mow (medis operatif wanita)
DESCRIPTION
TubektomiTRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Kontrasepsi
a. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah
dengan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan dengan cara
mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma
atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma
(Wikjosastro, 2002). Di Indonesia alat konstrasepsi yang telah
dikembangkan menjadi program adalah pil, suntik, IUD, implant
dan kontap (BKKBN, 2003). Menurut Hartanto (2003, pp.30-31) )
pelayanan kontrasepsi diupayakan untuk menurunkan angka
kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut maka
ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk
mencapai sasaran ,yaitu :
1) Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang
dari 20 tahun dengan menggunakan kontrasepsi pil oral,
kondom, IUD mini.
2) Fase menjarangkan kehamilan bagi PUS dengan usia istri
antara 20 – 30 / 35 tahun merupakan periode usia paling baik
8
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara
kelahiran adalah 2 – 4 tahun, dengan menggunakan kontrasepsi
IUD sebagai pilihan utama.
3) Fase menghentikan / mengakhiri kehamilan / kesuburan
periode umur di atas 20 – 35 tahun, sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak pilihan utama
adalah kontrasepsi mantap
b. Tujuan Kontrasepsi
1) Untuk menunda kehamilan atau kesuburan
2) Untuk menjarang kehamilan
3) Untuk mencegah kehamilan atau kesuburan
c. Syarat – Syarat Kontrasepsi
Syarat syarat kontrasepsi menurut Hartanto (2003, pp.36-37) antara
lain sebagai berikut:
1) Aman atau tidak berbahaya
2) Dapat diandakan
3) Sederhana
4) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
5) Dapat menerima oleh orang banyak
6) Pemakaian jangka lama
d. Sasaran Kontrasepsi
1) Pasangan usia subur
2) Ibu yang sudah mempunyai anak
9
3) Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan.
e. Macam macam metode kontrasepsi
Menurut Hartanto (2001.pp.42-45) macam macam kontrasepsi dapat
dibagi menjadi beberapa metode antara lain:
1) Metode sederhana
a) Tanpa alat
(1) KB alamiah
(a) Metode kalender (Ogino Knaus)
(b) Metode suhu badan basal (Termal)
(c) Metode lendir servik (Billings)
(d) Metode Simpto-Termal
(2) Coitus Interuptus
b) Dengan alat
(1) Mekanis (Barrier)
(a) Kondom Pria
(b) Barrier Intra vaginal
Diafragma
Kap servik (Cervical Cap)
Spons (Sponge)
Kondom Wanita
(2) Kimiawi (Spermisida)
(a) Vaginal Cream
(b) Vaginal Suppositoria
10
2) Metode modern
a) Kontrasepsi hormonal
(1) Pil oral
(2) Injeksi
(3) Sub cutis (implant)
b) Intra Uterine Devices (IUD/AKDR)
c) Kontrasepsi mantap (MOW/MOP)
2. MOW (Medis Operasi Wanita)/Tubektomi
a. Pengertian
MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat
disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan
terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel
telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur
tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi
kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun
(BKKBN, 2006)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan
mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang
cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
(Noviawati dan Sujiayatini, 2009, p.162) jadi dasar dari MOW ini
11
adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum
tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004, p.243).
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya:
1) Program rumah sakit
a) Pelaksanaan MOW pasca operasi /pasca melahirkan
b) Mempunyai penyakiot ginekologi
2) Reguler: MOW dapat dilakukan pada masa interval
b. Syarat melakukan MOW(Metode operasi Wanita)
Syarat dilakukan MOW Menurut Saiffudin (2002, p. 486) yaitu
sebagai berikut:
1) Syarat Sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan
tentang cara cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan
kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen
pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005, p.933)
2) Syarat Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan
harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang
kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2
tahun (Wiknjosastro,2005,p.933)
3) Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat
12
memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan
atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap.
Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat
memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi
mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi
mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam
rongga panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil
atau dicurigai sdang hamil(BKKBN.2006)
c. Teknik melakukan MOW
1) Tahap persiapan pelaksanaan
(a) Informed consent
(b) Riwayat medis/ kesehatan
(c) Pemeriksaan laboratorium
(d) Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis
daerah abdomen
(e) anesteri
2) Tindakan pembedahan (2009, pp.162) teknik yang digunakan
dalam pelayanan tubektomi antara lain:
a). Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi
terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik
pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal
13
(pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan
terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat dilakukan
oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga
lebih aman dan efektif (Syaiffudin,2006, pp pk63-pk64)
Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan,
pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba
didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian.
Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup
dengan kasa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan
komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari.
(Syaiffudin,2006, pp pk63-pk64).
b). Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan
dan Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar
pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan
pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa
komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah
klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan
biaya pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya
minilaparotomi, laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi
lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah
pelayanan. (Syaiffudin,2006, pp pk63-pk64).
14
3) Perawatan post operasi
(a) Istirahat 2-3 jam
(b) Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu
(c) Ambulasi dini
(d) Diet biasa
(e) Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat
selama 1 minggu, cari pertolongan medis bila demam
(>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap, perdarahan
luka insisi.
d. Waktu pelaksanaan MOW
Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005,p.924-925)
pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada saat:
1) Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
2) Pasca persalinan (post partum)
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam,
atau selambat lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan.
Tubektomi pasca persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit
oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan
sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai
hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat
alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi
akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.
15
3) Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
4) Waktu opersi membuka perut
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut
hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah
mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus
diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini
dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi
mantap.
Sedangkan menurut Noviawati (2009,pp166-167) waktu pelaksanaan
MOW (Mantap Operasi Wanita) dapat dilaukan pada:
1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara
rasional klien tersebut tidak hamil
2) Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase
proliferasi)
3) Pasca persalinan
Minilaparotomi dapat dilakukan dalam waktu 2 hari atau setelah
6 minggu atau 12 minggu pasca persalinan setelah dinyatakan ibu
dalam keadaan tidak hamil.
4) Pasca keguguran
Tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparatomi atau
laparoskopi setelah triwulan pertama pasca keguguran dalam
waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik. Sedangkan
16
pada triwulan kedua dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada
bukti infeksi pelvik, tubektomi dapat dilakukan dengan cara
minilaparotomi saja.
e. Indiksi MOW
Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela
Indonesia tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi
dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai
berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih,
umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur
istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur
suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah
anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan
tersebut.(Wiknjosastro,2005,p.932)
Menurut Mochtar (1998,pp309-310) indikasi dilakukan
MOW yaitu sebagai berikut:
1) Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat
bila wanita ini hamil lagi.
a) Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum,
penyakit jantung, dan sebagainya.
b) Gangguan psikis
17
Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia
(psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain lain.
2) Indikasi medis obstetrik
Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang
berulang, seksio sesarea yang berulang, histerektomi obstetri, dan
sebagainya.
3) Indikasi medis ginekologik
Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula
dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
4) Indikasi sosial ekonomi
Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial
ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah
berat.
a) Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan
umur ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas
persetujuan suami istri, misalnya umur ibu 30 tahun dengan
anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah 120.
b) Mengikuti rumus 100
Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang
Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang
Umue ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang
f. Kontraindikasi MOW
Menurut Mochtar (1989, pp. 318- 319) kontraindikasi dalam
18
melakukan MOW yaitu dibagi menjadi 2 yang meliputi indikasi
mutlak dan indikasi relative
1) Kontra indikasi mutlak
a) Peradangan dalam rongga panggul
b) Peradangan liang senggama aku (vaginitis, servisitis akut)
c) Kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan
2) Kontraindikasi relative
a) Obesitas berlebihan
b) Bekas laparotomi
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009, pp.163) yang
sebaiknya tidak menjalani Tubektomi yaitu:
1) Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
2) Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya
3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol
4) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa
depan
5) Belum memberikan persetujuan tertulis.
g. Keuntungan
Menurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini
antara lain:
1) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
2) Tidak mengganggu kehidupan suami istri
19
3) Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri
4) Tidak mempengaruhi ASI
5) Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan
satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat
kecil), lebih ekonomis
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009, pp.163)
keuntungan dari kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut:
1) Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
2) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding).
3) Tidak bergantung pada faktor senggama.
4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius.
5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.
6) Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormon ovarium)
h. Kerugian
Kerugian dalam menggunakan kontrasepsi mantap (Noviawati dan
Sujiyati,2009,pp 163-164) yaitu antara lain:
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
tidak dapat dipulihkan kembali.
2) Klien dapat menyesal dikemudian hari
20
3) Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi
umum
4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis
ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.
6) Tidak melindungi diri dari IMS.
i. Komplikasi dan penanganan MOW
Tabel 2.2 mengenai komplikasi dan penanganan MOW
KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik.
Demam pascaoperasi ( > 38 oC) Obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan
Luka pada kandung kemih.
Intestinal (jarang terjadi).
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.
Apabila kandung kemih atau usus luka dan
diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi
primer. Apabila ditemukan pasca operasi,
dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan pack yang hangat dan lembab
ditempat tersebut.
Emboli gas yang dilakukan
oleh laparoskopi (sangat jarang
terjadi)
Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan
mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan
intravena, resusitasi cardiopulmonary dan
tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi
pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan
Perdarahan superficial (tepi tepi
kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan.
Dikutip dari Noviawati dan Sujiyawati(2009,pp 165-166) pada
buku panduan lengkap KB terkini
21
3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980 dalam Notoatmodjo 2003, p.27-
28), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :
a. Faktor predisposisi ( predisposing factors )
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan mendasari
untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah ilmu pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercayaan
dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu, umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status
ekonomi.
1) Tingkat pengetahuan
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan
terutama yang positif dapat mempermudah terwujudnya perilaku
tertentu. Menurut Notoatmodjo (2003,pp.31-32) pengetahuan
adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
22
Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
a) Awarenes (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui stimulus (obyek terlebih dahulu).
b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
d) Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e) Adoption, yakni subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu
melewati tahap-tahap di atas
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan:
(1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
23
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
(2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui,
dan dapat menginteraksikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
(3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipalajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lalu.
(4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu strukur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
(5) Sintesis (Syntesis)
24
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
(6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
(a) Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu
Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang
daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh
umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
25
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan
akan berkurang.
(b) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara
mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model
untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara
terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan,
1997, p.34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula
terhadap tingkat pengetahuan.
(c) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga
hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman
26
yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
(Nasution : 1999)
(d) Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini
seeorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan.
(e) Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu
kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan
atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan seseorang
juga akan memberikan banyak perubahan terhadap apa
yang mereka berikan dimasa lalu (Sukmadinata,2003)
(f) Informasi
Menurut Wied Hary A (1996), informasi akan memberikan
pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang (Istiarti, 2000).
(g) Pengalaman
27
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut
dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
lalu.(Notoadmojo 1997, p.13)
2) Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga dikatakan baik apabila
mempunyai pendapatan keluarga yang tinggi. Maka untuk
melihat keadaan ekonomi keluarga dapat dilihat dari
pendapatannya. Pendapatan adalah berupa uang maupun barang
yang telah diterima atau dihasilkan. Namun disadari, bahwa
informasi pendapatan ini tidak seperti yang diharapkan, dimana
banyak responden cenderung memberikan informasi pendapatan
yang tidak sebenarnya. Oleh sebab itu, data pendapatan sendiri
diprotes dengan data pengeluaran dengan asumsi bahwa
pengeluaran masyarakat merupakan gambaran dari pendapatan
(BPS, 2003).
3) Pendidikan
28
Secara umum pendidikan diartikan sebagai segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi baik individu,
kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh perilaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).
4) Paritas
Paritas adalah angka-angka yang menunjukkan jumlah
kehamilan yang pernah dialami ibu serta status ferminasi
kehamilan tersebut. Menurut hartanto (2003) masa menjarangkan
kehamilan yaitu periode usia antara 20 - 35 tahun. Periode
tersebut merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan
melahirkan dan kontrasepsi KB MOW.
5) Kepercayaan
Kepercayaan yaitu anggapan atau keyakinan bahwa yang
dipercayai itu benar. Kepercayaan disini terkait dengan mitos
atau anggapan yang keliru dari ibu dan masyarakat tentang KB.
6) Nilai
Nilai yaitu konsep dasar mengenai apa yang
dipandang dan diinginkan.
7) Sikap
Sikap yaitu evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu.
b. Faktor Pendukung (enabling factors)
29
Faktor pendukung adalah faktor yang mendukung untuk
terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber
daya kesehatan, prioritas dan komitmen pemerintah terhadap
kesehatan dan ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Faktor Pendorong (reinforcing factors)
Faktor pendorong atau penguat adalah faktor yang
memperkuat atau kadang memperlunak untuk terjadinya perilaku
tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah pendapat, dukungan
suami dan keluarga. Kritik baik dari teman sekerja, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan sendiri juga
berpengaruh meskipun tidak sebesar pengaruh dari suami dan
keluarga. Menurut Harjanti (1999) orang orang yang mendapatkan
dukungan sosial yang tinggi mengalami hal hal positif dala
kehidupannya dari pada orang orang yang tidak mendapatkan
dukungan sosial.
1) Dukungan dari suami dan keluarga
Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang
dipandang oleh anggota sebagai suatu yang dapat bermanfaat.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasi
sebagai bagian dari keluarga (Friedmen,1998, pp.197). Menurut
Friedmen(1998) dukungan keluarga merupakan salah satu faktor
30
yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Peran
dukungan keluarga sendiri terbagi menjadi peran formal yaitu
peran yang tampak jelas, bersifat eksplisit misalnya peran
suami dan peran informasi seperti bantuan langsung dari
kelaurga.
Dukungan dukungan keluarga mengacu pada dukungan
sosial yang dipandang oleh anggota keluarga. Dukungan
keluarga (suami/ istri) memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan. Baik kelurga ini maupun keluarga besar
berfungsi sebagai system pendukung bagi anggota
anggotanya.(friedmen,1998.pp 196-198)
Dukungan sosial keluarga dapat berupa :
a) Dukungan sosial keluarga internal : seperti dukungan dari
suami, istri / dukungan dari keluarga kandung.
b) Dukungan sosial keluarga eksternal, yaitu dukungan
keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja
sosial keluarga).
Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi angota-anggotanya. Caplan
(1976) dalam Friedman (1998.pp.12) menerangkan bahwa
keluarga memiliki fungsi suportif, termasuk di dalamnya adalah :
(1) Dukungan emosional
31
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan emosi. Bentuk
dukungan ini akan memberikan hubungan yang hangat,
sangat perduli, kedekatan dan saling mendengarkan.
Dukungan emosional meliputi ungkapan empati dapat
menguatkan perasaan seseorang akan hal yang dimiliki daan
dicintainya. Semakin tingi dukungan emosional suami
semakin rendah tingkat kecemasan istri begitu juga
sebaliknya, semakin rendah dukungan emosional suami
semakin tinggi tingkat kecemasan istri (Meilawati,2005)
(2) Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan
konkrit baik berupa materi/ pertolongan langsung seperti
menemani istri untuk ber KB.
(3) Dukungan informative
Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi
tentang dunia. Keluarga dapat memberikan masukan
kepada ibu mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan KB yang akan digunakan (friedmen,1998,pp.198)
meliputi nasihat, petunjuk petunjuk, saran saran atau umpan
balik. Jenis informasi ini dapat menolong individu untuk
mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah (Soesanto
2005)
32
(4) Dukungan penghargaan
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan
umpan balik. membimbing dan menegahi pemecahan
masalah dan sebagia sumber daya validator identitas
anggota. Dukungan ini berupa penghargaan positif terhadap
orang lain.
Menurut Hartanto (2003) keadaan yang paling ideal
adalah bahwa istri dan suami harus bersama sama dalam:
(a) Memilih metode kontrasepsi yang baik
(b) Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi
(c) Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi
(d) Memperhatikan tanda bahaya pemakaian kontrasepsi
Menurut Victor (Nindra, 2002) manfaat dukungan
keluarga antara lain individu lebih optimis dalam menghadapi
kehidupan saat ini maupun pada masa yang akan datang , lebih
trampil dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya, mempunyai
sistem yang lebih tinggi serta tingkat kecemasan yang lebih
rendah, mempunyai kemampuan untuk mengatasi sesuatu, dan
mempunyai semangat hidup sehingga dengan adanya dukungan
keluarga tersebut dapat memberikan semangat bagi ibu ibu
yang telah menggunakan kontrasepsi. Faktor utama yang
mempengaruhi dukungan keluarga meliputi kelas sosial ,
bentuk keluarga, latar belakang keluarga dan tahap siklus
33
kehidupan keluarga.Untuk menciptakan keberhasilan dalam
kesejahteraan dan kebahagiaan tergantung pada penyesuaian
antara keluarga itu sendiri yang salah satunya dengan
beradaptasi dengan cara komunikasi antar anggota
keluarga(Gunarso,1999).
Dukungan yang dapat diberikan suami antara lain
memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai
dengan keinginan dan kondisi istrinya, membantu pasangan
dalam menggunakan kontrasepsi dengan benar seperti
mengingat istri kontrol, membantu mencari pertolongan bila
terjadi efek samping maupun komplikasi, mengantarkan jika
akan kontrol atau melakukan rujukan, mencari alternatif lain
jika kontrasepsi tersebut tidak sesuai (Nurcahya,2007)
2) Dukungan Petugas kesehatan
Petugas kesehatan merupakan faktor terpenting dalm
mempengaruhi perubahan perilaku. Dengan adanya promosi
kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan maka
masyaakat lebih terdorong dan tertarik sehingga cenderung
dalam merubah tingkahlakunya. Petugas kesehatan yang
memberikan pengetahuan mengenai KB MOW akan lebih
menarik minat masyarakat untuk mengikuti KB MOW karena
34
dianggap bahwa tenaga kesehatan lebih dipercaya, lebih
berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang lebih.
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dapat
dilakukan dengan cara health promtion (promosi kesehatan).
promosi kesehatan sendiri dapat dilakukan dengan cara
pelatihan pelatihan pada masyarakat, mentransformasikan
pengetahuan pengetahuan dan memberikan dukungan pada
masyarakat (Notoadmodjo,2005) sedangkan menurut Friedmen
(1998) ada beberapa bentuk dukungan dukungan yang dapat
diberikan, antara lain:
a) Dukungan emosional
Bentuk dukungan dari petugas kesehatan dalam hal
dukungan emosional ini dapat dilakukan dengan
memperlihatkan rasa empati kepada ibu dan ikut merasakan
apa yang telah dirasakan oleh ibu
b) Dukungan Instrumental
Bentuk dukungan ini antara lain mengantar ibu untuk
melakukan MOW dan dapat berupa menyiapkan dana untuk
melakukan MOW.
c) Dukungan Informatif
Petugas kesehaan biasanya dipercaya pada
masyarakat karena petugas kesehatan mempunyai
pengetahuan yang lebih dalam hal kesehatan. Pada dukungan
35
ini petugas kesehatan dapat mempengaruhi masyarakat
dengan memberikan berbagai informasi mengenai KB
MOW.
d) Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan dapat dilihat apabila petugas
kesehatan ikut memecahkan masalah apabila ada masalah
dalam pemilihan alat kontraspsi
B. Kerangka Teori
36
Sumber : Lawrence W. Green, Health Education Planninga Diagnostic Approach
Mayfield Publishing, California, 1980 dalam Notoatmodjo 2003
C. Kerangka Konsep
Faktor predisposisi :
1. Pendidikan
2. Paritas
3. Kondisi ekonomi
4. Pengetahuan
5. Sikap
6. Kepercayaan
7. Nilai
Faktor pendukung :
1. Ketersediaan sumber daya
kesehatan
2. Keterjangkauan sumber daya
kesehatan
3. Prioritas dan komitemen
pemerintah terhadap kesehatan
4. Ketrampilan yang berkaitan
dengan kesehatan
Faktor pendorong :
1. Keluarga
2. Petugas kesehatan
Praktek
penggunaan alat
kontrasepsi
37
.
D. Hipotesis
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah
1. Hipoesis alternative (Ha)
a. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang metode
kontrasepsi MOW dengan penggunaan metode kontrasepsi
MOW.
b. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan yang
melayani MOW dengan penggunaan metode kontrasepsi
MOW.
c. Ada hubungan antara dukungan suami dalam pemilihan alat
kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi MOW.
Tingkat pengetahuan
Penggunaan
KB MOW Dukungan petugas
kesehatan
Dukungan suami