modul kd pengawasan ok 29112013

99
MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENGAWASAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 2013

Upload: leozea

Post on 25-Nov-2015

127 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • MODUL

    MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL

    PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI

    PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

    MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENGAWASAN

    BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

    2013

  • Konsep Dasar Pengawasan 2

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Deskripsi Singkat

    Dalam Modul ini dibahas 4 (empat) hal utama, yaitu (1) Pengawasan Sarana Produksi, (2)

    Pengawasan Sarana Distribusi, (3) Pengawasan Sarana Pelayanan Kesehatan, dan (4)

    Sampling produk serta Pengawasan Penandaan dan Iklan.

    B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

    Setelah mempelajari modul ini para peserta diharapkan mampu memahami cara melakukan

    inspeksi/pemeriksaan terhadap sarana produksi, sarana distribusi serta sampling dan

    pengawasan penandaan dan iklan produk.

    C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

    Setelah mempelajari modul ini, para peserta Diklat diharapkan dapat:

    1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar cara inspeksi sarana produksi.

    2. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar cara inspeksi sarana distribusi obat yang baik,

    3. Mengawasi penandaan iklan dan menarik kesimpulan hasil pengawasan

    4. Menarik kesimpulan tentang hasil pemeriksaan sarana produksi dan distribusi,

    5. Memahami metode sampling dalam rangka pengambilan sampel di sarana distribusi.

    6. Menjelaskan prinsip-prinsip pengawasan bahan berbahaya dan kemasan pangan.

    D. Materi Bahasan

    Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar:

    1. Pemeriksaan Sarana Produksi;

    2. Pemeriksaan Sarana Distribusi;

    3. Pemeriksaan Sarana Pelayanan Kesehatan;

    4. Sampling produk serta Pengawasan Penandaan dan Iklan;

  • Konsep Dasar Pengawasan 3

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    BAB II

    PENGAWASAN SARANA PRODUKSI

    A. PENGAWASAN SARANA PRODUKSI OBAT

    Pengawasan sarana produksi obat merupakan pengawasan menyeluruh atau sebagian

    terhadap pemenuhan persyaratan CPOB untuk tujuan antara lain dalam rangka

    sertifikasi CPOB, perubahan tata ruang, penambahan fasilitas produksi; tindak lanjut

    hasil pemeriksaan sebelumnya; pemeriksaan rutin yang dilakukan sekali dalam dua

    tahun atau berdasarkan penilaian resiko; investigasi dan penanganan terhadap keluhan

    dan/atau penarikan kembali obat, dilakukan oleh inspektur CPOB atau inspektur CPOB

    bersama dengan spesialis dan/atau tenaga ahli CPOB.

    Jenis pemeriksaan terdiri atas:

    1. Pemeriksaan tanpa pemberitahuan (Unannounced Inspection) apabila

    pemeriksaan dalam rangka penanganan kasus khusus dan pemeriksaan rutin,

    kecuali ada pertimbangan lain sehingga pemeriksaan rutin dapat dilakukan dengan

    pemberitahuan.

    2. Pemeriksaan dengan pemberitahuan (Announced Inspection) apabila pemeriksaan

    dilaksanakan dalam rangka sertifikasi CPOB atau pemeriksaan rutin bila perlu.

    PROSEDUR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI OBAT

    A. Persiapan Pemeriksaan

    1. Menetapkan tim pemeriksaan CPOB termasuk ketua dan anggota tim

    pemeriksaan.

    2. Menyiapkan surat-surat yang berkaitan dengan pemeriksaan mencakup: surat

    tugas, surat pemberitahuan kepada Balai dan industri farmasi, surat

    permintaan tenaga spesialis.

    3. Menyiapkan dokumen pemeriksaan (Aide memoir, Agenda pemeriksaan, daftar

    hadir, RIP dan AHU, SMF terbaru, Data Personil Kunci, Laporan pemeriksaan

    sebelumnya, dossier/ marketing authorizations document, Daftar produk, Data

    dan tren recall termasuk tren hasil pengujian, jika perlu data Laporan produksi,

    Data stabilitas) dan peralatan pemeriksaan kamera, alat ukur, senter, segel,

    komputer jinjing, printer, dll).

    B. Pelaksanaan Pemeriksaan

    1. Tim pemeriksa melakukan opening meeting, peninjauan fasilitas produksi

    termasuk fasilitas penunjang, review dokumen, pengambilan sampel dan

    pengamanan sementara (jika ada), pembuatan Berita Acara Pemeriksaan,

    serta closing meeting.

    2. Tim Pemeriksa membuat laporan pemeriksaan dengan melakukan:

    Analisis dan kajian terhadap temuan pemeriksaan yang tercantum

    dalam BAP dan observasi yang tercantum dalam buku pemeriksaan.

    Mengelompokkan temuan berdasarkan kajian perihal root cause dari

    temuan-temuan dan manufacturing system yang terkait dengan

    temuan serta menentukan klasifikasi setiap temuan, yaitu Critical,

    Major atau Minor.

    3. Menyiapkan surat untuk perbaikan dengan lampiran laporan inspeksi dan

    permintaan CAPA kepada industri farmasi dalam hal fasilitas belum sesuai

    ketentuan CPOB.

  • Konsep Dasar Pengawasan 4

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    C. Evaluasi terhadap tindakan perbaikan yang dilakukan industri (CAPA)

    1. Melakukan evaluasi terhadap laporan dan tindakan perbaikan dari Industri

    Farmasi

    2. Jika tindakan perbaikan yang dilaporkan belum sesuai dengan CPOB maka

    pihak pemohon akan diminta perbaikan lagi.

    3. Jika diperlukan, Badan POM akan melakukan inspeksi ulang atas tindakan

    perbaikan yang dilaporkan, apabila Industri farmasi melakukan perubahan yang

    terkait dengan infrastruktur yang mempengaruhi mutu dan keamanan produk

    (misal: sistem AHS, sistem pengolahan air, dan lain-lain).

    4. Apabila hasil evaluasi atau hasil inspeksi ulang tersebut dapat disetujui, maka

    mengusulkan surat closed audit .

    CARA PRODUKSI OBAT YANG BAIK

    Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat

    secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan

    penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.

    Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk

    menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara

    sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan

    jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan.

    Pemastian mutu suatu obat tidak hanya

    mengandalkan pada pelaksanaan pengujian

    tertentu saja; namun obat hendaklah dibuat dalam

    kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara

    cermat.

    Pemeriksaan sarana produksi obat merupakan

    pemeriksaan menyeluruh atau sebagian terhadap

    pemenuhan persyaratan CPOB.

    Terdapat 12 Aspek dalam Cara Pembuatan Obat

    yang Baik, yaitu:

    I. MANAJEMEN MUTU

    Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan

    penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar

    (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena

    tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk

    pencapaian tujuan ini melalui suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan

    komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok

    dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat

    diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan

    diterapkan secara benar.

    Unsur dasar manajemen mutu adalah :

    Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur,

    proses dan sumber daya; dan

    Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat

    kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan

    selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut

    disebut Pemastian Mutu.

    Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan tersedianya personil

    yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai.

    Terdapat 12 Aspek

    dalam Cara

    Pembuatan Obat yang

    Baik

  • Konsep Dasar Pengawasan 5

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Tambahan tanggung jawab hukum hendaklah diberikan kepada kepala bagian

    Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

    1. Konsep dasar Pemastian Mutu, CPOB dan Pengawasan Mutu adalah aspek

    manajemen mutu yang saling terkait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk

    menekankan hubungan dan betapa pentingnya unsur-unsur tersebut dalam produksi

    dan pengendalian obat.

    2. Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara

    tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang

    dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan

    tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan

    tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah

    dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan pengembangan produk.

    3. CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan

    dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan

    tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk.

    CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.

    4. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan

    pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,

    dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang

    diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak

    digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum

    mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah

    mempunyai fungsi Pengawasan Mutu yang independen dari bagian lain.

    5. Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat

    terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi

    proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi,

    untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan

    proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan

    didokumentasikan.

    II. PERSONALIA

    Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem

    pemastian mutu pembuatan obat yang benar. Industri farmasi hendaklah memiliki

    struktur organisasi dan personil yang terkualifikasi dan dalam jumlah yang memadai.

    Personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan

    berkesinambungan.

    Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan

    kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh

    personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu

    (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap

    yang lain.

    Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena

    tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium

    (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain

    yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.

    Pelatihan bagi personil adalah berupa pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB,

    serta pelatihan spesifik sesuai dengan pekerjaan yang berkaitan.

    III. BANGUNAN DAN FASILITAS

    PRINSIP

    Memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan

    dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar.

  • Konsep Dasar Pengawasan 6

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko

    terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan

    pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran-silang,

    penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

    UMUM

    1. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :

    a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana

    yang sama atau sarana yang berdampingan; dan

    b) pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil

    dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain

    yang sedang diproses.

    2. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil yang tidak

    berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak

    boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.

    3. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:

    penerimaan bahan;

    karantina barang masuk;

    penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;

    penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;

    pengolahan;

    pencucian peralatan;

    penyimpanan peralatan;

    penyimpanan produk ruahan;

    pengemasan;

    karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;

    pengiriman produk; dan

    laboratorium pengawasan mutu.

    a. Area Penimbangan

    Hendaklah suatu area terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan

    penimbangan.

    b. Area Produksi

    Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya

    pencemaran-silang, suatu sarana khusus dan self-contained hendaklah

    disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat

    menimbulkan sensitisasi tinggi. Produk lain seperti antibiotik tertentu

    (misal: penisilin), produk hormon seks, produk sitotoksik, produk tertentu

    dengan bahan aktif berpotensi tinggi, produk biologi (misal: yang berasal

    dari mikroorganisme hidup) dan produk non-obat hendaklah diproduksi

    di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi produk tersebut

    di atas, prinsip memproduksi bets produk secara campaign di dalam

    fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan

    pencegahan yang spesifik dan validasi yang diperlukan telah dilakukan.

    Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida

    dan herbisida tidak boleh dilakukan di sarana produksi obat.

    Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap

    air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat

    dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan

    lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.

  • Konsep Dasar Pengawasan 7

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain

    hendaklah dirancang dan dipasang sedemikian rupa agar mudah

    dibersihkan.

    Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu memerlukan

    sarana penunjang khusus untuk mencegah pencemaran-silang dan

    memudahkan pembersihan.

    Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk

    mencegah campur baur atau pencemaran-silang.

    c. Area Penyimpanan

    Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk

    menjamin kondisi penyimpanan yang baik; terutama area tersebut

    hendaklah bersih, kering, mendapat penerangan yang cukup dan

    dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan serta memiiliki kapasitas

    yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai

    macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas,

    produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status

    karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk

    yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.

    d. Area Pengawasan Mutu

    Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi.

    Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah

    dipisahkan satu dengan yang lain.

    Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai

    untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu

    terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.

    Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke

    area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah

    untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.

    e. Sarana Pendukung

    Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi

    dan laboratorium pengawasan mutu.

    Toilet dan bengkel perbaikan tidak boleh berhubungan langsung dengan

    area produksi atau area penyimpanan.

    Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area

    produksi namun letaknya terpisah.

    IV. PERALATAN

    PRINSIP

    Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,

    ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat

    terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan

    pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan

    debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.

    DESAIN DAN KONSTRUKSI

    1. peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan

    tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan

    dalam keadaan bersih dan kering;

    2. peralatan yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat

    yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif

    yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk;

  • Konsep Dasar Pengawasan 8

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    3. semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia

    atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah

    dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta di bumikan

    dengan benar.

    V. SANITASI DAN HIGIENE

    Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan, bahan

    pembersih dan desinfeksi dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan

    segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber

    pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene

    yang menyeluruh dan terpadu.

    Sanitasi dan Higiene meliputi:

    1. Higiene Perorangan

    Personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian

    pelindung yang sesuai.

    Program higiene hendaklah diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di dalam

    area pembuatan.

    Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut

    dan dilakukan pemeriksaan secara berkala.

    Personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka dilarang

    menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan

    obat jadi sampai dia sembuh kembali.

    Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan

    bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan

    bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk.

    Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan

    makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya

    diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium,

    area gudang dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.

    2. Sanitasi Bangunan Dan Fasilitas

    Tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan

    tempat cuci bagi personil.

    Tersedia ruang ganti dan tempat menyimpan makanan (kantin).

    Sampah dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat

    penampungan di luar bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala dengan

    meng-indahkan persyaratan saniter.

    Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh

    menimbulkan pencemaran.

    3. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan

    Tersedia prosedur tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan yang sudah

    tervalidasi.

    Tersedia tempat pencucian dan penyimpanan alat.

    4. Validasi Prosedur Pembersihan Dan Sanitasi

    Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi

    secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan.

    VI. PRODUKSI

    PRINSIP

    Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; dan

    memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang

  • Konsep Dasar Pengawasan 9

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar

    (registrasi).

    Meliputi:

    1. Ketentuan Umum

    Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan

    sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan

    distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur dan didokumentasikan.

    Penyimpanan bahan dan produk jadi pada kondisi yang disarankan oleh pabrik

    pembuatnya.

    Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau

    bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur

    baur ataupun kontaminasi silang.

    Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin

    produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau

    penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan

    nomor bets.

    2. Penanganan Bahan Awal

    Penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan

    hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan

    atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada.

    Hanya bahan yang telah diluluskan yang dapat digunakan untuk proses produksi.

    3. Validasi Proses

    Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk

    diterapkan, hendaklah diambil langkah untuk

    membuktikan prosedur tersebut cocok untuk

    pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang

    telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan

    peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa

    menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan

    mutu.

    4. Pencegahan Pencemaran Silang

    Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah

    dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan

    pencemaran lain.

    Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan

    tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya:

    produksi di dalam gedung terpisah (diperlukan

    untuk produk seperti penisilin, hormon seks,

    sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan

    yang mengandung bakteri hidup dan produk

    biologi lain serta produk darah);

    memakai pakaian pelindung yang sesuai di area

    di mana produk yang berisiko tinggi terhadap

    pencemaran silang diproses;

    melaksanakan prosedur pembersihan dan

    dekontaminasi yang terbukti efektif, karena

    pembersihan alat yang tidak efektif umumnya

    merupakan sumber pencemaran silang;

    menggunakan sistem self-contained;

    Produksi hendaklah

    dilaksanakan dengan

    mengikuti prosedur

    yang telah ditetapkan;

    dan memenuhi

    ketentuan CPOB yang

    menjamin senantiasa

    menghasilkan produk

    yang memenuhi

    persyaratan mutu serta

    memenuhi ketentuan

    izin pembuatan dan izin

    edar (registrasi).

  • Konsep Dasar Pengawasan 10

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    5. Sistem Penomoran Bets/Lot

    Sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan tujuan untuk

    memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat

    diidentifikasi.

    6. Penimbangan dan Penyerahan

    Cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan

    pengemas, produk antara, dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur

    tertulis dan didokumentasikan.

    Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah

    diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh

    diserahkan.

    7. Pengembalian

    Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang

    dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar

    dan direkonsiliasi.

    8. Pengolahan

    Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar

    selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan.

    Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang

    tertulis.

    Semua pengawasan-selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan

    akurat pada saat pelaksanaannya.

    9. Kegiatan Pengemasan

    Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi

    produk jadi.

    10. Pengawasan-Selama-Proses

    Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang

    menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan

    selama proses dari tiap bets produk.

    11. Karantina Dan Penyerahan Produk Jadi

    Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke

    gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke

    gudang, pengawasan yang ketat dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan

    pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.

    Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian dari:

    produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan

    pengemasan;

    sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang mencukupi

    untuk pengujian di masa mendatang;

    pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil

    pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu;

    rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima; dan

    produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera

    pada dokumen penyerahan barang.

    12. Catatan Pengendalian Pengiriman Obat

    Sistem distribusi hendaklah dapat memastikan produk yang pertama masuk didistri-

    busikan lebih dahulu dan distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui untuk

    mempermudah penyelidikan atau penarikan kembali jika diperlukan.

    13. Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan dan

    Produk Jadi

  • Konsep Dasar Pengawasan 11

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Penyimpanan secara rapi dan teratur untuk mencegah risiko campur baur atau

    pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.

    Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada

    penandaan.

    VII. PENGAWASAN MUTU

    Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik

    untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai

    dengan tujuan pemakaiannya.

    Meliputi:

    1. Ketentuan Umum

    Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan Mutu. Bagian

    ini harus independen dari bagian lain.

    Mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, termasuk

    pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk

    ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program

    pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi,

    penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan

    dan produk serta metode pengujiannya.

    2. Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu Yang Baik

    Bangunan dan Fasilitas

    Laboratorium hendaklah terpisah secara fisik dari ruang produksi.

    Laboratorium biologi, mikrobiologi dan kimia hendaklah terpisah satu dari yang

    lain.

    Ruangan terpisah untuk instrumen mungkin diperlukan untuk memberikan

    perlindungan terhadap interferensi elektris, getaran, kelembaban yang berlebihan

    serta pengaruh luar lain atau, bila perlu untuk mengisolasi instrumen tersebut.

    Desain laboratorium hendaklah mempertimbangkan kesesuaian bahan

    konstruksi, perlindungan personil terhadap asap dan ventilasi. Unit penanganan

    udara yang terpisah diperlukan untuk laboratorium biologi, mikrobiologi dan

    radioisotop.

    Personil

    Hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti respirator

    atau masker, kaca mata pelindung dan sarung tangan tahan asam atau basa

    sesuai tugas yang dilaksanakan.

    Peralatan

    Peralatan dan instrumen laboratorium hendaklah sesuai dengan prosedur

    pengujian yang dilakukan dan dikalibrasi.

    Penanganan terhadap Pereaksi dan media perbenihan; baku pembanding; sampel

    pertinggal.

    VIII. INSPEKSI DIRI DAN AUDIT MUTU

    Inspeksi Diri

    Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan

    pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat

    yang Baik (CPOB).

    Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

    pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

    Inspeksi diri dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten

    dari perusahaan.

  • Konsep Dasar Pengawasan 12

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat

    program tindak lanjut yang efektif.

    Audit Mutu

    Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu

    meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen

    mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya

    dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk

    khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas

    terhadap pemasok dan penerima kontrak.

    IX. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK, PENARIKAN KEMBALI PRODUK

    DAN PRODUK KEMBALIAN

    Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi

    kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.

    Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,

    bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat

    dari peredaran secara cepat dan efektif.

    Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau

    beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran.

    Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu

    atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko

    terhadap kesehatan.

    Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

    dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,

    atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan

    keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

    X. DOKUMENTASI

    Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik

    merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

    Dokumen Yang Diperlukan

    Spesifikasi

    Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,

    produk antara dan produk ruahan.

    Dokumen Produksi

    Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:

    Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam

    bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets;

    Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur

    Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur

    pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan

    ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum

    mendapat pengesahan untuk digunakan; dan

    Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan

    Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur

    Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan

    informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk.

    Prosedur dan Catatan

    Penerimaan

  • Konsep Dasar Pengawasan 13

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Pengambilan Sampel

    Pengujian

    Lain-lain

    XI. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK

    Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan

    dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau

    pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan

    Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban

    masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets

    produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu

    (Pemastian Mutu).

    Meliputi:

    1. Ketentuan Umum

    Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau analisis obat

    yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait.

    Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul

    perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan

    izin edar untuk produk bersangkutan.

    Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk mengaudit sarana dari

    Penerima Kontrak

    Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan oleh

    kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak.

    2. Pemberi Kontrak

    Bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima Kontrak dalam

    melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa

    prinsip dan pedoman CPOB diikuti.

    Menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada Penerima Kontrak untuk

    melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan legal

    lain. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima Kontrak memahami

    sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau pengujian

    yang dapat membaha-yakan gedung, peralatan, personil, bahan atau produk lain.

    Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang diproses dan

    bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

    atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

    3. Penerima Kontrak

    Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,

    pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan

    pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan memuaskan. Pembuatan

    obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki

    sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO).

    Penerima Kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apapun

    yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga tanpa terlebih

    dahulu dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak. Pengaturan antara Penerima

    Kontrak dan pihak ketiga manapun hendaklah memastikan bahwa informasi

    pembuatan dan analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara yang sama

    seperti yang dilakukan pada awalnya antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak.

    4. Kontrak

    Kontrak dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan menetapkan

    tanggung jawab masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan

    pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil

  • Konsep Dasar Pengawasan 14

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    yang kompeten yang mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi

    farmasi, analisis dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan

    pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah

    pihak.

    XII. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

    CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan

    sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan

    signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk

    hendaklah divalidasi.

    Meliputi:

    1. Perencanaan Validasi

    Program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam

    Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.

    2. Dokumentasi

    Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang

    akan dilakukan. Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria

    penerimaan.

    Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan hendaklah dibuat laporan yang mengacu

    pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang

    diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan

    rekomendasi perbaikan.

    3. Kualifikasi

    Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan

    Kualifikasi Kinerja (KK)

    4. Validasi Proses

    Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi

    prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi

    dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren).

    Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif).

    5. Validasi Pembersihan

    Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur

    pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih

    dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang

    terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan

    diverifikasi.

    6. Validasi Metode Analisis

    Tujuan validasi metode analisis adalah untuk mengetahui bahwa metode analisis

    sesuai tujuan penggunaannya.

    Selain 12 Aspek tersebut di atas, CPOB juga terdapat 14 Aneks sbb:

    1. Aneks 1 Pembuatan Produk Steril

    2. Aneks 2 Pembuatan Produk Biologi

    3. Aneks 3 Pembuatan Gas Medisinal

    4. Aneks 4 Pembuatan Inhalasi Dosis Terukur Bertekanan (Aerosol)

    5. Aneks 5 Pembuatan Produk Darah atau Plasma Manusia

    6. Aneks 6 Pembuatan Obat Investigasi untuk Uji Klinis

    7. Aneks 7 Sistem Komputerisasi

    8. Aneks 8 Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat Yang Baik

    9. Aneks 9 Pembuatan Radiofarmaka

    10. Aneks 10 Penggunaan Radiasi Pengion Dalam Pembuatan Obat

  • Konsep Dasar Pengawasan 15

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    11. Aneks 11 Sampel Pembanding Dan Sampel Pertinggal

    12. Aneks 12 CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT YANG BAIK

    13. Aneks 13 Pelulusan Parametris

    14. Aneks 14 Manajemen Risiko Mutu

    B. PENGAWASAN SARANA PRODUKSI OBAT TRADISIONAL

    CARA PRODUKSI OBAT TRADISIONAL YANG BAIK

    Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat

    kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan

    cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan

    bahan baku.

    Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang

    menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang

    dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan

    tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan

    pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani.

    Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem

    jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun,

    dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan

    dapat dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk

    obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik

    di pasar dalam negeri maupun internasional.

    Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah

    secara terus menerus memfasilitasi industri obat tradisional baik

    skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan CPOTB

    melalui langkah-langkah dan pentahapan yang terprogram.

    Dengan adanya perkembangan jenis produk obat bahan alam

    tidak hanya dalam bentuk Obat Tradisional (Jamu), tetapi juga

    dalam bentuk Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, maka

    Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ini dapat

    pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal

    Terstandar dan Fitofarmaka.

    Tujuan Umum

    a. Melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan

    dari penggunaan obat tradisional yang tidak memenuhi

    persyaratan mutu.

    b. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk obat

    tradisional Indonesia dalam era pasar bebas

    Tujuan Khusus

    a. Dipahaminya penerapan CPOTB oleh para pelaku usaha

    industri di

    bidang obat tradisional sehingga bermanfaat bagi perkembangan

    industri di bidang obat tradisional.

    b. Diterapkannya CPOTB secara konsisten oleh industri di bidang obat

    tradisional.

    Sistem Manajemen Mutu

    a. Dalam penerapan sistem manajemen mutu hendaklah dijabarkan struktur organisasi,

    Obat tradisional

    merupakan produk yang

    dibuat dari bahan alam

    yang jenis dan sifat

    kandungannya sangat

    beragam sehingga untuk

    menjamin mutu obat

    tradisional diperlukan

    cara pembuatan yang

    baik dengan lebih

    memperhatikan proses

    produksi dan

    penanganan bahan baku

  • Konsep Dasar Pengawasan 16

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    tugas dan fungsi, tanggung jawab, prosedur-prosedur, instruksi-instruksi kerja, proses

    dan sumber daya.

    b. Sistem mutu hendaklah dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan perusahaan, sifat

    dasar produk-produknya, dan hendaklah diperhatikan aspek penting yang ditetapkan

    dalam pedoman CPOTB.

    c. Pelaksanaan sistem mutu hendaklah menjamin bahwa apabila diperlukan dapat

    dilakukan pengambilan contoh bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk

    jadi, serta dilakukan pengujian terhadapnya untuk menentukan diluluskan atau ditolak,

    yang didasarkan atas hasil uji dan kenyataan-kenyataan yang dijumpai yang berkaitan

    dengan mutu.

    CPOTB meliputi semua aspek di bawah ini:

    a. PERSONALIA

    Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan

    kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang

    cukup. Mereka hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang

    dibebankan kepadanya.

    b. BANGUNAN

    Bangunan industri obat tradisional hendaklah menjamin aktifitas industri dapat

    berlangsung dengan aman.

    c. PERALATAN

    Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah memiliki rancang

    bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat,

    sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari bets ke

    bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.

    d. SANITASI DAN HIGIENE

    Dalam pembuatan produk hendaklah diterapkan tindakan sanitasi dan higiene yang

    meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan, personalia, bahan dan wadah serta

    faktor lain sebagai sumber pencemaran produk.

    e. PENYIAPAN BAHAN BAKU

    Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah memenuhi persyaratan

    yang berlaku.

    f. PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN

    Pengolahan dan pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti cara yang

    telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat menjamin produk yang dihasilkan

    senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku.

    g. PENGAWASAN MUTU

    Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat

    tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua

    rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai

    dari bahan awal sampai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan

    mutu hendaklah merupakan bagian yang tersendiri.

    h. INSPEKSI DIRI

    Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek

    pengolahan, pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOTB. Program

    inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan CPOTB dan untuk

    menetapkan tindak lanjut. Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara teratur. Tindakan

    perbaikan yang disarankan hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri

    hendaklah ditunjuk tim inspeksi yang mampu menilai secara obyektif pelaksanaan

    CPOTB. Hendaklah dibuat prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri.

  • Konsep Dasar Pengawasan 17

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    i. DOKUMENTASI

    Dokumentasi pembuatan produk merupakan bagian dari sistem informasi manajemen

    yang meliputi spesifikasi, label/etiket, prosedur, metoda dan instruksi, catatan dan

    laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan,

    pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan produk.

    Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat

    instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya,

    sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

    karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

    j. PENANGANAN TERHADAP HASIL PENGAMATAN PRODUK JADI DI PEREDARAN

    Keluhan dan laporan menyangkut kualitas, efek yang merugikan atau masalah medis

    lainnya hendaklah diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai.

    Penarikan kembali produk yang berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau

    seluruh produk tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan

    apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan atau atas dasar

    pertimbangan adanya efek yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan.

    Penarikan kembali seluruh produk tertentu dapat merupakan tindak lanjut

    penghentian pembuatan satu jenis produk yang bersangkutan.

    C. PENGAWASAN SARANA PRODUKSI KOSMETIK

    CARA PRODUKSI KOSMETIK YANG BAIK (CPKB)

    (Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor: Hk.

    0.05.4.3870 Tahun 2003 Tentang Cara Produksi Kosmetik Yang Baik Pedoman Cara

    Pembuatan Kosmetik Yang Baik)

    Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan salah satu faktor penting untuk

    dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi standar mutu dan keamanan.

    Mengingat pentingnya penerapan CPKB maka pemerintah secara terus menerus

    memfasilitasi industri kosmetik baik skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan

    CPKB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang terprogram.

    Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem

    jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia internasional. Terlebih lagi untuk

    mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi maka penerapan CPKB merupakan nilai

    tambah bagi produk kosmetik Indonesia untuk bersaing dengan produk sejenis dari negara

    lain baik di pasar dalam negeri maupu internasional.

    Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh disertai pemantauan sangat

    penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh produk yang memenuhi persyaratan

    mutu yang ditetapkan. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan

    pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Hal ini berkaitan

    dengan seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu.

    Tujuan Umum :

    1. Melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan dari penggunaan

    kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan.

    2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik Indonesia dalam

    era pasar bebas.

    Tujuan khusus :

    1. Dipahaminya penerapan CPKB oleh para pelaku usaha industri kosmetik sehingga

    bermanfaat bagi perkembangan industri kosmetik.

    2. Diterapkannya CPKB secara konsisten oleh industri kosmetik.

  • Konsep Dasar Pengawasan 18

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Yang perlu diperhatikan pada penerapan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik :

    I. PERSONALIA

    Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemampuan

    yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka

    harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan kepadanya.

    1. Organisasi, kualifikasi dan Tanggung jawab

    1.1. Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu

    hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan tanggung

    jawab satu sama lain.

    1.2. Kepala bagian produksi harus memperoleh pelatihan yang memadai dan

    berpengalaman dalam pembuatan kosmetik. Ia harus mempunyai kewenangan dan

    tanggung jawab dalam manajemen produksi yang meliputi semua pelaksanaan

    kegiatan, peralatan, personalia produksi, area produksi dan pencatatan.

    1.3. Kepala bagian pengawasan mutu harus memperoleh pelatihan yang memadai dan

    berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Ia harus diberi kewenangan

    penuh dan tanggung jawab dalam semua tugas pengawasan mutu meliputi

    penyusunan, verifikasi dan penerapan semua prosedur pengawasan mutu. Ia

    mempunyai kewenangan menetapkan persetujuan atas bahan awal, produk antara,

    produk ruahan dan produk jadi yang telah memenuhi spesifikasi, atau menolaknya

    apabila tidak memenuhi spesifikasi, atau yang dibuat tidak sesuai perosedur dan

    kondisi yang telah ditetapkan.

    1.4. Hendaknya dijabarkan kewenangan dan tanggung jawab personil-personil lain

    yang ditunjuk untuk menjalankan Pedoman CPKB dengan baik.

    1.5. Hendaknya tersedia personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai, untuk

    melaksanakan supervisi langsung di setiap bagian produksi dan unit permeriksaan

    mutu.

    2. Pelatihan

    2.1. Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus dilatih

    dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara Pembuatan

    yang Baik. Perhatian khusus harus diberikan untuk melatih personil yang bekerja

    dengan material berbahaya.

    2.2. Pelatihan CPKB harus dilakukan secara berkelanjutan.

    2.3. Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus dievaluasi secara

    periodik.

    II. BANGUNAN DAN FASILITAS

    Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang, dibangun, dan

    dipelihara sesuai kaidah.

    1. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari lingkungan

    sekitar dan hama.

    2. Produk kosmetik dan produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang

    mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan

    peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pembersihan dan

    perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang dan risiko campur

    baur.

    3. Garis pembatas, tirai plastik, penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita dapat

    digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.

    4. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus terpisah

    dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi.

    5. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara lain :

    Penerimaan material;

    Pengambilan contoh material;

  • Konsep Dasar Pengawasan 19

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    Penyimpanan barang datang dan karantina;

    Gudang bahan awal;

    Penimbangan dan penyerahan;

    Pengolahan;

    Penyimpanan produk ruahan;

    Pengemasan;

    Karantina sebelum produk dinyatakan lulus;

    Gudang produk jadi;

    Tempat bongkar muat;

    Laboraorium;

    Tempat pencucian peralatan.

    6. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah

    dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai permukaan

    yang mudah dibersihkan dan disanitasi.

    7. Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran memadai dan

    dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik. Saluran terbuka

    harus dihindari, tetapi apabila diperlukan harus mudah dibersihkan dan disanitasi.

    8. Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa salurannya

    hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya

    pencemaran terhadap produk.

    9. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai ventilasi

    yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.

    10. Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area produksi harus

    dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya ceruk yang sukar

    dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area pengolahan.

    11. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.

    12. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan penerangan yang

    sesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian rupa sehingga memungkinkan

    penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih dan rapi.

    12.1. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara

    kelompok material dan produk yang dikarantina. Area khusus dan terpisah

    hendaklah tersedia untuk penyimpanan bahan yang mudah terbakar dan

    bahan yang mudah meledak, zat yang sangat beracun, bahan yang

    ditolak atau ditarik serta produk kembalian.

    12.2. Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus di mana suhu

    dan kelembabannya dapat dikendalikan serta terjamin keamanannya.

    12.3. Penyimpanan bahan pengemas/barang cetakan hendaklah ditata

    sedemikian rupa sehingga masing-masing label yang berbeda, demikian

    pula bahan cetakan lain tersimpan terpisah untuk mencegah terjadinya

    campur baur.

    III. PERALATAN

    Peralatan harus didisain dan ditempatkan sesuai dengan produk yang dibuat.

    1. Rancang Bangun

    1.1. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah tidak

    boleh bereaksi atau menyerap bahan.

    1.2. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk

    misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub atau melalui modifikasi atau

    adaptasi yang tidak salah/tidak tepat.

    1.3. Peralatan harus mudah dibersihkan.

  • Konsep Dasar Pengawasan 20

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    1.4. Peralatan yang digunakan untuk mengolah bahan yang mudah terbakar

    harus kedap terhadap ledakan.

    2. Pemasangan dan Penempatan

    2.1. Peralatan/mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak

    menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus diberi

    penandaan yang jelas untuk menjamin tidak terjadi campur baur antar

    produk.

    2.2. Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara, harus dipasang

    sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.

    Saluran air ini hendaknya diberi label atau tanda yang jelas sehingga mudah

    dikenali.

    2.3. Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi, pengatur

    suhu udara, air (air minum, air murni, air suling), uap, udara bertekanan dan

    gas harus berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuannya dan dapat

    diidentifikasi.

    3. Pemeliharaan

    3.1. Peralatan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat harus

    dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Semua catatan pemeliharaan dan

    kalibrasi harus disimpan.

    3.2. Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya ditulis secara rinci dan

    jelas diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan jelas.

    IV. SANITASI DAN HIGIENE

    Sanitasi dan higiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi

    terhadap produk yang diolah. Pelaksanaan sanitasi dan higiene hendaknya mencakup

    personalia, bangunan, mesin-mesin dan peralatan serta bahan awal.

    1. Personalia

    1.1. Personalia harus dalam keadaan sehat untuk melaksanakan tugas yang

    dibebankan kepadanya. Hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan

    secara teratur untuk semua personil bagian produksi yang terkait dengan

    proses pembuatan.

    1.2. Semua personil harus melaksanakan higiene perorangan.

    1.3. Setiap personil yang pada suatu ketika mengidap penyakit atau menderita

    luka terbuka atau yang dapat merugikan kualitas tidak diperkenankan

    menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan dalam proses, dan

    produk jadi.

    1.4. Setiap personil diperintahkan untuk melaporkan setiap keadaan (sarana,

    peralatan atau personil) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan

    produk, kepada penyelia.

    1.5. Hindari bersentuhan langsung dengan bahan atau produk yang diproses

    untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Personil harus mengenakan

    pakaian kerja, tutup kepala serta menggunakan alat pelindung sesuai

    dengan tugasnya.

    1.6. Merokok, makan, minum, menguyah dan menyimpan makanan, minuman,

    rokok atau barang lain yang mungkin dapat mengkontaminasi, hanya boleh

    di daerah tertentu dan dilarang di area produksi, laboratorium, gudang atau

    area lain yang mungkin dapat merugikan mutu produk.

    1.7. Semua personil yang diizinkan masuk ke area produksi harus

    melaksanakan higiene perorangan termasuk mengenakan pakaian kerja

    yang memadai.

  • Konsep Dasar Pengawasan 21

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    2. Bangunan

    2.1. Hendaklah tersedia wastafel dan toilet dengan ventilasi yang baik yang

    terpisah dari area produksi.

    2.2. Hendaklah tersedia locker di lokasi yang tepat untuk tempat ganti pakaian

    dan menyimpan pakaian serta barang-barang lain milik karyawan.

    2.3. Sampah di ruang produksi secara teratur ditampung di tempat sampah

    untuk selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah di luar area

    produksi.

    2.4. Bahan sanitasi, rodentisida, insektisida dan fumigasi tidak boleh

    mengkontaminasi peralatan, bahan baku/pengemas, bahan yang masih

    dalam proses dan produk jadi.

    3. Peralatan Dan Perlengkapan

    3.1. Peralatan/perlengkapan harus dijaga dalam keadaan bersih.

    3.2. Pembersihan dengan cara basah atau vakum lebih dianjurkan. Udara

    bertekanan dan sikat hendaknya digunakan dengan hati-hati dan sedapat

    mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk.

    3.3. Prosedur Tetap Pembersihan dan Sanitasi mesin-mesin hendaknya diikuti

    dengan konsisten.

    VI. PRODUKSI

    1. Bahan Awal

    1.1. Air

    1.1.1. Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan

    penting. Peralatan untuk memproduksi air dan sistem pemasokannya

    harus dapat memasok air yang berkualitas. Sistem pemasokan air

    hendaknya disanitasi sesuai Prosedur Tetap.

    1.1.2. Air yang digunakan untuk produksi sekurang-kurangnya berkualitas air

    minum. Mutu air meliputi parameter kimiawi dan mikrobiologi harus

    dipantau secara berkala, sesuai prosedur tertulis dan setiap ada

    kelainan harus segera ditindak lanjuti dengan tindakan koreksi.

    1.1.3. Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionisasi, destilasi atau

    filtrasi tergantung dari persyaratan produk. Sistem penyimpanan

    maupun pendistribusian harus dipelihara dengan baik.

    1.1.4. Perpipaan hendaklah dibangun sedemikian rupa sehingga terhindar

    dari stagnasi dan resiko terjadinya pencemaran.

    1.2. Verifikasi Material ( Bahan)

    1.2.1. Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas)

    hendaklah diperiksa dan diverifikasi mengenai pemenuhannya

    terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan dan dapat ditelusuri sampai

    dengan produk jadinya.

    1.2.2. Contoh bahan awal hendaklah diperiksa secara fisik mengenai

    pemenuhannya terhadap spesifikasi yang ditetapkan, dan harus

    dinyatakan lulus sebelum digunakan.

    1.2.3. Bahan awal harus diberi label yang jelas.

    1.2.4. Semua bahan harus bersih dan diperiksa kemasannya terhadap

    kemungkinan terjadinya kebocoran, lubang atau terpapar.

    1.3. Pencatatan Bahan

    1.3.1. Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai

    nama bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan,

    tanggal penerimaan, nama pemasok, nomor bets, dan jumlah.

  • Konsep Dasar Pengawasan 22

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    1.3.2. Setiap penerimaan dan penyerahan bahan awal hendaklah dicatat

    dan diperiksa secara teliti kebenaran identitasnya.

    1.4. Material Ditolak (Reject)

    Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya ditandai,

    dipisah dan untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur Tetap.

    1.5. Sistem Pemberian Nomor Bets

    1.5.1. Setiap produk antara, produk ruahan dan produk akhir hendaklah

    diberi nomor identitas produksi (nomor bets) yang dapat

    memungkinkan penelusuran kembali riwayat produk.

    1.5.2. Sistem pemberian nomor bets hendaknya spesifik dan tidak berulang

    untuk produk yang sama untuk menghindari kebingungan /

    kekacauan.

    1.5.3. Bila memungkinkan, nomor bets hendaknya dicetak pada etiket wadah

    dan bungkus luar.

    1.5.4. Catatan pemberian nomor bets hendaknya dipelihara.

    1.6. Penimbangan dan Pengukuran

    1.6.1. Penimbangan hendaknya dilakukan di tempat tertentu

    menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi.

    1.6.2. Semua pelaksanaan penimbangan dan pengukuran harus dicatat dan

    dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas yang berbeda.

    1.7. Prosedur dan Pengolahan

    1.7.1. Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang ditetapkan.

    1.7.2. Semua prosedur pembuatan harus dilaksanakan sesuai prosedur

    tetap tertulis.

    1.7.3. Semua pengawasan selama proses yang diwajibkan harus

    dilaksanakan dan dicatat.

    1.7.4. Produk ruahan harus diberi penandaan sampai dinyatakan lulus

    oleh Bagian Pengawasan Mutu.

    1.7.5. Perhatian khusus hendaknya diberikan kepada kemungkinan

    terjadinya kontaminasi silang pada semua tahap proses produksi.

    1.7.6. Hendaknya dilakukan pengawasan yang seksama terhadap kegiatan

    pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu, misalnya pengaturan

    suhu, tekanan, waktu dan kelembaban.

    1.7.7. Hasil akhir proses produksi harus dicatat.

    1.8. Produk Kering

    Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian khusus dan bila

    perlu dilengkapi dengan sistem pengendalian debu, atau sistem hampa udara

    sentral atau cara lain yang sesuai.

    1.9. Produk Basah

    1.9.1. Cairan, krim, dan lotion harus diproduksi sedemikian rupa untuk

    mencegah dari kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya.

    1.9.2. Penggunaan sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat

    dianjurkan.

    1.9.3. Bila digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk

    ruahan harus dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah

    dibersihkan.

    1.10. Produk Aerosol

    1.10.1.Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat

    alami dari bentuk sediaan ini.

    1.10.2.Pembuatan harus dilakukan dalam ruang khusus yang dapat

    menjamin terhindarnya ledakan atau kebakaran.

  • Konsep Dasar Pengawasan 23

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    1.11. Pelabelan dan Pengemasan

    1.11.1.Lini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan.

    Peralatan harus bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan produk

    jadi dari kegiatan pengemasan sebelumnya harus dipindahkan.

    1.11.2. Selama proses pelabelan dan pengemasan berlangsung, harus

    diambil contoh secara acak dan diperiksa.

    1.11.3. Setiap lini pelabelan dan pengemasan harus ditandai secara jelas

    untuk mencegah campur baur.

    1.11.4. Sisa label dan bahan pengemas harus dikembalikan ke gudang

    dan dicatatat. Bahan pengemas yang ditolak harus dicatatat dan

    diproses lebih lanjut sesuai dengan Prosedur Tetap.

    1.12. Produk Jadi, Karantina dan Pengiriman ke Gudang Produk Jadi

    1.12.1. Semua produk jadi harus dikarantina terlebih dahulu. Setelah

    dinyatakan lulus uji oleh bagian Pengawasan Mutu dimasukkan

    ke gudang produk jadi. Selanjutnya produk dapat didistribusikan.

    VII.PENGAWASAN MUTU

    1. Pendahuluan

    Pengawasan mutu merupakan bagian penting dari CPKB, karena memberi

    jaminan konsistensi mutu produk kosmetik yang dihasilkan.

    1.1. Hendaknya diciptakan Sistem Pengawasan Mutu untuk menjamin bahwa

    produk dibuat dari bahan yang benar, mutu dan jumlah yang sesuai, serta

    kondisi pembuatan yang tepat sesuai Prosedur Tetap.

    1.2. Pengawasan mutu meliputi :

    1.2.1. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian

    terhadap bahan awal, produk dalam proses, produk antara,

    produk ruahan dan produk jadi sesuai spesifikasi yang

    ditetapkan.

    1.2.2. Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap

    dokumentasi bets, program pemantauan contoh pertinggal,

    pemantauan mutu produk di peredaran, penelitian stabilitas dan

    menetapkan spesifikasi bahan awal dan produk jadi agar

    senantiasa memenuhi standar yang ditetapkan.

    1.3. Pengambilan contoh hendaklah dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan

    diberi kewenangan untuk tugas tersebut, guna menjamin contoh yang

    diambil senantiasa sesuai dengan identitas dan kualitas bets yang

    diterima.

    2. Pengolahan ulang

    2.1. Metoda pengolahan ulang hendaklah senantiasa dievaluasi untuk menjamin

    agar pengolahan ulang tidak mempengaruhi mutu produk.

    2.2. Pengujian tambahan hendaklah dilakukan terhadap produk jadi hasil

    pengolahan ulang.

    3. Produk Kembalian

    3.1. Produk kembalian hendaklah diidentifikasi dan disimpan terpisah di tempat

    yang dialokasikan untuk itu atau diberi pembatas yang dapat dipindah-

    pindah misalnya pembatas dari bahan pita, rantai atau tali.

    3.2. Semua produk kembalian hendaklah diuji kembali apabila perlu, di samping

    evaluasi fisik sebelum diluluskan untuk diedarkan kembali.

    3.3. Produk kembalian yang tidak memenuhi syarat spesifikasi hendaklah

    ditolak.

  • Konsep Dasar Pengawasan 24

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    3.4. Produk yang ditolak hendaklah dimusnahkan sesuai Prosedur Tetap.

    3.5. Catatan produk kembalian hendaklah dipelihara.

    VIII. DOKUMENTASI

    1. Pendahuluan

    Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari bahan

    awal sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang dilakukan,

    meliputi pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu, distribusi dan

    hal-hal spesifik lain yang terkait dengan CPKB.

    1.1. Hendaknya ada sistem untuk mencegah digunakannya dokumen yang

    sudah tidak berlaku.

    1.2. Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen, hendaknya

    dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya harus tetap

    terdokumentasi.

    1.3. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi langkah

    dalam bentuk kalimat perintah.

    1.4. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan.

    1.5. Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dan

    pendistribusiannya dicatat.

    1.6. Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara berkala,

    dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihak-pihak

    terkait untuk diamankan.

    2. Spesifikasi

    Semua spesifikasi harus disetujui dan disahkan oleh personil yang berwenang.

    2.1. Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas meliputi :

    a. Nama bahan.

    b. Uraian (deskripsi) dari bahan.

    c. Parameter uji dan batas penerimaan (acceptance limits)

    d. Gambar teknis, bila diperlukan.

    e. Perhatian khusus, misalnya kondisi penyimpanan dan keamanan, bila

    perlu.

    2.2.Spesifikasi Produk Ruahan dan Produk Jadi meliputi :

    a. Nama Produk.

    b. Uraian.

    c. Sifat-sifat fisik.

    d. Pengujian kimia dan atau mikrobiologi serta batas penerimaannya, bila

    perlu.

    e. Kondisi penyimpanan dan peringatan keamanan, bila perlu.

    3. Dokumen Produksi

    3.1. Dokumen Induk

    Dokumen Induk harus tersedia setiap diperlukan. Dokumen ini berisi informasi

    :

    a. Nama produk dan kode/nomor produk.

    b. Bahan pengemas yang diperlukan dan kondisi penyimpanannya.

    c. Daftar bahan baku yang digunakan.

    d. Daftar peralatan yang digunakan.

    e. Pengawasan selama pengolahan dengan batasan-batasan dalam

    pengolahan dan pengemasan, bila perlu.

  • Konsep Dasar Pengawasan 25

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    3.2. Catatan Pembuatan Bets

    a. Catatan pembuatan bets hendaklah disiapkan untuk setiap bets produk.

    b. Dokumen ini berisi informasi mengenai :

    Nama produk

    Formula per bets

    Proses pembuatan secara ringkas.

    Nomor bets atau kode produksi.

    Tanggal mulai dan selesainya pengolahan dan pengemasan.

    Identitas peralatan utama, lini atau lokasi yang digunakan.

    Catatan pembersihan peralatan yang digunakan untuk

    Pemrosesan.

    Pengawasan selama pengolahan dan hasil uji laboratorium,

    seperti misalnya catatan pH dan suhu saat diuji.

    Catatan inspeksi pada lini pengemasan.

    Pengambilan contoh yang dilakukan setiap tahap proses

    pembuatan.

    Setiap investigasi terhadap kegagalan tertentu atau

    ketidaksesuaian.

    Hasil pemeriksaan terhadap produk yang sudah dikemas dan diberi

    label.

    3.3. Catatan Pengawasan Mutu

    3.3.1. Catatan setiap pengujian, hasil uji dan pelulusan atau penolakan

    bahan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi harus

    disimpan.

    Catatan yang dimaksud meliputi :

    Tanggal pengujian.

    Identifikasi bahan.

    Nama pemasok.

    Tanggal penerimaan.

    Nomor bets asli dari bahan baku bila ada.

    Nomor bets produk yang sedang dibuat.

    Nomor pemeriksaan mutu.

    Jumlah yang diterima.

    Tanggal sampling.

    Hasil pemeriksaan mutu.

    IX. AUDIT INTERNAL

    Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh atau sebagian dari

    aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk meningkatkan sistem

    mutu. Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak luar, atau auditor profesional atau tim

    internal yang dirancang oleh manajemen untuk keperluan ini. Pelaksanaan Audit

    Internal dapat diperluas sampai ke tingkat pemasok dan kontraktor, bila perlu. Laporan

    harus dibuat, pada saat selesainya tiap kegiatan Audit Internal dan didokumentasikan

    dengan baik.

    X. PENYIMPANAN

    1. Area Penyimpanan

    1.1. Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk memungkinkan

    penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik bahan maupun

  • Konsep Dasar Pengawasan 26

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    produk, seperti bahan awal, produk antara, ruahan dan produk jadi, produk

    yang di karantina, dan produk yang lulus uji, ditolak, dikembalikan atau

    ditarik dari peredaran.

    1.2. Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk

    menjamin kondisi penyimpanan yang baik. Harus bersih, kering dan dirawat

    dengan baik. Bila diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu dan

    kelembaban) hendaknya disediakan, diperiksa dan dipantau fungsinya.

    1.3. Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat melindungi

    material dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan hendaknya

    dirancang dan diberi peralatan untuk memungkinkan barang yang datang

    dapat dibersihkan apabila diperlukan sebelum disimpan.

    1.4. Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya diberi batas secara

    jelas.

    1.5. Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara aman.

    2. Penanganan dan Pengawasan Persediaan

    2.1. Penerimaan Produk

    2.1.1. Pada saat penerimaan, barang dokumen hendaknya diperiksa dan

    dilakukan verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada label yang

    meliputi tipe barang dan jumlahnya.

    2.1.2. Barang kiriman harus diperiksa dengan teliti terhadap kemungkinan

    terjadinya kerusakan dan atau cacat. Hendaknya ada Catatan

    Pertinggal untuk setiap penerimaan barang.

    2.2. Pengawasan

    2.2.1. Catatancatatan harus dipelihara meliputi semua catatan penerimaan

    dan catatan pengeluaran produk.

    2.2.2. Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip rotasi barang

    (FIFO).

    2.2.3. Semua label dan wadah produk tidak boleh diubah, dirusak atau

    diganti.

    XII. KONTRAK PRODUKSI DAN PENGUJIAN

    Pelaksanaan kontrak produksi dan pengujian hendaknya secara jelas dijabarkan,

    disepakati dan diawasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah dalam

    penafsiran dikemudian hari, yang berakibat tidak memuaskannya mutu produk atau

    pekerjaan. Guna mencapai mutu produk yang memenuhi standar yang disepakati,

    hendaknya semua aspek pekejaan yang dikontrakkan ditetapkan secara rinci pada

    dokumen kontrak. Hendaknya ada perjanjian tertulis antara pihak yang memberi

    kontrak dan pihak penerima kontrak yang menguraikan secara jelas tugas dan

    tanggung jawab masing-masing pihak.

    Dalam hal kontrak pengujian, keputusan akhir terhadap hasil pengujian suatu produk,

    tetap merupakan tanggung jawab pemberi kontrak. Penerima kontrak hanya

    bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengujian sampai diperoleh hasil

    pengujian.

    XIII.PENANGANAN KELUHAN DAN PENARIKAN PRODUK

    1. Penanganan Keluhan

    1.1. Hendaknya ditentukan personil yang bertanggung jawab untuk menangani

    keluhan dan menentukan upaya pengatasannya. Bila orang yang ditunjuk

    berbeda dengan personil yang diberi kewenangan untuk menangani hal

  • Konsep Dasar Pengawasan 27

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    tersebut, yang bersangkutan hendaknya diberi arahan untuk waspada

    terhadap kasu-kasus keluhan, investigasi atau penarikan kembali (recall).

    1.2. Harus ada prosedur tertulis yang menerangkan tindakan yang harus

    diambil, termasuk perlunya tindakan penarikan kembali (recall), bila kasus

    keluhan yang terjadi meliputi kerusakan produk.

    1.3. Keluhan mengenai kerusakan produk hendaknya dicatat secara rinci dan

    diselidiki.

    1.4. Bila kerusakan produk ditemukan atau diduga terjadi dalam suatu bets,

    hendaknya dipertimbangkan kemungkinan terjadinya kasus serupa pada

    bets lain. Khususnya bets lain yang mungkin mengandung produk proses

    ulang dari bets yang bermasalah hendaknya diselidiki.

    1.5. Setelah evaluasi dan penyelidikan atas keluhan, apabila diperlukan dapat

    dilakukan tindak lanjut yang memadai termasuk kemungkinan penarikan

    produk.

    1.6. Semua keputusan dan upaya yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari

    keluhan hendaknya dicatat dan dirujuk kepada catatan bets yang

    bersangkutan.

    1.7. Catatan keluhan hendaknya ditinjau secara periodik untuk menemukan

    masalah spesifik atau masalah yang berulang yang memerlukan perhatian

    dan mungkin menjadi dasar pembenaran bagi penarikan produk di

    peredaran.

    1.8. Apabila terjadi kegagalan produk dan kerusakan produk yang menjurus

    kepada terganggunya keamanan produk, Instansi yang berwenang

    hendaknya diberitahu.

    2. Penarikan Produk

    Hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran terhadap produk yang

    diketahui atau diduga bermasalah.

    2.1. Hendaknya ditunjuk Personil yang bertanggung jawab atas pelaksanaan

    dan koordinasi penarikan kembali produk termasuk personil lain dalam

    jumlah yang cukup.

    2.2. Harus disusun Prosedur Tetap penarikan kembali produk yang secara

    periodik ditinjau kembali. Pelaksanaan penarikan kembali hendaknya dapat

    dilakukan cepat dan efektif.

    2.3. Catatan pendistribusian primer hendaknya segera diterima oleh orang yang

    bertanggung jawab untuk melakukan penarikan kembali produk, dan catatan

    tersebut harus memuat informasi yang cukup tentang distributor.

    2.4. Perkembangan proses penarikan kembali produk hendaknya dicatat dan

    dibuat laporan akhir, meliputi rekonsiliasi jumlah produk yang dikirim dan

    ditemukan kembali.

    2.5. Keefektifan pengaturan penarikan kembali produk hendaknya dievaluasi

    dari waktu ke waktu.

    2.6. Hendaklah dibuat instruksi tertulis yang menjamin bahwa produk yang

    ditarik kembali disimpan dengan baik pada daerah yang terpisah sambil

    menanti keputusan selanjutnya.

    D. PENGAWASAN SARANA PRODUKSI PANGAN

    Pangan merupakan salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan

    bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Setiap orang

  • Konsep Dasar Pengawasan 28

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    berhak untuk mendapatkan makanan yang aman dan layak sehingga terhindar dari penyakit

    yang disebabkan oleh makanan atau keracunan makanan. Oleh karena itu, masyarakat

    perlu dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi dan peredaran makanan

    yang tidak memenuhi syarat dan berbahaya. Peredaran makanan yang tidak memenuhi

    syarat kesehatan dan keamanan bukan hanya akan merugikan konsumen tetapi juga

    produsen, karena industri akan kehilangan kepercayaan, peluang perdagangan,penghasilan

    dan pekerjaaan disamping juga mendapat tuntutan hukum dari masyarakat.

    Bahaya yang terdapat dalam makanan dapat berupa bahaya biologi, kimia atau fisik.

    Bahaya biologi mencakup bahan biologi yang dapat menimbulkan penyakit seperti

    mikroorganisme, serangga, parasit, dan lain-lain. Bahaya kimia mencakup bahan kimia

    berbahaya seperti pestisida, logam berat dan lain-lain, sedangkan bahaya fisik dapat berupa

    kerikil, potongan tulang, pecahan gelas, dan lain-lain.

    Untuk menghasilkan produk akhir yang bermutu, aman dikonsumsi, dan sesuai dengan

    selera atau tuntutan konsumen, baik konsumen domestik maupun international, proses

    produksi makanan di Industri pengolahan pangan harus terkontrol.

    Dalam hal ini Cara Produksi Pangan Yang Baik (CPPB) atau Good Manufacturing

    Practice.(GMP) memberikan persyaratan-persyaratan dasar penting yang seharusnya

    diterapkan di semua industri pengolahan makanan pada seluruh mata rantai proses

    pengolahan makanan Penekanan CPPB diarahkan pada tercapainya kondisi higiene yang

    penting dalam memproduksi makanan yang aman dan layak untuk dikonsumsi. Di Indonesia

    GMP atau CPPB diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23/MEN.

    KES/SK/1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan. CPPB (Depkes

    RI, 1996) adalah suatu pedoman yang diterapkan untuk memproduksi pangan yang

    memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan secara konsisten.

    Tujuan umum penerapan CPPB adalah:

    Menghasilkan produk akhir yang bermutu, aman dikonsumsi, dan sesuai dengan selera

    atau tuntutan konsumen (domestic/International).

    Tujuan khusus penerapan CPPB adalah :

    Memberikan prinsip-prinsip dalam produksi makanan yang dapat diterapkan untuk

    memberi pengendalian dasar pada penanganan, pengolahan, pennyimpanan pangan

    atau bahkan jika diperlukan sampai dengan pendistribusikanakan dihasilkan pangan

    yang bermutu, layak dan aman secara konsiten.

    Mengarahkan industri agar dapat memenuhi berbagai persyaratan produksi seperti

    persyaratan lokasi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, karyawan, bahan,

    proses, mutu produk akhir, serta persyaratan penyimpanan dan distribusi.

    Memberi landasan untuk mengarah pada penerapan HACCP.

    Memberikan dasar untuk penyusunan pedoman lainnya yang spesifik (CPPB untuk

    komoditas tertentu)

    Modul ini membahas unsur-unsur CPPB mencakup (1) Bangunan dan Fasilitas, (2)

    Peralatan, (3) Pengendalian bahan baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong, (4)

    Pengendalian Proses Pengolahan, (5) Higiene dan Kesehatan Karyawan, (6) Pemeliharaan

    dan Program Sanitasi, (7) Penyimpanan, (8) Transportasi, (9) Pengendalian hama.

    I. BANGUNAN DAN FASILITAS PABRIK

    Disain bagunan dan fasilitas pabrik perlu mendapat perhatian khusus, karena disain dan

    konstruksi yang higienis, lokasi yang tepat, dan penyediaan fasilitas cukup diperlukan untuk

    dapat mengendalikan bahaya yang mungkin timbul secara efektif. Disain bangunan pabrik

    terdiri dari ruang pokok dan ruang pelengkap. Ruang pokok adalah ruangan di dalam pabrik

    yang digunakan sebagai tempat proses produksi makanan, termasuk ruang pengolahan,

  • Konsep Dasar Pengawasan 29

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    pengemasan, pelabelan, dan penyimpanan. Ruang pelengkap adalah ruangan di dalam

    pabrik yang digunakan sebagai tempat administrasi perusahaan dan pelayanan karyawan.

    Seorang Pengawas dapat mengevaluasi apakah disain bangunan dan fasilitas pabrik telah

    menjamin bahwa potensi bahaya yang mungkin timbul selama proses produksi dapat

    dikendalikan secara efektif. Hal-hal yang dapat dievaluasi adalah sebagai berikut :

    Lokasi dan Lingkungan Pabrik

    (a) Lokasi Pabrik

    Pada waktu menetapkan letak perusahaan dan membangun pabrik, produsen

    seharusnya dapat menjamin bahwa lokasi pabrik berada di lokasi yang bebas dari

    pencemaran dan jauh dari daerah yang dapat membahayakan kesehatan.

    Oleh karena itu, maka pengawas pangan dapat mengevaluasi apakah pabrik :

    1. Jauh dari daerah industri yang terpolusi atau perusahaan lain yang mungkin dapat

    menimbulkan pencemaran terhadap makanan yang membahayakan kesehatan.

    2. Tidak berada di daerah yang mudah tergenang air (daerah banjir) karena sistem

    saluran pembuangan airnya tidak baik, karena genangan air dapat merupakan

    tempat berkembang biaknya serangga, parasit dan mikroorganisme yang dapat

    mencemari makanan.

    3. Bebas dari daerah yang merupakan sarang hama seperti hewan pengerat dan

    serangga.

    4. Jauh dari daerah tempat pembuangan sampah atau limbah, baik limbah padat, cair

    maupun gas, karena timbunan sampah dan limbah merupakan sarang hama dan

    penyakit.

    5. Jauh dari tempat pemukiman penduduk yang padat dan kumuh.

    6. Jauh dari daerah penumpukan barang bekas, daerah kotor, dan daerah lain yang

    diduga dapat mengakibatkan pencemaran terhadap makanan.

    7. Tidak bersatu dengan rumah atau tempat tinggal atau fasilitas lain yang bersamaan

    letak dan atau penggunannya dengan bangunan.

    (b) Sarana Jalan

    Sarana jalan di perusahaan, jalan menuju perusahaan dan sekitarnya seharusnya

    dikeraskan dan dibuat saluran pembuangan yang baik dan mudah dibersihkan. Yang

    dimaksud jalan dikeraskan adalah jalan yang diaspal dan disemen, tetapi jika hal ini

    tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan batu yang kuat, yaitu batu-batu besar di

    sebelah bawah dan kerikil di bagian atasnya, kemudian diratakan dengan mesin giling

    jalan. Hal ini ditujukan untuk menghindari terjadinya genangan air atau debu yang

    berterbangan jika jalan dilewati oleh kendaraan.

    (c) Lingkungan

    Sampah dan bahan pangan pabrik seharusnya ditangani sedemikian rupa sehingga

    menjamin kebersihan lingkungan, tidak menimbulkan bau, dan tidak mengakibatkan

    pencemaran terhadap makanan yang diproduksi.

    Bangunan dan Ruangan

    (a) Desain Bangunan dan Ruangan

    Bangunan dan ruangan seharusnya dibuat berdasrkan perencanaan yang memenuhi

    persyaratan teknik dan hygiene sesuai dengan jenis makanan yang diproduksi serta

    urutan proses produksi makanan, sehingga mudah dibersihkan, mudah dilakukan

    kegiatan sanitasi, mudah dipelihara dan tidak terjadi kontaminasi silang di antara

    produk. Oleh karena itu, pengawas pangan harus mengevaluasi apakah :

  • Konsep Dasar Pengawasan 30

    MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN PFM

    1. Ruangan cukup luas untuk menempatkan peralatan dan menyimpan bahan-bahan.

    Luas ruangan sesuai dengan jenis dan kapasitas produksi, serta jumlah karyawan

    yang bekerja.

    2. Tata letak ruangan pabrik diatur sesuai dengan urutan proses produksi sehingga

    tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang simpang siur dan tidak mengakibatkan

    kontaminasi silang diantara produk, misalnya tidak terjadi pencemaran produk

    olahan oleh bahan mentah.

    (b) Kontruksi lantai

    Kontruksi lantai didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi praktek hygiene

    makanan yang baik, yaitu tahan lama, memudahkan pembuangan air, tidak tergenang,

    dan mudah dibersihkan serta didisinfeksi. Pengawas pangan harus mengevaluasi

    apakah persyaratan untuk lantai ruangan pengolahan berikut telah dipenuhi :

    1. Rapat atau kedap air yang berarti air tidak dapat menyerap ke bawah.

    2. Tahan terhadap air, garam, basa, asam dan atau bahan kimia lainnya, yang berarti

    jika tertumpah oleh larutan garam, larutan basa/basa atau bahan-bahan kimia lainnya

    lantai tidak larut, tidak menimbulkan reaksi dan tidak menjkadi rusak.

    3. Permukaan lantai rata serta halus, tetapi tidak licin dan mudah dibersihkan. Lantai

    sebaiknya tidak terbuat dari bahan keramik yang permukaannya mengkilat karena

    akan menjadi licin jika terkena air, tetapi terbuat dari bahan ubin yang tidak mengkilat

    atau lan