni harus dilakukan scara teliti, koloni

    jamur yang akan diletakkan pada preparat harus tipis sehingga mudah dalam

    pengamatan. Tetesi preparat dengan aquades mengguankan pipet di bagian tengah

    preparat.

    Letakkan koloni jamur pada tetesan air tepat di tengah preparat dan tutup

    dengan cover glass. Penutupan dengan cover glass harus dilakukan dengan rapat

    untuk menghindari banyaknya gelembung udara masuk. Preparat basah yang telah

    dibuat diamati dengan mikroskop dengan lensa perbesaran 400x atau 1000x.

    Dokumentasikan penampakan mikroskopis jamur namapak pada mikroskop.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Deskripsi Spesimen

    Pengamatan yang dilakukan saat praktikum pada cabai yang didiagnosis

    terserang Collectitruchum capsici menunjukkan gejala berupa adanya bercak

    konsentris berbentuk melingkar berwarna hitam, dan menjorong ke dalam.

    Menurut Semangun dalam Sulastri, dkk (2013) jamur Colletotrichum capsici

    mula-mula membentuk bercak coklat kehitaman, lalu meluas menjadi busuk

    lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri

    atas kelompok serta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat

    menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut. Menurut Martoredjo (2010)

    dalam Sulastri, dkk (2013) menjelaskan bahwa gejala antraknosa mula-mula

    berupa bercak kecil yang selanjutnya dapat berkembang menjadi lebih besar.

    Gejala tunggal cenderung berbentuk bulat, tetapi karena banyaknya titik awal

    gejala maka gejala yang satu dengan yang lain sering bersatu hingga membentuk

    bercak yang besar dengan bentuk tidak bulat. Pada gejala yang sudah cukup

    besar, sering di bagian tepinya coklat dan di bagian tengahnya putih. Bercak yang

    terbentuk umumnya agak cekung atau berlekuk dan dimulai dari bagian

    tengahnya mulai terbentuk aservulus jamur yang berwarna hitam, yang biasanya

    membentuk lingkaran yang berlapis. Dari literatur tersebut, maka dapat dipastikan

    bahwa bahan yang digunakan untuk praktikum sesuai dengan gejala yang

    diharapkan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jamur Collectotrichum capsici

    yang diharapkan. Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici menurut Singh, 1998

    dalam Funder, 1953 adalah: Divisi: Ascomycotina, Sub divisi: Eumycota, Kelas:

    Pyrenomycetes, Ordo: Sphaeriales, family: Polystigmataceace, Genus:

    Colletotrichum dan Spesies: capsici.

    Gambar1. Gejala penyakit Collectotrichum capsici

  • Berdasarkan dari hasil praktikum yang sudah dilakukan pada buah apel

    yang terserang jamur Colletotrichum gloesporioides yaitu terdapat bercak coklat

    kehitaman yang membusuk pada buah apel. Menurut Afriyeni, dkk (2013) Tipe

    gejala penyakit dari Colletotrichum gloesporioides adalah adanya gejala nekrotik.

    Patogen penyebab penyakit jamur Colletotrichum gloesporioides yang tergolong

    dalam kelas Deutromycetes. Tanaman inang dari patogen ini yaitu pada apel

    dengan ciri-ciri gejala serangan penyakit pada bagian buah apel yang terserang

    penyakit berubah warna menjadi coklat gelap. Selain itu juga terdapat bercak kecil

    cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Kerusakan yang

    diakibatkan dari busuk buah apel adalah gejala nekrosis. Penyakit busuk buah ini

    disebabkan oleh patogen Colletotrichum gloesporioides bagian yang busuk

    terdapat tanda atau warna kecoklatan yang tengah-tengahnya terdapat bintik-

    bintik hitam berubah menjadi orange. Berdasarkan penjelasan literatur tersebut,

    maka dapat dipastikan bahwa apel yang digunakan cocok untuk dilakukan isolasi

    dan purifikasi guna mengetahui truktur jamur yang diharapkan. Mekanisme

    nekrotropik Colletotrichum gloesporioides tergolong pada tipe parasit fakultatif

    dimana organisme tetap bisa hidup pada jaringan mati. Klasifikasi patogen jamur

    Colletotrichum gloesporioides pada buah apel menurut Afriyeni, dkk, 2013 yaitu

    Kingdom: Fungi, Filum: Ascomycota, Subphylum: Pezizomycotina, Kelas:

    Leotiomycetes, Genus: Colletotrichum, Spesies: Colletotrichum gloesporioides

    Gambar 2. Gejala penyakit Colletotrichum gloesporioides

  • 4.2 Hasil Pengamatan

    4.2.1 Tabel Hasil Pengamatan

    a. Isolasi Patogen

    Nama Patogen Dokumentasi 1 HSI Dokumentasi 7 HSI Keterangan

    Busuk buah cabai

    (Coletotrichum

    capsici)

    Tumbuh

    miselium

    berwarna putih

    seperti kapas.

    Selain itu,

    terjadi

    kontaminasi

    pada saat

    isolasi.

    Busuk buah

    apel

    (Colletotrichum

    gloeporioides)

    Tumbuh

    miselium

    berwarna putih

    menyerupai

    kapas, dengan

    pusat koloni

    berwarna

    kehitaman.

  • b. Purifikasi Patogen

    Nama Patogen Dokumentasi 1 HSI Dokumentasi 7 HSI Keterangan

    Busuk buah cabai

    (Coletotrichum

    capsici)

    Tumbuh

    miselium

    berwarna putih

    seperti kapas.

    Pusat koloni

    berwarna

    kekuningan.

    Busuk buah

    apel

    (Colletotrichum

    gloeporioides)

    Tumbuh

    miselium

    berwarna putih

    menyerupai

    kapas, dengan

    pusat koloni

    berwarna

    kehitaman.

  • c. Identifikasi Patogen

    No Nama Patogen Spora/konidia Hifa Keterangan

    1 Busuk buah

    cabai

    (Coletotrichum

    capsici)

    Dok.pengamatan:

    C. capsici memiliki

    konidia bercabang

    dengan ujung tumpul.

    Literatur:

    (Semangun, 2007

    dalam Sulastri, dkk,

    2013)

    konidia silindris,

    berwarna hialin,

    ujungnya bengkok dan

    tumpul menyerupai

    bulan sabit.

    Dok.pengamatan:

    C. capsici memiliki

    hifa tidak bersekat

    dengan warna gelap

    Literatur:

    (Semangun, 2007

    dalam Sulastri, dkk,

    2013)

    hifa tidak bersekat dan

    berwarna agak gelap.

    Hasil

    pengamatan

    sesuai

    dengan

    literatur.

    2 Busuk buah

    apel

    (Colletotrichum

    gloeporioides)

    Dok. Pengamatan:

    Konidia berbentuk basil

    dengan konidiofor yang

    bercabang.

    Literatur:

    (Afriyeni, dkk, 2013)

    konidia bersekat,

    berbentuk basil.

    Dok. Pengamatan:

    Hifa bersekat dan

    bercabang.

    Literatur:

    (Afriyeni, dkk, 2013)

    hifa hialin dan

    bersekat.

    Hasil

    pengamatan

    sesuai

    dengan

    literatur.

  • 4.2.2 Pembahasan

    Colletotrichum capsici

    a. Hasil Isolasi Colletotrichum capsici

    Jamur C. capsici diisolasi dari buah cabai yang menunjukkan gejala

    penyakit antraknose. Isolasi jamur dari bagian buah cabai yang sakit dilakukan

    dengan cara memotong bagian buah antara yang sehat dan yang sakit, lalu

    dicuci dengan alkohol 70% dan dibilas dengan aquades steril 2 kali, kemudian

    dikering anginkan pada tissue steril. Potongan-potongan buah yang telah

    kering masing-masing ditanam pada media PDA, selanjutnya diinkubasikan

    pada suhu kamar. Setelah koloni tumbuh dan terdapat beberapa koloni yang

    berbeda, segera dilakukan purifikasi, sehingga diperoleh biakan murni (Putro,

    et al., 2014). Berdasarkan hasil praktikum, hasil dari potongan buah cabai

    yang dibiakkan di media PDA mulai tumbuh ditandai dengan tumbuhnya

    miselium 1 hari setelah isolasi. Tumbuh miselium berwarna putih seperti

    kapas. Miselium mulai berkembang hingga hari ketujuh setelah isolasi. Pada

    hari ke tujuh perkembangan miselium mulai tampak lebih banyak dan

    berkembang dibandingkan dengan hari sebelumnya. Koloni yang diambil

    untuk purifikasi yaitu koloni yg terdapat pada bagian pinggir, yang warnanya

    seragam/sama. Selain itu, terjadi kontaminasi pada saat isolasi.

    b. Hasil Isolasi Colletotrichum gloesporioides

    Apel yang bergejala Colletotrichum gloesporioides diisolasi dari apel yang

    bergejala khas antraknosa pada medium potato dextrose agar (PDA) Jaringan

    yang sakit dipotong 1x1cm dengan membawa bagian jaringan tanaman sehat.

    Disterilkan dengan cairan desinfektan selama 30 detik lalu direndam lagi

    dengan aquadest steril (selama 2 menit). Ditanam pada media 1/3 PDA dan

    diinkubasi pada suhu ruang selama 3-6 hari (Syafnidarti, et al., 2013).

    Berdasarkan hasil praktikum pada hari pertama setelah isolasi, sudah muncul

    koloni miselium yang tipis berwarna putih, dan juga muncul koloni miselium

    jamur lain yang berwarna hijau tua. Koloni miselium terus berkembang dan

    bertambah banyak memenuhi cawan petri. Koloni miselium yang akan

    diambil untuk purifikasi adalah yang berwarna putih, yang merupakan koloni

  • miselium Colletotrichum gloesporiedes (lingkaran putih besar), bukan yang

    berwarna hijau tua.

    c. Hasil Purifikasi Colletotrichum capsici

    Menurut Sulastri, dkk (2013) miselium jamur Colletotrichum capsici yang

    tumbuh pada medium PDA berwarna putih keabu-abuan sampai dengan hitam

    pada 7 hsi, arah pertumbuhan miselium kesamping, dan struktur miselium

    kasar. Pengamatan makroskopis biakan murni C. capsici berwarna putih

    sampai abu-abu gelap. Jamur C. capsici mencapai luasan maksimum dalam

    cawan petri yang berdiameter 9 cm setelah biakan berumur 11-12 hari sejak

    inokulasi. Jika biakan jamur C. capsici dibiarkan hingga 21-30 hari maka akan

    terlihat setae dipermukaan biakan yang berbentuk bintik-bintik hitam gelap.

    Setae ini adalah ciri khas yang dimiliki cendawan C. capsici (Putro, et al.,

    2014). Sedangkan, berdasarkan hasil praktikum purifikasi atau pemurnian

    jamur C. capsici yang telah dilakukan terlihat bahwa koloni jamur yang

    ditumbuhkan pada media PDA mulai berkembang pada 1 hari setelah

    purifikasi hingga full plate pada hari ketiga setelah purifikasi. Pada hari

    pertama setelah purifikasi, koloni mulai tumbuh ditandakan dengan adanya

    miselium yang tumbuh. Bagian atas miselium berwarna putih, sedangkan

    bagian bawahnya berwarna keabu-abuan. Hingga hari ketujuh setelah

    purifikasi bagian permukaan atasnya miselium berwarna putih, dan bagian

    bawah berwarna keabu-abuan hingga hitam. Hasil purifikasi jamur C. capsici

    ini (kenampakan makroskopisnya) sesuai dengan literatur mengenai

    kenampakan makroskopis C. capsici pada media PDA yang dikemukakan oleh

    Sulastri, et al (2013).

    C. gloesporioides

    a. Hasil Purifikasi Gloeosporium sp

    Berdasarkan hasil praktikum purifikasi jamur C. gloesporioides yang telah

    dilakukan terlihat bahwa koloni jamur yang dimurnikan dari hasil isolasi

    mulai tumbuh pada media PDA 1 hari setelah purifikasi. Jamur mulai tumbuh

    ditandai dengan adanya miselium pada hari pertama setelah isolasi. Perubahan

    warna miselium terjadi hingga hari ketujuh setelah isolasi. Miselium dari

    isolasi jamur ini berwarna hitam dan perlu dilakukan purifikasi. Menurut

  • Afriyeni, et al (2013) Ciri makroskopis jamur ini berbentuk seperti lingkaran,

    berwarna putih dan tepi koloni tidak rata. Apabila dilihat dari permukaan

    bawahnya terdapat bintik-bintik hitam

    b. Hasil Identifikasi C. capsici

    Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil

    kenampakan mikroskopis jamur C. capsici. Dari hasil tersebut terlihat bahwa

    hifa jamur ini tidak bersekat, konidia berbentuk bulan sabit dengan ujung

    tumpul dan tidak bersekat, konidiofor tidak bercabang serta mempunyai badan

    buah yang disebut aservullus dan rambut yang disebut seta. Hasil praktikum

    ini sesuai dengan literartur yang dikemukakan oleh Sulastri, et al (2013)

    tentang identifikasi mikroskopis C. capsici. Menurut Sulastri, et al (2013)

    konidia C. capsici berbentuk bulan sabit dan tidak bersekat, hifa berwarna

    agak gelap dan tidak bersekat sedangkan konidiofornya tidak bercabang.

    Menurut Agrios (1997) mengatakan bahwa C. Capsici menghasilkan spora

    berupa konidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-ujungnya yang

    tumpul dan bengkok seperti bulan sabit. Jamur ini mempunyai miselium yang

    terdiri dari beberapa septa, inter dan intraseluler hifa. Aservulus dan stroma

    pada batang berbentuk hemispirakel dan ukuran 70-120 m. Seta menyebar,

    berwarna coklat gelap sampai coklat muda, seta terdiri dari beberapa septa dan

    ukuran 150m. Konidiofor tidak bercabang, massa konidia nampak berwarna

    kemerah-merahan. Konidia berada pada ujung konidiofor. Konidia berbentuk

    hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4 m. Konidia dapat berkecambah pada

    permukaan buah yang hijau atau merah tua.

    c. Hasil Identifikasi Colletotrichum gloesporioide

    Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari

    identifikasi mikroskopis jamur Colletotrichum gloesporioides. Dari hasil

    praktikum didapatkan adanya konidia yang berbentuk basil di sekitar hifa.

    Bahwa hifa dari jamur Colletotrichum gloesporioides bersekat dan tidak

    bercabang, sedangkan konidia dan konidiofor belum ditemukan. Ciri

    mikroskopisnya adalah konidia berbentuk basil dan tersebar banyak di sekitar

    hifa. Konidianya bersekat antara dua sampai tiga sel, hifa hialin dan bersekat,

    terbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor, konidiofor pendek, tidak

  • berwarna, tidak bercabang, tidak bersekat (Afriyeni, et al., 2013). Berdasarkan

    hasil praktikum dengan perbandingan literature yang telah dilakukan, maka

    jamur ini belum dapat dipastikan merupakan jamur Gloeosporium sp karena

    ada beberapa hal untuk kepentingan identifikasi yang belum tumbuh pada

    jamurnya seperti konidia dan konidiofor. Sehingga diperlukan identifikasi

    ulangan pada koloni jamur Colletotrichum gloesporioides yang sudah

    dimurnikan untuk memastikan bahwa jamur dari busuk buah apel yang

    diisolasi tersebut benar merupakan jamur Colletotrichum gloesporioides.

  • V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Hasil identifikasi Collectotrichum capsici sesuai dengan literatur yaitu

    memiliki hifa tidak bersekat dan hialin, serta bentuk konidium yang menyerupai

    bulan sabit. Ini juga dapat menunjukkan bahwa isolasi dan purifikasi yang

    dilakukan pada bahan yang didiagnosa terserang patogen C. capsici memang

    benar, sesuai dengan gejala yang ditunjukkan secara kasat mata. Sedangkan hasil

    identifikasi Colletotrichum gloesporioides berhasil, dimana sesuai dengan literatur

    yang memiliki ciri-ciri mikroskopis dari jamur tersebut yaitu konidia berbentuk

    basil dan tersebar banyak di sekitar hifa. Konidianya bersekat antara dua sampai

    tiga sel, hifa hialin dan bersekat, terbentuk tunggal pada ujung-ujung konidiofor,

    konidiofor pendek, tidak berwarna, tidak bercabang, tidak bersekat.

    5.2 Saran

    Untuk praktikum ke depannya, seharusnya laporan dikumpulkan per satu

    materi selesai, sehingga laporan tidak menumpuk di belakang.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Afriyeni, Yenita, Nasril, Nasir, Periadnadi, dan Jumjunidang. 2013. Jenis-jenis

    Jamur pada Pembusukan Buah Kakao (Theobroma cacao, L.) di

    Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. ISSN: 2303-2162-

    DRAFT.

    Agrios, George N. 1997. Plant Pathology Fifth Edition. Department of Plant

    Pathology University of Florida. Elsevier Academic Press.

    Djauhari.S, 1997, Teknologi Pengendalian Hayati Penyakit Tepung, Bercak Daun

    dan Penyakit Batang pada Cabai dengan Memanfaatkan Mikroba dan

    Limbah Organik (Laporan Penelitian). UniversitasBrawijaya, Malang.

    Funder, S. 1953. Practical Mycology Manual for Identification of Fungi. Hafner

    Publishing. New York: Company.

    Jordan, S. 1980. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

    Kusnadi,dkk. 1994. Buku Saku Biologi. FMIPA UPI EDU: Bandung

    Putro, N.S., Aini, L.Q., dan Abadi, A. L. 2014. Pengujian Konsorsium Mikroba

    Antagonis Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa Pada Cabai

    Merah Besar (Capsicum Annuum L.). Jurnal HPT Volume 2 Nomor 4

    Desember 2014

    Sastrahidayat, I.R. 2010. Fitopatologi. UB Press : Malang

    Sulastri, Sri, Muhammad Ali, Fifi Puspita. 2013. Identifikasi Penyakit yang

    Disebabkan oleh Jamur dan Intensitas Serangannya pada Tanaman

    Cabai (Capsicum annum L) di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

    Universitas Riau. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

    Universitas Riau, Pekanbaru. Jordan B. P. 1980. Diagnosis Penyakit

    Tanaman. The University of Arizona Press. Tuskon-Arizona, USA. (Alih

    bahasa: Imam Santoso).

    Syafnidarti, Y., Nasir, N dan Jumjunidang. 2013. Deskripsi Gejala dan Tingkat

    Serangan Penyakit Bercak pada Batang Tanaman Buah Naga Merah

    (Hylocereus polyrhizus, L.) di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Jurnal

    Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(4) Desember 2013: 277-283

    Taruno. 1993. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University

    Press. Yogyakarta.