obat bahan alam

66
TUGAS TERSTRUKTUR OBAT BAHAN ALAM PROPOSAL PENELITIAN FORMULASI GARGARISMA EKSTRAK KULIT BUAH RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) SEBAGAI ANTIKARIES GIGI DAN UJI EFEKTIVITASNYA PADA PROBANDUS KELAS : A DISUSUN OLEH : Michiko Tanadi (2011210156) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA

Upload: michiko-fujiwara-tanadi

Post on 26-Dec-2015

85 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Natural iNGRIDIENTS

TRANSCRIPT

Page 1: Obat bahan alam

TUGAS TERSTRUKTUROBAT BAHAN ALAM

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI GARGARISMA EKSTRAK KULIT BUAH RAMBUTAN

(Nephelium lappaceum L.) SEBAGAI ANTIKARIES GIGI DAN UJI

EFEKTIVITASNYA PADA PROBANDUS

KELAS : A

DISUSUN OLEH : Michiko Tanadi (2011210156)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

Page 2: Obat bahan alam

2

2014

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI GARGARISMA EKSTRAK KULIT

BUAH RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)

SEBAGAI ANTIKARIES GIGI DAN UJI

EFEKTIVITASNYA PADA PROBANDUS

Diajukan oleh

MICHIKO TANADI

NPM : 2011210156

UNIVERSITAS PANCASILA

FAKULTAS FARMASI

Page 3: Obat bahan alam

3

JAKARTA

April 2014

UNIVERSITAS PANCASILA

FAKULTAS FARMASI

JAKARTA

PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

NAMA : MICHIKO TANADI

NPM : 2011210156

PEMINATAN : FARMASI SAINS DAN TEKNOLOGI

JUDUL : FORMULASI GARGARISMA EKSTRAK KULIT

BUAH RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)

SEBAGAI ANTIKARIES GIGI DAN UJI

EFEKTIVITASNYA PADA PROBANDUS

Disetujui oleh:

Pembimbing

(Dra. Risma M. Tambunan, M.Si, Apt.) (Prof. Dr. Shirly Kumala, M.Biomed., Apt.)

Tanggal : April 2014 Tanggal : April 2014

Page 4: Obat bahan alam

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di

masyarakat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007,

prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia sebesar 23,5%, di mana 43,4%

merupakan penderita karies (1). Angka tersebut tidak dapat diabaikan karena secara

signifikan mempengaruhi produktivitas masyarakat. Karies merupakan suatu

kerusakan jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan

oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (2). Bakteri

yang menyebabkan karies cukup banyak macamnya, seperti Veillonella,

Lactobacillus, dan Streptococcus. Walaupun demikian, Streptococcus mutans

disebutkan sebagai penyebab utama karies karena bersifat asidogenik

(menghasilkan asam), asidurik (resisten terhadap asam), dan menghasilkan suatu

polisakarida lengket yang disebut dextran sehingga dapat menyebabkan lubang

pada gigi (3).

Bahan alam dapat dipilih sebagai salah satu alternatif pencegahan karies

gigi. Bahan alam disukai masyarakat karena jarang menimbulkan efek samping

dibandingkan dengan obat-obatan sintesis. Salah satu bahan alam yang dapat

dimanfaatkan sebagai pencegahan karies gigi adalah kulit buah rambutan

(Nephelium lappaceum L.). Tanaman rambutan tersebar di seluruh daerah

Indonesia, sesuai dengan habitatnya di daerah beriklim tropis. Buah rambutan

banyak ditanam, dibudidayakan, dan digemari oleh masyarakat Indonesia tapi

limbah kulit buahnya belum dimanfaatkan. Kulit buah rambutan dapat

dipertimbangkan sebagai sumber alami antibakteri yang murah dan mudah didapat.

Page 5: Obat bahan alam

5

Penelitian yang telah dilakukan secara in vitro (4) menyimpulkan bahwa

pemberian ekstrak metanol kulit buah rambutan memiliki efek antibakteri terhadap

Streptococcus mutans dengan nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM) sebesar 1,25%.

Kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) mengandung senyawa tanin

geraniin, asam ellagat, dan corilagin yang berkhasiat sebagai antibakteri (5). Ketiga

senyawa ini termasuk dalam golongan tanin terhidrolisis yang dikenal memiliki

aktivitas antibakteri yang kuat (6).

Penggunaan kulit buah rambutan sebagai gargarisma adalah dengan cara

kulit buah dicuci, diiris tipis-tipis, dikeringkan kemudian direbus dan disaring. Cara

tersebut dirasa kurang praktis, air rebusan tidak dapat disimpan dalam waktu yang

lama, dan terasa pahit. Oleh karena itu kulit buah rambutan dibuat dalam bentuk

sediaan gargarisma yang praktis, nyaman digunakan, memiliki waktu simpan yang

lama, menutupi rasa pahit dari kulit buah rambutan, dan dapat meningkatkan

efektivitasnya sebagai antikaries gigi. Bentuk sediaan gargarisma secara efektif

dapat menjangkau tempat yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi. Penggunaan

gargarisma dapat menghambat pembentukan plak gigi secara cepat dan mudah.

Dalam penelitian ini akan digunakan rancangan faktorial 23 dengan 3

faktor yang diduga berperan penting dalam mutu dan efektivitas sediaan

gargarisma, yaitu ekstrak kulit buah rambutan sebagai bahan aktif, natrium lauril

sulfat sebagai surfaktan, serta etanol 96% sebagai kosolven masing-masing pada

konsentrasi tinggi dan rendah sehingga dapat diketahui konsentrasi optimum dari

masing-masing faktor untuk menghasilkan sediaan gargarisma yang memenuhi

syarat mutu fisika dan kimia, serta efektif sebagai antikaries gigi.

B. PERUMUSAN MASALAH

Kulit buah rambutan mengandung senyawa tanin geraniin, asam ellagat,

dan corilagin yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans

sebagai penyebab utama karies gigi. Oleh karena itu, ekstrak kulit buah rambutan

akan diformulasikan menjadi sediaan gargarisma untuk mengoptimalkan

Page 6: Obat bahan alam

6

penggunaan, meningkatkan kenyamanan, estetika, mutu fisika dan kimia, serta

efektivitasnya. Pada sediaan gargarisma, bahan yang diduga berperan penting dalam

mutu fisika dan kimia serta efektivitasnya adalah variasi konsentrasi ekstrak kulit

buah rambutan, natrium lauril sulfat, dan etanol 96%. Berdasarkan uraian di atas

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak kulit buah rambutan dapat diformulasikan menjadi sediaan

gargarisma yang memenuhi syarat mutu fisika dan kimia?

2. Apakah sediaan gargarisma yang dihasilkan efektif dalam menghambat

pertumbuhan Streptococcus mutans dalam rongga mulut probandus?

3. Apakah dapat diperoleh formula optimum gargarisma ekstrak kulit buah

rambutan yang memenuhi syarat mutu fisika dan kimia, serta efektif sebagai

antikaries gigi?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Memanfaatkan dan mengembangkan potensi kulit buah rambutan (Nephelium

lappaceum L.) menjadi sediaan gargarisma yang dapat mencegah karies gigi.

2. Tujuan khusus

a. Memformulasikan ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.)

menjadi sediaan gargarisma yang memenuhi syarat mutu fisika dan kimia,

serta efektif sebagai antikaries gigi.

b. Menentukan formula optimum gargarisma ekstrak kulit buah rambutan yang

memenuhi syarat mutu fisika dan kimia, serta efektif sebagai antikaries gigi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

pemanfaatan kulit buah rambutan menjadi sediaan gargarisma untuk membantu

peningkatan kesehatan rongga mulut yang murah dan mudah didapat, serta menjadi

masukan bagi penelitian lainnya.

Page 7: Obat bahan alam

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)

1. Tinjauan botani

a. Klasifikasi tanaman.

Gambar II.1 Rambutan (9) Gambar II.2 Buah rambutan (9)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Marga : Sapindaceae

Genus : Nephelium

Spesies : Nephelium lappaceum L. (10)

b. Nama simplisia.

Nephelii lappacei Pericarpium (kulit buah rambutan)

c. Nama lain

Page 8: Obat bahan alam

8

Sumatera: rambutan, rambot, rambut, rambuteun, rambuta, jailan, folui,

bairabit, puru biancak, p. biawak, hahujam, kakapas, likis, takujung alu.

Jawa: rambutan, corogol, tundun, bunglon, buwa buluwan.

Nusa Tenggara: buluan, rambuta. Kalimantan: rambutan, siban, banamon,

beriti, sanggalaong, sagalong, beliti, malit;, kayokan, bengayau, puson.

Sulawesi: rambutan, rambuta, rambusa, barangkasa, bolangat, balatu,

balatung, walatu, wayatu, wilatu, wulangas, lelamu, lelamun, toleang.

Maluku: rambutan, rambuta.

Nama asing: Shao tzu (China), rambutan (Tagalog), ramboutan (Portugis),

ramustan (Spanyol). 

d. Uraian tumbuhan.

Rambutan banyak ditanam sebagai pohon buah dan kadang-kadang ditemukan

tumbuh liar. Tumbuhan tropis ini memerlukan iklim lembab dengan curah

hujan tahunan paling sedikit 2000 mm. Rambutan merupakan tanaman dataran

rendah yang ketinggiannya mencapai 300-600 m dpl. Pohon dengan tinggi 15-

25 m ini mempunyai banyak cabang. Rambutan berbunga pada akhir musim

kemarau dan membentuk buah pada musim hujan, sekitar November sampai

Februari. Ada banyak jenis rambutan, seperti rapiah, simacan, sinyonya, lebak

bulus, dan binjai (11).

2. Habitat dan Penyebaran

Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30-

500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun

tidak begitu baik hasilnya. (9)

3. Kandungan kimia

Kulit buah rambutan mengandung tanin dan saponin (11). Penelitian yang telah

dilakukan oleh Thitilerdecha et al. tahun 2010 berhasil mengisolasi senyawa

yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antimikroba dari kulit buah rambutan,

Page 9: Obat bahan alam

9

yaitu senyawa tanin geraniin, asam ellagat, dan corilagin dari ekstrak metanol

kulit buah rambutan (5).

a. Karakteristik geraniin.

Gambar II.3 Struktur kimia geraniin (12)

Geraniin merupakan elagitanin, termasuk dalam kelompok tanin terhidrolisa.

Geraniin diidentifikasi sebagai komponen bioaktif utama dari ekstrak etanol

kulit buah rambutan. Geraniin memiliki aktivitas sebagai antibakteri,

antioksidan, dan antihiperglikemia (12). Geraniin memiliki rumus molekul

C41H28O27, larut dalam alkohol dan air (13).

b. Karakteristik asam ellagat.

Gambar II.4 Struktur kimia asam ellagat (14)

Asam ellagat merupakan derivat elagitanin. Biosintesa asam ellagat di

tanaman berasal dari hidrolisis tanin seperti elagitanin dan geraniin. Asam

ellagat memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antioksidan, dan antiproliferatif

Page 10: Obat bahan alam

10

(14). Asam ellagat memiliki rumus molekul C14H6O8, agak sukar larut dalam

air atau alkohol; larut dalam alkali dan piridin; praktis tidak larut dalam eter

(13).

c. Karakteristik corilagin.

Gambar II.5 Struktur kimia corilagin (15)

Corilagin merupakan derivat elagitanin. Biosintesa corilagin di tanaman

berasal dari hidrolisis tanin seperti elagitanin dan geraniin. Corilagin memiliki

aktivitas sebagai antibakteri, antioksidan, dan astringen (15). Corilagin

memiliki rumus molekul C27H22O18, sangat mudah larut dalam air, alkohol,

dan aseton; mudah larut dalam gliserol panas; praktis tidak larut dalam

benzen, kloroform, dan eter. Pada suhu 2100 - 2150C terdekomposisi menjadi

pirogalol dan CO2 (13).

4. Khasiat dan penggunaan

Penggunaan kulit buah rambutan secara tradisional memberikan khasiat:

a. Obat demam.

Cuci kulit buah rambutan yang telah dikeringkan (15 gram). Tambahkan 3

gelas air minum, lalu rebus sampai airnya mendidih selama 15 menit. Setelah

dingin, saring dan minum sehari tiga kali, masing-masing sepertiga bagian.

b. Obat disentri.

Page 11: Obat bahan alam

11

Cuci kulit buah rambutan (10 buah), potong-potong seperlunya. Tambahkan 3

gelas air minum, lalu rebus sampai airnya tersisa separuhnya. Setelah dingin,

saring dan minum sehari dua kali, masing-masing tiga perempat gelas (11).

5. Karakteristik kulit buah yang digunakan

Pada penelitian ini, kulit buah yang digunakan adalah kulit dari buah rambutan

varietas Lebak Bulus yang telah matang. Ciri-ciri buah yang telah matang yaitu

kulit buah berwarna merah kekuningan hingga merah tua, tercium aroma khas

rambutan, dan rasanya manis.

B. KARIES GIGI

Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan

sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik atau mikroba yang ada dalam suatu

karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan penyebaran infeksi ke jaringan dan

menimbulkan rasa nyeri (2).

Gambar II.6 Karies gigi (7)

Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial, yaitu adanya beberapa

faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Menurut Keyes dan Jordan

(1962), terdapat tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host (inang)

Page 12: Obat bahan alam

12

yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai, dan waktu

yang lama, di mana ketiga faktor saling tumpang tindih (2).

Gambar II.7 Lingkaran Keyes (2)

C. Streptococcus mutans

1. Klasifikasi

Gambar II.8 Streptococcus mutans dengan perbesaran 6500x (8)

Kingdom : Monera

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacili

Ordo : Lactobacilalles

Marga : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus mutans (3)

2. Karakteristik

Page 13: Obat bahan alam

13

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak

bergerak), berbentuk kokus, tunggal maupun berkelompok. Metabolismenya

secara anaerob fakultatif. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu 370C

selama 24-48 jam dalam media selektif.

Streptococcus mutans merupakan bakteri utama penyebab karies karena

bersifat bersifat asidogenik, asidurik, dan menghasilkan suatu polisakarida

lengket yang disebut dextran. Streptococcus mutans memproduksi kandungan

asam yang dapat menghancurkan jaringan-jaringan pada gigi sehingga

menyebabkan lubang pada gigi (3).

D. EKSTRAKSI

1. Ekstraksi dan ekstrak

Ekstraksi adalah penyarian senyawa yang terdapat dalam larutan campuran

atau campuran padatan dengan menggunakan pelarut yang cocok. Ekstraksi

dapat dilakukan dengan pelarut organik terhadap bahan segar atau bahan

kering.

Pada dasarnya prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang

berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Pelarut

polar melarutkan senyawa polar, pelarut semipolar melarutkan senyawa

semipolar, pelarut non polar melarutkan senyawa non polar.

Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak. Ekstrak

adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (16).

2. Metode ekstraksi

Page 14: Obat bahan alam

14

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke

dalam golongan alkaloid, minyak atsiri, flavonoid, dan lain-lain. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Berikut ini cara

ekstraksi dengan menggunakan pelarut:

a. Cara dingin.

1) Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan.

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan.

b. Cara panas.

1) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur didihnya

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konsisten

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan

proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk

proses ekstraksi sempurna.

2) Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

berkelanjutan dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

3) Digesti

Digesti ialah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari

temperatur ruangan yaitu dilakukan sekitar 400 – 500 C.

Page 15: Obat bahan alam

15

4) Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air pada temperatur terukur 960-

980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

5) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu lebih lama (≥ 30 menit) dengan

temperatur sampai titik didih air (16).

E. Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan

menghias dan mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.445/Men.Kes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut. “Kosmetik adalah

sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis,

rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya

tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

mengobati atau menyembuhkan penyakit” (28).

Kosmetik berbeda dengan obat farmasetik. Kosmetik tidak dirancang

untuk mengobati suatu penyakit serta aman dan tidak mempunyai efek samping

sedangkan obat farmasetik dirancang untuk mengobati suatu penyakit, harus

mempunyai efek terapetik, dan terkadang timbul efek samping yang tidak bisa

dihindari.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah

untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan

rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan

sinar UV, polusi dan faktor lingkungan lain, mencegah penuaan dan secara umum

membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (29).

Page 16: Obat bahan alam

16

New Cosmetics Science mengklasifikasikan kosmetik berdasarkan

penggunaannya yaitu kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics), kosmetik

perawatan tubuh (body cosmetics), kosmetik perawatan rambut (hair care

cosmetics), kosmetik untuk mulut (oral cosmetics) dan wangi-wangian (fragrances)

(29).

F. Gargarisma

1. Definisi dan penggunaan

Gargarisma adalah larutan yang digunakan sebagai pembersih untuk

meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas (17).

Secara umum, penggunaan gargarisma dapat dibagi menjadi 4, yaitu antibakteri,

fluoride, kosmetik, dan prebrushing rinses. Sebagai antibakteri, gargarisma

mengandung germisid untuk mengurangi populasi bakteri di dalam rongga

mulut. Kandungan fluoride dalam gargarisma berfungsi untuk memperkuat

enamel gigi. Penggunaan sebagai kosmetik berfungsi untuk menghilangkan bau

nafas tidak sedap. Prebrushing rinses memperlunak plak sehingga mudah

dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi (18).

2. Komposisi gargarisma (18)

Beberapa bahan beserta fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam

gargarisma, antara lain:

a. Zat aktif.

Zat aktif yang terkandung dalam gargarisma umumnya bersifat antiseptik.

Beberapa zat aktif yang dapat ditemukan di dalam gargarisma adalah sebagai

berikut:

1) Antibakteri dan antijamur yang berfungsi untuk mengurangi jumlah

mikroorganisme dalam rongga mulut seperti heksilresorsinol,

klorheksidin, timol, benzetonium, asam borat, asam benzoat, dan fluor.

Page 17: Obat bahan alam

17

2) Astringen yang menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi sehingga

dapat mengurangi pembengkakan jaringan seperti alkohol, seng klorida,

seng asetat, asam asetat, dan asam sitrat.

3) Anodin yang berfungsi mengurangi rasa nyeri dan sakit seperti turunan

fenol dan minyak eukaliptol.

4) Dapar yang berfungsi mengurangi keasaman dalam rongga mulut akibat

hasil fermentasi sisa makanan seperti natrium perborat dan natrium

bikarbonat.

b. Zat tambahan.

Zat tambahan sediaan gargarisma dapat berupa:

1) Pelarut

Pelarut yang digunakan dipilih berdasarkan sifat-sifat kelarutan dari zat

aktif, kemurnian, toksisitas, viskositas, rasa, bau, dan warna yang menarik

ataupun faktor ekonomis lainnya. Pelarut yang paling sering digunakan

adalah air, sedangkan untuk membantu kelarutan dari zat aktif biasanya

ditambahkan zat pembantu pelarut seperti alkohol, propilen glikol,

sorbitol, dan gliserin.

2) Humektan

Humektan berfungsi untuk mencegah penguapan zat aktif dan bahan lain

yang mudah menguap dalam sediaan gargarisma. Humektan yang biasa

digunakan adalah sorbitol, propilen glikol, dan gliserin.

3) Surfaktan

Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan

memungkinkan pembersihan sampai ke sela-sela gigi, serta digunakan

untuk mencapai produk akhir yang jernih. Surfaktan yang biasa digunakan

adalah surfaktan nonionik seperti tween 80 dan surfaktan anionik seperti

natrium lauril sulfat.

4) Pemanis

Page 18: Obat bahan alam

18

Pemanis yang biasa digunakan dalam gargarisma adalah natrium sakarin,

sorbitol, dan gliserin. Sorbitol sering digunakan karena mempunyai rasa

yang lebih baik daripada pemanis sintetik seperti sakarin dan turunannya.

5) Pewarna

Penggunaan pewarna dalam gargarisma hanya bertujuan untuk estetika,

pembantu sensori untuk rasa yang digunakan, dan kekhasan produk.

6) Pengharum atau pewangi

Pengharum termasuk zat tambahan yang menjadi faktor pertimbangan

konsumen untuk memiliki suatu produk gargarisma. Pengharum yang

biasa digunakan adalah minyak permen, minyak cengkeh, dan mentol.

3. Evaluasi sediaan gargarisma

a. Uji parameter mutu fisika.

1) Pemeriksaan organoleptik

Pemeriksaan organoleptik meliputi pengamatan terhadap warna, bau, dan

rasa dari sediaan gargarisma.

2) Uji kejernihan

Kejernihan ditentukan dengan cara memendarkan suatu berkas cahaya

terfokus ke dalam larutan gargarisma yang telah dibuat. Suatu cairan

dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang

digunakan atau jika okupalensinya tidak lebih nyata dari suspensi

padanan I.

3) Uji bobot jenis

Penentuan bobot jenis dilakukan menggunakan piknometer dan

didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C

terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama.

b. Uji parameter mutu kimia.

1) Uji pH

Page 19: Obat bahan alam

19

Harga pH ditentukan dengan menggunakan alat potensiometrik (pH

meter) yang telah dikalibrasi dengan larutan dapar pH 4 dan 7. Elektroda

dibilas air suling dan dicelupkan ke dalam sediaan gargarisma (19).

G. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

Aktivitas antibakteri suatu zat dapat ditetapkan melalui kadar minimal yang

diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya masing-

masing dikenal sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi

Bunuh Minimum (KBM). Pada uji aktivitas antibakteri terdapat 2 metode yang

dapat digunakan, yaitu:

1. Metode dilusi (cara pengenceran tabung)

Pengujian cara ini dilakukan dengan mencampur zat antibakteri dalam

konsentrasi yang bervariasi dalam media yang kemudian diinokulasi dengan

bakteri, diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam. Umumnya pengenceran

dilakukan dengan kelipatan dua.

2. Metode difusi agar

Pada metode ini zat antibakteri diletakkan pada perbenihan padat yang telah

diinokulasi dengan bakteri yang akan diuji, kemudian diinkubasi pada suhu

370C selama 18-24 jam. Setelah diinkubasi, adanya zona jernih di sekeliling zat

antibakteri menunjukkan daya hambat zat antibakteri terhadap bakteri uji.

Metode ini dibedakan menjadi 3, yaitu cara cakram, cara silinder, dan cara

sumur (20).

H. HITUNGAN CAWAN

Pengukuran kuantitatif populasi mikroba amat diperlukan di dalam berbagai macam

penelaahan mikrobiologis. Terdapat 2 macam pengukuran dasar, yaitu penentuan

jumlah sel dan penentuan massa sel. Pengukuran jumlah sel dilakukan bagi

organisme bersel tunggal misalnya bakteri, sedangkan penentuan massa sel

Page 20: Obat bahan alam

20

dilakukan untuk organisme bersel tunggal dan juga bagi organisme berfilamen

misalnya kapang. Pengukuran jumlah sel dapat dilakukan dengan cara hitungan

cawan (plate count) atau dengan cara hitungan mikroskopik langsung.

Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang

dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Teknik yang harus dikuasai

dalam metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil

pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan

diamati, nyatakan rata-rata jumlah mikroba tiap gram atau mL spesimen. Untuk

memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni adalah

yang mengandung antara 30 – 300 koloni karena jumlah mikroorganisme dalam

sampel tidak diketahui sebelum penuangan. Jika tidak ditemukan koloni mikroba di

dalam cawan dengan enceran awal (1 : 10), nyatakan hasil pengujian sebagai

“kurang dari 10 mikroba per gram atau mL spesimen” (20,21).

I. FORMULA SEDIAAN GARGARISMA

1. Formula standar sediaan gargarisma

Air 76,18%

Asam benzoat 0,04%

Natrium benzoat 0,10%

Gliserin 8,00%

Natrium sakarin 0,08%

Setilpiridinium klorida 0,05%

FD&C Blue No.1 0,0002%

SDA alkohol 38-B 15,00%

Perasa 0,25%

Polysorbate 80 0,30% (18)

2. Pengembangan formula standar

Ekstrak etanol kulit buah rambutan 1x KHM dan 3x KHM

Natrium lauril sulfat 1% dan 2%

Page 21: Obat bahan alam

21

Etanol 96% 4% dan 8%

Sorbitol 10%

Propilen glikol 15%

Mentol 0,5%

Air suling ad 100 ml

J. MONOGRAFI KOMPONEN SEDIAAN GARGARISMA

1. Natrium lauril sulfat

Sinonim : Dodecyl alcohol hydrogen sulfate; lauryl sodium

sulfate; natrii laurilsulfas; sodium dodecyl

sulfate; sodium laurilsulfate; sulfuric acid

monododecylsulfate.

Nama kimia : Sulfuric acid monododecyl ester sodium salt

Rumus kimia : C12H25NaO4S

Bobot molekul : 288,37

Rumus struktur :

Gambar II.9 Rumus struktur natrium lauril sulfat (22)

Pemerian : Hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda;

agak berbau khas.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, membentuk larutan

opalesen.

pH : 7,0 – 9,5 (dalam larutan 1% dalam air)

Konsentrasi misel kritik : 8,2 mmol/L (2,365 g/L) pada 200C

Stabilitas : Pada pH 2,5 atau kurang terhidrolisis menjadi

lauril alkohol dan natrium bisulfat.

Inkompatibel : Inkompatibel dengan surfaktan kationik yang

menyebabkan presipitasi dan hilangnya aktivitas,

garam alkaloid, garam kalium.

Page 22: Obat bahan alam

22

Aktivitas antimikroba : Bersifat bakteriostatik terhadap bakteri Gram

positif, namun tidak efektif terhadap bakteri

Gram negatif.

Fungsi dan konsentrasi : Sebagai surfaktan dengan konsentrasi 1 – 2%

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (19,22).

2. Etanol

Sinonim : Ethanolum; etil alkohol; etil hidroksida; metil

karbinol; grain alcohol.

Nama kimia : Etanol

Rumus kimia : C2H5OH

Bobot molekul : 46,07

Rumus struktur :

] Gambar II.10 Rumus struktur etanol (22)

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,

berbau khas, dan menyebabkan rasa terbakar

pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu

rendah dan mendidih pada suhu 780C. Mudah

terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organik.

Bobot jenis : Antara 0,812 dan 0,816

Sisa penguapan : Tidak lebih dari 1 mg

Inkompatibel : Dalam suasana asam, etanol dapat bereaksi

dengan oksidator, dengan senyawa alkali

bereaksi dan berubah warna menjadi gelap,

inkompatibel dengan wadah aluminium.

Aktivitas antimikroba : Bersifat bakterisid pada konsentrasi 60% sampai

95% v/v, optimal pada konsentrasi 70% v/v.

Page 23: Obat bahan alam

23

Aktivitas antimikroba tidak aktif dengan adanya

surfaktan nonionik.

Fungsi dan konsentrasi : Sebagai kosolven dengan konsentrasi 10 – 20%;

sebagai pengawet dengan konsentrasi ≥10%

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api (19,22).

3. Sorbitol cair

Sinonim : E420; 1,2,3,4,5,6-hexanehexol; Hydex; Neosorb;

sorbite; D-sorbitol; Sorbitol instant.

Nama kimia : D-Glucitol

Rumus kimia : C6H14O6

Bobot molekul : 182,17

Rumus struktur :

Gambar II.11 Rumus struktur sorbitol (22)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa

manis.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan etanol.

Indeks bias : Antara 1,455 – 1,461

pH : 4,5 – 7,0 (dalam larutan 10% dalam air)

Stabilitas : Stabil di udara, asam, maupun basa. Tidak

mengalami perubahan warna atau terdekomposisi

pada kenaikan suhu.

Inkompatibel : Sorbitol akan membentuk suatu kelat dengan ion

logam di- dan tri-valen dalam suasana asam dan

basa kuat.

Fungsi dan konsentrasi : Sebagai humektan, pemanis, dan kosolven 3 –

15%

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (19,22).

Page 24: Obat bahan alam

24

4. Propilen glikol

Sinonim : 1,2-dihidroksipropan; 2-hydroxypropanol; metil

etilen glikol; metil glikol; propane-1,2-diol.

Rumus kimia : C3H8O2

Bobot molekul : 76,09

Rumus struktur :

Gambar II.12 Rumus struktur propilen glikol (22)

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas;

praktis tidak berbau; menyerap air pada udara

lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%), dan

gliserin; tidak bercampur dengan minyak mineral

tetapi larut dalam minyak esensial.

Indeks bias : 1.431-1.433

Bobot jenis : 1.035-1.037 g/ml

Stabilitas : Bersifat higroskopis dan stabil apabila dicampur

dengan etanol (95%), gliserin, atau air.

Inkompatibel : Oksidator seperti kalium permanganat.

Aktivitas antimikroba : Merupakan antiseptik yang bersifat seperti etanol

Fungsi dan konsentrasi : Sebagai humektan 15-20%; pengawet 15%-30%;

sebagai kosolven 10%-25%

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (19,22).

5. Mentol

Sinonim : Hexahydrothymol; 2-isopropyl-5

methlcyclohexano; 4-isopropyl-1-

methylcyclohexan-3-ol; 3-menthanol ; p-methan-

Page 25: Obat bahan alam

25

3-ol; dl-menthol; peppermint camphor; racemic

methanol.

Nama kimia : 5-metil-2-(1-metiletil)-sikloheksanol

Rumus molekul : C10H20O

Bobot molekul : 156,27

Rumus struktur :

Gambar II.13 Rumus struktur mentol (22)

Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur; tidak

berwarna; biasanya berbentuk jarum; bau enak

seperti minyak permen.

Kelarutan : Sukar larut dalam air; sangat mudah larut dalam

etanol(95%), kloroform, eter; mudah larut dalam

asam asetat glasial, minyak atsiri, minyak lemak,

dan minyak mineral.

Jarak lebur : 41-44oC

Inkompatibel : Kamfer, kloralhidrat, kalium permanganat,

pirogalol, fenol, resorsinol, timol.

Fungsi dan konsentrasi : Memberikan rasa segar pada sediaan gargarisma

dengan konsentrasi 0,1-2,0%

Penyimpanan : Penyimpanan pada wadah tertutup rapat (19,22).

6. Air suling

Sinonim : Aquadest, Aqua destilata

Rumus molekul : H2O

Bobot molekul : 18,20

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan

tidak berasa.

Page 26: Obat bahan alam

26

Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar, tidak

bercampur dengan pelarut non polar.

pH : 5 - 7

Stabilitas : Merupakan bahan kimia yang stabil pada semua

bentuk fisik.

Fungsi : Sebagai pelarut dengan konsentrasi sampai

100%

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (19,22).

K. RANCANGAN FAKTORIAL

Rancangan faktorial merupakan aplikasi persamaan garis regresi berupa teknik yang

memberikan gambaran model hubungan antara variabel respon dengan salah satu

atau lebih variabel bebas yang digunakan untuk menentukan secara simulasi efek

dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Rancangan penelitian dengan

menggunakan rancangan faktorial digunakan untuk melihat pengaruh dari masing-

masing faktor dan interaksinya terhadap respon. Setelah dilakukan analisis data

menggunakan rancangan faktorial maka akan diperoleh persamaan polinomial yang

menggambarkan efek yang ditimbulkan oleh masing-masing faktor. Keuntungan

dari rancangan faktorial adalah lebih efisien dalam menggunakan sumber-sumber

yang ada, informasi yang diperoleh lebih komprehensif karena dapat mempelajari

berbagai interaksi yang ada, dan hasil percobaan dapat diterapkan dalam suatu

kondisi yang lebih luas karena dipelajari kombinasi dari berbagai faktor (23).

Dalam penelitian ini, digunakan rancangan faktorial 23 (2x2x2) dengan 3

faktor meliputi ekstrak kulit buah rambutan, natrium lauril sulfat, dan etanol 96%,

masing-masing level pada 2 konsentrasi yang berbeda sehingga akan terbentuk 8

formula.

Tabel II.1 Level faktor

Faktor Level rendah Level tinggi

A = ekstrak kulit buah rambutan 1x KHM 3x KHM

B = natrium lauril sulfat 1% 2%

Page 27: Obat bahan alam

27

C = etanol 96% 5% 10%

Tabel II.2 Desain faktorialKombinasi Formulasi Konsentrasi

Ekstrak kulit buah rambutan Natrium lauril sulfat Etanol 96%

(1) F1 - - -

A F2 + - -

B F3 - + -

C F4 - - +

AB F5 + + -

AC F6 + - +

BC F7 - + +

ABC F8 + + +

Keterangan: (-) : Faktor pada level rendah

(+): Faktor pada level tinggi

L. LANDASAN TEORI

Kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Streptococcus mutans dengan nilai Konsentrasi Bunuh

Minimum sebesar 1,25% (4) sehingga dapat digunakan sebagai antikaries. Ekstrak

kulit buah rambutan dibuat dalam bentuk sediaan gargarisma yang praktis, memiliki

waktu simpan yang lama, menutupi rasa pahit dari kulit buah rambutan, dan dapat

meningkatkan efektivitasnya sebagai antikaries gigi.

Mutu fisika dan kimia sediaan gargarisma dilihat dari kejernihan dan

perubahan pH. Kejernihan dipengaruhi oleh kelarutan komponen dalam formulasi,

terutama ekstrak kulit buah rambutan, dan mentol. Upaya peningkatan kelarutan

Page 28: Obat bahan alam

28

dilakukan melalui mekanisme kosolvensi (penggunaan kosolven) dan solubilisasi

miselar (penggunaan surfaktan). Efektivitas sediaan dipengaruhi oleh aktivitas

antibakteri dari ekstrak kulit buah rambutan. Oleh karena itu dalam penelitian ini

digunakan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah rambutan, natrium lauril sulfat, dan

etanol 96% yang diduga mempengaruhi mutu fisika, kimia, dan efektivitas sediaan.

Natrium lauril sulfat berperan dalam menurunkan tegangan permukaan

sehingga memungkinkan pembersihan sampai ke sela-sela gigi. Natrium lauril sulfat

juga berperan dalam meningkatkan kelarutan bahan melalui mekanisme solubilisasi

miselar. Penggunaan surfaktan nonionik seperti tween 80 inkompatibel dengan tanin

karena menyebabkan terjadinya presipitasi (22). Kosolven berperan dalam

meningkatkan kelarutan bahan dalam sediaan sehingga diperoleh produk yang

jernih. Kosolven yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%, sorbitol,

dan propilen glikol. Etanol dibutuhkan untuk melarutkan bahan, terutama mentol.

Penggunaan gargarisma yang mengandung alkohol dengan konsentrasi 10% atau

lebih (24) dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko kanker mulut (25)

sehingga dalam penelitian ini, konsentrasi etanol diturunkan hingga 8%. Sorbitol

berfungsi sebagai kosolven, pemanis untuk menutupi rasa pahit dari kulit buah

rambutan (tingkat kemanisannya 60% sukrosa), humektan untuk mencegah

penguapan zat aktif dan bahan lain yang mudah menguap dalam sediaan, dan

bersifat nonkariogenik. Propilen glikol berperan sebagai kosolven, humektan, dan

pengawet untuk mencegah kontaminasi mikroba sehingga dapat meningkatkan

stabilitas sediaan. Penelitian sebelumnya (26) menyimpulkan bahwa kombinasi

natrium lauril sulfat dan gliserin menghasilkan sediaan yang kurang jernih. Bahan

tambahan lain adalah mentol sebagai flavoring agent yang memberikan efek segar

saat berkumur untuk meningkatkan penerimaan konsumen.

Ekstrak kulit buah rambutan mengandung senyawa tanin yang

menyebabkan lisis pada membran sel bakteri (27). Penambahan bahan tambahan

dalam formulasi akan mempengaruhi efektivitas sediaan. Bahan tambahan yang

Page 29: Obat bahan alam

29

diduga mempengaruhi efektivitas sediaan adalah natrium lauril sulfat, etanol 96%,

dan propilen glikol yang memiliki aktivitas antimikroba (22).

Untuk melihat pengaruh faktor (ekstrak kulit buah rambutan, natrium

lauril sulfat, etanol 96%) dan interaksinya terhadap respon yang meliputi

organoleptik, kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka lempeng total maka digunakan

rancangan faktorial 23. Selanjutnya, masing-masing respon dibuat persamaan

polinomial, contour plot, dan superimposed contour plot untuk memperoleh formula

optimum. Formula optimum yang diperoleh disimpan selama 1 bulan pada suhu

400C untuk melihat pengaruh waktu penyimpanan pada suhu yang ditingkatkan

terhadap mutu fisika, kimia, dan efektivitas sediaan.

M. HIPOTESIS

1. Ekstrak kulit buah rambutan dapat diformulasikan menjadi sediaan gargarisma

yang memenuhi syarat mutu fisika dan kimia.

2. Sediaan gargarisma yang dihasilkan efektif dalam menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans dalam rongga mulut probandus.

3. Diperoleh formula optimum gargarisma ekstrak kulit buah rambutan yang

memenuhi syarat mutu fisika dan kimia, serta efektif sebagai antikaries gigi.

Page 30: Obat bahan alam

30

BAB III

RENCANA PENELITIAN

A. PRINSIP PENELITIAN

Kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) dikeringkan, diblender,

dimaserasi, dan dikentalkan dengan rotavapor. Ekstrak ditentukan nilai Konsentrasi

Hambat Minimum (KHM), diformulasikan dalam bentuk sediaan gargarisma yang

dirancang menggunakan rancangan faktorial 23 dengan faktor ekstrak kulit buah

rambutan, natrium lauril sulfat, dan etanol 96%. Sediaan gargarisma dibiarkan

berkesetimbangan selama 3 hari pada suhu kamar, dilakukan evaluasi parameter

mutu fisika, kimia, dan efektivitas meliputi uji organoleptik, kejernihan, bobot jenis,

pH, dan angka lempeng total bakteri rongga mulut probandus. Hasil evaluasi dibuat

persamaan polinomial, contour plot, dan superimposed contour plot sehingga

diperoleh formula optimum. Formula optimum dibuat berdasarkan analisa data,

disimpan selama 1 bulan pada suhu 400C, dilakukan evaluasi parameter mutu fisika,

kimia, dan efektivitas pada minggu ke 0, 2, dan 4. Hasil evaluasi formula optimum

dianalisis menggunakan ANOVA 1 arah.

Page 31: Obat bahan alam

31

B. TEMPAT PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Skripsi, Laboratorium Teknologi

Bahan Alam, Laboratorium Teknologi Farmasi Sediaan Setengah Padat dan Cair,

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.

C. RANCANGAN PENELITIAN

1. Tinjauan pustaka

Meliputi penelaahan literatur.

2. Pengumpulan dan penyiapan bahan penelitian

Bahan yang digunakan adalah kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.)

yang diperoleh dari sentra budidaya rambutan di Subang. Kulit buah rambutan

dicuci, diiris tipis-tipis, dikeringkan di oven pada suhu 40oC – 50oC selama 24

jam.

3. Determinasi tanaman

Determinasi kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) dilakukan di

Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor.

4. Pemeriksaan bahan tambahan

5. Pembuatan serbuk simplisia kulit buah rambutan

6. Identifikasi tanin dalam simplisia kulit buah rambutan

7. Pembuatan ekstrak kulit buah rambutan

8. Karakterisasi ekstrak kulit buah rambutan

Karakterisasi meliputi organoleptik, ketercampuran ekstrak, dan rendemen.

9. Penentuan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

10. Formula sediaan gargarisma ekstrak kulit buah rambutan

11. Pembuatan sediaan gargarisma ekstrak kulit buah rambutan

12. Evaluasi parameter mutu dan efektivitas sediaan

Sediaan gargarisma dibiarkan berkesetimbangan selama 3 hari pada suhu kamar,

dilakukan evaluasi parameter mutu fisika, kimia, dan efektivitas meliputi uji

Page 32: Obat bahan alam

32

organoleptik, kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka lempeng total bakteri

rongga mulut probandus untuk menentukan formula optimum.

13. Analisis data (penentuan formula optimum)

14. Evaluasi parameter mutu dan efektivitas formula optimum

Formula optimum dibuat berdasarkan hasil analisa data, disimpan pada suhu

400C selama 1 bulan, dilakukan evaluasi parameter mutu fisika, kimia, dan

efektivitas meliputi uji organoleptik, kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka

lempeng total bakteri rongga mulut probandus pada minggu ke 0, 2, dan 4.

15. Analisis data (pengaruh waktu penyimpanan terhadap respon)

BAB IV

BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN

A. BAHAN

Kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.); Etanol 96% (Brataco); Natrium

lauril sulfat (Brataco); Sorbitol (Lokal); Propilen glikol (Brataco); Mentol (China);

Air suling (Brataco); Ferri(III)klorida 1%; Formaldehid 30%; HCl pekat; Natrium

asetat; Hidrazin sulfat P (Merck); Heksamina P (Merck); Agar Darah; Kaldu

pepton; Nutrient Agar; Bakteri Streptococcus mutans ATCC 67371 (Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia).

B. ALAT

Alat-alat gelas laboratorium (Pyrex); Alat-alat volumetrik (Pyrex); Timbangan

analitik (Mettler AG 204); Oven (Memmert); Blender (Phillips); Pengayak; Orbital

shaker; Rotavapor (Buchi R-205); Pengaduk magnetik (Thermolyn); pH meter

(Denver); Piknometer (Iwaki); Termometer; Autoklaf (Hirayana); Vortex Mixer

(Thermolyne); Laminar Air Flow (Gelman Sciences); Inkubator (Memmert);

Page 33: Obat bahan alam

33

Spektrofotometer UV-VIS (Genesys 10UV); Lampu spiritus; Rak tabung; Tabung

reaksi (Pyrex); Cawan Petri; Jarum ose.

C. METODE PENELITIAN

1. Pengumpulan dan penyiapan bahan penelitian

Bahan yang digunakan adalah kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.)

yang diperoleh dari sentra budidaya rambutan di Subang. Kulit buah rambutan

dicuci, diiris tipis-tipis, dikeringkan di oven pada suhu 40oC – 50oC selama 24

jam. Cara pengeringan ini dipilih daripada pengeringan dengan sinar matahari

langsung karena panas sinar matahari tidak konstan suhunya.

2. Determinasi tanaman

Determinasi kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) dilakukan di

Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor.

3. Pemeriksaan bahan tambahan

Pemeriksaan bahan tambahan yang terdiri dari natrium lauril sulfat, etanol 96%,

sorbitol, propilen glikol, mentol, dan air suling dilakukan sesuai monografi

masing-masing bahan.

4. Pembuatan serbuk simplisia kulit buah rambutan

Kulit buah rambutan yang telah kering diserbukkan dengan blender hingga

diperoleh serbuk dengan derajat halus 4/18.

5. Identifikasi tanin dalam simplisia kulit buah rambutan

Sejumlah 2 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 mL air, dididihkan selama

15 menit, didinginkan dan disaring dengan kertas saring. Filtrat dibagi menjadi

dua bagian. Ke dalam filtrat pertama ditambahkan larutan Fe(III)klorida 1%,

timbul warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukan adanya senyawa

golongan tanin. Ke dalam filtrat kedua ditambahkan 15 mL pereaksi Stiasny,

yaitu formaldehid 30% dan HCl pekat (2:1), dipanaskan diatas penangas air,

Page 34: Obat bahan alam

34

terbentuk endapan merah muda menunjukan adanya tanin katekuat (tanin

terkondensasi). Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium

asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan Fe(III)klorida 1%, timbul warna biru

tinta menunjukkan adanya tanin galat (tanin terhidrolisa).

6. Pembuatan ekstrak kulit buah rambutan

a. Maseras i.

Serbuk kulit buah rambutan dimaserasi menggunakan etanol 96% (1:10 b/v)

selama 24 jam dengan bantuan orbital shaker pada 220 rpm.

b. Pengentalan dengan rotavapor.

Ekstrak dikentalkan dengan rotavapor pada suhu 400C, kecepatan putar 70

rpm, dan tekanan 175 mbar.

7. Karakterisasi ekstrak kulit buah rambutan

Karakterisasi bertujuan untuk reproduksibilitas dari ekstrak etanol kulit buah

rambutan. Karakterisasi ekstrak etanol kulit buah rambutan yang dilakukan pada

penelitian ini meliputi :

1. Pemeriksaan o rganoleptik .

Diamati warna, bau, dan rasa dari ekstrak.

2. Ketercampuran ekstrak.

Dilakukan dengan mencampurkan ekstrak kental kulit buah rambutan

dengan air, etanol 96%, sorbitol, dan propilen glikol.

3. Rendemen.

Rendemen ekstrak kulit buah rambutan merupakan perbandingan jumlah

total simplisia kulit buah rambutan yang dimaserasi dengan jumlah ekstrak

kental kulit buah rambutan yang dihasilkan.

8. Penentuan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Page 35: Obat bahan alam

35

a. Sterilisasi alat

1) Sterilisasi menggunakan autoklaf

Alat volumetrik disterilkan pada suhu 1210C, tekanan 1 atm selama 15

menit.

2) Sterilisasi menggunakan oven

Alat non volumetrik disterilkan pada suhu 1500C selama 60 menit.

b. Pembuatan media

1) Media kaldu pepton

Bahan dicampur dengan air suling, dipanaskan, diaduk hingga homogen,

dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL, mulut tabung ditutup

dengan kapas. Media disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama

15 menit.

2) Media Nutrient Agar

Bahan dicampur dengan air suling, dipanaskan, diaduk hingga homogen.

Media disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

c. Peremajaan bakteri

Streptococcus mutans diinokulasikan pada agar darah miring, diinkubasi

pada suhu 370C selama 24 jam.

d. Pembuatan suspensi bakteri

Dari biakan bakteri pada agar darah miring, diambil 1 ose bakteri dan

diinokulasikan ke dalam 3 mL kaldu pepton, diinkubasi kembali pada suhu

370C selama 24 jam. Setelah diinkubasi, suspensi bakteri disamakan

kekeruhannya dengan 25%T (108 CFU/mL).

e. Pembuatan larutan induk

Ekstrak kental kulit buah rambutan diencerkan dengan etanol 96% hingga

konsentrasi 5% (2,5 gram ekstrak dalam 50 ml etanol 96%).

f. Pembuatan larutan uji

Dari larutan induk, dibuat ekstrak dengan konsentrasi 1,25%, 1,0%, 0,75%,

0,5%, 0,25%.

Page 36: Obat bahan alam

36

1) Konsentrasi 1,25% : 2,5 ml larutan induk ditambah kaldu pepton

hingga 10 mL

2) Konsentrasi 1,0% : 2 ml larutan induk ditambah kaldu pepton hingga

10 mL

3) Konsentrasi 0,75% : 1,5 ml larutan induk ditambah kaldu pepton

hingga 10 mL

4) Konsentrasi 0,5% : 1 ml larutan induk ditambah kaldu pepton hingga

10 mL

5) Konsentrasi 0,25% : 0,5 ml larutan induk ditambah kaldu pepton

hingga 10 mL

g. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum

1) Disiapkan tabung berisi 3 mL larutan uji pada masing-masing

konsentrasi, ditambahkan 1 mL suspensi bakteri, divortex, kemudian

diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Sebagai kontrol positif

digunakan campuran 1 mL etanol 96%, 2 mL kaldu pepton, dan 1 mL

suspensi bakteri.

2) Nutrient Agar dituangkan ke cawan Petri, didiamkan hingga memadat.

3) Dengan menggunakan jarum ose steril, hasil uji dari setiap tabung

diinokulasikan pada media Nutrient Agar di cawan Petri, diinkubasi

pada suhu 370C selama 24 jam.

4) Diperoleh konsentrasi terendah yang dapat menghambat mikroba yang

merupakan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) yang akan digunakan

sebagai dosis ekstrak kulit buah rambutan dalam formulasi sediaan

gargarisma.

9. Formula sediaan gargarisma ekstrak kulit buah rambutan

Tabel IV.1 Formula gargarisma ekstrak kulit buah rambutanBAHAN FORMULA (%)

F1(1)

F2(a)

F3(b)

F4(c)

F5(ab)

F6(ac)

F7(bc)

F8(abc)

Page 37: Obat bahan alam

37

Ekstrak kulit

buah rambutan

1x

KHM

3x

KHM

1x

KHM

1x

KHM

3x

KHM

3x

KHM

1x

KHM

3x

KHM

Natrium lauril

sulfat

1 1 2 1 2 1 2 2

Etanol 96% 4 4 4 8 4 8 8 8

Sorbitol 10 10 10 10 10 10 10 10

Propilen glikol 15 15 15 15 15 15 15 15

Mentol 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Air suling ad 20 20 20 20 20 20 20 20

Sediaan dibuat sebanyak 100 ml untuk 5 kali pemakaian

10. Pembuatan sediaan gargarisma ekstrak kulit buah rambutan

a. Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang.

b. Ekstrak kulit buah rambutan dilarutkan dalam sebagian etanol 96%. (larutan

1)

c. Natrium lauril sulfat dilarutkan dalam air suling. (larutan 2)

d. Mentol yang telah dilarutkan dengan sebagian etanol 96%, dicampurkan ke

larutan 2, diaduk hingga homogen.

e. Propilen glikol dicampurkan ke larutan 2, diaduk hingga homogen.

f. Sorbitol dicampurkan ke larutan 2, diaduk hingga homogen. (larutan 3)

g. Larutan 1 dicampurkan ke dalam larutan 3, diaduk hingga homogen.

h. Ditambahkan air suling, dicampur hingga homogen.

11. Evaluasi parameter mutu dan efektivitas sediaan

Sediaan gargarisma dibiarkan berkesetimbangan selama 3 hari pada suhu kamar,

dilakukan evaluasi parameter mutu fisika, kimia, dan efektivitas meliputi uji

organoleptik, kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka lempeng total bakteri

rongga mulut probandus untuk menentukan formula optimum.

a. Evaluasi fisika.

a. Pemeriksaan organoleptik

a) Warna

Page 38: Obat bahan alam

38

Pengamatan warna dilakukan secara visual dengan mata biasa

terhadap sediaan gargarisma yang dikemas dalam botol bening.

b) Bau

Bau dari sediaan gargarisma yang telah disimpan dalam wadah yang

sesuai dengan cara membuka tutup botol dan mencium aromanya.

c) Rasa

Rasa dari sediaan gargarisma diuji dengan cara mencicipi berkumur

sesuai takaran (20 mL).

b. Kejernihan

Baku opalesen dibuat dengan cara: Dilarutkan 1,0 gram hidrazin sulfat P

dalam air secukupnya hingga 100,0 mL, dibiarkan selama 4 - 6 jam. Pada

25,0 mL larutan ditambahkan larutan 2,5 gram heksamina P dalam 25,0

mL air, dicampur dan dibiarkan selama 24 jam. Sebanyak 15,0 mL

suspensi diencerkan dengan air 1000 mL. Suspensi harus digunakan

dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.

Suspensi padanan dibuat dengan cara seperti pada tabel IV.2.

Masing-masing suspensi harus bercampur baik dan dikocok sebelum

digunakan.

Tabel IV.2 Komposisi suspensi padanan baku menurut Farmakope Indonesia Ed.IVBahan Suspensi padanan

I II III IV

Baku opalesen (mL) 5,0 10,0 30,0 50,0

Air (mL) 95,0 90,0 70,0 50,0

Penentuan kejernihan sediaan gargarisma dengan cara sebagai berikut:

a) Disiapkan dua tabung reaksi alas datar dengan diameter 15 – 25 mm,

tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.

b) Dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi tersebut masing-masing

suspensi padanan dan larutan uji secukupnya sehingga volume

larutan dalam tabung reaksi tepat 40 mm.

Page 39: Obat bahan alam

39

c) Setelah 5 menit pembuatan suspensi padanan, dibandingkan kedua

isi tabung dengan latar belakang hitam.

d) Diamati di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah

tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi

padanan I dapat langsung dibandingkan dengan suspensi padanan II.

Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau

pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi di atas atau jika

okupalensinya tidak lebih nyata dari suspensi padanan I.

c. Bobot jenis

Penentuan bobot jenis menggunakan piknometer dan didasarkan pada

perbandingan bobot cairan di udara pada suhu 250C terhadap bobot air

dengan volume dan suhu yang sama.

Prosedur pengukuran bobot jenis adalah sebagai berikut:

a) Piknometer yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan

dikeringkan

b) Piknometer tersebut dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer

dan bobot air yang baru dididihkan dan didinginkan pada suhu 250C.

c) Sediaan gargarisma yang suhunya telah diatur ±250C dimasukkan ke

dalam piknometer.

d) Suhu piknometer yang telah diisi kemudian diatur hingga 250C.

e) Kelebihan zat uji dibuang kemudian ditimbang.

f) Bobot jenis dihitung berdasarkan rumus:

Bobot jenis =

b. Evaluasi kimia.

1) pH

Penentuan pH sediaan gargarisma menggunakan pH meter dengan

prosedur sebagai berikut:

a) Elektrode dicuci dan dibilas dengan air suling.

Page 40: Obat bahan alam

40

b) pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar pH 4 dan 7.

c) Sediaan gargarisma yang akan diukur disiapkan.

d) Elektrode pH meter dicelupkan sampai ujung elektrode tercelup ke

dalam sediaan.

e) pH yang didapat dicatat, pembacaan dilakukan 3 kali.

c. Evaluasi efektivitas.

Efektivitas dari gargarisma diuji dengan cara membandingkan angka

lempeng total bakteri dalam rongga mulut probandus sebelum dan sesudah

menggunakan gargarisma.

1) Penentuan probandus

Probandus ditentukan sebanyak 3 orang wanita berusia 20-25 tahun,

sehat, tidak sedang mengandung, tidak menderita penyakit sistemik, dan

tidak mengkonsumsi obat antimikroba yang dapat mempengaruhi flora

normal rongga mulut. Probandus diminta menandatangani informed

consent.

2) Sterilisasi alat

a) Sterilisasi menggunakan autoklaf

Alat volumetrik disterilkan pada suhu 1210C, tekanan 1 atm selama

15 menit.

b) Sterilisasi menggunakan oven

Alat non volumetrik disterilkan pada suhu 1500C selama 60 menit.

3) Pengambilan sampel bakteri dari rongga mulut probandus

a) Satu jam sebelum menggunakan gargarisma, probandus diminta

berpuasa untuk menyamakan kondisi rongga mulut.

b) Pengambilan sampel sebelum penggunaan gargarisma : probandus

diminta kumur-kumur dengan 20 mL aquadest steril selama 30 detik

(larutan induk 1)

Page 41: Obat bahan alam

41

c) Probandus diberikan gargarisma sebanyak 20 mL, dikumur selama 30

detik, dibuang, kemudian kumur dengan menggunakan 20 mL

aquadest selama 30 detik, dibuang.

d) Pengambilan sampel setelah 1 jam penggunaan gargarisma :

probandus berpuasa selama 1 jam, kemudian segera kumur-kumur

dengan menggunakan 20 mL aquadest steril selama 30 detik (larutan

induk 2)

4) Perhitungan jumlah koloni bakteri (metode angka lempeng total)

a) Dipipet masing-masing 0,5 mL dari larutan induk 1 dan 2 hasil

kumur-kumur probandus, dilakukan deret pengenceran mulai dari 10-1

sampai 10-6 dengan menggunakan aquadest steril.

b) Dipipet 1 mL dari masing-masing pengenceran ke dalam cawan Petri

steril.

c) Ke dalam setiap cawan Petri steril dituangkan ±20 mL media Nutrient

Agar yang telah dicairkan pada suhu 45±20C.

d) Cawan Petri digoyang dengan hati-hati sehingga sampel dan media

perbenihan tercampur rata. Biarkan hingga campuran dalam cawan

Petri memadat.

e) Pemeriksaan blangko dilakukan dengan cara mencampur gargarisma

tanpa ekstrak kulit buah rambutan, aquadest steril, dan perbenihan

untuk setiap sampel yang diperiksa. Sebagai kontrol positif digunakan

larutan gargarisma yang beredar di pasaran.

f) Semua cawan Petri dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi

terbalik dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam.

g) Dihitung pertumbuhan koloni pada setiap cawan Petri yang

mengandung 30-300 koloni.

h) Dihitung angka lempeng total dalam 1 gram sampel dengan

mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor

pengenceran yang digunakan.

Page 42: Obat bahan alam

42

12. Analisis data (penentuan formula optimum)

Data hasil uji kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka lempeng total dianalisis

dengan menggunakan program komputer Minitab 16 untuk melihat efek faktor

dan interaksinya yaitu konsentrasi ekstrak kulit buah rambutan, natrium lauril

sulfat, dan etanol 96% terhadap respon. Masing-masing respon dibuat persamaan

polinomial dan contour plot. Analisis dilanjutkan dengan menggunakan

superimposed contour plot untuk memperoleh formula optimum.

13. Evaluasi parameter mutu dan efektivitas formula optimum

Formula optimum dibuat berdasarkan hasil analisa data, disimpan pada suhu

400C selama 1 bulan, dilakukan evaluasi parameter mutu fisika, kimia, dan

efektivitas meliputi uji organoleptik, kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka

lempeng total bakteri rongga mulut probandus pada minggu ke 0, 2, dan 4.

14. Analisis data (pengaruh waktu penyimpanan terhadap respon)

Untuk melihat signifikansi pengaruh waktu penyimpanan pada suhu yang

ditingkatkan terhadap respon yang diuji (kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka

lempeng total bakteri rongga mulut probandus) pada formula optimum, hasil

evaluasi dianalisis menggunakan metode analisis statistik ANOVA 1 arah pada

tingkat kepercayaan 95%.

Page 43: Obat bahan alam

43

DAFTAR PUSTAKA

1. Soendoro T. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2008.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press; 2008. h. 4-6.

3. Nugraha AW. Streptococcus mutans, si plak dimana-mana. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma; 2008. h. 1-4.

4. Subagio EW. Uji efektivitas ekstrak kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans secara in vitro (skripsi). Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2012.

Page 44: Obat bahan alam

44

5. Thitilertdecha N, Teerawutgurlag A, Killburn JD, Rakariyatham N. Identification of major phenolic compounds from Nephelium lappaceum L. and their antioxidant activities. Molecules. 2010;15(1):1453-1465.

6. Funatogawa K, Hayashi S, Shimomura H, Yoshida T, Ito H, Hatano T, et al. Antibacterial activity of hydrolizable tannins derived from medicinal plants against Helycobacter pylori. Microbiol Immunol. 2004;48(4):251-261.

7. Apa itu karies gigi. 2013; Diambil dari: http://klinikgigisahabat.com/?p=105. Diakses 17 Oktober 2013.

8. Streptococcus mutans. Diambil dari: http://www.saishika.jp/biofilm/aa.html. Diakses 17 Oktober 2013.

9. Rambutan. Diambil dari: http://www.rambutan.com/. Diakses 17 Oktober 2013.

10. Klasifikasi rambutan. Diambil dari: http://www.biologionline.info/2013/08/klasifikasi-rambutan.html. Diakses 17 Oktober 2013.

11. Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara; 2005. h.115-7.

12. Palanisamy UD, Manaharan T, Appleton D. Rapid isolation of geraniin from Nephelium lappaceum rind waste and its anti-hyperglycemic activity. Journal of Food Chemistry. 2011; 127(1):21-27.

13. Maryadele J, editor. The merck index Vol II. 14th ed. USA: Merck & Co; 2006. p.3549,9052.

14. Ellagic acid. Diambil dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Ellagic_acid. Diakses 17 Oktober 2013.

Page 45: Obat bahan alam

45

15. Corilagin. Diambil dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Corilagin. Diakses 17 Oktober 2013.

16. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Panduan teknologi ekstrak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 2000. h.6, 13-4.

17. Power JM, Sakaguchi RL, Craig RG. Craig’s restorative dental materials 12th

edition. St.Louis: Elsevier; 2006.

18. Rieger M. Harry’s Cosmeticology 8th ed. New York: Chemical publishing Co.Inc; 2000. p.745-50.

19. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995. h.63-4,529-0,756-7,998,1039-0.

20. Cappucino JG, Sherman N. Microbiology a laboratory manual 8th edition. New York: Addision-Wesley Publishing Co; 2008.

21. Dewan Standarisasi Nasional. Standar nasional Indonesia cara uji cemaran mikroba. Jakarta; 1992, h.2-18.

22. Rowe RC, Sheskey PJ, Weller PJ. Handbook of pharmaceutical excipients. 6nd ed. London: The Pharmaceutical Press; 2009. p.17-9, 433-5, 651-3, 679-82.

23. Armstrong A. Pharmaceutical experimental design and interpretation. London: Taylor dan Francis Group; 2001. p.83-131.

24. Haq et al. Alcohol use in mouthwash and possible oral health concern, J Pak Med Assoc. 2009;59(3):186-190.

25. McCullough MJ, Farah CS. The role of alcohol in oral carcinogenesis with particular reference to alcohol-containing mouthwashes. Australian Dental Journal. 2008;53(1):302-305.

Page 46: Obat bahan alam

46

26. Rosvita. Pengaruh natrium lauril sulfat dan gliserin terhadap sifat fisik larutan gargarisma ekstrak propolis lebah madu (Apis mellifera L.) (skripsi). Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Pancasila; 2008.

27. Akiyama H, Fuji K, Yamasaki O, Oono T, Iwatsuki K. Antibacterial action of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of antimicrobial chemotherapy. 2001;48:487-491.

28. Ditjen POM. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1985. h.22-33,141,356-410,459,63.

29. Messina, Mark J. Legumes and soybean: overview of their nutritional profiles and health effects. Am J Clin Nutr. 1998;7:439S-446S.