obat2 pada organ sensori

Upload: cilla-suri

Post on 17-Jul-2015

103 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

OBAT OBAT u/ ORGAN SENSORI (OBAT MATA,TELINGA, LIDAH dan HIDUNG) YULIASTUTI

Farmakodinamik Mekanisme aksi Kebanyakan obat beraksi dg cara terikat pd reseptor, enzim atau makromolekul Bila obat bekerja pada level reseptor atau makromolekul maka akan terjadi agonis atau antagonis Bila bekerja pada level enzim maka akan terjadi aktivator atau inhibitor

Farmakokinetik = ADME Obat dapat terbawa ke jaringan okular dengan cara : Lokal: Tetes mata Ointment Periocular injection Intraocular injection

Sistemik: Orally IV

Okular farmakoterapeutik

TETES MATA Paling umum Satu tetes = 50 l volume dari conjunctival cul-de-sac 7-10 l Agar absorbsi meningkat : - tunggu 5-10 menit diantara tetesan - biarkan pelupuk mata tertutup selama 5 menit setelah ditetesi

TETES MATA dpt berefek sistemik melalui pembuluh darah: # konjungtiva # mukosa nasal

Bila diperlukan 2 macam obat atau lebih, dlm bentuk tetes mata pd wkt yg sama terjadi pengenceran obat

perlu diberi jarak waktu

LOSION MATA

# u/ irigasi kantung konjungtiva # biasanya = lart. NaCl 0,9% steril # dalam keadaan darurat, air kran segar = cukup

Ointments Meningkatkan waktu kontak dari obat mata ke permukaan okular efek lebih baik Kerugian : vision blurring Obat harus larut lemak dan larut air agar didapatkan efek maksimum

Antibiotika Penicillins Cephalosporins Sulfonamides Tetracyclines Chloramphenicol Aminoglycosides Fluoroquinolones Vancomycin Macrolides

Antibiotika Digunakan secara topikal sebagai profilaksi (pre and postoperatively) dan treatment untuk infeksi bakteria ocular Per oral untuk pengobatan preseptal cellulitis (radang jaringan konektiv) e.g. amoxycillin + clavulonate, cefaclor Intravena untuk pengobatan orbital cellulitis e.g. gentamicin, cephalosporin, vancomycin, flagyl Intravitral untuk pengobatan endophthalmitis

Injeksi Intraocular Intracameral atau intravitreal E.g. Intracameral acetylcholine (miochol) during cataract surgery Intravitreal antibiotics in cases of endophthalmitis Intravitreal steroid in macular edema

Trachoma dapat diobati dengan tetracycline atau erythromycin secara topikal dan sistemik, atau azithromycin secara sistemik. Bacterial keratitis (bacterial corneal ulcers) diobati dengan penicillin, cephalosporin, aminoglycosida, vancomycin, or fluoroquinolone secara topical Bacterial conjunctivitis biasanya self limited tetapi erythromycin, aminoglycosida, fluoroquinolone, atau chloramphenicol secara topikal dapat digunakan

Antifungi Penggunaan : fungal keratitis, fungal endophthalmitis Polyenes Merusak membran sel fungi e.g. amphotericin B, natamycin side effect: nephrotoxicity

Imidazoles Meningkatkan permeabilitas membran sel fungi e.g. miconazole, ketoconazole

Flucytocine Menghambat sintesis DNA

Kendali Kontaminasi Mikrobial Harus steril pd wkt diberikan

tak boleh > 4 minggu stlh dibuka (di rumah) # tak boleh > 1 minggu stlh dibuka (di rumah sakit) # suplai baru u/ pasien yg pulang # boleh diberikan obat tetes mata yg digunakan < 36 jam # gunakan wadah sekali pakai # tetes mata sebaiknya isotonis#

ANTIVIRUS Sebagian besar virus akan sembuh secara spontan

OBATNYA

*asiklovir u/ virus herpes ESO : * agak menyengat * inflamasi lokal u/ pencegahan kambuh

KORTIKOSTEROID

= ANTI INFLAMASI u/ mata merah yg belum terdiagnosis tak boleh diberi kortikosteroid Risiko katarak steroid pd 15 mg prednisolon /hari selama beberapa tahun

PENYAKIT2 pada MATAMANIFESTASI YANG TAK SPESIFIK Mata merah: iritasi, infeksi, inflamasi,tumor, tekanan intra okular Nyeri mata: trauma,glaukoma, == ,, == Pandangan kabur: eror refraksi,katarak, trombosis vena retina,degenerasi macula Conjunctival discharge: infeksi bakteri/virus, obstruksi kelenjar lakrimal, alergi Photophobia: inflamasi, ocular albinism, trauma pd lensa, infeksi virus Diplopia: imbalans atau paralisa otot mata karena adanya inflamasi, tekanan intrakranial, trauma, infeksi pada saraf mata

Gangguan pada Mata Glaukoma: ditandai dengan tekanan intra okuler perubahan patologik bola mata dan lapang pandang. Kerusakan saraf optik dan retina menyebabkan kebutaan permanen. Glaukoma: primer, sekunder dan congenital G. primer : *narrow angle (acute congestive) *wide angle (chronic simple) G. sekunder biasanya muncul setelah ekstraksi katarak

Cholinergic agonists Langsung = agonis: E.g. pilocarpine, acetylcholine (miochol), carbachol (miostat) Uses: miosis, glaucoma Mechanisms: Miosis dengan cara kontraksi otot iris sphincter Meningkatkan aqueous outflow lewat trabecular meshwork dengan cara kontraksi otot longitudinal ciliary Akommodasi oleh kontraksi otot ciliary circular Efek Samping: Lokal: diminished vision (myopia), headache, cataract, miotic cysts, dan lepasnya selaput retina (jarang) systemic side effects: lacrimation, salivation, perspiration, bronchial spasm, urinary urgency, nausea, vomiting, dan diarrhea

Adrenergic agonists Non-selective agonists (1, 2, 1, 2) E.g. epinephrine, depevefrin (pro-drug of epinephrine) Uses: glaucoma Side effects: headache, arrhythmia, increased blood pressure, cystoid macular edema in aphakic eyes (hilangnya lensa mata karena kongenital atau diakibatkan oleh trauma atau tindakan operasi) KI : closed angle glaucoma

tekanan intraokuler diatasi dengan pemberian diuretik osmotik (urea, mannitol, glycerol) Toksisitas :pening, nausea, vomitus # mannitol peningkatan volume cairan ekstraseluler yg berbahaya bagi pasien dengan decompensasi cordis # urea trombosis dan nyeri pd ekstra vasasi # glycerol hiperglikemia, glycosuria

Otitis Otitis = Radang/inflamasi pada telingaTerdiri atas : Otitis eksterna Radang pada kulit liang telinga

Otitis media Radang pada telinga tengah

Otitis eksterna Penyebab : Liang telinga yang kotor Infeksi : * Jamur * Bakteri

Obat u/ otitis eksterna Anti inflamasi Kortikosteroid

Anti bakteri Antibiotika topikal

Anti jamur

Masalah yang sering timbul Kesulitan waktu mengoleskan salep atau lotion Penggunaan antiinfeksi topikal yang terlalu lama dapat menimbulkan infeksi jamur Vehiculum dapat menimbulkan reaksi sensitisasi Harus dipastikan tak adanya perforasi gendang telinga karena dapat menim bulkan risiko tuli

OBAT OBAT UNTUK TELINGA OTITIS EKSTERNA = radang kulit meatus = sembuh setelah liang luar dibersihkan # penyedotan # pembersihan kering # penyemprotan air perlahan # kasa + tetes telinga kortikosteroid atau + astringen (Aluminiumasetat) = kalau ada infeksi : # + neomisin atau kliokuinol selama 1 minggu (tidak boleh > dari 1 minggu karena akan timbul infeksi jamur) = harus tak ada perforasi gendang telinga pada pemberian aminoglikosida karena akan meningkatkan risiko tuli

Antiinflamasi Corticosteroid : Hormon Adrenal Mineralocorticoid Mempengaruhi keseimbangan sodium dan air Glucocorticoid Mempengaruhi : * Metabolisme KH dan protein * Aktivitas Mineralocorticoid

Glucocorticoid Hormon Endogen Hydrocortisone (cortisol)

Hormon Sintetik Prednisolone Prednisone invivo Methylprednisolone Betamethasone Dexamethasone Triamcinolone Kekuatan efek makinmeningkat

Efek samping Hydocortisone : Pada penggunaan topikal : reaksi sensitivitas lokal

Cara penggunaan Tetes telinga 2 -3 tetes 3 -4 kali/hari

Sediaan Kemicort Otosporin Neo-Cortel

sambungan

Prednisolone (oral, iv ,im) Sebagai antiinflamasi Alergi

Betametasone dan Dexamethasone , keduanya sangat poten dan tidak menahan garam/air bagus untuk kondisi khusus (edema serebral) Untuk otitis eksterna excematosa = topikal = tetes telinga

SEDIAAN ANTIINFEKSI PADA OTITIS EKSTERNA

Chloramphenicol Tetes telinga mengandung propilen glikol (vehikulum, dapat menimbul kan reaksi sensitisasi) Ada yang mengandung corticosteroid untuk infeksi yang meradang dan excema

Efek samping Th 1950 ditemukan bahwa chlorampheni col dapat menyebabkan gangguan darah yang fatal (anemia aplastik, leukopenia, trombositopenia, anemia hemolitika) Gangguan darah akan sering timbul pada penderita defisiensi G6PD Reaksi hipersensitif

OTITIS MEDIA Diikuti rasa nyeri hebat Infeksi hebat harus diberi antiinfeksi sistemik Biakan kuman diperlukan untuk pemilihan antiinfeksi yang tepat Rasa nyeri dapat diatasi dengan analgesik (parasetamol)

OTITIS MEDIA

= + efusi (conge) terjadi pd 10% anak dan 90% pd anak + celah palatum = bermula dr infeksi virus atau bakteri = + parasetamol u/ meredakan nyeri + trimetoprim atau eritromisin u/ antibiotik profilaksi =eksaserbasi akut perlu + antibiotika sistemik

Obat2 yang bersifat ototoxic side effect aspirin NSAIDs Erythromycin (aminoglikosida) vancomycin furosemide (Lasix)

Pembersihan serumen Air hangat Minyak kenari yang dihangatkan sampai suhu kamar Minyak zaitun yang dihangatkan sampai suhu kamar

VERTIGO Dapat disebabkan oleh gangguan dalam labirin telinga (misalnya infeksi virus. inflamasi) Sering diikuti mual dan muntah Atasi dengan antihistamin (prometasin, dimenhidrinat, siklizin, sinarizin)

Terapi pada gangguan pencecap

Aphthous Ulcer =stomatitis ulcerative =nyeri Biasanya berhubungan dengan inflamasi lambung, demam berkepanjangan Lesi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, stres, zat zat kimiawi Terapi : kumur dengan antiseptik Pemberian antibiotik = kontraindikasi Cauterisasi dengan kaustik necrosis dan scar

Candidiasis = overgrowth Candida albicans = mukosa yg terkena biasanya eritematosis Bila lesi diusap tidak timbul perdarahan Kadang2 nyeri akan diikuti demam,dan lymphadenopathy Muncul apabila keseimbangan flora mulut terganggu Terapi : vitamin , makanan bernutrisi dan istirahat Kumur dengan larutan saline/2 jam Kumur dengan antifungi nystatin 500 000 unit 3X sehari

Glossitis = Inflamasi pada lidah = Disebabkan karena hilangnya fili papila = Merupakan penyakit sekunder dari anemia, defisiensi nutrisi, reaksi obat, infeksi sistemik dan iritasi fisika maupun kimiawi

Terapi = Identifikasi dan koreksi penyebab primer = Diagnosis berdasarkan riwayat dan temuan laboratorium

Riboflavin= Vitamin B2 = Anggota dari vitamin B kompleks Defisiensi : = Stomatitis yang diikuti dengan glossitis, cheilosis, dermatitis seboroik pada wajah dan dermatitis pada tungkai dan lengan = Pada keadaan yang lebih berat timbul anemia dan neuropati = Dapat pula timbul katarak

GANGGUAN PADA HIDUNG

Common ColdPenyebab : = Berbagai macam virus Simptom : = Lelah = Agak demam = Pening = Bersin bersin dan ingus yang encer = Suara serak

Terapi : = Tidak ada treatment yang spesifik = Pemberian antibiotik hanya apabila terjadi infeksi sekunder = Istirahat dan pemberian cairan yang cukup = Diet seimbang = Analgetik antipiretik = Dekongestan (PPA, Fenilefrin) = Vitamin C dosis besar (diikuti dengan minum air putih yang banyak)

Rhinitis Allergica= Ingus yang encer, bersin, gatal pada mata dan hidung = Membran mukosa yang pucat = Eosinophilia dalam sekresi hidung dan darah

Terapi : = Tidak ada terapi spesifik = Antihistamin ( berguna pada 60 80% pasien). Efektifitas tergantung pada musim = Simpatomimetik (Ephedrine dan PPA) = Sedative = Kortikosteroid pada Rhinitis Allergica yang berat = Dijauhkan dari alergen

Epistaxis= Perdarahan hidung (Mimisan) = Terjadi karena trauma eksternal, mengorek hidung, infeksi nasal atau mucosa nasal kering = Kelainan darah = hipertensi = Tumor hidung = Campak = Demam rematik

Terapi : = Tergantung penyebab = Pasien duduk dan menunduk untuk mencegah tertelannya darah dan terjadinya aspirasi Anterior epistaxis = Menekan hidung selama 5 menit = Dikombinasi dengan larutan fenilefrin atau adrenalin = Bila perdarahan telah berhenti, hidung disumbat dengan kapas yang dibasahi anestesi lokal

= Bila perlu diberi tindakan elektrokauterisasi = Kemudian dilumasi dengan petrolatum untuk mencegah timbulnya keropeng = Kauterisasi yang kedua dilakukan bila perlu